Tujuan dan Kurikulum Pendidikan IslamMakalah ini disusun sebagai tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag
DISUSUN OLEH:
Lisya M. Noor (10411054)
Wawan Eko Mujito (10411055)
Tri Widiyanto (10411056)
Mir’atun Nur Arifah (10411057)
Dwi Utami (10411058)
PAI-B
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012/2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek penting dalam kehidupan manusia.
Manusia yang berpendidikan pastilah akan berperilaku dengan baik, sehingga
dalam masyarakat tercapai suatu harmonisasi yang pada ahirnya menciptakan
suatu keindahan dalam berhubungan antar manusia. Terkadang kita masih
bingung dengan keadaan tersebut, mengapa manusia setelah memperoleh
pendidikan menjadi lebih arif dan lebih bijak?.
Dalam setiap dasar penciptaan sesuatu pasti memiliki maksud. Dalam
pendidikan juga pasti memiliki tujuan agar arah perjuangannya itu jelas dan
terarah. Selain tujuan juga cara atau jalan yang dibuat untuk merealisasikan apa
yang telah diangan-angankan oleh pendidikan. Dalam hal ini pendidikan islam
juga pasti memiliki tujuan dan jalan untuk mencapai angan angan tersebut.
Sebagai calon pendidik khususnya dalam lingkup yang menaungi pendidikan
islam, kita harus mengetahui tujuan pendidikan islam itu untuk apa sehingga kita
mempunyai gambaran yang jelas apa yang harus kita lakukan kelak. Kita juga
harus mengetahui kurikulum pendidikan islam agar lebih mudah mempelajari
pendidikan islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tujuan pendidikan Islam?
2. Apa saja yang termasuk dalam tahapan, aspek dan fungsi pendidikan
Islam?
3. Apa pengertian kurikulum pendidikan Islam?
4. Apa saja yang termasuk komponen, ciri-ciri, dan asas kurikulum
pendidikan Islam?
5. Apa saja pembagian macam-macam kurikulum?
2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tujuan pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam tahapan, aspek, dan
fungsi tujuan pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui pengertian kurikulum pendidikan Islam.
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk komponen, ciri-ciri, dan
asas kurikulum pendidikan Islam.
5. Untuk mengetahui pembagian macam-macam kurikulum.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tujuan Pendidikan Islam
Istilah “tujuan“ atau “sasaran”, dalam Bahasa Arab dinyatakan dengan
ghayat atau andaf atau maqasid dan dalam Bahasa Inggris dinyatakan dengan
“goal” atau “purpose”. Secara umum istilah tersebut berarti perbuatan yang
dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu.
Tujuan menurut Zakiyah Daradjat, adalah sesuatu yang diharapkan
tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M.
Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada (masa depan) yang terletak
suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui
proses tertentu. Tujuan pendidikan islam adalah untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan
seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran,diri manusia yang
rasional, perasaan dan indera.1
Menurut Hasan Langgulung, tujuan pendidikan agama harus mampu
mengakomodasikan tiga fungsi utama agama, yaitu fungsi spiritual yang
berkaitan dengan akidah dan iman, fungsi psikologis yang berkaitan dengan
tingkah laku individual termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat
manusia kederajat yang lebih sempurna, dan fungsi social yang berkaitan
dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain.
Rumusan pendidikan Islam berpijak pada nilai-nilai yang digali dari ajaran
Islam itu sendiri dan memberikan petunjuk dengan jelas terhadap perlunya
merumuskan tujuan pendidikan sebelum kegiatan pendidikan itu dilaksanakan.
Dengan demikianlah maka tujuan tersebut dapat memberi nilai terhadap
kegiatan pendidikan.2
1 Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers , 2002), hal. 372 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hal. 97-99.
4
B. Tahapan, Aspek, dan Fungsi Tujuan Pendidikan Islam
1. Tahapan Tujuan Pendidikan Islam
Abu Ahmad mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan islam
meliputi:
a. Tujuan tertinggi
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku
umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung
kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan
dalam satu istilah yang disebut “insan kamil”. Dalam tujuan
pendidikan islam, tujuan tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan
tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah,
serta merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam
pribadi anak didik. Tujuan ini harus meliputi semua aspek yang
terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal yang bulat dan utuh.
Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah:
1.) Menjadi hamba Allah
Tujuan sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu
untuk beribadah kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan harus
memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang
Tuhannya, sehingga semua peribadatannya dilakukan dengan
penuh penghayatan dan kekhusu’an terhadapNya.
2.) Menghantarkan subyek didik menjadi khalifah Allah fil ard, yang
mampu memakmurkan bumi, melestarikannya dan mewujudkan
rahmad bagi alam sekitarnya sesuai dengan tujuan penciptaannya,
dan sebagai konsekuensinya setelah menerima islam sebagai
pedoman hidup.
3.) Untuk memperoleh kesejahtraan kebahagiaan hidup didunia
sampai akhirat. Seperti firman Allah SWT yang artinya: “dan
carilah apa yang dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
5
kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan
dari (kenikmatan) duniawi”. (Q.S. Al-Qashash :77).
4.) Terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur’ani
Yaitu wajah yang kreatif yang menumbuhkan gagasan-gagasan
baru dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
b. Tujuan Umum
Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat
diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian
peserta didik. Tujuan ini berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang
dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total.
Tujuan umum pendidikan Islam menurut Al-Abrasyi diantaranya:
1.) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia.
2.) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
3.) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi manfaat.
4.) Menumbuhkan semangad ilmiah pada pelajar dan memuaskan
keingintahuan dan memungkinkan ia mengkaji ilmu deni ilmu itu
sendiri
5.) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan
supaya dapat menguasai profesi tertentu.
c. Tujuan Khusus
Tujuan khusus bersifat relatif sehingga memungkinkan untuk diadakan
perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama
berpijak pada kerangka tujuan tertinggi dan umum. Tujuan khusus
berdasarkan pada faktor-faktor khusus yang menjadi salah satu aspek
penting dari tujuan umum, yaitu memberikan pengembangan
kemampuan atau skill khusus pada anak didik.3
3 Prof. H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 114-116.
6
Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:
1.) Kultur dan cita-cita suatu bangsa
2.) Minat, bakat, dan kesanggupan subyek didik
3.) Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu
Hasan langgulung merumuskan tujuan khusus sebagai berikut:
1.) Memperkenalkan pada generasi muda akan akidah islam.
2.) Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap
agama termasuk prinsip-prinsip dan dasar akhlak.
3.) Menanamkan keimanan kepada Allah.
4.) Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah
pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk
mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan.
5.) Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-quran,
membacanya dengan baik, memahaminya , dan mengamalkan
ajaran-ajarannya.
6.) Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan
islam dan pahlawan-pahlawannya serta mengikuti jejak mereka.
7.) Menumbuhkan rasa rela, optimisme, percaya diri, tanggung
jawab, menghargai kewajiban.
8.) Mendidik naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan
menguatkannya dengan akidah dan nilai-nilai.
9.) Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka,
perasaan keagamaan, semangat keagamaan dan akhlak pada diri
mereka dengan rasa cinta, zikir, takwa dan takut kepada Allah.
10.) Membersihkan hati mereka dari rasa dengki, hasad, iri hati,
benci, kekasaran, egoisme, khianat, dan perpecahan serta
perselisihan.
d. Tujuan sementara
7
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan – tujuan yang
dikembangkan dalam menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena
itu, tujuan sementara itu kondisional, tergantung faktor dimana peserta
didik itu tinggal atau hidup. Dengan berangkat dari pertimbangan
kondisi itulah pendidikan Islam bisa menyesuaikan untuk memenuhi
prinsip dinamis dalam pendidikn dengan lingkungan yang bercorak
apapun, yang membedakan antara satu wilayah dengan wilayah yang
lain, yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai –
nilai ideal islam.
2. Aspek- aspek tujuan
Aspek tujuan pendidikan islam meliputi empat hal yaitu:
a. Tujuan jasmaniyah
Tujuan pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas manusia selaku
khalifah dimuka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani bagus
disamping rohani yang teguh.
b. Tujuan rohaniyyah
Tujuan ini dikaitkan dengan kemampuan manusia menerima agama
islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaan kepada Allah.
c. Tujuan akal
Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan intelegensi yang
berada dalam otak.
d. Tujuan tujuan sosial
Tujuan sosial merupakan pembentukan kpribadian yang utuh dari rabb,
tubuh dan akal.
