KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE DAN METODE PROGRESSIVE
RESISTANCE LEBIH BAIK DARI PADA KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE
DAN METODE THE STEP TYPE APPROACH DALAM MENINGKATKAN DAYA
LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN TIM FUTSAL FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 1I Gede Adi Sudewa, 1 I Nyoman Adiputra, 1 Ni Wayan Tianing
1. Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali
ABSTRAK
Daya ledak merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan serta merupakan dasar
dalam setiap melakukan bentuk aktivitas, khususnya aktivitas olahraga. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui efektivitas kombinasi half squat exercise dengan metode progressive
resistance dan kombinasi half squat exercise dan the step type approach dalam meningkatkan daya
ledak otot tungkai Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah Pre Test and Post Test Two Group Design. Sampel dibagi
menjadi dua kelompok perlakuan yang terdiri dari kombinasi half squat exercise dengan metode
progressive resistance 9 sampel dan half squat exercise dengan metode the step type approach 9
sampel. Uji hipotesis dengan paired sample t-test didapatkan hasil pada kelompok 1 terjadi rata-
rata peningkatan dengan p=0,000 (p<0,05), sedangkan pada kelompok 2 terjadi rata-rata
peningkatan dengan p=0,001 (p<0,05). Uji statistik selanjutnya adalah uji perbedaan rerata
peningkatan nilai vertical jump test pada kelompok yang tidak berpasangan menggunakan
independent t-test yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada peningkatan nilai
vertical jump test antara kedua kelompok dengan hasil p=0,004(p<0,05).
Kata kunci: Half squat, exercise, metode progressive resistance, the step type approach, vertical
jump test, daya ledak, otot
THE COMBINATION OF HALF SQUAT EXERCISE AND PROGRESSIVE
RESISTANCE METHOD IS BETTER THAN THE COMBINATION OF HALF
SQUAT EXERCISE AND THE STEP TYPE APPROACH METHOD IN
IMPROVING THE POWER OF LEG MUSCLE OF TEAM FUTSAL PLAYERS IN
FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY
ABSTRACT
Explosive power is a combination of strength and speed and is the basis for any conduct
forms of activity, especially sports activities. The purpose of this study was to examine the
effectiveness of a combination of half squat exercise and progressive resistance methods and
combinations of half squat resistance exercise and the step type approach methods in improving
explosive power leg muscle. The method of this study is experimental study with the study design
used is Pre Test and Post Test Two Group Design. The samples were divided into two treatment
groups consisting of a combination of half squat exercise and progressive resistance method (9
samples) and combination of half squat exercise and the step type method approach (9 samples).
Test the hypothesis by paired sample t-test in Group 1 showed p = 0.000 (p<0,05) while in group 2
showed p = 0.001 (p<0,05). The next statistical test is the test of mean difference in value increase
vertical jump test on unpaired groups using independent t-test showed no significant difference in
the increase in value of vertical jump test between the two groups with the result p = 0.004 (p
<0.05).
Keywords: Half squat, exercise, progressive resistance method, the step type approach, vertical
jump test, explosive, muscle power
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan suatu bentuk
aktivitas fisik menurut cara dan aturan
tertentu dengan tujuan meningkatkan
efisiensi fungsi tubuh yang hasil akhirnya
adalah meningkatkan kesegaran jasmani
dan berpengaruh pula pada peningkatan
prestasi pada cabang olahraga yang
diikuti1. Dalam pelaksanaannya olahraga
dapat dilakukan secara mandiri atau
individual seperti jogging atau lari,
bersepeda dll. Olahraga juga dapat
dilakukan secara berkelompok seperti
sepak bola, futsal dll.
Dalam pelaksanaannya, seorang
pemain futsal harus memiliki kemampuan
sprint dan kekuatan tendangan yang baik.
Oleh sebab itu komponen olahraga yang
mutlak dimiliki adalah daya ledak otot
tungkai yang bagus. Daya ledak atau
power merupakan kombinasi antara
kekuatan dan kecepatan dan merupakan
dasar dalam setiap melakukan bentuk
aktivitas, khususnya aktivitas olahraga.
Untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam olahraga futsal
diperlukan pula komponen-komponen
kebugaran dalam performa yang bagus.
