PARTISIPASI ORANG TUA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS
V SD KANISIUS WATES KULON PROGO
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Valentina Reanita Agustin
NIM: 021124018
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKANKEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2008
ii
S K R I P S I
PARTISIPASI ORANG TUA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI
KELAS V SD KANISIUS WATES KULON PROGO
iii
iv
Skripsi ini Kupersembahkan kepada
Bapak Ibu dan adik-adik terkasih,
Para pendidik di SD Kanisius Wates Kulon Progo
v
MOTTO :
“Barang siapa cinta kepada anaknya menyediakan cambuk baginya, supaya akhirnya ia
mendapatkan sukacita karenanya. Barang siapa mendidik anaknya dengan tertib, akan
beruntung karenanya"
(Sir 30:1-2)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul "PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKANAGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WATES KULONPROGO". Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta-fakta bahwa sampai saat inimasih banyak ditemukan orang tua yang "pasrah bongkokan" menyerahkan pendidikananaknya kepada sekolah tanpa mau terlibat aktif dalam proses pendidikan anak-anaknya.Mereka sendiri terlalu sibuk dan tidak ada waktu untuk mendampingi anak-anaknya.Lebih buruknya lagi karena keterbatasan latar belakang pendidikan orang tuamengakibatkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua tentang pendidikanagama Katolik. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengadakan pendekatan yangdapat mengembalikan peran orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalamkeluarga.
Penulis dalam penulisan skripsi ini menawarkan pendekatan yang lebihdifokuskan pada orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam PAK.Katekese dipilih penulis sebagai jalan untuk menolong orang tua agar semakinmemahami dan menyadari tugasnya sebagai pendidik yang pertama dan utama. Melaluikatekese, penulis ingin membantu orang tua agar semakin menyadari pentingnyapartisipasi dari orang tua dalam memotivir belajar anak. Pendekatan tersebut disertaipenambahan pengetahuan dan wawasan tentang bentuk-bentuk partisipasi yang dapatdigunakan dalam peningkatan pendidikan anak-anaknya.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan terhadappendampingan orang tua di SD Kanisius Wates Kulon Progo, sehingga orang tua dapatterbantu dan semakin meningkatkan partisipasinya dalam pendidikan agama Katolikanak-anaknya.
viii
ABSTRACT
The title of the thesis is THE PARTICIPATION OF THE PARENTS INCATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION FOR THE STUDENT OF FIFTHGRADE AT CANISIUS ELEMENTARY SCHOOL, WATES, KULON PROGO.The writer chooses this title based on the fact that nowdays there are many parents whostill rely their children's education on the school without actively involved in theirchildren's education. Parents are too busy and have no time to be their children's side.This situation is getting worsed by the lack of parents educational background and theirminimum knowledge about Catholic religious education. This problem can be solved byarranging approaches which can make parents as the first and the main educators in thefamily.
The writer in this thesis recommends the approach which is focussed on parents asthe first and the main educators in Catholic religious education. Catechesis is choosen bythe writer as a way to help parents to understand and realize their duty as the first and themain educators. Through Catechesis the writer wants to help parents to realize howimportant the participation of parents in Catholic religious education is. This program canbe followed by doing knowledge enrichment and about the form of participation whichcan be used in improving children education.
This thesis is supposed to give participation to parents assistance at Canisiuselementary school, Wates, Kulon Progo, so that parents can be supported to increase theirparticipation in their children Catholic religious education.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Valentina Reanita Agustin
Nomor Mahasiswa : 021124018
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIKSISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WATES KULON PROGObeserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikankepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di Internet ataumedia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari sayamaupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama sayasebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 01 September 2008
Yang menyatakan
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena rahmat cinta dan
kesetiaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Partisipasi
Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas V SD Kanisius
Wates Kulon Progo”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan
serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih
yang mendalam kepada:
1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku pembimbing utama dan Dosen
pembimbing akademik yang dengan sepenuh hati, sabar dan setia mendampingi
penulis serta mendukung skripsi ini dari awal hingga akhir.
2. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd. selaku penguji II yang bersedia mendampingi penulis
dalam mempertanggungjawabkan skripsi.
3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si selaku dosen penguji III atas kesediaan beliau mengoreksi
dan membantu menyempurnakan skripsi ini.
4. Para Dosen dan Staf Karyawan IPPAK yang memberi dukungan selama ini.
5. Robertus May Vana Ristanto, Innocentius Kafkadru Reivan, kedua orang tuaku dan
kakak yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Stefanus Giman S.Pd. selaku Kepala Sekolah di SD Kanisius Wates Kulon Progo
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
x
7. Siswa-siswi kelas V (Lima) di SD Kanisius Wates Kulon Progo yang telah bersedia
membantu penulis dengan menjawab kuesioner.
8. Orang tua Siswa-siswi kelas V (Lima) di SD Kanisius Wates Kulon Progo yang telah
bersedia memberi informasi sebagai masukan dalam wawancara.
9. Teman-teman angkatan 2002-2003 yang selalu memotivasi dan memberi dorongan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
10. Semua orang yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, namun telah terlibat dalam
proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari segala keterbatasan, kelemahan dan kekurangan, khususnya dari
segi isi dan perumusan kalimat. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap segala masukan
dan saran bagi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi
orang tua untuk memotivir belajar anak.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN............................................................................................... iii
PERSEMBAHAN............................................................................................ iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Keprihatinan .......................................................................... 6
C. Rumusan Permasalahan ............................................................................ 7
D. Tujuan Penulisan........................................................................................ 7
E. Manfaat Penulisan...................................................................................... 7
F. Metode Penulisan....................................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 8
BAB II. KAJIAN TEORI MENGENAI PARTISIPASI ORANG TUADALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ...............................10
A. Partisipasi Orang Tua ................................................................................ 11
1. Pengertian Partisipasi ............................................................................ 11
2. Bentuk Partisipasi ................................................................................. 12
B. Orang Tua sebagai Pendidik dalam Keluarga............................................ 13
1. Pengertian Orang Tua ........................................................................... 13
2. Tanggung Jawab Orang Tua sebagai Pendidik dalam Keluarga .......... 14
a. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak ...................... 14
xii
b. Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua .......................................... 16
C. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Menghambat,dan yang Mendukung Belajar Anak ........................................................ 181. Pengertian Belajar ................................................................................. 18
2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ...................................................... 19
3. Faktor yang Menghambat Belajar.......................................................... 21
4. Faktor yang Mendukung Belajar ........................................................... 22
a. Suasana Rumah Tangga Harus Mendorong Anak untuk Belajar ..... 22
b. Membangkitkan Minat Belajar Anak ............................................... 22
D. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar ................................................. 23
1. Perkembangan Kognitif ........................................................................ 25
2. Perkembangan Emosi............................................................................. 26
3. Perkembangan Moral ............................................................................. 26
4. Perkembangan Iman............................................................................... 27
E. Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar ............................................... 28
1. Pendidikan secara Umum ..................................................................... 28
2. Pendidikan Agama Katolik .................................................................... 29
BAB III. METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN TENTANGPARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKANAGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUSWATES KULON PROGO ...........................................................32
A. Metodologi Penelitian ............................................................................... 33
1. Jenis Penelitian....................................................................................... 34
2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34
3. Responden ............................................................................................ 34
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34
a. Variabel ............................................................................................ 34
b. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 35
c. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 35
d. Teknik Analisis Data ........................................................................ 37
B. Laporan Hasil Penelitian ........................................................................... 37
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 47
xiii
1. Pembahasan Hasil Penelitian dengan Kuesioner .................................. 47
2. Pembahasan Hasil Penelitian dengan Wawancara ................................ 54
D. Kesimpulan Hasil Penelitian ..................................................................... 55
BAB IV. PROGRAM PENINGKATAN PARTISIPASI ORANG TUADALAM PROSES BELAJAR PAK MELALUI KATEKESE ....... 57
A. Latar Belakang Pemikiran Dasar Program ............................................... 58
B. Usulan Program ........................................................................................ 59
1. Arti Program ......................................................................................... 59
2. Tujuan Program .................................................................................... 59
3. Materi Program ..................................................................................... 60
C. Contoh Persiapan Katekese ....................................................................... 68
BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 79
A. Kesimpulan ............................................................................................... 79
B. Saran ......................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 84
LAMPIRAN .................................................................................................... 86
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian .................................................................. (1)
Lampiran 2: Nama Siswa-siswi Kelas V (Lima) SD Kanisius Wates
Kulon Progo ............................................................................... (4)
Lampiran 3: Wawancara ................................................................................. (5)
Lampiran 4: Wawancara ................................................................................. (6)
Lampiran 5: Wawancara ................................................................................. (7)
Lampiran 6: Wawancara ................................................................................. (8)
Lampiran 7: Wawancara ................................................................................. (9)
xiv
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian
Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik
Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam
rangka PELITA III). Ende: Arnoldus, 1979/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II tentangg
Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965
FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern, 22 November
1981
C. Singkatan Lain
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
PAK : Pendidikan Agama Katolik
SD : Sekolah Dasar
KS : Kitab Suci
KV II : Konsili Vatikan Kedua
Th : Tahun
TV : Televisi
xv
WIB : Waktu Indonesia Barat
No : Nomor
Jml : Jumlah
PR : Pekerjaan Rumah
P : Pewawancara
R : Responden
SCP : Shared Christian Praxis
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
KP : Kulon Progo
PNS : Pegawai Negeri Sipil
VCD : Video Compact Disc
USD : Universitas Sanata Dharma
s.d : sampai dengan
dll : dan lain-lain
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sangat penting bagi perkembangan hidup manusia. Orang tua
menjadi pendidik yang pertama dan utama, sehingga tanggung jawab orang tua
dalam keluarga tidak bisa digantikan oleh pihak lain. Dengan kata lain orang tua
dalam keluarga mempunyai kewajiban yang tidak dapat atau tidak boleh
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak lain atas pendidikan anak-anaknya.
Oleh sebab itu, para orang tua hendaknya sadar bahwa pendidikan utama
bagi anak-anak berada di dalam keluarga masing-masing. Sitepu (Kompas, 24
Mei 1999) menuturkan bahwa persentuhan anak yang pertama adalah dengan
keluarga. Keluarga memiliki banyak waktu untuk mengembangkan anak. Nilai-
nilai yang ditanamkan orang tua akan lebih banyak dicerna dan dianut oleh anak
itu sendiri. Ia juga berpendapat bahwa pendidikan dalam keluarga sangat
menentukan sikap demokratis seseorang. Penghargaan pada anak sebagai manusia
yang memiliki pandangan sendiri berdasarkan pengalamannya, berawal dari
penghargaan orang tua serta anggota keluarganya.
Nasution (1985:1) berpendapat betapa pentingnya pendidikan anak-anak
dalam keluarga yang dilaksanakan oleh para orang tua. Ia juga menegaskan bahwa
tujuan pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga, adalah untuk membina,
membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci, maka secara tidak
langsung anak itu dapat dibentuk atau diarahkan sesuai dengan keinginan orang
2
tuanya sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidik yang pertama dan
terpenting adalah orang tua dan keluarga secara umum. Tanggung jawab orang tua
sebagai pendidik merupakan hal kodrati, tidak dapat ditawar-tawar lagi. Anak
merupakan buah cinta kasih mereka yang perlu dilindungi, dibesarkan, dicintai
dan dididik. Dengan demikian hal yang perlu dituntut dari tanggung jawab orang
tua dalam mendidik anak adalah suatu sikap di mana orang tua memandang anak
sebagai manusia yang sedang berkembang. Anak diberikan kasih sayang,
perhatian, bimbingan dan juga pertolongan untuk mengembangkan pribadinya
lewat pendidikan yang benar. Pengarahan dari orang tua mengenai pendidikan
agama juga dibutuhkan, ini berarti bahwa orang tua telah berpartisipasi dalam
memperdalam dan mempertinggi pengetahuan agama anak.
Mudji Soetrisno (dalam Mulyono 1998:104) menyatakan bahwa
pelajaran agama sebaiknya dikaitkan atau dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari karena sesungguhnya penanaman nilai itu tempatnya bukan hanya pada
pengetahuan tapi pada kehidupan sehari-hari di rumah dan di segala macam
tempat. Ia juga menegaskan bahwa pengetahuan agama yang diperoleh di sekolah
belum tentu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan agama itu bukan
hanya hafalan saja, mengetahui saja, atau kuantitas saja. Ismartono (dalam
Mulyono 1998:118) mengatakan masyarakat pertama yang dialami oleh manusia
itu adalah keluarganya. Maka pelajaran agama pertama itu diperoleh di tengah
keluarga, tidak dalam kata-kata tetapi dalam bentuk perbuatan. Oleh karena itu,
pendidikan anak dalam keluarga sangatlah penting, di mana setiap orang tua harus
3
meluangkan waktunya dan harus menyiasati agar setiap waktu yang diberikan
untuk anak-anak mereka menjadi bermakna.
Setiadi (dalam Mulyono 1998:131) menyatakan kalau pendidikan iman
yang diterima anak sekedar pengetahuan di sekolah, kemudian orang tua kurang
memberi teladan dan kesempatan dialog, maka mereka akan terombang-ambing
karena tidak punya pegangan ketika menghadapi banyaknya kegiatan yang
bersifat merusak atau negatif. Dengan kata lain, bila bimbingan yang diterima
anak dalam rumah tangga tidak baik maka kelak hal itu akan membekas pada
kehidupan tingkah laku anak tersebut. Komisi Kateketik KWI (1995:23)
menegaskan arus besar di dalam masyarakat sering menciptakan gambaran
seakan-akan yang terpenting dalam hidup adalah mengumpulkan uang-materi,
kedudukan, dan kekuasaan, sehingga tidak sedikit orang tua yang mengira bahwa
dengan menyediakan materi bagi keluarga tugasnya selesai. Kosoema (Kompas,
22 Desember 2003) berpendapat hingga kini masih banyak kita temui orang tua
yang "pasrah bongkokan" menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah tanpa
mau terlibat aktif dalam proses pendidikan anak-anak mereka sendiri, entah
karena alasan kerja, sibuk, tidak ada waktu, atau alasan ekonomis, misalnya saya
sudah bayar mahal ke sekolah untuk pendidikan anak saya. Adanya mental jual
beli inilah sebenarnya yang menghambat kualitas pendidikan kita. Mulyono
(1998:49) mengatakan di lingkungan keluarga anak terkadang kurang
mendapatkan dukungan bagi kemajuan pendidikan dan terdapat beberapa hal yang
menjadi kesulitan orang tua dalam membantu pelajaran Agama. Kesulitan yang
dialami orang tua umumnya adalah keterbatasan latar belakang pendidikan orang
4
tua yang mengakibatkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua
tentang pendidikan agama Katolik
Selain itu pengasuhan orang tua sehari-hari terhadap anak juga
mempengaruhi bagaimana pengasuhan dalam pendidikan anak, misalnya masalah
pengaturan waktu belajar, kadang anak kurang disiplin dalam belajar, belajar
hanya kalau akan ada ulangan atau ujian, belajar sambil nonton TV, bahkan
sebagian besar waktunya hanya untuk nonton TV, sulit mengatur waktu, tidak
punya jadwal belajar dan sebagainya. Nasution (1985:8) berpendapat bahwa anak
yang masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan pasti mengalami
kesulitan dalam membagi waktunya secara efisien, maka orang tua perlu
membantu anaknya untuk membuatkan jadwal belajar. Ia juga mengatakan bahwa
orang tua perlu memperlihatkan cara belajar yang baik kepada anak-anaknya.
Semakin banyak orang tua memberikan contoh-contoh perbuatan serta dengan
seringnya diulang perbuatan yang demikian akan memberikan kesadaran dan
dorongan kepada anak.
Supolo Sitepu (Kompas, 24 Mei 1999) mengatakan bahwa pada
hakikatnya semua hal yang dialami dan ditangkap oleh indera anak merupakan hal
penting untuk perkembangannya, karena itu orang tua perlu mendampingi anak-
anaknya. Hal senada juga dikatakan oleh Nasution (1985:3) bahwa orang tua
mempunyai peranan penting dan memiliki tanggung jawab yang besar. Untuk itu
orang tua harus dapat menjadi panutan atau model yang selalu ditiru dan dicontoh
oleh anak-anak dalam segala gerak perbuatannya. Sikap dan perbuatan orang tua
sehari-hari akan cepat meresap ke dalam jiwa anak, sebab anak memiliki sifat
5
meniru yang sangat besar sekali,
Orang tua juga mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana
keluarga yang dijiwai oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang-
orang lain sehinggga perkembangan pribadi dan sosial yang utuh dapat dipupuk di
antara anak-anak. Komisi Kateketik KWI (1995:23), menegaskan bahwa anak
pertama-tama memerlukan perhatian, kehangatan dan kemesraan hubungan
dengan orang tua dan saudara-saudara mereka. Anak-anak memerlukan
keleluasaan mengutarakan isi hati, emosi, dan pengalamannya kepada orang tua.
Maka, orang tua harus menyediakan diri dan harus juga dapat bertindak sebagai
sahabat bagi anak-anaknya.
Nasution (1985:30) mengatakan sudah menjadi kewajiban orang tua untuk
memberikan bimbingan, pengarahan kepada anak-anaknya, sehingga anak dapat
mencapai prestasi belajar yang memuaskan di sekolah. Dengan memberikan
pendidikan, bimbingan dan pengarahan kepada anak, berarti orang tua melatih
anak untuk memperkembangkan dirinya sendiri ke arah yang lebih baik dan lebih
menguntungkan. Dengan kata lain pengarahan dan bimbingan, akan membuat
anak berpikir untuk giat belajar demi mencapai prestasi belajar yang baik di
sekolah. Dengan adanya pengarahan dari orang tua mengenai pendidikan agama,
itu berarti orang tua pun berpartisipasi dan berperanserta dalam memperdalam dan
mempertinggi pengetahuan agama anak.
