Download - laporan seminar PKT 54
PEMBUATAN DAN ANALISIS DEODORAN CAIR DENGAN
PENAMBAHAN SERAI WANGI (Cymbopogon nardus)
Laporan Praktik Kimia Terpadu sebagai Syarat Memenuhi Tugas Semester
Gasal Tahun Ajaran 2014/2015
Oleh Kelompok PKT 54, XIII-7 :
Arnoltdus Marindra Gautama Putra XIII-7/NIS 11.57.06934
Nadia Novitasari XIII-7/NIS 11.57.07107
Nelshinta Maria Zusar XIII-7/NIS 11.57.07112
Rizal Angga Megantara XIII-7/NIS 11.57.07142
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK
Bogor
2014
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui dan disahkan oleh:
Disetujui oleh,
Ir. Masyitah Yusah
NIP 19630216 199003 2 001
Pembimbing
Disahkan oleh,
Ir. Tin Kartini, M.Si
NIP 19640416 199403 2 003
Kepala Laboratorium Sekolah Menegah Kejuruan – SMAK Bogor
i
KATA PENGANTAR
Laporan Praktik Kimia Terpadu dengan judul Pembuatan dan Analisis
Deodoran Cair Dengan Penambahan Serai Wangi (Cymbopogon nardus) ini
disusun sebagai persyaratan kelulusan tingkat ke-13 di SMK SMAK Bogor.
Laporan Praktik Kimia Terpadu dengan judul Pembuatan dan Analisis
Deodoran Cair Dengan Penambahan Serai Wangi ini berisi tentang latar
belakang judul, pentingnya masalah, tujuan praktik, pembuatan, dan metode
analisis produk deodoran cair.
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga laporan Praktik Kimia Terpadu selesai
tepat pada waktunya.Tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dra. Hadiati Agustine selaku kepala SMK-SMAK Bogor.
2. Ir. Tin Kartini, M.Si selaku Kepala Laboratorium.
3. Sulistiowati, S.Si, M.Pd. selaku Wakil Kepala SMK-SMAK Bogor bidang
sarana dan prasarana.
4. Ir. Masyitah Yusah selaku pembimbing.
5. Orang tua kami yang telah memberi semangat, dukungan, doa, dan fasilitas
sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
6. Teman-teman angkatan 57 yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
adik-adik kelas dan bagi pembaca di kalangan analisis kimia lainnya.
Bogor, Oktober 2014 Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
A. Jenis Serai ............................................................................................. 4
B. Serai Wangi (Cymbopogon nardus) ....................................................... 4
C. Sifat dan Manfaat Serai .......................................................................... 6
D. Kelenjar Kulit Dan Keringat .................................................................... 8
E. Komposisi .............................................................................................. 9
F. Gangguan Kelenjar Keringat .................................................................. 9
G. Bau badan ........................................................................................... 10
H. Deodoran ............................................................................................. 12
I. Cara Kerja Deodoran ........................................................................... 12
BAB III PEMBUATAN DAN METODE ANALISIS ............................................... 13
A. Metode Pembuatan .............................................................................. 13
B. Metode Analisis .................................................................................... 13
C. Kewirausahaan .................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 24
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 25
A. Simpulan .............................................................................................. 25
B. Saran ................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
LAMPIRAN ........................................................................................................ 27
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus) ............... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 2. Metode dan Parameter Analisis ........................................................... 13
Tabel 3. Perhitungan Pengeluaran .................................................................... 23
Tabel 4. Perbandingan Hasil dengan Standar .................................................... 24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus) ................................... 4
Gambar 2. Struktur dan Kelenjar pada Kulit ......................................................... 8
Gambar 3. Letak Keringat pada Kulit ................................................................. 10
Gambar 4. Deodoran Antiperspiran ................................................................... 12
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serai tidak
hanya digunakan pada produk pangan, namun sudah mulai banyak digunakan
untuk produk-produk nonpangan, salah satunya adalah bahan tambahan produk
kosmetika. Penggunaan serai dalam produk-produk nonpangan adalah sebagai
antimikroba.
Kosmetika berasal dari kata kosmein atau cosmeticos (Yunani) yang
berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini,
dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang
kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan
untuk meningkatkan kecantikan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.220/Menkes/Per/X/76
tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa: Kosmetika adalah bahan
atau campuran bahan yang digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikan, atau
dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa dan tidak termasuk dalam golongan obat.
Kadang-kadang kosmetika dicampur dengan bahan-bahan yang berasal
dari obat topikal yang memengaruhi struktur dari faal sel kulit. Bahan-bahan
tersebut misalnya antijerawat (sulfur, resorsin), antijasad renik (heksaklorfen),
anti pengeluaran keringat (aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen).
Bahan-bahan inilah yang kemudian dikenal sebagai kosmedik atau kosmeto-
medik.
