PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE AMATCH TERHADAP PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL ANAK
USIA 5-6 TAHUN
(Skripsi)
Oleh
PINKA OLIVIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A
MATCH TERHADAP PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL ANAK
USIA 5-6 TAHUN
Oleh
PINKA OLIVIA
Masalah dalam penelitian ini adalah perkembangan sosial anak khususnya
interaksi sosial anak usia 5-6 tahun belum optimal perkembangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan
interaksi sosial anak sebelum dan setelah diberi perlakuan pembelajaran
Make a Match. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuantitatif dengan desain Pre-Eksperimental Design. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun yang berjumlah
23 anak pada kelas B3. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi dan analisis data yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian ini
terdapat perbedaan perkembangan sosial anak setelah penerapan
pembelajaran Make a Match dengan nilai Asymp. Sig. < 0.05 yaitu 0.000
< 0.05.
Kata kunci: anak usia 5-6 tahun, pembelajaran Make a Match,
perkembangan interaksi sosial.
ABSTRACT
THE EFFECT OF USE MAKE A MATCH LEARNING ON SOCIALINTERACTION OF CHILDREN AGES 5-6 YEARS OLD
By
PINKA OLIVIA
The problem in this study is the social development of children, especially thesocial interaction of children aged 5-6 years old, has not been optimallydeveloped. This study aims to determine the differences in the development ofsocial interactions of children before and after being given a learning treatmentMake a Match. The method used in this study is a quantitative method with a Pre-Experimental Design design. The sample used in this study was children aged 5-6years old, amounting to 23 children in the B3 class. Data collection techniquesused in this research is observation and data analysis were used to determinedifferences using the Wilcoxon test. The results of this study are that there aredifferences in children's social development after the application of Make a Matchlearning with the value of Asymp. Sig. <0.05 which is 0.000 <0.05.
Keywords : children aged 5-6 years old, Make a Match learning, development ofsocial interaction.
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE AMATCH TERHADAP PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL ANAK
USIA 5-6 TAHUN
Oleh
PINKA OLIVIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Pinka Olivia dilahirkan di Bandar Jaya
Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
pada tanggal 4 Desember 1996. Peneliti ini merupakan
anak satu-satunya dari pasangan bapak Afrizal dan ibu Dian
Rinto Wati. Peneliti mengawali pendidikan formal di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal pada tahun 2001 hingga 2002. Kemudian peneliti
menyelsaikan sekolah dasar di SD N 2 Candi Rejo pada tahun 2002 hingga 2008.
Selanjutnya peneliti melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP N 2 Way
Pengubuan pada tahun 2008 hingga 2011. Pada tahun 2011 peneliti melanjutkan
sekolah menengah atas di SMA N 1 Terbanggi Besar dan menyelesaikan
pendidikan tersebutpada tahun 2014. Pada tahun 2014 melalui jalur SNMPTN
peneliti melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) sebagai mahasiswa program studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD), Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Pada tahun 2017 semester 7, peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Nyata –
Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) selama 60 hari di desa Kubu Perahu,
Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat.
MOTTO
“Barang siapa yang bersungguh-sunguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut
untuk kebaikan dirinya sendiri”
(QS. Al-Ankabut 29:6)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah 94:6)
“Belajarlah dari pengalam yang telah kamu dapat, karena guru terbaik dari hidup
adalah pengalamanmu sendiri”
(Pinka Olivia : 2018)
ix
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim…
Segala puji dan syukur atas segala rahmat dan hidayah dari Allah SWT, saya
menyelesaikan karya ini sebagai tanda bukti kepada:
Almamater tercinta Universitas Lampung sebagai tempat dalam menggali ilmu,
menjadikanku sosok yang mandiri, serta jati diriku kelak
serta
Taman Kanak-Kanak Kartika II-27 Bandar Lampung ang telah memberi
kesempatan kepada saya untuk belajar dan melakukan penelitian.
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penyusunan skirpsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan
Pembelajaran Make a Match Terhadap Perkembangan Interaksi Sosial Anak
Usia 5-6 Tahun”. Peneliti berharap karya yang merupakan wujud kegigihan dan
kerja keras peneliti, serta dengan berbagai dukungan dan bantuan dari banyak
pihak karya ini dapat memberikan manfaat dikemudian hari.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, kepada ibu Ari Sofia, S.Psi, MA.Psi selaku Pembimbing
1 atas kesediannya memberikan bimbingan, motivasi, ilmu yang berharga, saran
dan kritik baik selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
Kepada ibu Nia Fatmawati, S,Pd, M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu sabar
membimbing, memberikan masukan, memotivasi dan saran guna selesainya
skripsi ini, dan kepada ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Penguji Utama yang
telah memberikan kritik dan saran terbaik kepada peneliti guna penyempurnaan
skripsi. Kepada ketiga orang tuaku, bapak Afrizal, mami Heni Thohir dan mamak
Dian Rinto Wati atas do’a tulus yang tiada henti dan kasih sayang yang tiada
batas, terimakasih untuk segala usaha untuk hasil yang terbaik selama ini serta
dukungan motivasi yang telah diberikan sehingga peneliti mampu menyelesaikan
skripsi ini. Untuk itu peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pendidikan FKIP Universitas Lampung.
3. Ibu Ari Sofia, S.Psi., MA., Psi. sebagai Ketua Program Studi S1 PG-
PAUD Universitas Lampung.
4. Mba Eva Oktryana selaku Staf PG-PAUD serta seluruh dosen PG-PAUD
FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis selama perkuliahan.
5. Ibu Husnul Khotimah,S.Pd selaku kepala TK Kartika II-27 Bandar
Lampung Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung dan para dewan
guru yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian skripsi ini
berlangsung.
6. Terimakasih untuk adikku Bimo Rahmad Khalid yang terus
menyemangatiku untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini.
7. Papah dan Mamah (Albari dan Dewi Alyani) yang selalu mendo”akan ku
serta memberi ku motivasi agar tidak pantang menyerah dengan cobaan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik sepupuku tersayang Erine Lady Dwi Dinanti, terimakasih telah
memberikanku do’a yang tiada henti, dukungan serta motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini semoga skripsimu juga lancar.
9. Sahabat baikku R.Niartha Cory Hardini. Terimakasih untuk menjadi
pendukung terbaik selama ini, untuk kehangatanya, selalu meberikanku
do’a, memotivasi tiada henti, dan menemaniku dalam keadaan terburukku
sekalipun.
10. Sahabat seperjuanganku LM, Dea, Della, Ceryn, Anin, Dian, Asyla,
Alfalah, Nando, Ridho, Rian, Azis, Fikri, Imam, dan Rizky. Terimakasih
sahabat selalu mengingatkanku untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan Shelly Nur Kussumaningtya dan Nurul Irma
wardani yang telah memberikan do’a, bimbingan, motivasi, semangat dan
tawa sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
12. Terimakasih teman terbaikku Balqis Helmathea Almega, S.Sos. yang
selalu mendorongku untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu
13. Teruntuk orang terkasih Rivky Kurnia Jaya, S.Kep. terimakasih telah sabar
dalam mendengar keluh kesah selama menggerjakan skripsi ini sampai
skripsi ini selesai. Terimakasih selalu mendo’akan, memotivasi tiada henti
sehingga selesainya skripsi ini.
