LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL
Oleh :
Golongan A/Kelompok 6A
1. Henita Nur Kumala Sari (161510501156)
2. Feri Dwi Putra Suhartono (161510501251)
3. Hisyam Hardiansyah (161510501258).
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumbuhan memiliki beberapa bagian yang sangat penting, salah satunya
yaitu daun. Daun tersusun oleh organel-organel sel yang berada di dalamnya.
Organel yang berada di dalam daun yaitu seperti mitokondria, ribosom, nukleus,
kloroplas, dan masih banyak lainnya. Sel kloroplas sebagai bagian yang berperan
penting pada fungsi daun. Kloroplas merupakan bagian sel pada daun dan juga
terdapat pada bagian tumbuhan yang memiliki pigmen hijau, termasuk buah yang
belum matang dan batang muda. Pada kloroplas terdapat pigmen klorofil yang
memiliki peran untuk tempat terjadinya proses fotosintesis. Warna pada tiap organ
tanaman berbeda dikarenakan oleh zat kandungan pigmen. Daun menangkap sinar
cahaya matahari dengan bantuan pigmen yang disebut klorofil.
Warna pada tanaman yang berbeda dapat disebabkan oleh pigmen yang
dikandungnya, terdapat beberapa pigmen tanaman diantaranya klorophyl,
flavonoid, karotenoida yang terdiri dari karoten dan xantofili. Pigmen pusat reaksi
fotosintesis berlangsung didalam klorofil, karena dapat menangkap energi cahaya
yang diserap oleh pigmen klorofil atau pigmen lainnya. Pigmen warna pada daun
tumbuhan tidak hanya berwarna hijau, akan tetapi terdapat beberapa daun
memiliki warna selain hijau seperti ungu, kekuningan, merah. Kondisi ini
disebabkan pada saat daun terkena sinar matahari pigmen pada daun mengikat
warna pada matahari, sehingga terjadi perbedaan warna.
Klorofil merupakan pigmen hijau daun yang berada pada tanaman,
terutama tanaman tingkat tinggi. Pigmen yang berada pada klorofil ini memiliki
fungsi untuk menyerap cahaya matahari langsung. Pembentukan pigmen pada
klorofil dipengaruhi oleh adanya faktor penentu, seperti unsur nitrogen yang
berada di atmosfer yang membentuk klorofil. Namun, jika daun kekurangan unsur
nitrogen maka akan menyebabkan klorosis. Tiap tanaman memiliki jenis klorofil
yang berbeda-beda. Klorofil terdiri dari bermacam jenis pigmen, yaitu pigmen
karotenoid yang berwarna jingga, pigmen klorofil a yang berwarna hijau kebiruan,
pigmen klorofil b yang berwarna hijau kekuningan, dan antosianin yang berwarna
2
merah. Pada satu tanaman memiliki satu jenis pigmen klorofil, seperti dominan
tanaman mengandung pigmen klorofil yang berwarna hijau. Namun, tidak
menutup kemungkinan bahwa ada beberapa tanaman yang mempunyai pigmen
lebih dari dua warna.
Kandungan klorofil didalam daun berkaitan langsung dengan proses
fotosintesis. Klorofil pada jenis daun yang akan diamati dapat diidentifikasi
dengan menggunakan alat spektofotometer. Alat tersebut memiliki fungsi untuk
mengukur kandungan kadar klorofil pada daun. Berdasarkan dengan kaitan
fotosintesis tanaman, pengamatan ini dilakukan untuk mengatahui kandungan
klorif yang terdapat dalam daun. Klorofil dalam daun terbagi menjadi klorofil a
dan klorofil b. Berdasarkan latar belakang tersebut diadakan praktikum dengan
judul “Pengukuran Kandungan Klorofil ” untuk mengetahui kandungan klorofil
yang terdapat didalam pada daun tanaman.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengamati dan menghitung kandungan klorofil pada daun.
2. Untuk mengetahui pengukuran klorofil dengan spektofotometer
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Klorofil merupakan pigmen utama yang ditemukan pada seluruh
organisme autotrof atau makhluk hidup yang dapat memproduksi makanan
sendiri. Klorofil memiliki fungsi utama untuk mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia melalui sebuah proses yang dinamakan fotosintesis. Kandungan
klorofil yang terdapat pada setiap tanaman berbeda-beda tergantung pada
spesiesnya. Faktor lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap jumlah
klorofil yang terdapat pada tanamanIntensitas cahaya menjadi faktor terbesar yang
menentukan terhadap jumlah krolofil pada tanaman (Costache, 2012).
