Download - Laporan Pendahuluan Rtr Bontang
PT. CELEBES PRATAMA KONSULTAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Provinsi Kawasan Industri Bontang
Provinsi Kalimantan Timur
Juli 2014
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
1 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................i
DAFTAR TABEL...............................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Maksud, Tujuan, Dan Sasaran....................................................................3
1.3 Ruang Lingkup...........................................................................................4
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan..............................................4
1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan..................................................................5
1.4 Rencana Kerja............................................................................................6
1.5 Sistematika Laporan...................................................................................7
BAB 2 TEORI, KONSEP DAN PENDEKATAN........................................10
2.1 Perencanaan Strategis.............................................................................10
2.2 Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi.................................................16
2.3 Perencanaan Klaster Industri...................................................................23
2.4 Perencanaan Kawasan Industri................................................................26
2.5 Kajian Preseden Kawasan Industri............................................................31
2.5.1 Kawasan Industri Jababeka............................................................32
2.5.2 Kawasan Industri Lippo Cikarang...................................................34
2.5.3 Shanghai Chemical Industrial Park (SCIP)......................................36
BAB 3 TINJAUAN KEBIJAKAN...........................................................40
3.1 Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Timur... .40
3.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Timur.........................................................................................
45
3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bontang...............................47
3.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada Provinsi Kalimantan Timur........................................................................49
3.5 Instruksi Presiden Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional...................................................................................................50
i
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
3.6 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Bontang Selatan............51
3.7 Masterplan Kelurahan Bontang Lestari....................................................53
3.8 Masterplan Pengembangan Kawasan Industri Kota Bontang...................54
BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN..........................56
4.1 Gambaran Umum Geografis dan Adminisitratif........................................56
4.2 Gambaran Umum Fisik dan Lingkungan...................................................59
4.3 Gambaran Umum Sosial Kependudukan..................................................66
4.4 Gambaran Umum Ekonomi......................................................................69
4.5 Gambaran Umum dan Isu Pengembangan Kawasan Industri di Kota Bontang....................................................................................................72
BAB 5 METODOLOGI.......................................................................77
4.6 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................77
4.6.1 Survei Primer.................................................................................77
4.6.2 Survei Sekunder.............................................................................78
4.7 Teknik Analisis..........................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................99
ii
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rencana Kegiatan..............................................................................9
Tabel 2.1 Kriteria Pertimbangan Pemilihan Lokasi Kawasan Industri..............31
Tabel 2.2 Perbandingan Preseden Kawasan Industri.......................................38
Tabel 4.1 Luas Administrasi Kelurahan di Kota Bontang.................................57
Tabel 4.2 Luas Kemiringan Lahan (Rata-rata) di Kota Bontang.......................60
Tabel 4.3 Penggunaan Lahan di Kota Bontang Tahun 2009............................61
Tabel 4.4 Luas Peruntukkan Lahan di Wilayah Daratan Kelurahan Bontang
Lestari..............................................................................................................63
Tabel 5.1 Standar Tingkat Kepadatan Penduduk.............................................81
Tabel 5.2 Standar Perhitungan Kebutuhan Sarana..........................................84
iii
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lingkup Wilayah Perencanaan...............................................................5
Gambar 2.1 Skema ABCs dari Perencanaan Strategis.............................................16
Gambar 2.2 Kedudukan RTR KSP dalam Penataan Ruang.......................................18
Gambar 2.3 Skema Rencana Kawasan Strategis Provinsi........................................20
Gambar 2.4 Model Dampak Lokasi Terhadap Persaingan.......................................25
Gambar 2.5 Master Plan Kota Jababeka..................................................................33
Gambar 2.6 Kondisi Eksisting Kawasan Industri Jababeka.......................................34
Gambar 2.7 Master Plan Lippo Cikarang.................................................................36
Gambar 2.8 Layout Shanghai Chemical Industrial Park...........................................37
Gambar 3.1 Lokasi Kawasan-Kawasan Strategis Provinsi di Kalimantan Timur.......45
Gambar 3.2 Peta Pembagian BWK di Kota Bontang................................................49
Gambar 3.3 Pembagian Zona Pada Masterplan Kelurahan Bontang Lestari............54
Gambar 4.1 Wilayah Administratif Kota Bontang dan Lokasi Kelurahan.................58
Gambar 5.1 Proses Teknis Penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang..........95
iv
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kerangka pendahuluan dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Kawasan
Industri Bontang yang meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup perencanaan, rencana kerja, serta sistematika penulisan laporan
pendahuluan ini.
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan amanat dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, ditekankan bahwa penyelenggaraan penataan
ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandasakan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional dengan terwujudnya keharmonisan antara
lingkungan alam dan lingkungan buatan, terwujudnya keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia, dan terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Hal
tersebut juga menimbang bahwa keberadaan ruang yang terbatas
sehingga dibutuhkan penyelenggaraan penataan ruang.
Pengaturan penataan ruang oleh Pemerintah Provinsi meliputi RTRW
Provinsi, RTR Kawasan Strategis Provinsi, dan arahan peraturan zonasi
sistem Provinsi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi. Sesuai
dengan pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelengaraan Penataan Ruang, dalam penyusunan dan penetapan
rencana rinci tata ruang salah satunya yaitu penyusunan dan penetapan
Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang
merupakan rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah Provinsi.
Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
1
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Perumusan rencana tersebut harus mengacu pada RTRW Provinsi serta
memperhatikan RTRW Kabupaten/Kota dimana Kawasan Strategis Provinsi
terletak, RPJP Nasional dan RPJP Provinsi, serta RPJM Nasional dan RPJM
Provinsi.
Muatan RTR KSP ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi kepentingan
provinsi dan berisi aturan terkait dengan hal-hal spesifik diluar
kepentingan pemerintah kabupaten/kota. Kepentingan provinsi pada KSP
merupakan dasar pertimbangan utama dalam penyusunan dan penetapan
RTRW kabupaten/kota serta menjadi acuan teknis bagi instansi sektoral
dalam penyelenggaraan penataan ruang. Fungsi dari RTR KSP yaitu
sebagai alat koordinasi dalam penyelenggaraan penataan ruang pada KSP
yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan, acuan dalam
sinkronisasi program Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
serta pihak swasta dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan
pembangunan untuk mewujudkan KSP, dan menjadi dasar pengendalian
pemanfaatan ruang KSP termasuk acuan ketentuan perizinan
pemanfaatan ruang.
Kota Bontang merupakan Kota di Kalimantan Timur yang diproyeksikan
menjadi Kota Industri. Kota Bontang memiliki peranan penting dalam misi
menyukseskan proyek MP3EI koridor Kalimantan sebagai pusat produksi
pengolahan hasil tambang dan energi nasional. Dalam PP Nomor 15
Tahun 2010, salah satu syarat penetapan Kawasan Strategis Provinsi dari
sudut kepentingan ekonomi yaitu adanya fungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan
energi. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, Kawasan Industri Bontang
diarahkan dalam RTRW Provinsi Kalimantan Timur untuk bergerak pada
basis sektor pengolahan Migas dan Kondensat. Dalam RPJMD Kota
Bontang terdapat rencana penyediaan lahan baru untuk kawasan industri
di Bontang Lestari dan dalam RTRW Kota Bontang juga terdapat arahan
untuk mengembangkan jaringan jalan dan infrastruktur pendukung
2
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
kawasan industri. Untuk mencapai perencanaan kawasan industri di Kota
Bontang yang merupakan salah satu kawasan strategis provinsi
Kalimantan Timur, diperlukan keterpaduan perencanaan dan
pembangunan sektoral dan wilayah/daerah melalui pendekatan wilayah
yang secara detail tertuang dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) Kawasan Industri Bontang secara komprehensif
dan berhirarki mulai tingkat Provinsi hingga pada tingkat Kabupaten/Kota.
1.2 Maksud, Tujuan, Dan Sasaran
Maksud dari kegiatan Penyusunan Materi Teknis RTR KSP adalah sebagai
wujud operasionalisasi RTRW Provinsi dan RTRW Kota Bontang dalam
rangka menciptakan kawasan yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan. Maksud tersebut dijabarkan dalam bentuk Penyusunan
Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Kawasan
Industri Bontang yang mampu mengakomodasi dinamika pertumbuhan
dan perkembangan wilayah ini hingga 20 tahun ke depan.
Tujuan dari kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Provinsi ini adalah:
a. Mengembangkan wilayah sekitar Kota Bontang dalam kerangka
penyelenggaraan penataan ruang wilayah Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
b. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi kawasan dengan tetap
mempertimbangkan aspek kelestarian sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, aspek ekonomi, dan aspek pengelolaan serta
kebijakan, serta aspek pembiayaan dan kelembagaan;
c. Mengatur pemanfaatan ruang Kawasan Industri Bontang dan
sekitarnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus
menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Sasaran-sasaran yang akan dicapai untuk dapat memenuhi tujuan
tersebut adalah:
3
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Tersusunnya Materi Teknis RTR KSP Kawasan Industri Bontang
sebagai substansi awal Penyusunan Raperda RTR KSP Kawasan
Industri Bontang, yang memuat:
I. Tujuan Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang
II. Rencana Struktur Ruang
III. Rencana Pola Ruang
IV. Arahan Pemanfaatan Ruang
V. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
VI. Pengelolaan
Tersedianya instrumen penataan ruang bagi Pemerintah Kota
Bontang dalam kerangka pengembangan wilayah secara efektif dan
efisien berdasarkan karakteristik kawasan bagi terciptanya
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penyusunan Materi Teknis Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Provinsi ini terbagi menjadi ruang lingkup wilayah
perencanaan dan ruang lingkup kegiatan.
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan
Ruang lingkup wilayah perencanaan dalam penyusunan Materi Teknis RTR
KSP Kawasan Industri Bontang berada salam salah satu Bagian Wilayah
Kota (BWK) Bontang atau Kecamatan Bontang Selatan, tepatnya bagian
dari Kelurahan Bontang Lestari. Berdasarkan RDTR dan Peraturan Zonasi
Kecamatan Bontang Selatan (2013), Kelurahan Bontang Lestari termasuk
dalam Bagian Wilayah Kota III (BWK-III) yang mempunyai fungsi utama
sebagai pusat pemerintahan kota, industri polusi ringan, dan pusat
kegiatan olahraga, sedangkan kegiatan pendukungnya adalah kawasan
lindung,permukiman, pariwisata, kawasan lindung, alur pelayaran,
perikanan dan bandar udara. Penentuan wilayah perencanaan Kawasan
Strategis Provinsi ini dilakukan dengan mempelajari arahan dan studi-
studi yang telah dilakukan sebelumnya. Peta yang menggambarkan
4
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
lingkup wilayah perencanaan terhadap Kota Bontang dapat dilihat pada
Gambar 1.1. Luas wilayah perencanaan Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan Industri Bontang yaitu sebesar 1820 Ha dengan delineasi
perencanaan memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Sungai Nyerakat
Selatan : Kabupaten Kutai Kertanegara
Barat : Hutan Lindung
Timur : Selat Sulawesi
Gambar 0.1
Lingkup Wilayah Perencanaan
Sumber: Hasil Pengolahan Data dan Analisis Tim, 2014
5
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup Kegiatan Penyusunan Materi Teknis RTR KSP Kawasan Industri
Bontang meliputi:
1. Tinjauan/kajian awal data sekunder, yaitu review kebijakan regional
dalam RTRW Kota Bontang dan kebijakan lainnya, dilanjutkan
kegiatan persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan
metodologi/metode dan teknik analisis serta penyiapan rencana
survei.
2. Pengumpulan data primer dan data sekunder untuk identifikasi
karakteristik wilayah perencanaan, meliputi antara lain fisik,
sumberdaya alam dan ekosistem, ekonomi, dan sosial budaya dan
penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah perencanaan.
3. Identifikasi potensi, permasalahan, peluang dan tantangan (SWOT)
secara kuantitatif pengembangan kawasan.
4. Pengolahan data untuk penyusunan RTR KSP, meliputi: analisis
karakteristik kawasan, analisis potensi dan masalah pengembangan
wilayah perencanaan, analisis kualitas kinerja kawasan.
5. Menyusunan Konsep RTR Kawasan, dilakukan berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan
beberapa alternatif konsep pengembangan kawasan.
6. Koordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk mencapai
kesepakatan dalam upaya pengembangan kawasan secara efektif
dan efisien berdasarkan potensi dan karakteristik kawasan agar
tercipta kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan
berkelanjutan.
1.4 Rencana Kerja
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini selama 6 (enam) bulan, terhitung
sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Tahapan kegiatan
penyusunan Mater Teknis Rencana RTR KSP Kawasan Industri Bontang
secara garis besar antara lain:
6
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
- Persiapan (studi pustaka dan pemahaman terhadap wilayah
perencanaan)
- Penyusunan laporan pendahuluan
- Survei lapangan
- Identifikasi kawasan perencanaan
- Merumuskan fakta dan analisis
- Penyusunan laporan antara
- Perumusan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi
- Penyusunan laporan akhir
Rencana kerja penyusunan Materi Teknis Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Provinsi Kawasan Industri Bontang secara detail dalam kurun
waktu yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 1.1.
1.5 Sistematika Laporan
Sistematka penulisan laporan pendahuluan Materi Teknis RTR KSP
Kawasan Industri Bontang adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang disusunnya
laporan pendahuluan kegiatan ini, maksud, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup, rencana kerja/timeline, dan sistematika penulisan laporan.
BAB 2 TEORI, KONSEP, DAN PENDEKATAN PERENCANAAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori-teori terkait serta konsep
dan pendekatan dengan mengacu pada literatur dan peraturan
perundang-undangan terkait yang meliputi perencanaan strategis,
perencanaan Kawasan Strategis Provinsi, perencanaan klaster industri,
perencanaan kawasan industri, dan studi perbandingan kawasan industri
di Cikarang.
BAB 3 TINJAUAN KEBIJAKAN
7
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Pada bab ini akan diuraikan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang yang terdiri atas tinjauan
terhadap Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah, Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Bontang, serta
Rencana Detail Tata Ruang Kota Bontang.
BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum wilayah perencanaan yang
terdiri dari kebijakan tata ruang dan pembangunan kawasan industri
Bontang serta gambaran mengenai Kota Bontang dan kawasan industri
Bontang yang termasuk juga kondisi eksisting dan isu-isu terkait
pengembangan kawasan industri di Kota Bontang.
BAB 5 METODOLOGI
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metodologi yang digunakan
dalam penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang yang terdiri atas
teknik pengumpulan data baik pengumpulan data primer maupun
sekunder serta teknik analisis data.
8
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Tabel 0.1 Rencana Kegiatan
PersiapanStudi pustakaPemahaman wilayah rencana
Analisis kawasan perencanaanAnalisis fisik dasarAnalisis kependudukanAnalisis struktur pelayanan kegiatanAnalisis struktur ruang
Analisis jaringan pergerakanAnalisis utilitas umumAnalisis Fasilitas umum
Analisis peruntukkan blokKelembagaan dan peran serta masyarakat
Perumusan Ketentuan Teknis RTR KSPTuuan, kebijakan, dan strategiKonsep pengembanganrencana struktur ruangArahan pemanfaatan ruangArahan pengendalian pemanfaatan ruang
Kelemb. & peran serta masyarakatSurvey lapanganPresentasiPenyerahan Laporan 1 2 3
Libur Iedul Fitri
DesemberKegiatan Oktober NovemberSeptemberJuli AgustusJuni
Keterangan1 Laporan Pendahuluan2 Laporan Antara3 Laporan Akhir
9
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
2 BAB 2
TEORI, KONSEP DAN PENDEKATAN
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai teori, konsep, serta pendekatan
yang digunakan dalam penyusunan laporan pendahuluan rencana tata
ruang kawasan strategis provinsi yang terdiri dari teori mengenai
perencanaan strategis, perencanaan KSP, perencanaan klaster industri,
serta kajian perbandngan kawasan industri di Cikarang.
2.1 Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan suatu upaya untuk menghasilkan
keputusan dan tindakan mendasar yang mampu membentuk dan
membimbing suatu organisasi atau entitas lain atas hal yang
dilakukannya dan alasan melakukan hal tersebut (Bryson, 2004).
Perencanaan strategis dapat membantu para pemimpin baik dari
kalangan pemerintah maupun organisasi non-profit untuk berpikir,
memahami, dan bertindak secara strategis. Perencanaan strategis ini
menjadi penting karena pemerintah, organisasi, maupun masyarakat
menghadapi banyak persoalan sulit yang perlu segera diselesaikan. Oleh
karena itu, melalui perencanaan strategis ini dapat dilakukan suatu
perencanaan sebagai suatu upaya untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang ada dengan fokus langsung kepada persoalan tersebut.
