-
1
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN
INTELEKTUAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU
BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI
(Studi pada Mahasiswa Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Studi Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
DIAH SISWI RISKANINGRUM
B 200 140 322
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
-
2i
-
3 ii
-
4 iii
-
1
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN
INTELEKTUAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU
BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI
Studi pada Mahasiswa Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji dan menganalisis ada tidaknya
pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan
perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman Akuntansi. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
program studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Populasi aktual adalah mahasiswa angkatan 2014
dengan jumlah 426 orang. Dengan menggunakan rumus Slovin diambil sampel
sebanyak 82 orang mahasiswa. Metode pengumpulan sampel pada penelitian ini
menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
menggunakan convenience sampling. Teknik analisis yang digunakan analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kecerdasan
emosional, kecerdasan intelektual, dan perilaku belajar berpengaruh terhadap
tingkat pemahaman Akuntansi. Sedangkan tingkat kecerdasan spiritual tidak
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman Akuntansi.
Kata Kunci: kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual,
perilaku belajar, tingkat pemahaman Akuntansi
Abstract
This study has the aim to test and analyze the presence or absence of the influence
of emotional intelligence, intellectual intelligence, spiritual intelligence and
learning behavior on the level of understanding of accounting.This type of
research is quantitative. The population in this study were all students of
accounting study programs at the Faculty of Economics and Business,
Muhammadiyah University of Surakarta. The actual population is students of
2014 with a total of 426 people. Using the Slovin formula, a sample of 82 students
was taken. The sample collection method in this study uses a questionnaire. The
sampling technique in the study used convenience sampling. The analysis
technique used is multiple linear regression analysis.The results of this study
indicate that emotional intelligence, intellectual intelligence, and learning
behavior affect the level of understanding of accounting. While the level of
spiritual intelligence does not affect the level of understanding of Accounting.
Keywords: emotional intelligence, intellectual intelligence, spiritual intelligence,
learning behavior, level of understanding of accounting
-
2
1. PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi hal yang penting bagi seorang manusia untuk
meningkatkan derajat sebagai manusia, karena pendidikan memegang peranan
yang penting dalam memajukan pendidikan suatu bangsa. Pendidikan terdiri
dari berbagai macam jenjang, yaitu pendidikan awal Taman Kanak-kanak
hingga jenjang Perguruan Tinggi. Pendidikan akuntansi yang diselenggarakan
di perguruan tinggi bertujuan untuk mendidik mahasiswa agar memiliki
pengetahuan yang luas di bidang akuntansi. Perguruan tinggi harus terus
meningkatkan kualitas pada sistem pendidikannya untuk menghasilkan lulusan
yang berkualitas. Untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang paham dan
mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatnya selama
perkuliahan, serta mampu bersaing di dunia kerja, pihak perguruan tinggi
harus mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi seorang
mahasiswa dalam memahami pelajaran yang diterimanya (Sahara, 2014).
Berbagai penelitian telah menyebutkan beberapa faktor pendukung yang dapat
mempengaruhi pemahaman akuntansi diantaranya faktor kecerdasan
emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar.
Salovey dan Mayer dalam Goleman (2001: 513) mendefinisikan
kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau atau mengendalikan
perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu
untuk memandu pikiran dan tindakan. Kecerdasan intelektual adalah
kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun
strategi. Inteligensi lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam berfikir
(Zohar dan Marshall, 2001: 3). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan
Marshall, 2001: 4).
Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman akuntansi pada mahasiswa
adalah faktor perilaku belajar. Perilaku belajar mahasiswa erat kaitannya
-
3
dengan penggunaan waktu yang baik untuk belajar maupun kegiatan lainnya.
Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu
secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara
spontan. Perilaku belajar tidak dirasakan sebagai beban, melainkan sebagai
kebutuhan.
Uraian tersebut di atas mendasari peneliti untuk melakukan studi pada
mahasiswa program studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta dengan tujuan menganalisis pengaruh kecerdasan
emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar
terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian ini merupakan
pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan Rimbano dan Putri (2016)
serta Kristanti dan Mispiyanti (2017).
1.1 KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1.1.1 Teori Kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kesempurnaan akal budi seseorang
yang diwujudkan dalam suatu kemampuan untuk memperoleh kecakapan-
kecakapan tertentu dan untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah dalam
kehidupan secara nyata dan tepat. Menurut Jahja (2011: 391) kecerdasan
merupakan kemampuan untuk melihat suatu pola dan menggambarkan
hubungan antara pola dimasa lalu dan pengetahuan di masa depan.
