Perbandingan Model Pengelolaan Wakaf Uang Di Bangladesh dan Indonesia
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Dono Satrio
NIM: 1110046100002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 April 2015
Dono Satrio
ABSTRAK
Dono Satrio, NIM: 1110046100002. Perbandingan Model Pengelolaan Wakaf Uang di
Bangladesh dan Indonesia. Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 1436 H/2014 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengelolaan wakaf uang di negara Bangladesh
dan Indonesia, khususnya dalam aspek konsep, mobilisasi, operasional, dan pendayagunaan
wakaf uang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data bersifat
deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi ketempat
penelitian, wawancara langsung kepada narasumber terkait, serta pengumpulan dokumentasi
sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan: Secara konsep dan mobilisasi dalam hal pengelolaan wakaf
uang, Bangladesh dan Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan begitu juga secara
operasional dan pendayagunaan dalam hal pengelolaan wakaf uang, Bangladesh dan Indonesia
memilki perbedaan dan persamaan. Dalam hal ini BWI mewakili Indonesia dan SIBL mewakili
Bangladesh.
Keywords: Wakaf Uang, SIBL, BWI
Tahun Pustaka : 1987-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi
Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan
moril dan materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H, selaku Ketua Program Studi
Muamalat.
3. Bapak Prof. Dr. H. Atho Mudzhar, MSPD, dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya kepada bapak Dr. H. JM.
Muslimin, MA yang telah memberikan doa dan dukungannya berproses menjadi
mahasiswa yang penuh tanggung jawab. Begitu juga dengan Ibu Dr. Euis Amalia,
M.Ag dan Dr. Nurhasanah, M.Ag yang telah memberikan motivasi dan inspirasi akan
pentingnya menggali potensi keilmuan tanpa henti.
5. Seluruh staff perpustakaan baik Perpustakaan FSH dan Perpustakaan Utama dalam
membantu penulis mencari sumber-sumber yang diperlukan.
6. Kementrian Agama RI, Social Islami Bank Limited, CSRC UIN Jakarta, dan Pusat
Kajian Timur Tengah Indonesia UI yang telah menyediakan data rujukan penelitian
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat.
7. Badan Wakaf Indonesia, khususnya ibu Nani al-mu’in dan ibu Amelia Fauziah, Ph.D
serta bapak Sigit yang telah sabar menyediakan waktunya untuk memberikan
konsultasi maupun solusi terhadap skripsi ini.
8. Keluarga biologis, khususnya kepada kedua orang tua yang penulis hormati, bapak
Kartoni dan ibu Shopiah yang telah mendukung segala aktivitas dan rutinitas penulis
tanpa lelah. Untuk Adik-adik yang penulis sayangi & banggakan Diny dan Fuady
yang telah mendoakan dengan penuh keikhlasan hati.
9. Keluarga ideologis yang aktif dalam rumah perjuangan bernama Center For Islamic
Economics Studies (C.O.I.N.S), HMI Cabang Ciputat & KOMFAKSY, HMPS
Muamalat, BEM FSH UIN Jakarta yang telah memberikan ruang untuk beraktualisasi
berproses menjadi manusia yang bisa memanusiakan satu sama lain.
10. Rumah inspirasi & motivasi bernama Q-Pro Nusantara Foundation, khususnya
mahaguru ibu Dr. (HC). Hj. Sri Sulartini Keanaya, Ak, yang telah banyak
berkontribusi dalam transformasi paradigma penulis dalam memandang hakikat
kehidupan yang sebenarnya.
11. Lembaga ristek Nusantara Kalingga Murti Foundation dan UNIFY (Universal
Interstudies Forum of Youth), khususnya untuk sahabat sejati Aswin Salim, Abadi
Hamam, Zakaria Achmadi Zein, Akhmad Subhan (Bang Rambo), Asfahan Yahsyi,
Dody Wahyudi, dan mas Fahrie.
12. Kawan-kawan seperjuangan Perbankan Syariah A angkatan 2010, khususnya saudara
Imam Rifky, Fazrul Rahman Syarif, dan Wisnu Fitrianto yang telah melewati
beberapa kenangan yang tak terlupakan dalam menjalani kuliah bersama.
13. Yayasan Sekar Mitra, khususnya bapak sofyan dan ibu Dona yang telah memberikan
bantuan baik moril dan materil. Semoga Allah membalas budi baik mereka.
14. Sahabat setia dan pelita hati yang penulis sayangi, Meliawati, yang telah memberikan
semangat yang tulus hingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
15. Keluarga Besar bapak Kerri Soejiptoe, Khususnya Tante Yani yang telah sabar
mendukung segala bentuk aktivitas pembelajaran di Ciputat.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis baik selama masa pendidikan hingga
pengerjaan skripsi yang tidak dapat penulis sebut satu per satu. Semoga Allah
membalas kebaikan kalian semua.
Akhir kata, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang konstruktif
dalam skripsi ini dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Terima Kasih
Jakarta, 1 April
Dono Satrio
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 7
1. Pembatasan Masalah .................................................................... 7
2. Perumusan Masalah ..................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................ 8
E. Review Kajian Terdahulu ................................................................. 9
F. Kerangka Teori dan Konseptual ..................................................... 10
G. Metode Penelitian ........................................................................... 13
H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Wakaf Uang ........................................................ 18
B. Landasan Hukum Wakaf Uang ..................................................... 23
C. Rukun dan Syarat Wakaf Uang ...................................................... 28
D. Manfaat Wakaf Uang ..................................................................... 34
vi
E. Bank Wakaf .................................................................................... 36
BAB III GAMBARAN UMUM SIBL DAN BWI
A. Profil SIBL .................................................................................... 37
1. Sejarah dan Perkembangan SIBL .............................................. 37
2. Visi, Misi, dan Nilai ................................................................... 40
3. Struktur Dewan Direksi SIBL.................................................... 42
B. Profil BWI ...................................................................................... 43
1. Sejarah Pendirian ....................................................................... 43
2. Visi, Misi dan Strategi BWI ...................................................... 44
3. Struktur Lembaga ...................................................................... 46
BAB IV PERBANDINGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG DI
BANGLADESH DAN INDONESIA DALAM BERBAGAI
ASPEK
A. Konsep Wakaf Uang ....................................................................... 47
1. Bangladesh ................................................................................. 47
2. Indonesia .................................................................................... 56
B. Mobilisasi Wakaf Uang .................................................................. 62
1. Bangladesh ................................................................................. 62
2. Indonesia .................................................................................... 66
C. Operasional Wakaf Uang ............................................................... 68
1. Bangladesh ................................................................................. 68
2. Indonesia .................................................................................... 72
vii
D. Pendayagunaan Wakaf Uang .......................................................... 78
1. Bangladesh ................................................................................. 78
2. Indonesia .................................................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 93
viii
DAFTAR TABEL
No. KeteranganHalaman
3.1 Target Pencapaian Kinerja SIBL 2012-2013 ................................................. 38
ix
DAFTAR BAGAN
No. KeteranganHalaman
1.1 Kerangka Konseptual Bank Wakaf .......................................................... 11
2.1 Manfaat dari Adanya Bank Wakaf Terhadap Aset Wakaf ....................... 36
3.1 Struktur Dewan Direksi SIBL .................................................................. 41
4.1 Ruang Lingkup Nazhir dalam Pengelolaan Wakaf Uang ........................ 73
4.2 Proses Investasi Finansial .......................................................................... 75
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wakaf merupakan salah satu sumber dana sosial potensial yang
erat kaitannya dengan kesejahteraan umat di samping zakat, infak dan
sedekah. Terlebih karena ajaran agama menjadi motivasi utama
masyarakat untuk berwakaf.1 Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan
dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama Islam masuk di Indonesia.
Sebagai salah satu instrumen filantropi yang erat hubungannya dengan
sosial ekonomi, wakaf telah banyak membantu pembangunan secara
menyeluruh di Indonesia, baik dalam pembangunan sumber daya manusia
maupun dalam pembangunan sumberdaya sosial.
Sebagai instrumen filantropi2 ekonomi Islam yang sudah ada
semenjak awal kedatangan Islam, sepanjang sejarah Islam, wakaf telah
menunjukan peran penting dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan
sosial, ekonomi dan kebudayaan. Selain itu, keberadaan wakaf telah
banyak memfasilitasi para sarjana muslim untuk melakukan riset dan
pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pendanaan kepada
1 Hendra Kholid, Wakaf uang perspektif hukum dan ekonomi Islam,
www.bwi.or.id, diakses pada 17 Desember 2013.
2 Filantropi merupakan ungkapan rasa cinta kepada manusia yang terpatri dalam
bentuk pemberian atau derma kepada orang lain dan berorientasi pada pemberdayaan.
Filantropi dalam Islam memiliki banyak bentuk diantaranya zakat, infaq, shadaqoh, wakaf
dan hibah.
1
2
pemerintah. Wakaf terbukti telah menjadi instrumen jaminan sosial dalam
rangka membantu kaum yang lemah untuk memenuhi hajat hidup, baik
berupa kesehatan, biaya hari tua, kesejahteraan hidup, dan pendidikan.
Adanya pergeseran bentuk harta atau benda wakaf menjadi lebih
likuid seperti uang telah berdampak luas. Pergeseran itu telah dapat
mengubah pandangan dan kebiasaan lama, di mana seolah-olah
kesempatan melakukan wakaf hanya dapat melalui asset tetap berupa
tanah atau bangunan. Perubahan lain adalah pandangan lama bahwa
berwakaf harus bernilai besar menjadi sirna. Dengan bentuk uang, wakaf
dapat dilakukan dengan nilai kecil tertentu, yang tentunya menjadi lebih
dapat dilakukan oleh semua golongan. Adanya dukungan pemerintah
berupa penerbitan UU No 41 tahun 2004 tentang Wakaf yang salah satu
isinya mengakomodasikan untuk dilakukannya wakaf uang, telah semakin
membuka kesempatan masyarakat di semua golongan (tidak hanya orang
kaya) untuk dapat ikut serta berwakaf.
Saat ini dikalangan masyarakat luas mulai muncul istilah cash waqf
(wakaf uang) dipelopori oleh MA. Mannan, seorang ekonom yang berasal
dari Bangladesh.3 Wakaf uang dipandang sebagai salah satu solusi yang
dapat membuat wakaf menjadi lebih produktif. Apabila wakaf uang
mampu dikelola dan diberdayakan oleh suatu lembaga secara profesional,
3Farid Wadjdy, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang Hampir
Terlupakan), (Yogyakarta : PustakaPelajar, 2008), h. 79.
3
akan sangat membantu dalam mensejahterakan ekonomi umat,
memenuhi hak-hak masyarakat, serta mengurangi penderitaan masyarakat.
Wakaf uang sebagai salah satu alternatif atas pengentasan
kemiskinan telah diterapkan di beberapa Negara Islam. Terutama di
Bangladesh wakaf telah dikelola oleh Social Islami Bank Limited (SIBL)
yang mengembangkan pasar modal sosial (social capital market)pada
sektor voluntary4, wakaf uang membuka peluang unik bagi penciptaan
investasi di bidang keagamaan, pendidikan dan pelayan sosial. Tabungan
dari warga yang berpenghasilan tinggi dapat dimanfaatkan melalui
penukaran Sertifikat Wakaf Uang. Sedangkan pendapatan yang diperoleh
dari pengelolaan wakaf uang tersebut dapat dibelanjakan untuk berbagai
tujuan yang berbeda seperti pemeliharaan harta-harta wakaf itu sendiri dan
untuk investasi yang strategis untuk menghapuskan kemiskinan dan
menangani ketertinggalan di bidang ekonomi serta bidang pendidikan,
riset dan kesehatan.5
Istilah wakaf uang belum begitu familiar di tengah masyarakat
Indonesia, ini bisa dilihat dari pemahaman masyarakat Indonesia yang
memandang wakaf hanya sebatas pada pemberian berbentuk barang tidak
4 M.A. Mannan, “Sertifikat Waqf Tunai, sebuah Inovasi Instrumen Keuangan
Islam” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 50-51.
5Mulya E.Siregar,Peranan Perbankan Syariah dalam implementasi Wakaf Uang,
(dalam Al-Awqaf, Volume IV, 2011) Nomor 04, h. 1.
4
bergerak, seperti tanah dan bangunan yang diperuntukkan untuk tempat
ibadah, kuburan, pondok pesantren, rumah yatim piatu dan pendidikan
semata.6 Pemanfaatan benda wakaf masih berkisar pada hal-hal yang
bersifat fisik, sehingga tidak memberikan dampak ekonomi secara
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Banyaknya harta benda
wakaf yang ada di masyarakat Indonesia belum mampu mengatasi
masalah kemiskinan.Padahal benda yang bergerak, seperti uang misalnya,
pada hakikatnya juga merupakan salah satu bentuk instrumen wakaf yang
memang diperbolehkan dalam Islam.
Pengelolaan wakaf uang secara produktif untuk kesejahteraan
masyarakat menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari lagi. Apalagi di saat
ini negeri Indonesia mengalami turbulensi ekonomi yang memerlukan
partisipasi banyak pihak. Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia
No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf diarahkan untuk memberdayakan wakaf
yang merupakan salah satu instrumen dalam membangun kehidupan sosial
ekonomi umat Islam. Kehadiran Undang-undang wakaf ini menjadi
momentum pemberdayaan wakaf secara produktif, sebab di dalamnya
terkandung pemahaman yang komprehensif dan pola manajemen
pemberdayaan potensi wakaf secara modern.
6Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, Strategi Pengembangan Wakaf Uang di Indonesia, (Jakarta: Februari,
2009), h. 8.
5
Implementasi pengelolaan wakaf uang di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 menentukan bahwa ada tiga pihak
yang terkait dalam pengelolaan wakaf uang, yakni Badan Wakaf Indonesia
(BWI) sebagai pihak yang melakukan pengelolaan dan pengembangan,
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai lembaga penghimpun dan
penyalur dana dan nazhir sebagai pengelola dana wakaf uang.
Kenyataannya, melalui mekanisme pengelolaan seperti ini potensi wakaf
uang di negeri ini belum optimal. Hal ini, antara lain, disebabkan oleh
sosialisasi dan kapasitas nazhir (pengelola) yang belum maksimal.
Walaupun segala hal yang berhubungan dengan wakaf di Indonesia
adalah wewenang Badan Wakaf Indonesia (BWI), namun di sisi lain,
pengelolaan dana wakaf uang yang belum dilakukan di bawah satu payung
lembaga ini menimbulkan kurang efektifnya pengelolaan wakaf uang
selama ini. Dengan mengacu pada model pengelolaan wakaf uang yang
telah berhasil diterapkan di Negara Bangladesh, seharusnya dapat menjadi
acuan untuk merumuskan suatu model bank wakaf di Indonesia.
Di Bangladesh misalnya, upaya non pemerintah untuk menjawab
masalah kemiskinan telah dicoba melalui keberadaan lembaga yang
bernama Social Islami Bank Limited (SIBL). Lembaga ini beroperasi
denganmenggalang dana masyarakat (kaya), khususnya melalui dana
wakaf uang dan dalam satu atap, untuk kemudian dikelola dimana hasil
pengelolaannya disalurkan untuk masyarakat miskin. Meskipun negara ini
6
masih tergolong negara berkembang tetapi efek kemaslahatan dari
Sertifikat Wakaf Uang (SWU) sudah mulai terasa di Bangladesh.
Untuk kasus Indonesia, upaya seperti yang dilakukan oleh SIBL
tersebut, merupakan satu alternatif yang menarik. Sebuah model Bank
Wakaf sebagai satu payung khusus yang mengelola dana wakaf uang
secara terintegrasi. Penerapan model Bank Wakaf di Indonesia ini pun
memiliki potensi yang cukup besar untuk mengikuti keberhasilan model
Bank Wakaf di negara lain. Mengingat posisi Indonesia sebagai negara
dengan populasi penduduk yang sangat besar dan mayoritas penduduknya
beragama Islam. Dengan efektifnya pengelolaan dan pengembangan sektor
wakaf, sebagai salah satu instrumen ekonomi Islam, maka masalah-
masalah umat seperti misalnya kemiskinan akan lebih cepat teratasi.
