Download - PDK-Peran Perawat Sebagai Pendidik.docx
PERAN PERAWAT SEBAGAI PENDIDIK, PRINSIP PENDIDIKAN
KESEHATAN, PERANAN PENDIDIKAN KESEHATAN, KONSEP
PENDIDIKAN KESEHATAN, PROSES PENDIDIKAN KESEHATAN,
TEMPAT PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN, DAN
PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Keperawatan
Oleh:
Enggelino Awom
Betaria
Maria Agnes Kabelen
Theresia Trihastuti
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER
STIKES SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2013
A. PERAN PERAWAT SEBAGAI PENDIDIK
Peran perawat sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan adalah:
1. Mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajiaan klien diharapkan
dapat diketahui tingkat pengetahuan klien.
2. Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau pendidikan
kesehatan
3. Melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk pemulihan kesehatan
klien antara lain tentang pengobatan, higiena, perawatan,serta gejalan dan tanda-
tanda bahaya.
4. Menyusun penyuluhan dan program pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat
maupun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit, dan pengelola penyakit.
5. Mengajarkan kepada klien informasi tentang tahapan perkembangan
6. Membantu klien untuk memilih sumber informasi kesehatan
B. PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting
untuk menunjang program-program kesehatan yang lainnya. Pengetahuan kesehatan
akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka mengengah dari pendidikan
kesehatan karena pendidikan kesehatan merupakan pendidikan jangka panjang karena
hasilnya baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Selanjutnya perilaku kesehatan
akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran pendidikan kesehatan. Hal ini berbeda dengan program kesehatan yang lain
terutama program pengobatan yang dapat memberikan hasil terhadap penurunan
kesakitan. Oleh karena itu, setiap petugas kesehatan dan sasaran (masyarakat) harus
mampu memahami prinsip pendidikan kesehatan, yaitu:
1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan
pengalaman di mana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat
mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah
lakunya sendiri.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan sudah
mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
(http://www.wordpress.com/prinsippendidikan kesehatan)
Oleh karena itu diperlukan suatu proses yang disebut proses belajar.
C. PERANAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu
kepada Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang
sudah maju Blum menyimpulkan, bahwa lingkungan mempunyai peran yang paling
besar terhadap status kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku yang
mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai peran
yang paling kecil terhadap status kesehatan. Selanjutnya, Lewrence Green menjelaskan
bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yaitu faktor predisposisi, faktor
pendukung, dan faktor yang mendorong.(Notoatmodjo, 2003)
Skema Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Pendidikan Kesehatan
Dari bagan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah
melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok, atau
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
D. KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang
lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau
masyarakat.
Kosep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup selalu memerlukan bantuan orang lain
yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih baik, lebih matang, lebih tahu, lebih
pandai dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok,
atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar. Namun demikian, tidak semua
Pelayanan Kesehatan LingkunganStatus Kesehatan
Keturunan
Reinforcing Factors (sikap dan perilaku petugas kesehatan)
Enabling Factors(ketersediaan
sumber daya/fasilitas)
Perilaku
Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
nilai, dsb)
PenKes dlm Keperawatan
Training, pengembangan
organisasi
PPMPemasaran SosialPengembangan
Organisasi
Komunikasi dinamika kelompok
perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat
berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan itu terjadi bukan dari hasil proses belajar
tetapi karena proses pematangan. Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri: belajar adalah
kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat
yang sedang belajar. Ciri kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut
didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri
ketiga adalah perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebutuhan.
(Notoatmodjo, 2003)
Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka didapatkan konsep pendidikan
kesehatan menurut beberapa ahli:
1. Pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk
membantu klien baik individu, kelompok atau masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang di dalamnya perawat berperan
sebagai perawat pendidik. (Suliha, 2002:6)
2. Pendidikan kesehatan adalah sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
kelompok, masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku) untuk mencapai
kesehatan secara optimal. (Notoatmodjo,2003)
3. Menurut Nyswander, pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan
dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang dapat diberikan oleh
seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian tata laksana yang
akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses
perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana seseorang dapat
menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru, dan perilaku baru yang ada
hubungannya dengan tujuan hidup. (Machfoedz, 2007:5).
4. Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan berupaya agar
masyarakat menyadari atau mengetahui cara memelihara kesehatan. (Notoatmojo,
2007:12).
Jadi, dari konsep di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu
kegiatan proses belajar pada diri individu, kelompok, atau masyarakat dengan tujuan
menciptakan suatu perubahan perilaku dalam mencapai kesehatan yang optimal.
E. PROSES PENDIDIKAN KESEHATAN
Prinsip utama dalam proses pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada
individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Apabila proses pendidikan kesehatan
dilihat sebagai sistem, prosesbelajar dalam kegiatannya menyangkut aspek masukan,
proses, dan keluaran.
1. Masukan dalam pendidikan kesehatan
Adalah individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat yang akan menjadi sasaran
didik. Dalam kegiatan belajar, sasaran didik subjek belajar dengan perilaku belum
sehat.
2. Proses dalam pendidikan kesehatan
Merupakan mekanisme dan interaksi yang memungkinkan terjadinya perubahan
perilaku subjek belajar. Dalam proses tersebut diperlukan interaksi antara subjek
belajar sebagai pusatnya, dan pengajar (petugas kesehatan), metode pengajaran, alat
bantu belajar, dan materi belajar.
3. Keluaran dalam pendidikan kesehatan
Keluaran dalam pendidikan kesehatan adalah kemampuan sebagai hasil perubahan
perilaku yaitu perilaku sehat dari sasaran didik. (Suliha, 2002: 11)
F. TEMPAT PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai
tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya:
1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid, yang
pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS).
Masukan(subjek belajar)
Proses Keluaran(Perilaku Baru)
Latar belakang pendidikan
Sosial BudayaKesiapan fisik
Kesiapan Psikologis
KurikulumSumber daya
Lingkungan belajarSDM
Pedoman
2. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan
Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran
pasien dan keluarga pasien
3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.
(Suliha, 2002:4)
G. PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN
1. Definisi Pendidikan Dalam Keperawatan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
diinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.(UU No.20 tahun 2003).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang
ditujukan kepada individu,keleuarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan terncana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan yang
dimilikinya sehingga dapat diapliksikan dalam bentuk pelayanan yang profesional
yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada
individu,keleuarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
2. Tujuan Pendidikan dalam Keperawatan
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik,
bertanggung jawab, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada
masyarakat, Bangsa dan Negara.
Bloom membedakan tiga kategori tujuan pendidikan antara lain :
a. Kognitif
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia
sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental.
Tujuan kognitif dibagi dalam 6 bagian yaitu :
1) Knowledge(pengetahuan)
Meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk
diingat.
2) Comprehension (pemahaman)
Merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan
menafsirkan suatu teori.
3) Aplication (penerapan)
Merupakan kesanggupan menerapkan atau menggunakan suatu pengertian,
konsep, prinsip, teori yang memerlukan penguasaan pengetahuan dan
pemahaman yang lebih dalam.
4) Analisis
Kemampuan untuk menguraikan sesuatu.
5) Sintesis
Kesanggupan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur.
6) Evaluation
Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu.
b. Afektif
Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau
perkembangan emosional dan moral.
c. Psikomotor
Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung
unsur motorik.
(dhanwaode.wordpress.com/pendidikan-dalam-keperawatan)
Pendidikan kesehatan dalam keperawatan saat ini sangatlah penting untuk dipelajari
bagi setiap perawat, mengingat bahwa saat ini dorongan zaman terus menuntut agar
perawat dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap klien. Pendidikan
kesehatan juga bertujuan agar perawat dapat secara mandiri melaksanakan asuhan
keperawatan, mengkaji, dan mencarikan solusi terbaik untuk klien.
a. Pengkajian kebutuhan belajar
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik, serta melalui informasi dari
orang yang dekat dengan klien. Selain itu bisa melalui wawancara.
