Transcript

MAKALAH PENGELOLAAN KESEHATAN HEWAN DAN LINGKUNGAN

MAKALAH PENGELOLAAN KESEHATAN HEWAN DAN LINGKUNGANIMPLEMENTASI ASPEK KESRAWAN DALAM TRANSPORTASI DARAT TERNAK SAPI ANTAR PROPINSI

Kelompok 7 :

1. Alif Iman Fitrianto

B04100135

2. Bayu Firmala Kusuma B04100136

3. Aditia Dwi Cahyono

B04100139

4. Grady Priasdhika

B04100141

5. Singgih Pratiknyo Sundawa B04100142

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013BAB I PENDAHULUANLatar BelakangKesejahteraan hewan (animal welfare) dalam UU No.18 tahun 2009 didefinisikan senagai segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan hewan merupakan upaya manusia untuk menjaga agar pemanfaatan hewan oleh manusia untuk tujuan apa pun selalu memerhatikan kualitas hidup hewan dengan pemenuhan kebutuhan fisik dan mentalnya, serta menghindarkan terjadinya penderitaan hewan yang tidak perlu akibat tingkah laku manusia.

Penerapan dan penilaian kesejahteraan hewan dapat dilakukan dengan berpedoman pada prinsip lima kebebasan yaitu sebagai berikut :

1. Bebas dari rasa haus dan lapar

2. Bebas dari rasa ketidaknyamanan

3. Bebas dari sakit dan kesakitan

4. Bebas rasa takut dan tertekan

5. Bebas untuk mengekspresikan perilaku alamiah

Dengan berpedoman dengan kelima prinsip tersebut maka akan terjalin hubungan yang baik antara pemilik dengan hewannya. Apabila dari kelima prinsip animal welfare ada yang tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi baik mental maupun fisik dari hewan tersebut yang tentunya akan merugikan si pemilik, khususnya pada aplikasi di peternakan konvensional yang akan sangat terasa kerugiannya apabila tidak memperhatikan prinsip animal welfare.

Penerapan kesejahteraan hewan di peternakan harus diperhatikan sebagai suatu proses dari hulu sampai hilir peternakan, transportasi hewan, di pasar hewan, sampai ke proses penyembelihannya di rumah poton hewan. Salah satu proses yang sangat mempengaruhi kualitas ternak saat akan dipotong adalah proses transportasi ternak. Proses transportasi ternak merupakan proses yang sangat penting karena mempengaruhi kesejahteraan hewan dan potensi kerugian-kerugian produksi akibat proses transportasi yang tidak baik. Selain dari aspek hewan, aspek kendaraan dan pengemudi juga harus diperhatikan karena ketidaknyamanan kendaraan transportasi akan mempengaruhi kualitas hewan itu sendiri seperti daging dan susu.

TujuanMengetahui proses transportasi ternak sapi yang sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan.