Dipilihnya permasalahan mengenai adanya bentuk-bentuk partisipasi
orang tua untuk meningkatkan proses belajar PAK dalam penulisan skripsi ini,
mengingat bahwa partispasi orang tua sebagai pendidik dalam keluarga sangatlah
6
penting untuk membantu keberhasilan pendidikan anak. Orang tua merupakan
tokoh terpenting dalam kehidupan seorang anak karena orang tua banyak
memberikan pengaruh terhadap diri anak terutama dalam perkembangan
kepribadiannya. Setelah anak mulai duduk di bangku sekolah, pengaruh orang tua
tetap tidak dapat dilepaskan. Bagaimana perhatian, sikap dan hubungan yang
terjadi antara orang tua dan anak, semua ini akan berpengaruh terhadap prestasi
yang ditampilkan anak di sekolah. Jadi orang tua mempunyai peranan vital dan
tak tergantikan dalam pendidikan anak.
B. IDENTIFIKASI KEPRIHATINAN
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan keprihatinan
sebagai berikut :
1. Orang tua yang "pasrah bongkokan" menyerahkan anaknya untuk dididik di
sekolah tanpa mau terlibat proses belajar pendidikan anak-anaknya.
2. Orang tua terlalu sibuk bekerja mengakibatkan kurangnya pengawasan dan
bimbingan kepada anak sehingga anak tidak bersemangat dan terdorong
hatinya untuk aktif belajar.
3. Kesulitan yang dialami orang tua yakni karena keterbatasan pengetahuan
orang tua terhadap agama katolik sehingga mereka kurang mengerti atau
memahami pelajaran agama Katolik.
4. Pendidikan iman yang diterima anak sekedar pengetahuan di sekolah,
kemudian orangtua kurang memberi teladan.
7
C. RUMUSAN PERMASALAHAN
Bertitiktolak dari deskripsi latarbelakang di atas, permasalahan yang muncul
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Apa yang dimaksud dengan partisipasi orang tua dalam Pendidikan Agama
Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo?
Bentuk-bentuk partisipasi apa sajakah yang dapat dipakai orang tua dalam
Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon
Progo?
D. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah :
1. Mendiskripsikan tentang partisipasi orang tua dalam Pendidikan Agama
Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo.
2. Memberikan gambaran tentang bentuk-bentuk partisipasi orang tua dalam
Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon
Progo.
E. MANFAAT PENULISAN
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai kepentingan, antara
lain:
1. Bagi siswa, perhatian orang tua sangat memotivasi anak untuk aktif dalam
pembelajaran.
2. Bagi orang tua, memperoleh wawasan tentang perannya, tanggung jawab,
dan dapat menerapkan cara-cara yang efektif untuk menunjang
8
pembelajaran anaknya dalam kehidupan keluarga sehari-hari.
Bagi guru, sebagai masukan bahwa proses belajar yang baik di sekolah dapat
membantu anak lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
F. METODE PENULISAN
Pertama-tama penulis mengadakan riset pustaka yaitu dengan membaca
buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam skripsi ini penulis
menggunakan metode deskriptif-interpretatif, yaitu menggambarkan dan
menafsirkan permasalahan yang ada sehingga dapat diperoleh bentuk-bentuk
partisipasi seperti apa sajakah yang dapat meningkatkan proses belajar PAK. Data
yang dibutuhkan, diperoleh dengan wawancara kepada lima orang tua dari siswa-
siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo dan kuesioner yang
ditujukan untuk siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini akan ditulis dalam lima bab. Penulisan akan dimulai dengan
pendahuluan, kemudian akan dipaparkan secara jelas pada setiap babnya,
kemudian diakhiri dengan penutup berupa kesimpulan dan saran.
Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi
keprihatianan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II berupa kajian teori tentang partisipasi orang tua dalam PAK, yang
akan dibagi dalam empat bagian di antaranya: partisipasi orang tua, orang tua
9
sebagai pendidik dalam keluarga, belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi,
menghambat serta yang mendukung belajar anak, perkembangan anak usia
Sekolah Dasar.
Bab III dibicarakan mengenai metodologi dan hasil penelitian tentang
partisipasi orang tua dalam PAK, yang di dalamnya tercakup metodologi
penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesimpulan
penelitian.
Bab IV penulis memberikan sumbangan kepada para pendamping, untuk
membantu meningkatkan kesadaran orang tua siswa siswi SD Kanisius Wates
dalam PAK. Bab ini meliputi latar belakang pemikiran dasar program dan usulan
program.
Bab V berupa penutup yang merupakan kesimpulan dan saran.
Dilanjutkan dengan penutup, daftar pustaka, serta lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORI MENGENAI PARTISIPASI ORANG TUA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
Orang tua dalam keluarga merupakan pendidik yang pertama. Hal ini jelas
karena dalam rumah tanggalah seorang anak mula-mula memperoleh pendidikan.
Orang tua sebagai pendidik yang pertama mempunyai kewajiban membantu anak
belajar di rumah. Untuk itu partisipasi dari keluarga khususnya orang tua sangat
penting bagi anak khususnya dalam belajar PAK. Di samping itu peran orang tua
sebagai pendorong atau penyemangat belajar sangat dibutuhkan oleh anak, karena
seorang anak khususnya anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar sangat
membutuhkan perhatian, bimbingan serta bantuan dalam belajar. Jadi tugas orang
tua tidak hanya menyekolahkan anak saja tetapi juga berperan serta secara aktif
dalam memotivir anak untuk belajar khususnya dalam belajar PAK. Bentuk-
bentuk partisipasi yang bisa digunakan orang tua dalam mendidik anak sangat
beranekaragam. Maka dari itu pada bab II ini penulis memaparkan berbagai
bentuk partisipasi yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memotivasi anak
supaya anak aktif dalam belajar PAK.
Untuk lebih jelasnya pada bab II ini penulis menyajikan atau memaparkan
topik-topik di antaranya tentang bentuk-bentuk partisipasi yang dapat digunakan
orang tua dalam PAK. Bab ini terdiri dari lima bagian besar yaitu partisipasi orang
tua; orang tua sebagai pendidik dalam keluarga; belajar beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi, menghambat, mendukung belajar anak; perkembangan anak usia
11
Sekolah Dasar; dan Pendidikan khususnya Pendidikan Agama Katolik Sekolah
Dasar.
A. Partisipasi Orang Tua
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi secara umum dapat diartikan sebagai peran serta seseorang atau
kelompok dalam suatu kegiatan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005:831), partisipasi ialah hal turut berperan serta dalam suatu
kegiatan. Kata partisipasi di atas bukanlah hanya sekedar sumbang ide atau saran
dari seseorang atau kelompok dalam bentuk kata-kata saja tapi lebih pada suatu
bentuk tindakan nyata dari seseorang atau kelompok. Adanya partisipasi dari
seseorang atau kelompok memang sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan.
Partisipasi khususnya dalam hal pendidikan yang dilakukan orang tua dalam
meningkatkan belajar PAK siswa-siswi Sekolah Dasar juga amat perlu
diperhatikan mengingat bahwa orang tua itu merupakan pendidik pertama dalam
rumah tangga. Di samping itu anak usia sekolah dasar juga masih sangat
membutuhkan bimbingan dan dorongan dari orang tua dalam belajar.
Keikutsertaan orang tua dalam PAK diharapkan dapat membantu keberhasilan
pendidikan anak khususnya dalam bidang PAK.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa partisipasi ialah kesediaan
dari orang tua siswa untuk membantu keberhasilan pendidikan anak. Apabila
orang tua menginginkan suatu keberhasilan anak dalam pendidikan, dari pihak
orang tua pun perlu adanya kesediaan atau orang tua melibatkan diri dalam
12
mendidik anak. Oleh sebab itu, faktor partisipasi memang sangat penting dalam
mendidik anak.
2. Bentuk Partisipasi
Partisipasi orang tua dalam kegiatan belajar anak sangat berpengaruh
terlebih untuk meningkatkan kemajuan belajar. Nasution (1985:83) mengatakan
bahwa orang tua yang bijaksana hendaknya berusaha untuk membangkitkan
kemauan belajar anak dengan tujuan agar anak tetap mempunyai semangat yang
tinggi dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Maka itu ia memaparkan
bentuk-bentuk partisipasi sebagai berikut: a. melengkapi bahan atau alat-alat
keperluan anak dalam penyelenggaraan pendidikannya, misalnya: memberikan
kelengkapan buku-buku yang diperlukan anaknya, demikian juga dengan alat-alat
tulis lainnya (pensil, pulpen, penggaris dan sebagainya); b. mengontrol serta
memberikan kesempatan belajar yang cukup. Orang tua mengontrol jam-jam
belajar anaknya dengan tujuan supaya anak tahu akan kewajibannya sebagai
seorang pelajar; c. menciptakan suasana yang tenang pada saat anak sedang
belajar. Pada waktu anak sedang belajar di rumah, orang tua menunjukkan
partisipasinya dengan menciptakan suasana yang tenang di lingkungan belajar
anak, misalnya: mematikan telivisi atau radio pada saat anak sedang belajar; d.
orang tua membantu anak membuat jadwal belajar di rumah. Anak yang masih
dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan, masih belum bisa membagi
waktunya secara efisien. Dalam hal ini orang tua perlu membantu anaknya untuk
membuat jadwal belajarnya. Dengan adanya jadwal belajar anak akan dibantu
untuk mengingat akan jam belajarnya. Pembuatan jadwal pun perlu disusun
13
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu menyita sebagian besar waktu anak, karena
mengingat bahwa setiap anak masih memerlukan waktu untuk bermain bersama
teman-temannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi
dalam meningkatkan belajar memang sangatlah beranekaragam dapat berupa
kasih sayang, perhatian, ide, sarana prasara, dana, dan sebagainya. Di samping itu,
memang masih banyak lagi bentuk-bentuk partisipasi yang dapat digunakan orang
tua untuk membantu anak dalam memotivir belajar anak. Penulis lebih memilih
untuk memaparkan bentuk-bentuk partisipasi yang simpel dalam arti mudah
dilakukan oleh orang tua melakukan hal tersebut. Dan untuk melakukan semuanya
itu memang orang tua dituntut untuk dengan sabar, aktif, dan penuh kasih sayang
dalam memotivir anak belajar khususnya belajar PAK di rumah.
B. Orang Tua Sebagai Pendidik Dalam Keluarga
1. Pengertian Orang Tua
Nasution (1985:1) menjelaskan bahwa orang tua ialah setiap orang yang
bertanggungjawab dalam satu keluarga, yang dalam penghidupan sehari-hari
lazim disebut dengan bapak-ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama
memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau keluarga.
Hal ini jelas karena dalam rumah tanggalah anak pertama kalinya memperoleh
pendidikan. Bisa dikatakan bahwa rumah tangga merupakan sekolah pertama bagi
anak oleh karena itu ibu dan bapak sebagai guru-gurunya dalam rumah tangga.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:802) yang disebut orang tua ialah
14
bapak dan ibu atau orang yang dianggap disegani.
Berangkat dari beberapa batasan tersebut, maka orang tua adalah bapak dan
ibu atau orang yang dihormati. Di mana anak-anak atau semua orang yang berada
di bawah pengawasan maupun dalam asuhan dan bimbingannya menghormati
orang tua sebagai pendidik dalam keluarga.
2. Tanggung Jawab Orang Tua Sebagai Pendidik dalam Keluarga
a. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
Orang tua mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki tanggung
jawab dalam hal mendidik anak. Gereja menempatkan orang tua sebagai pendidik
anak yang pertama dan utama dalam keluarga, “karena orang tua telah
menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat
untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai
pendidik mereka yang pertama dan utama” (GE, art. 3). Orang tua mempunyai
peranan vital dan tak tergantikan dalam pendidikan anak. Peran orang tua ini
merupakan konsekuensi dari tanggung jawab mereka sebagai penyalur kehidupan
bagi anak-anak.
......Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga,yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadapsesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikanpribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkunganpendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan olehsetiap masyarakat (GE, art. 3).
Ini berarti bahwa orang tua mempunyai tugas untuk mendidik anak,
berperan menciptakan situasi keluarga yang mendukung proses pendidikan anak.
Situasi keluarga yang didasari oleh semangat bakti pada Allah dan kasih sayang
15
pada sesama menjadi pendukung kepribadian dan pendidikan sosial bagi anak-
anak.
Dengan demikian hal yang perlu dituntut dari tanggung jawab orang tua
dalam mendidik anak adalah suatu sikap di mana orang tua memandang anak
sebagai manusia yang berkembang, dan perlu berkembang. Maka anak harus
diberi pertolongan untuk mengembangkan pribadinya lewat pendidikan yang
benar. Anak diberi kebebasan dalam berpikir, bertindak, dan dalam memberikan
keputusan sesuai dengan perkembangannya. Disini orang tua bertugas
mengarahkan perkembangan anak pada hal-hal yang positif. Seperti yang
ditegaskan Nasution (1985:40) karena orang tua mempunyai tanggung jawab
besar terhadap anak-anaknya, maka orang tua dituntut agar mampu untuk: (1)
mengasuh dan membimbing anak-anaknya; (2) mengawasi pendidikan anak-
anaknya; (3) mengemudikan pergaulan anak-anaknya.
Pendidikan dalam keluarga terdapat suatu hubungan pergaulan, yaitu pihak
yang mendidik (orang tua) dan yang dididik (anak). Dalam mendidik anak orang
tua berperan sebagai pembimbing. Di mana anak yang belum dewasa dibimbing
dan diarahkan oleh orang tua untuk mencapai kedewasaan sehingga anak dapat
berpikir, berbuat dan berkehendak. Di samping itu orang tua harus berusaha
menanamkan pengaruh yang baik kepada anak-anak sejak dini, supaya anak
jangan sampai berkembang ke arah yang negatif yang dapat merugikan anak
sendiri.
16
b. Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua Untuk Mendidik Anak
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena
itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah
dominan. Dalam hal ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting bagi
anak. Menjadi orang tua berarti harus siap menjadi pendidik, dan siap dengan
segala sesuatu sehubungan dengan pengetahuan untuk mendidik anak.
Orang tua yang baik mampu menciptakan suasana di rumah sebagai berikut:
Pertama, mewujudkan cinta kasih. Gravissimum Educationis art. 3 mengatakan
para orang tua wajib menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti
kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga
menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Ini berarti
bahwa setiap orang bahkan anak sekalipun memerlukan sesuatu yang mutlak
untuk dasar ketentraman; untuk menopang kelemahan kita, melindungi, dan
mengasihi. Hal senada juga dikemukakan oleh Suban Tukan (1991:63) bahwa
orang tua yang penuh cinta dan hangat akan mudah ditiru. Anak akan merasa
senang, aman dan percaya diri, misalnya: bapak dan ibu selalu rukun, saling
membantu dan saling mengasihi, begitu juga dengan anaknya. Suasana sekitar
seperti itu tentu akan membuat anak nyaman dan bahagia. Anak tidak merasa
kawatir jika anak mengalami kesusahan atau pun kesulitan dalam menjalani
aktivitasnya sehari-hari. Seorang anak yang selalu mendapat cinta kasih,
merasakan cinta kasih orang tuanya, tentu anak tersebut akan tumbuh berkembang
ke arah yang lebih baik. Oleh sebab itu orang tua perlu menciptakan suasana
rumah yang penuh dengan cinta kasih yakni suasana rumah yang harmonis, rukun,
17
saling melindungi satu dengan yang lain, sehingga suasana keakraban serta
kehangatan terasa antara orang tua dengan anak. Dengan merasakan suasana
rumah yang penuh cinta tentu anak juga akan memberikan cinta kasihnya kepada
sesama.
Kedua, memberikan teladan. Piaget (1997:57), menyatakan bahwa bagi anak
orang tua dianggap sebagai makhluk serba bisa, oleh karena itu patut diikuti tanpa
harus bertanya-tanya. Segala perbuatan dan tingkah laku orang tua pun dapat
ditiru anak, karena seorang anak tidak akan menanyakan terlebih dahulu kepada
orang tuanya, apakah ia diizinkan untuk meniru atau tidak sesuatu perbuatan atau
tingkah laku orang tuanya sendiri. Anak menganggap bahwa segala sesuatu yang
dilakukan oleh orang tuanya adalah baik untuk ditiru dan diterapkan dalam hidup.
Berkaitan dengan hal tersebut orang tua harus bijaksana, menyadari
dengan baik posisinya sebagai orang tua, satunya kata dengan perbuatan dan
memberikan contoh teladan yang baik. Sahlan Syafei (2002:17), mengutip kata
pepatah dari Ki Hajar Dewantoro, orang tua harus bersikap ing ngarso sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ing ngarso sung tuladha,
berarti orang tua harus mampu menjadikan dirinya sebagai contoh atau panutan
bagi anak-anaknya. Ing madya mangun karsa, berarti orang tua harus dapat
membangkitkan semangat atau memberikan dorongan kepada anak-anaknya. Tut
wuri handayani, berarti orang tua harus dapat memberikan kesempatan pada anak
untuk ikut berperan serta, untuk melatih percaya diri, namun apabila diperlukan
orang tua pun perlu memberikan pengarahan.
18
C. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Menghambat, dan
yang Mendukung Belajar Anak.
1. Pengertian Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita melakukan banyak kegiatan,
misalnya, membaca buku, mengenakan pakaian, makan dengan menggunakan
alat-alat makan, bertindak sopan dan lain sebagainya. Untuk bisa melakukan
semua kegiatan itu tentu dengan kegiatan belajar terlebih dahulu. Dalam arti
mustahillah kita dapat melakukan kegiatan itu jika kita tidak berusaha untuk
belajar terlebih dahulu.