14. Teman-teman seperjuangan skripsweet PG-PAUD angkatan 2014 , kakak
dan adik tingkatku angkatan 2011, 2012, 2013, 2015, 2016, 2017, dan
2018.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, saya
ucapkan terimakasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan
tetapi penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Februari 2019Penulis,
Pinka Olivia
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................v
I. PENDAHULUAN.......................................................................................1A. Latar Belakang ......................................................................................1B. Identifikasi Masalah ..............................................................................8C. Pembatasan Masalah .............................................................................8D. Rumusan Masalah dan Permasalahan ...................................................8E. Tujuan Penelitian...................................................................................9F. Manfaat Penelitian.................................................................................9
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................11A. Hakikat Anak Usia Dini ......................................................................11B. Teori Belajar Anak Usia Dini..............................................................12
1. Teori Psikoanalisis ..........................................................................132. Teori Vygotsky................................................................................143. Teori Belajar Sosial .........................................................................15
C. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini ................................................161. Pengertian Interaksi Sosial Anak Usia Dini ....................................162. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial........................173. Macam-Macam Interaksi Sosial......................................................184. Ciri-Ciri Interaksi Sosial .................................................................195. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial.......................................................20
D. Konsep Bermain Kooperatif................................................................22E. Model Pembelajaran Make a Match....................................................23
1. Langkah-Langkah Pembelajaran Make a Match.............................242. Penelitian Terdahulu .......................................................................27
F. Kerangka Pirik Penelitian....................................................................29G. Hipotesis Penelitian.............................................................................32
III. METODE PENELITIAN...........................................................................33A. Desain Penelitian.................................................................................33B. Populasi dan Sampel ...........................................................................33
1. Populasi ...........................................................................................332. Sampel.............................................................................................34
C. Prosedur Penelitian..............................................................................34
ii
1. Tahap Persiapan ..............................................................................342. Tahap Pelaksanaan ..........................................................................343. Tahap Pengumpulan Data ...............................................................354. Tahap Pengolahan Data...................................................................35
D. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................351. Tempat Penelitian............................................................................352. Waktu Penelitian .............................................................................35
E. Variabel Penelitian ..............................................................................36F. Definisi Konseptual dan Defenisi Operasional ...................................36
1. Definisi Konseptual.........................................................................362. Definisi Operasional........................................................................37
G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................38H. Instrument Penelitian...........................................................................39
1. Uji Validitas ....................................................................................392. Uji Reliabilitas.................................................................................40
I. Kisi-Kisi Instrumen .............................................................................40J. Teknik Analisis Data...........................................................................43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................45A. Hasil Uji Instrumen .............................................................................45
1. Uji Validitas ....................................................................................452. Uji Reabilitas...................................................................................46
B. Hasil Peneltian.....................................................................................461. Data Pembelejaran Make a Match ..................................................462. Data Pembelajaran Interaksi Sosial.................................................48
C. Hasil Uji Hipotesis ..............................................................................51D. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................................53
V. KESIMPULAN.............................................................................................55A. Kesimpulan..........................................................................................55B. Saran....................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57
LAMPIRAN..........................................................................................................60
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Presentase Hasil Observasi Perkembangan Interaksi Sosial ............5
Tabel 2. Kisi-kisi Intrumen Perkembangan Make a Match ..........................41
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Pembelajaran Interaksi Sosial.........................41
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Pembelajaran Make a Match ............................45
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Perkembangan Interaksi Sosial.........................47
Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon..........................................................................50
Tabel 7. Tes Statistik Wilcoxon ....................................................................50
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian .....................................................................31
Gambar 2. Desain penelitian ..................................................................................33
Gambar 3. Rumus Spearman Brown......................................................................40
Gambar 4. Rumus Interval .....................................................................................43
Gambar 5. Rumus Uji Wilcoxon ............................................................................44
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Profil TK Kartika II-27......................................................................61
Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Pembelajaran Make a Match (X).......................64
Lampiran 3. Rubrik Panduan Penilaian Pembelajaran Make a Match...................65
Lampiran 4. Kisi-kisi Instrument Perkembangan Interaksi Sosial (Y) ..................66
Lampiran 5. Rubrik Panduan Penilaian Perkembangan Interaksi Sosial (Y) ........69
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum 1................................73
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum 2................................76
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum 3................................79
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum 4................................82
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sesudah 1...............................85
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sesudah 2...............................89
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sesudah 3...............................93
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sesudah 4...............................97
Lampiran 14. Surat Validasi Instumen.................................................................102
Lampiran 15. Validasi Kisi-kisi Instrumen..........................................................104
Lampiran 16. Lembar Observasi Perkembangan Interaksi Sosial Sebelum 1 .....125
Lampiran 17. Lembar Observasi Perkembangan Interaksi Sosial Sebelum 2 .....127
Lampiran 18. Lembar Observasi Perkembangan Interaksi Sosial Sebelum 3 .....129
Lampiran 19. Lembar Observasi Perkembangan Interaksi Sosial Sebelum 4 .....131
Lampiran 20. Lembar Observasi Perkembangan Interaksi Sosial Sesudah 1......133
Lampiran 21. Lembar Observasi Perkembangan Interaksi Sosial Sesudah 2......135
Lampiran 22. Lembar Observasi Perkembangan Interaksi Sosial Sesudah 3......137
Lampiran 23. Lembar Observasi Perkembangan Interaksi Sosial Sesudah 4......139
Lampiran 24. Uji Validitas Variabel Y ................................................................141
Lampiran 25. Uji Reabilitas Variabel Y dan Tabel Ganjil...................................143
Lampiran 26. Tabel Genap Y...............................................................................144
vi
Lampiran 27. Tabel Penolong Reliabilitas Y.......................................................145
Lampiran 28. Surat Penelitian Pendahuluan ........................................................147
Lampiran 29. Surat izin penelitian ......................................................................148
Lampiran 30. Surat Balasan Penelitian ................................................................149
Lampiran 31. Dokumentasi..................................................................................150
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan anak pertama kali diperoleh dari
lingkungan keluarga terutama dari kedua orang tuanya, selanjutnya anak
akan berinteraksi dengan lingkungan keduanya yaitu lembaga pendidikan.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Menurut Schunk dalam Nurmalitasari (2015: 103), menyebutkan :
Usia dini disebut juga sebagai tahap perkembangan kritis atau usiaemas (golden ages). Pada tahap ini sebagian besar jaringan sel-selotak berfungsi sebagai pengendali setiap aktivitas dan kualitasmanusia. Dua tahun pertama kehidupan manusia sangat penting bagiperkembangan anak. Anak mulai mengembangkan kemampuanmotorik indrawi, visual dan auditori yang distimulasi melaluilingkungan sekitarnya.
Masa inilah proses tumbuh kembang anak dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa tumbuh kembang yang cepat dan rentan bagi kehidupan
anak selanjutnya. Penelitian Rahman (2009) dan Permono (2013),
menjelaskan bahwa perkembangan anak usia dini harus dikembangkan
secara optimal karena perkembangan anak saat ini merupakan landasan
perkembangan anak di masa yang akan datang. Untuk mencapai suatu
proses tumbuh kembang anak yang optimal diperlukan sekolah, sebagai
2
sarana meningkatkan aspek perkembangan anak. Di sekolah inilah
pemberian rangsangan melalui pendidikan untuk anak usia dini diberikan
secara komprehensif, yang dimana anak tidak hanya dicerdaskan otaknya,
akan tetapi anak juga cerdas dalam aspek-aspek lain di kehidupannya.
Pendidikan yang baik bagi anak adalah pendidikan yang menyenangkan
bagi anak serta anak tidak merasakan bahwa mereka sedang belajar.
Metode pembelajaran yang diberikan kepada anak harus lebih menarik dan
lebih berinovasi. Perkembangan bagi anak usia dini diukur dari beberapa
aspek perkembangan anak yaitu, aspek fisik motorik, aspek sosial, aspek
emosional, aspek bahasa, aspek seni, aspek moral dan aspek keagamaan.
Oleh karena itu, agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara
optimal, diperlukan stimulasi dan metode pembelajaran yang tepat sesuai
kebutuhan anak.
Dilihat dari keenam aspek perkembangan di atas, penelitian ini
memfokuskan terhadap perkembangan sosial yaitu interaksi sosial anak
usia dini. Sejalan dengan penelitian Regina, dkk (2014) menyebutkan
bahwa “Perkembangan sosial merupakan salah satu aspek yang dianggap
penting untuk dikembangkan sebagai bekal kehidupan sekarang dan masa
yang akan datang”. Sutirna dalam Regina, dkk (2014) mengemukakan
bahwa perkembangan sosial merupakan “Proses perolehan kemampuan
untuk berperilaku yang sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam
diri seseorang dan sesuai dengan tuntunan dan harapan-harapan sosial
yang berlaku dalam masyarakat’’. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
3
perkembangan sosial terjadi proses interaksi antara anak dengan
lingkungan sosialnya yang nantinya akan terjadi pola hubungan saling
mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain. Tahap pembelajaran sosial
anak dimulai ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan di luar
keluarga, teman sebaya dan guru sekolah adalah orang terdekat
selanjutnya yang menuntut anak untuk mampu berinteraksi sosial dengan
baik untuk mengungkapkan pendapat, bertukar informasi, maupun sekedar
bercerita. Menurut Briggs dalam Nurmalitasari (2015: 103) :
“Masa perkembangan bayi hingga memasuki sekolah dasar menjadifondasi belajar yang kuat bagi anak untuk mengembangkankemampuan sosial menjadi lebih sehat dan anak siap menghadapitahapan perkembangan selanjutnya yang lebih rumit, pada tahap krisisinilah menjadi waktu yang tepat dalam meletakkan dasar-dasarpengembangan kemampuan sosial”.
Peran orang tua dan guru di sekolah dalam mengembangkan interaksi
sosial anak ditempuh dengan menanamkan sejak dini pentingnya
pembinaan perilaku dan sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan
yang baik. Teman sebaya sangat berperan untuk perkembangan interaksi
sosial anak, hal ini sejalan dengan penelitian Mayar (2013) bahwa
“Perkembangan sosial ditandai dengan adanya sikap anak untuk dapat
diterima di lingkungannya, dan anak akan merasa puas bila bersama
dengan teman-temannya”.
Masa prasekolah anak belajar dasar-dasar tingkah laku interaksi sosial
sebagai persiapan di masa mendatang, dimana perkembangan anak tertuju
pada upaya untuk menjelajahi serta menguasai lingkungan atau dunianya.
Kemampuan interaksi sosial anak sangatlah penting untuk dikembangkan.
