PANDANGAN DUNIA DALAM NASKAH DRAMA
HA<RU<T WA MA<RU<T KARYA ALI< ACHMAD BA<KATSI<R
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Arab
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
Rahmat Hidayat
C1011038
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Drama Arab adalah salah satu seni sastra yang menggambarkan peristiwa
baik yang sifatnya fakta atau imajinasi yang didukung dengan percakapan dan
gerakan (Badr, 1411 H:188). Berdasarkan pengertiannya drama Arab memang
menggambarkan suatu peristiwa yang dialami oleh masyarakat. Hal tersebut
merupakan imajinasi sastrawan untuk penyampaian pesan kemasyarakatan dalam
bentuk drama.
Ha>ru>t wa Ma>ru>t merupakan salah satu drama karya Ali> Achmad Ba>katsi>r,
yang mengangkat tema tentang dua malaikat yakni Ha>ru>t dan Ma>ru>t. Kisah dalam
naskah drama ini menggambarkan sosok malaikat yang bertolak belakang dengan
gambaran malaikat yang selama ini diyakini. Kepastian-kepastian malaikat
diantaranya, malaikat adalah makhluk Allah yang tidak akan pernah
membangkang pada segala perintah Allah, selalu berdzikir kepada-Nya, berbuat
kebaikan, selalu jujur, tidak akan pernah menipu, dan tidak akan pernah tidur,
makan, dan minum, namun, Ba>katsi>r berani memutarbalikkan hal-hal tersebut
(Hidayah, 2007:xii).
Ali> Achmad Ba>katsi>r merupakan sastrawan Mesir yang piawai dalam
menulis kisah-kisah drama berlatarbelakang sejarah. Ba>katsi>r memulai dunia
kesastrawaannya melalui puisi, dia sudah mampu menggubah puisi saat
2
umurnya belum genap tiga belas tahun. Karya-karya Ba>katsi>r dilatarbelakangi
berbagai pengalaman dan lawatan yang dilakukan. Ba>katsi>r sering berpergian ke
berbagai negara seperti Perancis, Inggris, Uni Soviet, Romania, dan negara Arab
seperti Suriah, Libanon, dan Kuwait (www.Bakatheer.com di akses pada tanggal:
31/01/2015 pukul 21.00).
Karya-karya sastranya berbentuk prosa dan puisi, karya prosanya meliputi
novel dan naskah drama, baik drama lirik maupun drama prosa. Karyanya dalam
bentuk drama liris yaitu Huma<m au fi Bila<di al-Ahqa<f, Rumiyu< wa Juliyyi<t,
‘Akhna<tun wa Nafarti<ti<, Qasru al-Huda<j, Al-Watan al-‘Akbar, ‘A<syiq min
H>>}ad}ramaut. Karyanya dalam bentuk drama prosa adalah Syailu<k al-Jadi<d, Al-
Fir’aun al-Ma’u<d, ‘Audah al-Firdaus, Ad-duktu<r H}a<zim, Sirru al-H}a<kim bi
‘Amrilla<h, Ibrahi<m Ba<sya<, Ma’satu Audaib, Ma’sa<tu Zainab, As-Silsilah wa al-
G}ufra<n, Ad-Dunya< Faud{a, Abu< Dala<mah, Mis{marun Juha<, Ma{srahu as-Siya<sah,
Ambiraturiyah fi al-Ma<zad, Sirru Syahraza<d, Sya’bullah al-Mukhta<r, ‘Auzi<ri<s,
Az-Za’im al ‘Auh{ad, Ila<hu Isra<’i<l, Da<r ibnu Luqma<n, Malhamah ‘Umr, Qit{qt{un
wa Fa’ra<nun, Ha<ru<t wa Ma<ru<t, J{ulfida<n Ha<nim, Ha<kaz|a Laqiyalla<h ‘Umrun,
Jabalu al-Gasi<l, Al-Falla<hu al-Fas}ih, Ad-Dauda<h wa as-S|’aban, ‘Ahla<m
Nabiliyu<n, Qadiyatu Ahla ar-Rab’i, Fa<wasat al-Jadi<d, H}arba al-Busu<s. Naskah
dramanya mengangkat tema-tema sosial, politik, dan sejarah (Fathoni, 2007:39).