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, penulis
merasa penting untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul
“Perbandingan Model Pengelolaan Wakaf Uang Di Bangladesh dan
Indonesia”.
7
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah pada bahasan yang akan penulis teliti
antara lain:
1. Masih adanya paham konservatif bahwa wakaf hanya untuk benda tak
bergerak.
2. Munculnya UU No. 41 tahun 2004 yang mengakomodir tiga pihak
dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf uang di Indonesia.
3. Urgensi pendirian model bank wakaf terintegrasi dalam rangka
optimalisasi wakaf uang di Indonesia.
4. Faktor-faktor pendukung keberhasilan konsep dan operasional wakaf
uang di Bangladesh.
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Untuk memfokuskan penulisan dan memudahkan analisa, maka
penulis perlu membuat batasan-batasannya. Batasan-batasan dalam
penulisan ini membahas tentang model pengelolaan wakaf uang di
Indonesia dan Bangladesh.
Proses perumusan masalah merupakan tahapan yang penting dalam
sebuah proses penelitian karena dapat mempersempit masalah hingga
memungkinkan untuk dapat diteliti. Adapun secara spesifik rumusan
masalah yang akan diteliti dan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
8
1. Bagaimana pengelolaan dalam aspek konsep dan mobilisasi wakaf
uang di Indonesia dan Bangladesh?
2. Bagaimana pengelolaan dalam aspek operasional dan pendayagunaan
wakaf uang di Indonesia dan Bangladesh?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulisan ini memiliki tujuan untuk:
1. Menguraikan pengelolaan dalam aspek konsep maupun mobilisasi
wakaf uang di Indonesia dan Bangladesh.
2. Menguraikan pengelolaan dalam aspek operasional dan
pendayagunaan wakaf uang di Indonesia dan Bangladesh.
Adapun manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini diantaranya
adalah:
1. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi penulis
khususnya dan bagi masyarakat muslim pada umumnya dalam
model pengembangan Bank Wakaf di Indonesia.
2. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan di bidang Ekonomi Islam
khususnya dalam hal pengembangan potensi wakaf produktif melalui
Bank Wakaf.
3. Memberikan masukan kepada pemerintah, terutama instansi-instansi
terkait yang terkait dengan pengelolaan wakaf uang di Indonesia
(Kementrian Agama, Badan Wakaf Indonesia dan lain-lain)
9
mengenai model alternatif berupa Bank Wakaf untuk meningkatkan
peran wakaf uang di Indonesia.
E. Review Kajian Terdahulu
No Nama Penulis/Judul/Tahun Substansi Pembeda
1 Gusva Havita/Model Bank
Wakaf Di Indonesia Dalam
Potensinya Untuk
Mengembangkan Wakaf
Uang dan Mengatasi
Kemiskinan/UI Depok:
Fakultas Hukum, 2013
Penelitian tersebut
membahas tentang urgensi
pendirian Bank Wakaf
sebagai solusi
perekonomian umat muslim
dan sumber pendanaan yang
produktif
Penulis membahas dan
mengkaji perbandingan model
pengelolaan wakaf uang di
Indonesia dan Bangladesh
2
Mulya E. Siregar/Peranan
Perbankan Syariah Dalam
Implementasi Wakaf Uang/
dalam Al-Awqaf , Volume
IV, Nomor 04, Januari 2011
Jurnal tersebut membahas
tentang fungsi LKS sebagai
penyalur dana wakaf umat
dan prosedur implementasi
wakaf uang.
Penulis membahas dan
mengkaji perbandingan model
pengelolaan wakaf uang di
Indonesia dan Bangladesh
3 Arief Muzacky Juhanda/
Implementasi Wakaf Uang di
Badan Wakaf Indonesia,
Skiripsi S1, UIN Syarif
Menjelaskan tentang tata
cara wakaf uang di Badan
Wakaf Indonesia.
Penulis membahas dan
mengkaji perbandingan model
pengelolaan wakaf uang di
Indonesia dan Bangladesh
10
Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Syariah dan Hukum
Konsentrasi Perbankan
Syariah, 2011
4 Rischa Astuty Handayani/
Perbandingan Penghimpunan
Dana Wakf Uang di DD
Republika dan Badan Wakaf
Indonesia, Skripsi S1, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Syariah dan Hukum
Konsentrasi ZISWAF, 2011
Menjelaskan tentang
mekanisme penghimpunan
dana serta peluang dan
tantangan pada DD
Republika dan BWI
Penulis membahas dan
mengkaji perbandingan model
pengelolaan wakaf uang di
Indonesia dan Bangladesh
F. Kerangka Teori dan Konseptual
Bank Wakaf adalah sebuah bank yang menampung dana-dana
wakaf. Wakaf uang dapat berperan sebagai suplemen bagi pendanaan
berbagai macam proyek investasi sosial yang dikelola oleh bank-bank
Islam, sehingga dapat berubah menjadi sebuah bank wakaf. Menurut Prof.
Dr. Mohammad Tahir Sabit dari Universitas Teknologi Malaysia, bank
wakaf didefinisikan sebagai berikut:
11
12
disimpan untuk dikelola kembali. Hasil keuntungan dari pengelolaan dana
wakaf digunakan untuk mengatasi permasalahan ummat yang berkaitan
dengan kemiskinan, yakni dengan sasaran pendidikan, kesehatan, sanitasi
dan pelayanan sosial.
13
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, yakni
penelitian yang bermaksud memahami fenomena-fenomena yang
menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan analisis
statistik atau cara kuantifikasi lainnya8. Sementara itu, menurut
Sugiono, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan
secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada
generalisasi.9Selain itu penelitian kualitatif dapat menghasilkan data
deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku
yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.10
Data dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, studi pustaka dan focused
group discussion.
8Anselm Straus, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Surabaya: PT Bina Ilmu
offset, 1997) h. 11. 9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2009) h. 15.
10 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternative
Pendekatan, (Jakarta: Kencana, cet ke-5, 2010) h. 166.
14
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yakni
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat
lebih mudah dipahami dan disimpulkan,11
artinya penulis berusaha
memberikan gambaran mengenai model pengelolaan wakaf uang di
Bangladesh dan Indonesia.
2. Sumber Data
Data yang penulis peroleh adalah data primer dan data sekunder.
Data primer ialah data yang belum tersedia dan untuk memperoleh data
tersebut peneliti harus menggunakan beberapa instrument penelitian
seperti kuesioner, wawancara, observasi dan sebagainya.12
Adapun data
primer penulis peroleh dari observasi langsung dan melakukan
wawancara kepada pihak-pihak terkait, yaitu pihak dari Badan Wakaf
Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Bimbingan Masyarakat
Islam serta hasil riset dari MA. Mannan tentang sertifikat wakaf uang.
Data Sekunder ialah data yang sudah tersedia, tinggal
mengambilnya saja apakah melalui media cetak ataupun elektronik.13
Data sekunder diperoleh dari literature-literatur lain seperti Al-qur‟an,
11
Azwar Sifudin, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 6.
12 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam,
(Bekasi: Gramatha Publishing, 2013) h. 76.
13Ibid, h. 94.
15
al-hadit‟s, laporan tahunan SIBL, jurnal, makalah, brosur, website dan
lain-lain yang berkaitan dengan skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu dengan membaca
literature-literatur yang ada di perpustakaan yang berhubungan erat
dengan perbandingan model pengelolaan wakaf uang di
Bangladesh dan Indonesia.
b. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian langsung
terjun kelapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan
dengan pokok permasalahan dengan menggunakan teknik sebagai
berikut:
1) Dokumentasi, yaitu penyelidikan dokumen-dokumen tertulis
untuk memperoleh data, seperti berkas-berkas, arsip, internet,
majalah dan lain-lain.
2) Wawancara/Interview, yaitu meminta informasi atau ungkapan
kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat
dan keyakinannya.14
Pengambilan data dalam penelitian ini
dengan menggunakan Tanya jawab yang ditujukan kepada
pihak Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementrerian Agama
R.I dan Badan Wakaf Indonesia.
14
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), h. 50.
16
3) Observasi, merupakan sebagai perhatian yang terfokus terhadap
kejadian, gejala, atau sesuatu.15
Dalam hal ini proses penelitian
secara mendalam untuk mengetahui model pengelolaan wakaf
uang di Bangladesh dan Indonesia.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012. Untuk mengetahui
gambaran secara keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini,
penyusun menguraikanya dalam lima bab:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang masalah-masalah yang akan diteliti,
yakni mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.
15
Ibid., h. 37.
17
BAB II LANDASAN TEORI
Menguraikan tentang tinjauan umum terhadap wakaf uang,
rukun dan syarat wakaf uang, landasan hukum wakaf uang,
manfaat wakaf uang, dan bank wakaf
BAB III GAMBARAN UMUM
Menguraikan tentang gambaran umum Badan Wakaf
Indonesia dan Social Islami Bank Limited.
BAB IV MODEL PENGELOLAAN WAKAF UANG DI
BANGLADESH DAN INDONESIA DALAM
BERBAGAI ASPEK
Menguraikan mengenai perbandingan pengelolaan dalam
aspek konsep, mobilisasi, operasional, dan pendayagunaan
wakaf uang di Indonesia dan Bangladesh.
BAB V PENUTUP
Mengemukakan tentang kesimpulan dari pembahasan dan
saran-saran yang dikemukakan dari pembahasan.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Wakaf Uang
Wakaf secara etimologi adalah al-habs (menahan).16
Kata tersebut
merupakan kata yang berbentuk masdar (gerund) dari ungkapan waqfu al-
syai yang pada dasarnya berarti menahan sesuatu. Dengan demikian,
pengertian wakaf secara bahasa adalah menyerahkan harta benda untuk
orang-orang miskin untuk ditahan. Diartikan demikian karena barang milik
itu dipegang dan ditahan orang lain, seperti menahan hewan ternak, tanah
dan segala sesuatu.17
Dalam istilah syara‟ secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian
yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (kepemilikan) asal,
lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Adapun yang dimaksud yang
tahbisul ashli adalah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak
diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dan sejenisnya.
Lebih lanjut, mengenai pemanfaatan wakaf adalah menggunakannya
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.18
16
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, jil. 11. (Kairo: al-Dar al-Misriyyah li al-Ta‟lif wa
al-Tarjamah, 1954), h. 276.
17 Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Ahkam al-Waqf fi al-Syari‟ah al-
Islamiyah. (Baghdad: Mathba‟ah al-Irsad, 1977). Alih Bahasa Ahrul Sani Faturrahman
dkk, judul Indonesia: Hukum Wakaf, (Jakarta: DD Republika dan IIMan, 2004), h. 37.
18 Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 1996),
h. 635.
18
19
Para ulama berbeda pendapat tentang arti wakaf secara istilah.
Mereka mendefinisikan wakaf dengan definisi yang beragam, sesuai
dengan perbedaan mazhab yang mereka anut, baik dari segi kelaziman dan
ketidaklazimannya, syarat pendekatan di dalam masalah wakaf ataupun
posisi pemilik harta wakaf setelah diwakafkan. Selain itu, juga perbedaan
persepsi di dalam tata cara pelaksanaan wakaf, dan apa saja yang berkaitan
dengan wakaf, seperti persyaratan serah terima secara sempurna dan
sebagainya. Defisini wakaf menurut para ulama adalah sebagai berikut:
Menurut Abu Hanifah, wakaf adalah menahan suatu benda yang
menurut hukum tetap milik waqif dalam rangka mempergunakan manfaat
untuk kebaikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak
lepas dari waqif bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh
menjualnya, karena yang lebih kuat menurut Abu Hanifah adalah bahwa
wakaf hukumnya jaiz (boleh), tidak wajib sama halnya dengan pinjaman.19
Menurut Imam Maliki, wakaf adalah perbuatan waqif yang
menjadikan manfaat hartanya untuk digunakan oleh penerima wakaf,
walaupun yang dimiliki itu berbentuk upah atau menjadikan hasilnya
untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan
mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan
pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari
19
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, terjemahan Indonesia,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1989), cet. 3, juz 8, h. 153.
20
penggunaan secara pemilikan tetapi membolehkan hasilnya untuk tujuan
kebaikan, yaitu pemberian manfaat benda secara wajar sedangkan benda
itu tetap menjadi milik waqif. Perwakafan itu berlaku untuk masa tertentu
dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).
Menurut Imam Syafi‟i, mengartikan wakaf dengan menahan harta
yang bisa memberi manfaat serta kekal materi bendanya dengan cara
memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh waqif untuk diserahkan
kepada nazhir yang diperbolehkan secara syariah. Golongan ini
mensyaratkan harta yang diwakafkan harus harta yang kekal materi
bendanya dengan pengertian bahwa harta yang tidak mudah rusak atau
musnah serta dapat diambil manfaatnya secara terus menerus.20
Menurut Imam Hanbali, mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang
sederhana, yaitu menahan asal harta benda wakaf dan menyedekahkan
manfaat yang dihasilkan.21
Dalam konteks perundangan di Indonesia, nampaknya wakaf
dimaknai secara spesifik dengan menemukan titik temu dari berbagai
pendapat ulama tersebut. Hal ini dapat terlihat dalam rumusan pengertian
wakaf dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Wakaf diartikan sebagai perbuatan hukum waqif untuk memisahkan
20
Munzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 48.
21 Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf, (Jakarta: Iman, 2009), h. 8.
21
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari‟ah.22
Rumusan dalam Undang-undang wakaf tersebut, jelas sekali merangkum
berbagai pendapat para ulama fiqh tersebut di atas tentang makna wakaf,
sehingga makna wakaf dalam konteks Indonesia lebih luas dan lebih
komplit.
Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa
wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat harta yang diwakafkan
kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran syari‟ah
Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5
Undang-undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yang menyatakan
wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta
benda untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan
umum.Sedangkan pengertian wakaf uang disebutkan dalam Undang-
undang tentang wakaf yang menyatakan bahwa harta benda wakaf
meliputi:23
1) Harta benda wakaf terdiri atas benda tidak bergerak dan benda
bergerak.
22
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 1 ayat 1.
23Ibid, pasal 16 ayat 1
22
2) Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a
meliputi;
a) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
b) Bangunan atau bagian bangunan yang terdiri di atas tanah
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
d) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syari‟ah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Huruf b adalah
harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi uang,
logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual,
hak sewa, serta benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya pada Pasal 28-31 Undang-undang Nomor 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf dan Pasal 22-27 Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf, secara eksplisit disebutkan tentang bolehnya pelaksanaan
wakaf uang.
23
Dengan demikian yang dimaksud wakaf uang adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang. Juga termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-
surat berharga, seperti saham, cek dan lainnya.
B. Landasan Hukum Wakaf Uang
Secara umum tidak terdapat ayat al-Qur‟an yang menerangkan
konsep wakaf secara konkrit tekstual. Wakaf termasuk infaq fi sabililillah,
maka dasar yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf
ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat al-Qur‟an yang menjelaskan
tentang infaq fi sabililillah. Di antara ayat-ayat tersebut antara lain :
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
24
buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”(Q.S. al-Baqarah (2): 267)
Artinya:“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.” (Q.S. al-Imran (3): 92)
لذ ا حفع ث علن ي اال هي ثالخ : صذقة جبرية ا قطع عول )را ارا هبت اثي ادم ا ل صبلح يذع
هسلن(
Artinya: “Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah (pahala)
amal perbuatannya kecuali dari tiga hal, yaitu dari (1) shadaqah
jariyah; (2) ilmu yang dimanfaatkan; atau (3) anak sholeh yang
25
mendoakannya.” (HR. Muslim, at-Tirmidzi, al-Nasa’i dan Abu
Dawud)24
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Umar:
عي اثي عور قبل أ ب فقبل يب -صل اهلل علي سلن-صبة عور أرضب ثخيجر فأج الج في يسحأهر
فوب جأهر ث ذ ه فس ع أ إى شئث » قبل رسل اهلل إ أصجث أرضب ثخيجر لن أصت هبال قط
ب حج جصذقث ث ب ال «. سث أصل ال يرخ ال يجحبع ب ال يجبع أصل ب عور أ قبل فحصذق ث
اثي السجي ف سجيل اهلل ف الرقبة ف القرث ت. قبل فحصذق عور ف الفقراء الضيف ال ي ل
. ل في يطعن صذيقب غير هحو ب ثبلوعرف أ ب أى يأكل ه لي )را هسل(جبح عل هي
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, dia berkata: Umar telah
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, lalu dia datang kepada
Nabi saw untuk meminta pertimbangan tentang tanah itu,
kemudian ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhya aku
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, dimana aku tidak
mendapatkan harta yang lebih berharga bagiku selain dari
padanya; maka apakah yang hendak engkau perintahkan
kepadaku sehubungan dengannya? Rasulullah saw berkata kepada
Umar: Jika engkau suka tahanlah tanah itu dan engkau
sedekahkan manfaatnya. Lalu Umar pun menyedekahkan manfaat
tanah itu dengan syarat tanah itu tidak akan dijual, tidak akan
dihibahkan dan tidak akan diwariskan. Tanah itu dia wakafkan
24 Imam Abi al Husain Muslim al hujjaj bin Muslim, Al Jami‟ al Shahih al
Mushamma Shahih Muslim, (Semarang : Toha Putrera, juz 3, t.th) h. 73.
