MAKNA BELANJA DI TANJUNGPINANG CITY CENTER PADA REMAJA
TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
YULI ANGGRAINI
NIM : 100569201023
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
1
MAKNA BELANJA DI TANJUNGPINANG CITY CENTER PADA REMAJA
TANJUNGPINANG
YULI ANGGRAINI
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Maritim
Raja Ali Haji
A B S T R A K
Belanja saat ini menjadi kebiasaan para remaja. Masa remaja merupakan periode
peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Di Kota Tanjungpinang baru
pertengahan tahun 2016 berdiri pasar modern yang disebut Mall, yang kemudian
dikenal dengan nama Mall Tanjungpinang City Center, hampir semua kebutuhan
pokok dijual di Mall ini. Namun permasalahannya adalah diketahui bahwa para
remaja adalah orang-orang yang sebagian besar masih berusia sekolah dan tidak
bekerja sehingga tidak mempunyai pendapatan tetap, namun saat ini remaja di Kota
Tanjungpinang mampu membeli barang-barang dengan harga mahal di mall. Mall
dijadikan tempat baru para remaja untuk mengisi waktu luang.
Tujuan dalam penelitia ini yaitu untuk mengetahui Makna Belanja Di
Tanjungpinang City Center Pada Masyarakat Tanjungpinang. Pembahasan dalam
skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif, Informan yang dipilih adalah 6
orang dengan kriteria yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa Makna Belanja Di
Tanjungpinang City Center Pada Remaja Tanjungpinang merupakan suatu hal yang
menyenangkan dan memberikan rasa bangga bagi para remaja, mengingat tempatnya
yang nyaman, produknya yang bagus dan harganya yang mahal, Remaja yang
berkunjung ke Mall dalam setiap bulan bervariasi dari jumlah kunjungan antara 1
sampai dengan 4 kali seminggu, hal tersebut menandakan bahwa remaja yang
berkunjung dengan jumlah yang besar dalam setiap bulannya dikategorikan sebagai
berperilaku konsumtif, karena kebanyakan remaja yang berkunjung tidak
memproduksi barang melainkan melainkan berbelanja. Aktivitas remaja di Mall
sebagian besar adalah berbelanja, dan selain itu juga Mall adalah tempat jalan-jalan,
hiburan maupun bersosialisasi, kemudian remaja hanya untuk terlihat modern
didepan teman-teman sebaya.
Kata Kunci : Makna Belanja, Pasar Modern, Remaja
2
A B S T R A C T
Shopping is now a habit of teenagers. A transitional period of adolescence is
between childhood and adulthood. In the town of Tanjung Pinang recently mid-2016
modern market stand called the Mall, then known by the name of Mall
Tanjungpinang City Center, nearly all basic necessities for sale at the Mall. But the
issue was mind that teenagers are the ones who are mostly school age and still not
working so it does not have a fixed income, but teens in the town of Tanjung Pinang
was able to purchase goods with expensive prices at the mall. The Mall was made a
new place teenagers to fill in spare time.
The goal in this is to penelitia know the meaning in Tanjungpinang City
Shopping Center on Community Tanjungpinang. The discussion in this thesis using a
descriptive qualitative techniques, Informants chosen is 6 people with criteria that
has been set.
Based on the research results can then be analyzed that meaning in
Tanjungpinang City Shopping Center on Adolescent Tanjungpinang is a nice thing
and provide a sense of pride for the teens, given his place of comfort, a good product
and the price is expensive, teens who visited the Mall in each month varies from the
number of visits between 1 up to 4 times a week, it would indicate that teenagers are
visiting with large numbers in each month are categorized as behaving consumerist ,
as most teens who visit does not produce goods but rather shopping. The activity of
teenagers at the Mall is mostly shopping, and the Mall is where the streets,
entertainment or socializing, then a teenager only to modern look in front of my
peers.
Key Words: The Meaning Of The Modern Market, Shopping, Teenagers
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada mulanya belanja
merupakan suatu konsep yang
menunjukan suatu sikap untuk
mendapatkan barang yang menjadi
keperluan untuk seharihari dengan
jalan menukarkan sejumlah uang
sebagai pengganti barang tersebut,
akan tetapi pada konsep belanja
sekarang ini telah berkembang
menjadi sebuah cerminan gaya hidup
dan rekreasi dikalangan masyarakat.
Belanja merupakan gaya hidup
tersendiri yang bahkan menjadi suatu
kegemaran oleh sejumlah orang.
(Haris, 2005).
Dalam kehidupan, manusia
selalu berhubungan erat dengan
berbagai aktivitas ekonomi. Aktivitas
ekonomi adalah semua aspek atau
kajian yang berhubungan dengan
upaya pemenuhan kebutuhan serta
roda pergerakan secara material.
Namun demikian dalam kajian yang
lebih luas, aktivitas ekonomi ini
lantas memberikan relevansi yang
kuat terhadap pola interaksi individu
yang ada di dalamnya. Sehingga
secara singkat dalam implikasinya
ekonomi membawa pada suatu
kajian yang berhubungan dengan
aktivitas manusia dalam upaya
memenuhi dan mengorganisir
berbagai kebutuhan hidupnya.
Belanja adalah mengeluarkan
sejumlah uang untuk mendapatkan
barang yang diharapkan mempunyai
nilai yang seimbang. Tetapi,
terkadang uang yang dikeluarkan
tidak setara dengan nilai barang yang
dibeli. Kemampuan belanja adalah
kemampuan khusus yang tidak
semua orang memilikinya. Dikatakan
sebagai kemampuan khusus, karena
setiap orang dan individu pasti akan
memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda. Di dalam kamus bahasa
Indonesia, makna dan pengertian
belanja adalah tingkat kemampuan
seseorang dalam menukar suatu
barang atau benda yang diinginkan,
dengan sejumlah nilai uang dengan
nominal yang ditentukan besarnya.
(Sumber : http://www.anneahira.com
diakses tanggal 2 Desember 2016)
Kemampuan berbelanja
setiap orang biasanya tergantung
pada latar belakang masing-masing
pribadi. Antara lain tergantung pada,
tingkat ekonomi seseorang, status
sosial, latar belakang histori
masyarakat serta jenjang pendidikan
seseorang. Beberapa faktor tersebut
dalam kehidupan nyata
mempengaruhi kemampuan
berbelanja seseorang. Siapapun pasti
suka dengan kegiatan belanja ini,
baik itu masyarakat golongan
menengah bawah sampai menengah
atas. Ditambah lagi sekarang
banyaknya variasi harga yang
ditawarkan, mulai dari harga paling
murah sampai mahal. Memberikan
banyak pilihan orang untuk belanja.
Apalagi belanja di tempat yang
khusus menyediakan barang yang
dibeli secara grosiran, harga yang
ditawarkan pasti lebih murah.
