Download - Makalah Malaikat
MALAIKAT
I. PENGERTIAN IMAN KEPADA MALAIKAT
Secara etimologis kata malaikah (dalam bahasa indonesia disebut malaikat)
adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari mashdar al-alukah artinya ar-risalah
(misi atau pesan). Yang membawa misi atau pesan disebut ar-rasul (utusan). Dalam
beberapa ayat al quran malaikat juga disebut dengan rusul (utusan-utusan), misalnya
pada surat hud ayat 69. Berapa bentuk jamak lain dari malak adalah mala-ik. Dalam
bahasa indonesia kata malaikat dipakai untuk bentuk tunggal. Bentuk jamaknya
menjadi para malaikat atau malaikat-malaikat. Secara terminologis malaikat adalah
makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya dengan wujud dan sifat-
sifat tertentu.
Malaikat adalah suatu alam yang halus, termasuk hal-hal ghaib, tidak dapat
dicapai oleh pancaindera. Jadi mereka itu tidak termasuk dalam golongan makhluk
yang wujud jasmaniahnya dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan.
Mereka hidup dalam suatu alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang
kita saksikan ini, oleh sebab itu tidak dapat dicapai oleh pandangan kita. Yang
mengetahui perihal keadaan mereka itu dan hakikat yang sebenarnya adalah Allah
Ta’ala sendiri.
Malaikat itu disucikan dari kesyahwatan-kesyahwatan hayawaniah, terhindar
sama sekali dari keinginan-keinginan hawa nafsu, terjauh dari perbuatan-perbuatan
dosa dan salah. Mereka itu tidak seperti manusia yang suka makan, minum, tidur,
berjenis lelaki atau wanita. Jadi mereka itu memang mempunyai suatu alam yang
tersendiri, berdiri dalam bidangnya sendiri, bebas menurut hal-ihwalnya sendiri, tidak
dihinggapi oleh sifat yang biasa diterapkan terhadap manusia, misalnya hubungannya
dengan kebendaan, juga mereka itu mempunyai kekuasaan dapat menjelma dalam
rupa manusia atau lain-lain bentuk yang dapat dicapai oleh rasa dan penglihatan. Hal
ini jelas sekali sebagaimana kedatangannya jibril a.s ke tempat sayidah maryam yang
saat itu ia menjelmakan dirinya dalam bentuk dan rupa manusia, sebagaimana yang
disebutkan dalam Al quran :
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan
diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir
(yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami[901] kepadanya,
maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (Q.S
Maryam 16-17)
Allah SWT menciptakan malaikat itu dari pada nur (cahaya), sebagaimana dia
diciptakan nabi adam a.s dari pada tanah liat, juga sebagaimana menciptakan jin dari
pada api.
Muslim meriwayatkan sebuah hadist dari ‘Aisyah r.a, bahwa Rasulullah saw
bersabda :
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan padamu semua” (R. muslim)
Tempat kediaman malaikat itu ada di langit, tetapi mereka itu dapat pula turun
dari langit itu dengan perintah Allah ta’ala. Imam ahmad dan bukhari meriwayatkan
dari ibnu abbas r.a bahwa rasulullah saw. Bertanya kepada jibril a.s, sabdanya :
“Apakah yang menghalang-halangi tuan jika kalau berziarah kepada kami, lebih
banyak lagi dari yang biasa tuan lakukan? Jibril a.s lalu menyampaikan ayat yang
artinya : Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.
Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di
belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu
lupa.”(Q.S Maryam 64)
Allah Ta’ala menciptakan malaikat itu lebih dahulu dari pada menciptakan
manusia. Sebelum itu Allah Ta’ala memang telah memberitahukan kepada seluruh
malaikat bahwa manusia itu hendak diciptakan untuk dijadikan sebagai khalifah di
atas permukaan bumi ini, sebagaimana firmanNya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS baqarah 30)
Sebagai makhluk gaib wujud malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba,
dicium dan dirasakan oleh manusia, atau dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh
pancaindra, kecuali jika malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu seperti rupa
manusia. Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan beberapa peristiwa malaikat
menjelma menjadi manusia seperti dalam surat hud ayat 69-70 yang artinya
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang
kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira , mereka mengucapkan “selamat”.
Ibrahim menjawab “selamat”. Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan
daging sapi yang di panggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak
menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka dan merasa takut kepada
mereka. Malaikat itu berkata, “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah
(malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum luth.”