Berikut ini adalah skema ABCs dari perencanaan strategis yang
didalamnya terdapat intisari dari perencanaan strategis.
Dalam melakukan perencanaan strategis terdapat 10 tahapan yang
diungkapkan oleh Bryson (2004). Tahapan tersebut antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Menginisiasi dan menyetujui proses perencanaan strategis
Tahap pertama ini bertujuan untuk menegosiasikan persetujuan
antara pengambil keputusan internal dan eksternal terkait dengan
upaya serta langkah kunci perencanaan strategis. Pada tahap ini
10
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
dibutuhkan dukungan dan komitmen dari pengambil keputusan
tersebut.
2. Mengidentifikasi arahan dari organisasi
Secara formal dan informal, arahan ditempatkan di organisasi,
sesuai dengan kebutuhan, batasan, ekspektasi, tekanan, dan
halangan.Saat ini banyak anggota organisasi yang tidak memahami
arahan organisasi (terutama yang terkait hal-hal politik) yang
dihadapi oleh organisasi. Adapun kesalahan utama organisasi
antara lain adalah (1) tidak mengartikulasikan atau mengetahui hal
yang harus dilakukan, (2) mereka percaya bahwa banyak batasan
terkait hal-hal yang harus mereka lakukan, dan (3) mereka
beranggapan bahwa jika mereka tidak secara eksplisit diberitahu
harus melakukan sesuatu maka mereka tidak diizinkan untuk
melakukan pekerjaan tersebut.
3. Mengklarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi
Misi suatu organisasi akan berkaitan erat dengan arahan yang
dibebankan. Hal tersebut juga yang memberikan justifikasi
terhadap keberadaan organisasi tersebut. Untuk pemerintah,
intitusi pemerintahanmaupun organisasi nonprofit, hal tersebut
menandakan bahwa terdapat social atau political demands yang
harus dipenuhi oleh organisasi.
Selain memberikan justifikasi terhadap keberadaan organisasi, misi
dan nilai organisasi juga dapat mengatasi konflik yang kurang
penting dan menimbulkan diskusi dan aktivitas yang produktif
(Terry, 2001; Thompson, 2001, Nutt, 2002). Perkembangan dari
pernyataan misi harus tumbuh dari diskusi mengenai identitas
organisasi, tujuan, respon yang diinginkan terhadap stakeholder,
nilai dasar organisasi dan standar etnik. Diskusi tersebut dapat pula
menghasilkan suatu kerangka untuk deskripsi dari organisasi di
masa depan atau vission of success yang akan dijabarkan pada
step 8 (delapan).
11
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
4. Menilai lingkungan eksternal dan internal dalam rangka
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluan dan tantangan yang
ada
Tim perencana harus mendalami lingkungan di luar organisasi
untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi
organisasi dan juga mendalami lingkungan di dalam organisasi
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi.
Untuk melihat peluang dan tantangan dapat dilakukan dengan
mengawasi trends dan event, termasuk di dalamnya yang terkait
dengan politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan lingkungan fisik.
Saat ini organisasi seringkali cenderung melihat tantangan yang
dihadapi, sehingga peluang yang ada cenderung diabaikan.
Selain melakukan pengawasan terhadap trends dan event, tim
perencana juga harus mengawasi kelompok stakeholder eksternal,
terutama yang mempengaruhi arus sumber daya, seperti
pelanggan, klien, pembayar atau sponsor, pembuat kebijakan dan
badan lainnya yang terkait. Dengan melihat tantangan dan
peluang, serta analisis stakeholder, maka akan dapat dilakukan
identifikasi terhadap critical success factor suatu organisasi.
Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal,
organisasi dapat memonitor sumber daya (input), strategi saat ini
(proses) dan performa (hasil). Saat ini organisasi banyak memiliki
data mengenai input, seperti gaji, supplier, namun belum banyak
yang memahami nilai dasar, kompetisi dan budaya.
5. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi oleh organisasi
Keempat tahapan pertama mengacu pada tahap kelima ini. 4
(empat) tahap pertama didesain untuk memperlambat proses
perencanaan strategis sehingga anggota tim perencana memiliki
waktu untuk mengumpulkan data dan berinteraksi agar kebijakan
yang dibutuhkan dapat diputuskan.
Perencanaan strategis fokus pada cara untuk mencapai kesesuaian
antara organisasi dengan lingkungannya. Perhatian terhadap
12
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
mandat dan lingkungan eksternal dapat dipikirkan sebagai
perencanaan dari luar ke dalam. Perhatian terhadap misi dan nilai
organisasi dan lingkungan internal dapat diartikan sebagai
perencanaan dari dalam ke luar.
Pada dasarnya, isu strategis melibatkan konflik satu sama lain.
Konflik tersebut melibatkan ends (what), means (how much),
philosophy (why), location (how much), timin (when) dan entities
advantaged or disadvantaged by different ways of resolving issues
(who). Untuk “menaikkan” isu tersebut dan mengatasi secara
efektif, organisasi harus siap untuk berhadapan dengan konflik
yang tidak dapat dihindari. Pernyataan dari isu strategis harus
terdiri dari 3 (tiga) elemen, yaitu:
a. Isu harus dideskripsikan dengan ringkas
b. Tim perencana harus membuat daftar faktor yang membuat
isu tersebut menjadi tantangan penting
c. Tim perencana harus mempersiapkan pernyataan dari
konsekuensi kegagalan untuk mengatasi isu tersebut
Setelah isu disiapkan, organisasi dapat mengetahui jenis isu
strategis dan seberapa strategis isu tersebut. Jenis dari isu strategis
di antaranya adalah sebagai berikut.
Isu yang mengubah organisasi dan bisnis inti (core business)
Isu yang tidak membutuhkan tindakan organisasi saat ini tapi
harus terus dimonitor
Isu yang ada di permukaan dan membutuhkan tindakan di
masa depan dan mungkin beberapa tindakan saat ini
Isu yang membutuhkan respon cepat dan tidak dapat diatasi
dengan cara biasa
6. Merumuskan strategi untuk mengendalikan isu-isu tersebut
Strategi dapat didefinisikan sebagai pola dari tujuan, kebijakan,
program, tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang
13
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
mendefiniskan organiasi, hal yang dilakukan oleh organisasi dan
alasan atas hal yang dilakukan tersebut.
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan strategi
diantaranya adalah pengembangan strategi melalui proses five-part
yang berbasis pada karya dari Institute of Cultural Affairs (Spencer,
1989) dan pengembangan strategi melalui suatu mapping process,
yakni untuk menunjukkan hubungan antara berbagai pilihan
sehingga dapat terlihat kesesuaiannya dengan pola yang telah
disebutkan sebelumnya.
7. Melakukan peninjauan ulang dan mengadopsi strategi-strategi atau
rencana strategis
Setelah strategi disusun, tim perencana memerlukan pertimbangan
untuk mengambil keputusan secara resmi terkait strategi tersebut
diadopsi kembali dan dapat diimplementasikan. Untuk memastikan
strategi atau rencana, tim perencana harus terus menerus
memperhatikan tujuan, fokus dan kepentingan dari masing-masing
stakeholder baik internal maupun eksternal (Borins, 2000).
8. Membuat visi organisasi yang efektif
Pada tahap ini organisasi mengembangkan deskripsi untuk
memberikan gambaran ketika rencana strategis telah berhasil
diimplementasikan dan mencapai potensi maksimal. Deskripsi
tersebut termasuk didalamnya antara lain misi organisasi, nilai dan
filosofi, strategi dasar, kriteria performa, peraturan penting dan
standar etis untuk seluruh karyawan.
9. Mengembangkan proses implementasi yang efektif
Menyusun perencanaan strategis saja tidak cukup, karena
perubahan yang muncul dari strategi yang telah diadopsi juga
harus diintegrasikan pada sistem. Berpikir strategis mengenai
implementasi dan mengembangkan rencana implementasi
merupakan tugas penting untuk menyadari strategi pada tahap 6
(enam).
Adapun action plans terdiri dari:
14
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Peran implementasi dan tanggung jawab dari badan, tim
organisasi dan individu
Hasil yang diharapkan dan tujuan yang spesifik dan milestones
Langkah tindakan yang spesifik dan detail yang relevan
Jadwal
Sumber daya yang dibutuhkan
Proses komunikasi
Peninjauan ulang, pengawasan dan prosedur perbaikan
Proses akuntabilitas
10.Melakukan penilaian kembali terhadap strategi dan proses
perencanaan strategis
Setelah proses implementasi disiapkan, organisasi harus
melakukan peninjauan kembali terhadap strategi dan proses
perencanaan strategis sebagai rencana strategis yang baru. Jika
sebelumnya organisasi sudah mempunyai rencana strategis, maka
rencana yang baru dapat menjadi bagian dari proses implementasi.
Akan tetapi jika sebelumnya belum pernah atau sudah lama tidak
membuat perencanaan strategis, maka tahapan ini akan menjadi
tahapan yang terpisah. Organisasi harus fokus pada strategi yang
sukses, dan menalaah strategi yang harus dipertahankan, diganti
atau dihentikan. Adapun strategi yang tidak berhasil harus
dihentikan.
Adapun manfaat dari perencanaan strategis antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi perencanaan, melalui
peningkatan performa organisasi, penindaklanjutan misi,
pemenuhan arahan, lebih cepat merespon keadaan, dan hanya
membutuhkan sumber daya yang relative sedikit.
2. Meningkatkan pemahaman terhadap situasi lokal. Organisasi
dituntut untuk fokus dan memahami situasi yang dihadapi suatu
15
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
daerah secara koheren sehingga keputusan yang diambil dapat
tepat sasaran.
3. Meningkatkan kemampuan organisasi, terutama dalam
menganalisa, menjawab arahan, merumuskan strategi dan
berkomunikasi dengan stakeholder lain yang terkait.
Gambar 2.2Skema ABCs dari Perencanaan Strategis
Sumber: Bryson & Alston, 2004
2.2 Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi
Berdasarkan PP Nomor 15 Tahun 2010, perencanaan tata ruang suatu
proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pelaksanaan
perencanaan tata ruang diselenggarakan untuk menyusun rencana tata
ruang sesuai prosedur, menentukan rencana struktur ruang dan pola
16
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
ruang yang berkualitas, dan menyediakan landasan spasial bagi
pelaksanaan pembangunan sektoral dan kewilayahan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan perencanaan tata ruang meliputi
prosedur penyusunan penetapan rencana umum tata ruang dan prosedur
penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang. Rencana tata ruang
sebagai hasil dari perencanaan tata ruang merupakan acuan bagi
pemanfaatan ruang untuk seluruh kegiatan yang memerlukan ruang
melalui kegiatan pembangunan sektoral dan pengembangan wilayah.
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Provinsi tergadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Dalam
pasal 39 PP Nomor 15 Tahun 2010 disebutkan bahwa penyusunan dan
penetapan rencana rinci tata ruang salah satunya meliputi penyusunan
dan penetapan rencana tata ruang strategis provinsi. Rencana tata ruang
kawasan strategis provinsi tersebut merupakan rencana rinci dari rencana
tata ruang wilayah provinsi. Penataan ruang kawasan strategis dilakukan
untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan
dalam mendukung penataan ruang wilayah. Kawasan strategis terdiri atas
kawasan yang memiliki nilai strategis yang meliputi:
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan;
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam an/atau teknologi tinggi; dan
e. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya guna
lingkungan hidup.
Berdasarkan pasal 48 PP Nomor 15 Tahun 2010, kriteria kawasan
strategis dari sudut kepentingan ekonomi merupakan aglomerasi
berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:
17
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
a. Potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;
c. Potensi ekspor;
d. Dukungan kawasan perumahan dan permukiman yang dilengkapi
dengan jaringan prasarana dan utilitas, serta sarana pemerintahan
penunjang kegiatan ekonomi;
e. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan; atau
g. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi.
Gambar 2.3Kedudukan RTR KSP dalam Penataan Ruang
18
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Sumber: Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR
Kota
Prosedur penyusunan rencana tata ruang untuk rencana tata ruang
kawasan strategis provinsi meliputi proses penyusunan Rencana Tata
Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP), pelibatan peran
masyarakat di tingkat provinsi dalam penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Provinsi, dan pembahasan rancangan Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Provinsi oleh pemangku kepentingan di tingkat
provinsi. Proses penyusunan rencana kawasan strategis tersebut
dilakukan melalui tahapan:
a. Persiapan penyusunan meliputi:
1. Penyusunan kerangka acuan kerja;
2. Metodologi yang digunakan; dan
3. Penyelenggaraan kegiatan penyusunan rencana tata ruang
kawasan strategis provinsi.
b. Pengumpulan data paling sedikit meliputi:
1. Data wilayah administrasi;
2. Data fisiografis;
3. Data kependudukan;
4. Data ekonomi dan keuangan;
5. Data ketersediaan prasarana dan sarana dasar;
6. Data penggunaan lahan;
7. Data peruntukan ruang; dan
8. Peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan.
c. Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi teknik analisis
yang terkait dengan nilai strategis kawasan yang dimilikinya.
d. Perumusan konsepsi rencana paling sedikit harus:
1. Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang.
2. Memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
yang menjadi bagian dari Kawasan Strategis Provinsi (KSP) atau
19
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
dimana KSP terletak, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Nasional dan Provinsi, dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional dan Provinsi.
3. Merumuskan tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan
Kawasan Strategis Provinsi dan konsep pengembangan Kawasan
Strategis Provinsi.
e. Penyusunan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana
tata ruang kawasan strategis provinsi yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Gambar 2.4Skema Rencana Kawasan Strategis Provinsi
Sumber: Hasil Tinjauan Literatur, 2014
RTR KSP disusun berdasarkan tipologi yang dimaksudkan untuk
menentukan muatan RTR KSP yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan sudut kepentingan dan kriteria nilai strategis
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 dan isu strategis.
Berdasarkan acuan kepada Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan RTR KSN, terdapat 10 tipologi yang ditetapkan
sebagai berikut:
20
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
1. Kawasan pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan negara
dan wilayah pertahanan)
2. Kawasan perkotaan yang merupakan kawasan metropolitan
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
4. Kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (non-KAPET)
5. Kawasan warisan budaya/adat tertentu
6. Kawasan teknologi tinggi
7. Kawasan SDA di darat
8. Kawasan hutan lindung-taman nasional
9. Kawasan rawan bencana
10.Kawasan ekosistem termasuk kawasan kritis lingkungan
Berdasarkan tipologi tersebut, Kawasan Industri Bontang termasuk dalam
tipologi kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus. Berdasarkan RTRW
Kalimantan Timur Tahun 2012-2032, Kota Bontang diarahkan untuk
bergerak pada basis sektor pengolahan migas dan kondensat yang
memiliki peranan penting dalam misi menyukseskan implementasi MP3EI
koridor Kalimantan Timur sebagai pusat produksi pengolahan hasil
tambang dan energi nasional. Berdasarkan tipologi tersebut, kawasan
ekonomi dengan perlakuan khusus memiliki fokus dalam rangka
mewujudkan kawasan ekonomi dengan batas area tertentu yang mampu
berdaya saing melalui insentif fiskal dan nonfiskal serta dukungan sistem
jaringan prasarana yang handal.
Delineasi merupakan batasan yang ditetapkan berdasarkan kriteria
tertentu yang digunakan sebagai batas wilayah perencanaan RTR KSP.
Delineasi KSN mencakup kawasan yang mempunyai kawasan inti dan
kawasan penyangga atau yang tidak mempunyai kawasan inti dan
kawasan penyangga yang penetapannya didasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan teknis sektoral.
Berdasarkan tipologi kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus, dalam
menentukan delineasi perlu mempertimbangkan:
a. Keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan kawasan penyangga:
21
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
- Kawasan inti pada kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus
(non-KAPET), yaitu kawasan dengan batas tertentu dan
memperoleh fasilitas tertentu untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian tertentu.
- Kawasan penyangga pada kawasan ekonomi dengan perlakuan
khusus (non-KAPET), yaitu kawasan dengan radius tertentu dari
batas kawasan inti dengan perlakuan khusus yang memiliki
fungsi melindungi kawasan inti ataupun terpengaruh oleh
kawasan inti.
b. Ketentuan peraturan perundang-undangan
Skala peta pada tipologi kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus
(non-KAPET) yaitu 1:25.000–1:10.000. Muatan yang diatur dalam tipolgi
kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (non-KAPET) dalam
penyusunan RTR KSP yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang, dirumuskan
dengan mempertimbangkan:
a. Posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di
sekitar kawasan;
b. Sektor utama pendukung kawasan ekonomi dengan perlakuan
khusus;
c. Ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman;
d. Infrastruktur ekonomi; dan
e. Area terbangun sekitar kawasan.
