Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
{179
PENDIDIKAN VERSI ALIRAN FILSAFAT PERENNIALISME
Sulaiman Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah
Banda Aceh
ABSTRAK
Tugas paling utama yang harus dilakukan dalam perjalanan hidup adalah memberikan kematangan pada generasi muda, kematangan dalam berpikir, bertindak dan mengambil keputusan. Adapun kematangan tersebut akan terbentuk melalui proses pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa, orang tua serta masyarakat di lingkungan sosial. Pendidikan yang diinginkan menurut versi aliran filsafat perenialisme, berupa pendidikan yang komplit dari berbagai aspek dan dimensi ilmu. Harapan dari sebuah pendidikan akan terbentuknya manusia dan anak-anak didik yang memiliki pemikiran kritis dan rasional dalam memikirkan masa depannya. Melalui pendidikan akan tercipta, membentuk karakter masyarakat yang bermartabat dan bernilai.
Key Word: Pendidikan, filsafat, perenialisme.
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia (al-
hâjat al-asasiyyah) yang harus dipenuhi oleh setiap manusia seperti halnya
pangan, sandang, kesehatan, dan perumahan. Pendidikan adalah bagian
dari masalah politik (siyâsah) yang diartikan sebagai ri‘âyah asy-syu’ûn al-
ummah (pengelolaan urusan rakyat) berdasarkan ideologi yang diemban
negara.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
180}
Berdasarkan pemahaman mendasar ini, politik pendidikan (siyâsah
at-ta‘lîm) suatu negara sangat ditentukan oleh ideologi (pandangan hidup)
yang diemban negara tersebut. Faktor inilah yang menentukan karakter dan
tipologi masyarakat yang dibentuknya. Dengan demikian, politik
pendidikan dapat dipahami sebagai strategi pendidikan yang dirancang
negara dalam upaya menciptakan kualitas human resources (sumber daya
manusia) yang dicita-citakan.
Untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas dibutuhkan
pada sebuah kata “pendidikan” serta memiliki konsep dan landasan yang
jelas tentang pendidikan. Dewasa ini nampaknya pendidikan kita, boleh
disebut telah berhasil namun di sisi keberhasilannya tersebut tanpa disadari
atau memang kita tidak mau sadar dan memikirkannya bahwa kegagalan
besar dalam membentuk karakter anak bangsa. Atau memang pendidikan
di negara kita harus kembali sebagai mana pendidikan kala dulu nenek
moyang kita dengan peralatan, perbekalan seadanya namun berhasil dalam
membentuk karakter anak bangsa. Maka melalui tulisan singkat ini akan
diuraikan sebuah konsep pendidikan versi aliran filsafat perenilisme,
barangkali menjadi tolak ukur terhadap pendidikan era ini.
B. Pembahasan
1. Pengertian Perenialisme
Istilah perenial berarti terus tiada akhir. Pengertian ini dapat di
analogikan dengan bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim
dari gejala kehidupan bunga. Mekar dari musim ke musim ini merupakan
teras. Karena merupakan gejala yang terus ada dan sama.201 Prilaku gejala
____________
201 Imam Barnadib Filsafat Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit (Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) 1987), hal. 60.
Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
{181
dari musim ke musim itu di hubungkan atau sama lain seolah–olah
merupakan benang dengan corak warna yang khas, terus menerus sama.
Atas dasar pandangan di atas, maka untuk tiap sivilisasi perlu di
titik terang adanya watak yang selalu berulang kali dan sama. Tanpa usaha
macam ini manusia akan kehilangan jejak dan faktor-faktor yang
menstabilkan peradabannya sendiri.
Aliran ini di anggap sebagai “regressive road to colture” yakni jalan
kembali, atau kemunduran kepada kebudayaan masa lampau perenialisme
menghadapi kenyataan dalam kebudayaan manusia sekarang, sebagai suatu
krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi
krisis itu, perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “kembali
kepada kebudayaan masa lampau” kebudayaan yang di anggap ideal.
Pendidikan harus banyak mengarah pusat perhatiannya kepada
kebudayaan yang ideal yang telah teruji dan tangguh. Karena itu
perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
pengembalian keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan yang
dimaksud, yaitu perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain
kembali kepada prinsip-prinsip yang telah sedemikian di bentuk sikap
kebiasaan, bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan
kebudayaan abad pertengahan.
