Download - Naskah_publikasi freis
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
1/13
1
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ANALISA PENGARUH METODE PENDINGIN
TERHADAP KEAUSAN PAHAT HIGH SPEED STEEL(HSS) PADA PROSES END MILLING
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata SatuPada Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh:
SARJITO
NIM : D.200 070 039
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Agustus 2012
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
2/13
2
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
3/13
3
ANALISA PENGARUH METODE PENDINGIN TERHADAPKEAUSAN PAHAT HIGH SPEED STEEL(HSS) PADA PROSES
END MILLING
Sarjito, M.Alfatih Hendrawan, Bambang Waluyo FebriantokoJurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, KartasuraEmail : [email protected]
ABSTRAKSI
pada proses pemotongan logam, gesekan antara benda kerjadengan pahat akan menimbulkan panas, sehingga temperatur pahatterutama bidang aktif pahat akan sangat tinggi. Hal ini akanmengakibatkan terjadinya kausan pahat sehingga kualitas produk akanmenurun, untuk mengurangi laju keausan pahat biasanya diberikan cairanpendingin yang berfungsi untuk mengontrol temperatur dan pelumasanpada saat pemotongan. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui pengaruh dari metode pendinginan yang paling baik danparameter yang digunakan terhadap keausan pahat High Speed Steel(HSS), sertakondisi pemotongan paling minimal dan optimal keausannya.
Dalam penelitian ini dilakukan pada proses end miling material bajapaduan rendah (VCL) dengan menggunakan pahat HSS diameter 12 mm.
Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan keausan pahat dariproses pemotongan dengan metode pendinginan di kucurkan, di kabutkandan di kuas. Rancangan percobaan akan memvariasikan 2 variabelbebas yaitu kedalaman pemotongan dan putaran mesin, dengan variabelrespon berupa keausan pahat pada sisi samping dan keausan pahat padasisi atas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proses end millingmenggunakan variasi metode pendinginan di kucurkan menghasilkankeausan pahat pada sisi samping dan sisi atas yang paling rendah dibandingkan dengan metode di kabutkan dan dikuas. Dari parameterpemotongan nilai keausan sisi atas dan ssi samping paling kecil yaitu
pada putaran mesin 800 rpm, kedalaman potong 0,3 mm, dengan rata-rata keausan sisi atas 0,01125 mm, keausan sisi samping dengan rata-rata keausan 0,015 mm, sedangkan nilai keausan terbesar yaitu padaputaran mesin 1250 rpm, kedalaman potong 0,6 mm dengan rata-ratakeausan sisi atas 0,0575 mm, rata-rata keausan sisi samping 0,0725 mm.
Kata kunci : End milling, metode pendinginan, Keausan pahat
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
4/13
4
PENDAHULUAN
Penggunaan mesin frais (milling)
baik untuk keperluan produksi maupun
untuk kaperluan pendidikan, sangat
dibutuhkan untuk mendapatkan suatu
produk yang lebih baik. Dewasa ini,
beberapa segmen konsumen tertentu
membutuhkan komponen yang
mempunyai kehalusan permukaan
tertentu dan menuntut agar komponen
tersebut diproses dalam waktu yang
cepat. Sebagai contoh yaitu dalam
pembuatan cetakan mould dan dies,
dalam pembuatan dies, kekasaranpermukaan dari cetakan harus sehalus
mungkin tapi dituntut untuk selesai
dalam waktu yang cepat. Untuk itu
optimasi parameter proses pemesinan
pada mesin millingperlu dilakukan agar
kekasaran permukaan yang di inginkan
dapat dicapai dalam waktu yang paling
singkat.
Akan tetapi, parameterproses pemesinan yang diatur
maksimum akan menyebabkan
kekasaran permukaan suatu produk
menjadi tinggi dibandingkan
pengaturan parameter yang standar,
selain itu terjadi gesekan antara benda
kerja dengan pahat yang akan
menimbulkan panas, sehingga
temperatur pahat terutama bidang aktif
pahat akan sangat tinggi. Hal ini akan
mengakibatkan juga terjadinya
keausan pahat, dan jika keausan
terjadi secara terus menerus akan
memperbesar gaya pemotongan,
akibatnya kualitas produk akan
menurun. Maka usaha untuk menjaga
agar laju keausan pahat lebih tahan
pada saat pemotongan adalah dengan
pemberian pendingin pada pahatmilling.