Salah satu jenis produk kosmetik yang telah dikenal dan digunakan oleh
masyarakat adalah deodoran antiperspiran.Deodoran adalah sediaan kosmetika
yang berguna untuk menyerap keringat dan mengurangi bau badan, sedangkan
antiperspiran berguna untuk mempersempit pori-pori sehingga mengurangi
keluarnya keringat. Sebenarnya sukar untuk membedakan kedua sediaan
2
tersebut karena pemakaiannya selalu bersama-sama dengan maksud untuk
mencegah, mengurangi atau menghilangkan keringat berlebih serta bau.
Pada kondisi normal, ketiak mengeluarkan rata-rata 400-500 mg keringat
setiap 20 menit, pada suhu 35˚C. Antiperspiran mampu mengurangi jumlah
produksi keringat hingga 20 – 25% atau maksimal 40% dari produksi normal. Itu
dilakukan dengan cara mempersempit pori-pori kulit tempat keluarnya keringat.
Cairan keringat yang tertahan kemudian diserap kembali oleh jaringan keringat.
Kemampuan antiperspiran terutama disebabkan oleh kandungan bahan
aktif. Semua jenis deodoran antikeringat biasanya mengandung beberapa
senyawa aktif berbasis pada unsur alumunium. Seperti alumunium chlorohydrate,
alumunium chloride, alumunium hydroxybromide, maupun alumunium zicronium
trichloro hydrex gly adalah bahan-bahan yang umum digunakan. Alumunium
tidak diabsorbsi oleh kulit sehingga tidak peru khawatir akan berhubungan
dengan kanker atau Alzheimers.
Deodoran tidak untuk mengatur aliran keringat, tetapi berdasarkan atas
cara kerja bakterisida atau antiseptik yang akan membunuh bakteri atau
mencegah aktivitasnya. Keringat yang muncul dari kedua kelenjar keringat, yaitu
ekrin dan apokrin, sebenarnya tidak berbau. Penyebab bau tersebut adalah
dekomposisi keringat oleh bakteri.
Pada umumnya, antiperspiran bertindak sebagai deodoran, akan tetapi
deodoran tidak perlu bertindak layaknya antiperspiran. Cara mudah untuk
menghadapi keringat berlebih adalah dengan menggunakan bubuk absoran pada
tempat yang paling berpengaruh. Bahan-bahan antiseptik dapat terkandung
dalam bubuk tersebut, seperti Asam Borat, Magnesium karbonat ringan, Talk dan
parfum dengan konsentrasi kecil.
Deodoran yang digemari rata-rata memiliki daya tahan untuk menjaga
tidak timbulnya keringat pada ketiak, kelembutan permukaan deodoran saat
pemakaian, ringan pada kulit, tidak terasa lengket, tidak timbul iritasi selama atau
setelah pemakaian, serta yang terpenting ketahanan wangi deodoran tersebut.
Wangi deodoran akan lebih lama jika di dalamnya terdapat bahan pengikat yang
menyatukan antara zat-zat yang berfungsi deodoran-antierspiran dengan unsur
parfum (wewangian).
3
Pembuatan dan analisis deodoran antiperspiran menggunakan tambahan
serai sebagai anti mikroba bertujuan untuk menghasilkan deodoran yang
memberikan rasa kenyamanan, kesegaran dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah-masalah yang
dapat diungkapkan yaitu :
1. Bagaimana proses pembuatan deodoran cair dari serai wangi?
2. Bagaimana manfaat deodoran cair dari serai wangi bagi tubuh?
3. Apakah keunggulan deodoran cair dari serai wangi dibandingan dengan
produk deodoran yang lain?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui pembuatan deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon nardus)
dengan baik dan benar.
2. Mengetahui manfaat deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon nardus).
3. Mengetahui keunggulan deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon
nardus).
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis Serai
Tumbuhan ini dapat tumbuh subur di cuaca panas dan mencapai
ketinggian sekitar 2 hingga meter. Terdapat dua jenis serai yang digunakan oleh
pengobatan dan perawatan tradisional untuk dijadikan obat yaitu:
a) Serai biasa (Cymbopogon citratus)
b) Serai wangi (Cymbopogon nardus).
B. Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
Gambar 1. Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
Klasifikasi serai wangi yaitu:
Nama biasa : Citronella.
Nama tempatan : Serai wangi.
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (monokotil)
5
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae(rumput-rumputan)
Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle
Serai wangi merupakan sejenis rumput yang berbau wangi dan
mempunyai persamaan dengan serai makan. Serai wangi lebih kuat baunya
dibanding dengan serai makan. Serai wangi digunakan pada bagian luar tubuh
sedangkan serai makan boleh dimakan. Minyak yang dihasilkan dari serai wangi
digunakan untuk membuat lotion (obat dioleskan pada kulit), sabun dan juga
untuk anti nyamuk. Dikatakan bahwa serai wangi berasal dari India dan Sri Lanka
dan baru diperkenalkan ke Malaysia dan Indonesia.
Serai wangi tergolong dalam keluarga rumput yang berbau dan
bentuknya adalah memanjang. Ia dapat tumbuh sehingga 1m hingga 1.5m.