BAB II ISI2.1. Penilaian Kesejahteraan Hewan Selama Transportasi dan Metode Transportasi yang BenarDi Indonesia penerapan kesrawan dalam transportasi ternak terutama sapi masih sangat rendah. Adanya isu mengenai pelanggaran kesejahteraan hewan merupakan salah satu hambatan dalam proses pedagangan bebas yang berada di pasaran ekspor maupun impor ternak sapi di Indonesia. Menurut Sujarwanto dari Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Kementerian Pertanian RI, pengiriman hewan ternak yang tidak dilakukan dengan prinsip kesrawan, merupakan hal yang memberikan banyak keburukan bagi hewan ternak sapi pada umumnya, bahkan lebih jauh lagi berdampak dalam keberlanjutan usaha bagi industri peternakan sebagai akibat dari kehilangan atau kerugian dari produksi ternak tersebut. Pelanggaran kesrawan dari perlakuan terhadap ternak sapi pada saat transportasi dari satu tempat ke tempat lainnya terjadi baik pada transportasi darat maupun transportasi laut. Dari transportasi darat misalnya : Pengangkutan sapi hidup di Indonesia yang masih mengandalkan transportasi darat truk barang yang secara umum sempit dan tidak layak untuk mengangkut sapi yang dampaknya sangat melelahkan bagi sapi karena jarak yang sangat jauh. Pada saat diperjalanan sapi-sapi tersebut juga dipuasakan tanpa diberi makan dan minum, kepanasan, serta kehujanan sehingga selain menyiksa sapi perlakuan tersebut juga mengakibatkan sapi mengalami stres. Sebagai contoh "Jawa Timur salah satu pemasok sapi terbesar ke Jakarta, banyak sapi yang diangkut menggunakan truk, perjalanan yang jauh hingga 700 Km lebih, berhari-hari di dalam truk yang penuh dengan sapi, membuat banyak sapi yang stress dan kekurangan makanan serta minum, kehujanan serta kepanasan. Apabila ada sapi yang bunting dalam perjalanan juga dipastikan mengalami abortus/keguguran, sangat berbeda dengan kondisi sapi di Australia yang diangkut dengan kapal khusus sapinya bisa melahirkan dengan selamat, anak sapi pun selamat. Pelanggaran dari transportasi laut antara lain : terjadi pada saat proses bongkar muat sapi yang tidak memperhatikan kesrawan di pelabuhan pelabuhan. Selain cara bongkar muat yang tidak wajar, suasana deck kapal yang penuh membuat ternak merasa sesak, dan sulit bergerak. Tidak adanya jalan keluar dari deck kapal membuat para perusahaan terkait mengeluarkan ternak dengan cara ditarik atau diangkat ke atas dengan menggunakan tali yang diikatkan pada tanduk maupun kepala ternak. Kemudian penggunaan kapal yang terlalu kecil, beberapa kasus pengangkutan sapi hidup Indonesia, masih banyak yang menggunakan kapal kecil untuk mengangkut sapi sehingga dampaknya buruk buat sapi. "Kapal yang digunakan untuk mengangkut sapi ini tidak khusus untuk sapi, ada yang diangkut dengan menggunakan kapal barang ada pula yang diangkut dengan menggunakan kapal rakyat yang ukurannya kecil. Bahkan dalam pelayarannya tidak jarang air laut masuk ke dalam kapal sehingga sapinya terendam air. Menurut Syukur bahkan di Papua ada kejadian kapal yang sedang mengangkut sapi diterjang ombak dan terbalik semua sapinya mati. Selain itu perlakuan sapi di Indonesia yang tidak memperhatikan kesrawan yaitu proses penceburan sapi hidup ke laut di beberapa pelabuhan kecil di Indonesia. Biasanya cara tersebut dilakukan untuk mempersingkat proses penurunan sapi hidup dari kapal/perahu di pelabuhan karena kapal tak bisa bersandar. "Di beberapa daerah seperti di Madura sapi sebelum diangkut ke kapal diceburkan dulu ke laut, karena kapal tidak bias bersandar ke pelabuhan. Di beberapa pelabuhan di Indonesia sapi-sapi hidup ketika akan diangkut ke kapal prosesnya digantung. Hal tersebut juga sangat bertentangan dengan kesrawan karena dapat melukai dan menyebabkan sapi merasa kesakitan. Pengankutan sapi dari pelabuhan diangkut ke kapal dengan cara hidung dan lehernya diikat, kemudian sebanyak 3-4 sapi yang diikat lehernya dan hidungnya tersebut diangkat dengan katrol untuk dimasukkan ke dalam kapal. Perlakuan tersebut membuat sapi merasa kesakitan dan stres, sehingga bertentangan dengan konsep kesrawan. Distribusi atau pengiriman sapi hidup dari sentra produksi ke daerah tujuan di Indonesia dianggap masih sangat buruk atau tak memperhatikan animal welfare alias kesejahteraan hewan menurut Syukur. Sangat berbeda kondisinya jika dibandingkan dengan Sapi hidup di Australia dan Selandia Baru yang diangkut dengan kapal khusus layaknya hotel bagi sapi,termasuk ketersedian pakan dan minuman yang cukup, serta kondisi kapal yang besar. Distribusi sapi di Australia dari pelabuhan sapinya berjalan masuk ke kapal dengan tangga, di perjalanan asupan makanan dan air cukup, sehingga tidak menyebabkan sapi stes dan sangat memperhatikan status kesrawan, bahkan setelah sampai ditujuan berat sapi justru bertambah.Dasar pelaksanaan kesrawan adalah berdasarkan peraturan pemerintah No. 82 tahun 2000 yaitu pada Pasal 47, Pasal 55, dan Pasal 80. Dalam penerapan transportasi ternak yang berprinsip kesrawan, ada beberapa permasalahan yang sering dijumpai, diantaranya masalah regulasi, sarana alat angkut (truk,kapal), sarana pelabuhan, faktor perekonomian, kepedulian pemerintah dan masyarakat, serta hewan yang dianggap sebagai barang ekonomi semata. Solusi dari permasalahan tersebut harus berasal dari berbagai sektor. Dari pemerintah, perlu melengkapi regulasi tentang kesrawan yang komprehensif, pemeliharaan pengangkutan, peneliti dan konserfasi ; penyusunan regulasi sarana dan fasilitas transportasi yang baik ; harmonisasi kebijakan lalu lintas hewan pusat dan daerah, advokasi, dan public awareness. Dari sektor swasta atau masyarakat : perlunya rasa kepedulian terhadap kesehatan dan kesejahteraan hewan. Adapun dari organisasi profesi, perlu melakukan advokasi dan kontrol terhadap penerapan transportasi ternak ini. Untuk mencapai semua ini harus dilandasi oleh komitmen bersama untuk kebaikan bersama. Adanya sebuah komitmen sebagai landasan untuk memacu kebehasilan merupakan modal awal untuk dapat menghadapi berbagai persoalan yang akan dihadapi di lapangan.Pelanggaran kesrawan pada sistem transportasi sapi di Indonesia