Salah satu aktivitas ekonomi
yang erat dengan kehidupan manusia
adalah keberadaan pasar. Sejarah
terbentuknya pasar melalui
4
perubahan yang panjang, hal ini
bermula dari upaya seseorang untuk
memenuhi kebutuhan sendiri. Pada
awalnya kebutuhan manusia masih
terbatas pada masalah pangan saja,
sehingga masih dapat dipenuhi
sendiri dimana pertukaran barang
hanya terbatas pada lingkungan di
sekitarnya. Pada tahap berikutnya,
kebutuhan mulai berkembang
manusia mulai mengadakan
pertukaran barang yang lebih luas
lingkungannya dengan mencari atau
menemui pihak-pihak yang saling
membutuhkan. Selanjutnya tahapan
tersebut mulai berkembang sejalan
dengan intensitas kebutuhan manusia
yang semakin kompleks, hal ini
ditandai dengan bertemunya manusia
yang saling membutuhkan barang di
suatu tempat. Tempat yang
disepakati untuk bertemu tersebut
kemudian disebut sebagai pasar.
Konsumen memaknai pasar
sebagai tempat berkumpulnya
banyak pedagang yang menjual
berbagai jenis macam barang
kebutuhan manusia. Pasar modern
adalah pasar yang dikelola dengan
manajemen modern, umumnya
terdapat diperkotaan, sebagai
penyedia barang dan jasa dengan
mutu dan pelayanan yang baik
kepada konsumen yang umumnya
anggota kelas menengah keatas
(Sinaga, 2008).
Pasar di Indonesia pada umum
nya ada dua yaitu pasar moderen dan
pasar tradisional. Warga Indonesia
maupun warga asing sering datang
ke pasar Moderen ataupun pasar
tradisional untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari atau pun
mecari barang untuk memenuhi
keinginan. Pengertian pasar adalah
tempat bertemunya penjual dan
pembeli untuk melakukan jual beli
barang dan jasa. Namun tidak semua
pasar harus bertemu penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi.
Maka dari itu pengertian pasar secara
luas yaitu adanya transaksi antara
penjual dan pembeli dan adanya
transakasi permintaan dan penawaran
antara dua belah pihak mengenai apa
yang di butuh kan oleh pembeli
ataupun yang di tawarkan oleh
penjual.
Pasar tradisonal menurut
Peraaturan Presiden Nomor 112
Tahun 2007 adalah pasar yang
kegiatan para penjual dan
pembelinya dilakukan secara
langsung dalam bentuk eceran dalam
waktu sementara atau tetap dengan
tingkat pelayanan terbatas. Pasar
Tradisional adalah Pasar yang
dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah, Swasta, Badan
Usaha Milik Negara dan/atau Badan
Usaha Milik Daerah termasuk
kerjasama dengan swasta berupa
tempat usaha yang berbentuk toko,
kios, los, dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, koperasi dengan
usaha skala kecil, modal kecil dan
melalui proses jual beli barang
dagangan dengan tawar-menawar.
Sedangkan Pasar modern
adalah pasar ini penjual dan
konsumen tidak melakukan
transakasi secara langsung,
melainkan konsumen melihat label
harga yang sudah tertera pada
barang, pasar ini berada dalam
ruangan dan juga pelayanannya
dilakukan secara swalayan atau bisa
5
juga dilayani oleh pramuniaga.
Barang yang dijual umumnya
memiliki kualitas yang baik.
Indikator dalam pasar modern
(http://www.kompasiana.com)
adalah :
1. Tidak bisa tawar-menawar
harga.
2. Harga sudah tertera di barang
yang dijual dan umumnya
diberi barcode.
3. Barang yang dijual
beranekaragam dan biasanya
memiliki kualitas yang baik.
4. Berada dalam bangunan atau
ruangan dan pelayanannya
dilakukan sendiri (swalayan).
5. Layanan yang baik dan
biasanya memuaskan.
6. Tempatnya bersih dan
nyaman, ruangan ber-AC.
7. Tata tempat yang rapi supaya
konsumen atau pembeli dapat
dengan mudah menemukan
barang yang akan di belinya.
8. Pembayarannya dilakukan
dengan membawa barang ke
Kasir dan tentunya tidak ada
tawar-menawar lagi
Pada saat ini, keberadaan mall atau
pusat belanja di berbagai kota
menjadi bagian yang penting untuk
semua pihak. Keberadaan mall atau
pusat belanja bisa memberikan
masukan kepada pemerintah melalui
pajak yang dibayarkan, keberadaan
pusat belanja bisa meningkatkan
kehidupan perekonomian, maupun
keberadaan pusat belanja merupakan
bagian yang penting bagi kehidupan
konsumen.
Saat ini jumlah pasar modern
yang ada diseluruh Indonesia
mencapai 23.000 unit. Jumlah
tersebut mengalami peningkatan
sebesar 14 persen dalam tiga tahun
terakhir yaitu tahun 2013, 2014, dan
2015. Pasar modern ada 23.000 dan
dari jumlah itu sebanyak 14.000
lebih di antaranya merupakan
kelompok usaha minimarket,
sedangkan sisanya adalah
supermarket, saat ini pola beli
masyarat sudah mulai berubah, di
mana yang tadinya membeli barang
kebutuhan di pasar tradisional sedikit
beralih ke pasar modern, baik
supermarket maupun minimarket.
Pasar modern saat ini terus tumbuh
dan berkembang tidak hanya terpusat
pada satu daerah saja. Selain itu,
pembangunan pasar modern selalu
diatur izin pembangunan agar
mampu tersebar ke berbagai daerah
di Indonesia dengan pertimbangan
jarak dan jumlah pertumbuhan
penduduk suatu daerah. (Sumber :
Kompas.com – Kementerian
Perdagangan (Kemendag))
Seiring dengan
perkembangan waktu, adanya
modernisasi dan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat, banyak
masyarakat Kota Tanjungpinang
yang berbelanja di pasar modern
(supermarket/hypermart) dan mulai
enggan berbelanja di pasar
tradisional (kecuali untuk produk-
produk yang tidak ada di
supermarket/hypermart). Tidak
sedikit konsumen yang merubah
perilaku belanjanya dari pasar
tradisional pindah, dan cari alternatif
(switching) ke pasar modern. Hal ini
wajar karena kondisi pasar
tradisional selalu identik dengan
6
kurang nyaman. Kelemahan dari
pasar tradisional inilah yang menjadi
daya jual bagi pasar modern.
(Sumber : Rahman Helmi dan
Marnah : 2015)
Di Kota Tanjungpinang juga
memiliki pasar modern yang dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel I.2
Data Pasar Modern
N
o
Nama Alamat
1 Mall
Ramayana
Tanjung
Pinang
Jalan Wiratno
2 Bestari Mall Teuku Umar
3 Bintan Indah
Mall
Jalan Pos
4 Pasaraya
Bintan 21
Jl.Ir.Sutami
5 Kurnia
Swalayan
Jl.Gatot
Subroto Km.6
6 Suryadi
Swalayan
Jl.Raja Ali
Haji
7 Zoom
Swalayan
Jl. Pemuda
8 Pinang Lestari
Swalayan
Jl.D.I.Panjaita
n Km.9
9 Sumber
Rezeki
Swalayan
Jl.Adi Sucipto
Km.10
10 Tanjungpinan
g City Center
Jl. R.H
Fisabilillah
Sumber : Dinas Perdagangan dan
perindustrian Kota
Tanjungpinang
Berdasarkan tabel diatas
dijelaskan bahwa Mall
Tanjungpinang City Center adalah
mall terbesar sekaligus terlengkap di
Tanjungpinang. Mall ini dikelola
oleh Ramayana, Robinson dan
Ramayana Supermarket. Di
dalamnya mempunyai Salemba Toko
Buku,Optik Rama,Timezone, RM
Bundo Kanduang,Charlies Fried
Chicken,Pegadain,ACA Insurance
dan lain-lain. Mall ini berada di Jalan
Wiratno, Tanjungpinang dekat
Jembatan Wiratno dan Kantor
Gubernur Provinsi Kepulauan Riau.