2. Konsep Pengembangan
a. Rencana struktur ruang, terdiri atas:
1. Sistem pelayanan yang ada pada RTRW;
2. Sistem jaringan prasarana dan sarana untuk mendukung
fungsi kawasan, meliputi: sistem jaringan prasarana utama
yang mendukung aksesibilitas kawasan ekonomi perlakuan
khusus dengan pusat kegiatan eknoomi lain dan sistem
22
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
jaringan prasarana lainnya yang terintegrasi dengan
rencana sistem utama pada RTRW.
b. Rencana pola ruang, terdiri atas:
1. Rencana pola ruang di kawasan inti yang meliputi ruang-
ruang untuk berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan
ruang pendukung kegiatan terkait dengan perlindungan
kawasan; dan
2. Rencana pola ruang kawasan penyangga yang lebih
menekankan kepada fungsi penyangga yang membedakan
aktivitas kawasan inti dengan kawasan di sekitarnya. Fungsi
penyangga ini antara lain dimaksudkan untuk menjaga
tingkat kesehatan masyarakat di sekitar kawasan industri.
3. Arahan Pemanfaatan Ruang
Penentuan arahan pemanfaatan ruang dilakukan dengan
mempertimbangkan perwujudan konsep pengembangan KSP yang
dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu
pelaksanaannya disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan
RTRWN) beserta indikasi sumber pembiayaan.
4. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Penentuan arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSP dilakukan
dengan mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar
pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan RTR KSP.
5. Pengelolaan
Penentuan pengelolaan KSP dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan penanganan kawasan sesuai dengan tipologi KSP.
2.3 Perencanaan Klaster Industri
Salah satu konsep yang mendasari konsep klaster industri ini adalah
konsep yang diungkapkan oleh Porter. Porter dalam Clark, Feldman, dan
Gertler (2000) mendefinisikan klaster sebagai sekumpulan perusahaan-
23
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
perusahaan serta institusi-institusi pada bidang tertentu yang berdekatan
secara geografis dan saling terkait karena commonalities dan
complementarities. Ruang lingkup geografis tersebut tidak rigid, yakni
dapat berupa kawasan, kota, provinsi, negara hingga sekumpulan negara
yang berdekatan. Bentuk pengembangan klaster ini juga beragam
menyesuaikan dengan kedalaman dan tingkat keahlian yang dimiliki oleh
setiap perusahaan dan institusi pembangun klaster tersebut. Akan tetapi
sebagian besar klaster industri akan mencakup perusahaan end-product
atau jasa; pemasok input spesifik untuk klaster industri; komponen,
mesin, dan jasa; institusi keuangan; serta perusahaan industri lainnya
yang terkait (Porter dalam Clark et al, 2000). Dalam keberjalanannya,
pengembangan klaster industri juga membutuhkan kerjasama yang baik
dengan stakeholder lain yang berpengaruh seperti pemerintah dan
lembaga pendidikan baik dari segi pembuatan kebijakan, pendidikan,
informasi, dsb yang mampu mendorong kemajuan klaster industri. Pada
gambar 2.4 ditunjukkan model dampak lokasi terhadap persaingan
menggunakan 4 (empat) faktor yang memengaruhi menurut Porter dan
Clark et al (2000).
Pembentukan klaster industri dapat dilakukan dengan banyak cara.
Menurut Breault dalam Cherroun (2014), seringkali jika terdapat tenaga
kerja yang sesuai, lokasi yang diinginkan, sumber daya melimpah,
infrastruktur bisnis yang mendukung atau penelitian akademik satu
kelopok perusahaan akan mengembangkan klaster industri di kawasan
tersebut. Pembentukan klaster industi juga bisa saja dilakukan jika para
pemilik perusahaan melihat secara lebih mendalam terkait hambatan dan
peluang pada suatu kawasan sehingga dapat diketahui dengan jelas
keterkaitan industri dan infrastruktur yang dibutuhkan. Kemudian,
pembentukan klaster industri juga harus dikelompokkan berdasarkan
karakteristik, tujuan, dan faktor yang dapat mendorong kemajuan klaster
tersebut (Cherroun, 2014). Selain itu juga perlu dipertimbangkan faktor-
faktor yang juga turut memengaruhi klaster industri, Menurut Cherroun
24
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
(2014), faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pembentukan
klaster diantaranya adalah tingkat life-cycle klaster industri, intensitas
dari interkoneksi antara anggota klaster dengan stakeholder lain di area
setempat, serta keberadaan sinergisme dalam klaster.
Gambar 2.5 Model Dampak Lokasi Terhadap Persaingan
Sumber: Porter dalam Clark et al, 2000
Kemudian terkait dengan batas klaster industri, dalam merencanakan
batasan klaster industri diperlukan suatu pengamatan mendalam untuk
memahami keterkaitan yang paling penting dan complemetarities antara
25
Faktor kualitas
Faktor spesialisasi
Keberadaan kapabilitas, pemasok lokal
Keberadaanpersaingan antar industri yang berhubungan
Keadaan lokalyang mampu mendorong investasi dan sustained upgrading
Kompetisi yang kuat diantara pesaing lokal
Faktor kuantitas dan biaya (input)
Sumber daya alam
Sumber daya manusia
Sumber daya capital
Infrastruktir fisik
Infrastruktur administrasi
Infrastruktur informasi
Infrastruktur sains dan teknologi
Keadaan untuk Strategi
Perusahaan dan Persaingan
Kondisi Faktor (Input)
Kondisi Demand
Industri yang mendukung dan
terkait
Pelanggan lokal yang sophisticated dan demanding
Permintaan lokal yang tidak biasa dalam segmen yang terspesialisasi yang dapat dilayani secara global
Kebutuhan pelanggan yang dapat mengantisipasi kebutuhan orang di luar kawasan
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
perusahaan-perusahaan dan institusi-institusi yang ada. Akan tetapi
batas-batas klaster tersebut dapat berubah-ubah seiring dengan
keberjalanannya. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh
munculnya perusahaan baru, penurunan performa perusahaan yang telah
ada, pengembangan dan perubahan institusi yang terkait, perkembangan
teknologi, kondisi market, serta peraturan-peraturan terkait (Porter dalam
Clark et al, 2000).
Dalam pengembangan klaster industri ini tentunya diperlukan suatu
kerangka kerja yang dapat menjadi pedoman pengembangan klaster
industri. Menurut Information Design Associates [IDeA] (1997), berikut ini
adalah langkah-langkah yang disarankan dalam membentuk kerangka
kerja pengembangan klaster:
1. Memobilisasi stakeholder dan karyawan yang memiliki komitmen
tinggi terhadap pengembangan klaster;
2. melakukan penilaian terhadap kluster industri yang sudah ada
sebelumnya;
3. membantu meningkatkan kolaborasi dengan melibatkan seluruh
perusahaan dan institusi dalam kawasan; serta
4. mengimplementasikan rencana sebagai suatu hasil dari proses
kolaborasi.
Pengembangan klaster ini mampu meningkatkan daya saing suatu
kawasan. Menurut Porter dalam The Hill Group [THI] (2003)
Pengembangan berbasis klaster menawarkan hal-hal lokal seperti
pengetahuan, hubungan kerjasama, dan motivasi yang tidak dapat
dibandingkan dengan pesaing di kawasan lain. Oleh karena itu, suatu
kawasan yang mendorong kekuatan klaster yang ada didalamnya akan
mendapatkan hasil yang nyata (THG, 2003). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa suatu kawasan yang fokus pada kekuatan lokal dan
mendorong kekuatan tersebut akan dapat meningkatkan perekonomian
kawasan secara efektif dan efisien.
26
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
2.4 Perencanaan Kawasan Industri
Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah
memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Sedangkan kawasan peruntukkan
industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan
industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan. Berdasarkan PP Nomor 24
Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, pembangunan kawasan industri di
wilayah Kabupaten/Kota dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota. Pembangunan kawasan industri bertujuan
untuk:
a. Mengendalikan pemanfaatan ruang;
b. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan
lingkungan;
c. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;
d. Meningkatkan daya saing industri;
e. Mengingkatkan daya saing investasi;
f. Memberikan jaminan kepastian lokasi dalam perencanaan dan
pembangunan infrastruktur yang terakomodasi antar sektor terkait.
Dalam pasal 7 PP Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri
dijelaskan bahwa perusahaan industri yang akan menjalankan industri
wajib berlokasi di kawasan industri. Kewajiban tersebut dikecualikan bagi:
a. Perusahaan industri yang menggunakan bahan baku dan/atau
proses produksinya memerlukan lokasi khusus.
b. Industri mikro, kecil, dan menengah.
c. Perusahaan industri yang akan menjalankan industri dan berlokasi
di daerah Kabupaten/Kota yang belum memiliki kawasan industri
atau yang telah memiliki kawasan industri namun seluruh kaveling
industri dalam kawasan industrinya telah habis.
27
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Dasar pertimbangan industri mewajibkan industri baru masuk dalam
kawasan industri yaitu agar industri yang dibangun sesuai dengan tata
ruang, akrab lingkungan, memiliki pengelolaan yang efektif dan efisien,
serta memudahkan dalam perencanaan dan pengadaan infrastruktur
yang diperlukan. Dengan dibangunnya kawasan industri diharapkan dapat
memberikan dampak sebagai berikut:
a. Memberi kemudahan bagi dunia usaha untuk memperoleh kaveling
industri siap bangun yang sudah dilengkapi berbagai infrastruktur
yang memadai;
b. Memberikan kepastian hukum lokasi tempat usaha, sehingga
terhindar dari segala bentuk gangguan dan diperolehnya rasa
aman bagi dunia usaha;
c. Mengatasi permasalahan tata ruang sekaligus mengendalikan
masalah dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
industri.
Dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri disebutkan bahwa perusahaan Kawasan Industri wajib
menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah,
memfasilitasi perizinan dan hubungan industrial bagi Perusahaan Industri
yang berada di Kawasan Industri, dan memenuhi pedoman teknis
Kawasan Industri. Kawasan Industri juga harus memiliki Tata Tertib
Kawasan Industri. Tata Tertib Kawasan Industri paling sedikit memuat
mengenai:
a. Hak dan kewajiban masing-masing pihak;
b. Ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup sesuai hasil studi Analisis Dampak Lingkungan,
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan;
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait; dan
28
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
d. Ketentuan lain yang ditetapkan olej pengelola Kawasan Industri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, disebutkan bahwa dalam
pengembangan kawasan industri perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Kesesuaian Tata Ruang
Pemilihan, penetapan dan penggunaan lahan untuk kawasan
industri harus sesuai dan mengacu pada ketentuan yang
ditetapkan oleh Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, maupun
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kesesuaian tata ruang
merupakan landasan pokok bagi pengembangan kawasan industri
yang akan menjamin kepastian pelaksanaan pembangunan.
b. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Pengembangan kawasan industri mempersyaratkan dukungan
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai.Dalam upaya
mengembangkan suatu kawasan industri perlu mempertimbangkan
faktor-faktor yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana
seperti:
1. Tersedianya ases jalan yang dapat memenuhi kelancaran arus
transportasi kegiatan industri;
2. Tersedianya sumber energi yang mampu memenuhi kebutuhan
kegiatan industri baik dalam hal ketersediaan, kualitas,
kuantitan dan kepastian pasokan;
3. Tersedianya sumber air sebagai air baku industri baik
bersumber dari air permukaan, PDAM, air tanah; dengan
prioritas utama yan berasal dari air permukaan yang dikelola
oleh Perusahaan Kawasan Industri;
4. Tersedianya sistem jaringan telekomunikasi untuk kebutuhan
telepon dan komunikasi data;
5. Tersedianya fasilitas penunjang lainnya seperti kantor
pengelola, unit pemadam kebakaran, bank, kantor pos,
29
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
poliklinik, kantin, sarana ibadah, perumahan kawasan industri,
pos keamanan, sarana olahraga, halte angkutan umum, dan
sarana penunjang lainnya sesuai dengan kebutuhan
c. Ramah Lingkungan
Dalam pengembangan kawasan industri, pengelola kawasan
industri wajib melaksanakan pengendalian dan pengelolaan
lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,
dimana kawasan industriwajib dilengkapi dengan dokumen Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL adalah kajian
mengenai dampak besar dan pentingnya suatu kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
d. Efisiensi
Aspek efisiensi merupakan landasan pokok dalam pengembangan
kawasan industri. Bagi pengguna kaveling akan mendapatkan
lokasi kegiatan industri yang sudah tertata dengan baik dimana
terdapat beberapa keuntungan seperti bantuan proses perijinan,
ketersediaan sarana dan prasarana. Sedangkan bagi pemerintah
daerah akan menjadi lebih efisien dalam perencanaan
pembangunan prasarana yang mendukung dalam pengembangan
kawasan industri
e. Keamanan dan Kenyamanan Berusaha
Situasi dan kondisi keamanan yang stabil merupakan salah satu
jaminan bagi keberlangsungan kegiatan kawasan industri. Untuk itu
diperlukan adanya jaminan keamanan dan kenyamanan berusaha
dari gangguan keamanan seperti ketertiban masyarakat, tindak
anarkis dan gangguan lainnya terhadap kegiatan industri.
Berkembangnya suatu kawasan industri tidak terlepas dari pemilihan
lokasi kawasan industri yang akan dikembangkan, karena sangat
diperngaruhi oleh beberapa faktor/variabel di wilayah lokasi kawasan.
30
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Selain itu dengan dikembangkannya suatu kawasan industri juga akan
memberikan dampak terhadap beberapa funsgi di sekitar lokasi kawasan.
Oleh sebab itu, beberapa kriteria menjadi pertimbangan di dlam
pemilihan lokasi kawasan industri antara lain:
a. Jarak ke pusat kota
b. Jarak terhadap permukiman
c. Jaringan yang melayani
d. Jaringan fasilitas dan prasarana
e. Topografi
f. Jarak terhadap sungai atau sumber air bersih
g. Kondisi lahan
h. Ketersediaan lahan
i. Harga lahan
j. Orientasi lokasi
k. Pola tata guna lahan
l. Multiplier effects
Secara ringkas, kriteria pertimbangan pemilihan lokasi kawasan industri
berdasarkan penjabaran dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35
Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.
31
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Tabel 2.2Kriteria Pertimbangan Pemilihan Lokasi Kawasan Industri
No. Kriteria Pemilihan Lokasi
Faktor Pertimbangan
1. Jarak ke Pusat Kota Minimal 10 km
2. Jarak terhadap permukiman
Minimal 2 (dua) km
3. Jaringan jalan yang melayani
Arteri primer
4. Sistem jaringan yang melayani
Jaringan listrik Jaringan listrik
5. Prasarana angkutan Tersedia pelabuhan laut sebagai outlet (export/import)
6 Topografi/kemiringan tanah
Maksimal 15%
7. Jarak terhadap sungaiMaksimal 5 (lima) km dan terlayani sungan tipe C dan D atau kelas III dan IV
8. Daya dukung lahan Sigma tanah : 0,7 – 1,0 kg/cm2
9. Kesuburan tanah Relatif tidak subur (non irigasi teknis)
10. Peruntukan tanah Non Pertanian Non Permukiman Non Konservasi
11. Ketersediaan lahan Minimal 50 Ha
12. Harga lahanRelatif (bukan merupakan lahan dengan harga yang tinggi di daerah tersebut)
13. Orientasi lokasi Aksesibilitas tinggi Dekat dengan potensi Tenaga Kerja
14. Multiplier Effects
Bangkitan lalu lintas = 5,5 smp/ha/hari
Kebutuhan lahan industri dan multipliernya = 2 x luas perencanaan Kl
Kebutuhan rumah (1,5 TK ~ 1 KK Kebutuhan Fasum –Fasos
Sumber: Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010
2.5 Kajian Preseden Kawasan Industri
32
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Kajian preseden kawasan industri dilakukan sebagai masukan terhadap
penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dengan
melihat fasilitas, pengelolaan serta standar-standar yang dipergunakan
dalam kawasan industri yang dijadikan preseden. Terdapat beberapa
kawasan industri yang dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang industri dan
memiliki keterkaitan dengan kawasan di sekitarnya baik berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri sehingga dapat menjadi acuan dalam
penyusunan rencana kawasan industri di Bontang. Beberapa preseden
yang akan dikaji lebih jauh yaitu kawasan industri di Cikarang (Jababeka
dan Lippo), dan Shanghai Chemical Industry Park.
