Download - Laporan praktikum kimfis kel ix
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
KINETIC OF REDOX REACTION
Disusun Oleh:
K-113-12-0 02 -F
K-113-12-0 10 -F
K-113-12-04 0 -F
K-113-12-0 54 -F
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Nomor Lab : K-113-12-002-f
NIM : 1203111791
Kelas / Kelompok : A / IX
Tanggal Praktikum : 04 Desember 2013
Judul Praktikum : Kinetika Reaksi Redoks
Pekanbaru,27 Desember 2013
Praktikan
( k-113-12-0 54 -f) (k-113-12-04 0 -f) ( k -113-12-010- f ) ) ( k -113-12-002- f )
NIM.120313612 NIM.1203136098 NIM.1203121006 NIM.1203111791
Menyetujui, Mengetahui,
Koordinator Asisten Praktikum Kimia Fisika I Asisten
(Ade Priyanto,S.Si) ( Riri Elija Herawati )
NIM.1110247272 NIM. 1003135719
KINETIC OF REDOX REACTION
ABSTRACT
Percobaan kinetika reaksi redoks ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dan
tetapan laju reaksi redoks. Kinetika reaksi redoks merupakan cabang ilmu kimia yang
membahas tentang laju reaksi dan factor- factor yang mempengaruhinya dalam suatu
reaksi oksidasi-reduksi. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
pengadukan. Dalam percobaan ini digunakan garam kasar dan garam halus dengan
massa yang bervariasi dan penambahan akuades dengan volume yang sama pada tiap-
tiap massa, serta kekuatan pengadukan yang tetap yaitu tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu pelan. Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh orde reaksi untuk
garam halus 0.68 serta tetapan orde reaksinya 0.0115-1. Sedangkan pengadukan
untuk garam kasar adalah 0.48 serta tetapan laju reaksinya adalah 0.0075 -1.
Pengadukan serta waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan garam halus lebih sedikit
dibandingkan garam kasar. Kelarutan dari garam halus dan garam kasar dipengaruhi
oleh pengadukan, luas permukaan pengadukan serta sifat dan keadaan zat pereaksi.
Kelarutan garam halus lebih cepat dari pada garam kasar.
I. PURPOSE
1. Menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi redoks
2. Membedakan laju reaksi antara dua garam yang memiliki luas
permukaan yang berbeda
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
II. THEORY
Kinetika adalah ilmu yang mempelajari tentang kelajuan reaksi. Beberapa
reaksi berjalan cepat, sedang yang lain berjalan lambat (Anton,2011).
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses
itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat
dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat,
seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat
adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi
disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju
reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999).
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju
reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Laju
rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk
reaksi berikut:
A + B AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:
R = k [A]m [B]n
K sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi
(Petrucci, 1987).
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam
mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari
nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi
kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi,
memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Sifat dan ukuran pereaksi.
Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau
reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi
akan semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat
yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat
pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk
meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila
dibandingkan dalam bentuk bongkahan (Petrucci, 1987).
b. Konsentrasi.
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan
konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka
akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 (cepat)
H2S2O3 H2SO3 + S (lambat)
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 + S
Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung
menyambung). Pada reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan
laju reaksi keseluruhan. Dalam hal ini reaksi yang paling lambat ialah penguraian
H2S2O3 (Petrucci, 1987).
Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu
senyawa sering tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan
tekanan yang dapat digunakan dalam proses industri tidak mungkin berlangsung
dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak
bagi makhluk hidup (Hiskia, 1992).
c. Suhu Reaksi.
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan
energi tumbukan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi
secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan
persamaan sebagi berikut:
k = Ae-Ea/RT atau ln k = -Ea + ln A RT
Dengan R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor
frekuensi) dan Ea = energi aktivasi yang bersangkutan (Petrucci, 1987).
d. Katalis
katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk memepercepat
jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk
kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi
katalis dan prosesnya disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan
diatas tanda panah (Petrucci, 1987).
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang
berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde
reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam
hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum
dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua
konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi
memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua
membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu.
Untuk mendapatkan grafik garis lurus (Hiskia, 1992).
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun
produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu produk (Keenan,1996)
Reaksi asam basa dapat dikenali sebagai transfer proton. Kelompok reaksi
yang disebut reaksi oksidasi reduksi dikenal juga sebagai reaksi transfer electron.