Kemudian Bestari Mall adalah mall
kedua di Tanjungpinang. Mall ini
berada di Jalan Teuku Umar dekat
Pasar Raya Kota Tanjungpinang,
Bintan Indah Mall adalah mall ketiga
di Tanjungpinang. Di Tanjungpinang
juga ada banyak swalayan atau
supermarket seperti Pasaraya Bintan
21 Jl.Ir.Sutami (Swalayan ini
dulunya adalah Bioskop Cinema 21).
Kurnia Swalayan Jl.Gatot Subroto
Km.6. Suryadi Swalayan Jl.Raja Ali
Haji. Zoom Swalayan Jl.Pemuda.
Pinang Lestari Swalayan
Jl.D.I.Panjaitan Km.9. Sumber
Rezeki Swalayan Jl.Adi Sucipto
Km.10.
Pada jaman dahulu
masyarakat berbelanja dalam
memenuhi kebutuhan sehari-harinya
tempat utama yang dituju adalah
pasar tradisional. Namun kini dengan
adanya tempat atau pusat-pusat
perbelanjaan yang modern telah
memberikan alternatif lain bagi
masyarakat selaku konsumen dalam
memilih tempat berbelanja untuk
mencari dan memilih produk yang
dibutuhkan dan diinginkannya.
Seperti hal nya pada Tanjungpinang
City Center yang menyediakan
tempat yang nyaman, teratur, ber-
7
AC, aman, bersih, dan pembeli bisa
memilih barang dengan leluasa.
Belanja juga saat ini menjadi
kebiasaan para remaja. Masa remaja
merupakan periode peralihan antara
masa kanak-kanak dan dewasa. Pada
masa ini remaja di antaranya mulai
mencari identitas diri, sehingga
seseorang yang sedang berada dalam
masa remaja akan sangat mudah
terpengaruh oleh berbagai hal di
sekelilingnya, baik itu yang positif
maupun yang negatif. Seiring dengan
perubahan tersebut, pada usia remaja
terbentuk pola konsumsi yang dapat
berkembang menjadi pola konsumtif.
Remaja memang sering
dijadikan target pemasaran berbagai
produk industri, antara lain karena
karakteristik mereka yang labil,
spesifik dan mudah dipengaruhi
sehingga akhirnya mendorong
munculnya berbagai gejala dalam
perilaku membeli yang tidak wajar.
Membeli tidak lagi dilakukan karena
produk tersebut memang dibutuhkan,
namun membeli dilakukan karena
alasan-alasan lain seperti sekedar
mengikuti mode, hanya ingin
mencoba produk baru, ingin
memperoleh pengakuan sosial dan
sebagainya.
Dalam memilih barang yang
akan di konsumsi, sebagian besar
para remaja sangat dipengaruhi oleh
perkembangan trend yang ada.
Terutama dengan basic psikologis
dari seorang remaja yang cenderung
masih labil dan bersifat dinamis,
membuat mereka mudah terpengaruh
oleh lingkungan pergaulan. Misalnya
saja dengan keberadaan Mall sebagai
salah satu tempat perbelanjaan yang
menawarkan berbagai konsep baru.
Produk-produk yang ditawarkan pun
sangat beraneka ragam. Dari baju,
celana, sepatu, tas, topi, bahkan
acecories dan kaset pun tersedia di
Mall. (Wahyudi : 2013 : 33)
Gaya hidup berbelanja
kebanyakan kaum remaja. Mereka
beramai-ramai pergi ke mall untuk
belanja barang apa saja yang mereka
inginkan. Biasa di kenal dengan
shopping mall. Dalam shopping
mall, kegiatan belanja yang semata-
mata transaksi jual beli mengalami
perubahan. Kegiatan belanja berubah
fungsi sebagai pengisi waktu
senggang. Ini dapat kita lihat pada
berapa banyak setiap harinya orang-
orang berkeliling di Mall tanpa
berbelanja apapun. Terkadang
mereka cuma berkeliling,
berbincang, atau mengagumi barang-
barang produk baru. Kegiatan
berbelanja merupakan salah satu cara
untuk memuaskan rasa penasaran
akan hal yang baru.
Di Kota Tanjungpinang baru
pertengahan tahun 2016 berdiri pasar
modern yang disebut Mall, yang
kemudian dikenal dengan nama Mall
Tanjungpinang City Center, hampir
semua kebutuhan pokok dijual di
Mall ini. Mulai dari perlengkapan
dapur, perlengkapan sehari-hari,
furniture, dan lain sebagainya. Hal
ini tidak terlepas dari pola perilaku
belanja pelanggan yang sedikit demi
sedikit berubah yang perlu direspons
secara aktif oleh penjual untuk dapat
mempertahankan keberlanjutan
usahanya. Dalam hal ini pelanggan
sangat memperhatikan hal-hal yang
terkait dengan nilai tambah terhadap
kenyamanan mereka dalam
8
melakukan aktivitas belanja
mengingat berubahnya pandangan
bahwa belanja adalah merupakan
aktivitas rekreasi, maupun
pemenuhan keanekaragaman
kebutuhan mereka dalam satu lokasi.
Penelitian terkait tentang ini
dilakukan oleh Wahyudi (2013) yang
menjelaskan bahwa Mall umumnya
adalah seputar fashion dan pernak
pernik , produk keluaran Mall ini
terlihat modern dan eksklusif.
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa Perilaku konsumtif
pengunjung Mall sebagian besar
dari keseluruhan adalah untuk
berbelanja dan mengkonsumsi
barang yang ditawarkan di pusat
perbelanjaan tersebut meskipun
ada beberapa berkunjung ke Mall
untuk menghilangkan rasa jenuh dan
sebagai sarana rekreasi atau hiburan,
jalan-jalan dan bersosialisasi.
Salah satu Mall yang saat ini
sedang ramai dikunjungi masyarakat
khususnya remaja adalah Mall
Tanjungpinang City Center (TCC),
tempatnya yang jauh lebih luas
dibandingkan pasar modern lainnya,
pasar ini juga memiliki fasilitas yang
jauh lebih baik sehingga masyarakat
bisa berbelanja dengan nyaman. Mall
TCC ini juga memberikan tempat
berbelanja serba ada sehingga
memudahkan masyarakat untuk
mencari kebutuhannya di satu tempat
saja karena di Mall atau pasar
modern semua kebutuhan
masyarakat bisa langsung di
dapatkan seperti berbelanja fashion
dengan merk dan harga yang
beragam, kemudian kebutuhan dapur
seperti bahan lauk pauk yang sudah
di olah maupun belum di olah
kemudian kebutuhan-kebutuhan
makanan pokok lainnya.