2.5.1 Kawasan Industri Jababeka
Jababeka Industri Estate I, II (PT. Jababeka Tbk) di Cikarang dikembangkan
pada tahun 1989 dengan luas ± 5.600 ha, dimana kawasan saat ini telah
berkembang menjadi kota mandiri dengan nama Kota Jababeka dan
memiliki Dewan Council sendiri. Untuk kawasan industri dikembangkan
dengan luasan 1.570 ha, yang terdiri dari 1500 perusahaan, dari 30
negara (USA, United Kingdom, France, Germany, Australia, Japan, China,
Korea dsb) dan tenaga kerja sebanyak ± 730,000 orang. Jenis bangunan
industri meliputi: standard factory building (SFB), three-in-one building
(TOB), supporting industrial building (SOB), R&B building, Home & Bizz
building, modern warehouse and customized industrial building (CIB).
Prasarana, sarana dan utilitas Jababeka cukup lengkap, meliputi:
instalasi pengolahan air bersih (water treatment plant) sebanyak 2 unit
dengan kapasitas 500 liter/detik yang dapat diperbesar sampai 1000
liter/detik, Instalasi pengolahan air limbah (sewage - (waste water
treatment plant) sebanyk 2 unit dengan kapasitas 325 liter/detik yang
dapat diperbesar menjadi 600 liter/detik,jaringan telepon dengan
kapasitas 25.000 sambungan, pembangkit tenaga listrik (private power
plant), serta Pelabuhan Darat Cikarang (Cikarang Dry Port) yang
melayani kebutuhan kawasan industri di Cikarang dan Karawang.
33
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Selain Industri, Kota Jababeka juga memiliki fasilitas perumahan dengan
31.000 rumah dan penduduk 1,168,000 jiwa, sedangkan untuk
fasilitas komersial berupa central busines district (CBD) dengan 24
mall/shopping centre, 8 hotel/apartemen, fasilitas pendidikan dari tingkat
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, medical centre dan rumah
sakit internasional, golf dan country club dengan 2 driving range,
mapolres (Resort Police Command Bekasi), Makorem 051 (Military Resort
Command, KODAM Jaya) botanical garden. Master Plan Kota Jababeka
disajikan pada Gambar 2.6 sedang Kondisi Kawasan Industri di Jababeka
berupa foto eksisting disajikan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.6
Master Plan Kota Jababeka
34
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Sumber: Website Resmi Jababeka, Juni 2014 (http://www.jababeka.com/id/cikarang)
35
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Gambar 2.7
Kondisi Eksisting Kawasan Industri Jababeka
Sumber: Master Plan Kawasan Industri Kota Bontang, 2013
2.5.2 Kawasan Industri Lippo Cikarang
Lippo Cikarang merupakan proyek kota mandiri yang dibangun oleh PT
Lippo Karawaci Tbk di bagian timur Jakarta tepatnya di Cikarang,
Kabupaten Bekasi. Dengan mengandalkan tujuh kawasan industri di
sekelilingnya dan berbagai macam fasilitas perkotaan seperti
perkantoran, hotel, hiburan, rekreasi, perbelanjaan dan olahraga maka
kawasan ini layak disebut sebagai kota mandiri. Dalam rentang 20 tahun,
Lippo Cikarang Berkembang menjadi kota mandiri dengan industri
36
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
sebagai basis ekonomi yang solid. Dimulai pada tahun 1990, dengan
industri sebagai basis ekonomi yang solid, PT Lippo Cikarang Tbk (Lippo
Cikarang) telah memperoleh dukungan dari mereka yang bekerja, tinggal
dan berekreasi di kawasan residensial, komersial dan industrinya yang
merupakan sebuah kawasan terintegrasi.
Lippo Cikarang memiliki hak pengembangan (development rights)
meliputi area seluas 2.940 hektar di kawasan tersebut. Perseroan telah
membebaskan lahan lebih dari 2.600 hektar dari total hak tersebut.
Hingga 2010 sebagian besar lahan tersebut telah dikembangkan. Saat ini
Lippo Cikarang memiliki populasi lebih kurang 32.000 penduduk.
Pengembangan Lippo Cikarang mencakup sekitar 9.700 rumah, 251 tower
apartment dan 800 ruko serta infrastruktur pendukung yang meliputi
pusat belanja, sejumlah sekolah, beberapa rumah sakit dan hotel bintang
lima. Sementara itu, di kawasan industri beroperasi sekitar 700 industri
ringan bebas polusi dengan 105.000 pekerja yang bekerja di kawasan
Lippo Cikarang. Beberapa di antara industri tersebut merupakan
perusahaan kelas dunia dari beberapa negara, seperti Korea Selatan,
Jepang dan Taiwan. Konsep ini hingga sekarang tetap dipertahankan baik
dalam pengembangan kawasan industri, komersial maupun residensial,
dan telah menjadikan PT Lippo Cikarang Tbk sebagai kawasan untuk
bekerja, tinggal dan bermain. Produk-produk yang dikembangkan PT
Lippo Cikarang Tbk antara lain: Lippo Sikarang citywalk, sport village,
perumahan, hotel, kawasan industri untuk usaha dan perdagangan, town
management, restoran, rumah sakit, pusat rekreasi, lapangan golf, dan
lain-lain.
37
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Gambar 2.8
Master Plan Lippo Cikarang
2.5.3 Shanghai Chemical Industrial Park (SCIP)
Kawasan industri ini berlokasi di pantai teluk Hangzhou dengan luas
sebesar 2940 Ha yang terdiri dari lebih dari 12 fasilitas industri petrokimia
modern. SCIP merupakan salah satu proyek industri dengan investasi
terbesar di China ketika periode perencanaan lima tahunan ke-10. Modal
investasi pada fase pertama program yaitu sebesar RMB 150 milyar. Hal
tersebut merupakan kawasan industri pertama yang terspesialisasi dalam
pembangunan bisnis petrokimia dan merupakan satu dari empat produksi
industri yang berbasis di Shanghai. SCIP mendapatkan reputasi tinggi
sebagai “wing of industrial take-off of Shanghai”.
Shanghai Chemical Industrial Park (SCIP) dibentuk dengan konsep
pembangunan kelas dunia dan kawasan kimia skala besar. Hal tersebut
untuk memberikan para investor lingkungan investasi terbaik dengan
38
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
mengkombinasikan produksi proyek, utilitas umum, logistik, proteksi
lingkungan dan jasa administrasi. Hingga saat ini, BP, BASF, Bayer,
Degussa, Huntsman, SUEZ, Vopak, dan perusahaan multinasional
pertokimia terkemuka di dunia telah memulai proyek mereka di SCIP
dengan investasi sebesar 10,56 milyar. SCIP diarahkan untuk menjadi
kawasan petrokimia kelas dunia terbesar dan yang paling terintergrasi
yang berbasis di Asia.
Shanghai Chemical Industry Park (SCIP) berlokasi di bagian selatan kota
perbatasan antara wilayah Jinshan dan Fengxian. Dengan jaringan jalan
jalur express yang menghubungkan antara Shanghai-Nanjing dan
Shanghai-Hangzhou, yaitu 45 menit berkendara sekitar 60 km. Terdapat
jalur subrailway untuk penggunaan eksklusif di SCIP yang
menghubungkan 113 km jalur kereta Pudong (Fengxian-Pudong Aiport-
Zhangmiao). SCIP hanya berjarak sejauh 50 km dari Pudong International
Airport dan Hongqiao International Airport, SCIP membuat kondisi
transportasi yang nyaman dengan laut, darat, maupun udara yang akan
memberikan jasa transportasi terbaik.
Gambar 2.9
Layout Shanghai Chemical Industrial Park
39
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Untuk melihat lebih jauh mengenai beberapa preseden kawasan industri
yang dapat memberikan masukan terhadap penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Provinsi dilakukan perbandingan antar preseden
yang dapat merangkum pengelolaan kawasan industri di kota-kota
tersebut dalam tabel berikut.
Tabel 2.3 Perbandingan Preseden Kawasan Industri
Kriteria Jababeka Lippo Cikarang SCIP (China)
Jenis industri campuran campuran petrokimia
Luas Lahan ± 5.600 Ha ± 2.940 Ha ± 3.000 Ha
Luas industri ± 1.570 Ha ± 686 Ha tidak diketahui
Jumlah
Perusahaan± 1.500 ± 700 ± 54
Jumlah Pekerja ± 730.000 ± 105.000 tidak diketahui
40
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Kriteria Jababeka Lippo Cikarang SCIP (China)
Prasarana 2 unit instalasi pengelolaan air bersih dan 2 unit instalasi air limbah
Pembangkit listrik tenaga diesel
Pelabuhan darat
31.000 rumah
Pusat perbelanjaan, fasilitas pendidikan, rumah sakit, hotel
9.700 rumah
251 tower apartment
800 ruko
Pusat perbelanjaan, sekolah, rumah sakit, hotel
Area pelabuhan
Natural gas power plant
Waste water treatment
Research and development center
Pergudangan
Sumber: Hasil pengolahan data, 2014
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa jenis industri di Jababeka
dan Cikarang merupakan industri campuran dan pada dasarnya bertujuan
untuk menarik investasi sebanyak-banyaknya ke Cikarang dalam rangka
mengembangkan perekonomian daerah. Kedua kawasan industri ini
menyediakan tidak hanya area industri namun prasarana penunjangnya
seperti area komersil, pembangkit listrik, instalasi pengelolaan air dan air
limbah, dan sebagainya. Jenis industri yang ditawarkan pun kebanyakan
labor intensive (membutuhkan banyak tenaga kerja) sehingga disediakan
pula kawasan perumahan bagi para pekerja di perusahaan industri.
Peyediaan lahan untuk kawasan non-industri di kawasan industri Jababeka
sebesar hampir 4 kali kawasan industri, sedangkan kawasan industri Lippo
Cikarang menyediakan lahan untuk kawasan non-industri sebesar 5 kali
dari kawasan industri. Kemudian terdapat perbedaan apabila kita melihat
kawasan industri di Shanghai yang fokus berbasis industri petrokimia dan
kimia dengan luas lahan yang hampir sama dengan Lippo Cikarang
41
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
namun tidak menyediakan kawasan perumahan dalam kawasan
perencanaannya. Kawasan industri ini terletak di pinggiran pantai dan
cukup jauh area perkotaan karena merupakan jenis industri kimia skala
besar dengan teknologi canggih yang mungkin dapat berdampak pada
kesehatan manusia. Namun pada kawasan Shanghai Chemical Industry
Park (SCIP) tersedia sarana transportasi yang memadai baik dari darat,
laut, maupun udara sehingga aksesibilitas untuk mencapai kawasan
industri ini pun baik.
42
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
3 BAB 3
TINJAUAN KEBIJAKAN
Kebijakan tata ruang dan pembangunan yang dirujuk dalam pembuatan
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi (RTR KSP) Kawasan
Industri Bontang terdiri dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Provinsi Kalimantan Timur, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Timur, Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) Kota Bontang, Masterplan Percepatan dan Perluasan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada Provinsi Kalimantan Timur, Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Bontang Selatan, Masterplan
Kelurahan Bontang Lestari, dan Masterplan Pengembangan Kawasan
Industri Kota Bontang.
3.1 Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi
Kalimantan Timur
RTRW Kalimantan Timur Tahun 2012-2032 memiliki tujuan penataan
ruang yaitu terwujudnya penataan ruang yang mendukung Provinsi
Kalimantan Timur yang Maju dengan Pertumbuhan Ekonomi Hijau sebagai
pusat agro industri dan energi terkemuka yang Berkeadilan dan
Berkelanjutan dan Berdaya Dukung Lingkungan. Dalam tujuan tersebut
terdiri dari tiga elemen yaitu pusat agroindustri dan energi terkemuka,
adil dan berkelanjutan, dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
Pada tujuan tersebut dibuat kebijakan tata ruang Kalimantan Timur yaitu:
1. Transformasi sektor ekonomi migas dan tambang menjadi sektor
ekonomi migas dan tambang yang bernilai tambah tinggi. Pada
kebijakan ini sangat berhubungan dengan kawasan industri dalam
perumusan RTR KSP Kawasan Industri Bontang, karena kawasan
industri berkaitan dengan sektor ekonomi produktif migas dan
tambang sehingga kebijakan ini perlu diacu dalam penyusunan RTR
43
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
KSP Kawasan Industri Bontang. Kebijakan ini diturunkan dalam
strategi sebagai berikut:
a. Membatasi potensi baru kawasan ekplorasi dan mengoptimalkan
kawasan eksplorasi eksisting.
b. Mengembangkan kawasan industri dengan basis sektor turunan
migas dan pertambangan dengan pengembangan pemanfaatan
dalam skala nasional dan regional provinsi dengan
mengembangkan keterkaitan antara kawasan dan klaster
industri.
c. Mengembangkan infrastruktur pendukung kawasan industri
sektor turunan migas dan pertambangan baik pada infrastruktur
transportasi, energi , kelistrikan.
d. Meningkatkan pelayanan perkotaan, permukiman kawasan
industri dan secara timbal balik menjadi pendorong
pengembangan pertumbuhan kota sebagai pusat pelayanan dan
pusat pertumbuhan.
2. Pertumbuhan ekonomi hijau. Pada kebijakan ini cukup berhubungan
dengan kawasan industri dalam perumusan RTR KSP Kawasan
Industri Bontang, karena kebijakan ini juga mengatur harmonisasi
kegiatan industri dengan batasan dan daya dukung lingkungan
sehingga kebijakan ini perlu diacu dalam penyusunan RTR KSP
Kawasan Industri Bontang. Kebijakan ini diturunkan dalam strategi
sebagai berikut:
a. Menstimulasi pertumbuhan ekonomi dengan memperluas
lapangan kerja hijau
b. Mengedepankan prinsip kerjasama dalam konservasi hutan dan
pengelolaan lahan yang berkelanjutan serta kesejahteraan
masyarakat yang ada di wilayah Heart of Borneo (HoB).
c. Melakukan kerjasama dan membangun kemitraan dengan
berbagai LSM dan donor international untuk memperkuat
memperkuat kelembagaan dan pengembangan kapasitas dalam
implementasi ekonomi hijau.
44
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
d. Mentranformasi ekonomi berbasis sumber daya alam tidak dapat
diperbaharui kepada sumber daya alam yang dapat
diperbaharui.
e. Menurunkan jejak karbon dari sektor-sektor ekonomi terkait :
pertanian, kehutanan, perkebunan, batubara, minyak dan gas
beralih kepada kegiatan-kegiatan ekonomi bernilai tambah lebih
tinggi tapi menghasilkan emisi lebih rendah.
f. Membangun ekonomi dan infrastruktur yang memiliki ketahanan
terhadap perubahan iklim.
3. Pengembangan sektor unggulan untuk mengantisipasi berkurangnya
sumber daya migas dan tambang yang tidak dapat diperbaharui
melalui pengembangan sektor pertanian yang dapat diperbaharui
dan sebagai bagian upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional
dan wilayah. Pada kebijakan ini tidak berhubungan dengan kawasan
industri dalam perumusan RTR KSP Kawasan Industri Bontang,
karena kebijakan ini lebih mengedepankan pada pengembangan
sektor pertanian sehingga kebijakan ini tidak perlu diacu dalam
penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang
4. Perwujudan perwujudan pemerataan hasil pembangunan dan
pelayanan bagi seluruh masyarakat dengan memberikan
kesempatan pada seluruh bagian wilayah untuk berkembang sesuai
potensi. Pada kebijakan ini tidak berhubungan dengan kawasan
industri dalam perumusan RTR KSP Kawasan Industri Bontang,
karena kebijakan ini tidak berkaitan langsung dengan
pengembangan kawasan industri sehingga kebijakan ini tidak perlu
diacu dalam penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang.
5. Perwujudan pembangunan yang berkelanjutan dengan menjaga
harmonisasi kegiatan ekonomi, investasi, sosial dengan
mempertimbangkan daya dukung dan kelestarian lingkungan serta
menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan. Pada kebijakan
ini cukup berhubungan dengan kawasan industri dalam perumusan
RTR KSP Kawasan Industri Bontang, karena kebijakan ini juga
45
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
mengatur harmonisasi kegiatan industri dengan investasi, sosial,
batasan dan daya dukung lingkungan, dan aspek politik, pertahanan,
dan keamanan sehingga kebijakan ini perlu diacu dalam penyusunan
RTR KSP Kawasan Industri Bontang. Kebijakan ini diturunkan dalam
strategi sebagai berikut:
a. Mengupayakan tindakan antisipatif dan kuratif dalam
pengelolaan kegiatan budidaya yang berpotensi dan telah
terindikasi mengganggu kelestarian lingkungan secara konsisten
untuk kepentingan keberlanjutan produktifitas kegiatan budidaya
itu sendiri.
b. Mengupayakan pemeliharaan dan rehabilitasi kawasan yang
karakteristik fisik telah mengalami degradasi lingkungan dan
berpotensi menimbulkan dampak bencana.
c. Mengupayakan penetapan pola ruang untuk deliniasai kawasan
lindung dan budidaya berdasarkan karakterstik kesesuaian dan
daya dukung kegiatan yang mempertimbangkan kepentingan
kelestraian lingkungan, produktifitas ekonomi, kepentingan sosial
budaya masa depan.
d. Mendukung penetapan kawasan strategis dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan melalui penetapan zona penyangga
yang berfungsi untuk pengamanan kawasan lindung dan
pengembangan kawasan budaya secara selektif.
e. Melakukan langkah-langkah yang lebih progresif dalam upaya
pencegahan pemanasan global.
f. Meningkatkan penggunaan energi bersih dan mengurangi polusi.