Kekurangan air pada tanaman ketika masa pertubuhan dapat
mempengaruhi segala aspek pertumbuhan tanaman, aspek tersebut meliputi proses
fisiologis, biokimia, anatomi dan morfologi. Penurunan konsentrasi klorofil
menjadi salah satu respon fisiologis yang ditunjukan oleh tanaman terhadap
kekurangan air. Penurunan konsentrasi klorofil disebabkan oleh menurunnya
ketersediaan enzim rubisco dan terhambatnya penyerapan unsur hara, terutama
nitrogen dan magnesium yang berperan ketika sintesis klorofil. Kandungan
klorofil dapat dijadikan indikator ketidak seimbangan metabolisme antara
fotosisntesis dan hasil produksi ketika kekurangan air (Ai dan Banyo, 2012).
Nitrogen dibutuhkan tanaman dalam pembentukan klorofil. Indikator
kebutuhan tanaman akan nitrogen dapat terlihat secara visual melalui warna daun.
Tanaman yang kelebihan nitrogen akan memiliki daun berwarna hijau kelam,
sedangkan pada tanaman kekurangan nitrogen akan berwarna kuning coklat.
Penambahan pupuk nitrogen pada tanah tidak selalu memberikan perubahan nyata
terhadap terbentuknya klorofil pada tanaman, hal tersebut dikarenakan ketersedian
kandungan nitrogen dalam tanah telah mencukupi kebutuhan dari tanaman yang
dibudidayakan (Setyanti dkk., 2013).
Kandungan klorofil pada tanaman pertanian periurban memiliki perbedaan
jika dibandingan pada tanaman pertanian konvensional pada umumnya. Pertanian
periurban adalah pertanian yang diusahakan disekitar wilayah perkotaan. Berbagai
aktivitas dan transportasi non-pertanian dapat menjadi hambatan bagi tanaman,
4
sehingga perlu memperhatikan kondisi agro-ekologis di mana setiap tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Kualitas lingkungan untuk menanam tanaman dapat
berpengaruh terhadap komposisi biokimia pada jaringan tanaman termasuk
jumlah kandungan klorofil (Iriani dan Nugrahani, 2014).
Fotosintesis merupakan produksi senyawa organik dengan menggunakan
energi bercahaya yang dilakukan oleh mahluk hidup yang memiliki klorofil.
Faktor utama dari proses fotosintesis adalah klorofil. Jumlah klorofil
menunjukkan adanya perubahan dengan dipengaruhi oleh banyak faktor
lingkungan, salah satu faktornya adalah paparan sumber cahaya atau sinaran
matahari terhadap daun. Perbedaan jumlah klorofil dapat diketahui pada daun
yang terpapar sinar matahari sepanjang hari dan pada daun yang terhalang oleh
daun lain (Sevik et al., 2012).
Jumlah klorofil pada organ daun tanaman juga dapat dipengaruhi oleh
keberadaan organisme pengganggu tanaman. Aonidiella orientalis adalah salah
satu hama buah-buahan diseluruh dunia. Keberadaan Aonidiella orientalis dapat
menghilangkan getah floem dan mengurangi kadar klorofil pada tanaman.
Tanaman yang terinfeksi hama ini mengalami kerugian kuantifikasi klorofil dan
karotenoid sebesar 31% dan 35%. Faktor tersebut dapat menghambat terjadinya
proses fotosintesis dalam tanaman, karena klorofil yang terdapat dapat dalam
tumbuhan terganggu(Kumar and Sharma, 2014).
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), terdapat hubungan antara
kandungan besi (Fe) di dalam tanah dan kadar klorofil yang terdapat di dalam
tanah. Kekurangan Fe dapat menyebabkan terhambatnya pembentukan klorofil
dan mengakibatkan sintesis protein kurang sempurna. Besi (Fe) diserap oleh
tanaman dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat.
Oleh karena itu, penanaman tanaman sebaiknya dilakukan pada tempat yang
memiliki kandungan hara yang cukup baik bagi tanaman.
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Agrobiosains acara “Pengukuran Kandungan Klorofil”
dilaksanakan pada hari Sabtu,4 November 2017 pukul 09.00- 10.30 WIB.
Bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Mortar dan pestle
2. Spektrofotometer
3. Alat sentrifugasi
4. Mikropipet
5. Kertas karbon
6. Kertas Label
7. Sendok aluminium foil
3.2.2 Bahan
1. Daun puring merah
2. Daun jambu biji
3. Daun pad
4. Daun jagung
5. Daun kedelai
6. Daun kakao
7. Nitrogen cair
8. Larutan borate 10Mm
9. Ethanol
6
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Menimbang 0,5 gram jaringan daun segar dan memasukkan ke dalam mortar
yang telah mendinginkan sebelumnya.