Masyarakat Kota
Tanjungpinang seperti remaja saat
ini banyak memenuhi Mall
Tanjungpinang City Center (TCC),
Para Remaja memilih untuk
berbelanja di Mall Tanjungpinang
Center ini karena tertarik dengan
merk-merk yang mereka sediakan,
merk-merk tersebut dianggap
memiliki kualitas yang baik
walaupun dengan harga yang juga
tidak murah. Seperti salah satunya
adalah para ibu memilih brand yang
ada di matahari untuk membeli
barang-barang keperluannya, seperti
perlengkapan fashion seperti seperti
Anisa Ladies, Body Talk, Expand,
Stylist, kemudian aksesori,
kecantikan, hingga peralatan rumah
tangga. Matahari menghadirkan
produk-produk stylish berkualitas
tinggi bekerja sama dengan pemasok
lokal dan internasional yang
terpercaya untuk menawarkan
beragam produk terkini dari merek
eksklusif dan merek internasional.
Namun permasalahannya
adalah diketahui bahwa para remaja
adalah orang-orang yang sebagian
besar masih berusia sekolah dan
tidak bekerja sehingga tidak
mempunyai pendapatan tetap, namun
saat ini remaja di Kota
Tanjungpinang mampu membeli
barang-barang dengan harga mahal
di mall. Mall dijadikan tempat baru
para remaja untuk mengisi waktu
luang. Remaja lebih memilih untuk
menghabiskan waktunya di mall
bersama teman-temannya karena di
mall menawarkan berbagai macam
tempat yang layak di kunjungi oleh
9
para remaja khususnya remaja
perempuan meskipun tidak harus
berbelanja. Keberadaan mall bagi
para remaja merupakan sarana
belanja dan aktifitas sosial lain
karena di tempat ini sudah dilengkapi
dengan berbagai sarana. Para remaja
lebih banyak bersama teman-
temannya ketimbang dengan
keluarga khususnya orangtua.
Mall yang ada di Kota
Tanjungpinang membuat pengusaha
Mall berlomba-lomba menarik
perhatian konsumen termasuk remaja
putri. Untuk menarik perhatian
remaja agar membeli produk yang
dijual, pengusaha Mall melakukan
promosi penjualan seperti beli satu
dapat satu. Selain itu pengusaha juga
mengadakan discount atau potongan
harga untuk setiap pembelian
produknya. Inilah yang menjadi daya
tarik bagi para remaja, barang
dengan merk tertentu yang mahal
namun diberikan diskon hingga
separuh harga membuat banyak
remaja tertarik walaupun tidak dalam
kebutuhannya.
Merk juga merupakan salah
satu pertimbangan bagi remaja untuk
membelinya, karena ada merk
tertentu di mall kisaran harga
terbilang mahal sehingga jika
mampu membelinya ada perasaan
puas dan senang yang dirasakan oleh
remaja tersebut. Tjiptono (2005:49)
menyatakan bahwa brand image
atau brand description adalah
deskripsi tentang asosiasi dan
keyakinan konsumen terhadap merek
tertentu. Brand image merupakan
tanggapan tentang merek yang
direfleksikan konsumen yang
berpegang pada ingatan konsumen
dan cara orang berpikir tentang
sebuah merek secara abstrak dalam
pemikiran mereka, sekalipun pada
saat mereka memikirkannya, mereka
tidak berhadapan langsung dengan
produk (Keller, 2003:66).
Menurut Kotler (2005:202)
keputusan seorang dalam memilih
sesuatu tergantung dari berbagai hal.
Faktor pribadi yang dimaksud ialah
usia dan tahap siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, serta kepribadian dan konsep-
diri pembeli. Gaya hidup adalah pola
hidup seseorang di dunia yang
terungkap pada aktivitas, minat, dan
opininya, sedangkan kepribadian
merupakan karakteristik individu
yang berbeda yang mempengaruhi
perilaku pembeliannya. Ketika
seseorang telah memperoleh
penghasilan sendiri, seseorang dapat
dengan leluasa membelanjakan apa
yang telah dihasilkannya. Seperti
membeli keperluan untuk menunjang
kebutuhan penampilannya.
Dari latar belakang
permasalahan diatas, dalam
penelitian ini mengambil judul
MAKNA BELANJA DI
TANJUNGPINANG CITY
CENTER PADA REMAJA
TANJUNGPINANG.
B. Perumusan Masalah
Dari identifikasi permasalahan yang
sudah dipaparkan dalam latar
belakang maka penulis mencoba
merumuskan masalah yaitu
Bagaimana Makna Belanja Di
Tanjungpinang City Center Pada
Remaja Tanjungpinang?
10
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai
berikut : untuk mengetahui Makna
Belanja Di Tanjungpinang City
Center Pada Remaja Tanjungpinang
D. Konsep Operasional
Untuk mencapai realitas dalam
rangka penelitian secara empiris,
maka sejumlah konsep yang masih
abstrak perlu dioperasionalkan agar
benar-benar menyentuh fenomena
yang akan diteliti. Penentuan konsep
yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Makna belanja
Makna belanja yang
dimaksud dalam penelitian
ini nilai yang diberikan oleh
masyarakat terhadap
pemilihan tempat berbelanja
dalam memenuhi
kebutuhannya.
2. Pasar Modern
Pasar yang penjual dan
pembeli tidak bertransaksi
secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga
yang tercantum dalam barang
(barcode), berada dalam
bangunan dan pelayanannya
dilakukan secara mandiri
(swalayan) atau dilayani oleh
pramuniaga.
3. Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif dalam
penelitian ini adalah perilaku
remaja yang tidak lagi
berdasarkan pada
pertimbangan yang rasional,
hasrat yang besar untuk
memiliki benda-benda
mewah dan berlebihan dan
penggunaaan segala hal yang
dianggap paling mahal dan
didorong oleh semua
keinginan untuk memenuhi
hasrat kesenangan semata-
mata.
4. Remaja
Remaja yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah
Remaja berumur 17 sampai
dengan 20 tahun yang
berkunjung dan berbelanja di
Mall Tanjungpinang City
Center sebagai salah satu
Mall atau pasar modern yang
ada di Kota Tanjungpinang,
E. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis
Deskriptif dengan pendekatan
Kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan data yang berupa kata-
kata, gambar dan bukan angka-angka
(Moleong, 2011: 11). Penelitian
kualitatif' adalah penelitian tentang
riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis .
Proses dan makna (perspektif subjek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan fakta
di lapangan. Selain itu landasan teori
juga bermanfaat untuk memberikan
gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian
F. Analisa Data
Analisis data dilakukan untuk
menganalisa data-data yang didapat
dari penelitian ini adalah analisis
Kualitatif, Pendapat Moleong
(2011:248) bahwa analisis deskriptif
11
kualitatif, yaitu Upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari
dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belanja adalah kata yang sering
digunakan sehari-hari dalam konteks
perekonomian, baik di dunia usaha
maupun di dalam rumah tangga.
Namun kata yang sama telah
berkembang artinya sebagai suatu
cerminan gaya hidup dan rekreasi
pada masyarakat kelas ekonomi
tertentu. Belanja juga punya arti
tersendiri bagi remaja. Seiring
dengan terjadinya perubahan
perekonomian dan globalisasi, terjadi
pula perubahan dalam perilaku
membeli pada masyarakat.