Pemuatan dan penurunan menggunakan kejutan listrik, tongkat yang meninggalkan tanda dan memar , jembatan yang buruk

Mencampurkan sapi-sapi jantan muda

Sapi-sapi laktasi mensyaratkan diperah

Anak-anak sapi pedaging tak mampu berbaringburuknya alas tidur dan kepadatan hewan yang tinggi

Dehidrasi pada anak sapi pedagingStandart kendaraan pengangkut ternak sapi :

Lantai tidak licin dengan kekuatan yang memadai

Alas lantai yang mampu menyerap atau yang dapat mudah dibersihkan dari urine dan feces.

Luas ruang yang cukup untuk badan dan kepala

Ventilasi yang memadai

Mudah dibersihkan dan tidak licin/membuat terpeleset

Tidak ada pinggiran yang tajam atau tonjolan-tonjolan

Sudut memuat hewan yang sesuai

Pencahayaan

Makanan yang sesuai dan cukup

Alas tidur yang cukup

2.2. Keadaan Penerapan Kesejahteraan Hewan Transportasi di Indonesia

Praktik atau penerapan kesejahteraan hewan (kesrawan) tidak hanya diberlakukan terhadap hewan (ternak) yang berada di dalam suatu kandang di peternakan, namun praktik kesrawan juga harus dilaksanakan dalam proses transportasi hewan agar kelima aspek utama dari kesrawan dapat terpenuhi. Seiring dengan perkembangan transportasi yang semakin berkembang diharapkan praktik-praktik yang dapat menimbulkan hewan stress selama perjalanan jauh dapat dikurangi, nafsu makan ternak tetap terjaga, sehingga tidak terjadi penurunan berat badan setelah hewan ternak tiba di daerah tujuan.

Jarak transportasi hewan yang jauh dan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai tempat tujuan sangat berpotensi menimbulkan stress pada hewan ternak. Menurut Santosa (1995), hal-hal yang dapat mengurangi dampak stress selama perjalanan antara lain: 1. Bila pengangkutan dilakukan pada musim kemarau, akan lebih baik bila transportasi dilakukan pada waktu dinihari, sebelum matahari terbit, atau sore hari; 2. Bila mengangkut ternak pada musim hujan, mobil pengangkut harus memiliki atap pelindung agar tubuh ternak tidak basah; 3. Tidak mencampurkan ternak yang berbeda jenis dalam satu mobil angkut (truk); 4. Tidak mengangkut ternak yang baru saja kenyang diberi pakan hijauan.