Salah satunya adalah naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t yang telah diterbitkan pada
tahun 1962 dengan dilatar belakangi oleh peristiwa sejarah peradaban dunia pada
masa Babilonia.
3
Pada umumnya karya sastra lahir dari situasi yang terjadi di sekitar
pengarang. Sastra merupakan gambaran masyarakat. Hal ini berarti bahwa
kejadian-kejadian atau problem kehidupan yang terjadi dalam masyarakat direkam
oleh pengarang dan didasarkan daya imajinasi dan kreasinya masalah-masalah
tersebut dituangkan dalam karya sastra. Pengarang mengajak pembaca untuk
melihat, merasakan, dan menghayati makna pengalaman hidup seperti yang
dirasakan pengarang melalui karyanya.
Pandangan tentang dunia yang lebih jelas diidentifikasi sebagai ideologi.
Ideologi ini merupakan materi sastra yang berisi konsepsi tentang dunia dalam
sastra, yang nantinya akan berperan dalam membentuk dunia atau sejarah, politik,
bahkan hegemoni (Kurniawan, 2012:83).
Pandangan dunia pengarang merupakan produk interaksi antara pengarang
dengan situasi sekitarnya. Pandangan dunia pengarang terbentuk atas hubungan
antara konteks sosial dalam karya sastra dengan konteks sosial kehidupan nyata
dan latar sosial budaya pengarang dengan karya yang dihasilkan. Pandangan dunia
pengarang akan dapat terungkap melalui tokoh problematiknya (problematic
hero). Pandangan dunia bagi Goldmann selalu terbayang dalam karya sastra
agung, adalah abstraksi (bukan fakta empiris yang memiliki eksistensi objektif).
Abstraksi itu akan mencapai bentuknya yang konkret dalam sastra. Oleh karena
pandangan dunia itu suatu bentuk kesadaran kolektif yang mewakili identitas
kolektifnya, maka dia secara sahih dapat mewakili kelas sosialnya. Pandangan
inilah yang menentukan struktur karya sastra (Endraswara, 2013:57).
4
Karya sastra dipandang sebagai refleksi zaman yang mewakili pandangan
dunia pengarang, tidak sebagai individu melainkan anggota masyarakat atau
kelompok sosial tertentu. Karya sastra juga dipandang sebagai refleksi zaman
yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Karya sastra pasti diciptakan oleh pengarang sebagai individu yang
berasa dalam masyarakat dan zaman tertentu (Cahyaningsih, 1:2005).
Harjana (1981:71) mengatakan bahwa karya sastra, merupakan potret
kehidupan yang mengangkut persoalan sosial tertentu. Untuk itulah, lahirnya
karya sastra tidak terlepas dari aspek sosial masyarakat tempat karya sastra itu
diciptakan, artinya karya sastra itu juga sebagai hasil imajinasi pengarang dan
fenomena sosial dari lingkungan masyarakat tempat pengarang berada.
Para sastrawan sengaja menonjolkan kekayaan budaya masyarakat, suku
bangsa atau bangsanya. Naskah drama merupakan salah satu bentuk karya sastra
yang di dalamnya terdapat berbagai cerita tentang persoalan kehidupan, baik
masalah budaya, ekonomi, sosial, maupun politik, dan sebagainya. Semua itu
merupakan hasil imajinatif sastrawan yang diperoleh dari perenungan dalam
kehidupan nyata yang kemudian menafsirkannya, menjelaskan atau bereaksi
dalam salah satu karya imajinatifnya. Pandangan dunia pengarang akan
berpengaruh pada penciptaan karya sastra (Cahyaningsih, 2005:5).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul PANDANGAN
DUNIA DALAM NASKAH DRAMA HA<RU<T WA MA<RU<T KARYA ALI<
ACHMAD BA<KATSI<R sebagai judul penelitiannya. Karena penulis tertarik
5
untuk meneliti lebih dalam tentang gagasan-gagasan pengarang yang dipaparkan
secara implisit dalam naskah drama tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur teks naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya Ali>
Achmad Ba>katsi>r?
2. Bagaimana pandangan dunia pengarang yang terefleksi dalam
naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t ?
