i
PENGARUH PERBANDINGAN SOSIAL, RASA SYUKUR DAN
FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF PADA MAHASISWA PENGGUNA
MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S. Psi)
Oleh:
Dwika Albiyanti Lestari
NIM : 11140700000039
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
aaasatu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif
aaaHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
aaadengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
aaamerupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
aaasanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juli 2018
Dwika Albiyanti Lestari
NIM: 11140700000039
v
MOTTO
“ Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kamu akan menemukan caranya. Namun
jika tak serius, kau hanya akan menemukan alasan” – Jim Rohn
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, Papi dan Mami yang telah
mendidik, menyayangi, mendoakan dan mendukung tanpa kenal lelah.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Mei 2018
C) Dwika Albiyanti Lestari
D) Pengaruh Perbandingan Sosial, Rasa Syukur dan Faktor Demografi terhadap aaa
aaaKesejahteraan Subjektif Pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial Instagram
E) xiii + 80 halaman + lampiran
F)aMahasiswa usia 18-24 tahun, baik laki-laki maupun perempuan cenderung
aaamerasakan kesejahteraan melalui media sosial, khususnya media sosial
aaainstagram. Akan tetapi memiliki permasalahan. Mahasiswa cenderung selalu
aaaingin mengikuti trend yang sedang marak diperbincangkan pada media sosial
aaainstagram seperti fashion (penampilan) dan bentuk tubuh. Tujuan penelitian ini
aaaadalah untuk mengetahui pengaruh variabel perbandingan sosial, rasa syukur dan
aaafaktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna
aaamedia sosial instagram.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi
aaaberganda dengan populasi mahasiswa yang tidak teridentifikasi secara pasti
aaadengan sampel berjumlah 265 mahasiswa sebagai individu yang sudah memiliki
aaaakun instagram >6 bulan yang diambil dengan teknik non-probability sampling.
AaAlat ukur untuk mengukur kesejahteraan subjektif adalah FS (Flourishing Scale)
aaaterdiri dari 8 item dan SPANE (Scale of Positive and Negative Affect) yang terdiri
aaadari 12 item yang dimodifikasi oleh Ed Diener dan Robert Biswas-Diener
aaa(2009), untuk alat ukur perbandingan sosial adalah The Upward and Downward
aaaAppearance Comparison Scale (UDACS) oleh O’Brien (2009) yang berisi 18
aaaitem, untuk alat ukur rasa syukur adalah Gratitude, Resentment, Appreciatiton
aaaTest-Short Form (GRAT-Short Form) oleh Watkins (2003) yang berjumlah 16
aaaitem. Uji validitas alat ukur menggunakan teknik Confirmatory Factor Analysis
aaa(CFA) dengan bantuan software Lisrel 8.70. Sedangkan analisis data
aaamenggunakan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS
aaa20.0.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh
aaayang signifikan perbandingan sosial, rasa syukur dan faktor demografi terhadap
aaakesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram sebesar
aaa27.6%. Berdasarkan hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa dua variabel
aaamemiliki pengaruh yang signifikan, antara lain sense of abundance dan
aaaappreciation for others.
Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti serta
aaamenganalisis pengaruh variabel lain seperti kepribadian yang dikaitkan dengan
aaakesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram dan
aaamelakukan ragam karakteristik sampel penelitian yang tidak hanya berusia dewasa
aaaawal, tetapi juga untuk dewasa akhir atau orang tua.
G) Bahan bacaan:33; 3 buku + 30 jurnal
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) May 2018
C) Dwika Albiyanti Lestari
D) The Influence of Social Comparison, Gratitude and Demographic Factors on aaa
aaaSubjective Well-Being
E) xiii + 80 pages + appendix
F) Students aged 18-24 years, both men and women tend to feel the prosperity
aaathrough social media, especially social media instagram. But it has problems.
aaaStudents tend to always follow the current trends discussed on social media
aaainstagram like fashion (appearance) and body shape. The purpose of this study to
aaadetermine the influence of social comparison variables, gratitude and demographic
aaafactors on subjective wellbeing in students media social users instagram.
This research uses quantitative approach with multiple regression analysis
aaawith student population that is not identified with exact sample as many as 265
aaastudents as individuals who already have instagram account > 6 months taken with
aaanon-probability sampling technique. Measuring instrument for measuring
aaasubjective well-being is FS (Flourishing Scale) consists of 8 items and SPANE
aaa(Scale of Positive and Negative Affect) consisting of 12 items modified by Ed
aaaDiener and Robert Biswas-Diener (2009), for comparison measuring instrument
aaasocial is The Upward and Downward Appearance Comparison Scale (UDACS) by
aaaO'Brien (2009) containing 18 item, for measuring gratitude is Gratitude,
aaaResentment, Appreciatiton Test-Short Form (GRAT-Short Form) by Watkins
aaa(2003) which amounted to 16 item. Test the validity of the measuring tool using
aaaConfirmatory Factor Analysis (CFA) technique with the help of software
aaaLisrel 8.70. While data analysis used multiple regression analysis techniques with
aaathe help of SPSS 20.0 software.
The conclusion obtained in this study is that there is a significant influence of
aaasocial comparison, gratitude and demographic factors on subjective wellbeing on
aaathe students of social media users instagram of 27.6%. Based on the result of
aaahypothesis minor test showed that two variables have significant influence, among
aaaothers sense of abundance and appreciation for others.
The authors suggest for further research to examine and analyze influence
aaaother variables such as personality associated with subjective welfare on
aaatudents of social media users instagram and do characteristics of research samples
aaathat are not only early adult age, but also for late adults or parents.
G) Reference: 33; 3 books + 30 journal
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Perbandingan Sosial, Rasa Syukur dan Faktor Demografis terhadap
Kesejahteraan Subjetif Pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial Instagram”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW
kepada keluarga, sahabat, tabiin, tabiut dan umat Islam yang memegang teguh
ajarannya.
Penulis menyadari tidaklah mudah untuk menyusun skripsi tanpa adanya
bimbingan, bantuan, dukungan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof, Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M. Si Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Dr. Rena Latifa, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membantu memberikan arahan selama perkuliahan dari awal semester hingga
akhir semester. Penulis mengucapkan terima kasih.
3. Ilmi Amalia, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Kedua orang tua penulis, mami dan papi, serta kakak perempuanku Laras
Fitriyanti Eka Permatahati dan adik perempuanku Rachel Triana Azzahra yang
telah memberikan dukungan dan doa sehingga skripsi ini bisa selesai. Sekali lagi
ix
terimakasih atas perjuangan dan kesabaran yang sudah mau melihat anaknya
berproses. Aku sangat menyayangi kalian
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak ilmu selama proses pembelajaran maupun diluar
pembelajaran. Semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat dan Allah
menjadikan pahala yang tidak pernah putus.
6. Institusi yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian. Terima kasih juga
untuk mahasiswa/i yang sudah berkenan untuk mengisi kuesioner penelitian.
7. Hanny Rahmawati dan Dinda Tiara Sella teman seperjuangan kuliah yang
sekaligus sahabat tercinta yang sudah membantu dan memotivasi untuk terus
semangat dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih ya sahabat atas semua yang
kalian berikan. Aku sayang kalian
8. Yahya Putra Pratama, Dea Halima, Widya Rahmatika, Tiara Febriyantini dan Siti
Rofiah, keluargaku, yang selalu mendoakan dan membantu banyak atas skripsi ini
juga memotivasi agar penulis dapat segera menyelesaikan dan terus semangat
menghadapi segala rintangan untuk menyelesaikan skripsi ini. Love you both
9. Teman-teman PSikologi 2014, dan kelas A yang telah menemani peneliti setelah 4
tahun terakhir.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berkontribusi
dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari kalian
semua.
x
Penulis bersyukur memiliki lingkungan yang mendukung dalam hal yang lebih baik.
Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan yang telah diberikan. Tidak ada hal yang sempurna di dunia ini,
begitupun dalam proses penyelesaian skripsi ini sehingga penulis menerima adanya
saran dan kritik atas penelitian yang dilakukan. Pada akhirnya, penulis mengucapkan
semoga karya tulis skripsi dapat bermanfaat untuk seluruh pihak.
Jakarta, 18 Juli 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….. iii
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………….……………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………...………… v
ABSTRAK………………………………………………………………………. vi
ABSTRACT…………………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...…. xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xv
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1 u 1.2 Latar Belakang.............................................................................................. 1
h 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................................ 9
qq q 1.2.1 Pembatasan masalah.............................................................................. 9
qqqq 1.2.2 Perumusan masalah............................................................................... 10
aa1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………...................................................... 11
aaaaa1.3.1 Tujuan Penelitian.................................................................................. 11
qqqq 1.3.2 Manfaat Penelitian................................................................................ 12
BAB 2 LANDASAN TEORI................................................................................ 13
a2.1 Kesejahteraan Subjektif................................................................................... 13
aaaaa2.1.1 Definisi kesejahteraan subjektif........................................................... 15
aaaaa2.1.2 Dimensi kesejahteraan subjektif........................................................... 16
aaaaa2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif................. 17
aaaaa2.1.4 Pengukuran kesejahteraan subjektif.................................................... 19
a2.2 Perbandingan Sosial……………………………………..…………….….… 20
aaaaa2.2.1 Definisi perbandingan sosial…………………………….……….….. 20
aaaaa2.2.2 Dimensi perbandingan sosial..………………………………….……. 22
aaaaa2.2.3 Pengukuran perbandingan sosial……………………………….......... 22
a2.3 Rasa Syukur………………………………………..……………….……...... 24
aaaa 2.3.1 Definisi rasa syukur………………………………………….............. 24
aa 2.3.2 Dimensi rasa syukur………………..………………………….…….. 25
aa 2.3.3 Pengukuran rasa syukur………………………………………........... 26
a 2.4 Demografi…………………………………………….……………………. 27
2.4.1 Definisi demografi…………………………………………………... 27
2.4.2 Dimensi demografi………………………………………………….. 28
2.4.3 Pengukuran variabel demografi………………………………….….. 29
xii
2.5 Kerangka Berfikir……………………………….……………….………..... 30
a2.6 Hipotesis Penelitian………………………………………….……….….…. 34
BAB 3 METODE PENELITIAN......................................................................... 37
aa3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel..................................... 37
aa3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................... 37
aa3.3 Instrumen Pengumpulan Data........................................................................ 41
aaaa 3.3.1 Skala kesejahteraan subjektif…...….................................................. 41
aaaaaa 3.3.2 Skala perbandingan sosial................................................................. 42
aaaaa 3.3.3 Skala rasa syukur…........................................................................... 43
aaaaa 3.3.4 Variabel demografi……………………………………………….… 44
a3.4 Uji Validitas Konstruk………….……………………………..……….…..... 45
aaaa 3.4.1 Uji validitas alat ukur kesejahteraan subjektif………………........... 47
aaa 3.4.2 Uji validitas alat ukur upward comparison………………................ 49
aaaa 3.4.3 Uji validitas alat ukur downward comparison……………………... 51
aaaa 3.4.4 Uji validitas alat ukur sense of abundance………………………..... 52
aaa 3.4.5 Uji validitas appreciation for others…………………………........... 54
aaaaaa 3.4.6 Uji validitas alat ukur simple appreciation…………………….…… 55
a3.5 Teknik Analisis Data…………………..……………………….……..….….. 56
BAB 4 HASIL PENELITIAN…………………………………….……………. 60
aa4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian……………………….…………….... 60
aa4.2 Hasil Analisis Deskriptif…………………………………….…………....... 61
aa4.3 Kategorisasi Skor Variabel……………………………………….………... 62
aa4.4 Hasil Uij Hipotesis Penelitian…………………………….…………...…… 63
aa4.5 Analisis Proporsi Varians pada Masing-Masing Independent Variable...…. 68
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN………….……………….…. 71
aa5.1 Kesimpulan……………………………………….……………………….... 71
aa5.2 Diskusi……………………………………………………………………… 71
aa5.3 Saran……………………………………………….……………………...... 78
aaa 5.3.1 Saran Teoritis..………………………………………………………. 78
aaaa 5.3.2 Saran Praktis…..………………………………………………….…. 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 81
LAMPIRAN .......................................................................................................... 84
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Flourishing Scale (FS)
and Scale of Positive and Negative Affect (SPANE)……………….…. 42
Tabel 3.2 Blue Print The Upward
and Downward Appearance comparison Scale (UDACS)…………… 43
Tabel 3.3 Blue Print Gratitude, Resentment
and Appreciation Test-Short Form (GRAT_Short Form)……….……. 43
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Kesejahteraan Subjektif ........................................ 48
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Upward Comparison ............................................ 50
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Downward Comparison ........................................ 52
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Sense of Abundance .............................................. 53
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Appreciation for Others ........................................ 55
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Simple Appreciation ............................................. 56
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian...................................................... 60
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ....................................................................... 62
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................... 62
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian................................................... 62
Tabel 4.5 R Square……………………………………………………………… 63
Tabel 4.6 Anova .................................................................................................... 64
Tabel 4.7 Koefisien Regresi .................................................................................. 65
Tabel 4.8 Proporsi Varians Sumbangan Masing-Masing Independent
Variabel .................................................................................................. 68
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir, perbandingan sosial, rasa syukur
dan faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif ..................... 34
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat Ukur Penelitian ........................................................................ 85
Lampiran 2 : Syntax CFA dan Path Diagram........................................................ 92
Lampiran 3 : Output Regresi Stepwise ................................................................. 98
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media sosial merupakan media yang digunakan oleh konsumen untuk berbagi teks,
gambar, suara, dan video informasi dengan individu lainnya (Philip Kotler & Kevin
Lane Keller, 2016). Pengguna situs media sosial telah berkembang pesat selama
dekade terakhir. Menurut Pew Internet dan American Life Project yang melacak tren
penggunaan media sosial, dilaporkan bahwa 65% dari semua individu dewasa
menggunakan situs jejaring sosial pada tahun 2015.
Mander (2015) dalam rilis penelitian oleh Global Web Index
(www.globalwebindex.net) pada tahun 2015 juga menguatkan dengan mengatakan
bahwa media sosial yang paling sering diakses oleh masyarakat Indonesia secara
spesifik adalah situs-situs media sosial seperti Facebook, Twitter, Path, Google+,
Line, Whatssapp, Pinterest, LinkedIn, Instagram, dan Skype. Menurut Asosiasi
Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016, aktivitas internet yang
paling populer adalah mengakses media sosial dengan jumlah 129,2 juta pengguna
(97,4%). Yang lebih menariknya, pengguna media sosial pada umumnya dapat
menghabiskan waktu rata-rata 50 menit setiap hari untuk berinteraksi di media sosial
tersebut seperti contohnya di facebook dan instagram (Stewart, 2016).
Penelitian terdahulu juga mengungkapkan bahwa yang memotivasi individu untuk
menghabiskan begitu banyak waktu berinteraksi di media sosial adalah kebanyakan
individu melaporkan untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan teman. (Joinson,
2
2008). Alasan lain yang dilaporkan mengenai media sosial dan beserta fitur yang
tersedia didalamnya, meliputi (1) berhubungan kembali dengan teman lama yang
sebelumnya mengalami kehilangan kontak, (2) berhubungan dengan individu lain
yang memiliki hobi atau minat yang sama, (3) memiliki teman baru, (4) mengikuti
informasi selebriti, dan (5) menemukan pasangan hidup (Smith, 2011).
Individu memiliki banyak alasan untuk menggunakan situs jejaring sosial.
Jejaring sosial behubungan dengan kepuasan dan kesejahteraan yang dirasakan dalam
menggunakan media sosial. Kesejahteraan subjektif pada pengguna media sosial
tentunya sangat menarik untuk diteliti karena didasari oleh adanya suatu tujuan utama
dalam kehidupan setiap individu, yaitu mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.
Kesejahteraan subjektif memiliki implikasi langsung terhadap psikologis
individu, fisik dan perilaku. Dengan kata lain, kesejahteraan individu dapat membawa
pengaruh yang positif terhadap kehidupan individu dan sebagai evaluasi kognitif dan
afektif individu terhadap hidupnya (Diener, Lucas & Oishi, 2005). Diener (2005)
menyebutkan bahwa kesejahteraan subjektif mengacu pada semua jenis evaluasi, baik
positif maupun negatif yang dimiliki individu terhadap hidupnya.
Jenis evaluasi yang dikemukakan oleh Diener (2005) mencakup pada evaluasi
afektif refleksi, seperti kepuasan hidup dan kepuasan kerja, minat dan keterlibatan
dan afektif untuk peristiwa kehidupan, seperti sukacita dan kesedihan. Dengan
demikian, kesejahteraan subjektif merupakan istilah umum untuk evaluasi yang
berbeda pada masing-masing individu tentang kehidupan, peristiwa yang dialami,
tubuh dan pikiran dan keadaan dimana individu tinggal. Meskipun konsep
3
kesejahteraan subjektif bersifat subjektif dalam arti kesejahteraan subjektif terjadi
dalam pengalaman individu, manifestasi dari kesejahteraan subjektif dapat diamati
secara objektif dalam perilaku verbal dan nonverbal, tindakan, biologi, perhatian, dan
memori.
Kepuasan atau kesejahteraan hidup pada setiap individu tentu akan berbeda-beda.
Kepuasan hidup dalam konteks pengguna media sosial khususnya instagram
dikalangan mahasiswa berhubungan dengan kesejahteraan bagi para penggunanya
dengan afeksi yang ditonjolkan lebih yaitu perasaan bahagia dan kesejahteraan
subjektif dalam menggunakan atau mengakses media sosial instagram. Selanjutnya
untuk menjadi fokus dalam penelitian adalah yang berkaitan dengan teknologi yaitu
media sosial khususnya instagram.