26
kepada orang-orang fakir kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah,
Ibnu sabil, dan tamu, dan tidak ada halangan bagi orang yang
mengurusnya untuk memakan sebagian darinya dengan cara yang
ma‟ruf dan memakannya tanpa menganggap bahwa tanah itu
miliknya sendiri.” (HR. Muslim)25
Para ulama mazhab syafi‟i juga telah membolehkan adanya wakaf
uang, ini dijelaskan dalam riwayat Imam Syafi‟i yang berbunyi:
“Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam Syafi‟i tentang
dibolehkannya wakaf dinar dan dirham (Uang)”.26
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga membolehkan
wakaf uang. Fatwa komisi fatwa MUI itu dikeluarkan pada tanggal 11 Mei
2002. Pada saat itu komisi fatwa MUI juga merumuskan definisi tentang
wakaf, yaitu:
“Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya
atau pokoknya. Dengan cara tidak melakukan tindakan hukum
terhadap benda tersebut (menjual, memberikan, atau
25 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al bukhori, Shahih Bukhori, (Semarang:
Toha Putera, Juz 3, t.th), h. 185.
26 Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, tahqiq Mahmud Mathraji, (Beirut: Dar al-Fikr,
Juz IX, 1994), h. 379.
27
mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang
mubah (tidak) haram yang ada”.27
Ulama fiqih membagi wakaf kepada dua bentuk: Pertama, wakaf
khairi, yaitu wakaf yang sejak semula diperuntukkan bagi kemaslahatan
atau kepentingan umum, sekalipun dalam jangka waktu tertentu, seperti
mewakafkan tanah untuk membangun masjid, sekolah, dan rumah sakit.
Kedua, wakaf ahli, yaitu wakaf yang sejak semula ditentukan kepada
pribadi tertentu atau sejumlah orang tertentu, sekalipun pada akhirnya
untuk kemaslahatan dan kepentingan umum, karena apabila penerima
wakaf telah wafat, harta wakaf itu tidak bisa diwarisi oleh ahli waris yang
menerima wakaf. Wakaf tidak boleh di pindah tangan atau dirubah, tetapi
kalau itu dikehendaki oleh masyarakat tanah tersebut harus diganti sesuai
dengan fungsinya dan manfaatnya juga harus lebih daripada sebelumnya.
Selain hal itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan
fatwanya tentang wakaf uang pada tanggal 11 Mei 2002, yang menyatakan
bahwa:28
1. Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang.
27
Keputusan Komisi Fatwa MUI yang dikeluarkan tanggal 11 Mei 2002, yang
ditandatangani K.H. Ma‟ruf Amin (sebagai Ketua) dan Hasanuddin (sebagai sekretaris).
28 Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Tentang Wakaf Uang Tahun 2002.
28
2. Termasuk kedalam pengertian uang adalah surat berharga.
3. Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh).
4. Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang diperbolehkan secara syar‟i.
5. Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan dan/atau diwariskan.
Dengan demikian, jika dilihat dari landasan hukum wakaf uang
yang telah ada dapat disimpulkan bahwa hukumnya boleh baik menurut
undang-undang maupun agama.
C. Rukun dan Syarat Wakaf Uang
Suatu akad wakaf uang dapat dianggap sah secara syara‟ apabila
memenuhi empat unsur berikut, yaitu:
1. Orang yang berwakaf (waqif)
Dalam hal ini waqif harus memenuhi syarat-syarat untuk
melakukan tabarru‟, yaitu melepaskan hak milik dengan ikhlas tanpa
imbalan materi apapun. Orang dikatakan mempunyai kecakapan
bertabarru apabila ia telah balig, berakal sehat, dan tidak terpaksa.29
Menurut PP. No. 28 Tahun 1977, syarat-syarat waqif adalah
sebagaimana yang diatur dalam pasal 3 ayat 1 yang berbunyi:
29
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, Pedoman Pengelolaan Wakaf Uang, (Jakarta: Maret, 2008), h. 9.
29
“Badan-badan hukum Indonesia atau orang-orang yang telah
dewasa dan sehat akalnya yang oleh hukum tidak terhalang untuk
melakukan perbuatan hukum atas kehendak sendiri dan tanpa
paksaan dari pihak-pihak, dapat mewakafkan tanah miliknya
dengan memperhatikan peraturan-peraturan perundang-undangan
yang berlaku”.30
Dari isi pasal 3 ayat 1 tersebut dapat dilihat adanya persamaan
dengan hukum Islam mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
orang yang berwakaf (waqif).
Sedangkan dalam hukum perwakafan tanah milik, syarat orang
yang berwakaf (waqif) ada empat perkara yaitu:
a. Waqif harus merdeka dan memiliki hak penuh terhadap barang
yang diwakafkan. Tidak sah wakaf dari seorang budak sahaya dan
tidak sah pula mewakafkan milik orang lain atau wakaf seorang
pencuri atas barang curiannya.
b. Orang yang berwakaf itu harus berakal sempurna. Tidak sah wakaf
orang gila dan orang lemah akalnya disebabkan sakit atau lanjut
usia, termasuk juga wakafnya orang dungu karena akalnya
dipandang kurang. Kesempurnaan akal dibutuhkan dan bahkan
menjadi syarat, karena wakaf termasuk perilaku ekonomi yang
30
Saroso, Tinjauan Yuridis, (Yogyakarta: Liberty Jogjakarta, 1984), h. 53.
30
memerlukan keharusan akal sehat dan pertimbangan-pertimbangan
yang matang.
c. Waqif harus cukup umur atau balig. Oleh para Fuqaha balig
dipandang sebagai indikasi sempurnya akal seseorang. Oleh karena
itu, wakaf anak kecil dianggap tidak sah, baik terlepas apakah ia
sudah mampu melakukan transaksi wakaf atau belum.
d. Orang yang berwakaf harus sudah bisa berpikir jernih dan tenang,
dan tidak ada tekanan sedikitpun diakibatkan kelalaian atau
kebodohan sehingga menyebabkan ia bangkrut, walaupun wakaf
tersebut berada dibawah pengawasan wali atau orang yang sudah
dewasa.31
Mengenai kecakapan bertindak dalam hukum Islam ada istilah
yang perlu dipahami, yaitu istilah baligh. Istilah tersebut, mengandung
pengertian kematangan pertimbangan akal, sehingga dengan syarat ini si
waqif dianggap cukup cakap dan mampu melakukan tabarru‟.32
2. Harta yang diwakafkan (mauquf)
Dalam hal ini benda wakaf harus dapat dimanfaatkan dalam
kurun waktu yang berjangka lama, dengan pengertian tidak habis
31
Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1994), h. 34.
32 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 8.
31
sekali pakai. Wakaf dipandang sah bila harta wakaf memiliki nilai dan
merupakan hak penuh si waqif. Harta wakaf tersebut, boleh jadi
berupa saham atau uang yang dapat diperdagangkan, dengan catatan
tingkat spekulasinya tidak begitu tinggi. Artinya, jika harta wakaf
hendak dikembangkan dalam bentuk perdagangan misalnya, modal
harus diperhitungkan sedemikian matang, sehingga dapat
menghasilkan keuntungan sesuai yang diharapkan dengan tujuan
untuk pengembangan harta wakaf itu sendiri. Sebagai kode etiknya
tentu dalam menjalankan modal harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuan hukum Islam, agar terhindar dari hal-hal yang bertentangan
dengan hukum Islam. Golongan Malikiyah dan Syi‟ah
memperbolehkan wakaf benda-benda yang bergerak, sebab menurut
mereka wakaf boleh bersifat sementara dan juga boleh selama-
lamanya. Demikian pula mazhab Syafi‟i dan Hanabilah juga
membolehkan wakaf benda yang bergerak seperti uang, sedang
keabadian suatu wakaf bergantung pada sifat benda itu sendiri.33
3. Tujuan Wakaf (mauquf „alaih)
Tujuan wakaf berdasarkan pemahaman pada hadits Ibnu Umar
yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa harta yang
diwakafkan oleh waqif itu ditujukan kepada orang fakir, kerabat,
33
Imam Suhadi, Hukum Wakaf di Indonesia cet. Ke-1 (Yogyakarta: Dua
Dimensi, 1985), h. 24.
32
untuk memerdekakan budak, pada jalan Allah, orang terlantar dan
tamu.
Berdasarkan hadits Ibnu Umar tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tujuan wakaf tidak terlepas dari dua hal, yaitu:34
a. Untuk mencari keridhaan Allah SWT, termasuk di dalamnya segala
macam usaha untuk menegakkan agama Islam, seperti mendirikan
tempat-tempat ibadah kaum muslimin, kegiatan dakwah,
pendidikan agama Islam, penelitian ilmu-ilmu agama dan
sebagainya.
b. Untuk kepentingan masyarakat, seperti untuk membantu fakir
miskin, terlepas apakah orang muslim atau non muslim,
mendirikan sekolah, dan panti asuhan,dan sebagainya.
Sekalipun dalam hadits tidak disebutkan secara tegas seluruh
tujuan wakaf, namun dapat dipahami bahwa wakaf yang besar
pahalanya adalah wakaf dengan tujuan seperti di atas. Para ulama
sepakat bahwa wakaf tidak boleh untuk tujuan maksiat, tempat
perjudian, tempat pesta dansa, dan perkumpulan-perkumpulan sesat
lainnya.
4. Pernyataan Wakaf (sighat wakaf)
34
Ibid, h. 48.
33
Pernyataan waqif yang merupakan tanda penyerahan barang
atau benda yang diwakafkan, dapat dilakukan dengan lisan atau
tulisan. Mengenai pembatasan waktu dalam berwakaf, seperti
pernyataan seseorang “Aku wakafkan tanah ini sepuluh tahun” maka
mazhab Maliki membolehkan dengan alasan bahwa sesuai dengan
hadits Ibnu Umar bahwa wakaf itu semacam sedekah, sedangkan
setiap sedekah boleh terbatas waktunya. Tetapi menurut mazhab
Hanafi, Syafi‟i, dan Zahiri berpendapat bahwa “waktu selama-
lamanya” merupakan syarat sahnya wakaf. Dasar pendapat mereka
adalah hadits Ibnu Umar yang menyatakan bahwa wakaf itu tidak
boleh dijual, tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan.35
Dari pendapat tersebut berarti bahwa apabila wakaf tersebut
untuk waktu tertentu saja, maka tidak sah wakafnya. Jika terjadi suatu
wakaf, walau tidak disebutkan syarat selama-lamanya, berarti wakaf
telah melepaskan haknya untuk selama-lamanya. Waqif bukan lagi
pemilik harta yang telah diwakafkan itu.
Persyaratan mewakafkan sesuatu dapat dilakukan dengan lisan,
baik berupa tulisan maupun isyarat yang dapat memberi pengertian
wakaf. Shigat wakaf pada hakikatnya merupakan pernyataan (ikrar)
dari si waqif bahwa ia telah mewakafkan hartanya di Jalan Allah
35
Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1993), h. 196.
34
SWT. Karena itu, sighat wakaf tidak memerlukan qabul atau
pernyataan menerima dari pihak yang menerima. Di samping itu
wakaf juga merupakan tabarru (pelepasan hak milik tanpa imbalan),
dan tabarru ini tidak memerlukan qabul.
D. Manfaat Wakaf Uang
Ada empat manfaat dari wakaf uang dewasa ini dalam mewujudkan
masyarakat yang berkeadilan sosial. Pertama, wakaf uang jumlahnya bisa
bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah dapat
mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan
tanah dahulu. Kedua, melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa
tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung
atau diolah untuk lahan pertanian. Ketiga, dana wakaf uang juga bisa
membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang aliran
dananya terkadang kembang-kempis dan membayar gaji civitas akademika
seadanya. Keempat, pada gilirannya umat Islam dapat lebih mandiri dalam
mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu bergantung pada
anggaran pendidikan dan sosial negara yang sangat terbatas.36
Selain di
atas, ada tiga filosofi dasar, seperti diungkapkan Muhammad Syafi‟i
36
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, Strategi Pengembangan Wakaf Uang di Indonesia, (Jakarta: Februari,
2009), h. 11.
35
Antonio yang harus ditekankan ketika umat Islam akan menerapkan
prinsip wakaf uang.37
Pertama, alokasi wakaf uang harus dilihat dalam bingkai proyek
yang terintegrasi, bukan bagian-bagian dari biaya yang terpisah-pisah.
Contohnya, anggapan dana wakaf akan habis bila dipakai untuk menbayar
gaji pegawai sementara wakaf harus abadi. Dengan bingkai proyek,
sesungguhnya dana wakaf akan dialokasikan untuk program-program
pendidikan dan sosial dengan segala macam biaya yang terangkum di
dalamnya.
Kedua, asas kesejahteraan nazhir, sudah lazim kita dengar bahwa
nazhir seringkali diposisikan kerja asal-asalan dan lillahi ta‟ala (dalam
pengertian sisa-sisa waktu dan bukan perhatian umum) dan wajib
berpuasa. Sebagai akibatnya, seringkali kinerja nazhir asal jadi saja. Sudah
saatnya, nazhir menjadi sebuah profesi yang memberikan harapan kepada
lulusan terbaik umat dan profesi yang memberikan harapan kepada lulusan
terbaik umat dan profesi yang memberikan kesejahteraan, bukan saja di
akhirat, namun juga di dunia. Di Turki, misalnya, badan pengelola wakaf
mendapatkan alokasi 5% dari net income wakaf. Sementara itu, The Centre
Waqf Council India mengalokasikan dana sekitar 6% dari net income
pengelolaan wakaf untuk kebutuhan operasional.
37
Ibid, h. 12.
36
Ketiga, asas transparasi dan akuntabilitas dimana badan wakaf dan
lembaga yang dibantunya harus melaporkan setiap tahun akan proses
pengelolaan dana kepada umat dalam bentuk audited financial report
termasuk kewajaran dari masing-masing pos biaya.
E. Bank Wakaf
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.38
Beberapa pengertian bank menurut peraturan
perundang-undangan menunjukkan bahwa bank adalah sebuah lembaga
yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Walaupun
tidak bisa dipungkiri bahwa bank juga sebuah lembaga yang profitoriented
atau berorientasikan pada profit ekonomis. Hal inilah yang berbedadengan
pengertian bank wakaf yang sepenuhnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan umat Islam dan juga masyarakat secara luas.
Bank Wakaf adalah sebuah bank yang menampung dana-dana
wakaf. Wakaf uang dapat berperan sebagai suplemen bagi pendanaan
berbagai macam proyek investasi sosial yang dikelola oleh bank-bank
Islam, sehingga dapat berubah menjadi sebuah bank wakaf.