Terkadang seseorang membeli
sesuatu bukan didasari pada
kebutuhan yang sebenarnya. Perilaku
membeli yang tidak sesuai
kebutuhan dilakukan semata-mata
demi kesenangan, sehingga
menyebabkan seseorang menjadi
boros. Perilaku ini dikenal dengan
istilah perilaku konsumtif. Perilaku
ini dapat terjadi pada setiap orang
termasuk kaum remaja.
Gaya hidup berbelanja kebanyakan
dilakukan oleh kaum remaja. Mereka
beramai-ramai pergi ke mall untuk
belanja barang apa saja yang mereka
inginkan. Pelaku utama gaya hidup
konsumtif adalah kelompok usia
remaja. Hal tersebut terkait dengan
karakteristik remaja yang mudah
terbujuk dengan hal-hal yang
menyenangkan, ikut–ikutan teman,
dan cenderung boros dala
menggunakan uang
Gaya hidup didefinisikan
sebagai cara hidup yang
diidentifikasikan oleh bagaimana
orang menghabiskan waktu
(aktivitas), apa yang mereka anggap
penting dalam lingkungannya
(ketertarikan), dan apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri
dan juga dunia di sekitarnya
(pendapat). Menurut Kottler (dalam
Sakinah, 2002:78) dijelaskan bahwa,
“Gaya hidup mennggambarkan
keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya”.
Hal ini berarti gaya hidup adalah
perpaduan antara kebutuhan ekspresi
diri dan harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak
berdasarkan pada norma yang
berlaku.
Gaya hidup seseorang dapat
dilihat dari perilaku yang dilakukan
oleh individu seperti kegiatan-
kegiatan untuk mendapatkan atau
mempergunakan barang-barang dan
jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pada
penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut. Amstrong (dalam
Nugrahen, 2003:15) menyatakan
bahwa “faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang
adalah sikap, pengalaman, dan
pengamatan, kepribadian, konsep
diri, motif, persepsi, kelompok
referensi, kelas sosial, keluarga, dan
kebudayaan”.
12
Dari pendapat tersebut dapat
dikelompokkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup
yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri individu (internal) dan faktor
yang berasal dari luar (eksternal).
Faktor internal yaitu sikap,
pengalaman dan pengamatan,
kepribadian, konsep diri, motif, dan
persepsi. Dan faktor eksternal yaitu
kelompok referensi, keluarga, kelas
sosial, dan kebudayaan. Gaya hidup
didefinisikan sebagai cara hidup
yang diidentifikasikan oleh
bagaimana orang menghabiskan
waktu (aktivitas), apa yang mereka
anggap penting dalam lingkungannya
(ketertarikan), dan apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri
dan juga dunia di sekitarnya
(pendapat). Gaya hidup hanyalah
salah satu cara mengelompokkan
konsumen secara psikografis. Gaya
hidup pada prinsipnya adalah
bagaimana seseorang menghabiskan
waktu dan uangnya. Gaya hidup
dapat mempengaruhi perilaku
seseorang, dan akhirnya menentukan
pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Gaya hidup selalu berkaitan
dengan upaya untuk membuat diri
eksis dalam cara tertentu dan berbeda
dari kelompok lain. Menurut Machin
& Leeuwen (dalam Bagong Suyanto,
2013 : 138-143), berbeda dengan
individual style (gaya pribadi) dan
social style (gaya sosial), yang
dimaksud life style (gaya hidup)
disini adalah gabungan dari kedua
gaya pribadi dan gaya sosial yang
muncul pada wilayah sosial tertentu,
merupakan aktivitas bersama dalam
mengisi waktu senggang, dan sikap
dalam menghadapi, isu sosial
tertentu.
Gaya hidup menurut Kotler
(2002:192) adalah pola hidup
seseorang di dunia yang iekspresikan
dalam aktivitas, minat, dan opininya.
Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup menggambarkan seluruh
pola seseorang dalama beraksi dan
berinteraksi di dunia. Menurut
Assael, gaya hidup adalah “A mode
of living that is identified by how
people spend their time (activities),
what they consider important in their
environment (interest), and what they
think of themselves and the world
around them (opinions)”. Secara
umum dapat diartikan sebagai suatu
gaya hidup yang dikenali dengan
bagaimana orang menghabiskan
waktunya (aktivitas), apa yang
penting orang pertimbangkan pada
lingkungan (minat), dan apa yang
orang pikirkan tentang diri sendiri
dan dunia di sekitar (opini).
Sedangkan menurut Minor
dan Mowen (2002 : 282), gaya hidup
adalah menunjukkan bagaimana
orang hidup, bagaimana
membelanjakan uangnya, dan
bagaimana mengalokasikan waktu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
gaya hidup adalah pola hidup
seseorang yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat dan pendapatnya
dalam membelanjakan uangnya dan
bagaimana mengalokasikan waktu.
Faktor-faktor utama pembentuk gaya
hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu
secara demografis dan psikografis.
Faktor demografis misalnya
berdasarkan tingkat pendidikan, usia,
tingkat penghasilan dan jenis
kelamin, sedangkan faktor
psikografis lebih kompleks karena
13
indikator penyusunnya dari
karakteristik konsumen.
Perilaku individu muncul
karena adanya motif kebutuhan
untuk merasa aman dan kebutuhan
terhadap prestise merupakan
beberapa contoh tentang motif. Jika
motif seseorang terhadap kebutuhan
prestise itu besar maka akan
membentuk gaya hidup yang
cenderng mengarah kepada gaya
hidup hendonis. Dari berbelanja di
Mall akan mengakibatkan keinginan
peningkatan prestise atau kelas sosial
mereka dengan penampilan yang
modern atau sebagainya. Antusiasme
masyarakat untuk selalu mengikuti
perkembangan jaman untuk
peningkatan prestise dan gengsi,
serta merupakan Life Style. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh posisi
sosial
Gaya hidup konsumtif
memiliki arti sebagai gaya hidup
yang menganggap barang-barang
sebagai ukuran kesenangan,
kebahagiaan, dan harga diri
(prestise). Dengan sifat atau gaya
hidup yang seperti ini, orang akan
terdorong untuk membeli barang dan
jasa yang sebenarnya belum menjadi
kebutuhannya.
Remaja tidak hanya
menganggap merek sebagai sebuah
nama produk, tetapi terkadang
menjadi identitas yang akan
membedakannya dengan produk lain
yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhanyang sama, dan hal ini
akan mempermudah dalam
melakukan keputusan pembelian.
Suryani (2008) menjelaskan citra
terhadap merek mempunyai peran
penting dalam mempengaruhi
perilaku pembelian. Remaja
mempunyai citra positif terhadap
merek cenderung memilih merek
tersebut dalam pembelian. Menurut
Kotler (2012: 202) Keputusan
pembelian adalah suatu tahap dimana
konsumen telah memiliki pilihan dan
siap untuk melakukan pembelian
atau pertukaran antara uang dan janji
untuk membayar dengan hak
kepemilikan atau penggunaan suatu
barang atau jasa. Menurut Nugroho
(2008: 413) keputusan pembelian
adalah suatu proses pemilihan
diantara dua atau lebih alternatif,
dimana suatu aspek perilaku dan
kondisi dilibatkan dalam suatu
pengambilan keputusan konsumen,
termasuk pengetahuan, kepercayaan,
perhatian dan pemahaman produk
yang ditawarkan.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
A. Fenomena Belanja
Survei yang diselenggarakan
menunjukkan 52% responden datang
ke mal untuk hang out, 24% karena
akan membeli sesuatu, 18% untuk
window shopping, dan masing-
masing 3% datang ke mal karena ada
urusan pekerjaan dan sebagai tempat
transit. Mengingat tujuan kedatangan
mereka, tak heran kalau mereka tidak
sendirian datang ke mal. Sekitar 42%
responden mengaku datang bersama
temannya, masing-masing 22%
datang bersama pasangan atau
keluarga, dan masing-masing 5,7%
datang sendiri atau bersama klien.
