MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN
MUDHARABAH PADA BPRS HARTA INSAN KARIMAH
CILEDUG PERSPEKTIF ANALISIS SWOT
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
Irma Apriyanti
NIM : 1113046000158
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M
v
ABSTRAK
Irma Apriyanti, NIM 1113046000158. “Manajemen Risiko Pembiayaan
Musyarakah Dan Mudharabah Pada BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Perspektif Analisis SWOT”. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018,
xii+65 halaman+5 lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang diterapkan
BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dalam Pengelolaan Risiko Pembiayaan
Musyarakah dan Mudharabah, mengidentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang
dan Ancaman Manajemen Risiko dengan menggunakan analisis SWOT.
Metode penelitian yang diguanakan adalah analisis kualitatif deskriptif,
yang bertujuan untuk mengeksplorasi atau memotret situasi yang diteliti secara
menyeluruh, dan mendalam, serta menggambarkan sifat suatu keadaan yang
sedang berjalan pada saat penelitian dilakukan dengan mengumpulkan, menyusun,
dan mendeskripsikan berbagai data dan informasi yang aktual agar menemukan
jawaban dari permasalahan yang dibahas. Tehnik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi lapangan (field research) dan wawancara langsung
dengan Bagian Tim Lending BPRS Harta Insan Karimah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko pembiayaan musyarakah
dan mudharabah dipengaruhi oleh faktor internal BPRS Harta Insan Karimah
yaitu dari kurang nya sumber daya manusia, sistem pembiayaan yang lemah,
teknologi informasi terhadap nasabah, kebijakan prosedur. Faktor eksternal yaitu
nasabah yang tidak baik, melakukan penipuan atau manipulasi, usaha nasabah
yang mengalami penurunan. Strategi BPRS dalam manajemen risiko pembiayaan
sudah cukup efektif hal ini menunjukkan bahwa, BPRS Harta Insan Karimah
dapat menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yaitu dengan
memiliki legalitas dalam usaha, mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan
peluang yaitu meningkatnya kebutuhan jasa perbankan syariah, menggunakan
kekuatan untuk menghindari ancaman yaitu memiliki margin 1,3% lebih kecil
dibanding BPRS yang lain, meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman
yaitu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan memberikan pemahaman
tentang keuntungan perbankan syariah bagi nasabah.
Kata kunci: Manajemen Risiko, Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah, Analisis
SWOT
Pembimbing: Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A.
Dafrtar Pustaka: 1997 s.d. 2015
vi
ABSTRACT
Irma Apriyanti, NIM 1113046000158. "Risk Management Musyarakah
And Mudharabah Financing At BPRS Harta Insan Karimah Ciledug Perspective
SWOT Analysis". Syariah Economic Studies Program, Faculty of Economics and
Business, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, xii +
65 pages + 5 attachments.
This study aims to analyze the strategies adopted by BPRS Harta Insan
Karimah Ciledug in Musyarakah and Mudharabah Financing Risk Management,
identifying Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats of Risk
Management by using SWOT analysis.
The research method used is descriptive qualitative analysis, which aims
to explore or capture the situation thoroughly researched, and deeply, and
describes the nature of an ongoing state at the time of the research conducted by
collecting, compiling, and describing various data and information actual find
answers to the issues discussed. Data collection techniques used are field studies
(field research) and direct interviews with the Lending Team Section of BPRS
Harta Insan Karimah.
The results of this study indicate that the risk of musyarakah and
mudharabah financing is influenced by internal factors of BPRS Harta Insan
Karimah that is from lack of human resources, weak funding system, information
technology to customers, procedure policy. External factors that are not good
customers, fraud or manipulation, business customers who have decreased. The
BPRS strategy in financing risk management is quite effective. It shows that
BPRS Harta Insan Karimah can use the power to exploit opportunities by having
legality in the business, overcoming the weaknesses by exploiting opportunities,
namely the increasing need for sharia banking services, using the power to avoid
the threat of having margin 1.3% smaller than other BPRS, minimize the
weakness and avoid the threat of improving the quality of Human Resources and
provide an understanding of the benefits of Islamic banking for customers.
Keywords: Risk Management, Musyarakah Financing, Mudharabah, SWOT
Analysis
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke Hadirat Allah swt yang telah melimpahkan segala rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya
meskipun terdapat banyak kekurangan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi petunjuk
kepada umatnya menuju kehidupan yang bahagia fi al-dunya, wa al-akhirah.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang
terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat yang setinggi-tingginya dan
terima kasih setulus-tulusnya atas segala kepedulian mereka yang telah
memberikan berbagai bentuk bantuan baik berupa sapaan moril, kritik, masukan,
dorongan semangat, dukungan finansial, maupun sumbangan pemikiran dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A, Ketua Program Hukum Ekonomi Syariah
(Muamalat) Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak Dr. Abdurrauf, Lc.,
M.A, Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Supriyadi Ahmad, M.A, dosen pembimbing skripsi penulis,
yang sangat sabar dalam membimbing penulis dalam menulis skripsi
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Selain itu, berbagai
motivasi, ilmu, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis mendapatkan pelajaran berharga yang bermanfaat untuk
masa depan. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak berupa limpahan
rezeki dan keberkahan dunia dan akhirat.
4. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas
untuk mengadakan studi pustaka.
viii
5. Bapak Dr. Sofyan Rizal, S.E, M. Si, dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan nasehat dan waktu luangnya untuk berkonsultasi
mengenai masalah akademik selama penulis menjadi mahasiswa.
6. Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di
bangku kuliah.
7. Kedua orang tua penulis bapak Irwan (alm) dan Ibu Sadiah, dan adikku
tercinta Nova Dwiyanti dan juga orang tua asuh penulis yaitu keluarga
bapak Komarudin dan keluarga bapak Hexa yang telah memberikan do’a,
dukungan, semangat, rezeki dan rela mengorbankan waktu dan
keringatnya untuk membantu penulis dalam menjalani perkuliahan.
Semoga kebaikan baliau dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT berupa
keberkahan dunia dan akhirat.
8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak
yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga
Allah Swt membalas yang terbaik dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
seluruh masyarakat dan menyumbangkan aspirasi bagi perkembangan industri
keuangan syariah.
Jakarta, 21 Desember 2017
Penulis,
Irma Apriyanti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ...................iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
ABSTRACK ............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................8
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah .......................................9
1. Pembatasan Masalah ............................................................9
2. Perumusan Masalah .............................................................9
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................10
1. Tujuan Penelitian .................................................................10
2. Manfaat Penelitian ...............................................................10
E. Sistematika Penulisan ................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................12
TENTANG MANAJEMEN RISIKO, PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH, PEMBIAYAAN MUDHARABAH, DAN
ANALISIS SWOT
A. Kerangka Teori dan Konsep ....................................................12
B. Kajian Teoretis Tentang Manajemen Risiko ...........................14
x
C. Jenis-jenis Risiko ....................................................................15
D. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah .........................19
E. Manajemen Risiko Pembiayaan Mudharabah ........................22
F. BPRS .......................................................................................25
G. Analisis SWOT .......................................................................26
H. Review Studi Terdahulu ..........................................................30
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................33
A. Jenis Penelitian .......................................................................33
B. Jenis Dan Sumber Data ..........................................................33
C. Teknik Pengumpulan Data .....................................................35
D. Teknik Analisis Data ..............................................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................37
A. Gambaran Umum BPRS Harta Insan Karimah .......................37
1. Sejarah Berdirinya .............................................................37
2. Profil Umum ......................................................................38
3. Visi dan Misi .....................................................................39
4. Produk-produk ...................................................................40
5. Prosedur pembiayaan ........................................................44
6. Struktur Organisasi ............................................................46
B. Implementasi Pembiayaan dengan Akad Musyarakah dan
Mudharabah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug .............47
C. Implementasi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan
Musyarakah dan Mudharabah Di BPRS Harta Insan Karimah
Ciledug ....................................................................................48
D. Dampak Implementasi Manajemen Risiko pada Pembiayaan
Musyarakah dan Mudharabah Dengan Analisis SWOT .........54
E. Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................54
F. Analisis SWOT Tentang Manajemen Risiko BPRS Harta Insan
Karimah Ciledug .....................................................................56
xi
BAB V PENUTUP ....................................................................................57
A. Kesimpulan .............................................................................57
B. Saran ........................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................61
LAMPIRAN ..........................................................................................................66
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Laporan neraca BPRS HIK per Desember 2013-Desember
2016.......................................................................................................6
Tabel 2 Perhitungan Rasio Non Perfoming Financing (NPF) Pembiayaan
Musyarakah per Desember 2013-Desember 2016.................................6
Tabel 3 Perhitungan Rasio Non Perfoming Financing (NPF) Pembiayaan
Mudharabah per Desember 2013-Desember 2016 ................................7
Tabel 4 Matrik SWOT .......................................................................................29
Tabel 5 Matrik SWOT BPRS Harta Insan Karimah ..........................................56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian suatu negara dipengaruhi kondisi industri
pendukung. BPRS merupakan salah satu industri perbankan yang sangat berperan
dalam mendukung perkembangan ekonomi, yaitu menghimpun dan menyalurkan
dana. Penyaluran dana dalam bentuk kredit akan meningkatkan perkembangan
industri pada sektor riil yang mendukung pertumbuhan perekonomian negara dan
mengurangi tingkat pengangguran.1
Kondisi saat ini bahwa bank syariah bukan lagi menjadi alternatif yang
bersifat pelengkap tetapi bank syariah merupakan industri pilihan. Keunggulannya
dengan prinsip syariah yang menafikan sistem bunga telah menjadikan bank
syariah eksis.2
Salah satu bank yang menjalankan prinsip syariah adalah BPRS
(Bank Pengkreditan Rakyat Syariah).
Dasar hukum dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ini mengacu pada
peraturan Bank Indonesia No. 11/23/PBI/2009 yaitu Bank Pembiyaan Rakyat
Syariah sebagai salah satu lembaga kepercayaan masyarakat yang kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah, dituntut agar selalu dapat mengemban
amanah dari pemilik dana dengan cara menyalurkannya untuk usaha produktif
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.3
Sebagai sistem hidup yang sempurna islam menginginkan pada umatnya agar
dalam melakukan kegiatan ekonomi harus berpedoman dengan Al-quran. Sebagai
diketahui bahwa, riba itu dilarang keberadaannya berdasarkan nash Al-quran
karena dampak yang timbul dari pengambilan riba tersebut, begitu juga dengan
1
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 2: Mengidentifikasi Risiko Likuiditas,
Reputasi, Hukum, Kepatuhan, dan Strategik Bank, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012),
h. 3
h. 217
2 A. Irwan Amin, Perbankan syariah di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009), cet. Ke-1,
3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 Tentang “Bank Pembiayaan Rakyat
syariah”, h. 1
2
bunga bank yang di tetapkan oleh bank-bank konvesional.4
BPRS merupakan
lembaga keuangan yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi yang sesuai
dengan prinsip syariah.
BPRS merupakan salah satu lembaga keuangan syariah baik makro maupun
mikro adalah mendistribusikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit (kekurangan dalam kas keuangan)
unit.5
Selain itu pembiayaan atau Financing merupakan bagian terbesar dari
aktiva (harta atau kekayaan) bank, karena pembiayaan merupakan aktifitas utama
dari usaha perbankan. Dengan demikian, bagi hasil atau keuntungan jual beli yang
merupakan instrumen pembiayaan perbankan syariah merupakan sumber
pendapatan yang dominan.
Dalam dunia perbankan yang dinamakan pembiayaan merupakan hal yang
sensitif dan rawan karena mengandung risiko besar. Karena dalam setiap kegiatan
bisnis atau usaha selalu ada risiko, maka dengan kemitraan diharapkan risiko yang
besar dapat ditanggung bersama (Risk sharing). Tentunya pihak-pihak yang
bermitra akan menanggung risiko secara proposional sesuai dengan besarnya
modal dan keuntungan yang diperoleh.
Konsep ideal pembiayaan pada dunia perbankan praktiknya belum
diselenggarakan secara ideal oleh bank-bank Islam di Indonesia. Menurut Zainul
Arifin, ada 5 (lima) praktik perbankan syariah yang masih jauh dari konsep ideal
bank syariah. Pertama, terlalu memusatkan pada mekanisme murabahah dan
mengabaikan mekanisme pembiayaan sah lainnya. Kedua, menerapkan tingkat
bunga untuk margin keuntungan tetap dalam mekanisme murabahah. Ketiga,
mengabaikan aspek-aspek sosial dalam pembiayaan. Keempat, kurang memberi
4 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), cet. 1 h. 4 5
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), cet. Ke-1, h. 160
3
respon tambah pada kebutuhan-kebutuhan pembiayaan pemerintah. Kelima,
kegagalan bank-bank Islam dalam menjalin kerja sama antara mereka6
Dalam menjalankan operasinya, bank syariah tidak mengenal konsep bunga
uang dan tidak mengenal peminjaman uang tetapi menerapkan
kemitraan/kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil.
Sementara peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa
adanya imbalan apapun, sehingga dalam operasinya dikenal beberapa produk
bank syariah antara lain produk dengan prinsip mudharabah dan musyarakah.
Prinsip mudharabah dilakukan dengan menyepakati nisbah bagi haasil atas
keuntungan yang akan diperoleh sedangkan kerugian yang timbul menjadi risiko
pemilik dana sepanjang tidak ada bukti bahwa pihak pengelola tidak melakukan
kecurangan. Prinsip musyarakah adalah perjanjian antar pihak untuk menyertakan
modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau
kerugian sesuai nisbah yang disepakati.7
Musyarakah yaitu pembiayaan kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.8
Dalam meningkatkan efektifitas bisnisnya, lembaga keuangan syariah
biasanya memiliki beragam jenis pembiayaan yang salah satunya adalah
pembiayaan musyarakah. Musyarakah merupakan akad kerjasama antara pemilik
modal yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan.
Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai
suatu usaha tertentu dan bekerja sama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada
harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama
6 Zainul Arifin, Bagaimana Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, tantangan dan
Prospek: 2000, Dikutip oleh Amir Machmud dan H. Rukmana Bank Syariah (Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama, 2010), h. 28-29 7 Sunarto Zulkifli, Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), h. 51 8
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006) cet. 3 h. 102
4
sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada
pihak lain tanpa seizin mitra yang lainnya.9
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di
mana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal (100%),
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.10
Dalam dunia perbankan, khususnya dalam hal pembiayaan yang dilakukan
kepada nasabah pasti terdapat berbagai kendala dan masalah yang dihadapi.
Hambatan atau kendala tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis yang akan
dihadapi sebuah organisasi, termasuk perbankan dalam mencapai suatu tujuan.
Bank, sebagaimana lembaga keuangan atau perusahaan umumnya dalam
menjalankan kegiatan guna mendapatkan hasil usaha (return) selalu dihadapkan
kepada risiko. Risiko yang mungkin dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu,
bank harus mengerti dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.11
Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup
identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam
kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan. Manajemen risiko berkaitan erat
dengan fungsi perusahaan lainnya (yaitu dengan fungsi: akunting, keuangan,
marketing, produk personalia. (Engeenering dan maintenance), karena bagian-
bagian itu ada yang menciptakan risiko dan ada yang menjalankan sebagai fungsi
manajemen risiko.
9
Sri Nurhayati & Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2011), cet. Ke-2, h. 142 10
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani, 2007), h. 95 11
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel
dasn Peraturan Bank Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h.6
5
Manajemen risiko merupakan suatu cara, metode, atau ilmu pengetahuan
yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana itu terjadi dan mengelola
risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari kerugian.12
Risiko dalam sudut
pandang bank didefinisikan sebagai peluang dari kemungkinan terjadinya situasi
yang memburuk (bad out com). Definisi ini mengandung pengertian bahwa risk
hanya berkaitan dengan situasi dimana suatu negatif out come dapat setiap saat
terjadi dan bahwa kemungkinan atas terjadinya kejadian itu dapat diperkirakan.
Industri perbankan merupakan industri terdepan dalam penerapan manajemen
risiko. Dapat dikatakan industri inilah yang melahirkan konsep manajemen risiko
untuk kemudian diadopsi dan diterapkan pada industri lain.13
Untuk menghindari kredit macet atau wanprestasi dari pembiayaan
musyarakah dan mudharabah maka bank tersebut harus mempunyai manajemen
risiko yang baik. Untuk mengantisipasi berbagai risiko tersebut, maka diperlukan
adanya suatu pengelolaan risiko atau sering disebut sebagai manajemen risiko.
Manajemen risiko akhir-akhir ini menjadi bagian pertimbangan dari bisnis yang
tidak dapat dihindarkan.