C.Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah di atas, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan sosial para tokoh didalam naskah
drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t (1962) karya Ali> Achmad Ba>katsi>r. Kajian ini
menggunakan kajian struktural genetik, dalam hal ini mencakup:
1. Mendeskripsikan struktur teks dalam naskah drama Ha<ru<t wa
Ma<ru<t (1962) karya Ali> Achmad Ba>katsi>r.
2. Mendeskripsikan pandangan dunia pengarang dalam naskah drama
Ha<ru<t wa Ma<ru<t.
6
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian in diharapkan memberikan manfaat atau sumbangsih,
baik secara teoretis maupun secara praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam dunia sastra, khususnya sastra Arab. Selain itu
memberikan faedah dan menambah wawasan mengenai naskah
drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya Ali> Achmad Ba>katsi>r dalam hal teori
strukturalisme genetik.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memeberikan manfaat
kepada pembaca mengenai problematika kehidupan yang dialami
masyarakat Timur Tengah dengan melihat pandangan dunia
pengarang lewat karyanya sehingga dapat memberikan masukan
yang berguna bagi pembaca untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang sering terjadi pada diri seseorang maupun
masalah yang muncul di masyarakat dalam naskah drama Ha<ru<t wa
Ma<ru<t karya Ali> Achmad Ba>katsi>r.
7
E.Tinjauan Pustaka
Penelitian seseorang dapat diketahui keasliannya melalui tinjauan pustaka,
yang merupakan paparan hasil penelitian yang dilkukan oleh peneliti lainnya.
terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai tinjauan
pustaka yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
Berdasarkan sisi kepengarangan, karya Ali> Achmad Ba>katsi>r telah diteliti
oleh Syarofah. (2011). Skripsi, dengan judul penelitian “Nash al-Masrihiyah
Mismaru Juha li-Ali Ahmad Bakatsir (Dirasah Tahliliyah Gramatikiyah)”. Hasil
penelitiannya adalah mengetahui nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam
Nash al-Masrihiyah Mismaru Juha li-Ali Ahmad Bakatsir (Dirasah Tahliliyah
Gramatikiyah). Perbedaannya adalah judul naskahnya, Syarofah meneliti karya
Ali Ahmad Bakatsir dengan judul Al-masrihiyah mismaru juha sedangkan peneliti
meneliti karya Ali> Achmad Ba>katsi>r dengan judul Ha>ru>t wa Ma>ru>t.
Fitarini (2013). Skripsi, dengan judul penelitian “Tindak Tutur Dalam
Naskah Qad}}iyyatu Ahli Ar-Rab’i Karya Ali> Achmad Ba>katsi>r: Analisis
Pragmatik”. Hasil penelitiannya adalah menunjukkan bahwa tindak tutur dalam
naskah drama Qad}}iyyatu Ahli Ar-Rab’i menggunakan beberapa bentuk tindak
tutur, yakni tindak lokusi, ilokusi, perlokusi, langsung, literal, dan tidak literal.
Penelitian selanjutnya berdasarkan objek material, yaitu Ha<ru<t wa Ma<ru<t,
telah diteliti oleh Hidayah (2009). Tesis, dengan judul penelitian “Konsep
Malaikat dalam Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya Ali> Achmad Ba>katsi>r: Analisis Semiotik.
8
Hasil penelitian ini adalah naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t mengandung simbol-
simbol yang mengajak manusia untuk beriman kepada Tuhan dan tidak
mendewakan materi. Dengan menggunakan akal dan kesadaran yang dimiliki oleh
manusia.
Hasan (2015). Skripsi, dengan judul penelitian “Pelanggaran Prinsip
Kerja Sama dalam Naskah Drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya ‘Ali Achmad Ba >katsi<r.
Hasil dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis pelanggaran dan tujuan para
tokoh dalam drama ini melakukan pelanggaran tersebut.
Lisdariyani (2012). Skripsi, dengan judul penelitian “Ha<ru<t dan Ma<ru<t
dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Mufasir Klasik dan Modern)”.
Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan mengetahui perbandingan tafsiran
mufasir klasik dan modern tentang siapa Ha<ru<t dan Ma<ru<t, bagaimana cara
mereka mengajarkan sihir pada manusia, dan apa tujuannya. Hasil penelitian ini
adalah para mufasir bersepakat bahwa keduanya datang bertujuan untuk menguji
manusia. Orang yang imannya kuat bisa bertambah imannya, sementara orang
yang imannya lemah bisa menjadi kufur karena sihir yang mereka ajarkan.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, hasil pelacakan dan pengamatan
penulis, penelitian dengan judul “Pandangan dunia dalam naskah drama Ha<ru<t
wa Ma<ru<t (1962) karya ‘Ali Ahmad Bakatsi<r belum pernah dilakukan oleh
peneliti terdahulu atau belum pernah dikaji sebelumnya.
9
F. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah perlu dilakukan agar sebuah penelitian mempunyai
arah yang tepat dan tidak keluar atau menyimpang dari sasaran yang akan dicapai.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Analisis struktur teks naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t.
2. Mengungkapkan pandangan dunia pengarang yang terefleksi dalam
naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t.
G. Teori
Teori dalam KBBI (1990:93) diartikan pendapat yang didasarkan pada
penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi. Teori (theory)
pada intinya merupakan pernyataan mengenai sebab-akibat atau mengenai adanya
suatu hubungan positif antara fenomena yang diteliti dalam masyarakat atau
dalam teks-teks sastra tulis atau teks-teks sastra lisan (Mely G.Tan dalam
Sangidu, 2004:13).
1. Strukturalisme Genetik
Strukturalisme genetik yang dikonsepkan oleh Goldmann berpijak pada
pandangan bahwa karya sastra adalah sebuah struktur yang bersifat dinamis
karena merupakan produk sejarah dan budaya yang berlangsung secara terus
menerus (Faruk, 2012:56). Kedinamisan struktur sastra ini terbentuk karena relasi
genetiknya, yaitu hubungan dialektis antara penulis dengan masyarakat. penulis
adalah individu yang menjadi anggota masyarakat. masyarakat menjadi tempat
10
tumbuh dan berkembangnya visi dunia yang berdialog dengan penulis, sehingga
kondisi masyarakat berperan besar dalam membentuk visi dunia penulis.
Penelitian strukturalisme genetik memandang karya sastra dari dua sudut
yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik (kesatuan
dan koherensinya) sebagai data dasarnya. Selanjutnya penelitian akan
menggabungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakatnya. Karya sastra
sebagai refleksi zaman dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik,
ekonomi dan budaya. Peristiwa-peristiwa penting pada zamannya akan
dihubungkan langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra (Endraswara,
2013:56)
Strukturalisme-Genetik memandang karya sastra sebagai sebuah struktur,
sistem relasi antar elemennya (Faruk, 1999:12). Sistem relasi struktur itu sendiri
bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah
yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan
dihayati oleh masyarakat asal karya satra yang bersangkutan (Faruk, 1999:12).
Goldmann dalam menelaah karya sastra pertama-tama yang ia lakukan
adalah meneliti struktur-struktur tertentu dalam teks, dan selanjutnya
menghubungkan struktur-struktur tersebut dengan kondisi sosial dan historis yang
kongret, dengan kelompok sosial dan kelas sosial si pengarang, dan dengan
pandangan dunia kelas yang bersangkutan. Perhatian utama pendekatan ini
dicurahkan pada teks itu sendiri dan kepada sejarah sebagai suatu proses (Damono
dalam Cahyaningsih, 2005:13).
11
Goldmann memberikan rumusan penelitian struktural genetik ke dalam
tiga hal, yaitu: 1) penelitian sastra terhadap karya sastra seharusnya dilihat sebagai
satu kesatuan; 2) karya sastra yang diteliti mestinya karya yang bernilai sastra
yang biasanya mengandung tegangan (tension) antara keragaman dan kesatuan
dalam suatu keseluruhan (a coherent whole); 3) jika kesatuan telah ditemukan,
kemudian dianalisis dalam hubungannya dengan latar belakang sosial. Sifat
hubungan tersebut: (a) yang berhubungan latar belakang sosial adalah unsur
kesatuan, (b) latar belakang yang dimaksud adalah pandangan dunia suatu
kelompok sosial yang dilahirkan oleh pengarang sehingga hal tersebut dapat
dikonkretkan (Endaswara, 2013:57).