Salah satu cara untuk meningkatkan
performa komponen kebugaran tersebut
adalah melalui latihan 2. Latihan
merupakan sebuah pergerakan terencana,
terstruktur, yang dilakukan guna
memperbaiki atau memelihara satu atau
lebih aspek kebugaran fisik. Melalui
latihan kemampuan seseorang dapat
meningkatkan sebagian besar system
fisiologi dapat menyesuaikan diri pada
tuntutan fungsi yang melebihi dari apa
yang biasa dijumpai dari biasanya
Jenis latihan yang dalam
meningkatkan daya ledak oto tungkai
adalah latihan beban. Latihan beban itu
sendiri merupakan latihan dengan
menggunakan suatu beban untuk
meningkatkan kekuatan, terutama
kekuatan otot. Jenis latihan beban
memilik manfaat yang berbeda pada jenis
otot yang dilatih. Untuk mengembangkan
daya ledak otot kaki melalui latihan
beban, salah satu bentuk latihannya
adalah latihan squat dengan jenis half
squat exercise. Latihan ini bertujuan
untuk melatih otot-otot tungkai atas
seperti gluteus maximus, biceps femoris,
semi tendinosus, semi membranosis dan
otot-otot tungkai bawah yaitu
gastrocnemius dan soleus. Dalam latihan
beban terdapat tipe atau metode
pembebanan yang cukup sering di
aplikasikan yaitu, pemebebanan yang
dilakukan secara bertahap dan bersifat
progresif atau disebut prodressive
resistance dan pembebanan yang
dilakukan secara bertahap namun
menggunakan system anak tangga atau
dikenal dengan the step-type approach.
Namun faktanya banyak dari
pemain ataupun seorang atlet yang
kurang paham tentang perbedaan dari
hasil akhir kedua jenis latihan ini
sehingga latihan yang dilakukan tidak
menimbulkan efek yang diinginkan atau
bahkan menurunkan performa seorang
atlet atau pemain itu sendiri. Seorang
fisioterapis yang sudah menjadi salah
satu bagian dari team work suatu klub
atau tim olahraga, khususnya pada tim
futsal telah diakui juga keberadaannya.
Fisioterapi bukan hanya terbatas dan
berperan pada upaya penyembuhan dan
pemulihan, tetapi juga berperan
bagaimana seorang pemain atau atlet
meningkatkan performa dengan
memberikan sebuah program latihan
sehingga dapat membantu seorang
pemain atau atlet dapat meraih prestasi
puncak.
Bentuk upaya yang dapat diberikan oleh
seorang Fisioterapis di antaranya yaitu
melakukan serangkaian tes atau evaluasi
tingkat kebugaran dan kemampuan dasar
seorang pemain, termasuk melakukan
analisis tentang kelebihan dan
kekurangan dari tiap pemain.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik
menganalisis dan mengangkat judul ini
sekaligus memberikan suatu kontribusi
bermakna, khususnya terhadap
peningkatan performa pemain tim futsal
Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana untuk lebih mengangkat prestasi
tim ini.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian eksperimental rancangan
penelitian yang digunakan adalah pretest-
postest two grup design3.. Tujuan umum
dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas kombinasi half
squat exercise dengan progressive
resistance dan kombinasi half squat
exercise dan the step type approach
dalam meningkatkan daya ledak otot
tungkai pada pemain tim futsal
mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Pada penelitian ini menggunakan
alat ukur berupa vertical jump test.
Pengukuran dilakukan sebelum dan
sesudah pelatihan.
Populasi dan Sampel
Populasi target merupakan sasaran
akhir penerapan hasil penelitian4.Dalam
penelitian ini populasi targetnya adalah
seluruh pemain futsal.
Populasi terjangkau adalah adalah bagian
dari populasi target yang dapat dijangkau
oleh peneliti (Sastroasmoro dan Ismael,
2002). Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah pemain tim futsal
Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
Sampel adalah bagian dari
populasi yang memenuhi kriteria tertentu
untuk terlibat dalam penelitian sampel
haruslah benar-benar menggambarkan
atau mewakili karakteristik populasi yang
sebenarnya5. Pada penelitian ini sampel
berjumlah 18. Pada penelitian ini, teknik
pengambilan sampel probability
sampling dengan tipe total sampling dan
pembagian sampel untuk masing-masing
kelompok perlakuan menggunakan
randomisasi simple random sampling.
Instrumen Penelitian
Test ini dikembangkan oleh Dr.
Dudley Allen Sargent yang bertujuan
untuk mengukur power otot-otot tungkai
dengan mengukur perbedaan jangkauan
maksimal pada saat berdiri dan
padamsaat melompat dengan
menggunakan dinding yang berskala
centimeter6.