38
UU Nomor 10 Tahun 1998
37
38
BAB III
Gambaran Umum SIBL dan BWI
A. Profil SIBL
1. Sejarah dan Perkembangan SIBL40
The Social Islami Bank Ltd (SIBL) merupakan bank Islam
generasi kedua yang beroperasi sejak 22 November 1995 yang
dicetuskan oleh MA. Mannan, seorang ekonom profesional asal IDB
(Islamic Development Bank) dan guru besar ilmu ekonomi dan
keuangan syariah di universitas King Abdul Aziz Saudi Arabia. Bank
ini berlandaskan prinsip syariah, kini 94 cabang di seluruh negara
dengan dua anak perusahaan yakni, SIBL Securities Ltd & SIBL
Investment Ltd. Bank Islam generasi kedua ini memang konsep abad
ke-21 dengan partisipatif model perbankan tiga sektor dalam satu. Di
sektor formal, SIBL bekerja sebagai Bank Umum partisipatif Islam
dengan pendekatan wajah manusiawi untuk kredit dan perbankan bagi
hasil. Bank ini adalah perbankan Non-formal dengan keuangan
informal dan paket kredit yang memberdayakan dan memanusiakan
nyata keluarga miskin dan menciptakan peluang pendapatan daerah
dan menghambat migrasi internal.
40
Company Profile SIBL, www.siblbd.com, diakses pada tanggal 27 mei 2014.
37
39
Tabel 3.1 Target Pencapaian Kinerja SIBL 2012-2013
Indicators
Target
2013 Actual- 2013 Actual-2012
Achievement
percentage Growth %
Deposits 10,350.00 9,598.48 8,109.14 92.74% 18.37%
Investments 9,000.00 8,592.23 7,602.50 95.47% 13.02%
Foreign Exchange
Business 17,000.00 13,237.47 12,651.99 77.87% 4.63%
Operating Pro t 415.00 292.43 361.78 70.46% (19.17%)
Sumber: Annual Report SIBL 2013
Tabel 3.1 memperlihatkan pencapaian kinerja SIBL pada
periode 2012-2013 dimana ada 4 indikator pencapaian dalam
menjalankan kinerja lembaga, yaitu simpanan nasabah, investasi,
bisnis valas (valuta asing), keuntungan operasional sebelum pajak.
Pada tahun 2013 dari segi simpanan nasabah (9,598.48) ,
investasi (8,592.23), dan bisnis valas (13,237.47), SIBL mengalami
peningkatan kinerja dimana pencapaian ditahun 2012 sebelumnya
untuk simpanan nasabah (8,109.14), investasi (7,602.50), bisnis valas
(12,651.99). Masing-masing mengalami peningkatan sebesar 92.74%
untuk simpanan nasabah, 95.47% untuk investasi, 77.87% untuk
bisnis valas. Pada sisi keuntungan operasional perbankan pada tahun
40
2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dari angka 361.78
turun diangka 292.43.
Walaupun hasil operasional tahun 2013 tidak sampai target,
SIBL percaya bahwa upaya pada tahun 2013 akan memberikan
stimulus untuk bekerja lebih keras di tahun-tahun selanjutnya dan
SIBL terusberproses untuk mengeksplorasi setiap potensi dari setiap
karyawan untuk memaksimalkan pelayanan di masa mendatang.
2. Visi, Misi, dan Nilai
1) Visi
Bekerjasama dalam membangun masyarakat yang lebih baik.41
2) Misi
a. Memberikan dukungan untuk organisasi manfaat sosial dengan
cara memobilisasi dana dan pelayanan sosial.
b. Memberdayakan keluarga miskin yang nyata dan menciptakan
peluang pendapatan daerah.
c. Mempertahankan dan mengoptimalkan sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi.
d. Memperkenalkan inovasi produk dan jasa perbankan syariah.
e. Optimalisasi strategi pertumbuhan yang seimbang dan
berkelanjutan.
41
Annual Report SIBL On Year 2013.
41
f. Melayani pelanggan dengan cepat, akurat, dan kelas terbaik.42
3) Nilai
a. Kejujuran. Merupakan nilai yang dipegang dalam setiap
layanan.
b. Transparasi. Bersifat transparan dalam setiap transaksi apapun.
c. Efisiensi. Kesempurnaan dalam setiap pekerjaan yang
dilakukan.
d. Akuntabilitas. Selalu bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan.
e. Religiusitas. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi yang
berlandaskan nilai Islami.
f. Inovasi. Pikiran dan mata terbuka untuk evolusi dalam kualitas
hidup untuk manfaat lebih lanjut.
g. Fleksibilitas. Mengarahkan kepada pemahaman yang lebih
baik dan kepuasaan yang lebih besar.
h. Keamanan. Setiap pelanggan harus merasa aman dengan
semua produk dan jasa.
i. Teknologi. Terus mencari perkembangan terbaru untuk
memberikan yang terbaik kepada pelanggan.43
42
Annual Report SIBL On Year 2013.
43 Company Profile SIBL, www.siblbd.com, diakses pada tanggal 27 mei 2014.
42
3. Struktur Dewan Direksi SIBL
Dalam mengambil sebuah keputusan Bank ini mempunyai
struktur dewan direksi. Setiap direksi mempunyai tugasnya masing-
masing dalam menjalankan SIBL.
Bagan 3.1
Struktur Dewan Direksi SIBL
Sumber: Company Profile SIBL
43
B. Profil BWI
1. Sejarah Pendirian
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan
perwujudan amanat yang digariskan dalam UU No. 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf. Kehadiran BWI sebagaimana dijelaskan dalam Pasal
47 adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di
Indonesia. Untuk pertama kali, keanggotaan BWI diangkat oleh
Presiden Republik Indonesia sesuai dengan Keputusan Presiden
(Kepres) No. 75/M Tahun 2007 yang ditetapkan di Jakarta, 13 Juli
2007. BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat
bebas dari penguasa manapun serta bertanggung jawab kepada
masyarakat.44
BWI berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan. Dalam kepengurusan, BWI
terdiri dari atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan, masing-
masing dipimpin oleh satu orang Ketua dan dua Wakil Ketua yang
dipilih dari dan oleh anggota. Badan pelaksana merupakan unsur
44
Sejarah BWI, www.BWI.or.id, diakses pada tanggal 10 November 2014.
44
pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsur
pengawas pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan Wakaf
Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 orang dan paling banyak 30
orang yang berasal dari unsur masyarakat.45
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden. Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf
Indonesia di daerah diangkat dan diberhentikan oleh Badan Wakaf
Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa
jabatan selama 3 tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali
masa jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan
Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden oleh Menteri Agama.
Pengusulan pengangkatan keanggotaan BWI kepada Presiden
selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.46
2. Visi, Misi, dan Strategi BWI47
a. Visi
Terwujudnya lembaga independen yang dipercaya
masyarakat, mempunyai kemampuan dan integritas untuk
mengembangkan perwakafan nasional dan internasional.
45
Pasal 51-53, Undang-Undang No. 41 Tahun 2004.
46 Pasal 55-57, Undang-Undang No. 41 Tahun 2004.
47 Visi dan Misi BWI, www.BWI.or.id, diakses pada tanggal 10 November 2014.
45
b. Misi
Menjadikan BWI sebagai lembaga profesional yang
mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda
wakaf untuk kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat.
c. Strategi
Adapun strategi untuk merealisasikan Visi dan Misi Badan
Wakaf Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan BWI secara nasional
dan internasional.
2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.
3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
berwakaf.
4. Meningkatkan profesionalitas nazhir dalam pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf.
5. Mengkordinir dan membina seluruh nazhir wakaf.
6. Menertibkan administrasi harta benda wakaf.
7. Menghimpun, mengelola, dan mengembangkan harta benda
wakaf berskala nasional dan internasional.
46
3. Struktur Lembaga48
Dalam menjalankan sebuah kinerja optimalisasi wakaf uang
maka BWI mempunyai struktur lembaga. Adapun struktur lembaga ini
terdiri dari dewan pertimbangan, badan pelaksana, dan berbagai
divisi pendukung kinerja.
Dewan Pertimbangan
Ketua : Dr. H.M. Anwar Ibrahim
Wakil Ketua : Bahrul Hayat, Ph.D
: Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
Anggota : Drs. H. Ahmad Djunaidi, MBA
: Dr. Mulya E Siregar
: H. Muhammad Abbas Aula, Lc.MHI
Badan Pelaksana
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Tholhah Hasan
Wakil Ketua I : Mustafa Edwin Nasution, PhD
Wakil Ketua II : Drs. KH. A. Hafizh Utsman
Sekretaris : Drs. Sutami, M.Pd.I
Wakil Sekretaris : H.M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D
Bendahara : Prof. Dr. Suparman, MSc
Wakil Bendahara : H.M Mardini
48
Struktur Organisasi BWI, www.BWI.or.id, diakses pada tanggal 10 November
2014.
47
Divisi
Pembinaan Nazhir : Dr. KH. Maghfur Usman
: Dr. H. Jafril Khalil
: Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA
Pengelolaan Wakaf : Ir. Suhaji Lestiadi
: Iggi Haruman Ahsien, SE
Hubungan Masyarakat : Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA
: Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS
Kelembagaan : Dr. Wahiddudin Adams, SH. MA
: Drs. Arifin Nurdin, SH
: Mohammad Sholeh Amin, SH
Penelitian : Prof. Dr. Uswatun Hasanah, MA
: Dr. Amelia Fauzia
: H. Abdul Qadir, SH, MA
Kerjasama Luar Negeri : Dr. H. Nursamad Kamba
: H. Arif Zamhari, Ph.D
48
BAB IV
PERBANDINGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BANGLADESH
DAN INDONESIA DALAM BERBAGAI ASPEK
A. Konsep Wakaf Uang
1. Bangladesh
Dalam hal wakaf uang, negara yang sampai saat ini boleh
dikatakan paling berkembang dan maju dalam pengelolaannya adalah
Bangladesh. Di Bangladesh wakaf uang memang telah menuai hasil
yang memuaskan. Melalui dana wakaf, pemerintah Bangladesh
mampu memberdayakan masyarakatnya mandiri secara ekonomi. Hal
tersebut bermula dari pengenalan sertifikat wakaf uang yang
dilakukan oleh M.A Mannan dengan mendirikan sebuah lembaga
bernama Social Islami Bank Ltd (SIBL). Lembaga tersebut berfungsi
untuk menggalang dana dari orang-orang melalui sertifikat wakaf
uang. Lalu dana yang terkumpul dikelola, sedangkan keuntungannya
disalurkan kepada rakyat miskin yang membutuhkan.
SIBL merupakan sebuah model perbankan tiga sektor di luar
perbankan konvensional dan beroperasi secara bersama-sama dengan
tujuan menghapuskan kemiskinan dan memberdayakan keluarga
melalui inventasi sosial berlandaskan sistem ekonomi partisipatif.
Berbagai macam kegiatan bank dilakukan melalui sektor formal, non
formal dan voluntary. Dalam proses pengorganisasian operasi pasar
47
49
modal sosial (Social Capital Market)49
pada sektor voluntary,
pengenalan Sertifikat Wakaf Uang merupakan yang pertama kalinya
dalam sejarah perbankan. Sertifikat Wakaf Uang ini dimaksudkan
sebagai instrumen pemberdayaan keluarga kaya dalam memupuk
investasi sosial sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial.
Sebuah riset M. A. Mannan yang berjudul “Structural
Adjusment and Islamic Voluntary Sector with special Reference to
Awqaf in Bangladesh” dan dipublikasikan oleh IDB Jeddah, pada
tahun 1995 menunjukkan bahwa “Wakaf Uang” juga dikenal dalam
Islam. Tata cara ini telah dikenal pada periode Utsmaniyah, dan juga
di Mesir. Meski begitu, penggunaan Wakaf Uang sebagai instrumen
keuangan sungguh merupakan inovasi dalam keuangan publik Islam
(Islamic Social Finance).50
Wakaf Uang membuka peluang yang unik bagi penciptaan
investasi di bidang keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial.
Tabungan dari warga yang berpenghasilan tinggi dapat dimanfaatkan
49
Social Capital Market adalah tempat terjadinya transaksi bagi kegiatan amal,
dimana seseorang pada tempat tersebut bisa menentukan arah penggunaan dari amal yang
diserahkannya. Misalnya, dalam konteks wakaf ini, waqif bisa menentukan penggunaan
dana wakaf tersebut sesuai dengan kehendaknya. Misalnya, untuk pembangunan jalan,
pembangunan sekolah, pembangunan rumah sakit, dsb.
50 Keuangan Publik Islam adalah sistem keuangan publik yang sesuai dengan
syariah Islam. Salah satu ciri dari sistem keuangan publik Islam adalah bahwa Islam
sangat tidak menganjurkan sebuah APBN dibangun melalui anggaran defisit.
50
melalui penukaran Sertifikat Wakaf Uang. Sedangkan pendapatan
yang diperoleh dari pengelolaan Wakaf Uang tersebut dapat
dibelanjakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti pemeliharaan
harta-harta wakaf itu sendiri.
Pada umumnya, aset-aset yang tidak dapat dipindahkan
terutama dalam bentuk tanah merupakan bentuk wakaf benda tak
bergerak. Itulah kemudian yang mencirikan wakaf sebagai bentuk
amal/sumbangan yang memiliki tingkat likuiditas rendah.51
Pada
umumnya aset tanah walaupun boleh dijual atau ditukar dengan yang
lainnya, namun untuk melepaskan dan menukarkannya dengan kas
biasanya memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa likuiditas yang rendah merupakan sifat
wakaf properti. Bahkan ketika seseorang ingin berinvestasi dalam
Awqaf properties seperti pembangunan gedung pada sebidang tanah
wakaf dengan maksud menyewakannya, kegiatan ini memerlukan kas
yang akan memungkinkan seseorang mentransfer wakaf dari satu
bentuk ke bentuk yang lain. Dalam konteks ini, mengumpulkan dana
melalui penjualan Sertifikat Wakaf Uang bagi pengembangan wakaf
properti akan bertambah penting pada abad ke-21 ini.
51
Para ahli ekonomi mendefinisikan likuiditas sebagai tingkat
kemudahan/kesulitan menukarkan dana dengan kas dalam waktu singkat dengan biaya
yang wajar.
51
Manfaat lain dari Sertifikat Wakaf Uang adalah bahwa dia
dapat mengubah kebiasaan lama dimana kesempatan wakaf itu
seolah-olah hanya untuk orang-orang kaya saja. Karena Sertifikat
Wakaf Uang seperti yang diterbitkan oleh SIBL dibuat dalam
denominasi sekitar US$21, maka sertifikat tersebut dapat terbeli oleh
sebagian besar masyarakat muslim. Bahkan, sertifikat tersebut dapat
dibuat dalam pecahan yang lebih kecil lagi. Dipandang dari sisi ini,
maka penerbitan Sertifikat Wakaf Uang diharapkan dapat menjadi
sarana rekonstruksi sosial dan pembangunan dimana mayoritas
penduduk dapat ikut berpartisipasi.
Social Islami Bank Ltd. (SIBL) bertujuan untuk mewujudkan
perekonomian partisipatif. Kegiatan perbankan dan keuangan menjadi
bagian integral dari kehidupan. SIBL merupakan konsep alternatif
bank Islam dengan pendekatan kemanusiaan terhadap kredit,
perbankan berdasarkan transaksi bebas bunga, kerja sama dan
pembagian keuntungan maupun kerugian melalui berbagai cara
pembiayaan dan kemanusiaan, seperti tercermin pada nama nama
bank ini. Dengan demikian, sasaran atau target utama cakupan dari
operasional SIBL ini adalah kaum miskin.52
52
M.A. Mannan, “Model Perekonomian Tiga Sektor: Kasus Operasionalisasi
Social Islami Bank Ltd” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 57-58.
52
Dalam konteks perekonomian dengan surplus tenaga kerja
seperti di Bangladesh, SIBL merupakan konsep alternatif yang
menyeluruh dan sebuah model operasional yang mengkombinasikan
manfaat materi secara riil, manfaat sosial, dan pandangan spiritual.
Ketiga unsur tersebut merupakan suatu paket untuk memberi manfaat
tidak hanya bagi kliennya maupun pemegang saham tetapi juga bagi
masyarakat miskin pada tingkat bawah. Karena Islam juga
mengakomodir antara aktivitas ubudiyah dan muamalah, maka
terdapat kejelasan dalam dimensi moral maupun kemanusiaan dalam
setiap aktivitas perbankan bebas bunga, ekonomi dan keuangan,
kredit, konstruksi, perdagangan, pengangkutan, pertanian, perikanan,
industri, pertambangan, dan sebagainya. Bank ini juga menawarkan
suatu alternatif program income generatingbagi jutaan masyarakat
miskin perkotaan maupun pedesaan, pilihan investasi yang
menguntungkan bagi masyarakat mampu serta menimbulkan rasa
aman dan damai diantara anggota masyarakat.53
Pada tingkat operasional, SIBL mampu menghasilkan
keterkaitan yang jelas antara ketiga sektor perekonomian riil, yaitu:
sektor moneter formal, sektor informal non moneter, dan
perekonomian Islam. SIBL menawarkan jasa perbankan modern
53
Ibid, h. 57.