Peranan manajemen risiko sebagai partner dari unit bisnis dalam mencapai
target usaha bank menjadi semakin penting, dimana bisnis bank dijalankan dalam
koridor risiko yang tetap terkendali. Penerapan manajemen risiko yang tertib pada
setiap bank pada akhirnya akan membantu proses penciptaan industri perbankan
yang semakin sehat. Lingkungan internal dan eksternal perbankan yang
berkembang pesat disertai dengan risiko kegiatan usaha bank yang semakin
kompleks, menuntut bank menerapkan manajemen risiko secara disiplin dan
konsisten.14
BPR Syariah yang memiliki kontribusi cukup besar bagi perekonomian
masyarakat Indonesia, khususnya pada usaha mikro, kecil dan menengah
menjadikan BPR Syariah mendapatkan kemajuan yang cukup signifikan pada segi
12 Syarfi Ayat, Manajemen Risiko, (Jakarta: Gema Akastri, 2003), h.1 13 Fahmi Basyaib, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT.a Raja Grafindo, 2007) h. 1-2 14
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 1: Mengidentifikasi Risiko Pasar,
Operasional, dan Kredit Bank, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 26
6
pendanaannya. Produk funding (seperti tabungan dan deposito) merupakan salah
satu yang digunakan oleh BPR Syariah sebagai penunjang prestasi dalam
penyaluran dana seperti pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah
yang disalurkan ke masyarakat dengan sistem bagi hasil. Sehingga penulis tertarik
untuk melakukan penelitian pada BPRS yang memang betul-betul merealisasikan
dananya pada sektor riil.
Tabel 1. Laporan neraca BPRS HIK per Desember 2013-Desember 2016
(dalam ribuan rupiah)
PEMBIAYAAN DES 2013 DES 2014 DES 2015 DES 2016
MUSYARAKAH 122.006.348 160.107.126 185,392,234 203.890.248
MUDHARABAH 665.000 665.000 950.000 950.000
Tabel 2. Perhitungan Rasio Non Perfoming Financing (NPF) Pembiayaan
Musyarakah per Desember 2013-Desember 2016 (dalam ribuan rupiah)
PEMBIAYAAN
TAHUN
PEMBIAYAAN
TOTAL PEMBIAYAAN
NPF
(KL)
(D)
(M)
MUSYARAKAH
2013
-
-
6,063,635
122,671,348
0,5%
2014
-
4,500
7,054,736
160,107,126
0,4%
2015
-
33,267
8,479,825
185,392,234
0,2%
2016
4,471,968
1,428,429
68,094,397
203,890,248
36%
7
Tabel 3. Perhitungan Rasio Non Perfoming Financing (NPF) Pembiayaan
Mudharabah per Desember 2013-Desember 2016 (dalam ribuan rupiah)
PEMBIAYAAN
TAHUN PEMBIAYAAN TOTAL
PEMBIAYAAN
NPF (KL) (D) (M)
MUDHARABAH
2013
-
-
-
665,000
-
2014
-
-
-
665,000
-
2015
-
-
-
950,000
-
2016
-
-
450,000
950,000
0,47%
Dari tabel diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pembiayaan musyarakah
yang paling besar pada tahun 2016, sedangkan pembiayaan mudharabah lebih
kecil dibanding pembiayaan musyarakah. Ini adalah bukti pembiayaan
musyarakah yang paling banyak diminati atau banyak yang menggunakan
pembiayaan ini, sedangkan pembiayaan mudharabah selalu lebih kecil jauh
dibandingkan dengan pembiayaan musyarakah. Ada kemungkinan pembiayaan
mudharabah mengalami tingkat pembiayaan macet yang lebih besar dari pada
pembiayaan musyarakah, ada pun risiko dari pihak nasabah yang menggunakan
dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.
Dilihat dari data Laporan Keuangan Publikasi Triwulan BPRS Harta Insan
Karimah Ciledug pada bulan Desember tahun 2016 terdapat pembiayaan
musyarakah yang Kurang Lancar (KL) sebesar Rp 4.471.968, Diragukan (D)
sebesar Rp 1.428.429, dan Macet (M) sebesar Rp 68.094.397 maka dari data
diatas bahwa di BPRS Harta Insan Karimah banyak yang menggunakan
pembiayaan ini akan tetapi tidak lepas dari risiko, pembiayaan musyarakah masih
tinggi tingkat risiko nya. Nilai tertinggi pada pembiayaan musyarakah yang macet
yaitu mencapai Rp 68.094.397. Dan diperoleh Rasio Non Perfoming Financing
(NPF) dari pembiayaan tersebut sebesar 24,98% ini menunjukkan angka
pembiayaan berisiko tinggi.
8
Dalam penelitian ini, penganalisaan manajemen risiko yang akan diterapkan
adalah dengan analisis matrik SWOT yang merupakan alat ukur untuk
mencocokkan strategi yang penting sehingga dapat membantu pihak BPRS
mengembangkan empat tipe strategi : SO (Kekuatan dan Peluang), WO
(kelemahan dan peluang), WT (Kelemahan dan Ancaman) dan ST (Kekuatan dan
Ancaman).15
Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam serta
menganalisis manajemen risiko pembiayaan berakad musyarakah dengan
pembiayaan berakad mudharabah apakah sama-sama mempunyai tingkat risiko
yang sama atau salah satu nya ada yang lebih besar pada BPRS HIK, oleh karena
itu penulis mengadakan kajian khusus dalam skripsi dengan judul :
“MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN
MUDHARABAH PADA BPRS HARTA INSAN KARIMAH CILEDUG
PERSPEKTIF ANALISIS SWOT”
B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini, peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Tingkat NPF (Net Perfoming Financing) atau kredit macet pada BPRS
Harta Insan Karimah sangat tinggi.
2. Strategi manajemen risiko yang digunakan BPRS belum maksimal yang
mengakibatkan tingkat NPF tinggi dan berpengaruh pada pembiyaan
bermasalah.
3. Dikarenakan banyak pembiayaan bermasalah perlu adanya identifikasi
pada faktor yang menentukan Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman pada BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dengan menggunakan
analisis SWOT.
15 David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep, Edisi 10, Penerjemah Ichsan Setyo
Budi(Jakarta: Salemba Empat, 1997), h. 284
9
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penulisan karya tulis ini, sebagai berikut:
1. Manajemen risiko dibatasi pada proses pengelolaan risiko yang mencakup
identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam
kelangsungan usaha atau aktifitas perusahaan
2. Pembiayaan musyarakah dibatasi pada akad musyarakah tercipta dengan cara
kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari
mereka memberikan modal bersama, lalu mereka pun sepakat berbagi
keuntungan dan kerugian.
3. Pembiayaan mudharabah dibatasi pada bentuk kerja sama antara dua pihak
atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul mal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan satu perjanjian
pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan
kontribusi 100% modal kas dari shohibul mal dan keahlian dari mudharib.16
4. Objek penelitian hanya di BPRS Harta Insan Karimah yang beralamat di Jl.
Ciledug Raya Np. 88D, Cipadu Larangan Tangerang 15155
5. Data yang diteliti dibatasi pada Desember 2013 s/d Desember 2016 karena
data-data pada kurun waktu tersebut termasuk lengkap
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka penulis memberikan
beberapa perumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi pembiayaan dengan akad musyarakah dan
mudharabah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug?
2. Bagaimana implementasi manajemen risiko pada pembiayaan akad
musyarakah dan mudharabah di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug?
3. Bagaimana dampak implementasi manajemen risiko pada pembiayaan akad
musyarakah dan mudharabah dengan analisis SWOT?
16 Ir. Adiwarman A. Karim, “Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan). Jakarta: PT
Rajagrafindo. h. 103
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarlan dari pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas,
maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menganalisis strategi yang diterapkan BPRS Harta Insan Karimah dalam
pengelolaan risiko pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah.
2. Membandingkan manajemen risiko pembiayaan akad musyarakah dengan
akad mudharabah pada BPRS Harta Insan Karimah.
3. Mengidentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman manajemen
risiko BPRS Harta Insan Karimah dengan melakukan analisis SWOT.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
bagi pihak-pihak terkait, diantaranya dalah sebagai berikut:
a. Bagi dunia akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan
sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai bagaimana perbandingan
manajemen risiko pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah pada BPRS
Harta Insan Karimah sehingga masyarakat dapat terbantu mengetahui
risiko mana yang lebih kecil diantara pembiayaan Musyarakah dan
Mudharabah.
E. Sistematika Penulisan
Adapun tehnik penulisan dalam skripsi ini adalah menggunakan buku “
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ”. penulis menyusun lima bab uraian, dimana setiap bab memiliki sub-sub
untuk melengkapi penulisan sebagai berikut :
BAB I, merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan
pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global skripsi
yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
11
masalah, rumusan masalah, tujuan enelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, kerangka teori dan konsep, review studi terdahulu, serta sistematika
penulisan.
BAB II, pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori dasar dari
penelitian. Pemaparan ini dimaksud untuk memberitahu pembaca bahwa
penelitian ini memiliki landasan awal. Sehingga pembaca mengetahui landasan
teori penelitian ini. Landasan teori berisi tentang manajemen risiko, pembiayaan
musyarakah, pembiayaan mudharabah dan analisis SWOT.
BAB III, dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang gambaran
umum dari objek penelitian yaitu, sejarah berdirinya, profil umum, visi dan misi,
produk-produknya, stuktur organisasi.
BAB IV, dalam bab ini penulis akan memaparkan seluruh hasil yang
berkaitan dengan penelitian. Penulis akan memberikan berbagai macam jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
BAB V, merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari
rangkaian pembahasan dan beberapa saran dari bab sebelumnya yang kemudian
diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
TENTANG MANAJEMEN RISIKO, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH,
PEMBIAYAAN MUDHARABAH, DAN ANALISIS SWOT
A. Kerangka Teori dan Konsep
1. Pengertian Risiko
Risiko merupakan suatu ancaman atau kemungkinan suatu
tindakan/kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan
tujuan yang ingin dicapai.1
Risiko dalam konteks perbankan adalah suatu
kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang
tidak diperkirakan (unticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan
dan permodalan bank.2
Risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak
lawan (counterparty) memenuhi kewajiban. Risiko pembiayaan dapat
bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan
(penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan yang
tercatat dalan banking book maupun trading book.3
2. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol
keuangan dari risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah
perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian
pada perusahaan. Manajemen risiko juga nerupakan cara dalam
mengorganisasikan suatu risiko yang akan dihadapi, baik sudah diketahui
maupun yang belum diketahui atau yang tidak terpikirkan, yaitu dengan
memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek
1 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2008), h.4 2
Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 793 3
Veithzal Rivai, Islamic Finance Management: Teori, Konsep dan Aplikasi: Pandusn Praktis
untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008) h. 633
13
negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko
tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu pendekatan terstruktur
dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Oleh
karena itu, melalui manajemen risiko, kerugian yang ditimbulkan dari
ketidakpastian dapat dikurangi, bahkan dihilangkan.4
Manajemen risiko merupakan metode yang tersusun secara logis dan
sistematis dari suatu rangkaian kegiatan, seperti penetapan konteks,
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, serta komunikasi risiko. Proses
ini dapat diterapkan pada semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk,
ataupun aset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika
diterapkan sejak awal kegiatan. Sekalipun demikian, manajemen risiko sering
dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan. Tujuan
manajemen risiko adalah minimalisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Pada dasarnya, manajemen risiko bersifat
pencegahan terhadap terjadinya kerugian ataupun “accident”.5
4 Setia Mulyawan, Manajemen Risiko (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), cet. Ke-1, h. 45-46 5
Setia Mulyawan, Manajemen Risiko, h. 46
14
Kerangka Konsep
Melakukan Analisis Manajemen Risiko
Akad Pembiayaan Musyarakah dan
Mudharabah melalui wawancara langsung
dengan pihak pembiayaan
Strategi Penyelesaian Risiko pembiayaan
musyarakah dan mudharabah
Analisis SWOT
Kesimpulan dan saran
B. Kajian Teoretis Tentang Manajemen Risiko
1. Pengertian Risiko
Risiko adalah ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas
kepastiannya. Bank yang memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi
wajib menerapkan manajemen risiko untuk seluruh jenis risiko. Bank yang tidak
memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi wajib menerapkan
manajemen risiko sekurang-kurangnya untuk 4 (empat) jenis risiko.
Risiko dapat diartikan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau
kehancuran. Lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari keinginan. Risiko berhubungan
15
dengan ketidakpastian (uncertainly)6, ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Fokus manajemen risiko adalah mengenal dengan pasti risiko dan mengambil
tindakan yang tepat untuk mencegah makin besarnya risiko yang dapat diterima.
Hal ini berkaitan dengan risk event yang terjadi dalam sebuah aktivitas, yaitu
peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko bank dari kejadian internal maupun
eksternal. Kejadian internal yang dimaksud adalah kejadian yang bersumber dari
dalam institusi itu sendiri, seperti kesalahan sistem manusia dan kesalahan
prosedur. Kejadian internal pada dasarnya bisa dicegah agar tidak terjadi.
Sebaliknya, kejadian eksternal adalah kejadian yang bersumber dari luar dan tidak
mungkin dapat dihindari.7
C. Jenis-jenis Risiko
Keragaman jenis risiko menyebabkan sulitnya mengidentifikasi seluruh risiko
dalam perusahaan, apalagi mengklarifikasinya. Manajemen risiko yang dianggap
paling maju adalah pada industri perbankan. Banyak teori yang tersedia untuk
mendefinisikan jenis-jenis risiko dalam menjalankan bisnis perbankan.
Pemahaman umum mengenai masing-masing kategori risiko sangat penting
sehingga para manager, pelaksanaan (Risk Taker), dan bagian pengawasan dapat
berdiskusi tentang masalah-masalah umum yang secara alami terjadi dari berbagai
eksposur risiko.8
Risiko itu sendiri tidak harus selalu dihindari pada semua
keadaan, namun semestinya dikelola secara baik tanpa harus mengurangi hasil
yang ingin dicapai. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat
kepada bank dalam menghasilkan laba yang atraktif. Agar manfaat tersebut dapat
terwujud, para pengambil keputusan harus mengerti tentang risiko dan
pengolalaannya.
6 Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko Konsep, Kasus, dan Implementasi, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2007), h. 1 7
Ferry N. Indroes & Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan-Pemahaman Pendekatan
Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2008), h. 8 8
Ferry N Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakata Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 21
16
Risiko yang dihadapi oleh bank dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu risiko financial dan nonfinancial. Risiko financial selanjutnya dibagi
mmenjadi risiko pasar dan risiko kredit, sedangkan risiko nonfinancial
diantaranya risiko operasional, risiko regulator, dan risiko hukum.9
Kejadian
risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang
terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu, kerugian memiliki arti
kerugian yang diakibatkan kejadian risiko secara langsung maupun tidak
langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian financial maupun kerugian
nonfinancial.
Jenis-jenis risiko yang dihadapi bank adalah sebagai berikut10
:
a. Risiko Kredit
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak
peminjam tidak dapat atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar
kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau
sesudahnya. Risiko kredit bagi perbankan merupakan risiko yang paling penting
dan dominan. Lain halnya dengan perusahaan bukan bank, apalagi bukan lembaga
keuangan. “risiko kredit adalah risiko ketika debitur atau nasabah secara kredit
tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti yang tertuang
dalam kesepakatan.11
Risiko kredit bisa muncul dalam banking book dan trading book bank.12
Dalam banking book, risiko kredit muncul pada saat nasabah gagal memenuhi
kewajiban untuk membayar utangnya secara penuh pada saat waktu yang telah
disepakati. Adapun risiko kredit dalam trading book, juga muncul akibat
ketidakmampuan atau ketidakmauan nasabah untuk memenuhi kewajiban yang
tertuang dalam kontrak.
9 Tariqullah Khan, Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 11 10
Ferry N Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 54-55 11
Bramantyo Djohanaputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, (Jakarta: PPM,
2006), h. 36 12
Ikhwab Abidin Basri, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, h. 12
17
b. Risiko Pasar
Risiko pasar didefinisikan sebagai risiko kerugian pada posisi neraca serta
pencatatan tagihan dan kewajiban diluar neraca (on-and off-balance sheet) yang
timbul dari pergerakan harga pasar (market princes). Risiko pasar melekat pada
instumen dan asset yang diperdagangkan.
Risiko pasar bisa muncul dari sumber-sumber mikro maupun makro. Risiko
pasar sistematik merupakan hasil dari seluruh perubahan harga dan kebijakan
dalam perekonomian. Sedangkan risikopasar non sistematik muncul ketika harga
asset atau instrumen yang spesifik mengalami perubahan akibat suatu peristiwa
yang mempengaruhi instrumen dan asset.
c. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan dengan jelas,
risiko ini bisa muncul akibat kesalahan dan kecelakaan yang bersifat manusiawi
ataupun tekhnis. Ini merupakan risiko kerugian yang secara langsung maupun
tidak langsung dihasilkan oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses internal,
faktor manusia, teknologi atau akibat faktor-faktor eksternal.
d. Risiko Likuiditas
Risiko yang antara lain disebabkan oleh bank tidak mampu memenuhi
kewajibannya yang telah jatuh tempo. Jika suatu bank memiliki model bisnis yang
lebih rumit, biasanya sejalan dengan skala usaha yang semakin besae dari bank
yang dimaksud, maka Bank Indonesia akan meminta bank tersebut untuk
mengatur: risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategi, dan risiko kepatuhan.
e. Risiko Hukum
Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, kelemahan
aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti
tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.