Dalam suatu hadits riwayat muslim disebutkan bahwa malaikat jibri pernah
datang dalam rupa manusia menemui Rasulullah SAW, disaksikan oleh sahabat-
sahabat beliau , antara lain umar bin khatab dan menanyakan tetentang islam, iman,
ihsan dan sa’ah (kiamat). Setelah malaikat itu pergi barulah Rasullah SAW bertanya
kepada umar.”Ya umar, tahukah anda siapa yang bertanya tadi. Umar
menjawab;“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tau .” lalu Rasullah bersabda :
“sesumgguhnya ia adalah malaikat jibril yang datang mengajarkan ad-diin kepada
kalian.” (HR. Muslim).
Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti
manusia, tidak berjenis laki-laki dan perempuan dan tidak berkeluarga. Hidup dalam
alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini.yang
mengetahui hakekat wujud malaikat hanyalah Allah SWT.
Beriman kepada Malaikat adalah percaya bahwa Allah itu mempunyai
makhluk yang dinamai “Malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-Nya dan
senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan dengan sebaik-baiknya.
Malaikat termasuk makhluk Tuhan yang gaib, karena itu kita wajib percaya
adanya, meskipun kita tidak dapat mengetahui hakikatnya. Di sekeliling kita, bahkan
pada diri kita sendiri masih terdapat banyak hal yang kita yakini adanya, tetapi kita
tidak dapat mengetahui hakikatnya dan tidak dapat membuktikan zatnya, misalnya
nyawa kita sendiri dan sebagainya.
Tentang perlu adanya Malaikat itu ditentukan oleh Allah sendiri, yang
sebenarnya Ia sedikit pun tidak membutuhkan adanya mereka itu, seperti halnya Ia
tidak membutuhkan adanya kita manusia ini.
II. SIFAT-SIFAT MALAIKAT
Malaikat adalah makhluk Tuhan yang gaib, maka kita hanya wajib percaya
keterangan-keterangan tentang Malaikat ini yang berasal dari sumber yang otentik
yakni wahyu yang berupa al-Qur’an dan hadits
Mengenai malaikat, al-Qur’an tidak menjelaskan asal terjadinya, tetapi Nabi
menerangkan bahwa malaikat terjadi dari cahaya(nur/light), sabda Nabi
“Malaikat dijadikan dari cahaya, jin dijadikan dari api dan adam dijadikan dari
sesuatu yang telah diterangkan oleh Allah sendiri.” (Hadits riwayat muslim dari
aisyah)
Karena malaikat terjadi dari cahaya , maka berarti Malaikat itu immaterial
being (bukan makhluk yang berupa material). Karena malaikat tidak dapat dilihat oleh
mata manusia dalam bentuk aslinya. Jibril pernah menjelma manusia pada waktu ia
diutus oleh Allah untuk memberi tahu pada Maryam , bahwa Allah akan
menganugerahi kepadanya seorang anak laki-laki yang baik, ialah Nabi isa a.s. yakni
dalam al qur’an surat Maryam ayat 17-22
Jibril juga pernah datang menemui Nabi dan menyamar sebagai seorang laki-
laki dengan berpakaian putih sekali dan berambut yang amat hitam. Ia bertanya
kepada Nabi tentang Iman, Islam dan Ihsan. Dan setiap pertanyaanya selesai dijawab
oleh Nabi, maka langsung ia membenarkan jawaban nabi. Kemudian setelah jibril
pergi, nabi bertanya kepada umar (salah seorang sahabat yang hadir pada waktu itu),
“Hai umar, siapakah orang yang bertanya tadi?” jawab umar, “Allah dan Rasul-Nya
adalah yang lebih tau.”
Sifat sifat istimewa malaikat
Para malaikat tidaklah makan tidak pula minum. Tidak menikah, dan tidak
pula berketurunan.
“Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata, “Silahkan anda makan.”
(Q.S.Adz-Dzariat:27)
“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang
aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata,
“Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah yang diutus kepada kaum Luth.”(QS
Huud: 70)
Diriwayatkan dari Said bin Musayyib, beliau menyatakan bahwa para malaikat
itu bukan laki-laki dan bukan perempuan, tidak makan, tidak minum, tidak menikah
dan tidak berketurunan.
Malaikat juga mendengar, melihat, dan berbicara.