Daunnya berbentuk sesil dan tidak mempunyai tangkai daun, ringkas, hijau, lurus
dan berlapis dan rata-rata ukurannya ialah 60cm x 2.5cm. Daunnya licin, urat
daun sejajar dengan bagian pangkal dan ujung daunnya lancip. Selaput daunnya
lurus dan bertindak sebagai batang. Rizomnya tegak dan kuat, menjalar, dan
berwarna kekuningan apabila dipotong. Klasifikasi tanaman ini sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
Serai wangi hidup secara liar di kebanyakkan negara seperti di Asia,
Amerika dan Afrika. Di Malaysia kebiasaannya ditanam di bagian belakang
rumah. Serai wangi merupakan sejenis tumbuhan yang kuat dan bisa
menyesuaikan dalam berbagai jenis tanah dan iklim. Namun demikian ia tumbuh
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Angiospermae
Subkelas Monocotyledonae
Ordo Graminales
Famili Panicodiae
Subfamili Panicodiae
Tribe Andropoginae
Genus Cymbopogon
Spesies Cymbopogonnardus L.
6
dengan baik pada keadaan tanah yang tropis dan subur. Serai wangi tidak boleh
hidup dalam keadaan tanah yang mempunyai air terlalu tergenang dan gelap. Ia
dapat hidup dengan subur di kawasan lapang dan mempunyai cahaya yang
cukup.
C. Sifat dan Manfaat Serai
1. Kegunaan Dalam Masakan
Merupakan ciri utama masakan hidangan kari daging, ayam, makanan
laut dan sayur-sayuran di Malaysia, Indonesia, Sri Lanka dan India. Ia sebati
dengan masakan bersantan, terutamanya dengan ayam atau makanan laut,
dan terdapat berbagai resep yang tidak terkira dari Thai dan Sri Lanka
yang mengeksploitasi kombinasi ini. Batang yang telah dibiak juga digunakan di
dalam teh atau digunakan dalam jeruk dan dalam perisa marinades.
2. Kegunaan Dalam Kesehatan
Serai dianggap diuretik, tonik dan stimulan. Ia mendorong pencernaan
yang baik, dan penyediaan serai dengan lada telah digunakan untuk
meringankan masalah haid dan rasa mual. Ia mendorong produksi keringat,
untuk mendinginkan badan dan mengurangi demam. Ini terkenal sebagai
penolak serangga (citronella) dan minyak patinya digunakan dalam memproduksi
parfum.
Serai (Cymbopogon ciatrus) juga dikenal sebagai Rumput sereh, Rush
Sweet atau Demam. Ini adalah ramuan ajaib dengan beberapa nilai-nilai terapi
dan daya penyembuhan.
Manfaat kesehatan serai mencakup berbagai fitur terapi dan tindakan
penyembuhan dari ramuan ini, termasuk diuretik, antiseptik, analgesik, pengeluar
angin, penenang saraf, Galactogogue, tonik, obat penenang, antidepresi,
penghalang bakteri, penghapus jamur, antimikroba, penurun panas tubuh, zat,
menghapus bauan busuk (deodoran) dan banyak lagi yang lain.
Yang pasti, manfaat serai diperoleh dari konten yang sangat kaya dengan
obatan herbal: terutama antioksidan, beta karoten dan vitamin lain, sejumlah
7
unsur-mikro (microelemen) dan lain-lain nutrisi. Daftar penggunaan jamu ini
diantaranya:
a. Serai telah berabad-abad lamanya digunakan sebagai stimulan sistem imun
yang efektif dan sebagai pencegah gangguan dan penyakit-penyakit serius.
b. Herbal alami ini dapat membantu mencegah berbagai masalah bersangkutan
pencernaan termasuk gastroenteritis, gangguan pencernaan, kehilangan
nafsu makan, angin, perut kembung dan sebagainya.
c. Produk serai dapat digunakan untuk merangsang sirkulasi darah dan
menurunkan tekanan darah.
d. Salah satu manfaat serai untuk kesehatan yang paling penting adalah
menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah.
e. Penelitian menunjukkan bahwa serai memiliki kekuatan anti-kanker yang
besar dan dapat melindungi terhadap beberapa jenis kanker termasuk kanker
usus besar.
f. Manfaat serai termasuk sifat antibakteri dan antijamur.
g. Ini adalah salah satu obat herbal yang dapat digunakan untuk mengurangi
demam. Selain itu, penyembuhan yang menggandungi serai efektif dalam
mengobati batuk, pilek, bronkitis dan penyakit-penyakit lain.
h. Penggunaan infus serai dan minyak serai dapat mengurangi keparahan sakit
arthritis dan rematik.
i. Manfaat kesehatan diuretik serai dapat membantu memperbaiki fungsi ginjal
dan kandung kemih, serta merangsang detoksifikasi dan mempercepat
penghapusan racun dari tubuh.
