i
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MONITORING
EVALUASI PDAM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR
Oleh :
Imam Ahmad Trinugroho
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Desember 2020
1
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MONITORING EVALUASI
PDAM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR
Imam Ahmad Trinugroho, ST., MMSI.
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Sistem Informasi Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI
Dalam rangka mewujudan pemerintahan yang baik (good governance) serta dalam
rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil
guna, bersih dan bertanggungjawab, serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam
mencapai tujuan instansi, pemerintah telah mengeluarkan berbagai panduan dan
aturan yang menjadi dasar bagi pemerintah daerah; baik provinsi maupun
kabupaten/kota; untuk melaksanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi di daerahnya.
Salah satunya untuk memonitoring dan evaluasi BUMD, dengan monitoring dan
evaluasi BUMD yang baik akan meningkatkan pendapatan asli daerah yang
bersumber dari keuntungan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). PDAM Tirta
Pakuan adalah BUMD Kota Bogor yang sudah melakukan pelaporan menjadi pilot
project untuk pengembangan sistem informasi monitoring dan evaluasi BUMD Kota
Bogor.
Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi BUMD Kota Bogor dirancang
berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999, tentang
“Dasar Penilaian Kinerja PDAM di Indonesia”. Tahap Rancangan Perangkat Lunak,
Perangkat Keras dan Jaringan Komputer dilakukan dengan menganalisa bisnis proses
dan regulasi yang ada di sisi BUMD yaitu PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dan dari
sisi Setda Bagian Perekonomian Kota Bogor yang melakukan monitoring dan
evaluasi.
Kata Kunci : Monev, Audit, Sistem Informasi Monev, BUMD, PDAM
(i + 21)
2
PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari
pendapatan asli daerah lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber di
luar pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan
sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian
pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Dengan penggalian dan
peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan pemerintah daerah juga mampu
meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan daerah, termasuk
diantaranya ialah PAD yang bersumber dari keuntungan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah. PAD merupakan salah satu komponen sumber pendapatan daerah
sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 79 undang-undang nomor 22 tahun
1999 tentang pemerintahan daerah, berdasarkan pasal 79 UU 22/1999 bahwa
sesuatu yang diperoleh pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang
karena kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil
pajak daerah dan retribusi daerah.
Hal ini disampaikan juga pada pasal 331 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang menyatakan bahwa Pendirian
BUMD bertujuan untuk memberikan manfaat bagi perkembangan ekonomi
daerah pada umumnya, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup
masyarakat sesuai dengan kondisi, karakteristik dan potensi daerah yang
bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik dan memperolah
laba dan/atau keuntungan.
BAB II pasal 2 Permendagri No. 7 Tahun 1984 tentang tata cara pembinaan dan
pengawasan Perusahaan Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah menyatakan
bahwa salah satu sifat usaha dari perusahaan daerah terutama adalah perusahaan
berusaha dibidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaat umum disamping
mendapatkan keuntungan.
Terkait dengan masih minimnya PAD yang diperoleh dari laba BUMD Kota
Bogor, perlu dilakukan pembangunan Sistem Aplikasi yang berbasis WEB
sebagai alat untuk memonitor kinerja dari BUMD yang dimiliki oleh Kota
3
Bogor, sehingga dapat diketahui prioritas kebutuhan dalam peningkatan kinerja
BUMD sampel terpilih sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 dan Permendagri No. 7 Tahun 1984. Selanjutnya, dapat pula
teridentifikasinya berbagai faktor dan indikasi kinerja BUMD Kota Bogor yang
dievaluasi, sehingga diharapkan dapat menjadi langkah strategis yang menjadi
alat utama percepatan pembangunan BUMD di Kota bogor.
Maksud dari penulisan ini adalah tersedianya Perancangan Sistem Informasi
Monitoring Kinerja BUMD dengan studi kasus PDAM Tirta Pakuan pada Bagian
Administrasi Perekonomian Setda Kota Bogor dengan fitur-fitur yang berbasis
web yang dapat diakses melalui jaringan internet.
