Download - Pemicu 1 Tri Hartini
Dampak Resiko Kegagalan Mutu oleh Tri Hartini / 41111010002
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat
memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan dan batasan biaya dari
proyek.
Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga.Walaupun
suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian
bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana.
Bila risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek secara keseluruhan
sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan kualitas pekerjaan.
Risiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan keterlambatan jadwal penyelesaian proyek.
Selain itu salah satu resiko kegagalan mutu dalam pekerjaan konstruksi. Kegagalan mutu di
sebabkan karena menejemen resiko yang kurang baik. Dampak yang dapat timbul dari gagalnya
pencapaian mutu adalah menurunkan kualitas dari segi pekerjaan yang dilakukan oleh pelaksana.
Selain itu dapat berakibat juga dengan menambahnya cost / pengeluaran. Oleh karena besarnya
dampak yang ditimbulkan perlu adanya manajemen resiko.
Manajemen risiko sangat penting dilakukan bagi setiap proyek konstruksi untuk menghindari
kerugian atas biaya, mutu dan jadwal penyelesaian proyek. Melakukan tindakan penanganan
yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi (respon risiko) dengan cara : menahan
risiko (risk retention), mengurangi risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer),
menghindari risiko (risk avoidance)
Menurut Flanagan & Norman (1993), risiko-risiko dalam proyek konstruksi adalah :
o Penyelesaian yang gagal sesuai desain yang telah ditentukan/penetapan waktu konstruksi
o Kegagalan untuk memperoleh gambar perencanaan, detail perencanaan/izin dengan
waktu yang tersedia.
o Kondisi tanah yang tak terduga
o Cuaca yang sangat buruk.
o Pemogokan tenaga kerja.
o Kenaikan harga yang tidak terduga untuk tenaga kerja dan bahan.
o Kecelakaan yang terjadi dilokasi yang menyebabkan luka.
o Kerusakan yang terjadi pada struktur akibat cara kerja yang jelek.
o Kejadian tidak terduga (banjir, gempa bumi, dan lain–lain)
o Klaim dari kontraktor akibat kehilangan dan biaya akibat keterlambatan produksi karena
detail desain oleh tim desain.
o Kegagalan dalam penyelesaian proyek dengan budget yang telah ditetapkan
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang tergantung dari
dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2001) :
1) Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk)
Dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan
adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian. Contoh risiko murni kecelakaan kerja di
proyek. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu kerugian (loss) dan keuntungan
(gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai risiko dinamis. Contoh risiko spekulatif pada
perusahaan asuransi jika risiko yang dijamin terjadi maka pihak asuransi akan mengalami
kerugian karena harus menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang
terjadi tetapi bila risiko yang dijamin tidak terjadi maka perusahaan akan meperoleh
keuntungan.
2) Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah risiko yang
menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko terhadap manusia adalah risiko
yang menimpa manusia seperti risiko hari tua, kematian dsb.
3) Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk)
Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul pada hampir
sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada seseorang atau
beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh risiko fundamental: bencana alam,
peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwaperistiwa yang
mandiri dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan
atau umumnya dapat diasuransikan.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi tidak terlepas dari kendala ataupun kegagalan
konstruksi. Kegagalan konstruksi dapat disebabkan oleh rendahnya kinerja ataupun
produktiftas para tenaga kerja dan juga perencanaan proyek yang kurang matang.
Walaupun kegagalan tersebut tidak dapat dilihat secara nyata, namun jika berlangsung dengan
intensitas yang besar dan terus-menerus maka kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan
dampaknya akan terlihat pada akhir proyek, misalnya saja keterlambatan pengerjaan proyek
dari jadwal yang direncanakan dan penambahan anggaran biaya dari yang semula
direncanakan. Segala sesuatu di dalam suatu proyek yang tidak menambah nilai,
sebaliknya menambah biaya disebut dengan pemborosan (waste).
Ketidakproduktifan inilah yang pada akhirnya tidak dapat memberi nilai tambah pada produk
akhir atau lebih dikenal dengan istilah Non Value-Adding Activities, yang di dalam dunia
konstruksi disebut sebagai waste. Faktor lain yang menyebabkan adanya Non ValueAdding
Activities adalah ketidakefektifan oleh beberapa faktor yang terlibat dalam pelaksanaan proyek
(man, method, machine, material, environment), sehingga dapat memicu keterlambatan
dalam penyelesaian proyek. Tidak adanya perencanaan yang baik dan terstruktur juga
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada terlambatnya proses konstruksi, yang
selanjutnya dapat berakibat pada berkurangnya kepercayaan masyarakat, dalam hal ini
adalah owner terhadap kinerja dari penyedia jasa konstruksi.
Latar Belakang
Mutu Konstruksi merupakan salah satu indikator kinerja penyelenggaraan pembangunan yang harus
dipertanggungjawabkan.