Fluida pemotongan atau seringdisebut pendingin (coolant) berfungsiuntuk mengontrol temperaturpemotongan dan untuk pelumasan.Aplikasi fluida pemotongan adalah
memperbaiki kualitas benda kerjaselama mengalami proses pemotongansecara terus menerus oleh pahat (tool)dan juga berfungsi untuk memperbaikiumur pahat sehingga pahat akan tahanlama.
Dari latar belakang diatas, makapenelitian yang akan di lakukan yaitumengenai pengaruh variasi metodependinginan pada proses end milingterhadap keausan pahat High Speed
steel(HSS) untuk pembuatan dies danmould dengan tujuan apakah jenisvariasi metode pendinginan yangdiaplikasikan sudah pas dan tidakberpengaruh terhadap keausan pahat.
Tujuan Penelit ianDari latar belakang di atas maka
tujuan dalam penelitian ini yaitu:1. Mengetahui pengaruh dari metode
pendinginan dan parameter yangdigunakan terhadap keausan pahatHigh Speed Steel (HSS) padaproses end milling.
2. Untuk mengetahui metodependinginan yang paling baikterhadap keausan pahat yangdigunakan dalam proses end milling.
3. Untuk mengetahui kondisipemotongan paling optimal danminimal keausannya pada proses
end milling.
Batasan MasalahAgar tidak mengalamiperluasan
pembahasan pada tugas akhir ini,diberikan batasan-batasan penelitiansebagai berikut :1. Bahan benda kerja.
Bahan benda kerja yang digunakanadalah baja carbon rendah VCL
2. Jenis pahat
Jenis pahat menggunakan pahatHSS kobe 4F 12
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
5/13
5
3. Cairan PendinginCairan pendingin yang di gunakanyaitu cairan pendingin minyakBromus dicampur dengan airdengan perbandingan komposisi 1:
10.4. Kecepatan makan yang digunakan
pada penelitian ini adalah konstan.5. Kedalaman pemotongan dilakukan
dengan variasi pemakanan 0,3 mmdan 0,6 mm.
6. Mesin yang digunakan adalahmesin frais konvensional.
7. Pemakanan benda kerja sepanjang12 cm.
8. Pengukuran keausan berdasarkan
standar iso 8688- 2TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Y. Su (2006), bahwakondisi pendingin/ pelumas dengancara pengompresian gas nitrogendingin dan minyak kabut (CNGOM)memberikan umur pahat yang palingbaik diantara semua kondisi pendingin/pelumas yang di gunakan. AnalisisSEM diperlakukan pada pahat untukmenentukan mode kegagalan pahatserta mekanisme yang digunakan.Penenteuan sisi pemberian fluidapemotongan adalah modus kegagalanyang dominan kondisi pendinginan/pelumasan, termasuk pendinginankering, nitrogen-minyak-kabut, CCNGdan CCNGOM. Berlebihan geram padatepi daerah pemotongan danpenempatan sisi pengucuran adalahyang mempengaruhi atas keausan
pahat pada kondisi pendingin dengancara dibanjirkan.Dian wahyudi ( 2006 ), dalam
penelitiannya tentang studi metodependinginan terhadap kualitas hasilend millingyang menyimpulkan bahwa: Kondisi yang paling baik dalam hasildari proses end milling adalah padaKecepatan potong (Vc) tinggi : 24,2408m/menit, kedalaman pemakanan (Vf)rendah : 0,01 mm, pada metode
pendinginan dengan cara dikucurkan.
DASAR TEORIMesin frais
Mesin frais adalah mesin yangpaling mampu melakukan banyaktugas bila dibandingkan dengan mesin
perkakas yang lain. Hal ini disebabkankarena selain mampu memesinpermukaan datar maupun berlekukdengan penyelesaian yang istimewa,juga berguna untuk menghaluskan ataumeratakan benda kerja sesuai dengandimensi yang di kehendaki. Mesinmiling dapat menghasilkan permukaanbidang rata yang cukup halus, tetapiproses ini membutuhkan pelumasberupa oli yang berguna untuk
pendingin mata pahat millingagar tidakcepat aus.
Bidang aktif pahat yang mengalamikerusakan/keausan
Selama proses pembentukangeram berlangsung, pahat dapatmengalami kegagalan dari fungsinyayang normal karena berbagai sebabantara lain :a. Keausan yang secara bertahap
membesar pada bidang aktif pahat.b. Retak yang menjalar sehingga
menimbulkan patahan pada matapotong pahat.
c. Deformasi plastik yang akanmengubah bentuk atau geometripahat.