4
TINJAUAN TEORI DAN METODOLOGI
1. MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan monitoring lebih terfokus pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan informasi
secara regular berdasarkan indikator tertentu, dengan maksud mengetahui
apakah kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan perencanaan dan
prosedur yang telah disepakati. Indikator monitoring mencakup esensi aktivitas
dan target yang ditetapkan pada perencanaan program. Apabila monitoring
dilakukan dengan baik akan bermanfaat dalam memastikan pelaksanaan
kegiatan tetap pada jalurnya (sesuai pedoman dan perencanaan program). Juga
memberikan informasi kepada pengelola program apabila terjadi hambatan dan
penyimpangan, serta sebagai masukan dalam melakukan evaluasi.
Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang berlangsung
guna memastikan kesesuain proses dan capaian sesuai rencana atau tidak. Bila
ditemukan penyimpangan atau kelambanan maka segera dibenahi sehingga
kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya. Jadi, hasil monitoring
menjadi input bagi kepentingan proses selanjutnya. Sementara Evaluasi
dilakukan pada akhir kegiatan, untuk mengetahui hasil atau capaian akhir dari
kegiatan atau program. Hasil Evaluasi bermanfaat bagi rencana pelaksanaan
program yang sama diwaktu dan tempat lainnya.
Seperti terlihat pada gambar Siklus Majamen Monev, fungsi Monitoring (dan
evaluasi) mnerupakan satu diantara tiga komponen penting lainnya dalam
system manajelemen program, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Tindakan
korektif (melalui umpan balik). Sebagai siklus, dia berlangsung secara intens ke
arah pencapaian target-target antara dan akhirnya tujuan program.
Gambar 1. Siklus Manajemen Monitoring dan Evaluasi
5
Pengukuran Kinerja Menurut Mardiasmo (2002), pengukuran kinerja sangat
penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan
pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan
menunjukkan bagaimana uang publik di belanjakan, akan tetapi meliputi
kemampuan menujukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999, tentang
“Dasar Penilaian Kinerja PDAM di Indonesia”, di dalam ketentuan umum
dikatakan Kinerja adalah tingkat keberhasilan pengelolaan PDAM dalam satu
tahun buku tertentu, yang pada setiap akhir tahun buku dilakukan penilaian atas
kinerja PDAM meliputi aspek keuangan, aspek operasional dan aspek
administrasi.
Balance Scorecard merupakan cotemporary management tool yang digunakan
untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja
keuangan. Oleh karena organisasi pada dasarnya adalah institusi pencipta
kekayaan, penggunaan Balance Scorecard dalam pengelolaan menjanjikan
peningkatan signifikan kemampuan organisasi dalam menciptakan kekayaan.
Balance Scorecard menggunakan perspektif keuangan karena ukuran keuangan
sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis
yang sudah diambil. Pengukuran kinerja keuangan dapat dijadikan petunjuk
apakah strategi perusahaan, implementasi dan memberikan keputusan kepada
peningkatan laba. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya
tahapan dari tahapan siklus hidup bisnis, yaitu (Kaplan & Norton, 2000) :
bertumbuh, bertahan dan menuai.
Hasil penilaian atas prestasi kinerja PDAM dijadikan dasar dalam menentukan
penggolongan tingkat keberhasilan PDAM.
1) Tingkat keberhasilan PDAM adalah:
a. Baik Sekali, bila memperoleh nilai kinerja diatas 75;
b. Baik, bila memperoleh nilai kinerja diatas 60 sampai dengan 75;
c. Cukup, bila memperoleh nilai kinerja diatas 45 sampai dengan 60;
d. Kurang, bila memperoleh nilai kinerja diatas 30 sampai dengan 45;
e. Tidak Baik, bila memperoleh nilai kinerja kurang dari atau sama dengan
30.