Risiko hukum berhubungan dengan risiko tidak terlaksananya kontrak. Risiko
hukum terkait dengan masalah undang-undang legislasi, dan regulasi yang dapat
memengaruhi pemenuhan kontrak atau transaksi. Risiko hukum bisa datang dari
faktor eksternal (seperti regulasi yang memengaruhi aktifitas bisnis tertentu)
18
ataupun faktor internal, yaitu terkait dengan manajemen atau pegawai bank
(seperti penyelewengan, pelanggaran hukum dan regulasi, dan lain-lain). Risiko
hukum bisa juga dikategorikan sebagai bagian dari risiko operasional (BCBS,
2001a). Adapun risiko regulator muncul akibat adanya perubahan kerangka
regulasi di suatu negara.13
f. Risiko Strategi
Risiko strategi adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka
panjang yang dibuat oleh senior yang terkait dengan keputusan bisnis jangka
panjang yang dibuat oleh senior bank. Risiko ini dapat juga dikaitkan dengan
implementasi dari strategi-strategi mereka.
g. Risiko Reputasional
Risiko reputasional (reputational risk) adalah risiko kerusakan potensial pada
suatu perusahaan yang dihasilkan oleh opini publik yang negatif.
h. Risiko Kepatuhan
Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
Setiap kegiatan pembiayaan pasti menyimpan risiko, diantaranya risiko
likuiditas yang terjadi apabila ada penarikan besar yang dilakukan oleh mitra
pembiayaan dalam jangka waktu tertentu; risiko operasional yang terkait dengan
human error dan teknologi; risiko hukum yang terjadi apabila pembiayaan
bermasalah membutuhkan penyelesaian dengan jalur hukum; risiko reputasi yang
terjadi apabila kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan mikro tidak
melakukan perencanaan secara matang; dan yang paling sering terjadi risiko
pembiayaan yang terjadi apabila lembaga keuangan mikro tidak dapat
menganalisis pembiayaan.14
Lain halnya dengan manajemen risiko perbankan syariah. Perbankan syariah
memiliki keunikan tersendiri dalam pengelola risiko, perbankan syariah tidak
hanya tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan
13 Ikhwan Abidin Basri, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, h. 14 14
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 51
19
Bank Indonesia tetapu juga harus tunduk oleh peraturan fiqh muamalat, dalam hal
ini diatur dalam peraturan Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI).
D. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah
Pemahaman tentang manajemen risiko pembiayaan akan dapat dipahami,
apabila terlebih dahulu memahami definisi dari masing-masing kata yang terkait
di dalamnya, yaitu manajemen, risiko, dan pembiayaan. Menurut Kamus
Manajemen, arti manajemen ialah proses menggerakkan tenaga manusia, modal,
dan peralatan lainnya secara terpadu untuk mencapai sasaran atau tujuan
tertentu.15
Manajemen dalam artian mengatur segala sesuatu yang dilakukan dengan
baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan ajaran islam.16
manajemen
risiko didefinisikan sebagai “suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi,
kuantifikasi, ,menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan
pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses”. 17
Manajemen risiko berkaitan erat ddengan fungsi perusahaan lainnya (yaitu
dengan fungsi: akunting, keuangan, marketing, produksi, personalia, emgineering
dan maintenance), karena bagian-bagian itu ada yang menciptakan risiko dan ada
yang menjalankan sebagian fungsi manajemen risiko.18
Pembiayaan oleh Vithzal Rifai diartiakan sebagai kepercayaan (trust), berarti
lembaga pembiayaan selaku shahibul mal manaruh kepercayaan kepada seseorang
untuk melaksanakan amanah yang diberikan.19
Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan
counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, risiko
pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan
15 B. N Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 2003), h. 155 16
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta:
Gema Insani, 2003), h. 1 17
Ferry N. Indroes & sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan-Pemahaman Pendekatan
Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di Indonesia, h. 5 18 Drs. Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 7 19
Veithzal Rifai, dkk. Islamic Management. (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 3
20
korporasi.20
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa risiko pembiayaan
adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian atau kegagalan dalam
membayar cicilan pokok maupun porsi keuntungan. Setiap bisnis sudah pasti akan
berhadapan dengan berbagai risiko sehingga tidak ada suatu bisnis yang tidak ada
risiko, dan disinilah peran perusahaan untuk memperkecil atau bahkan
menghindari risiko dengan berbagai rambu yang dipersiapkan sebelumnya.
Risiko kredit/risiko pembiayaan adalah risiko dari kemungkinan terjadinya
kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan
bank kepada debitur maupun lawan transaksi (counterparty) lainnya. Dalam
mengendalikan risiko kredit, bank dapat menerapkan sejumlah teknik dan
kebijakan yang berbeda-beda. Hal ini ditujukan untuk menekan serendah mungkin
kemungkinan atau konsekuensi dari terjadinya kerugian akibat gagal kredit (credit
loss).21
Meskipun unsur pokok dari manajemen risiko meliputi identifikasi,
mengukur, memonitor dan mengelola berbagai eksposur risiko, namun semua
sistem yang jelas.22
Keseluruhan proses manajemen risiko ini harus meliputi
seluruh departemen atau divisi kerja dalam lembaga sehingga terciptanya budaya
manajemen risiko.
Musyarakah dari kata syirkah disebut juga syirkah yang artinya akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatau usaha tertentu dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi kontribusi
dana atau kesepakatan bersama.23
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja
sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.
Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara
20
Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013), h. 260-261 21
Masyhud Ali, Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 27-28 22
Ikhwan Abidin Basri, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), cet pertama, h. 17 23
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 90
21
bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud
maupun tidak berwujud.
1. Dasar Hukum Pembiayaan Musyarakah
Sejak jaman Rasulullah sampai jaman modern ini praktek akad musyarakah
berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunah sebagai rujukan. Jadi pelaksanaannya tidak
bertentangan dengan syariat islam. Di dalam A-Qur’an dan As-Sunah sudah
diterangkan tentang kegiatan bermuamalah.
a. Al-Qur’an :
..
“... maka mereka berserikat pada sepertiga...”(Q.S. An-Nisa: 12).24
“ dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yanglain kecuali orang
yangberiman dan mengerjakan amal saleh.”(Q.S. Shaad: 24).25
Kedua ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah SWT akan
adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam surah An-Nisa:
12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr) karena waris, sedangkan dalam
surah Shaad: 24 terjadi atas dasar akad (ikhtiyari).26
24 Al-Qur’an Surat An-Nisa: 12 25 Al-Qur’an Surat Shaad: 24 26
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2007), h. 91
22
b. Hadist :
عه أ بى هر ير ة ر فعه قا : ل إ ن هللا يقى ل أ وا ثا نث ا نشر يكيه ام نم يخه أ حد هما صا حبه فإ ذ ا اخ وه
خر جت مه بيىهما .
Dari Abu Hurairah, dia memarfu’kan hadis ini pada Nabi, bahwa Allah
berfirman: “ Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah
satu pihak tidak mengkhianati pihak lain. Dan jika salah satu berkhianat maka
Aku keluar dari perserikatan mereka.” (HR. Abu Daud, dalam kitab Al-Buyu no.
3385).
Dari hadist di atas menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hamba-Nya
yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung kebersamaan dan
menjauhi pengkhianatan.
E. Manajemen Risiko Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shohibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini
menegaskan kerja sama dalam perpaduan kontribusi 100% modal kas dari
shohibul maal dan keahlian mudharib.
Dalam pembiayaan mudharabah (bagi hasil) ada beberapa hal yang perlu
dipethatikan oleh kedua belah pihk, yaitu: (1) nisbah bagi hasil yang disepakati;
dan (2) tingkat keuntungan aktual bisnis yang didapat. Oleh karena itu, bank
sebagai pihak yang memiliki dana akan melakukan perhitungan nisbah yang akan
dijadikan kesepakatan pembagian pendapatan.27
1. Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah
Secara umum, dasar mudharabah adalah lebih mencerminkan menganjurkan
kegiatan usaha. Hal ini kita bisa melihat dalam Al-Qur’an dan hadist di bawah ini:
27
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), h. 109-110
23
a. Al-Qur’an
“ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (Q.S. Jumu’ah: 10).28
Ayat di atas menyatakan “ lalu apabila telah ditunaikan shalat, maka jika
kamu mau, maka bertebarlah kamu di muka bumi untuk tujuan apapun yang
dibenarkan Allah, karena karunia Allah sangat banyak dan tidak mungkin kamu
dapat mengambil seluruhnya, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya jangan
sampai kesungguhan kamu mencari karunia-Nya itu melengahkan kamu.
Berdzikirlah dari saat ke saat dan di setiap tempat dengan hati atau bersama lidah
kamu supaya kamu beruntung memperoleh apa yang kamu dambakan.”29
“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
28 Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah: 10 29
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 230
24
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan
barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Baqarah: 283).30
b. Hadist :
عه صهيب قال : رسىالهلل صهي هللا عهيه وسهم : ثال ث فيهه ا نبر كت , ا نبيح إ نى أ جم , و ا نمقا ر ضت ,
و أ الخط ا نبر با نشعي, ر نهبيت ال نهبيع
Ada tiga hal yang mengandung berkah : “ jual beli tidak secara tunai,
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah, dalam kitab At-
tijarah no. 2289).
Dengan demikian, ayat-ayat tersebut yang menjadikan dasar hukum kedua
belah pihak dalam melaksanakan kerjasama usaha menggunakan akad
musyarakah dan akad mudharabah.
Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam
pembiayaan, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu
sebagai berikut.31
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak.
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.
Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada
besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di antara itu.
Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam
musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
30 Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 283 31
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 98
25
F. BPRS
Sebelumnya disebut sebagai Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
disebut juga Bank At-Tamwil as-Sya’bi al-islami, yaitu bank yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalan lalu lintaspembayaran. Undang-
undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah mendefinisikan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah sebagai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.32
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya berdasarkan prinsip syariah dan tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.33
1. Karakteristik BPRS
Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan
wadi’ah atau akad lain dan investasi berupa deposito atau tabungan berdasarkan
akad mudharabah/akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
a. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan bagi hasil
berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah, pembiayaan bedasarkan
akad murabahah, salam, istishna, qardh, dan ijarah.
b. Menempatkan dana pada Bank syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan
akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
c. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan
nasabah melalui rekening Bank pembiayaan rakyat syariah yang ada di Bank
Umum Syariah, konvensional, dan UUS.
d. Menyediakan produk atau melalkukan kegiatan usaha bank syariah lainnya
yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan BI.
2. Prinsip BPRS34
32 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pusta
Utama, 2010 ), h. 149 33
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), h. 49
34 Kasmir, Pemasaran Bank (Edisi Revisi, Cet ke-4), (Jakarta: Kencana 2010), h. 21
26
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah).
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah).
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah).
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (Ijarah).
e. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh pihak lain (Ijarah wa iqtina).
3. Larangan bagi BPRS35
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing
dengan izin Bank Indonesia.
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk Asuransi Syariah.
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas BPRS.
f. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali penukaran uang asing
dengan izin BI
Bagi BPR Syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan
BPR berdasarkan prinsip konvensional. BPR berdasarkan prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam anatara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
G. Analisis SWOT
1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan
2013.
35 Statistik Perbankan Indonesia (Indonesia Banking Statistics). Vol: 11 No.2 Januari
27
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan
strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan
(kekuatan,kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal
ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling popular untuk analissi
situasi adalah Analisis SWOT.36
Analisis SWOT adalah analisis internal maupun eksternal suatu perusahaan
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan
program kerja. Analisis SWOT meliputi elemen internal yaitu kekuatan dan
kelemahan dan elemen eksternal yaitu peluang dan ancaman. Keempat elemen
dari analisis SWOT tersebut merupakan penjabaran dari manajemen strategi.
Manajemen strategi gaya baru (modern) ukurannya dilihat dari produktivitas
termasuk kualitiasnya dan kemampuan memberikan pelayanan berkualitas secara
berkesinambungan.37
Analisis dalam penelitian ini menggunakan matrik SWOT
dan tujuan dari penelitian itu sendiri yaitu untuk mengetahui strategi manajemen
risiko pembiayaan musyrakah dan mudharabh BPRS Harta Insan Karimah dalam
meminimalisir pembiayaan bermasalah.
Dari pengertian SWOT tersebut akan dijelaskan satu persatu yaitu :
a. Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki BPRS.
Dengan mengetahui kekuatan, BPRS dapat dikembangkan menjadi lebih
tangguh hingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk
pengembangan selanjutnya.
b. Kelemahan (Weakness), yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan
atau merugikan bagi BPRS.
c. Peluang (Opportunities), yaitu semua peluang yang ada sebagau
kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian
nasional atau global yang dianggap memberi peluang bagi BPRS untuk
tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang.
36
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet ke 14, h. 19 37
Hadari Nawawi, Manajemen SDM untuk Bisnis yang Kompetitif (Jakarta: UGM Press,
2004), h. 18
28
d. Ancaman (Threats), yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi
BPRS.
Dengan melihat kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang
(Opportunities) dan Ancaman (Threats) maka akan dapat dilihat bagaimana
analisis manajemen risiko pembiayaan musyarakah dan mudharabah
menggunakan analisis ini.
Adapun sistematika metode yang dipakai dalam penelitian ini anatara lain :
a. Faktor Internal : kekuatan (strenghts) kelemahan (weakness)
b. Faktor Eksternal : peluang (opportunities) Ancaman (threaths)
c. SO strategies : ini merupakan situasi yang menguntungkan. BPRS
memliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada.
d. ST strategies : dalam situasi ini perusahaan menghadapi berbagai
ancaman, tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang.
e. WO strategies : dalam situasi ini perusahaan menghadapi peluang pasar
yang besar, tetapi juga menghadapi beberapa kendala kelemahan internal.
Fokus strategi pada situasi ini adalah meminimalkan kendala-kendala
internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
f. WT strategies : ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan,
sehingga perusahaan harus menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal.
Analisis SWOT dilakukan guna mendapatkan pilihan strategis terhadap
semua faktor-faktor yang akan berkaitan dalam pengembangan
manajemen risiko dengan baik. Adapun metode tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
29
Faktor internal
Faktor eksternal
STRENGTHS (S)
Tentukan faktor kekuatan
internal
1.
2.
3.
WEAKNESS (W)
Tentukan faktor
kelemahan internal
1.
2.
3.
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan faktor peluang
eksternal
1.
2.
3.
STRATEGI (SO)
Gunakan strategi
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
1.
2.
3.
STRATEGI (WO)
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
1.
2.
3.
THREATS (T)
Tentukan faktor ancaman
1.
2.
3.
STRATEGI (ST)
Gunakan strategi
kekuatan untuk mengatasi
ancaman
1.
2.
3.
STRATEGI (WT)
Atasi kelemahan dan
hindari ancaman
1.
2.
3.
Tabel 4 :
Matrik SWOT
Sumber : Fred R. David, Manajemen Strategic
30
2. Manfaat SWOT
Membuat suatu perencanaan usaha, pada dasarnya harus berdasarkan dan
sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Analisis ini menjadi dasar yang sangat
penting bagi pembuatan perencanaan usaha. Dengan mengenal situasi eksternal
dan internal, dapat dilakukan pengambilan keputusan yang tepat untuk
menjalankan kegiatan usaha.38
Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam bisnis
apa perusahaan beroperasi, dan arah mana perusahaan menuju masa depan serta
ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan manajemen
perusahaan dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Dari hasil
analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungan dan menyediakan
pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan
sasaran-sasaran perusahaan selama 3-5 tahun ke depan untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan dari para stakeholder.
H. Review Studi Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang manajemen risiko,
tetapi belum ada penelitian yang memebahas tentang perbandingan manajemen
risiko pembiayaan akad musyarakah dan akad mudharabah pada BPRS HARTA
INSAN KARIMAH (HIK) CILEDUG Meskipun demikian, terdapat beberapa
penelitian yang dapat menunjang dan dapat membantu mencarikan jalan keluar
demi kesempurnaan hasil penelitian ini, dimana terdapat perbedaan pembahasan
didalamnya. Hasil penelitian sebelumnya dan perbedaan dengan penelitian yang
akan diteliti oleh penulis dapat dilihat dibawah ini:
1. Risa Safariyani, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 dengan judul Skripsi “ Manajemen Risiko
Pembiayaan Al-Istishna pada BPRS Amanah, Leuwiliang-Bogor ”. Penelitian
ini membahas tentang mekanisme pembiayaan Al-Istishna serta manfaat dan
38
M Ismail Yusanto dan M Karebet Wijayakusuma, Menggagas Bisnis Islami, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2002), cet 1, h. 78
31
jenis risiko yang dihadapi oleh BPRS Amanah Ummah. Berdasarkan hasil
penelitian skripsi ini dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko pada
pembiayaan Al-Istishna disesuaikan pada sumber datangnya risiko, karena
pada pembiayaam Al-Istishna terdapat 3 pihak yang terlibat yaitu pihak
nasabah, BPRS Amanah Ummah telah mampu untuk meminimalisir dampak
dari risiko pembiayaan Al-Istishna. Sedangkan perbedaan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis memfokuskan hasil analisis pada manajemen
risiko yang ditimbulkan dari pembiayaan musyarakah serta penerapan
manajemen risiko yang dilakukan pada BPRS Al Salam Cinere
2. Deby Novelia Pransisca, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Tahun 2014 dengan judul Skripsi “ Analisis Risiko Pembiayaan Mudharabah,
Risiko Pembiayaan Musyarakah dan Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus
Pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. Periode Tahun 2004-2013)”. Penelitian
ini membahas tingkat risiko pembiayaan mudharabah, tingkat risiko
pembiayaan musyarakah dan tingkat profitabilitas pada PT. Bank Syariah
Mandiri, Tbk. Periode tahun 2004-2013. Dan mendapatkan hasil analisis data
diperoleh hasil bahwa manajemen bank mampu mengelola aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan dengan baik, kualitas pembiayaan mudharabah BSM
dalam kondisi yang tidak berisiko, dan kualitas pembiayaan musyarakah
BSM dalam kondisi yang buruk atau berisiko. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu analisis kuantitatif.