1.1.2 Tingkat Pemahaman Akuntansi
Suwardjono (2010: 4) mengemukakan bahwa pengetahuan akuntansi
dapat dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi
(keahlian) yang dipraktikkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu
disiplin pengetahuan yang diajarkan di perguruan tinggi. Dari segi profesi,
akuntansi sering dipandang semata-mata sebagai serangkaian prosedur,
metode, dan teknik tanpa memperhatikan teori di balik praktik tersebut.
Sebagai objek pengetahuan di perguruan tinggi, akademisi memandang
akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Bidang
praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik dijalankan sesuai
dengan PABU. Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan
-
4
argumen yang dianggap melandasi praktik akuntansi yang semuanya dicakup
dalam suatu pengetahuan yang disebut teori akuntansi.
Menurut Dwijayanti (2009) dalam Ariantini (2017) tingkat pemahaman
akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti seseorang
mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini
mengacu pada mata kuliah akuntansi. Tingkat pemahaman akuntansi ini dapat
diukur dari nilai mata kuliah akuntansi yang meliputi nilai Pengantar Akuntansi
1, Pengantar Akuntansi 2, Akuntansi Keuangan Menengah 1, Akuntansi
Keuangan Menengah 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Auditing 1, Auditing 2,
dan Teori Akuntansi.
1.1.3 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi
serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang
mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca
emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka (Robbins
dan Judge, 2008: 335). Menurut Goleman (2001: 512) kecerdasan emosi
merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan
orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Goleman (2001: 513-514) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian
yaitu pengenalan diri (self awareness), pengendalian diri (self regulation),
motivasi (motivation), empati (emphaty), dan ketrampilan sosial (social skills).
1.1.4 Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas mental yaitu berpikir, menalar, dan memecahkan
masalah. Individu dalam sebagian besar masyarakat menempatkan kecerdasan,
dan untuk alasan yang tepat pada nilai yang tinggi. Individu cerdas biasanya
mendapatkan lebih banyak uang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
(Robbins dan Judge, 2008: 57). Masaong dan Tilome (2014: 61)
mengemukakan bahwa kecerdasan intelektual merupakan kemampuan untuk
berfikir dan bertindak secara tepat berdasarkan pengalaman untuk memberikan
-
5
respons dengan baik sebagai pemilih yang tepat, penghubung, pemecah
masalah, negosilator, penyembuh dan pembangun sinergi untuk mencapai
tujuan tertentu. Menurut Masaong dan Tilome (2014: 62-63) indikator
pengukuran kecerdasan intelektual ada tiga yaitu kemampuan memecahkan
masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis.
1.1.5 Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall (2001: 4) menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan
nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain. Zohar dan Marshall (2001: 14) menjelaskan bahwa indikator dari
kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik mencakup: (1)
kemampuan untuk bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif), (2)
tingkat kesadaran diri yang tinggi, (3) kemampuan untuk menghadapi dan
memanfaatkan penderitaan, (4) kemampuan untuk menghadapi dan melampaui
rasa sakit, (5) kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, (6)
keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, (7) kecenderungan
untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan “holistik”), (8)
kecenderungan untuk bertanya “Mengapa” atau “Bagaimana jika” untuk
mencari jawaban-jawaban yang mendasar, dan (9) menjadi apa yang disebut
oleh para psikolog sebagai “bidang mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk
bekerja melawan konvensi.
1.1.6 Perilaku Belajar
Suwardjono (2004:1) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi
merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual seseorang.
Kuliah merupakan ajang untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam
proses belajar mandiri. Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil
atau nilai ujian. Dalam proses belajar diperlukan perilaku belajar yang sesuai
dengan tujuan pendidikan agar prestasi akademik dapat ditingkatkan. Perilaku
belajar sering juga disebut kebiasaan belajar yaitu merupakan proses belajar
-
6
yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau
spontan. Perilaku ini yang akan mempengaruhi prestasi belajar (Abdullah,
2017). Menurut Suwardjono (2004) perilaku belajar yang baik terdiri dari
kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke
perpustakaan, dan kebiasaan mengikuti ujian.