3. Fungsi tujuan
Ahmad D. Marimba, menyebutkan empat fungsi tujuan pendidikan,
diantaranya:
8
a. Tujuan berfungsi mengakhiri usaha. Sesuatu usaha yang tidak
memiliki tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa, selain itu usaha
mengalami permulaan dan mengalami pula akhirnya. Pada umumnya,
suatu usaha berakhir apabila tujuan akhir telah dicapai.
b. Tujuan berfungsi mengarahkan usaha. Tanpa adanya antisipasi
(pandangan kedepan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak
terjadi dan kegiatan yang dilakukan tidak akan berjalan secara efisien.
c. Tujuan dapat berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-
tujuan lain, yaitu tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan
dari tujuan pertama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari satu
segi tujuan itu membatasi ruang gerak usaha. Namun, dari segi lain
tujuan tersebut dapat mempengaruhi dinamika dari usaha itu.
Dengan demikian fungsi dari tujuan ialah member nilai (sifat) pada usaha
itu. Jika yang merumuskan tujuan tersebut orang muslim yang taat dan
luas wawasan keislamannya, tentu saja ia akan memasukkan nilai-nilai
yang sejalan dengan ajaran Islam yang dianutnya. Suatu rumusan tujuan
pendidikan harus memiliki muatan subyaktifitas dari yang
merumuskannya, walaupun subyektifitas ini tidak selamanya berkonotasi
negatif.
C. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
artinya pelari dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari.4
Pada awalnya kurikulum dalam dunia pendidikan diartikan sebagai kumpulan
mata pelajaran yang harus ditempuh anak/peserta didik guna memperoleh
ijazah atau menyelesaikan pendidikan.5 Dilihat dari segi perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana
disebutkan diatas dipandang sudah ketinggalan zaman. Jika sebelumnya 4 Abd. Aziz, M.Pd.I, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009), hal. 1555 H. Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hal. 49.
9
kurikulum hanya terbatas pada kegiatan pengajaran yang dilakukan diruang
kelas, maka pada perkembangan berikutnya pendidikan dapat pula
memanfaatkan berbagai sumber pengajaran yang terdapat di luar kelas, seperti
perpustakaan, museum, pameran, majalah, surat kabar, siaran televise, radio,
pabrik, dsb. Dengan cara seperti ini para mahasiswa dapat terus mengikuti
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan
lainnya yang terjadi diluar sekolah.6
Menurut William B. Ragan kurikulum meliputi seluruh program dan
kehidupan di sekolah. Sedangkan Saylor dan Alexander merumuskan
kurikulum sebagai segala usaha sekolah untuk mencpai tujuan yang
diinginkan.7 Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum yang dirumuskan
oleh Nasution, yaitu kurikulum sebagai program yang merupakan alat yang
dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan, dan kurikulum sebagai hal-hal yang
diharapkan akan dipelajari oleh siswa, misalnya sikap atau ketrampilan
tertentu.
Unsur-unsur pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimasukkan didalam
konten (isi) kurikulum didasarkan atas tabiat manusia sebagai makhluk
berfikir, merasa dan menghendaki ( unsur kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik), diwujudkan dalam bentuk-bentuk: ilmu pengetahuan akademis,
seni budaya, dan ketrampilan bekerja. Dengan pengetahuan itulah anak didik
dapat mengetahui sesuatu dan dengan seni budaya itulah mereka dididik untuk
berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri, untuk masyarakat dan lingkungan
hidupnya.8
Al-attas berpendapat bahwa struktur ilmu pengetahuan dan kurikulum
pendidikan Islam seharusnya menggambarkan manusia dan hakikatnya yang
harus diimplementasikan dalam struktur dan kurikulum secara bertahap.
