Download - Oratorium - Kesaksian.pdf
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 1
Pelaku: 1. Narator 2. Tokoh kita 3. Perempuan tua 4. Angkara 5. Para Hulubalang 6. Para Jelata 7. Para Abdi Kerajaan 8. Para Adikuasa 9. Bulan dan Seribu Bulan 10. dan lain-lain
PROLOGOS I
Sebuah setting lengang, tanpa apa-apa, tanpa cahaya, tanpa gerak.
Suara-suara desis di keheningan, suara denging di keheningan, suara-suara asing mulai mengusik pelan-pelan. Tiba-tiba gemuruh tak tertahankan dan begitu tiba-tiba
pula senyap.
NARATOR Gusti!
Keheningan milik kami kini telah terusik lagi Bahana prahara telah mencabik-cabik nurani kami
Arah tak lagi jelas bagi kami
Aduh, Gusti! Siapa pula yang kini menebar benih-benih kebencian
Siapa pula kini yang menaburkan kebimbangan dan prasangka Luka-luka lama dengan sengaja telah dirobek-robek
Menghamburkan darah dan nanah
Aduh, Gusti! Kami tidak tahu lagi
Bagian mana kini yang terasa sakit Sebab semua luka telah menganga
Sebab rasa sakit telah menjadi bagian hidup kami ....
KKKEEESSSAAAKKKSSSIIIAAANNN
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 2
Suara gemuruh terdengar lagi. Makin kacau. Jeritan-jeritan luka membahana. Orang-orang sudah tidak jelas lagi siapa di hadapan siapa. Orang-orang kacau balau. Di sana
ada semuanya. Para Hulubalang, para pedagang kaki lima, para pemulung, para rakyat tertindas. Di latar belakang, Angkara tertawa terbahak-bahak.
EPISODION I
Di sebuah pasar. Para pedagang, pembeli, preman, copet, petugas pasar, para
hulubalang kerajaan, dan segala manusia. Suara-suara pedagang dan pembeli hiruk pikuk.
SALAH SEORANG
Ayo, Kang. Ini mah barang asli, bukan tiruan. Harganya cuma dua gobang.
SALAH SEORANG
Ayo, ayo. Beli satu dapat dua Beli satu dapat dua
Harga murah, dijamin tidak mahal.
SALAH SEORANG Masa sayuran begini harganya sampai tiga gobang?
SALAH SEORANG
Eh, Bu. Kalau menanam sendiri belum tentu bisa dimakan sekarang. Sayuran ini asli, bukan buatan pabrik mana-mana.
Bukan barang sintetis, asli ciptaan Gusti Allah.
SALAH SEORANG Iya, tapi kira-kira saja.
Harga sayuran kok sama dengan harga televisi ....
SALAH SEORANG Ah, si Ibu mah. Saya ini petani asli sekaligus pedagang asli. Artinya, saya menanam
sendiri sekaligus menjualnya. Menunggu sayuran siap panen itu lama, Bu. Sampai tiga minggu. Wajar saja harga segitu mah. Belum lagi harga pupuk yang terus-terusan naik.
SALAH SEORANG
Bukan naik, Mang. Tapi sengaja dibikin naik!
SALAH SEORANG Ah, si Ibu mah, bisa saja.
Memang harganya murah kitu, Bu?
SALAH SEORANG Harga dari pabrik mah sangat murah, Mang.
Yang bikin harga pupuk naik mah, tuh para mafia pupuk .... Semua pupuk dimonopoli, rakyat mah dilarang jualan pupuk ....
SALAH SEORANG
Kok bisa ya. Cari untung kok mencekik leher rakyat
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 3
SALAH SEORANG
Urusan cekik-mencekik mah mereka tidak tahu, Yang mereka tahu, bagaimana supaya uang yang ada di saku orang lain bisa pindah ke sakunya ....
Petugas-petugas pasar datang mendatangi para pedagang. Para pedagang membayar
retribusi yang ditukar dengan selembar kertas. Beberapa saat setelah para petugas keluar, beberapa preman masuk mendatangi setiap pedagang minta uang.
SALAH SEORANG
Mereka itu mintain apa sih?
SALAH SEORANG Uang keamanan ....
SALAH SEORANG
Uang keamanan? Lha, mereka itu memang petugas keamanan?
SALAH SEORANG Mereka itu orang-orang yang biasa bikin tidak aman ....
SALAH SEORANG Aneh lagi .... Jadi...?
SALAH SEORANG
Yaa ... kalau mereka ndak dikasih, ya bikin ribut-ribut ....
SALAH SEORANG Lantas, apa kerjaan para hulubalang itu ...?
SALAH SEORANG
Mereka ... cuma kongkow-kongkow, duduk-duduk, ngisap klembak ... dan ... nunggu jatah ....
SALAH SEORANG
Jatah?
SALAH SEORANG Ya jatah. Jatah keamanan ....
Sekelompok lain sedang duduk-duduk menghitung-hitung angka
SALAH SEORANG
Mereka itu?
SALAH SEORANG Ah, mereka mah tidak pernah menganggu ...
Mereka cuma duduk-duduk, merenung, berpikir, menulis-nulis ....
SALAH SEORANG Ah, kalau begitu, mereka itu tentu para filsuf, ya?