Reaksi redoks berperan danyak dalam hal di dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi ini
mulai terlibat dalam pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai sampai dengan
kerja cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga. Selain itu, sebagian besar
unsure logam dan non logam di peroleh dari bijihnya melalui proses oksidasi dan
reduksi (Chang, 2003).
Laju didefenisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Satuan
yang umum adalah mol dm-3. Umumnya laju reaksi meningkatnya dan dapat
dinyatakan sebagai:
Laju ∞ f ( C1 , C2……………….Ci ) ………...……….(1)
Atau
Laju ∞ : kf ( C1 , C2……………….Ci ) ………………(2)
Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau
konstanta kecepatan, C1 , C2 ………….. adalah konsentrasi dari reaktan , reaktan dan
produk-produk sebagai contoh dalam reaksi umum
Aa + bB + ……. → Pp + Qq + ……………….........…..(3)
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam batasan tiap reaktan atau produk
[ A ]dt
= −16
[B ]dt
=……………1P
d[P ]dt
= 19
d[Q ]dt
= K [A ] [B] m
Dimana a,b………. p,q adalah koefisien, koefisien stoikiometri terhadap A,B
volumenya tidak berubah selama berlangsungnya reaksi (Dogra, 1990).
Untuk beberapa reaksi , laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaaan
matematik yang dikenal sebagai hokum laju atau persamaaan laju
Aa + bB + ………….→ Gg + Hh +……………
Dimana a,b ………… merupakan koefisien reaksi, laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai sebagai laju :
K [A]m [B]n
Kebenaran hukum pertama kali dikenal oleh ahli matematika Norwegia,
Cato Guldberg dan Peter Weage, tahun 1805 mengajukan bahwa daya (laju) suatu
reaksi kimia sama dengan hasil kali massa aktif (konsentrasi ) pereaksi-pereaksi dan
koefisien afinitas (tetapan kecepatan). Dengan setiap massa aktif mengikat sampai
daya tertentu. Rumusan ini dikenal sebagai hokum aksi massa (Petrucci, 1985).
Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen, dan hanya dapat
diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui keseluruhan orde reaksi yang dapat
ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuki masing-masing reaktan dikenal
sebagi orde reaksi untuk komponen :
A. Reaksi orde nol
Reaksi orde nol adalah reaksi-reaksi yang lajunya dapat ditulis sebagai :
−d [ A ]dt
= K…………….. (1)
B. Reaksi orde Satu
Reaksi orde satu adalah reaksi-reaksi yang lajunya berbanding langsung dengan
konsentrasi reakstan yaitu :
−d [C ]dt
= K [C ]…………….. (2)
C. Reaksi orde dua
Dalam reaksi orde dua, laju berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi dari
satu reaktan atau dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai pangkat satu
atau dua dari reaktan-reaktan tersebut.
D. Reaksi orde tiga
Reaksi orde tiga merupakan laju yang berbanding langsung dengan pangkat tiga
konsentrasi dari suatu reaktan, yakni :
3 R → P
−d [ R]dt
= K [R ]2
Laju sebanding dengan kuadrat konsentrasi dan reaktan dan pangkat satu dari
kionsentrasi reaktan kedua yaitu :
−d [ R 2]dt
= K [R 1]2 [R3 ] (Dogra, 1990).
Dalam proses oksidasi reduksi yang sesungguhnya electron. Electron
dipindahkan dari zat pereduksi ke zat pengoksidasi. Oksidasi adalah proses yang
mengakibatkan kehilangan atau lebih electron dari dalam atom atau ion. Reduksi
adalah proses yang mengakibatkan diperolehnya satu atau lebih electron dari ataom
atau ion. Zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh electron dan tereduksi, zat
pereuksi adalah zat yang kehilangan electron dan teroksidasi (Vogel, 1994).
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan atau laju terjadinya reaksi kimia
dinamakan kinetika kimia, karena kinetic menyeretkan gerakan atau perubahan
(Chang, 2005).
Reaksi kimia berlangsung pada kecepatan tertentu, dapat berlangsung sangat
cepat, misalnya reaksi ion-ion, tetapi juga terdapat reaksi yang memiliki kecepatan
yang dapat diamati dilaboratorium, baik reaksi organic maupun anorganik (Tim
Labor Kimia Fisika, 2013 ).
Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari tetang proses
yang berhubungan dengan kecepatan atau laju suatu reaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Dalam praktek suatu reaksi kimia dapat berlangsung
dengan laju atau kecepatan yang berbeda-beda. Namun dalam kehidupan sehari-
harisering dijumpai teaksi yang berlangsung lambat. Oleh karena itu dengan
mempelajari kinetika kimia maka seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi laju
suatu reaksin dapat dikendalikan sehingga lebih hemat dan efisien (Tim Dosen
UNHAS, 2004).
Pengertian tentang laju reaksi adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil
reaksi per satuan waktu. Karena reaksi berlangsung kearah pembentukan hasil, maka
laju reaksi tak lain dari pengurangan jumlah pereaksi per satuan waktu, atau
pertambahan jumlah hasil reaksinper satuan waktu. Dimensi untuk waktu umumnya
digunakan menit atau detik, sedangkan satuan untuk jumlah pereaksi dan hasil reaksi
adalah konsentrasi molar (Tim Dosen UNHAS, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi ialah: macam zat yang
mengadakan reaksi, konstr/tekanan, temperature, adanya katalisator dan radiasi yaitu
adanya sinar dengan panjang gelombang tertentu. Beberapa reaksi terjadi dengan
sangat cepat misalnya penetralan larutan asam kuat dengan basa kuat. Tetapi ada pula
reaksi yang berjalan sangat lambat, misalnya reaksi H2 dan O2 pada temperature
kamar tanpa adanya katalisator. Beberapa reaksi berjalan sangat lambat pada
temperature kamar, tetapi kecepatan reaksi ini akan bertambah dengan cepat pada
kenaikan temperature (Respati, 1981).
III. EQUIPMENTS AND MATERIAL
a. Equipments
1. Stir bar : 3 pieces
2. Spatula : 1 piece
3. Beaker glass 100 ml : 5 pieces
4. Measuring cylinder 50 ml : 1 piece
5. Stopwatch : 3 pieces
6. Spray bottle : 1 piece
b. Materials
1. Hard salt
2. Smooth salt
3. Aquadest
4. Tissue
IV.SCHEME OF WORK
The hard salt was scaled each 1,3,5,7 and 9 grams then were inserted to beaker glass 100 ml
Each salt were soluted by aquadest 40 ml
The mixture were waited for 1 minute, until the mixture waited for 1 minute then mixed it.
The mixture were mixed so that solute perfectly, keep the mixture constant.
V. DATA AND RESULT AND OBSERVATION
a. Garam Halus
Massa (gr) Volume (ml) Waktu (s) Jumlah Pengadukan
1 gr 40 ml 96 s 112
3 gr 40 ml 110 s 120
5 gr 40 ml 126 s 135
7 gr 40 ml 130 s 144
9 gr 40 ml 195 s 250
b. Garam Kasar
Massa (gr) Volume (ml) Waktu (s) Jumlah Pengadukan
1 gr 40 ml 77 s 100
3 gr 40 ml 182 s 205
5 gr 40 ml 223 s 309
7 gr 40 ml 252 s 377
9 gr 40 ml 288 s 412
VI. CALCULATION
The times to solute the salt were noted, then did the same scheme to the smooth salt
1. Konsentarsi NaCl
A. NaCl 1 gram
M = grMr
× 1000
v
= 1 gram
58.5 gram /mol ×
100040 mL
= 10002340
= 0.425 M
B. NaCl 3 gram
M = grMr
× 1000
v
= 3 gram
58.5 gram /mol ×
100040 mL
= 30002340
= 1.275 M
C. NaCL 5 gram
M = grMr
× 1000
v
= 5 gram
58.5 gram /mol ×
100040 mL
= 50002340
= 2.125 M
D. NaCl 7 gram
M = grMr
× 1000
v
= 7 gram
58.5 gram /mol ×
100040 mL
= 70002340
= 2.975 M
E. NaCl 9 gram
M = grMr
× 1000
v
= 9 gram
58.5 gram /mol ×
100040 mL
= 90002340
= 3.825 M
2. Laju Reaksi
A. Garam Halus
a. Massa 1 gram
V = [ NaCL]
t
= 0.427 M
96 s
= 0.0044 M/s
b. Massa 3 gram
V = [ NaCL]
t
= 1.282 M
110 s
= 0.0116 M/s
c. Massa 5 gram
V = [ NaCL]
