Download - makalah glaukoma
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia terdapat
sejumlah 0.40% penderita glaukoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan
0,26% penduduk. Prevalensi penyakit utama di Indonesia adalah kelainan
refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtiva 1,74%, parut
kornea 0,43%, glaukoma 0,40%, retinopati 0,17%. Prevalensi dan peyebab buta
kedua 0,16% kelaianan refraksi 0.11%, retina 0,09%, kornea 0.06% dan lain-lain
0.03%, prevalensi total 1,47%.
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma.
Diantara mereka hampir setengah mengalami gangguan pengelihatan dan 70
ribu benar-benar buta, bertambah setengah 5500 orang/tahun.
Glaukoma dapat menyerang semua usia namun lebih banyak sesuai
bertambahnya usia, mengenai sekitar 2% orang berusia di atas 35 tahun. Resiko
lainnya adalah diabetes, orang Amerika keturunan Afrika, yang mempunyai
riwayat keluarga menderita glaukoma, dan mereka yang pernah mengalami
trauma atau pembedahan mata, atau yang pernah mendapat terapi
kortikostreroid jangka panjang.
Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan
obat. Kadang diperlukan pembedahan laser atau konvensional (insisional).
Tujuan penanganan adalah untuk menghentikan atau memperlambat
perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang
hidup dan dapat dilakukan dengan menurunkan TIO. Berdasarkan hal-hal
tersebut, maka kelompok tertarik untuk menyusun makalah dengan judul
“Asuhan Kepererawatan Pada Klien Dengan glaukoma”.
B. Tujuan Penulisan
Page 1
1. Tujuan umum
Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan glaukoma.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui konsep dasar teoritis glaukoma.
b. Untuk mengetahui membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan glaukoma yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan studi literature, adapun
teknik yang digunakan yaitu studi pustaka dengan mempelajari buku-buku,
browsing internet dan sumber lain untuk mendapatkan data untuk pembuatan
makalah ini.
D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
sistematika penulisan, dan metode penulisan.
BAB II : Tinjauan teori, yang terdiri dari pengertian galukoma, klasifikasi
glaukoma, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan madik.
BAB III : Asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,
intervensi,
dan implementasi.
BAB IV : Kasus fiktif, terdiri dari kasus dan pembahasan kasus.
BAB V : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Page 2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Anatomi
1. Struktur mata tambahan
Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak
mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata
(konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat
kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang
disebut sakus konjungtiva. Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra
tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh – pembuluh darah yang
ada didalamnya, pembuluh – pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva
bulbar diatas sklera mata. Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata
dari kekeringan.
Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata.
Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk
membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan ke
kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat mata dan melalui
duktus nasolakrimalis untuk kehidung.
2. Bola Mata
Bola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina. Lapisan
terluar yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada yang bening
yaitu pada bagian iris dan pupil yang membantuk kornea. Lapisan tengan
yaitu koroid mengandung pembuluh – pembuluh darah yang arteriolnya masu
kedalam badan siliar yang menempel pada ligamen suspensori dan iris.
Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai bagian anterior
mengandung reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang dan
sel kerucut. Reseptor cahaya melakukan synap dengan saraf - saraf bipolar
diretina dan kemudian dengan saraf – saraf ganglion diteruskan keserabut
saraf optikus. Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang. Sel kerucut dapat
ditemukan di dekat pusat retina dan diperkirakan menjadi reseptor terhadap
cahaya terang dan penglihatan warna. Sel – sel batang ditemukan banyak
pada daerah perifer retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau
Page 3
penglihatan malam. Sel – sel batang mengandung rhodopsin yaitu suatu
protein fotosintetif yang cepat berkurang dalam cahaya terang. Regenerasi
rhodopsin bersifat lambat tergantung pada tersedianya vitamin A, mata
memerlukan waktu untuk beradaptasi dari terang ke gelap. Defisiensi vitamin
A mempengaruhi kemampuan melihat dimalam hari.
3. Ruangan pada mata.
Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga ; anterior dan posterior. Rongga
anterior teletak didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi kedalam dua ruang ;
ruang anterior ( antara kornea dan iris ) dan ruang posterior ( antara iris dan
lensa ). Rongga anterior berisi cairan bening yang dinamakan humor aqueous
yang diproduksi dalam badan ciliary, mengalir kedalam ruang posterior
melewati pupil masuk keruang anterior dan dikeluarkan melalui saluran
schelmm yang menghubungkan iris dan kornea ( sudut ruang anterior ).