Hipotesis Goldmann yang mendasari penemuan word view (pandangan dunia)
adalah tiga hal yang masih perlu direnungkan bagi peneliti strukturalisme genetik,
yaitu sebagai berikut:
1. Semua perilaku manusia mengarah pada hubungan rasionalitas,
maksudnya selalu berupa respon terhadap lingkungannya;
2. Kelompok sosial mempunyai tendensi untuk menciptakan pola
tertentu yang berbeda dari pola yang sudah ada;
3. Perilaku manusia adalah usaha yang dilakukan secara tetap menuju
transendensi, yaitu aktifitas, transformasi, dan kualitas kegiatan
dari semua aksi sosial dan sejarah.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat diartikan bahwa strukturalisme
genetik merupakan embrio penelitian sastra dari aspek sosial yang kelak disebut
sosiologi sastra, tetapi strukturalisme genetik tetap mengedepankan juga aspek
12
struktur. Baik struktur dalam maupun struktur luar tetap dianggap penting bagi
pemahaman karya sastra. Penelitian strukturalisme genetik sekurang-kurangnya
meliputi tiga hal, yaitu: 1) aspek intrinsik teks sastra, 2) latar belakang pencipta,
dan 3) latar belakang sosial budaya serta sejarah masyarakatnya. Strukturalisme
genetik juga mengedepankan aspek kesejarahan lahirnya karya sastra
(Endraswara, 2013:60).
2. Fakta Kemanusiaan
Fakta kemanusiaan adalah segala aktivitas atau perilaku manusia baik
yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan.
Fakta itu dapat berwujud aktivitas sosial tertentu seperti sumbangan bencana
alam, aktivitas politik tertentu seperti pemilu, maupun kreasi kultural seperti
filsafat, seni rupa, seni musik, seni patung, dan seni sastra (Faruk, 2012:57).
Fakta kemanusiaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fakta
individual dan fakta sosial. Fakta yang kedua mempunyai peranan dalam sejarah,
sedangkan fakta yang pertama tidak memiliki hal itu. Fakta yang pertama hanya
merupakan hasil dari perilaku libidinal seperti mimpi, tingkah laku orang gila, dan
sebagainya sedangkan fakta pertama mempunyai dampak dalam hubungan sosial,
ekonomi, maupun politik antar-anggota masyarakat.
Goldmann (1981:40) menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan
suatu struktur yang berarti, maksudnya adalah bahwa fakta-fakta itu sekaligus
mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu. Fakta itu mempunyai struktur
karena terikat oleh satu tujuan yang menjadi artinya. Dikatakan juga, bahwa fakta-
fakta kemanusiaan mempunyai arti karena merupakan respon-respon dari subjek
13
kolektif atau individual, pembangunan suatu percobaan untuk memodifikasi
situasi yang ada agar cocok bagi aspirasi-aspirasi subjek itu.
3. Subjek Kolektif
Subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial (historis). Goldmann
(1981:97) Revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar,
merupakan fakta sosial (historis). Individu dengan dorongan libidonya tidak akan
mampu menciptakannya. Hanya subjek trans-individual yang mampu
menciptakan unsur tersebut. Subjek trans-individual bukanlah kumpulan individu-
individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu
kolektivitas. Subjek demikian menjadi subjek karya sastra yang besar, sebab karya
sastra seperti itu merupakan hasil aktivitas yang objeknya sekaligus alam semesta
dan kelompok manusia. Subjek kolektif juga dapat berupa kelompok kekerabatan,
kelompok sekerja, kelompok teritorial, dan sebagainya.
4. Struktur Karya Sastra
Karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif.
Oleh karena itu, karya sastra mempunyai struktur yang koheren dan terpadu.
Dalam konteks strukturalisme genetik konsep struktur karya sastra berbeda dari
konsep struktur yang umum dikenal.