Sudah banyak para ahli menguraikan definisi tentang belajar. Maka dari itu
sebelum menarik kesimpulan tentang belajar, baiklah jika meninjau terlebih
dahulu beberapa rumusan tentang belajar dari beberapa tokoh pendidikan. Definisi
belajar menurut Winkel (1991:36) sebagai berikut:
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalaminteraksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap.Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Dari definisi di atas nampak bahwa manusia dapat belajar melalui interaksi
dengan lingkungan, yaitu dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda
dan dalam menghadapi peristiwa. Namun, tidak sembarang berada di tengah-
tengah lingkungan, menjamin adanya proses belajar. Orangnya harus aktif sendiri,
melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya. Maka dari
itu orang tua sebagai pendidik dalam keluarga perlu memperhatikan perubahan
pada diri anak dalam hal kebiasaan, pengetahuan, sikap selama pengalaman
belajar itu berlangsung.
19
Sumadi Suryabrata (1993:247) yang menegaskan kembali pandangan
Cronbach bahwa definisi belajar adalah dengan mengalami, dan dengan
mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya. Definisi tersebut
mengartikan bahwa dalam belajar sangat dibutuhkan kemauan untuk terlibat aktif
dalam proses belajar, baik dengan melihat, merasakan dan juga mengalaminya
sendiri.
Definisi di atas mempunyai kesamaan di mana untuk belajar itu dibutuhkan
keterlibatan langsung dari si pelajar. Berkenaan dengan ini dapatlah dikatakan
bahwa belajar adalah sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan itu merupakan suatu hasil
belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam pengetahuan, perasaan,
perilaku, kebiasaan, nilai, dan sikap. Perubahan yang terjadi bersifat menetap
(permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak tetapi juga
pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Hal lain yang perlu
diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena
pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini yang membedakan
perubahan-perubahan lain yang disebabkan kerusakan fisik (karena penyakit atau
kecelakaan), atau sebab-sebab lain yang menyebabkan perubahan non permanen
(lelah, mengantuk dan sebagainya).
2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar :
Sumadi Suryabrata (1993:249) memaparkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi belajar anak.
20
Pertama, ialah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang
termasuk di dalamnya ialah: a. faktor-faktor non sosial dalam belaja misalnya:
keadaan udara, cuaca, waktu (pagi, siang, atau malam), tempat atau lokasi
gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar, seperti alat tulis menulis, buku-
buku, alat-alat peraga dan masih banyak lagi; b. faktor-faktor sosial dalam belajar
misalnya: kehadiran orang lain pada waktu anak sedang belajar dapat
menggganggu aktivitas belajar. Kegaduhan dan kebisingan dapat mengakibatkan
konsentrasi belajar anak menjadi goyah. Kedua, ialah faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri siswa. Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya yaitu: a. Faktor
fisiologis. Hal ini berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang, misalnya
tentang fungsi organ-organ, susunan-susunan dan bagian-bagian yang berbeda
dalam organisme kehidupan. Faktor yang dapat mempengaruhi belajar seseorang
dapat dibedakan menjadi dua macam yakni: kondisi jasmani pada umumnya, dan
keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu, terutama fungsi-fungsi panca indera.
Kedua, ialah faktor-faktor psikologis dalam belajar misalnya: adanya sifat
keingin tahuan, sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju, keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-
teman, keinginan untuk mendapatkan rasa aman apabila menguasai pelajaran.
Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi seseorang yang sedang belajar.
Adapun yang dimaksud mempengaruhi di sini adalah, bahwa faktor-faktor
tersebut bisa mendorong dan juga bisa menghambat seseorang yang sedang
belajar.
21
3. Faktor yang Menghambat Belajar :
Shalahuddin (1990:57), memaparkan faktor-faktor yang dapat menghambat
kegiatan belajar anak. Pertama, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak ialah
sebagai berikut: a. faktor biologis, misalnya: anak tidak dapat berkonsentrasi
dalam belajar apabila anak sering sakit-sakitan sehingga akan mengganggu
jalannya proses belajar; selain itu cacat tubuh seperti kaburnya penglihatan,
berkurangnya pendengaran, gagap juga dapat menyebabkan hambatan dalam
belajar; b. faktor psikologis, misalnya: intelegensi (kecerdasan) yang rendah pada
anak; kurangnya minat dan semangat pada anak dalam mengerjakan tugas
sehingga hasil yang diperolehnya pun tidak memuaskan atau hasilnya kurang
baik; anak yang merasa dirinya tidak diperhatikan oleh orang tuanya akan
membuat anak menjadi malas belajar.
Kedua, ialah faktor yang timbul dari luar diri anak ialah sebagai berikut : a.
lingkungan keluarga. Hubungan orang tua dengan anak yang kurang baik. Orang
tua yang terlalu keras mendidik anaknya, banyak menuntut, dan kurang
memberikan penghargaan atau pujian dalam mendidik anak akan membuat anak
merasa ketakutan jika bertemu dengan orang tuanya sehingga mengakibatkan jiwa
anak tertekan. Hal itu membuat anak menjadi pemurung sehingga anak tidak
dapat berkonsentrasi dalam belajar. Suasana rumah tangga yang tidak harmonis
dapat memberikan dampak negatif untuk perkembangan anak dan mengakibatkan
anak tidak dapat belajar dengan baik. Dengan sendirinya akan menimbulkan rasa
malas untuk belajar, karena ia sendiri melihat bahwa lingkungan kehidupannya
dalam keluarga tidak memberikan dorongan dan cambuk kepadanya untuk lebih
22
meningkatkan mutu belajarnya; b. lingkungan sekolah, misalnya: guru yang hanya
bisa mengajar dengan metode ceramah melulu akan mengakibatkan proses belajar
kurang menarik bahkan membuat anak bosan, ngantuk dan anak menjadi pasif.
Guru kurang berinteraksi dengan siswanya secara intim sehingga mengakibatkan
proses belajar mengajar tidak lancar; c. lingkungan masyarakat, misalnya: media
masa yaitu televisi, bioskop, surat kabar, radio, majalah komik, yang semuanya
mempunyai nilai positif dan negatif.
4. Faktor yang Mendukung Belajar :
Faktor- faktor yang dapat mendukung belajar anak.
a. Suasana rumah tangga harus mendorong anak untuk belajar
Nasution (1985:60), mengatakan supaya anak lebih bersemangat dalam
belajar, maka diperlukan adanya usaha orang tua untuk menciptakan suasana
keluarga yang damai, nyaman dan penuh kasih sayang, sehingga pikiran dan
perhatian anak akan lebih terarah pada kegiatan belajarnya. Kedamaian atau
keakraban maupun kerjasama yang baik antara para anggota keluarga akan
memberikan semangat belajar bagi anak.
b. Membangkitkan minat belajar anak
Nasution (1985:107-112) menyebutkan faktor-faktor yang dapat
membangkitkan minat belajar anak. Pertama, melengkapi bahan atau alat-alat
keperluan anak untuk belajar. Dalam hal ini orang tua perlu melengkapi alat-alat
yang dibutuhkan oleh anak dalam belajar. Dengan lengkapnya sarana-sarana
23
untuk belajar anak, misalnya: pensil, pulpen, penggaris, buku dan lain-lain akan
membuat anak bersemangat dalam belajar. Kedua, memberikan makanan yang
bergizi. Anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan
makanan yang bergizi, untuk memperlancar pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh
dan otak mereka. Maka dari itu perlulah orang tua memberikan makanan yang
bergizi kepada anak yang mengandung berbagai macam vitamin yang dapat
membantu pertumbuhan dan kecerdasan anak. Ketiga, memberikan kesempatan
belajar yang cukup kepada anak. Pada saat anak sedang belajar orang tua jangan
memberikan tugas lain, misalnya: mencuci piring, menyapu dan lain-lain.
Kelelahan karena banyaknya tugas dari tempat bekerja jangan dijadikan alasan
untuk tidak mendampingi anak dalam belajar. Orang tua juga perlu mengontrol
jam belajar anaknya. Bahkan lebih baik lagi apabila pada saat jam belajar orang
tua juga ikut belajar supaya anak melihat dan merasakan bahwa orang tuanya saja
belajar supaya pintar. Di sinilah anak merasa ada teman untuk belajar dan anak
pun akan lebih bersemangat lagi untuk belajar. Keempat, memberikan semangat
belajar dan dukungan kepada anak. Memberikan dukungan kepada anak bisa
berbentuk pujian. Pujian diberikan ketika anak mendapatkan nilai raport atau nilai
ulangan yang tinggi. Pujian itu akan membuat anak merasa senang dan bangga.
Anak juga semakin bersemangat dan meningkatkan minat belajarnya, supaya
keberhasilan yang dicapainya ini dapat terulang kembali.
D. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Dalam mendidik anak, orang tua pun perlu menyesuaikan dengan taraf
24
perkembangan anak. Alangkah tidak baik apabila orang tua menyamakan dalam
mendidik anak yang sudah dewasa dengan mendidik anak yang belum dewasa,
karena seorang anak kecil tidak mungkin bisa menangkap apa yang diajarkan
orang tua jika cara mengajar orang tua seperti mengajar kepada orang yang sudah
dewasa. Oleh karena itu dalam mendidik anak kiranya perlu diperhatikan juga
masalah perkembangan anak.
Di dalam seluruh rentang kehidupan, manusia terbagi dalam beberapa
periode atau masa yaitu: masa bayi, kanak-kanak, remaja dan dewasa. Kartini
Kartono (1990:133), mengemukakan masa sekolah dasar anak yakni pada usia 6
s.d 12 tahun. Sedangkan Munandar (1992:1-2), mengatakan usia anak SD, yakni
usia 6 s.d 12 tahun. Masa perkembangan ini oleh para pendidik disebut masa
sekolah dasar, karena pada masa ini anak diharapkan memperoleh pengetahuan
dasar yang dipandang sangat penting untuk persiapan dan penyesuaian diri
terhadap kehidupan di masa dewasa.
Kebanyakan orang berpendapat bahwa masa anak adalah masa yang
terpanjang dalam rentang kehidupan manusia. Saat di mana seorang individu tidak
berdaya dan masih tergantung dari bantuan orang di sekitarnya terutama orang
tuanya. Masa anak merupakan masa yang penting untuk mendapat perhatian
khsusnya dari orang dewasa. Hal ini karena masa anak sangat menentukan sikap
dan tingkah lakunya pada perkembangan berikutnya.
Sehubungan dengan karya tulis ini, penulis memberikan batasan mengenai
anak sebagai berikut: anak adalah para siswa yang sedang belajar di Sekolah
Dasar (beragama Katolik) dan dari segi usia terentang usia 6 s.d 12 tahun. Alasan
25
penulis memilih siswa-siswi Sekolah Dasar dalam kelompok anak, karena siswa-
siswi Sekolah Dasar jika ditinjau dari segi usia mereka belum dewasa. Mereka
masih membutuhkan bantuan dari orang dewasa, terutama orang tuanya.
Oleh karena anak usia Sekolah Dasar masih perlu bantuan dari orang tua,
maka dalam mendidik anak perlulah orang tua untuk mengetahui taraf
perkembangan anak, sehingga memudahkan proses belajar antara yang mendidik
dengan yang dididik. Miller (dalam Heryatno, 2008:71) mengutip ayat-ayat Kitab
Suci 1Kor 3:2a “Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras,
sebab kamu belum dapat menerimanya”. Ia juga menegaskan betapa pentingnya
mendidik anak sesuai dengan taraf perkembangan mereka. Taraf dalam
perkembangan anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Untuk itu,
orang tua harus mengenali anak secara utuh atau melihat kondisi konkrit anak.
Maka dari itulah penulis memaparkan teori-teori perkembangan anak sebagai
berikut:
1. Perkembangan Kognitif
Piaget (dalam Munandar 1992:10), mengemukakan bahwa anak sekolah
dasar memasuki tahap operasi konkret dalam berpikir. Pemikirannya tidak
sekabur seperti pada masa kanak-kanak, tetapi lebih konkret. Di samping itu, anak
memperoleh informasi baru melalui media massa, terutama film, radio, dan
televisi. Berdasarkan pengalaman-pengalaman ini, anak membentuk konsep-
konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, dan sebagainya. Piaget
(dalam Suparno 2001:86) mengemukakan bahwa tahap operasi konkret terjadi
pada usia 7 s.d 12 tahun, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya.
26
Anak sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain. Ini terjadi terlebih
dalam bertatap muka dengan teman-temannya.
2. Perkembangan Emosi
Syamsu Yusuf (1998:181) mengatakan bahwa pada usia sekolah dasar anak
belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosi yang diperoleh anak melalui
peniruan dan latihan. Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam
mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Emosi-emosi yang secara umum
dialami pada tahap usia sekolah dasar ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati,
kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau
bahagia). Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat
atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan
dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, aktif
dalam berdiskusi, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya emosi negatif, seperti
perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan
mengalami hambatan. Oleh sebab itu pendidik harus dapat menciptakan situasi
belajar yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif.
3. Perkembangan Moral
Kohlberg (dalam Syamsu Yusuf 1998:134-135) mengemukakan bahwa pada
tahap ini, anak menilai baik-buruk, benar atau salah dari sudut dampak (hukuman
atau ganjaran) yang diterimanya dari yang mempunyai otoritas (yang membuat
aturan), baik orang tua atau orang dewasa lainnya. Di sini anak mematuhi aturan
27
orang tua agar terhindar dari hukuman.
Pada tahap selanjutnya yakni anak mulai memasuki umur belasan anak
memperlihatkan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh
orang lain. Masyarakat adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan
seseorang baik atau tidak. Baik, bilamana sesuai dengan apa yang diharapkan
masyarakat, dan buruk, kalau bertentangan atau berlawanan. Apabila ingin
diterima masyarakat maka harus meperlihatkan perbuatan yang baik.
4. Perkembangan Iman
Allen Shelly (1982:41-49) mengemukakan bahwa anak sudah dapat
membedakan antara Allah dan orang tua. Pola pikir anak masih konkret, namun
anak pada masa ini mulai menggunakan konsep abstrak untuk menggambarkan
Allah. Anak mempunyai keinginan yang besar untuk belajar tentang Allah dan
surga, mereka suka memanjatkan doa-doa umum pada waktu menjelang tidur dan
makan. Doa anak biasanya bersifat egosentris, berupa permohonan kepada Allah
untuk menolong dirinya, atau berterima kasih atas orang-orang dan hal-hal yang
mereka sukai.
Anak memiliki perkembangan secara cepat, dunianya semakin meluas dari
lingkup keluarga ke lingkup sekolah dan masyarakat. Pengertian tentang Allah
sebagai pencipta, pemberi hukum, dan sahabat yang mereka kenal dari
pengajaran, teladan orang tua, guru, dan orang lain mulai tumbuh.
Fowler (dalam Heryatno, 2008:78), mengemukakan bahwa pada usia 7 s.d
12 tahun anak mulai dapat menceritakan pengalamannya sendiri. Anak sangat
28
menyukai ceritera, bahkan ia dapat menghapal seluruh ceritera sampai detail.
Ceritera sebagai sarana perpanjangan dan penemuan diri, diartikan secara harafiah
dan darinya belum dapat ditarik kesimpulan. Allah digambarkan secara
antropomorphis, di mana Allah dibayangkan sebagai manusia istimewa, yang
mempunyai rumah kediaman di surga, penuh perhatian, sabar, seperti tokoh di
dalam ceritera atau dongeng.
E. Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar
1. Pendidikan Secara Umum
Definisi tentang pendidikan yang dikemukan oleh para ahli sangatlah
beragam. Sumadi Suryabrata (1984:317) mengatakan pendidikan adalah usaha
manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak
didik ke kedewasaan. Kristianto (2004:2) menegaskan kembali pandangan dari Ki
Hajar Dewantara tentang pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan diartikan sebagai daya upaya manusia untuk memajukanperkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelektual), danjasmani anak-anak menuju kepada kesempurnaan hidup, yaitu kehidupandan penghidupan anak-anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.
Dari dua pengertian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa, pada
hakekatnya pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik (orang
dewasa) kepada peserta didik (orang yang belum dewasa) dengan cara mengajar
dan membimbing supaya peserta didik dapat mencapai kedewasaannya, yang
meliputi aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap) dan psikomotorik (sikap dan
keterampilan).
Setelah meninjau beberapa rumusan tentang pendidikan dari beberapa tokoh
29
tentang pendidikan, penulis berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai suatu
pengarahan, pembentukkan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju
kedewasaan.
2. Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk
pendidikan iman dan suatu usaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan
nasional. Mangunwijaya (dalam Heryatno, 2008:15) menyatakan hakikat dasar
PAK sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran agama. Ia membedakan antara
beragama atau punya agama (having religion) dengan beriman (being religious).
Agama berkaitan dengan hukum, peraturan, ritus, kebiasaan, lambang-lambang
luar, segi-segi sosiologis. Agama merupakan jalan dan sarana menuju kepenuhan
dan kesejahteraan hidup, jalan manusia menuju kesatuannya dengan Tuhan.
Gravissimum Educationis art. 7 dan art. 8 mengatakan pendidikan agama
diberikan di sekolah Katolik bertujuan menanamkan pendidikan moral,
menciptakan lingkungan hidup yang dijiwai oleh "semangat Injil" kebebasan dan
cinta kasih sehingga murid terbantu mengembangkan kepribadiannya. Konsili
Vatikan II pun menegaskan bahwa sekolah Katolik pertama-tama tidak
dimaksudkan sebagai lembaga komersil yang diselenggarakan guna mengejar
keuntungan melainkan sebagai lembaga pendidikan demi mengembangkan bakat,
minat dan kemampuan peserta didik agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi
yang matang, bebas, dan mandiri (Gravissimum Educationis art. 7).
Heryatno (2008:47) mengatakan PAK di sekolah harus bersifat kontekstual
30
dan secara serius bertolak dari kenyataan hidup beriman naradidik dan
menanggapi kebutuhan mereka baik di masa sekarang maupun di masa yang akan
datang. Dengan demikian, PAK di sekolah dapat memberikan sumbangan positif
bagi pembangunan dan pendewasaan iman naradidik baik yang menyangkut segi
kognitif, sikap maupun tindakan.