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 4
SALAH SEORANG (tertawa)
Bisa jadi! Mereka itu memang para pengkhayal sejati Kehidupan mereka penuh dengan kata-kata kalau, seandainya, dan semacamnya
Iya ... kalau saja nomor yang mereka ramalkan keluar, kalau saja uang yang mereka belikan nomor itu menjadi berlipat-lipat ....
SALAH SEORANG
Hahahaha ... aku tahu, aku tahu ...
Pada saat yang bersamaan muncul para petugas tumenggungan. Mereka melihat-lihat. Para preman datang menghampiri, menyembah, dan mempersembahkan upeti.
SALAH SEORANG Nah, apa lagi tuh?
SALAH SEORANG Biasa. Cari setoran.
NARATOR
Ini memang bukan soal manusia dan manusia Ini soal bagaimana mengganjal perut
dari jam ke jam, dari hari ke hari sebab meskipun hari berganti
lapar tetap harus diatasi Seperti kambing-kambing yang menjelajah padang rumput
setelah penuh perutnya, lantas ia minum di kali
Tapi, banyak manusia lebih dari sekedar kambing
tak merasa puas setelah perut dipenuhi lalu menghisap darah-darah yang sudah kering
mencekik leher-leher yang sudah tak lagi mampu bernafas hanya sekedar memuaskan nafsu angkara yang ada dalam dirinya
Di sebuah paseban tumenggungan. Salah seorang pejabat tumenggungan sedang
menunggu kedatangan seseorang. Para abdi tumenggungan yang tadi berada di pasar datang, menghaturkan sembah dan duduk di hadapan sang pejabat. Salah seorang mengeluarkan kantong dan menyerahkannya kepada Sang Pejabat. Di tempat lain,
tiga orang provokator bersiap-siap menguping pembicaraan Sang Pejabat dengan para abdi tumenggungan.
SANG PEJABAT
Cuma ini?
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 5
ABDI TUMENGGUNGAN Ampun Gusti. Kondisi perekonomian kita saat ini sedang sulit. Para pedagang agak susah memberikan upetinya. Di samping itu, preman-preman di semua tempat agak
kewalahan menghadapi krisis moneter di kerajaan ini.
SANG PEJABAT Sampeyan kan sudah aku beri wewenang buat memaksa mereka.
Gunakan segala cara sampeyan buat menarik upeti sebesar-besarnya. ABDI TUMENGGUNGAN
Hamba sudah berusaha sebisa hamba, Gusti
SANG PEJABAT Ah, jangan berkilah lagi. Aku tidak suka orang menentang keinginanku.
Keluargaku sekarang lagi butuh biaya banyak. Anakku yang sulung mau masuk perguruan tinggi, butuh rumah
tinggal, butuh kendaraan terbaik, butuh alat komunikasi mutakhir. Anakku yang kedua mau kursus kecantikan di Majapahit. Ia mau
berguru kepada Ratu Kencana wungu. Ini butuh biaya besar. Perjalanan ke Majapahit tidak cukup satu dua hari. Pikirkan itu!
ABDI TUMENGGUNGAN II
Hamba sanggup memenuhi hal itu, Gusti. Tapi, hamba mohon persetujuan Gusti ....
SANG PEJABAT
Apa gagasan sampeyan?
ABDI TUMENGGUNGAN II Kita harus mengundang investor dari luar kerajaan.
Berikan mereka penawaran menarik agar mereka mau menanamkan investasinya di kerajaan kita. Hamba percaya, Gusti sangat bijaksana
dalam soal ini.
SANG PEJABAT Ya .. ya .., tapi jelaskan, apa rencana sampeyan itu.
ABDI TUMENGGUNGAN II
Kita punya alasan meningkatkan kesejahteraan rakyat, Gusti. Kita dirikan pasar yang supermegah, eksklusif, dan luar biasa lengkapnya.
Rakyat boleh berdagang apa saja di dalamnya, rakyat boleh berbelanja apa saja di dalamnya.
SANG PEJABAT
Hmmm, aku masih belum paham maksud sampeyan, Petugas.
ABDI TUMENGGUNGAN II Ampun, Gusti.
Rakyat tidak sembarangan untuk dapat berjualan di pasar supermegah itu, mereka harus membayar uang sewa setiap pekan. Uang sewa itu Gusti
sendiri yang menentukan. Adanya pasar supermegah itu dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan rakyat, Gusti. Dan itu berarti ... pendapatan
Gusti sendiri akan makin bertambah .....
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 6
SANG PEJABAT
(Tertawa) Aku paham. Aku paham.
(terdiam sesaat) Tapi, sampeyan tentu tahu cara untuk meletakkan tempat pasar itu, bukan?
ABDI TUMENGGUNGAN II
Hamba, Gusti. Gusti tinggal menurunkan surat keputusan untuk pembangunan pasar itu,
maka semua pelaksanaan pembangunan akan dapat segera dimulai.
SANG PEJABAT Baik, baik. Aku akan membicarakan masalah ini dI tingkat kerajaan.
Mudah-mudahan saja sang Prabu berkenan dan memberikan izin untuk membuka sektor ini ....