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa para malaikat itu berdialog
dengan Allah SWT. Dalilnya, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman yang
artinya, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS al-
Baqarah: 30)
Ayat ini menunjukkan bahwa para malaikat berbicara kepada Allah dan Allah
pun mengajak bicara dengan mereka. Para malaikat mendengar firman Allah dan hal
tersebut menyebabkan mereka pingsan.
“Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah
diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan
dari hati mereka, mereka berkata “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?”
Mereka menjawab, “Yang benar,” dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”
(QS Saba’: 23)
Malaikat juga berbicara dengan manusia baik pada saat dalam rupa aslinya
atau pun ketika berwujud manusia. Ketika dalam wujud manusia, maka orang yang
diajak bicara oleh malaikat pun bisa menyaksikan rupa malaikat tersebut sebagaimana
dalam hadits Jibril. Terkadang pula Nabi bisa melihat malaikat, namun para shahabat
yang berada di sekelilingnya tidak bisa melihatnya. Diantara dalil hal tersebut adalah
saat Nabi berkata kepada isterinya Aisyah, “Ini Malaikat Jibril, dia mengucapkan
salam untukmu. Aisyah pun mengatakan engkau bisa melihat apa yang tidak bisa kami
lihat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Malaikat pun berbicara dengan sesamanya, sebagaimana firman Allah dalam
QS Saba’ ayat 23 Pada saat menjelaskan ayat tersebut Aisyah mengatakan,
“Sesungguhnya para malaikat turun ke awan, lalu menceritakan ketetapan yang sudah
ditetapkan di langit.” Pembicaraan mereka ini kemudian dicuri oleh jin lalu
disampaikan kepada para dukun.
Para Malaikat Tidak Pernah Merasa Capek dan Bosan
“Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya”(QS al-
Anbiya: 20)
“Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka yang di sisi Tuhanmu bertasbih
kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” (QS Fushilat:
38)
Karakter Kejiwaan Para Malaikat Terjaga dari maksiat
Allah menciptakan para malaikat dan memberikan tugas besar untuk mereka.
Oleh karena itu malaikat ma’shum (terjaga) dari tindak maksiat, sehingga tatanan alam
semesta ini tidak mengalami ketimpangan. Allah berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS at-Tahrim: 6)
“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintahNya..” (QS al-Anbiya” : 27)
Ada sebagian orang yang kebingungan mengenai kemakshuman para malaikat
jika dihubungkan dengan surat al-Anbiya: 29, “Dan barangsiapa di antara mereka,
mengatakan: “Sesungguhnya Aku adalah tuhan selain daripada Allah”, maka orang
itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan
kepada orang-orang zalim.” Jawaban tentang hal ini sebagaimana yang disampaikan
Syaikh Syinqiti dalam tafsirnya. Beliau mengatakan, “Meskipun para malaikat adalah
makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah, akan tetapi
seandainya ada seorang malaikat yang mengaku sebagai ilah selain Allah tentu akan
Allah siksa dengan api neraka. Kita semua mengetahui bahwasanya pengandaian itu
mungkin terjadi dan adapula pengandaian yang tidak mungkin terjadi. Ayat yang
semisal ini yang berisikan pengandaian yang tidak mungkin terjadi adalah dalam surat
az-Zumar 65 yang artinya, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan
kepada yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan , niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
Kita semua sudah mengetahui bahwasanya para nabi itu terjaga dari melakukan
kemusyrikkan. Ayat-ayat di atas (QS al-Anbiya 29 dan al-Zumar 65) dan ayat-ayat
yang semakna, semuanya menunjukkan bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang
berhak untuk disembah dan tidak boleh disekutukan. Disamping itu satu jenis ibadah
pun tidak boleh diberikan kepada selain Allah, meskipun kepada malaikat yang sangat
dekat dengan Alah, tidak pula seorang nabi sekaligus rasul.” Ada juga orang yang
kebingungan tentang kemakshuman malaikat jika dikaitkan dengan keengganan iblis
untuk bersujud kepada Adam. Hal ini sebenarnya tidak perlu dibingungkan mengingat
iblis bukanlah malaikat menurut pendapat yang benar. Ada juga yang meneruskan hal
ini dengan Harut dan Marut yang mengajarkan sihir kepada banyak orang. Hal ini
sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan jika kita menyadari bahwasanya apa yang
dilakukan oleh Harut dan Marut itu atas perintah Allah sebagai cobaan dan ujian bagi
manusia.