t
= 2.137 M
126 s
= 0.0169 M/s
d. Massa 7 gram
V = [ NaCL]
t
= 2.991M
130 s
= 0.0229 M/s
e. Massa 9 gram
V = [ NaCL]
t
= 3.846 M
195 s
= 0.0196 M/s
B. Garam Halus
a. Massa 1 gram
V = [ NaCL]
t
= 0.427 M
77 s
= 0.0055 M/s
b. Massa 3 Gram
V = [ NaCL]
t
= 1.282 M
182 s
= 0.007 M/s
c. Massa 5 gram
V = [ NaCL]
t
= 2.137 M
223 s
= 0.0095 M/s
d. Massa 7 gram
V = [ NaCL]
t
= 2.991M
252 s
= 0.0118 M/s
e. Massa 9 gram
V = [ NaCL]
t
= 3.846 M
288 s
= 0.0133 M/s
3. Orde Reaksi
A. Garam Halus
No.V (M/s)
[NaCl] M
1. 0.0044 0.425
2. 0.0116 1,275
3. 0.0169 2.215
4. 0.0229 2.975
5. 0.0196 3.825
VV
= ( [ NaCl][ NaCl] )x
0.01690.0116
= ( 2.215 M1.275 M )x
1.457 = (1.737)x
Log 1.457 = (log 1.737)x
0.163 = ( 0.239)x
X= 0.1630.239
x = 0.68
B. Garam Kasar
No. V [NaCl]
1. 0.0055 0.425
2. 0.007 1.275
3. 0.0095 2.215
4. 0.0118 2.975
5. 0.0133 3.825
VV
= ( [ NaCl][ NaCl] )y
0.01330.0118
= ( 3.825 M2.975 M )y
1.127 = (1.286)x
Log 1.127 = (log 1.286)x
0.052 = (0.109)x
x= 0.0520.109
x = 0.48
4. Konstanta Laju
A. Garam Halus
k = V
[ NaCl]x
k = 0.02292.975
k = 0.011 S-1
B. Garam Kasar
k =V
[ NaCl] y
k = 0.01333.825
k = 0.007 S-1
5. Grafik
A. Garam Halus
No t (s) [NaCl] (M) 1/t (s-1)
1 96 0.425 0.0104
2 110 1.275 0.0091
3 126 2.215 0.0079
4 130 2.975 0.007
5 195 3.825 0.0051
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
f(x) = − 0.00149277879493548 x + 0.0110990249575467R² = 0.986202392370163
1/t Vs [NaCl]
Series2Linear (Series2)
[NaCl]
1/t
B. Garam Kasar
No [NaCl] (M) t (s)
1 0.425 77
2 1.275 182
3 2.215 223
4 2.975 252
5 3.825 288
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50
50
100
150
200
250
300
350
f(x) = 58.0619734826066 x + 79.9731908267741R² = 0.925778600930991
t Vs [NaCl]
Series2Linear (Series2)
[NaCl]
t
VII.CHEMICAL REACTION
NaCl(s) + H2O(aq) → Na+ + Cl-
VIII. DISCUSSION
Percobaan Kinetika reaksi redoks ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi
dan tetapan laju reaksi redoks. Dari percobaan ini sampel yang digunakan adalah
garam kasar dan garam halus dengan variasi massa dan penambahan akuades dengan
volume yang sama pada masing-masing massa bertujuan untuk membandingkan
pengadukan pada garam kasar dan garam halus terhadap kelarutan masing-masing
garam untuk tiap-tiap massa. Pengadukan dengan kekuatan yang sama atau tetap,
yaitu tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan bertujuan untuk mengukur waktu yang
dibutuhkan untuk melarutkan masing-masing garam pada tiap-tiap massa. Sebelum
dilakukan pengadukan, campuran didiamkan selama 1 menit bertujuan untuk
mengetahui larut tidaknya campuran tersebut apabila tidak dilakukan pengadukan.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, laju reaksi atau kecepatan
melarutnya atau kelarutan dari garam kasar dan garam halus yang memiliki rumus
molekul sama, yaitu NaCl, tidak langsung terurai menjadi ion-ionnya, jika
direaksikan dengan akuades, akan melarut dan juga terurai, seharusnya NaCl bias
dikatakan sebagai reaksi redoks apabila dibuat elektrolisis larutan NaCl dengan
menggunakan elektroda grafik, reaksi ini dapat dipengaruhi oleh pengadukan,
semakin banyak pengadukan maka semakin cepat melarut. Sifat dan keadaan zat
pelarutnya, pada garam kasar memiliki bentuk atau struktur yang besar sedangkan
pada garam harus memiliki bentuk atau struktur yang kecil sehingga lebih cepat
untuk melarut.