j. Herba serai dapat digunakan untuk melega gejala stres seperti ketakutan,
kekhawatiran, kegelisahan, dan sebagainya.
k. Manfaat Kesehatan serai termasuk meringankan insomnia dan gangguan
tidur.
l. Herba serai disarankan kepada wanita yang mengalami PMS parah atau
gangguan putaran haid.
m. Serai dapat digunakan untuk mengkoordinasikan (toning) otot dan jaringan.
n. Manfaat serai termasuk dampak positif pengobatan keatas kulit: mencegah
radang kulit, membantu menghilangkan radang bintik, jerawat, meredakan
nyeri eksim, dermatitis dan sebagainya.
o. nyamuk / penyemprot kimia
8
Banyak dikomesialkan sebagai minyak Citronella dan lilin untuk mengusir
serangga, nyamuk dan pengharum rumah.
p. Rasa Makanan
Minyak Citronella juga digunakan sebagai agen perasa makanan, minuman,
barang-barang bakar, sereal, permen, produk susu gelatin dan puding.
q. Hewan
Minyak sebagai bagian dari komponen bahan mencegah anjing dari kawin.
r. Aromaterapi
Juga digunakan dalam aromaterapi.
D. Kelenjar Kulit Dan Keringat
Gambar 2. Struktur dan Kelenjar pada Kulit
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri dari kelenjar keringat
(Glandula sudorifera) yang kemudian dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Kelenjar Ekrin
Kelenjar Ekrin mempunyai ukuran yang kecil dan ada di pangkal dermis
dengan sekret encer. Berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan
kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit terutama di telapak tangan, kaki, dahi,
dan ketiak. Jumlahnya sekitar 1000-2000 kelenjar untuk setiap inchi kulit
manusia. Kelenjar ekrin ini diatur oleh saraf kolinergik.
9
b. Kelenjar Apokrin
Kelanjar apokrin mempunyai ukuran yang lebih besar daripada kelenjar
ekrin. Terletak lebih dalam dengan sekret lebih kental. Pada waktu lahir kelenjar
ini berukuran kecil, setelah puber mulai membesar dan mengeluarkan sekret.
Terdapat di seluruh tubuh tetapi jumlah dan ukurannya leihbesar daripada ketiak
dan lipatan paha. Apokrin dipengaruhi oleh hormon androgen (kelenjar adrenalin)
dan aktivitas testosteron.
E. Komposisi
Terdapat perbedaan jelas antara komposisi kimia sekresi ekrin dan
apokrin. Sebagian besar sekresi ekrin, 98-99% terdiri dari air. Sisanya terdiri dari
campuran senyawa anorganik dan organik dengan perbandingan lebih kurang
3:1. Fraksi anorganik terutama natrium klorida, sehingga keringat rasanya asin.
Disamping itu juga mengandung Kalium, Kalsium, Magnesium, Besi, Tembaga,
dan Mangan. Senyawa organik dalam sekresi ekrin terdiri dari asam laktat, asam
sitrat dan asam askorbat, asam lemak berbobot molekul rendah, minyak asam
format, asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Dari keseluruhannya
yang paling penting adalah asam laktat, yang membentuk sistem dapar asam
laktat, menstabilkan pH sekresi ekrin dalam interval 4-7. Ada perbedaan kadar
asam laktat dalam ekresi pria dan wanita, pada wanita cenderung lebih rendah.
Oleh karena itu, pH keringat ekrin pria dan wanita masing-masing berkisar antara
4-7.
F. Gangguan Kelenjar Keringat
Gangguan fungsi kelenjar keringat dapat dibagi menjadi:
1. Hiperdrosis
Hiperdrosis atau sekresi keringat berlebihan dapat setempat atau
menyeluruh. Jika setempat, biasanya terjadi pada ketiak, telapak tangan dan
telapak kak, dalam beberapa kasus dapat disebabkan inflamasi atau infeksi
10
sekunder pada kulit. Jika menyeluruh, biasanya disebabkan panas yang
berlebihan, jika sangat keras, demam atau pengaruh obat tertentu.
2. Anidrosis
Androsis adalah pengurangan atau kadang-kadang penghentian sekresi
keringat. Kondisi ini sangat jarang terjadi.
3. Osmidrosis atau Bromidrosis
Osmidrosis atau Bromidrosis adalah keadaan dimana keringat berbau,
biasanya sekresi keringat aprokin, tetapi dapat juga terjadi di daerah kaki yang
disebabkan peruraian bakteri keringat didaerah tersebut.
4. Kromidrosis
Kromdrosis adalah kelainan warna keringat abnormal, juga ditandai
aktivitas bakteri.