Menurut Sudiyono (2004), petunjuk yang harus dilakukan dalam melakukan transportasi ternak yaitu: 1. Memilih jenis transportasi yang terbaik dan sesuai dengan jumlah ternak yang akan diangkut; 2. Memberikan pakan dan minum beberapa jam sebelum ternak dinaikkan ke atas truk, namun pemberian pakan tidak terlalu banyak dan tidak memberikan biji-bijian (konsentrat) selama 12 jam ternak diangkut, namun tetap memberikan air minum pada ternak setiap dua jam perlakuan agar ternak tidak dehidrasi dan stress; 3. Melakukan penanganan dengan baik dan menggunakan fasilitas dan alat-alat yang memadai untuk menaikkan ternak ke atas truk, membersihkan fasilitas dan alat-alat angkut dari benda runcing atau pecahan kaca, serta menggunakan loading chute (tempat menurunkan atau menaikkan ternak dari atau ke truk; 4. Menambahkan jerami kering pada dasar bak truk pada musim hujan dan menebarkan pasir di atas jerami tersebut pada musim kemarau; 5. Melakukan penggiringan ternak dengan tenang dan nyaman pada waktu memasuki truk dan tidak menggunakan alat yang dapat menyebabkan ternak luka misalnya cambuk, electric shock, benda keras, dan benda tajam; 6. Mengemudikan truk dengan hati-hati dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi; 7. Memeriksa kondisi ternak selama perjalanan dalam periode tertentu; 8. Berhenti dan mengistirahatkan ternak bila perjalanan terlalu lama, memberikan air minum untuk mencegah dehidrasi bila udara terlalu panas; dan 9. Menurunkan ternak dengan hati-hati dan tidak dengan cara kasar.

Distribusi atau pengiriman sapi hidup dari sentra produksi ke daerah tujuan di Indonesia dianggap sangat buruk atau tak memperhatikan animal welfare (kesejahteraan hewan). Akibat praktik-praktik tersebut menyebabkan sapi stress dan bobot sapi hidup menyusut hingga 30% lebih ketika sampai tujuan (Nasution 2004). Setidaknya ada 4 cara keji saat mendistribusikan sapi hidup di Indonesia yang masih sering dipraktikan sehingga membuat berat badan sapi turun drastis ketika sampai tempat penggemukan atau pemotongan. Cara distribusi sapi dari daerah yang memiliki sapi banyak seperti NTT, NTB, Jatim dan ada juga dari Papua yang ke daerah pasar seperti Jabodetabek masih belum baik, bahkan terlihat kejam. Praktik-praktik yang tergolong kejam dan tidak sesuai dengan Kesrawan saat transportasi sapi antara lain: 1. Sapi Digantung yaitu sapi-sapi hidup ketika akan diangkut ke kapal prosesnya digantung. Sapi dari pelabuhan diangkut ke kapal hidung dan lehernya diikat, kemudian sebanyak 3-4 sapi yang diikat lehernya dan hidungnya tersebut diangkat dengan katrol untuk dimasukkan ke dalam kapal; 2. Diceburkan sapi ke laut, biasanya cara ini dilakukan untuk mempersingkat proses penurunan sapi hidup dari kapal/perahu di pelabuhan karena kapal tak bisa bersandar;3. Sapi diimasukkan ke dalam kapal kecil, beberapa kasus pengangkutan sapi hidup Indonesia masih ada saja yang menggunakan kapal kecil untuk mengangkut sapi sehingga dampaknya buruk buat sapi. Kapal yang digunakan untuk mengangkut sapi tersebut tidak khusus untuk sapi, ada yang kapal barang ada pula yang kapal rakyat yang ukurannya kecil. Bahkan dalam pelayarannya tidak jarang air laut masuk ke dalam kapal sehingga sapinya terendam air bahkan kapal dapat terbalik karena terjangan ombak besar dan menyebabkan sapi mati; 4. Sapi diangkut dengan truk dengan jumlah sapi yang terlalu banyak dan berdesakkan.

Keempat perlakuan diatas tentu saja sangat bertentangan dengan aspek kesejahteraan hewan, karena hewan akan merasa tidak nyaman, merasa kesakitan, terluka, stress, mengalami ketakutan yang hebat serta tertekan, bahkan hewan dapat terserang penyakit dan dampak yang lebih parah adalah hewan mati. Selain perlakuan diatas terdapat beberapa perlakuan lain selama transportasi yang bertentangan dengan aspek kesrawan diantaranya hewan tidak diberi makan dan minum baik sebelum hewan diberangkatkan maupun selama perjalanan sehingga hewan akan merasakan kelaparan dan rasa haus yang dapat mempengaruhi kesehatan hewan.

Gambar 1. Sapi yang diceburkan ke laut

(http://www.lensarakyatnews.com)

Gambar 2. Sapi dinaikkan diatas kapal kecil

(http://www.karantina-wilkerbontang.blogspot.com)

Gambar 3. Jumlah sapi dalam truk terlalu banyak

(http://www.merdeka.com)

Gambar 4. Sapi digantung untuk dinaikkan ke atas kapal

(http://www.beritatrans.com)

2.3. Manfaat dan Kendala Penerapan Kesrawan Selama Dalam Transportasi

Proses distribusi merupakan suatu konsep proses dasar pada suatu usaha, karena lewat distribusi suatu perusahaan dapat berkembang dengan cara memasarkan hasil produksi menuju ke tempat lain sebagai konsumen. Penerapan aspek kesrawan ketika dalam transportasi menuju tempat lain harus diperhatikan, karena hal ini merupakan salah satu poin dasar yang dapat mempengaruhi keuntungan dan kerugian suatu perusahaan.