Zat yang memiliki ukuran kecil mempunyai luas permukaan besar, sehingga
memungkinkan jumlah tumbukkan makin banyak dan reaksi akan makin cepat. Itulah
sebabnya waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan garam halus pada tiap-tiap massa
lebih cepat dari pada garam kasar. Bedasarkan hasil pengamatan. Orde reaksi untuk
garam halus 0,68 dan untuk garam kasar 0,48 yang mana maisng-masing garam
berarti memiliki orde reaksi yang sama yaitu 0, pada orde reaksi nol (0), laju reaksi
tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Tetapan laju reaksi garam halus lebih
besar, yaitu 0,011 s-1 sedangkan garam kasar tetapan laju reaksi lebih kecil, yaitu
0,007s-1.
IX. QUESTION AND ANSWER
1. Jelaskan sifat-sifat dari reaksi redoks dalam suatu reaksi.
a.Reaksi yang melepas dan mengikat oksigen
Reduksi : reaksi yang melepas oksigen
Oksidasi : reaksi yang mengikat oksigen
b. Reaksi yang melepas dan mengikat elektron
Reduksi : reaksi yang mengikat elektron
Oksidasi : reaksi yang melepas elektron
c.Kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi
Reduksi : penurunan bilangan oksidasi
Oksidasi : kenaikan bilangan oksidasi
2. Jelaskan jenis orde reaksi beserta contohnya
a.Orde reaksi nol : jika perubahan konsentrasi reaktan tidak mempengaruhi laju
reaksi, besarnya hanya dipengaruhi besarnya k. V=k[x]0=k
b. Orde reaksi satu : perubahan konsentrasi berbanding lurus dengan kenaikan
laju reaksi
V=k[A]1[B]
c.Orde reaksi dua : bergantung pada dua reaktan yang masing-masing konsentrasi
salah satu reaktan dipangkatkan dua atau pada konsentrasi dua reaktan berbeda
yang masing-masing dipangkatkan 1. V=k[A]1[B]1
d. Orde reaksi tiga : bergantung pada konsentrasi dua reaktan berbeda yang
masing-masing dipangkatkan 1 dan 2. V=k[A]1[B]2
3. Sebutkan beberapa contoh proses di alam yang melibatkan reaksi redoks dan
buatlah bagaimana reaksi yang terjadi.
a.Peristiwa korosi besi : 4Fe + 3O2 → 2Fe2O3
b. Peristiwa pembentukan ATP : ADP + P
c.Peristiwa pembakaran gas metana : CH4 + 2O2 → CO2 + 2H
d. Penyepuhan emas : Au + e → Au
e.Pernafasan sel : C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O
XI. REFERENCE
Anton.2011. factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. http:// anton.
Blogspot.com/2011/05/ factor-faktor-yang-mempengaruhi-laju-html.
Diakses pada 30 November 2013.
Chang, R . 2003. Kimia Dasar Jilid 1 . Erlangga, Jakarta.
Chang, R . 2005. Kimia Dasar Jilid 11 . Erlangga, Jakarta.
Dogra, S . 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Ui-Press, Jakarta.
Keenan. 1996. Kimia untuk universitas. Erlangga, Jakarta.
Petrucci. 1985. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Tim Labor Kimia Fisika. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 1. FMIPA-UR,
Pekanbaru.
Vogel.1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
XII. ATTACHMENT
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu
ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat
dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat,
seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat
adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi
disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju
reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999).
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju
reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Laju
rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk
reaksi berikut:
A + B AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:
R = k [A]m [B]n
K sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi
(Petrucci, 1987).
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam
mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari
nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi
kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi,
memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Sifat dan ukuran pereaksi.
Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau
reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi
akan semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat
yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat
pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk
meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila
dibandingkan dalam bentuk bongkahan (Petrucci, 1987).
b. Konsentrasi.
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan
konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka
akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 (cepat)
H2S2O3 H2SO3 + S (lambat)
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 + S
Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung
menyambung). Pada reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan
laju reaksi keseluruhan. Dalam hal ini reaksi yang paling lambat ialah penguraian
H2S2O3 (Petrucci, 1987).
Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu
senyawa sering tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan
tekanan yang dapat digunakan dalam proses industri tidak mungkin berlangsung
dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak
bagi makhluk hidup (Hiskia, 1992).
c. Suhu Reaksi.