1) Pengkajian Faktor Predisposisi
a) Pengkajian riwayat keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status
perkembangan seseorang sehingga dapat memberi arah mengenai isi
pendidikan, kesehatan dan pendekatan yang harus digunakan. Adapun
hal-hal lain yang harus dikaji saat pengkajian riwayat keperawatan,
antara lain: persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya,
kepercayaan klien tentang kesehatan termasuk tentang agama, budaya
yang dianut, gaya hidup, dan keadaan ekonomi klien.
b) Pengkajian fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap
kebutuhan belajar klien. Adapun hal yang harus dikaji dalam
pengkajian fisik yaitu pernyataan klien tentang kapasitas fisik untuk
belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri.
c) Pengkajian kesiapan klien untuk belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dibedakan dengan klien yang tidak
siap untuk belajar. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari
informasi dengan cara bertanya, membaca buku atau artikel, tukar
pendapat dengan sesama klien.Ada beberapa kesiapan yang harus
dimiliki oleh klien untuk belajar, antara lain kesiapan, kesiapan
kognitif, dan kesiapan berkomunikasi.
d) Pengkajian Motivasi
Motivasi merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan
dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan
kebutuhan klien. Motivasi dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan,
penolakan terhadap status kesehatan, kurangnya dukungan dari
lingkugan sekitar, pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan,
ketakutan, rasa malu atau adanya konsep diri yang negatif. Motivasi
juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan.
e) Pengkajian kemampuan membaca
Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada setiap
langkah kehidupan, pada semua suku dan setiap sosial ekonomi.
Banyak orang dengan kemampuan membaca dan menulis rendah
mempunyai intelegensi rata-rat dan berbicara dengan baik.
2) Pengkajian faktor pemungkin
Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting
untuk menampilkan perilaku sehat yang meliputi fasilitas yang ada,
personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain yang
serupa.
3) Pengkajian faktor penguat
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung
kepada tujuan dan jenis program.
b. Penegakan diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar
dikelompokkan di bawah kategori kurang pengetahuan. Faktor-faktor yang
berhubungan atau menjadi penyebab darikurangnya pengetahuan mencakup
kurangnya keterpaparan informasi, kurang mengulang pelajaran, adanya
kesalahpenafsiran, keterbatasan pengetahuan, kurangnya ketertarikan dalam
belajar, tidak familiernya klien dengan informasi.
c. Perencanaan pendidikan kesehatan
Mengembangkan perencanaan pengajaran adalah menyelesaikan sejumlah
langkah. Melibatkan klien saat perencanaan dapat meningkatkan terciptanya
perencanaan yang berguna dan memotivasi klien. Langkah-langkah pembuatan
perencanaan:
1) Menentukan prioritas pengajaran
Kebutuhan belajar klien harus diurut berdasarkan prioritas. Perawat dan
klien hendaknya melakukannya secara bersama-sama. Salah satu
yangmenjadi kriteria yang diprioritaskan adalah motivasi klien untuk
berkonsentrasi pada kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi.
2) Menetapkan tujuan belajar
Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan pada
prosesasuhan keperawatan. Tujuan belajar yang dirancang dengan baik
akan menuntun perencanaan tentang isi atau substansi, metode, strategi,
aktivitas, dan perencanaan metode evaluasi belajar. Beberapa ketentuan
umum dalam merumuskan tujuan belajar, antara lain:
a) Tujuan belajar dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
dikehendaki.
b) Tujun belajar dapat diobservasi dan aktivitasnya dapat diukur.
c) Harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk mengklarifikasi
dimana, kapan, atau bagaimana perilaku ditampilkan.
d) Dalam tujuan harus tercakup kriteria waktu yang spesifik.
3) Memilih substansi atau isi materi
Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai
dan memilih informasi yang dibutuhkan dengan cara menyeleksi dari
berbagai sumber informasi.Sumber yang dipilih hendaknya: akurat, terbaru,
didasarkan atas tujuan belajar, disesuaikan dengan usia klien, budaya, dan
kemampuan, konsisten, serta dipilih dengan mempertimbangkan waktu dan
sumber daya yang mungkin untuk mengajar.
4) Memilih strategi belajar
Memiih metode mengajar hendaknya cocok untuk individu, cocok dengan
materi yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagai faktor lain
perlu dipertimbangkan.Beberapa tujuan belajar mungkin dapat dicapai
dengan mudah melalui tatap muka satu persatu antara perawat dengan klien,
tetapi yang lain dapat dengan mudah dicapai dengan diskusi kelompok.