Sebab – sebab kerusakan :
Perlu upaya peningkatan mutu, cara kerja dan hasil kerja pembangunan Pra Sarana ke PU an sejalan dengan Kebutuhan /Harapan Masyarakat dan tuntutan Global
A. Kesalahan atau kelalaian Manusia
1. dalam Perencanaan : faktor gempa tak dihitung, perhitungan struktur tidak memadai
2. dalam Pelaksanaan : pengurangan mutu (dibawah spesifikasi)
3. bahan bermutu rendah
B. Bencana alam (natural disaster) murni Gempa telah diperhitungkan namun yang terjadi
melebihi intensitas yang diperkirakan atau bersifat unik (tiga dimensi)
Kondisi yang ada Dalam Tahap Pelaksanaan Konstruksi
• Sering pihak pemilik memerintahkan perubahan-perubahan terhadap gambar rencana
• Kurang setara hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa
• Kurangnya pemahaman spesifikasi teknis bagi pelaksana dan pengawas
• Ketersediaan peralatan laboratorium sebagai laboraturium rujukan di daerah sudah tidak
memadai
• Kurang memadainya ketersediaan alat-alat
• Kurang memadainya pemahaman operator konstruksi
• Jenis penyelesaian sengketa yang sering digunakan adalah negosiasi karena lebih mudah
dan tidak mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan dan memuaskan semua pihak
• Kontraktor berusaha sebisa mungkin menghindari konflik dengan pihak pemilik karena
kekawatiran menyebabkan kehilangan pekerjaan
• Permasalahan lainnya adalah kondisi lapangan, kontrak, persyaratan kontrak dan
administrasi kontrak
Definisi Mutu Konstruksi
Mutu (SNI):
Derajat yang dicapai oleh karakteristik produk dalam memenuhi
persyaratan/kebutuhan/harapan pelanggan.
Di Lingkungan Kementerian PU:
Konstruksi infrastruktur dikatakan bermutu baik apabila memenuhi kebutuhan/harapan
masyarakat yang dijabarkan:
Sesuai persyaratan/spesifikasi/NSPM yang telah ditetapkan
Efektif dan efesien
Tepat Pemanfaatannya
Hadir pada saat dibutuhkan
Tujuan Penyelenggaraan SMM
1. Memberikan penjaminan pencapaian mutu
2. Selalu berorientasi memenuhi harapan pengguna konstruksi
3. Mengeliminir terjadinya pengulangan/perbaikan (efisiensi dari segi waktu dan
biaya)
4. Tertib dokumentasi (untuk menelusuri kembali) - As Built Drawings
5. Menciptakan suasana kerja yang kondusif (melibatkan semua personil, adanya
mekanisme kerja yang jelas).
Peran Pelaksana Konstruksi
Proses Manajemen Mutu
Tiga proses manajemen mutu, yaitu perencanaan mutu (Quality Planning), pengendalian mutu
(Quality Control) dan penjaminan mutu (Quality Assurance). Pengendalian dan penjaminan
mutu dilaksanakan pada tahap pelaksanaan, sedangkan perencanaan mutu dilaksanakan pada
tahap desain.
Quality Control
Mutu adalah pemisahan Produk dari produk jelek tanpa ada input balik ke proses produksi.
Quality Assurance
Mutu dibangun selama Proses produksi berjalan Aktivitas inspection diubah kedalam proses produksi,
prevention dan hal yang berorientasi proses.
Quality Management
Mutu di definisikan, direncana kan dan diawasi oleh perusahaan secara keseluruhan.Komitmen dari
management dan partisipasi semua karyawan serta selangkah demi selangkah dilakukan improvement.
SISTEM PENCAPAIAN MUTU
-PENGENDALIAN MUTU PRODUK (QUALITY CONTROL)
• Orientasi pada produk akhir & bersifat korektif (perbaikan)
JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)
• Orientasi lebih pada proses atau tahapan pekerjaan dalam pemenuhan standar & prosedur Bersifat
preventif (pencegahan)
PENCAPAIAN MUTU BERDASARKAN SMM
Biaya yang Dikeluarkan untuk Peningkatan Mutu pada Proyek Konstruksi Bangunan
Jenis biaya mutu Definisi Contoh
Prevention cost Semua biaya yang dikeluarkan atau diinvestasikan untuk mencegah atau mengurangi kesalahan atau cacat, yaitu, untuk membiayai kegiatan yang bertujuan untuk menghilangkan penyebab kecacatan.
1. Biaya untuk survey lapangan2. Biaya untuk melakukan desain awal3. Biaya untuk melakukan desain akhir4. Biaya untuk melakukan kontrak dan
mencari kontraktor5. Biaya yang dikeluarkan untuk
merencanakan anggaran biaya 6. Biaya untuk melakukan pelatihan
kepada tenaga kerja7. Biaya untuk membuat surat-surat
perizinanAppraisal cost Biaya yang terjadi untuk
menentukan produk atua jasa sesuai dengan spesifikasinya.
1. Biaya untuk menguji material yang datang
2. Biaya untuk mencari pemasok yang berkualitas
3. Biaya untuk inspeksi dan pengujian di lapangan
4. Biaya untuk memeriksa gambar kerja5. Biaya pengawasan saat proses
pengerjaan di lapangan6. Biaya untuk merawat material yang
digunakanInternal cost Biaya yang terjadi apabila hasil
kerjanya gagal mencapai standar kualitas yang dirancang dan terdeteksi sebelum transfer ke pelanggan berlangsung
1. Biaya akibat kelebihan tenaga kerja2. Biaya akibat kelebihan bahan dan
material3. Biaya untuk mengulangi kesalahan
karena tidak sesuai rencana4. Biaya untuk memperbaiki kesalahan
pekerjaanEksternal cost Biaya yang terkait dengan 1. Biaya akibat keterlambatan pekerjaan