53
kepada proyek-proyek di sektor formal, non formal, dan sektor
voluntary. Selain itu, SIBL juga menawarkan jasa khusus bagi
masyarakat Bangladesh yang tinggal diluar negeri. Konsep deposan
dalam perbankan sosial ini sangatlah berbeda dibandingkan dengan
konsep-konsep perbankan lainnya. Di sini, deposan berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan pembiayaan, investasi dalam proyek tertentu
seperti proyek bagi hasil, proyek bagi sewa, perdagangan, pembagian
dividen, perjanjian sewa beli dan berbagai instrumen keuangan
lainnya seperti obligasi Mudharabah, Asuransi Takaful dan
sebagainya.54
SIBL menawarkan program sosio ekonomi yang mencakup
totalitas kehidupan sehingga tidak hanya menghasilkan kesempatan
secara ekonomi dan sosial untuk bekerja, tetapi juga untuk mendorong
semangat kontribusi dan partisipasi, tanggung jawab sosial, dan saling
membutuhkan. Konsep seperti ini akan menghindarkan seseorang
untuk berperilaku yang cenderung individualistis. Mengingat dalam
konsep ini, partisipasi aktif dari seluruh pelaku ekonomi (deposan,
bank, dan penerima kredit) sangat diharapkan. Sehingga, dari suasana
ini diharapkan akan menimbulkan lingkungan yang aman, baik secara
ekonomi maupun sosial dan timbul rasa memiliki. Pada gilirannya,
54
M.A. Mannan, “Model Perekonomian Tiga Sektor: Kasus Operasionalisasi
Social Islami Bank Ltd” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 59-60.
54
konsep ini akan menghasilkan loyalitas dan mendorong untuk
melakukan hal yang terbaik.
Setiap proyek dirancang sedemikian rupa sehingga proyek
tersebut tidak hanya mencerminkan kegiatan ekonomi, tetapi sekaligus
juga mencerminkan kegiatan sosial dan moral. Dalam hal ini, maka
dalam program bank juga terdapat skema untuk melakukan
pendidikan, pelatihan formal maupun non formal bagi semua untuk
membangun masyarakat. Dengan komitmen untuk kepentingan
bersama, landasan filosofi sosial ekonomi program SIBL, maka sudah
seharusnya konsep ini tidak hanya dipahami, tetapi sudah selayaknya
dijalankan.55
Orang miskin dalam konsep SIBL terlibat dalam upaya
penghapusan kemiskinan. Oleh karena itu, berbagai bentuk program
yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat dilakukan dengan
kegiatan yang menghasilkan pendapatan bagi masyarakat miskin.
SIBL betujuan untuk memberikan paket menyeluruh bagi investasi
komersial, jasa pembiayaan yang terkait dengan pinjaman bebas
bunga, maupun hibah untuk rakyat miskin, agar rakyat miskin
mampu:
55
M.A. Mannan, “Model Perekonomian Tiga Sektor: Kasus Operasionalisasi
Social Islami Bank Ltd” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 58-59.
55
a) Mempertahankan tingkat konsumsi minimal (misalnya,
mempertahankan Managing Marginal Propensity to Consume).
b) Meningkatkan tingkat tabungan (misalnya, mempertahankan
Managing Marginal Propensity to Save).
c) Menciptakan keseimbangan untuk berinvestasi (misalnya,
mempertahankan Managing Marginal Propensity to Invest).56
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
tujuh konsep mendasar pada SIBL yaitu, sebagai berikut:
a. Membangun pendekatan alternatif dengan wajah manusiawi
untuk kredit dan pembiayaan yang didasarkan partisipasi dan
bagi hasil.
b. Dalam melaksanakan proyek, prioritasnya adalah mentargetkan
pada kemiskinan absolut.
c. Melibatkan masyarakat miskin dan semua penerima manfaat
dari program tersebut dalam proses recyling untuk mengurangi
kemiskinan melalui kontribusi dalam dana sosial.
d. Mendorong manajemen bagi hasil dan partisipasi untuk
meningkatkan saling menghargai dan saling membutuhkan dan
bukan individualistis.
56
Ibid, h. 61.
56
e. Meningkatkan kualitas SDM dan potensi untuk berpartisipasi
dalam program melalui keharusan untuk pendidikan kembali,
pendidikan baru, maupun program pelatihan non formal.
f. Memberikan gambaran yang jelas mengenai tujuan ekonomi,
sosial, dan moral untuk setiap partisipan dan program SIBL.
g. Merancang dan melaksanakan program dengan tujuan untuk
membangun perasaan kepekaan masyarakat terhadap nilai-nilai
kemanusiaan.57
2. Indonesia
Sampai saat ini di Indonesia sudah ada beberapa lembaga
yang mengelola wakaf seperti Baitul Maal Muamalat yang bekerja
sama dengan Bank Muamalat Indonesia, LAZ Portalinfak, Pos
Keadilan Peduli Umat, dan Yayasan Dompet Dhuafa Republika.58
Di awal operasi produk wakaf uang, pola pengelolaan wakaf
uang yang dilakukan oleh Yayasan Dompet Dhuafa Republika adalah
langsung memanfaatkan dana wakaf pada sasaran, tidak
menginvestasikannya terlebih dahulu sehingga aset pokok wakaf
57
M.A. Mannan, “Model Perekonomian Tiga Sektor: Kasus Operasionalisasi
Social Islami Bank Ltd” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 62-63.
58 Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Nani Al-Mu‟in, Staff penelitian BWI,
pada tanggal 21 Oktober 2014.
57
digunakan untuk membiayai operasional program wakaf, bukan profit
atau keuntungannya.
Seiring waktu berjalan, lembaga itu terus melakukan evaluasi
dan inovasi dalam maksimalisasi pengembangan wakaf uang. Di tahun
2004, Dompet Dhuafa telah melakukan strategi baru antara lain
mereka bekerja sama dengan Batasa Capital dan BII Syariah.
Kerjasama ini telah berhasil meluncurkan “Wakaf Investasi Dompet
Dhuafa Batasa Syariah”. Sebuah produk yang diluncurkan untuk
mensinergikan investasi dengan charity demi membangun bangsa.
Wakaf tersebut akan dialokasikan untuk mendorong kegiatan sektor
rill, khususnya yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
usaha kecil dan menengah.
Produk tersebut adalah gabungan antara wakaf uang dengan
investasi reksa dana syariah, dimana investor dapat menentukan
dengan leluasa presentase yang diperolehnya dan mewakafkan
sebagian atau seluruh dari investasinya sebagai harta wakaf. Bagi
yang mengeluarkan wakaf akan diberi sertifikat wakaf investasi atas
nama dari Dompet Dhuafa dengan nominal terkecil Rp. 1.000.000,-
(satu juta rupiah). Dalam prosesnya, Batasa Capital berperan sebagai
manajer investasi sementara Dompet Dhuafa berperan sebagai
pengelola dana wakaf.
58
Secara konseptual, pengelolaan wakaf uang pada Pos Keadilan
Peduli Umat (PKPU) sama dengan pola pengelolaan wakaf uang di
Yayasan Dompet Dhuafa Republika diaawal operasinya, yaitu
langsung memanfaatkan dana wakaf pada sasaran dan tidak
menginvestasikannya terlebih dahulu sehingga dana yang digunakan
untuk membiayai operasional program wakaf adalah aset pokok wakaf
bukan keuntungannya. Adapun strategi penghimpunan dana wakaf
uang di PKPU adalah dengan menyediakan sertifikat wakaf uang
dengan nominal minimal Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).59
Untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan wakaf
di Indonesia sudah dibentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang
bersifat independen serta dapat membentuk perwakilan di Provinsi
dan Kabupaten jika dianggap perlu. Pada bulan Juli 2007 keluar
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 75/M Tahun 2007 yang
memutuskan mengangkat keanggotaan BWI periode 2007-2010 yang
diketuai oleh Tholhah Hasan.60
Adapun tugas dari Badan Wakaf
Indonesia (BWI):
59
Hasil Wawancara Pribadi dengan Bapak Sigit Indra Prianto, Staff pengelolaan
BWI, pada tanggal 21 Oktober 2014.
60 Tholhah Hasan, “Perkembangan Kebijakan Wakaf di Indonesia”, Republika,
14 Maret 2008, h. 19.
59
a. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf.
b. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
berskala nasional dan internasional.
c. Memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan
peruntukan dan status harta benda wakaf.
d. Memberhentikan dan mengganti nazhir.
e. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.61
Adapun praktek wakaf uang di Indonesia secara benar itu
dilakukan melalui Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang
(LKS-PWU). Dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
menyebutkan bahwa waqif dapat mewakafkan benda bergerak berupa
uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri
agama.62
Setelah waqif menyerahkan wakaf uangnya kemudian LKS
akan menerbitkan dan menyampaikan setifikat wakaf uang kepada
waqif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf.
61
Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf,
(Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam Depag RI, 2006), h. 94.
62 Pasal 29, UU No. 41 Tahun 2004.
60
Mengenai LKS yang ditunjuk oleh Menteri Agama pada
September 2008 melalui Keputusan Menteri (kepmen) Agama RI No.
92-96 Tahun 2008, telah menunjuk lima Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) sebagai Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang
(LKS-PWU). Kelima LKS tersebut, yaitu BNI Syariah, Bank
Muamalat Indonesia, Bank DKI Syariah, Bank Mandiri Syariah, dan
Bank Mega Syariah. Dengan ditunjuknya lima LKS-PWU itu,
masyarakan sudah dapat melaksanakan praktik wakaf uang sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.63
Pengelolaan wakaf uang dalam PP No. 42 Tahun 2006 tentang
pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf telah menjelaskan
sebagai berikut:64
a. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf harus
berpedoman pada peraturan BWI.
b. Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang
hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk
LKS dan/atau instrumen keuangan syariah.
c. Dalam hal LKS-PWU menerima wakaf uang untuk jangka
waktu tertentu, nazhir hanya dapat melakukan pengelolaan dan
63
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Nani Al-Mu‟in, Staff penelitian BWI,
pada tanggal 21 Oktober 2014.
64 Pasal 48, PP No. 42 Tahun 2006.
61
pengembangan harta benda wakaf uang pada LKS-PWU yang
dimaksud.
d. Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang
yang dilakukan pada bank syariah harus mengikuti program
lembaga penjamin simpanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
e. Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf yang
dilakukan dalam bentuk investasi di luar bank syariah harus
diasuransikan pada asuransi syariah.
Seiring dengan perkembangan zaman dan perluasan sosialisasi
mengenai wakaf uang, maka BWI melakukan perluasan jaringan
dengan bank-bank lain yang berminat sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan dalam petunjuk LKS-PWU, antara lain: Bank
Bukopin Syariah, Bank Tabungan Negara Syariah, BPD DIY Syariah
yang pada tahun 2011 telah mendapatkan surat keputusan (SK)
Menteri dan telah berhak mengeluarkan sertifikat wakaf uang.65
65
Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Nani Al-Mu‟in, Staff penelitian dan
pengembangan BWI, pada tanggal 21 Oktober 2014.
62
B. Mobilisasi Wakaf Uang
1. Bangladesh
Kesuksesan di bidang pengelolaan amal-amal Islami (the
Islamic voluntary sector), termasuk wakaf, telah tercatat dalam sejarah
Islam. Dengan adanya kemajuan-kemajuan di bidang teknologi
informasi, maka sudah saatnya untuk mengaplikasikan kegiatan Islami
dalam skala global. Dalam proses tersebut, SIBL di abad 21 ini telah
memainkan peranan yang sangat penting dalam mengaktifkan dan
melembagakan kembali peran lembaga-lembaga sosial ekonomi serta
berbagai instrumen redistribusi pendapatan melalui penciptaan
instrumen, produk-produk dan pengelolaan dana seperti: Waqf
Properties Development, Cash Waqf-Certificate, Zakat Certificate,
Hajj Saving Certificate, and Trust Fund.66
Pada sistem fiskal yang berlaku di negara Bangladesh,
perpajakan dititikberatkan pada pajak tidak langsung yang bersifat
regresif.67
Sebagian besar pajak langsung dapat dikonversikan sebagai
bentuk tanggung jawab sosial melalui penerbitan Sertifikat Wakaf
Uang. Sertifikat tersebut dapat menggantikan sebagian atau seluruh
66
M.A. Mannan, “Sertifikat Waqf Tunai, sebuah Inovasi Instrumen Keuangan
Islam” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 21.
67 Pajak regresif adalah pajak yang menerapkan tarif dimana semakin menurun
dengan semakin tingginya jumlah penghasilan yang kena pajak.
63
pajak penghasilan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur
kemanusiaan dan sosial. Dalam konteks ini, wakaf uang dapat
dipandang sebagai wacana gerakan pembangunan masyarakat dalam
mengatasi masalah pendidikan, sosial, dan ekonomi.68
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka berbagai upaya
pengenalan tentang arti penting wakaf termasuk Wakaf Uang sebagai
sarana mentransfer tabungan si kaya kepada para usahawan dan
anggota masyarakat dalam mendanai kegiatan-kegiatan keagamaan,
pendidikan, dan sosial di negara-negara Muslim dilakukan secara
intensif. Wakaf Uang dapat berperan sebagai suplemen bagi
pendanaan berbagai macam proyek investasi sosial yang dikelola oleh
bank-bank Islam sehingga dapat berubah menjadi Bank Waqf.69
Bahkan sekarang di Bangladesh, Wakaf Uang memiliki arti yang
sangat penting dalam memobilisasi dana bagi pengembangan wakaf
properti.
Pada sensus tahun 1986, di Bangladesh terdapat 150.593 wakaf
tanah yang mempunyai bermacam-macam kegunaan. Pada tahun
1983, di Bangladesh terdapat 131.641 masjid dimana dari jumlah
tersebut, sebanyak 123.006 masjid berasal dari wakaf properti. Dari
68
Ibid, h. 20.
69 Bank Waqf adalah sebuah bank yang menampung dana-dana wakaf.
64
seluruh wakaf tanah tersebut, 97.046 terdaftar, 45.607 verbal, dan
sisanya 7.940 adalah wakaf secara tradisional. Dari jumlah wakaf
tanah sebesar itu, hanya terdapat 13.200 yang berada di bawah
pengawasan administratur wakaf, dimana 10.683 wakaf tanah tersebut
merupakan wakaf campuran.70
Lebih lanjut, program mobilisasi SIBL diarahkan untuk
meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin pedesaan
dan perkotaan dengan tujuan untuk memberdayakan keluarga sebagai
unit terkecil dalam masyarakat. Program investasi pada bank ini
bertujuan untuk menghasilkan keuntungan, dimana sebagian dari
keuntungan tersebut akan disisihkan untuk mendukung proyek-proyek
sosial. Dengan demikian, maka seluruh kegiatan keuangan dan
ekonomi yang dijalankan SIBL akan selalu memiliki tujuan sosial
dengan preferensi sosial dan moral yang jelas. Strategi operasional
SIBL mencakup mobilisasi dan utilisasi dari:
a) Sumber daya lokal, terutama masyarakat bawah;
b) Surplus tenaga kerja;
c) SDM maupun modal dan program sebelumnya;
d) Pengangguran maupun setengah pengangguran dari sektor
informal;
70
M.A. Mannan, “Sertifikat Waqf Tunai, sebuah Inovasi Instrumen Keuangan
Islam” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 37-38.