3. Aditya Refinaldy, Fakultas Ekonomi Universitas Jember Tahun 2014 dengan
judul Skripsi “ Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Mudharabah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah ”.
Penelitian ini membahas adanya pengaruh risiko pembiayaan musyarakah dan
risiko pembiayaan mudharabah terhadap tingkat profitabilitas pada Bank
umum Syariah di Indonesia. Dan dari penelitian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap
tingkat profitabilitas dan risiko pembiayaan mudharabah tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Jenis penelitian ini menggunakan
metode regresi linear berganda dengan uji T.
32
Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi di atas adalah penulisan
skripsi ini lebih menitik beratkan pada bagaimana hasil analisis pada
perbandingan manajemen risiko yang ditimbulkan dari pembiayaan musyarakah
dan mudharabaah serta penerapan manajemen risiko yang dilakukan pada BPRS
HARTA INSAN KARIMAH (HIK) CILEDUG dengan jenis pengumpulan data
kualitatif dengan menggunakan alat analisis SWOT.
33
BAB III
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif sifatnya
deskriptif. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara,
hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di
lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk angka-angka. Peneliti segera
melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan
membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya. Hasil analisis data
berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk
uraian naratif.1
Jenis penelitian deskriptif, yaitu metode masalah yang memandu peneliti
untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam. Tujuannya adalah untuk menggambarkan
sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan
dengan mengumpulkan, menyusun, dan mendeskripsikan berbagai dokumen,
data, dan informasi yang aktual agar dapat menemukan jawaban dari
permasalahan yang dibahas. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kepustakaan (library research) dan studi lapangan (field
research).2
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk membuat pemaparan secara
1
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta:
Paragonatama Jaya, 2013), h. 87. 2
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatuf, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta,
2009), Cet ke-8, h. 205
34
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada objek
penelitian sesuai dengan permasalahan yang diteliti.3
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang
bersifat dengan menggunakan dua sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Adapun penelitian ini memperoleh data primer dengan
menggunakan instrumen penelitian interview atau wawancara.
Wawancara dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data
sepihak yang dikerjakan secara sistematis terlandaskan tujuan
penelitian.4
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dengan
tanya jawab yang dikerjakan berlandaskan pada tujuan penelitian
dengan menggunakan panduan wawancara.5
Adapun dalam
pengumpulan data peneliti melakukan wawancara bersama Kepala
Tim Lending BPRS HartaInsan Karimah Ciledug. Hal demikian
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data secara akurat, luas,
dan menyeluruh sesuai kondisi saat ini, dengan cara bertatap muka
antara penulis dan responden yaitu kepala tim lending BPRS Harta
Insan Karimah Ciledug dengan menggunakan alat dinamakan panduan
wawancara (interview guide).
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, dan sudah
dikumpulkan. Dalam hal ini penulis memperoleh data dari laporan
keuangan BPRS Harta Insan Karimah Ciledug dari Desember 2013
samapai Desember 2016, informasi melalui buku, jurnal, artikel media
internet dan bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan
masalah sebagai bahan penunjang penelitian.6
3 Bambang Kustituanto dan Rudy Badrudin, Statistika I Deskriptif, (Jakarta: Gunadarma,
2005), h. 3 4 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2004), Cet, 1, h. 193 5 Moh Nazir, Metode Penelitian, Cet. Ke-1, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2003), h. 193 6
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2007), h. 226-228
35
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
ancaman, dan peluang pada analisis manajemen risiko pembiayaan
musyarakah dan mudharabah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan
data penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi, pengamatan atau meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.7
Ataupun merupakan tehnik untuk mendapatkan data primer dengan
cara mengamati langsung objek datanya.8
Hal-hal yang dilakukan
dalam observasi ini mengenai analisis manajemen risiko pembiayaan
musyarakah dan mudharabah, serta analisis SWOT BPRS Harta Insan
Karimah (HIK) Ciledug.
b. Wawanacara (Interview) merupakan salah satu teknik yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian
atau suatu proses interaksi anata pewawancara (interviewer) dan
sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui
komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara
merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara
dengan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya langsung
tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.9
Bentuk pertanyaan yang akan diajukan terlebih dahulu disusun
sebelum proses wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan yang berkaitan dengan pembahasan, yaitu manajemen
risiko akad pembiayaan musyarakah dan akad pembiayaan
mudharabah, wawancara bersifat terbuka dimana responden diberi
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Asdi
Mahasatya, 2006), h. 142. 8
Jogiyanto, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman,
(Jakarta: BPFE-Yogyakarta, 2007), h. 89-90. 9
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M. Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Gabungan (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014) h. 372.
36
kesempatan untuk menjawab, dapat berkembang lebih lanjut dan
disesuaikan dengan situasi.
c. Studi kepustakaan, adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
membaca dan menganalisis dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan
pustaka lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penelitian.
D. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang telah diperoleh dapat dianalisa dengan metode
analisis deskriptif, yaitu menggambarkan dan menjelaskan data yang didapat
dari teori maupun hasil penelitian di lapangan sehingga mampu menjawab
permasalahan yang ada, dan mendeskripsikan masalah ini. Teknik untuk
membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang menerangkan
hubungan membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari
suatu masalah yang ingin dipecahkan.10
Analisis data merupakan suatu proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkip wawancara, observasi, catatan lapangan, dokumen, foto, dan material
lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang data yang telah
dikumpulkan, sehingga memungkinkan temuan penelitian dapat disajikan dan
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data diawali dengan penelusuran
dan pencarian catatan pengumpulan data, dilanjutkan dengan
mengorganisasikan dan menata data tersebut ke dalan unit-unit, melakukan
sintesis, menyusun pola, dan memilih yang penting dan esensial sesuai dengan
aspek yang dipelajari dan diakhiri dengan membuat analisis dan kesimpulan.11
10 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 55 11
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet ke-6, h. 400-4001
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM BPRS HARTA INSAN KARIMAH
Sebelum membahas tentang analisis manajemen risiko BPRS Harta Insan
Karimah, alangkah baiknya penulis mendeskripsikan bank syariah yang menjadi
objek penelitian terlebih dahulu. Adapun deskripsi BPRS Harta Insan Karimah
adalah sebagai berikut :
1. Sejarah Berdirinya
Pada tahun 1990 YAHMI (Yayasan Mulya Insani) yang didirikan pada
tanggal 25 Juli 1990 merupakan perintis dan penggerak Alumni HMI FE UGM
untuk mendirikan BPRS HIK.
PT BPRS Harta Insan Karimah didirikan pada tanggal 8 September 1993,
dengan kantor pusat dan kantor cabang di Ciledug, Tangerang. Berpengalaman
selama lebih dari 20 tahun di dunia perbankan syariah. Perseroan telah
meletakkan pondasi yang kuat untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang sehat dan
berkesinambungan melalui pengembangan sektor pembiayaan dengan prinsip
kehati-hatian (prudential banking) yang berorientasi kepada pelayanan cepat dan
islami.
Pada bulan Juni tahun 2005 pembukaan cabang kedua di Cikarang, Bekasi.
Pada bulan Desember tahun 2007 pembukaan cabang ketiga di
Karawaci,Tangerang. Pada tahun 2008 pendirian INDUK HIK pada tahun 2008
yang dimaksudkan sebagai holding company dari grup BPRS HIK dengan visi
mewujudkan Nationwide Sharia Micro Banking. Pada Januari tahun 2011
pembukaan cabang keempat di Pondok Gede, Jakarta Timur.
BPRS HIK mendapatkan penghargaan sebagai “1st Rank, The Best Islamic
Rural Bank (BPR Syariah Terbaik) dalam ajang Islamic Finance Award 2013, dari
KARIM Business Consulting.1
1 BPRS Harta Insan Karimah, Company Profile, (Tangerang, BPRS Harta Insan Karimah,
2017), h. 2
38
Pemegang saham Perseroan adalah Alumni Himpunan Mahasiswa Islam
Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (HMI FE UGM) Yogyakarta Sampai
dengan Desember 2013, jumlah pemegang saham sebanyak 264 orang.
Kekeluargaan dan Silaturahmi adalah niat dan tekat awal para pemegang daham
ketika mendirikan Perseroan, yang sampai saat ini tetap terbina dengan baik.
2. Profil Umum
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah (HIK) adalah bank
pembiayaan rakyat syariah yang memiliki asset (konsolidasi)terbesar di Indonesia.
Pada awalnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah didirikan di
Ciledug, Tangerang-Banten oleh Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Gajah
Mada yang bergabung dalam Yayasan Harapan Mulya Insani. Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Harta Insan Karimah didirikan berdasarkan akte notaris tetanggal
19 Desember 1992 dengan nama awal Bank Perkreditan Rakyat yang kemudian
pada tahun 1993 merubah nama menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Harta
Insan Karimah. Pada tahun 2009 Bank Perkreditan Rakyat Syariah Harta Insan
Karimah merubah namanya kembali menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Harta Insan Karimah sesuai Peraturan Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008.
Setelah 17 tahun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah menjadi
sahabat para pengusaha menengah, kecil dan mikro, kini Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Harta Insan Karimah telah memiliki kantor cabang yang tersebar
di Ciledug, Karawaci, dan Cikarang, serta Kantor Unit Pelayanan Pembiayaan di
Depok.konsistensi untuk memberikan pelayanan yang prima kepada para
pengusaha menengah, keci,l dan mikro (UMKM), mendorong didirikannya
kembali Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah-Bekasi yang
memiliki badan hukum tersendiri melalui akuisisi dari Bank Perkreditan Rakyat
Baitul Insani pada tahun 2005 dan kini telah memiliki kantor cabang di Jakarta
Pusat. Pada tahun 2006 melalui akuisisi dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Tolong Menolong Bermanfaat (TOAT), didirikan kembali Bank Pembiayaan
39
Rakyat Syariah Harta Insan Karimah-Parahyangan yang memiliki badan hukum
tersendiri dan telah memiliki kantor cabang di Cianjur.2
Induk Harta Insan Karimah diharapkan dalam perjalanannya dapat berperan
menentukan struktur korporat; strategi pemasaran dan layanan; melakukan
penguatan modal; mengkonsolidasikan keuangan korporat dan perusahaan anak;
merumuskan nilai, norma, dan sikap dasar korporat; menentukan pengembangan
usaha, baik akuisisi maupun aliansi, yang perlu dilakukan oleh perusahaan anak.
Induk Harta Insan Karimah berkomitmen menjaga amanah yang diberikan para
investor serta berupaya memberikan manfaat lebih kepada para investor, sehingga
optimalisasi investasi bukan hanya bersifat komersial karena mendapatkan bagi
hasil tinggi, risiko yang relatif kecil karena dikelola dengan sangat hati-
hati/prudential banking dan tidak ada leverae akan tetapi berinvestasi pada Induk
Harta Insan Karimah memiliki kelebihan khusus karena berwawasan sosial
dengan komitmen pengembangan layanan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh melalui
baitul maal.
Sampai sekarang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Hartan Insan Karimah
telah memberikan fasilitas pembiayaan (konsolidasi) kepada golongan pengusaha
kecil, pada tahun 2007 sebesar Rp 131 Miliyar yang meningkat menjadi Rp 181
Miliyar pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 sampai dengan November sebesar
Rp 271 Miliyar.3
3. Visi dan Misi
1. Visi BPRS Harta Insan Karimah
“Terwujudnya Bank Syariah yang Unggul dan Terpercaya”
2. Misi BPRS Harta Insan Karimah
Menjalankan usaha perbankan yang sehat dan amanah.
Memberikan pelayanan yang terbaik dan islami.
2 Profil BPRS Harta Insan Karimah (http://www.hik.co.id) di akses pada 27 Oktober 2017 3
Profil Perusahaan BPRS Harta Insan Karimah website www.bprshik.com pada tanggal 29 November 2017.
40
Berperan aktif dalam pengembangan dunia usaha dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Meningkatkan kemakmuran pemegang saham, pengurus dan karyawan.
Menjalankan misi dakwah yang rahmatan lil alamin.
4. Produk-produk BPRS Harta Insan Karimah
1. Produk Penyaluran Dana (Pembiayaan) BPRS Harta Insan Karimah
a. Deposito IB Hasanah yaitu investasi berjangka waktu tertentu dengsn
mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan
akad mudharabah dan berasuransi syariah.
b. Tabungan Rencana. Tabungan ini dirancang bagi nasabah yang
berniat merencanakan ibadah qurban, ibadah Haji dan Umroh dan
pendidikan berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah.
c. Tabungan IB Karimah. Tabungan ini diperuntukkan bagi nasabah
perorangan yang di cover dengan asuransi jiwa kecelakaan diri. Yaitu
memperoleh bagi hasil dan santunan syariah sebesar Rp 1.000.000,-
(satu juta rupiah) sekiranya nasabah meninggal dunia karena
kecelakaan.
d. Tabungan IB Lembaga Islami. Tabungan ini dirancang bagi nasabah
berbadan hukum, perusahaan, yayasan, atau lembaga Islam lainnya.
e. Tabungan Qurban yaitu tabungan yang dirancang khusus bagi nasabah
yang berkeinginan merencanakan ibadah qurban secara teratur setiap
tahunnya. Pembelian hewan qurban dan penyalurandapat
dipercayakan ke Bank.4
2. Produk Penghimpun Dana BPRS Harta Insan Karimah
Bank Syariah Harta Insan Karimah senantiasa berusaha memberikan
pelayanan pembiayaan yang terbaik bagi Anda. Dengan proses yang mudah,
pelayanan cepat dan persyaratan ringan, kami siap untuk membiayai usaha
dan kebutuhan Anda, antara lain:
4 Diakses dari Brosur BPRS Harta Insan Karimah, pada tanggal 29 November 2017,
pukul 09:05 WIB
41
a. Produk Pembiayaan IB (Islamic Bank) BPRS Harta Insan Karimah
adalah lembaga perbankan yang menerapkan sistem dan operasional
berdasarkan Syariah Islam, sehingga Bank ini dijalankan dengan
mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian sesuai dengan Al-Qur’an dan
Hadist.
1) Pembiayaan Modal Usaha. Bagi anda tang sudah memiliki usaha
dan sudah berjalan minimal satu tahun kami siap memberikan
anda dengan memberikan tambahan modal. Seperti kebutuhan
modal ketika menjelang lebaran, ketika mendapat proyek dengan
SPK/PO, atau kebutuhan lain ketika permodalan anda perlu
ditambah.
2) Pembiayaan Investasi. Kamu memberikan pembiayaan yang
sifatnya investasi seperti pembelian kendaraan, pembelian mesin,
pembelian tanah/bangunan atau investasi lain yang menunjang
usaha dan keperluan anda.
3) Pembiayaan Konsumtif. Begitu banyak kebutuhan yang anda
ingunkan mulai dari barang-barang elektronik sampai kebutuhan
renovasi tempat tinggal. Insya Allah kami siap membantu
kebutuhan anda.
4) Pembiayaan Talangan Haji /Porsi Haji. Ibadah haji adalag satu
rukun islam yang kelima. Karena keterbatasan dana dan
kesempatan maka keinginan mulia menjadi tertunda. BPRS Harta
Insan Karimah memberikan dana talangan untuk menjamin
kepastian untuk menunaikan panggilan Allah SWT.
5) Pembiayaan Khusus Guru Bersertifikasi. BPRS Harta Insan
Karimah memberikan pembiayaan khusus guru yang
bersertifikasi untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Seperti pendidikan, kesehatan, renovasi rumah, modal usaha,
umroh/haji, dan wisata.
42
b. Jenis Akad Pembiayaan IB
1) Akad Pembiayaan Musyarakah (Kerjasama). Akad usaha antara
bank dengan nasabah dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana atas usaha tersubut dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Musyarakah sangat tepat bagi nasabah yang kekurangan dana untuk
penyelesaian suatu proyek dimana nasabahdan bank sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek
selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
yang disepakati.
2) Akad Pembiayaan Mudharabah (Bagi Hasil). Akad kerjasama usaha
antara bank sebagai shahibul maal dengan nasabah sebagai
mudharib dimana bank menyediakan modal 100% sedangkan
nasabah menjadi pengelola.keuntungan usaha dibagi menurut
kesepakatan bersama berupa nisbah bagi hasil yang dituangkan
didalam akad. Apabila terjadi kerugian maka ditanggung oleh bank
selama bukan akibat kelalaian nasabah sedangkan jika kerugian
disebabkan akibat kelalaian nasabah, maka nasabah wajib
menanggung kerugian tersebut. Mudharabah sangat tepat bagi
nasabah yang membutuhkan modal kerja untuk pengembangan usaha
atau jasa.