4
Kemampuan interaksi sosial pada anak sangatlah penting dikembangkan
karena merupakan pondasi penting untuk anak dapat menyesuaikan diri
dengan baik dan berkembang ke taraf perkembangan yang baik pula. Dari
berbagai masalah kehidupan terlihat bahwa anak yang tidak terbiasa
melakukan hal-hal positif dalam berinteraksi sosial disebabkan kurangnya
pembiasaan, pelatihan, serta proses imitasi dan identifikasi yang tidak
tepat menyebabkan mereka mengalami kebingungan bahkan bermasalah
dalam menjalankan berbagai peran.
Perilaku sosial yang diharapkan dari anak pada usia ini ialah perilaku-
perilaku yang baik serta sesuai dengan norma yang berlaku, seperti
kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, percaya diri, jujur, adil, setia
kawan, kerjasama, sifat kasih sayang terhadap sesama dan memiliki
toleransi yang tinggi. Mengembangkan interaksi sosial anak di sekolah
diperlukan metode pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan
bermanfaat bagi anak serta membuat anak gembira. Pembelajaran dapat
dilakukan melalui bermain, karena dengan bermain dapat memberikan
dampak positif bagi anak yaitu anak akan lebih senang melakukan
pembelajaran.
Rocmah (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain guna untuk mencapai suatu tujuan tertentu dimana
5
siswa bekerja dalam kelompok kecil dan menerima penghargaan
berdasarkan kinerja kelompok mereka.
Oleh sebab itu untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran pada anak, guru
perlu memilih model pembelajaran yang menarik sehingga materi yang
disampaikan guru dapat diterima oleh anak. Model pembelajaran yang
dipilih oleh guru juga harus model pembelajaran yang dapat
mengembangkan keseluruhan aspek perkembangan anak usia dini
khususnya interaksi sosial anak, karena sudah kita ketahui bahwa peran
guru dan orangtua dalam menanamkan kebiasaan yang baik pada anak
sangat penting. Guru perlu memilih model pembelajaran apa yang tepat
untuk membantu anak dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial
anak.
Tabel 1. Presentase Hasil Observasi Perkembangan Interaksi SosialAnak Usia 5-6 Tahun
No. Kategori Perkembangan f %
1 Belum Berkembang 18 78,26%
2 Mulai Berkembang 4 17.39%
3 Berkembang SesuaiHarapan
1 4,35%
4 Berkembangan SagatBaik
- -
Jumlah 23 100%Sumber: Data perkembangan interaksi sosial TK Kartika II-27 Bandar
Lampung 2018/2019 diambil pada tanggal 15 Agustus 2018
Berdasarkan hasil observasi perkembangan interaksi sosial anak yang telah
dilakukan di TK Kartika II-27 Bandar Lampung kelas B3 anak usia 5-6
6
tahun dari 100% anak, 78,26% diantaranya masuk dalam kategori belum
berkembang, 17,39% masuk dalam kategori masih berkembang, 4,35%
masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan dan tidak terdapat anak
yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan. Aspek interaksi
sosial yang diukukur dapat dilihat dalam raport hasil belajar anak yang
dicatat oleh guru melalui beberapa aspek. Aspek sosial yang diukur
berdasarkan wawancara dengan guru yaitu tiba di sekolah tepat waktu,
bersikap antre, berbaris rapi, tidak mencela, mengurus diri sendiri,
menyayangi dan mensyukuri ciptaan Tuhan, menghormati guru/orangtua,
meminta maaf dan memafkan, serta jujur, dilihat dari aspek yang diukur
masih banyak anak yang belum berkembang aspek sosialnya.
Praktek interaksi sosial di sekolah dilakukan melalui kegiatan guru
mengajak anak untuk datang tepat waktu, merapikan alat belajar dan alat
permainan, membuang sampah pada tempatnya, berteman dengan siapa
saja dan jujur. Media yang digunakan untuk mengembangkan interaksi
sosial pada anak masih sangat terbatas. Anak masih belajar menggunakan
buku tulis dan media yang seadanya saja. Selain itu masih banyak anak
yang belum mengerti praktik sosial itu sendiri. Pada perkembangan sosial
khususnya interaksi sosial anak masih belum berkembang, dapat kita lihat
masih ada anak yang enggan untuk bergaul, berteman dengan anak
lainnya, malu untuk bertanya, malu mengeluarkan pendapat, lebih senang
menyendiri,asik sendiri, memilih-milih dalam berteman, serta lari keorang
tua ketika istirahat.
7
Sehingga mengembangkan aspek sosial anak khususnya aspek interaksi
sosial, peneliti dalam pembelajaran menggunakan metode dan media
pembelajaran yang menarik sehingga anak akan merasa senang ketika
mulai belajar. Model pembelajaran yang digunakan peneliti adalah model
pembelajaran kooperatif learning dengan bantuan media kartu bergambar.
Penelitian ini menggunakan model pembelajaraan kooperatif learning tipe
Make a Match.
Penelitian Rahyuni (2014) menjelaskan pembelajaran Make a match
merupakan pembelajaran yang mengutamakan pada penanaman
kemampuan sosial khususnya kerja sama serta kemampuan berinteraksi
dan dibantu dengan media kartu bergambar. Model pembelajaran Make a
Match adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan karena anak akan mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, sesuai dengan
prinsip pendidikan bahwa anak usia dini belajar melalui bermain. Model
ini diharapkan dapat membantu mengembangkan interaksi sosial anak usia
dini. Oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran
Make a Match dalam pengembangan interaksi sosial anak karena
sebelumnya di sekolah guru masih belum menerapkan model
pembelajaran ini.
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka nasalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan di sekolah masih monoton.
2. Rendahnya perkembangan sosial anak khususnya pada aspek interaksi
sosial anak usia 5-6 tahun.
3. Media yang digunakan dalam pembelajaran belum bervariasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah rendahnya perkembangan interaksi sossial pada anak
usia 5-6 tahun.
D. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah serta pembatasan
masalah yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
Rendahnya perkembangan aspek interaksi sosial anak di TK Kartika II-27
Bandar Lampung kelas B3 usia 5-6 tahun.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat diperoleh
permasalahan penelitian sebagai berikut:
“Apakah ada perbedaan perkembangan interaksi sosial anak usia 5-6 tahun
sebelum dan sesudah diberi perlakuan pembelajaran Make a Match?”
9
Sehingga peneliti mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Make a Match terhadap Perkembangan Interaksi Sosial
Anak Usia 5-6 Tahun”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan permasalahan yang telah dibuat maka
tujuan dari penelitian ini yaitu:
“Untuk mengetahui perbedaan perkembangan interaksi sosial anak usia 5-
6 tahun sebelem dan sesudah penerapan pembelajaran Make a Match.”
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat dan kegunaan baik secara langsung maupun tidak.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan untuk
mengembangkan aspek sosial anak usia 5-6 tahun.
2. Manfaat Praktis
Manfaat penelitian ditujukan untuk:
a. Guru
1. Menambahkan wawasan guru tentang berbagai macam media
pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek sosial anak.
10
2. Menambahkan wawasan guru tentang model pembelajaran
yang dapat digunakan oleh guru sehingga guru tidak monoton
menggunakan metode pembelajaran itu-itu saja.
b. Kepala Sekolah
Penelitian ini diharapkan menjadi suatu informasi bagi kepala
sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran khususnya
dalam mengembangkan aspek perkembangan interaksi sosial anak,
serta menggunakan metode pembelajaran dan media yang
menyenangkan, salah satunya dengan metode Make a Match
dengan menggunakan media kartu bergambar.
c. Peneliti Lain
Agar menambah wawasan serta sebagai bahan kajian lebih lanjut
bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih luas
dan mendalam mengenai perkembangan aspek interaksi sosial dan
pada anak usia 5-6 tahun.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Anak Usia Dini
Usia dini merupakan priode awal yang paling penting dan mendasar
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia.
Masa ini ditandai oleh berbagai priode penting yang fundamental dalam
kehidupan anak selanjutnya sampai priode akhir perkembangannya.
Menurut Mansur (2005: 88) “Anak usia dini adalah kelompok anak yang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Anak-
anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini”. Menurut
Sujiono (2014: 5) “Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi
kehidupan selanjutnya”.
Dunia anak berbeda dengan dunia orang dewasa, anak-anak memiliki
pribadi yang unik. Sering kali kita merasa tingkah mereka lucu,
menggemaskan, bahkan menjengkelkan, tetapi itulah dunia mereka. Anak
usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Hurlock (2000: 22) menyebut :
12
“Usia dini sebagai masa kanak-kanak awal yang mengacu pada usiaprasekolah untuk membedakan dengan masa ketika anak harusmenghadapi tugas-tugas pada saat mulai mengikuti pendidikan formal.Selain usia prasekolah, masa kanak-kanak awal disebut pula masa usiabermain karena anak dini menghabiskan sebagian besar waktunyauntuk bermain dengan mainan”.
