Download - Paper Pangan Lokal
“Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan
Melalui Diversifikasi Pangan Berbasis Pangan
Lokal”
MATA KULIAH TEKNOLOGI
PENGOLAHAN PANGAN LOKAL
Oleh:
KELOMPOK 7
RENY PRIHATINI (121710101051)
ZULFA NUR LAILI A (121710101070)
IKE WIJAYANTI (121710101071)
DENI ANTRA PUSUMA (121710101072)
GUNDA EKO PRASETYO (121710101088)
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
2014
ABSTRAK
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan atau minumam. Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi dan sumberdaya wilayah dan budaya setempat. Dalam hal ini ketahanan pangan merupakan upaya bagaimana suatu negara dapat memenuhi kebutuhan pangan menurut gizi, harganya terjangkau, mudah didapat di semua daerah. Sedangkan untuk menungkatkan ketahanan pangan sasalah satunya yaitu diversifikasi. Diversifikasi pangan merupakan upaya untuk memperoleh keragaman zat gizi sekaligus melepas ketergantungan masyarakat atas satu jenis pangan pokok tertentu yaitu beras. Oleh karena itu, upaya pemantapan ketahanan pangan harus terus dikembangkan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal.Kata kunci : pangan, pangan lokal, ketahanan pangan, diversifikasi pangan
PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang paling utama, karena itu
pemenuhannya menjadi hak asasi setiap individu.
Pangan lokal merupakan produk pangan yang
telah lama diproduksi, berkembang dan
dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok
masyarakat lokal tertentu. Umumnya produk
pangan lokal diolah dari bahan baku lokal,
teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula.
Adanya pangan lokal akan mencukupi keutuhan
gizi dan memperkaya kekhasan suatu daerah.
Pangan lokal berkaitan dengan ketahanan pangan
nasional. Ketahanan pangan menitikberatkan
pada aspek terpenuhinya gizi masyarakat, baik
kuantitas maupun kualitas gizi dalam rangka
untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas.
Menurut Riyadi (2003), diversifikasi
pangan merupakan suatu proses pemilihan
pangan yang tidak hanya tergantung pada satu
jenis pangan, akan tetapi memiliki beragam
pilihan (alternatif) terhadap berbagai bahan
pangan. Secara umum, implementasi Gerakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) sangat penting untuk dilaksanakan secara
massal mengingat permintaan beras terus
meningkat sejalan dengan pertumbuhan
penduduk, semakin terasanya dampak perubahan
iklim global, dampak pemberian beras miskin
semakin mendorong masyarakat yang makanan
pokoknya non beras menjadi beras (nasi), serta
belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal.
Diversifikasi pangan dapat
meningkatkan pemenuhan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) karena terhindar dari ketergantungan
terhadap satu atau dua pangan. AKG adalah
suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi
semua orang. AKG dipengaruhi oleh pola
konsumsi pangan masyarakat pada suatu daerah.
Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang
mencakup jenis dan jumlah bahan makanan
rata-rata per orang per hari yang umum
dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka
waktu tertentu.Oleh karena itu, upaya
pemantapan ketahanan pangan harus terus
dikembangkan dengan memperhatikan
sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal.
TINJAUAN PUSTAKA
Isu Kebijakan Pemerintah Tentang
Ketahanan Pangan dan Diversifikasi
Merujuk pada situasi tersebut, maka
Empat Sukses Pertanian, yang salah satunya
adalah Peningkatan Diversifikasi Pangan
(Penganekaragaman Pangan) menjadi salah satu
kontrak kerja antara Menteri Pertanian dengan
Presiden selama tahun 2009–2014, dengan
tujuan untuk meningkatkan keanekaragaman
pangan sesuai dengan karakteristik daerah.
Kontrak kerja ini merupakan tindak lanjut
dari Peraturan Presiden (Perpres) No. 22
Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti oleh
Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.
43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan
tersebut menjadi acuan yang dapat mendorong
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumber daya lokal melalui kerja sama
sinergis antara pemerintah dan pemerintah
daerah. Di Provinsi, kebijakan tersebut
ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur
(Pergub) dan di kabupaten/ kota ditindaklanjuti
dengan Peraturan Bupati/Walikota
(Perbup/Perwalikota).
Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan adalah suatu
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan secara cukup, baik jumlah maupun
mutu, aman, merata dan terjangkau.
Ketahanan pangan menitik beratkan pada
aspek terpenuhinya gizi masyarakat, baik
kuantitas maupun kualitas gizi dalam rangka
untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Titik temu antara diversifikasi
pangan dan ketahanan pangan nasional terletak
pada tujuan untuk mencapai terpenuhinya gizi
nasional dengan harga yang terjangkau dan
kualitas gizi yang tinggi.
Diversifikasi Pangan
Diversifikasi atau penganekaragaman
adalah suatu cara untuk mengadakan lebih dari
satu jenis barang/komoditi yang dikonsumsi. Di
bidang pangan, diversifikasi memiliki dua makna,
yaitu diversifikasi tanaman pangan dan
diversifikasi konsumsi pangan. Kedua bentuk
diversifikasi tersebut masih berkaitan dengan
upaya untuk mencapai ketahanan pangan.