Goldmann (1981:55) mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra
pada umumnya. Pertama, bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan
dunia secara imajiner. Kedua, bahwa dalam usahanya mengekspresikan
pandangan dunia itu, pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek,
dan relasi-relasi secara imajiner. Dengan mengemukakan dua hal tersebut
14
Goldmann dapat membedakan karya sastra dari filsafat dan sosiologi. Menurut
Goldmann, filsafat mengekpresikan pandangan dunia secara konseptual,
sedangkan sosiologi mengacu pada empirisitas.
Berdasarkan kedua pendapatnya itu jelas Goldmann mempunyai konsep
struktur yang bersifat tematik. Yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi
antar tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya.
5. Metode Dialektik
Goldmann (1977:8) mengembangkan sebuah metode yang disebutnya
metode dialektik. Menurutnya, metode itu merupakan yang khas yang berbeda
dari metode positivistik, metode intuitif, dan metode biografis psikologis.
Berdasarkan segi titik awal dan titik akhirnya, metode dialektik sama
dengan metode positivistik. Keduanya sama-sama bermula dan berakhir pada teks
sastra. Hanya saja, kalau metode positivistik tidak mempertimbangkan persoalan
koherensi struktural, metode dialektik memperhitungkannya (Goldmann, 1977:8).
Prinsip dasar dari metode dialektik yang membuatnya berhubungan
dengan masalah koherensi adalah pengetahuan mengenai fakta-fakta kemanusiaan
yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikan ke
dalam keseluruhan. Menurut Goldmann (1977:5), sudut pandang dialektik
mengukuhkan perihal tidak pernah adanya titik awal yang secara mutlak benar,
tidak adanya persoalan yang secara final dapat dipecahkan. Oleh karena itu, dalam
sudut pandang tersebut pikiran tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap
fakta atau gagasan individual mempunyai arti hanya jika ditempatkan dalam
keseluruhan.
15
Karena keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian tidak
dapat dimengerti tanpa keseluruhan, proses pencapaian pengetahuan dengan
metode dialektik menjadi semacam gerak yang melingkar secara terus-menerus,
tanpa diketahui tempat atau titik yang menjadi pangkal atau ujungnya (Goldmann,
1977:5).
6. Pandangan Dunia
Menurut Goldmann (1977:17) pandangan dunia merupakan istilah yang
cocok secara kompleks dan menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi,
dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-
anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan
kelompok sosial yang lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu
berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi
oleh subjek kolektif yang memilikinya. Pandangan dunia pengarang tidak lahir
dengan tiba-tiba, karena pandangan dunia itu merupakan produk interaksi antara
pengarang dengan situasi sekitarnya.
Menurut Goldmann, karya sastra sebagai struktur bermakna itu akan
mewakili pandangan dunia (vision du monde) penulis, tidak sebagai individu
melainkan sebagai anggota masyarakatnya. Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa strukturalisme genetik merupakan penelitian sastra yang menghubungkan
antara struktur sastra dengan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau
ideologi yang diekspresikannya. Karya sastra tidak akan dapat dipahami secara
utuh jika totalitas kehidupan masyarakat yang telah melahirkan teks sastra
diabaikan begitu saja (Endraswara 2013:57).
16
Pandangan dunia yang bagi Goldmann selalu terbayang dalam karya sastra
agung adalah abstraksi (bukan fakta empiris yang memiliki eksistensi objektif).
Abstraksi itu akan mencapai bentuk yang konkrit dalam sastra. Pandangan dunia
bentuk kesadaran kolektif yang mewakili identitas kolektifnya, maka dia secara
sahih dapat mewakili kelas sosialnya. Pandangan inilah yang menentukan struktur
suatu karya sastra. Karya sastra dapat dipahami asal dan terjadinya (unsur
genetiknya) dari latar belakang sosial tertentu yang bagi Goldmann merupakan
hubungan genetik, sehingga disebut strukturalisme genetik. Karya sastra harus
dipandang dari asalnya dan kejadiannya (Endraswara 2013:57).
Pandangan dunia yang ditampilkan pengarang lewat tokoh problematik
(problematic hero) merupakan suatu struktur global yang bermakna. Pandangan
dunia ini bukan semata-mata fakta empiris yang bersifat langsung, tetapi
merupakan suatu gagasan, aspirasi dan perasaan yang dapat mempersatukan suatu
kelompok sosial masyarakat. Pandangan dunia itu memperoleh bentuk konkret di
dalam karya sastra. Pandangan dunia bukan fakta. Pandangan dunia tidak
memiliki eksistensi objektif, tetapi merupakan ekspresi teoritis dari kondisi dan
kepentingan suatu golongan masyarakat tertentu.