G. Bau badan
Gambar 3. Letak Keringat pada Kulit
Bau keringat tidak hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga
berbeda pada beberapa daerah permukaan kulit pada individu yang sama. Bau
keringat yang lebih nyata terutama didaerah ketiak dan bagian genetalia
dibandingkan dengan bagian kulit lainnya, karena di kelenjar tersebut banyak
terdapat kelenjar apokrin. Keringat yang keluar dar kelenjar apokrin mengandung
11
sejumlah besar lipid dan protein. Setelah mencapai permukaan kulit, bakteri akan
meruaknya dan menghasilkan senyawa trans 3-metil-2-asamheksanoat yang
menghasilkan bau tidak sedap. Bakteri dan jamur akan berperan pada pH
sekresi apokrin yang netral atau agak alkali. Bakteri yang menyebabkan bau
badan adalah Coccus aerob, Micrococcus, Propioni bacteri, dan Dyphteroid
aerob.
Bakteri-bakteri ini menguraikan ikatan proten dan lemak dalam keringat
dengan cara memakan unsur-unsur yang menjadi makanan pokok bakteri ( C, H,
O dan N) dan menghasilkan senyawa-senyawa yang menimnulkan bau badan
(bromidrosis), meliputi asam lemak berbobot molekul rendah, termasuk asam
kaproat, asam kaprilat, asam isovarelat, asam butirat, selanjutnya merkaptan,
ammonia, amina alifatik dan aromatic, indol, hidrogen sulfida dan fosfin.
Sedangkan keringant ekrin tidak akan berbau sekalipun terjadi inokulasi
bakteri, karea keringat ekrin tidak cukup mengandung subtrat untuk pertumbuhan
bakteri. Kadang-kadang dapat timbul bau yang lunak karena peruaian zat
tertentu, misalnya sebum atau keratin oleh enzim bakteri yang akan bercampur
dengan sekresi ekrin setelah mencapao permukaan kulit.
Bau keringat yang munusuk disebabkan hasil peruraian sekresi apokrin
oleh bakteri di permukaan kulit. Bau tidak enak itu dapat dikurangi atau dicehah
dengan pemeliharaan kehigenisan yang baik, misalnya mandi secara teratur,
sehingga pertumbuhan bakteri dihambat dan hasil peruraian yang telah terjadi
dapat hilang.
12
H. Deodoran
Gambar 4. Deodoran Antiperspiran
Deodoran dan antiperspiran dikategorikan dalam kosmetika medik.
Menurut definisi dan kegunaannya deodoran dan antipersipiran dapat dibedakan
secara jelas. Deodoran adalah suatu zat yang mengurangi timbulnya bau
keringat dengan cara mengurangi keringat oleh bakteri, sedangkan antipersipiran
adalah zat yang bekerja sebagai astringen, yang dapat menyebabkan penurunan
permebialitas membran kulit yang dapat mengurangi sekresi tanpa mengganggu
fungsi kulit.
Deodoran dan antiperspiran terdapat dalam beberapa sediaan, yaitu :
1. Padat ( batang dan serbuk)
2. Cair (splash dan roll on)
3. Aerosol (spray)
I. Cara Kerja Deodoran
Deodoran mengurangi bau badan dengan cara:
a. Mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau. Aktivitas deodoran ini
dilakukan oleh bahan antibakteri seperti air rebusan batang serai.
b. Deodoran juga sering diberi tambahan parfum yang bertujuan untuk
menyamarkan bau badan.
13
BAB III PEMBUATAN DAN METODE ANALISIS
A. Metode Pembuatan
Metode pembuatan deodoran berbahan tanaman serai ini menggunakan
bahan-bahan meliputi tawas, propilen glikol, aquades, dan tanaman serai. Hal
pertama yang dilakukan adalah membersihkan tanaman serai dari akar serabut
dan daunnya hingga didapatkan batang yang bersih dan siap untuk direbus.
Kemudian ditimbang batang serai tersebut sejumlah 100 gram dan dimasukkan
ke dalam wadah berisi 1,5 liter air. Kemudian direbus kirakira 1,5 jam hingga
didapatkan larutan sebanyak 600 ml. Kemudian disiapkan 113 gram tawas
alumunium yang telah halus dan dilarutkan dalam 600 ml larutan serai pada
suhu sekitar 60o celcius, lalu ditambahkan 168 ml larutan propilen glikol dan 48
ml gliserol. Kemudian ditambahkan etanol absolut sebanyak 25 ml dan
ditambahkan pula 20 tetes parfum sesuai aroma yang diingikan. Setelah itu
dimasukkan ke dalam botol parfum ukuran 50 ml. Kemudian ditempelkan label
produk yang telah disiapkan sebelumnya.
B. Metode Analisis
Tabel 2. Metode dan Parameter Analisis
No. Analisis Metode PARAMETER
1 Fisika Organoleptik Bau
Bentuk
2 Kimia
Kromatografi Gas Kadar Etanol Potensiometri pH
Spektofotometri Serapan Atom (SSA)
Cemaran logam As, Pb, Hg, dan Fe
Kadar Al
3 Mikrobiologi Perhitungan Jumlah
Bakteri (PJB)
Angka Lempeng Total (ALT)
Pseudomonas aeruinosa
Staphylococcus aureus
Candida albicans
14
1. Analisis Fisika
a. Uji Organoleptik
Dasar:
Contoh yang telah menjadi produk jadi diuji atas dasar kemampuan
pancra indra. Kemampuan panca indera meliputi bau dan bentuk.