1.2 Pengembangan Hipotesis
1.2.1 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk memutuskan
dalam situasi apa dirinya berada lalu bersikap secara tepat di dalamnya. Jika
seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka orang tersebut akan
berusaha untuk memperoleh pengalaman yang positif dengan memahami ilmu
pengetahuan selama kuliah. Seseorang dengan keterampilan emosional yang
berkembang baik berarti ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki
motivasi untuk berprestasi. Beberapa penelitian menemukan adanya pengaruh
signifikan kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi
(Yorika, 2013; Kristanti dan Mispiyanti, 2017; Rokhana dan Sutrisno, 2016;
Ariantini dkk, 2017; Artana, Herawati, dan Atmadja, 2014).
H1 : kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
1.2.2 Pengaruh kecerdasan intelektual terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
Kecerdasan intelektual diketahui bekerja di belahan otak kiri, yang
merupakan salah satu ukuran kemampuan yang berperan dalam pemrosesan
logika. Seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki kecerdasan intelektual
yang baik maka mampu memahami akuntansi dan dapat membaca dengan
penuh pemahaman serta menunjukkan keingintahuan terhadap akuntansi
(Vendy, 2010: 101). Beberapa penelitian menemukan adanya pengaruh
signifikan kecerdasan intelektual terhadap tingkat pemahaman akuntansi
(Yorika, 2013; Widatik, Rispantyo, dan Kristianto, 2017; Artana, Herawati,
dan Atmadja, 2014).
-
7
H2 : kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
1.2.3 Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
Kecerdasan spiritual memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan
aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan
setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya.
Spritualitas mahasiswa akuntansi akan mampu membantu mahasiswa dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam memahami akuntansi dan
dapat bersikap tenang dalam menghadapi kendala-kendala dalam proses
pemahaman akuntansi. Beberapa penelitian menemukan adanya pengaruh
signifikan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi
(Rimbano dan Putri, 2016; Ariantini dkk, 2017).
H3 : kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
1.2.4 Pengaruh perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi
Mahasiswa yang memiliki perilaku belajar yang baik berkemungkinan
besar memiliki pemahaman akuntansi yang baik pula. Perilaku belajar
memiliki peranan yang menentukan dan mendorong mahasiswa untuk belajar
dengan penuh perhatian dan konsenterasi dalam menerima pelajaran, sehingga
dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa penelitian menemukan
adanya pengaruh signifikan kecerdasan emosional terhadap tingkat
pemahaman akuntansi (Kristanti dan Mispiyanti, 2017; Rokhana dan Sutrisno,
2016; Artana, Herawati, dan Atmadja, 2014).
H4 : perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi
2 METODE PENELITIAN
2.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi
Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Populasi aktual adalah mahasiswa angkatan 2014 dengan jumlah
-
8
426 orang. Dengan menggunakan rumus Slovin diambil sampel sebanyak 82
orang mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
convenience sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan kemudahan yaitu
berdasarkan kesediaan untuk mengisi kuesioner secara lengkap.
2.2 Variabel Penelitian
2.2.1 Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman
akuntansi yang didefinisikan sebagai tingkat kemampuan seseorang untuk
mengenal dan mengerti tentang akuntansi (Yorika, Nasir, dan Azlina, 2014).
Pemahaman akuntansi dapat diukur dari nilai mata kuliah yang meliputi
Akuntansi Pengantar 1, Akuntansi Pengantar 2, Akuntansi Keuangan
Menengah 1, Akuntansi Keuangan Menengah 2, Akuntansi Keuangan
Lanjutan, Pengauditan 1, Pengauditan 2, dan Teori Akuntansi (Rachmi, 2010).
Penilaian adalah sebagai berikut: A = 5; B = 4; C = 3; D = 2; E = 1.
2.2.2 Variabel independen
Variabel independen meliputi kecerdasan emosional, kecerdasan
intelektual, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar. Keempat variabel diukur
dengan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang berskala Likert. Penilaian
jawaban untuk tiap pernyataan adalah: skor 5 untuk “Sangat Setuju (SS)”, skor
4 untuk “Setuju (S)”, skor 3 untuk “Netral (N)”, skor 2 untuk “Tidak Setuju
(TS)”, dan skor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS)”.
2.2.3 Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional diukur dengan 5 indikator yaitu pengenalan diri,
pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial (Tjun, Setiawan,
dan Setiana, 2009). Kelima indikator diwujudkan dalam bentuk 25 item
pernyataan dalam kuesioner.
2.2.4 Kecerdasan intelektual
Kecerdasan intelektual diukur dengan 3 indikator yaitu kemampuan
memecahkan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis (Zakiah,
2013). Ketiga indikator diwujudkan dalam bentuk 10 item pernyataan dalam
kuesioner.