Pada RTRW Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan 7 kawasan strategis
provinsi untuk pengembangan kawasan industri berdasarkan pendekatan
klaster, yaitu:
1. Kawasan industri Kariangau, Balikpapan yang diarahkan untuk
bergerak di sektor aneka industri, seperti: pengolahan batubara,
minyak dan gas, minyak sawit, karet, makanan, perikanan, kopi,
46
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
meubel, dan lain-lain. Kegiatan industri di KIK dimaksudkan untuk
memberikan nilai tambah dari setiap komoditi yang dihasilkan, yakni
peralihan pemasaran dari produk primer menjadi produk sekunder
atau tersier.
2. Kawasan industri dan jasa Kota Samarinda yang diarahkan menjadi
pusat aktivitas pemerintahan, perekonomian, hiburan dan
perniagaan di Kalimantan Timur.
3. Kawasan industri berbasis migas dan kondensat, Bontang yang
diarahkan untuk bergerak di basis sektor pengolahan migas dan
kondensat. Jenis industri yang berpotensi ditempatkan pada kawasan
industri Bontang difokuskan pada jenis industri petrokimia (migas
dan kondensat) dan maritim, yakni; industri pupuk, industri plastik,
industri serat sintetis, industri karet sintetis, industri bahan pelarut,
industri bahan pelembut, industri bahan pembersih, industri
pestisida, industri petrokimia lainnya, industri barang karet dan
plastik, indsutri pengolahan dan pengawetan makanan (perikanan,
rumput laut), industri alat angkutan laut, industri kapal dan
perbaikannya.
4. Kawasan industri dan pelabuhan internasional, Maloy yang diarahkan
untuk menjadi pusat pengolahan kelapa sawit, oleo chemical dan
industri turunannya.
5. Kawasan industri Pariwisata, Derawan yang diarahkan untuk menjadi
pusat industri berbasis sektor pariwisata di Kalimantan Timur
disamping sektor jasa keuangan, industri pengolahan,dan pertanian.
6. Detta Kayan Food Estate, Bulungan yang diarahkan untuk bergerak
di sektor industri pertanian tanaman pangan.
7. Kawasan perbatasan RI-Malaysia (yang merupakan kawasan
strategis nasional) yang diarahkan kepada sektor perkebunan rakyat
dan pertanian tanaman pangan serta industri pengolahannya.
Berikut adalah peta lokasi kawasan strategis provinsi di Kalimantan
Timur.
47
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Gambar 3.10 Lokasi Kawasan-Kawasan Strategis Provinsi di Kalimantan Timur
Sumber: Presentasi RTRW Kalimantan Timur, 2012-2032
3.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Kalimantan Timur
Visi Kalimantan Timur pada RPJMD 2013-2018 adalah mewujudkan
Kalimantan Timur sejahtera yang merata dan berkeadilan berbasis
agroindustri dan energi ramah lingkungan. Visi tersebut mengandung dua
elemen utama pembangunan yaitu mewujudkan Kaltim sejahtera yang
merata dan berkeadilan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas pada pengembangan agroindustri dan berbasis energi
ramah lingkungan. Elemen Visi Kaltim Sejahtera yang Merata dan
Berkeadilan menunjukkan keinginan untuk mencapai adanya
keseimbangan antara kesejahteraan sosial dan ekonomi serta
keharmonisan antara pembangunan sosial-ekonomi dengan aspek
48
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
lingkungan hidup yang kesemuanya diketahui saling memengaruhi.
Elemen Visi Provinsi Kalimantan Timur yang kedua yaitu Agroindustri dan
Energi Ramah Lingkungan memiliki makna komitmen untuk melakukan
transformasi ekonomi dari ekonomi berbasis sumber daya alam tak
terbarukan menjadi ekonomi yang berbasis pemanfaatan sumber daya
alam terbarukan dengan sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Adapun
misi pembangunannya adalah:
1. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia Kaltim yang mandiri dan
berdaya saing tinggi. Kebijakan untuk mewujudkan kualitas sumber
daya manusia yang mandiri dan berdaya saing tinggi berupa
pengembangan pendidikan secara merata di Provinsi Kalimantan
Timur baik pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan informal
di luar sekolah. Kebijakan ini dibutuhkan untuk membuat
pengembangan kawasan industri Bontang lebih optimal dengan
mendapatkan sumber daya manusia yang baik sebagai pekerja
industri.
2. Mewujudkan daya saing ekonomi yang berkerakyatan berbasis
sumber daya alam dan energi. Kebijakan ini dibuat untuk
membangun keterkaitan antara hulu dan hilir dari komoditas-
komoditas unggulan sebagai basis perekonomian Provinsi
Kalimantan Timur pada masa mendatang dan terciptanya sistem
ekonomi partisipatif yang meningkatkan kapasitas dan
pemberdayaan masyarakat serta memberikan akses sebesar-
besarnya secara adil dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat
baik dalam proses produksi, distribusi, maupun konsumsi. Kebijakan
ini dibuat untuk mengembangkan kawasan industri Bontang secara
optimal sehingga perlu diacu dalam perumusan penyusunan RTR KSP
Kawasan Industri Bontang.
3. Mewujudkan infrastruktur dasar yang berkualitas bagi masyarakat
secara merata. Kebijakan ini memprioritaskan pembangunan
49
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
infrastruktur dasar yang berkualitas secara merata di seluruh
wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Kebijakan ini dibuat untuk
mengembangkan kawasan industri Bontang secara optimal sehingga
perlu diacu dalam perumusan penyusunan RTR KSP Kawasan Industri
Bontang.
4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan,
dan berorientasi pada pelayanan publik. Reformasi birokrasi meliputi
beberapa aspek tentang pelayanan masyarakat, peningkatan kinerja,
dan penegakan hukum. Kebijakan ini tidak berhubungan langsung
dengan pengembangan kawasan industri Bontang sehingga tidak
perlu diacu dalam penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang.
5. Mewujudkan kualitas lingkungan yang baik dan sehat serta
berperspektif perubahan iklim. Kebijakan ini dilakukan dengan
tranformasi ekonomi berbasis unrenewable resources ke renewable
resources dengan mewujudkan keseimbangan antara pilar ekonomi,
lingkungan, dan sosial dalam perencanaan pembangunan menuju
ekonomi hijau. Kebijakan ini mengarahkan pada pengembangan
kawasan industri Bontang yang lebih berwawasan lingkungan
sehingga perlu diacu dalam penyusunan RTR KSP Kawasan Industri
Bontang.
3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bontang
Pada RTRW Kota Bontang 2012-2032, rencana tata ruangnya memiliki
tujuan untuk mewujudkan Kota Bontang sebagai kota maritim
berkebudayaan industri yang berwawasan lingkungan dan
mensejahterakan masyarakat melalui keterpaduan perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang antar
wilayah (Nasional, Provinsi maupun Kota), dan antar kawasan (lindung
dan budidaya).
Wilayah Kota Bontang meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Bontang
yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Bontang Utara,
50
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Kecamatan Bontang Selatan, dan Kecamatan Bontang Barat. Namun
dalam perencanaan tata ruangnya, Kota Bontang dibagi kedalam
organisasi wilayah pengembangan berupa Bagian Wilayah Kota yang
disebut BWK. BWK di Kota Bontang mencakup:
1. BWK I terdiri dari 8 (delapan) kelurahan meliputi: Kelurahan Bontang
Kuala, Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan Bontang Baru, Kelurahan
Api-Api, Kelurahan Berbas Tengah, Kelurahan Berbas Pantai,
Kelurahan Tanjung Laut, Kelurahan Tanjung Laut Indah yang
mempunyai fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan jasa,
sedangkan kegiatan pendukungnya adalah kawasan lindung,
permukiman, pariwisata, pelabuhan, dan perikanan.
2. BWK II terdiri dari 6 (enam) kelurahan meliputi: Kelurahan Satimpo,
Kelurahan Gunung Telihan, Kelurahan Kanaan, Kelurahan Belimbing,
Kelurahan Loktuan, Kelurahan Guntung yang mempunyai fungsi
utama sebagai kawasan industri, pelabuhan dan pergudangan,
sedangkan kegiatan pendukungnya adalah kawasan lindung,
permukiman, pariwisata, perikanan, militer, alur pelayaran.
3. BWK III mencakup 1 (satu) kelurahan yaitu Kelurahan Bontang
Lestari yang mempunyai fungsi utama sebagai pusat pemerintahan
kota, industri, dan pusat kegiatan olahraga, sedangkan kegiatan
pendukungnya adalah kawasan lindung, permukiman, pariwisata,
alur pelayaran, perikanan dan bandar udara.
Pusat pelayanan kota ditetapkan pada BWK III dengan fungsi sebagai
pusat pelayanan pemerintahan daerah yang dilengkapi dengan
pengembangan fasilitas mencakup perkantoran pemerintahan daerah dan
fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan publik lainnya.
Sedangkan sub pusat pelayanan kota ditetapkan pada BWK I di Kelurahan
Bontang Baru dan Kelurahan Tanjung Laut memiliki fungsi sebagai sub
pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan dan atau pendukung
pemerintahan kota, pusat pelayanan pendidikan dan sebagai pusat
perdagangan dan pada BWK II di Kelurahan Loktuan memiliki fungsi
51
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
sebagai sub pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan dan pusat
transportasi laut.
Pada rencana pola ruang pemanfaatan kawasan budidaya Kota Bontang,
terdapat pengembangan kawasan industri di Kota Bontang yang
mencakup pengembangan industri besar yaitu Industri Petrokimia dan
Migas di Kelurahan Guntung, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Satimpo, dan
Kelurahan Bontang Lestari, pengembangan industri sedang dan kecil di
Kelurahan Bontang Lestari, dan pengembangan kawasan pergudangan
umum di Kelurahan Bontang Lestari. Sementara itu pada RTRW Kota
Bontang juga ditetapkan Kawasan Strategis Kota yaitu kawasan strategis
berdasarkan kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kelurahan Bontang
Lestari dan kawasan strategis berdasarkan kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup di Wilayah Pesisir Kota Bontang.
Gambar 3.11 Peta Pembagian BWK di Kota Bontang
52
BWK III
BWK II
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Sumber: RTRW Kota Bontang 2012-2032
3.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) pada Provinsi Kalimantan Timur
Kalimantan Timur, merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi di
koridor kalimantan yang telah menetapkan 7 titik zona industri dari utara
hingga selatan provinsi. Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan
Ekonomi Indonesia (MP3EI), pengembangan infrastruktur menjadi
kebijakan utama untuk menghubungkan kegiatan dalam zona industri,
antar zona industri di Kalimantan Timur dan antar zona industri di luar
Kalimantan Timur. Penyediaan infrastruktur yang mendukung konektivitas
akan memperceatan proses pembangunan kawasan. Hal ini karena
infrastruktur akan mengurangi biaya transportasi dan logistik serta
53
BWK I
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
meningkatkan daya saing produk dan mempercepat peningkatan
ekonomi.
Kawasan industri Bontang sendiri telah ditetapkan sebagai kawasan
strategis provinsi yaitu kawasan industri gas dan kondensat dalam RTRW
Kalimantan Timur dari 7 klaster pengembangan industri di Provinsi
Kalimantan Timur. Kota Bontang merupakan kota di Kalimantan Timur
yang diproyeksikan menjadi Industrial Estate. Sesuai dengan potensi yang
dimiliki, kawasan industri Bontang diarahkan untuk bergerak di basis
sektor pengolahan Migas dan Kondensat. Untuk percepatan
pembangunannya, maka dalam MP3EI, ditetapkan beberapa arahan
pembangunan dalam pengembangan kawasan industri Bontang diuraikan
sebagai berikut ini:
1. Pembangunan Pabrik Kaltim-5
2. Pembangunan Bandar Udara Kota Bontang
3. Pembangunan Pelabuhan Lok Tuan
4. Pembangunan Jalan Lingkar dari Tanjung Limau menuju Pelabuhan
Lok Tuan
5. Peningkatan kapasitas jalan Trans Kalimantan menuju Bontang
6. Infrastruktur kelistrikan
7. Infrastruktur air bersih
3.5 Instruksi Presiden Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional
Menurut Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 mengenai Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional diatur mengenai kebijakan
di bidang ekonomi, lerutama dalam pelaksanaan kebijakan ketahanan
pangan, infrastruktur, iklim investasi dan iklim usaha, energi, lingkungan
hidup dan pengelolaan rencana, serta kebijakan lain di bidang
perekonomian dan kebijakan di bidang politik hukum dan keamanan
terutama dalam pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi dan tata
54
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
kelola, daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik, serta
kebijakan lain di bidang politik, hukum, dan keamanan. Adapun dalam
pengembangan kawasan industri di Kota Bontang perlu diacu beberapa
kebijakan terutama kebijakan terkait infrastruktur dan iklim investasi &
iklim usaha. Kebijakan di bidang infrastruktur yang perlu diacu yaitu:
1. Penyelesaian pembangunan lintas Kalimantan serta pelaksanaan
preservasi dan peningkatan kapasitas jalan dan jembatan nasional
2. Penyusunan kebijakan, peraturan, kelembagaan, dan pembiayaan
untuk penyediaan infrastruktur dengan skema KPS/PPP
Sementara itu kebijakan di bidang iklim investasi dan iklim usaha yang
perlu diacu yaitu:
1. Penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) dan
penerapan sistem pelayanan informasi dan perijinan investasi
secara elektronik (SP, IP, ISE) pada PTSP
2. Rekomendasi pembatalan perda bermasalah terkait investasi dan
pengurangan biaya untuk memulai usaha seperti Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
3.6 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Bontang
Selatan
Menurut Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Bontang Selatan
Tahun 2013-2033, tujuan penataan ruang Kecamatan Bontang Selatan
adalah mewujudkan Kecamatan Bontang Selatan sebagai Pusat
Pemerintahan dan Perekonomian yang ditunjang oleh kelengkapan
fasilitas dan utilitas wilayah; tingginya konektivitas dan aksesibilitas antar
kawasan; serta memenuhi fungsi ekologis dan kelestarian lingkungan
yang berbasis mitigasi bencana alam. Pada Kecamatan Bontang Selatan
55
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
dibagi menjadi 6 (enam) Sistem Bagian Wilayah Perencanaan atau yang
disebut sebagai SBWP.
Pada RDTR Kecamatan Bontang Selatan, dilakukan pengembangan zona
industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah
memiliki izin usaha kawasan industri. Kawasan industri di Kecamatan
Bontang Selatan yang diarahkan meliputi industri kimia dasar, industri
mesin dan logam dasar, industri kecil, aneka industri dan memiliki luas
total 1400,8 hektar khususnya di Kelurahan Bontang Lestari. Dalam
mendukung pengembangan zona industri ini dilakukan pengembangan
zona perkantoran Zona perkantoran pemerintahan yang direncanakan di
Kelurahan Bontang Lestari yang saat ini telah terbangun beberapa
gedung pemerintahan. Sedangkan untuk perkantoran swasta, diarahkan
pada areal-areal strategis di ruas-ruas jalan utama di Kelurahan Bontang
Lestari.
Kemudian mendukung pengembangan zona industri di Kelurahan Bontang
Lestari dilakukan beberapa pembangunan yang diproritaskan yaitu:
1. Pengembangan jaringan jalan arteri primer terdiri dari jalan arteri
primer yang menghubungkan Bontang - Samarinda - Sangatta (Trans
Kalimantan Timur) dan jalan arteri primer baru sebagai bagian dari
Highway Balikpapan - Samarinda - Bontang yang melintasi lokasi
kawasan pengembangan baru di Kelurahan Bontang Lestari.
2. Pengembangan jaringan jalan ruas jalan rencana meliputi
pengembangan ruas jalan rencana meliputi pengembangan jalan
akses masuk Kota Bontang dari Nyerakat (Kelurahan Bontang
Lestari) ke arah Trans Kalimantan Timur, pengembangan jalan kota
diarahkan ke Kelurahan Bontang Lestari, dan pengembangan jalan
lingkar pesisir (coastal road).