2) Bobot untuk masing-masing aspek adalah:
a. Aspek Keuangan 45;
b. Aspek Operasional 40;
c. Aspek Administrasi 15.
6
3) Indikator setiap aspek terdiri atas:
a. Aspek Keuangan:
Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif;
Rasio Laba terhadap Penjualan;
Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Lancar;
Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Total Utang;
Rasio Total Aktiva terhadap Total Utang;
Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi;
Rasion Laba Operasi sebelum Biaya Penyusulan terhadap Angsuran
Pokok dan Bunga Jatuh Tempo;
Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air;
Jangka Waktu Penagihan Piutang;
Efektivitas Penagihan.
b. Aspek Operasional
Cakupan Pelayanan;
Kualitas Air Distribusi;
Kontinuitas Air;
Produktifitas Pemanfaatan Instalasi Produksi;
Tingkat Kehilangan Air;
Peneraan Meter Air;
Kecepatan Penyambungan Baru;
Kemampuan Penanganan Pengaduan Rata-rata per bulan;
Kemudahan Pelayanan;
Rasio Karyawan per 1000 pelanggan.
c. Aspek Administrasi:
Rencana Jangka Panjang (Corporate Plan);
Rencana Organisasi dan Uraian Tugas;
Prosedur Operasi Standar;
Gambar Nyata Laksana (As Built Drawing);
Pedoman Penilaian Kerja Karyawan:
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP);
Tertib Laporan Internal;
Tertib Laporan Eksternal;
Opini Auditor Independen;
Tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun terakhir.
4) Perbaikan terhadap indikator:
a. Peningkatan Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif;
b. Penigkatan Rasio Laba terhadap Penjualan;
c. Peningkatan Cakupan Pelayanan;
d. Penurunan Tingkat Kehilangan Air;
7
e. Di berikan nilai tambah berupa bonus dengan memperbandingkan hasil
tahun buku saat ini dan sebelumnya.
5) Jumlah nilai indikator maksimum pada masing-masing aspek adalah:
a. Aspek Keuangan 60;
b. Aspek Operasional 47;
c. Aspek Administrasi 36.
Obyek kegiatan dalam pekerjaan ini adalah laporan keuangan PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber
yang diperoleh data yang diperole h secara tidak langsung melalui data-data
perusahaan PDAM, studi pustaka, dan dokumen yang berkaitan dengan
pekerjaan ini.
2. PENDEKATAN MONEV
Ada empat cara untuk memonitor keluaran dan dampak. Keempat cara atau
pendekatan itu adalah pelaporan sistem sosial (social accounting),
eksperimentasi sosial (social experimentation), pemeriksaan sosial (social
auditing) dan pengumpulan bahan untuk penelitian sosial (social research
cumulation). Pendekatan ini masing - masing mempunyai dua aspek yaitu aspek
yang berhubungan dengan jenis informasi yang diperlukan (Dunn, 1981).
Keempat pendekatan ini mempunyai ciri yang bersamaan yaitu bahwa
keempatnya harus:
1) TERPUSAT KEPADA KELUARAN KEBIJAKSANAAN, sehingga
dalam monitoring ini sangat diperhatikan variabel yang mempengaruhi
keluaran, baik yang tidak dapat dikontrol oleh pembuat kebijaksanaan
(misalnya kondisi sekarang yang sudah ada), dan variabel yang dapat
dimanipulasikan atau diramalkan sebelumnya;
2) BERPUSAT PADA TUJUAN, yaitu untuk memberikan pemuasan
kebutuhan, nilai atau kesempatan kepada klien atau target;
3) BERORIENTASI PADA PERUBAHAN. Tiap-tiap pendekatan itu
berusaha untuk memonitor perubahan dalam suatu jangka waktu tertentu,
baik dengan menganalisis perubahan unjuk kerja antara beberapa program
yang berbeda atau yang sama beberapa variabelnya, atau kombinasi antara
keduanya;
4) MEMUNGKINKAN KLASIFIKASI SILANG KELUARAN DAN
DAMPAK berdasarkan variabel-variabel lain termasuk variabel yang
dipergunakan untuk memonitor masukan kebijaksanaan (waktu, uang,
tenaga, perlengkapan) dan proses kebijaksanaan (aktivitas, dan sikap
administratif, organisasi dan politis yang diperlukan untuk transformasi
masukan kebijaksanaan menjadi keluaran), dan
8
5) BERHUBUNGAN DENGAN ASPEK PELAKSANAAN
KEBIJAKSANAAN secara obyektif maupun subyektif. Indikator obyektif
didasarkan atas data baru yang diperoleh melalui survei sampel atau studi
lapangan (Dunn, 1981).
