Download - Makalah Trauma Bakar Pada Mata
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Trauma bakar adalah trauma yang merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau
kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas yang tinggi, sumber listrik, bahan
kimiawi, cahaya, radiasi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang
berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan
komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot,
tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada
di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat
mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock,
infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan masalah distress
pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan
distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar
dan bekas luka (scar).
1.2 PERMASALAHAN
Menjelaskan trauma luka bakar pada mata akibat bahan kimia, panas dan radiasi
serta menjelaskan tentang penatalaksanaan untuk tiap-tiap penyebab dari luka bakar pada
mata.
1.3 TUJUAN
Diharapkan mahasiswa/mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram dapat menjelaskan serta mengetahui
tentang penatalaksanaan dari trauma luka bakar pada mata akibat bahan kimia, panas dan
radiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Trauma luka bakar pada mata dapat diakibatkan oleh; Panas (misal api, air panas, uap
panas), Radiasi, Kimia.
2.1 TRAUMA BAKAR KIMIA
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam
laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan
peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern. Bahan kimia yang dapat
mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk trauma asam dan
trauma basa atau alkali. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan
dan jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata. Dibanding bahan asam, maka trauma
oleh bahan alkali cepat dapat merusak dan menembus kornea. Setiap trauma kimia pada
mata memerlukan tindakan segera karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.
Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu, seperti
dengan air keran, larutan garam fisiologik dan asam berat. Bahan kimia yang dapat
mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk :
2.1.1 Trauma Asam
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,
organic anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera
terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila
konsentrasi tidak tingi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma
alkali. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap
trauma basa sehingga kerusakkan yang akan diakibatkannya akan lebih dalam.
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan
selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang
mengakibatkan trauma. Trauma akibat asam normal kembali, sehingga tajam
penglihatan tidak banyak terganggu. Untuk bahan asam digunakan larutan
natrium bikarbonat 3%, sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat
0,5% atau buffer asam asetat pH 4,5% untuk menetralisir. (Prof. Dr. H. Sidarta
Ilyas, Sp.M, 2005).
Perjalaan Penyakit Trauma Asam
Bila mata terkena trauma suatu bahan asam maka akan terjadi
peristiwa berikut:
Pada minggu pertama:
- Terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan
pada kornea, demikian pula terjadi koagulasi protein konjungtiva bulbi.
Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan
jaringan.
- Akibat koagulasi protein ini kadang-kadang seluruh kornea terkelupas
- Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti
stroma kornea, keratosit dan endotel kornea.
- Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edem kornea,
iritis dan katarak
- Bila trauma disebabkan asam lemah maka regenerasi epitel akan terjadi
dalam beberapa hari dan kemudian sembuh
- Bila trauma disebabkan asam kuat maka stroma kornea akan berwarna
kelabu infiltrasi sel radang ke dalamnya. Infiltrasi sel ke dalam stroma oleh
bahan asam terjadi dalam waktu 24 jam
- Beberapa menit atau beberapa jam sesudah trauma asam konjungtiva bulbi
menjadi hiperemi dan kemotik. Kadang-kadang terdapat perdarahan pada
konjungtiva bulbi.
- Tekanan bola mata akan meninggi pada hari pertama, yang kemudian
dapat menjadi normal atau merendah.
Trauma asam pada minggu 1 – 3 :
- Umumnya trauma asam mulai sembuh pada minggu ke satu sampai ketiga
ini
- Pada trauma asam yang berat akan terbentuk tukak kornea dengan
vaskularisasi yang bersifat progresif.
- Keadaan terburuk akibat trauma asam pada saat ini ialah berupa
vaskularisasi berat pada kornea.
Trauma asam sesudah 3 minggu:
- Trauma asam yang tidak sangat berat akan sembuh sesudah 3 minggu
- Pada endotel dapat terbentuk membran fibrosa yang merupakan bentuk
penyembuhan kerusakan endotel.