3. Penataan pelabuhan berupa pengembangan terminal khusus di
Kelurahan Bontang Lestari yang berfungsi sebagai Terminal Khusus
untuk kegiatan/aktivitas industri dan terminal industri batubara.
56
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
4. Pengembangan jaringan pipa gas untuk melayani perusahaan yang
terdapat di Kelurahan Bontang Lestari dan Kelurahan Satimpo
5. Pembangunan jaringan fiber optik untuk melayani Kelurahan
Bontang Lestari.
6. Pengembangan menara telekomunikasi (BTS) diarahkan ke arah
Kelurahan Bontang Lestari yang mampu melayani seluruh
Kecamatan Bontang Selatan.
7. Pembangunan bandar udara baru yang terletak di bagian selatan
Kelurahan Bontang Lestari.
8. Pembangunan terminal dan sub-terminal angkutan penumpang
umum yang tersebar di beberapa titik, meliputi Terminal Bontang
Lestari, Sub-Terminal Berbas dan Sub-Terminal Rawa Indah.
3.7 Masterplan Kelurahan Bontang Lestari
Berdasarkan Masterplan Kelurahan Bontang Lestari Tahun 2009,
Kelurahan Bontang Lestari secara geografis dipilah menjadi 3 (tiga) Zona,
yaitu :
1. Zona-Utara dengan dominasi rupa lahan perbukitan, dan lahan
landai berupa pantai konservasi mangrove. Zona ini merupakan zona
ENTRI/MUKA dari kawasan Bontang Lestari, yang ditandai dengan
SIMPUL RUANG SIMPANG-5, sebagai Ruang Orientasi UTAMA yang
akan memberikan lima arah-tujuan kawasan.
2. Zona-Tengah/PUSAT dengan dominasi rupa lahan perbukitan, dan
lahan landai berupa pantai konservasi mangrove. Zona ini
merupakan zona pengendali bagi kawasan Bontang Lestari maupun
seluruh wilayah kota, karena eksistensi fungsi Pemerintahan berada
di zona Pusat ini. Zona ini ditandai pula dengan direncanakannya
kompleks area pendidikan dan kepemudaan, sebagai simbolisasi
visioner nilai-nilai kehidupan urban di masa-depan. Oleh karenanya
pula, kedua batas geografis ketiga zona yang berupa area HUTAN
KOTA, RUANG-AIR, dan RUANG TERBUKA HIJAU, secara administratif
57
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
keruangan dimasukkan pada zona-tengah ini, dengan harapan dapat
dipantau dan dipelihara benar.
3. Zona Selatan, dengan dominasi rupa lahan landai dan pantai
konservasi mangrove. Zona ini dipisahkan oleh elemen “technical-
edges” jalur jalan industrial INDOMINCO, menjadi Sub-Zona Selatan-
Utara dan Sub-Zona Selatan-Selatan. Pada Sub-Zona Selatan - Utara
ditandai dengan adanya rencana fungsi-fungsi STRATEGIS, yaitu
Area Bandara, Area Industri, dan Area PLTU; sedangkan pada Sub-
Zona Selatan-Selatan ditandai dengan dominasi area permukiman
menengah ke bawah. Pada subzona selatan utara, fungsi-fungsi
kegiatan yang dikembangkan meliputi bandar udara, pelabuhan laut,
area industri (“industrial-estate”), areal PLTU, terminal kota, fasos –
fasum, perkantoran jasa dan komersial, RTH, konservasi mangrove
dan kolam retensi, dan perumahan. Sementara itu pada subzona
selatan selatan, fungsi-fungsi kegiatan yang dikembangkan meliputi
area perumahan, fasos-fasum, halte, TPU, RTH dan kolam-kolam
retensi, dan Taman Botani Nyerakat.
Gambar 3.12
Pembagian Zona pada Masterplan Kelurahan Bontang Lestari
58
Gambar 5.3
Lingkup Keruangan Fungsional Yang Dipilah Berdasarkan Struktur
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Sumber: Masterplan Kelurahan Bontang Lestari
3.8 Masterplan Pengembangan Kawasan Industri Kota Bontang
Berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-2032,
ditetapkan kawasan strategis di Kota Bontang berupa kawasan industri
berbasis migas dan kondensat. Kawasan industri tersebut diarahkan untuk
bergerak di basis sektor pengolahan migas dan kondensat. Berdasarkan
Masterplan Pengembangan Kawasan Industri Kota Bontang Tahun 2013
jenis industri yang berpotensi ditempatkan pada kawasan industri
Bontang difokuskan pada jenis industri petrokimia (migas dan kondensat)
dan maritim, yakni;
1. Industri pupuk.
2. Industri plastik.
3. Industri serat sintetis.
4. Industri karet sintetis.
5. Industri bahan pelarut.
6. Industri bahan pelembut.
7. Industri bahan pembersih.
59
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
8. Industri pestisida.
9. Industri petrokimia lainnya.
10.Industri barang karet dan plastik.
11.Industri pengolahan dan pengawetan makanan (perikanan, rumput
laut).
12.Industri alat angkutan laut.
13.Industri kapal dan perbaikannya.
60
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
4 BAB 4
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Gambaran umum kota dan kawasan industri Bontang terdiri dari
gambaran umum geografis dan administratif, fisik dan lingkungan, sosial
kependudukan, ekonomi, gambaran umum dan isu pengembangan
kawasan industri Bontang.
4.1 Gambaran Umum Geografis dan Adminisitratif
Kota Bontang terletak antara 117023’ Bujur Timur – 117o38’ Bujur Timur
serta diantara 0001 Lintang Utara – 00012’ Lintang Utara. Wilayah Kota
Bontang didominasi oleh lautan. Kota Bontang memiliki wilayah daratan
seluas 147,8 Km2 (29,70 %), sedangkan luas wilayah seluruhnya 497,57
Km2, Kota Bontang didukung dengan tata letak yang cukup strategis yaitu
terletak pada jalan trans Kalimantan Timur dan berbatasan langsung
dengan Selat Makasar yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia II
(ALKI II) dan Internasional sehingga menguntungkan dalam mendukung
interaksi wilayah Kota Bontang dengan wilayah lain diluar Kota Bontang
baik dalam skala nasional, regional maupun internasional.
Secara administrasi, semula Kota Bontang merupakan kota administratif
sebagai bagian dari Kabupaten Kutai dan menjadi Daerah Otonom
berdasarkan UU N0. 47 Tahun 1999, tentang pemekaran Propinsi dan
Kabupaten, bersama – sama Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai
Kertanegara. Sejak disahkannya Peraturan Daerah Kota Bontang N0.17
Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi Kecamatan Bontang Barat,
pada tanggal 16 Agustus 2002, Kota Bontang terbagi menjadi 3
Kecamatan yaitu Kecamatan Bontang Selatan, Kecamatan Bontang Utara
dan Kecamatan Bontang Barat. Adapun Kelurahan yang ada ditiap
masing-masing Kecamatan adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan
Bontang Lestari, Kelurahan Satimpo, Kelurahan Berbas Pantai,
61
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Kelurahan Berbas Tengah, Kelurahan Tanjung Laut dan Kelurahan
Tanjung Laut Indah.
2. Kecamatan Bontang Utara terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan
Bontang Kuala, Kelurahan Bontang Baru, Kelurahan Api-Api,
Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan Lok Tuan dan Kelurahan Guntung.
3. Kecamatan Bontang Barat terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan
Kanaan, Kelurahan Gunung Telihan dan Kelurahan Belimbing.
Luas dan batas wilayah, Kota Bontang dengan luas wilayah 49.757 ha
yang didominasi oleh lautan, yaitu seluas 34.977 ha (70,30%) sedangkan
wilayah daratannya seluas 14.780 ha (29,70%). Luas masing-masing
Kecamatan yaitu Kecamatan Bontang Selatan seluas 10.440 ha,
Kecamatan Bontang Utara seluas 2.620 ha, dan Bontang Barat seluas
1.720 ha. Kelurahan terluas yaitu Bontang Lestari (8.092 ha).
Tabel 4.4 Luas Administrasi Kelurahan di Kota Bontang
No
Kecamatan/Kelurahan
Luas Wilayah (km2)
Bontang Selatan
1 Berbas Pantai 0,70
2 Berbas Tengah 0,98
3 Tanjung Laut Indah 4,84
4 Satimpo 15,61
5 Tanjung Laut 1,35
6 Bontang Lestari 80,92
Bontang Utara
1 Api Api 1,79
2 Bontang Baru 2,08
3 Bontang Kuala 5,67
4 Guntung 8,49
5 Guntung Elai 4,59
6 Loktuan 3,58
Bontang Barat
1 Belimbing 7,54
2 Kanaan 6,50
3 Telihan 3,16
62
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Jumlah 147,80 487Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011
Batas wilayah administratif Kota Bontang sebelah Barat adalah
Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Kutai Timur, sebelah Timur dibatasi
oleh Selat Makassar, sebelah Selatan dengan Kecamatan Marang Kayu
Kabupaten Kutai Kartanegara dan sebelah Utara dengan Kecamatan Teluk
Pandan Kabupaten Kutai Timur.
Gambar 4.13
Wilayah Administratif Kota Bontang dan Lokasi Kelurahan
Bontang Lestari
//
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011
Sementara itu Kelurahan Bontang Lestari sendiri memiliki batas wilayah
administratif yang sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Satimpo,
63
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
sebelah selatan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur, dan sebelah timur berbatasan
dengan Selat Makassar. Berikut adalah peta wilayah administratif
Kelurahan Bontang Lestari yang terbagi menjadi lima zona, yaitu zona
utara, zona tengah, zona barat, zona timur, dan zona selatan.
Gambar 4.2Wilayah Administratif Kelurahan Bontang Lestari
Sumber: Masterplan Kelurahan Bontang Lestari, 2008
4.2 Gambaran Umum Fisik dan Lingkungan
Wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai,
berbukit dan bergelombang. Secara topografi kawasan Kota Bontang
memiliki ketinggian antara 0 - 120 meter diatas permukaan laut (m dpl)
dengan kemiringan lereng yang bervariasi dan terdiri dari sebagian besar
wilayah daratan dan beberapa wilayah berupa pulau-pulau kecil. Ditinjau
dari kemiringan lerengnya, Kota Bontang memiliki kemiringan lereng yang
bervariasi dari pantai Timur dan Selatan hingga bagian Barat. Kemiringan
lahan datar antara 0% - 2% mempunyai luasan 7.211 ha atau 48,79%,
64
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Kemiringan lahan bergelombang antara 3% - 15% seluas 4.001 ha atau
27,07%, serta luas lahan dengan kemiringan curam antara 16% - 40%
hampir sama dengan luas bergelombang yaitu 24,14% atau 3.568 ha.
Tabel 4.5Luas Kemiringan Lahan (Rata-rata) di Kota Bontang
Kemiringan Luas (ha) %
Datar (0-2%) 7.21148.7
9Bergelombang (13-15%) 4.001
27.07
Curam (16-40%) 3.56824.1
4Sangat Curam (>40%) 0 0
Jumlah 14.78 100 Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011
Secara hidrologi, wilayah Kota Bontang terdiri atas 3 Daerah Aliran Sungai
(DAS), yaitu:
1. DAS Guntung, Sungai Guntung terletak di Kelurahan Guntung
merupakan kelurahan paling Utara di Kota Bontang. Sungai Guntung
melayani kawasan di Kelurahan Guntung dan sekitarnya. Luas DAS
Guntung kurang lebih 23,24 km2 dengan panjang aliran sungai
sepanjang 11,36 km. Lebar sungai antara 2-10 meter dengan
kedalaman rata-rata 1-2 meter. Ketinggian air pada saat surut
terendah adalah 1 meter, sedangkan ketinggian air pada saat
pasang tertinggi adalah 3,5 meter.
2. DAS Bontang, Sungai Bontang membentang dari Kelurahan Bontang
Kuala, Api-api, Kanaan, Gunung Elai, dan Gunung Telihan. Sungai
Bontang melayani kawasan di Kelurahan Bontang Kuala, Bontang
Baru, Api-api, Kanaan, Gunung Elai, dan Gunung Telihan dan
sekitarnya. Luas DAS Bontang kurang lebih 53,28 km2 dengan
panjang aliran sungai sepanjang 25,62 km. Lebar sungai antara 4-10
meter dengan kedalaman ratarata 1-2,5 meter. Ketinggian air pada
65
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
saat surut terendah adalah 1 meter, sedangkan ketinggian air pada
saat pasang tertinggi adalah 3,5 meter.
3. DAS Nyerakat, Sungai Nyerakat terletak di Kelurahan Bontang
Lestari, merupakan kelurahan paling selatan di Kota Bontang. Sungai
Nyerakat melayani kawasan di Kelurahan Bontang Lestari dan
sekitarnya. Luas DAS Nyarakat kurang lebih 16,75 km2 dengan
panjang aliran sungai sepanjang 13 km, lebar sungai antara 3-10
meter dengan kedalaman rata-rata 1-2 meter.
Ketiga DAS tersebut merupakan bagian dari Sub DAS Santan Ilir yang
semuanya bermuara di Selat Makassar. Sungai-sungai tersebut juga
mengalirkan air yang berasal dari mata air, terutama air yang keluar dari
batuan pasir halus, pasir kasar dan lempung pasiran yang berasal dari
formasi Balikpapan.
Secara guna lahan, berdasarkan hasil pemetaan tahun 2009 menunjukkan
hampir seluruh luas daratan telah dimanfaatkan baik untuk kegiatan
budidaya, kawasan ruang terbuka hijau maupun untuk kawasan lindung
lainnya. Menurut data tahun 2009, dari luas daratan Kota Bontang sekitar
14.780 ha penggunaan tanah terbesar masih berupa semak belukar
sebesar 6.870,98 ha (46,49%). Penggunaan lainnya terdiri dari hutan
sejenis seluas 2.764,48 ha (18,70%), bakau seluas 1.115,51 ha (7,55%),
tambak seluas 328,18 ha (2,19), pekarangan seluas 980,64 ha (6,63%),
rumah/bangunan gedung seluas, 1.355,56 ha (9,170) dan fasilitas umum
seluas 562,43 ha (3,13%). Adapun jenis penggunaan penggunaan lahan
secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Penggunaan Lahan di Kota Bontang Tahun 2009
No
Jenis Penggunaan Lahan
Luas (Ha) %
Pemukiman
1Rumah/ Bangunan/ Gedung 1.355,56 9,17
2 Pekarangan 980,64 6,63
66
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
No
Jenis Penggunaan Lahan
Luas (Ha) %
3 Fasilitas Sosial 29,76 0,20
4 Fasilitas Umum 462,43 3,13
5 Permukiman Atas Air 53,94 0,36
6 Jasa 69,52 0,47
Tambak 323,18 2,19
Kawasan Industri/ Pabrik
1 PT. Pupuk Kaltim Tbk 192,46 1,30
2 PT. Badak NGL 278,07 1,88
Rawa 53,54 0,36
Danau/Waduk/Situ 15,11 0,10
Hutan Kota 196,98 1,33
Hutan Sejenisnya 2.764,48 18,70
Bakau 1.115,51 7,55
Semak Belukar 6.870,98 46,49
Tanah Terbuka 17,83 0,12
Total14.780,00
100,00
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011
Sementara itu Kelurahan Bontang Lestari sendiri terbagi menjadi 3 (tiga)
bagian utama, yaitu wilayah bagian Barat yang dominasi lereng-lereng
perbukitan dengan ketinggian antara +5 - +100 dpl (sekitar 60% dari
total wilayah Kelurahan Bontang Lestari) dan sebagian besar merupakan
kawasan Hutan Lindung. Wilayah Timur yang didominasi area pantai
dengan ketinggian +5 – 0 dpl (sekitar 10 % dari total wilayah Bontang
Lestari). Wilayah Tengah yang berketinggian +5 - +50 dpl yang di
dominasi kawasan moderat-datar, sekitar 30% dari total area Kelurahan
Bontang Lestari.
Sedangkan dilihat berdasarkan faktor kemiringan lereng, wilayah
Kelurahan Bontang Lestari di dominasi oleh kemiringan lereng antara 0 –
8 %, daerah ini memiliki karakteristik morfologis bentuk bentang alam
yang didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit
bergelombang. Sedangkan di bagian Utara umumnya memiliki kemiringan
lereng antara 9 – 15 yang memiliki karakteristik morfologis perbukitan
67
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
landai. Sedangkan lahan yang memiliki kemiringan lereng > 26 – 45 %
sebagai kendala pengembangan relatif sangat kecil.