Instagram adalah situs jejaring sosial yang paling cepat berkembang secara global
dan merupakan layanan foto, sharing video, dan social network service (SNS) yaitu
jaringan sosial online yang memungkinkan penggunanya untuk mengambil gambar
dan video, dan kemudian membagikannya di platform lain (Frommer, 2010).
Instagram saat ini merupakan jaringan situs sosial dengan pertumbuhan tercepat
(Wagner, 2015). Sebagaimana dilaporkan oleh Cnet, pengguna instagram telah
mencapai lebih dari 200 juta pengguna.
Adapun angka 200 juta pengguna media sosial instagram mengacu pada jumlah
pengguna aktif bulanan. Cnet, perusahaan yang dimiliki oleh media sosial instagram
ini juga menjelaskan bahwa para penggunanya telah mengunggah lebih dari 20 miliar
foto. Pada tahun 2016 terjadinya peningkatan dari tahun sebelumnya yang dilaporkan
4
oleh Cnet. Perusahaan instagram mengungkapkan bahwa 400 juta individu masuk
setidaknya sebulan sekali ke akun instagram milik pribadi (Instagram, 2016).
Hal yang dilakukan oleh para remaja pada saat mengakses media sosial ialah
individu sering mengabadikan momen penting dengan kamera handphone, lalu
individu upload ke media sosial, agar teman dunia maya dapat mengetahui bahwa
individu sedang di suatu tempat atau sedang melakukan sesuatu hal. Fitur di media
sosial mendorong penggunanya untuk berbagi atau memposting hal-hal yang relevan
dengan yang lainnya melalui foto, musik, atau teks di profil. Individu lain yang
mengunjungi profil akun yang dicari akan mengetahui aktivitas dan informasi yang
ditampilkan di halaman profil.
Penjelasan mengenai kegiatan dalam media sosial relevan pada Whiting dan
Williams (2013). Whiting dan Williams menemukan bahwa kemudahan mengakses
informasi tentang individu lain merupakan salah satu faktor yang mendorong banyak
individu untuk menggunakan media sosial. Selanjutnya, kegiatan memposting dapat
meningkatkan pengetahuan tentang hal yang sebelumnya individu tidak diketahui
seperti informasi tentang restoran terbaru atau tempat menarik.
Namun, pengguna akan membandingkan informasinya dengan informasi milik
pengguna akun media sosial instagram lainnya ketika menerima informasi dari
individu lain (Mussweiler, Ruter, & Epstude dalam Lee, 2014) seperti
membandingkan gaya hidup atau status sosial. Ketika pengguna membandingkan
dirinya dengan pengguna lain di media sosial, keadaan individu akan terpengaruh,
sehingga terjadi penurunan efek positif dan efek negatif (Gibbons & Buunk, 1999).
5
Penurunan efek positif dan negatif mengakibatkan perhatian yang lebih bahwa
munculnya efek negatif akan menimbulkan rasa iri pada diri individu (Fiske, 2010;
Hellen & Saaksjarvi, 2012).
Melakukan seperti meng-upload segala bentuk kegiatan yang sedang dilakukan
tentunya dapat memunculkan terjadinya social comparison atau perbandingan sosial.
Feinstein dkk., 2013; Haferkamp & Kramer, 2011; Lee, 2014; Vogel dkk., 2014
mengungkapkan bahwa ketika pengguna media sosial membandingkan diri sendiri
dengan beberapa pengguna media sosial lainnya yang dilihat secara selektif lebih baik
daripada dirinya, maka individu cenderung melakukan perbandingan ke atas. Namun,
melakukan perbandingan secara terus-menerus ke atas membuktikan memiliki
dampak negatif pada keadaan psikologis individu seperti depresi, harga diri, evaluasi
diri, dan kesejahteraan (Feinstein dkk., 2013; Kalpidou dkk., 2011; Lee, 2014; Vogel
dkk., 2014; Haferkamp & Kramer, 2011; Kross dkk dalam Vogel dkk, 2015).
Perilaku membandingkan diri sendiri dapat merujuk sebagai perbandingan sosial.
Perbandingan sosial adalah kecenderungan yang dilakukan dengan menggunakan
individu lain untuk mengevaluasi diri sendiri (Festinger di Patrick, Neighbours &
Knee, 2004). Evaluasi yang dilakukan adalah menilai gaya keseharian dan bentuk
tubuh dengan individu lain yang dapat dilihat melalui media sosial instagram.
Mussweiler dkk. (dalam Lee, 2014) telah menyatakan bahwa setiap kali individu
dihadapkan dengan informasi tentang kemampuan, prestasi, dan keadaan individu
lain, individu akan menghubungkan informasi dengan infomasi yang dimiliki oleh
individu. Penghubungan informasi dapat menunjukkan bahwa setiap informasi
6
tentang individu lain akan membuat perbandingan individu tidak dapat dihindari
(Goethals dalam Fujita, 2008). Kajian mengenai kesejahateraan subjektif pengguna
media sosial instagram menjadi penting pada kalangan remaja dan dewasa awal.
Untuk memperkuat penjelasan yang sudah dijabarkan, penulis mencari data
dengan melakukan wawancara. Terbukti dengan hasil wawancara yang dilakukan
pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagian
dilakukan pada pekerja Rumah Sakit Hermina yang menggunakan instagram oleh
penulis pada tanggal 9 Maret 2018 terhadap delapan mahasiswa dan dua pekerja
Rumah Sakit Hermina. Tujuh dari tiga mahasiswa menyatakan cenderung puas
dengan menggunakan media sosial instagram yang dimiliki, namun memiliki
permasalahan ketika mahasiswa cenderung selalu ingin mengikuti trend yang sedang
marak diperbincangkan pada media sosial instagram seperti fashion (penampilan)
dan bentuk tubuh. Sebagian besar, tujuh dari tiga mahasiswa juga selalu mengalami
dan melakukan social comparison dengan model atau temannya yang ada di media
sosial instagram.
Kegiatan yang ada dalam media sosial instagram menyebabkan pengguna media
sosial instagram berpikir bahwa individu yang bahagia dapat terlihat dari apa yang di
post ke halaman profil akun pribadi. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat
disimpulkan bahwa individu yang melakukan perbandingan sosial lebih sering tidak
bahagia dan memiliki dampak yang lebih rentan terhadap hasil perbandingan sosial
(Lyubomirsky & Ross, 1997; Lyubomirsky, Tucker, & Kasri, 2001; Giordano dkk,
2000; Swallow & Kuiper di White dkk., 2006). Kebahagiaan memiliki hubungan kuat
7
dengan rasa syukur (Watkins dkk., 2003; Peterson & Seligman, 2004). McCullough
dkk. (2002) menemukan bahwa individu yang bersyukur memiliki tingkat emosi
positif yang lebih tinggi, puas dengan kehidupannya dan memiliki tingkat stres serta
depresi yang lebih rendah. Berdasarkan asosiasi dalam temuan sebelumnya, dapat
diasumsikan bahwa rasa syukur juga memiliki hubungan dengan perbandingan sosial.
Gratitude atau rasa syukur adalah perasaan kagum, syukur, dan penghargaan
terhadap kehidupan (Emmons, McCullough & Tsang, 2003). Emmons (2007)
menambahkan pernyataan bahwa rasa syukur adalah pilihan sikap individu dalam
menghadapi keadaan hidup, yang baik maupun yang buruk dan didasari oleh
kemampuan individu untuk mengenali dan mengakui kebaikan dalam hidup. Individu
yang bersyukur dapat menerima kehidupannya dan serta mensyukuri apa yang
individu miliki, jadi individu tidak merasa iri pada individu lain (Peterson &
Seligman, 2004).
Ketika individu dapat merasakan kepuasan dengan kehidupannya, kemungkinan
kecemburuannya akan berkurang (Krasnova dkk, 2013; Espín dkk., 2015). Syukur
juga memiliki hubungan negatif dengan rasa iri (McCullough dkk., 2002; Roberts
dalam Lambert dkk., 2009). Artinya, bahwa semakin individu memiliki rasa syukur
pada dirinya sendiri, maka individu akan cenderung tidak merasa cemburu pada
individu lain.
Faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pengguna media sosial
instagram adalah jenis kelamin. Studi yang dilakukan Lenhart (2007) menunjukkan
adanya pengaruh jenis kelamin dalam menggunakan media sosial. Bahwa perempuan
8
(89%) lebih banyak memberikan komentar kepada temannya di media sosial melalui
wall dibandingkan laki-laki. Laki-laki cenderung menggunakan situs media sosial
untuk mencari kenalan wanita atau iseng, sedangkan wanita lebih sering
menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan teman yang sebelumnya
dikenal di dunia maya (Boyd, 2007). Selanjutnya, penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Bessenhoff (2006) mengungkapkan bahwa wanita cenderung terlibat
dalam perbandingan sosial dan lebih cenderung terpengaruh secara negatif daripada
laki-laki.
Penelitian Angie Zou (2014) menyebutkan bahwa usia menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pengguna media sosial instagram. Usia
yang menjadi fokus dalam penelitiannya adalah 18-24 tahun yaitu usia remaja atau
dewasa awal. Dapat disimpulkan bahwa usia 18-24 tahun sudah dapat merasakan
kesejahteraan subjektif dalam penggunaan media sosial instagram.
Berdasarkan penjabaran yang sudah dijelaskan mengenai kesejahteraan subjektif,
menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
subjektif pengguna media sosial instagram pada mahasiswa atau remaja. Oleh
karenanya, penulis tertarik untuk meneliti apakah terdapat pengaruh antara
perbandingan sosial, rasa syukur, jenis kelamin, dan usia terhadap kesejahteraan
subjektif pengguna media sosial instagram. Penelitian ini diberi judul “Pengaruh
Perbandingan Sosial, Rasa Syukur dan Faktor Demografi terhadap
Kesejahteraan Subjektif pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial Instagram”.
9
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis membatasi ruang lingkup masalah
penelitian pada pengaruh perbandingan sosial, rasa syukur dan faktor demografi
terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram.
Adapun pengertian yang digunakan sebagai berikut:
1.aKesejahteraan subjektif dalam penelitian ini adalah semua jenis evaluasi,abaik
aaapositif maupun negatif individu terhadap hidupnya sebagaimana dikemukakan
aaaDiener (2005). Evaluasi positif maupun negatif mencakup pada evaluasi afektif
aaarefleksi, seperti kepuasan hidup dan kepuasan kerja, minat dan keterlibatan serta
aaaafektif untuk peristiwa kehidupan, seperti sukacita dan kesedihan.
2.aPerbandingan sosial dalam penelitian ini adalah perilaku membandingkan yang
aaatimbul dari kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluating) sebagaimana
aaadikemukakan oleh Festinger (1954). Kebutuhan untuk menilai diri sendiri dapat
aaadipenuhi dengan membandingkan penampilan dan bentuk tubuh dengan individu
aaalain yang dapat dilihat di media sosial instgram.
3. Rasa syukur dalam penelitian ini adalah kecenderungan untuk mengalami perasaan
aaaberterimakasih sebagai apresiasi terhadap kebaikan yang telah di terima
aaasebagaimana dikemukakan oleh Watkins dkk. (2003). Adapun perasaan
aaaberterimakasih dalam rasa syukur yaitu mencakup tiga aspek. Pertama adalah
aaaperasaan berkecukupan, kedua adalah apresiasi sosial dan ketiga adalah
aaaapresiasi terhadap hal sederhana.
10
4. Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah perbedaan antara perempuan dengan
aaalaki-laki secara biologis sejak individu lahir sebagaimana dikemukakan oleh
aaaHungu (2007). Dalam penelitian ini yaitu oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki
aaacenderung menggunakan situs media sosial untuk mencari kenalan wanita atau
aaaiseng. Sedangkan untuk wanita, wanita lebih sering menggunakan media social
aaauntuk berkomunikasi dengan teman yang sebelumnya dikenal di dunia maya.
Aa(Boyd, 2007).
5. Usia dalam penelitian ini adalah perkembangan individu yang terhitung mulai saat
aaadilahirkan sampai berulang tahun sebagaimana yang dikeumukakan oleh Elisabeth
aaaB. Hurlock (1998). Usia dalam penelitian mengacu pada penelitian Angie Zou
aaa(2014) menyebutkan bahwa usia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
aaakesejahteraan subjektif pengguna media sosial instagram. Usia yang menjadi
aaafokus dalam penelitiannya adalah (18-24) tahun yaitu usia remaja atau dewasa
aaaawal.
6. Populasi dalam penelitian yaitu mahasiswa yang dikategorikan remaja atau
aaadewasa awal dan pengguna aktif media sosial instagram.
1.2.2 Perumusan Masalah
Merajuk pada latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel perbandingan sosial, rasa
aaasyukur, dan faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif?
11
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan upward comparison pada variabel
aaaperbandingan sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan downward comparison pada variabel
aa perbandingan sosial terhadap kesejahteraan subjektif?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan sense of abundance pada variabel rasa
aa syukur terhadap kesejahteraan subjektif?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan appreciation for others pada variabel
aa rasa syukur terhadap kesejahteraan subjektif?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan simple appreciation pada variabel rasa
aa syukur terhadap kesejahteraan subjektif?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan jenis kelamin pada variabel demografi
aa terhadap kesejahteraan subjektif?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan usia pada variabel demografi terhadap
aa kesejahteraan subjektif?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh perbandingan sosial, rasa
syukur dan faktor demografi terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa
pengguna media sosial instagram. Mengetahui besarnya sumbangan perbandingan
sosial (upward social comparison / perbandingan ke atas dan downward social
comparison / perbandingan ke bawah), rasa syukur (sense of abundance, appreciation
for others dan simple appreciation), faktor demografi (jenis kelamin dan usia)
12
terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram.
Selanjutnya, penelitian yang diteliti juga untuk membuktikan variabel atau dimensi
mana yang memiliki pengaruh terbesar terhadap variabel kesejahteraan subjektif pada
mahasiwa pengguna media sosial instagram.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian mengenai kesejahteraan subjektif pengguna media sosial instagram
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi berkembangnya ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang ilmu psikologi dan diharapkan dapat memberikan informasi
serta gambaran yang semakin bervariasi pada faktor-faktor yang berpengaruh terkait
dengan tema penelitian mengenai kesejahteraan subjektif serta menjadi bahan rujukan
dalam penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat membantu dan memberikan
informasi serta digunakan sebagai bahan masukan terhadap mahasiswa dan indivu
lainnya, khususnya pengguna media sosial instagram mengenai hal-hal yang
mempengaruhi kesejahteraan subjektif mahasiswa pengguna media sosial instagram.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kesejahteraan Subjektif
2.1.1 Definisi Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan subjektif merupakan suatu aspek yang penting dalam mengembangkan
sebuah kualitas hidup yang positif. Kesejahteraan subjektif dapat dikatakan
merupakan hasil dari teori kebahagiaan yang sudah dikembangkan. Kebahagiaan
dalam kesejahteraan subjektif berkaitan dengan tingkatan emosi dan bagaimana
individu memahami dunia dan dirinya sendiri. Sedangkan mengenai kepuasan dalam
hidup merupakan pemahaman yang lebih luas mengenai penerimaan kehidupan
individu (Compton, 2005).
Diener (2003) subjective well-being atau kesejahteraan subjektif merupakan
konsep yang meliputi emosi, pengalaman menyenangkan, rendahnya tingkat mood
negatif, dan kepuasan hidup yang tinggi. Kesejahteraan subjektif memiliki tiga aspek
pengembangan yaitu aspek positif, dan afek negatif serta kepuasan hidup. Afek
positif dan afek negatif merupakan bagian dari aspek afektif sedangkan kepuasan
hidup merupakan aspek yang mempresentasikan aspek kognitif individu.
Veenhoven (1984) mendefinisikan kesejahteraan subjektif adalah sebagai
penilaian individu terhadap kualitas hidup yang individu miliki (dalam Diener, 2009).
Andrew dan Withey (dalam Diener, 1994) mengatakan bahwa kesejahteraan subjektif
merupakan evaluasi kognitif dan sejumlah tingkatan perasaan positif atau negatif
14
individu. Terdapat tiga kategori yang menghubungkan kesejahteraan subjektif dengan
teori kebahagiaan:
1.aKesejahteraan didefinisikan sebagai sebuah kondisi yang eksternal seperti
aaakebaikan dan kesucian. Kesejahteraan yang dirasakan meliputi kondisi kehidupan
aaaatau keadaan sejahtera dalam hidup. Kesejahteraan dalam keadaan sejahtera
aaameliputi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial.
2. Kesejahteraan merupakan hal yang berhubungan dengan kepuasan hidup dan
aaakehidupan yang indah. Kepuasan dan kehidupan yang indah tentunya meliputi
aaabeberapa aspek. Aspek kesejahteraan yang dimaksud adalah suatu keadaan yang
aaaaman, keselamatan dan kemakmuran.
3. Menurut Bradburn (1969) kebahagiaan dapat disebut sebagai sebuah keadaan
aaayang terhindar dari hal-hal yang mempunyai hubungan dengan efek negatif.
aaaBradburn (1969) juga menambahkan bahwa idividu merasakan sebuah
aaapengalaman yang emosional dalam kehidupannya. Perasaan emosional meliputi
aaasuatu keadaan yang sebelumnya belum pernah terjadi dalam kehidupan, seperti
aaapengungkapan emosional yang positif yaitu mendapatkan kabar gembira.