Dalam menganalisis, data yang
didapat dari hasil pengukuran dengan
vertical jump test akan terlihat perubahan
daya ledak sebelum dan sesudah latihan
dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Program For Social Science).
Analisis data beberapa uji statistik
seperti: Uji Statistik Deskriptif, Uji
Normalitas menggunakan Saphiro Wilk
Test, Uji Homogenitas menggunakan
Levene’s test, dan Uji hipotesis
menggunakan uji parametrik dengan
paired sample t-test dan independent
sample t-test.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik sampel penelitian
terdiri dari umur, berat badan, tinggi badan
dan IMT. Deskripsi karakteristik sampel
penelitian disajikan sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin
Karakteristik
Sampel
Kelompok 1 Kelompok 2
Rata-rata Standar deviasi
Umur 20,000,5 21,00,7
Berat badan 66,13,2 68,413
Tinggi badan 1,714,08 1,75,6
IMT 22,21,64 223,08
Tabel 1 di atas menunjukkan
bahwa karakteristik sampel antara
Kelompok 1 dan Kelompok 2 tidak
terlalu berbeda. Nilai rerata umur
Kelompok 1 (20,000,5) tahun dan pada
Kelompok 2 (21,000,707) tahun. Nilai
rerata Berat Badan Kelompok 1
(66,113,219) dan Kelompok 2
(68,4413,01). Nilai rerata Tinggi Badan
Kelompok 1 (1,714,08) dan Kelompok
2 (1,715,65). Nilai rerata Indeks Masa
Tubuh (IMT) Kelompok 1 (22,221,64)
dan Kelompok 2 (22,003,08).
Tabel 2. Uji Normalitas dan
Homogenitas
Kelompok
Data
P Klp.
1
Klp.
2
p p
Sebelum 0,390 0,45 0,767
Sesudah 0,943 0,199 0,067
Berdasarkan Tabel 2. hasil uji
normalitas (Shapiro Wilk Test) dan uji
homogenitas (Levene Test) data rerata
daya ledak otot tungkai sebelum
pelatihan, menunjukkan bahwa dari dua
uji tersebut pada kedua kelompok
perlakuan memiliki nilai p lebih besar
dari 0,05 (p>0,05), yang berarti data
rerata daya ledak otot tungkai sebelum
pelatihan berdistribusi normal dan
homogen. Sedangkan data rerata daya
ledak otot tungkai sesudah pelatihan juga
menunjukkan bahwa dari uji normalitas
memiliki nilai p lebih besar dari 0,05
(p>0,05) dan dari uji homogenitas
diperoleh nilai p lebih besar dari 0,05
(p>0,05), yang berarti data rerata daya
ledak otot tungkai berdistribusi normal
dan homogen.
Tabel 3. Uji T-Berpasangan Paired
Sample t-test
sebelu
m
Sesuda
h
selisi
h
p
Kelompo
k 1
31,0
5 51,61
20,5
5
0,00
0
Kelomp
ok 2
30,3
3 41,72
10.3
8
0,00
1
Berdasarkan Tabel 3 hasil
menggunakan Paired Samples T-test
didapatkan nilai Kelompok 1, dengan p =
0.00 (p < 0,05) yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara
nilai rerata daya ledak tungkai sebelum
dan sesudah melakukan latihan half squat
dengan metode progressive resistance.
Pada Kelompok 2 didapatkan nilai
p = 0.00 (p < 0,05) yang juga berarti
bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rerata daya ledak otot
tungkai sebelum dan sesudah melakukan
latihan half squat dengan metode the step
type approach.
Tabel 4. Uji Independent t-test
Kelomp
ok N
Rerata±S
D
p
Selisih
Kelomp
ok 1
dan 2
Kelomp
ok 1 9
21,00±7,
06
0,00
4 Kelomp
ok 2 9
10,83±5,
48
Berdasarkan Tabel 4 uji
independent t-test pada Tabel 4 dapat
dilihat hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan Independent Samples T-
test untuk membandingkan beda rerata
peningkatan daya ledak tungkai sebelum
dan setelah perlakuan antar kelompok
diperoleh nilai p = 0,004 (p < 0,05).