Berilmu
Allah berfirman, “Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .” (QS al-Baqarah: 32)
Allah juga membebani para malaikat dengan berbagai tugas di langit dan di bumi.
Oleh karena itu tentu mereka memiliki ilmu berkenaan dengan tugas yang diberikan
kepada mereka. Allah berfirman, “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada yang
mengawasi, yang mulia dan mencatat ,” (QS al-Infithar: 10-11)
Bershaf Di Sisi Allah
“Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf . Dan sesungguhnya kami
benar-benar bertasbih .” (QS as-Shaffat: 165-166)
Nabi bersabda, “Tidakkah kalian bershaf sebagaimana para malaikat
membuat barisan di sisi Rabbnya?” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
bagaimanakah shaf yang dibuat oleh para malaikat di sisi Rabbnya? Nabi bersabda,
“Mereka menyempurnakan dan merapatkan shaf” (HR Muslim)
Safarah, Kiram, dan Bararah
Allah berfirman, “Di tangan para penulis, yang mulia lagi berbakti.” (QS
Abasa: 15-16)
Yang dimaksud safarah adalah penghubung antara Allah dan para rasul serta
para nabi Secara bahasa safarah berarti memperbaiki. Sehingga para malaikat
dijadikan sebagaimana duta yang memperbaiki keadaan suatu kaum pada saat mereka
turun membawa wahyu Allah dan menyampaikannya. Sedangkan yang dimaksud
kiram adalah ciri fisik mereka yang bagus mulia dan terpuji. Sedangkan yang
dimaksud dengan bararah adalah akhlak dan perbuatan para malaikat itu suci dan
sempurna.
Dari Aisyah Rasulullah bersabda, “Permisalan orang yang pandai membaca al-Quran
adalah bersama para malaikat yang safarah, kiram, dan bararah.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Memiliki rasa takut kepada Allah
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, para malaikat karena takut
kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa
yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah
Tuhan yang maha keras siksa-Nya.” (QS ar-Ra’du: 13)
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan
manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS al-Mukmin: 57)
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Ausath dengan sanad yang hasan dari
Jabir. Rasulullah bersabda, “Pada saat malam Isra’ Mi’raj aku melewati Mala’ A’la
(para malaikat) sedangkan Jibril bagaikan tikar karpet yang usang karena demikian
takut kepada Allah
Merasa Malu
Nabi bersabda mengenai Utsman, “Tidakkah aku merasa malu terhadap
seseorang (Utsman) yang para malaikat merasa malu terhadapnya. (HR Bukhari).
Sifat sifat istimewa Jibril
a. Ia adalah utusan Allah yang terhormat
b. Ia mempunyai kekuatan luar biasa , sehingga ia mampu mengangkat tinggi-
tinggi perkampungan kaum Luth dan sekaligus membalikkannya serta
menghempaskan ke bumi, sehingga perkampungan Luth beserta penghuninya
hancur binasa
c. Ia mempunyai kedudukan tinggi disisi Allah. Hal ini terbukti dengan disebutnya
jibril sebagai unsur kedua sesudah Allah, sebagaimana tersebut dalam surah at-
tahrim ayat 4
d. “ maka sesungguhnya Allah adalah penolongnya (nabi) dan jibril dan orang-
orang mukmin yang baik. Dan selain dari itu para malaikat adalah penolongnya
pula.”
e. Ia ditaati di alam malaikat, karena ia adalah permukaanya
f. Ia adalah terpercaya sebagai penyampai wahyu Allah kepada semua Nabi dan
rosul-Nya
III. KEDUDUKAN DAN TUGAS MALAIKAT
Jumlah malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan. Sesama mereka juga
ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas,
pangkat dan kedudukan. Dalam surat Fathir ayat 1 disebutkan bahwa ada Malaikat
yang bersayap dua, tiga dan empat:
“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi. Yang menjadikan Malaikat sebagai
utusan-utusan yang mempunyai sayap dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada
ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (Q.S Fathir 35:1).
Dalam suatu hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah
melihat Jibril bersayap enam ratus:
“Rasulullah SAW melihat Jibril ‘alaihis salam bersayap enam ratus.” (HR.Muslim)
Perbedaan jumlah sayap tersebut bisa saja berarti perbedaan kedudukan,
pangkat atau perbedaan kemampuan dan kecepatan dalam menjalankan tugas.