Kepuasan hidup dan efek positif merupakan dua hal yang diteliti oleh para
peneliti kesejahteraan subjektif. Dalam penelitian kesejahteraan subjektif dijelaskan
mengacu pada semua jenis evaluasi, baik positif maupun negatif individu terhadap
hidupnya. Evaluasi positif maupun negatif mencakup pada evaluasi afektif refleksi,
seperti kepuasan hidup dan kepuasan kerja, minat, dan keterlibatan, dan afektif untuk
peristiwa kehidupan, seperti sukacita dan kesedihan. (Diener, 2005).
15
2.1.2 Dimensi Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan subjektif memiliki tiga dimensi, yaitu afek positif, afek negatif, dan
kepuasan hidup (Diener, 1984). Hanya saja, terdapat kontversi mengenai dimensi
pertama dan kedua, yaitu afek positif dan afek negatif yang masih diperdebatkan
apakah individu satu kesatuan atau dimensi yang bersifat independent. Kemudian
Diener (1994) menyatakan adanya dua komponen umum dalam kesejahteraan
subjektif, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif
diidentifikasikan sebagai kepuasan hidup dan diemnsi afektif terdiri dari afek
menyenangkan dan afek tidak menyenangkan yang dikenal dengan afek positif dan
afek negatif.
2.1.2.1 Dimensi Kognitif (kepuasan hidup)
Diener (2000) menyatakan bahwa kesejahteraan subjektif terdiri dari dua komponen
yang terpisah, yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif
direpresentasikan dalam bentuk kepuasan hidup secara global/umum (lebih dikenal
dengan kepuasan hidup saja) dan kepuasan terhadap hal yang lebih spesifik seperti
pekerjaan, keluarga, dsb. Namun, penulis hanya menjelaskan tentang kepuasan hidup
secara global/umum. Kepuasan hidup (life satisfaction) merupakan bagian dari
dimensi kognitif dari kesejahteraan subjektif. Life satisfaction (Diener, 1994)
merupakan penilaian kognitif individu mengenai kehidupannya, apakah kehidupan
yang dijalaninya berjalan dengan baik atau tidak. Dimensi kognitif kesejahteraan
subjektif ini juga mencakup area kepuasan individu di berbagai bidang kehidupan,
seperti bidang yang berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, kelompok teman sebaya,
16
kesehatan, dll. Dimensi kognitif dapat dipengaruhi oleh afek namun tidak mengukur
emosi individu.
2.1.2.2 Dimensi Afektif (kebahagiaan)
1. Afek Positif
Merupakan dimensi yang merefleksikan kenikmatan individu dengan lingkungannya.
Afek positif terefleksi dari rasa antusias, tingkatan energi, kesadaran mental, rasa
tertarik, dan rasa senang (Watson dan Clark, 1988). Synder dan Lopez (2006) juga
mengungkapkan afek positif meliputi antara lain simptom antusiasme, keceriaan, dan
kebahagiaan hidup.
2. Afek Negatif
Afek negatif termasuk suasana hati dan emosi yang tidak menyenangkan yang
muncul sebagai reaksi negatif dari kejadian yang dialami oleh individu dalam hidup,
kesehatan serta lingkungan individu (Diener & Oishi, 2005). Emosi negatif yang
paling umum dirasakan adalah kesedihan, kemarahan, kecemasan, kekhawatiran,
stress, frustasi, rasa malu dan bersalah serta iri hati. Berdasarkan pengertian mengenai
dimensi dari kesejahteraan subjektif, penulis menyimpulkan bahwa kesejahteraan
subjektif merupakan persepsi dari individu terkait dengan pengalaman yang terjadi
didalam kehidupannya yang menyangkut dua komponen yakni komponen kognitif
yang berkaitan dengan kepuasan hidup dan komponen afektif yang berkaitan dengan
kebahagiaan individu.
17
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pada
individu, yaitu:
1. Perbandingan sosial
Perbandingan sosial merupakan suatu hal yang mungkin dilakukan untuk melayani
beberapa fungsi positif, termasuk peningkatan diri. Individu yang sering
membandingkan dengan individu lainnya harus memiliki rasa bahagia dan percaya
diri. Rasa bahagia dan percaya diri pada saat melakukan perbandingan sosial akan
membuat individu merasakan kepuasan dalam hidup. (Wills, 1981; Wood, Taylor, &
Lichtman, 1985).
2. Rasa syukur
Kesejahteraan yang dirasakan setiap individu memliki arti dan porsi yang berbeda
untuk menjabarkannya. Pencapaian dalam kesejahteraan yang didapat pada setiap
individu merupakan hasil untuk mendapatkan suatu kebahagiaan. Watkins pada tahun
2004 menyatakan bahwa individu yang bahagia cenderung termasuk individu yang
bersyukur. Dengan rasa bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, maka individu
memiliki kesejahteraan subjektif yang cukup baik.
3. Jenis kelamin
Studi yang dilakukan Lenhart (2007) menunjukkan adanya pengaruh jenis kelamin
dalam menggunakan media sosial. Bahwa perempuan (89%) lebih banyak
memberikan komentar kepada temannya di media sosial melalui wall dibandingkan
laki-laki. Laki-laki cenderung menggunakan situs media sosia untuk mencari kenalan
18
wanita atau iseng, sedangkan wanita lebih sering menggunakan media sosial untuk
berkomunikasi dengan teman yang sebelumnya dikenal di dunia maya (Boyd, 2007).
4. Usia
Penelitian Angie Zou (2014) menyebutkan bahwa usia menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan subjektif pengguna media sosial instagram. Diener dan
Suh (1998) mengungkapkan pengaruh menyenangkan atau kepuasan hidup yang
diperoleh setiap individu dapat menurun seiring bertambahnya usia. Sehingga,
ketidakpuasan remaja pada penampilan, gaya hidup dan tubuhnya meningkat pada
awal hingga pertengahan usia remaja dan dapat menurun seiringnya bertambah usia .
5. Kepribadian
Kesejahteraan subjektif adalah sesuatu yang stabil dan konsisten, dan secara empiris
berhubungan dengan konstruk kepribadian. (Diener & Lucas, 1999) menyatakan
bahwa kepribadian mempunyai efek terhadap kesejahteraan subjektif saat itu
(immediate kesejahteraan subjektif) sebesar 50%, sedangkan pada jangka panjangnya,
kepribadian mempunyai efek sebesar 80% terhadap kesejahteraan subjektif. Sisanya
adalah efek dari lingkungan. Dua traits kepribadian yang ditentukan paling
berhubungan dengan kesejahteraan subjektif adalah extraversion dan neuroticism
(Pavot & Diener, 2004). Extraversion mempengaruhi afek positif, sedangkan
neuroticism mempengaruhi afek negatif. Menurut Pavot dan Diener (2004), banyak
peneliti berargumen bahwa extraversion dan neuroticism berhubungan dengan
kesejahteraan subjektif karena kedua traits mencerminkan tempramen individu.
19
2.1.4 Pengukuran Kesejahteraan Subjektif
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mengukur kesejahteraan subjektif, yaitu:
1. SWLS (Satisfaction With Life Scale).
Alat ukur SWLS dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, & Griffin (1985).
Alat ukur SWLS terdiri dari lima item. SWLS digunakan untuk mengukur nilai
individu mengenai kepuasan hidupnya.
2. PANAS (Positive Affect Negative Affect Schedule).
Alat ukur PANAS dikembangkan oleh Watson, Clark dan Tellegen (1988). Alat ukur
PANAS digunakan untuk mengukur tingkat afek positif dan afek negatif individu.
PANAS (Positive Affect Negative Affect Schedule) ini terdiri dari 20 item.
3. The flourishing scale.
Alat ukur The flourishing scale dikembangkan oleh Diener dkk (2009). The
flourishing scale digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif. Skala The
flourishing scale terdiri dari delapan item yang menggambarkan aspek penting dari
fungsi manusia berkaitan dengan pemenuhan individu atau aktualisasi diri.
4. SPANE (Scale of Positive and Negative Experience)
Alat ukur SPANE digunakan untuk mengukur perasaan positif dan negatif terlepas
dari asal individu, tingkat gairah, atau sifat dalam budaya barat. SPANE memiliki
jumlah item yang terdiri dari 12 item yang digunakan untuk mengukur komponen
afektif positif terdiri dari 6 item dan negatif terdiri dari 6 item (Diener dkk., 2009).
20
Alat ukur yang akan digunakan penulis untuk mengukur kesejahteraan
subjektif, digunakan FS (Flourishing Scale) terdiri dari 8 item yang diadaptasi oleh
Diener dan Biswas (2009) untuk mengukur komponen kognitif dan SPANE (Scale of
Positive and Negative Affect) yang dikembangkan oleh Diener dan Biswas (2009).
SPANE terdiri dari 12 item yang mengukur afek positif 6 item dan negatif terdiri dari
6 item yang dimodifikasi oleh Diener dan Biswas (2009). Alasan penulis
menggunakan skala FS dan SPANE karena ingin melihat kepuasan hidup individu
secara kognitif dan afektif individu, dimana Flourishing Scale (FS) untuk mengukur
komponen kognitif yang berkaitan dengan pemenuhan individu atau aktualiasi diri
dan Scale of Positive and Negative Scale (SPANE) untuk mengukur komponen
afektif, yakni afek positif dan afek negatif.
2.2 Perbandingan Sosial
2.2.1 Definisi Perbandingan Sosial
Teori perbandingan sosial dikembangkan oleh Festinger (1954) yang pada mulanya
memiliki hipotesis bahwa setiap individu mempunyai dorongan (drive). Hal itu untuk
menilai pendapat dan kemampuannya sendiri dengan cara membandingkannya
dengan pendapat dan kemampuan individu lain. Festinger (1954) berpendapat bahwa
perbandingan sosial merupakan proses saling mempengaruhi dan perilaku bersaing
dalam interaksi sosial yang ditumbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri
sendiri (self-evaluation), dari kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan
individu dengan individu lain.
21
Menurut Festinger (1954) ada dua jenis perbandingan sosial yaitu upward
comparison dan downward comparison. Perbandingan sosial untuk downward
comparison adalah perbandingan sosial yang dilakukan dengan membandingkan
dirinya dengan individu yang berada dibawah dirinya sehingga menemukan
kekurangan yang ada pada diri individu. Sedangkan perbandingan sosial upward
comparison adalah perbandingan sosial yang dilakukan dengan membandingkan
dirinya dengan individu yang berada diatas dalam kata lain lebih baik dari dirinya
sehingga menemukan kekurangan pada dirinya sendiri.
Perbandingan sosial adalah yang mungkin dilakukan untuk melayani beberapa
fungsi positif, termasuk peningkatan diri. Perbandingan sosial yang dilakukan secara
sering bagaimanapun memiliki sisi gelap (B. White, J. Langer, Yariv dan Welch IV,
2006). Dua studi meneliti hubungan antara perbandingan sosial yang sering terjadi
dan memunculkan emosi yang tidak stabil dan menyebabkan perilaku yang dapat
merusak.
Menurut teori perbandingan sosial klasik, individu yang sering
membandingkan sosial harus memiliki rasa bahagia jika individu percaya bahwa
dirinya lebih baik daripada individu yang individu bandingkan dengan diri sendiri
(Wills, 1981; Wood, Taylor, & Lichtman, 1985). Berdasarkan pengertian yang telah
di jelaskan, penulis menggunakan teori dari Festinger (1954) yang dapat disimpulkan
bahwa perbandingan sosial merupakan perilaku membandingkan yang timbul dari
kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluating). Kebutuhan untuk menilai diri
22
sendiri dapat di penuhi dengan membandingkan penampilan dan bentuk tubuh dengan
individu lain yang dilihat di media sosial instgram.
2.2.2 Dimensi Perbandingan Sosial
Menurut Festinger (1954), teori perbandingan sosial ini dibedakan menjadi dua tipe:
1. Upward comparison atau perbandingan sosial ke atas, yaitu ketika individu
aaamembandingkan dirinya dengan individu lain yang dapat dipercaya lebih baik
aaadaripada dirinya. Festinger (1954) mengungkapkan upward comparison atau
aaaperbandingan sosial ke atas meliputi antara lain membandingkan penampilan
aaadengan yang lebih baik dan membandingkan bentuk tubuh dengan yang lebih
aaabaik. Pada intinya, upward comparison membandingkan diri sendiri dengan
aaaindividu lain yang dianggap lebih baik daripada dirinya.
2. Downward comparison atau perbandingan ke bawah, yaitu ketika individu
aaamembandingkan dirinya dengan individu lain yang dapat dipercaya lebih buruk
aaadaripada dirinya. Festinger (1954) mengungkapkan downward comparison atau
aaaperbandingan sosial ke bawah meliputi antara lain membandingkan penampilan
aaadengan yang lebih buruk dan membandingkan bentuk tubuh dengan yang lebih
aaaburuk. Pada intinya, downward comparison membandingkan diri sendiri dengan
aaaindividu lain yang dianggap lebih buruk daripada dirinya.
2.2.3 Pengukuran Perbandingan Sosial
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mengukur perbandingan sosial, yaitu:
23
1. The Iowa-Netherlands Comparison Orientation Scale (INCOM) yang
aaaadikembangkan oleh Gibbons & Buunk (1999). Terdiri dari 11 item yang
aaaamengukur tentang perbandingan perasaan, kemampuan, dan pendapat.
2. The Upward and Downward Appearance Comparison Scale (UDACS) yang
aaa dikembangkan oleh O’Brien dkk, (2009). Terdiri dari 18 item yang mengukur
aaaatentang seberapa sering subjek melakukan perbandingan sosial atas
aaaapenampilannya.
Penulis menggunakan alat ukur yang mengacu pada The Upward and
Downward Appearance Comparison Scale (UDACS) yang dikembangkan oleh
O’Brien et.al., (2009). UDACS mengukur individu melakukan perbandingan dirinya
terhadap individu lain yang terdiri dari dua subskala, yaitu upward comparison dan
downward comparison. Untuk kedua subskala yaitu upward social comparison dan
downward social comparison, setiap item menggunakan 5 poin skala (1 = Sangat
Tidak Setuju, hingga 5 = Sangat Setuju), yang kemudian diadaptasi oleh penulis
menjadi 4 poin skala. Rata-rata item dengan skor tinggi diindikasikan dengan
keseringan subjek dalam melakukan perbandingan sosial atas penampilan, bentuk
tubuh, dan gaya hidupnya. Penulis menggunakan alat ukur UDACS dalam penelitian
ini karena dimensi dari pengukuran UDACS sesuai dengan teori yang diungkapkan
Festinger (1954).
24
2.3 Rasa Syukur
2.3.1 Definisi Rasa Syukur
Kata rasa syukur atau gratitude diambil dari akar Latin gratia, yang berarti
kelembutan, kebaikan hati, atau berterima kasih. Semua kata yang terbentuk dari akar
Latin ini berhubungan dengan kebaikan, kedermawanan, pemberian, keindahan dari
memberi dan menerima, atau mendapatkan sesuatu tanpa tujuan apapun (Pruyer;
Emmons & McCullogh, 2003). Dari pernyataan yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan kebersyukuran adalah suatu perasaan bahagia yang muncul ketika
individu sedang membutuhkan pemberian atau perolehan dari pihak lain sehingga
individu merasa tercukupi atau menerima kelebihan (Sulistiyani, 2010).
Menurut Emmons dan McCuloogh (2003) menunjukkan bahwa
kebersyukuran merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan, yang kemudian
berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian,
dan akhirnya akan mempengaruhi individu menanggapi/bereaksi terhadap sesuatu
atau situasi. Emmons juga menambahkan bahwa syukur itu membahagiakan,
membuat perasaan nyaman, dan bahkan dapat memicu motivasi. Dari penjelasan
yang telah dijabarkan, diketahui bahwa dampak dari perasaan bersyukur dapat
berkembang menjadi reaksi atau tanggapan yang berwujud sebuah sikap. Oleh
karenanya, syukur kemudian dapat mendorong atau memotivasi individu untuk
melakukan kegiatan dan bersikap yang positif.
Beberapa tokoh psikologi dalam Sligman dan Peterson (2004) mendefinisikan
rasa syukur sebagai suatu perasaan terima kasih dan menyenangkan atau respon
25
penerimaan hadiah, dimana hadiah itu memberikan manfaat dari individu atau suatu
kejadian yang memberikan kedamaian. Menurut Wood (2008), menyatakan
kebersyukuran adalah sebagai bentuk ciri pribadi yang berpikir positif,
mempresentasikan hidup menjadi lebih positif. Watkins, Woodward, Stone, Kolts
(2003) juga menyatakan rasa syukur merupakan kecenderungan untuk mengalami
perasaan berterimakasih sebagai apresiasi terhadap kebaikan yang di terima.
Berdasarkan penjelasan mengenai rasa syukur, penulis menggunakan definisi
rasa syukur dari Watkins dkk. (2003) yang merupakan kecenderungan untuk
mengalami perasaan berterimakasih sebagai apresiasi terhadap kebaikan yang telah di
terima. Terdapat tiga dimensi dalam teori ini sense of abundance, appreciation for
others, dan simple appreciation. Definisi rasa syukur oleh Watkins dkk (2003)
digunakan karena didalam penelitian karena pengertiannya lebih mudah dipahami
serta lebih umum dan memiliki dimensi yang sesuai dengan kebutuhan dalam
penelitian ini.
2.3.3 Dimensi Rasa Syukur
Watkins dkk. (2003) mengungkapkan tiga dimensi dari rasa syukur. Berikut ini
penjelasannya:
1. Sense of abundance (perasaan berkecukupan)
Individu merasa bersyukur dan berkecukupan serta tidak merasa kehilangan dalam
hidup. Individu yang memiliki perasaan berkecukupan akan membuat perasaan lebih
nyaman dan bahagia. Perasaan bahagia dapat memicu motivasi pada diri individu
untuk melakukan kegiatan yang lebih positif.