Tiga orang provokator mendengarkan semua pembicaraan itu. Mereka memperoleh
peluang untuk membuat suasana semakin gerah dan kacau.
PROVOKATOR 1 Dunia yang tenang merupakan nasib malang buat kita
Dunia yang tenang akan menjebak kita pada ketidakberdayaan
PROVOKATOR 2 Dunia yang rusuh adalah kenikmatan tak terhingga
Perubahan adalah awal kericuhan Ini peluang buat kita
PROVOKATOR 3
Hahaha .... siapa penyandang dana kita kali ini?
PROVOKATOR 1 Kita tidak perlu berpikir penyandang dana
Mereka akan ada jika kita ada
PROVOKATOR 2 Yang penting kita mulai bergerak
Kemiskinan dan kepapaan akan mudah digerakkan Ketidakpuasan dan rasa dengki
Akan mudah kita kelola menjadi prahara
PROVOKATOR 3 Perubahan dan perubahan
Semoga terjadi setiap saat ....
NARATOR Ya, perubahan dan perubahan akan selalu terjadi Perubahan adalah perjalanan abadi sang zaman Sebagian manusia mendambakan kedatangannya
Sebagian lainnya membenci kehadirannya.
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 7
Sebagian menganggap sebagai rahmat Sebagian lainnya menghujat sebagai laknat.
Tapi, apa makna sebuah perubahan jika yang terjadi adalah petaka dan bencana?
Ada sosok bernama angkara yang menyelinap di balik perubahan
menghasut dan membalik nurani manusia-manusia dengki menyusun kalkulasi keuntungan dari setiap prubahan
membuat perubahan sebagai kendaraan menuju kepuasan
EPISODION II
Musik digarap untuk iringan koreografi:
1. Sang Pejabat Tumenggung berhadapan dengan aparat Kerajaan untuk mem-peroleh persetujuan.
2. Pada saat sama, para provokator memprovokasi para pedagang dan rakyat kecil untuk melakukan pergerakan.
3. Para aparat kerajaan menyatakan persetujuan. Sang Tumenggung menge-luarkan surat keputusan dan diserahkan kepada Abdi Tumenggungan I dan II.
4. Para rakyat kecil bergerak membawa poster, spanduk, dan sebagainya dalam gerakan dinamis.
5. Sang Abdi Tumenggungan berdiri pada tempat yang tinggi dan membacakan surat keputusan Sang Tumenggung.
6. Bunyi gemuruh membahana.
7. Gelombang protes pun mulai. Huru-hara terjadi di mana-mana. Para provokator semakin berperan memimpin rakyat jelata.
8. Pembongkaran dusun-dusun dan pasar pun tetap dilakukan. Rakyat jelata menjerit kehilangan segala. Manusia-manusia serakah tertawa di antara jerit tangis.
NARATOR
1 Para hulubalang telah bermain senjata lagi
nama-nama lelaki di dusun ini berangsur senyap dan udara mencium bau amis darah tapi negeri ini tak pernah menangis
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 8
Jika malam larut
dusun ini sayup dalam senandung pilu seorang ibu ketika ranting-ranting kering menulis pesan entah untuk siapa
ketika alang-alang menulis harapan yang tak pernah akan terwujud
2 Dusun-dusun dan pedukuhan yang dulu selalu dijaga para malaikat namun betapa perubahan telah menjadikannya asing bagi rakyat
Syahdan dua lelaki perkasa bertetangga Jaraknya selayar cuma
Berabad silsilah hidup berguru pada embun Tapi tiba-tiba berhantam batu
Maka dusun-dusun dan pedukuhan ini kini dihuni hantu
Dalam setiupan angin pun bara menyala Dua lelaki perkasa telah menjelma beribu raksasa
Mendidihkan batu-batu Jadi adonan amarah
Dan ruh dan rumah-rumah pun goyah
Aduhai, Siapa lagi yang akan menoreh luka dalam luka yang terlanjur bernanah ini
Siapa lagi yang akan mengisi racun kebencian dalam dada yang sudah sesak ini
PARA JELATA Sungguh kami tak tahu
Kepada siapa kami akan mengadukan nasib kami yang tak selalu ramah di hadapan kami
dari dulu kami hanya sekedar kerbau-kerbau dungu yang setiap saat diperas dan didera sang tuan
dicekik dan dilecuti agar kami takut
PEREMPUAN TUA Aku sudah lelah mengembara di antara tiang-tiang pongah penguasa
Aku sudah kehilangan segala rasa perih pada tubuh dan tulang rapuh ini Kini, satu-satunya harapan untuk hidup pun telah dirampas
PARA JELATA
Ruang-ruang kosong tempat kita tinggal dan bercanda bersama anak-anak dan sanak keluarga,
kini telah penuh sesak oleh bayang-bayang menakutkan yang bisa saja datang menyergap dan menyeret kita ke kegelapan
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 9
menghapus deretan nama kita dari catatan sejarah Ah, bahkan untuk bicara saja kita sudah tak punya lagi tempat
TOKOH KITA
Siapa yang telah berani melarang kita bicara merampas kebebasan satu-satunya yang kita miliki?