Keausan dapat terjadi padabidang geramatau bidang utama pahatgambar 1. keausan di bedakan menjadi
2 macam yaitu :- Keausan kawah (creater wear)- Keausan tepi (flank wear )
--------
-
Creater wear Flank wear
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
6/13
6
(sumber : journal of material andmanufacture vol 19, 2006)
Gambar 1. keausan kawah dan tepi
Metode Pemberian Cairan Pending inCairan pendingin akan berfungsi
dengan baik jika cairan ini diarahkandan dijaga alirannya pada daerahpembentukan geram. Ada beberapacara yang dipraktekkan untukmengefektifkan pemakaian cairanpendingin, diantaranya :1. Manual ; Apabila mesin perkakas
tidak dilengkapi dengan sistemcairan pendingin. Pada umumnya
operator memakai kuas untukmemerciki pahat gurdi, tap atau fraisdengan minyak pendingin.
2. Dikucurkan ( flooding ) ; sistem inibekerja dengan cara nozel denganslang fleksibel yang terhubungdengan tangki sehingga cairanpendingin disemprotkan pada bidangaktif pemotongan dengan pompapada mesin.
3. Dikabutkan ; cairan pendingindikabutkan dengan menggunakansemprotan udara dan kabutnyalangsung diarahkan ke daerahpemotongan. Partikel cairan atauemulsi disemprotkan melalui saluranyang bekerja dengan prinsip sepertisemprotan nyamuk.
METODOLOGI PENELITIANDiagram alir penelitian
Gambar 2. Bagan aliran proseseksperimen
Bahan dan Alat1. Bahana. Material
Material yang digunakan padapenelitian ini adalah baja carbonrendah VCL (vanadium carbon low).
Gambar 3. Materialb. Cairan pendingin
Cairan pendingin yangdigunakan dalam prosespengefraisan pada penelitian iniadalah cairan Bromus.
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
7/13
7
Gambar 4. Minyak bromus
c. Pahat end millPahat frais End mill dengan jenis
HSS kobe 4 Flut 12
Gambar 5. Pahat end mill2. Alat
a. Mesin millingMesin milling konvensional typeX81404 dengan power 3-380V 50Hzbuatan china (Bengkel produksi solotechno park (STP)
Gambar 6. Mesin frais
b. TachometerDigunakan untuk mengetahui
putaran mesin yang sesungguhnyapada mesin freis, agar di dapat data
yang benar.
Gambar 7. Tachometer
c. KuasDigunakan untuk pemberian
cairan pendingin pada proses
pengefraisan dengan metodedikuas.
Gambar 8. Kuasd. Kompresor
Digunakan sebagai penyuplaiangin/udara pada saat pada prosespengefraisan pada metodependinginan dikabutkan.
Gambar 9. Kompresor
e. Alat pengkabutDigunakan pada metode
pendinginan dengan dikabutkan.
Gambar 10. Pengkabut
Persiapan Spesimen.Pembuatan spesimen pada
penelitian ini yaitu :a. Memotong material benda kerja VCLdengan ukuran 12cm 10cm 5cm
b. Memasang material pada ragummesin frais dengan posisi rata dankencang agar tidak berubah ketikaproses milling dikerjakan.
c. Meratakan muka benda kerja,dengan tujuan agar pada saatproses pengefreisan kedalamanpemotongan dapat sesuai yang telah
ditentukan.
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
8/13
8
Proses pengefrisanProses pengefreisan dalam
penelitian ini di Bengkel ProsesProduksi Solo Techno Park (STP)Surakarta. Pengefreisan dalam
penelitian menggunakan prosespemakanan secara Slot cutting, yaitugerakan maju satu arah denganpemakanan sisi kiri dan kanan pahatmengenai benda kerja.
Pengukuran keausan pahatAlat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini sendiri yaitu denganmikroskop 3D (tiga dimensi) denganmerek Carton. Mikroskop ini memiliki
ketepatan skala 0,01 mm. Dalampengukuran keausan dalam penelitianini adalah bagian ujung mata pisaupahat end mill. Bagian yang di ukurtingkat keausannya dari benda uji yangberdiameter 12 mm adalah adalah duabagian yaitu bagian atas ujung matapahat end mill dan bagian sampingujung mata pahat end mill. Yangdimaksut bagian atas mata pahat endmill yaitu bagian dari permukaan yangrata yang berfungsi sebagaipemerataan pada saat pemotongan,sedangkan bagian samping pahat endmill yaitu bagian yang berbentuk uliryang berfungsi sebagai pemotonganuntuk membuat alur.