26
2. Appreciation for Others (apresiasi sosial)
Individu merasa bersyukur atas kontribusi individu lain terhadap dirinya. Individu
memiliki suatu perasaan bahagia yang muncul ketika individu sedang membutuhkan
pemberian atau perolehan dari pihak lain. Setelah mendapatkan pemberian atau
perolehan dari individu lain, individu akan merasa tercukupi atauamenerima
kelebihan dalam hidup.
3. Simple Appreciation (apresiasi terhadap hal sederhana)
Individu merasa bersyukur dengan mengapresiasi hal sederhana di dalam hidupnya.
Individu yang mengapresiasi hal sederhana akan lebih merasakan rasa syukur karena
individu akan mendapatkan manfaat lebih banyak dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat yang didapat akan berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik,
kepribadian dan akhirnya akan mempengaruhi individu untuk menanggapi atau
bereaksi terhadap sesuatu atau situasi dengan baik.
2.3.4 Pengukuran Rasa Syukur
Ada beberapa alat ukur yang dijadikan acuan untuk mengukur rasa syukur. Beberapa
alat ukurnya diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Gratitude Adjective Cheklist (GAC)
Gratitude Adjective Cheklist (GAC) adalah skala self report yang dikembangkan oleh
McCullough (2002) dengan beberapa aspek yaitu grateful, thankful, dan appreciative.
GAC dapat digunakan untuk mengukur rasa syukur sebagai emosi, mood, atau
disposisi tergantung dengan kebutuhan.
27
2. Gratitude, Resentment, Appreciation Test-Short Form (GRAT-Short Form).
GRAT awalnya dikembangkan oeh Thomas & Watkins (2003) yang terdiri dari 44
item mengukur tentang kelimpahan dalam hidup dan apresiasi individu lain.
Selanjutnya GRAT-Short Form terdiri dari 16 item yang mengukur tiga faktor yaitu
Sense of abundance (perasaan berkecukupan), Appreciation for Others (aprsiasi
sosial), Simple Aprpreciation (apresiasi terhadap hal-hal sederhana).
Penulis menggunakan pengukuran Gratitude, Resentment, Appreciatiton Test-
Short Form (GRAT-Short Form) yang dikembangkan oleh Watkins dkk. (2003)
dengan mengukur tiga dimensi yang terdiri Sense of abundance (perasaan
berkecukupan), Appreciatiton for Others (apresiasi sosial), Simple Appreciation
(apresiasi terhadap hal sederhana) yang terdiri dari 16 item. Penulis memilih alat ukur
ini karena penulis menggunakan definisi syukur dari Watkins dkk. (2003) dan untuk
sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini, digunakan juga alat ukur yang
dikembangkan oleh Watkins dkk. (2003).
2.4 Demografi
2.4.1 Definisi Demografi
Demografi (demography), merupakan istilah yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu
demos yang berarti rakyat atau penduduk dan graphein yang berarti menggambar atau
menulis. Demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk ,
terutama tentang kelahiran, perkawinan, kematian dan migrasi. Demografi meliputi
studi ilmiah tentang jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk, serta
bagaimana faktor faktor ini berubah dari waktu kewaktu. Istilah demografi pertama
28
kali dikemukakan oleh Archille Guillard pada tahun 1855 dalam karyanya yang
berjudul “elements de statistique humaine, ou demographie comparree” atau elements
of human statistics or comparative demography (dalam Iskandar,1994).
Menurut Johan Susczmilch(1962), demografi adalah ilmu yang mempelajari
hukum Ilahi dalam perubahan-perubahan pada umat manusia yang tampak dari
kelahiran, kematian dan pertumbuhannya. Donald J. Boague (1973), menyatakan
bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistika dan matematika
tentang besar dan variabel demografi yang meliputi jenis kelamin dan usia, komposisi
dan distribusi penduduk serta perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui
bekerjanya 5 komponen demografi, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
Dari beberapa definisi yang dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa demografi
adalah ilmu yang mempelajari persoalan dam keadaan perubahan kependudukan
manusia yang menyangkut kepadatan, lokasi, usia, jenis kelamin, ras, lapangan kerja
dan data statistik lain. Struktur penduduk meliputi jumlah persebaran dan komposisi
penduduk. Struktur penduduk selalu berubah-ubah karena disebabkan oleh proses
demografi yakni kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan juga adanya migrasi
penduduk (Donald J. Boague 1973).
2.4.2 Dimensi Demografi
Dimensi variabel utama dalam demografi adalah faktor yang paling berpengaruh
terhadap perubahan komposisi penduduk seperti jenis kelamin dan usia (Donald J.
Boague 1973).
29
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara
biologis sejak individu lahir sebagaimana dikemukakan oleh Hungu (2007). Jenis
kelamin berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara
biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan
fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya.
2. Usia
Usia adalah perkembangan individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun sebagaimana yang dikeumukakan oleh Elisabeth B. Hurlock (1998).
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir individu. Semakin bertambah usia
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin banyak. (Notoatmodjo, 2003). Menurut Huclok
(1998) semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Pembagian usia menurut Hurlock, (1999) yaitu ;
a. Dewasa awal : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun.
b. Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60 tahun
c. Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian
2.4.3 Pengukuran Variabel Demografi
Pengukuran pada variabel demografi dalam penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan skala nominal, yaitu skala pengukuran yang
bersifat membedakan saja. Misalnya : jenis kelamin (laki-laki atau perempuan),
30
selanjutnya menggunakan pengukuran dengan dummy coding. Donald Cooper dan
Pamela Schindler (2000) mendefinisikan dummy coding sebagai sebuah variabel
nominal yang digunakan di dalam regresi berganda dan diberi kode 0 dan 1. Dalam
regresi berganda, jenis kelamin diberi coding (1 = laki-laki, 0 = perempuan) dan usia
(18-21) tahun diberi coding 1, usia (22-24) tahun diberi coding 2.
2.5 Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang dan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
dirangkum dalam suatu kerangka berpikir bahwa mahasiswa yang mengalami
kesejahteraan subjektif pada penggunaan media sosial instagram di pengaruhi
beberapa faktor.
Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif diantaranya adalah
perbandingan sosial. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan perbandingan sosial
untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara perbandingan sosial
terhadap kesejahteraan subjektif pengguna media sosial instagram. Perbandingan
sosial memiliki dua dimensi yang terdiri dari terdiri dari perbandingan ke atas
(upward comparison) dan perbandingan ke bawah (downward comparison).
Dari kedua dimensi yaitu upward comparison dan downward comparison,
akan diteliti dimensi manakah yang berhubungan baik secara positif maupun negatif
terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instgram.
Dimensi perbandingan ke atas (upward comparison) akan memiliki hubungan arah
yang positif dengan kesejahteraan subjektif pengguna media sosial instagram. Hal ini
dikarenakan individu selalu merasa lebih buruk dibanding individu lain setelah
31
melakukan perbandingan ke atas (upward comparison) ketika sedang menggunakan
media sosial di instagram dan melihat kehidupan individu lain di fitur instagram.
Seringnya intensitas individu dalam melakukan perbandingan ke atas semakin
mempengaruhi rasa tidak puas terhadap penampilan, bentuk tubuh, dan gaya hidup.
Dimensi ini diasumsikan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kesejahteraan
subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram. Begitu pula ketika
individu melakukan perbandingan ke bawah (downward comparison). Ketika
individu melakukan perbandingan ke bawah (downward comparison) maka akan
mendapat objek perbandingan yang lebih buruk daripada dirinya.
Dengan membandingkan penampilan, bentuk tubuh, dan gaya hidup dengan
individu lain yang lebih buruk, individu berharap akan tampil lebih percaya diri
dengan penampilan dan keadaan fisik yang ada. Namun, seringkali justru reaksi
negatif yang kemudian muncul dengan implikasi rasa kecewa dan tidak puas terhadap
penampilan, bentuk tubuh, dan gaya hidup. Dimensi ini diasumsikan mempunyai
pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna
media sosial instagram.
Selain itu faktor berpengaruh lainnya adalah rasa syukur. Dalam penelitian ini
selanjutnya penulis menggunakan rasa syukur untuk melihat apakah ada pengaruh
yang signifikan antara rasa syukur terhadap kesejahteraan subjektif pengguna media
sosial instagram. Rasa syukur memiliki tiga dimensi yang terdiri dari terdiri dari
sense of abundance (perasaan berkecukupan), appreciation for others (apresiasi
sosial) dan simple appreciation (apresiasi terhadap hal sederhana).
32
Dari ketiga dimensi dari rasa syukur, akan diteliti dimensi manakah yang
berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial
instagram. Dimensi sense of abundance (perasaan berkecukupan) akan memiliki
hubungan arah yang positif terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa
pengguna media sosial instagram. Hal ini dikarenakan dengan memiliki rasa
berkecukupan, dengan apa yang dimiliki saat ini dan tidak merasa kehilangan dalam
hidup membuat individu merasakan syukur dan tidak iri atas apa yang dimiliki
individu lain.
Begitupun dengan dimensi appreciation for others (apresiasi sosial) dan
dimensi simple appreciation (apresiasi terhadap hal sederhana). Dimana individu
merasa bersyukur atas kontribusi individu lain terhadap dirinya dan akan merasakan
kedamaian dari apa yang telah didapat termasuk mensyukuri adanya pertolongan dari
individu lain yang mana ini merupakan dimensi dari appreciation for others
(apresiasi sosial). Untuk dimensi simple appreciation (apresiasi terhadap hal
sederhana), individu merasakan syukur atas nikmat yang didapat mulai dari hal
terkecil atau sederhana sampai hal terbesar.
Hal ini merupakan dasar pencapaian harapan yang harus dimiliki individu
pengguna media sosial instagram ketika melihat gaya hidup, penampilan dan bentuk
tubuh pada individu lain yang dapat terlihat di fitur media sosial instagram. Ke tiga
dimensi dari rasa syukur, yaitu appreciation for others (apresiasi sosial) simple
appreciation (apresiasi terhadap hal sederhana) dan appreciation for others (apresiasi
33
sosial) diasumsikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan
subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram.
Variabel demografi yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pengguna
media sosial instagram adalah faktor jenis kelamin dan usia juga dianggap memiliki
pengaruh yang cukup signifikan. Mengingat studi yang dilakukan Lenhart (2007)
menunjukkan adanya pengaruh jenis kelamin dalam menggunakan media sosial.
Bahwa perempuan (89%) lebih banyak memberikan komentar kepada temannya di
media sosial melalui wall, dibandingkan laki-laki. Laki-laki lebih terkesan cuek untuk
memberikan tanggapan berupa komentar kepada teman di media sosialnya. Begitu
juga dengan usia, Diener dan Suh (1998) mengungkapkan pengaruh menyenangkan
atau kepuasan hidup yang diperoleh setiap individu dapat menurun seiring
bertambahnya usia.
Berdasarkan penjabaran di atas, dalam penelitian ini perbandingan sosial, rasa
syukur, jenis kelamin dan usia berperan sebagai faktor yang mempengaruhi
(independent variable/IV), sedangkan kesejahteraan subjektif berperan sebagai
faktor yang dipengaruhi oleh IV (dependent variable/DV). Kerangka berfikir bila
digambarkan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut:
34
Perbandingan Sosial
Upward comparison
Downward comparison
Rasa syukur
Sense of abundance
Appreciation for Others
Simple Appreciation
Faktor demografi
Jenis kelamin
Usia
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir
2.6 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin melihat apakah tingkat kesejahteraan subjektif
mahasiswa pengguna media sosial instagram yang merupakan dependent variable,
Kesejahteraan
Subjektif
35
bergantung pada tinggi rendahnya skor pada independent variable yang ditetapkan
dalam penelitian ini yaitu perbandingan sosial, rasa syukur dan faktor demografi.
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih
harus diujikan. Berdasarkan kerangka berpikir penelitian di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis Mayor
H1 : “Perbandingan sosial (upward social comparsion dan downward social
comparison), rasa syukur (sense of abundance, appreciation for others, dan simple
appreciation) , jenis kelamin dan usia berpengaruh secara signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif.”
Hipotesis Minor
H2 : ada pengaruh yang signifikan upward comparison pada variabel perbandingan
aaaaa sosial terhadap kesejahteraan subjektif.
H3a:aada pengaruh yang signifikan downward comparison pada variabel aaaaa aaaaa
aaaaaaperbandingan sosial terhadap kesejahteraan subjektif.
H4 : ada pengaruh yang signifikan sense of abundance pada variabel rasa syukur
aaaaa terhadap kesejahteraan subjektif.
H5 : ada pengaruh yang signifikan appreciation for others pada variabel rasa syukur
aaaaa terhadap kesejahteraan subjektif
H6 : ada pengaruh yang signifikan simple appreciation pada rasa syukur terhadap
aaaa kesejahteraan subjektif.
36
H7 : ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin pada variabel demografi terhadap
aaaa kesejahteraan subjektif.
H8a:aada pengaruh yang signifikan usia pada variabel demografi terhadap
aaaaakesejahteraan subjektif.
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa yang jumlahnya tidak terdefinisikan dan
usianya (18-24) tahun serta pengguna aktif media sosial instagram. Adapun
karakteristik dari sampel penelitian ini adalah individu yang terdaftar aktif sebagai
mahasiswa dan sedang menjalani pendidikan strata 1. Instrumen pengumpulan data
menggunakan dua metode, baik pengisian kuesioner secara langsung dan juga melalui
google docs. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampling yang digunakan
bersifat non probability sampling, yaitu accidental sampling, dimana penulis
memberikan angket yang berisi beberapa item pertanyaan kepada responden yang
memenuhi syarat dan kebetulan bertemu dengan penulis. Sampel yang diambil adalah
sampel yang telah memenuhi kriteria atau tujuan yang telah ditentukan penulis.
Penetapan jumlah sampel disesuaikan dengan kemampuan penulis berdasarkan
pertimbangan waktu dan sampel dalam penelitian ini.
3.2 Variabel Penelitan
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian adalah kesejahteraan subjektif sebagai
variabel terikat (dependent variable). Sedangkan yang menjadi independent variabel
adalah dimensi perbandingan sosial (upward social comparison dan downward social
comparison), dimensi rasa syukur (sense of abundance, appreciation for others, dan
simple appreciation), jenis kelamin dan usia. Selanjutnya, penulis akan menentukan
38
definisi operasional dan variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut
adalah penjelasan dan definisi operasional masing-masing variabel:
1. Kesejahteraan subjektif merupakan semua jenis evaluasi kognitif dan afektif
individu, baik positif maupun negatif terhadap penilaian hidupnya. Evaluasi positif
maupun negatif mencakup pada evaluasi afektif refleksi, seperti kepuasan hidup dan
kepuasan kerja, minat, dan keterlibatan, dan afektif untuk peristiwa kehidupan,
seperti sukacita dan kesedihan. (Diener, 2005).
2. Perbandingan sosial merupakan perilaku membandingkan yang timbul dari
kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluating) yang dilakukan oleh individu
terhadap individu lain. Kebutuhan untuk dapat memenuhinya dengan cara
membandingkan penampilan dan bentuk tubuh yang lebih baik ataupun lebih buruk
daripada dirinya dengan individu lain (Festinger, 1954). Perbandingan sosial
memiliki 2 dimensi:
- Perbandingan ke atas (upward comparison) adalah membandingkan penampilan,
aaabentuk tubuh dan gaya hidup dengan penampilan, bentuk tubuh dan gaya hidup
aaayang lebih baik darinya. Perilaku membandingkan ke atas (upward comparison)
aa merupakan perilaku perbandingan sosial yang dilakukan dengan membandingkan
aaaindividu dengan individu lainnya yang berada di atas. Maksud dari berada di atas
aaaadalah membandingkan individu dengan yang lebih baik sehingga dapat
aaamenemukan kekurangan pada diri individu.
- Perbandingan ke bawah (downward comparison) adalah perilaku membandingkan
aaapenampilan, bentuk tubuh, dan gaya hidup dengan penampilan, bentuk tubuh,
39
aaadan gaya hidup yang lebih buruk darinya. Perilaku membandingkan ke bawah
aaa(downward comparison) merupakan perilaku perbandingan sosial yang dilakukan
aaadengan membandingkan individu dengan individu lainnya yang berada di bawah.
aaaMaksud berada di bawah adalah membandingkan individu dengan yang lebih
aaaburuk sehingga menemukan kekurangan pada individu lain.
3. Rasa syukur merupakan kecenderungan untuk mengalami perasaan berterimakasih
sebagai apresiasi terhadap kebaikan yang telah di terima. Watkins dkk. (2003)
mengungkapkan tiga dimensi dari rasa syukur. Berikut penjelasannya:
- Sense of abundance (perasaan berkecukupan). Individu merasa bersyukur,
aaaberkecukupan dan tidak merasa kehilangan dalam hidup. Individu yang memiliki
aaaperasaan berkecukupan akan membuat perasaan lebih nyaman dan bahagia.
aaaPerasaan bahagia dapat memicu motivasi pada diri individu untuk melakukan
aaakegiatan yang lebih positif.`
- Appreciation for Others (apresiasi sosial). Individu merasa bersyukur atas
aaakontribusi individu lain terhadap dirinya. Individu memiliki suatu perasaan
aaabahagia yang muncul ketika individu sedang membutuhkan pemberian atau
aaaperolehan dari pihak lain. Setelah mendapatkan pemberian atau perolehan dari
aaaindividu lain, individu akan merasa tercukupi atauamenerima kelebihan dalam
aaahidup.