3. TEKNIK MONEV
1. OBSERVASI: Observasi ialah kunjungan ke tempat kegiatan secara
langsung, sehigga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau obyek yang
ada diobservasi dan dapat dilihat. Semua kegiatan dan obyek yang ada serta
kondisi penunjang yang ada mendapat perhatian secara langsung
2. WAWANCARA DAN ANGKET: Wawancara adalah cara yang dilakukan
bila monitoring ditujukan pada seseorang. Instrumen wawancara adalah
pedoman wawancara. Wawancara itu ada dua macam, yaitu wawancara
langsung dan wawancara tidak langsung.
3. FORUM GROUP DISCUSSION (FGD): FGD adalah proses menyamakan
persepsi melalaui urun rembug terhadap sebuah permasalahan atau substansi
tertentu sehingga diperoleh satu kesamaam (frame) dalam melihat dan
mensikapi hal-hal yang dimaksud.
4. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data dalam pekerjaan ini menggunakan dokumentasi. Data
dokumentasi yaitu berupa laporan keuangan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
dan data gambaran umum perusahaan. Dengan terkumpulnya data, maka dapat
dilakuan analisis datanya seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Tabel Perhitungan Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan
Menggunakan Balance Scorecard
No. Indikator Kinerja Rasio
A. Bertumbuh
1 Pertumbuhan Pendapatan Peningkatan
Fluktuatif
Tetap
Menurun
2 Peningkatan Rasio ROA Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
3 Peningkatan Rasio Operating Profit
Margin
Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
9
Tabel 1. Tabel Perhitungan Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan
Menggunakan Balance Scorecard (Lanjutan)
No. Indikator Kinerja Rasio
B. Bertahan
1
Rasio Likuiditas
a. Rasio Aktiva lancar terhadap hutang
lancar (Current Ratio)
Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
b. Working Capital to Total Assets Ratio Peningkatan
Fluktuatif
Tetap
Menurun
2
Rasio Aktivitas
a. Total Assets Turnover
b. Working Capital Turnover
Peningkatan
Fluktuatif
Tetap
Menurun
a. Rasio Jangka Waktu Penagihan Piutang
b. Rasio Efektifitas Penagihan
Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
3 Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin Peningkatan
Fluktuatif
Tetap
Menurun
b. Rasio laba terhadap penjualan
(Operating Profit Margin)
c. Rasio biaya operasiterhadap
pendapatan operasi (Operating Ratio)
d. Rasio Laba terhadap aktiva produktif
(Rate of Return on Assets (ROA))
Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
e. Rate of return on equity (ROE) Peningkatan
Fluktuatif
Tetap
Menurun
4 Rasio Solvabilitas
a. Rasio Total aktiva terhadap hutang Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
b. Rasio Total aktiva terhadap hutang Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
10
Tabel 1. Tabel Perhitungan Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan
Menggunakan Balance Scorecard (Lanjutan)
No. Indikator Kinerja Rasio
5 Rasio Laba Operasi sebelum biaya
penyusutan terhadap angsuran pokok
dan bunga jatuh tempo
Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
6 Rasio aktiva produktif terhadap
penjualan air
Kepmendagri
No.47 Tahun
1999
C. Menuai
a. Cash flow to sale
b. Operations Index
c. Cash Flow Return on Assets
Peningkatan
Fluktuatif
Tetap
Menurun
Penilaian keadaan tingkat keberhasilan PDAM digolongkan sebagai berikut :
Tabel 2. Tabel Klasifikasi Kinerja PDAM
Nilai Kinerja Kategori
75 Baik Sekali
60 - 75 Baik
45 - 60 Cukup
30 - 45 Kurang
< 30 Tidak Baik
5. DATABASE
Untuk mewujudkan sistem informasi yang tepat guna perlu disusun dan
dikembangkan sebuah sistem database yang baik. Berikut ini adalah disain
database yang dapat dikembangkan :
11
Gambar 2. Disain Database
Konsep database yang ditawarkan dengan 3 buah layer yaitu layer ekternal,
konseptual dan internal. Dengan konsep ini diharapkan setiap pemakai dalam
sistem melihat database secara benar sesuai dengan peran dan kebutuhan user
tersebut terhadap data yang ada.