Aliran perenialisme ini dalam bahasa Latin disebut dengan
Philosophia Perenis yang didirikan oleh Aristoteles dan kemudian
dikembangkan oleh St. Thomas Aquinas pada abad ke 13 M. Aliran ini
sangat menghormati ide-ide atau pikiran-pikiran zaman dahulu yang
sukses, seperti zaman Yunani kuno atau zaman pertengahan (abad ke 13 M).
Mereka yakin ide-ide atau pikiran-pikiran yang terdapat pada kedua masa
itu sangat bermanfaat bagi zaman sekarang ini. Ini berarti pengembangan
manusia harus diikutsertakan sistem masa lampau yang sukses.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
182}
Asas yang di anut perenialisme bersumber pada kebudayaan yang
berkiblat dua, yaitu (a) Perenialisme yang thelogis bernaung di bawah
supremasi gereja katolik, dengan orientasi pada ajaran dan tafsir Thomas
Aquinas dan (b) Perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita filosofis
Plato dan Aristoteles.202
2. Pola Dasar Pendidikan Perenialisme
Pola dasar perenialisme hanya dibatasi pada prinsip-prinsip umum
dari tiori dan praktek pendidikan yang dilakukan oleh penguat
perennialisme. Bahkan harus diakui bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan
perennialisme tidak selalu secara mutlak konsisten dengan asas-asas filosof
yang menjadi dasar pandangannya. Meskipun demikian, perennialisme
tetap dipengaruhi oleh ketiga tokoh utamanya. Plato, Aristatoles dan
Thomas Aquinas.
a. Pokok pikiran Plato
Esensial realita, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai ialah manifestasi
dari pada hukum universal yang abadi dan sempurna, yakni ideal (yang
sempurna). Dengan demikian keterlibatan sosial hanya akan mungkin bila
ideal itu menjadi standar, asas normatif dalam tata pemerintahan. Dan
tujuan umum pendidikan ialah membina pemimpin yang sadar dan
mempraktekkan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.
Psikologi Plato mengajarkan bahwa manusia pada kodratnya
memiliki tiga potensi: nafsu, kemauan dan pikiran, karena itu pendidikan
harus mengembangkan ketiga potensi itu. Ketiga potensi itu merupakan
pola asas pendidikan manusia, watak manusia. Karena itu struktur sosial
____________
202 Zuhairini, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Cet III. (Jakarta: PT Bumi Aksara 2004), hal. 28.
Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
{183
didasarkan atas dasar kepribadian ini.203 Bahwa perimbangan ketiga potensi
itu tidak sama pada setiap individu:
1) Manusia yang berpotensi rohaninya, inilah manusia kelas
pemimpin, kelas sosial yang tinggi. Tipologi yang dimiliki oleh
kelompok pertama ini, mereka merupakan manusia yang
memiliki kemampuan baik kemampuan rohani maupun
kemampuan dalam berpikir, mereka memiliki intelektual tinggi.
2) Manusia yang besar atau dominan potensi kemauannya, ialah
manusia prajurit, kelas menengah. Tipologi ini, umumnya dapat
kita temukan di kalangan masyarakat. Bahkan masyarakat di
Indonesia untuk kelas menengah ini yang paling banyak.
3) Manusia yang dominan potensi nafsunya, ialah kelas rakyat
jelata, kaum pekerja. Tipologi yang terakhir ini, menggambarkan
bahwa masyarakat yang terendah mereka tidak ada minat dan
kurang keinginan dalam menggapai masa depan mereka.
Umumnya mereka lebih cenderung memikirkan tentang
kebutuhan-kebutuhan yang bersifat penting, mendesak dan itu
tidak terus menerus. Dalam bahasa lain layak digambarkan
untuk kelompok ini mencari sesuap nasi untuk saat ini sementara
untuk kebutuhan seterusnya nanti dipikirkan.
Pendidikan harus berorientasi kepada asas psikologis ini sekaligus
berorientasi kepada masyarakat, yakni untuk memenuhi ketiga kelas
masyarakat itu. Sudah seharusnya saat ini pendidikan Indonesia memihak
ke rakyat. Masyarakat butuh pendidikan untuk pengembangan, aktualisasi
mereka.
____________
203 Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pancasila, Cet I.