- Simple Appreciation (apresiasi terhadap hal sederhana). Individu merasa bersyukur
aaadengan mengapresiasi hal sederhana di dalam hidupnya. Individu yang
aaamengapresiasi hal sederhana akan lebih merasakan rasa syukur karena individu
40
aaaakan mengalami manfaat subjektif lebih banyak dalam kehidupan sehari-hari.
aaaManfaat yang didapat akan berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang
aaabaik, kepribadian dan akhirnya akan mempengaruhi individu untuk menanggapi
aaaatau bereaksi terhadap sesuatu atau situasi dengan baik.
4. Demografi, Donald J. Boague (1973), menyatakan bahwa demografi adalah ilmu
yang mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar dan variabel
demografi yang meliputi jenis kelamin dan usia, komposisi dan distribusi penduduk
serta perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen
demografi, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan
mobilitas sosial. Donald J. Boague (1973) mengungkapkan dua dimensi variabel
utama dalam demografi:
- Jenis kelamin merupakan perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara
aaabiologis sejak individu lahir sebagaimana dikemukakan oleh Hungu (2007). Jenis
aaakelamin berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
aaamemproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara
aaabiologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan
aaafungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara
aaakeduanya.
- Usia adalah perkembangan individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
aaaberulang tahun sebagaimana yang dikeumukakan oleh Elisabeth B. Hurlock
aaa(1998). Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir individu. Semakin
41
aaabertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
aaasehingga pengetahuan yang diperoleh semakin banyak. (Notoatmodjo, 2003).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian mengenai kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial
instagram, penulis melakukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data
menggunakan close question. Close question merupakan pernyataan yang pilihan
jawabannya tersedia, dengan cara memberikan tanda check list (√).
Metode penelitian menggunakan kuesioner yang diberikan secara langsung
dan melalui media online. Instrumen penelitian menggunakan skala Likert rentang 1
sampai 4, yang terdiri dari sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat tidak
setuju (sts). Skala pengukuran terdiri atas pernyataan positif (favorable) dan
pernyataan negatif (unfavorable). Partisipan diminta untuk memilih salah satu dari
beberapa kategori skala yang disediakan. Kegiatan memilih salah satu beberapa
kategori skala yang disediakan dilakukan untuk menghindari respon yang bersifat
netral. Setiap responden dapat mempunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada
jawaban yang dianggap salah.
3.3.1 Skala Kesejahteraan Subjektif
Untuk mengukur kesejahteraan subjektif, digunakan alat ukur FS (Flourishing Scale)
terdiri dari 8 item yang diadaptasi oleh Diener dan Biswas-Diener (2009) untuk
mengukur komponen kognitif dan Scale of Positive and Negative Experience
(SPANE) yang terdiri dari 12 item untuk mengukur komponen afektif positif 6 item
dan negatif terdiri dari 6 item yang dimodifikasi oleh Ed Diener dan Robert Biswas-
42
Diener (2009). Penulis mengubah rentangan skala 7 menjadi 4 skala yaitu “sangat
tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, “sangat setuju”. Adapun blue print skala
kesejahteraan subjektif dijelaskan pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Blue Print skala kesejahteraan subjektif No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Kognitif Evaluasi kepuasan hidup secara global. 1,2,3,4 4
Evaluasi kepuasan hidup secara domain
(hubungan sosial, kehidupan dengan
keluarga dan kehidupan dengan
pasangankesehatan fisik dan mental,
rekreasi).
5,6,7,8
4
2 Afektif Keberadaan ada tidaknya afek positif.
9,11,13,15,18,20
6
Keberadaan ada tidaknya afek negatif. 10,12,14,16,17,19 6
Jumlah 14 6 20
3.3.2 Skala Perbandingan Sosial
Skala yang digunakan untuk mengukur perbandingan sosial yaitu menggunakan skala
yang dikembangkan oleh O’Brien dkk (2009) dengan alat ukur yang dinamakan The
Upward and Downward Appearance Comparison Scale (UDACS). Instrumen dari
UDACS terdiri dari dua subskala: upward comparison dan downward comparison.
Untuk kedua subskala yaitu upward comparison dan downward comparison, setiap
item menggunakan 5 poin skala (1 = Sangat Tidak Setuju, hingga 5 = Sangat Setuju),
yang kemudian diadaptasi oleh penulis menjadi 4 poin skala. Penulis menggunakan
alat ukur UDACS karena dimensi dari pengukuran UDACS sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Festinger (1954). Adapun blue print skala perbandingan sosial
dijelaskan pada tabel 3.2 berikut:
43
Tabel 3.2
Blue Print skala perbandingan sosial No Dimensi Indikator Fav Unfav Total
1 Upward
Comparison
(perbandingan ke
atas)
1. Membandingkan
penampilan dengan
yang lebih baik.
2,8,9
1,3,4,5,6,7,10
10
2. Membandingkan
bentuk tubuh dengan
yang lebih baik.
2 Downward
Comparison
(perbandingan ke
bawah)
1. Membandingkan
penampilan dengan
yang lebih buruk.
16,17,18
11,12,13,14,15
8
2. Membandingkan
bentuk tubuh dengan
yang lebih buruk.
Jumlah 18 18
3.3.3 Skala Rasa Syukur
Alat ukur yang digunakan untuk skala rasa syukur penulis menggunakan Gratitude
Resentment Appreciation Test-Short Form (GRAT-Short Form) yang dikembangkan
oleh Watkins dkk. (2003). Alat ukur GRAT-Short Form terdiri dari 3 dimensi yang
telah diadaptasi sebelumnya. Keseluruhan item yang terdapat pada skala rasa syukur
adalah sebanyak 16 item. Adapun blue print skala rasa syukur dijelaskan pada tabel
3.3 berikut:
Tabel 3.3
Blue Print skala rasa syukur No Dimensi Indikator Butir Item
Fav Unfav
Total
1 Sense of
abundance
-Individu merasa
berkecukupan.
-Individu tidak merasa
kehilangan dalam hidup.
3, 10 2,5,14,7 6
2 Apprecition for
others
Individu menghargai
individu lain atas kontribusi
terhadap dirinya.
1,8,4,6 15 5
3 Simple
appreciation
Individu mengapresiasi hal
sederhana di dalam
hidupnya.
9, 12,13
11,16
5
Jumlah 11 6 16
44
3.3.4 Variabel Demografi
Dalam penelitian kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial
instagram, variabel demografi didapat dari self report. Self report dilakukan dengan
cara responden diminta untuk mengisi data diri. Variabel demografi dalam penelitian
adalah jenis kelamin dan usia.
3.4.4.1 Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang di jadikan
untuk pembuatan koding, sehingga pengkodingan untuk jenis kelamin ialah sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Pengkodingan data demografi jenis kelamin
No Jenis Kelamin Koding
1 Laki-laki 1
2 Perempuan 0
3.4.4.2 Usia
Usia dalam penelitian ini dibatasi oleh penulis sesuai dari penelitian Angie Zou
(2014) untuk acuan dalam pembuatan koding yaitu usia yang menjadi fokus dalam
penelitiannya adalah (18-24) tahun, sehingga pengkodingan untuk usia ialah sebagai
berikut:
3.5 Pengkodingan data demografi usia
No Usia Koding
1 (18-21) tahun 0
2 (21-22) tahun 1
45
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas
instrumen yang dipakai. Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan
dalam penelitian, penulis menggunakan Confirmatory Faktor Analysis (CFA).
Sebagai prosedur konfirmasi, CFA merupakan metode untuk menilai validitas
konstruk pengukuran, bukan sarana untuk pengurangan data.
Validitas konstruk didukung jika struktur faktor skala konsisten dengan
konstruksi instrumen yang akan diukur. Konfirmasi hipotesis struktur faktor yang
paling memadai adalah dengan teknik analisis faktor konfirmatori. Dalam analisis
faktor konfirmatori, struktur faktor secara eksplisit dihipotesiskan dan diuji untuk
cocok dengan struktur kovarians dari variabel yang diukur.
Pendekatan dengan analisis faktor konfirmatori akan memungkinkan untuk
menguji model fit faktor. Meskipun pendekatan analisis faktor konfirmatori berguna
untuk konfirmasi teori, prosedur CFA memberikan pedoman untuk "model
pemangkasan," atau model modifikasi, yang dapat menunjukkan perubahan dalam
struktur faktor yang diusulkan. Dengan demikian, prosedur konfirmasi dapat
digunakan untuk merevisi dan menyempurnakan instrumen dan struktur faktorial
individu. Adapun logika CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012) :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan secara
operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
46
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat
unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut
sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang
disebut matriks S. Jika teori benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada
perbedaan antara matriks ∑ dan matriks S, atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S
= 0.
4. Pernyataan dari matriks korelasi dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji
dengan chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka
hipotesis nihil “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas dapat diterima
bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil
t-test tidak signifikan maka item tidak signifikan dalam mengukur apa yang
hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop. Dalam penelitian kali ini,
penulis menggunakan taraf kepercayaan 95% sehingga item yang dikatakan
signifikan adalah item yang memiliki t-value lebih dari 1,96 (t > 1,96).
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item,
yang bersifat positif (favorable).
47
Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Faktor skor ini
adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bisa akibat dari kesalahan
pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah skor yang
diperoleh dari variabel pada umumnya, melainkan justru true score yang diperoleh
dnegan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item. Namun demikian,
untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif (Z-score) maka
penulis mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score dengan rumusnya yaitu
(Umar, 2012):
T skor = 50 + (10 x faktor skor)
T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan diharapkan seluruh skor
merupakan bilangan positif yang memiliki rentangan diperkiraan antara 0 dan 100.
Setelah didapatkan faktor skor yang telah diubah menjadi T-score, nilai baku inilah
yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Adapun pengujian
analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software LISREL 8.70.
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kesejahteraan Subjektif
Penulis menguji apakah 20 item dari skala kesejahteraan subjektif yang bersifat
unidimensional, yang artinya benar-benar hanya mengukur kesejahteraan subjektif.
Berdasarkan hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 1140.34.03, df = 170, P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.147. Oleh karenanya, penulis melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.
Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 63 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-
48
Square = 117.18, df = 107, P-value = 0.23565, RMSEA = 0.019. Nilai Chi- Square
menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
altruisme.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di drop
atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien muatan faktor
dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item signifikan dan sebaliknya. Koefisien
muatan faktor untuk item pengukuran kesejahteraan subjektif disajikan pada tabel 3.5
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Skala Kesejahteraan Subjektif
No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 1 0.86 0.05 17.11 √
Item 2 0.83 0.05 15.85 √
Item 3 0.81 0.05 15.58 √
Item 4 0.54 0.06 9.49 √
Item 5 0.59 0.06 10.31 √
Item 6 0.67 0.05 12.37 √
Item 7 0.60 0.06 10.50 √
Item 8 0.55 0.06 9.66 √
Item 9 0.63 0.06 11.31 √
Item 10 0.44 0.06 7.54 √
Item 11 0.15 0.06 2.32 √
Item 12 0.26 0.06 4.44 √
Item 13 0.63 0.06 11.28 √
Item 14 0.26 0.06 4.37 √
Item 15 0.79 0.05 14.42 √
Item 16 0.36 0.06 6.10 √
Item 17 0.52 0.06 8.89 √
Item 18 0.62 0.06 10.91 √
Item 19 -0.03 0.06 -0.53 X
Item 20 0.40 0.06 6.91 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
49
Pada tabel 3.4, penulis melihat item-item yang memiliki muatan faktor
negatif. Berdasarkan tabel 3.4, pada kolom koefisien terlihat bahwa item yang
memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value di bawah 1,96 (t < 1,96)
adalah item 19. Item 19 harus dieliminasi atau di-drop dan tidak disertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Perbandingan Sosial
Penulis menguji apakah 18 item yang terdiri 2 aspek perbandingan sosial yaitu
upward comparison dan downward comparison yang artinya benar-benar hanya
mengukur perbandingan sosial.
3.4.2.1 Uji Validitas Konstruk Dimensi Upward Comparison
Penulis menguji apakah 10 item dari dimensi upward comparison bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur upward comparison.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit dengan Chi- Square = 536.93, df = 35, P-value = 0.00000 dan RMSEA =
0.233. Penulis melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 16 kali, dimana
kesalahan pengukuran pada bebebrapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 24.18, df = 19, P-value =
0.18926, RMSEA = 0.0325. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
upward comparison.
50
Langkah berikutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu perlu
untuk di-drop atau tidak. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang
koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item signifikan dan
sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran upward
comparison seperti pada tabel 3.6
Table 3.6 Muatan Faktor Item Dimensi Upward Comparison
No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 1 0.88 0.05 17.74 √
Item 2 0.70 0.05 12.76 √
Item 3 0.58 0.06 10.01 √
Item 4 0.75 0.05 14.02 √
Item 5 0.91 0.05 18.75 √
Item 6 0.76 0.05 14.52 √
Item 7 0.65 0.06 10.67 √
Item 8 0.57 0.06 9.74 √
Item 9 0.60 0.06 10.39 √
Item 10 0.72 0.05 13.29 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.5, penulis melihat tidak ada muatan faktor negatif pada salah satu
item dan t-value diatas 1,96 (t > 1,96). Artinya, maka dari seluruh item dapat
digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk dimensi upward comparison.
Dengan demikian, secara keseluruhan item tidak ada yang di-drop dan seluruhnya 10
item akan diikut sertakan dalam analisis perhitungan skor faktor.
51
3.4.2.2. Uji Validitas Konstruk Dimensi Downward Comparison
Penulis menguji apakah 8 item dari dimensi downward comparison bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur downward comparison.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit dengan Chi- Square = 271.82, df = 20, P-value = 0.00000 dan RMSEA =
0.218. Oleh karenanya, penulis melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 12
kali, dimana kesalahan pengukuruan pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 8.67, df = 8, P-value =
0.37117, RMSEA = 0.147. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan) dan RMSEA < 0.05, yamg artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
downward comparison.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item signifikan dan
sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran downward
comparison, seperti pada tabel 3.7
52
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Dimensi Downward Comparison No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 11 0.79 0.06 14.14 √
Item 12 0.75 0.06 13.06 √
Item 13 0.64 0.06 11.59 √
Item 14 0.76 0.05 14.49 √
Item 15 0.59 0.05 10.81 √
Item 16 0.90 0.05 18.75 √
Item 17 0.95 0.05 20.53 √
Item 18 0.95 0.05 20.58 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.6, setelah dilakukan pengujian CFA penulis melihat tidak ada
muatan faktor negatif pada salah satu item dan t-value diatas 1,96 (t > 1,96). Artinya,
maka secara keseluruhan item tidak ada yang di-drop. Dengan demikian, secara
seluruhnya 8 item akan diikut sertakan dalam analisis perhitungan skor faktor.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Rasa Syukur
Penulis menguji apakah 16 item yang terdiri 3 aspek rasa syukur yaitu sense of
abundance, appreciation for others dan simple appreciation bersifat unidimensional
yang artinya benar-benar hanya mengukur rasa syukur.
3.4.3.1. Uji Validitas Konstruk Dimensi Sense Of Abundance
Penulis menguji apakah 6 item dari dimensi internal bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya mengukur sense of abundance. Berdasarkan hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi- Square =
66.29, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.155. Setelah melakukan 4 kali
modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square= 5.57, df
53
= 5, P-value = 0.34983 dan RMSEA = 0.021. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value
> 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu sense of abundance.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikansi item dalam mengukur apa
yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu perlu untuk di-drop
atau tidak, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor,
jika nilai t > 1,96 artinya item signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan
faktor untuk item pengukuran sense of abundance, seperti pada tabel 3.8.
Table 3.8
Muatan Faktor Item Dimensi Sense of Abundance No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 3 0.08 0.07 1.19 X
Item 10 -0.36 0.07 -4.83 X
Item 2 0.62 0.06 9.86 √
Item 5 0.79 0.06 12.94 √
Item 14 0.76 0.06 12.39 √
Item 7 0.45 0.06 6.86 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.7, penulis melihat item-item yang memiliki muatan faktor
negatif. Berdasarkan tabel 3.7, pada kolom koefisien terlihat bahwa item yang
memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value di bawah 1,96 (t < 1,96)
adalah item 3 dan 10 . Item 3 dan 10 harus dieliminasi atau di-drop dan tidak
disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
54
3.4.3.2. Uji Validitas Konstruk Dimensi Appreciation for Others
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi appreciation for others bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur appreciation for others.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit dengan Chi- Square = 101.78 df = 5, P-value = 0.00000 dan RMSEA= 0.271.
Setelah melakukan modifikasi sebanyak 5 kali terhadap model, kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi- Square = 18,67, df = 0, P-value = 1.00000 dan RMSEA = 0,000 .
Nilai Chi- Square menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur
satu faktor saja yaitu appreciation for others.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item signifikan dan
sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran powerfull others,
seperti pada tabel 3.9.
55
Table 3.9
Muatan Faktor Item Dimensi Appreciation for Others No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 1 0.48 0.19 2.55 √
Item 4 0.38 0.12 3.09 √
Item 6 0.30 0.12 3.07 √ Item 8 0.79 0.23 3.44 √
Item 15 -0,27 0.10 -2,79 X
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.8, penulis melihat item-item yang memiliki muatan faktor
negatif. Berdasarkan tabel 3.8, pada kolom koefisien terlihat bahwa item yang
memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value di bawah 1,96 (t < 1,96)
adalah item 15. Item 15 harus dieliminasi atau di-drop dan tidak disertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
3.4.3.3 Uji Validitas Konstruk Dimensi Simple Appreciation
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi simple appreciation bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur simple appreciation.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit dengan Chi-Square = 26.82, df = 5, P-value = 0.00006 dan RMSEA = 0.129.