Sedangkan bagaimana bentuk sayap Malaikat tersebut tentu saja kita tidak bisa
mengetahuinya dan memang tidak perlu berusaha untuk menyelidikinya karena seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya Malaikat adalah makhluk ghaib (immaterial) yang
hakekatnya hanyalah Allah SWT yang mengetahuinya.
Sebagian dari Malaikat disebut nama-nama mereka dan sebagian lagi hanya
dijelaskan tugas-tugasnya saja. Ada malaikat yang bertugas di alam ruh seperti
memikul ‘Arasy, bertasbih kepada Allah SWT, memberi salam kepada ahli sorga dan
menyiksa ahli neraka. Dan ada yang bertugas di alam dunia, berhubungan dengan
manusia seperti mencatat amal perbuatan manusia, mencabut nyawa, menurunkan
hujan ,menumbuhkan tanam-tanaman dan lain-lain.
Diantara nama-nama dan tugas-tugas Malaikat adalah sebagai berikut:
1. Malaikat Jibril ‘alaihis salam, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-Nabi
dan Rasul-Rasul.
“Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkan Al-Qur’an kedalam hatimu dengan seizing Allah; membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi
orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah 2: 97)
Nama lain dari Jibril adalah Ruh Al-Qudus (An-Nahl 16: 102), Ar-Ruh Al-Amin
(Asy-Syu’ara’ 26: 193) dan An-Namus (sebagaimana yang pernah dikatakan
oleh Waraqah bin Naufal kepada Rasulullah SAW pada permulaan kalinya
menerima wahyu).
2. Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang beruhubungan dengan alam
seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dan lain-lain. Nama Mikail disebut didalam surat Al-Baqarah ayat 98:
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Jibril dan
Mikail (Mikal), maka sesungguhnya Allah adalah musuh Orang-orang kafir.”
(Al-Baqarah 2: 98).
3. Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet dihari kiamat dan hari berbangkit
nanti. Tentang tiupan terompet itu Al-Qur’an menyebutkan:
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah
Perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan
ditangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala (terompet) ditiup. Dia
mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi
Maha Mengetahui.” (Al-An’am 6: 73)
Lihat juga Al-Kahfi 18: 99, Thaha 20: 102, An-Naml 27: 87, Yasin 36: 51, Al-
Haqah 69: 13.
4. Malaikat Maut (Malakul Maut), bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk
hidup lainnya.
“Katakanlah: “Malaikat Maut yang diserahi untuk mencabut nyawa akan
mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan.” (As-Sajdah 32: 11)
Malaikat Maut dikenal juga dengan nama Izrail.
5. Malaikat Raqib dan ‘Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia.
“.. Ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk
disebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Raqib ‘Atid.” (Qaf 50: 17-
18)
Disamping Raqib dan ‘Atid, ada lagi Malaikat Kiraman Katibin yang bertugas
menuliskan amal perbuatan manusia:
“Dan sesungguhnya bagi kami ada yang menjaga, yaitu Malaikat-Malaikat
yang mulia lagi menulis (Kiraman Katibin). Mereka mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Infithar 82: 10-12).
Kemudian ada lagi Malaikat Hafazhah (penjaga atau pemelihara), yang bertugas
memelihara segala catatan amalan manusia itu.
“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya,
dan diutusnya kepadamu Malaikat-Malaikat penjaga (Hafazhah)…” (Al-An’am
6: 61).
Sebagian ulama berpendapat, malaikat Raqib dan ‘Atid, Kiraman, Katibin dan
Hafazhah itu berlain-lain. Dan ada yang mengatakan bahwa mereka berada
dalam satu kesatuan tugas dengan bidang yang berbeda-beda, ada yang
mengawasi, ada yang mencatat dan ada yang memelihara catatan itu (lihat
Pelajaran Agama Islam oleh Hamka, 1956 hal. 121-122).
6. Malaikat Munkar dan Nakir, bertugas menanyai mayat dalam kubur tentang
siapa Tuhannya, apa agamanya dan siapa nabinya. Nama Munkar dan Nakir, ada
dalam hadits riwayat Timizi. Sedangkan dalam suatu hadits riwayat Bukhari dan
Muslim, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Al-Qaulu As-Tsabit dalam surat
Ibrahim ayat 27 adalah jawaban orang Islam terhadap pertanyaan malaikat di
dalam alam kubur. Sabda beliau:
“Seorang muslim, apabila ditanya di alam kubur, memberikan kesaksian bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad Rasulullah, itulah maksud dari
firman Allah: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh (Al-Qaulu As-Tsabit) dalam kehidupan di dunia dan
akhirat…” (Ibrahim 14:27). (HR.Bukhari dan Muslim).