4. Iris dan lensa.
Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung
dilator involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil
adalah ruangan ditengah – tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam
merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk
memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk
penglihatan dekat.
Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening,
terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior.
Lensatersusun dari sel – sel epitel yang dibungkus oleh membrab elastis,
ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih
besar.
5. Otot-otot mata.
Otot – otot mata terdiri dari dua tipe; ekstrinsik dan intrinsik. Otot – otot intrinsi
bersifat volunter ( dibawah sadar ), diluar bola mata yang mengontrol
pergerakan diluar mata. Otot – otot intrinsik bersifat involunter ( tidak
disadari ) berada dalam badan ciliary yang mengontrol ketebalan dan
ketipisan lensa, iris dan ukuran pupil.
6. Sudut filtrasi.
Sudut filtrasi ini terdapat didalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran descemet dan
Page 4
membran bowman lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian kedalam mengelilingi
kanal schelmm dan trabekula sampai ke COA. Akhir dari membran descemet
disebut garis schwalbe. Limbus terdiri dari 2 lapisan epitel dan stroma.
Epitelnya dua kali setebal epitel kornea. Didalam stromanya terdapat serat –
serat saraf dan cabang akhir dari A. siliaris anterior. Bagian terpenting dari
sudut foltrasi adalah trabekula, yang terdiri dari :
a. Trabekula korneoskeral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma
kornea dan menuju kebelakang, mengelilingi kanal schelmm untuk
berinsersi pada sklera.
b. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju
ke skleralspur ( insersi dari m. siliarir ) dan sebagian ke m. siliaris
meridional.
c. serabut berasal dari akhir membran descemet ( garis schwalbe ), menuju
kejaringan pengikat m. siliaris radialis dan sirkularis.
d. Ligamentum pektinatum rudimenter, berasaal dari dataran depan iris
menuju ke depan trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen,
jaringan homogen, elastis, dan seluruhnya diliputi endotel. Keseluruhannya
merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada darah dalam
canal schelmm, dapat terlihat dari luar.
Fisiologi
1. Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan
struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous)
yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini
disebut kesalahan refraksi.
2. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Pemglihatan
dekat memerlukan kontraksi dari badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak
antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti dengan relaksasi ligamen pada
lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada
retina. Penglihatan yang terus menerus dapat menimbulkan ketegangan mata
karena kontraksi yang menetap (konstan) dari otot-otot ciliary. Hal ini dapat
dikurangi dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata.
Page 5
Akomodasi juga dinbantu dengan perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat,
iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih kuat melelui lensa yang tebal.
3. Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas
listrik diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik
chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-
masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke
korteks visual.
4. Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP). Tekanan dalam bola
mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran dari
humor aqueous. Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan
trabekula (yang menyaring humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem)
atau dfengan meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang
bermuara kesaluran schellem. Sedikit humor aqueous dapat maengalir
keruang otot-otot ciliary kemudian ke ruang suprakoroid. Pemasukan kesaluran
schellem dapat dihambat oleh iris. Sistem pertahanan katup (Valsava
manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena. Meningkatkan tekanan vena
sekitar sklera memungkinkan berkurangnya humor aquoeus yang mengalir
sehingga dapat meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat
terjadi karena stress emosional.
B. Pengertian
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata tidak normal atau lebih
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan
kebutaan.
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala kenaikan tekanan
intra okuler, dimana dapat mengakibatkan pencekungan pupil syaraf optic
sehingga trejadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang.
Glaukoma berasal dari kata yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. Kelainan
mata glaucoma yang ditandai dengan kenaikan tekanan bola mata atropi saraf
optikus dan menciutnya lapang pandang. Glaukoma dalah suatu penyakit
Page 6
dimana tekanan didalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan saraf
optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan .
C. Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi yaitu:
1. Glaukoma primer
Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut tertutup, (closed angle glaucoma, acute congestive
glaukoma).
b. Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple
glaucoma).
2. Glaukoma kongenital
a. Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos,
hidroftalmos).
b. Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
3. Glaukoma skunder
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
disebabkan:
a. Kelainan lensa
1) Luksasi
2) Pembengkakan (intumesen)
3) Fakoltik
b. Kelainan uvea
1) Uveitis
2) Tumor
c. Trauma
1) Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
2) Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren.
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
e. Penyebab glaukoma sekunder lainnya.
1) Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral).
2) Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan.
Page 7
4. Glaukoma Absolut
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola
mata nyeri.