-
9
2.2.5 Kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual diukur dengan 9 indikator yaitu bersikap fleksibel,
kesadaran diri, menghadapi dan memanfatkan penderitaan, menghadapi dan
melampaui perasaan sakit, keengganan untuk menyebabkan kerugian, kualitas
hidup, berpandangan holistik, kecenderungan bertanya, dan bidang mandiri
(Zakiah, 2013). Semua indikator diwujudkan dalam bentuk 18 item pernyataan
dalam kuesioner.
2.2.6 Perilaku belajar
Perilaku belajar diukur dengan 4 indikator yaitu kebiasaan mengikuti
pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan
kebiasaan menghadapi ujian (Marita dkk, 2008). Keempat indikator
diwujudkan dalam bentuk 12 item pernyataan dalam kuesioner.
2.2.7 Metode Analisis Data
Validitas item-item pernyataan dalam kuesioner diuji dengan teknik
korelasi pearson’s product moment sedangkan reliabilitas sekelompok item
dalam satu variabel diuji berdasarkan koefisien cronbach’s alpha. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa semua item memiliki koefisien korelasi
(rhitung) lebih besar dari nilai kritis distribusi product moment pada taraf
signifikansi 5% (rtabel) sehingga semua item pernyataan dalam kuesioner
dinyatakan valid. Semua variabel memiliki koefisien cronbach’s alpha lebih
dari 0,6 sehingga secara keseluruhan instrumen (kuesioner) yang digunakan
dinyatakan reliabel dan data yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis.
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
regresi linier berganda. Untuk mendapatkan model regresi yang akurat maka
dilakukan juga pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Semua perhitungan dilakukan
dengan program SPSS for Windows. Pengujian dinyatakan signifikan apabila
menghasilkan signifikansi kurang dari 0,05.
-
10
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Karakteristik Responden dan Variabel Penelitian
Selain kelima variabel utama penelitian, juga diperoleh beberapa data
karakteristik seperti jenis kelamin, jumlah SKS yang ditempuh, dan nilai IPK.
Adapun skor untuk variabel utama penelitian dihitung sebagai rata-rata skor
item-item pengukurnya sehingga rentang nilainya adalah 1 hingga 5.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Variabel n %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
25
57
30,49
69,51
Jumlah SKS yang Ditempuh
110 – 119
120 – 129
130 – 139
140 – 149
1
3
14
64
1,22
3,66
17,07
78,05
Nilai IPK
2,50 – 2,99
3,00 – 3,49
3,50 – 4,00
6
56
20
7,32
68,29
24,39
Sumber: Data Primer Diolah 2018
Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel Min Maks Mean SD
Kecerdasan emosional 2,80 4,60 3,62 0,35
Kecerdasan intelektual 3,00 5,00 3,80 0,39
Kecerdasan spiritual 2,94 4,72 3,89 0,38
Perilaku belajar 2,42 4,58 3,28 0,43
Tingkat pemahaman akuntansi 3,63 5,00 4,46 0,31
Sumber: Data Primer Diolah 2018
3.2 Pengujian Asumsi Klasik
3.2.1 Uji Normalitas
Model regresi linier dengan hasil estimasi yang akurat mensyaratkan
residual yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas terhadap data
residual dengan teknik one sample kolmogorov-smirnov test menghasilkan nilai
uji statistik Z sebesar 0,763 dengan signifikansi sebesar 0,605. Oleh karena
-
11
nilai signifikansi > 0,05 maka disimpulkan bahwa data residual berdistribusi
normal.
3.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan kondisi ketidaksamaan variansi antara
satu titik pengamatan dengan titik pengamatan lain dalam model regresi, yang
mana mengurangi akurasi hasil estimasi model. Dalam penelitian ini ada
tidaknya heteroskedastisitas dideteksi dengan uji Glejser. Konsep teknik
pengujian ini adalah meregresikan semua variabel independen terhadap nilai
absolut dari residual. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa keempat variabel
independen memiliki koefisien yang secara statistik tidak signifikan (nilai
signifikansi > 0,05) sehingga disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Regresi terhadap Absolut Residual untuk Uji
Glejser
Variabel Independen B T Signifikansi
Kecerdasan emosional 0,024 0,420 0,676
Kecerdasan intelektual -0,014 -0,266 0,791
Kecerdasan spiritual -0,048 -0,837 0,405
Perilaku belajar -0,026 -0,556 0,580
Sumber: Data Primer Diolah 2018
3.2.3 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
adanya korelasi sangat kuat (atau bahkan sempurna) antar variabel independen,
yang mana mengurangi akurasi hasil estimasi model. Hasil perhitungan uji
multikolinieritas menunjukkan bahwa keempat variabel independen memiliki
VIF < 10 dan tolerance > 0,1 sehingga disimpulkan tidak terdapat
multikolinieritas.