Penyulit lain yang dapat terjadi akibat trauma asam pada mata ialah:
- Katarak
- Glaukoma
- Hipotoni bola mata
- Air mata yang abnormal
- Iritis
- Enteropion
- Trikiasis
- Simblefaron
Akibat trauma asam diketahui bahwa perubahan reaksi biokimia
ditentukan oleh jenis anion asam yang menyebabkan trauma. Asam merusak
dan memutus ikatan intramolekul protein, dan protein yang berkoagulasi
merupakan barier terhadap penetrasi lanjut daripada asam ke dalam jaringan.
Diketahui bahwa asam sulfur mengakibatkan kadar mukopolisakarida jaringan
menurun. Diketahui bahwa asam sulfur mengakibatkan kadar maka pH cairan
mata turun sesudah trauma berlangsung selama 30 menit. Pada trauma asam
tidak terdapat gangguan pembentukan jaringan kolagen. Pada trauma asam
berat yang merusak badan siliar akan terjadi penurunan kadar askorbat dalam
cairan mata dan kornea.
Pengobatan Trauma Asam
- Irigasi segera dengan asam fisiologik atau air
- Kontrol pH mata untuk melihat apakah sudah normal
- Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan yang
diberikan pada trauma alkali.
2.1.2 Trauma Basa atau Alkali
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat
pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan
sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
bahan kolagen jaringan kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan
terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat
menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Pada trauma alkali
akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah kerusakan
kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak
retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.
Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam :
Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea
Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya
epitel kornea
Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%
Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya
melakukan irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan
selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan selama 60 menit segera
setelah trauma. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk
mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan
untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh.
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel
jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan persabunan disertai
dengan disosiasi asam lemak membran sel. Akibat persabunan membran sel
akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari pada alkali. Mukopolisakarida
jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau
keratosit. Serat kolagen kornea akan menjadi bengkak dan stroma kornea akan
mati. Akibat edem kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke
dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cendrung disertai dengan masuknya
pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel
kornea rusak akan memudahkan sel epitel di atasnya lepas. Sel epitel yang
baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma di bawahnya. Sel
epitel baru ini melekat dengan stroma di bawahnya melalui plasminogen
aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator, dilepas juga
kolagenase yang akan merusak kolagen kornea, sehingga terjadi tukak pada
kornea. Akibat akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan
dengan tukak kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai
dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 14 21.
Biasanya tukak pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.
Pembentukan tukak berhenti hanya bila telah terjadi epitelisasi lengkap atau
vaskularisasi telah menutup seluruh dataran depan kornea. Bila alkali sudah
masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan
siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan
aksorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting pada
pembentukan jaringan kolagen kornea.
Perjalanan Penyakit Trauma Alkali
Keadaan akut yang terjadi pada minggu pertama:
- Sel membran rusak
- Bergantung pada kuatnya alkali dapat mengakibatkan hilangnya epitel,
keratosit, saraf kornea dan pembuluh darah.
- Terjadi kerusakan komponen vaskularisasi iris, badan siliar dan epitel
lensa.
- Trauma berat akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi
- Tekanan intraokular akan meninggi
- Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar
- Kornea keruh dalam beberapa menit
- Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan fibroblas.
Keadaan pada minggu kedua dan ketiga:
- Mulai terjadi regenerasi epitel konjungtiva dan kornea
- Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea disertai dengan sel radang
- Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali
- Sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblas memasuki kornea dengan
terbentuknya kolagen
- Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan
badan silisar sehingga terjadi fibrosis
Keadaan pada minggu ketiga dan selanjutnya:
- Terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh
pembuluh darah
- Jaringan pembuluh darah membawa bahan nutrisi dan bahan
penyembuhan jaringan seperti protein dan fibroblas
- Akibat daripada terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak
akan terjadi perforasi kornea
- Mulai terjadi pembentukan panus pada kornea
- Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edem kornea
- Terdapat membran retrokornea, iritis dan membran membran siklitik.
- Dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea dengan gejala-
gejalanya.
- Tekanan bola mata dapat rendah atau tinggi
Kelainan pada Jaringan Lain Akibat Trauma Alkali:
Kelopak:
- Trauma alkali akan membentuk jaringan parut pada kelopak
- Margo palpebra rusak sehingga mengakibatkan gangguan pada break
up time air mata
- Lapisan air depan kornea (tear film) menjadi tidak normal
- Terjadi pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesori air mata,
yang mengakibatkan mata menjadi kering.
Konjungtiva:
- Terjadi kerusakan pada sel goblet
- Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang daya basahnya terhadap
kornea pada setiap kedipan kelopak
- Dapat terjadi simblefaron pada konjungtiva bulbi yang akan menarik bola
mata sehingga pergerakannya mata menjadi terbatas
- Akibat daripada simblefaron penyebaran air mata tidak merata
- Terjadi pelepasan kronik daripada epitel kornea
- Terjadi keratinisasi (pertandukan) epitel kornea akibat berkurangnya
musin.
Lensa:
- Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.
Klasifikasi Akibat Luka Bakar
Terdapat 2 klasifikasi akibat luka bakar alkali:
- Klasifikasi hughes
- Klasifikasi thoft
a. Klasifikasi hughes
1. Enteng :
Prognosis baik
Terdapat erosi epitel kornea
Pada kornea terdapat kekeruhan yang ringan
Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun
konjungtiva
2. Sedang :
Prognosis baik
Terdapat kekeruhan kornea sehingga sukar melihat iris
dan pupil secara terperinci
Terdapat nekrosis dan iskemia enteng pada konjungtiva
dan kornea
3. Sangat Berat :
Prognosis buruk
Akibat kerusakan kornea pupil tidak dapat dilihat
Konjungtiva dan sklera pucat
b. Klasifikasi Thoft
1. Derajat 1. Hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
2. Derajat 2. Hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea
3. Derajat 3. Hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan
lepasnya epitel kornea
4. Derajat 4. Konjungtiva perilimbal nekrosis sebanyak 50%
Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan parut
tanpa terdapatnya neovaskularisasi ke dalam kornea. Luka bakar alkali derajat
3 dan 4 membutuhkan waktu sembuh berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Klasifikasi Thoft dipakai untuk menganalisis kerusakan dan beratnya
kerusakan
Prognosis Luka Bakar
Prognosis luka bakar alkali juga ditentukan oleh:
- Anastesia kornea yang terjadi
- Bahan alkali penyebab trauma
Bahan alkali yang sering memberikan trauma ialah:
1. Amonia
- Amonia merupakan gas yang tidak berwarna di pakai sebagai bahan
pendingin lemari es, larutan 7 % amonia dipakai sebagai bahan
pembersih
- Pada konsentrasi rendah bersifat merangsang air mata
- Bersifat larut dalam air dan lemak, hal ini sangat merugikan karena
kornea mempunyai komponen epitel yang lipofilik dan stroma yang
hidrofilik
- Mudah merusak jaringan bagian dalam mata seperti iris dan lensa.
- Amonia merusak stroma lebih sedikit dibanding dengan NaOH dan
CaOH
- pH cairan mata naik beberapa detik setelah trauma
2. NaOH
- Dikenal sebagai kaustik soda
- Dipakai sebagai pembersih pipa
- pH cairan mata naik beberapa menit sesudah trauma
3. Ca(OH)2
- Daya tembus pada mata kurang, hal ini akibat terbentuknya sabun
kalsium pada epitel kornea
- pH cairan mata menjadi normal kembali sesudah 30 sampai 3 jam
pascatrauma.