Dengan konsep ini juga dapat ditambahkan sebuah tabel kedalam database yang
baik dilihat dari sisi penggunaan dan baik dilihat dari sisi penyimpanan sehingga
dapat diperoleh kinerja yang baik untuk mendukung aplikasi yang ada. Konsep
ini juga dapat dikembangkan untuk update database yang digunakan untuk
aplikasi pelayanan strategis yang akan dikembangkan.
Berdasarkan hasil desain konseptual, dengan model-model ataupun sub sistem
yang telah didefinisikan, maka diturunkan variabel - variabel datanya untuk
setiap entitas yang ada pada sub sistem-sub sistem. Variabel yang telah
didefinisikan kemudian dituangkan dalam struktur basis data. Basis data ini
kemudian dibangun pada platform perangkat lunak yang telah ditentukan untuk
kemudian diuji dengan dummy untuk menguji integritas basis data tersebut.
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini diantaranya adalah:
Desain Tabel baru
Penambahan Tabel ke dalam Database
Penentuan field-field kode untuk membedakan warna pada tampilan data
grafis
Pendesainan Aliran Informasi
Pendesainan Aliran Prosedural
Pendesainan Struktur Proses
Pendesainan Spesifikasi Proses
Pendesainan Perancangan Formulir
12
Pendesainan Pengkodean
Adapun data yang diinginkan adalah sebagai berikut :
Mendapatkan struktur data tambahan yang akan diotomasikan
Mendapatkan sistem pengkodean yang menjadi salah satu kunci
pengintergrasian
6. PENGERTIAN SISTEM
Sistem adalah sekelompok elemen – elemen yang berintegrasi dengan maksud
yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Suatu organisasi atau suatu area
fungsional cocok dengan definisi ini. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber
daya. Sumber daya tersebut bekerja untuk tercapainya suatu tujuan tertentu yang
ditentukan oleh pemilik atau manajemen. Secara etimologi sistem berasal dari
bahasa inggris, yaitu sistem yang berarti susunan atau cara.
Definisi sistem menurut Jerry Fitz Gerald: “Sistem adalah suatu jaringan kerja
dari prosedur – prosedur yang saling berhubungan berkumpul bersama – sama
untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran
tertentu”.
Sedangkan dalam The Encyclopedia of Management disebutkan bahwa:
“Sistem adalah susunan yang teratur dari kegiatan – kegiatan yang saling
bergantung dan prosedur – prosedur yang berhubungan, yang melaksanakan dan
memudahkan pelaksanaan kegiatan utama dari suatu organisasi”
7. KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI
Sistem Informasi adalah suatu kombinasi dari orang – orang, fasilitas, teknologi,
media, prosedur – prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk
mendapatkan jalur komunikasi penting. Sebagai suatu sistem, sistem informasi
mempunyai komponen – komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang
lain yang dapat membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasaran.