Klasifikasi glukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intra okuler
yaitu:
1. Glaukoma sudut terbuka
Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan
trabekulum sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang
trabekulum,tetapi sampai di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang
sempit, hingga akuos humor tidk dapat keluar dari bola mata dengan bebas.
2. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya
memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi
yang memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
D. Etiologi
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada
umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa
meningkatkan tekanan intra okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009).
1. Umur
2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
3. Tekanan bola mata /kelainan lensa
4. Obat-obatan
Page 8
E. Patofisiologi
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/06/skema-patofisiologi-glaukoma.html
F. Manifestasi Klinis
Keluhan yang sering muncul adalah sering menabrak akibat pandangan yang
menjadi jelek atau kabur, lapang pandang menjadi lebih sempit hingga kebutaan
secara permanen.
Gejala lain adalah:
1. Mata merasa sakit tanpa kotoran.
2. Kornea suram.
3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
5. Nyeri dimata dan sekitarnya.
6. Udema kornea.
7. Pupil lebar dan reflex berjurang sampai hilang.
8. Lensa keruh.
9. Pandangan kabur.
10. Visus menurun.
G. Komplikasi
Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.
Page 9
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
(Hanarwatiaj, 2008).
1. Oftalmoskopi
Untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina , diskus optikus macula
dan pembuluh darah retina.
2. Tonometri
Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmHG dan dianggap patilogi bila melebihi 25
mmHG.
3. Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
has pada glaucoma . secara sederhana , lapang pandang dapat diperiksa
dengan tes konfrontasi.
4. Pemeriksaan Ultrasonotrapi
Adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan
struktur okuler.
I. Penatalaksanaan medis
Glaucoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaucoma dapat dicegah
untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan dan rusaknya sraf
penglihatan. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang
konsisten dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-
beda tergantung klasifikasi glaucoma dan respon terhadap terapi (Harnawatiaj,
2008):
1. Terapi obat
a. Pengahambat adrenerjik beta
b. Apraklonidin
c. Inhibitor karbonat anhidrase
2. Terapi bedah laser
Page 10
Penembakan laser untuk memperbaiki aliran humo aqueous dan menurunkan
TIO
3. Bedah drainase
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase noral
sehingga terbentuk akses langsung humor aqueous dari kamera anterior
kejaringan sub konjungtifa, dapat dibuat dengan trabakulotomi atau insersi
selang drainase.
4. Irepdektomi perifer atau lateral
Dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkkinkan aliran
humor aqueous dari kornea posterior ke anterior.
Page 11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat ocular
1) Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah, pandangan
kabur
2) Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan
b. Riwayat kesehatan
1) Menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
cerebrovaskular, gangguan tiroid
2) Keluarga menderita glaukoma
3) Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama : topikal atau sistemik
4) Penggunaan antidepressant trisiklik, antihistamin, venotiazin
c. Psikososial
Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendaraan.
d. Pengkajian umum
1) Usia
2) Gejala penyakit sitemik : Diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
kardiovaskular , hipertiroid
3) Gejala gastrointestinal : mual muntah
e. Pengkajian khusus
1) Mata
2) Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)
3) Nyeri tumpul orbital
4) Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandang
5) Kemerahan (hiperemia mata)
6) Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka
Page 12
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan prognosis.
3. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. Gangguan
persepsi
sensori b/d
gangguan
penerimaan
sensori:
gangguan
status organ
Penggunaan
penglihatan
yang
optimal.
Memperta
hankan
lapang
ketajaman
penglihata
n tanpa
kehilanga
n lebih
lanjut.
Mandiri:
Pastikan
derajat atau
tipe
kehilangan
penglihatan.
Dorong
mengekspresi
kan perasaan
tentang
kehilangan/
kemungkinan
kehilangan
penglihatan.
Mandiri:
mempengaruhi
harapan masa
depan pasien dan
pilihan intervensi.
Sementara
intervensi dini
mencegah
kebuutaan, pasien
menghadapi
kemungkinan atau
mengalami
pengalaman
kehilangan
penglihatan
sebagian atau
total. Meskipun
kehilangan
penglihatan telah
terjadi tak dapat
diperbaiki
Page 13
Tunjukkan
pemberian
tetes
mata,contoh
menghitung
tetesan,
mengikuti
jadwal, tidak
salah dosis.
Kolaborasi:
Berikan obat
sesuai indikasi:
Pilokarpin
hidroklorida
(isoptocarpin,
Ocusertpilo,
pilopine HS
Gel)
Asetazolamid
(Dioamox).