6 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru)…., hal. 176.7 Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 1318 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumu Aksara,1993), hal.86
10
Struktur ilmu pengetahuan dan kurikulum ini dikategorikan menjadi dua,
kandungan umum yang terperinci dari dua kategori tersebut adalah:
1. Fardu Ain
Yang termasuk dalam fardu ain adalah ilmu-ilmu agama, yang terdiri dari
kitab suci Al-qur’an, sunah, syariat (fiqih dan hukum), teologi (ilmu
kalam), metafisika Islam (psikologi, kosmologi, dan ontologi), dan ilmu
bahasa.9
2. Fardu kifayah
Pengetahuan mengenai fardu kifayah tidak diwajibkan pada setiap muslim
untuk mempelajarinya, tetapi seluruh masyarakat mukmin akan
bertanggung jawab jika tidak ada seorangpun dari masyarakat tersebut
yang mempelajarinya, karena masyarakat akan merasakan akibatnya.
Kategorisasi ini sangat penting karena memberikan landasan teoritis dan
motivasi keagamaan kepada umat islam untuk mempelajari dan
mengembangkan segala ilmu ataupun teknologi yang diperlukan untuk
kemakmuran masyarakat. Al-Attas membagi pengetahuan fardhu kifayah
menjadidelapan disiplin ilmu yaitu: ilmu kemanusiaan, ilmu alam, ilmu
terapan, ilmu teknologi, perbandingan agama, kebudayaan barat, ilmu
linguistik, dan sejarah islam.10
D. Komponen, Ciri-ciri, dan Asas Kurikulum Pendidikan Islam
1. Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum memiliki 4 komponen pokok, yaitu
a. Komponen dasar. Komponen ini diantaranya terdiri dari konsep dasar
tujuan dalam kurikulum pendidikan, prinsip-prinsip kurikuklum yang
dianut, dan orientasi pendidikan.
9 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam: Syed M. Naquib Al-attas, ( Bandung: Mizan Media utama, 2003), hal.274-27710 Ibid, hlm.281-282
11
b. Komponen pelaksana. Yang termasuk dalam komponen pelaksananya
adalah materi pendidikan, sistem penjenjangan, sistem penyampaian,
proses pelaksana dan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
c. Komponen pelaksana dan pendukung kurikulum. Yang termasuk
dalam komponen ini adalah pendidik, anak didik, bimbingan
konseling, administrasi pendidikan, sarana prasarana, dan biaya
pendidikan.
d. Komponen usaha pengembangan. Merupakan usaha pengembangan
ketiga komponen sebelumnya dengan seluruh aspek yang
dikandungnya.
2. Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Omar Muhammad at-Toumy al-Syaibani menyebutkan lima ciri kurikulum
Pendidikan Islam, diantaranya:
a. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada tujuan dan kandungan
kurikulum, metode, alat atau media dan tekniknya bercorak atau
menggunakan pendekatan agama.
b. Cakupan dan kandungannya harus luas dan menyeluruh, sehingga
mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran Islam yang mendalam
serta memperhatikan pengembangan dan bimbingan segala aspek
pribadi siswa, intelektual, psikologis, sosiologi, dan spiritual.
c. Berkesinambungan antara berbagai ilmu pengetahuan yang
dikembangkan serta berkesinambungan pula pengetahuan yang
dimaksud untuk pengembangan individu dan social anak.
d. Bersikap menyeluruh dalam mengatur mata pelajaran yang diperlukan
peserta didik. Selain itu juga berkaitan dengan alam sekitar dan kondisi
sosial budaya dimana kurikulum tersebut dilaksanakan, sehingga tidak
hanya merupakan kesediaan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
pelajar saja.
12
e. Selalu disesuaikan dengan bakat dan minat peserta didik.11 Sehingga
kurikulum memiliki relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
masyarakatnya.
Selain itu ciri-ciri kurikulum yang lainnya diantaranya adalah:
a. Realistik. Kurikulum dapat dilaksanaan sesuai dengan situasi dan
kondisi dimana kurikulum tersenut dilaksanakan.
b. Metode pengajaran dalam kurikulum tersebut bersifat luwes, sehingga
dapat disesuaikan dengan kondisi, terlebih lagi tiap-iap individu
memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda.
c. Efektif. Artinya dalam menyampaikan dan menggugah perangkat nilai
edukatif yang membuahkan tingkah laku positif serta meningkatkan
dampak efektif yang positif pula dalam jiwa generasi muda.12
3. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Secara toritis filosofis penyusunan sebuah kurikulum harus berdasarkan
asa-asas dan orientasi tertentu. Asas tersebut menurut S. Nasution,
meliputi:
a. Asas filosofis berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan.