Menurut John Burch dan Garry Grundnitski, informasi didefinisikan sebagai
berikut : “Informasi adalah data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih
berarti dan berguna, yang dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di
dalam pembuatan keputusan”.
Sedangkan menurut Barry E. Cushing informasi didefinisikan sebagai berikut:
“Informasi menunjukkan hasil dan pengolahan data yang diorganisasikan dan
berguna kepada orang yang menerimanya”
13
Kualitas dari suatu informasi tergantung tiga hal :
1) Informasi harus akurat
Informasi harus bebas dari kesalahan – kesalahan dan tidak menyesatkan,
harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi akurat karena dari sistem
informasi sampai penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan
yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.
2) Informasi harus tepat
Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi
merupakan landasan didalam pengambilan keputusan. Jika terlambat akan
fatal akibatnya untuk sebuah organisasi. Sehingga dibutuhkan teknologi
mutakhir untuk mendapatkan, menyimpan, mengolah dan mengirimkannya.
3) Informasi harus relevan
Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.
8. METODOLOGI
Perencanaan dan Perancangan database merupakan kegiatan tahap awal ketika
akan mengembangkan sebuah aplikasi maka, diperlukan persiapan dan analisis
yang matang agar format data dan struktur database dihasilkan dengan Optimal
sehingga dapat mendukung upaya mewujudkan Sistem Informasi Monev
BUMD dalam penyelenggaraan survey dan analisis. Dengan demikian supaya
kegiatan yang dilakukan sesuai target yang diharapkan maka diperlukan sebuah
tahapan kegiatan yang tepat. Tahapan yang tepat dan baik menggunakan
tahapan Siklus Hidup Pengembangan Sistem atau System Development Life
Cycle (SDLC). Secara Umum salah satu model SDLC adalah Prototype Model.
Gambar 3. Diagram SDLC
14
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MONITORING DAN
EVALUASI BUMD KOTA BOGOR
9. ANALISA KEBUTUHAN
Proses analisa kebutuhan dilakukan untuk merumuskan spesifikasi kebutuhan
database dan aplikasi atau identifikasi kebutuhan, dimulai dari identifikasi
kebutuhan database dan aplikasi.
Analisa kebutuhan Sistem Informasi Monitoring Evaluasi BUMD Kota Bogor
adalah sebagai berikut:
• Bahasa Pemrograman : PHP & HTML
• Framework : CI
• Web Service : JSON
• Windows & Linux Ready
Aplikasi Berbasis Web
• MySQL
Database
• Modul Input data Monev di BUMD (PDAM Tirta Pakuan)
• Modul Ambil Data di BUMD (PDAM Tirta Pakuan) mengunakan JSON
• Menampilkan data Monev di Setda (Bagian Perekonomian)
Modul
• Melakukan integrasi dengan sistem yang ada di BUMD, untuk mengambil data monev secara berkala
Integrasi
• User Level Management
• Enkripi : Password & Data Penting
Keamanan Data
15
10. TAHAP PENGUMPULAN DATA SEKUNDER PDAM TIRTA PAKUAN
KOTA BOGOR
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor yang
didirikan sejak 31 Maret 1977 melalui Perda No. 5 Tahun 1977, mempunyai
visi: PDAM sehat melalui tata kelola yang baik (Good Corporate Governance)
dalam mewujudkan pelayanan prima kepada pelanggan. Untuk mewujudkan tata
kelola yang baik maka dibutuhkan sistem monitoring dan evaluasi yang baik
untuk dapat menjaga hasil dan kinerja dari PDAM Tirta Pakuan.
Tahap pengumpulan data sekunder untuk pengembangan sistem informasi
monitoring dan evaluasi BUMD PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dilakukan
untuk mendapatkan data eksisting awal yang akan dianalisa dan dijadikan alat
penunjang perancangan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan sistem
informasi.