Sebagai ruang bersosialisasi, tidak
14
mengherankan responden betah
berlamalama menghabiskan waktu di
mal. (http://repository.wima.ac.id
diakses tanggal 2 Februari 2017)
Di Indonesia sendiri, Mall
nampaknya sudah menjadi sebuah
keharusan bagi kota-kota di berbagai
propinsi. Mall telah menjadi sebuah
identitas dari sebuah kota. Sebagaian
kota besar di Indonesia menghiasi
dirinya dengan bangunan-bangunan
super megah yang menawarkan
berbagai kebutuhan manusia. Di
tengah tekanan ekonomi yang masih
membelit sebagian masyarakat. Di
dalam Mall seseorang bisa bebas
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Manusia memiliki kebutuhan mulai
dari kebutuhan fisik hingga
kebutuhan untuk mengaktualisasikan
diri. Berkaitan dengan itu, Mall-lah
yang dapat memenuhi semuanya.
B. Gambaran Umum Tempat
Berbelanja di Kota Tanjungpinang
Secara geografis Kota
Tanjungpinang mempunyai
kedudukan yang cukup strategis baik
segi ekonomi, pertahanan dan
keamanan maupun sosial budaya.
Kota Tanjungpinang terletak dipulau
Bintan, Jumlah penduduk di Kota
Tanjungpinang adalah 65.732 kepala
keluarga. Pasar tradisonal dirasakan
sebagian orang kurang nyaman
karena berbagai alasan seperti jalan
yang kotor, becek kemudian
kesehatan makanan kurang terjaga ,
dan karena banyak orang dengan
wilayah yang kecil banyak terjadi
kejahatan kriminal seperti
porampokan. Di Tanjungpinang
sendiri pasar tradisonal ada di
beberapa tempat, seperti :
Tabel 3.1
Data Pasar Tradisional
No Nama Alamat
1 Pasar Raya
Kota
Tanjungpinang
Jalan Teuku
Umar
2 Pasar
Tanjungpinang
Jalan
Merdeka
3 Pasar
Tanjungpinang
Jalan Pos
4 Pasar
Tanjungpinang
Jalan Bintan
5 Pasar Baru Jalan Pasar
Ikan
6 Pasar Ikan Jalan Plantar
2
7 Pasar Ikan Jalan Plantar
3
8 Pasar
Tanjungpinang
Jalan Gambir
9 Pasar
Tanjungpinang
Jalan
Temiang
10 Pasar
Tanjungpinang
Jalan Tambak
11 Pasar
Tanjungpinang
Jalan mawar
12 Pasar
Tanjungpinang
Jalan Plantar
4
12 Pasar
Tanjungpinang
Jalan
Ketapang
14 Pasar Bestari Kawasan
Bintan
Centre,Jalan
D.I. Panjaitan
Km.9.
Sumber : Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan Kota Tanjungpinang,
2017
Pasar tradisional adalah pasar
yang dalam pelaksanaannya bersifat
tradisional dan di tandai dengan
15
pemebeli serta penjual yang bertemu
secara langsung. Pasar tradisional
memiliki ciri-ciri seperti proses jual
beli memlalui tawar menawar,brang
yang di sediakan umumnya barang
keperluan dapur dan rumah tangga,
misalkan sayur mayur, lauk pauk dan
lain-lain. Ciri-ciri lainya yaitu harga
relatif lebih murah, namun tempat
atau area pasar tradisional yaitu area
terbuka dan tidak ber AC yang pada
biasanya pasar tradisional terlihat
kotor, becek dan tidak beraturan.
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa ada 2 pasar besar di Kota
Tanjungpinang yaitu Pasar Raya
Kota Tanjungpinang adalah pasar
tradisional terbesar di Tanjungpinang
yang selalu ramai akan pengunjung
dan penjual. Pasar ini memanjang
dari. Pasar ini terdiri dari Pasar
Ikan,Pasar Sayur,dan Pasar Baru. Di
sini pembeli bisa melihat berbagai
sayur mayur,buah-buahan,lauk
pauk,produk lokal
tanjungpinang,bumbu
masakan,hingga pakaian.
Kemudian Pasar Bestari
adalah pasar indoor atau pasar dalam
ruangan di Kawasan Bintan
Centre,Jalan D.I. Panjaitan Km.9.
Pasar ini berada di dekat Terminal
Sei Carang. Anda dapat melihat
berbagai aneka produk seperti sayur
mayur,buah-buahan,barang
elektronik,hingga pakaian. Pasar ini
dibuat untuk memudahkan
masyarakat terutama masyarakat
Tanjungpinang Timur yang jauh jika
pergi ke Pasar Raya Kota
Tanjungpinang. Di Kota
Tanjungpinang juga memiliki pasar
modern yang dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 3.2
Data Pasar Modern
N
o
Nama Alamat
1 Mall
Ramayana
Tanjung
Pinang
Jalan Wiratno
2 Bestari Mall Teuku Umar
3 Bintan Indah
Mall
Jalan Pos
4 Pasaraya
Bintan 21
Jl.Ir.Sutami
5 Kurnia
Swalayan
Jl.Gatot
Subroto Km.6
6 Suryadi
Swalayan
Jl.Raja Ali
Haji
7 Zoom
Swalayan
Jl. Pemuda
8 Pinang Lestari
Swalayan
Jl.D.I.Panjaita
n Km.9
9 Sumber
Rezeki
Swalayan
Jl.Adi Sucipto
Km.10
10 Tanjungpinan
g City Center
Jl. R.H
Fisabilillah
Sumber : Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Tanjungpinang,
2017
Pasar modern adalah pasar pasar
yang bersifat modern yang dimana
barang dagangannya diperjual
belikan dengan harga yang pas
sehingga tidak ada aktivitas tawar
menawar dan dengan layanan yang
baik. Definisi pasar modern yang
lain adalah pasar ini penjual dan
konsumen tidak melakukan
transakasi secara langsung,
melainkan konsumen melihat label
harga yang sudah tertera pada
16
barang, pasar ini berada dalam
ruangan dan juga pelayanannya
dilakukan secara swalayan atau bisa
juga dilayani oleh pramuniaga.
Barang yang dijual umumnya
memiliki kualitas yang baik. Ciri-
ciri pasar modern yaitu tidak adanya
tawar menawaar, pemebeli tidak di
layani langsung oleh pembeli namun
pembeli melayani diri sendiri
ataupun di layani oleh pramuniaga,
harga sudah terteradi dekat barang
yang akan di beli atau sudah ada di
barang yang di jual (barcode) dan
biasanya memiliki kualitas yang
baik. Barang – barang yang di jual di
pasar moderen beraneka ragam dan
pada umumnya bisa bertahan lama,
contoh nya sepeda, baju, cosmetik
dan lian-lain.