b. Asas sosiologis berperan memberikan dasar untuk menentukan apa
saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
c. Asas organisatoris berfungsi memberikan dasar-dasar dalam bentuk
bagaimana pelajaran itu disusun dan bagaimana penentuan luas dan
urutan mata pelajaran.
d. Asas psikologis, berperan memberikan berbagai prinsip-prinsip
tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara
menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasaioleh
anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya.11 H. Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam…., hal. 55.12 Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam..., hal. 150
13
Sedangkan menurut Al-Thoumy Al-Syaibany, yang merupakan asas-asas
kurikulum meliputi:
a. Asas agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem
pendidikannya, harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dalam
kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah,
muamalat, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat.13
b. Asas falsafah
Fungsi asas ini adalah untuk memberikan arah pada tujuan pendidikan
Islam, sehingga nantinya diharapkan tersusun kurikulum pendidikan
Islam yang mengandung kebenaran dari sisi nilai-nilai pandangan
hidup yang diyakini kebenarannya.
c. Asas psikologis
Kurikulum pendidikan Islam haruslah disusun dengan
mempertimbangkan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak
didik.
d. Asas sosial
Dengan asas ini diharapkan kurikulum pendidikan Islam dapat
mengacu pada terwujudnya peran individu yang nyata dalam
masyarakat.
E. Macam-macam Kurikulum Pendidikan Islam
Dilihat dari segi peran dan orientasinya, kurikulum dapat dibagi kedalam
empat macam, yaitu kurikulumyang bercorak humanistic, rekonstruksi social,
teknologis, dan akademis.
1. Kurikulum berorientasi pada humanistic berpendapat bahwa kurikulum
seharusnya memberikan pengalaman kepada setiap pribadi secara
memuaskan, yaitu kurikulum sebagai proses yang memberikan kebutuhan
13 Abd. Aziz, M.Pd.I, Filsafat Pendidikan Islam..., hal. 161
14
bagi pertumbuhan dan integrasi pribadi seseorang secara bebas dan
bertanggung jawab.
2. Kurikulum yang berorientasi kepada rekonstruksi social, melihat
kurikulum sebagai alat untuk mempengaruhi perubahan social dan
menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.
3. Kurikulum yang berorientasi pada teknologis, melihat kurikulum sebagai
proses teknologi untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki oleh
pembuat kebijaksanaan.
4. Kurikulum yang berorientasi pada akademis, melihat kurikulum sebagai
upaya peningkatan intelektuan dengan cara memperkenalkan para siswa
terhadap berbagai macam pelajaran yang terorganisir dengan baik. Fungsi
dan peran kurikulum ini juga merupakan bagian yang perlu
dipertimbangkan oleh para penyusun kurikulum.
BAB III
KESIMPULAN
Dari berbagai pembahasan yang telah kami lakukan, kita dapat mengambil
suatu kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan suatu sasaran yang
hendak dicapai oleh seorang atau sekelompok orang yang melaksanakan
pendidikan islam. Secara ontologis pendidikan islam mengharapkan terwujudnya
15
manusia sebagai hamba Allah. Karena itu, pendidikan islam harus di ambil dari
Al-Quran, sunnah, ijma, qiyas pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim dan juga
akidah, ibadat dan ahlak.
Sedangkan kurikulum pendidikan islam merupakan bahan-bahan
pendidikan islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan
sengaja dan sistematis yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan islam. Kurikulum sebagai suatu rancangan
pendidikan yang dianggap mempunyai kedudukan sentral menentukan kegiatan
dan hasil pendidikan. Penyusunan kurikulum memerlukan fondasi yang kuat,
didasarkan atas hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam yang pada intinya
kurikulum yang lemah akan menghasilkan manusia yang lemah pula.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Prof. Dr. H. Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru). Jakarta: Gaya
Media Pratama. 2005
16
Arifin, Muzayyin, Prof. H. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
2009.
Aziz, Abd., M.Pd.I. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras. 2009.
Syar’i, Ahmad, H. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2005.
Ihsan, Hamdani, Drs. H. dan Drs. H.A. Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung: Pustaka Setia. 1998.
Daud, Wan Mohd Nor Wan. Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam: Syed M.
Naquib Al-attas. Bandung: Mizan Media Utama. 2003.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers. 2002.
17