(meskipun
dengan
pengobatan),
kehilngan lanjut
dapat dicegah.
Mengontrol TIO,
mencegah
kehilangan
penglihatan lanjut.
Kolaborasi:
Obat miotik
tropical ini
menyebabkan
kontriksi pupil,
memudahkan
keluarnya
aqueous humor.
Menurunkan laju
produksi aqueous
humor.
2. Ansietas b/d
penurunan
penglihatan
Cemas
hilang atau
berkurang
Menunjuk
an
ketajaman
Kaji tingkat
ansietas,
derajat
Faktor ini
mempengaruhi
persepsi pasien
Page 14
actual pemecaha
n
masalah.
pengalaman
nyeri/
timbulnya
gejala tiba-
tiba dan
pengetahuan
kondisi saat
ini.
Berikan
informasi
yang akurat
dan jujur.
Diskusikan
kemungkinan
bahwa
pengawasan
dan
pengobatan
dapat
mencegah
kehilangan
penglihatan
tambahan.
Dorong
pasien unttuk
mengakui
masalah dan
mengekspresi
kan
perasaan.
terhadap
ancaman diri.
Potensial siklus
ansietas, dan
dapat
mempengaruhi
upaya medic
untuk mengontrol
TIO.
Menurunkan
ansietas
sehubungan
dengan ketidak
tahuan/ harapan
yang akan datang
dan memberikan
dasar fakta untuk
membuat pilihan
informasi tentang
pengobatan.
Memberikan
kesempatan untuk
pasien menerima
situasi nyata,
mengklarifikasi
salah konsepsi
dan pemecahan
masalah.
Page 15
Identifikasi
sumber/orang
yang
menolong.
Memberikan
keyakinan bahwa
pasien tidak
sendiri dalam
menghadapi
masalah.
3. Nyeri b/d
peningkatan
TIO
Nyeri hilang
atau
berkurang.
Setelah
dilakukan
perawatan
3x24 jam
pasien
mengatak
an
nyerinya
berkurang
.
Kaji tingkat
nyeri
Pantau
derajat nyeri
mata setiap
30 menit
selama fase
akut.
Siapkan
pasien untuk
pembedahan
sesuai
peranan.
Pertahankan
tirah baring
ketat pada
posisi semi
fowler
Berikan
Mengetahui
tingkat nyeri untuk
memudahkan
intervensi
selanjutnya.
Untuk
mengidentifikasi
kemajuan atau
penyimpangan
dari hasil yang
diharapkan.
Setelah TIO
terkontrol pada
glaucoma sudut
terbuka,
pembedahan
harus dilakukan
untuk secara
permanen
menghilangkan
blok pupil.
Tekanan pada
mata ditingkatkan
bila tubuh datar.
Page 16
lingkungan
gelap dan
terang.
stress dan sinar
mienimbulkan TIO
yang mecetuskan
nyeri.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Page 17
A. Kasus
Ny. D 64 thn datang ke poliklinik mata dengan keluhan bola mata terasa nyeri,
penglihatan kabur, melihat benda seperti ada bayangan, klien mengeluh tidak
bisa membaca dengan jelas, di depan mata seperti ada bayangan huruf S,
melihat benda terkadang silau, dari pemeriksaan fisik mata terlihat ada putih
seperti air terjun, ketajaman penglihatan. Menurun hasil pemeriksaan fisus 4/6.
TIO (Tekanan Intraokular) OD (Oculus Dexter) : 28 mmHg, TIO OS (Oculuc
Sinister) : 24 mmHg, TD : 160/90 mmHg, N : 92x/menit, RR : 24x/menit, S : 37
C.
B. Pembahasan Kasus
1. Identitas
Nama : Ny. D
Usia : 65 tahun
2. Data Fokus
a. Data Subjektif :
- Klien mengeluh bola mata terasa nyeri.
- Klien mengeluh penglihatannya kabur.
- Klien mengeluh tidak bisa membaca dengan jelas.
b. Data Objektif :
- TIO OD (Oculus Dexter) : 28 mmHg
- TIO OS (Oculuc Sinister) : 24 mmHg
- Melihat benda seperti ada bayangan
- Ketajaman penglihatan menurun hasil pemeriksaan fisus 4/6
- Tanda-tanda vital :
TD : 160/90 mmHg, N : 92x/menit, RR : 24x/menit, S : 37
3. Analisa Data
Page 18
Hari/tanggal Data fokus
(Data subjektif & Data
Objektif)
Masalah Etiologi Paraf
Senin,
25/03/2013
DS :
- Klien mengeluh
bola mata terasa
nyeri.