Hal-hal tersebut di atas dimaksudkan untuk menjembatani fakta estetik.
(Goldmann, 1977:269). Fakta estetik dibagi menjadi dua tataran hubungan
meliputi:
a) Hubungan antara pandangan dunia sebagai suatu realitas yang dialami dan
alam ciptaan pengarang.
17
b) Hubungan alam ciptaan dengan alat sastra tertentu seperti diksi, sintaksis,
dan style yang merupakan hubungan struktur cerita yang dipergunakan
pengarang dalam ciptaannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan dunia
terbentuk atas dua aspek yaitu (1) hubungan antara konteks sosial dalam karya
sastra dengan konteks sosial kehidupan nyata, (2) hubungan latar sosial budaya
pengarang dengan karya sastra yang dihasilkannya.
a) Konteks Sosial
Suharianto (dalam Cahyaningsih, 2005:20) berpendapat bahwa
sastra juga memegang peranan aktif dan dapat dijadikan pedoman,
walaupun kebenaran sastra merupakan kebenaran yang indrawi tetapi juga
dapat dijadikan cermin norma masyarakat. Selaras dengan itu, Sumardjo
(dalam Cahyaningsih, 2005:20) berpendapat bahwa sastra adalah produk
masyarakat, berada di tengah masyarakat, karena dibentuk oleh anggota
masyarakat berdasarkan desakan emosional dan rasional dari masyarakat.
Konteks sosial novel merupakan karya sastra yang lahir di tengah-
tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya
terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Kehadiran karya sastra
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, sebuah karya sastra berakar
pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu (Jabrohim, 2001:61).
18
b) Latar Belakang Sosial Budaya
Seorang pengarang adalah anggota kelas sosial, maka lewat suatu
kelaslah ia berhubungan dengan perubahan sosial dan politik yang besar.
Perubahan sosial dan politik itu sendiri adalah ekspresi antanogis kelas, dan
jelas mempengaruhi kesadaran kelas.
Kelas sosial pengarang akan mempengaruhi bentuk dan karya yang
diciptakannya, sebagaimana dikatakan Griff (dalam Cahyaningsih, 2005:22)
sekolah dan latar belakang keluarga dengan nilai-nilai dan tekanannya
mempengaruhi apa yang dikerjakan oleh sastrawan.
c) Ideologi Pengarang
Ideologi atau pandangan pengarang akan memunculkan pandangan
dunia pengarang, karena pandangan dunia pengarang terbentuk dari
pandangan pengarang setelah ia berinteraksi dengan pandangan kelompok
sosial masyarakat pengarang.
Pandangan pengarang atau ideologi pengarang dengan pandangan
suatu kelompok sosial tidak ada kemestian untuk melakukannya. Paling
kurang, jangan dihubungkan dengan suatu ideologi yang eksplisit. Dengan
cara begini, penulis dengan dunianya sendiri mendapat tempat yang wajar.
Pengarang bukan hanya penyalur dari suatu pandangan dunia kelompok
masyarakat tetapi juga menyuarakan reaksinya terhadap fenomena
sosiobudaya dan mengeluarkan pikirannya tentang satu peristiwa
(Cahyaningsih 2005:22).
19
H. Objek Penelitian
Sangidu (2004:61) menyatakan bahwa objek penelitian sastra adalah
pokok atau topik penelitian sastra. Objek penelitiannya adalah struktur naskah
drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya Ali> Achmad Ba>katsi>r dan pandangan dunia yang
direpresentasikan oleh pengarang melalui teks drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t (1962)
karya Ali> Achmad Ba>katsi<r.
I. Sumber Data dan Data
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan
yakni berupa buku, transkip, dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan
perincian sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang merupakan rujukan utama dalam
penelitian ini yaitu berupa naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya
Ali> Achmad Ba>katsi<r, yang terdiri dari empat babak.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang digunakan peneliti adalah data yang
berasal dari penelitian yang sudah ada, seperti buku-buku, hasil
resensi, artikel, surat kabar, majalah, situs di internet, al-Qur’an
yang membahas tentang teks drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya Ali>
Achmad Ba>katsi<r.