Pasar moderen berada dalam
lingkungan yang bersih, berAC dan
barang-barang yang di jual di tata
sangat teratur agar para pembeli
mudah untuk
menemukannya.pembayaran di
lakukan dengan membawa barang ke
kasir.
C. Tanjungpinang City Center
Tanjungpinang City Center (TCC)
dibuka Kamis 26 Mei 2016 Mal yang
berdiri di atas lahan 30 hektare di
kawasan D’Green City, Jalan Aisyah
Sulaiman atau Batu 8 atas ini
merupakan shopping mall terbesar di
Tanjungpinang. Soft opening
ditandai dengan pembukaan perdana
gerai Matahari Department Store
yang ke-145. Kemudian disusul
Hypermart pada 30 Mei, dan
Amazone di Juni 2016. Selain
anchor tenant, berbagai tenant
kategori food and beverage, fashion,
aksesoris, gadget segera mengisi dan
melengkapi TCC.
Mall atau pasar modern ini optimis
akan segera memenuhi tingkat
occupancy mall TCC sampai akhir
tahun ini. Pihak manajemen akan
berusaha yang terbaik untuk
menyediakan pilihan tenant dan
fasilitas yang variatif dan lengkap,
sehingga TCC dapat menjadi pusat
hiburan dan belanja keluarga terbesar
dan terlengkap di Tanjungpinang.
Selagi berbelanja diskon heboh
sampai dengan 70 persen dari
Matahari Department Store, para
pengunjung dapat menikmati
berbagai macam pilihan dan promo
menarik dari tenant fashion dan
aksesoris seperti Triset OXA, Fipper,
Mega World, Sinar Sakti Cellular,
Leenover Communication, Cutiery,
Koala Tree, Kids Fashion, Venus,
Toko Jam Sepuluh, Lyart Boutique,
Ishop, dan Zazezo.
Pengunjung yang membawa anaknya
dapat menikmati wahana rekreasi
MW Fun Ride, permainan dengan
hover board. Setelah belanja dan
bermain, bagi dapat beristirahat di
CFC, Miss Bubble Tea, SGT Food,
QQ Ice Cream, Pizza Rich, dan
Ayam Goreng Fatmawati.
Mal ini juga dapat menjadi alternatif
destinasi bagi wisatawan domestik
maupun asing yang sedang
mengunjungi Pulau Bintan, dengan
hadirnya TCC dapat memacu roda
perekonomian Tanjungpinang dan
khusus untuk masyarakat
Tanjungpinang, dapat lebih antusias
17
lagi dalam berwirausaha.
Tanjungpinang City Center adalah
mall ke empat yang dibangun oleh
Blacksteel Malls (The Blacksteel
Group) dan akan melakukan Grand
Opening tahun 2016. Anchor tenants
yang akan bergabung seperti
Matahari Department Store,
Hypermart, big tenants seperti
Cinemaxx, Amazone dan lainnya
dengan fasilitas yang lengkap
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
MAKNA BELANJA DI
TANJUNGPINANG CITY
CENTER PADA MASYARAKAT
TANJUNGPINANG
1. Diskon
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat
dianalisa bahwa para remaja
memaknai bahwa belanja di Mall
merupakan trend yang saat ini harus
diikuti, para remaja ini rela untuk
tidak jajan di sekolah demi pergi ke
Mall untuk membeli barang-barang
bermerk dengan kualitas bagus
dengan harga yang tidak murah. Ke
Mall bukan saja suatu kebutuhan
tetapi saat ini lebih cenderung ke
gaya hidup remaja, remaja memilih
mall untuk sekedar jalan-jalan, atau
makan-makan dan berkumpul
dengan alasan tempatnya nyaman.
Menurut Weber, tindakan
bermakna sosial sejauh berdasarkan
makna subjektifnya yang diberikan
individu atau individu-individu,
tindakan itu mempertimbangkan
perilaku orang lain dan karenanya
diorientasikan dalam penampilannya
(Mulyana, 2001: 61).
Untuk wilayah Kota
Tanjungpinang saat ini tempat-
tempat nongkrong remaja masakini
sudah menjamur dimana-mana,
mudah menemui remaja masakini
yang nongkrong di mall-mall besar
yang ada di Kota Tanjungpinang.
Terutama di Mall TCC yang
sekarang menjadi mall yang padat
dengan pengunjungnya terutama
remaja masakini. Dari kalangan atas,
menengah bahkan sampai kalangan
bawah pun gemar mengunjungi mall
TCC ini. Mall mempunyai banyak
fungsi bagi pengunjungnya. Selain
shopping, jalan-jalan, makan-makan,
nonton mall juga berfungsi sebagai
tempat berkumpulnya remaja-remaja
masakini yang menggandrungi gaya
hidup modern. Dengan tersedianya
fasilitas yang lengkap ditambah lagi
dengan adanya wifi dan free hot spot
yang menunjang gaya hidup para
remaja masakini yang sedang
menggilai internet. Nongkrong
merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan sendiri atau beramai-ramai
dengan cara duduk santai di suatu
tempat yang ramai.
2. Merek barang
Menurut Weber, tindakan
bermakna sosial sejauh berdasarkan
makna subjektifnya yang diberikan
individu atau individu-individu,
tindakan itu mempertimbangkan
perilaku orang lain dan karenanya
diorientasikan dalam penampilannya
(Mulyana, 2001: 61). Berdasarkan
hasil wawancara dengan informan
maka dapat dianalisa bahwa pasar
modern seperti Mall Tanjungpinang
18
City Center merupakan salah satu
mall yang berada di Tanjungpinang
yang saat ini menjadi pilihan bagi
remaja untuk berbelanja. Remaja
yang berkunjung ke Mall dalam
setiap bulan bervariasi dari jumlah
kunjungan antara 1 sampai dengan 4
kali seminggu, hal tersebut
menandakan bahwa remaja yang
berkunjung dengan jumlah yang
besar dalam setiap bulannya
dikategorikan sebagai berperilaku
konsumtif, karena kebanyakan
remaja yang berkunjung tidak
memproduksi barang melainkan
melainkan berbelanja.
Aktivitas remaja di Mall
sebagian besar adalah berbelanja,
dan selain itu juga Mall adalah
tempat jalan-jalan, hiburan maupun
bersosialisasi, kemudian remaja
hanya untuk terlihat modern didepan
teman-teman sebaya. Perilaku remaja
dalam berbelanja di Mall sebagian
besar tidak lain ingin memperoleh
kepuasan tersendiri dengan membeli
barang yang dapat memenuhi
kebutuhannya serta rasa kepuasaan
disamping itu juga remaja ingin
menikmati suasana yang nyaman
dalam membeli barang yang
ditawarkan.
B. Perilaku Konsumtif
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat
dianalisa bahwa adanya mall
membuat para remaja datang dan
senang berbelanja walaupun kadang
apa yang dibeli tidak sesuai dengan
kebutuhan terutama pada fashion.