DO :
- TIO OD (Oculus
Dexter) : 28 mmHg
- TIO OS (Oculuc
Sinister) : 24 mmHg
- Tanda-tanda vital :
TD : 160/90 mmHg,
N : 92x/menit, RR :
24x/menit, S : 37 C.
Nyeri Peningkata
n tekanan
intraokular
Kelompok
8
Senin,
25/03/2013
DS :
- Klien mengeluh
penglihatannya
kabur.
- Klien mengeluh
tidak bisa membaja
dengan jelas.
DO :
- Melihat benda
seperti ada
bayangan.
- Ketajaman
penglihatan
menurun hasil
pemerikasaan fisus
4/6.
Gangguan
persepsi
sensori :
Penglihatan
Penurunan
tajam
penglihatan
dan
kejelasan
penglihatan.
Kelompok
8
Page 19
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.
b. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
5. Intervensi Keperawatan
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/
Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional Paraf
25/
03/
201
3
Nyeri yang
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
intraokular
DS :
- Klien
mengeluh
bola mata
terasa nyeri.
DO :
- TIO OD : 28
mmHg
- TIO OS : 24
mmHg
- Tanda-tanda
vital :
TD : 160/90
mmHg
N : 92x/menit
RR :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
3x24 jam
diharapkan
nyeri hilang.
Kriteria hasil
:
- Klien
mengatak
an nyeri
hilang.
- TTV
dalam
batas
normal :
TD :
120/80
mmHg
N : 80-100
x/menit
1. Observasi
derajat nyeri
mata.
2. Anjurkan
istirahat di
tempat tidur
dalam ruangan
yang tenang
stress mental
/emosi
menyebabkan
peningkatan
TIO.
3. Ajarkan pasien
teknik distraksi.
1. Mengident
ifikasi
kemajuan
/
penyimpa
ngan dari
hasil yang
diharapka
n.
2. Stress
mental
/emosi
menyebab
-kan
peningkat
an TIO.
3. membantu
dalam
penurunan
persepsi /
respon
Kelomp
ok 8
Page 20
24x/menit
S : 37 C.
S : 36-37o
C
RR :
20x/menit
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik sesuai
program.
nyeri.
4. Untuk
menguran
gi nyeri.
25/
03/
201
3
Penurunan
persepsi
sensori :
Penglihatan
yang
berhubungan
dengan
penurunan
tajam
penglihatan
dan kejelasan
penglihatan.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n,
diharapkan
klien
melaporkan
kemampuan
yang lebih
untuk
proses
rangsang
penglihatan
dan
mengomuni
kasikan
perubahan
visual.
Kriteria hasil
:
- Mengident
ifikasi
faktor-
faktor
yang
mempeng
1. Kaji ketajaman
penglihatan
klien.
2. Dekati klien dari
sisi yang sehat
3. Identifikasi
alternatif untuk
optimalisasi
sumber
rangsangan.
4. Sesuaikan
lingkungan
untuk
optimalisasi
penglihatan :
Orientasikan
klien terhadap
ruang rawat.
Letakkan alat
yang sering
1. Mengident
ifikasi
kemampu
an visual
klien.
2. Memberik
an
rangsang
sensori,
menguran
gi rasa
isolasi/tera
sing.
3. Memberi
keakurata
n
penglihata
n dan
perawatan
nya.
4. Meningkat
kan
kemampu
an
persepsi
sensori.
Kelomp
ok 8
Page 21
aruhi
fungsi
penglihata
n.
- Klien
menginde
ntifikasi
dan
menunjukk
an pola-
pola
alternatif
untuk
meningkat
kan
penerimaa
n
rangsang
penglihata
n.
digunakan di
dekat klien
atau pada sisi
mata yang
lebih sehat.
Berikan
pencahayaan
cukup.
Letakkan alat
ditempat yang
tetap.
Hindari
cahaya
menyilau-
kan.
5. Anjurkan
penggunaan
alternatif
rangsang
lingkungan
yang dapat
diterima :
auditorik, taktil.
5. Meningkat
-kan
kemampu
an
respons
terhadap
stimulus
lingkungan
.
6. Implementasi Keperawatan
TGL Pukul No. Dx Catatan Keperawatan Nama
25/03/2013
08.00 1 - Mengobservasi derajat nyeri Kelompok 8
Page 22
26/03/2013
10.00
11.00
12.00
13.30
14.30
09.00
10.30
11.00
13.00
14.00
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
mata.