20
2. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh teks yang
terdapat dalam naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya Ali> Ahmad Ba>katsi<r yang
mengungkapkan visi Tuhan, visi dunia, dan visi manusia serta pandangan dunia
yang dijadikan ideologi pengarang dalam naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya
Ali> Achmad Ba>katsi<r.
J. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah pengumpulan data menggunakan
sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t (1962) karya Ali> Achmad Ba>katsi<r.
Teknisnya, peneliti akan membaca, mengamati, mengutip setiap data-data yang
akan menjadi bahasan dalam penelitian ini.
K. Teknik Analisis Data
Subana (2001:22) mengatakan bahwa analisis data berarti mencoba
memahami makna data dan mendapatkan maknanya. Analisis dilakukan sejak
diperolehnya data pada awal penelitian dan berlanjut terus menerus sepanjang
penelitian.
Naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya Ali> Achmad Ba>katsi>r ini peneliti
menggunakan pengolahan data sebagai berikut:
21
1. Teknik deskripsi, seluruh data yang diperoleh dari naskah drama
Ha<ru<t wa Ma<ru<t (1962) karya Ali> Achmad Ba>katsi>r dihubungkan
dengan persoalan kemudian dilakukan tahap pendeskripsian.
2. Teknik klasifikasi, setelah data di deskripsikan kemudian data
dikelompokan sesuai dengan masalah-masalah yang ada.
3. Teknik analisis, semua data yang telah diklasifikasikan maka data
akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan struktural
kemudian menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang
menjelaskan pandangan dunia pengarang.
4. Teknik interpretasi data, upaya penafsiran dan pemahaman
terhadap hasil analisis data sehingga didapat pemecahan secara
menyeluruh dan utuh.
5. Teknik evaluasi, seluruh data yang sudah dianalisis dan
diinterpretasikan tidak langsung ditarik kesimpulan, tetapi data-
data akan diteliti kembali agar memperoleh penilaian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
L. Metode Penelitian
Metode dalam sebuah penelitian merupakan cara yang sistematis untuk
memecahkan suatu masalah, melalui metode penelitian diharapkan masalah-
masalah yang dirumuskan dapat dipecahkan. Metode adalah betul-betul langkah-
langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian (Udasmoro,
2012:35).
22
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
bersifat deskriptif. Menurut Miles dan Huberman (1992:16-20) ada empat tahapan
dalam metode analisis kualitatif, yaitu:
1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan merupakan yang berwujud kata-kata
dan bukan rangkaian angka. Data ini dikumpulkan dengan cara
membaca serta mengamati naskah drama Ha<ru<t wa Ma<ru<t karya
Ali> Achmad Ba>katsi>r.
2. Reduksi Data
Reduksi data sebagai proses pemiihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transsformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan yang terkumpul. Reduksi data
berlangsung secara terus menerus selama penelitian yang
beroriantasi kualitatif berlangsung, bahkan sebelum data benar-
benar terkumpul. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa hingga kesimpulan.
3. Penyajian Data
Penyajian data dapat memahami apa yang sedang terjadi
dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis ataukah
mengambil tindakaan yang berdasarkan atas pemahaman yang
23
didapat. Jadi, fungsi dari penyajian data ini adalah penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
4. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian merupakan kegiatan
menghimpun data-data dari tahapan yang sebelumnya.
M. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian dibagi menjadi tiga bab: Bab I
pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, pembatasan masalah, objek penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, metode penelitian, dan sistematika
penulisan. Bab II pembahasan, analisis struktur teks dari naskah drama Ha<ru<t wa
Ma<ru<t, berupa pemaparan visi Tuhan, visi dunia dan visi manusia. Kemudian
dilanjutkan dengan pemaparan tentang pandangan dunia pengarang drama Ha<ru<t
wa Ma<ru<t karya Ali> Achmad Ba>katsi>r. Bab III penutup berisi kesimpulan dan
saran. Selanjutnya dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.