7. Malaikat Ridwan, bertugas menjaga sorga dan memimpin para Malaikat pelayan
sorga. Tentang Malaikat-Malaikat penjaga sorga (Khazanah) Allah berfirman:
“ Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya dibawa kedalam sorga
berombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke sorga itu sedang pintu-
pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya
(Khazanutuha): “Kesejahteraan atasmu, berbahagialah kamu, maka masukilah
sorga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. (Az-Zumar 39: 73)
Di dalam sorga Malaikat-Malaikat juga memberikan salam kepada para
penghuninya:
“… Dan Malaikat-Malaikat masuk menemui mereka dari segala pintu (sorga),
(sambil mengucapkan) :keselamatan atasmu berkat kesabaranmy…” (Ar-Rad
13: 23-24).
8. Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan memimpin para Malaikat
menyiksa penghuni neraka. Allah berfirman tentang ucapan penghuni neraka
kepada Malaikat Malik:
“Mereka berseru: “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja” Dia
menjawab: “Kamu akan tetap tinggal di neraka ini” (Az-Zukhruf 43: 77)
Tentang Malaikat-Malaikat penjaga neraka Allah berfirman:
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka jahanam berombongan. Sehingga apabila
mereka sampai di neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah
kepada mereka penjaga-penjaganya: “Apakah belum pernah dating kepadamu
Rasul-Rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan
memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka
menjawab: “Benar”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-
orang yang kafir.” (Az-zumar 39: 71)
Dalam surat Al-Mudatsir ayat 30 disebutkan penjaga dan penyiksa di neraka itu
ada 19:
“Tahukah kamu apa neraka Saqar itu? Saqar itu tidak membiarkan dan tidak
membiarkan. Neraqa Saqar adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada
Sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu
melainkan dari Malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu
melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir…” (Al-Mudatsir 74: 27-
31)
9. Malaikat yang bertugas memikul ‘Arasy.
“Malaikat-Malaikat yang memikul ‘Arasy dan Malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya…” (Al-Mukmin 40: 7).
“Dan Malaikat-Malaikat berada di penjuru langit. Dan pada hari itu delapan.
Malaikat memikul ‘Arsy Tuhanmu.” (Al-Haqah 69: 17).
10. Malaikat yang bertugas menggerakkan hati manusia untuk berbuat kebaikan dan
kebenaran. Rasulullah Saw bersabda:
“Syaitan dapat menggerakkan hati anak Adam, demikian pula Malaikat dapat
menggerakkan hati. Bisikan Syaitan berupa godaan untuk melakukan kejahatan
dan mendustakan kebenaran. Sedangkan ajakan Malaikat berupa dorongan
untuk berbuat kebaikan dan meyakini kebenaran…” (HR Ibn Abi Hatim dan
Tirmizi).
11. Malaikat yang bertugas mendoakan orang-orang yang beriman supaya diampuni
oleh Allah segala dosa-dosanya, diberi ganjaran sorga dan dijaga dari segala
keburukan dan do’a-do’a lain. Allah berfirman:
“Malaikat-Malaikat yang memikul ‘Arasy dan Malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya
serta meminta ampun bagi orang-orang yang beriman dengan mendo’a: “Ya
Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah
ampun kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan
peliharalah mereka dari siksa neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami,
masukanlah mereka kedalam sorga ‘adn yang Engkau janjikan kepada mereka
(nenek moyang mereka), istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua.
Sesungguhnya engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan
peliharalah mereka dari segala keburukan. Dan orang-orang yang Engkau
pelihara dari segala keburukan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau
anugerahkan rahmat kepadanya daqn itulah kemenangan yang besar.” (Al-
Mukmin 40: 7-9)
Rasulullah bersabda:
“Pada setiap pagi hari para hamba Allah disertai dua Malaikat yang berdo’a.
yang satu berdo’a: “Ya Allah, berikanlah kerusakan harta orang yang tidak
mau membelanjakan untuk kebaikan.” Yang lain berdo’a: “berikanlah ganti
pada orang yang mau membelanjakan hartanya untuk kebaikan.” (HR Muslim).