Groome (dalam Heryatno, 2003) menyebutkan tiga tujuan Pendidikan
Agama Katolik di sekolah yaitu: demi terwujudnya Kerajaan Allah, demi
kedewasaan iman, dan demi kebebasan manusia. Dari uraian di atas, peserta didik
pertama-tama dibantu untuk menghayati imannya akan Yesus Kristus, yang
mempunyai keprihatinan tunggal untuk mewartakan Kerajaan Allah. Kerajaan
Allah tidak lain adalah karya penyelamatan Allah yang melalui Kristus
menawarkan dan menegakkan harapan, kedamaian, cinta, dan keadilan yang
dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan. Para murid
juga perlu dibantu untuk menghayati iman dalam hidup sehari-hari sehingga
mereka menjadi orang Kristen yang makin beriman dewasa. Kedewasaan iman
mereka mestinya menyentuh seluruh aspek hidup peserta baik segi kognitif,
afektif dan praktis. Dikatakan bahwa ketiga aspek ini merupakan unsur pokok dari
kehidupan manusia dan khususnya juga dari kehidupan iman. Kematangan iman
para siswa dalam dimensi pemahaman/kesadaran, afeksi/emosi dan kehendak
yang dibuktikan dalam sikap dan tindakan konkret akan membantu mereka untuk
menghayati iman kristiani secara bebas. Dari penghayatan ini, iman yang autentik
yang muncul dari kebebasan hati dapat tumbuh.
Heryatno (2008:16) menegaskan bahwa PAK sebagai komunikasi iman
31
perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya bermula dari pengalaman
penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi menuju kepada penghayatan
iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga berarti PAK lebih menekankan
tindakan (kehidupan) daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis,
PAK menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-menerus.
Maka dari itu, PAK juga dipahami sebagai komunikasi penghayatan atau
pengalaman iman. Komunikasi semacam ini tentu akan saling memperkaya dan
meneguhkan iman para pesertanya. Iman sejati menggerakkan orang untuk
bersikap belaskasih, peka dan peduli kepada sesamanya yang miskin serta
menderita, merasa rindu dan ingin dekat pada Tuhannya, dan berbuat baik kepada
sesama. Penekanan dalam PAK bukan pengajaran agama tetapi proses
perkembangan (dan pendewasaan) iman, peneguhan pengharapan dan perwujudan
cinta kasih (religiositas), karena berfokuskan pada hal-hal mendasar. PAK
menjadi bersifat inklusif, mendorong ke arah persaudaraan, persatuan dan
perjumpaan serta mengusahakan demi terwujudnya kesejahteraan hidup bersama.
Dari sebab itu, suasana kesalingan, kebersamaan, dan penghargaan pada masing-
masing pribadi peserta didik amat penting untuk diusahakan di kelas dan di
pelbagai pertemuan kegiatan pembinaan dan pendidikan.
Dengan demikian, PAK sebagai upaya terencana untuk: mengarahkan sikap
yang lebih baik pada siswa, meneguhkan atau menguatkan sikap baik yang sudah
dipunyai anak, membantu siswa dalam mengembangkan lebih lanjut sikap yang
sudah baik itu, dan mengajak siswa membentuk sikap baru sebagai usaha
peningkatan sikap Kristiani di masa yang akan datang.
BAB III
METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN TENTANG PARTISIPASI
ORANG TUA DALAM PAK SISWA SISWI KELAS V SD KANISIUS
WATES KULON PROGO
Dalam rangka mendidik anak orang tua sebagai pendidik yang pertama dan
utama sedangkan guru adalah mitra yang memperkaya. Orang tua sebagai
penanggungjawab sudah seharusnya berperan positif dalam mendukung kemajuan
pendidikan anak. Kepedulian yang kiranya dibutuhkan anak tentu tidak hanya
sekedar kebutuhan materi saja, tetapi juga perhatian yang berhubungan dengan
kegiatan belajar anak, misalnya: mendampingi anak waktu belajar, membantu
mengerjakan pekerjaan rumah, memantau kemajuan belajar anak sampai pada
usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar anak dengan
berkonsultasi dengan guru. Hal ini merupakan bentuk perhatian yang dapat
mendukung kemajuan belajar anak. Namun demikian, dalam kenyataannya di
tengah masyarakat masih banyak ditemui anak yang mengalami hambatan belajar,
salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap
pendidikan anaknya. Masih banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya
urusan pendidikan anak kepada sekolah. Di lingkungan keluarga anak kurang
mendapatkan dukungan bagi kemajuan pendidikan anak misalnya, keterbatasan
pendidikan orang tua yang mengakibatkan kurangnya pemahaman dan
pengetahuan orang tua, kesibukan orang tua dalam mencukupi kebutuhan hidup
inilah yang terkadang menjadi hambatan dalam mendidik anak. Kesibukan orang
33
tua dalam bekerja menyebabkan kurangnya pengawasan dalam belajar anak. Pada
hal partisipasi orang tua baik dalam pengawasan, bimbingan dan lain sebagainya
sangat dibutuhkan oleh anak apalagi bagi anak yang masih dalam tahap
perkembangan atau bisa dikatakan anak masih tergantung pada orang tua. Orang
tua yang baik harus mendorong dan membina anak untuk belajar.
Untuk mengetahui partisipasi orang tua khususnya dalam PAK maka,
penulis menggunakan kuesioner dan dilengkapi dengan wawancara. Dalam
penelitian ini wawancara ditujukan kepada lima orang tua siswa-siswi kelas lima
SD Kanisius Wates, sedangkan kuesioner ditujukan untuk seluruh siswa-siswi
kelas lima di SD Kanisius Wates Kulon Progo. Dengan kuesioner ini diharapkan
anak-anak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan bebas sesuai keadaan
yang sebenarnya. Kuesioner yang disebarkan berusaha untuk memperoleh data
sehubungan partisipasi orang tua dalam memotivasi belajar anak khususnya dalam
bidang mata pelajaran PAK. Data-data yang diperoleh tersebut akan dibahas lebih
lanjut dalam beberapa pokok pikiran berikut ini.
A. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
deskriptif ex-post facto artinya penelitian sesudah fakta. Pendekatan yang dipakai
yakni gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Kedua pendekatan tersebut
digunakan karena saling melengkapi. Penelitian kuantitatif tujuannya untuk
mengembangkan teori. Dan tujuan dari penelitian kualitatif ialah untuk mentest
34
teori serta mengkroscek dari hasil penelitian dengan kuesioner. Dalam
memperoleh data penulis menggunakan metode kualitatif, yakni melalui
wawancara. Dengan wawancara ini diharapkan penulis dapat mengetahui bentuk-
bentuk partisipasi dari orang tua dalam PAK anak-anaknya. Di samping itu
peneliti juga menggunakan metode kuantitatif yakni dengan kuesioner. Kuesioner
ini untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana partisipasi orang tua dalam
PAK.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian ini selama bulan Mei dan Juni 2007 di SD
Kanisius Wates Kulon Progo sedangkan untuk wawancara di rumah orang tua
siswa-siswi kelas lima SD Kanisius Wate s Kulon Progo yakni di Lingkungan
Sebokarang (Ibu Theresia Maria Sukidjem, Bapak Y. Sutrisno), di Kriyanan
(Bapak Yustinus Suparjono), di Margosari (Ibu Cicilia Sriningsih) dan di Driyan
Wates (Bapak Fl. Sunardi).
3. Responden
Responden adalah seluruh siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates
yang berjumlah 25 siswa dan lima orang tua dari siswa-siswi kelas V (lima) SD
Kanisius Wates. [Lampiran 2: (4)].
Teknik Pengumpulan Data
a. Variabel
Berdasarkan judul skripsi ini, yakni "Partisipasi Orang Tua Dalam PAK
35
Siswa-siswi Kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo" terdapat satu variabel
yang akan diteliti yaitu "Partisipasi Orang Tua".
b. Definisi Operasional Variabel
Partisipasi Orang Tua
Menurut Kamus Ilmiah Serapan Disertai Entri Tambahan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah (2005:529) partisipasi adalah ikut berperan atau
mengambil bagian dalam suatu kegiatan.
c. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik penelitian
dengan wawancara dan kuesioner. Mardalis (1989:67) menyatakan kuesioner
adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi
yang diperlukan oleh peneliti. Kuesioner merupakan cara untuk menyampaikan
pertanyaan secara tertulis yaitu suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab tertulis
pada lembar yang telah tersedia dan harus dikembalikan. Jenis kuesioner yang
dipakai adalah kuesioner tertutup dimana pertanyaan yang diajukan sudah disertai
pilihan jawaban. [Lampiran 1: (1)-(3)].
Sumadi Suryabrata (1983:149) megemukakan wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara bertugas mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
36
bertugas memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Jenis wawancara
yang dipakai adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara.
Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan
dalam proses wawancara agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup
seluruhnya.
1) Kisi-kisi KuesionerTabel 1
Kisi-kisi Kuesioner
No Variabel Indikator No Item JumlahItem
1 PartisipasiOrangtua
a. Menyediakan fasilitas belajar(alat tulis menulis dan bukupelajaran).
b. Mengawasi kegiatan belajaragama Katolik, memberikanmotivasi, nasihat danmengontrol hasil belajar agamaKatolik
c. Menanyakan, mendengarkan,serta membantu memecahkankesulitan yang anak alamidalam belajar agama Katolik
d. Mendampingi dan memberikansaran untuk lebih giat belajar
e. Menciptakan suasana belajaryang tenang dan suasana rumahyang penuh kasih
1-2
3-17
18-22
23-25
26-30
2
15
4
4
5
Jumlah pertanyaan 30
2) Daftar Pertanyaan Wawancara
a). Menurut bapak/ibu siapakah pendidik yang pertama dan utama dalam
keluarga?
b). Apakah bapak/ibu memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan
37
alat tulis menulis?
c). Kalau nilai ulangan atau PR anak bapak/ibu jelek, apakah ibu akan
memberikan hukuman kepada anak?
d). Partisipasi atau peran serta apa sajakah yang telah bapak/ibu berikan kepada
anak khususnya di dalam pendidikan agama Katolik?
e). Apakah ada hambatan dan kesulitan yang bapak/ibu alami dalam pendidikan
agama Katolik anak Anda?
d. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif. Data yang diperoleh dari kuesioner
dan wawancara diklasifikasikan, dianalisis, dideskripsikan secara kualitatif.
Keterbatasan dalam penelitian ini yakni berkenaan dengan validitas, reliabilitas,
dan obyektivitas tidak di uji cobakan.
B. Laporan Hasil Penelitian
Setelah mengadakan penelitian dengan kuesioner dan wawancara, penulis
menyampaikan hasil penelitiannya. Penulis memaparkan data hasil penelitian
yang diperoleh dari hasil pengumpulan kuesioner yang disebar pada siswa-siswi
kelas V (lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo. Data disajikan menurut masing-
masing indikator dari 1 (satu) variabel, sedangkan wawancara ditujukan kepada
orang tua siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius dengan jumlah yang
diwawancarai ada V (lima) orang. [Lampiran 3: (5)-(9)].
38
Tabel 2Partisipasi orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar (N:25)
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka selalu
memenuhi kebutuhan anak khususnya di dalam membelikan alat tulis menulis ada
80%, dan 20% menyatakan kadang-kadang.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka selalu
memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan buku Agama Katolik yang
disarankan oleh bapak/ibu guru di sekolah ada 84%, dan 12% responden
menyatakan kadang-kadang dalam menjawab pernyataan tersebut, sementara 4%
responden menyatakan tidak pernah dalam menjawab pernyataan tersebut.
No Pertanyaan
JawabanSelalu Kadang-
kadangTidakPernah
Jml % Jml % Jml %1. Orang tua anda memenuhi
setiap permintaan Anda yangberhubungan dengan alat tulismenulis
20 80 5 20 - -
2. Orang tua anda memenuhisetiap permintaan anda yangberhubungan dengan bukuagama Katolik yangdisarankan oleh bapak/ibuguru untuk dimiliki
21 84 3 12 1 4
39
Tabel 3Partisipasi orang tua dalam mengawasi kegiatan belajar agama Katolik,
memberikan motivasi, nasihat dan mengontrol hasil belajar agama Katolik(N:25)
No Pertanyaan
JawabanSelalu Kadang-
kadangTidakPernah
Jml % Jml % Jml %3. Jika ada PR agama Katolik,
maka orang tua andamenanyakan apakah sudahdikerjakan
11 44 10 40 4 16
4. Setiap belajar di rumah,orang tua anda mengawasiapa yang anda pelajari
16 64 9 36 - -
5. Ketika jam belajar di rumah,orang tua anda menanyakankapan ada ulangan atau ujianagama Katolik di sekolah
14 56 11 44 - -
6. Sepulang sekolah orang tuamenanyakan kepada andaapakah materi pelajaranagama Katolik yang telahdiajarkan guru sudah dapatdimengerti
13 52 9 36 3 12
7. Sepulang sekolah orang tuamenanyakan kepada Andaapakah ada PR (PekerjaanRumah) agama Katolik yangdiberikan guru di sekolah
11 44 11 44 3 12
8. Jika anda memberitahu hasilulangan agama Katolik yangtelah dibagikan guru, makaorang tua anda melihathasilnya
20 80 5 20 - -
9. Orang tua anda menanyakanhasil ulangan agama Katolikdi sekolah
13 52 8 32 4 16
10. Orang tua anda membantumembuatkan jadwal belajardi rumah
6 24 10 40 9 36
11. Orang tua Andamengingatkan waktu belajarAnda
25 100 - - - -
12. Orang tua anda memberi 18 72 7 28 - -
40
nasihat jika hasil ulanganagama Katolik anda kurangatau jelek
13. Orang tua anda menjanjikanhadiah jika ulangan agamaKatolik anda bagus
15 60 8 32 2 8
14. Orangtua anda menegur jikaseharian anda hanyamenonton TV dan tidakbelajar
22 88 3 12 - -
15. Ketika anda sedang belajar,orang tua anda pun ikutbelajar
2 8 19 76 4 16
16. Orang tua anda selalumenanyakan hasil setiap PRyang dikumpulkan
13 52 9 36 3 12
17. Jika anda memberitahu hasilPR agama Katolik yang telahdibagikan guru, orang tuaanda selalu melihat hasilnya
19 76 6 24 - -
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka selalu
menanyakan apakah PR Agama Katolik sudah dikerjakan atau belum ada 44%,
dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 40% responden,
sementara 16% responden menjawab tidak pernah dalam menjawab pernyataan
tersebut.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mengawasi apa
saja yang dipelajari saat belajar ada 64%, dan 36% responden menjawab kadang-
kadang.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan
kapan dilaksanakan ulangan atau ujian agama Katolik di sekolah ada 56%, dan
44% responden menjawab kadang-kadang.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan
41
apakah materi pelajaran agama Katolik yang diajarkan guru di sekolah sudah
dimengerti atau belum ada 52%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-
kadang ada 36% responden, sementara 12% responden menjawab tidak pernah
dalam menjawab pernyataan tersebut.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan
apakah ada PR agama Katolik yang diberikan oleh bapak/ibu guru ada 44%, dan
yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 44% responden,
sementara 12% responden menjawab tidak pernah dalam menjawab pernyataan
tersebut.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu melihat hasil
ulangan agama Katolik yang telah dibagikan ada 80%, dan yang menjawab
kadang-kadang pernyataan tersebut ada 20% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan
hasil ulangan agama Katolik anaknya ada 52%, dan yang menjawab pernyataan
tersebut kadang-kadang ada 32% responden, sementara 16% responden menjawab
tidak pernah.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua membantu anak dalam
membuat jadwal belajar ada 24%, dan yang menjawab pernyataan tersebut
kadang-kadang ada 40% responden, sementara 36% responden menjawab tidak
pernah.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mengingatkan
waktu belajar kepada anak ada 100% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan
42
nasihat kepada anak jika hasil ulangan agama Katolik kurang atau jelek ada 72%,
dan 28% responden menjawab kadang-kadang.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menjanjikan
hadiah kepada anak jika nilai ulangan agama Katolik bagus ada 60%, dan yang
menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 32% responden, sementara 8%
responden menjawab tidak pernah.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan
teguran kepada anak apabila seharian hanya menonton TV dan tidak belajar ada
88%, dan 12% responden menjawab kadang-kadang.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu ikut belajar
disaat anak juga sedang belajar ada 8%, dan yang menjawab pernyataan tersebut
kadang-kadang ada 76% responden, sementara 16% responden menjawab tidak
pernah.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan
hasil PR yang dikumpulkan ada 52%, dan yang menjawab pernyataan tersebut
kadang-kadang ada 36% responden, sementara 12% responden menjawab tidak
pernah.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu melihat hasil
PR agama Katolik yang telah dibagikan ada 74%, dan 24% responden menjawab
kadang-kadang.
43
Tabel 4Partisipasi orang tua dengan menanyakan serta mendengarkan
kesulitan-kesulitan yang dialami anak dalam belajar agama Katolik (N:25)
No Pertanyaan
JawabanSelalu Kadang-
kadangTidakPernah
Jml % Jml % Jml %18. Orang tua anda
menanyakan kesulitan-kesulitan yang anda hadapidalam belajar agamaKatolik
19 76 6 24 - -
19. Jika orang tua anda dirumah dan andamengerjakan PR agamaKatolik, orang tua selalumenanyakan apakah adakesulitan dalammenyelesaikannya
15 60 8 32 2 8
20. Orang tua andamendengarkan kesulitan-kesulitan dan keluhan yanganda hadapi tentangpelajaran agama Katolik
16 64 9 36 - -
21. Setiap anda mengalamikesulitan dalam pelajaranagama Katolik, makaorang tua anda ikut sertamembantu memecahkankesulitan-kesulitan yangdihadapi
19 76 6 24 - -
22. Jika ada PR agama Katolikdan orang tua anda beradadi rumah, maka orang tuaanda menjelaskan caramenyelesaikan PR tersebut
18 72 7 28 - -
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menanyakan
kesulitan-kesulitan yang dialami anak ketika sedang belajar agama Katolik ada
76%, dan 24% responden menjawab kadang-kadang.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa disaat orang tua ada di rumah,
44
orang tua selalu menanyakan kepada anaknya apakah ada kesulitan dalam
mengerjakan PR agama Katolik ada 60%, dan yang menjawab pernyataan tersebut
kadang-kadang ada 32% responden, sementara 8% responden menjawab tidak
pernah.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mendengarkan
kesulitan dan keluhan dari anak tentang pelajaran agama Katolik ada 64%, dan
yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 36% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu membantu
memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami anak dalam pelajaran agama
Katolik ada 76%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada
24% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa jika orang tua ada di rumah,
maka orang tua selalu menjelaskan cara menyelesaikan PR agama Katolik kepada
anaknya ada 72%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada
28% responden.