5) Memilih alat bantu mengajar
Alat bantu mengajar membantu mengajar, tetapi bukan suatu pengganti
untuk berhubungan denagn manusia.Alat ini digunakan untuk menambah
atau menguatkan mengajar dengan strategi tatap muka.Alat bantu mengajar
sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai.
6) Membuat rencana evaluasi
Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencanaan kegiatan pendidikan
kesehatan dan indikator apa yang akan dipakai dalam evaluasi itu.Evaluasi
dapat dibedakan :
Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang
telah dijadwalkan dalam perencanaan, apakah sesuai atau terjadi
perubahan dalam pelaksanaannya.
Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dengan pendidikan kesehatan yang dimaksud.
d. Implementasi pendidikan kesehatan
Petunjuk yang dapat membantu perawat ketika mengimplementasikan rencana
pengajaran:
Waktu yang optimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien yang
belajar.
Kecepatan dari setiap sesi juga mempengaruhi belajar.Perawat hendaknya
sensitif terhadap berbagai tanda bahwa langkah-langkah mengajar terlalu
cepat atau lambat.
Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar.
Alat bantu mengajar dapat membantu perkembangan belajar dan membantu
memfokuskan perhatian klien.
Dengan perangsangan motivasi klien akan belajar lebih efektif.
Melakukan pengulangan dapat menguatkan belajar.
Menggunakan bahasa orang awam dapat meningkatkan komunikasi.
e. Evaluasi pendidikan kesehatan
1) Evaluasi belajar klien
Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir
pembelajaran.Metode terbaik untuk evaluasi tergantung pada jenis
belajar.Untuk aspek kognitif contoh alat evaluasi adalah observasi langsung
perilaku.Evaluasi kemahiran aspek psikomotor yang terbaik adalah
mengobservasi bagaimana klien melakukan prosedur. Sementara untuk
evaluasi sikap dengan mengobservasi perilaku klien.
2) Evaluasi mengajar
Evaluasi mengajar adalah hal penting bagi perawat untuk menilai
kemampuannya. Evaluasi harus mencakup waktu, strategi mengajar, jumlah
informasi dan apakah mengajar cukup berguna. Perawat mungkin
menemukan hal-hal sebagai contoh bahwa klien telah kebanyakan
informasi, telah bosan, atau telah termotivasi untuk belajar lebih banyak.
Klien pun dapat memberikan evaluasi kepada perawat apa yang telah
membantunya, dan apa yang menarik baginya, agar perawat senantiasa
terus meningkatkan kualitas layanan keperawatan, khususnya kualitas
tindakan keperawatan pendidikan kesehatan.
f. Dokumentasi pendidikan kesehatan
Pendokumentasian merupakan hal yang sangat penting, sebab hal ini
memberikan suatu legalitas pencatatan bahwa mengajar telah dilakukan, dan
dokumen ini merupakan alat komunikasi dengan profesi lain dalam pelayanan
kesehatan. Hal penting yang harus didokumentasikan adalah respon klien dan
orang-orang yang mendukungnya. Dokumen hendaknya mencakup diagnosis
keperawatan, tujuan belajar, topik, hasil yang dicapai, kebutuhan mengajar
tambahan dan sumber-sumber yang diberikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan di dalam
keperawatan merupakan salah satu jenis intervensi atau tindakan yang ditujukan
untuk memecahkan diagnosis keperawatan, yaitu kurangnya pengetahuan pada klien.
Melalui intervensi tersebut diharapkan klien dapat memperluas pengetahuan,
memperbaiki sikap, serta mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
Sebagai intervensi, pendidikan dapat dilakukan dengan upaya keperawatan baik
yang bersifat promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif dengan sasaran
individu, kelompok, dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Machfoedz, Ircham. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan.
Yogyakarta: Fitramaya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Suliha, Uha. 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
dhanwaode.wordpress.com/pendidikan-dalam-keperawatan
http://www.wordpress.com/prinsippendidikan kesehatan