PEMBAHASAN
Karakteristik Sampel
Deskripsi sampel pada penelitian ini
terdiri atas Kelompok 1 yang memiliki
rerata umur (20,000,5), dan pada
Kelompok 2 (21,000,707). Karakteristik
tersebut menunjukkan jumlah rerata umur
sampel yang tidak terlalu jauh antara
Kelompok 1 dan 2. Umur yang berkisar
17-22 tahun merupakan puncak umur
yang baik untuk meningkatkan performa
daya ledak otot, karena pada usia tersebut
terjadi penambahan massa otot akibat
dari adanya suatu pross latihan sehingga
terjadi hipertropi, yang ditandai dengan
meningkatnya myofibril, aktin, myosin,
sarkoplasma dan jaringan ikat7. Selain
ditentukan oleh pertumbuhan fisik,
kekuatan otot ini ditentukan oleh aktivitas
ototnya. Karakteristik tinggi badan
diperoeh nilai pada Kelompok 1
(1,714,08) dan Kelompok 2
(1,715,65).
Berdasarkan karakteristik Berat
badan dan IMT diperoleh nilai berat
badan Kelompok 1 (66,113,21), dan
pada Kelompok 2 (68,4413,01) serta
IMT pada Kelompok 1 (22,221,64) dan
Kelompok 2 (22,003,08). Perhitungan
Indeks Masa Tubuh tidak akurat pada
olahragawan khususnya atlit bina, yang
yang sebagian besar berada pada kategori
obesitas dalam IMT yang rata-rata
disebabkan mereka mempunyai massa
otot yang berlebihan walaupun presentase
lemak tubuh mereka dalam kadar yang
rendah8. Sedangkan dalam pengukuran
berdasarkan berat badan dan tinggi
badan, kenaikan nilai IMT adalah
disebabkan oleh lemak tubuh.
Dari data di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam penelitian ini, umur, tinggi
badan, berat badan dan IMT tidak
memiliki kecenderungan tertentu yang
dapat mempengaruhi aspek penilaian
dalam penelitian
Peningkatan Daya Ledak Otot
Tungkai pada Kombinasi Pelatihan
Half Squat dan Metode Progressive
Resistance
Uji statistik menggunakan uji beda
rerata t-berpasangan (paired sample t-
test) pada Kelompok 1 dengan pelatihan
half squat. Hasilnya p = 0,000(p<0,05)
yang artinya terdapat perbedaan yang
bermakna pada nilai rerata daya ledak
tungkai sebelum dan sesudah pelatihan.
Hal tersebut dapat dikatakan bahwa,
latihan berbeban half squat dengan
metode progressive resistance exercise
dapat memberikan peningkatan yang
bermakna terhadap daya ledak otot
tungkai. Latihan berbeban dengan metode
progressive resistance exercise dapat
digunakan untuk mempercepat
peningkatan kondisi fisik tubuh
khususnya daya ledak secara cepat
misalnya program latihan jangka pendek
ataupun jangka panjang9.
Teknik latihan half squat dapat
mengembangkan daya ledak otot,
khususnya grup otot tungkai seperti
gluteus maximus, biceps femoris, semi
tendinosus, semi membranosis dan otot-
otot tungkai bawah yaitu gastrocnemius
dan soleus. Latihan ini membutuhkan
bantuan beban dari luar untuk semakin
meningkatkan dan mengembangkan otot
atau grup otot yang ingin dilatih10 . Hal
ini terjadi karena dalam pelaksanaannya
latihan ini memposisikan badan setengah
jongkok, dalam posisi ini dibutuhkan
grup otot paha dan tungkai yang kuat
serta ditambah dengan penggunaan beban
di bahu, hal tersebut akan membuat otot
soleus bekerja lebih keras11. Dengan
mengkombinasikan latihan half squat
dengan metode progressive resistance
akan semakin memperbesar outcome
yang diharapakan.
Peningkatan Daya Ledak Otot
Tungkai pada Kombinasi Pelatihan
Half Squat dan Metode The Step Type
Approach
Dari hasil penelitian Kelompok 2
dengan menggunakan uji beda rerata t-
berpasangan (Paired Samples T-test)
didapatkan nilai p = 0,001 (p<0,05) yang
berarti bahwa ada perbedaan yang
bermakna pada nilai rerata daya ledak
sebelum dan sesudah pelatihan half squat
dengan metode the step type approach.
Data tersebut menunjukkan bahwa
perlakuan pada kelompok 2 juga
memberikan peningkatan yang bermakna
terhadap daya ledak otot tungkai.