Tabel 4. Hasil Perhitungan VIF dan Tolerance untuk Uji Multikolinieritas
Variabel Independen VIF Tolerance
Kecerdasan emosional 1,359 0,736
Kecerdasan intelektual 1,427 0,701
Kecerdasan spiritual 1,586 0,631
Perilaku belajar 1,340 0,747
Sumber: Data Primer Diolah 2018
-
12
3.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Model regresi linier berganda yang menyatakan hubungan antar variabel
penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
TPA = 2,698 + 0,234 KE + 0,199 KI – 0,107 KS + 0,177 PB
Keterangan: TPA = tingkat pemahaman akuntansi; KE = kecerdasan
emosional; KI = kecerdasan intelektual; KS = kecerdasan spiritual;
PB = perilaku belajar
Model regresi tersebut memiliki nilai koefisien determinasi (adjusted R2)
sebesar 0,203. Berdasarkan angka ini diketahui bahwa besar proporsi dari
variasi skor variabel dependen (tingkat pemahaman akuntansi) yang dapat
dijelaskan dengan model regresi adalah sebesar 20,3%. Nilai koefisien
determinasi merupakan parameter akurasi model namun hasilnya selalu
berbeda dari satu penelitian ke penelitian yang lain. Akurasi model lebih tepat
ditentukan berdasarkan uji signifikansi model dengan ANOVA (uji F).
Perhitungan menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 6,155 dengan signifikansi
0,000. Nilai signifikansi < 0,05 berarti bahwa hasil estimasi model termasuk
akurat atau dengan kata lain model regresi yang diperoleh dapat digunakan
untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.
3.2.5 Uji Hipotesis dan Pembahasan
Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t terhadap Koefisien Regresi)
Variabel Independen B t Sig. Keterangan
Kecerdasan emosional 0,234 2,250 0,027 H1 diterima
Kecerdasan intelektual 0,199 2,106 0,038 H2 diterima
Kecerdasan spiritual -0,107 -1,040 0,301 H3 ditolak
Perilaku belajar 0,177 2,134 0,036 H4 diterima
Sumber: Data Primer Diolah 2018
3.2.6 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
Variabel independen kecerdasan emosional memiliki koefisien regresi
sebesar 0,234. Uji statistik menghasilkan nilai uji t sebesar 2,250 dengan
signifikansi 0,027. Nilai signifikansi < 0,05 berarti bahwa H1 diterima atau
-
13
dinyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman akuntansi.
3.2. engaruh kecerdasan intelektual terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
Variabel independen kecerdasan intelektual memiliki koefisien regresi
sebesar 0,199. Uji statistik menghasilkan nilai uji t sebesar 2,106 dengan
signifikansi 0,038. Nilai signifikansi < 0,05 berarti bahwa H2 diterima atau
dinyatakan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman akuntansi.
3.2.8 Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman
akuntansi
Variabel independen kecerdasan emosional memiliki koefisien regresi
sebesar -0,107. Uji statistik menghasilkan nilai uji t sebesar -1,040 dengan
signifikansi 0,301. Nilai signifikansi > 0,05 berarti bahwa H3 ditolak atau
dinyatakan bahwa kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman akuntansi.
3.2.9 Pengaruh perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi
Variabel independen perilaku belajar memiliki koefisien regresi sebesar
0,177. Uji statistik menghasilkan nilai uji t sebesar 2,134 dengan signifikansi
0,036. Nilai signifikansi < 0,05 berarti bahwa H4 diterima atau dinyatakan
bahwa perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut:
a. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis pertama, kecerdasan
emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hal ini
didukung oleh hasil analisis regresi linier yang memperoleh nilai
signifikan 0,027 < 0,05.
-
14
b. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis kedua, kecerdasan
intelektual berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hal ini
didukung oleh hasil analisis regresi linier yang memperoleh nilai
signifikan 0,038 < 0,05.
c. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis ketiga, kecerdasan spiritual
tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hal ini
didukung oleh hasil analisis regresi linier yang memperoleh nilai
signifikan 0,301 > 0,05.
d. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis keempat, perilaku belajar
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hal ini didukung
oleh hasil analisis regresi linier yang memperoleh nilai signifikan 0,036 <
0,05.