Apabila diversifikasi tanaman pangan berkaitan
dengan teknis pengaturan pola bercocok tanam,
maka diversifikasi konsumsi pangan akan
mengatur atau mengelola pola konsumsi
masyarakat dalam rangka mencukupi kebutuhan
pangan.
Menurut Riyadi (2003), diversifikasi
pangan merupakan suatu proses pemilihan
pangan yang tidak hanya tergantung pada satu
jenis pangan, akan tetapi memiliki beragam
pilihan (alternatif) terhadap berbagai bahan
pangan.
Menurut Kasryno, et al (1993)
diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat
erat kaitannya dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia, pembangunan pertanian di
bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat,
yang mencakup aspek produksi, konsumsi,
pemasaran, dan distribusi.
Pola Konsumsi
Pola Konsumsi adalah susunan
makanan yang mencakup jenis dan jumlah
bahan makanan rata-rata per orang per hari, yang
umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam
jangka waktu tertentu.
Pola konsumsi pangan meliputi berbagai
informasi yang memberikan gambaran mengenai
jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang
dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan
ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat
tertentu. Pola konsumsi pangan dapat dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat. Konsumsi pangan berkaitan dengan
masalah gizi, dan kesehatan, ukuran kemiskinan,
serta prencanaan, dan produksi pada setiap
daerah.
Angka Kecukupan Gizi (AKG)
AKG adalah suatu kecukupan rata-rata
zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut
golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,
aktivitas tubuh dan kondisi fisiologis khusus
untuk mencapai derajat kesehatan optimal.Nilai
yang menunjukkan jumlah zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi
hampir semua masyarakat menurut kelompok
umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis
disebut AKG (Moehdi, 2002).
Pangan Lokal dan Ruang Lingkupnya
Pangan lokal merupakan produk pangan
yang telah lama diproduksi, berkembang dan
dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok
masyarakat lokal tertentu. Umumnya produk
pangan lokal diolah dari bahan baku lokal,
teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di
samping itu, produk pangan lokal biasanya
dikembangkan sesuai dengan preferensi
konsumen lokal pula. Sehingga produk pangan
lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal
setempat. Karena itu, produk ini sering kali
menggunakan nama daerah, seperti gudek jokya,
dodol garut, jenang kudus, beras cianjur, dan
sebagainya (Hariyadi, 2010).
Aneka ragam pangan lokal tersebut
berpotensi sebagai bahan alternatif pengganti
beras. Sebagai contoh, di Papua ada beberapa
bahan pangan lokal setempat yang telah lama
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai
bahan baku pengganti beras, seperti ubi jalar,
talas, sagu, gembili, dan jawawut. Produk pangan
lokal tersebut telah beradaptasi dengan baik dan
dikonsumsi masyarakat Papua secara turun
temurun (Wahid Rauf dan Sri Lestari, 2009).
Selain di Papua, beberapa pangan lokal yang
telah dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai
bahan pengganti beras adalah jagung di Madura
dan Gorontalo.
Ruang lingkup pangan lokal adalah
mengenai pangan lokal di Indonesia dan strategi
pengoptimalan potensi tersebut dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Sehingga Indonesia tidak lagi tergantung dengan
bahan-bahan pangan import.
KESIMPULAN
Dari paper yang telah kami buat dapat
diperoleh kesimpulan yaitu :
1. Pangan lokal merupakan produk pangan yang
telah lama diproduksi, berkembang dan
dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok
masyarakat lokal tertentu.
2. Peran pangan lokal adalah sebagai survival
strategi bagi masyarakat golongan ekonomi
lemah dalam sistem ketahanan pangan.
3. Diversifikasi atau penganekaragaman adalah
suatu cara untuk mengadakan lebih dari satu jenis
barang/komoditi yang dikonsumsi.
4. Ketahanan pangan menitikberatkan pada aspek
terpenuhinya gizi masyarakat, baik kuantitas
maupun kualitas gizi dalam rangka untuk
membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas.
5. Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang
mencakup jenis dan jumlah bahan makanan
rata-rata per orang per hari, yang umum
dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka
waktu tertentu.
6. AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari bagi semua orang menurut golongan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas
tubuh dan kondisi fisiologis khusus untuk
mencapai derajat kesehatan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyadi, P. 2010. Mewujudkan Keamanan
Pangan Produk-Produk Unggulan
Daerah. Jakarta.
Kasryno, F.,M. Gunawan dan C.A. Rasahan.
1993. Strategi Diversifikasi Produksi
Pangan. Prisma, No 5. Tahun XXII.
Lp3es. Jakarta
Moehdi, S. 2002. Ilmu Gizi. Jakarta: Papasinar
Sinanti.
Riyadi. 2003. Kebiasaan Makan Masyarakat
dalam Kaitannya dengan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan.
Prosiding Simposium Pangan dan Gizi
Serta Kongres IV Bergizi dan Pangan
Indonesia. Jakarta
Wahid Rauf dan Martina Sri Lestari. 2009.
Jurnal. Pemanfaatan Komoditas Pangan
Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif.
Papua. Jayapura