3) Akad Pembiayaan Murabahah (Jual Beli). Akad jual beli barang
dimana bank sebagai penjual menyebutkan harga jual yang terdiri
dari harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang
tersebut yang disetujui oleh nasabah sebagi pembeli.murabah sangat
berguna bagi nasabah yang membutuhkan barang secara mendesak
tetapi kekurangan dana saat nasabah kekurangan likuiditas, maka
nasabah meminta kepda bank agar membiayai pembelian barang
tersebut dan nasabah membayar secara mencicil kepada bank.
4) Akad Pembiayaan Istishna (Pesanan). Akad penjualan nasabah
sebagai mustashni dengan bank sebagai shani’ dalam akad ini bank
43
menerima pesanan dari nasabah dan bank berusaha melalui pihak
lain untuk membuat atau membeli pokok akad (mashru) menurut
spesifikasi yang telahg disepakati dan menjualnya kepada nasabah.
Dan kedua belah pihak telah sepakat ats hargaserta sistem
pembayaran. Istishna ini biasanya diaplikasikan pada pembiayaan
konstruksi dimana bank menerima pesanan dari nasbah untuk
mebangun suatu bangunan dan bank menyerahkannya kepada
kontraktor untuk membangunnya. Bank membayar untuk konstruksi
itu kemudian menjualkannya pada nasabah.
5) Akad Pembiayaan Ijarah (Sewa). Akad pemindahan hak guna atas
barang/jasa melalui pembayaran upah sea tanpa diikuti pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. Ijarah bisa digunakan bagi
nasabah yang kekurangan dana untuk menyewa bangunan, misal
Ruko. Yang harus dibayar tunai tanpa diangsur. Nasabah meminta
bank untuk membayar sewa ruko tersebut secara tunai dan bank
menyewakannya kembali kepada nasabah ruko tersebut dengan cara
mencicil.
6) Akad Pembiayaan Muntahiya Bit Tamlik. Perpaduan antara sewa
menyewa (ijarah) dan jual beli/hibah diakhir masa sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan
barang dari bank sebagai pemilik barang kepada nasabah sebagai
penyewa. Ijarah muntahiya bit tamlik bisa diaplikasikan bagi
nasabah yang membutuhkan barang, misal motor. Bank terlebih
dahulu membelikan barang yang dibutuhkan nasabah dan kemudian
banj menyewakan barang tersebut kepada nasabah dengan cara
mencicil disertai janji penjualan/hibah diakhir periode angsuran atau
ketika pelunasan dari bank kepada nasabah sehungga barang menjadi
milik nasabah.5
5
BPRS Harta Insan Karimah, Company Profile, (Tangerang, BPRS Harta Insan Karimah,
2017), h. 10
44
5. Prosedur Pembiayaan Musyarakah
PSAKA No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana. Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk
mendanai sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang sudah
berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu mitra dapat
mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya
secra bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi musyarakah dapat
dalam bentuk kas, setara kas atau aset non kas.6
Gambar tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Calon nasabah datang ke bank syariah dengan maksud untuk mengajukan
permohonan pembiayaan musyarakah untuk modal kerja atau usaha.
2. Pemenuhan data dan dokumen, jika dinilai layak untuk diberikan
pembiayaan musyarakah maka bank memberikan persetujuan prinsip
pembiayaan kepada calon nasabah (surat penawaran). Jika dinilai tidak
layak atau BI Checking tidak bagus maka permohonan pembiayaan
musyrakah tidak bisa dilanjutkan.
3. Bank melakukan analis usaha dan jaminan agar terhindar dari kejadian
yang tidak diinginkan. Layak atau tidak layak untuk permohonan
pembiayaan musyarakah.
4. Setelah negosiasi dan kesepakatan (penyusunan usulan pembiayaan),
kedua belah pihak melakukan perjanjian dengan prinsip musyarakah.
5. Jika pemenuhan persyaratan dipenuhi maka penerbitan surat penegasan
dari persutujuan pembiayaan keuntungan dapat dilakukan secara angsuran
atau tempo. Dan kesepakatan keuntungan untuk bank sebesar nisbah yang
telah ditentukan pada akad.
6
Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2013), h. 150
45
6. Pemenuhan persyaratan melakukan penandatanganan surat (persutujuan
prinsip pembiayaan), pengikatan jaminan pengembalian modal bank
dibayar pada saat jatuh tempo pembiayaan. Pengembalian pokok dapat
dilakukan secara cashflow nasabah. Jika permohonan selesai maka tahap
selanjutnya adalah pencairan dana.7
7 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet ke-2, h. 172-173.
46
6. Struktur Organisasi BPRS Harta Insan Karimah
RUPS
Dewan Komisaris Dewan Pengawas
Syariah
Direktur Utama
Direktur Bisnis Direktur Operasional
Risk Management
& Remedial SKAI
Pimpinan
Cabang
Marcom &
Service
Quality
Corporate
Office &
Development
Human
Resources &
General Affairs
Information
Technology
Accounting
& Finance
Legal &
Compliance
Pimpinan
Kantor Kas
47
1. Dewan Pengurus BPRS Harta Insan Karimah
a. Dewan Direksi
1) Direktur Utama : Alif Wijaya, SE, MM
2) Direktur Operasional : Kurniawan
b. Dewan Komisaris
1) Drs. Zahrul Hadiprabowo
2) Noraini Bawazier, BSc
3) Dr. Khomsiyah, Ak.CA
c. Dewan Pengawas Syariah
1) Dr. Dede Abdul Fatah, MSi
B. Implementasi Pembiayaan dengan Akad Musyarakah dan Mudharabah
di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek, proyek
apapun itu contohnya proyek sewa atau jasa. Di mana nasabah dan pihak BPRS
Harta Insan Karimah sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut. Nasabah mempunyai dana dan kekurangan dana nya dari pihak BPRS
Harta Insan Karimah yang menambahkan dananya. Setelah proyek itu selesai,
nasabah mengembalikan dana tersebut. Dan bagi hasil yang telah disepakati akan
diberikan setiap bulan.
BPRS Harta Insan Karimah mendistribusikan pembiayaan musyarakah
melalui penyaluran dana berupa pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang
memerlukan permodalan. Dalam hal ini BPRS membantu memberikan
permodalan kepada nasabah yang memerlukan modal untuk mengembangkan
usaha yang akan dikembangkan. Dengan demikian BPRS HIK membantu nasabah
untuk dapat mempertahankan penghasilan dari usahanya. Pembiayaan yang
diberikan dalam konteks kebutuhan konsumtif pun mampu melindungi para
pengusaha atau nasabah dari jeratan rentenir yang marak pada saat ini.
Dalam mudharabah di samping terdapat keuntungan dari sistem bagi hasil
yang diterapkan, tapi juga terdapat risiko yang harus ditanggung. Jika usaha yang
dijalankan mengalami kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh shahib
48
mal (BPRS) selama kerugian itu bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak
mudharib (nasabah). Namun jika usaha yang dijalankan tersebut mengalami
kerugian disebabkan oleh kelalaian dari pihak pengelola usaha, maka kerugian
tersebut harus ditanggung oleh pihak pengelola, bukan pihak pemberi modal
(BPRS). Untuk pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. Bagi hasil
diberikan setelah proyek atau usaha yang dijalankan mudharib selesai dijalankan.
C. Implementasi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Musyarakah dan
Mudharabah Di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug
Risiko pembiayaan bermasalah dapat diperkecil dengan melakukan analisa
pembiayaan, yang tujuan utamanya adalah menilai seberapa besar kemampuan
dan kesediaan debitur mengembalikan pembiayaan yang mereka pinjam dan
membayar margin sesuai dengan isi perjanjian pembiayaan. Berdasarkan penilaian
ini, bank dapat memperkirakan tinggi rendahnya risiko yang akan ditanggung.
Pihak bank dapat memutuskan apakah permohonan pembiayaan yang diajukan
ditolak, diteliti lebih lanjut atau diluluskan.
Analisis pembiayaan merupakan langkah penting untuk realisasi
pembiayaan di bank syariah. Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pelaksana
(pejabat) pembiayaan di bank syariah, dimaksudkan untuk:
a. Menilai kelayakan usaha calon peminjam
b. Menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan
c. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak
Setelah pendekatan analisis pembiayaan dirumuskan dan disepakati,
selanjutnya yang harus diperhatikan adalah prinsip analisis pembiayaan. Adapun
prinsip analisis pembiayaan adalah pedoman-pedoman yang harus diperhatikan
oleh pejabat pembiayaan bank syariah padasaat melakukan analisis pembiayaan.
Usaha yang dilakukan oleh BPRS Harta Insan Karimah untuk
meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari pembiayaan musyarakah dan
mudharabah, antara lain:
49
1. Menerapkan prinsip 5C
Prinsip 5C merupakan sebuah metode yang digunakan oleh
lembaga pembiayaan dalam menganalisis awal pembiayaan yang akan
diberikan kepada nasabah.8adapun prinsip-prinsip tersebut, yaitu:
a. Character atau watak dari calon nasabah pembiayaan merupakan
salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan
pemberian pembiayaan. Bank harus yakin bahwa calon nasabah
pembiayaannya memiliki karakter yang baik, memegang teguh
janjinya dan bersedia melunasi kewajibannya pada waktu
yangditetapkan.
Dalam analisis character petugas penilaian kelayakan anggota dengan
menggali informasi mengenai kejujuran, latar belakang pendidikan,
kebiasaan, keadaan keluarga, informasi tersebut bisa didapat dengan
melakukan wawancara atau disebut juga dengan pembicaraan yang
ringan tetapi menuju sasaran yang tepat untuk mengetahui watak
calon nasabah, dari pembicaraan saja pihak petugas sudah bisa
membacara karakter calon nasabah seperti apa. Character merupakan
hal yang harus dianalisis dengan matang karena watak suatu hal yang
utama sebagai bahan pertimbangan apakah permohonan pembiayaan
disetujui atau tidak, karena menyangkut kemauan nasabah dalam
memenuhi pembayaran kewajiban yang sudah disepakati bersama.9
b. Capacity, analisis pada capacity ditujukan untuk mengetahui
kemampuan calon nasabah pembiayaan dalam memenuhi
kewajibannya sesuai jangka waktu yang telah disepakati. Pihak bank
harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon nasabah
pembiayaan, karena kemampuan tersebut yang menentukan besar
kecilnya pendapatan suatu usaha nasabah di masa yang akan datang.
8 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 60 9
Hasil wawancara langsung dengan Muhamad Hendri (Kepala Tim Lending) BPRS
Harta Insan Karimah, Tangerang 01 Februari 2018.
50
Semakin baik kemampuan keuangan calon nasabah pembiayaan,
maka semakin baik kemungkinan kualitas pembiayaannya.10
Informasi yang bisa diperoleh dari bagian ini adalah dari hasil
wawancara atau pihak BPRS menyebutnya dengan pembicaraan
ringan, pihak BPRS menggali semua informasi tentang keuangan
nasabah, hingga data pemasukan dan pengeluaran nasabah diketahui
oleh pihak BRPS guna melihat seberapa besar kemampuan bayar
nasabah yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan dalam
besarnya pencairan kredit, termasuk nasabah sudah melakukan
pinjaman pada bank lain atau tidak. informasi yang diperoleh dari
nasabah akan di akuratkan dengan data BI checking dari pihak BPRS
guna mengetahui apakah informasi yang diberikan nasabah sesuai
dengan data di bank lain.
c. Capital adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon
nasabah. Dalam aspek ini, lembaga keuangan menilai jumlah modal
yang dimiliki oleh calon nasabah sebelum nasabah tersebut diberikan
pembiayaan. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan nasabah
tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan
usahanya. Lembaga keuangan pun akan merasa lebih yakin dalam
memberikan pembiayaan.
Informasi mengenai struktur permodalan nasabah dilihat dari laporan
keuangan usaha calon nasabah. Hasil informasi ini akan memberikan
gambaran dan petunjuk sehat atau tidak sehatnya usaha yang
dijalankan calon nasabah. Informasi modal juga harus dilihat dari
sumber mana saja modal yang sekarang ini, termasuk persentase
modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan
dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman nasabah.
d. Collateral adalah jaminan berupa harta benda milik calon nasabah
pembiayaan yang diikat sebagai agunan bila terjadi ketidakmampuan
10 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditasn Bank Umum:Teori,
Masalah, Kebijakan, dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit, (Bandung: ALFABETA,
2004), h. 84
51
nasabah pembiayaan untuk menyelesaikan kewajibannya sesuai
dengan perjanjian pembiayaan. Adanya jaminan diperlukan untuk
memberikan ketenangan dan menambah kepercayaan bagi bank
selaku pemberi pembiayaan. Jaminan mempunyai dua fungsi, yaitu:
untuk pembayaran utang bila nasabah pembiayaan tidak mampu
melunasi kewajibannya dan faktor yang menentukan jumlah
pembiayaan.
Jaminan merupakan sumber pembayaran kedua artinya apabila debitur
tersebut tidak dapat membayar angsurannya dan termasuk dalam
kredit macet, maka pihak BPRS dapat melakukan eksekusi terhadap
agunan. Hasil pelelangan atau penjualan agunan digunakan sebagai
sumber pembayaran kedua. Dalam melakukan survey terhadap suatu
jaminan yang diajukan oleh nasabah, pihak BPRS HIK harus lebih
memperhatikan terhadap aspek legalitas atas transaksi jaminan
tersebut. Selain itu nilai jual dari jaminan tersebut dan status
kepemilikannya harus jelas.
e. Condition, adalah kondisi usaha calon nasabah pembiayaan yang
dilihat dari pangsa pasar, tren, prospek usaha serta kondisi politik dan
perekonomian. Kondisi-kondisi tersebut perlu juga menjadi
pertimbangan lembaga keuangan dalam memberikan pembiayaan
kepada nasabahnya.
Hal ini meliputi analisis terhadap variable perekonomian mikro,
menganalisis naik turunnya keadaan. Pada saat ekonomi mengalami
penurunan atau dalam keadaan krisis, pihak BPRS akan jauh kebih
berhati-hati dalam memberikan pinjaman
Untuk bank syariah prinsip 5C saja belum cukup, karena perlu juga
memperhatikan kondisi sifat amanah, kejujuran, kepercayaan dari masing-masing
nasabah.11
11
Hasil wawancara langsung dengan Muhamad Hendri (Kepala Tim Lending) BPRS
Harta Insan Karimah, Tangerang 29 November 2017.
52
Pemeriksaan terhadap aspek-aspek yang terdiri dari karakter, pekerjaan,
kondisi keuangan kondisi keluarga, modal,hubungan dengan masyarakat,jaminan,
aset lain. Serta megenai hubungan nasabah dengan bank lain. Hal tersebut
dikarenakan informasi-informasi yang diperolehberasal dari sumber-sumber yang
berbeda. Hal ini dilakukan guna membandingkan antara informasi satu dengan
yang lain hingga dapat diketahui persamaan atau perbedaan informasi yang
diberikan sehingga dapat diperoleh informasi yang sebenarnya.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh BPRS untuk penyelesaian
pembiayaan bermasalah ini, tergantung pada berat ringannya masalah yang
dihadapi, serta sebab-sebab terjadinya kemacetan, maka yang diperlukan BPRS
adalah penyelamatan terlebih dahulu, agar BPRS tidak mengalami kerugian.
Proses penyelesaian pembiayaan bermasalah dalam lembaga keuangan syariah
atau bank dapat dilakukan dengan cara:
a. Rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran
pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran pembiayaan.
b. Reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat
pembiayaan meliputi perubahan jdwal pembayaran angsuran, jangka
waktu dan margin.
c. Restructuring, yaitu tindakan bank kepada nasabah dengan cara
menambah modal nasabah dengan pertimbangan bahwa nasabah
membutuhkan tambahan dana atau usaha yang dibiayai masih layak.
d. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang
digunakan diatas. Misalnya kombinasi restucturing dengan reconditioning
atau rescheduling dengan restructuring
e. Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir apabila
nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak
mampu lagi dalam membayar utang-utangnya12
.
Dari strategi penyelesaian diatas, BPRS Harta Insan Karimah juga
memakai salah satu strategi untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah yaitu
h. 131
12 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet Ke-2,
53
dengan melakukan penjadwalan ulang (rescheduling) tanpa menambah atau
mengubah margin yang sudah ditetapkan diawal, persyaratan kembali
(reconditioning), penataan kembali (restructuring), dan menjual barang jaminan
ketika nasabah tidak bisa menjual barang jaminan nya sendiri, lalu bank yang
ambil alih dengan berbagai macam cara, yaitu dengan melelang barang jaminan
dengan harga tertinggi, jika uangnya masih tersisa dari pelelangan jaminan dan
sudah cukup untuk menutupi pembiayaan, maka BPRS Harta Insan Karimah akan
memberikan sisanya ke nasabah.13
Identifikasi risiko yang dilakukan BPRS Harta Insan Karimah merupakan
identifikasi risiko setelah terjadinya pemberian pembiayaan. Identifikasi risiko
juga dapat dilakukan sebelum pembiayaan cair atau saat calon nasabah
mengajukan permohonan pembiayaan. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan
menganalisis informasi dari permohonan yang dilakukan oleh calon nasabah.