2. Menambahkan nitrogen cair (bila perlu) ke dalam mortar dan mengerus dengan
pestle sampai menjadi tepung.
3. Menambahkan 3 ml larutan 10 mM Borate pH 8,0 yang telah mendinginkan
dan mengerus lagi sampai semua tepung daun tersuspensi.
4. Mengambil 40 µl suspense atas dan memasukkan ke dalam tabung mikro
sentrifugasi (eppendorf).
5. Menambahkan 960 µl ethanol absolute dingin 4oC, kemudian memvorteks.
6. Menginkubasikan selama 30 menit pada suhu 4oC dalam keadaan gelap.
7. Mesenntrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm suhu 4oC selama 5 menit.
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan pada kegiatan praktikum sebagai berikut:
1. Kandungan klorofil A
2. Kandungan klorofil B
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh setelah melakukan praktikum “Pengukuran
Kandungan Klorofil” akan dianalisis dengan menggunakan metode statistik
deskriptif kuantitatif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Grafik Absorbansi Klorofil A
Praktikum pengukuran kandungan klorofil dilakukan dengan
menggunakan daun tanaman yang berbeda. Daun tanaman yang digunakan
diantaranya daun puring merah, daun jambu biji, daun padi, daun jagung, daun
kedelai, dan daun kakao. Setiap daun menghasilkan kandungan klorofil yang
berbeda. Perlakuan dengan menggunakan tanaman kedelai memiliki kandungan
klorofil A tertinggi sebesar 3,85µg ml-1, sedangkan pada daun jambu biji
menghasilkan kandungan klorofil terendah yakni sebesar 1,02 µg ml-1.
Penggukuran kandungan klorofil menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm. Menghitung kandungan klorofil a dapa
menggunakan rumus sebagai berikut:
OD Abs 649 = 0,161 ; kontrol = 0,029
OD Abs 665 = 0,257 ; kontrol = 0,03
Abs 649 = OD – Kotrol
= 0, 161 – 0,029
= 0,132
Abs 665 = OD – Kotrol
= 0,257 -0,03
8
= 0,227
Klorofil a = (13,7 x Abs 665) – (5,76 x Abs 649)
= (13,7 x 0,227) – (5,76 x 0,132)
= 3,1099 – 0,76032
= 2,34958
= 2,35µg ml-1
4.1.2 Grafik Absorbansi Klorofil
Praktikum pengukuran kandungan klorofil dilakukan dengan
menggunakan daun tanaman yang berbeda. Daun tanaman yang digunakan
diantaranya daun puring merah, daun jambu biji, daun padi, daun jagung, daun
kedelai, dan daun kakao. Setiap daun menghasilkan kandungan klorofil yang
berbeda. Perlakuan dengan menggunakan tanaman kedelai memiliki kandungan
klorofil B tertinggi sebesar 2,5 µg ml-1, sedangkan pada daun jambu biji
menghasilkan kandungan klorofil terendah yakni sebesar 0,66 µg ml-1.
Penggukuran kandungan klorofil menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm. Menghitung kandungan klorofil b dapa
menggunakan rumus sebagai berikut:
OD Abs 649 = 0,161 ; komtrol = 0,029
OD Abs 665 = 0,257 ; kontrol = 0,03
Abs 649 = OD – Kotrol
= 0, 161 – 0,029
9
= 0,132
Abs 665 = OD – Kotrol
= 0,257 -0,03
= 0,227
Klorofil a = (25,8 x Abs 649) – (7,60 x Abs 665)
= (25,8 x 0,132) – (7,60 x 0,227)
= 3,4056 – 1,7252
= 1,6804
= 1,68 µg ml-1
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan praktikum yang dilakukan dapat
diketahui bahwa terdapat hasil yang berbeda pada setiap perlakuan daun tanaman.
Penggunaan daun tanaman yang berbeda jenis karena untuk mengetahui
kandungan klorofil tertinggi dan terendah pada suatu daun. Klorofil yang terdapat
didalam daun terdiri dari klorofil a dan klorofil b. Kandungan klorofil tertinggi
terdapat pada daun tanaman kedelai, sedangkan kandungan klorofil terendah
terdapat pada daun tanaman jambu biji. Pengamatan kandungan klorofil dilakukan
dengan menggunakan alat sentrifugasi.
Alat sentrifugasi berfungsi untuk mengukur kandungan air dalam daun.
Daun diukur dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4oC selama 5 menit.