Pengukuran keausan pahatdilaksanakan di Laboratorium FkipBiologi Universitas MuhammadiyahSurakarta.
Gambar 12. Mikroskop 3DPengukuran keausan dilakukan
dengan cara mengukur panjangkeausan yang terjadi, yaitu dengancara mata potong sebelum terjadikeausan dijadikan titik acuan untukmemulai mengukur kemudian ditarikgaris lurus sampai pada garis rata rata bekas keausan pada bidang
utama. (Standar iso 8688- 2)
Gambar 13. Definisi pengukurankeausan end mill
HASIL DAN PEMBAHASANA. Data has il percobaanBerdasarkan hasil pengujian keausanpahat end mill di peroleh hasil sebagaiberikut :Tabel 1. Data hasil pengujian keausanpahat pada sisi samping
Keausan Bagian atas Keausan Bagian samping
Gambar 11. Bagian keausan pahat
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
9/13
9
Tabel 2. Data hasil pengujian keausanpahat pada sisi atas
Keterangan : Metode 1 : Dikucurkan Metode 2 : Dikabutkan Metode 3 : Dikuas VB1 : Panjang keausan 1 VB2 : panjang keausan replikasi
B. Analysis o f variance (ANOVA)1. Proses end mill pada keausan sisi
atas pahat
Susunan Hipotesa untuk modelini adalah :- H0=Variansi parameter
pemotongan dan metodependinginan tidak berpengaruhterhadap keausan pahat
- H1=Variansi parameterpemotongan dan metodependinginan berpengaruhterhadap keausan pahat
- =0,05
Gambar 14. hasil analisis desainfaktorial
Dari data pada gambar 13menunjukkan bahwa harga P-valuevariabel rpm, metode pendinginanberharga lebih kecil biladibandingkan dengan = 0,05,
artinya bahwa putaran mesin, danmetode pendingin berpengaruhterhadap keausan pahat end mill
2. Proses end mill pada keausan sisisamping pahat.
Susunan Hipotesa untuk modelini adalah :- H0=Variansi parameter
pemotongan dan metodependinginan tidak berpengaruh
terhadap keausan pahat- H1=Variansi parameter
pemotongan dan metodependinginan berpengaruhterhadap keausan pahat
- =0,05
Gambar 15. hasil analisis desainfaktorial
Dari data pada gambar 14menunjukkan bahwa harga P-valuevariabel rpm, metode pendinginanberharga lebih kecil biladibandingkan dengan = 0,05,artinya bahwa putaran mesin, danmetode pendingin berpengaruhterhadap keausan pahat end mill
General Linear Model: VB versus putaran mesin; kedalaman potong;
metode pendinginan
Factor Type Level s Val ues
putar an mesi n f i xed 3 800; 1000; 1250
kedal aman potong f i xed 2 0, 3; 0, 6
met ode pendi ngi nan f i xed 3 1; 2; 3
Anal ysis of Vari ance for VB, using Adjusted SS f or Tests
Sour ce DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
putar an mesi n 2 0, 0013830 0, 0013830 0, 0006915 14, 20 0, 000
kedal aman potong 1 0, 0013876 0, 0013876 0, 0013876 28, 48 0, 000
met ode pendi ngi nan 2 0, 0011051 0, 0011051 0,0005526 11, 34 0, 000
Err or 30 0, 0014615 0, 0014615 0, 0000487
Tot al 35 0, 0053372
S = 0,00697963 R-Sq = 72, 62% R-Sq( adj ) = 68, 05%
General Linear Model: VB versus putaran mesin; kedalaman potong;
metode pendinginan
Factor Type Level s Val ues
putar an mesi n f i xed 3 800; 1000; 1250
kedal aman potong f i xed 2 0, 3; 0, 6
met ode pendi nginan f i xed 3 1; 2; 3
Analysi s of Vari ance for VB, using Adjusted SS f or Tests
Sour ce DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
put ar an mesi n 2 0, 0016125 0, 0016125 0, 0008063 14, 89 0, 000
kedal aman potong 1 0, 0025000 0, 0025000 0, 0025000 46, 18 0, 000
met ode pendi ngi nan 2 0, 0026573 0,0026573 0, 0013286 24, 54 0, 000
Er ror 30 0, 0016240 0, 0016240 0, 0000541
Tot al 35 0, 0083938
S = 0, 00735744 R-Sq = 80, 65% R- Sq( adj) = 77, 43%
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
10/13
10
C. Analisa Data1. Bagaimana pengaruh metode
pendingin terhadap keausanpahat end mill pada sisi sampingdan atas dapat dilihat pada
grafik berikut :
Gambar 16. Grafik pengaruh metodependingin terhadap keausan rata-rata(VB) pada sisi samping padakedalaman 0,3 mm