Setelah melakukan 2 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 1.57, df = 3, P-value = 0.66577 dan RMSEA = 0.000. Nilai
Chi- Square menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), yang artinya model dengan
satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu simple appreciation.
56
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukkan apakah item tertentu perlu
untuk di-drop atau tidak, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item signifikan dan sebaliknya. Adapun
koefisien muatan faktor untuk item pengukuran chance, seperti pada tabel 3.10
Table 3.10
Muatan Faktor Item Dimensi Simple Appreciation
No. Koefisien Standar Erorr Nilai t Signifikan
Item 9 0.58 0.06 9.96 √
Item 12 0.62 0.06 10.64 √
Item 13 0.98 0.05 19.03 √
Item 11 0.62 0.06 10.70 √
Item 16 0.68 0.06 11.86 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96); X = tidak signifikan
Pada tabel 3.12, penulis melihat tidak ada muatan faktor negatif pada salah
satu item dan t-value 1,96 (t > 1,96), maka seluruh item dapat digunakan dalam
mengestimasi skor faktor untuk dimensi simple appreciation. Dengan demikian,
secara keseluruhan item tidak ada yang di-drop dan seluruhnya 5 item akan diikut
sertakan dalam analisis perhitungan skor faktor.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian
kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram yaitu
analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Teknik analisis regresi
berganda digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk
mengetahui besarnya pengaruh dari independent variabel (IV), yaitu perbandingan
57
sosial dan rasa syukur terhadap dependent variabel (DV) yaitu kesejahteraan
subjektif.
Teknik regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y) dengan
lebih dari satu variabel bebas (independent; predictor; X). Pada penelitian yang
diteliti, independent variabel sebanyak 7 variabel, sedangkan dependent variabel
sebanyak 1 variabel sehingga susunan persamaan regresi penelitian adalah:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+ b6X6+ b7X7+ e
Jika dituliskan variabelnya, maka:
Y = kesejahteraan subjektif
a = intersep atau konstanta
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
x1 = perbandingan upward
x2 = perbandingan downward
x3 = sense of abundance
x4 = appreciation for others
x5 = simple appreciation
x6 = jenis kelamin
x7 = usia
e = residu
Melalui regresi berganda, maka akan diperoleh nilai yaitu koefisien korelasi
berganda atau regresi antara kesejahteraan subjektif (DV) dengan upward
comparison, downward comparison, sense of abundance, appreciation for others,
simple appreciation, jenis kelamin dan usia (IV). Kemudian besarnya kemungkinan
disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan tadi yang ditunjukkan oleh
koefisien determinasi berganda atau R2. Fungsi R
2 ini digunakan untuk melihat
proporsi varians atau perubahan dependent variable (Y) disebabkan independent
58
variable (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh independent
variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau merupakan perkiraan proporsi
varians. Untuk mendapatkan nilai R2 ini digunakan rumus sebagai berikut:
R2
= SSreg
SSy
Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari
independent variable satu per satu signifikan atau tidak penambahannya. Berikutnya,
untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau tidak, maka dapat diuji
dengan menggunakan uji F. Untuk membuktikan varians independent variable satu
per satu signifikan atau tidak digunakanlah rumus sebagai berikut:
F = R2
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
Adapun pembilang disini adalah R2 dengan df (dilambangkan sebagai k),
yaitu sejumlah independent variablel yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1-R2)
dibagi dengan df N – k- 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang telah
dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah predictor variabel yang diujikan memiliki
pengaruh terhadap outcome variabel.
Selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV yang
dianalisis. Uji koefisiensi regresi digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang
diberikan IV signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji
(1-R2) / (N – k – 1)
59
koefisiensi regresi juga digunakan untuk menguji apakah sebuah IV benar-benar
memberikan kontribusi terhadap DV. Sebelum didapat nilai t dari tiap IV, harus
didapat dahulu nilai standart error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan
melalui akar MSres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa
dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb. Dapat
dirumuskan:
T = b
Dimana b adalah koefisien regresi dan sb adalah standar deviasi sampling
dari koefisien b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan
oleh penulis nantinya. Adapun seluruh perhitungan penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 20.
sb
60
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Berikut akan diuraikan gambaran responden berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Subjek dalam penelitian berjumlah 265 mahasiswa/I yang memiliki akun media sosial
instgram. Untuk mempermudah perhitungan, penulis mengkategorikan usia
responden menjadi 2 kategori, yaitu (18 – 21 Tahun) sebagai kategori pertama dan
(22 – 24 Tahun) sebagai kategori kedua. Gambaran subjek penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Table Subjek Penelitian Kategori Frekuensi Persentase
Usia
18-21 tahun 221 83.4%
22-24 tahun 44 16.6%
Jenis Kelamin
Laki-laki 80 30.1%
Perempuan 185 69.9%
Intensitas Menggunakan
1-3 kali/hari 72 27.16%
3-6 kali/hari 78 29.44%
Lebih dari 6 kali/hari 115 43.4%
Durasi Menggunakan Instagram
<1 jam/hari 76 28.67%
1-3 jam/hari 109 41.13%
>3 jam/hari 80 30.2%
Berdasarkan pada tabel 4.1 dilihat bahwa untuk mengetahui gambaran subjek
penelitian, penulis mengkategorisasikan usia ke dalam 2 bagian yaitu responden yang
berusia 18 hingga 21 tahun, 22 hingga 24 tahun. Sehingga dapat diketahui bahwa
responden dalam penelitian didominasi oleh mahasiswa dengan rentang usia 18 – 21
tahun (83.4%) kemudian paling sedikit dengan rentang usia 22 - 24 tahun (16.6%).
61
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki
memiliki persentase sebesar 30.1% (80 individu) dan responden perempuan dengan
persentase 69.9% (185 individu). Berdasarkan intensi penggunaan instagram, subjek
dalam penelitian terdiri dari 1-3 kali/hari sebanyak 27.16% (72 individu), 3-6
kali/hari sebanyak 29.44% (78 individu) dan lebih dari 6 kali/hari sebanyak 43.4%
(115 individu). Berdasarkan durasi penggunaan instagram, subjek dalam penelitian
terdiri dari <1 jam/hari sebanyak 28.67% (76 individu), 1-3 jam/hari sebanyak
41.13% (109 individu) dan >3 jam/hari sebanyak 30.2 % (80 individu).
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskriptif akan disajikan nilai minimum, maksimum, mean dan
standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variabel
penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Tabel Analisis Deskriptif
Variable N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
Kesejahteraan Subjektif 265 25.97 75.43 50.0000 9.37744
Upward comparison 265 23.79 73.25 50.0000 9.51899
Downward comparison 265 29.81 85.39 50.0000 9.59527
Sense od Abundance 265 34.15 80.92 50.0000 8.41899
Appreciation for Others 265 32.77 77.38 50.0000 9.99500
Simple appreciation 265 21.58 63.30 50.0000 8.93203
62
4.3 Kategorisasi skor variabel
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum jenjang contohnya adalah dari rendah ke tinggi.
Selanjutnya penulis gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum
mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah,
sedang, dan tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma seperti tertera pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3
Tabel Pedoman Interpretasi Skor Kategori Rumus
Rendah
Sedang X < Mean – |SD
Mean - |SD ≤ X ≤ Mean +|SD
Tinggi X > Mean + |SD
Uraian gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan rendahnya tiap
variabel yang telah disesuaikan dengan norma disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Tabel Kategorisasi Skor Variabel Variabel Frekuensi
Rendah Sedang Tinggi
Kesejahteraan Subjektif 25 (9.5%) 203 (76.6%) 37 (13.9%)
Upward Comparison 29 (10.9%) 207 (78.2%) 29 (10.9%)
Downward Comparison 39 (14.7%) 186 (70.2%) 40 (15.1%)
Sense of Abundance 60 (22.6%) 166 (62.6%) 39 (14.7%)
Appreciation for Others 34 (12.8%) 159 (60%) 72 (27.2%)
Simple Appreciation 57 (21.5%) 195(73.5%) 13 (5%)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari 265 jumlah subjek penelitian, dapat diketahui
bahwa subjek dengan skor rendah sebanyak 60 individu (22.6%) yaitu oleh variabel
sense of abunbdance, subjek dengan skor sedang sebanyak 203 individu (76.6%)
63
yaitu oleh variabel kesejahteraan subjektif, sedangkan subjek dengan skor tinggi
sebanyak 72 individu (27.2%) yaitu oleh variabel appreciation for others.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi
dengan software SPSS 20 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam
melakukan analisis regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu pertama melihat R Square
untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh
independent variable, yang kedua apakah keseluruhan independent variable
berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable, kemudian terakhir
melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent
variable. Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama
penulis melihat besaran R2 untuk mengetahui berapa persen varians dependent
variable yang dijelaskan oleh independent variable. Selanjutnya untuk tabel yang
berisi R2, dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Tabel R Square Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .526a .276 .257 8.08508
a. Predictors: (Constant), Usia, jenis kelamin, simple appreciation, upward
aaacomparison, appreciation for others, downward comparison, sense of abundance.
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R2 sebesar 0.276
atau 27.6%. Artinya proporsi varians dari kesejahteraan subjektif yang dijelaskan
oleh semua independent variable dalam penelitian (upward comparison, downward
64
comparison, sense of abundance, appreciation for others, simple appreciation, jenis
kelamin dan usia) adalah sebesar 27.6 %, sedangkan 72.4 % lainnya dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua yang dilakukan yaitu penulis
menganalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap kesejahteraan
subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram. Adapun hasil uji F dapat
dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Tabel Anova
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6415.501 7 916.500 14.021 .000a
Residual 16799.719 257 65.369
Total 23215.220 264
a.Dependent Variable: Kesejahteraan subjektif
b.Predictors: (Constant), usia, jenis kelamin, simple appreciation, upward
acomparison, appreciation for others, downward comparison, sense of abundance.
Berdasarkan uji F pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom
paling kanan adalah p = 0.000 dengan nilai p < 0.05. Dengan demikian hipotesis nihil
yang berbunyi “tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel perbandingan sosial
(upward comparison, downward comparison), rasa syukur (sense of abundance,
appreciation for others, simple appreciation ) dan faktor demografi (jenis kelamin
dan usia) terhadap kesejahteraan subjektif pengguna media sosial instagram ditolak.
Artinya ada pengaruh yang signifikan perbandingan sosial (upward comparison,
downward comparison), rasa syukur (sense of abundance, appreciation for others,
simple appreciation ) dan faktor demografi (jenis kelamin dan usia) terhadap
kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram.
65
Selanjutnya, penulis melihat koefisien regresi dari masing-masing IV. Jika sig
< 0,05 maka koefisien regresi signifikan yang berarti variabel independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Adapun besarnya
koefisien regresi dari masing-masing variabel independen terhadap kesejahteraan
subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram dapat dilihat pada tabel
4.7.
Tabel 4.7
Tabel Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 71.718 8.020 8.942 .000
Upward Comparison .025 .059 .025 .420 .675
Downward Comparison .051 .060 .052 .842 .401
Sense of Abundance -.397 .083 -.356 -.4777 .000*
Appreciation for Others -.206 .053 -.220 -.3871 .000*
Simple Appreciation .092 .077 .087 1.185 .237
Jenis Kelamin -1.135 1.088 -.056 -1.044 .298
Usia 2.515 1.378 .099 1.825 .069
a. Dependent Variable: Kesejahteraan Subjektif
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Kesejahteraan subjektif = 71.718 + 0.025 upward comparison + 0.051 downward
comparison - 3.97 sense of abundance* – 2.06 appreciation for others* + 0.092
simple appreciation – 1.135 jenis kelamin + 2.515 usia.
Keterangan :
Tanda (*) = Variabel Signifikan
Dari persamaan koefisien regresi, terdapat empat koefisien regresi yang
signifikan yaitu sense of abundance dan appreciation for others, sedangkan lima
66
variabel lainnya tidak signifikan. Sementara prediktor terbesar merupakan variabel
sense of abundance dengan nilai B = -0.356. Penjelasan dari nilai koefisien regresi
yang diperoleh masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:
1. Upward Comparison
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.025 dengan nilai signifikansi 0.675 (sig >
0.05), hal itu menunjukkan bahwa variabel upward comparison tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya, variabel upward
comparison pengaruhnya tidak signifikan secara positif terhadap kesejahteraan
subjektif.
2. Downward Comparison
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.051 dengan nilai signifikansi 0.401 (sig >
0.05), hal itu menunjukkan bahwa variabel downward comparison tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya, variabel downward
comparison pengaruhnya tidak signifikan secara positif terhadap kesejahteraan
subjektif.
3. Sense of Abundance
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.397 dengan nilai signifikansi 0.000 (sig <
0.05), hal itu menunjukkan bahwa variabel sense of abundance berpengaruh secara
signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya, variabel sense of abundance
pengaruhnya signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Arah koefisien negatif
menjelaskan bahwa semakin tinggi variabel sense of abundance maka semakin
rendah kesejehateraan subjektif.
67
4. Appreciation for Others
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.206 dengan nilai signifikansi 0.000 (sig <
0.05), hal itu menunjukkan bahwa variabel appreciation for others berpengaruh
secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya, variabel sense
appreciation for others pengaruhnya signifikan terhadap kesejahteraan subjektif.
Arah koefisien negatif menjelaskan bahwa semakin tinggi variabel appreciation for
others maka semakin rendah kesejehateraan subjektif.
5. Simple Appreciation
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.092 dengan nilai signifikansi 0.237 (sig >
0.05), hal itu menunjukkan bahwa variabel simple appreciation tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya, variabel simple
appreciation pengaruhnya tidak signifikan secara positif terhadap kesejahteraan
subjektif.
6. Jenis Kelamin
Diperoleh nilai koefisien pengaruh sebesar –1.135 dengan nilai signifikansi 0.298 (sig
> 0.05), hal itu menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya, variabel jenis kelamin
pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Arah koefisien negatif
menjelaskan bahwa semakin tinggi variabel jenis kelamin maka semakin rendah
kesejehateraan subjektif.
68
7. Usia
Diperoleh nilai koefisien pengaruh sebesar 2.515 dengan nilai signifikansi 0.069 (sig
> 0.05), hal itu menunjukkan bahwa variabel usia tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif. Artinya, variabel usia pengaruhnya tidak signifikan
secara positif terhadap kesejahteraan subjektif.
4.3.2. Pengujian proporsi varian masing-masing independent variable
Penulis menjelaskan mengenai proporsi varians yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana proporsi varians dari masing-masing variabel independen yang dianalisis
satu persatu. Pada tabel 4.8 akan dipaparkan besarnya proporsi varians pada
kesejahteraan subjektif dan juga akan menjelaskan seberapa banyak sumbangan
setiap variabel independen yang digunakan dalam penelitian memberikan pengaruh
terhadap dependen variabel kesejahteraan subjektif. Besarnya proporsi varian pada
kesejahteraan subjektif dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Tabel Proporsi Varian
a. Predictors: (Constant), upward comparison, downward comparison, sense of abundance,
aaappreciation for others, simple appreciation, jenis kelamin dan usia.
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .514a .264 .250 8.12078 .004 1.246 1 259 .265
2 .517b .267 .250 8.12151 .003 .953 1 258 .330
3 .466c .217 .214 8.31165 .217 73.046 1 263 .000*
4 .506d .256 .248 8.13334 .034 12.057 1 261 .001*
5 .511e .261 .249 8.12462 .004 1.560 1 260 .213
6 .471f .222 .216 8.30318 .005 1.537 1 262 .216
7 .526g .276 .257 8.08508 .009 3.330 1 257 .069
69
Keterangan:
Tanda (*) = Variabel Signifikan
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel upward comparison memberikan sumbangan sebesar 0.4% dalam varian
kesejahteraan subjektif. Sumbangan 0.4% tidak signifikan secara statistik dengan
F = 1.246, df1 = 1, df2 = 259 dan sig F. change = 0.265.
2. Variabel downward comparison memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam
varian kesejahteraan subjektif. Sumbangan 0.3% tidak signifikan secara statistik
dengan F = 0.953, df1 = 1, df2 = 258 dan sig F. change = 0.330.
3. Variabel sense of abundance memberikan sumbangan sebesar 2.17% dalam
varian kesejahteraan subjektif. Sumbangan 2.17% signifikan secara statistik
dengan F = 73.046, df1 = 1, df2 = 263 dan sig F. change = 0.000.
4. Variabel appreciation for others memberikan sumbangan sebesar 3.4% dalam
varian kesejahteraan subjektif. Sumbangan 3.4% signifikan secara statistik
dengan F = 12.057, df1 = 1, df2 = 261 dan sig F. change = 0.001
5. Variabel simple appreciation memberikan sumbangan sebesar 0.4% dalam varian
kesejahteraan subjektif. Sumbangan 0.4% tidak signifikan secara statistik dengan
F = 1.560, df1 = 1, df2 = 262 dan sig F. change = 0.213.
6. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0.5% dalam varian
kesejahteraan subjektif. Sumbangan 0.5% tidak signifikan secara statistik dengan
F = 1.537, df1 = 1, df2 = 262 dan sig F. change = 0.216.
70
7. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 0.9% dalam varian kesejahteraan
subjektif. Sumbangan 0.9% tidak signifikan secara statistik dengan F = 3.330, df1
= 1, df2 = 257 dan sig F. change = 6.9%.