Siapa yang telah tega hati membuat sangkar-sangkar menakutkan mengurung harapan dan mimpi-mimpi kita
yang kita sendiri tidak pernah tahu ada ataukah tiada sedangkan Gusti Allah telah memberikan segalanya bagi kita
agar kita merasa bebas dan tak terjajah
PARA JELATA Tapi kenyataannya
Kita bukan hanya merasa terjajah dan tak merasa bebas Kita tidak pernah berhenti diawasi dan dihadapkan kepada ujung tombak
yang setiap saat meluncur menembus leher-leher kita
TOKOH KITA Berbuatlah sesuatu. Itu lebih berarti daripada hanya mengumpat.
Gunakan daya dan kemampuan kita untuk mengangkat derajat kita sendiri Mereka sama seperti kita, mereka pun manusia
PARA JELATA
Mereka penguasa! Dengan kita mereka tidak sama dalam segalanya Mereka berhak menentukan arah kehidupan kita
Mereka berhak menentukan ada dan tiadanya kita Ah,
Seandainya saja kita dapat sekedar berucap menyatakan segala yang berjejal di kepala kita
mengeluarkan segala yang bertumpuk di perasaan kita
Seandainya saja ada yang mau mendengarkan dan mengabulkan segala hal yang kita mau
kita sudah pasti bukan termasuk jenis manusia sengsara
TOKOH KITA Jangan bodoh
Hidup bukan hanya sekedar kata-kata lalu segalanya ada Hidup yang kita hadapi sebuah perjalanan dan perjuangan
Bahkan kata-kata yang harus kita ucapkan merupakan perjuangan yang harus kita perjuangkan
PARA JELATA
Akankah kata-kata yang kita punya terucap keluar dan nyata? Akankah suara yang kita ucapkan terdengar keras dan membahana?
Akankah kata-kata yang terdengar membahana akan sampai pada tempatnya? Akankah suara yang sampai dapat didengar dan dijawab?
Tidak, saudaraku!
Kata-kata hanya sekedar buih kosong buat mereka Atau sesuatu yang dapat diputabalikkan sesuai keinginan mereka
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 10
NARATOR Kata-kata hanya sekedar kumpulan bunyi dan aksara
kosong tanpa makna jika orang tak berkehendak menyimaknya Kata-kata hanya sekedar gelembung-gelembung kosong memenuhi udara
Akan hilang begitu saja tanpa harus mendengarnya.
Ah, kata-kata Siapa peduli jika ia datang dari setumpuk sampah yang kotor dan hina
Siapa peduli jika ia hanya berisi protes dan keluhan kesengsaraan
KOMMOS
NARATOR Saat-saat seperti ini
di tempat yang ini pula getar-getar bumi membelah suasana
setelah terompet perjuangan dibunyikan manusia-manusia bergerak mencari butir-butir keringatnya sendiri
di antara derasnya hujan yang mengguyur padang perjuangan
Kepenatan yang meraja setelah menempa langkah mendera lubuk hati dari zaman ke zaman
tak ada lagi istirah untuk tubuh-tubuh yang lelah perjalanan panjang adalah pergulatan nasib yang tiada henti
PARA JELATA
Jangan suruh kami menyanyikan kesunyian Jangan suruh kami menarikan kematian
kami sudah terlalu lelah buat menjaga langkah bahkan untuk sekedar mengeluarkan kata-kata semata
telah hilang suara kami ditelan gemuruh keadaan kami lenyap di tengah timbunan yang bernama keajaiban zaman
SEORANG ADIKUASA
Sebutkan saja berapa ribu keinginanmu aku masih sanggup meniti jutaan zaman yang akan datang kemiskinan sudah tak berhak mengisi ruang-ruang duniaku
kepapaan harus sudah lenyap dari pandanganku
PARA ADIKUASA Kita telah lama menyanyikan genderang perang
Membentangkan dendam kesumat di palagan kehidupan Menghidupkan dendam yang telah tercipta anak-anak Adam bersengketa
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 11
Ya! Perang adalah jawaban yang sudah pasti
Nafsu serakah telah kita kumpuljan di ujung sejata Dendam telah membayangi punggung-punggung perisai kita
Kita tumbuhkan perang di hati mereka, di benak mereka
di kehidupan sementara mereka.