65
e) Perekonomian Islam dan tenaga kerja sukarela untuk akumulasi
modal sosial dan kesejahteraan;
f) Penerapan pendekatan hubungan harmonisasi antarkelas dalam
keluarga besar untuk membangun hubungan industrial melalui
partisipasi tenaga kerja;
g) Partisipasi wanita, minoritas dan maasyarakat atau agama lain
dalam merealisasikan konsep persaudaraan dan kemanusiaan;
h) Manajemen suatu bank terutama harus ikut berperan serta
sehingga pegawainya merasa bahwa perusahaan merupakan
miliknya.71
Untuk memaksimalkan upaya tersebut, maka SIBL terus
melakukan berbagai cara untuk memobilisasi dana wakaf uang dengan
kegiatan-kegiatan antara lain:
a. Sosialisasi
SIBL berusaha menjembatani informasi dan edukasi akan
pentingnya wakaf uang dengan cara berbagai pendekatan melalui
perbankan berjalan (door to door), stasiun TV, radio, harian umum
nasional, newsletter, dan majalah profesi.
b. Kerjasama lembaga
71
M.A. Mannan, “Model Perekonomian Tiga Sektor: Kasus Operasionalisasi
Social Islami Bank Ltd” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 59.
66
SIBL melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
yang peduli dengan aktivitas pemberdayaan sosial.
c. Membership
Suatu strategi SIBL dalam penggalangan dana dengan cara
merekrut calon donatur potensial dan membuat keanggotaan
donatur tetap.
d. Special event
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh SIBL bermuara pada
program rehabilitasi keluarga, pendidikan dan kebudayaan,
kesehatan dan sanitasi, dan pemberdayaan sosial.72
2. Indonesia
Keberadaan Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang dibentuk
berdasarkan amanat UU No. 41 Tahun 2004 untuk mengembangkan
perwakafan, baik secara nasional dan internasional, belum banyak
diketahui masyarakat pada umumnya. Saat ini, berwakaf bagi
sebagian besar orang hanya bisa dilakukan dengan benda tak bergerak
seperti tanah dan bangunan saja. Padahal, wakaf juga bisa berupa
benda bergerak seperti uang dan surat berharga.
Pada kenyataannya wakaf uang masih kurang dikenal
masyarakat. Masyarakat lebih kenal dengan zakat, infak, dan
72
Annual Report SIBL On Year 2013.
67
shadaqah. Oleh karena itu, BWI mempunyai tujuan memberikan
edukasi sekaligus memobilisasi wakaf uang dengan cara antara lain:
a. Mensosialisasikan BWI dan program wakaf produktif, khususnya
wakaf uang kepada masyarakat melalui media kampaye dan iklan
respon.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tatacara
berwakaf uang melalui direct email, telemarketing, direct
dialogue, dan via website BWI.
c. Bersama-sama LKS-PWU menghimpun wakaf uang untuk
kesejahteraan sosial melalui kerjasama promo charity, produk
investasi, dan event fundraising.
d. Menanam “Brand Image” yang kuat kepada masyarakat bahwa
BWI merupakan lembaga filantropi yang punya kekuatan besar
untuk membangun perekonomian masyarakat.73
73
Wawancara pribadi dengan Sigit Indra Prianto, staff pengelolaan BWI, pada
tanggal 21 Oktober 2014.
68
C. Operasional Wakaf Uang
1. Bangladesh
Pada sektor voluntary, SIBL memperkenalkan Cash Waqf
Certificate yang merupakan produk baru untuk pertama kalinya dalam
sejarah perbankan sehingga awal baru tersebut dapat dibuat untuk
ekonomi partisipatif.
Skema tersebut telah diterima dengan baik oleh masyarakat secara
umum karena fitur yang yang menarik dari Cash Waqf Certificate. SIBL
sebagai pelopor produk keuangan yang inovatif ini memobilisasi modal
sosial telah menerima akreditasi tingkal lokal dan internasional. Dengan
membuka Cash Waqf Deposit, beberapa orang bisa mendapatkan
kesempatan untuk melakukan kesejahteraan kepada umat manusia
melalui amal jariyah. SIBL mengajak kepada semua umat beragama
untuk saling memakmurkan masyarakat dengan cara memobilisasi Cash
Waqf Deposit sehingga keuntungan dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan umat manusia.74
Wakaf uang merupakan inovasi produk keuangan yang muktahir.
Bank akan mengelola wakaf uang atas nama waqif . Wakaf dilakukan
selama-lamanya dan rekening harus dibuka dalam nominal yang
diberikan oleh waqif tersebut.
74
Newsletter Product & Service of SIBL, www.sibld.com, diakses pada tanggal 11
November 2014.
69
SIBL fokus pada 4 bidang utama seperti: (1) Pemberdayaan
Keluarga (2) Pendidikan dan Kebudayaan (3) Kesehatan dan Sanitasi (4)
Pelayanan Sosial. Adapun ketentuan operasional SWU sebagaimana yang
diterapkan SIBL adalah sebagai berikut:
1. Wakaf Uang harus diterima sebagai sumbangan sesuai dengan syariah.
Bank harus mengelola wakaf tersebut atas nama Waqif.
2. Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu dan rekeningnya harus
terbuka dengan nama yang ditentukan oleh Waqif.
3. Waqif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaimana
tercantum pada daftar yang sesuai dengan identifikasi yang telah
dibuat oleh SIBL atau tujuan lain yang diperkenankan oleh syariah.
4. Wakaf Uang selalu menerima pendapatan dengan tingkat tertinggi
yang ditawarkan bank dari waktu ke waktu.
5. Kuantitas wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan
dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh Waqif.
Bagian keuntungan yang tidak dibelanjakan akan secara otomatis
ditambahkan pada wakaf dan profit yang diperoleh akan bertambah
terus.
6. Waqif dapat meminta bank mempergunakan keseluruhan profit untuk
tujuan-tujuan yang telah ia tentukan.
7. Waqif dapat memberikan Wakaf Uang untuk sekali saja, atau ia dapat
juga menyatakan akan memberikan sejumlah wakaf dengan cara
70
melakukan deposit pertama kalinya sebesar Tk.1000. Deposit-deposit
berikutnya juga dapat dilakukan dengan pecahan masing-masing
Tk.1000 atau kelipatannya.
8. Waqif dapat juga meminta kepada bank untuk merealisasikan Wakaf
Uang pada jumlah tertentu untuk dipindahkan dari rekening Waqif
pada SIBL.
9. Atas setiap setoran Wakaf Uang harus diberikan tanda terima dan
setelah jumlah wakaf tersebut mencapai jumlah yang ditentukan,
barulah diterbitkanlah sertifikat.
10. Prinsip dan dasar-dasar peraturan syariah Wakaf Uang dapat ditinjau
kembali dan dapat berubah.75
Secara garis besar, SIBL memiliki sepuluh gambaran operasional
unik dalam melaksanakan program antara lain:
a. Membentuk suatu penyisihan langsung dalam semua kontrak keuangan
dan tranksaksi dengan klien bank, baik individual maupun kelompok.
Tujuannya adalah untuk membentuk dana sosial. SIBL juga berupaya
mengintegrasikan antara nilai-nilai duniawi dan ukhrawi.
b. Melibatkan masyarakat lokal dan pekerja dalam proses pengambilan
keputusan dalam manajemen industri berskala kecil dan menengah.
Masyarakat miskin menjadi titik fokus kegiatan bank. Masyarakat
75
M.A. Mannan, “Sertifikat Waqf Tunai, sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam”
(CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 46.
71
miskin mempunyai akses langsung secara berkala akan kredit tanpa
agunan dengan cara yang tidak konvensional.
c. Membentuk program pelatihan untuk menghasilkan dan memperbaiki
keahlian pekerja.
d. Memungkinkan kelompok target tertentu dapat mengakses fasilitas
perbankan dengan basis keberlanjutan.
e. Mengindentifikasi dan melaksanakan program keuangan dan bisnis
yang melibatkan masyarakat miskin dan masyarakat yang tidak
mempunyai aset fisik sebagai jaminan.
f. Mengorganisasikan perbankan bergerak (door to door).
g. Membentuk program yang bisa menghasilkan pendapatan, khususnya
yang cocok bagi wanita dan kelompok minoritas yang kurang
beruntung.
h. Merancang program untuk memanfaatkan surplus tenaga kerja serta
jasa tenaga kerja sukarela, baik di pedesaan maupun perkotaan.
i. Mengorganisir program yang bertujuan untuk melembagakan berbagai
kewajiban dan instrumen Islami seperti zakat, shadaqah, wakaf, dan
sebagainya.
j. Menciptakan keterkaitan antara sektor formal, informal, ekonomi
Islam, dan perekonomian riil.76
76
M.A. Mannan, “Model Perekonomian Tiga Sektor: Kasus Operasionalisasi Social
Islami Bank Ltd” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 63-64.
72
2. Indonesia
Secara operasional, pengelolaan wakaf uang di Indonesia diatur
dalam PP No. 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan UU No. 41 Tahun
2004 tentang Wakaf telah menjelaskan sebagai berikut:77
a. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf harus
berpedoman pada peraturan BWI.
b. Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya
dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau
instrumen keuangan syariah.
c. Dalam hal LKS-PWU menerima wakaf uang untuk jangka waktu
tertentu, nazhir hanya dapat melakukan pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf uang pada LKS-PWU yang
dimaksud.
d. Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang
dilakukan pada bank syariah harus mengikuti program lembaga
penjamin simpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
e. Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf yang
dilakukan dalam bentuk investasi di luar bank syariah harus
diasuransikan pada asuransi syariah.
77
Pasal 48, PP. 42 Tahun 2006.
73
Untuk menjamin keutuhan harta wakaf agar dapat terus
memberikan pelayanan prima sesuai dengan tujuannya diperlukan
pengelolaan, pengembangan, dan pemeliharaan di atas biaya-biaya yang
telah dikeluarkan.78
Dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006
Pasal 45 ayat (1) disebutkan bahwa nazhir wajib mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukkan yang
tercantum dalam Akta Ikrar Wakaf. Berdasarkan pasal tersebut nazhir
diperbolehkan mengelola dan mengembangkan aset wakaf dalam bentuk
apapun asal dengan cara halal.79
Peran dan ruang lingkup nazhir dalam proses investasi wakaf uang
dapat ditunjukkan dengan gambar berikut:
78
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji,
Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, 2003, h. 97.
79 Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang Oleh
Presiden Republik Indonesia, (Jakarta: Januari, 2010), h. 31.
74
Bagan 4.1 Ruang Lingkup Nazhir dalam Pengelolaan Wakaf Uang80
Sementara dalam ayat (2) Pasal 45 PP No. 42 Tahun 2006
dipaparkan, dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf
sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) untuk memajukan kesejahteraan
umum, nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain sesuai dengan prinsip
syariah. Jadi, pasal tersebut menjelaskan bahwa dalam rangka
memproduktifkan harta wakaf guna diambil hasilnya untuk mauquf alaih,
nazhir diperbolehkan untuk menjalin kerjasama dengan pihak lain selama
kerjasama tersebut masih dalam aturan syariah.
80Ibid, h. 32.
75
Selain itu, dalam pasal 48 ayat (2) juga dijelaskan tentang
pengelolaan dan pengembangan wakaf uang yaitu pengelolaan dan
pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan
melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan
syariah.81
Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dalam
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ini tegas dinyatakan
bahwa pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan
dengan prinsip syariah. Antara lain dapat dilakukan melalui pembiayaan
mudharabah, murabahah, musyarakah, atau ijarah. Selain itu, untuk
memproduktifkan harta benda wakaf dimungkinkan dengan cara
investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan,
agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi,
pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan,
pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan dan
usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah.
Pengelolaan wakaf uang merupakan usaha-usaha yang dilakukan
oleh pengelola dana wakaf dalam bentuk investasi usaha dengan
mempertahankan nilai dana wakaf untuk memperoleh keuntungan.
Investasi usaha tersebut dapat melalui investasi finansial maupun
81
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Wakaf, Pasal 48
Ayat 2.
76
investasi riil. Dalam pengelolaan wakaf uang, nazhir dapat menggunakan
salah satu atau kedua jenis investasi tersebut dengan bersamaan.
Dalam praktik berinvestasi finansial, nazhir akan menemui
beberapa instrumen saham syariah, obligasi syariah, reksadana syariah,
deposito syariah, lembaga finansial, dan pasar finansial. Untuk
memudahkan, skema hubungan proses investasi yang melibatkan tiga
aspek tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut:
Bagan 4.2 Proses Investasi Finansial82
Sementara investasi riil wakaf uang dapat berupa proyek-proyek
produktif untuk kemaslahatan umat. Ini dilakukan melalui pembiayaan
82
Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang Oleh
Presiden Republik Indonesia, (Jakarta: Januari, 2010), h. 34.
77
secara syariah dengan pola investasi secara langsung ataupun tidak
langsung. Waqif mewakafkan dananya dengan menempatkan dana pada
akun nazhir yang ada di bank syariah, dimana pada awalnya berbentuk
wadi‟ah kemudian dapat ditempatkan pada tabungan atau deposito
mudharabah.
Waqif akan menerima Sertifikat Wakaf Uang bila jumlah dana
yang diwakafkan mencapai Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah), nazhir dalam
memanfaatkan wakaf uang dapat melalui program umum maupun
program khusus. Lalu, nazhir meminta bank syariah untuk mencarikan
pihak ketiga untuk melakukan akad mudharabah muqayyadah dengan
nazhir dalam rangka pembangunan ruko di atas tanah wakaf yang
dikelola nazhir, dalam hal ini bank syariah akan mendapat fee.83
Selain pola di atas, pengelolaan juga dapat dilakukan dengan pola
tidak langsung. Investasi pola tidak langsung merupakan investasi yang
dilakukan melalui lembaga lain yang memenuhi kriteria kelayakan
kelembagaan. Dalam pola ini, terdapat dua hal yang harus diperhatikan
nazhir sebelum memutuskan untuk menginvestasikan dana wakafnya.
Pertama, mempertimbangkan LKS/perusahaan. Lembaga Keuangan
Syariah yang dapat diajak bekerja sama dalam pola tidak langsung ini
adalah sebagai berikut: Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
83
Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang Oleh
Presiden Republik Indonesia, (Jakarta: Januari, 2010), h. 59.
78
Syariah (UUS), Badan Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), BMT (Baitul
Maal Watamwil), Koperasi yang menjalankan usahanya sesuai syariah
dan lembaga lain yang sesuai dengan syariah. Kedua, proyek yang akan
dikerjakan proyek tersebut dianalisis terlebih dahulu untuk
mengantisipasi potensi kerugian di kemudian hari.84
Setelah melakukan penghimpunan dan penerimaan serta diikuti
pengelolaan wakaf uang, maka kewajiban nazhir selanjutnya adalah
melakukan penyaluran hasil bersih investasi kepada pihak yang berhak
atau mauquf „alaih. Sebelum disalurkan kepada mauquf „alaih, hasil
investasi wakaf uang boleh diterima oleh nazhir maksimal 10% (sepuluh
persen) dari seluruh hasil investasi.85
Sisanya yakni 90% (sembilan puluh
persen) baik dalam bentuk bantuan program maupun sumbangan
langsung kepada individu.
D. Pendayagunaan Wakaf Uang
1. Bangladesh
Pendayagunaan hasil wakaf uang SIBL terfokus pada 4 bidang
utama seperti: (1) Rehabilitasi Keluarga (2) Pendidikan dan Kebudayaan
(3) Kesehatan dan Sanitasi (4) Pelayanan Sosial. Sertifikat wakaf uang
84
Ibid, h. 60.
85 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 12.
79
menawarkan peluang yang unik untuk membantu masyarakat. Dengan
profit dari wakaf uang, seseorang dapat membantu memberikan bantuan
yang berharga bagi pendirian ataupun operasionalisasi lembaga-lembaga
pendidikan termasuk masjid, rumah sakit, sekolah, penyediaan air bersih,
beasiswa, dan mendanai riset. Keterlibatan seseorang dalam berinvestasi
sosial ini juga dapat membantu terlaksananya proyek-proyek pengentasan
kemiskinan, dakwah, kesejahteraan sosial, penyelesaian perkara, dan
bantuan umum lainnya.86
Selain itu, target grup SIBL ialah terhadap masyarakat desa dan
lokal. Program SIBL diarahkan kepada tenaga kerja yang tidak memiliki
tanah, petani miskin, nelayan, dan pengrajin kecil (seperti tukang besi,
tukang kayu, pengrajin), pengangguran di perkotaan, pedagang kecil,
industri kecil dan industri pedesaan, usaha kecil dan menengah. Kegiatan
pembiayaan bebas bunga dari SIBL cenderung berbeda, baik dalam
bentuk maupun substansinya. Ini mengingat, motivasi kepemilikannya
berbeda. Selain itu, program SIBL ini juga merupakan pilihan investasi
bagi masyarakat kaya Bangladesh.87
86
M.A. Mannan, “Sertifikat Waqf Tunai, sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam”
(CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 47.