Artinya, latihan berbeban half squat
dengan metode te step type approach
dapat memberikan peningkatan terhadap
daya ledak otot tungkai. Ada suatu hal
yang dipertimbangkan dalam mendesain
latihan overload, yaitu dengan memakai
system anak tangga atau metode the step
type approach12. Dalam sistem tangga
tersebut terdapat garis vertikal dan garis
horizontal dalam grafiknya. Setiap garis
vertikal menunjukkan perubahan beban
dalam setiap kenaikan atau penurunan
beban yang diberikan, sedangkan setiap
garis horizontal adalah tahap penyesuaian
diri pada olahragawan atau atlit dalam
adaptasi terhadap beban yang telah
dilaksanakan tersebut pada latihan yang
baru dinaikkan atau diturunkan. Dari
metode tersebut diharapkan dapat
menyebabkan adanya regenerasi
organisme di dalam tubuh, persiapan
kondisi tubuh akan peningkatan beban
semakin matang, serta dapat
mengembalikan mengembalikan energi
secara fisiologis
Perbandingan Peningkatan Daya
Ledak Otot Tungkai antara Kombinasi
Half Squat Exercise dan Metode
Progressive Resistance dan Kombinasi
Half Squat Exercise dan Metode The
step type approach
Pada analisis perhitungan antara
Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan uji
beda Independent Samples T- test
didapatkan nilai p = 0.004 (p<0.05). Hasil
ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang bermakna antara peningkatan daya
ledak otot tungkai Kelompok 1 dengan
Kelompok 2.
Nilai rerata peningkatan daya ledak
Kelompok 1 setelah perlakuan adalah
21,00 cm, sedangkan nilai rerata pada
Kelompok 2 adalah 10.83 cm. Dengan
selisih kedua nilai rerata tersebut adalah
10,16 cm. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
nilai daya ledak otot tungkai pada
Kelompok 1 (half suat exercise dengan
metode progressive resistance)
dibandingkan dengan Kelompok 2 (half
squat exercise dengan metode the step
type approach), dengan nilai perbedaan
yang signifikan. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa half suat exercise
dengan metode progressive resistance
lebih baik dalam meningkatkan daya
ledak otot tungkai daripada half squat
exercise dengan metode the step type
approach
Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang membandingkan
pengaruh pelatihan half squat dengan
metode progressive resistance dan the
step type approach terhadap peningkatan
daya ledak otot lengan. Penelitian
dilakukan secara random, 25 orang
diberikan pelatihan half squat dengan
metode progressive resistance dan 25
orang mendapatkan pelatihan half squat
dengan the step type approach. Hasil
statistik menunjukan perbedaan yang
cukup signifikan antara pelatihan half
squat dengan metode progressive
resistance dan metode the step type
approach13. Hal ini dikarenakan
diberikan pelatihan half squat dengan
metode progressive resistance memiliki
beban latihan yang terus meningkat
sehingga peserta melakukan latihan
beban dengan peningkatan latihan beban
secara teratur mulai dari yang terendah
sampai yang tertinggi. Latihan beban
dengan peningkatan beban yang teratur
maka tubuh akan beradaptasi dengan
beban yang diberikan sehingga kontraksi
otot akan tetap terjaga. Secara fisiologis
latihan akan menyebabkan creatin
phosphat (CP) atau phospocreatin yang
tersimpan dalam sel otot, akan dipecah
menjadi creatin dan phosphat. Proses ini
menghasilkan energi yang dipakai untuk
mensintesis ADP + P menjadi ATP dan
selanjutkan diubah sekali lagi menjadi
ADP + P yang menyebabkan terjadinya
pelepasan energi yang dibutuhkan untuk
kontraksi otot. Sehingga pada latihan half
squat dengan metode progressive
resistance akan menyebabkan terpelihara
dan teraturnya peningkatan kontraksi
otot14.
Sejalan dengan teknik pengaturan
beban dalam latihan berbeban, dikatakan
bahwa beban yang ditingkatkan secara
teratur atau progressive akan membrikan
dampak yang besar pada daya ledak otot.
Hal tersebut dikarekan, peningkatan
beban yang teratur dapat menginhibisi
secara perlahan golgi tendon organ
(GTO) yang secara teoritis mampu
membantu meningkatkan output daya
ledak, namun, dengan kemungkinan
mengorbankan potensi cedera15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Analisis hasil penelitian yang sudah
dilakukan dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Combination half squat exercise and
metode progressive resistance can
meningkatkan daya ledak otot tungkai
pada pemain tim futsal Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
secara signifikan.