Dalam surat Al-Ahzab ayat 43 dan hadits riwayat Tirmidzi, dijelaskan bahwa
Malaikat-Malaikat memohonkan rahmat untuk orang-orang yang beriman
umumnya dan untuk orang-orang yang mengerjakan kebaikan khususnya.
“Dialah yang memberikan rahmat kepadamu dan Malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
cahaya. Dan Dia maha Penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (Al-
Ahzab 33: 43).
“Sesungguhnya Allah memberikan rahmat-Nya, dan para Malaikat dan para
penghuni langit dan bumi (memohonkan rahmat Allah) untuk orang yang
mengajarkan kebaikan.” (HR Tirmidzi).
Bahkan para Malaikat sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits lain yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abudaweud dan Nasa’I ikut pula membaca
“amiin” bersama dengan orang-orang yang melakukan shalat. Pada akhir hadits
itu Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yangbacaan “amiin”nya bersamaan dengan bacaan “amiin”nya
Malaikat, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Ahmad, Abi
Dawud dan Nasa’i).
Disamping tugas-tugas yang sudah disebutkan diatas, tentu masih banyak lagi
tugas-tugas Malaikat yang lain seperti: Ikut menghadiri shalat Subuh dan ‘Ashar
(HR.Bukhari dan Muslim), menghadiri majlis-majlis dzikir (HR. Muslim),
memberikan bantuan kepada orang-orang yang beriman (Al-Anfal 8: 12), dan tugas-
tugas lain yang dapat kita ketahui baik dari Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah
SAW.
IV. BEBERAPA PEMAHAMAN YANG SALAH KEPADA MALAIKAT
Dikalangan bangsa persia yang menganut kepercayaan magi dan umat yahudi
ada kepercayaan bahwa harut dan marut itu adalah malaikat yang mendapat hukuman
tuhan ialah digantung badannya dengan kaki di atas dan kepala di bawah di daerah
babil (sebuah kerajaan kuno di irak), karena kedua-duanya membangkang kepada
tuhan.
Kepercayaan bangsa persia dan umat yahudi tersebut jelas bertentangan
dengan ajaran islam yang percaya sepenuhnya bahwa semua malaikat pasti ta’at
kepada Allah SWT berdasarkan pernyataan Allah sendiri dalam surat al-tahrim ayat 6
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Kisah tentang harut dan marut ini diungkapkan didalam Al quran surat Al baqarah
ayat 102
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka
mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir)
tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin
Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya
dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan
sihir, kalau mereka mengetahui.”
Mengenai harut dan marut ini di kalangan ulama islam ada beberapa pendapat
antara lain
a. Bahwa harut dan marut itu adalah benar-benar malaikat dan ta’at kepada Allah
seperti malaikat lain
b. Bahwa harut dan marut itu adalah manusia biasa bukan malaikat dan bukan
pula raja. Tetapi keduanya dipandang oleh masyarakat pada waktu itu sebagai
malaikat karena keshalehan dan ketaqwaannya atau dipandang sebagai raja,
karena pengaruh dan wibawanya sehingga kedua-duanya sangat dihormati dan
dita’ati oleh masyarakat.
Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa iblis/setan itu termasuk golongan
malaikat, bukan termasuk golongan jin. Anggapan ini adalah akibat dari kesalahan
dalam memahami atau menfsirkan firman-firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat
34
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Dan juga firman Allah dalam surat al-hajr ayat 30-31
“Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. Ia
enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.”
Ayat-ayat tersebut tampaknya dapat memberikan kesan atau pengertian, bahwa
iblis itu termasuk golongan malaikat. Tetapi jelas bahwa anggapan ini salah, karena
tidak memperlihatkan hubungan dengan ayat-ayat lain atau ayat-ayat berikutnya yang
berkenaan dengan masalah iblis ini. Misalnya surat shad ayat 75-76
Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada
yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri
ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?."Iblis berkata:
"Aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedang kandia
Engkau ciptakan dari tanah."
Ayat-ayat tersebut menerangkan dengan jelas alasan iblis tidak mau sujud
kepada adam, karena ia merasa lebih baik daripada adam, sebab ia diciptakan dari
tanah liat. Kemudian firman Allah dalam surat al-kahfi ayat 50
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah
kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan
jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang
yang zalim.”
Ayat-ayat tersebut menunjukan tegas bahwa iblis itu termasuk golongan jin.