Tabel 5Partisipasi orang tua dengan mendampingi dan memberikan saran
untuk lebih giat belajar (N:25)
No Pertanyaan
JawabanSelalu Kadang-
kadangTidak
PernahJml % Jml % Jml %
23. Orang tua mendampingianda dalam belajar agamaKatolik dirumah
15 60 9 36 1 4
24. Untuk meningkatkankemampuan menguasaimateri agama Katolik,
19 76 6 24 - -
45
orang tua Andamenyarankan untuk lebihgiat dan lebih rajinmengerjakan soal-soallatihan agama Katolik
25. Orang tua andamenyarankan supaya andamembentuk kelompokbelajar
9 36 9 36 7 28
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mendampingi
anak dalam belajar agama Katolik di rumah ada 60% responden, dan yang
menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 36% responden, sementara 4%
responden menjawab tidak pernah.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan
kemampuan menguasai materi agama Katolik maka orang tua selalu menyarankan
kepada anaknya untuk lebih giat dan rajin mengerjakan soal-soal latihan agama
Katolik ada 76%, dan yang menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada
24% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menyarankan
kepada anaknya untuk membentuk kelompok belajar ada 36%, dan yang
menjawab pernyataan tersebut kadang-kadang ada 36% responden, sementara
28% responden menjawab tidak pernah.
46
Tabel 6Partisipasi orang tua dengan menciptakan suasana belajar yang
tenang dan suasana rumah yang penuh kasih sayang (N-25)
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu menyarankan
kepada anaknya kalau belajar harus dalam suasana tenang dan penuh perhatian
terhadap apa yang sedang dipelajari ada 96%, dan yang menjawab pernyataan
tersebut kadang-kadang ada 4% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mengusahakan
agar suasana tenang ketika anaknya sedang belajar ada 92%, dan yang menjawab
pernyataan tersebut kadang-kadang ada 8% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu mematikan TV
dan radio ketika anaknya sedang belajar ada 76%, dan yang menjawab pernyataan
No Pertanyaan
JawabanSelalu Kadang-
kadangTidakPernah
Jml % Jml % Jml %26. Orang tua menyarankan
kepada anda kalau belajarharus dalam suasanatenang dan penuh perhatianterhadap apa yang sedangdipelajari
24 96 1 4 - -
27. Orang tua andamengusahakan agarsuasana tenang pada saatanda sedang belajar
23 92 2 8 - -
28. Jika anda sedang belajar,orang tua anda mematikanTV dan Radio
19 76 6 24 - -
29. Orang tua andamemberikan kamar belajaryang nyaman untuk andabelajar
12 48 13 52 - -
30. Orang tua anda mengasihidan menyayangi anda
25 100 - - - -
47
tersebut kadang-kadang ada 24% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan
kamar belajar yang nyaman untuk anda belajar ada 48%, dan yang menjawab
pernyataan tersebut kadang-kadang ada 24% responden.
Jumlah responden yang menyatakan bahwa orang tua selalu memberikan
kamar belajar yang nyaman untuk anda belajar ada 100%.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan hasil penelitian dengan kuesioner
Pembahasan hasil penelitian ini bertiitk tolak dari data penelitian di atas.
Pembahasan hasil penelitian akan dilakukan menurut masing-masing indikator
dari 1 variabel dan didukung oleh berbagai sumber pustaka serta pemahaman
penulis sendiri. Setelah mengolah data penelitian ini, penulis juga menyampaikan
pembahasan hasil penelitian. Adapun pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dalam menyediakan fasilitas belajar (alat tulis menulis dan buku
pelajaran)
Kelengkapan alat tulis menulis memang sangatlah penting, karena tanpa
semua itu anak tidak mungkin bisa mengikuti proses belajar mengajar dengan
baik. Nasution (1985:34) menegaskan, apabila buku-buku atau alat-alat yang
dibutuhkan anak untuk belajar tidak lengkap maka dapat mempengaruhi cara
belajar anak. Seorang anak tidak mungkin akan terus-menerus meminjam dari
temannya. Apabila hal itu terjadi dapat memberikan akibat yang tidak baik untuk
si peminjam maupun kepada yang meminjamkannya. Kurang lengkapnya alat-alat
atau bahan-bahan yang diperlukan anak akan menjadi penghalang baginya dalam
48
belajar, kemungkinan akan menghambat kegiatan anak dalam belajar. Maka dari
itu setiap orang tua perlu benar-benar memperhatikan sarana apa saja yang
dibutuhkan atau diperlukan anak dalam menunjang proses belajar anak demi
kemajuan belajar anak di sekolah.
Hasil penelitian dengan kuesioner dan dilengkapi wawancara pada no item
1, dapat disampaikan bahwa jumlah responden yang menjawab orang tua selalu
memenuhi kebutuhan anak khususnya di dalam membelikan alat tulis menulis ada
80 %, dan 20% responden menjawab kadang-kadang. Pada item no. 2 responden
yang menjawab bahwa orang tua selalu memenuhi kebutuhan anak yang
berhubungan dengan buku agama Katolik yang disarankan oleh bapak/ibu guru di
sekolah ada 84% responden, responden yang menjawab kadang-kadang ada 12%,
sementara hanya 4% responden memberikan jawaban tidak pernah. Berdasarkan
hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa orang tua siswa-siswi kelas V
(lima) SD Kanisius Wates telah memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam
pendidikan anaknya dengan menyediakan alat tulis dan juga buku-buku yang
dibutuhkan anak dalam menunjang proses belajarnya di sekolah.
Dari hasil penelitian di atas baik melalui metode kuesioner maupun
wawancara mengenai partisipasi orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar
(alat tulis menulis dan buku pelajaran) dapat dikatakan bahwa rata-rata orang tua
mereka sangat setuju akan tersedianya alat-alat tulis secara lengkap, karena alat
tulis merupakan sarana penunjang proses belajar anak. Oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa orang tua telah berpartisipasi serta mendukung proses belajar
anak
49
b. Mengawasi kegiatan belajar agama Katolik, memberikan motivasi,
nasihat, dan mengontrol hasil belajar agama Katolik
Dalam hal mengawasi kegiatan belajar anak pada pertanyaan item no 1, 2, 3,
4, 5, 6 dan 7, menunjukkan prosentase sebesar 44% sampai dengan 64% saja.
Dengan hasil penelitian di atas dapat disampaikan bahwa partisipasi dalam
mengawasi kegiatan belajar anak masih perlu diperhatikan dan juga ditingkatkan,
karena anak usia Sekolah Dasar masih sangat membutuhkan bantuan serta
perhatian dari orang tuanya. Purwanto (1995:179) menyatakan bahwa
pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak. Hal tersebut dilakukan
supaya anak mengetahui mana yang seharusnya dihindari dan mana yang boleh
dan harus dilakukan. Nasution (1985:43), menegaskan bahwa orang tua yang
tidak pernah memberikan pengawasan kepada anak-anaknya tidak akan mendapat
tempat di hati anak, karena anak akan merasa bahwa orang tuanya tidak
memperhatikan dan tidak menyayanginya. Apalagi bagi anak yang sedang dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan, anak ingin selalu mendapat perhatian
khususnya dari orang tuanya. Dengan adanya perhatian dan pengawasan yang
diberikan orang tua kepada pendidikan anak-anak, maka dengan sendirinya rasa
cinta kepada orang tuanya pun semakin besar. Anak akan merasa bahagia dan
bangga karena mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
Dari hasil penelitian tentang partisipasi orang tua dalam bentuk mengontrol
hasil belajar PAK, dapat disampaikan bahwa partisipasi orang tua dalam
pengontrolan hasil belajar sudah lumayan baik. Hal itu bisa dilihat dari besarnya
prosentase yang menjawab pernyataan pada item no. 8, 9, 16, dan 17 dengan
memilih jawaban selalu sebesar 52% sampai dengan 80%. Pengontrolan hasil
50
belajar memang sangat penting, supaya orang tua dapat mengetahui wawasan atau
pengetahuan apa saja yang telah dimiliki oleh anak dan untuk mengetahui apakah
anak mengalami hambatan atau pun kesulitan-kesulitan dalam belajarnya. Maka
dari itu orang tua hendaknya selalu mengontrol hasil belajar anak supaya anak
tidak tertinggal jauh dalam mengikuti pelajaran.
Hasil penelitian no. item 11, dapat dikatakan bahwa orang tua di dalam
memberikan dorongan atau motivasi belajar anak-anaknya sangat baik yaitu
dengan mengingatkan waktu belajar. Hal tersebut dapat kita lihat dari jumlah
responden yang memberikan jawaban selalu ada 100%. Akan tetapi hasil
penelitian pada item no. 10, 13, dan 15 menunjukkan hasil prosentase yang
kurang begitu baik sebesar 8% sampai dengan 24% saja. Dari hasil penelitian
dapat dikatakan bahwa orang tua kurang memberikan rangsangan belajar kepada
anak. Untuk memotivasi belajar anak sebenarnya banyak sekali bentuk-bentuk
partisipasi yang bisa dipakai oleh orang tua, misalnya: membantu membuatkan
jadwal belajar, memberikan hadiah bisa dalam bentuk barang atau pujian,
memberikan teguran apabila seharian anak menonton TV saja, dll. Shalahuddin
Mahfud (1990:114) menegaskan bahwa motivasi ialah suatu dorongan yang
digambarkan sebagai harapan, keinginan yang bersifat menggiatkan atau
menggerakkan individu untuk bergerak bertindak. Oleh karena itu, orang tua
diharapkan agar menerapkan motivasi dalam memotivir belajar anak. Dan
menjaga agar anak tetap memiliki motivasi, sehingga anak akan terpacu untuk
meningkatkan belajarnya.
Pemberian nasihat kepada anak juga merupakan tanggung jawab orang tua
51
terhadap pendidikan anak. Pemberian nasihat pada pertanyaan item no. 12
menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 72%. Pada dasarnya setiap orang pasti
pernah mengalami suatu kegagalan, hal demikian akan terjadi juga pada anak.
Sewajarnyalah apabila pada suatu ketika seorang anak mengalami kemunduran
dalam belajarnya. Dengan mendapatkan nilai yang kurang baik, hendaknya
seorang anak diberikan dorongan agar tidak patah semangat. Hal tersebut akan
dijadikannya cambuk bagi anak untuk lebih giat belajar dan akan berusaha
melakukan yang lebih baik lagi demi kemajuan belajarnya. Nasution (1985:14)
mengatakan, seorang anak yang selalu mendapat dorongan belajar dan juga
nasehat dari orang tuanya dengan sendirinya di sekolah pun anak akan merasa
gembira dalam menerima pelajaran-pelajaran dari gurunya. Sebab ia yakin dan
percaya, jika nanti ia mendapatkan atau mengalami kesulitan dalam pelajarannya
anak tidak akan takut atau patah semangat, karena ada orang tua yang akan selalu
membantunya.
c. Menanyakan, mendengarkan, serta membantu memecahkan
kesulitan yang anak alami dalam belajar agama Katolik
Dalam menanyakan, mendengarkan, serta membantu memecahkan
kesulitan yang anak alami dalam belajar pada pertanyaan item no. 18, 19, 20, 21,
dan 22, menunjukkan hasil yang cukup baik, karena hasil yang diperolehnya
menunjukkan prosentase sebesar 60% sampai dengan 76%. Dengan demikian
dapat disampaikan bahwa orang tua mempunyai kepedulian dan perhatian di
dalam memotivir belajar anak yakni dengan menanyakan kesulitan-kesulitan
dalam mengerjakan PR. Hal itu dilakukan supaya anak merasa senang dan
52
berpikir bahwa orang tuanya mempunyai kepedulian yang tinggi akan
pendidikannya. Manfaat yang dapat diambil dari adanya kepedulian dari orang tua
ialah anak tidak akan merasa sendirian dan patah semangat ketika ia mendapatkan
kesulitan-kesulitan dalam belajarnya. Di samping itu orang tua pun juga dapat
mengetahui sejauh mana anak dapat menguasai pelajaran. Syamsu Yusuf
(1998:38) menegaskan fungsi keluarga tidak sebatas perasaan (rasa aman, kasih
sayang), akan tetapi menyangkut pemeliharaan, rasa tanggungjawab, perhatian
dan keinginan menumbuhkembangkan anaknya.
d. Mendampingi dan memberikan saran kepada anak untuk lebih giat
belajar
Dalam mendampingi anak belajar pada pertanyaan item no. 23
menunjukkan prosentase sebesar 60% saja, dapat disampaikan bahwa pada
dasarnya orang tua sudah lumayan baik menyadari akan tugasnya sebagai
pendidik yang utama dan pertama dengan ikut mendampingi anak saat belajar.
Setiyanta (1999:5) menjelaskan bahwa mendampingi anak belajar dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar anak-anak di sekolah. Oleh karena itu sudah
sepantasnya bahwa orang tua berfungsi sebagai pembimbing, sahabat, dan
pengarah bagi anak-anaknya.
Orang tua yang selalu memberikan saran kepada anaknya untuk giat
belajar dan rajin mengerjakan soal-soal latihan agama Katolik sebesar 76%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa orang tua ikut ambil bagian dalam mendidik anak.
Nasution (1985:51) mengatakan bahwa orang tua harus dapat memberikan
pengaruh yang positif kepada anaknya, sehingga anak terdorong dan terpanggil
53
untuk lebih meningkatkan mutu belajarnya. Di samping itu dari sejak kecil anak
telah ditanamkan atau dibiasakan anak untuk belajar, sehingga di saat dewasa
nanti hal itu akan menjadi kebiasan bagi anak. Belajar akan dianggapnya sebagai
suatu kewajibannya sendiri. Dengan demikian, kesadarannya untuk mencapai
hasil yang baik akan semakin besar pula.
e. Suasana belajar yang tenang dan suasana rumah yang penuh kasih
Salzmann (dalam Purwanto, 1995:80), menegaskan bahwa betapa besar
pengaruh lingkungan alam sekitar terhadap pertumbuhan dan pendidikan anak-
anak. Maka dari itu pendidikan keluarga atau orang tua sangat penting sekali.
Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa orang tua telah
melakukan suatu hal yang tepat yakni dengan menciptakan suasana keluarga yang
kondusif utuk proses belajar anak. Usaha ini diciptakan supaya anak dapat
berkonsentrasi dalam belajar, sehingga pikiran dan perhatian anak dapat terarah
kepada kegiatan belajarnya. Miller (dalam Heryatno, 2008:81), menyatakan
bahwa lingkungan yang baik dapat menjadi guru yang baik pula.
Menjadi orang tua yang baik adalah mampu menciptakan suasana di
rumah dengan penuh kasih sayang. Hal tersebut juga telah dilakukan oleh orang
tua dengan melihat hasil penelitian no. item 30, di mana jumlah responden yang
memberikan jawaban selalu mengasihi dan menyayangi ada 100%.
Gravissimum Educationis art. 3 mengatakan para orang tua wajib
menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan
kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan
54
pandidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Ini berarti bahwa setiap orang
bahkan anak sekalipun memerlukan ketentraman untuk menopang kelemahan
kita, melindungi, dan mengasihi. Hal senada juga dikemukakan oleh Suban Tukan
(1991:63) bahwa anak akan memiliki harga diri yang positif kalau ia dicinta,
merasa aman dan lebih percaya diri. Dengan demikian akan menumbuhkan minat
anak untuk belajar lebih giat lagi.
2. Pembahasan Hasil Penelitian dengan Wawacara
Hasil wawancara dapat disampaikan bahwa orang tua sangat setuju dengan
pernyataan bahwa orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang tua mempunyai kesadaran yang
tinggi akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tokoh pendidik yang pertama
dan utama. Dapat dilihat juga bahwa sebagai pendidik iman dalam keluarga,
orang tua tidak lupa menanamkan kebiasaan-kebiasaan seperti berdoa bersama,
mengajak anak mengikuti sembahyangan, dan juga menyarankan ikut misdinar.
Bahkan mereka sangat tidak setuju apabila ada orang tua yang memberlakukan
tindakan hukuman sebagai sangsi bagi anak yang telah berbuat salah. Menurut
mereka hukuman hanya akan memberikan dampak yang negatif bagi
perkembangan anak. Dalam hal ini yang dilakukan orang tua lebih condong
kearah pemberian motivasi dan juga nasihat. Purwanto (1995:87) menegaskan
bahwa anak yang sering mendapat hukuman akhirnya akan menjadi kebal
terhadap hukuman itu, dan tidak akan menjadi anak yang patuh dan menurut,
tetapi bahkan sebaliknya. Untuk itu sebaiknya jangan memberlakukan hukuman di
55
dalam mendidik anak-anak.