(Surabaya: Usaha Nasional. 1983), hal. 230.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
184}
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat saat ini perlu
adanya sesuatu kebijakan pemerintah, pemerintah wajib memberikan
pendidikan, fasilitas yang layak untuk anak-anak bangsa. memperbaiki
nasib dan masa depan mereka merupakan kewajiban bersama.
b. Aristoteles
Sebagian ajaran Aristoteles meneruskan ide-ide Plato, tetapi dengan
cara yang lebih dekat dengan realitas dunia, dan tidak lebih supernatural
dan exstra-natural seperti konsepsi Plato. Aristoteles terutama menitik berat
pembinaan berpikir melalui media sciences dan terutama dengan filsafat-
tentang pembinaan pemimpin yang bijak dalam rangka tujuan politik dan
kehidupan negara, ia sependapat dengan gurunya, Plato.
Aristoteles juga menganggap pembinaan kebiasaan sebagai dasar.
Terutama dalam pembinaan kesadaran disiplin atau moral, harus melalui
proses permulaan dengan kebiasaan pada waktu anak masih muda. Secara
ontologis, ia mengatakan bahwa sifat atau watak anak lebih banyak materi-
materi dari pada bentuk, dan ia masih dalam proses ”jauh” dan aktualitas.
Dengan kata lain, guru lebih banyak mempunyai aktualitas, sedangkan
murid lebih banyak potensialitas.204
Penting sekali pembinaan dasar yang harus diberikan kepada anak
didik oleh para orang tua, guru dan masyarakat umum. Terutama sekali
menyangkut dengan masa depan mereka, kehidupan mereka harus
ditanamkan nilai-nilai yang bagus. Bimbingan moral, akhlak, prilaku dalam
pergaulan dengan lingkungan sosial.
Anak didik perlu diperkaya dengan siraman rohani, mereka harus
diawasi, memberikan bimbingan serta dorongan yang penuh ekstra agar
____________
204 Ibid, hal. 321.
Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
{185
mereka menjadi orang-orang yang bermartabat dan penuh dengan tata
krama dalam mewarnai kehidupan dalam lingkungan sosial.
c. Thomas Aquinas
Persamaan Aquinas dengan Aristatoles ialah dalam kepercayaan
tujuan pendidikan sebagai usaha mewujudkan kapasitas (potensial) yang
ada di dalam individu agar menjadi aktif, dan nyata menjadi aktualitas.
Peranan guru terutama mengajar (to instruc) dalam arti memberi bantuan
pada anak untuk berpikir jelas dan mampu mengerti hukum pertama secara
intuitif.205
Aquinas menganalogikan fungsi guru sebagaimana fungsi seorang
dokter. Dokter berfungsi membantu orang sakit supaya sehat, sebab si-sakit
punya kecenderungan sembuh, sehat. Seperti itu pula, tugas seorang guru
ialah membantu perkembangan prestasi-prestasi yang ada pada anak untuk
berkembang. Kedua tugas itu, oleh dokter dan guru, tak mungkin sukses,
tanpa adanya potensi yang sudah tertanam pada manusia.
Guru adalah orang-orang yang profesional, memiliki kemampuan
dalam mendidik anak-anak. Sebagai tugas utamanya mengajar, menggali
potensi yang ada pada anak didik serta mengarah dan membina agar anak
didik kelak menjadi manusia yang bernilai.
3. Pola Dasar Pendidikan Perenialisme Zaman Modern
Pengaruh teori dan praktek pendidikan abad pertengahan masih
berbekas sampai sekarang. Organisasi universitas modern sekarang banyak
mengikuti pola zaman itu. Pengajaran atau perkuliahan dengan kata-kata
yang dipelopori Aquinas, tetapi dipraktekkan, demikian juga bahasa latin
masih dianggap penting sampai sekarang. Pengaruh sistem pendidikan
abad pertengahan zaman sekarang sejalan dengan pengaruh filsafatnya
pada zaman modern ini. Sesungguhnya Comenius dan pestalozzi, adalah
refleksi tak langsung dari pada semangat thomisme.
____________
205 Ibid, hal. 322.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
186}
Pandangan politik dalam perennialisme terdiri atas “ Sayap harian”
dengan tokoh Belloc dan Berdyiove dan “ Sayap kiri” dengan tokoh
Maritain dan Adler. Secara filosofis perbedaan kedua sayap ini ialah
pertama memandang kepercayaan politik bersumber pada asas-asas
metafisis, yang berdasarkan kebijakan moral dan kebijakan intelektual, dari
kebenaran murni. Bagi sayap kanan nilai-nilai pandangan mereka itu dalam
hierarki nilai lebih tinggi dari pada asas-asas nilai yang menjadi dasar oleh
sayap kiri, masalah sosial, masalah kehidupan manusia sehari-hari.