2. Analisis Kimia
a. Uji pH secara Potensiometri
Dasar:
Keberadaan ion H+ dan OH- dalam larutan contoh yang diukur
dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan buffer pH 7
dan buffer pH 10 sehingga dapat diketahui pH nya.
Cara Kerja :
1. Ditimbang 1 gram contoh.
2. Dilarutkan dengan 20 ml air suling.
3. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 4.
4. Elektroda dibilas dengan air suling.
5. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 7.
6. Elektroda dibilas dengan air suling.
7. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan contoh.
8. Nilai pH dapat dibaca pada layar instrumen.
9. Elektroda dibilas dengan air suling.
b. Penetapan Kadar Etanol
Dasar:
Kadar etanol dalam contoh dapat ditetapkan dengan cara Gas
Chromatography (GC). Larutan contoh dipanaskan di atas titik didihnya
sehingga terbentuk gas dan analit dibawa oleh fasa gerak sehingga
15
diperoleh peak kromatogram. Kadar contoh dapat diketahui dengan
cara membandingkan peak contoh dengan peak standar.
Cara kerja:
1. Ditimbang 5 gram contoh.
2. Dilarutkan dalam air suling 100 ml (terukur).
3. Di destilasi dengan alat soxhlet.
4. Disaring dengan kertas saring berabu dan dimasukan ke dalam labu
ukur 100 ml.
5. Diperiksa dengan GC.
Perhitungan :
c. Penetapan Kadar Cemaran Logam Pb
Dasar:
Kadar cemaran logam Pb dapat dianalisis dengan
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Contoh yang
berupa larutan bersama dengan bahan bakar dibuat dalam bentuk
aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu pembakar.Atom bebas yang
terbentuk selain dapat mengadsorbsi energi panas juga dapat
mengabsorbsi energi cahaya sehingga dapat mengeksitasi atom
bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi setiap unsur.
Reaksi:
PbCl2 Pb2+ + 2Cl- Pb + Cl2
Pb tereksitasi
Pb
Pb2+ + 2e
16
Cara Kerja :
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram
2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein.
3. Ditambahkan HCl 1:1
4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang
asam)
5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
6. Dibuat deret standar Pb.
7. Diperiksa absorbansi deret standar Pb dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) pada 256 nm.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotoeter Serapan
Atom (SSA) pada 256 nm.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Pb dalam contoh
(dalam ppm).
Perhitungan :
-
x Fp
d. Penetapan Kadar Cemaran Logam Fe
Dasar:
Kadar cemaran logam Fe dapat dianalisis dengan
menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Contoh yang
berupa larutan bersama dengan bahan bakar dibuat ke dalam bentuk
aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu pembakar. Atom bebas yang
terbentuk selain dapat mengabsorbsi energi panas juga dapat
mengabsrobsi energi cahaya sehingga dapat mengeksitasi atom
bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi setiap unsur.
Reaksi:
FeCl2 Fe2+ + 2Cl- Fe + Cl2
Fe tereksitasi
Fe Fe2+ + 2e
17
Cara Kerja:
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram.
2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein.
3. Ditambahkan HCl 1:1.
4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang
asam).
5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
6. Dibuat deret standar Fe.
7. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) pada 267 nm.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) pada 267 nm.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Fe dalam contoh
(dalam ppm).
Perhitungan:
-
XFp
e. Penetapan Kadar Cemaran Logam Hg
Dasar
Contoh diperarang dengan pengabuan basah yaitu dengan
perendaman dengan aqua regia selama sehari semalam sehingga Hg
dalam contoh akan menjadi HgCl2. Diperiksa dengan SSA sebagai
logam Hg.
Reaksi :
HgCl2 + SnCl2 Hgo + SnCl4
Cara Kerja:
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram.
2. Ditambahkan aqua regia 20 ml.
3. Didiamkan selama 1 malam, hingga contoh larut.
4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
18
5. Diencerkan dengan menambahkan air suling hingga tanda tera,
kemudian dihimpitkan dan dihomogenkan.
6. Dibuat deret standar Hg.
7. Diperiksa absorbansi deret standar Hg dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) pada tertentu.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) pada tertentu.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar Hg dalam contoh (dalam
ppm).
Perhitungan :
-
XFp
f. Penetapan Kadar Cemaran Logam As
Dasar:
Contoh diperarang dengan pengabuan basah yaitu dengan
perendaman dengan aqua regia selama sehari semalam sehingga As
dalam contoh akan menjadi AsCl4. Diperiksa dengan SSA sebagai
logamAs.
Reaksi:
AsCl2 As2+ + 2Cl- As + Cl2
As tereksitasi
As
As2+ + 2e
Cara Kerja :
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram.