Pengumpulan data dilakukan melalui download data atau file pada website
http://pdamkotabogor.go.id dimana data yang didownload adalah data keuangan
dan kinerja. Saat ini yang terdapat pada website data/laporan keuangan dan
kinerja tahun 2014, tahun 2015 belum ada. Laporan keuangan PDAM Tirta
Pakuan tahun 2014 dapat dilihat di bawah ini:
16
Gambar 4. Laporan Keuangan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Tahun
2014
Sedangkan Laporan Kinerja PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
17
Gambar 5. Laporan Kinerja PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Tahun 2014
11. TAHAP PERANCANGAN DATABASE
Dari hasil analisa data PDAM Tirta Pakuan dan juga analisa kebutuhan untuk
pengembangan sistem informasi monitoring dan evaluasi BUMD untuk BUMD
lainnya, akan dirancang database monitoring dan evaluasi BUMD sebagai
berikut:
19
12. TAHAP PERANCANGAN APLIKASI
Model Aplikasi Monitoring Evaluasi BUMD (PDAM) Kota Bogor dirancang
untuk dapat mengakomodir bisnis proses monitoring dan evaluasi BUMD seperti
yang dapat dilihat pada diagram prosedur di bawah ini.
Gambar 6. Diagram Prosedur
13. TAHAP PERANCANGAN ARSITEKTUR JARINGAN KOMPUTER
Arsitektur Jaringan Komputer dirancang untuk menjadi framework yang
memungkinan aplikasi dapat berjalan dengan baik, terutama dalam
berkomunikasi dengan sistem lain. Arsitektur Jaringan Komputer yang
digunakan dapat dilihat di bawah ini:
20
Gambar 7. Arsitektur Jaringan Sistem Informasi Monitoring Evaluasi
BUMD (PDAM Tirta Pakuan)
14. SPESIFIKASI HARDWARE DAN SOFTWARE
Spesifikasi minimum dari perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak
(Software) yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Hardware
1. Server
2. Jaringan Internet
3. Switch
4. UPS
5. MODEM
Software
1. Sistem Operasi (Windows/Linux)
2. Web Server/Apache Server
3. Database MySql
4. Framework MVC CI
5. CSS, Java Script, Ajax Json
Sistem PDAM
21
SIMPULAN
Tahapan kegiatan perancangan sistem informasi monitoring dan evaluasi BUMD
Kota Bogor sudah diselesai, adapun kegiatan yang dapat kami simpulkan
sebagai berikut :
1. Sistem Informasi Monitoring Evaluasi BUMD Kota Bogor studi kasus
PDAM Tirta Pakuan, PDAM Tirta Pakuan sebagai salah satu BUMD Kota
Bogor
2. Sistem Informasi Monitoring Evaluasi BUMD Kota Bogor memiliki user
sebagai berikut:
a. User Admin
b. User BUMD
c. User Direksi/Dewas (Dewan Pengawas)
d. User Bagian Perekonomian
e. User Pimpinan
3. Sistem Informasi Monitoring Evaluasi BUMD Kota Bogor mempunyai 3
(tiga) aspek monitoring dan evaluasi, yaitu : Aspek Keuangan, Aspek
Operasional dan Aspek Administrasi. Hanya Aspek Keuangan yang dapat
dilakukan penginputan setiap bulan.
.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiarti, Isniar. 2009. Pentingnya Pengukuran Kinerja Melalui Pendekatan
Balanced Scorecard, Jurnal Ilmiah Pendidikan Akuntansi. Vol.III, No.1:57-68.
2. Damayanti, Erly. 2008. Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja dengan Metode
Balanced Scorecard. Jurnal Teknik Industri. Vol.9, No.2: 169-177.
3. Kaplan, Robert S & David P Norton (Peter R Yosi Pasla, Penerjemah). 2000.
Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga.
4. Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk
Pelipatganda Kinerja Perusahaan. Jakarta: Salemba empat.
5. Mulyadi. 2001. Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasi Balanced
Scorecard. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999, tentang Dasar
Penilaian Kinerja PDAM di Indonesia