Sedangkan sayap kiri yang dipelopori Maritain itu, dinamakan
“Politik Person” aliran ini memandang manusia pribadi sebagai bagian dari
seluruh umat manusia. Tujuan utama kehidupan politik ialah membina
manusia yang menghormati dirinya dan manusia sebagai manusia dengan
martabat kemanusiaannya.206
4. Teori Pendidikan
Teori pendidikan termuat cakupan berikut ini:
a. Tujuan pendidikan
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai; artinya tujuan merupakan kehendak seseorang untuk
mendapatkan dan memiliki, serta memanfaatkannya bagi kebutuhan
dirinya sendiri atau orang lain.207 Untuk mencapai hingga puncak tujuan
perlu adanya usaha yang harus dilakukan.
Ada pun tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialisme,
adalah untuk memastikan bahwa para anak didik memperoleh pengetahuan
tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah.
____________
206 Ibid, hal. 324.
207 M. Nasir Budiman, Pendidikan dalam Perspekti Al Qur’an, Cet I. (Jakarta: Madani Press
2001), hal. 11.
Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
{187
Kaum perenialis, juga percaya bahwa dunia alamiah dan hakikat manusia
pada dasarnya tetap tidak berubah selama berabad-abad; jadi gagasan besar
terus memiliki potensi yang paling besar untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan setiap zaman.208
Membantu anak menyingkap dan menanamkan kebenaran-
kebenaran hakiki. Oleh karena kebenaran-kebenaran tersebut universal dan
konstan, maka kebenaran-kebenaran tersebut hendaknya menjadi tujuan-
tujuan pendidikan yang murni.209 Kebenaran-kebenaran hakiki dapat
dicapai dengan sebaik-baiknya melalui:
1) Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran.
Intelektual perlu diasah secara terus menurus, agar terbiasa
berpikir kritis dan tanggap dengan persoalan-persoalan. Berpikir
jika tidak dilatih akan beku dan tidak jalan dalam berpikir, oleh
karena demikian pelatihan untuk berpikir penting.
2) Latihan karakter sebagai suatu cara mengembangkan manusia
spiritual.
b. Metode Pendidikan
Perumusan pengertian metode biasanya disandingkan dengan
teknik, yang mana keduanya saling berhubungan. Metode pendidikan
adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan teknik pendidikan adalah langkah-langkah konkret
pada waktu seseorang melaksanakan pengajaran di kelas.210 Latihan mental
dalam bentuk diskusi, analisis buku melalui pembacaan buku-buku
tergolong karya-karya besar, buku-buku besar tentang peradaban Barat.
____________
208 Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet I. (Bandung: Alfabeta 2009), hal 155. 209 Mudyahardjo, Redja, “Pengantar Pendidikan”, (Jakarta: Pt Raja Grafindo, 2002), hal. 12. 210Abdul Mujib, dkk Ilmu Pendidikan Islam, Cet I. (Jakarta: Kencana 2006), hal. 166.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
188}
c. Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil belajar, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai kompeteni dasar dan tujuan pendidikan.211
Kurikulum juga merupakan suatu program pendidikan yang disediakan
untuk membelajarkan siswa.212 Kurikulum berpusat pada mata pelajaran,
dan cenderung menitik beratkan pada: sastra, matematika, bahasa, dan
humaniora, termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal.
d. Pelajar
Pelajar adalah makhluk rasional yang dibimbing oleh prinsip-prinsip
pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia biologis.
e. Pengajar (guru)
1) Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan
kegiatan belajar-mengajar di kelas.
2) Guru hendaknya orang yang telah menguasai suatu cabang,
seorang guru yang ahli (a master teacher) bertugas membimbing
diskusi yang akan memudahkan siswa menyimpulkan
kebenaran-kebenaran yang tepat, dan wataknya tanpa cela. Guru
dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu
bidang pengetahuan dan keahliannya tidak diragukan.
____________
211 E. Mulyasa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Cet II. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hal.46.
212 Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. X. (Jakarta: Bumi Aksara 2010), hal.
17.
Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
{189
5. Teori Belajar Menurut Perennialisme
Tuntutan tertinggi dalam belajar, menurut perennialisme adalah
latihan dan disiplin mental. Maka teori dan praktek pendidikan haruslah
mengarah kepada tuntutan tersebut.213
Sebagai makhluk manusia mempunyai keistimewaan dibandingkan
dengan makhluk yang lain, ialah karena memiliki sifat rasionalitas.