2. Ditambahkan aqua regia 20 ml.
3. Didiamkan selama 1 malam, hingga contoh larut.
4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
19
5. Diencerkan dengan menambahkan air suling hingga tanda tera,
kemudian dihimpitkan dan dihomogenkan.
6. Dibuat deret standar As.
7. Diperiksa absorbansi deret standar As dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) pada tertentu.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) pada tertentu.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar As dalam contoh (dalam ppm).
Perhitungan :
g. Penetapan Kadar Al
Dasar:
Kadar Al dapat dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA). Contoh yang berupa larutan dengan bahan
bakar dibuat ke dalam bentuk aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu
pembakar. Atom bebas yang terbentuk selain dapat mengabsorbsi
energi panas juga dapat mengabsrobsi energi cahaya sehingga dapat
mengeksitasi atom bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi
setiap unsur.
Reaksi:
Al terkesitasi
Al
Al3+ + 3e-
Cara Kerja:
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram
2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein.
3. Ditambahkan HCl 1:1
20
4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang
asam)
5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
6. Dibuat deret standar Al.
7. Diperiksa absorbansi deret standar Al dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) pada tertentu.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) pada tertentu.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Al dalam contoh (dalam
ppm).
Perhitungan :
3. Analisis Mikrobiologi
a. Penetapan Angka Lempeng Total (ALT)
Dasar:
Dilakukan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3 dari contoh dengan media
Plate Count Agar (PCA) dan diinkubasi selama 24-28 jam dengan suhu
28oC, maka bakteri dapat dihitung jumlahnya.
Cara Kerja:
1. Disiapkan tabung reaksi dan sumbatnya yang telah disterilkan.
2. Dipipet 1 ml contoh kedalam tabung reaksi yang telah diberi label
sebagai 10-1.
3. Pada tabung reaksi 10-1 ditambahkan 9 ml Larutan Fisiologis (LF) dan
dihomogenkan.
4. Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi 10-1, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berlabel 10-2. Ditambahkan 9 ml LF dan dihomogenkan.
5. Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi10-2, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berlabel 10-3. Ditambahkan 9ml LF dan dihomogenkan.
21
6. Disiapkan tabung reaksi blanko yang hanya berisi LF sebanyak 10
ml.
7. Dipipet masing-masing 1 ml dari setiap tabung reaksi (10-1, 10-2, 10-3
dan blanko). Dimasukkan ke dalam cawan petri. Masing-masing
diperlakukan duplo (kecuali untuk blanko).
8. Ditambahkan media PCA (Plate Count Agar) pada masing-masing
cawan petri. Dihomogenkan. Dibiarkan membeku pada suhu kamar.
9. Disiapkan juga 1 cawan petri untuk media kontrol.
10. Dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
Perhitungan:
Jika jumlah koloni bakteri < 30, maka diambil rata-rata dari pengenceran
terendah.
b. Penetapan Pseudomonas aeruginosa
Dasar:
Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu. Pseudomonas
aeruginosa dapat tumbuh pada media Centrimide Agar (CA) dan
diinkubasi pada suhu 35 oC selama 24-28 jam.
Cara Kerja:
1. Diambil satu mata ose contoh.
2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Centrimide Agar (CA) yang
telah membeku.
3. Digoreskan pada cawan tersebut.
4. Diinkubasi pada suhu 35 oC selama 24-28 jam.
5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
Perhitungan:
22
c. Penetapan Staphylococcus aureus
Dasar:
Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu.
Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada media Manitol Salt Agar
(MSA) dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24-28 jam.
Cara Kerja:
1. Diambil satu mata ose contoh.
2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Manitol Salt Agar (MSA)
yang telah beku.
3. Digoreskan pada cawan agar tersebut.
4. Diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24-28 jam.
5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
Perhitungan:
d. Penetapan Candida albicans
Dasar:
Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu. Candida
albicans dapat tumbuh pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dan
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24-28 jam.
Cara Kerja:
1. Diambil satu mata ose contoh.
2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Potato Dextrose Agar
(PDA) yang telah beku.