Kelompok Adikuasa meraja Para Jelata terkesima, terkejut, dan terjebak
Gemuruh membahana diikuti tawa para adikuasa Lalu senyap seketika
PARA ADIKUASA
Sungguh dunia adalah kenikmatan yang tak terhingga telah melimpah kekuasaan di dalam genggaman tanganku
dipuja dan disanjung segala abdi-abdi membuat tegar bersemangat menjalani hidup
bukan hanya sekedar dalam angan-angan tapi keabadian hidup pribadi
SEORANG ADIKUASA
Aku, suara penguasa dunia akan datang telah menjadi kekasih gaibnya kehidupan
bahkan sebutir debu menyala oleh denting suara laguku
Marilah ke sini jika kau suka rahasia zaman
Marilah ke sini jika kau merindukan kenikmatan asih kemala Kukisahkan kepadamu seribu pengembaraan abadi
di antara bintang-bintang cakrawala
PARA ADIKUASA Sejak nafas pertama kalian hirup di atas dunia Dua pilihan nyata terbentang di hadapan kalian
Mengikutiku atau menentangku. Sebab sebuah pengabdian harus nyata mengisi
Antara kelahiran dan kematian. SEORANG ADIKUASA
Aku telah lama berkuasa atas Timur dan Barat pengorbanan atasku akan memperoleh kemuliaan
menentangku berarti bencana sepanjang masa
Tapi, lihatlah Betapa orang bisa hidup dalam kesengsaraan
hanya karena enggan melepaskan pemikiran tentang benar dan salah hanya karena takut oleh ancaman yang tak tentu ujung pangkalnya
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 12
EPISODION III
Sekelompok rakyat jelata berangan-angan Meratapi kemiskinan yang tak ada hentinya
Menertawakan kemiskinan yang tak ada hentinya Menikmati kemiskinan yang tak ada hentinya
SEORANG JELATA
Mari kita pura-pura menjadi orang kaya di hadapan kita terhidang makanan seba lezat
yang hanya ada di alam antah berantah
SEORANG JELATA Ada udang panggang dan semur cumi-cumi
Paha ayam diguyur kecap nomor satu
SEORANG JELATA Bah! Kecap di mana-mana selalu nomor satu yang macam-macam nomor itu sandal sepatu
SEORANG JELATA
Nasi putih panas-panas menyebarkan harum pandan wangi Di atas meja yang putih bersih
Ditemani gadis-gadis cantik menawan Mengupas pete dan membuatkan sambel terasi
Terasi udang asli dari Cirebon
SEORANG JELATA Wah! Mana ada orang kaya suka pete
Pake sambel terasi Cirebon segala
SEORANG JELATA Ya, makanan orang kaya itu pizza, spaghetti, caviar
SEORANG JELATA
(setengah marah) Jangan bicarakan makanan yang tak layak kita makan
Makanan kita hanya sisa-sia yang kita kais dari tong sampah SEORANG JELATA
Ya, lebih baik kita berangan-angan yang sesuai dengan derajat dan kedudukan kita sebagai manusia-manusia yang dianggap hina
SEORANG JELATA
Ah, aku pura-pura menemukan dompet Wah, dompetnya tebal sekali
SEORANG JELATA
Apa isinya? Apa isinya?
SEORANG JELATA Surat-surat ... KTP ... SIM ....
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 13
SEORANG JELATA
Apa lagi ...?
SEORANG JELATA Surat cinta ...
SEORANG JELATA
Apa lagi ...?
SEORANG JELATA Foto cewek ...
SEORANG JELATA
Apa lagi ...?
SEORANG JELATA Ooh ... ada uangnya ....
SEORANG JELATA
Naaah ... begitu, dong! Berapa?
SEORANG JELATA Seratus ribu cuma ....
SEORANG JELATA
Berapa ?!
SEORANG JELATA Ah, dua juta ....
SEORANG JELATA
Kita belikan apa?
SEORANG JELATA Makanan!
SEORANG JELATA
Makanan lagi, yang lainnya?
SEORANG JELATA Beli togel ...!!
SEORANG JELATA
Nnaaah ... itu dia! Dia bisa beranak pinak Dua juta kali sekian ....
Hmmm .... Kita beli apa dengan uang sebanyak itu?
SEORANG JELATA Beli rumah bagus ....
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 14
SEORANG JELATA Beli mobil mewah ....
SEORANG JELATA
Beli pakaian bagus ....
SEORANG JELATA Beli minyak wangi ....
SEORANG JELATA
Beli makanan ....
SEORANG JELATA Makanan lagi ....
Apa tidak ada angan-angan lain selain makanan dan makanan?
SEORANG JELATA
Makanan ... Itulah sesungguhnya yang sangat kita dambakan
supaya kita dapat tertidur lelap dalam istirahat supaya badan kita segar ketika besok pagi bangun supaya kita bersemangat lagi mencari kehidupan
yang kian seret dan mencekik
SEORANG JELATA Kalau begitu,
marilah sejenak kita mengheningkan cipta bagi makanan enak yang tak pernah kita dapatkan.
Mengheningkan cipta ... mulai!
(Semua jelata menunduk diiringi lagu keheningan)
SEORANG JELATA Lihatlah, bulan bersinar di langit hitam di antara bintang-bintang
Wajahnya memerah laksana gadis muda terkena asmara Ia sungguh menunggu untuk digoda
Semua jelata memandang ke angkasa
NARATOR
Kadang terjadi di tengah malam buta seekor anjing jalanan yang kusam, kurus, dan menjijikkan
merasa takut oleh keheningan malam padahal saudara-saudaranya tengah melolong
menentang mega-mega hitam dan meraung:
Kembalikan bulanku! Kembalikan bintangku!
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 15
Ia, anjing kecil, kurus dan kusam dikejar kebimbangan mengerikan:
Untuk apa bulan dan bintang jika harus puas hanya dipandang saja?
Sekali disusun kisut di matanya, di wajahnya
Sewaktu terdengar saudaranya dikutuk Bukqn dari padang-padang gelap suara itu datang,
Musuh yang paling dibencinya itu Tinggal di dalam hatinya sendiri.