Urutan independent variable yang signifikan memberikan sumbangan dari
terbesar hingga yang terkecil adalah variabel sense of abundance dengan R2 Change
2.17%, dan variabel appreciation for others dengan R2 Change 3.4%.
71
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang penulis jelaskan pada bab 4, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perbandingan sosial
(upward comparison, downward comparison), rasa syukur (sense of abundance,
appreciation for others, simple appreciation) dan faktor demografi (jenis kelamin dan
usia) terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial
instagram. Kemudian dari seluruh variabel diperoleh dua yang dinyatakan signifikan
mempengaruhi kesejahteraan subjektif, yaitu sense of abundance dan appreciation
for others. Sedangkan untuk variabel upward comparison, downward comparison,
simple appreciation, jenis kelamin dan usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif. Hipotesis minor yang menyatakan kelima variabel
memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif pengguna media sosial
instagram ditolak yang artinya hipotesis alternatif ditolak.
5.2 Diskusi
Berdasarkan kesimpulan dan hasil pengujian hipotesis yang telah dibahas pada bab 4,
diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara perbandingan sosial
(upward comparison, downward comparison) rasa syukur (sense of abundance,
appreciation for others, simple appreciation) dan faktor demografi (jenis kelamin dan
usia) terhadap kesejahteraan subjektif dengan signifikansi sebesar 0.000 dan nilai
72
kontribusi independent variabel (IV) terhadap dependent variabel (DV) sebesar 0.276
atau 27.6%. Hasil yang telah didapatkan menunjukkan bahwa proporsi varians dari
kesejahteraan subjektif yang dijelaskan oleh semua independent variable dalam
penelitian (upward comparison, downward comparison, sense of abundance,
appreciation for others, simple appreciation, jenis kelamin dan usia) adalah sebesar
27.6%, sedangkan 72.4% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
Hasil penelitian berdasarkan koefisien regresi pada masing-masing
independent variable (IV) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara sense of abundance dan appreciation for others terhadap kesejahteraan
subjektif. Sedangkan variabel upward comparison, downward comparison, simple
appreciation, jenis kelamin dan usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif. Dalam penelitian yang diteliti, variabel rasa syukur
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Temuan dalam
penelitian pada variabel rasa syukur terdapat dua dimensi yang signifikan yaitu
dimensi sense of abundance dan appreciation for others.
Dimensi sense of abundance berpengaruh secara signifikan dengan arah
hubungan yang negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar -0.397 dengan nilai signifikansi 0.000 (sig < 0.05). Dapat diartikan
bahwa semakin rendah tingkat sense of abundance maka semakin tinggi tingkat
kesejahteraan subjektif. Hasil dari penelitian mengenai variabel sense of abundance
tidak sejalan dengan penelitian Langston (1994) menyatakan bahwa sense of
abundance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kesejahteraan
73
subjektif. Individu yang dapat menikmati kehidupan dengan bersyukur dan merasa
berkecukupan atas pencapaian hidupnya serta memiliki pengalaman positif
didalamnya akan dapat memungkinkan untuk selalu memiliki pengalaman hidup
yang lebih memuaskan. Perasaan berkecukupan akan berpengaruh pada individu yang
menggunakan media sosial instagram dengan mensyukuri apa telah yang dimiliki dan
tidak merasa kehilangan dalam hidup. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Emmons & McCullough, pada tahun 2004. Emmons & McCullough menemukan
bahwa syukur diakui sebagai sesuatu hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan
individu yang akan menghadapi keterasingan dan kesepian. Individu yang dapat
bersyukur atas kehidupannya dan merasa berkecukupan dengan apa yang telah
dimiliki, maka rasa keterasingan akan menjadikan rasa nyaman dalam hidup. Berbeda
dengan pernyataan yang dinyatakan oleh David Gallo (1992) bahwa individu yang
tidak dapat menanamkan rasa berkecukupan dalam hidupnya bukan berarti tidak puas
dan bahagia dalam hidupnya. Semakin individu merasa kurang dalam hidupnya maka
individu akan semakin berfikir untuk menjadi individu yang lebih baik, sehingga
setelah pencapaian untuk selalu menjadi yang lebih baik daripada individu lainnya,
individu akan merasa sejahtera.
Selanjutnya dimensi appreciation for others juga berpengaruh secara
signifikan dengan hubungan arah yang negatif terhadap kesejahteraan subjektif.
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.206 dengan nilai signifikansi 0.000 (sig <
0.05). Dari arah hubungan negatif dapat diartikan bahwa semakin rendah
appreciation for others maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif dan begitu juga
74
sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Pruyer; Emmons (2003) tidak sejalan
dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pruyer; Emmons (2003)
menyatakan bahwa appreciation for others memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesejahteraan subjektif. Pruyer menyatakan bahwa suatu perasaan bahagia
yang muncul ialah ketika individu sedang membutuhkan pemberian atau perolehan
dari pihak lain sehingga individu merasa tercukupi atau menerima kelebihan
(Sulistiyani, 2010). Senada dengan penelitian Pruyer; Emmons (2003), Diener &
Seligman (2002) menyatakan bahwa dalam sebuah studi klasik tentang kebahagiaan
menunjukkan bahwa setiap individu yang mendapat nilai tinggi pada kesejahteraan
subjektif memiliki hubungan sosial yang sangat baik, karena salah satu contohnya
adalah individu sangat dapat menghargai bantuan individu lain dan menganggap
penting atas pertolongan individu lain. Berbeda dengan Carol Dweck (2016) yang
menyatakan bahwa semakin individu mengapresiasi individu terhadap dirinya, maka
tidak akan merasakan kesejahteraan dengan baik, karena akan membuat individu
cenderung tidak dapat mempertahankan pencapaiannya. Ada beberapa faktor yang
menjadikan alasan individu tidak sejahtera dengan mengapresiasi kontribusi orang
lain, diantaranya adalah individu merasa tidak nyaman dan merasa psikologisnya
terganggu seperti malu dan takut.
Sedangkan variabel lain yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap
kesejahteraan subjektif adalah variabel perbandingan sosial (upward comparison dan
downward comparison), variabel rasa syukur (simple appreciation), jenis kelamin
dan usia. Variabel perbandingan sosial yaitu dimensi upward comparison tidak
75
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Dimensi upward
comparison menunjukkan hasil koefisien regresi sebesar 0.025 dengan nilai
signifikasi 0.675 (sig > 0.05). Hasil dalam koefisien regresi menunjukan bahwa
upward comparison tidak berpengaruh secara signifikan dan mengarah positif
terhadap kesejahteraan subjektif, Penjelasan mengenai upward comparison sesuai
dengan penelitian Feinstein et al., (2013). Feinsten et. al., (2013) menyatakan bahwa
perbandingan sosial yang dilakukan secara terus-menerus ke atas membuktikan
memiliki dampak negatif pada keadaan psikologis. Contoh keadaan psikologis yang
akan terjadi seperti depresi, harga diri, evaluasi diri dan kesejahteraan, sehingga
semakin individu melakukan perbandingan sosial ke atas, maka kecenderungan
kesejahteraan subjektifnya rendah.
Dimensi downward comparison dalam penelitian menunjukan hasil koefisien
regresi sebesar 0.051 dengan nilai signifikansi 0.401 (sig > 0.05). Hasil menunjukan
bahwa downward comparison tidak berpengaruh secara signifikan dan mengarah
positif terhadap kesejahteraan subjektif, artinya individu yang melakukan
perbandingan sosial ke bawah dan berkeyakinan bahwa yang dilakukan karena untuk
tidak tertinggal dalam popularitasnya dengan individu lain di media sosial instagram,
maka kecenderungan kesejahteraan subjektifnya rendah. Sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Kleinke dan Miller (1998) mengatakan bahwa individu
yang sering melakukan perbandingan sosial dengan cara yang sederhana contohnya
adalah individu merasa dan berpikir lebih baik daripada individu lain yang serupa
(perbandingan sosial ke bawah), maka individu akan merasa puas dalam hidupnya.
76
Dimensi simple appreciation dalam penelitian menunjukan hasil koefisien
regresi sebesar 0.092 dengan nilai signifikansi 0.237 (sig > 0.05). Hasil menunjukan
bahwa simple appreciation tidak berpengaruh secara signifikan dan mengarah positif
terhadap kesejahteraan subjektif, artinya individu yang menggunakan media sosial
instagram dan berkeyakinan bahwa apa yang telah di dapatkan dalam hidupnya masih
merasakan kekurangan dan jauh daripada individu lain serta berkecenderungan
dalam hidupnya bahwa hanya berfokus pada kehidupan saat ini yang sedang berjalan
dan tidak memikirkan sesuatu hal yang lain, maka kecenderungan kesejahteraan
subjektifnya rendah. Hasil penelitian simple appreciation dalam penelitian tidak
sebada dengan penelitian yang dilakukan oleh WU & Yaou (2008) yang menyatakan
bahwa individu yang menerapkan rasa syukur dengan mengapresiasi hal sederhana
akan dapat mengurangi rasa gelisah, kesepian dan cemas dalam hidup, sehingga
kesejahteraan subjektif akan meningkat.
Dua dimensi terakhir yang berpengaruh dan tidak signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif adalah jenis kelamin dan usia. Diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar -1.135 dengan nilai signifikansi 0.298 (sig > 0.05) pada jenis kelamin
sehingga hasilnya berpengaruh secara negatif tetapi tidak signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif. Temuan pada jenis kelamin dalam penelitian menunjukkan
hasil yang tidak signifikan justru tidak sejalan dengan (Frison & Eggermont, 2015;
Simoncic, Kuhlman, Vargas, Houchins, & Lopez-duran, 2014) yang menemukan
bahwa ada perbedaan rata-rata pada jenis kelamin dalam mempengaruhi
kesejahteraan subjektif penggunaan media sosial. Penelitian Frison & Eggermont
77
(2015) menemukan bahwa jenis kelamin perempuan cenderung merasakan kepuasan
dalam media sosial daripada laki-laki. Penelitian yang dilakukan penulis dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Frison & Eggermont (2015) tidak sejalan
dikarenakan jumlah laki-laki dan perempuan tidak sama, laki-laki 80 individu dan
perempuan 185 individu. Ketidak seimbangan dalam jumlah responden baik laki-laki
maupun perempuan cenderung menghasilkan jenis kelamin tidak berpengaruh
signifikan terhadap kesejehateraan subjektif.
Usia berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan terhadap kesejahteraan
subjektif. Dalam penelitian, penulis membatasi usia responden yaitu (18-24) tahun
sesuai dengan penelitian Angie Zou (2014) dimana rentang usia 18-24 tahun menjadi
sampel penelitian. Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 2.515 dengan nilai
signifikansi 0.069 (sig > 0.05). Penelitian tidak sejalan dengan penelitian Perrin
(2015) yang menyatakan bahwa usia terbanyak yang merasakan kesejahteraan
subjektif dalam menggunakan media sosial instagram adalah paling banyak di
rentang usia 18-29 tahun. Perrin (2015) menambahkan bahwa semakin individu tua
bahkan sampai 65 tahun maka semakin tertarik dan merasakan kepuasan dalam
menggunakan media sosial.
Dari hasil diskusi yang telah penulis jelaskan, penulis menemukan adanya
perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu. Hal ini terjadi dikarenakan
adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian, antara lain responden yang kurang
teliti dan serius saat mengisi kuesioner atau kondisi dan situasi pada saat responden
mengisi kuesioner yang tidak mendukung seperti alasan tidak punya banyak waktu
78
untuk menjawab kuesioner dengan memberikan alasan sedang diskusi atau menunggu
kelas selanjutnya, dan juga karena sebagian menggunakkan google.doc sehingga
mungkin responden yang kurang serius dalam proses pengisian skala, item yang
tersedia. Adanya keterbatasan dalam penelitian diharapkan untuk penelitian
selanjutnya akan lebih baik.
5.3 Saran
5.3.1 Saran Teoritis
1. Pada penelitian ditemukan bahwa proporsi varians dari kesejahteraan subjektif
pada mahasiswa pengguna media sosial instagram yang dijelaskan oleh semua
independent variable adalah sebesar sebesar 0.276 atau 27.6%. Hasil yang telah
didapatkan menunjukkan bahwa proporsi varians dari kesejahteraan subjektif
yang dijelaskan oleh semua independent variable dalam penelitian ini (upward
comparison, downward comparison, sense of abundance, appreciation for others,
simple appreciation, jenis kelamin dan usia) sebesar 27.6%, sedangkan 72.4%
lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Penulis menyarankan
untuk penelitian selanjutnya agar meneliti serta menganalisis pengaruh variabel
lain. Untuk mendapatkan proporsi varians yang lebih besar disarankan untuk
meneliti dan menganalisis variabel lain seperti kepribadian yang dikaitkan dengan
kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instagram.
2. Usia pada penelitian mengenai kesejahteraan subjektif mengacu pada penelitian
terdahulu oleh Angie Zou (2014) yaitu mahasiswa usia (18-24) tahun, dalam
penelitian ini didapatkan hasil tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0.069 (sig
79
> 0.05). Oleh karenanya, untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan
ragam karakteristik sampel penelitian yang tidak hanya mahasiswa berusia (18-
24) tahun melainkan sampel karyawan ataupun orang tua.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial
instagram yaitu; sense of abundance dan appreciation for others
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel rasa syukur yaitu dimensi sense of
abundance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif.
Menerapkan sense of abundance dalam menggunakan media sosial instagram,
pengguna khususnya mahasiswa sudah dapat memberikan perilaku yang baik
untuk dirinya dalam menilai atas kehidupan dan tidak merasa kehilangan dalam
hidup. Penulis menyarankan individu masih perlu menanamkan sense of
abundance atau perasaan berkecukupan dengan meningkatkan sikap rendah hati
dan berbagi kasih kepada sesama, sehingga akan meciptakan kehidupan yang
lebih damai dan sejahtera. Dengan cara menanamkan perasaan berkecukupan,
individu menjadi tumbuh dengan berpikiran positif bagi perkembangan
kehidupan.
2. Berdasarkan pada peneitian, diketahui bahwa variabel rasa syukur yaitu pada
dimensi appreciation for others memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif pada mahasiswa pengguna media sosial instgaram.
Artinya mahasiswa yang menggunakan media sosial instagram sudah memiliki
80
kemampuan untuk dapat menghargai individu lain atas kontribusi terhadap
dirinya dan tidak merasa bahwa individu lain adalah saingan dari dirinya untuk
mendapatkan popularitas di media sosial. Penulis menyarankan bagi mahasiswa
untuk terus meningkatkan appreciation for others dalam kehidupan dengan selalu
melihat kebaikan individu lain yang telah individu lain berikan kepada diri kita
dan selalu mengucapkan terima kasih atas apa yang telah diterima sehingga dapat
meningkatkan pikiran yang positif serta memiliki kehidupan yang sejahtera dan
terjalinnya hubungan yang lebih baik dengan sesama.
81
DAFTAR PUSTAKA
B. White, J. Langer,. Yariv., Welch IV (2006). Frequent social comparisons and
destructive emotions and behaviors: the dark side of social
aaaaaaacomparisons. Journal of Adult Development, Vol. 13, No. 1, March 2006.
Bradburn, (1969) in Ed Diener., Christie., Napa Scollon and Richard., E., Lucas. The
evolving concept of subjective well-being: the multifaceted nature of
aaaaaaahappiness. University of Illinois, USA; Michigan State University, US. Page:
aaaaaaa187-220.
Caroline, Winata., Esther Widhi., Andangsarin (2017). Dispositional
aaaaaaagratitude and social comparison orientation among social media users
aaaaaaaPsychology Department, Humanities Faculty, Bina Nusantara University,
aaaaaaVol. 8 No. 3 July 2017: 229-237.
Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L.(1999). Subjective well-being:
Three decades of progress. Psychological bulletin, 125 (2), 276.
Diener, Ed., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2005). Subjective well-being: the science of
happiness and life satisfaction. New York: Oxford University Press. Dalam
aaaaaaaC. R. Synder & S. J. Lopez (edtr). Handbook of psychology (page 63-73).
Diener, E.(2009). Assesing well-being. Springer Science and Business Media B.V.:
New York, 27-28.
Diener, E., & Biswas-Diener, R. (2009). Scale of positive and negative experience
(SPANE). 1-2.
Dohyun, Ahn., Dong-Hee Shin. (2013). Is the social use of media for seeking
connectedness or for avoiding social isolation? Mechanisms underlying media
use and subjective well-being. Journal of Computers in Human Behavior 29
(2013) 2453–2462.
Emmons, R.A., & McCullough, M.E. (2003). Counting blessings versues burdens: an
experimental investigation of gratitude and subjective well-being in daily life.
Journal of Personality and social Psychology. 84 (2), 377-389.
Festinger, L. (1954). A theory of social comparison processes. Human relation,
a117-140.
Feinstein, B. A., Hershenberg, R., Bhatia, V., Latack, J. A., Meuwly, N., & Davila, J.
(2013). Negative Social Comparison on Facebook and Depressive
82
aaaaaaSymptoms: Rumination as a Mechanism. Psychology of Popular Media
aaaaaaCulture, 2(3), 161-170.
Fiske, S. T. (2010). Envy up, scorn down: How comparison divides us. American
Psychologist, 65(8), 698-706. doi: http://doi.org/10.1037/0003066X.65.8.698.
Frommer, D. (2010, November 1). Here's how to use Instagram. Business to Insider
Retrieved from: http://www.businessinsider.com/instagram-2010-11?op¼1.