3. Digoreskan pada cawan agar tersebut.
4. Diinkubasi pada suhu 35 oC selama 24-28 jam.
5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
Perhitungan:
23
C. Kewirausahaan
Tabel 3. Perhitungan Pengeluaran
Total Rp106,400.00 untuk pembuatan 10 kemasan deodoran
Harga total penjualan 10 kemasan deodoran Rp135.000.00
Keuntungan =
× 100%
No BAHAN BAKU JUMLAH ANGGARAN
1 Propilen Glikol 45 ml Rp26,000.00
2 Etanol Absolut 7 ml Rp6,000.00
3 Aquadest 405 ml Rp800.00
4 Serai Wangi 27 gram Rp700.00
5 Gliserol 12 ml Rp41,500.00
6 Parfum 1 ml Rp300.00
7 Tawas 31 gram Rp6,100.00
8 Kemasan 10 botol Rp25,000.00
Total Rp106,400.00
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis yang dilakukan terhadap contoh deodoran antiperspiran cair
dibandingkan dengan SNI deodoran cair No. 16-4951-1998 yaitu:
Tabel 4. Perbandingan Hasil dengan Standar
No Parameter Satuan Hasil Standar
1 Bau - Normal Normal
2 Bentuk - Normal Normal
3 Ph - 5,06 4,4 – 7,0
4 Etanol %v/v 1,66 Maks. 5
5 Kadar Al %b/b 0,90 Maks. 17
6 Kadar Pb Ppm 0,6 Maks. 10
7 Kadar Fe Ppm 1,5 Maks.5
8 Kadar As Ppm < 2,35 x 10-3 Maks.2
9 Kadar Hg Ppb < 2,16 Negatif
10 Angka Lempeng Total Kol/g 1,1 x 102 Maks. 105
11 Pseudomonas
aeruginosa Kol/g Negatif Negatif
12 Staphylococcus aureus Kol/g Negatif Negatif
13 Candida albicans Kol/g Negatif Negatif
Pada uji hedonik, untuk kriteria bau dan bentuk sama sama banyak
diminati. Pada analisis Hg dan As didapatkan absorbansi negatif sehingga
dilakukan perhitungan dengan Limit Deteksi dan didapatkan hasil kurang dari
limit deteksi. Dari parameter uji yang telah dilakukan untuk produk deodoran cair
dengan penambahan serai wangi dinyatakan lulus standar SNI No. 16-4951-
1998.
25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari proses pembuatan dan analisis deodoran cair untuk parameter uji Hg
didapatkan hasil dibawah limit deteksi, untuk parameter uji yang lain telah
memenuhi SNI No. 16-4951-1998.
B. Saran
Jika nanti produk deodoran diproduksi dalam skala industri, disarankan
untuk membuat kemasan yang lebih menarik contohnya dalam bentuk aerosol
agar konsumen lebih tertarik memilih produk deodoran. Dilakukan juga
perhitungan persen rendemen agar dapat diketahui konsentrasi zat aktif dalam
deodoran tersebut sehingga penggunaan bahan menjadi efisien.
26
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Nungki. “Minyak Serai Wangi sebagai Minyak Atsiri”.28 Desember
2011.http://nungkisyalalala.blogspot.com/2011/12/minyak-serai-wangi-sebagai-
minyak.html
1985. Formulasi Kosmetika. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anonimous. 2006. Hidrokoloid dan Gum. http://www.pikiranrakyat.com
Anonimous. 2007. Hilangkan Si BB dengan Alami. http://www.perempuan.com
Anonimous. Tanpa Tahun. Antiperspiran yang Tepat. http://klinikpria.com
Anonimous. Tanpa Tahun. Ceritera Ngeri Soal Deodoran dan Kanker Muncul
Lagi. http://www.kompasmedia.com
Anonimous. Tanpa Tahun. Deodoran Aman Dipakai, Tapi Antiperspiran Tidak!.
http://www.perempuan.com
Anonimous. Tanpa Tahun. Deodoran, Antiperspiran, dan Kanker Payudara.
http://pfizerpeduli.com
27
LAMPIRAN
A. DATA HASIL ANALISIS
1. Nilai pH = 5,06
2. Kadar Etanol
Area rata-rata = 964357,5
Intersep = 19691,5
Slope = 569964,7
Regresi = 0,9998
Fp = 0
3. Kadar As
Abs = negatif (-)
Intersep = -2,12 x 10-3
Slope = 1,26 x 10-3
Regresi = 0,9996
Fp = 5x
Limit deteksi = < 2,35 x 10-3 ppm
4. Kadar Hg
Abs = negatif (-)
Intersep = 4,42 x 10-3
Slope = 1,1352 x 10-3
Regresi = 0,9952
Fp = 5x
Limit deteksi = < 2,16 x 10-3 ppm
5. Kadar Pb
Abs rata-rata = 0,0041
Intersep = 0,0009
Slope = 0,0261
Regresi = 0,9999
Fp = 5x
6. Kadar Fe
Abs rata-rata = 0,0179
Intersep = 0,0014
Slope = 0,0552
Regresi = 0,9995
Fp = 5x
28
7. Kadar Al
ppm setelah pengenceran = 0,36 ppm
Fp = 25000
8. Angka Lempeng Total
Konsentrasi Simplo Duplo Rata-rata
10-1
10 12 11 10
-2 6 4 5
10-3
6 0 3 Blanko 0
9. Pseudomonas aeruginosa = 0 Koloni
10. Staphylococcus aureus = 0 Koloni
11. Candida albicans = 0 koloni
B. PERHITUNGAN HASIL ANALISIS
1. Nilai pH= 5,06
2. Kadar Etanol
3. Kadar As
Abs negatif (-) < 2,36 x 10-3 ppm (LD)
4. Kadar Hg
Abs negatif (-) < 2,16 ppb(LD)
5. Kadar Pb