Secara penggunaan lahannya, potensi-potensi penggunaan lahan yang
sesuai dan cocok untuk menunjang kegiatan penduduk wilayah Kelurahan
Bontang Lestari yaitu sebagai berikut :
1. Kawasan potensi adalah kawasan yang sesuai dan cocok untuk
dikembangkan bagi berbagai kegiatan, dengan kisaran lereng 0 – 15
%. Daerah ini umumnya berada di sekitar area pantai ke arah bagian
tengah wilayah dengan luas sekitar seluas 3.906,64 ha atau sekitar
97,68 %.
2. Kawasan Kendala adalah kawasan yang sesuai dan cocok untuk
pengembangan kegiatan-kegiatan tertentu (seperti rekreasi umum
dan bangunan terhitung) yang dapat dikembangkan dengan bantuan
teknologi atau persyaratan-persyaratan teknis, dengan kisaran
lerengnya 15 – 40 %. Kawasan ini teridentifikasi seluas 90,04 ha atau
sekitar 2,25 % dengan karakteristik morfologis perbukitan sedang.
3. Kawasan Limitasi adalah kawasan yang tidak berpotensi untuk
pengembangan kegiatan budidaya, dengan kisaran lerengnya > 40
%. Kawasan ini teridentifikasi seluas 2,97 ha atau sekitar 0,07 %.
Wilayah Bontang Lestari terdiri atas daratan dan perairan. Wilayah
daratan Kelurahan Bontang Lestari memiliki luas mencapai 8.092 ha.
Sebagian besar pemanfaatan lahan di wilayah Kelurahan Bontang Lestari
adalah lahan-lahan non terbangun yang didominasi oleh sawah dan
ladang yang luasnya mencapai seluas 533,25 ha. Sedangkan lahan-lahan
yang sudah dibangun atau dalam tahap pembangunan relatif masih kecil.
Tabel 4.7 Luas Peruntukkan Lahan di Wilayah Daratan Kelurahan Bontang
Lestari
Jenis Peruntukan KeteranganJalan 220 KmSawah dan Ladang 533,25 Ha
68
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Bangunan Umum 27 HaEmpang 19 HaPermukiman/Perumahan
171,5 Ha
Jalur Hijau 50 HaPerkuburan 9,7 HaLain-lain - Ha
Sumber : Monografi Kelurahan Bontang Lestari, 2014
Sementara itu untuk Kelurahan Bontang Lestari sendiri, pada tahun 2014
jika dilihat dari jenis penggunaan lahannya diketahui bahwa sebagian
besar didominasi oleh tanah yang belum dikelola dengan masing-masing
luas sebesar 395 ha untuk hutan, 385 ha untuk rawa, dan 201 ha untuk
tanah yang belum dikelola lainnya. Berikut adalah rincian penggunaan
lahan di Kelurahan Bontang Lestari:
Tabel 4. 5Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Kelurahan Bontang Lestari
Jenis Penggunaan KeteranganIndustri 10 HaPerkotaan/Perdagangan - HaPerkantoran 54 HaPasar Desa 01 HaTanah Wakaf 2,58 HaTanah Sawah
- Irigasi Teknisi- Irigasi Setengah
Teknis- Irigasi Sederhana 02 Ha- Irigasi Tadah Hujan 88 Ha- Sawah Pasang Surut 75 Ha
Tanah Kering- Pekarangan 50,5 Ha- Perladangan 370,25 Ha- Tegalan 14 Ha- Perkebunan Negara 0 Ha- Perkebunan Swasta 15 Ha- Perkebunan Rakyat 18 Ha
69
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
- Tempat Rekreasi 04 HaTanah yang Belum Dikelola
- Hutan 395 Ha- Rawa 385 Ha- Lain-lain 201 HaSumber : Monografi Kelurahan Bontang Lestari, 2014
Sementara itu untuk kebencanaan, Kecamatan Bontang Selatan
khsuusnya di Kelurahan Bontang Lestari berpotensi terjadi resiko bencana
yang mencakup bencana genangan/banjir dan potensi bencana longsor.
Adapun uraian rinci mengenai potensi bencana alam, dapat dilihat pada
uraian berikut ini:
1. Banjir
Resiko genangan banjir di Kecamatan Bontang Selatan terjadi
dikarenakan beberapa faktor. Faktor penyebab terjadinya genangan di
Kecamatan Bontang Selatan meliputi:
a. Curah hujan di Kecamatan Bontang Selatan yang cukup tinggi.
b. Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan non-terbangun (rawa)
menjadi lahan terbangun (perumahan) akibat kebutuhan akan
lahan perumahan serta curah hujan yang tinggi serta dimensi
saluran yang kurang cukup menampung volume air hujan saat
hujan sehingga terjadi banjir.
c. Sistem saluran drainase yang terjadi masalah akibat tersumbat
oleh sampah, terjadi pendangkalan saluran, pembuangan limbah
rumah tangga dan atau lain sebagainya.
d. Sistem saluran drainase dimultifungsikan sebagai badan jalan.
2. Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
70
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut.
Resiko longsor di Kecamatan Bontang Selatan sering terjadi di
Kelurahan Bontang Lestari. Longsor yang terjadi pada beberapa titik
jalan di Jalan Soekarno Hatta (eks Jalan Flores) di Bontang Lestari,
Bontang Selatan. Longsoran yang yang sering terjadi di Kecamatan
Bontang Selatan terdiri dari jenis-jenis longsoran sebagai berikut:
a. Longsoran Translasi, Longsoran translasi adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata
atau menggelombang landai.
b. Longsoran Rotasi, Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa
tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
c. Aliran Bahan Rombakan, Jenis tanah longsor ini terjadi ketika
massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran
tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan
mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat
bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di
sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup
banyak.
4.3 Gambaran Umum Sosial Kependudukan
Secara kependudukan, jumlah penduduk laki-laki kota Bontang di Tahun
2010 sebesar 94.178 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar
81.653 jiwa. Besarnya rasio prosentase jenis kelamin di Kota Bontang
untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 53,56% sedangkan untuk jenis
kelamin perempuan sebesar 46,44%. Dalam kurun waktu lima tahun
terakhir dari tahun 2006 s/d tahun 2010, pertumbuhan penduduk Kota
Bontang tercatat rata-rata sebesar 9,48% per tahun atau sebesar 12.089
jiwa per tahun. Dari jumlah 175.831 penduduk Kota Bontang tahun 2010,
71
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
penyebaran jumlah penduduk di tiga kecamatan tidak merata setiap
tahunnya, yakni Kecamatan Bontang Selatan sebesar 71.067 jiwa, di
Kecamatan Bontang Utara sebesar 73.709 jiwa dan Kecamatan Bontang
Barat 31.055 jiwa. Kepadatan penduduk selama tahun 2010 di Kecamatan
Bontang Selatan sebesar 550 jiwa/km2, Kecamatan Bontang Utara 2.343
jiwa/km2 dan Bontang Barat sebesar 1.445 jiwa/km2.
Tabel 4.6 Persebaran dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kelurahan/Kecamatan Tahun 2013
Kec/Kel Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2)
Bontang Selatan
63.759 611
Bontang Lestari 4.207 52Satimpo 7.159 458Berbas Pantai 8.545 12.207Berbas Tengah 14.192 14.482Tanjung Laut 15.056 11.153Tj Laut Indah 14.600 3.017Bontang Utara 72.836 2.780Bontang Kuala 4.911 866Bontang Baru 11.004 5.290Api-Api 16.973 9.482Gunung Elai 15.929 3.470Lok Tuan 19.862 5.548Guntung 4.157 490Bontang Barat 27.056 1.409Kanaan 3.586 549Gunung Telihan 12.095 2.344Belimbing 11.393 1.511Kota Bontang 163.651 1.092
Sumber: Kota Bontang dalam Angka, 2014
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bontang tergolong sudah cukup
baik dan diatas rata-rata IPM Provinsi Kalimantan Timur. IPM Kota Bontang
pada tahun 2011 mencapai 77,52 sementara IPM Provinsi Kalimantan
Timur sebesar 76,22 dan merupakan IPM dengan peringkat ke 3 dari 14
kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Timur. IPM Kota Bontang juga
72
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebesar 74,7 menjadi 77,52
tahun 2011. Berikut IPM kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2004-2011 (Kota Bontang dalam kotak merah).
Tabel 4.7
IPM Kabupaten/Kota di Prov. Kalimantan Timur Tahun 2004-2011
NoProvinsi/
Kabupaten
IPM
2004 2005 2006
2007
2008
2009
2010
2011
1. KALTIM 72,2 72,9 73,3 73,77
74,52
75,11
75,56
76,22
2. Kota Balikpapan 75,7 76,1 76,3 76,62
77,31
77,86
78,33
78,85
3. Kota Samarinda 74,5 75,1 75,5 75,62
76,12
76,68
77,05
77,63
/4. Kota Bontang 74,7 74,9 75,1 75,61
76,08
76,52
76,88
77,52
5. Kota Tarakan 73,7 73,9 74,9 75,3 75,92
76,37
76,74
77,19
6. Bulongan 71,2 72,3 72,5 73,33
74,30
74,68
75,11
75,54
7. Pasir 71 71,7 72,3 72,7 73,46
73,99
74,66
75,40
8. Berau 70,1 70,7 71,1 72,12
72,75
73,22
73,84
74,63
9. Nunukan 70,4 71,7 72 72,17
72,86
73,48
73,84
74,38
10. Penajam Paser Utara
70,9 71,5 71,7 72 72,69
73,11
73,59
74,03
11. Kutai Barat 69,1 69,2 70,5 71,93
72,16
72,6 72,9 73,69
12. Kutai 70,4 71,3 71,5 71,53
72,03
72,5 72,89
73,51
13. Malinau 70 70,3 71,5 71,68
71,78
72,3 72,65
73,26
14. Kutai Timur 69,1 69,3 69,8 70,46
70,84
71,23
72,05
72,88
15. Tana Tidung - - - - 70,68
71,07
71,42
71,87
Sumber: BPS dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, 2012
Sementara itu untuk Kelurahan Bontang Lestari sendiri dilihat dalam
lingkup wilayah Kota Bontang hanya sekitar 2,75 % dan dalam lingkup
wilayah Kecamatan Bontang Selatan hanya sekitar 6,57 %. Pada tahun
73
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
2014 jumlah penduduk di Kelurahan Bontang Lestari berjumlah 4.595
jiwa. Berikut adalah proporsi jumlah penduduk Kelurahan Bontang Lestari
berdasarkan jenis kelamin:
Tabel 4.8
Jumlah Penduduk Kelurahan Bontang Lestari Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis KelaminJumlah (orang)
Laki-laki 2.453
Perempuan 2.142
Kelurahan Bontang Lestari
4.595
Sumber: Monografi Kelurahan Bontang Lestari, 2014
Kemudian jika dilihat dari jumlah penduduk dari tingkat pendidikan
terakhirnya diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan
Bontang Lestari banyak yang hanya tamatan TK atau SD dan bahkan tidak
sekolah. Jumlahnya hampir mencapai 50% atau sekitar 49,36% jumlah
penduduk Kelurahan Bontang Lestari. Adapun jumlah penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
74
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Tabel 4.9Jumlah Penduduk Kelurahan Bontang Lestari Berdasarkan
Tingkat PendidikanTingkat Pendidikan Jumlah
Taman Kanak-kanak/Tidak Sekolah
1.323
Sekolah Dasar 945SMP – SLTP 549SMU – SLTA 724Akademik 22Sarjana 60Pasca Sarjana 2
Sumber: Monografi Kelurahan Bontang Lestari, 2014
4.4 Gambaran Umum Ekonomi
Sampai saat ini sub sektor migas masih merupakan andalan bagi
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bontang,
dengan kontribusi sebesar 94,69% pada tahun 2013. Pada tahun ini laju
pertumbuhan PDRB -3,38% atau senilai 69.416.636.95 juta rupiah dengan
Migas sedangkan tanpa migas sebesar 6,99% atau senilai 12.441.669.50
juta rupiah. Peningkatan laju pertumbuhan PDRB (dengan migas) yang
tidak signifikan ini terjadi karena penurunan produksi gas yang diolah
PT.Badak NGL. Sedangkan sektor ekonomi lainnya mengalami
pertumbuhan diatas laju pertumbuhan agregat dan diantaranya yang
tertinggi adalah sektor Bangunan dan Konstruksi sebesar 11,78%. Sektor
Listrik, Gas dan Air Minum sebesar 11,04%, sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan sebesar 7,19%, sektor Jasa-jasa sebesar 5,53%,
sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel sebesar 4,62%, sektor Pertanian
sebesar 0,97% dan sisanya sektor Pertambangan dan Penggalian serta
Industri Pengolahan cenderung menurun dengan laju pertumbuhan antara
-1% sampai -4%.
Adanya sumber daya berupa gas alam merupakan resource endowment
yang menjadi potensi utama dalam pengembangan ekonomi wilayah Kota
Bontang. Keberadaan industri gas alam (LNG-Badak) dan industri pupuk
75
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
(PKT) selama ini menjadi penopang utama perkembangan ekonnomi kota.
Hal ini juga terlihat dari kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB
Kota Bontang. Kontribusi sektor industri tergolong sangat besar
dibandingkan dengan sektor-sektor lain.
Tabel 4.10 Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Atas Harga Berlaku
Kota Bontang Tahun 2010-2013 (dalam %)
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013
Pertanian 0,09 0,08 0,08 0,09Pertambangan dan Penggalian 0,14 0,12 0,01 0,01Industri Pengolahan 94,98 95,09 95,10 94,69Listrik, Gas dan Air Minum 0,07 0,06 0,06 0,06Bangunan dan Konstruksi 2,35 2,27 2,31 2,47Perdagangan, Restoran dan Hotel
1,34 1,36 1,35 1,47
Pengangkutan dan Komunikasi 0,28 0,26 0,30 0,32Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,39 0,39 0,39 0,44
Jasa-Jasa 0,37 0,36 0,40 0,44 Sumber: Kota Bontang dalam Angka, 2014
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dari tahun ke tahun jika dilihat
tanpa migas ternyata cukup berfluktuasi, dengan pertumbuhan sebesar
4,06% tahun 2002, - 3,96% tahun 2003, -0,07% tahun 2004, 6,50% tahun
2005, 4,86% tahun 2006, 4,81% tahun 2007, 10,36% tahun 2008, 2,62%
tahun 2009 dan 6,99% tahun 2010. Pendapatan perkapita atau
pendapatan yang diterima penduduk Kota Bontang pada tahun 2010
sebesar Rp. 292.271.002,47 dengan migas, sedangkan pendapatan
perkapita tanpa migas sebesar Rp. 49.818.846,79 atau tumbuh sebesar
11,65% dari tahun sebelumnya.
Tabel 4.11 Perkembangan PDRB Atas Harga Berlaku Kota Bontang Tahun
2007-2013 (Juta Rupiah)
TahunSektor
Dengan Migas Tanpa Migas2007 53.842.570 5.350.881
76
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
2008 74.716.372 6.436.8242009 52.664.325 7.137.9282010 53.092.351 8.259.0682011 62.051.947,16 9.542.630.83
2012 68.481.633.79 10.956.492.45
2013 69.416.636.95 12.441.669.50 Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011 dan Kota Bontang dalam
Angka, 2014
Berdasarkan data penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut
lapangan usaha di Kota Bontang dapat diketahui bahwa potensi sektor
ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja lebih banyak diserap oleh sektor
penyediaan akomodasi dan penyediaan makan dan minum serta sektor
perdagangan dan pertanian. Rincian penyerapan tenaga kerja menurut
lapangan usaha diuraikan sebagai berikut.
Tabel 4.12 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha Utama Tahun 2013
Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan
Jumlah
Pertanian tanaman padi & palawija 7.274 255 7.529Pertambangan dan Penggalian 5.574 - 5.574Industri pengolahan 1.851 649 2.500Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara dingin 302 0 302Pengadaan air, pengelolaan sampah dan daur ulang, Pembuangan
- - -
Konstruksi - - -Perdagangan, Reparasi dan Perawatan Mobil
7.212 355 7.567
Transportasi dan Pergudangan 2.708 673 3.381Penyediaan Akomodasi dan penyediaan makan dan minum
7.678 11.613 19.291
Informasi dan komunikasi - - -Jasa Keuangan dan asuransi 2.082 171 2.253Jasa Kemasyarakatan,Sosial dan Perorangan
9.031 6.706 15.737
Jumlah 43.712 20.422 64.134Sumber: Kota Bontang dalam Angka, 2014
77
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Sektor industri pengolahan merupakan sektor sekunder yang merupakan
kegiatan basis yang mempengaruhi pengembangan sektor tersier.