John Locke di dalam Fiah (2017: 139), menjelaskan bahwa :
“Anak merupakan kertas putih yang berada dan hidup dalamlingkungan yang sangat berpengaruh terhadap proses pembentukandirinya. Lingkungan yang akan membentuk dan member warnakepada anak, warna ini merupakan bentuk dari pengalaman hidupanak. Melalui pengalaman yang didapat anak dari lingkungannyamenentukan pola pikir dan sifat alami atau karakter anak”.
Oleh sebab itu pada masa inilah anak memerlukan stimulus untuk
mengembangkan segala aspek perkembangannya. Beberapa definisi di atas
dapat peneliti simpulkan bahwa anak usia dini adalah individu yang berada
pada rentang usia 0-8 tahun dan sedang mengalami proses perkembangan
pesat dan fundamental, serta memerlukan stimulus yang baik dalam
mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Masa anak-anak yaitu masa di
mana anak belum mampu mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Sehingga dibutuhkan pendidikan sebagai usaha untuk
mengoptimalkan segala aspek perkembangan pada anak tersebut, antara
lain perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosional, seni, moral agama,
dan fisik motorik.
B. Teori Belajar Anak Usia Dini
Semua anak di dunia ini dari kalangan manapun mereka berasal, pasti
gemar bermain. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat
berbeda dengan aktivitas lain seperti berkerja yang selalu dilakukan orang
dewasa dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Bermain digunakan anak
13
sebagai salah satu kegiatan belajar, seperti yang kita ketahui bahwa anak
belajar melalui bermain. Berikut ini merupakan teori belajar melalui
bermain untuk anak usia dini :
1. Teori Psikoanalisis
Teori ini dikembangkan oleh Sigmund Freud dan Erik Erikson. Freud
dalam Sujiono (2013: 59) “Memandang manusia sebagai makhluk biologi
yang kompleks, baik dalam hal sosial, emosional dan juga sebagai suatu
organisme yang dapat berpikir”. Dalam Muthia (2010: 21) “Teori
psikoanalisis menurut Freud menekankan pada dorongan-dorongan
seksual, sedangkan teori Erikson lebih menekankan pada aspek-aspek
perkembangan sosial anak”. Freud dalam Tedjasaputra (2001) memandang
bermain sebagai fantasi atau lamunan. Freud percaya bahwa bermain
memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak. Freud
dalam Tedjasaputra (2001: 7) menjelaskan “Anak dapat mengeluarkan
semua perasaan negatif, seperti pengalaman tidak
menyenangkan/traumatik dan harapan-harapan yang tidak terwujud dalam
realita melalui bermain. Melalui bermain, anak dapat mengambil peran
aktif sebagai pemrasaran dan memindahkan perasaan negatif ke objek
bermain”. Secara garis besar Freud menegaskan bahwa bermain menjadi
cara anak untuk menyelesaikan masalahnya.
Teori psikoanalisis menekankan pada pengalaman masa bayi dan anak-
anak mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap perkembangan
kepribadian anak. Freud membagi tingkat perkembangan anak dalam
beberapa fase, dalam penelitian ini fase yang dipakai adalah fase latensi
14
(5-12 tahun) fase dimana sudah adanya rasa malu pada anak. Kesimpulan
dari teori ini adalah, anak menjadikan bermain sebagai alat melepaskan
emosinya dan anak akan belajar melalui pengalaman yang sudah
didapatnya saat ia masih bayi dan pengalamannya pada masa kanak-kanak.
2. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan kekuatan yang luar biasa di bidang psikologi
perkembangan. Slavin (2011: 58) menyebutkan, karya Vygotsky
didasarkan pada dua gagasan utama, yang pertama Vygotsky berpendapat
bahwa “Perkembangan intelektual dapat dipahami hanya berdasarkan
konteks historis dan budaya yang dialami anak”. Kedua Vygotsky percaya
bahwa “Perkembangan bergantung pada sistem tanda yang dapat
membantu orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah”.
Menurut Fadlillah (2017: 33) teori ini menekankan kepada pemusatan
hubungan sosial sebagai hal penting yang mempengaruhi perkembangan
kognitif, karena pertama-tama anak menemukan pengetahuan dalam dunia
sosialnya, kemudian menjadi bagian dari perkembangan kognitifnya. Hal
ini sejalan dengan pendapat Vigotsky dalam Tedjasaputra (2001) yang
menjelaskan bahwa “Perkembangan kognitif anak sangat berkaitan dengan
perkembangan sosial emosionalnya, karena dalam bermain anak
memerlukan bantuan khusus (scafolding) ketika meminta bantuan maka
anak akan menggunakan bahasa, daya ingat dan kerja sama teman”.
Sumber bantuan yang dibutuhkan anak adalah bantuan yang dapat
diperoleh dari sesama teman, guru, orang tua dan saudara. Bantuan yang
diberikan kepada anak akan menciptakan interaksi sosial anak dengan
15
orang lain, sehingga akan mencapai suatu pencapaian kognitif yang
diharapkan. Jadi kesimpulan dalam teori ini adalah anak dalam bermain
akan menemukan masalah dan dalam menyelesaikan masalahnya anak
membutuhkan bantuan teman sebaya, guru dan orang tua menggunakan
interaksi sosial sehingga dapat memecahkan masalahnya.
3. Teori Belajar Sosial
Teori ini merupakan pengembangan dari teori belajar yang sudah
dikemukakan oleh Pavlov, Waston, maupun Skinner. Teori belajar
interaksi sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep dari
teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman
dan evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman
langsung atau pengamatan (mencontoh model). Menurut Bandura dan
Walter dalam Pratisti (2008: 38) menjelaskan bahwa “Teori belajar sosial
ini beranggapan bahwa perilaku, lingkungan, dan kognisi merupakan
kunci keberhasilan dalam perkembangan”. Hurlock (2000) dalam bukunya
menjelaskan bahwa “Apabila anak sudah memasuki usia sekolah dan anak
telah diterima dalam kelompok bermainnya, maka anak akan memulai
kegiatan bermain kerja sama yang akan menimbulkan interaksi antar anak,
kerja sama dalam kelompok anak serta saling membantu satu sama lain”.
Inti dari teori ini adalah pembentuk perilaku sosial anak melalui kegiatan
bermain dengan mengamati dan melakukan interaksi sosial dengan teman
sebayanya.
16
Dari ketiga teori belajar di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teori Vygotsky dan teori belajar
sosial, karena kedua teori di atas merupakan teori bermain yang
berpusatkan pada perilaku sosial dan interaksi anak sehingga akan
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini.
C. Perkembangan Interaksi Sosial Anak Usia dini
1. Pengertian Interaksi Sosial Anak Usia Dini
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok
dengan kelompok. Bonner dalam Sukmadinata (2010: 43) menjelaskan
bahwa “Interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau lebih individu
dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”. Menurut
Sukmadinata (2010: 43) “Hubungan antara anak dengan teman sebaya
merupakan bagian dari interaksi sosial yang dilakukan anak di
lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat”. Sedangkan
Susanto (2011: 137) menjelaskan bahwa :
Interaksi sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan oranglain, kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukaninteraksi sosialisasi dalam hal bertingkah laku yang dapatditerima oleh orang lain, belajar memainkan peran yang dapatditerima oleh orang lain, serta upaya mengembangkan sikapinteraksi sosial yang layak diterima oleh orang lain.
Menurut beberapa pendapat ahli di atas maka dapat peneliti simpulkan
bahwa interaksi sosial merupakan hubungan anak dengan dua atau
lebih individu yang melakukan kegiatan sosialisasi dan menghasilkan
17
suatu tindakan yang dapat mengubah, mempengaruhi, dan
memperbaiki kelakuan individu yang lain dan dapat diterima oleh
orang lain.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Masa-masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-
dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, berpikir,
keterampilan berbahasa dan berbicara, dan bertingkah laku sosial. Salah
satu keterampilan sosial yang harus dimiliki anak adalah kemampuan
interaksi sosial. Menurut Susanto (2011: 154) “Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini, yang pertama adalah
faktor internal dan kedua faktor eksternal”. Faktor internal meliputi hal-
hal yang diturunkan dari orang tua, sedangkan faktor eksternal meliputi
faktor yang diperoleh anak dari luar dirinya seperti faktor keluarga,
faktor gizi, budaya dan teman bermain. Menurut Indarti (2007: 6)
“Kemampuan interaksi anak dipengaruhi oleh berbagi hal antara lain,
interaksi dengan keluarga, perkembangan pikiran anak, munculnya rasa
percaya pada diri anak, dan kebutuhan akan perhatian dan empati.
Sedangkan menurut Daeng dalam Syaodih (2010: 114) menjelaskan
bahwa ada 8 faktor yang mempengaruhi interaksi anak, yaitu:
1. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang sekitar dariberbagai usia dan latar belakang.
2. Banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul denganorang-orang yang berbeda latar belakangnya.
3. Adanya minta dan motivasi untuk bergaul.4. Adanya pengalaman yang menyenangkan dalam bergaul.5. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang yang menjadi model
anak dalam bergaul.6. Adanya bimbingan yang dilakukan secara sengaja oleh orang yang
dijadikan anak model dalam bergaul.
18
7. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak,dan
8. Adanya topik pembicaraan yang dimengerti oleh lawan bicara.
Maka dari beberapa pendapat ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi interaksi sosial pada anak pada
dasarnya ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal
meliputi pikiran anak, rasa percaya diri, kebutuhan anak akan empati dan
perhatian, pengalaman bergaul anak, motivasi untuk bergaul, dan adanya
pengalaman menyenangkan dalam bergaul. Sedangkan faktor eksternal
meliputi keluarga, gizi, budaya, teman bermain, kesempatan untuk
bergaul, bimbingan dari orangtua, kemampuan komunikasi yang dimiliki
anak, dan penguasaan topik pembicaraan.
3. Macam-macam Interaksi Sosial
Interaksi sosial tidak hanya terjadi antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya, melainkan interaksi sosial dapat terjadi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun interaksi
interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok. Menurut Maryati dan
Suryawati (2003: 23) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Interaksi antara individu dan individu, dalam hubungan ini dapat
terjadi interaksi positif ataupun interaksi negatif. Interaksi positif,
jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi
negatif, terjadi jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak
atau keduanya (bermusuhan).
19
b. Interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi inipun dapat
berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi
interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai
situasi dan kondisinya.
c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok. Interaksi sosial
kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan
kehendak pribadi.
Sedangkan menurut Santosa (2004: 27) interaksi interaksi sosial terdiri
dari empat macam, yaitu:
a. Interaksi antara individu dengan diri pribadi.
b. Interaksi antara individu dengan individu.
c. Interaksi antara individu dengan kelompok.
d. Interaksi antara kelompok dengan kelompok.
Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa
macam-macam interaksi sosial terdiri dari tiga macam, yaitu:
a. Interaksi antara individu dan individu.
b. Interaksi antara individu dan kelompok, dan
c. Interaksi antara kelompok dan kelompok.
4. Ciri-ciri Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan interaksi
sosial yang dinamis. Menurut Santosa (2004: 11) interaksi sosial memiliki
beberapa ciri-ciri, yaitu: (1) Adanya hubungan, (2) Adanya individu, (3)
Adanya tujuan, dan (4) Adanya tujuan. Sedangkan menurut Tim Sosiologi
20
(2002: 23), ada empat ciri-ciri interaksi sosial yaitu : (1) Jumlah pelakunya
lebih dari satu orang, (2) Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui
kontak interaksi sosial, (3) Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, dan
(4) Dilaksanakan melalui suatu pola sistem interaksi sosial tertentu.
Berdasarkan penjelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
interaksi interaksi sosial yaitu, (1) Ada beberapa individu, (2) ada
komunikasi didalamnya, (3) Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas,
dan (4) Terjalin dalam struktur kelompok.
5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk interaksi sosial menurut Park dan Burgess dalam Santosa (2004:
23) dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Kerja Sama Sosial, adalah usaha antar individu maupun kelompok
untuk bergabung demi mencapai tujuan yang sama.
b. Akomodasi, adalah bentuk pola interaksi interaksi sosial antar
individu atau kelompok yang terfokus pada kemungkinan pertama,
yaitu untuk meredakan pertentangan konflik.
c. Asimilasi, adalah sebuah interaksi interaksi sosial yang dilakukan
sebagai upaya pembaruan dua kebudayaan yang membentuk sebuah
kebudayaan baru dan dapat disertai dengan hilangnya cirri khas
kebudayaan asli.
d. Akulturasi atau yang biasa disebut kontak kebudayaan adalah sebuah
proses masuknya kebudayaan asing ke dalam suatu kelompok tanpa
menghilangkan ciri-ciri kebudayaan lokal.
21
Sedangkan menurut Tim Sosiologi (2002: 49) interaksi sosial
dikategorikan dalam dua bentuk, yaitu :
a. Interaksi sosial asosiatif yang meliputi kerjasama, akomodasi,
asimilasi, dan akulturasi.
b. Interaksi sosial disosiatif, meliputi persaingan, kontravensi, dan
konflik.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan betuk interaksi
sosial terdiri dari beberapa bentuk, yaitu : kerjasama, asimilasi, akomodasi,
akulturasi, persaingan, kontravensi dan konflik. Untuk penelitian ini,
peneliti menggunakan satu bentuk interaksi yaitu kerjasama, sesuai dengan
model pembelajaran yang digunakan.
Menurut Santosa (2004: 22) “Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi
sosial ketika tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan
tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan
sehingga setiap individu hanya dapat mencapai tujuan apabila individu lain
mencapai tujuannya”. Sedangkan kerjasama menurut Tim Sosiologi (2002:
49) menjelaskan bahwa kerjasama adalah suatu usaha bersama antara
orang perorangan tau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kerjasama
adalah suatu usaha dari individu atau kelompok dalam mencapai suatu
tujuan bersama.
22
D. Konsep Bermain Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
membantu anak dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai
dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara
bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan
motivasi, keterampilan sosial, produktivitas, dan perolehan belajar.
Melalui pembelajaran kooperatif anak dapat belajar dari anak lain, bukan
hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran.
Menurut Stahl dalam Haenilah (2015: 142) “Proses pembelajaran
cooperative learning ini mampu merangsang dan menggugah potensi
anak secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 2 sampai 6 orang anak”. Nurulhayti dalam Rusman (2012:
203) menjelaskan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siwa dalam satu kelompok kecil
untuk saling berinteraksi”. Serta menurut (Johnson & Johnson, 1989),
(Johnson, Johnson & Holubec, 1993), (Lawrence dan Harvey,1988) dalam
Haenilah (2015: 143) pada intinya “Cooperative learning merupakan
strategi pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokkan anak
dengan karateristik yang berbeda-beda ke dalam kelompok-kelompok
kecil. Di dalam kelompok dibanguniklim saling ketergantungan yang
positif antara anak agar tercipta pembelajaran yang berkualitas”.
23
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat peneliti simpulakn
bahwa coopetarive learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 6 orang dengan struktur
kelompok yang bersifat homogeny dan saling ketergantungan yang positif
antara anak sehingga tercipta pembelajaran yang berkualitas. Model
pembelajaraan kooperatif yang peneliti pakai dalam penelitian ini yaitu
model pembelajaran tipe Make a Match. Metode ini dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam
suasana yang menyenangkan.
E. Model Pembelajaran Make a Match
Menurut Rusman (2012: 223), “Model pembelajaran Make a Match
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Lena Curran dengan teknik mencari pasangan sambil belajar mengenai
konsep dalam suasana menyenangkan”. Kemudian Suyatno (2009: 72)
mengungkapkan bahwa “Model Make a Match adalah model pembelajaran
dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan
menyiapkan kartu jawaban dan kemudian siswa mencari pasangan
kartunya”. Lebih lanjut, Huda (2012: 135) mengatakan “Make a match
merupakan salah satu pendekatan konseptual yang mengajarkan siswa
memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, efektif, interaktif, dan
menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan bertahan
lama dalam struktur kognitif siswa”. Hal ini sejalan dengan pendapat
24
Isjoni (2007: 77) menyatakan bahwa “Make a match merupakan model
pembelajaran mencari pasangan sambil belajar konsep dalam suasana yang
menyenangkan”.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat peneliti simpulkan
bahwa pembelajaran Make a Match merupakan pembelajaran kooperatif
yang menggunakan teknik mencari pasangan dan mengajarkan siswa
memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, efektif, interaktif dan
menyenangkan sehingga konsep akan mudah dipahami oleh anak. Model
pembelajaran Make a Match ini sangat sesuai digunakan untuk
mengembangkan aspek interaksi sosial anak karena model ini
mengutamakan penanaman kemampuan bekerja sama, kemampuan
berinteraksi dan kemampuan berpikir melalui permainan mencari
pasangan dengan kartu bergambar.
1. Langkah-langkah Pembelajaran Make a Match
Menurut Rusman (2012: 223) langkah-langkah pembelajaran Make a
Match sebagai berikut:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik
yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan
sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal
dari kartu yang dipegang.
c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu serupa dengannya
(kartu soal/kartu jawaban).
d) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
25
e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
f) Kesimpulan.
Menurut Ngalimun (2014: 176) menjelaskan langlah-langkah
pembelajaran Make a Match yaitu sebagai berikut:
a) Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan/permasalahan dan
kartu yang berisi jawabannya.
b) Setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan
berusaha menjawabnya.
c) Setiap siswa mencari kartu yang cocok dengan persoalannya.
d) Siswa yang benar mendapatkan reward.
e) Kartu di kumpulkan dan di kocok ulang untuk babak berikutnya.
f) Penyimpulan dan evaluasi.