87M.A. Mannan, “Model Perekonomian Tiga Sektor: Kasus Operasionalisasi Social
Islami Bank Ltd” (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 60.
80
Dengan demikian, diterbitkannya sertifikat wakaf uang oleh SIBL
telah membuka peluang kepada masyarakat untuk membuka rekening
deposito wakaf uang dengan tujuan untuk mencapai sasaran-sasaran
sebagai berikut:
a. Menjadikan perbankan sebagai fasilitator untuk menciptakan wakaf
uang dan membantu dalam pengelolaan wakaf.
b. Membantu mobilisasi tabungan masyarakat dengan menciptakan
wakaf uang dengan maksud untuk memperingati orang tua yang telah
meninggal dan mempererat hubungan kekeluargaan.
c. Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan
masyarakat menjadi modal sosial.
d. Memberikan manfaat kepada masyarakat luas, terutama golongan
miskin dengan menggunakan sumber-sumber yang diambilkan dari
golongan kaya.
e. Menciptakan kesadaran diantara orang kaya tentang tanggung jawab
sosial mereka terhadap masyarakat.
f. Membantu pengembangan Sosial Capital Market.
g. Membantu usaha-usaha pembangunan bangsa secara umum dan
membuat hubungan baik yang unik antara jaminan sosial dan
kesejahteraan masyarakat.88
88
M.A. Mannan, “Sertifikat Waqf Tunai, sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam”
(CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI), h. 39-40.
81
Adapun pengawasan yang dilakukan oleh SIBL terhadap
pendayagunaan hasil wakaf uang adalah:
a. Pengawasan proses penyaluran hasil wakaf uang dilakukan secara
berkala oleh pegawai SIBL.
b. Pengawasan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
c. Pengawasan secara tidak langsung dilakukan dengan cara melihat
hasil laporan keuangan.
d. Pengawasan manfaat hasil wakaf uang dikontrol oleh para donatur
melalui penerbitan sasaran penerima hasil wakaf uang pada periode
tertentu.89
2. Indonesia
Berdasarkan Peraturan Badan Wakaf Indonesia (BWI) No. 4
Tahun 2010 bahwa pendayagunaan manfaat atas hasil investasi wakaf
uang diutamakan untuk program pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat yang berdampak pada pengurangan kemiskinan dan
pembukaan lapangan kerja. Sehingga diharapkan dapat mendorong
kemandirian masyarakat dalam jangka panjang dan untuk kegiatan
dakwah dalam arti luas. Program pembinaan dan pemberdayaan
89
Newsletter Good Corporate Governance of SIBL, www.sibld.com, diakses pada
tanggal 11 November 2014.
82
masyarakat untuk kemaslahatan umat disalurkan dengan pola penyaluran
lansung dan pola penyaluran tidak langsung.90
Penyaluran pola langsung adalah program pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat yang secara langsung dikelola oleh manajer
pengelolaan dan pemberdayaan wakaf dalam lembaga nazhir. Program
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat akan didanai oleh dana hasil
investasi wakaf melalui pola langsung misalnya adalah sebagai berikut:
a. Program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dijalankan sesuai
dengan syariah Islam
b. Tingkat kelayakan program memenuhi syarat:
1. Kelayakan komunitas sasaran program
2. Berdampak pada pengurangan kemiskinan dan membuka
lapangan pekerjaan.
3. Dirasakan manfaatnya oleh semua masyarakat.
4. Dapat direplikasi di daerah lain dan program diperuntukkan bagi
kegiatan sosial dan umum, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
dakwah.
c. Kelayakan program disetujui oleh komite pendayagunaan (divisi
pengelolaan dan pengembangan wakaf).
90
Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang Oleh
Presiden Republik Indonesia, (Jakarta: Januari, 2010), h. 39.
83
d. Jenis-jenis program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang
dapat dilakukan misalnya:
1. Program dakwah berupa penyediaan dai dan mubaligh, bantuan
guru TPA, bantuan bagi penjaga masjid dan musholla.
2. Program pendidikan berupa pendirian sekolah komunitas dengan
biaya murah untuk masyarakat tidak mampu dan pelatihan
keterampilan.
3. Program ekonomi berupa pembinaan dan bantuan modal usaha
mikro (pedagang mie ayam, klontong. dll) penataan pasar
tradisional dan pengembangan usaha pertanian dalam arti luas.
4. Program kesehatan berupa bantuan pengobatan gratis bagi
masyarakat miskin dan penyuluhan ibu hamil dan menyusui.
5. Program sosial dan umum berupa pembangunan fasilitas umum
seperti jembatan, penataan jalan setapak umum dan MCM
umum.91
Sementara itu, penyaluran pola tidak langsung adalah program
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan dengan
lembaga pemberdayaan lain yang memenuhi kriteria kelembagaan dan
profesional. Adapun lembaga-lembaga yang dapat menjalankan program
91
Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang Oleh
Presiden Republik Indonesia, (Jakarta: Januari, 2010), h. 40.
84
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat melalui pola tidak langsung
antara lain:
a. Lembaga Amil Zakat Nasional.
b. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nasional.
c. Lembaga Kemanusiaan Nasional.
d. Yayasan/Organisasi Kemasyarakatan.
e. Lembaga lain baik nasional maupun internasional yang
melaksanakan program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat
sesuai dengan prinsip syariah.92
Secara umum syarat lembaga yang dapat menjadi mitra pelaksana
program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat pola tidak langsung
adalah:
a. Legal formal lembaga atau yayasan sesuai peraturan yang berlaku di
Indonesia.
b. Lembaga tersebut telah berjalan minimal 2 tahun.
c. Karakter pengurus baik.
d. Menyertakan laporan audit independen dalam 2 tahun terakhir.
e. Program yang diajukan jelas dan memberikan dampak manfaat
jangka panjang.93
92
Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang Oleh
Presiden Republik Indonesia, (Jakarta: Januari, 2010), h. 41.
85
Dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 ditetapkan
bahwa kedudukan Kementerian Agama dan Badan Wakaf Indonesia
adalah regulator, motivator, fasilitator, pengawas, pembina, dan
kordinator dalam pemberdayaan dan perkembangan terhadap harta benda
wakaf. Ketentuan mengenai pengawasan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah adalah:
a) Pengawasan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik aktif
maupun pasif.
b) Pengawasan aktif dilakukan dengan memeriksa langsung terhadap
nazhir atas pengelolaan wakaf, sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun.
c) Pengawasan pasif dilakukan dengan mengamati berbagai laporan
yang disampaikan nazhir berkaitan dengan pengelolaan wakaf .
d) Pelaksanaan pengawasan terhadap perwakafan dapat menggunakan
jasa akuntan publik.94
93
Pasal 10 Ayat (2), Peraturan BWI No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf.
94 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun
2004.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini, penulis uraikan sebagai berikut:
1. Secara konsep dan mobilisasi dalam hal pengelolaan wakaf uang,
Bangladesh dan Indonesia memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan antara lain: Persamaan dari segi konseptual yaitu,
mendorong manajemen bagi hasil dan partisipasi untuk meningkatkan
kepedulian sosial melalui penerbitan sertifikat wakaf uang dan secara
garis besar program pemberdayaan sosial diarahkan dalam kedalam 4
tujuan seperti pendidikan dan kebudayaan, kesehatan dan sanitasi,
pemberdayaan keluarga dan pelayanan sosial. Sedangkan perbedaanya
adalah Bangladesh dalam menjalankan proses penghimpunan,
pengelolaan dan penyaluran dana wakaf uang dilakukan secara
terintegrasi dan terkordinasi dibawah SIBL. Pengelolaan wakaf uang
di Indonesia berdasarkan UU No. 41/2004 menentukan bahwa ada tiga
pihak yang terkait dalam pengelolaan wakaf uang, yakni BWI sebagai
pihak yang melakukan pengelolaan dan pengembangan, Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) sebagai lembaga penghimpun dan penyalur
dana dan nazhir sebagai pengelola dana wakaf uang. Persamaan dalam
hal mobilisasi wakaf uang: sosialisasi dan edukasi wakaf produktif
melalui kegiatan charity dan media pendukung. Sedangkan
86
87
perbedaanya adalah SIBL mempunyai database lengkap mengenai
calon donatur potensial dan perusahaan untuk diajak bekerjasama
dalam berinvestasi sosial serta memiliki konsep perbankan berjalan
(door to door).
2. Secara operasional dan pendayagunaan dalam hal pengelolaan wakaf
uang, Bangladesh dan Indonesia memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan antara lain: Persamaan dari operasional yaitu, sama-sama
menghimpun dana wakaf uang dengan menerbitkan sertifikat wakaf
uang dengan nominal tertentu dari waqif. Perbedaanya adalah di
Bangladesh melibatkan masyarakat lokal dan pekerja dalam proses
pengambilan keputusan dalam manajemen industri berskala kecil dan
menengah serta masyarakat miskin mempunyai akses langsung secara
terpadu. Sedangkan di Indonesia operasional wakaf uang harus
berdasarkan UU No. 41 Tahun 2004 dimana wakaf uang hanya dapat
dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau
instrumen keuangan syariah (peran bank lebih dominan). Persamaan
dalam aspek pendayagunaan: program pemberdayaan sosial diarahkan
dalam kedalam 4 tujuan seperti pendidikan dan kebudayaan, kesehatan
dan sanitasi, pemberdayaan keluarga dan pelayanan sosial. Sedangkan
perbedaanya adalah di Bangladesh hasil wakaf uang digunakan untuk
pembangunan bangsa secara umum melalui pengembangan pasar
88
modal sosial. Di Indonesia baru sebatas sosialisasi dan edukasi karena
masih minimnya tingkat kesadaran orang kaya.
B. Saran
Berkaitan dengan segala hal yang berhubungan dalam penelitian ini,
maka penulis ingin menyampaikan beberapa catatan dan saran-saran yang
dianggap perlu:
1. Bagi Kementrian Agama khususnya Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
sudah seharusnya Indonesia dengan potensi wakaf uangnya memiliki
lembaga khusus yang profesional, proporsional dan prosedural
bernama Bank Wakaf agar pola penghimpunan, pengelolaan serta
penyaluran dana wakaf uang terkoordinasi dalam satu payung lembaga
pusat sehingga optimalisasi menjadi lebih maksimal.
2. Bagi para pembaca skripsi ini, hendaknya melakukan pembacaan
secara kritis dan perlu dilakukan penelitian dengan metodologi yang
lebih komprehensif untuk melengkapi kekurangan data yang diperoleh
penulis sehingga penulis berharap pembaca dapat memberikan
masukan, saran dan kritik yang sangat berharga bagi penulis
89
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Irfan dan Chaider S Bamualim, Ed.Filantropi Islam dan Keadilan
Sosial. Jakarta: Center for the Study Religion and Culture (CSRC) UIN
Jakarta, 2006.
Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia.
Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI
Press, 1998.
al-Bukhori, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail. Al-Jami‟ Al-Shohih Al-
Mukhtasor, Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987.
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf:Kajian Kontemporer
Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta
Penyelesaiannya Atas Sengketa Wakaf. Edisi Indoneisa. Jakarta: IIMaN,
2003.
________, Muhammad Abid Abdullah, Ahkam al-Waqf fi al-Syari‟ah al-
Islamiyah. Baghdad: Mathba‟ah al-Irsad, 1977. Alih Bahasa Ahrul Sani
Faturrahman dkk, judul Indonesia: Hukum Wakaf, Jakarta: DD Republika
dan IIMan, 2004.
Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama
RI.Paradigma Baru Wakaf di Indonesaia. Jakarta: 2006.
__________, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama RI.Pedoman
Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf.Jakarta: 2006.
90
__________, Kompilasi Hukum Islam, Pasal 215. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1966.
__________, Proses Lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jakarta:
Direktorat Pengemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam Depag RI, 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Djunaidi, Achmad, dkk. Menjuju Era Wakaf Produktif. Jakarta: Mitra
Press,Cet.3, 2006.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010.
Hasanah, Uswatun. Potret Filantropi Islam dan Civil Sociaty, dalam Berderma
untuk semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam.Jakarta: Pusat Bahasa
dan Budaya (PBB) UIN Jakarta dan Teraju, 2003
Havita, Gusva. Dkk. 2013. “Model Bank Wakaf Di Indonesia Dalam Potensinya
Untuk Mengembangkan Wakaf Uang dan Mengatasi Kemiskinan”,
Depok: Universitas Indonesia.
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, jil. 11. 1954. Kairo: al-Dar al-Misriyyah li al-Ta‟lif
wa al-Tarjamah.
Mannan, MA, Sertifikat Waqf Tunai, sebuah Inovasi Instrumen Keuangan
Islam,(CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI).
91
__________ , Model Perekonomian Tiga Sektor: Kasus Operasionalisasi Social
Islami Bank Ltd, (CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI).
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawir Kamus Arab – Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progressif, Cet. 14, 1997.
Muslim, Imam Ali Abi al Husain Muslim bin al Hujjaj bin, Al Jami‟ al Shahih al
Mushamma Shahih Muslim. Semarang: Toha Putera, Juz 3, t.th.
Nasution, Mustafa Edwin dan Hasanah, Uswatun (Eds.), 2005, Wakaf Uang
Inovasi Finansial Islam, Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Umat(Jakarta: PKTTI-UI).
Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Prodiktif. Edisi Indonesia. Jakarta: Khalifa
Pustaka Al-Kautsar Group, 2008.
R.A. Musgrave dan P.B. Musgrave. 1993.Public Finance in Theory and Practice,
Canada: McGraw-Hill.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara, Jilid 4, Cet. Pertama,
2006.
As-San‟any, Muhammad Ibnu Ismail, Subulus Salam. Riyadh: Nazar al Mustafa
al Baz, 1995.
Al-Sarbini, Muhammad Khatib.Mughni al Muhtaj Juz II. Beirut: Dar Ihya al-
Turas al-Arabi, t.th.
Siregar, Mulya E., “Peranan Perbankan Syariah dalam implementasi Wakaf
Uang”, dalam Al-Awqaf, Volume IV, Nomor 04, Januari 2011.
92
Straus, Anselm. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya: PT Bina Ilmu
offset, 1997.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta, 2009.
Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternative
Pendekatan, Jakarta: Kencana, cet ke-5, 2010.
Tanjung, Hendri & Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Bekasi:
Gramatha Publishing, 2013.
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam wa Adilatuhu, Jilid 10, Penerjemah Abdul
Hayyie al-Katani,dkk. Jakarta: Gema Insani, 2007.
Tahir, Mohammad Sabit Haji. “Permissibility of Establishing Waqf Bank in
Islamic Law”. Kumpulan makalah International Conference on Society
and Economics Development IPEDR Singapura Vol. 10, 2011.
Wadjdy, Farid, (2008). Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam yang
HampirTerlupakan), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar).
Website Internet
bwi.or.id
www.siblbd.com
Tabel Simulasi Potensi Wakaf Uang di Indonesia
Tingkat Jumlah Tarif Potensi Potensi Wakaf Penghasilan/bulan Wakaf/bulan Wakaf Uang/tahun
Muslim Uang/bulan
Rp 500.000 4 juta Rp 5.000,- Rp 20 Milyar Rp 240 Milyar
Rp 1 juta - Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000,- Rp 30 Milyar Rp 360 Milyar
Rp 2 juta - Rp 5 juta 2 juta Rp 50.000,- Rp 100 Milyar Rp 1,2 Triliun
Rp 5 juta – Rp 10 juta 1 juta Rp 100.000,- Rp 100 Milyar Rp 1,2 Triliun
Total Rp 3 Triliun
Sumber: Mustafa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah (Editor), “Wakaf Uang Inovasi Finansial Islam,
Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat” (Jakarta: PKTTI-UI, 2005), hal. 43-44.