Berikut ini proses identifikasi risiko pembiayaan musyarakah dan pembiayaan
mudharabah di BPRS Harta Insan Karimah :
a. Pihak BPRS mengadakan monitoring setiap bulan kepada nasabah
pembiayaan. Pihak BPRS memonitoring dengan cara memantau realisasi
pencapaian target usaha, apakah usaha tersebut memenuhi target atau
tidak. Monitoring juga dapat dilakukan dengan cara mengadakan
kunjungan secara rutin ke lokasi usaha nasabah untuk memantau langsung
operasional dan perkembangan usaha. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya penyimpangan tujuan penggunaan dana.
b. Pihak BPRS melihat kondisi usaha nasabah, hasilnya dengan melihat
langsung kondisi usaha nasabah BPRS melihat usaha nasabah sedang
bergerak atau tidak, atau sedang dalam masalah, atau biasa-biasa saja
usahanya.
c. Pihak BPRS melihat dari segi mikro.14
13
Hasil wawancara langsung dengan Muhamad Hendri (Kepala Tim Lending) BPRS
Harta Insan Karimah, Tangerang 29 November 2017. 14
Hasil wawancara langsung dengan Muhamad Hendri (Kepala Tim Lending) BPRS
Harta Insan Karimah, Tangerang 23 November 2017.
54
Pada prinsipnya dalam melaksankan strategi pengawasan dan penyelesaian
masalah tentunya pihak BPRS HIK harus bekerja dengan teliti pada proses
awal penyaluran pembiayaan musyarakah dan mudharabah agar risiko
pembiayaan masalah menjadi lebih kecil.
D. Dampak Implementasi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan
Musyarakah dan Mudharabah Dengan Analisis SWOT
Adanya penerapan manajemen risiko ini memiliki dampak yang positif
untuk pihak BPRS. Peran manajemen risiko yaitu untuk memagari kondisi pada
saat ini jadi sebelum ada nya pembiayaan dilakukan proses manajemen risiko
sudah dilakukan sejak awal guna meminimalisir risiko yang akan datang. BPRS
Harta Insan Karimah dapat menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
yaitu dengan memiliki legalitas dalam usaha, memiliki aset dan modal yang cukup
besar, mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yaitu meningkatnya
kebutuhan jasa perbankan syariah, menggunakan kekuatan untuk menghindari
ancaman yaitu memiliki margin 1,3% lebih kecil dibanding BPRS lain,
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman yaitu meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia dan memberikan pemahaman tentang perbankan
syariah bagi nasabah.
E. Interpretasi Hasil Penelitian
Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.15
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara kedua belah
pihak dimana pihak pertama atau pemilik dana menyediakan seluruh dana,
sedangkan pihak kedua atau pengelola dana bertindak sebagai pengelola untuk
15
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek (Jakarta: Gema Insani,
2001) h. 90
55
kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati dalam kontrak.16
Dalam operasional lembaga keuangan syariah (LKS) pembiayaan dengan
sistem bagi hasil mudharabah pada produk pembiayaan mudharabah yang berciri
khas kepercayaan, maka produk ini memiliki risiko yang sangat tinggi yaitu risiko
assymetric information (LKS tidak mengetahui informasi yang sebenarnya
mengenai perputaran pembiayaan yang diberikan dan besarnya laba yang
dihasilkan dari pembiayaan tersebut) dan risiko moral hazard (adanya
penyimpangan-penyimpangan atas pembiayaan yang nasabah terima serta
pemberian informasi yang salah pada LKS mengenai usaha yang dijalankan
sehingga menguntungkan mudharib dan merugikan shahibul mal.
Dalam manajemen risiko pembiayaan akad musyarakah yang dilakukan
BPRS Harta Insan Karimah dengan identifikasi risiko setelah terjadinya
pemberian pembiayaan. Identifikasi risiko juga dapat dilakukan sebelum
pembiayaan cair atau saat calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan.
Identifikasi risiko dapatdilakukan dengan menganalisis informasi dari
permohonan yang dilakukan oleh calon nasabah.
Pada saat ini pembiayaan akad mudharabah tidak lagi digunakan karena
tingkat ke khawatiran BPRS lebih tinggi dibanding pembiayaan musyarakah,
berbeda dengan pembiayaan musyarakah dimana kedua belah pihak menyertakan
modalnya dan sama-sama mempunyai rasa tanggung jawab yg besar. Pembiayaan
mudharabah pada BPRS Harta Insan Karimah kini di alihkan pada pembiayaan
musyarakah karena pembiayaan ini lebih efisien bagi pihak BPRS Harta Insan
Karimah dan nasabah. Strategi penyelesaian manajemen risiko musyarakah dan
mudharabah dinilai sama saja, karena keduanya bersifat base on pembiayaan
(berdasarkan dari pembiayaan) sehingga penanganan manajemen risiko nya sama
tidak ada perbedaan. Tetapi terdapat perbandingan diantara kedua akad tersebut
yaitu pembiayaan musyarakah dapat berlanjut hingga saat ini, sedangkan
pembiayaan mudharabah tidak berlanjut dan di alihkan ke pembiayaan
musyarakah
16
Muhammad, Manajemen Pembiayaan, h. 22
56
F. Analisis SWOT Tentang Manajemen Risiko BPRS Harta Insan Karimah
Ciledug
Tabel 5:
Matrik SWOT BPRS Harta Insan Karimah17
KEKUATAN (S)
1. Margin hanya 1,3%
2. Memiliki aset yang
besar
3. Memiliki legalitas
dalam usaha
KELEMAHAN (W)
1. Kurangnya SDM
2. Lemahnya sistem
PELUANG(O)
1. Meningkatnya kebutuhan
jasa perbankan syariah
2. Jaminan dari nasabah
3.Sebagian besar penduduk
indonesia beragama Islam
STRATEGI (SO)
1. peningkatan kualitas
dalam pelayanan
2. Meningkatkan
kepercayaan nasabah
3. Memberikan
pemahaman tentang
perbankan syariah
STRATEGI (WO)
1. Memaksimalkan peran
manajemen pembiayaan
2. Memaksimalkan analisis
data terhadap jaminan nasabah
3. Memjalin dan memperkuat
kerjasama dengan nasabah
ANCAMAN (T)
1.Kurangnya kedekatan
dengan nasabah
2.Petugas pembiayaan kurang
cermat dalam melakukan
analisis data
3.Kurangnya i’tikad baik dari
nasabah
STRATEGI (ST)
1. Memberikan
pemahaman tentang
keuntungan perbankan
syariah bagi nasabah
STRATEGI (WT)
1. Mengoptimalkan kualitas
SDM
2. Meningkatkan pendekatan
dengan nasabah
17
Hasil Wawancara langsung dengan Muhamad Hendri (Kepala Tim Lending) BPRS
Harta Insan Karimah, Tangerang 23 dan 29 November 2017
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilaukan analisis dan pembahasan penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Implementasi Pembiayaan dengan Akad Musyarakah dan Mudharabah
di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug:
BPRS Harta Insan Karimah mendistribusikan pembiayaan
musyarakah melalui penyaluran dana berupa pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah yang memerlukan permodalan. Di mana
nasabah dan pihak BPRS Harta Insan Karimah sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Nasabah
mempunyai dana dan kekurangan dana nya dari pihak BPRS Harta
Insan Karimah yang menambahkan dananya. Setelah proyek itu
selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut. Dan bagi hasil yang
telah disepakati akan diberikan setiap bulan.
Pembiayaan mudharabah yaitu bentuk kerjasama anatara dua pihak
atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Dengan demikian, dalam akad mudharabah pihak BPRS
selaku mudharib dan nasabah selaku shahibul maal, serta pembagian
hasil usaha ditetapkan sesuai dengan presentase nisbah yang telah
diperjanjikan antara mudharib dan shahibul maal.
Perbedaan pembiayaan musyarakah dengan pembiayaan
mudharabah di BPRS Harta Insan Karimah yaitu pembiayaan
musyarakah sejak awal hingga kini masih berlanjut transaksi dengan
nasabah. Sedangkan pembiayaan mudharabah sejak awal sudah ada,
tetapi untuk saat ini telah di hentikan karena tingkat ke khawatiran
bank lebih besar dibanding pembiayaan musyarakah bagi pihak BPRS
Harta Insan Karimah dan BPRS mengalihkan ke pembiayaan
58
musyarakah yang lebih efisien bagi BPRS Harta Insan Karimah dan
nasabah tidak terbebani.
2. Implementasi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Musyarakah dan
Mudharabah Di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug:
a. Menerapkan prinsip 5C yaitu Character (watak) yang tujuannya
mengetahui sifat/karakter nasabah; Capacity (kapasitas) untuk
mengetahui kemampuan nasabah dalam menjalankan usahanyadan
proses pengembalian pembiayaan; Capital (modal) bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan modal kerja yang diperlukan nasabah;
Collateral (jaminan) untuk mengetahui nilai jaminan/agunan yang
ditawarkan apakah bisa menutupi dari jumlah pembiayaan., dan
Condition (kondisi) untuk mengetahui kondisi usaha/prospek usaha
kedepan.
Upaya yang dilakukan BPRS Harta Insan Karimah dalam
menyelesaikan pembiayaan macet, pembiayaan bermasalah yaitu
dengan:
b. Rescheduling (penjadwalan ulang)
c. Reconditioning (persyaratan kembali)
d. Restructuring (penataan kembali)
e. Penyitaan Jaminan
Ketika nasabah sudah benar-benar tidak mampu melunasi
pembiayaan maka bank memberikan tahapan-tahapan ke nasabah
untuk menjual jaminan. Tahapan 3 bulan pertama bank
membebaskan untuk nasabah menjual jaminannya, jika dalam 3
bulan pertama nasabah tidak dapat menjual jaminannya, pada 3
bulan kedua bank yang mengambil alih jaminannya, lalu ada
negosiasi selama 7 bulan. Selama 9 bulan belum bisa diselesaikan
atau jaminan belum terjual maka bank akan melelang jaminan
nasabah dilelang dengan harga yang paling tinggi.
59
3. Dampak Implementasi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan
Musyarakah dan Mudharabah Dengan Analisis SWOT:
a. Kekuatan (strengths) : margin 1,3%
b. Kelemahan (weakness) : kurangnya SDM dan sistem tidak berjalan
dengan semestinya.
c. Peluang (opportunities) : meningkatnya kebutuhan jasa perbankan
syariah.
d. Ancaman (threats) : pihak BPRS kurang cermat dalam melakukan
analisis data.
BPRS Harta Insan Karimah dapat menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang yaitu memiliki margin 1,3% lebih rendah di
bandingkan BPRS yang lain, meminimalkan kelemahan serta
menghindari ancaman yaitu meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia. Dengan adanya manajemen risiko juga mempunyai dampak
yang positif yaitu memagari dari peluang-peluang penipuan dari
nasabah dan lebih selektif dalam memberikan pembiayaan.
B. Saran
Mengacu pada perkembangan global di dunia perbankan dalam hal
manajemen risiko pembiayaan musyarakah dan mudharabah masih
ditemukan berbagai kendala dalam produk pembiayaan tersebut.
Diantaranya kurangnya SDM seperti kemampuan petugas dalam
menganalisa calon nasabah kurang cermat dikarenakan kedekatan dengan
nasabah atau ketidakmampuan petugas pembiayaan menganalisa secara
baik karakter usaha dan karakter nasabah sehingga analisa yg disajikan
tidak akurat. Lemahnya sistem yang tidak berjalan sesuai SOP.
Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk meningkatkan kualitas
SDM dibidang pembiayaan sehingga memiliki kompetensi dan daya saing
terhadap kompetitor serta melakukan penelitian sejenis pada produk lain
untuk menampilkan keunggulan dan kekurangan dari SDM maupun
60
produk. Selain itu, BPRS Harta Insan Karimah di sarankan agar
menerapkan sistem yg lebih baik serta modern sehingga meminimalisir
risiko dari pembiayaan dan meningkatkan efisiensi operasional.
Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mempermudah proses dalam
pembiayaan dan monitoring pelakasanaannya. BPRS perlu meningkatkan
terus pembinaan dan pengawasan yang kooperatif serta memperhatikan
tingkat kolektabilitas pembiayaan yang diberikan sehingga menjadikan
BPRS yang sehat dan menghindari pembiayaan macet atau bermasalah.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Basri, Ikhwan. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah.
Ali, Masyhud. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Amin, A. Irwan. Perbankan syariah di Indonesia, Jakarta: UIN Press, 2009.
Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Arifin, Zainul. Bagaimana Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang,
tantangan dan Prospek: 2000, Dikutip oleh Amir Machmud dan
H.Rukmana Bank Syariah, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Asdi
Mahasatya, 2006.
Ayat, Syarfi. Manajemen Risiko, Jakarta: Gema Akastri, 2003.
Basyaib, Fahmi. Manajemen Risiko, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007.
BPRS Harta Insan Karimah, Company Profile, Tangerang, BPRS Harta Insan
Karimah, 2017.
Darmawi, Herman. Manajemen Risiko, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Diakses dari Brosur BPRS Harta Insan Karimah, pada tanggal 29 November 2017.
62
Djamil, Fathurrahman. Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Djohanaputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, Jakarta:
PPM, 2006.
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditasn Bank Umum:Teori,
Masalah, Kebijakan, dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit,
Bandung: ALFABETA, 2004.
Fred R, David. Manajemen Strategi Konsep, Edisi 10, Penerjemah Ichsan Setyo
Budi, Jakarta: Salemba Empat, 1997.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, Jakarta:
Paragonatama Jaya, 2013.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2004.
Hafidhuddin, Didin, dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik,
Jakarta: Gema Insani, 2003.
Hasil Observasi di BPRS Harta Insan Karimah Ciledug, Pada Tanggal 04 Desember
2017.
Hasil Wawancara langsung dengan Muhamad Hendri, Pihak Tim Lending (BPRS
Harta Insan Karimah, Tangerang, Pada Tanggal 23 November 2017.
Ikatan Bankir Indonesia. Manajemen Risiko 2: Mengidentifikasi Risiko Likuiditas,
Reputasi, Hukum, Kepatuhan, dan Strategik Bank, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2012.
63
Jogiyanto, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman, Jakarta: BPFE-Yogyakarta, 2007.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Kasmir, Manajemen Perbankan.
Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana 2010.
Khan, Tariqullah, Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Kustituanto, Bambang dan Rudy Badrudin, Statistika I Deskriptif, Jakarta:
Gunadarma, 2005.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2005.
Muhammad, Rifqi. Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK
Syariah, Yogyakarta: P3EI Press, 2008.
Mulyawan, Setia. Manajemen Risiko, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.
N Marbun, B. Kamus Manajemen, Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 2003.
64
N. Idroes, Ferry. Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel
dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
N. Indroes, Ferry & Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan-Pemahaman
Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan
Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Nawawi, Hadari. Manajemen SDM untuk Bisnis yang Kompetitif, Jakarta: UGM
Press, 2004.
Nazir, Moh. Metode Penelitian, Bandung: Ghalia Indonesia, 2003.
Nurhayati, Sri-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat,
2013.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 Tentang “Bank Pembiayaan
Rakyat syariah”.
Profil BPRS Harta Insan Karimah (http://www.hik.co.id) di akses pada 27 Oktober
2017 .
Profil Perusahaan BPRS Harta Insan Karimah website www.bprshik.com pada
tanggal 29 November 2017.
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Rivai, Veithzal, dkk. Islamic Management, Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Rivai, Veithzal. Bank and Financial Institution Management Conventional and
Sharia System, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
65
Rivai, Veithzal. Islamic Finance Management: Teori, Konsep dan Aplikasi:
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan
Mahasiswa, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010.
Siahaan, Hinsa. Manajemen Risiko Konsep, Kasus, dan Implementasi, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2007.
Statistik Perbankan Indonesia (Indonesia Banking Statistics). Vol: 11 No.2 Januari
2013.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatuf, Kualitatif, dan R&D, Bandung: CV.
Alfabeta, 2009.
Wasilah & Sri Nurhayati. Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat,
2011.
Yusanto, M Ismail dan M Karebet Wijayakusuma, Menggagas Bisnis Islami,
Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Yusuf, A.Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Gabungan, Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014.
Zulkifli, Sunarto. Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2003.
BERITA ACARA WAWANCARA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH PADA BPRS HARTA INSAN KARIMAH
CILEDUG PERSPEKTIF ANALISIS SWOT
NAMA : IRMA APRIYANTI PRODI/KONSENTRASI
: MUALAMAT/PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NARASUMBER : MUHAMAD HENDRI
JABATAN : KEPALA TIM LENDING TEMPAT /WAKTU WAWANCARA : KANTOR BPRS HIK CILEDUG/PUKUL
10:00 A. Data pertanyaan analisis manajemen risiko pembiayaan musyarakah dan mudharabah
pada BPRS Harta Insan Karimah Ciledug.
1. Berdasarkan laporan keuangan BPRS HIK pada bulan September dan Desember tahun
2016 memiliki NPF yang cukup tinggi sebesar 23%, pada bulan September dan 19% pada
bulan Desember. Yang saya ingin tanyakan faktor apa yang memicu semakin tingginya
NPF di BPRS HIK ini sementara BPRS HIK ini memiliki pendapatan yang cukup besar di
kawasan Tangerang?