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan
energi tumbukan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi
secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan
persamaan sebagi berikut:
k = Ae-Ea/RT atau ln k = -Ea + ln A
RT
Dengan R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor
frekuensi) dan Ea = energi aktivasi yang bersangkutan (Petrucci, 1987).
d. Katalis
katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk memepercepat
jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk
kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi
katalis dan prosesnya disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan
diatas tanda panah (Petrucci, 1987).
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang
berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde
reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam
hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum
dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua
konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi
memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua
membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu.
Untuk mendapatkan grafik garis lurus (Hiskia, 1992).
Kinetika menggambarkan suatu study secara kuantitatif tentang perubahan-
perubahan kadar terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi ditentukan oleh
kecepatan terbentuknya zat hasil, dan kecepatan pengurangan reaktan. Tetapan
kecepatan (K) adalah faktor pembanding yang menunjukkan hubungan antara
kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan.
Misalnya:
Reaksi A + B C + D
mA + nB xC + yD
maka kecepatan reaksinya adalah :
V = = = = = K [A]m[B]n
Dimana K adalah konstanta kecepatan reaksi, m dan n merupakan orde reaksi
(Anonim, 2011).
Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari tetang proses
yang berhubungan dengan kecepatan atau laju suatu reaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Dalam praktek suatu reaksi kimia dapat berlangsung
dengan laju atau kecepatan yang berbeda-beda. Namun dalam kehidupan sehari-
harisering dijumpai teaksi yang berlangsung lambat. Oleh karena itu dengan
mempelajari kinetika kimia maka seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi laju
suatu reaksin dapat dikendalikan sehingga lebih hemat dan efisien (Tim Dosen
UNHAS, 2004).
Pengertian tentang laju reaksi adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi
per satuan waktu. Karena reaksi berlangsung kearah pembentukan hasil, maka laju
reaksi tak lain dari pengurangan jumlah pereaksi per satuan waktu, atau pertambahan
jumlah hasil reaksinper satuan waktu. Dimensi untuk waktu umumnya digunakan
menit atau detik, sedangkan satuan untuk jumlah pereaksi dan hasil reaksi adalah
konsentrasi molar (Tim Dosen UNHAS, 2004).
Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Satuan yang
umum adalah mol dm-3-1. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi, dan dapat dinyatakan dengan:
Laju = k f (C1, C2, … Ci)
Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta
kecepatan, C1,C2 … adaalah konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk
(Dogra, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi ialah: macam zat yang
mengadakan reaksi, konstr/tekanan, temperature, adanya katalisator dan radiasi yaitu
adanya sinar dengan panjang gelombang tertentu. Beberapa reaksi terjadi dengan
sangat cepat misalnya penetralan larutan asam kuat dengan basa kuat. Tetapi ada pula
reaksi yang berjalan sangat lambat, misalnya reaksi H2 dan O2 pada temperature
kamar tanpa adanya katalisator. Beberapa reaksi berjalan sangat lambat pada
temperature kamar, tetapi kecepatan reaksi ini akan bertambah dengan cepat pada
kenaikan temperature (Respati, 1981).
Orde reaksi menggambarkan bentuk matematik di mana hasil percobaan dapat
dtunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitunf secara eksperimen, dan hanya dapat
diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi yang dapat
ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan, sedangkan
harga eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde reaksi untuk
komponen itu (Dogra, 1984).
Waktu paruh (t1/2) suatu zat radioaktif merupakan waktu yang diperlukan oleh
separuh dari bobot awal tertentu dari zat itu untuk berubah menjadi zat lain. Waktu-
paruh ditentukan secara eksperimen dengan mencacah banyaknya pancaran dalam
suatu kurun waktu yang sesuai, oleh sautu contoh radioaktif yang bobotnya diketahui.
Unsure-unsur radioaktif tertentu mempunyai waktu-paruh yang amat pendek dan
unsur-unsur lain yang waktu-paruhnya amat panjang (Keenan, 1986).
Waktu paruh didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan bila separuh
konsentrasi dari suatu reaktan digunakan. Waktu paruh dapat ditentukan dengan tepat
hanya jika satu jenis reaksn terlibat, tetapi jika suatu reaksi berlangsung antara jenis
reaktan yang berbeda, waktu paruh harus ditentukan terhadap reaktan tertentu saja
(Dogra, 1984).