Manfaat dari penerapan aspek kesrawan selama transportasi ternak adalah dapat meminimalkan tingkat tertekan akibat ketidaknyamanan atau stres ternak selama proses transportasi, meminimalkan penyusutan bobot badan, meminimalkan kematian, dan meminimalkan kerugian yang dihadapi oleh peternak atau pemasok ternak. Efek dari transportasi ternak yang kurang baik yaitu penyusutan berat badan, menurunnya kondisi kesehatan ternak yang berujung pada kematian sehingga dapat menurunkan nilai ekonomisnya (kerugian). Ternak-ternak tesebut diharapkan datang ke daerah tujuan sampai ke daerah penyebaran diharapkan dalam proses sehat sehingga tujuan dalam mendapatkan produksi dan produktivitas yang maksimal dapat tercapai.Adapun permasalahan dan kendala teknis dan non teknis yang diantisipasi adalah :

1. Metode pengangkutan ternak

Tak jarang supir yang mengangkut ternak tidak memahami metode yang baik dalam transportasi ternak. Kendaaraan pengangkut ternak harus dikemudikan dengan pelan-pelan, tidak mengerem mendadak, saat jalan berkelok juga dilakukan dengan pelan-pelan. Dalam pengangkutan ternak harus ada waktu istirahat dan pengemudi juga selalu mengecek kendisi ternak selama perjalanan.

2. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkat stress ternak seperti cuaca, gelombang air laut yang tinggi, suhu (panas, dingin), waktu pengangkutan (siang, malam). Pengangkutan ternak sebaiknya dilakukan pada waktu malam hingga pagi hari.

3. Kepadatan Ternak

Ternak yang terlalu banyak akan mengakibatkan stress pada ternak karena suhu akan meningkat dan ternak akan berdesak-desakan sehingga tidak nyaman selama perjalanan.4. Lama perjalanan

Ternak sapi dan kambing tidak dianjurkan untuk diangkut lebih dari 36 jam perjalanan dan harus diistirahatkan untuk pemberian pakan dan minum apabila perjalanan memerlukan waktu lebih 24 jam perjalanan.

5. Penanganan ternak

Penanganan ternak tidak hanya selama proses transportasi berlangsung, namun juga sebelum dan setelah perjalanan. Adapun upaya penanganan ternak yang dapat diantisipasi saat proses pengadaan ternak berlangsung antara lain: Penanganan ternak dari sumber bibit sebelum masuk ke kapal laut dalam kondisi layak angkut. Kepersiapan pakan, air minum dan obat-obatan selama perjalanan. Kesiapan Tim Teknis dan geleder (petugaspenjaga ternak dan Tim Teknis) selama perjalanan. Penurunan ternak dari kapal ke truk pengangkut ternak ke kandang karantina. Penanganan ternak sebelum masuk ke truk. Jumlah ternak yang masuk kedalam truk jangan sampai sesak atau terlalu longgar. Lantai truk diberi alas yang tidak mencederai ternak selama pengangkutan. Selama perjalanan ternak harus di kontrol jangan sampai ternak terinjak oleh kawannya. Dalam perjalanan lebih kurang 8 jam sekali ternak harus diistirahatkan ditempatkan yang dingin/teduh dan diberikan pakan serta minum. Penurunan ternak dari truk ke kandang karantina (Disnak Prov. Riau. 2013).BAB III KESIMPULAN

Penerapan kesejahteraan hewan dalam transportasi di Indonesia masih jauh dari aspek animal welfare, yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, kesakitan dan penyakit, bebas mengekspresika tingkah laku alamiahnya, dan bebas dari rasa takut dan tertekan. Hal ini dikarenakan kurang pedulinya masyarakat terhadap peraturan yang mengatur tentang kesejahteraan hewan itu sendiri.DAFTAR PUSTAKADinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau. 2013. Transportasi Ternak, Kendala dalam Pengadaan Ternak Bibit di Riau. Pekanbaru: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau.

Nasution, N. 2004. Manajemen Transportasi Ternak. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. PT. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang


Top Related