Menurut Huda (2014: 251) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
Make a Match yaitu sebagai berikut:
a) Membuat beberapa pernyataan yang sesua dengan materi yang
dipelajari, kemudian menulisnya dalam kartu pertanyaan.
b) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah
dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik
jika kartu pertanyaan dan jawaban berbeda warna.
c) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil
dan sanksi bagi siswa yang gagal.
d) Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang
berhasil sekaligus untuk penilaian anak.
Berdasarkan beberapa penjelasan ahli tentang langkah-langkah
pembelajaran Make a Match di atas, maka kesimpulannya pembelajaran
Make a Match dapat dilalui melalui tiga tahap, yaitu:
26
a. Persiapan
Persiapan merupakan langkah awal yang dilakukan oleh peneliti
sebelum memulai kegiatan permainan. Hal-hal yang termasuk dalam
persiapan adalah:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep/topik dan kartu yang berisi jawabannya.
2. Guru menjelaskan aturan permainnya.
3. Anak dibagi dalam kelompok kecil.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
berlangsungnya suatu kegiatan permainan. Hal-hal yang termasuk
dalam pelaksanaan adalah:
1. Anak mencari pasangan kartu yang dimilikinya (kartu soal/kartujawaban).
2. Siswa yang benar mendapatkan reward.3. Satu babak selesai kartu dikumpulkan dan dikocok ulang, agar
setiap anak mendapatkan kartu yang berbeda dari babaksebelumnya.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang akan membahas kembali
apa yang sudah dilaksanakan dan melakukan penilaian mengenai
suatu kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Hal-hal yang
termasuk dalam evaluasi adalah, penyimpulan dan evaluasi.
27
2. Penelitian Terdahulu yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Weni, dkk (2016), di Melawi
Kalimantan Barat.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
dengan hasil perhitungan analisis statistik uji-t diperoleh thitung =
0,328 > ttabel = -1,708 terhadap aspek perkembangan kognitif dan
sosial emosional, dengan rata-rata 73,29 pada perkembangan
kognitif dan 75,24 untuk perkembangan sosial emosional, sehingga
ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make
a match terhadap perkembangan kognitif dan interaksi sosial
emosional anak usia dini di TK Negri Pembina Pinong. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe make a match terhadap perkembangan kognitif dan
interaksi sosial emosional pada anak usia dini dilakukan di TK
Negeri Pembina Nanga Pinoh.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Indrawan, dkk (2017), di
Tarakan, Kalimantan Utara
Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan delapan kali
observasi terhadap kemampuan interaksi sosial siswa, diperoleh data
skor tiap indikator. Indikator “kerja sama” menunjukkan skor 410,
indikator “mau berbagi” menunjukkan skor 438, indikator “sikap
saling menghargai” menunjukkan skor 424, dan indikator “sikap
empati” menunjukkan skor 225. Penelitian kuantitatif ini
menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dalam bentuk
28
Reversal Time Series Design. Populasi dalam penelitian ini adalah
56 siswa kelas B1 TKK St. Fransiskus Xaverius Tarakan yang
kemudian diambil sepuluh siswa sebagai sampel. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh metode permainan edukatif
terhadap interaksi interaksi sosial siswa taman kanak-kanak.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2015), di Tuban.
Uji Validitas berdasarkan penilaian para ahli (judgement expert),
sedangkan Uji reliabilias menggunakan Cronbach's Alpha dengan
bantuan SPSS 22.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemainan
kooperatif efektif digunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial
siswa TK A BAS Tuban. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan skor ketrampilan sosial sebesar 76 % dengan kategori
kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
permainan kooperatif melalui media merancang gambar untuk
meningkatkan keterampilan interaksi sosial siswa TK A Bina Anak
Sholeh (BAS) Tuban.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Perdani (2014), di Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kemmis dan
Taggrat yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Sampel terdiri dari 20 anak berusia 5-
6 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan interaksi
sosial anak TK kelas B melalui metode permainan tradisional
bermain dapat meningkat sebesar 42,13% dari pra-intervensi rata-
29
rata kelas dan 54,13% pada hasil posttest. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan informasi dan data tentang upaya meningkatkan
keterampilan interaksi sosial anak kelas B melalui metode bermain
permainan tradisional bermain di TK Nurul 'Ain, Desa Gue Gajah,
metode Aceh Besar.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan jika dikaitkan
dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti ialah ada kesamaan
yakni sama-sama menggunakan model pembelajaran Make a Match
dalam PAUD, namun terdapat perbedaan dalam aspek yang akan di
ukur, dalam penelitian ini peneliti akan mengukur aspek interaksi
sosial anak usia dini.
F. Kerangka Pikir Penelitian
Perkembangan interaksi sosial pada anak merupakan kondisi sosial dan
kemampuan anak merespon lingkungannya di usia sebelumnya. Para ahli
juga sepakat bahwa perkembangan interaksi sosial anak bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dirinya, bagaimana cara anak berhubungan dengan
orang lain yaitu teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya.
Perkembangan sosial meliputi : kompetensi sosial (menjalin hubungan
dengan kelompok sosial), kemampuan sosial (perilaku yang digunakan
dalam situasi sosial), kognisi sosial (pemahaman terhadap pemahaman,
tujuan dan prilaku diri sendiri dan orang lain), perilaku prososial
(kesediaan untuk berbagi, membantu, berkerjasama, merasa nyaman dan
aman, dan mendukung orang lain), serta penguasaan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan dan moralitas (perkembangan dalam menentukan standar
30
baik dan buruk). Kemampuan berperilaku interaksi sosial perlu dimiliki
sejak anak masih kecil sebagai suatu fondasi bagi perkembangan
kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas.
Ketidak mampuan anak berperilaku interaksi sosial yang diharapkan
lingkungannya, dapat berakibat anak terkucil dari lingkungan, tidak
terbentuknya kepercayaan pada diri sendiri, menarik diri dari lingkungan,
dan sebagainya. Akibatnya anak akan mengalami hambatan dalam
perkembangan selanjutnya.
Pada dasarnya anak, khususnya anak usia dini memiliki keinginan yang
kuat untuk dapat diterima oleh kelompoknya. Ia akan terus berusaha untuk
dapat bergabung dan diakui oleh kelompok sebayanya. Bila anak itu tidak
diakui oleh kelompoknya, maka ia akan mencari cara lain untuk dapat
diterima dalam kelompok sebaya tersebut. Perkembangan interaksi sosial
pada anak usia dini dapat dioptimalkan dengan model pembelajaran yang
dibungkus dengan permainan. Sebagaimana diungkapkan para ahli bahwa
anak itu belajar melalui bermain, untuk meningkatkan perkembangan
interaksi interaksi sosial anak dapat menggunakan model pembelajaran
Make a Match. Model ini menggunakan pembelajaran berkelompok
(kooperatif learning), keunggulan model pembelajaran ini adalah anak
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam
suasana yang menyenangkan serta didalam pembelajaran ini mengutamakn
kerjasama, yang secara tidak langsung akan melatih anak dalam
kemampuan berinteraksi. Selain menggunakan model pembelajaran yang
menarik, guru juga harus menyediakan media pembelajaran yang menarik
31
untuk meningkatkan keinginan anak untuk belajar, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan media kartu bergambar.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah menggunakan
model pembelajaran Make a Match menunjukkan bahwa penggunaan
model pembelajaran Make a Match menunjukkan hasil yang efektif
digunakan untuk meningkatkan perkembangan interaksi sosial anak. Pada
penelitian kali ini peneiliti menggunakan metode pembelajaran Make a
Match untuk meningkatkan perkembangan interaksi interaksi sosial.
Diharapkan penelitian menggunakan model pembelajaran Make a Match
ini dapat meningkatkan perkembangan interaksi interaksi sosial anak yang
belum berkembang. Pada penelitian ini terdapat dua variable yaitu variabel
bebas (penggunaan model pembelajaran Make a Match /X) yang akan
mempengaruhi variabel terikat (perkembangan interaksi sosial anak/Y).
Maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
PembelajaranMake a Match
X
PerkembanganInteraksi Interaksi
sosial Anak
Y
32
G. Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah selanjutnya dalam
penelitian setelah tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang sudah
dikemukakan sebelumnya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
“Apakah terdapat pengaruh penggunaan pembelajaran Make a Match
terhadap perkembangan interaksi sosial anak usia 5-6 tahun”.
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu Pre-
Eksperimental Design. Penelitian ini menggunakan desain One-Shot Case
Study, dalam desain ini terdapat satu kelompok yang diberi
treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Treatment
adalah sebagai variabel independen, dan hasil sebagai varianel dependen.
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2. Desain Penelitian
Sumber : Sugiyono (2014: 74)
Keterangan:
X : Treatment yang diberikan (variabel independen)
O : Observasi (variabel dependen)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa usia 5-6 tahun di TK
Kartika II-27 Kedaton Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018
yang berjumlah 77 siswa.