Jawaban : Artinya kesalahan dari internal. Ada dari berbagai kesalahan yaitu dari pihak
internal dan eksternal . ada pengikatan yang belum terlaksana salah satunya ada nasabah di
judge call oleh pihak OJK.
2. Apabila ada nasabah yang tidak dapat membayar cicilan, apa yang dilakukan pihak BPRS
HIK dalam menangani hal tersebut?
Jawaban : bagian Analys melakukan komunikasi dengan baik kepada nasabah dengan cara
silaturahmi, pihak Account Officer memonitoring nasabah, dan di analisis tiap bulan.
3. Strategi apa yang ditempuh oleh pihak BPRS HIK dalam menanggulangi permasalahan
beresiko yang dihadapi BPRS ?
Jawaban : risiko sudah di manage dari awal . di awal sudah meminimalisir. sudah terlanjur
bermasalah kita komunikasi lagi kepada pihak nasabah . kalau nasabah benar-benar tidak
mampu nasabah harus menjual jaminannya. 3 bulan pertama pihak nasabah yg menjual
jaminan. 3 bulan kedua pihak bank yang menjual. Ada negosiasi sekitar 7 bulan, selama 9
bulan belum bisa di selesaikan atau jaminan belum terjual, maka pihak bank yang akan
menjual jaminan tersebut dengan cara dilelang kemana saja, dengan harga tertinggi
sisanya diberikan ke nasabah kalau misalkan barang jaminan lebih dari pembiayaan
bermasalah.
4. Bagaimana perkembangan pada pembiayaan musyarakah?
Jawaban : Jadi awalnya kenapa musyarakah lebih tinggi dari mudharabah karena memang
di HIK sama sekali tidak menggunakan mudharabah hampir tidak pernah, sekalinya
pernah itupun dulu sudah lama sekali, di HIK tidak menggunakan mudharabah karena
mudharabah 100% modal nya dari bank artinya bank memang tidak mau membiayai
100%. Sedangkan musyarakah ada penyertaannya. Misalkan penyertaan modalnya 70:30
karena dari kedua pihak sama-sama penyertakan modalnya. Paling 2 rekening mudharabah
itu juga jaman dulu.
5. Berapa jumlah nasabah pada pembiayaan musyarakah?
Jawaban : sampai sekarang ada 118 nasabah, karena ada selalu mengalami fluktuasi
6. Berapa jumlah nasabah pada pembiayaan mudharabah?
Jawaban : hanya 2, itu pun sisa dari tahun sebelumnya karena di BPRS HIK calon nasabah
yang ingin mengajukan pembiayaan mudharabah lebih diarahkan untuk ke pembiayaan
musyarakah dalam artian pihak BPRS mengajak nasabah untuk sama-sama report, karena
pembiayaan mudharabah nasabah 100% hanya skill, projek sedangkan pendanaan 100%
dari pihak BPRS jadi piahk BPRS kurang bersemangat.
7. Bagaimana bentuk manajemen risiko pembiayaan musyarakah di BPRS HIK?
Jawaban : risiko itu sendiri ya kembali lagi di awal selalu jalani terlebih dahulu yaitu
kepatuhan dan SOP itu bagian terpenting dan tidak boleh terlewatkan, jika itu terlewatkan
artinya masalah pasti terjadi, jika tidak dilewati saja pasti ada masalah, artinya di awal
BPRS lebih menekankan sesuai ke prinsip syariah atau tidak, jaminan, dari segi usaha nya.
Prinsip dari 5C ini cara BPRS minimalisir risiko nya. Ketika semua proses sudah
dilaksanakan artinya BPRS menganggap risiko kecil. Dalam perjalanan kan tidak ada yang
tahu ada yang dari pihak internal dan ada juga dari pihak eksternal itu BPRS tidak tahu
datangnya seperti apa, kalau baik-baik saja ya alhamdulillah, kalau ada masalah ya
terpenting BPRS sudah melewati tahap-tahap ini artinya beban risiko nya pun lebih mudah
diketahui, artinya kita bisa lihat dari mana nya, kecuali ada yang terlewatkan dari tahap-
tahap itu menjadi beban yang berat untuk pihak BPRS, jadi kunci nya diawal tahapan
tahapan.
8. Bagaimana proses identifikasi (pemantauan) risiko pada pembiayaan musyarakah dan
pembiayaan mudharabah?
Jawaban : memonitoring setiap bulan, artinya kalau dilihat dari posisi internal BPRS
mengidentifikasinya seperti ini melihat kondisi nasabah, usaha nya bergerak atau tidak?
stuck atau tidak. Dengan silaturahmi itu akan terlihat apakah ada perubahan atau biasa-
biasa saja. jika biasa-biasa saja perlu ditanya atau sharing kenapa usaha nya belum
berkembang, lalu BPRS membaca dari segi mikro nya, ternyata si nasabah usaha nya lagi
seperti ini dari situ jika terlihat si nasabah sudah mulai telat membayar cicilan pihak BPRS
sudah mengantisipasi dari awal dengan menanyakan keadaan si nasabah dengan bercerita
sesuai dengan data yang ada, jadi ketika nasabah cerita BPRS samakan dengan data yang
ada lalu BPRS mulai memberikahan tahapan-tahapan untuk ke depannya , jadi sebelum si
nasabah jatuh atau tidak membayar cicilan pihak BPRS sudah mulai masuk karna ini
projek kerjasama antar dua pihak yaitu nasabah dan BPRS
9. Bagaimana cara mengantisipasi risiko dari kedua pembiayaan tersebut? Apakah sudah
efektif penerapannya?
Jawaban : cara nya sudah dijelaskan diatas, dan sudah pasti efektif, kalau tidak efektif itu
tandanya BPRS melewatkan tahapan-tahapan yang ada diawal tadi kalau seperti itu pasti
akan berantakan untuk kedepannya.
10. Standar apa saja yang digunakan dalam penerapan manajemen risiko pada BPRS HIK ?
Jawaban : 5C sudah pasti diawal dan memperhatikan kepatuhan beribadah. di BPRS
melihat ke syariahannya artinya BPRS sebisa mungkin mempunyai nasabah yang rajin
ibadahnya dengan bertemu dengan nasabah seperti itu pihak BPRS tidak harus memaksa si
nasabah akan tetapi si nasabahnya sudah sadar sendiri.
11. Apakah ada perbedaan penerapan manajemen risiko pembiayaan musyarakah dengan
pembiayaan mudharabah?
Jawaban : sama saja, karena semua nya base on pembiayaan jadi yang keluar manajemen
risiko nya itu sama tidak ada perbedaan.
12. Jenis-jenis risiko apa saja yang dihadapi BPRS HIK? Apabila ada nasabah yang tidak
dapat membayar cicilan, apa yang dilakukan pihak BPRS HIK dalam menangani hal
tersebut?
Jawaban : risiko ada biasa nya dari pihak eksternal, pihak BPRS pun tidak bisa terus
menerus memantau nasabah jika dipantau terus pun si nasabah merasa tidak enak atau
tidak bebas artinya pasti ada saja yang kelolosan satu hal, BPRS sudah baik jalaninya tapi
kembali lagi ke nasabah nya, kalau nasabahnya berniat tidak baik ke BPRS pasti banyak
cara dan BPRS bisa saja kelolosan atau khilaf.
13. Apa faktor-faktor yang menghambat penerapan manajemen risiko pembiayaan
musyarakah dan pembiayaan mudharabah?
Jawaban : dari internal : SDM dan sistem. Eksternal nya : karakter nasabah dan sistem
karena BPRS ingin tahu ketika nasabah bermasalah dengan pekerjaan nasabah, karena
bank wajib tahu kondisi nasabah seperti apa dan kondisi pekerjaan si nasabah seperti apa.
14. Bagaimana prosedur permohonan pembiayaan musyarakah dan mudharabah ?
Jawaban : ada banyak strategi BPRS, salah satu nya ada nasabah yang datang ke BPRS
mengajukan pembiayaan, ada juga pihak analys BPRS menawarkan dengan door to door,
prosedurnya normalnya nasabah mengajukan lalu administrasi diawal ketika sudah sesuai
berlanjut ke analisa, on the spot dan lainnya tapi ketika ditengah jalan terlihat sepertinya
ditolak maka si nasabah akan segera diberitahu tidak bisa dilanjut. Lalu ketika si nasabah
diterima maka akan berlanjut ke step berikutnya.
B. Data pertanyaan analisis SWOT pembiayaan musyarakah dan mudharabah di BPRS Harta
Insan Karimah Ciledug.
Streanght (kekuatan)
1. Seberapa besar keuntungan yang didapat dari pembiayaan di BPRS Harta Insan
Karimah?
Jawaban : sangat besar keuntungannya dari rata-rata margin 1,3% itu, pokok nya berkah
2. Produk unggulan yang dimiliki BPRS Harta Insan Karimah?
Jawaban : murabahah sekitar 470 nasabah.
3. Bagaimana dengan hal lain yang menjadi keunggulan atau pembeda dengan BPRS
lainnya?
Jawaban : dari segi margin BPRS Harta Insan Karimah lebih rendah rata-rata 1,3% dari
situ BPRS pede untuk bersaing dengan yang lain, BPRS masih menang melawan BUS
dengan margin yang rendah, sedangkan lembaga mikro kebanyakan marginnya 2-3%
lebih rendah BPRS rata-rata nya 1,3%
BPRS juga menyesuaikan pelayanan sampai akhir jangka waktu yang diberikan, jangka
waktu lebih cepat, pencairan dana cepat sekitar 10 hari itu yang dibawah Rp 200.000.000
Weakness (kelemahan)
1. Bagaimana kelemahan pada pembiayaan di BPRS Harta Insan Karimah?
Jawaban : yang menjadi kelemahan di BPRS ini ada dua faktor yaitu SDM dari internal
BPRS dan sistem, sistem artinya pihak BPRS belum bisa sepenuhnya masuk ke dalam
keuangan si nasabah dikarenakan SDM nya kurang. Yang kedua jika nasabah bekerja
sama dengan bohir (tempat kerjasama si nasabah) misalkan nasabah dapat proyek dari si
A, kelemahan BPRS ke si A sering kali terpotong jadi BPRS mewakili saja kenasabah,
BPRS percaya ke nasabah, karna jika BPRS masuk ke nasabah takutnya mengganggu
kenyamanan nasabah kita kedua si A tidak mau berurusan dengan bank karena kadang si
A ini tidak ingin direpotkan, jadi bank agak sulit untuk masuk ke keuangan nasabah ya
dari situ.
2. Bagaimana cara anda mengatasi kelemahan tersebut?
Jawaban : sebisa mungkin pihak bank menjalin komunikasi dengan si A itu atau bahkan
bank datang bukan sebagai bank akan tetapi seperti partner atau rekan bisnis, itu salah
satu trik saja supaya bisa masuk yang pasti kita tahu nasabah yang kita berikan
pembiayaan sedang dapat projek atau sedang bekerjasama dengan si A ini. Dibuktikan
juga dengan data dokumentasi dan administrasi lainnya. Artinya BPRS akan lebih leluasa
memberikan dana kita ke nasabah.
3. Apakah tingkat NPF atau kredit macet pada BPRS Harta Insan Karimah memiliki tingkat
sangat tinggi atau rendah dengan menggunakan pola seperti disebutkan diatas?
Jawaban : di BPRS HIK mempunyai NPF yang tinggi, banyak strategi BPRS untuk
meminimalisir risiko, pertama dengan penyelesaian artinya BPRS menghindari penjualan
jaminan, ketika nasabah masih mampu bayar pinjaman atau pembiayaan walaupun
tingkat bayar nya jadi kecil pihak BPRS masih bisa negosiasi dan akhirnya BPRS
memberikan penjandawalan (rescheduling) tanpa menambah margin, kalau dikatakan
rugi ya memang rugi, rugi waktu, rugi biaya tapi artinya itu salah satu cara penyelesaian.
4. Apakah modal yang dimiliki BPRS Harta Insan Karimah cukup untuk menyalurkan
pembiayaan kepada para nasabah serta kegiatan operasional lainnya di BPRS?
Jawaban : di BPRS Harta Insan Karimah, membutuhkan modal berapa saja siap dan bisa
karena pemegang sahamnya banyak, assetnya pun sudah lumayan besar dan pemegang
sahamnya selalu komitmen
Opportunity (peluang)
1. Lebih dari 50% penduduk Indonesia masih belum memiliki pengetahuan mengenai
perbankan maupun lembaga keuangan mikro syariah, bagaimana cara BPRS Harta Insan
Karimah memperkenalkan lembaga keuangan mikro syariah kepada nasabah?
Jawaban : biasanya BPRS ini ada CSR yang berjalan artinya kalau ada event tahunan
dibuka disini, mengadakan promosi-promosi atau pameran-pameran disekolah yang
ramai dan BPRS membuka stand disana bisa menjadi bahan informasi untuk edukasi.
Salah satu program nya yaitu beasiswa dan BPRS juga mengajarkan dari sekolah yang
paling dasar yaitu TK untuk mulai menabung dan memberikan buku tabungan langsung
ke para siswa.
2. Potensi serta komoditas apa yang dimanfaatkan BPRS Harta Insan Karimah untuk
mengembangkan usaha para nasabah?
Jawaban : salah satu nya di WEB, mengeluarkan majalah bulanan yang berisi profil para
nasabah dan bisa dilihat atau diambil siapa saja, dan juga di sosial media.
3. Jumlah penduduk di daerah kerja BPRS Harta Insan Karimah setiap tahun meningkat,
bagaimana strategi BPRS Harta Insan Karimah untuk menambah jumlah nasabah?
Jawaban : meningkatkan promosi, di semua media apapun BPRS keluarkan.
Threats (ancaman)
1. Apa yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan pembiayaan di BPRS Harta Insan
Karimah?
Jawaban : para pesaing, karna sekarang banyak BUS dan lembaga mikro yang pasar nya
dibawah, seharusnya diregulasi BUS dan lembaga mikro itu pasar nya tidak dibawah
karna itu pasar nya BPRS. Artinya kita sama-sama bersaing. Strategi BPRS dari segi
pelayanan lebih cepat, tidak terlalu ribet dan tentunya aman.
2. Bagaimana strategi BPRS Harta Insan Karimah dalam menghadapi bank keliling atau
bank pasar?
Jawaban : bank keliling mempunyai margin yang tinngi, sedangkan BPRS rendah, BPRS
juga memberikan edukasi ke nasabah tentang bank keliling itu seperti apa salah satu nya
bank keliling itu bunga ber bunga, tidak sesuai prinsip syariah. BPRS memberikan
edukasi itu sampai nasabah mau pindah ke lembaga mikro syariah.
3. Selain bank keliling, bagaimana strategi BPRS Harta Insan Karimah menghadapi
persaingan dengan BPRS-BPRS lainnya?
Jawaban : BPRS berani karena margin kita dibawah mereka, rata-rata BPR marginnya
tinggi. Contoh untuk kelasan BPR di ciledug yang paling rendah ya BPRS Harta Insan
Karimah hanya 1,3% sedangkan yang lain marginnya 2-3%
4. Bagaimana cara BPRS Harta Insan Karimah mengatasi nasabah yang gagal melunasi
pinjaman yang telah diberikan?
Jawaban : contoh yang sudah jatuh tempo tapi belum melunasi pinjaman atau
pembiayaan yaitu dengan cara menawarkan mau di perpanjang lagi atau tidak sebatas
kemampuan nasabah tanpa mengubah margin sisa.
Contoh kedua pinjaman atau pembiayaan yang sudah jatuh tempo tapi nasabah tidak bisa
berbuat apa-apa, pakai cara terakhir dengan menjual jaminan sebelum menjual jaminan
itu BPRS sudah memberi peringatan dengan tahap-tahap pertiga bulan
PROFIL PERUSAHAAN PT BPRS HARTA INSAN KARIMAH
Kantor Pusat : Jalan Ciledug Raya No 88D Cipadu Larangan Tangerang 15155 Telp : 021-7301456 Fax : 021-7312461 Website : www.bprshik.com
2 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
RIWAYAT SINGKAT & MILESTONE PENGEMBANGAN BISNIS BPRS HARTA INSAN KARIMAH
• Perseroan didirikan pada tanggal 8 September 1993, berpengalaman selama lebih dari 17 tahun di dunia perbankan syariah.
• Pemegang Saham Perseroan adalah Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi
1990
BPRS HIK berdiri tanggal 8
September 1993, dengan
Kantor Pusat dan Kantor
Cabang di Ciledug,
Tangerang
1993
2005
Pembukaan
Cabang ke 2
bulan Mei 2005
Cikarang, Bekasi.
2007
2008
Pendirian INDUK HIK
pada tahun 2008
yang dimaksudkan
sebagai holding
company dari grup
BPRS HIK dengan
visi mewujudkan
Nationwide Sharia
Micro Banking yang
Terunggul dan
Terpercaya
2011
Universitas Gadjah Mada (HMI FE UGM) Jogjakarta.
• Sampai dengan Desember 2010, jumlah pemegang saham sebanyak 243 orang dengan jumlah saham yang tersebar.
YAHMI (Yayasan
Harapan Mulya
Insani) yang
didirikan pada
tanggal 25 Juli
1990 merupakan
penggerak Alumni
HMI FE UGM untuk
mendirikan BPRS
HIK.