Berbagai bentuk partisipasi yang dikemukakan oleh para orang tua cukup
bervariasi satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya orang tua telah ikut ambil
bagian dalam mendidik anak dengan menggunakan berbagai bentuk partisipasi
dengan cara dan kemampuan mereka masing-masing. Bentuk-bentuk partispasi
dalam meningkatkan kemajuan belajar anak, di antaranya ialah: memberikan
pengarahan, memberikan motivasi/dorongan belajar, membantu kesulitan-
kesulitan yang dialami anak ketika belajar, membelikan peralatan yang
menunjang kegiatan belajar, dll. Dengan adanya wawancara itu ditemukan juga
berbagai hambatan atau kesulitan dalam memotivir belajar anak, di antaranya
ialah: keterbatasan atau kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua,
tuntutan pekerjaan yang mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan membagi
waktu untuk mendampingi anak belajar.
D. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian mengenai
partisipasi orang tua dalam PAK siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Kulon
Progo, penulis dalam kesempatan ini menyampaikan kesimpulan dari proses yang
telah dilaluinya. Kesimpulan ini sekaligus menjawab apa yang menjadi tujuan
penelitian yang dilaksanakan penulis.
Dari hasil penelitian dapat disampaikan bahwa partisipasi ialah kesediaan
atau keterlibatan dari orang tua untuk membantu keberhasilan pendidikan anak.
Bentuk-bentuk partisipasi orang tua dalam PAK sangatlah beranekaragam dapat
56
berupa kasih sayang, perhatian, ide, dana, sarana dan sebagainya. Partisipasi yang
telah orang tua berikan kepada anak-anak mereka dapat dikatakan lumayan baik.
Namun demikian sebagai orang tua yang bijaksana alangkah baiknya apabila
partisipasi orang tua dalam PAK terus-menerus diperkembangkan. Orang tua juga
perlu dibekali teori-teoti pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam wawancara dengan para orang tua, penulis menemukan beberapa
hambatan dalam memotivir belajar, di antaranya ialah: keterbatasan atau
kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua, tuntutan pekerjaan yang
mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan membagi waktu untuk
mendampingi anak belajar.
Atas dasar permasalahan tersebut penulis ingin menanggapinya dengan
menawarkan program katekese supaya orang tua semakin menyadari akan
pentingnya partisipasinya dalam PAK. Maka dari itu, pada bab IV penulis
menawarkan suatu program khusus bagi orang tua untuk meningkatkan belajar
anak.
BAB IV
USAHA MENINGKATKAN PARTISIPASI ORANG TUA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK MELALUI KATEKESE
Pendidikan dapat terjadi di semua tempat dan kesempatan, tetapi di
rumahlah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan yakni dari orang tua
mereka sendiri. Pendidikan keluarga merupakan fundamen atau dasar dari
pendidikan anak selanjutnya. Maka dari itu orang tua disebut sebagai pendidik
yang pertama dan utama. Bagi anak yang masih dalam perkembangan ini tentunya
sangat membutuhkan bantuan dari orang tuanya. Kesadaran bahwa anak pada usia
Sekolah Dasar masih membutuhkan pertolongan, perhatian serta dukungan inilah
yang perlu ditanamkan dan disadari oleh para orang tua.
Pada bab tiga, penulis telah mengadakan penelitian kepada siswa-siswi
kelas lima di SD Kanisius Wates, dan dilengkapi juga dengan wawancara kepada
orang tua mereka. Dapat disampaikan bahwa partisipasi yang telah orang tua
berikan sudah lumayan baik, namun perlu dikembangkan lagi bahkan ditingkatkan
secara terus-menerus supaya minat belajar anak semakin tinggi.
Pada bab IV ini penulis membuat usulan program katekese untuk orang
tua. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian atas adanya permasalahan di
mana orang tua mengalami hambatan atau kesulitan dalam PAK.
58
A. Latar Belakang Pemikiran Dasar Program
Kewajiban orang tua dalam melaksanakan pendidikan bagi anak, berakar
pada panggilan orang tua sebagai suami dan istri. "Karena orang tua telah
menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat
untuk mendidik mereka" (FC, art 36). Orang tua di SD Kanisius Wates pada
kenyataannya memang sudah menyadari tugasnya sebagai pendidik yang utama
dan pertama. Namun di dalam memotivir belajar agama Katolik orang tua masih
mengalami kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan yang dialami orang
tua di antaranya adalah: adanya keterbatasan atau kurangnya pemahaman dan
pengetahuan orang tua, tuntutan pekerjaan yang mengakibatkan orang tua
mengalami kesulitan membagi waktu untuk mendampingi anak belajar.
Atas dasar permasalahan tersebut penulis ingin menanggapinya dengan
membuat program katekese. Tujuan dari diadakannya katekese ini adalah untuk
membangkitkan kesadaran dan pandangan yang lebih jelas kepada orang tua
tentang tugasnya dalam mendidik anak. Katekese ini bermaksud meyakinkan
kepada orang tua bahwa mereka adalah pendidik pertama dan utama dalam
keluarganya sendiri. Untuk itu dengan adanya katekese ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan yang positif dengan memotivasi orang tua untuk lebih
meningkatkan partisipasinya dalam memotivir belajar anak, sehingga tujuan
pendidikan agama Katolik yakni terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dan
kedewasaan iman anak tercapai.
59
B. Usulan Progrom
1. Arti Program
Arti program ialah merupakan prosedur yang dijadikan landasan untuk
menentukan isi dan urutan acara-acara pembinaan yang akan dilaksanakan
(Mangunhardjana, 1989:16). Atau dengan kata lain bahwa program merupakan
sebuah perencanaan dalam jangka waktu tertentu dengan pembagian waktu,
kegiatan, materi yang jelas. Manfaatnya dapat mempermudah seorang
pendamping melaksanakan pendampingan dengan lebih baik karena sudah ada
perencanaan dari awal yang jelas, dan bisa sebagai persiapan jangka panjang.
2. Tujuan Program
Segala kegiatan yang akan dilaksanakan menuntut adanya perencanaan yang
matang dan sistematis, untuk mempermudah proses pencapaian tujuan. Di sini,
penulis mengartikan tujuan sebagai sasaran yang hendak dicapai. Usulan program
katekese ini menjadi salah satu bentuk pembinaan iman bagi orang tua siswa siswi
SD Kanisius Wates Kulon Progo.
Diharapkan dengan adanya usulan program ini para katekis, atau siapa saja
pihak terkait dapat mempersiapkan pelaksanaan katekese dengan baik. Penulis
juga berharap dengan perencanaan yang telah disusun ini, dapat membantu orang
tua siswa siswi SD Kanisius Wates Kulon Progo untuk semakin menyadari akan
partisipasinya dalam meningkatkan proses belajar PAK anak-anaknya, sehingga
segala harapan dan cita-cita mulia anak untuk bisa menjadi lebih baik dan berguna
bagi diri sendiri, keluarga, bangsa dan negara dapat tercapai.
60
3. Materi Program
Tema-tema yang dapat dipakai untuk katekese akan diuraikan dalam materi
program. Penulis telah mempersiapkan katekese dalam satu tema besar, yakni:
"Orang tua dan partisipasinya dalam mendidik anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak", dengan alasan bahwa orang tua mempunyai peranan besar
dalam mendidik anak. Untuk mencapai keberhasilan dalam mendidik anak,
sebaiknya segala bentuk partisipasi orang tua dalam mendidik anak perlu
disesuaikan dengan taraf perkembangan anak
Demi memudahkan pelaksanaan katekese untuk orang tua, maka penulis
mencoba untuk mengembangkan tema besar tersebut menjadi dua subtema.
Berikut ini merupakan sub-sub tema yang kami sajikan sebagai berikut:
Tema : Orang tua dan partisipasinya dalam mendidik anak
sesuai dengan tahap perkembangan anak
Subtema 1 : Peranan orang tua sebagai pendidik yang utama
dan pertama
Tujuan Subtema : Membantu peserta untuk semakin menyadari akan
perannya sebagai pendidik yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya
Subtema 2 : Partisipasi orang tua dalam memotivasi belajar
anak dengan melihat taraf perkembangan anak
Tujuan Subtema : Membantu orang tua untuk semakin menyadari
betapa pentingnya keterlibatan secara aktif dalam
61
memotivasi belajar anak sesuai dengan taraf
perkembangannya
Kedua subtema di atas kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa judul
pertemuan katekese untuk orang tua. Subtema pertama terdiri dari tiga judul
pertemuan di antaranya: a. Tugas orang tua sebagai pendidik yang pertama dan
utama dalam mendidik anak; b. Cinta kasih sebagai dasar dalam mendidik anak; c.
Jadilah teladan yang baik bagi anak-anak. Subtema kedua terdiri dari tiga judul
pertemuan di antaranya: a. Pentingnya mengetahui perkembangan anak sejak dini;
b. Menciptakan suasana rumah yang kondusif dalam keluarga; c. Membangun
keakraban dengan anak.
Dalam program katekese ini tak lupa penulis mencantumkan sumber
bahan yang fungsinya untuk memperkaya pembimbing dalam proses katekese.
Pembimbing dan peserta dapat membaca sumber bahan agar dapat menambah
wawasan dan memperdalam materi. Penulis membuat program katekese dengan
jangka waktu kurang lebih delapan bulan. Untuk mengantisipasi kesibukan
masing-masing peserta maka pertemuan hanya dilaksanakan satu bulan sekali.
Tempat pertemuan sebaiknya secara bergilir, supaya peserta merasa tersapa
dengan dikunjungi oleh para peserta yang lain.
Penjabaran Program Katekese Untuk Orang Tua
TEMA : Orang tua dan partisipasinya dalam mendidik anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
TUJUAN : Membantu orang tua untuk menyadari dan meningkatkan keterlibatannya dalam mendidik sesuai dengan tahap
perkembangan anak
No Subtema Tujuan Subtema JudulPertemuan
TujuanPertemuan
Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
1 2 3 4 5 6 7 8 91. Tugas orang
tua sebagaipendidikyang utamadan pertama
Membantupeserta untuksemakinmenyadari akantugasnya sebagaipendidik yangpertama danutama bagi anak-anaknya
a.Tugas orangtua sebagaipendidik yangpertama danutama dalammendidik anak.
Membantuorang tua untukmenghayatiakan tugasnyayang besar danmulia sebagaipendidik yangpertama danutama bagianak-anaknya.
Arti orang tuaPendidikan
keluarga adalahfundamen ataudasar daripendidikan anakselanjutnya
Hak dankewajiban orangtua mengenaipendidikan
Tugas seorangibu dan bapakdalam mendidikanak di bidangiman
SharingDiskusiDialog
Cergam"SalahSendiri"Alat tulisKertas Flep
Fuad Ihsan.Dasar-dasarKependidikan.Jakarta: PTRineka Cipta.hal 16-19.
Nasution,Thamrin(1985:1-8)
KWI.(1996:54)Iman KatolikBuku informasidan Referensi.Jakarta: Obor.
FC, art 36, hal60-61
63
b.Kasih sayangsebagai dasardalam mendidikanak
Membantuorang tua untuksemakinmenyadaribahwa kasihsayang itusangat pentingdan perludiusahakan didalam mendidikanak
Mendekatkanhidup YesusKristus yangpenuh cinta
Pentingnyamembanguncinta kasih dalamkeluarga
Makna kasihsayang dandampak kurangkasih sayang
SharingTanya
JawabDialogNonton
acaraTegurSapaGembalaKeluarga/TELAGA
Kitab SuciTVVCD
Player
KomisiKateketik KWI(1995:22).PedomanGerejaKatolik.(2003).
GE, art 31 Yoh 4:10-11Heryatno, F.X.
(2008:95-96).Pokok-pokokPendidikanAgama KatolikDi Sekolah.Buku AjarMahasiswaIPPAK-USD.Yogyakarta:IPPAK-USD.
Kaset VCD(No KasetT154B) yangberjudul"Kurang KasihSayang"
64
c. Jadilah teladanyang baik bagianak-anak.
Membantupeserta untukdapat menjadipendidik yangbaik danmemberikanteladan bagianak-anaknya
Orang tuamenjadi polaanutan ataumodel yangselalu ditiru olehanak.
Memberikancontoh-contohyang baikkepada anak.
SharingTanya
JawabDialog
MadahBakti
Cergam"Gambardua buahpohonmangga,yang satuberbuahdan yangsatu tidakberbuah"Kitab SuciAlat tulisKertas Flep
Nasution,Thamrin(1985:1-2);PerananOrang TuaDalamMeningkat-kanPrestasiBelajar Anak.
Sahlan Syafei,M. (2002).BagaimanaAnda MendidikAnak. Jakarta:GhaliaIndonesia.
PsikologiUmum.(1997). BukuPanduanMahasiswa.Jakarta:GramediaPustakaUtama.
Mat 12:33-37
65
2. Partisipasiorang tuadalammemotivirbelajar anakdenganmelihat tarafperkembang-an anak.
Membantu orangtua untuk semakinmenyadari betapapentingnyaketerlibatansecara aktif dalammemotivir belajaranak sesuaidengan tarafperkembangannya
a. Pentingnyamengetahuiperkembangananak sejak dini
Membantuorang tua agardapat mendidik,menjaga, sertamengembang-kan pribadianak-anaksesuai denganperkembangananak.
Tahap-tahapperkembangananak dan caramendidiknyadengan cinta
Pentingnyaorang tuamemahamiperkembangananak dalamkeluarga
KonteksPerkembanganIman
SharingTanya
JawabDialog
Kitab SuciAlat tulis
Heryatno, F.X.(2008:72-79).Pokok-pokokPendidikanAgama KatolikDi Sekolah.Buku AjarMahasiswaIPPAK-USD.Yogyakarta:IPPAK-USD.
YusufSyamsu, LN.(1998).PsikologiPerkembang-an Anak danRemaja.Bandung: PTRemajaRosdakarya.
1Kor 13:11http://iman
keluarga.blogspot.com/2007/03/kk04-pendidikan-anak-dalam-
66
b.Menciptakansuasana rumahyang kondusifdalamkeluarga
Membantupeserta untukdapatmenyadari akanpentingnyasuasana rumahyang kondusifdalam keluarga
Pengaruhlingkunganmasyarakat dankeluargaterhadapkegiatan belajaranak
Suasana rumahyangmemberikanrasa aman dannyaman untukbelajar
Faktorlingkunganbelajar yangdapatmenggangguanak belajar
SharingTanya
JawabDialogNonton
acaraTegur SapaGembalaKeluarga/TELAGA
Kitab SuciTVVCD
Player
keluarga.html
Nasution,Thamrin(1985:60);PerananOrang TuaDalamMeningkat-kanPrestasiBelajar Anak.
Heryatno, F.X.(2008:81).Pokok-pokokPendidikanAgama KatolikDi Sekolah.Buku AjarMahasiswaIPPAK-USD.Yogyakarta:IPPAK-USD
Kaset VCD(No KasetT106B) yangberjudul "AnakSulit Belajar"
67
c.Membangunkeakrabandengan anak
Peserta dapatmenyadaripentingnyamenjalinkeakrabandengan anaksehinggatercipta suasanakeluarga yangkompak.
Hal-hal yangperlu dilakukanorang tuaterhadap anakmereka
Bersahabatdengan anak
Orang tua perlumeluangkanwaktu buat anakdi tengah-tengahkesibukanbekerja
SharingTanya
JawabDialogNonton
acaraTegur SapaGembalaKeluarga/TELAGA
Kitab SuciTVVCD
Player Foto Kopi
teks yangtemanyamenjadisahabatbuat anakdanwaktubuat anak
Amsal 19:2a
Kaset VCD(No KasetT132A) yangberjudul"MembangunKeakarabandengan anak"
Amsal 29:12-15
http://www.telaga.org/audio.php?orantua-anak.htm
C. Contoh Persiapan Katekese
Pada bagian ini akan dikemukakan suatu contoh katekese untuk
meningkatkan usaha orang tua dalam memotivir belajar anak. Adapun contoh
katekese ini diambilkan dari tema-tema yang terdapat dalam program katekese
untuk orang tua. Contoh katekese ini dikemukakan berupa suatu persiapan tertulis.
Alasan dikemukakan suatu contoh katekese untuk meningkatkan usaha orang
tua dalam memotivir belajar anak, agar katekis merasa tertolong dan dengan
mudah dapat membuat suatu persiapan katekese dan melaksanakannya dalam
berkatekese. Contoh katekese untuk orang tua dalam meningkatkan usaha orang
tua dalam memotivasi belajar anak sebagai berikut:
1. Judul Pertemuan : Jadilah teladan yang baik bagi anak-anak
2. Tujuan : Membantu peserta untuk dapat menjadi pendidik
yang baik dan memberikan teladan bagi anak-
anaknya
3. Peserta : Orang tua (Bapak-Ibu)
4. Sarana : - Kitab Suci PB Mat 12:33-37
: - Gambar dua buah pohon Mangga, yang satu
berbuah dan yang satunya tidak berbuah
: - Madah Bakti
5. Metode : - Sharing
: - Diskusi
: - Dialog
69
6. Model : - SCP (Shared Christian Praxis)
7. Sumber Bahan : - Matius 12:33-37
: - Nasution, Thamrin (1985:1-2); Peranan Orang
Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Anak.
: - Sahlan Syafei, M. (2002). Bagaimana Anda
Mendidik Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia.
: - Psikologi Umum. (1997). Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Pemikiran Dasar
Keluarga adalah tempat pendidikan yang utama bagi anak. Anak pertama
kali mendapatkan pendidikan dari orang tua dalam keluarga. Orang tua tidak
hanya melahirkan anak tetapi juga mempunyai tugas dari Allah yaitu untuk
merawat, mengarahkan, dan mendidik. Maka dari itu orang tua mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam membimbing serta mengarahkan anak ke arah
yang benar. Ada pepatah "Buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya".
Maksud dari pepatah tersebut ialah seorang anak mempunyai sifat yang tidak jauh
berbeda dengan sifat yang dimiliki oleh orang tuanya. Oleh karena itu, di dalam
kehidupan sehari-hari sebagai orang tua hendaknya memberikan contoh teladan
yang baik bagi anak-anaknya. Dalam hal ini asas ing ngarso sung tuladha kiranya
patut untuk dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari.