Adapun penjelasan dari tabel di atas adalah:
1) Apabila umat Islam yang berpenghasilan Rp 500.000 sejumlah 4 juta orang dan setiap
bulan masing-masing berwakaf sebanyak Rp 5.000 maka setiap tahun terkumpul Rp
240.000.000.000
2) Apabila umat Islam yang berpenghasilan Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 sejumlah 3
juta orang dan setiap bulan masing-masing berwakaf sebanyak Rp 10.000 maka setiap
tahun terkumpul Rp 360.000.000.000
3) Apabila umat Islam yang berpenghasilan Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000 sejumlah 2
juta orang dan setiap bulan masing-masing berwakaf sebanyak Rp 50.000 maka setiap
tahun terkumpul Rp 1.200.000.000.000.000
4) Apabila umat Islam yang berpenghasilan Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000 sejumlah 1
juta orang dan setiap bulan masing-masing berwakaf sebanyak Rp 100.000 maka
setiap tahun terkumpul Rp 1.200.000.000.000.000
Potret Pengembangan Wakaf Produktif di Indonesia
Distingsi
Nama Institusi
Motivasi
Berwakaf
Model Wakaf Strategi
Pengelolaan
Pendayagunaan
hasil wakaf
produktif
1. Pesantren al-
Rabbani
Kepedulian
sosial dan moral
Empowerment
cash waqf
Bekerjasama
dengan
BAZNAS,
Kementrian
Koperasi dan
UKM untuk membantu
permodalan
operasional
Islamic studies &
research, Islamic
Education,
Entrepreneurship,
Social Care
2. Pondok
Modern
Darussalam
Gontor
Sosial
Keagamaan
Wakaf
institusi
pendidikan
Untuk
memproduktifkan
aset wakaf maka
dibentuklah
koperasi pondok
pesantren
(Kopontren) La
Tansa
Pendidikan,
kaderisasi,
pergedungan &
kesejahteraan
keluarga pondok
3. Yayasan
Badan Wakaf
Sultan Agung
Semarang
Menyebarluaskan
pendidikan dan
dakwah Islam
Pemberdayaan
wakaf
produktif
berbasis
pengembangan
usaha,
pengelolaan
rumah sakit
Islam,
pengelolaan
gedung & aset
wakaf, dan
manajemen
pendidikan
Mengembangkan
jaringan ke
Timur Tengah
untuk mengakses
dana wakaf dan
memobilisasi
dana wali murid
melalui gerakan
wakaf uang
Lembaga
pendidikan dasar
dan menengah,
universitas Islam
Sultan Agung
(UNISSULA),
serta Rumah
Sakit Islam (RSI)
Sultan Agung
4. Universitas
Muslim
Indonesia
(UMI)
Makassar
Menyebarluaskan
pendidikan dan
dakwah Islam
Pemberdayaan
wakaf
produktif
berbasis
pendidikan,
kesahatan, dan
dakwah Islam
Memobilisasi
semua dosen
untuk berwakaf
uang sebesar
2,5% per bulan,
bermitra dengan
beberapa
perusahan,
mendirikan BMT
Mendirikan
klinik rumah
sehat bagi kaum
dhuafa, beasiswa
pendidikan bagi
mahasiswa yang
kurang mampu &
berprestasi,
pembangunan
rumah ibadah
Sumber: Diolah dari berbagai jurnal wakaf dan ekonomi Islam
SOCIAL ISLAMI BANK LIMITED Registered Office: City Center, 90/1 Motijheel C/A, Dhaka
PRICE SENSITIVE INFORMATION
This is for information of all concerned that the Board of Directors of the Bank in its 308th Meeting held on
Monday, the 31st March, 2014 at 2.30 p.m. has taken the following Price Sensitive decisions while
considering/adopting the Audited Financial Statements for the year ended 31st December, 2013:
(a):
Sl. No. Particulars of the 19th Annual General Meeting (AGM)
1. Date of AGM Saturday, the 31st May, 2014.
2. Time and Venue of AGM Will be notified later on
3. Recommendation of Dividend 12% Cash Dividend to the shareholders for the
year 2013
4. Record Date Thursday, the 24th April, 2014
(b): The Board further disclosed the following key Financial statistics in compliance with the Gazette
Notification dated June 01, 2009 of the Bangladesh Securities and Exchange Commission (BSEC):
Sl. No. Particulars Solo basis (Bank Only) Consolidated
1. Net Asset Value (NAV) Tk. 1108.34 Crore Tk. 1109.22 Crore
2. Net Asset Value Per Share (NAVPS) Tk. 15.76 Tk. 15.78
3. Earnings Per Share (EPS) Tk. 1.74 Tk. 1.78
4. Net Operating Cash Flow Per Share
(NOCFPS)
Tk. (2.59) Tk. (2.56)
The Shareholders whose names will appear in the Member Register of the Company or in the Depository on
the ‘Record Date’ (i.e. on 24th April, 2014) will be entitled the cash dividend according to their holding on
the Record Date and eligible to attend the meeting.
By order of the Board
Dated: 31st March, 2014
Dhaka Sd/-
(Md. Humayun Kabir, ACS)
Company Secretary
CONTOH
SERTIFIKAT WAKAF UANG
In the name of Allah, the Most Gracious & Most Merciful
The Prophet (SM) is reported to have said that a man’s work
ends upon his deth except for three things (a) Contribution for
Knowledge (b) On-Going Charity (c) Faithful Child
SOCIAL ISLAMI INVESTMENT BANK LIMITED
(A Three Sector Unique Model Joint Venture Bank)
Working Together for A Caring Society
CASH-WAQF CERTIFICATE
(Issued in pursuance of the clause No. 3.18 & 3.32 of Memorandum and Articles of the
Social Islami Bank Ltd. As approved by Bangladesh Bank)
This is to certify that................................................................................................................
S/D/W of....................................................................................................................................
Of (address)..............................................................................................................................
Has/have made Cash Waqf of Tk...........................................................................................
(in words)..................................................................................................................................
For enduring contribution to society in the field of..............................................................
Certificate No. .........................................................................................................................
Cash Waqf A/C No. ................................................................................................................
Branch......................................................................................................................................
Date of Issue.............................................................................................................................
Branch Incumbent
Incharge, Voluntary Sector
Managing Director
31.03.2014 31.12.2013
Taka TakaPROPERTY AND ASSETS
Cash
Cash in hand (Including Foreign Currencies) 1,119,545,004 1,267,213,967 Balance with Bangladesh Bank & Sonali Bank as agent bank(Including Foreign Currencies) 6,879,996,633 7,627,790,250
7,999,541,637 8,895,004,217 Balance with other Banks and Financial Institutions
Inside Bangladesh 1,607,468,909 1,899,243,196 Outside Bangladesh 2,378,505,410 1,178,527,956
3,985,974,319 3,077,771,152
Placement with other Banks & Financial Institutions 9,614,879,564 9,064,879,564
Investments in Shares & Securities
Government 4,600,000,000 5,500,000,000 Others 1,557,360,898 1,558,185,070
6,157,360,898 7,058,185,070 Investments
General Investment etc. 79,870,029,909 76,348,581,962 Bills Purchased and Discounted 9,008,507,066 9,523,749,964
88,878,536,975 85,872,331,926
Fixed Assets Including Premises 2,692,533,231 2,662,660,343 Other Assets 10,323,397,134 9,770,561,641
SOCIAL ISLAMI BANK LIMITED
CONSOLIDATED BALANCE SHEET (UN-AUDITED)
AS AT 31 MARCH 2014
Other Assets 10,323,397,134 9,770,561,641 Non Banking Assets - -
Total Assets 129,652,223,758 126,401,393,912
LIABILITIES AND CAPITAL
Liabilities
Placement from other Banks & Financial Institutions 4,400,000,000 4,700,000,000
Deposits and Other Accounts
Al-Wadeeah Current & Other Deposit Accounts 12,172,060,929 11,936,321,181 Mudaraba Savings Deposits 7,489,199,344 6,468,729,754 Mudaraba Term Deposits 63,295,751,001 62,746,867,195 Other Mudaraba Deposits 19,833,005,759 19,288,768,828 Bills Payable 1,691,093,854 1,316,909,958 Cash Waqf Fund 84,393,896 84,577,685
104,565,504,783 101,842,174,601
Other Liabilities 9,223,087,620 8,765,394,391 Deffered Tax Liabilities/ (Assets) 1,577,248 1,577,248
Total Liabilities 118,190,169,651 115,309,146,240
Capital/Shareholders' Equity
Paid-up Capital 7,031,415,640 7,031,415,640 Statutory Reserve 2,253,464,605 2,122,994,344 General Reserve 10,678,170 6,666,534 Revaluation Reserve 1,082,485,102 1,082,485,102 Retained Earnings 1,084,008,981 848,684,454
Total Shareholders' Equity 11,462,052,499 11,092,246,074 Non controlling Interest 1,608 1,597 Total Liabilities & Shareholders' Equity 129,652,223,758 126,401,393,912
(0)
31.03.2014 31.03.2013
Taka Taka
Investment Income 3,153,625,189 3,220,001,942 Less: Profit paid on Deposits 2,286,135,647 2,415,099,783 Net Investment Income 867,489,542 804,902,159 Income from Investment in Shares/securities 46,966,553 63,110,747 Commission, Exchange and Brokerage 300,684,483 230,108,737 Other Operating Income 35,404,300 60,279,893
383,055,335 353,499,377 Total Operating Income 1,250,544,878 1,158,401,536
Salaries and Allowances 334,788,558 286,937,643
Rent, Taxes, Insurances, Electricity etc. 38,378,384 35,152,457
Legal Expenses 2,496,900 2,278,638
Postage, Stamps, Telecommunication etc. 8,009,008 9,290,309
Stationery, Printings, Advertisements etc. 24,027,852 39,880,891
Chief Executive's Salary & Fees 1,530,000 1,420,905
Directors' Fees & Expenses 1,108,402 614,908
Shariah Supervisory Committee's Fees & Expenses 92,917 68,397
Auditors Fees - 13,800
Depreciation & Repairs of Bank's Assets 35,383,955 29,644,427
Other Expenses 107,553,862 124,861,148 Total Operating Expenses 553,369,839 530,163,524
Profit before Provision & Income Tax 697,175,039 628,238,012 Specific provisions for Classified Investment 341,949,338
General Provisions for Unclassified Investment 31,724,190 74,124,368
Provisions for General reserve on margin investment 4,011,636 -
SOCIAL ISLAMI BANK LIMITED
CONSOLIDATED PROFIT AND LOSS ACCOUNT (UN-AUDITED)
FOR THE FIRST QUARTER ENDED 31 MARCH 2014
Total Provision 35,735,826 416,073,706
Profit before Taxation 661,439,213 212,164,306
Provision for Income Tax 295,644,414 89,871,336
Net Profit/(Loss) after Tax attributable to equity holders of the group 365,794,799 122,292,971
Non-controlling Interest 11 5
Net Profit/(Loss) after Tax attributable to equity holders of the parent 365,794,788 122,292,966
Statutory Reserve 130,470,261 41,238,883
Retained Earnings 235,324,527 81,054,083
365,794,788 122,292,966
Earning Per Share (EPS) (Prior year balance restated) 0.52 0.17
31.03.2014 31.12.2013Taka Taka
CONTINGENT LIABILITIES
Acceptances and Endorsements 11,830,667,997 14,986,882,397 Irrevocable Letters of Credit (including Back to Back Bills) 11,661,527,706 9,854,239,886 Letters of Guarantee 5,006,029,473 3,246,076,013 Bills for Collection 4,667,250,496 2,383,031,491 Other Contingent Liabilities - - Total 33,165,475,672 30,470,229,787
OTHER COMMITMENTS
Documentary credits and short term trade related transactions - - Forward assets purchased and forward deposits placed - - Undrawn note issuance and revolving underwriting facilities - - Undrawn formal standby facilities, credit lines and other commitments - - Total - -
TOTAL OFF BALANCE SHEET ITEMS INCLUDING CONTINGENT LIABILITIES 33,165,475,672 30,470,229,787
SOCIAL ISLAMI BANK LIMITEDOFF- BALANCE SHEET ITEMS (UN -AUDITED)
AS AT 31 MARCH 2014
31.03.2014 31.03.2013
Taka Taka
Cash Flow from Operating ActivitiesInvestment Income receipt in cash 3,153,625,189 3,220,001,942 Profit Paid on Deposits (2,286,135,647) (2,415,099,783) Dividend Receipts 46,966,553 63,110,747 Fees & Commission receipt in cash 147,827,178 135,765,109 Cash Payments to Employees (336,318,558) (288,358,548) Cash Payments to Suppliers (26,524,753) (42,159,529) Income Tax Paid (184,733,474) (161,454,577)
Receipts from other Operating activities 188,261,605 154,623,521
Payments for other Operating activities (160,690,986) (144,031,739)
Operating Profit before changes in Operating Assets 542,277,106 522,397,143
Changes in Operating Assets and Liabilities
Statutory Deposits - -
Net Trading Securities 900,824,172 (560,676,527) Investments to other Banks - - Investment to Customers (3,006,205,049) (1,375,908,409) Other Assets (368,102,019) (1,064,264,824) Deposits from other Banks 1,343,975,184 (2,029,149,359) Deposits received from Customers 1,379,353,999 8,070,521,797 Other liabilities on account of customers - - Trading Liabilities - - Other Liabilities 110,325,624 98,009,676
Sub Total 360,171,911 3,138,532,354
A) Net Cash flow from Operating Activities 902,449,017 3,660,929,497
SOCIAL ISLAMI BANK LIMITED
CONSOLIDATED CASH FLOW STATEMENT (UN-AUDITED)
FOR THE FIRST QUARTER ENDED 31 MARCH 2014
A) Net Cash flow from Operating Activities 902,449,017 3,660,929,497
Cash flows from Investing ActivitiesProceeds from sale of Securities - - Payment for purchases of securities - - Proceeds from Sale of fixed assets - - Purchases of Property, Plant & Equipments (39,708,430) (70,151,970)
B) Net Cash flow from Investing Activities (39,708,430) (70,151,970)
Cash flows from Financing ActivitiesReceipts from issue of Debt Instruments (300,000,000) (900,000,000) Payments for redemption of Debt Instruments - - Receipts from issue of Right shares - - Increasing/(Decrease) in Revaluation Reserve - - Dividend Paid in cash - -
C) Net Cash flow from Financing Activities (300,000,000) (900,000,000)
D) Net Increase/(Decrease) in Cash & Cash Equivalents (A+B+C) 562,740,587 2,690,777,527
Effect of Exchange rate changes of cash & cash equivalents - -
E) Cash and cash equivalents at the beginning of the year 21,037,654,933 23,717,711,243
F) Cash and cash equivalents at the end of the year (D+E) 21,600,395,520 26,408,488,770
291,636,937 #REF!
1 2 3 4 5 6 7 8=(2 to 7)
Balance as at 01 January 2014 7,031,415,640 - 2,122,994,344 6,666,534 1,082,485,102 848,684,454 11,092,246,074
Changes in Accounting Policy - - - - - - -
Resatated Balance - - - - - - -
Surplus / (deficit) on account of Revaluation of Properties - - - - - - -
Surplus / (deficit) on account of Revaluation of Investment - - - - - - -
Currency translation Difference - - - - - - -
Net Gain and losses not recognized in the Income Statement - - - - - - -
Retained Earnings
SOCIAL ISLAMI BANK LIMITED
STATEMENT OF CONSOLIDATED CHANGES IN EQUITY (UN-AUDITED)
General / Other Reserves
FOR THE FIRST QUARTER ENDED 31 MARCH 2014
Paid-up capital TotalParticularsStatutory Reserve
Share Money Deposit
Asset Revaluation
Reserve
Net Gain and losses not recognized in the Income Statement - - - - - - -
Net Profit for the period - - - - - 365,794,788 365,794,788
Transfer - - 130,470,261 4,011,636 - (130,470,261) 4,011,636
Dividend - - - - - -
Issue of Share Capital - - - - -
Total Shareholders' Equity as on 31 March 2014 7,031,415,640 - 2,253,464,605 10,678,170 1,082,485,102 1,084,008,981 11,462,052,499
Add: General Provision for unclassified Investment 1,113,056,077
Less: 50% of Assets Revaluation Reserve 541,242,551
Total eligible capital as on 31 March 2014 12,033,866,025