Angkara muncul tiba-tiba. Ia berwajah menyeramkan dalam pakaian hitam serba
gemerlap. Aroma kejahatan memancar dari dalam dirinya
ANGKARA Inilah aku sang kekuatan maha perkasa Raja di atas segala raja yang berkuasa Tiga dunia tunduk di bawah duli kakiku.
Menghitung rambut dan saraf-saraf darahmu adalah kesukaanku Sejak kau cocok langit-langit hatimu dengan butir-butir nafsuku
Tunduklah atas perintahku
Lantas akan kulimpahkan segala kenikmatan dunia
SEORANG JELATA Sepotong hati manusia
Ditabur bumbu cinta dan angan-angan Disantap dengan rasa dendam ...
PARA JELATA
Ini hatiku sendiri !!! Hahahaha ....
SEORANG JELATA
Dendam semakin membara Gelas-gelas telah terpenuhi dengan darah Untuk diminum setiap rasa haus tiba ....
SEORANG JELATA Ini darahku sendiri !!!
Hahahaha .....
ANGKARA Ini tahun-tahun pertama perjalananmu tahun-tahun untuk menata kekuatanmu tahun-tahun untuk menikam jantungmu
tahun-tahun untuk memulai mengisi lembaran hitammu.
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 16
Tidurlah, himpun tenagamu Lelaplah, bina kekuatanmu
Jangan hiraukan rasa lapar mendera Jangan pedulikan dahaga
Jangan seka keringat mengucur Jangan tutupi luka-luka tubuhmu
NARATOR
Seribu anak negeri tersenyum ke cakrawala Seribu anak negeri tengadah ke bintang-bintang Seribu anak negeri mengaduk bintang-bintang
Aksara harapan masa depan seakan tergambar di sana
ANGKARA Matahari telah lelah terengah kau kendarai seharian
membungkuk letih di punggung gunung Lihat, angin di rambutmu telah rebah
Kini, lelaplah kalian dalam kekuasaanku
berangan-anganlah sampai kalian hilang kesadaran karena dalam ketidaksadaran itu akan kalian temukan kesadaran sejati
NARATOR
Waktu tubuh yang lembut terbaring Telah ditemukan jalan terpendek menuju langit Untuk mencari sang kekasih di sela-sela rasi.
PARA JELATA
Negeri ini sungguh suatu misteri bulan telanjang memerah keemasan
Polos menggiurkan menawarkan godaan liuk tubuhnya
tapi, mengapa dingin tetap saja mengejek?
ANGKARA Jangan pedulikan!
Rengkuhlah sepuasmu Raihlah sepuasmu Peluklah sepuasmu
Cumbulah sepuasmu!
Bulan muncul menjelma wanita cantik jelita Seribu bulan menarikan tarian menggoda seribu bulan melayang-layang di angkasa
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 17
NARATOR Seribu bulan muncul di wajah langit
Seribu bulan melangkah meliuk menggoda Gontai dan gemulai
Seribu bulan tersenyum menawarkan kehangatan Seribu bulan tertawa menawarkan kebahagiaan
Bulan yang memerah, jengah karena tatapan Ah, mengapa harus ada nafsu dalam diri manusia?
SEORANG JELATA Petualang siapakah
gemulai membelah angkasa? Apakah ini tanda petaka?
SEORANG JELATA
Gemulainya sungguh membawa pesona Bidadari mana yang merasuk jiwanya?
Tak mungkin Srikandi Tak mungkin Supraba
Tak mungkin Dewi Ratih
SEORANG JELATA Ia melebihi segala yang lebih
Ia kecantikan maha indah
NARATOR Sungguh manusia telah tenggelam dalam kesesatan
Kemiskinan telah menjerat ke dalam angan-angan liar Angkara merasuk dalam jiwa dan sukma mereka
Dengarlah nafasnya Dengarlah geramnya
Dengarlah detak jantungnya ....
BULAN Jangan pandangi aku dengan tatapmu
Jangan telanjangi aku dengan pandanganmu
PARA JELATA Bulan,
Mendekatlah Selimuti kami
Dekaplah kami
BULAN Jangan pandangi aku dengan nafsumu Jangan telanjangi aku dengan nafasmu
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 18
PARA JELATA
Bulan, cumbulah kami Lelapkan segala rindu kami
Berikan sejuta kenikmatan dunia
BULAN Jangan salahkan aku kalau kau tergoda
Kecantikan yang kumiliki bukanlah milikku
PARA JELATA Bulan ....
BULAN
Jangan mendekat ....
PARA JELATA Bulan .....
BULAN
Nanti kau menyesal ....
PARA JELATA Bulan ....
BULAN
Seluruh jagat raya akan mengutukmu .....
PARA JELATA Bulan ....
BULAN
Kau akan terkena laknat ....
PARA JELATA Bulaaannnnn ................ !!!!!!!!!!!!!
Para jelata beramai-ramai menyerbu ke arah Bulan
Bulan menjerit dan menghilang di kegelapan Nafas Jelata memburu
Nafas kehausan Nafas dendam
Nafas kelaparan Nafas birahi menggebu
Nafas segala nafas
TOKOH KITA Ini sungguh tak beradab
Telah banyak windu kita berjalan di atas kenangan setajam pedang.