Pembukaan Cabang
ke 3 bulan
Desember 2007 di
Karawaci,
Tangerang
Pembukaan Cabang ke
4 di Pondok Gede<
Jakarta Timur, pada
bulan Januari 2011
3 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
IDENTITAS PERSEROAN BPRS HARTA INSAN KARIMAH
IDENTITAS PERSEROAN
Nama Perseroan PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
HARTA INSAN KARIMAH
N P W P 01.605.769.7-415.000
Legalitas Akta Nomor 151 Perubahan Anggaran Dasar
Nomor 38 tahun 1993, Pernyataan Keputusan Rapat
Nomor 03 tahun 2010 disetujui SK Menteri Hukum &
HAM Nomor AHU-AH.01.10-12936 Tahun 2010
Tanggal Pembentukan 19 Desember 1992
Modal Dasar Rp. 30.000.000.000,-
Modal Disetor Rp. 12.908.000.000,-
Alamat Jalan Ciledug Raya No. 88D Larangan Tangerang Banten
Telp : 021 - 7301456 Fax. : 021 - 7312461
Email [email protected]
W ebsite w w w .bprshik.com
4 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
DEWAN PENGURUS BPRS HARTA INSAN KARIMAH
DEWAN DIREKSI :
1. Ir. H. Toto Suharto
2. Khusnul Khorip, SE, SH
3. Alfi Wijaya, SE, MM
DEWAN KOMISARIS :
1. Drs. H. Ladiman Djaiz, MM, CPA
2. H. Budi Yuwono, SE
3. Hj Norainio Bawazier, BSc.
DEWAN PENGAWAS SYARIAH :
1. DR. KH Masyhuri Naim, MA
2. Drs Karnaen A Perwataatmadja MPA
DEWAN PENASEHAT :
Ir. Adiwarman A. Karim, MBA, MAEP
5 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
VISI, MISI & ARSITEKTUR BISNIS BPRS HARTA INSAN KARIMAH
Visi Terwujudnya
Bank Syariah yang
Unggul dan Terpercaya.
Misi
Menjalankan
usaha perbankan
yang sehat &
amanah
Memberikan
pelayanan
yang terbaik &
Islami.
Berperan aktif dalam
pengembangan dunia
usaha & peningkatan
kesejateraan masyarakat
Meningkatkan
kesejahteraan
pemegang saham,
pengurus & karyawan
Menjalankan
misi dakwah
yang rahmatan
lil alamin.
Pilar
INFRA
STRUCTURE
Kokoh,
Handal &
Adaptif
SYSTEM &
PROCEDURE
Up-date,
Prudent, &
Syariah
Compliance
HUMAN
CAPITAL
Produktif,
Profesional &
Berkualitas
FINANCIAL
SOUNDNESS
Expansive,
Profitable &
Sehat
PRODUCT &
SERVICES
Beragam,
Inovatif, &
Solutif
Nilai • Menjadikan bekerja sebagai ibadah
• Keramah-tamahan & kekeluargaan
• Berakhlaqul karimah
• Disiplin, tanggung jawab & kerjasama
• Berorientasi pada proses & hasil
• Penyempurnaan yang kreatif & inovatif
• Hasil terbaik & peningkatan kompetensi
• Siddiq, Amanah, Fathonah, dan ikhlas
• Layanan terbaik & kemitraan strategis
Budaya
Konsistensi dalam Syariah Etos Kerja yang Tinggi Profesional & Berintegritas
6 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
ROADMAP TRANSFORMASI BPRS HIK : CONSOLIDATION, TAKE-OFF & OUTPERFORM THE MARKET
2011 2012 - 2013 2014 - 2015
Horizon 1 :
CONSOLIDATION
Fix the leaks and lay the strong foundations
Horizon 2 :
TAKE-OFF
Build momentum and develope the right business model
Horizon 3 : OUTPERFORM
THE MARKET
Accelerate growth and creating the new learning curve
Konsentrasi / Konsolidasi Bagaimana Cara Konsolidasi ?
Gradual & Balance Ekspansi & Diversifikasi
1. Pengembangan Kualitas
Sumber Daya Insani
2. Penyempurnaan Standard
Operating Procedure (SOP)
serta Sistem Informasi
Akuntansi, Keuangan, dan
Manajemen.
3. Peningkatan Produktifitas &
Kualitas Aktiva Produktif.
4. Pembinaan & pemeliharaan
hubungan baik dengan
nasabah.
Consolidation
Konsolidasi
Ekspansi
1. Optimalisasi Produk Rahn (Gadai Emas
Syariah)
2. Optimalisasi ATM
3. Optimalisasi
Operasional Cabang
Jakarta Timur.
4. Relokasi Kantor
Cabang Karawaci.
7 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
Total Aset 175,553 128,963 46,590 36 Pendapatan Usaha 34,418 25,273 9,145 36 Aset Produktif :
- Penempatan Pd Bank Lain
9,445
6,096
3,349
55
Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil 15,805 12,612 3,193 25
Beban Usaha 11,912 8,499 3,413 40 - Pembiayaan Diberikan 163,866 122,117 41,749 34
IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN 2009 – 2010 BPRS HARTA INSAN KARIMAH
IKHTISAR KEUANGAN
NERACA (Jutaan Rupiah)
LABA RUGI (Jutaan Rupiah)
Pos - Pos 2010 2009 Perubahan
Pos - Pos 1 Jan s/d 1 Jan s/d Perubahan
Audited Audited Jutaan Rp. % 31 Des 2010 31 Des 2009 Jutaan Rp. %
Jumlah Aset Produktif 173,311 128,213 45,098 35
Dana Pihak Ketiga :
- Tabungan 15,494 12,370 3,124 25
- Deposito 127,449 89,687 37,762 42
- Pembiayaan Diterima 3,156 8,114 (4,958) (61)
Jumlah Dana Pihak Ketiga 146,099 110,172 35,927 33
Ekuitas :
- Modal Disetor 7,505 5,046 2,459 49
- Tambahan Modal Disetor 5,404 3,476 1,928 55
- Agio Saham 1,233 867 366 42
- Cadangan Umum 3,752 2,415 1,337 55
- Laba Bersih Tahun Berjalan 4,875 2,906 1,969 68
- Laba Tahun Lalu - - - -
Jumlah Ekuitas 22,769 14,711 8,058 55
Beban Non Usaha 80 78 2 2
Laba Sebelum Zakat & Pajak 6,621 4,083 2,538 62 Zakat 166 102 64 63 Pajak Kini 1,616 1,075 541 50 Pajak Tangguhan (36) 0 (36) -
Laba Bersih
4,875
2,906
1,969
68
RASIO KESEHATAN BANK
Pos-Pos 31 Des '10 31 Des '09
- Cash Rasio 6.7 5.2
- CAR 14.6 12.7
- FDR 114.6 119.7
- ROA 4.3 3.6
- ROE 35.3 33.2
- NPF Gross 3.2 2.9
- NPF Net 0.7 1.0
- PPAP 115.0 110.0
8 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
KINERJA BPRS HARTA INSAN KARIMAH PERKEMBANGAN ASET DAN LABA BERSIH 2005-2010
Asset BPRS HIK 2005 – 2010 Laba Bersih BPRS HIK 2005 – 2010
41.258
59.768
33,8%
74.988
101.739
128.963
175.553
754 899
1.304
46,4%
2.141
2.906
4.874
44,9% 25,5% 35,7% 26,8% 36,1%
19,2% 45,1% 64,2% 35,7% 67,7%
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2005 2006 2007 2008 2009 2010
: pertumbuhan tahunan (yoy) : rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun
9 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
KINERJA BPRS HARTA INSAN KARIMAH PERKEMBANGAN PENYALURAN PEMBIAYAAN 2005-2010
: pertumbuhan tahunan (yoy)
: rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun
34,5%
122.116
163.866
37.402
53.031
67.274
87.961
41,8% 26,9% 30,8% 38,8% 34,2%
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Penyaluran Pembiayaan berdasarkan Akad Komposisi Jumlah Nasabah per Segmen (Total nasabah pembiayaan = 2134 orang)
Musyarakah
Lainnya
44,59%
1,05% 54,36%
Murabahah
Kecil
( Rp 50 -
500 juta )
22,0%
3,1%
Menengah ( > Rp 500 juta )
Mikro
(sd Rp
50 juta) 74,9%
10 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
PPRROODDUUKK NNIISSBBAAHH IINNDDIIKKAASSII pp..aa..
TTAABBUUNNGGAANN 2255 :: 7755 55..8877
DDEEPPOOSSIITTOO 11 BBUULLAANN 4477 :: 5533 1111..0088
DDEEPPOOSSIITTOO 33 BBUULLAANN 5500 :: 5500 1111..7799
DDEEPPOOSSIITTOO 66 BBUULLAANN 5555 :: 4455 1122..9977
DDEEPPOOSSIITTOO 1122 BBUULLAANN 6600 :: 4400 1144..1155
PRODUK PENYALURAN DANA (PEMBIAYAAN) BPRS HARTA INSAN KARIMAH
Deposito Hasanah
Bank Syariah Harta Insan Karimah telah memberikan bukti tingkat bagi hasil deposito hasanah melebih tingkat suku bunga bank umum atau bagi hasil bank umum syariah lainnya, sebagaimana terlihat dari tingkat bagi hasil per 31 Desember 2010 :
Tabungan Anak Sholeh
Tabungan khusus pelajar dan mahasiswa, memperolah bagi hasil dan mendapatkan santunan Asuransi Syariah sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) sekiranya pelajar/mahasiswa meninggal dunia.
Tabungan Karimah
Tabungan untuk perorangan, memperolah bagi hasil dan santunan asuransi syariah sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) sekiranya nasabah meninggal dunia karena kecelakaan.
Tasbih
Tabungan yang disediakan bagi umat Islam yang berencana menunaikan ibadah haji dan umroh, berasuransi syariah dan mendapatkan fasilitas pembiayaan talangan haji. Taslim
Tabungan yang dirancang khusus untuk lembaga-lembaga pendidikan syariah atau umum yang berencana mengatur dana keuangan sekolah secara syariah, aman dan menguntungkan.
Tabungan Qurban
Tabungan yang dirancang khusus bagi nasabah yang berkeinginan merencanakan ibadah qurban secara teratur setiap tahunnya. Pembelian hewan qurban dan penyalurannya dapat dipercayakan ke Bank.
11 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
KINERJA BPRS HARTA INSAN KARIMAH PERKEMBANGAN PENGHIMPUNAN DANA 2005-2010
: pertumbuhan tahunan (yoy)
: rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun
51.931
34.758
33,2%
86.964
64.621
102.057
142.943
49,4% 24,4% 34,6% 17,4% 40,1%
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Komposisi Penghimpunan Dana
per Produk Komposisi Jumlah Nasabah per Produk
(Total nasabah pendanaan = 12745 orang)
10,8%
: Deposito
18,9%
: Tabungan
89,2% 81,1%
12 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA BPRS HARTA INSAN KARIMAH
Murabahah (Jual Beli)
Akad jual beli suatu barang dimana bank (penjual) menyebutkan harga jual yang terdiri dari harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang tersebut yang disetujui oleh nasabah (pembeli). Al murabahah sangat berguna bagi nasabah yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana, pada saat nasabah kekurangan likuiditas, maka ia meminta kepada bank agar membiayai pembelian barang tersebut dan nasabah membayar secara mengangsur kepada bank.
Istishna’ (Pesanan)
Akad penjualan nasabah (mustashni) dengan bank (shani’) dalam akad ini bank menerima pesanan dari nasabah dan bank berusaha melalui pihak lain untuk membuat atau membeli pokok akad (mashnu) menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada nasabah. Dan kedua belah pihak telah sepakat atas harga serta sistem pembayaran. Istishna ini biasanya diaplikasikan pada pembiayaan konstruksi dimana bank menerima pesanan dari nasabah untuk membangun suatu bangunan dan bank menyerahkannya kepada kontraktor untuk membangunnya. Bank membayar untuk konsturksi itu kemudian menjualkannya pada nasabah.
Pembiayaan Musyarakah (Bagi Hasil)
Akad usaha antara bank dengan nasabah dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atas usaha tersebut dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakat. Musyarakah sangat tepat bagi nasabah yang kekurangan dana untuk penyelesaian suatu proyek diamana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang disepakati.
Pembiayaan Mudharabah (Bagi Hasil)
Akad kerjasama usaha antara bank ( shahibul maal ) dengan nasabah ( mudharib ) dimana bank menyediakan modal 100% sedang nasabah menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagai menurut kesepakatan bersama berupa nisbah bagi hasil yang dituangkan didalam akad. Apabila terjadi kerugian maka ditanggung oleh bank selama bukan akibat kelalaian nasabah sedang jika kerugian disebabkan akibat kelalaian nasabah, maka nasabah wajib menanggung kerugian tersebut. Mudharabah sangat tepat bagi nasabah yang membutuhkan modal kerja untuk pengembangan usaha atau jasa. Ijarah (Sewa)
Akad pemindahan hak guna atas barang/jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti pemindahaan kepemilikan atas barang itu sendiri. Ijarah bisa digunkaan bagi nasabah yang kekurangan dana untuk menyewa bangunan (misal RUKO) yang harus dibayar tunai tanpa diangsur. Nasabah meminta bank untuk membayar sewa ruko tersebut secara tunai dan bank menyewakan kembali kepada nasabah ruko tersebut dengan cara di angsur.
Ijarah Muntahiyyah Bit Tamlik
Perpaduan antara sewa menyewa (ijarah) dan jual beli/hibah diakhir masa sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan barang dari bank (pemilik barang) kepada nasabah (penyewa). Ijarah muntahiyyah bit tamlik bisa diaplikasikan bagi nasabah yang membutuhkan barang (motor) bank terlebih dahulu membelikan barang yang dibutuhkan nasabah dan kemudian bank menyewakan barang tersebut kepada nasabah dengan cara mengangsur disertai janji penjualan/hibah diakhir periode angsuran (LUNAS) dari bank kepada nasabah sehingga barang menjadi milik nasabah.
13 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
KINERJA BPRS HARTA INSAN KARIMAH RASIO KEUANGAN UTAMA
Cash Rasio BPRS HIK 2005 – 2010 FDR BPRS HIK 2005 – 2010
16,1%
8,8%
12,9%
10,9%
5,2%
6,7%
107,6%
128,47%
102,1% 104,1%
101,1%
119,7%
114,6%
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2005 2006 2007 2008 2009 2010
NPF gross BPRS HIK 2005 – 2010 CAR BPRS HIK 2005 – 2010
3,1%
6,50%
3,4% 3,6% 3,5%
3,2% 2,9%
13,0%
11,5%
27,46%
14,0% 15,1%
12,7%
14,6%
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Data Industri BPR Syariah, Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, Desember 2010
14 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
KINERJA BPRS HARTA INSAN KARIMAH RASIO KEUANGAN UTAMA
BOPO BPRS HIK 2005 – 2010
85,8% 87,9%
78,08%
71,9% 66,8% 72,2% 64,0%
2005 2006 2007 2008 2009 2010
ROA BPRS HIK 2005 – 2010 ROE BPRS HIK 2005 – 2010
3,49% 14,29%
3,0%
2,4% 2,7%
3,7% 3,6%
4,3%
23,1%
20,4%
26,5%
34,4% 33,2% 35,2%
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Data Industri BPR Syariah, Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, Desember 2010
15 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
KOMPOSISI KARYAWAB BPRS HIK – DES 2010 : SDI SEBAGAI ASSET UTAMA PERUSAHAAN
Komposisi Karyawan berdasarkan
Tingkat Pendidikan (N=101 orang) Komposisi Karyawan berdasarkan
Usia (N=101 orang)
SD 1
< 20 2
SLTP 2
20 - 25 18
SLTA 26
D3 14
Proses S1 12
S1 42
Proses S2 3
S2 1
25 - 30 41
30 - 35 23
35 - 40 10
40 - 45 5
> 45 2
16 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
STRUKTUR ORGANISASI BPRS HARTA INSAN KARIMAH
RUPS
Direktur Komisaris Dewan
Pengawas Syariah
Direktur Utama
Direktur Direktur
Internal
Audit
Sekretaris
Direksi
Cabang
Cikarang
Cabang
Ciledug
TPPB
Akuntansi
Treasury
Cabang
Jaktim
Cabang
Karawaci
SDI Teknologi
Informasi
17 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
KEGIATAN SOSIAL DAN PENYALURAN ZIS 2010
• BPRS HIK sebagai lembaga
keuangan syariah juga menjalankan
fungsi sosial disamping fungsi bisnis. • Implementasi dari fungsi sosial ini
adalah pendirian ….. pada tanggal
…..
Adapun kegiatan sosial dan penyaluran
ZIS antara lain :
• Beasiswa kepada 30 anak asuh.
• Pembagian 1608 paket sembako.
• Sumbangan beras rutin kepada 7
pondok pesantren.
• Penyaluran daging hewan kurban.
• Sumbangan kepada korban bencana
alam Merapi dan Mentawai.
• Pemberian 2000 paket ta’jil Buka
Puasa Ramadhan kepada
masyarakat.
18 Profil Perusahaan – BPRS Harta Insan Karimah © 2011
TERIMA KASIH
Jazakumullahu khairan katsira Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
www.bprshik.com