Download - pembahasan. kala3&4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga
dan empat persalinan merupakan kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua
(kala pengeluaran bayi) persalinan. Dengan demikian, berbagai aspek yang akan dihadapi
pada kala tiga dan empat, sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-
tahap sebelumnya.
B. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan :
1. Menjelaskan fisiologi kala tiga dan pemantauan kala empat persalinan
2. Menjelaskan dan memperagakan manajemen aktif kala tiga
3. Menjelaskan cara mengenali dan menatalaksana atonia uteri
4. Menjelaskan tingkatan dan penatalaksanaanlaserasi perineum
5. Menjelaskan cara memantau dan memberi asuhan selama kala empat persalinan
C. Batasan
Persalinan Kala tiga : dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban
Persalinan kala empat : dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
1
BAB II
KALA TIGA
A. Pengertian Kala Tiga
Kala tiga persalinan disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Batasan kala
tiga adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban.
B. Fisiologi Persalinan Kala Tiga
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rogga uterus setelahlahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan plasenta
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan
turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina.
C. Pembagian Tingkat Kala Tiga
Kala tiga dapat dibagi dalam 2 tingkat :
1. Tingkat pelepasan plasenta
Sebab – sebab terlepasnya plasenta :
a. Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim, tempat
perlekatan plasenta juga ikut mengecil maka plasenta akan berlipat-lipat bahkan ada
bagian – bagian yang terlepas dari dinding rahim atau tempat insersinya, karena
tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.
2
Jadi secara singkat, bagian yang paling penting dalam pelepasan plasenta adalah
retraksi dan kontraksi otot – otot rahim.
b. Di tempat – tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua
basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah – olah plasenta terangkat
dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
Tanda –tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan
fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)
2. Tali pusat memanjang
Ketika diregangkan tali pusat semakin memanjang, menjulur keluar melalui vulva (tanda
ahfeld)
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang berkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar
dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam
ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Macam pelepasan plasenta yaitu :
Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini terdapat hematoma
retro plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan
3
hematoma di atasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin. Bagian
plasenta yang nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma sekarang
terdapat dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara schultze paling sering
dijumpai.
Secara Duncan
Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir
keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian
dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir
dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi plasenta letak
rendah.
2. Tingkat pengeluaran plasenta
Setelah plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim, plasenta
terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari vagina. Dari
tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga mengejan.
D. Pemantauan Kala Tiga
1. Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban Dan Tali Pusat
Pemeriksaan plasenta meliputi :
1. Selaput ketuban utuh atau tidak
2. Plasenta : ukuran plasenta
3. Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon
4. Bagian fetal : utuh atau tidak
5. Tali pusat : jumlah arteri dan vena, adakah arteri atau vena yang terputus untuk
mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi talipusat, apakah sentral, marginal serta
panjang tali pusat (Nining wiyati dkk, 2009 : 150).
4
6. Setelah plasenta lahir bersama selaputnya maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan
secara cermat terhadap :
Kotiledon yang berjumlah 20 buah
Permukaan plasenta janin
Kemungkinan terdapat plasenta suksenturia
Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta dapat menyebabkan :
1. Perdarahan puerperium yang berkepanjangan
2. Bahaya infeksi
3. Terjadi polip plasenta
4. Degenerasi ganas menjadi koriokarsinoma
2. Pemantauan Kontraksi, Robekan Jalan Lahir Dan Perineum, Tanda Vital Dan Hygiene
a. Perdarahan : Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak.
b. Kontraksi uterus : bentuk uterus, intensitas
c. Robekan jalan lahir / laserasi, ruptura perineum.
d. Tanda vital
Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan
Nadi bertambah cepat
Temperatur bertambah tinggi
Respirasi : berangsur normal
Gastrointestinal : normal, pada awal persalinan mungkin muntah.
e. Personal hygien
E. Manajemen Aktif Kala Tiga
1. Langkah Manajemen Aktif Kala III
Langkah utama manajemen aktif kala III (tiga) ada tiga langkah yaitu:
5
a. Pemberian suntikan oksitosin.
b. Penegangan tali pusat terkendali.
c. Masase fundus uteri
a. Pemberian suntikan oksitosin
Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
Namun perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan oksitosin adalah memastikan tidak
ada bayi lain (undiagnosed twin) di dalam uterus. Karena Oksitosin dapat menyebabkan
uterus berkontraksi yang dapat menurunkan pasokan oksigen pada bayi.
Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara intramuskuler (IM) pada
sepertiga bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis). Tujuan pemberian suntikan
oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat
membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.
b. Penegangan tali pusat terkendali
Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva dikarenakan dengan
memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evulsi tali pusat. Meletakkan satu
tangan di atas simpisis pubis dan tangan yang satu memegang klem di dekat vulva.
Tujuannya agar bisa merasakan uterus berkontraksi saat plasenta lepas. Segera setelah
tanda-tanda pelepasan plasenta terlihat dan uterus mulai berkontraksi tegangkan tali pusat
dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah
lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya
inversio uteri. Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah
panggul (posterior kemudian anterior).
Ketika plasenta tampak di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat
ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya. Putar plasenta secara lembut hingga
selaput ketuban terpilin menjadi satu (searah jarum jam).
Lihat gambar Lampiran 1 dan 2
6
Arah permukaan placenta :
Fetal : permukaan yang menghadap ke janin
Maternal : permukaan yang menghadap ke dinding uterus ibu
Plasenta manual
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya
pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan
melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan
langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya
plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila
setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam
waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan
segera.
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio
plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan
bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan
sejajar lantai,. Secara obstetrik masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap
kebawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah
mencapaibukaan serviks. Minta bantuan asisten memegang klem tali pusat, lalu pindahkan
tangan luar untuk menahan fundus uteri. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan
dalam hingga kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta. Bentangkan
tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan
jari-jari lain saling merapat).
Melepas plasenta dari dinding uterus
Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah :
7
o Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadap kebawah (posterior ibu)
o Bila dikorpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap keatas (anterior ibu)
Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kekanan dan kiri sambil digeserkan ke
atas (kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
Lihat gambar Lampiran 3
c. Masase fundus uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri sedangkan
tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap.
Periksa sisi maternal dan fetal. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk
memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
Catatan : diameter plasenta 15-20 cm. Tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram, panjang rata-rata
50-55 cm, dan jumlah kotiledon 15-20 buah.
F. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.
Penyebab :
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang ) seperti :
8
a. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi.
b. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
c. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
d. Partus lama / partus terlantar
e. Malnutrisi.
f. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum
terlepas dari dinding uterus.
Gejala Klinis:
Uterus tidak berkontraksi dan lunak
Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir
Penatalaksanaan atonia uteri :
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil
(masase) fundus uteri, segera lakukan :
1. Kompresi bimanual eksterna
Lihat gambar Lampiran 4
2. Kompresi bimanual interna
Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan
dan pantau kala empat dengan ketat.Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan
keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-
lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus
menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan
500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan
seksama selama kala empat. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.
9
Lihat gambar Lampiran 5
3. Kompresi aorta
Lihat gambar Lampiran 6
BAB III
KALA EMPAT
10
A. Asuhan Kala Empat
1. Fisiologi Kala Empat
2. Evaluasi Uterus
3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
4. Pemantauan Kala Empat
1. Fisiologi Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
memantau kondisi ibu.
2. Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika
masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi
atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri
dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah
perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh
kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka.
Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus
dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
11
a. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
b. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).
c. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.
d. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
Lihat gambar Lampiran 7
Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi/ Laserasi Perineum
Indikasi Episiotomi :
a. Gawat janin
b. Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
c. Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.
Tujuan Penjahitan :
a. Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.
b. Mencegah kehilangan darah.
Keuntungan Teknik Jelujur :
Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model
jelujur. Adapun keuntungannya adalah :
Mudah dipelajari.
Tidak nyeri.
Sedikit jahitan.
12
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang :
a. Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan
penjahitan.
b. Menggunakan sedikit jahitan.
c. Menggunakan selalu teknik aseptik.
d. Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.
Lihat gambar Lampiran 8
Penggunaan Anestesi Lokal :
Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.
Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %.
Tidak Dianjurkan Penggunaan Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan
nekrosis jaringan). Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan
memperpanjang efek kerjanya).
Nasehat Untuk Ibu :
Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini
berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang
diberikan diantaranya :
Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.
Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.
Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.
Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tinggi.
Menganjurkan banyak minum.
13
Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka
jahitan.
4.Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan
oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan
15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
1. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.
2. Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang
antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah
pusat.
3. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka
episiotomi).
5. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
6. Pendokumentasian.
Pemantauan Lanjut Kala IV :
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1. Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N >
100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam
atau perdarahan.
2. Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun
infeksi.
14
3. Nadi
4. Pernafasan
5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba
lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek
(lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau
seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari
jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
7. Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
B. Tanda Bahaya Kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :
1. Demam.
2. Perdarahan aktif.
3. Bekuan darah banyak.
4. Bau busuk dari vagina.
5. Pusing.
6. Lemas luar biasa.
7. Kesulitan dalam menyusui.
8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
C. Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
Tindakan Baik:
1. Mengikat tali pusat
2. Memeriksa tinggi fundus uteri
15
3. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi
4. Membersihkan ibu dari kotoran
5. Memberikan cukup istirahat
6. Menyusui segera
7. Membantu ibu ke kamar mandi
8. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik
bagi ibu maupun bayi.
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:
1. Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.
2. Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
3. Memisahkan ibu dan bayi.
4. Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan
darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
BAB IV
KESIMPULAN
16
A. Kala tiga
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rogga uterus setelahlahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan plasenta
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan
turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina.
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus
2. Peregangan tali pusat (tali pusat bertambah panjang)
3. Semburan darah yang mendadak
Pemantauan kala III :
1. Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
2. Pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, tanda vital dan higyen
Manajemen aktif kala III :
1. Oksitosin
2. Penegangan tali pusat terkendali
3. Masase
Tindakan lain : untuk atonia uteri :
1. KBI (kompresi bimanual internal)
2. KBE(kompresi bimanual eksternal)
3. Kompresi aorta
17
B. Kala Empat
1. Fisiologi Kala Empat
2. Evaluasi Uterus
3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Pemantauan Kala Empat :
a. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi
uterus.
b. Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda
secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus
sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
c. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
d. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi
atau luka episiotomi).
e. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
f. Pendokumentasian.
BAB V
PENUTUP
18
Demikian makalah mengenai Kala Tiga Dan Kala Empat ini saya buat, semoga dengan
adanya makalah ini bisa membantu teman-teman mahasiswa sekalian dalam mempelajari
lebih dalam lagi tentang Kala Tiga Dan Kala Empat. Semua materi maupun contoh yang
tersaji dalam makalah ini memang tidaklah sempurna dan masih banyak kekurang, Adapun
referensi yang kami ambil dari berbagai sumber yang sehingga memudahkan kami untuk
mengetahui Kala Tiga Dan Kala Empat yang sesungguhnya.
Saya sadar makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian untuk
perbaikan saya dalam pembuatan tugas makalah berikutnya. Semoga makalah ini
memberikan banyak manfaat untuk kita semua. Amin.
Wassalam.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro gulardi H, Dkk. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : HSP, 2008.
19
Rukiyah Ai Yeyeh, S.Si.T, Dkk. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan), Jakarta : Trans Info Media,
2010.
Laporan Praktek Kerja Industri PT. Dirgantara Indonesia
http://eksap-me.blogspot.com/2011/05/pemantauan-kala-iii.html
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-tanda-tanda-vital/
http://www.lusa.web.id/kala-iv/
http://suratbidanku.blogspot.com/2010/02/kala-tiga-persalinan.html
http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html
Lampiran 1
20
Melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat
Lampiran 2
Plasenta dilahirkan dengan gerakan “memelintir” plasenta sampai selaput ketuban terangkat
Lampiran 3
21
Manual plasenta
Lampiran 4
Kompresi bimanual eksterna
Lampiran 5
22
Kompresi bimanual interna
Lampiran 6
Kompresi aorta
Lampiran 7
23
Derajat laserasi
Lampiran 8
Anestesi lokal
24