Lewat jalan kecil ini, selalu kita hanya punya dua pilihan
terus-menerus sengsara atau menjemput kematian
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 19
PARA JELATA
Mengapa kau usik kenangan lama? Kematian sungguh tak patut dilagukan
Biarkan kami tenggelam dalam angan-angan kenikmatan Agar lepas segala kepapaan dan kesengsaraan
TOKOH KITA
Setiap duka selalu datangkan khayalan Setiap sengsara selalu mengundang angan-angan
Lalu kita segera lupa daratan.
Lihat, perjuangan belum lagi selesai Bangunlah, cari jalan buat melepaskan belenggu
Kembalilah ke kediaman kalian semula Berpegangan tanganlah dalam satu kesatuan
PARA JELATA
Bagaimana? Sedang bernafas pun kita sungguh tak bisa
Di negeri yang katanya milik kita sendiri Apalagi melangkah melanjutkan perjuangan
TOKOH KITA
Tapi kita tak bisa berdiam diri terus-menerus dijerat angan-angan
sementara kepunahan menyebar laksana epidemi Berbuatlah biarpun sedikit
Itu jauh lebih berarti
PARA JELATA Bagaimana kita sanggup? Dalam keadaan seperti ini
kita hanya setia menunggu maut datang memaksa menyergap diri.
TOKOH KITA
Mengapa maut menjadi lebih mulia dari perjuangan? Kita sengaja menyediakan leher kita
untuk diikat dan digiring ke pemotongan kita terlalu banyak terdiam
dan kita telah hampir terjatuh ke dalam wujud yang niskala.
Tidak, saudara-saudaraku. Tidak harus seperti itu. Saat ini kita hanya punya satu pilihan
Kita harus hidup terus meluruskan hak-hak kemanusiaan Kita harus bangkit menegakkan leher-leher kita yang rapuh
Semua diam dalam getir
Semua tertunduk dalam ragu Bulan dan Seribu Bulan di balik tirai
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 20
NARATOR Ketika manusia harus memilih dua jalan yang berbeda,
ketika manusia harus memutuskan untuk membuat perubahan, sering mereka merasa takut bahwa jalan yang lurus selalu sulit ditempuh,
meskipun pada akhirnya ada rasa manis dapat dirasakan, sebaliknya mereka merasa takut pula akan akibat-akibat pahit
jika memilih jalan lunak dan enak yang menyimpang dari nuraninya.
Memilih tenggelam dalam ketidakpastian juga bukan pilihan yang bijak satu ketika perubahan toh bakal terjadi pula
SEORANG JELATA
Dia benar. Sudah saatnya kita bangkit dari ketidakberdayaan yang tak ada ujungnya
kita sudah terlalu lelah bertanya-tanya tentang nasib kita
SEORANG JELATA Ya. Kita hentikan saja pertanyaan itu sekarang
karena sudah jelas jawabannya tak ada banyak bertanya telah menguras habis seluruh pikir dan rasa kita
SEORANG JELATA
Jika pun ada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita Maka jawabannya adalah pertanyaan pula. Jadi, masih perlukah kita bertanya-tanya?
PARA JELATA
Tapi, kita butuh seorang pemimpin yang mampu menyatukan pikiran dan perasaan kita
yang dapat membangunkan kita pada saat kita terlelap yang mampu menjewer kuping ketika berbuat nakal
SEORANG JELATA
Untuk ini pula kita tak usah bertanya (Menunjuk TOKOH KITA)
Dia sudah pantas memimpin kita Dia telah membangunkan kita dari lelap kita dibuai angan-angan
Dia telah menjewer kita setelah kita berbuat kenakalan
PARA JELATA Ya. Kita hanya tinggal mengatakan persetujuan.
Tapi, apakah dia mau memimpin kita?
SEORANG JELATA Dia yang telah membangunkan kesadaran kita
akan harga diri dan segala kekurangan kita maka dia harus bertanggung jawab memimpin kita
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 21
PARA JELATA (kepada TOKOH KITA)
Hai, kamu yang berdiri tegak di sana Kamu telah menggugah nurani kebenaran di hati kami
Kamu telah membangun keberanian dalam pikiran kami Kami meminta kamu untuk memimpin kami
TOKOH KITA
Jika kalian membutuhkanku untuk memimpin Itu berarti kalian mau bekerja untuk mewujudkan harapan kalian
Dan aku mau memimpin kalian untuk mencapainya. Tapi jika kalian membutuhkanku untuk memimpin
Lantas kalian menyuruhku bekerja sendiri untuk kepentingan kalian Sungguh, aku tidak sudi berada di depan kalian
PARA JELATA
Kami berada di belakangmu bekerja pikiran dan tenaga kami akan kami susun menjadi kekuatan
mendukung dan mendorongmu hingga kita semua layak dipandang manusia sebagai manusia
Para jelata membuat konfigurasi sehingga mereka terbagi dua dan TOKOH KITA
berada di tengahnya. Dari arah lain, para petinggi kerajaan (PARA ADIKUASA) tiba dan terhenti melihat prosesi penobatan pemimpin di kalangan jelata
PARA JELATA I
Kalau kau benar-benar ingin memimpin kami, berjalanlah kau di depan dan jangan meninggalkan kami,
bahkan jika ada seorang yang cedera kakinya, kau harus mau memikulnya, karena itu kewajibanmu
PARA JELATA II
Kalau kau ingin jadi pemimpin lupakan anak istri dan kampung halaman
berdirilah di situ menjadi lambang atau bahkan tong sampah karena seorang pemimpin
tempat semua orang untuk mengeluh bukan tempat orang menyebah dan ketakutan
PARA JELATA I
Kalau kau ingin jadi pemimpin berjagalah ketika semua orang tertidur
tahanlah lapar ketika semua orang sedang bekerja cucilah piring-piring ketika semua orang makan
bahkan untuk mati sekalipun kau tak berhak kalau kau tidak rela,
mundurlah sekarang juga karena kau nanti bukan lagi memimpin
tapi menginjak-injak kami sampai rata dengan tanah
PARA JELATA II Kalau kau ingin jadi pemimpin,
janganlah berusaha untuk memimpin
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 22
tapi lakukan hal-hal terbaik yang belum pernah kami lakukan Jadilah contoh bagi semua orang
kelak akan terlahir manusia-manusia baik sepertimu
PARA JELATA I Kalau kau jadi pemimpin
Bukalah seluruh pakaianmu dan berdirilah telanjang saja sehingga kami akan melihat seluruh rusuk dan isi perutmu
jangan suka menyimpan rahasia.