Rasionalitas ini merupakan sifat umum manusia dan manusia adalah pada
sosialitas tersebut. Sifat rasional pada manusia melahirkan konsep dasar
tentang kebebasan. Dengan rasionalnya manusia dapat membebaskan
dirinya dari belenggu yang dapat menurunkan harkat dan martabatnya
seperti kebodohan. Adapun teori dasar dalam belajar menurut
perennialisme :
a. Mental Discipline sebagai teori dasar. Penganut perennialisme
sependapat bahwa latihan dan pembinaan berpikir (Mental
Discipline) adalah salah satu kewajiban tertinggi dari belajar, atau
keutamaan dalam proses belajar ( yang tinggi ). Karena itu teori dan
program pendidikan pada umumnya di pusatkan kepada pembinaan
kemampuan berpikir. Teori belajar ini tidak saja secara psikologis
berpangkal pada kepercayaan tentang daya jiwa, potensi-potensi
jiwa, tetapi juga secara filosofis bersumber pada asas hylomor phisme-
potensialitas menuju aktualitas.
b. Rasionalitas dan Asas kemerdekaan. Perenialisme menekankan
prinsip utama, bahwa manusia, baik berbagai jenis maupun
martabatnya berbeda dengan semua makhluk alam lainnya. Asas
berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama dalam
pendidikan. Dan makna kemerdekaan pendidikan telah membantu
manusia untuk menjadi dirinya sendiri, yang membedakan dengan
makhluk lain. Fungsi belajar harus belajar diabadikan bagi tujuan ini,
yaitu aktualitas manusia sebagai makhluk rasional yang bersifat
merdeka.
____________
213 Imam Barnadib Filsafat Ilmu Pendidikan..., h 76.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
190}
c. Belajar untuk berpikir. Bagaimana tugas berat ini dapat
dilaksanakan, yakni belajar supaya mampu berpikir. Perenialisme
tetap terpercaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam
permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis dan
berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan penahapan
itu, maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah
menengah dan pendidikan tinggi.
d. Belajar sebagai persiapan hidup. Belajar untuk mampu berpikir
bukanlah semata-mata tujuan kebijakan moral dan kebijakan
intelektual sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti pula guna
memenuhi fungsi practical philosophy baik etika, sosial politik, ilmu
dan seni. Dan ini berarti memenuhi fungsi kehidupan manusia di
dalam kebudayaan.
e. Learning Though Teaching (belajar melalui pengajaran). Perenialisme
selalu cenderung untuk membandingkan antara the art of theaching
and the art of medicine, seni mendidik dan seni dalam kesehatan
(pengobatan, kedokteran). teori ini berasal dari Aquinas yang
melihat potensi kesehatan sebagai inheren seperti juga potensi
kecakapan adalah inheren, dalam potensi aktualitas.214
6. Kurikulum Perenialisme
Kurikulum menurut kaum perenialis harus menekankan pada
pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi
terpelajar secara kultur para siswa harus berhadapan dengan bagian seni
dan sains, yang merupakan karya terbaik dan signifikan yang diciptakan
manusia.215 Kurikulum versi perenialisme di dasarkan pada tiga asumsi:
a. Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran yang langsung
terus menerus. Kebenaran apapun akan selalu benar di mana pun
____________
214 Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pancasila..., hal. 328.
215 Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan..., hal. 155.
Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
{191
juga; pendek kata, kebenaran bersifat universal dan tak terikat
waktu.
b. Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan
pada gagasan-gagasan, pendidikan juga harus memfokuskan pada
gagasan-gagasan. Pengolahan rasionalitas manusia adalah fungsi
penting pendidikan.
c. Pendidikan harus menstimulasi para Mahasiswa untuk berpikir
secara mendalam mengenai gagasan signifikan. Para guru harus
menggunakan pemikiran yang benar dan kritis seperti metode
pokok mereka, dan mereka harus mensyaratkan hal yang sama pada
siswa.
Sekolah rendah memberi pendidikan dan pengetahuan dasar,
pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis dan berhitung anak
didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan lain.216
Filsafat pendidikan perenilaisme juga mempengaruhi sekolah-
sekolah modern sekarang, di mana pandangan-pandangan kurikulumnya
mempengaruhi praktek pendidikan:
a. Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah.
1) Perbedaan Progressivisme dan Perenialisme terutama pada
sikapnya tentang “Education as Preparation” dewey dan tokoh-
tokoh pregressivisme yang lain menolak pandangan bahwa
sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk hidup. Tetapi
perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan
bagi kehidupan di masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal
pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju
aktualitas, menuju kematangan.