X O
34
2. Sampel
Pengukuran sampel merupakan langkah untuk menentukan besarnya
sampel yang akan diambil dalam melaksanakan penelitian dalam suatu
obyek. Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Pengambilan sample menggunakan purposive
karena dengan menggunakan pertimbangan tertentu, yang menjadi
pertimbangan dalam penelitian ini adalah bahwa populasi usia 5-6
tahun hanya terdiri dari tiga kelas dan hanya dua kelas yang terdapat
anak usia 5-6 tahun didalamnya sedangkan satu kelas lainnya terdapat
usia 4-5 tahun didalamnya. Maka sampel dalam penelitian ini peneliti
ambil yaitu kelas B3, yang berjumlah 23 anak berusia 5-6 tahun.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan :
a. Pembuatan kisi-kisi instrument penelitian
b. Membuat Rancangan Kegiatan Harian (RKH)
c. Pembuatan lembar observasi/pedoman observasi
d. Menyiapkan media sesuai dengan permainan yang akan digunakan
untuk meneliti
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pertemuan akan dilakukan selama empat kali pertemuan
b. Lembar observasi/pedoman observasi digunakan sebelum dan
sesudah menggunakan pembelajaran Make a Match.
35
3. Tahap Pengumpulan Data
a. Observasi
Pengumpula data dalam penelitian ini menggunakan observasi.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan didalam kelas ketika guru
sedang megajar, guna untuk melihat dan mengamati model
pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses belajar-mengajar.
b. Dokumentasi
Pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan metode
dokumentasi. Dokementasi dalam penelitian ini yaitu
mendokumentasikan rapot anak, yang bertujuan untuk melihat
aspek perkembangan sosial emosional yang dinilai oleh guru.
4. Tahap Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data dari hasil penelitian yang diperoleh
melalui kisi-kisi instrument, dokumentasi dan pedoman observasi.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas B3 TK Kartika II-27 Bandar
Lampung, yang beralamat di Jl. Pagar Alam No.23 Kedaton, Kota
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2018/2019.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 2 minggu berturut-turut, minggu ke-1
tanpa pembelajaran Make a Match dan minggu ke-2 dengan
36
pembelajaran Make a Match. Pembelajaran dimulai pukul 07.30-11.00
WIB. Pembelajaran dilaksanakan selama 120 menit untuk setiap
pertemuannya.
E. Variabel Penelitian
Vaiabel dibedakan menjadi dua yaitu : variabel bebas atau variabel
independen (X) dan variabel terikat atau variabel dependen (Y). Variabel
bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan
variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variable bebas (X)
dalam penelitian ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran Make a Match,
sedangkan variable terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Perkembangan
Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun.
F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel
1. Definisi Konseptual
a. Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match (Variabel X)
Pembelajaran Make a Match merupakan pembelajaran kooperatif
yang menggunakan teknik mencari pasangan dan mengajarkan
siswa memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, efektif,
interaktif dan menyenangkan sehingga konsep akan mudah
dipahami oleh anak.
37
b. Perkembangan Interaksi Sosial Anak Usia Dini (Variabel Y)
Perkembangan interaksi sosial merupakan hubungan anak dengan
dua atau lebih individu yang melakukan kegiatan sosialisasi dan
menghasilkan suatu tindakan yang dapat mengubah,
mempengaruhi, dan memperbaiki kelakuan individu yang lain dan
dapat diterima oleh orang lain.
2. Definisi Operasional
a. Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match (Variabel X)
Berdasarkan definisi konseptual maka secara operasional
pembelajaran Make a Match dijabarkan dalam indikator untuk
mengukur pencapaiannya. Indikator tersebut antara lain: anak mau
mencari pasangan kartu yang disediakan guru, anak mau
mencocokkan kartu yang sudah disediakan, dan anak mau
menceritakan kembali tentang kartu yang didapatnya. Adapun
bentuk pembelajaran Make a Match yang dilakukan dengan
bantuan kartu bergambar adalah mencari kartu bergambar
dikeranjang secara indoor, mencari kartu bergambar secara
outdoor, memasangkan dan menempel kartu bergambar dikarton,
dan membuat puzzle menggunakan kartu bergambar.
b. Perkembangan Interaksi Sosial Anak Usia Dini (Variabel Y)
Nilai yang diperoleh dari observasi terhadap anak menggunakan
satu aspek perkembangan yaitu interaksi sosial anak dengan
indikator, anak mau bermain ketika diajak teman, anak merapihkan
mainan, anak membantu teman, anak membenarkan jawaban yang
38
salah, anak mencuci kedua tangan, anak mendengarkan ketika
teman memberi nasihat, anak menolong teman yang kesusahan,
anak bertanya ketika mengalami kesulitan, anak mengucapkan kata
tolong ketika meminta sesuatu, anak meminta maaf ketika
melakukan kesalahan, anak memperhatikan ketika guru
menjelaskan, anak mengucapkan terimakash setelah dibantu, anak
mau bermain ketika diajak teman, anak menjawab ketika teman
bertanya, anak menolong teman, anak tidak menolak ketika
dikelompokkan oleh guru, anak menceritakan kembali pengalaman
bermain didepan kelas, anak bernyanyi didepan kelas, anak
mencari pasangan kartu, anak menyelesaikan tugas, anak
merapikan mainan, anak mencari kartu pasangan bersama teman,
dan anak tidak menyalahkan teman lainnya ketika melakukan
kesalahan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan
dokumentasi. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
penting, karena data yang dikumpulkan akan digunakan sebagai
pemecahan masalah yang sedang diteliti. Teknik pengumpulan data
dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati
tidak terlalu besar, dalam menggunakan metode observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamatan
39
sebagai instrumen. Oleh karena itu salah satu pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan lembar observasi berupa instrument penilaian.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Pengumpulkan data penelitian ini menggunakan instrumen non test.
Teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji
peserta didik. Non test biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar
yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa
yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang
diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrumen ini berhubungan
dengan penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan
dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik.
Penyusunan instrumen dilakukan sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Pada penelitian kali ini uji validitas yang digunakan adalah validitas uji
ahli (construct validity) dan uji validitas isi (content validity). Pada
setiap instrument terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan
yang digunakan untuk menguji validitas butir-butir instrument yang
telah dikonsultasikan dengan ahli maka diuji cobakan dan dianalisis
dengan analisis item. Pada penelitian ini instrument divaliditasi oleh
dosen Fkip Pg-Paud Unila. Instrumen penelitian ini dapat dilihat
dilampiran.
40
2. Uji Reabilitas
Reabilitas berarti instrument yang digunakan mampu memberikan
informasi yang tetap, meskipun pengujian dilakukan oleh orang lain
walaupun diwaktu yang berbeda tapi instrument tersebut masih bisa
digunakan. Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan tehnik
belah dua (Internal Consistency), karena dalam pengujian ini terdapat
dua macam skor, yaitu skor belahan pertama (skor ganjil) dan skor
belahan kedua (skor genap). Hasil analisis dapat digunakan untuk
memprediksi reabilitas instrument. Pengujian reabilitas instrumen
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman Brown (Split
Half) :
Gambar 3. Rumus Spearman Brown (Sugiyono 2014: 131)
Keterangan :
ri : Reabilitas internal seluruh instrumenrb : Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
I. Kisi-Kisi Instrumen
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang digunakan
adalah metode skala perkembangan interaksi sosial anak dan mode skala
pembelajaran Make a Match. Berikut adalah kisi-kisi instrumen skala
perkembangan interaksi sosial anak:
41
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Pembelajaran Make a Match
Variabel Dimensi Indikator
Pembelajaran Make aMatch
Pelaksanaan - Anak mau mencaripasangan kartu yangdisediakan guru
- Anak mau mencocokkankartu yang sudahdisediakan
- Anak mau mencertiakankembali tentang kartuyang didapatnya
Tabel diatas terdiri dari 3 indikator sesuai dengan tingkatan usia anak 5-6
tahun, dimana data yang diperoleh dengan 4 skala penilaian yaitu, Kurang
Aktif, Belum Aktif, Aktif, dan Sangat Aktif.