Matius 12:35 juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda dari pepatah
70
tersebut, yaitu "Orang yang baik pasti mengeluarkan hal-hal yang baik dari
perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat melontarkan hal-hal yang
jahat dari perbendaharaannya yang jahat". Di sini Matius mau mengungkapkan
betapa pentingnya perbuatan, tingkah laku dan pembicaraan orang tua dalam
hidup sehari-hari dalam kehidupan anak. Dengan teladan sikap hidup orang
tuanya dan pembicaraan atau tutur kata dari orang tua anak akan menyesuaikan
diri dengan situasi atau iklim yang baik dari orang tuanya.
Dengan berpedoman pada Injil dan pepatah di atas orang tua dituntut
berbuat baik karena orang tua merupakan pendidik yang pertama dalam keluarga.
Maka orang tua perlu memberikan contoh teladan yang baik bagi anaknya entah
dalam bersikap maupun dalam bertutur kata. Dalam PAK orang tua harus dapat
memberikan contoh yang baik bagi anak. Orang tua merupakan model yang akan
ditiru oleh anak dalam setiap gerak kehidupannya. Bila dalam kehidupan
keluarga, tingkah laku orang tua dapat dijadikan sebagai alat pendidikan bagi
anak-anaknya, yang dapat ditiru dan diteladaninya, maka akan mudahlah bagi
anak-anaknya untuk meningkatkan mutu belajarnya.
9. Pengembangan Langkah-Langkah
a. Langkah I : Pembukaan
1). Kata Pengantar
Bapak dan ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, senang sekali saya bisa
bertemu dan berkumpul bersama di tempat ini dalam kasih persaudaraan.
Saya mengundang bapak serta ibu di sini untuk saling membagikan
pengalaman, saling meneguhkan, khususnya di dalam mendidik anak dan
71
tentunya memberikan semangat kepada anak-anak untuk belajar. Kita
berharap dengan pertemuan ini kita semakin dimantapkan untuk menjadi
orang tua yang bijaksana dalam mendidik anak dan dapat menjadi teladan
yang baik bagi anak-anak kita.
2). Lagu Pembukaan. Madah Bhakti No. 477 " Tuhan Sumber Gembiraku".
Bait 1 dan 2.
3). Doa Pembukaan
Allah Bapa Yang mahabaik, kami bersyukur atas rahmat kesehatan dan
juga perlindungan yang telah Engkau berikan kepada kami sehingga
Engkau berkenan untuk mengumpulkan kami di tempat ini dengan
selamat. Bapa berkatilah pertemuan pada malam hari, utuslah Roh Kudus-
Mu agar kami senantiasa dapat merasakan kehadiran-Mu dan
mendengarkan bimbingan-Mu. Bapa perkenankanlah kami untuk saling
berbagi pengalaman, dan saling meneguhkan, menimba semangat
melaksanakan tugas sebagai orang tua bagi anak-anak kami. Semoga
semakin hari kami dapat menjadi orang tua yang baik dan dapat
membimbing serta mendidik dengan baik seturut dengan rencana dan
kehendak-Mu. Amin.
b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Pribadi
1). Pendamping membagikan gambar dua buah pohon Mangga, yang satu
berbuah dan yang satunya tidak berbuah
2). Pendamping meminta salah satu peserta menceritakan apa maksud dari
ke dua gambar tersebut.
72
3) Intisari cerita dari gambar dua buah pohon Mangga, yang satu berbuah
dan yang satunya tidak berbuah
Bapak-ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus kalau kita melihat
sebatang pohon tentu kita dapat menilai pohon itu jelek atau baik
berdasarkan atas mutu buah dari pohon itu. Buah yang dihasilkannya
pun akan membuat pohon itu lebih dikenal lagi mutunya. Buah yang
enak tentu akan disukai banyak orang. Untuk menghasilkan buah yang
baik tentulah pohon itu haruslah dirawat, disiram, dipupuk dll.
Demikian pula kita sebagai manusia perlu merawat diri dan keluarga
kita sendiri baik dalam tingkah laku dan tutur kata agar dapat
membuahkan sesuatu yang baik.
c. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup
1). Tanya Jawab lewat gambar
Pendamping menanyakan beberapa hal yang dapat memancing peserta
untuk aktif dalam katekese. Sebelum bertanya pendamping
memperlihatkan gambar dua pohon mangga yang satu berbuah dan
yang satu tidak berbuah. Setelah itu diajukan beberapa pertanyaan,
sebagai berikut:
a). Apa perbedaan dari dua gambar tersebut?
b). Bapak dan ibu memilih gambar pohon mangga yang mana?
c). Bagaimana bapak dan ibu menentukan tolok ukur pemilihan buah
mangga yang baik?
73
d). Kalau kita samakan diri kita dengan pohon mangga tersebut, apa
arti perumpamaan tersebut?
Harapan jawaban:
a). Bedanya pohon itu ialah pohon yang satu berbuah dan yang
satunya lagi tidak berbuah.
b). Memilih yang ada buahnya, karena dengan adanya buah itu kita
dapat merasakan manisnya buah mangga, baik atau tidaknya buah
itu, mengecewakan atau tidak.
c). Memilih yang besar, tidak mudah layu maupun busuk, dan
wanginya buah mangga.
d). Pohon yang tidak berbuah melambangkan orang yang tidak
menghasilkan atau menunujukkan dirinya tidak baik. Sedangkan
pohon yang berbuah mengandaikan orang yang dapat
menghasilkan sesuatu yang baik, bermutu dan dapat bermanfaat
bagi orang lain.
2). Menyatukan arah dan pikiran
Setelah selesai bertanya jawab pembimbing merangkum jawaban
secara keseluruhan yakni, bapak-ibu perumpamaan tersebut jelas sekali
maknanya bahwa pohon itu kita kenal dari buah yang dihasilkannya.
Pohon yang dirawat dengan baik tentu akan menghasilkan buah yang
baik atau buah yang tidak mengecewakan untuk orang lain. Demikian
juga dalam mendidik anak. Sejak dini anak perlu kita rawat dengan
74
baik yakni dengan memberikan kasih sayang, perhatian, bimbingan
dan nasihat. Oleh karena itu apabila kita menginginkan anak yang
tumbuh dengan baik maka selayaknyalah kita sebagai orang tua
dituntut berbuat yang baik karena orang yang mempunyai
perbendaharaan yang baik akan mengeluarkan yang baik pula.
d. Langkah III: Mendalami teks Kitab Suci Matius 12:33-37
1). Membaca teks Injil Matius 12:33-37
Pendamping mempersilakan salah satu peserta untuk membacakan teks
Injil Matius 12:33-37.
2). Tanya Jawab dalam kelompok
Pendamping membagi peserta menjadi beberapa kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 4 peserta. Kemudian pendamping memberikan
beberapa pertanyaan, sebagai berikut:
a). Apa maksud perumpamaan pohon dan buah pada ayat 33?
b). Apa pesan bacaan itu bagi kita?
c). Menurut bacaan itu orang yang baik itu orang yang bagaimana?
d). Apa arti dan hubungannya dari pesan bacaan itu terhadap kita
selaku orang tua kepada anak?
Harapan jawaban:
a). Maksudnya, pohon itu dapat dikenal karena kebaikan atau mutu
dari buahnya. Demikian juga kita sebagai manusia akan dikenal
oleh banyak orang karena tutur kata dan perbuatan yang baik yang
75
kita lakukan.
b). Pesannya adalah tutur kata dan tingkah laku dapat mencerminkan
siapa diri kita ini. Dengan tutur kata dan tingkah laku yang baik
tentu akan membuahkan kebaikan pula.
c). Orang yang baik adalah orang yang mempunyai perbendaharaan
yang baik. Perbendaharaan itu meliputi perbuatan dan tutur kata.
Perbuatan dan tutur kata kita merupakan ungkapan isi hati kita
sendiri. Dengan perbuatan dan berbicara yang baik tentulah akan
membuahkan kebaikan pula.
d). Arti dan hubungan dalam bacaan tersebut adalah sebagai orang tua
hendaklah kita dapat memberikan contoh yang baik kepada anak-
anak kita. Perbuatan dan perkataan yang baik akan dapat
memberikan pengaruh yang baik pula bagi perkembangan anak
kita baik dalam keluarga dan juga dalam masyarakat nantinya.
e. Langkah VI: Peneguhan dan contoh penerapan dalam hidup
Tugas mendidik kiranya tidak mudah, karena orang tua tidak
berhadapan dengan benda mati yang dapat dibentuk sekehendak hati orang
tua, tetapi orang tua berhadapan dengan anak-anak yang berjiwa dan
mempunyai akal budi dan kehendak.
Kita pernah mengenal atau mendengar pepatah yang berbunyi,
"Buah bila jatuh tidak akan jauh dari pohonnya". Artinya sifat orang tua
tentu tidak akan jauh beda pada anak-anaknya. Begitu pula pepatah yang
76
ada pada Injil Matius 12:33. Pesan Injil Matius mau mengingatkan
hendaknya kita selalu berbuat baik apabila ingin mendapat kebaikan dari
orang lain. Demikian halnya kita sebagai orang tua, kita dituntut untuk
memberikan teladan yang baik kepada anak-anak. Keteladanan itu dapat
kita lakukan atau tunjukkan kepada anak-anak dalam bentuk perhatian,
nasihat, saling membantu dan menyayangi.
Hal senada juga dikatakan oleh tokoh pendidikan yaitu Ki Hajar
Dewantoro. Orang tua hendaknya bersikap ing ngarso sung tuladha,
artinya orang tua harus mampu menjadikan dirinya sebagai contoh atau
panutan bagi anak-anaknya. Hal tersebut berlaku juga di dalam memotivir
belajar anak. Orang tua yang sering memperlihatkan cara belajar yang baik
kepada anak-anaknya akan dijadikan anak sebagai model dalam cara
belajarnya pula. Tingkah laku orang tua baik secara langsung atau tidak
langsung akan ditiru oleh anak. Bagi anak apa yang ia lihat dan dengar
adalah baik, sehingga ia akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena sifat anak yang suka meniru itu, maka perlulah setiap
orang tua menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik untuk anak-
anaknya. Dalam memberikan keteladanan pada anak pertama-tama dapat
kita lakukan dalam lingkungan keluarga kita masing-masing, misalnya: di
dalam keluarga baik orang tua maupun anak terjalin suasana yang akrab,
saling menyayangi, membantu dan menghargai satu dengan yang lain.
Selain itu orang tua menanamkan kebiasaan berdoa kepada anak. Orang
tua perlu menjelaskan pada anak bahwa berdoa merupakan komunikasi
77
dengan Tuhan, sehingga anak akan membangun gambaran tentang Tuhan
dalam diri dan untuk mengambil sikap yang pantas pada saat berdoa. Di
sini orang tua tidak bisa memaksakan anak-anak dengan caranya sendiri,
sebaliknya anak akan melihat dan meniru apa yang diperbuat oleh orang
tuanya.
Apabila hal-hal diatas sungguh dirasakan dan dialami oleh anak di
dalam kebersamaannya dengan anggota keluarga. Anak akan sering
mengulang perbuatan yang baik tersebut dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-harinya baik di dalam kebersamaannya dengan keluarga
maupun di luar lingkungan keluarga.
f. Renungan Pribadi
Pendamping mengajak peserta merenungkan kembali pertemuan yang
telah dilaksanakan, dengan menggali kembali cerita dan pengalaman-
pengalaman peserta serta dengan pepatah yang ada pada Injil Matius
12:35, sehingga peserta mampu memperoleh wawasan dan pengalaman
baru untuk mengembangkan diri dan dapat meningkatkan kesadaran akan
mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan bijaksana.
(Peserta diberi kesempatan untuk hening, lalu pendamping memberi
pertanyaan penuntun untuk membuat niat-niat baru)
1. Niat apa yang kita bangun untuk semakin meningkatkan kesadaran
akan peran kita sebagai orang tua dalam mendidik anak?
2. Bagaimana kita dapat mewujudkan niat-niat tersebut dalam keluarga?
78
g. Langkah VII: Penutup
1). Lagu Penutup: Madah Bakti. No. 533 "Tingkatkan Karya Serta Karsa"
2). Doa Penutup
Bapa yang maha kasih, kami bersyukur atas pertemuan yang boleh
kami rasakan pada malam hari ini. Kami menyadari bahwa sebagai
orang tua kami sering jatuh bangun dalam melaksanakan tugas-tugas
kami khususnya dalam mendidik anak-anak kami. hal ini sering
disebabkan karena kelalaian kami, kesibukan kami dalam bekerja.
Bapa, lewat teladan Keluarga Kudus Nasaret kiranya kami semakin
menyadari tugas utama kami sebagai orang tua dalam mendidik anak.
Bapa semua harapan dan niat-niat kami ini kami serahkan kepada-Mu
dengan perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus. Amin.
BAB V
PENUTUP
Pada bab V (lima) atau bagian akhir dari skripsi ini penulis akan
menyampaikan kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi ini, di samping itu juga
akan disampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi para orang
tua.
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Gereja, orang tua adalah pendidik iman yang pertama
dan utama bagi anak dalam keluarga. Dalam tangan orang tualah tanggung jawab
pendidikan anak itu berada. Penulisan skripsi ini secara khusus menyoroti tentang
bentuk-bentuk partisipasi orang tua dalam PAK di SD Kanisius Wates Kulon
Progo. Bentuk-bentuk partisipasi memang sudah terjadi dan bisa dikatakan
lumayan baik. Bentuk-bentuk partisipasi yang diberikan pun cukup bervariasi satu
dengan yang lain, tetapi masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus-
menerus.
Bentuk-bentuk partisipasi yang dapat digunakan oleh orang tua dalam
mendidik anak memang sangatlah beranekaragam. Pada bab II, penulis mencoba
menyampaikan tentang berbagai bentuk partisipasi yang dapat digunakan dan
dapat mendukung dalam pendidikan agama Katolik di antaranya ialah
memberikan kasih sayang, melengkapi alat-alat keperluan dalam penyelenggaraan
pendidikan, misalnya: alat tulis (pensil, pulpen, penggaris, dll) dan buku-buku;
80
menciptakan suasana kondusif untuk belajar anak, memberikan pengawasan,
pengarahan, perhatian, dan dorongan yang tinggi, dll. Bentuk-bentuk partisipasi
yang telah disebutkan di atas memang sangat mendukung dan bermanfaat dalam
memotivir belajar anak. Namun perlu diketahui bahwa faktor utama dalam
mendidik anak ialah kasih sayang dari orang tuanya. Dengan memberikan kasih
sayang berarti orang tua telah memenuhi kebutuhan anak baik kebutuhan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan rohani. Ketiadaan kasih sayang, akan membuat
anak cenderung mengembangkan perasaan negatif, merasa tidak diterima
sehingga penghargaan terhadap dirinya sendiri rendah. Anak seprti ini akan
cenderung menjadi anak tertutup dan rendah diri. Kasih sayang yang tulus dan
berlimpah mempunyai dampak yang baik bagi anak dalam perkembangannya.
Jadi dapat disampaikan bahwa orang tua mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan anak, karena orang tua banyak memberikan pengaruh terhadap
diri anak terutama untuk perkembangan kepribadiannya. Maka penting sekali
memberikan keteladanan pada anak sedini mungkin, dan kita mulai memetik hasil
atau buahnya di kemudian hari pada saat anak menginjak usia dewasa. Perlu
disampaikan juga bahwa untuk mendidik anak, setiap orang tua harus
menyesuaikan dengan taraf perkembangan anaknya. Apabila orang tua tidak
memperhatikan hal itu mustahil anak dapat mencapai keberhasilannya dalam
pendidikan.
Katekese adalah suatu pendampingan terhadap para orang tua di SD
Kanisius Wates Kulon Progo melalui pertemuan-pertemuan untuk memperdalam
dan menghayati akan tugasnya sebagai pendidik yang pertama dan utama dengan
81
berdialog, sehingga lebih menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam
mendidik anak-anaknya. Dalam hal ini penulis membuat suatu usulan kegiatan
katekese sebagai bentuk kepedulian akan pendidikan anak. Katekese dengan ini
mau mengajak orang tua untuk berdialog mengenai partisipasinya dalam
memotivasi belajar anak. Para orang tua diharapkan dapat saling membantu,
berkomunikasi, terbuka dan saling meneguhkan satu dengan yang lain. Untuk itu
pembimbing dan semua pihak yang bersangkutan diharapkan untuk terlibat dan
mendukung pelaksanaan katekese ini.
Dalam usulan katekese ini, penulis menguraikan tema-tema pertemuan,
proses, waktu, sarana, dan metode dengan menyesuaikan situasi serta kondisi para
peserta. Melalui pendekatan ini penulis berharap katekese dapat berjalan dengan
baik, lancar dan mencapai tujuan, sehingga orang tua lebih mampu dan terlibat
aktif dalam mendidik anak-anaknya. Katekese bukanlah sesuatu yang "instant",
tetapi suatu proses yang terus menerus. Dalam prose situ diharapkan umat saling
membagikan pengalaman imannya. Dengan demikian mereka saling menolong,
meneguhkan satu sama lain. Katekese tidak cukup hanya dilaksanakan sekali saja,
tetapi terus-menerus supaya semakin hari kita semakin menyerupai Allah.
B. Saran
Berdasarkan dari seluruh pembahasan yang ada, penulis bermaksud
mengungkapkan beberapa saran untuk lebih meningkatkan partisipasi orang tua
dalam mendidik anak selaras dengan ajaran Gereja. Katekese ini sangat penting
untuk orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga. Agar
82
pelaksanaan katekese dapat berjalan lancar dan dapat meningkatkan partisipasi
orang tua dalam mendidik anak-anaknya, maka perlulah memperhatikan beberapa
hal yang disarankan oleh penulis sebagai berikut:
1. Penulis mengusulkan suatu katekese untuk membantu orang tua dalam
memotivir belajar anak. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama antara
pembimbing dengan peserta, supaya katekese dapat terlaksana dengan
baik dan lancar.