Pemberian larutan borate dalam proses pengukuran kandungan klorofil untuk
merusak jaringan tanaman, agar sampel daun mudah hancur. Kadar klorofil diukur
dengan panjang gelombang gelombang 649 nm dan 665 nm. Filtrat jernih yang
diperoleh dari proses sentrifugasi digunakan untuk mengukur nilai absorbansinya
dengan spektofotometer untuk mengetahui kandungan klorofil a dan klorofil b
yang terdapat dalam daun (Ikrom dan Aunurohim., 2013)
Klorofil yang terkandung didalam daun dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pH, suhu, umur tanaman dan salinitas. Klorofil dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Kandungan klorofil pada tanaman yang
cukup dapat menunjukkan suatu kemampuan menangkap energi cahaya yang
10
lebih efisien, sehingga laju fotosintesis yang terjadi tinggi. Daun tanaman yang
kandungan klorofilnya rendah cenderung memiliki kemampuan menangkap
cahaya matahari rendah. Kondisi ini dapat menghambat laju proses fotosintesis
pada daun tanaman. Proses fotosintesis sangat berpengaruh pada kandungan
klorofil yang terdapat dalam daun, karena klorofil sebagai suatu pigmen warna
yang dapat menangkap cahaya matahari (Sartika dkk., 2014).
Warna daun pada tanaman dapat menunjukkan suatu kandungan klorofil
yang terdapat didalam daun. Daun yang berwarna hijau muda memiliki
kandungan klorofil rendah, sedangkan pada daun dengan warna hijau tua memiliki
kandungan klorofil yang cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya
yang dapat diserap oleh daun (Ramadhani dkk., 2013). Daun tanaman yang
memiliki kadungan klorofil tertinggi yaitu daun tanaman kedelai dengan
kandungan klorofil a sebesar 3,85 µg ml-1 dan klorofil b sebesar 2,5 µg ml-1. Daun
jambu biji memiliki kandungan klorofil terendah dengan kandungan klorofil a
sebesar 1,02 µg ml-1 dan kandungan klorofil b sebesar 0,66 µg ml-1.
Klorofil dalam daun berguna dalam proses fotosintesis. Proses fotosintesis
dalam daun tidak hanya membutuhkan cahaya matahari, aka tetapi membutuhkan
suatu klorofil. Klorofil dalam daun terdiri dari klorofil a dan klorofil b. Klorofil a
dan klorofil b memiliki peranan dalam proses fotosintesis Klorofil a berfungsi
penangkap cahaya atau energi yang utama dalam suatu proses fotosintesis dan
sebagai pusat reaksi fotosintesis yang terjadi dalam suatu tanaman. Klorofil b
dapat berfungi untuk mengumpulkan cahaya yang kemudian ditransfer kepusat
reaksi yaitu klorofil a (Khotimah dkk., 2012).
11
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kandungan klorofil dalam pengamatan praktikum dapat diperoleh daun yang
memiliki kandungan klorofil tertinggi yaitu daun kedelai, sedangkan pada
daun jambu memiliki kandungan klorofil yang rendah. kandungan klorofil ini
bergantung pada umur tanaman, pH, dan warna daun
2. Klorofil yang terkandung didalam daun tanaman diukur dengan menggunakan
alat spektofotometer dengan panjang gelombang gelombang 649 nm dan 665
nm. Klorofil pada tanaman terdapat klorofil a dan klorofil b. Kandungan
klorofil a dan klorofil b tertinggi terdapat pada daun kedelai yakni berturut-
turut 3,85 µg ml-1 dan 2,5 µg ml-1.
5.2 Saran
Kegiatan pelaksanaan praktikum” pengukuran kandungan klorofil”
sebaiknya dalam proses pengamatan dapat diselesaikan dalam satu acara, agar
praktikan dapat memahami hasil dari pengamatan secara keseluruhan.
Penambahan alat laboratorium juga diperlukan untuk menunjang berjalan
praktikum dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S. dan Y. Banyo. 2012. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah sains, 11(2): 166-173.
Costache, M.A., G. Campeanu, and G. Neata. 2012. Studies Concerning the
Extraction of Chlorophyll and Total Carotenoids From Vegetables.
Romanian Biotechnological, 17(5): 7702-7708.
Ikrom, A. B dan Aunurohim. 2013. Kandungan Klorofil-a dan Karaginan
Eucheuma cottonii yang ditanam pada Kedalaman Berbeda di Desa Palasa,
Pulau Poteran. Teknik Pomits, 2(1): 1-6.
Iriani, D. dan P. Nugrahani. 2014. Kandungan Klorofil,dan Karotenoid, dan
Vitamin C Beberapa Jenis Sayuran Daun pada Pertanian Periurban di Kota
Surabaya. Matematika, Sains, dan Teknologi, 15(2): 84-90.