Hasil : skala nyeri klien 5
- Mengobservasi tanda – tanda
vital klien
Hasil :
TD : 140/80 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 37 C
- Mengatur posisi fowler
Hasil : Klien mengatakan
nyaman dengan posisi fowler.
- Mengalihkan perhatian pada
hal-hal yang menyenangkan
Hasil : Klien merasa nyaman
saat mendengarkan musik.
- Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik sesuai
program.
Hasil : Nyeri klien berkurang
- Mengorientasikan klien
terhadap ruang rawat.
Hasil : Klien mampu
mengertahui letak ruang
rawatnya.
- Mengobservasi derajat nyeri
mata.
Kelompok 8
Page 23
Hasil : Skala nyeri klien 4
- Menganjurkan klien teknik
distraksi.
Hasil : Klien mengatakan
skala nyeri berkurang.
- Mengobservasi tanda – tanda
vital klien
Hasil :
TD : 120/80 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 37 C
- Memberikan pencahayaan
cukup.
Hasil : Klien tetap merasa
pandangannya kabur
- Meletakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih
sehat.
Hasil : klien mampu
mengambil handphone
disamping tempat tidur klien.
Catatan Perkembangan
TGL Pukul No.Dx Catatan Paraf
27-02-2013 09.00 1 S : Klien mengatakan nyeri berkurang.
Penulis
Page 24
O : skala nyeri klien 4
TD : 120/80 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 37 C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
- Observasi skala nyeri
- Tingkatkan pengajaran tekhnik manajemen nyeri
- Libatan keluarga dalam pengobatan dan perawatan.
- Kolaborasi pemberian analgetik.
12.00 2 S : klien mengatakan Klien
mengeluh penglihatannya
kabur.
- Klien mengeluh tidak
bisa membaca dengan
jelas.
O : Melihat benda seperti ada
bayangan.
- Ketajaman penglihatan
menurun hasil
pemerikasaan fisus 4/6.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan.
penulis
Page 25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana ditandai dengan peningkatan tekanan
intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkan kebutaan.
Glaucoma diklasifikasikan berdasarkan etiologi dan berdasarkan mekanisme
peningkatan tekanan intra okuler. Penyebab tergantung dari klasifikasi glaukoma
itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran aqueus humor
terhambat yang bisa meningkatkan TIO.
Page 26
Tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri, lapang pandang
menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya
dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan Glaukoma terdiri
dari: pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pada
pengkajian dijabarkan mengenai riwayat kesehatan, psikososisal, riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik. Pada diagnosa terdapat beberapa diagnosa antara
lain, penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan, ansietas yang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prognosis,
nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular. Lalu
dilanjutkan dengan intervensi, implementasi, dan evaluasi sesuai diagnosa dan
pengkajian.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa sebaiknya memperdalam ilmu dalam perawatan pasien
stroke agar dapat membantu klien untuk mencapai kesembuhan dan
pengobatan.
2. Untuk mahasiswa bisa lebih paham tentang pengertian, pencegahan,
pengobatan serta cara-cara untuk memberikan pendidikan kesehatan
terhadap pasien.
3. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat melengkapi atau menambah
buku-buku yang berkaitan dengan bidang keilmuan keperawatan seperti buku
keperawatan medikal bedah, asuhan keperawatan, kamus kedokteran dan
lain-lain sebagai literatur dalam menambah ilmu bagi mahasiswa.
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E Marynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Dwindra, mayendru. 2009. Glaukoma, http://www.perdami.or.id/?
page=news.detail&=7. Diperoleh tanggal 25 Maret 2013 pada pukul 13.00
WIB
Hanawatiaj. 2008. Konjungtivis. http://.wordpress.com/2008/03/09/konjungtivis/
Diperoleh tanggal 25 Maret 2013 pada pukul 13.30 WIB
Ilyas, Sidharta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ramdani. 2009. Glaukoma. Dalam http://www.jec-online.com. Diperoleh tanggal 25
Maret 2013 pada pukul 14.00 WIB
Page 28
Smeltzer, Suzzanne C & Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner Suddart Ed. 8 Vol 1. Jakarta : EGC
Waluyo, Sunaryo joko. 2009. Askep Glaukoma. Dalam http://askep-
akper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html. Diperoleh tanggal 25 Maret
2013 PUKUL 15.30 WIB
Page 29