Hurlock (dalam Anastasia,dkk. 2008:
182) menyatakan bahwa pakaian
menentukan dikelompok mana
seseorang diterima sebagai anggota.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa remaja putri mengkonsumsi
produk fashion terutama karena
berdasarkan perasaan dan emosi
ingin diterima dalam kelonpok
dengan mempresentasikan diri
melalui penampilan mereka. Karena
dorongan tersebut, remaja akan lebih
mudah melakukan perilaku
konsumtif pada produk fashion yang
selalu berubah setiap waktu.
Kemudian senada dengan Sudiantara
(2003: 73-74) mengungkapkan
bahwa aspek perilaku konsumtif
produk fashion adalah: pembelian
untuk memperoleh kesenangan,
membeli secara berlebihan,
pencapaian status sosial dan membeli
diluar kebutuhan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat dianalisa bahwa Makna
Belanja Di Tanjungpinang City
Center Pada Remaja Tanjungpinang
khususnya remaja putri adalah
belanja di mall merupakan suatu hal
yang menyenangkan dan
memberikan rasa bangga bagi para
remaja, mengingat tempatnya yang
nyaman, produknya yang bagus dan
harganya yang mahal, hasil
penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
Bagi remaja mereka memilih
Mall karena pelayanan yang ramah
tempat yang yang nyaman, kemudian
barang yang mereka inginkan mudah
di dapatkan, mall menyediakan
19
banyak barang dengan harga yang
tidak murah, tetapi para remaja lebih
memilih berbelanja di mall dari pada
di pasar. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa gaya hidup anak remaja kini
sangat berbeda dengan gaya hidup
anak remaja dulu, kalau dulu anak
remajanya tidak mengenal yang
namanya fashion atau berbagai
macam model pakaian. Kini justru
sebaliknya anak remaja justru
bergelut dengan hal-hal tersebut dan
menjadi gaya hidup mereka tiap
harinya, para remaja memaknai
bahwa belanja di Mall merupakan
trend yang saat ini harus diikuti, para
remaja ini rela untuk tidak jajan di
sekolah demi pergi ke Mall untuk
membeli barang-barang bermerk
dengan kualitas bagus dengan harga
yang tidak murah. Ke Mall bukan
saja suatu kebutuhan tetapi saat ini
lebih cenderung ke gaya hidup
remaja, remaja memilih mall untuk
sekedar jalan-jalan, atau makan-
makan dan berkumpul dengan alasan
tempatnya nyaman
Kemudian para remaja
mempunyai rasa bangga dan senang
jika sudah mampu berbelanja di
Mall, remaja yang berbelanja di
pasar modern seperti Mall TCC ada
rasa senang dan puas karena bisa
memiliki barang bagus dan mahal.
Sosial ekonomi para remaja
pengunjung Mall bervariasi,
sebagian remaja belum bekerja
sehingga kebutuhan dan uang saku
masih ditanggung sepenuhnya oleh
orang tua. pasar modern seperti Mall
Tanjungpinang City Center
merupakan salah satu mall yang
berada di Tanjungpinang yang saat
ini menjadi pilihan bagi remaja untuk
berbelanja. Remaja yang berkunjung
ke Mall dalam setiap bulan bervariasi
dari jumlah kunjungan antara 1
sampai dengan 4 kali seminggu, hal
tersebut menandakan bahwa remaja
yang berkunjung dengan jumlah
yang besar dalam setiap bulannya
dikategorikan sebagai berperilaku
konsumtif, karena kebanyakan
remaja yang berkunjung tidak
memproduksi barang melainkan
melainkan berbelanja. Aktivitas
remaja di Mall sebagian besar adalah
berbelanja, dan selain itu juga Mall
adalah tempat jalan-jalan, hiburan
maupun bersosialisasi, kemudian
remaja hanya untuk terlihat modern
didepan teman-teman sebaya.
B. Saran
Adapun saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya pemahaman
kepada para remaja tentang
makna belanja sesungguhnya
bahwa belanja adalah
melengkapi kebutuhan bukan
membeli barang yang tidak
prioritas sehingga cenderung
ke arah konsumtif
2. Perlu ada pengawasan dari
orang tua terhadap aktivitas
anak remajanya di luar rumah
agar tidak berperilaku negatif
seperti pemborosan dan
menghabiskan waktu hanya
dengan jalan-jalan di Mall
20
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Abdulsyani. 2012. Sosiologi:
Skematika, Teori, dan
Terapan. Jakarta: PT. Bumi.
Aksara.
Agus, Salim. 2008. Teori dan
Paradigma Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko.
2004. Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana Media
Group.
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi
Ekonomi. Jakarta: Kencana.
Danang Sunyoto. 2012. Konsep
Dasar Riset Pemasaran dan
Perilaku Konsumen,
Yogyakarta: CAPS
H.A.R Tilaar. 2004.
Multikulturalisme, Jakarta :
Grasindo.
Kartini Kartono. 2007.
Perkembangan Psikologi
Anak. Jakarta: Erlangga.
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi
Komunikasi Suatu Pengantar
dan. Contoh Penelitiannya.
Bandung : Widya
Padjadjaran.
Mangkunegara. 2005. Sumber Daya
Manusia perusahaan. Remaja.
Rosdakarya: Bandung.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu
Komunikasi, Suatu
Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nugroho J. Setiadi. 2008. Perilaku
Konsumen. Jakarta:
Kencana,2008.
Rahman Helmi dan Marnah. 2015.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan
Konsumen Berbelanja Di
Hypermart Duta Mall
Banjarmasin.
portalgaruda.org
Ritzer,George. 2014. Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma
Ganda, jakrta :Rajawali Pers.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Bisnis: Penerbit CV.
Alfabeta: Bandung.
Sunarto, Kamanto. 2006. Pengantar
Sosiologi (Edisi Revisi).
Jakarta: Lembaga. Penerbit
Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Soerjono Soekanto; 2009, Sosiologi
Suatu Pengantar, Edisi Baru,
Rajawali Pers Jakarta
Solomon, R. Michael. 2002.
Consumer Behavior, Buying,
Having, and Being. 8th
Edition. New Jersey: Prentice
Hall.
21
Stice & Skousen. 2007. Akuntansi
Keuangan. Edisi Enam Belas.
Jakarta :Salemba Empat
Tambunan, 2001, Perekonomian
Indonesia, Penerbit Ghalia
Indonesia,. Jakarta.
Jurnal :
Rahman Helmi dan Marnah. 2015.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan
Konsumen Berbelanja Di
Hypermart Duta Mall
Banjarmasin.
download.portalgaruda.org
Wahyudi. 2013. Tinjauan tentang
perilaku konsumtif remaja
pengunjung mall Samarinda
central plaza. eJournal
Sosiologi, 2013, 1 (4): 26 -
36 ISSN 0000-0000,
ejournal.sos.fisip-unmul.org
Internet :
Haris. 2005. remembrance
is power
(on-line) http://www.
freewebs.com kolektif bunga
konsumerisme. htm (diakses
tanggal 20 Juni 2016)
Sinaga, Pariaman. 2008. Menuju
Pasar Yang Berorientasi Pada
Perilaku Konsumen. Sumber
www.smecda.com/deputi7/fil
e_makalah
http://www.anneahira.com diakses
tanggal 2 Desember 2016