2. Katekese ini tidak bertujuan untuk menggurui para orang tua, melainkan
mengajak mereka menyadari dan melaksanakan tanggung jawabnya sesuai
dengan kehendak Allah. Pembimbing perlu bersikap rendah hati dan
menciptakan suasana yang dialogis dalam pertemuan. Biarkan peserta
mengungkapkan pandangan dan pendapatnya. Pembimbing juga tidak
boleh memaksa peserta untuk menerima pandangannya. Hindarkanlah hal-
hal yang dapat menyinggung perasaan peserta, karena tugas pembimbing
adalah sebagai fasilitator.
3. Para orang tua dihimbau untuk meningkatkan ilmu dengan cara mencari
dan membaca buku-buku yang berkaitan langsung dengan dunia
pendidikan anak. Orang tua juga perlu berusaha keras meningkatkan
partipasinya melalui teladan hidup sehari-hari. Demi keberhasilan katekese
diperlukan adanya pertobatan dari orang tua, sehingga setelah mengikuti
katekese ini peserta menyadari bahwa dirinya adalah mitra bagi anaknya.
Untuk itu orang tua perlu membangun keakraban dengan anaknya,
memberikan perhatian, dan saling menyayangi.
83
4. Dimohon pula agar Romo Paroki membeli atau menyediakan buku-buku
di perpustakaan paroki tentang teori-teori pendidikan modern sesuai
dengan perkembangan zaman, agar dengan mudah umat meminjam buku-
buku tersebut guna meningkatkan pengetahuan mereka.
Penulis berharap dengan katekese ini para orang tua merasa terbantu dan
semakin meningkatkan partisipasinya dalam mendidik anak-anaknya, karena
pendidikan anak merupakan tanggung jawab mereka sebagai pendidik yang
pertama dan utama.
84
DAFTAR PUSTAKA
Allen Shelly, Judith. (1982). Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk OrangTua, Guru dan Perawat. Bandung: Kalam Hidup.
Cooke, Bernard, S.J. (1972). Seri Puskat No.99. Iman dan Keluarga-keluargaKristen. Yogyakarta: Puskat
Dokumen Konsili Vatikan II, (1988). (terjemahan R. Hardawiryana SJ). Jakarta:Dokumen dan Penerangan KWI.
Hasil Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia II dalam Huber. Th.SJ. (1980). Katekese Umat Kanisius.
Heryatno, F.X. (2003). Pengantar PAK Sekolah. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta:IPPAK-USD.
__________ (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah. BukuAjar Mahasiswa IPPAK-USD. Yogyakarta: IPPAK-USD.
Ismartono, I. (1998). "Repot Kalau Kita Memandang Anak-Anak Seperti TidakTahu Apa-Apa" dalam Laurike Mulyono dalam Quo VadisPendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar. Jakarta: KomisiKateketik KWI.
Kamaruizaman. (2003). Kamus Ilmiah Serapan Disertai Entri Tambahan DanPedoman Umum Pembentukkan Istilah. Yogyakarta: Absolut.
Kartini Kartono. (1995).Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung:Mandar Maju.
Komisi Kateketik KWI (1995). Pedoman Gereja Katolik Indonesia. Yogyakarta:Kanisius
Kosoema, Doni A. "Pendidikan Keluarga dan Salus Publica" dalam KOMPAS, 22Desember 2003.
Kristianto, Y. (2004). Teori PAK PM. Diktat Mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-USD.
Kursus Kader Katolik, Seri III/5. Hak Mendidik. Jakarta.Lawrence E. PH. D. (1999). Mengajarkan Emotional Intelegence. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.Mangunharjana, A. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta:
Kanisius.Mardalis. (1989). Metode Penelitian Suatu Penelitian Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.Munandar, S.C.U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.Nasution, Thamrin (1985); Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Anak. Jakarta: P.T. BPK Gunung Mulia.Psikologi Umum. (1997). Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.Purwanto, N.M. (1995). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
85
Sahlan Syafei, M. (2002). Bagaimana Anda Mendidik Anak. Jakarta: GhaliaIndonesia.
Setiadi, Bernadete. (1998). "Penanaman Nilai-Nilai Adalah Tujuan PendidikanAgama" dalam Laurike Mulyono dalam Quo Vadis PendidikanAgama Katolik di Sekolah Dasar. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Setyakarjana, J.S. (1997). Kateketik Pendidikan Dasar. Yogyakarta: Puskat.Shalahuddin Mahfud. (1990). Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT
Bina Ilmu Offset.Soetrisno, Mudji (1998). "Pelajaran Agama, Simpang Jalan Kesulitan" dalam
Laurike Mulyono dalam Quo Vadis Pendidikan Agama Katolik diSekolah Dasar. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Stainback, William & Stainback, Susan. (1999) Bagaimana Membantu AnakAnda Berhasil di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Suban Tukan, Johan & Gabriella, Sr. PRR (1991). Katekese Keluarga: SebuahPengantar. Jakarta: Luceat.
Sumadi Suryabrata. (1993). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada._________ (1983). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Rajawali Pers.Sumarno Ds., M. (2004). Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki. Diktat mata Kuliah. Yogyakarta: IPPAK-USD.Sukardi, Ph. D. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.Supolo, Sitepu Henny. "Keluarga, Pendidikan Utama Bagi Anak" dalam
KOMPAS, 24 Mei 1999.Syamsu Yusuf, LN. (1998). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Tim Penyusunan Kamus Pusat Bahasa, ed.3-cet 3. (2005). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.Yohanes Paulus II,. (1993). Famuliaris Consortio. (terjemahan R. Hardawiryana
SJ). Jakarta: Dokumen dan Penerangan KWI.
86
LAMPIRAN
(1)
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
PETUNJUK PENGISIAN :
a. Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Kemudian berilah tandasilang (X) yang sesuai dengan pendapat Anda !Alternatif jawaban adalah sebagai berikut :1. Selalu2. Kadang-kadang3. Tidak Pernah
Contoh :NO PERNYATAAN Selalu Kadang-
kadangTidak
Pernah1 Orang tua Anda menyarankan
supaya Anda rajin belajarx
Keterangan :Dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang telah tersedia berarti Andatelah memberikan jawaban dari pernyataan tersebut.
b. Jawablah semua pernyataan berikut dan periksalah kembali jawabab Anda sebelumdi kumpulkan.
(2)
Nama : ___________________________________No : ___________________________________
NO PERNYATAAN Selalu Kadang-kadang
TidakPernah
1 Orang tua anda memenuhi setiap permintaananda yang berhubungan dengan alat tulis menulis
2 Orang tua anda memenuhi setiap permintaanAnda yang berhubungan dengan buku agamaKatolik yang disarankan oleh bapak/ibu guruuntuk dimiliki
3 Jika ada PR agama Katolik, maka orang tua andamenanyakan apakah sudah dikerjakan
4 Setiap belajar di rumah, orang tua andamengawasi apa yang anda pelajari
5 Ketika jam belajar di rumah, orang tua andamenanyakan kapan anda ulangan atau ujianagama Katolik di sekolah
6 Sepulang sekolah orang tua menanyakan kepadaanda apakah materi pelajaran agama Katolikyang telah diajarkan guru sudah dapat dimengerti
7 Sepulang sekolah orang tua menanyakan kepadaanda apakah ada PR (Pekerjaan Rumah) agamaKatolik yang diberikan guru di sekolah
8 Jika anda memberitahu hasil ulangan agamaKatolik yang telah dibagikan guru, maka orangtua anda melihat hasilnya
9 Orang tua anda menanyakan hasil ulangan agamaKatolik di sekolah
10 Orang tua anda membantu membuatkan jadwalbelajar di rumah
11 Orang tua anda mengingatkan waktu belajar anda
12 Orang tua anda memberi nasihat jika hasilulangan agama Katolik anda kurang atau jelek
13 Orang tua anda menjanjikan hadiah jika ulanganagama Katolik anda bagus
14 Orangtua anda menegur jika seharian anda hanyamenonton TV dan tidak belajar
15 Ketika anda sedang belajar, orang tua anda punikut belajar
16 Orang tua anda selalu menanyakan hasil setiapPR yang dikumpulkan
17 Jika anda memberitahu hasil PR agama Katolikyang telah dibagikan guru, orang tua anda selalumelihat hasilnya
(3)
18 Orang tua anda menanyakan kesulitan-kesulitanyang anda hadapi dalam belajar agama Katolik
19 Jika orang tua anda di rumah dan andamengerjakan PR agama Katolik, orang tua selalumenanyakan apakah ada kesulitan dalammenyelesaikannya
20 Orang tua anda mendengarkan kesulitan-kesulitan dan keluhan yang anda hadapi tentangpelajaran agama Katolik
21 Setiap anda mengalami kesulitan dalam pelajaranagama Katolik, maka orang tua anda ikut sertamembantu memecahkan kesulitan-kesulitan yangdihadapi
22 Jika ada PR agama Katolik dan orang tua andaberada di rumah, maka orang tua anda membantumenjelaskan cara menyelesaikan PR tersebut
23 Orang tua Anda ikut mendampingi anda dalambelajar agama Katolik dirumah
24 Untuk meningkatkan kemampuan menguasaimateri agama Katolik, orang tua andamenyarankan untuk lebih giat dan lebih rajinmengerjakan soal-soal latihan agama Katolik.
25 Orang tua anda menyarankan supaya andamembentuk kelompok belajar
26 Orang tua menyarankan kepada anda kalaubelajar harus dalam suasana tenang dan penuhperhatian terhadap apa yang sedang dipelajari
27 Orang tua anda mengusahakan agar suasanatenang pada saat anda sedang belajar
28 Jika anda sedang belajar, keluarga andamematikan TV dan radio
29 Orang tua anda memberikan kamar belajar yangnyaman untuk anda belajar
30 Orang tua anda mengasihi dan menyayangi anda
(4)
Lampiran 2: Nama Siswa-siswi Kelas V (Lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo
No Nama Siswa-siswi Kelas V (Lima) SD Kanisius Wates KP1. Mikael Dia Wardana2. Angela Merici Tri Utami3. F. Windi Oktasari4. Gregorius Sri Wendy Yanto5. Maria Ekayanti Surya Pratiwi6. L. Dwi Kris Tanti7. A. Ferilia Krisna A.8. Robertus Tri Pambudi9. Y. Budiyanto J.B10. P. Jumal Naiboha11. Monica Ratri Rikalaningtyas12. Domosus Rika Prijono13. R. Krisnandha W.14. Tisa Pratiwi15. Junarman16. Yohana Putri Pamundi17. Andre Da Silva18. M. Novena Advent Putranta19. Aldeka Putra20. Daniel Cahya Pratama21. P. Setyowati22. Elizabeth Nita23. Yosephine Niken Proborini24. Florensius Wahyu Indar Y.25. Clara Denisa Hery Perdana
(5)
Lampiran 3 : Wawancara
Nama : Theresia Maria SukidjemUmur : 45 TahunPekerjaan : PNSAlamat : Sebokarang Triharjo Wates KP
P: Menurut Ibu siapakah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga?R: Orang tua, karena waktu yang dihabiskan anak lebih banyak bersama dengan orang
tua. Jadi menurut saya orang tualah pendidik yang pertama dalam keluarga.P: Apakah Ibu memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan alat tulis menulis?R: Ya, karena tanpa semua itu anak tentu tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.P: Kalau nilai ulangan atau PR anak ibu jelek, apakah ibu akan memberikan hukuman
kepada anak?R: Saya tidak pernah menghukumnya, takutnya nanti anak jadi takut. Menurut saya anak
cukup diberikan nasehat, minta kepada anak untuk lebih giat belajarnya dan kalau adakesulitan dalam belajar tanya pada bapak/ibu guru atau pada orang tua.
P: Partisipasi atau peran serta apa sajakah yang telah Ibu berikan kepada anakkhususnya di dalam Pendidikan Agama Katolik?
R: Partisipasi saya sebagai orang tua misalnya: mendorong anak aktif dalam mengikutikegiatan gereja, mendorong anak untuk mengikuti sembahyangan di lingkungan,membimbing anak untuk selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan aktifitasnya,mendorong anak untuk lebih giat belajar,
P: Apakah ada hambatan dan kesulitan yang Ibu alami dalam Pendidikan AgamaKatolik anak Anda?
R: Hambantan atau kesulitan saya: menjawab soal-soal tentang Kitab Suci, dan membagiwaktu untuk mendampingi anak belajar dirumah, karena saya juga kadang banyakpekerjaan di kantor.
(6)
Lampiran 4 : Wawancara
Nama : Yustinus SupardjonoUmur : 65 TahunPekerjaan : Pensiunan Pegawai Pemerintah DaerahAlamat : Kriyanan RT: 30, RW: 14 Wates Kulon Progo
P: Menurut Bapak siapakah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga?T: Orang tua, sebab orang tua atau keluarga merupakan basis pendidikan, keteladanan
sejak anak masih dalam kandungan.P: Apakah bapak memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan alat tulis
menulis?T: Saya selalu membelikan kebutuhan anak apalagi kebutuhan tersebut untuk sekolah,
karena alat tulis menulis merupakan sarana yang penting atau pokok dalam belajaranak.
P: Kalau nilai ulangan atau PR anak Bapak jelek, apakah Bapak akan memberikanhukuman kepada anak?
T: Tidak pernah, saya selalu memberinya motivasi atau dorongan bagi anak untukmeningkatkan frekuensi belajar.
P: Partisipasi atau peran serta apa sajakah yang telah Bapak berikan kepada anakkhususnya di dalam Pendidikan Agama Katolik?
T: Doa bersama baik di rumah dan di lingkungan, membelikan buku-buku yangdibutuhkan, menemani anak saat belajar.
P: Apakah ada hambatan dan kesulitan yang Bapak alami dalam Pendidikan AgamaKatolik anak Anda?
T: Kurangnya pengetahuan saya tentang agama Katolik, anak sulit memahami pelajaranagama Katolik
(7)
Lampiran 5 : Wawancara
Nama : Fl. SunardiUmur : 36 TahunPekerjaan : WiraswastaAlamat : Driyan Wates Kulon Progo
P: Menurut Bapak siapakah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga?T: Orang tua, sebab waktu bersama terbanyak di dalam keluargaP: Apakah bapak memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan alat tulis
menulis?T: Saya selalu membelikan, karena alat tulis menulis sangat penting, tapi sayangnya alat
tulisnya sering hilang.P: Kalau nilai ulangan atau PR anak Bapak jelek, apakah Bapak akan memberikan
hukuman kepada anak?T: Tidak pernah, karena anak yang sering dimarahi atau diberi hukuman menyebabkan
anak takut. Bagi saya anak cukup diberi dukungan untuk belajar lebih tekun agarnilainya tidak jelek lagi.
P: Partisipasi atau peran serta apa sajakah yang telah Bapak berikan kepada anakkhususnya di dalam Pendidikan Agama Katolik?
T: Memberikan pengarahan, menyuruh anak ikut kegiatan misdinar, memberikansemangat untuk selalu giat belajar agar cita-citanya tercapai, membantu kesulitan-kesulitan anak dalam mengerjakan PR
P: Apakah ada hambatan dan kesulitan yang Bapak alami dalam Pendidikan AgamaKatolik anak Anda?
T: Kurangnya fasilitas belajar di rumah, anak umumnya belum mengimani agamasepenuhnya
(8)
Lampiran 6 : Wawancara
Nama : Y. SutrisnoUmur : 50 TahunPekerjaan : GuruAlamat : Sebokarang Triharjo Wates Kulon Progo
P: Menurut Bapak siapakah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga?T: Orang tua, sebab anak lebih banyak tinggal di rumahP: Apakah Bapak memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan alat tulis
menulis?T: Saya selalu membelikan, karena merupakan kebutuhan utama bagi anak-anak.P: Kalau nilai ulangan atau PR anak Bapak jelek, apakah Bapak akan memberikan
hukuman kepada anak?T: Tidak pernah, karena dengan memarahi anak itu tidak menyelesaikan masalahP: Partisipasi atau peran serta apa sajakah yang telah Bapak berikan kepada anak
khususnya di dalam Pendidikan Agama Katolik?T: Membelikan buku dan peralatan tulis, membantu jika ada kesulitan dalam belajar.P: Apakah ada hambatan dan kesulitan yang Bapak alami dalam Pendidikan Agama
Katolik anak Anda?T: Kadang-kadang saya tidak bisa memahami isi buku agama Katolik sehingga saya
agak kesulitan di dalam mengajari anak saya.
(9)
Lampiran 7 : Wawancara
Nama : Cicilia SriningsihUmur : 34 TahunPekerjaan : GuruAlamat : Margosari
P: Menurut Ibu siapakah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga?T: Orang tua, karena waktu yang paling banyak dinikmati anak bersama orang tua.P: Apakah Ibu memenuhi kebutuhan anak yang berhubungan dengan alat tulis menulis?T: Ya, karena sangat penting dalam menunjang proses belajar mengajar.P: Kalau nilai ulangan atau PR anak Ibu jelek, apakah Ibu akan memberikan hukuman
kepada anak?T: Tidak pernah, karena memberikan hukuman bukan jalan yang terbaik. Sebagai orang
tua kita harus menghargai kemampuan anak dan yang perlu kita lakukan adalahmemberikan semangat kepada anak untuk giat belajar agar nilainya nanti tidak jeleklagi.
P: Partisipasi atau peran serta apa sajakah yang telah Bapak berikan kepada anakkhususnya di dalam Pendidikan Agama Katolik?
T: Memberikan motivasi belajar, membelikan buku yang diperlukan anak dalam belajaragama Katolik, menyuruh anak agar rajin berdoa.
P: Apakah ada hambatan dan kesulitan yang Bapak alami dalam Pendidikan AgamaKatolik anak Anda?
T: Terbatasnya pengetahuan saya, dan sulitnya membagi waktu untuk mendampingianak belajar di rumah.