PARA JELATA II Kalau kau menjadi pemimpin
Jadilah teladan bagi semua orang Jangan berbuat curang dan melanggar hukum
Jangan melemparkan sumpah serapah
TOKOH KITA Jika kalian mau aku pimpin
Mari kita bicarakan segala sesuatu dengan terbuka Tunjukkan kesalahan-kesalahanku
dan tunjukkan cara-cara yang benar bagiku Jangan berunjuk rasa di jalanan
Jangan main gosip dan membeberkan semua kesalahan orang Jika itu kalian lakukan
Aku tidak mau memimpin kalian
PARA JELATA Ya. Mari kita buka hubungan manis
agar buah-buah yang kita petik akan terasa manis
menjadi kebanggaan anak cucu kita
PARA ADIKUASA maju ke depan PARA JELATA
PARA JELATA bergerak ke dua tepi kiri dan kanan
SEORANG ADIKUASA Kalian telah melanggar hukum Berunjuk rasa di jalan umum
Dan mengganggu ketertiban umum Sekarang bubarlah,
Atau kalian akan diamankan
PARA JELATA Kami bukan berunjuk rasa
Kami hanya menunjukkan perasaan kami yang tertekan Kami hanya ingin mengangkat wajah-wajah kami yang telah lama
dipaksa tertunduk dan patuh di bawah penguasa
PARA ADIKUASA Kalian tidak berhak berdiri tegak di depanku karena kesejahteraan kalian telah aku jamin
maka kalian harus patuh terhadap aturan kekuasaan
-
Harry D. Fauzi - Oratorium KESAKSIAN 23
TOKOH KITA Kami tidak menginginkan penguasa atas kami
Kami hanya menginginkan pemimpin yang mengerti perasaan kami Pemimpin yang benar-benar paham nuraninya sendiri
Pemimpin yang bukan menggelembungkan diri dan sanak kerabatnya
PARA JELATA Sebuah pedukuhan tidak mungkin menjadi sebuah kademangan
jika para kawulanya terdiri atas maling-maling. Sebuah kademangan tidak mungkin menjadi sebuah kepatihan
jika para kawulanya terdiri atas maling-maling. Sebuah kepatihan tidak mungkin akan menjadi sebuah kedipatian
jika para kawulanya terdiri atas maling-maling. Dan sebuah kedipatian tidak mungkin akan menjadi sebuah negeri
jika para kawulanya terdiri atas maling-maling.
Serombongan hulubalang kerajaan menodongkan tombak-tombak menyeret para jelata ke tepi dan tak berdaya
Bulan terduduk dalam kebisuan malam
NARATOR Dunia terus berputar melaju
Para jelata dan seluruh manusia berlomba membelah nasib Sebagian tercampak di lorong-lorong gelap ketidakpastian
Sebagian terbelit tirai kelam yang dahsyat
Aduhai, tubuh yang rapuh, jiwa yang runtuh Dunia berlomba menudingkan tangan-tangan menakutkan
Mengutukserapahi mereka yang terjebak dalam ketiadaan Doa-doa yang dilantunkan tak lagi mampu menolong Hidup yang diperjuangkan tak lagi memberikan arti Bulan tak lagi memantulkan warna-warna keemasan
Bahkan bintang-bintang telah berjatuhan bersama daun-daun layu Segala yang hitam mengulurkan jemari tangan dengan kuku-kuku panjang
Siap mencabik-cabik siapa saja yang hendak menentang
Aduhai, Seluruh dunia tak lagi mampu memandangnya
Harapan-harapan yang dirajut sehelai demi sehelai Telah sirna oleh kelamnya hitam yang membelit nurani
Haruskah kita tutup pintu hati kita atas semua persitiwa duka ini? Haruskah kita pun melemparkan kutuk serapah?
Inilah kenyataan yang sesungguhnya ada dalam nurani kita Sehingga kita tidak tahu, siapa sesungguhnya yang harus kita bela
Selesai