Gibbons, F.X. & Buunk, B.P. (1999). Individual differences in social comparison:
The development of a scale of social comparison orientation. Journal of
aaaaa aPersonality and Social Psychology, 76, 129-142.
Indonesia Internet Service Provider Association. (2016). Statistik Pengguna dan
aaaaaaPerilaku Pengguna Internet Indonesia. Jakarta: APJII.
Kasha., van Hal. (2017). Social comparison and mental health; A study investigating
the effect of social comparison-objects on the mental health outcomes of
aaaaaaaDutch adolescents.Tilburg: University Sociology department. July 2017.
Lyubomirsky, S., & Ross, L. (1997). Hedonic consequences of social comparison: a
aaaaaaacontrast of happy and unhappy people. Journal of Personality and Social
Psychology, 73(6), 1141-1157.
McCullough, M. E., Emmons, R. A., & Tsang, J. (2002). The grateful disposition: A
aaaaaaconceptual and empirical topography. Journal of Personality and Social
aaaaaPsychology, 82, 112-127. doi: http://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/0022-
aaaaaa 3514.82.1.112.
O’Brien, K. S., Caputi, P., Minto, R., Peoples, G., Hooper, C., Kell, S., Sawley, E.
aaaaaaa(2009). Upward and downward physical appearance comparisons:
aaaaaaadevelopment of scales and examination of predictive qualities. Body image, 6,
aaaaaaa201-206.
Pavica, Sheldon., & Katherine, Bryant,. (2015). Instagram: Motives for its use and
relationship to narcissism and contextual age. Journal of Computers in
aaaaaaHuman Behavior. 58. 89-97.
Peterson dan Seligman. (2004). Section 3 gratitude. Dalam Peterson, C., & Seligman,
M.E.P. (ed). Character strength and virtues. 553-568. Newyork:Oxford
aaaaaaa university press.
83
Pew Research Center. (August 17, 2015). Mobile messaging and social media 2015.
Retrieved from http://www.pewinternet.org/2015/08/19/mobile-messaging
aaaaaaaand- social-media-2015/2015-08-19_social-media-update_09/.
Teresa Correa., Amber Willard Hinsley., Homero Gil de Zúñiga. (2009). Who
interacts on the Web?: The intersection of users personality and social media
use. Center for Journalism & Communication Research, School of
aaaaaaJournalism, University of Texas at Austin, USA.
Umar, J. (2012). Statistika mentor akademik. Bahan ajar fakultas psikologi UIN
Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
Watkins, P.C., Woodward, K., Stone, T., Kolts, R.L. (2003). Gratitude and happiness
development of a measure of gratitude, and relationships with subjective
well-being. Social behavior and personality, 31 (5), 431-452.
Watson, D., Clark LA, Tellegen A. Development and validation of brief measures of
positive and negative affect: The PANAS scales. Journal of Personality and
Social Psychology 1988;54:1063–1070.
Whiting, A., & Williams, D. (2013). Why people use social media: a uses and
aaaaaaagratifications approach. Qualitative Market Research: An International
aaaaaaJournal, 16(4), 362-369. doi: https://doi.org/10.1108/QMR-06-2013-0041.
Wills., Wood., Taylor and Lichtman (1985). Frequent social comparisons and
destructive emotions and behaviors: the dark side of social comparisons.
Journal of Adult Development, Vol. 13, No. 1, March 2006.
Wood, A. M., Joseph, S., & Maltby, J. 9 (2008). Gratitude uniquely predicts
satisfaction with life: Incremental validity above the domains and facets of the
five factor model. Personality and individual Differences. 45. 49-54.
Web:https://www.materipendidikan.info/2017/10/pengertian-dan-definisi-ilmu
aaaaaaademografi.html. Diakses pada tanggal 27 Juli (2018).
84
LAMPIRAN
85
KUISIONER PENELITIAN
Kepada
Yth Bapak/Ibu/Sdr/i
Di
Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Kami adalah mahasiswa Program Strata-1 Psikologi Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini sedang melakukan penelitian sebagai bagian
dari pemenuhan tugas akademik kami. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan
Bapak/Ibu/Sdr/i untuk dapat mengisi angket ini.
Dalam menjawab angket ini tidak ada jawaban salah atau benar, maka
Bapak/Ibu bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak/Ibu dan
tidak ada kaitannya sama sekali dengan penilaian jabatan. Setiap jawaban yang
Bapak/Ibu berikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk
kepentingan penelitian ini saja.
Mohon baca petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi
angket ini mohon diteliti kembali jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i agar tidak ada
pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, April 2018
Hormat peneliti,
(Dwika Albiyanti L.)
86
Data Responden
Inisial : ...............................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan (*)
Usia :
Pendidikan : SD/SMP/SMA/DIPLOMA/Sedang Kuliah/S1 (*)
Pendapatan/Uang Jajan : Rp ...........................................................
Jumlah Pengeluaran : Rp ...........................................................
Status : Belum/Menikah/Janda/Duda (*)
Status Pekerjaan : Bekerja/Tidak Bekerja
Jumlah Saudara : Anak Ke : ……………
Lama Menggunakan Instagram :
a. < 6 bulan
b. 6 – 12 bulan
c. > 12 bulan
Intensi Mengugunakan Instagram :
a. 1 – 3 kali per hari
b. 3 – 6 kali per hari
c. Lebih dari 6 kali per hari
Durasi Mengunakan Instagram (akumulasi):
a. < 1 jam per hari
b. 1 – 3 jam per hari
c. >3 jam per hari
Akun Sosial Media Selain Intagram (boleh lebih dari satu):
a. Facebook
b. Twitter
c. Path
d. Lainnya, sebutkan …..
Nama akun Instagram :
Jumlah followers akun Intagram :
87
Jumlah foto Unggah pada akun Instagram (tidak termasuk yang di Archive) :
Jumlah likes terbanyak yang pernah di dapat pada salah satu foto :
PETUNJUK PENGISIAN
Kuesioner ini berisi pernyataan, tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum
mengisi pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu, kemudian berikan
tanda checklist (√) pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping pernyataan sebagai berikut :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Pilihlah pernyataan yang paling menggambarkan diri Bapak/Ibu/Sdr/I dengan
memberikan tanda checklist (√) pada salah satu dari keempat kolom disamping
kanan pernyataan.
Contoh :
No Pernyataan
Pilihan jawaban
STS TS S SS
1 Saya terlibat dan tertarik pada kehidupan saya
sehari-hari saya.
√
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa :
Anda setuju dengan pernyataan bahwa “Saya terlibat dan tertarik pada
kehidupan saya sehari-hari saya.”
BAGIAN KESATU
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Bapak/Ibu/Sdr/i menilai diri
Bapak/Ibu/Sdr/i saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat
kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan kondisi Bapak/Ibu/Sdr/i pada setiap
88
pernyataan. (STS = Sangat Tidak Sesuai, TS= Tidak Sesuai, S= Sesuai, SS=
Sangat Sesuai)
No Pernyataan
Pilihan jawaban
STS TS S SS
1 Saya menjalani hidup dengan terarah dan
bermakna.
2 Hubungan sosial saya mendukung dan bermanfaat
3 Saya terlibat dan tertarik pada kegiatan sehari-hari
saya
4 Saya aktif berkontribusi pada kebahagiaan dan
kesejahteraan orang lain.
5 Saya memiliki kompetensi dan kemampuan dalam
menjalani kegiatan yang penting bagi saya.
6 Saya orang yang baik dan menjalani kehidupan
yang baik.
7 Saya optimis tentang masa depan saya.
8 Orang menghormati saya.
9 Saya merasa hal-hal positif terjadi di hidup saya.
10 Saya dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif.
11 Saya mengharapkan hal baik akan terjadi dalam
hidup saya.
12 Saya sering merasa hal buruk terjadi pada hidup
saya.
13 Saya merasa nyaman dengan hidup saya saat ini.
14 Selama sebulan terkahir, saya merasa tidak nyaman
dengan diri saya.
15 Saya menjalani hidup dengan senang.
16 Kondisi kehidupan saya menyedihkan.
89
17 Saya takut menghadapi masa depan.
18 Saya menjalani hari dengan riang setiap harinya.
19 Saya mudah tersinggung.
20 Saya merasa puas dengan kehidupan saya saat ini.
BAGIAN KEDUA
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Bapak/Ibu/Sdr/i menilai diri
Bapak/Ibu/Sdr/i saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat
kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan kondisi Bapak/Ibu/Sdr/i pada setiap
pernyataan. (STS = Sangat Tidak Sesuai, TS= Tidak Sesuai, S= Sesuai, SS=
Sangat Sesuai)
No Pernyataan
Pilihan jawaban
STS TS S SS
1 Saya membandingkan bentuk tubuh saya dengan
bentuk tubuh orang yang lebih proposional.
2 Saya cenderung membandingkan bentuk tubuh
saya dengan model di majalah.
3 Saya berpikir tentang apakah penampilan saya
sebanding dengan model dan bintang film.
4
Di tempat-tempat berolahraga, saya
membandingkan tubuhsaya dengan orang yang
memiliki tubuh ideal.
5
Saya cenderung membandingkan bentuk tubuh
saya dengan orang yang bentuk tubuhnya terlihat
lebih baik.
6
Ketika melihat orang-orang dengan bentuk tubuh
ideal, saya cenderung bertanya bagaimana agar saya
dapat terlihat seperti mereka.
7 Ketika melihat orang-orang yang terlihat
90
cantik/ganteng saya cenderung bertanya bagaimana
agar saya dapat terlihat seperti mereka.
8
Di pesta atau acara lainnya, saya membandingkan
penampilan fisik saya denganorang lain yang sangat
menarik.
9 Saya membandingkan penampilan saya dangan
orang lain yang berpenampilan lebih menarik.
10 Saya membandingkan tubuh saya dengan orang
yang memiliki tubuh lebih baik dari saya.
11
Ketika melihat seseorang yang kurang menarik
secara fisik, saya berpikir tentang bagaimana
membandingkan tubuh saya dengan mereka.
12
Saya cenderung untuk membandingkan tubuh saya
dengan orang lain yang memiliki berat badan di
bawah rata-rata.
13 Di tempat olahraga, saya membandingkan tubuh
saya dengan mereka yang bertubuh kurang atletis.
14 Saya membandingkan diri saya dengan orang lain
yang terlihat kurang menarik.
15
Saya berpikir tentang betapa menariknya tubuh saya
jika dibandingkan dengan orang lain yang kelebihan
berat badan.
16
Pada pesta atau acara lain, saya membandingkan
penampilan saya dengan orang lain yang
berpenampilan kurang menarik.
17 Saya membandingkan diri saya dengan mereka
yang kurang menarik secara fisik.
18
Saya cenderung membandingkan penampilan fisik
saya dengan orang-orang yang penampilannya
kurang menarik.
91
BAGIAN KETIGA
Pernyataan di bawah ini menggambarkan bagaiamana Bapak/Ibu/Sdr/i menilai diri
Bapak/Ibu/Sdr/i saat ini. Gunakan skala berikut untuk menunjukkan tingkat
kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan kondisi Bapak/Ibu/Sdr/i pada setiap
pernyataan. (STS = Sangat Tidak Sesuai, TS= Tidak Sesuai, S= Sesuai, SS=
Sangat Sesuai)
No Pernyataan
Pilihan jawaban
STS TS S SS
1 Saya tidak dapat menjadi diri saya tanpa bantuan
orang lain.
2 Kehidupan yang saya miliki baik bagi saya.
3 Saya merasa kehidupan saya belum tercukupi dan
terpenuhi.
4 Saya sering takjub dengan keindahan alam sekitar.
5
Meski penting merasa puas dengan pencapaian
saya, saya pikir penting juga untuk mengingat
bantuan yang orang lain lakukan untuk pecapaian
saya.
6 Saya berpikir bahwa saya tidak mendapatkan
seluruh kebaikan yang layak dalam hidup ini.
7 Saya menikmati indahnya langit saat matahari
terbenam.
8 Saya tidak dapat seperti sekarang tanpa bantuan
dari orang lain.
9 Menurut saya, saling menyapa dan berkomunikasi
adalah hal yang penting.
10 Banyak hal buruk yang menimpa pada diri saya.
11 Kehidupan itu baik bagi saya.
92
12 Saya pikir penting untuk selalu menghitung nikmat
yang telah didapat.
13 Menurut saya, penting untuk menikmati hal-hal
sederhana yang didapatkan dalam hidup ini.
14 Saya sangat menghargai apa yang dilakukan orang
lain terhadap saya.
15
Dalam beberapa alasan, saya merasa tidak
mendapatkan keuntungan seperti yang orang lain
dapatkan.
16 Menghargai kehidupan yang saya miliki setiap hari
merupakan hal yang penting.
Harap Periksa Kembali Pekerjaan Anda Apakah Seluruh Pilihan Sudah Terisi.
Terima Kasih Atas Kesediaan Anda Menjadi Responden Penelitian Ini.
SYNTAX DAN PATH DIAGRAM
UJI VALIDITAS SWB DA NI=20 NO=265 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 PM SY FI=SWB.COR MO NX=20 NK=1 LX=FR TD=SY LK SWB FR TD 3 2 TD 9 3 TD 17 16 TD 12 10 TD 20 13 TD 13 6 TD 7 1 TD 16 14 TD 17 14 TD 16 11 FR TD 17 7 TD 8 4 TD 11 7 TD 17 6 TD 10 7 TD 19 12 TD 18 2 TD 7 5 TD 11 5 TD 11 8 TD 13 5 FR TD 18 1 TD 16 12 TD 16 10 TD 13 12 TD 14 10 TD 14 12 TD 17 12 TD 13 2 TD 7 2 TD 10 2 FR TD 20 6 TD 16 6 TD 9 8 TD 19 14 TD 17 15 TD 15 11 TD 15 1 TD 15 2 TD 13 9 TD 14 13 FR TD 20 14 TD 14 5 TD 13 4 TD 19 4 TD 11 4 TD 19 6 TD 19 15 TD 18 4 TD 16 8 TD 14 7 TD 7 6 FR TD 15 5 TD 15 3 TD 16 7 TD 8 3 TD 9 2 TD 18 11 TD 20 10 TD 19 10 TD 11 10 TD 19 11 TD
12 4 PD OU TV SS MI AD=OFF
93
Path Diagram Kesejahteraan Subjektif
UJI VALIDITAS UC DA NI=10 NO=265 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=UC.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY LK UC FR TD 9 8 TD 3 2 TD 7 5 TD 7 1 TD 7 4 TD 4 3 TD 10 9 TD 10 8 TD 5 3 TD 10 5 TD 9 7 TD 8 7 TD
9 4 TD 4 2 TD 10 6 TD 7 2 PD OU TV SS MI
Path Diagram Upward Comparison
94
UJI VALIDITAS DOWNWARD DA NI=8 NO=265 MA=PM LA ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 PM SY FI=DOWNWARD.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY LK DOWNWARD FR TD 7 1 TD 4 3 TD 8 1 TD 8 2 TD 7 2 TD 6 5 TD 8 4 TD 6 1 TD 3 2 TD 3 1 TD 6 4 TD 6 2 PD OU TV SS MI
95
Path Diagram Downward Comparison
UJI VALIDITAS SOA DA NI=6 NO=265 MA=PM LA ITEM3 ITEM10 ITEM2 ITEM5 ITEM14 ITEM7 PM SY FI=SOA.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK SOA FR TD 2 1 TD 3 2 TD 4 2 TD 6 1 PD OU TV SS MI
96
Path Diagram Sense Of Abundance
UJI VALIDITAS AFO DA NI=5 NO=265 MA=PM LA ITEM1 ITEM8 ITEM4 ITEM6 TEM15 PM SY FI=AFOOO.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL LK AFO FR TD 3 2 TD 2 1 TD 4 1 TD 4 3 TD 3 1 PD OU TV SS MI AD=OFF IT=1000
97
Path Diagram Appreciation For Othe
rs
UJI VALIDITAS SA DA NI=5 NO=265 MA=PM LA ITEM1 ITEM8 ITEM4 ITEM6 ITEM15 PM SY FI=SA.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY LK SA FR TD 5 1 TD 4 1 PD OU TV SS MI
Path Diagram Simple Appreciation
98
Output Regresi Stepwise
Regression
[DataSet2]
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 tscoresoab . Enter
2 JenisKelaminb . Enter
3 tscoreafob . Enter
4 tscoresab . Enter
5 tscoreupcompb . Enter
6 tscoredowncopb . Enter
7 Usiab . Enter
a. Dependent Variable: tscoreswb
b. All requested variables entered.
99
Model Summary
Mod
el
R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .526a .276 .257 8.08508 .276 14.021 7 257 .000
a. Predictors: (Constant), Usia, JenisKelamin, tscoresa, tscoreupcomp, tscoreafo, tscoredowncomp, tscoresoa
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 6415.501 7 916.500 14.021 .000b
Residual 16799.719 257 65.369
Total 23215.220 264
a. Dependent Variable: tscoreswb
b. Predictors: (Constant), Usia, JenisKelamin, tscoresa, tscoreupcomp, tscoreafo,
tscoredowncomp, tscoresoa
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 71.718 8.020 8.942 .000
tscoresoa -.397 .083 -.356 -4.777 .000
JenisKelamin -1.135 1.088 -.056 -1.044 .298
tscoreafo -.206 .053 -.220 -3.871 .000
tscoresa .092 .077 .087 1.185 .237
tscoreupcomp .025 .059 .025 .420 .675
tscoredowncomp .051 .060 .052 .842 .401
Usia 2.515 1.378 .099 1.825 .069
a. Dependent Variable: tscoreswb