Tabel 3. Kisi-kisi Intrumen Perkembangan Interaksi Sosial Anak
Variabel Dimensi Indikator
Interaksi Sosial Hubungan antara dua ataulebih individu yang salingmempengaruhi danmengubah
- Anak mau bermain ketika diajakteman
- Anak membantu teman
Kegiatan yang dapat diterimaoleh orang lain
- Anak merapihkan mainan
- Anak membenarkan jawaban yangsalah
- Anak mencuci kedua tangan
- Anak menolong teman tanpadiminta
Sikap dapat diterima oranglain
- Anak mendengarkan ketika temanmember nasihat
- Anak mengucapkan kata tolongketika meminta sesuatu
42
- Anak meminta maaf ketikamelakukan kesalahan
- Anak memperhatikan ketika gurumenjelaskan
- Anak mengucapkan terimakasihsetelah dibantu
Interaksi antara individu danindividu
- Anak bertanya ketika mengalamikesulitan
- Anak mau bermengajak temanbermain
- Anak menjawab ketika temanbertanya
- Anak menolong teman yangkesulitan
- Anak merapikan mainan
Interaksi antara individu dankelompok
- Anak tidak menolakdikelompokkan dimana saja
- Anak menceritakan kembalipengalaman bermain didepan kelas
- Anak bernyanyi didepan kelas
- Anak mencari pasangan kartu
- Anak menyelesaikan tugas denganteman sekelompok
- Anak mencari pasangan kartu
Kerjasama - Anak mencari pasangan kartudengan teman sekelompok
- Anak menyelesaikan tugas denganteman sekelompok
- Anak tidak menyalahkan temanketika melakukan kesalahan
Tabel diatas terdiri dari 23 indikator sesuai dengan tingkatan usia anak 5-6
tahun, dimana data yang diperoleh dengan 4 skala penilaian yaitu, Belum
Berkembang, Mulai Berkembang, Berkembang Sesuai Harapan, dan
Berkembang Sangat Baik.
43
J. Teknik Analisis Data
Setelah dilakukan perlakuan, data yang telah diperoleh dianalisis untuk
mengetahui besarnya peningkatan perkembangan sosial pada anak usia 5-6
tahun. Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar dalam menguji
hipotesis penelitian. Untuk menyajikan data secara singkat maka perlu
menentukan intervalnya terlebih dahulu. Rumus menentukan interval
menurut adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Rumus Interval (Hadi, 2006: 178)
Keterangan :i = intervalNR = Nilai TerendahNT = Nilai TertinggiK = Jumlah Kelas/Kategori
a. Analisi Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini guna untuk mencari perbedaan
antara perkembangan interaksi sosial anak sebelum dan sesudah
penerapan pembelajaran Make a Match menggunakan Analisis Uji
Wilcoxon yaitu dengan mencari perbedaan mean pretest dan posttest.
Karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya
dianggap tidak normal dan data yang diperoleh merupakan data
ordinal. Maka statistik yang digunakan adalah nonparametik, dengan
menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini akan
menguji pretest dan posttest, dengan demikian peneliti dapat melihat
perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji wilcoxon ini.
= ( − )K
44
Sehingga pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data
yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis
uji melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science)16.
Adapun rumus Uji Wilcoxon adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Rumus Uji Wilcoxon (Sudjana 2002: 132)
Keterangan :Z : Uji Wilcoxon
T : Total jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest danposttest
n : Jumlah data sampel
57
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
perkembangan interaksi sosial anak setelah diberi perlakuan pembelajaran
Make a Match. Anak yang sudah diberi perlakuan pembelajaran Make a
Match berkembang lebih baik dibandingkan dengan sebelum diberikan
perlakuan pembelajaran Make a Match, serta pembelajaran Make a Match
memiliki pengaruh dalam membantu perkembangan interaksi sosial pada
anak usia 5-6 tahun.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Guru
Bagi guru dapat merancang pembelajaran melalui kegiatan bermain
dengan menggunakan pembelajaran Make a Match, misalnya seperti
kegiatan permainan yang bersifat bermain kelompok. Sehingga anak
dapat lebih mengembangkan dirinya dalam perkembangan interaksi
sosialnya.
2. Kepala Sekolah
58
Bagi kepala sekolah dapat menyediakan sarana dan prasana, dan
memberikan pelatihan (workshop, seminar, penataran) kepada guru
tentang kegiatan berbasis pembelajaran Make a Match yang
menunjang dalam proses pembelajaran agar dapat terlaksana dengan
baik dan optimal. Hal tersebut dilakukan agar anak didik dapat
mengembangkan dirinya dalam hal sosial.
3. Peneliti lain
Bagi peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
refrensi agar dapat menyusun penelitian lebih baik lagi dengan
menggunakan media yang dimodifikasi, subjek penelitian yang lebih
luas dan dengan mengunakan instrument penelitian yang lebih
mendalam serta komprehensif dan dimensi variabel yang lebih
bervariatif yang diharapkan dapat berpengaruh pada perkembangan
interaksi sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fiah El, Rifda. 2017. Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Depok: PTRajagrafindo Persada
Fadlillah, M. 2017. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Hadi, Sutrisno. 2006. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset
Haenilah, Een Y. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: MediaAkademi
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Huda, M. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hurlock, Elizabeth B. 2000. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Indarti. 2010. Psikologi Anak. Bandung: Pustaka Belajar
Indrawan, Putu Agus (2017). Pengaruh Metode Permainan Edukatif terhadapInteraksi Sosial Siswa Taman Kanak-kanak. Jurnal Kajian Bimbingandan Konseling. 2(4). Tersedia Online:http://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk/article/view/1026. Diaksespada 28 November 2018
Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok.Bandung: Alfabeta
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Bandung: PustakaBelajar
Mayar, Farida (2013). Perkembangan Sosial Anak Usia Dini sebagai Bibit UntukMasa Depan Bangsa. Jurnal Al-Ta’lim. 1(6). Tersedia Online :https://journal.tarbiyahiainib.ac.id/index.php/attalim/article/view/43.Diakses pada 24 Februari 2018
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: KencanaPrenada Media Group
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin:Aswanda Pressindo
Nurmalitasari, Femmi (2015). Perkembangan Sosial Emosi pada Anak UsiaPrasekolah. Jurnal Buletin Psikologi. 23(2). Tersedia Online:
58
https:jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/10567/7946 Diaksespada tanggal 22 Januari 2018
Perdani, Putri Admi (2013). Peningkatan Keterampilan Sosial Melalui MetodeBermain Permainan Tradisional Pada Anak TK B. Jurnal PendidikanAnak Usia Dini. 7(2). Tersedia Online:https://media.neliti.com/media/publications/116991-ID-peningkatan-keterampilan-sosial-melalui.pdf Diakses pada 5 September 2018
Permono, H (2013). Peran Orang Tua Dalam Optimalisasi Tumbuh KembangAnak Untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. Jurnal PsikologiPendidikan. A(02). Tersedia Online:https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3994/02.pdf?sequence=1. Diakses pada 9 Januari 2019
Pratisti Dinar, Wiwien. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
Purnama, Anindya (2015). Efektifitas Permainan Kooperatif Merancang GambarUntuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Tk A Bas Tuban.Jurnal Psikologi Tabularasa. 10(2). Tersedia Online:http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpt/article/download/1402/902Diakses pada 5 September 2018
Rahman, Ulfiani (2009). Karateristik Perkembangan Anak Usia Dini. JurnalLentera Pendidikan. 12(01). Tersedia Online : http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/view/3791. Diaksespada 24 Februari 2018.
Rahyuni, Sang Ayu Putu dkk (2014). Penerapan Model Pembelajaran Make AMatch Berbantuan Media Kartu Bergambar untuk MeningkatkanPerkembangan Bahasa Anak. Jurnal PG PAUD UNDIKSHA. 2(01).Tersedia Online:https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/view/3147.Diakses pada 24 Februari 2018
Regina, dkk (2014). Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan PrilakuSosial Anak Di Pendidikan Anak Usia Dini Sentosa Pontianak Kota.Jurnal Pendidikan. 103(1). Tersedia Online:http://repository.unmuhpnk.ac.id/103/1/JURNAL%20REGINA.pdf.Diakses pada 9 Januari 2019
Rochmah, Siti (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif DalamMengenal Konsep Bilangan Melalui Bermain Angka Bergambar PadaAnak Kelompok B Di TK Pertiwi I Jimbung Klaten Tahun Pelajaran2011/2012. Surakarta : (Skripsi) FKIP UMS (Tidak Dipublikasikan)
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Santosa, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Slavin R. 2001. Cooperative Learning. Second Edition. Jakarta: PT Indeks
59
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta:Bandung.
Sujiono, Nurani Yuliani. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: PT Indeks
Sukmadinata Syaodih, Nana. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya
Suryawati. 2013. Sosiologi. Jakarta: Erlangga
Susanto, A. 2011. Perkembangan anak usia dini. Jakarta: Prenada Media Group
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inofatif. Sidoarjo: Masmedia BuanaPusaka
Syaodih, Ernawulan. 2010. Perananan Bimbingan Guru, Pengasuhan Orang TuaDan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Perilaku SosialAnak. Bandung: Bumi Siliwangi dan Angkasa
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PTGrasindo
Tim Sosiologi (2002). Bentuk-bentuk Interaksi Sosial. Jurnal Pendidikan.Tersedia Online: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-bentuk-ciri.html Diakses pada 5 September 2018
Weni, Oksiana dkk (2016). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MakeA Match terhadap Aspek Perkembangan Kognitif dan Sosial EmosionalPada Anak Usia Dini Tk Negeri Pembina. Jurnal Pendidikan Dasar. 4(1).Tersedia Online :http://jurnalstkipmelawi.ac.id/index.php/JPD/article/view/101. Diaksespada 24 Februari 2018