Dari firman-firman Allah tersebut diatas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa antara
malaikat dan iblis terdapat perbedaan perbedaan pokok, antara lain ialah:
Berbeda dengan asal kejadiannya
Berbeda tentang fungsi/peranannya, sebab malaikat mendorong/mendatangkan
kebaikan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, sedangkan iblis
mendorong/mendatangkan malapetaka/celaka bagi manusia di dunia dan akhirat;
sedamgkan iblis mendorong/mendatangkan malapetaka/celakabagi manusia di
dunia dan di akhirat pula;
Berbeda tentang sifat-sifatnya, antara lain malaikat itu tidak makan, tidak minum
dan tidak kawin sedangkan iblis/setan dan jin itu makan-minum, kawin sehingga
mereka mempunyai keturunan.
V. CARA MALAIKAT JIBRIL A.S MENYAMPAIKAN WAHYU
Adapun malaikat yang bertugas untuk menyampaikan wahyu ialah jibril a.s,
sebagaimana Allah ta’ala berfirman dalam Al quran :
“Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-
orang yang beriman.” (Surat Al- Baqarah ayat 97)
jibril a.s juga diberi nama ruh Al-amin (yang terpercaya) sebagaimana firmanNYA :
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,” (Q.S
Asy Syu’ara ayat 192-194)
Juga diberi nama ruh kudus (yang suci), sebagaimana firmanNYA :
“Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan
benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
(Q.S An Nahl ayat 102)
Ada pula nama lain untuk jibril a.s yaitu namus, sebagaimana yang pernah
dikatakan oleh waraqah bin naufal kepada Rasullah saw pada permulaan kalinya
menerima wahyu, yaitu Tuan telah didatangi oleh namus yang pernah diturunkan oleh
Allah kepada musa. Perihal kedatangan jibril a.s itu sendiri, adakalanya dengan
menjelma sebagai bentuk dan rupa manusia, tetapi kadang-kadang juga sebagai bunyi
nyaring dari sebuah lonceng.
Iman bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa harits bin hisyam r.a
bertanya kepada rasulullah saw dan berkata : ya rasulullah, bagaimanakah cara wahyu
itu datang kepada tuan “ kemudian beliau swa bersabda :
Kadang-kadang ia datang padaku bagaikan suara nyaring dari lonceng dan itulah yang
terberat bagiku. Kemudian suara itu lenyap dari pendengaranku dan aku telah
mengingat apa yang dikatakannya (sudah hafal isinya).
Tapi kadang-kadang malaikat itu menjelma sebagai seorang lelaki, kemudian ia
berkata kepadaku dan akupun lalu ingat (hafal) apa yang dikatakan
‘Aisyah r. ‘anha berkata :
,,sesungguhnya saya pernah melihat Rasullah s.a.w. ketika diturunkanya wahyu itu
padanya yakni pada suatu hari yang sangat dingin, lalu setelah selesai, keningnya
benar-benar bercucuran keringat’’.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Abidunya dan Hakim dari Ibnu
Mas’ud, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :
.. sesumgguhnya Ruh kudus membisikan pada kalbuku bahwa seseorang itu tidak akan
mati sehingga ia memperoleh cukup dari rizki yang ditentukan untuknya. Maka dari
itu takutlah kamu semua kepada Allah dan berbuat baguslah dalam mencari rizki
( jangan tamak atau melalui jalan yang tidak halal)”.
VI. MANUSIA LEBIH MULIA DARIPADA MALAIKAT
Manusia jika beriman dan taat kepada Allah SWT lebih mulia dari malaikat. Ada
beberapa alasan yang mendukung pernyataan tersebut:
1. Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud (hormat) kepada
adam a.s Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.“(Q.S Al Baqarah:34)
2. Malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang Al-Asma’ (nama-nama
ilmu pengetahuan), sedangkan Adam mampu, karena memang diberi ilmu oleh
Allah SWT. Allah berfirman:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!". Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksa. Allah berfirman: "Hai
Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan?" (Q.S Al Baqarah : 31-33)
3. Kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat
tidak memiliki hawa nafsu, sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT
melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syaitan.
4. Manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dipermukaan bumi.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Q.S Al Baqarah:
30)
DAFTAR PUSTAKA
Farid, ahmad. 2005. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Ilyas yunahar. 2007. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI
Zuhdi masjfuk zuhdi. 1993. Studi Islam Jilid I: Akidah. Jakarta: PT. Raja grafindo
persada