Gambar 17. Grafik pengaruh metodependingin terhadap keausan rata-ratapada sisi samping pada kedalaman 0,6mm
Gambar 18. Grafik pengaruh metodependingin terhadap keausan rata-ratapada sisi atas pada kedalaman 0,3 mm
Gambar 19. Grafik pengaruh metodependigin terhadap keausan rata-ratapada sisi atas pada kedalaman 0,6 mm
Dari gambar 16,17,18 dan 19pada keausan samping dan atas dapat
dianalisis bahwa metode pendingin,putaran mesin, dan kedalaman potongyang digunakan mempunyai pengaruhyang positif terhadap keausan, bahwasemakin besar putaran mesin dankedalaman potong maka akan semakinbesar keausannya sedangkan padametode pendingin yang pertama yaitudikucurkan memiliki nilai keausan yangpaling rendah, metode yang keduayaitu dikabutkan memiliki nilai keausanlebih tinggi dibanding dikucurkan, danjuga metode yang ketiga yaitu dikuasmemiliki nilai keausan yang palingtinggi diatas dari dikucurkan dandikabutkan. Yang artinya keausan yangpaling baik yaitu penggunaan metodependinginan dengan cara dikucurkan(metode 1).
D. PEMBAHASAN
Dari hasil analisa statistik yangtelah dilakukan dengan sofwareMINITAB versi 14, untuk masing-masing variabel pemotongan memangberpengaruh terhadap keausan pahatend mill. Dari data menunjukan bahwaharga p-value variabel putaran mesin,dan metode pendinginan berhargalebih kecil bila dibandingkan dengan = 0,05, artinya bahwa putaran mesindan metode pendinginan signifikan
berpengaruh terhadap keausan pahatend mill.
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
11/13
11
(Taufiq Rochim, 1993) bataskritis Keausan pahat dapat dikatakanaus jika keausannya berkisar diantara0,3 mm sampai 0,8 mm untuk pahatHss. Yang berarti jika keausan sudah
mencapai batas kritis maka pahatharus dilakukan pengasahan hal inidikarenakan agar gaya pemotongantidak terlalu tinggi dan mengakibatkanhasil proses end milling tidak bagus.Dari hasil pengujian untuk masing-masing metode pendinginanmenunjukan bahwa metode yangdigunakan mempunyai pengaruh yangpositif terhadap keausan sisi atas dansamping pahat, yaitu :
Dapat dilihat pada gambar 16, 17,18 dan 19 pada metodependinginan 1 (Dikucurkan)menunjukan rata-rata keausanpahat (VB) pada sisi samping danatas yang paling rendah, yaitudengan keausan rata-rata 0,015mm dan 0,01125 mm. Dalam hal inidikarenakan pada metode inivolume pelumasan danpendinginan terjadi secaramaksimal, sebagian besar volumecairan pendingin terkena langsungpada area pemotongan. Olehkarena itu pada metode initemperatur akan menurun danpemampatan geram yang terjadiakan mengecil, sehinggamenurunkan gaya potong dankeausan pahat dapat di perlambat.
Dapat dilihat pada gambar 16, 17,
18 dan 19 pada metodependinginan 2 (dikabutkan)menghasilkan keausan pahat padasisi samping dan atas yang cukupbagus, yaitu dengan keausan rata-rata 0,02125 mm dan 0,0175 mm.Dalam hal ini dikarenakan padametode ini volume pelumasan yangterjadi lebih rendah, karena volumecairan pendingin sebagian tidakberada pada sekitar area
pemotongan, sehingga kurangmampu menurunkan rasio
pemampatan geram., volumepartikel-partikel cairan pendinginkurang bisa masuk dalam daerahpemotongan. Sehingga dengankurangnya volume pelumasan yang
terjadi gaya potong akan menjadibesar dan keausan pahat akanmeningkat.
Dapat dilihat pada gambar 16, 17,18 dan 19 pada metodependinginan 3 (dikuas) menunjukanrata-rata keausan pahat pada sisisamping dan atas yang palingtinggi di bandingkan denganmetode pendingin yang lain, yaitudengan keausan rata-rata 0,0225
mm dan 0,02125 mm. Hal inidikarenakan pada metodependinginan dikuas volume cairanpendingin yang di berikan kurangmemberikan efek pelumasan danpendinginan karena terdapat jedapada saat pemberian cairanpendingin untuk pengolesanberikutnya, sehingga pahat dandaerah pemotongan mengalamikenaikan temperatur yangmengakibatkan kekuatan pahatmelemah sehingga pahat lebihmudah aus.