____________
216 Imam Barnadib Filsafat Ilmu Pendidikan..., hal. 78.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
192}
2) Kurikulum Sekolah Menengah
Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai
persiapan berlaku bagi peserta didik menengah. Perennilisme
membedakan kurikulum pendidikan menengah antara program,
“general educatioan “ dan pendidikan kejuruan, yang terbuka
bagi anak 12 - 20 tahun.217
b. Pendidikan Tinggi dan Adult Education
1) Kurikulum Univeritas
Program “general education” dipersiapkan untuk pendidikan
tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan
pendidikan menengah dengan program general education yang
telah selesai disiapkan, bagi umur 12 tahun sebab dianggap telah
cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program
pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan
untuk mencapai tujuan kebijakan intelektual yang disebut “The
intelectual Love Of Cod”.218
2) Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa (adult education)
Aliran ini sangat menaruh perhatian pada pendidikan orang
dewasa, gereja katolik misalnya mengadakan sejumlah
pendidikan bagi organisasi-organisasi perdagangan dalam
rangka memperbesar pengaruh atas gereja (organisasi) buruh.
Tujuan pendidikan orang dewasa adalah meningkat
pengetahuan yang telah dimilikinya dalam pendidikan lama
sebelum itu, menetralisir pengaruh-pengaruh jelek yang ada.
Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah
menggunakan sikap bijaksana dan membina kebudayaannya.
____________
217 Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pancasila..., hal. 330.
218 Ibid, hal. 331.
Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
{193
C. Penutup
Perenialisme merupakan filsafat yang menganut paham konservatif,
di mana dalam tatanan kehidupan saat ini perlu melihat kembali ke belang,
arti perlu melihat kembali terhadap sosio, budaya dan kultural yang pernah
jaya masa lampau. Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang
sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Ada satu hal yang paling menonjol saat ini yang di temukan dalam
masyarakat adalah masalah moral. Kemudian kriminal tiap hari bahkan tiap
jam diberitakan di media elektronik dan media cetak, di sudut-sudut kota
pun mudah ditemukan. Apakah itu proses yang dihasilkan dari pendidikan
saat ini.
Masyarakat seolah-olah tidak lagi hidup dalam budaya bahkan
mereka tidak menghiraukan lagi masalah budaya dan nilai-nilai yang
tertanam dalam masyarakat. Oleh karena demikian, agar masyarakat saat
ini terbentuk kembali sebagai masyarakat yang mempunyai budaya dan
nilai-nilai leluhur perlu ditinjau kembali ke dalam dunia pendidikan.
Pendidikan adalah satu-satunya solusi untuk menata kehidupan
masyarakat.
Untuk memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat saat ini yang
penuh dengan kekacauan dan ketidakpastian maka perlu dilihat beberapa
aspek yang terkait dengan pendidikan seperti berkaitan dengan isi
kurikulum, apakah sudah cukup relevan kurikulum yang sudah ada dengan
masa saat ini, kalau tidak relevan harus direvisi kembali, selanjutnya sisi
lain berkaitan dengan tenaga pendidik yaitu guru, sarana dan unsur-unsur
lain yang menjadi pendukung dalam pendidikan perlu ditinjau ulang dan
dievaluasi.***
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, M. Nasir. 2001. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Cet I. Jakarta: Madani Press.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
194}
E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Cet II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. 10. Jakarta: Bumi Aksara.
Imam Barnadib. 1987. Filsafat Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan (Fip).
Mudyahardjo, Redja. 2002. “Pengantar Pendidikan”, PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Mujib, Abdul, dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Cet I. Jakarta: Kencana.
Murziqin, R., Tabrani ZA, & Zulfadli. (2012). Performative Strength in the Hierarchy of Power and Justice. Journal of Islamic Law and Culture, 10(2), 123–144.
Noor Syam, Mohammad. 1983. Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pancasila, Cet I. Surabaya: Usaha Nasional.
Sadulloh, Uyoh. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet I. Bandung: Alfabeta.
Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.
Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99–113.
Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.
Tabrani ZA. (2013). Pengantar Metodologi Studi Islam. Banda Aceh: SCAD Independent.
Tabrani ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 211–234.
Tabrani ZA. (2015). Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Zuhairini, dkk. 2004. Filsafat Pendidikan Islam, Cet III. Jakarta: PT. Bumi Aksara.