Khotimah, K., M. A. Alamsjah, dan Y. Cahyoko. 2012. Pengaruh Lama
Penyinaran dan Salinitas terhadap Pertumbuhan dan Jumlah Klorofil A
Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii. Aquaculture and Fish Health, 1(3):
1-2.
Kumar, H. And S. Sharma. 2014. Determination of Chlorophyll and Carotenoid
Loss in Dalbergia sissoo caused by Aonidiella orientalis (Newstead)
[Homoptera: Coccoidea: Diaspididae]. Entomologi and Zooology Studies,
2(1): 104-106.
Ramadhani, F., L. A. P. Putri, H. Hasyim. 2013. Evaluasi Karakteristik Beberapa
Varietas Kedelai (Glycine Max L.Merill) Hasil Mutasi Kolkisin M2 pada
Kondisi Naungan. Agroekoteknologi, 1(3): 453-466.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius.
Sartika., Mukarlina, T. R. Setyawati. 2014. Kandungan Klorofil dan Lipid
Nannochloropsis Oculata yang dikultur dalam Media Limbah Cair Karet.
Protobiont, 3 (3): 25 – 30.
Setyanti, Y. H., S. Anwar, dan W. Slamet. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan
Srapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) pada Tinggi Pemotongan
dan Pemupukan Nitrogen Yang Berdeda. Animal Agriculture, 2(1): 86-96.
Sevik, H., D. Guney, H. Karakas and G. Aktar. 2012. Change To Amount of
Chlorophyll on Leaves Depend on Insolation in Some Landscape Plants.
Environmental Sciences, 3(3): 1057-1064.
LAMPIRAN
I. DATA
II. DOKUMENTASI
Gambar 1. Daun Kakao
Gambar 2. Menimbang daun kakao
Gambar 3. Mortar dan pastle
Gambar 4. Daun yang telah dihaluskan
Gambar 5. Memasukan suspense tabung mikro sentrifugasi
Gambar 6. Suspense daun kakao
Gambar 7. Daun kakao yang disentrifugasi
III. LAMPIRAN
Ai, N. S. dan Y. Banyo. 2012. Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Ilmiah sains, 11(2): 166-173.
Costache, M.A., G. Campeanu, and G. Neata. 2012. Studies Concerning the
Extraction of Chlorophyll and Total Carotenoids From Vegetables.
Romanian Biotechnological, 17(5): 7702-7708.
Ikrom, A. B dan Aunurohim. 2013. Kandungan Klorofil-a dan Karaginan
Eucheuma cottonii yang ditanam pada Kedalaman Berbeda di Desa Palasa,
Pulau Poteran. Teknik Pomits, 2(1): 1-6.
Iriani, D. dan P. Nugrahani. 2014. Kandungan Klorofil,dan Karotenoid, dan
Vitamin C Beberapa Jenis Sayuran Daun pada Pertanian Periurban di Kota
Surabaya. Matematika, Sains, dan Teknologi, 15(2): 84-90.
Khotimah, K., M. A. Alamsjah, dan Y. Cahyoko. 2012. Pengaruh Lama
Penyinaran dan Salinitas terhadap Pertumbuhan dan Jumlah Klorofil A
Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii. Aquaculture and Fish Health, 1(3):
1-2.
Kumar, H. And S. Sharma. 2014. Determination of Chlorophyll and Carotenoid
Loss in Dalbergia sissoo caused by Aonidiella orientalis (Newstead)
[Homoptera: Coccoidea: Diaspididae]. Entomologi and Zooology Studies,
2(1): 104-106.
Ramadhani, F., L. A. P. Putri, H. Hasyim. 2013. Evaluasi Karakteristik Beberapa
Varietas Kedelai (Glycine Max L.Merill) Hasil Mutasi Kolkisin M2 pada
Kondisi Naungan. Agroekoteknologi, 1(3): 453-466.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius.
Sartika., Mukarlina, T. R. Setyawati. 2014. Kandungan Klorofil dan Lipid
Nannochloropsis Oculata yang dikultur dalam Media Limbah Cair Karet.
Protobiont, 3 (3): 25 – 30.
Setyanti, Y. H., S. Anwar, dan W. Slamet. 2013. Karakteristik Fotosintetik dan
Srapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) pada Tinggi Pemotongan
dan Pemupukan Nitrogen Yang Berdeda. Animal Agriculture, 2(1): 86-96.
Sevik, H., D. Guney, H. Karakas and G. Aktar. 2012. Change To Amount of
Chlorophyll on Leaves Depend on Insolation in Some Landscape Plants.
Environmental Sciences, 3(3): 1057-1064.