Pada variasi putaran mesinmempunyai pengaruh yang positifterhadap keausan sisi atas dansamping pahat end mill (gambar 16,17, 18 dan 19). Artinya semakin besarputaran mesin maka semakin besarpula keausan yang terjadi. Hal ini di
karenakan pada putaran mesin yangsemakin tinggi maka bidang gesekantara pahat dengan benda akansemakin besar sehinggamengakibatkan pahat lebih cepat aus.
Pada variasi kedalamanpemotongan mempunyai pengaruhyang positif terhadap keausan sisi atasdan sisi samping pahat end mil(gambar 16, 17, 18 dan 19 ). Artinyasemakin besar kedalaman potong
maka akan semakin besar keausanyang terjadi. Hal ini dikarenakan pada
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
12/13
12
kedalaman potong yang tinggi akanmengurangi kecepatan aliran geramkarena gesekan yang terjadi padapahat dan benda kerja semakin besar,sehingga mengkibatkan gaya potong
yang terjadi akan semakin besar danakibatnya pahat akan lebih cepat aus.
KESIMPULANDari pengamatan yang telah dilakukanmaka dapat disimpulkan sebagaiberikut :1. Semakin tinggi putaran mesin (n)
maka keausan yang terjadi semakinbesar, semakin besar kedalamanpemotongan maka semakin besar
keausan yang terjadi. Metodedikucurkan memiliki nilai keausanyang paling baik, kemudian di ikutipada metode dikabutkan dan dikuas.
2. Metode pendinginan dalam keausanpahat pada sisi atas dan sampingdari proses end milling yang palingbaik adalah metode pendinginandengan cara dikucurkan.
3. Kondisi pemotongan yang palingkecil keausannya untuk pahat padasisi atas dan sisi samping adalahpada putaran mesin (n) 800 rpm,kedalaman pemotongan (a) rendah0,3 mm, sedangkan pada kondisipemotongan yang paling besarkeausannya adalah pada putaranmesin 1250 rpm, kedalaman potongtinggi 0,6 mm, pada metodedikucurkan.
SaranDari penelitian yang talah dilakukanadapun saran yang perlu diperhatikanyaitu sebagai berikut :1. Pada saat proses end milling harus
benar-benar menjaga prosedurpengoperasian mesin, penempatanbenda kerja, agar tidakmempengaruhi kondisi hasil dariproses end milling.
2. Pada pemberian cairan pendinginharuslah dijaga betul kondisipendinginannya, harus tepat padatitik pemotongan dan juga harusteratur.
3. Penggunaan pahat harus
disesuaikan dengan kekerasanbenda kerja.
4. Penggunaan metode pendinginandalam proses end milling dengancara di kuas dan di kabutkan tidakdisarankan untuk dinggunakan padakondisi putaran tinggi dan padakedalaman potong yang besar,karena pada metode itu akan terjadikeausan dengan cepat dan akanterjadi patah pahat.
5. Gunakan prosedur keamanan padasaat pengoperasian mesin endmilling, agar kejadian yang fatal tidakterjadi.
-
7/24/2019 Naskah_publikasi freis
13/13
13
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, Drs. 2006, Mesin Perkakas Bengkel, Rineka cipta, Jakarta
Maryahyo, Eko. St,Msc, 2003, Mesin Perkakas Potong Logam, BayuMedia Publishng, Malang, Jawa Timur
Rochim, Taufiq, 1993, Teori dan Teknologi Proses Pemesinan,Laboratorium Teknik Produksi, FTI, Institut Teknologi Bandung
Smid, Peter. Arthur, R. Gill. F.Krar, steve, 2005, Technology Of MachineTools, Mc graw hill, newyork americas
Wahyudi, Dian, 2011, Studi Metode Pendingin Terhadap Kualitas HasilEnd Milling, Tugas Akhir s-1, UMS, Surakarta
Y.Su, An Experimental Investigation Of Effecs Of Cooling/lubricationConditions On Tool Wear In High Speed End Milling Of Ti-6Al-4V, Collegeof Mechanical and Electrical, Nanjing University Of Aeronautics andAstronautics, Nanjing 210016, PR china, 2006 Elsevier Ltd.