4.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatan. Berikut merupakan
penjelasan mengenai keterbatasan yang dihadapi:
a. Keterbatasan implikatif terletak pada obyek penelitian dan syarat
penerapan. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa maka kesimpulan
hanya dapat digeneralisasi pada mahasiswa, tidak dapat digeneralisasi
pada obyek lain yang memiliki karakteristik berbeda seperti pelajar
(padahal materi akuntansi sudah diajarkan sejak di jenjang sekolah
menengah). Penelitian ini hanya melibatkan empat faktor yaitu tiga aspek
kecerdasan (emosional, intelektual, spiritual) dan perilaku belajar, maka
kesimpulan hanya dapat diterapkan dengan syarat faktor-faktor lain
diabaikan atau paling tidak diasumsikan tidak berkontribusi signifikan.
b. Keterbatasan akurasi data hasil penelitian yang disebabkan karena kendala
dalam pengukuran. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penilaian
kuesioner yang secara umum pasti memiliki kekurangan karena adanya
faktor ketidakjujuran dan subyektifitas penilaian.
4.3 Saran
Berdasarkan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa
saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
-
15
a. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan memperluas obyek tidak
hanya pada mahasiswa melainkan juga pada pelajar sekolah menengah.
Selain itu kesimpulan yang diperoleh juga akan lebih tepat dengan
melibatkan faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi tingkat
pemahaman akuntansi seperti metode pembelajaran yang diterapkan
pengajar dan dukungan atau bantuan dari orang lain.
b. Penelitian di masa mendatang dengan sumber daya yang lebih besar (baik
personil peneliti, waktu, maupun biaya) perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pengukuran. Dengan sumber daya yang cukup, pengambilan data
dengan penilaian kuesioner dapat ditingkatkan akurasinya dengan adanya
pendampingan dan pengawasan dalam pengisian kuesioner atau dengan
penerapan metode pendukung seperti wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. (2017). Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa Akuntansi. Media Riset Akuntansi, Auditing &
Informasi, 1(3), 63-86.
Ariantini, K. T., Herawati, N. T., AK, S., & Sulindawati, N. L. G. E. (2017).
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan
Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Jurusan
Akuntansi Program S1 Angkatan 2013 Universitas Pendidikan
Ganesha. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 7(1).
Artana, M. B., Herawati, N. T., AK, S., Atmadja, A. T., & SE, A. (2014).
Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ),
Kecerdasan Spiritual (SQ), Dan Perilaku Belajar Terhadap Pemahaman
Akuntansi (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja Dan Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas
Udayana Denpasar). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi)
Undiksha, 2(1).
Goleman, D. (2001). Working with Emotional Intelligence. (terjemahan Alex Tri
Kantjono W). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Judge, T. A., & Robbins, S. P. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat.
-
16
Kristanti, I. N., & Mispiyanti, M. (2017). Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Intelektual, Dan Perilaku Belajar
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa Di Stie Putra
Bangsa Kebumen. Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan
Akuntansi, 16(01), 80-99.
Masaong, K., & Tilome, A. A. 2014. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis
Multiple Intelligence. Bandung: Alfabeta.
Rimbano, D., & Putri, M. S. E. (2016). Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Spiritual, Dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi. Orasi Bisnis, 15(1).
Rokhana, L. A., & Sutrisno, S. (2016). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku
Belajar, Dan Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi.(Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis UNTAG Semarang). Media Ekonomi dan
Manajemen, 31(1).
Sahara, M. A. (2014). Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial
terhadap Pemahaman Akuntansi. Jurnal Online Universitas Maritim
Raja Ali Haji, 3 (2).
Santi, S., Setiawan, S., & Tjun, L. T. (2009). Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Pemahaman Akuntansi Dilihat dari Perspektif Gender. Jurnal
Akuntansi Vol, 1.
Suwardjono, D. (2004). Perilaku Belajar di Perguruan Tinggi. Makalah Seri
Pendidikan, Yogyakarta.
Widatik, C., Rispantyo, & Kristianto, D. (2016). Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan
Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Sistem
Teknologi Informasi. 12 (1).
Yorika, Y., Nasir, A., & Azlina, N. (2013). Pengaruh kecerdasan emosional,
kecerdasan intelektual dan minat belajar terhadap tingkat pemahaman
akuntansi. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Riau, 1(1).
Zohar, D., & Marshall, I. (2001). SQ: memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam
berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan. Bandung:
Mizan.