Teori Terbentuknya Kolagenase
- pada defek epitel kornea plasminogen aktivator yang terbentuk merubah
plasminogen menjadi plasmin
- plasmin melalui C3a mengeluarkan faktor hemotaktik untuk leukosit
polimorfonuklear (PMN)
- kolagenase laten berubah menjadi kolagenase aktif akibat terdapatnya
tripsin, plasmin ketepepsin
- kolagenase aktif dapat juga berasal dari tukak kornea
- keratosit juga membentuk kolagenase aktif melalui kolagenase laten
GAMBARPengobatan Trauma Alkali
- bila terjadi trauma alkali maka segera dilakukan irigasi dengan air selama
30 menit sebanyak 2000 ml; dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik
- untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa dapat dilakukan
pemeriksaan dengan kertas lakmus; pH normal air mata 7.3.
- bila penyebabnya adalah CaOH, dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05
dapat bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan.
- Diberi antibiotika dan dilakukan debridement untuk mencegah infeksi oleh
kuman oportunis
- Diberi sikloplegik karena terdapatnya iritis dan sinekia posterior
- Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glaukoma yang terjadi
- Steroid diberikan secara berhati-hati karena steroid menghambat
penyembuhan. Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denaturasi
kimia dan kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva. Steroid topikal
ataupun sistemik dapat diberikan pada 7 hari pertama pascatrauma.
Diberikan deksametason 0,1 % setiap 2 jam. Steroid walaupun diberikan
dalam dosis tinggi tidak mencegah terbentuknya fibrin dan membran
siklitik
- Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek
kolagenase. Diberikan satu minggu sesudah trauma karena pada saat ini
kolagenase mulai terbentuk
- Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan kolagen
- Selanjutnya diberikan :
a. Bebat (verban) pada mata
b. Lensa kontak lembek
c. Air mata buatan
- Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu
penglihatan.
Prognosis
Prognosis keratoplasti pada kelainan kornea akibat trauma alkali tidak
begitu baik.
2.2 TRAUMA BAKAR PANAS
Luka bakar panas dapat diakibatkan oleh api. Trauma ini di dapatkan akibat
terjadinya kebakaran, petasan, atau kecelakaan lainnya. Luka bakar termal pada kelopak
mata diterapi dengan antibiotic topical dan pembalut steril. Apabila terjadi kerusakan
kornea, maka biasanya tidak perlu dilakukan bebat tekan karena adanya pembengkakan
kelopak yang ekstensif. Setelah 2-3 hari mulai terjadi ektropion dan retraksi kelopak
mata. Tarsorafi dan ruang basah yang dibuat dari plastic dapat melindungi kornea.
Tandur kulit, full thickness ditunda sampai kontraksi kulit tidak lagi berlanjut.
2.3 TRAUMA BAKAR RADIASI
Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah :
2.3.1 Trauma sinar infra merah
Akibat sinar infra merah dapat terjadi saat menatap gerhana matahari dan
pada saat bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat
terkonsentrasinya sinar infra merah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang
ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan mengeluakan sinar infra merah.
Bila seseorang berada pada jarak satu kaki selama 1 menit di depan kaca yang
mencair dan pupilnya melebar atau midriasis maka suhu lensa akan naik naik
sebanyak 9ºC. demikian pula iris yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas
sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya.
Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan
ekspoliasi kapsul lensa. Selain itu sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis
superpisial, katarak kortikal anterior posterior dan koagulasi pada koroid.
Bergantung akibat beratnya lesi akan terdapat skotoma sementara ataupun
permanen. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali
mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini. Steroid sistemik dan local
deberikan untuk mencegah terbentuknya jaringa parut pada macula atau untuk
mengurangi gejala radang yang timbul.
2.3.2 Trauma sinar ultraviolet (sinar las)
Sinar ultraviolet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat
mempunyai panjang gelombang antara 350-295 Nm. Sinar ultraviolet banyak
terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar
matahari diatas salju. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Sinar
ultraviolet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga
kerusakan pada retina dan lensa tidak akan terlihat secara nyata. Kerusakan ini
akan membaik setelah beberapa waktu dan tidak akan memberikan gangguan tajam
penglihatan yang menetap.
Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan
sekitar 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata terasa
kelilipan atau kemasukkan pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva
kemotik. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrate pada permukaannya, yang
kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan pada uji fluoresein positif.
Pupil akan terlihat miosis, tajam penglihatan akan terganggu. Pengobatan yang
diberikan adalah sikloplegia, antibiotika local, analgetik, dan mata ditutup untuk
selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.
2.3.3 Sinar ionisasi dan sinar X
Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk :
Sinar alfa yang dapat diabaikan
Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan.
Sinar gama
Sinar X
Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya
retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energy dan tipe sinar, lensa yang
lebih mudah dan lebih peka. Akibat dari sinar ini pada lensa terjadi pemecahan diri
sel epitel secara tidak normal. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti
kerusakan yang diakibatkan diabetes mellitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan,
mikroaneuris mata dan eksudat.
Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan
kerusakkan yang permanen sehingga sukar untuk diobati. Biasanya akan terlihat
keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat dapat mengakibatkan
parut konjungtifa atrofi sel goblet yang akan mengganggu fungsi air mata.
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topical dan steroid 3x sehari dan
sikloplegik 1x sehari bila terjadi semblafaron pada konjungtiva dilakukan tindak
pembedahan.
2.4 PENATALAKSANAAN TRAUMA BAKAR PADA MATA
Penanganan Luka Bakar secara umum :
Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong.
Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila
ada bahan kimia alirkan air terus menerus selama 20 menit atau lebih.
Lepaskan pakaian dan perhiasan. Jika pakaian melekat gunting sekitarnya, jangan
memaksa untuk melepas bagian yang melekat tersebut.
Lakukan penilaian dini. Atasi semua masalah yang mengancam jiwa. Bila ada
berikan oksigen sesuai protokol.
Tentukan derajat berat luka bakar selama pemeriksaan fisik.
Hitung derajat, luas permukaan tubuh terkena lokasi luka bakar dan faktor
komplikasi. Jangan lupa cari kemungkinan cedera lain.
Tutup luka bakar. Gunakan penutup luka steril atau lembaran penutup luka bakar
steril sekali pakai, jangan memecahkan gelembung. Jangan gunakan lemak, salep,
cairan antiseptic atau es pada luka bakar.
Jika luka bakar mengenai mata, pastikan kedua mata ditutup. Bila yang terbakar jari-
jari maka masing-masing jari dibalut terpisah.
Jagalah suhu tubuh penderita dan rawat cedera lain yang perlu.
Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Penanganan Luka Bakar secara Khusus :
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam.
Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae.
Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran
plasma yang luas.
Manajemen cairan
Pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter, formula baxter :
a. Total cairan = 4cc x berat badan x luas luka bakar
b. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
Pengelolaan Nyeri - Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang
terjadi pada jam-jam pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0,05
mg/Kg (iv).
Antibiotika Sistemik - Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan
hanya berkembang setempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas sangat
invasif dan banyak menimbulkan sepsis. Karena banyaknya jaringan nekrotik pada
luka bakar maka penetrasi antibiotika sistemik ke luka tidaklah meyakinkan. Oleh
karena itu antibiotika sistemik digunakan bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika
ditentukan dari kultur dari bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine.
Antibiotika pilihan adalah cephalosporin generasi pertama (cefazolin,
cephapirin dan cephalotin). Generasi ketiga khususnya ceftazidim mempunyai
efektifitas besar terhadap pseudomonas.
Pembedahan - Bila trauma bakar merusak jaringan, dapat dilakukan transplantasi
kornea, namun bila trauma bakar mengakibatkan kerusakan yang parah dapat
menyebabkan kebutaan permanen.
Nutrisi - Dukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan luka bakar.
2.5 KOMPLIKASI
Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Fase Subakut: infeksi dan sepsis
Fase Lanjut: parut hipertropik
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Trauma luka bakar pada mata dapat diakibatkan oleh bahan kimia, panas, dan radiasi.
Trauma bakar bahan kimia dibagi menjadi trauma asam dan Trauma basa atau alkali.