2. Combination half squat exercise dan
metode the step type approach dapat
meningkatkan daya ledak otot tungkai
pada pemain tim futsal Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
secara signifikan.
3. Kombinasi half squat exercise dan
metode progressive resistance lebih
baik dari pada kombinasi half squat
exercise dengan metode the step type
approach dalam meningkatkan daya
ledak otot tungkai pada pemain tim
futsal Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Dengan
perbedaan yang sangat signifikan.
.
Saran
Berdasarkan simpulan penelitian,
disarankan bagi pelaku olahraga
(pembina olahraga, pelatih olahraga, guru
olahraga dan atlet) disarankan untuk
menggunakan pelatihan half squat
exercise dengan metode progressive
resistance dibandingkan half squat
exercise dengan metode the step type
approach sebagai salah satu alternatif
dalam meningkatkan daya ledak. Selain
itu penelitian selanjutnya dapat dilakukan
pada sampel dengan jenis olahraga lain
yang membutuhkan daya ledak tungkai,
agar ilmu fisioterapi lebih berkembang
dan dikenal pada dunia olahraga
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Halim N.I. 2004. Tes Dan
Pengukuran Kesegaran Jasmani.
Penerbit Universitas Negeri
Makassar. Makassar: 1-15.
2. Rian, C. 2012. Status Kondisi Fisik
Dan Keterampilan Bermain Sepak
Bola Siswa Kelas Khusus Olahraga
Sepak Bola Di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 13 Yogyakarta. S1.
[Tesis]: Universitas Negeri
Yogyakarta. Diunduh dari:
eprints.uny.ac.id/8879 Diakses dari
tanggal 25 Februari 2015.
3. Pocock. 2007. Clinical Trial. A
Practical Approach. New York: A
Willey Medical Publication.
4. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi Ke-2.
Jakarta: Sagung Seto; 2002: h. 67-77.
5. Sevilla CG, Austin G, Andrew M.
Research Methods. Quezon City: Rex
PrintingCompany; 2007: h. 125-130.
6. Quinn E. 2013. Fast and Slow Twitch
Muscle Fibers. Diakses dari:
http://sportsmedicine.about.com/od/a
natomyandphysiology/a/MuscleFiber
Type.htm tanggal 1 Februari 2014.
7. Nala G.N. 2011. Prinsip Pelatihan
Fisik Olahraga. Denpasar. Udayana
University Press: 15-30.
8. Arga K. Pengaruh Plyometric
Exercise Terhadap Peningkatan Daya
Ledak Otot
9. Kuncoro B. 2012. Perbedaan
Pengaruh Metode Latihan
Berbeban Linier dan Non Linier
Terhadap Peningkatan Power Otot
Lengan Ditinjau dari Kekuatan Otot
Lengan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN;
1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun
2012.
10. Escamilla R. F (et al). 2001. Effects
of Technique Variations on Knee
Biomechanics During The Squat and
Leg Press. Journal of The American
College of Sports Medicine. Diakses
pada tanggal 7 Februari 2015.
11. Sudaryanto & Ashar. 2011.
Biomekanik (Osteokinematika dan
Atrhokinematika). Poltekes Makasar:
164-174.
12. Bompa IO. 1990. Theory and
Methodologi of Training.
Kendal/Hant. Java of University.
Kuncoro B. Terhadap Peningkatan
Power Otot Lengan Ditinjau dari
Kekuatan Otot Lengan. Jurnal Ilmiah
SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12
No. 2 Tahun 2012.
13. Widhiyanti Tri. 2013. Peplyometric
exercise Alternate Leg Bound dan
Double Leg Bound Meningkatkan
Daya Ledak Otot Tungkai Pada
Siswa Putra Kelas VII SMP Negeri 1
Sukawati Tahun Pelajaran
2012/2013. [Tesis]: Universitas
Udayana;.
14. Issurin VB. Vibrations and Their
Applications in Sport. A Review.
Journal Sports2012. Perbedaan
Pengaruh Metode Latihan
Berbeban Linier dan Non Linier
Terhadap Peningkatan Power Otot
Lengan Ditinjau dari Kekuatan Otot
Lengan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN;
1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun
2012.
15. Kuncoro B. 2012. Perbedaan
Pengaruh Metode Latihan
Berbeban Linier dan Non Linier