Adanya isu pengembangan kegiatan industri pengolahan di Kelurahan
Bontang Lestari merupakan peluang besar untuk dapat meningkatkan
peranan basis perekonomian Kota Bontang dan memicu pertumbuhan
sektor tersier dan kegiatan lainnya seperti sektor transportasi, jasa-jasa,
konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran dan lainnya. Untuk Kelurahan
Bontang Lestari sendiri sebagian besar bekerja sebagai petani dan
karyawan kemudian baru bekerja sebagai buruh industri. Hal ini
menunjukkan penyerapan tenaga kerja sebagai buruh industri belum
optimal di Kelurahan Bontang Lestari. Berikut adalah tabel yang
menunjukkan jumlah penduduk Kelurahan Bontang Lestari menurut mata
pencaharian:
Tabel 4.13Jumlah Penduduk Kelurahan Bontang Lestari Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2014
Jenis Mata Pencaharian JumlahPegawai Negeri Sipil/TNI/Polri 28Karyawan 470Buruh 216Pertukangan 64Pedagang 37Petani 458Profesi 54Lain-lain 188
Sumber: Monografi Kelurahan Bontang Lestari, 2014
4.5 Gambaran Umum dan Isu Pengembangan Kawasan Industri di
Kota Bontang
Pada Kota Bontang berdiri tiga perusahaan besar di bidang yang berbeda-
beda, Badak NGL (gas alam), Pupuk Kalimantan Timur atau PKT (pupuk
danamoniak) dan Indominco Mandiri (batubara) serta memiliki kawasan
industri petrokimia yang bernama Kaltim Industrial Estate (KIE) yang
merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Kaltim. Perusahaan-
78
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
perusahaan tersebut memberikan pengaruh besar pada perkembangan
ekonomi Kota Bontang.
Kawasan PKT berada di sebelah utara kota dan utara jalan arteri di Kota
Bontang, Pupuk Kaltim merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk
Indonesia (Persero), dan saat ini memiliki kapasitas produksi Urea 2,98
juta ton per tahun, Amoniak sebanyak 1,85 juta ton per tahun dan NPK
350 ribu ton per tahun. Pupuk Kaltim juga memproduksi pupuk organik
dengan kapasitas 45 ribu ton per tahun. Perusahaan ini resmi berdiri
pada 7 Desember 1977 dan berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur. Anak
perusahaan yang terdapat di lokasi PKT adalah PT. KIE dan PT. Oci Kaltim
Melamine (OKM). Kawasan PKT memiliki dan mengoperasikan pelabuhan
khusus di Bontang, dengan empat dermaga yang dapat melayani kapal-
kapal berukuran sampai dengan 40.000 DWT, yaitu dermaga I
(Construction Jetty) untuk kapal sampai 6.000 DWT, Dermaga II
(Production Jetty) untuk Kapal sampai 40.000 DWT, Dermaga III (Tursina
Jetty) untuk kapal sampai 20.000 DWT, dan Dermaga Quadrant Arm
Loader untuk kapal sampai 40.000 DWT.
Gambar 4.3 Fasilitas Pelabuhan di Kawasan PKT
Sumber: Website PT. Pupuk Kaltim, 2014
79
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Kawasan LNG Badak berada di sebelah utara kota (selatan jalan arteri),
dan lokasi penambangannya di selatan kota. PT Badak Natural Gas
Liquefaction atau lebih dikenal dengan PT Badak NGL adalah perusahaan
penghasil gas alam cair (LNG (Liquid Natural Gas) terbesar di Indonesia
dan salah satu kilang LNG yang terbesar di dunia. Perusahaan ini
berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur, dan memiliki 8 process train (A -
H) yang mampu menghasilkan 22,5 Mtpa LNG (juta metrik ton LNG per
tahun). PT Badak NGL merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar
bagi Kota Bontang maupun Indonesia. Kawasan Industri ini dimiliki oleh
Pertamina dan perusahaan migas asing lainnya yaitu Total E&P, JILCO,
dan VICO Indonesia. Kawasan ini memiliki pelabuhan dan bandara sendiri
untuk menunjang kegiatannya.
Kawasan indominco berada di sebelah tengah kota. PT Indo Tambangraya
Megah Tbk. (ITM) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang penyedia batu bara terkemuka di Indonesia. Batu bara pasokan
dari perusahaan ini telah memiliki reputasi yang baik untuk pasar energi
dunia. Sejak awal berdirinya perusahaan ini selalu berupaya untuk terus
mengembangkan lini usahanya, salah satunya melalui anak perusahaan
yang kemudian berlabel PT Indominco Mandiri di Bontang sejak tahun
1995. Anak perusahaan ini kemudian mulai beroperasi setahun kemudian
dengan mengirim muatan curah. Kawasan ini juga memiliki pelabuhan
sendiri untuk menunjang kegiatannya. Berikut adalah peta lokasi kawasan
industri di Kota Bontang.
Gambar 4.4 Peta Lokasi Eksisting Kawasan Industri di Kota Bontang
80
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Sumber: Wikimapia, 2014
Namun dengan adanya industri skala besar di Kota Bontang
menyebabkan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Kebutuhan akan pergerakan akibat tumbuhnya kegiatan industri
semakin meningkat. Permasalahan muncul akibat kebutuhan lebih
besar dibandingkan sediaan prasarana-prasarana transportasi.
Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor rata-rata mencapai 6%
setahun dan tidak diiringi dengan bertambahnya panjang ruas jalan
dan diperparah dengan kondisi jalan yang sebagian besar masih
berkonstruksi tanah dan perkerasan. Jalan yang berkonstruksi
perkerasan juga masih memiliki kondisi rusak ringan hingga berat.
Kerusakan jalan ini disebabkan karena tidak sesuainya kelas jalan
dengan berat kendaraan yang melewatinya dan juga drainase yang
tidak ada di setiap jalan sehingga membuat kerusakan jalan semakin
cepat terjadi. Hal ini terjadi terutama untuk jalan besar yang
81
Kawasan Industri PKT
Kawasan Industri LNG
Kawasan Industri Indominco
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
menghubungkan Kota Samarinda-Bontang. Konektivitas dengan
regional menjadi isu permasalahan kawasan industri yang perlu
dirujuk dalam penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang.
2. Seperti yang telah diketahui bahwa kawasan industri Bontang
merupakan kawasan strategis provinsi yang perlu dikembangkan.
Namun disisi lain, Provinsi Kalimantan Timur juga memiliki tujuan
penataan ruang yang berupaya untuk menjaga daya dukung
lingkungan. Ketidakseimbangan perkembangan kawasan industri
yang pesat dan keterbatasan daya dukung lingkungan menjadi isu
permasalahan kawasan industri yang perlu dirujuk dalam
penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang. Hal ini juga
didukung dengan dekatnya lokasi kawasan industri Bontang yang
direncanakan dengan kawasan lindung yang berada di Kota Bontang.
Kawasan lindung tersebut menjadi limitasi dalam pengembangan
kawasan industri di Kota Bontang.
3. Kawasan industri Bontang yang direncanakan saat ini merupakan
kawasan yang belum terbangun dan hanya berdekatan oleh satu
sungai saja, yaitu Sungai Nyerakat. Hal ini menjadi tantangan dalam
pengembangan kawasan industri Bontang terkait dengan
keterbatasan sumber daya air di kawasan yang direncanakan. Perlu
diperhatikan dalam perencanaannya untuk mengatasi permasalahan
keterbatasan sumber daya air dan penyediaan sumber daya air yang
optimal dalam pengembangan kawasan industri Bontang.
Seperti yang telah diketahui bahwa sebagian besar PDRB Kota Bontang
didominasi oleh sektor industri, khususnya industri besar di Kota Bontang
yaitu industri berbasis migas dan kondensat. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa perekonomian Kota Bontang cukup bergantung pada
sektor tersebut, sedangkan industri berbasis migas dan kondensat
memiliki input produksi yang nonrenewable sehingga keberlanjutan
ekonomi Kota Bontang menjadi terancam. Hal ini menyebabkan
ketergantungan Kota Bontang yang besar terhadap industri berbasis
82
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
migas dan kondensat yang tidak berkelanjutan. Ketergantungan tinggi
pada industri berbasis migas dan kondensat menjadi isu permasalahan
kawasan industri yang perlu dirujuk dalam penyusunan RTR KSP Kawasan
Industri Bontang.
83
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
BAB 5
METODOLOGI
Pada bagian berikut ini akan dijabarkan mengenai metodologi yang akan
digunakan dalam merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Provinsi yang terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
serta proses penyusunan dan kebutuhan data.
4.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data disusun agar data yang diperlukan diperoleh
secara sistematis dan untuk membedakan sumber data yang diperlukan
baik bersumber dari pengumpulan data primer atau sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Kawasan Industri Bontang
terbagi menjadi survei primer dan survei sekunder.
4.6.1 Survei Primer
Pengumpulan data primer adalah dengan observasi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Teknik observasi langsung adalah cara
mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan
gejala-gejala yang tampak pada obyek yang pelaksanaannya langsung
pada tempat di mana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang
terjadi. Sedang teknik observasi tidak langsung adalah cara
mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan
gejala-gejala yang tampak pada obyek yang pelaksanaannya tidak
langsung di tempat atau pada saat peristiwa, keadaan atau situasi itu
terjadi.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat dengan melalui kegiatan wawancara, pengamatan
dan penyebaran kuisioner. Tiga cara Pengumpulan data primer yang
dilakukan yaitu:
84
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
1. Observasi/pengamatan. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh informasi
dan data yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung di
lapangan dan hasilnya dicatat atau di-spasialkan. Hasil dari observasi dapat
berupa data kualitatif dan kuantitatif.
2. Pengisian kuisioner. Pengumpulan data melalui pengisian kuisioner dilakukan
pada masyarakat wilayah perencanaan. Penyebaran kuisioner dilakukan
dengan mendatangi langsung masyarakat di lingkungan tempat tinggal
dengan teknik pengisian langsung oleh responden. Hasil yang diharapkan
dari penyebaran responden berupa partisipatif masyarakat.
3. Wawancara. Wawancara merupakan metode pengumpulan data primer
dengan teknik tanya jawab langsung dengan narasumber, yaitu meliputi
wawancara dengan tokoh masyarakat di lingkungan wilayah perencanaan,
instansi pemerintah, pengelola kawasan industri, investor dan pihak-pihak
yang terkait.
4.6.2 Survei Sekunder
Metode survei sekunder adalah suatu metode survei yang dijalankan
dengan kegiatan pengumpulan data yang berupa peta, data, arsip dan
lainnya yang berasal dari literatur atau instansi terkait. Adapun
penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Kawasan Industri Bontang ini dilakukan dari berbagai sumber, sebagai
berikut:
- Studi literatur yang berkaitan dengan studi penyusunan RTR KSP.
- Informasi dari media cetak dan media elektronik.
- Instansi pemerintahan diantaranya Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Bina Marga, Perhubungan, Tata Kota, Bappeda, pihak kecamatan dan instansi
pemerintah yang terkait dengan penyusunan RTR KSP ini.
- Instansi swasta, khususnya pengelola kawasan industri
4.7 Teknik Analisis
Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi
(KSP) Kawasan Industri Bontang di Provinsi Kalimantan Timur akan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan
85
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
a. Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu
kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari
pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya;
b. Analisis suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti
masalah rumah kumuh, daerah konservasi, bangunan historis,
kebencanaan, dsb.
2) Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas
hasil analisis kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung
lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran
pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi
pelayanan. Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup:
a. Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan;
b. Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan;
c. Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan budaya perkotaan;
d. Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan;
e. Kebutuhan ekstensifikasi dan intensifikasi;
f. Perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan;
g. Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.
3) Perumusan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi
Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan
pembangunan dan pemanfaatan ruang. Guna memenuhi tinjauan di atas,
maka diperlukan beberapa tahapan penyusunan yang didukung oleh metode
pendekatan tertentu pada setiap tahapan. Tahapan-tahapan tersebut antara
lain:
a. Tahap Identifikasi
Tahap ini terdiri dari pengenalan kondisi kawasan perencanaan baik dari
segi potensi, maupun kendala yang ada. Adapun metode yang akan
digunakan adalah: survei primer yaitu pencarian informasi melalui
pengumpulan data secara langsung ke lapangan, wawancara dan
dokumentasi; dan survei sekunder yaitu pencarian informasi dan
pengidentifikasian melalui dokumen data-data yang telah dibukukan atau
tertulis dari beberapa instansi, antara lain seperti Bappeda, Biro Pusat
Statistik (BPS) dan Dinas Tata Kota.
b. Tahap Analisis
86
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Dalam tahapan ini dilakukan analisis atas data-data yang telah
dikumpulkan disamping juga analisis potensi yang ada beserta
permasalahannya, sebagai dasar penyusunan rencana untuk dapat
memenuhi beberapa tinjauan yang telah dijabarkan di atas. Pada
umumnya analisis yang akan dilakukan meliputi analisis deskripsi,
evaluasi dan pengembangan. Tahap analisis terdiri dari analisis makro dan
analisis mikro.
Analisis makro, analisis orientasi lingkup yang lebih luas mencakup:
analisis kebijaksanaan pembangunan nasional, propinsi dan
kota/kabupaten mengenai pengembangan kawasan; analisis
kebijaksanaan tata ruang wilayah nasional, propinsi dan kota/kabupaten,
serta RDTR Kawasan disekitarnya yang terkait dengan pengembangan
kawasan; analisis kebijaksanaan pengembangan sektor/sub sektor yang
terkait dengan fungsi kawasan; analisis kebutuhan pengembangan
sektor/kegiatan fungsional kawasan. Analisis makro pada umumnya
menggunakan metode analisis kualitatif dengan melakukan kajian
terhadap kebijakan-kebijakan terkait serta dengan melakukan
pembandingan antara kondisi riil di lapangan dengan berbagai konsep
yang ada. Adapun metode analisis yang digunakan antara lain:
- Metode SWOT
Analisis SWOT adalah analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi kawasan, yaitu untuk melihat Strength
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat
(ancaman), dan menginventarisasi faktor-faktor tersebut dalam
strategi perencanaan tata ruang kawasan yang dipakai sebagai dasar
untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan dalam
pengembangan selanjutnya.
- Metode Analisis Partisipatif
Untuk menganalisis dampak sosial dari pengembangan kawasan
digunakan metode analisis partisipatif yang melakukan kajian
terhadap pihak-pihak yang menjadi obyek ataupun terkena dampak
dari pelaksanaan rencana yang akan disusun.
Analisis mikro meliputi kebutuhan analisis terkait teknis dalam muatan
RTR KSP yang meliputi: analisis fisik dasar, analisis kependudukan, analisis
87
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
struktur pelayanan kegiatan (pusat pelayanan, kapasitas pelayanan,
kebutuhan sarana dan prasarana, dan skala pelayanan), analisis jaringan
pergerakan (jaringan transportasi, jaringan jalan, prasarana penunjang
lainnya), analisis sistem jaringan utilitas kota (air bersih, drainase,
pembuangan air limbah, listrik dan telekomunikasi, dan sanitasi), analisis
peruntukkan blok, serta analisis kelembagaan dan peran serta
masyarakat.
- Analisis Fisik Dasar
Analisis fisik, analisis kesesuaian lahan, analisis keserasian lahan, dan
analisis daya dukung kawasan yang akan dilakukan menggunakan
Teknik Super Impose/Overlay dengan metode tumpang tindih
beberapa peta tematik pendukung sehingga secara spasial didapat
gambaran yang integral terhadap kondisi fisik kawasan.
- Analisis Kependudukan
Analisis kependudukan merupakan faktor utama untuk mengetahui
ciri perkembangan suatu daerah. Data penduduk masa lampau
sampai tahun terakhir sangat diperlukan dalam memproyeksikan
keadaan di masa yang akan datang. Proyeksi penduduk wilayah
perencanaan mempertimbangkan kebutuhan dan daya tampung
kawasan industri.
Analisis kebijakan kepadatan penduduk
Kebijaksanaan mengenai kepadatan penduduk ditetapkan
berdasarkan analisis perbandingan hasil perhitungan jumlah
penduduk eksisiting terhadap luas wilayah yang kemudian
diperbandingkan lagi terhadap standar kepadatan penduduk
sebagai berikut:
Tabel 0.8 Standar Tingkat Kepadatan Penduduk
Jenis Kepadatan
Jumlah Penduduk/Luas Wilayah (Jiwa/Km2)
TinggiSedangRendah
100-15050-10010-50
Sumber: Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota
Proyeksi penduduk Metode yang digunakan meliputi:
88
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Metode Eksponensial
Dimana: Pt : jumlah penduduk pada tahun tPo: jumlah penduduk awalr : laju pertumbuhan rata-ratan : tahun
Metode Polinomial
Dimana: Pt : jumlah
penduduk pada tahun proyeksiPo : jumlah penduduk pada tahun dasara : rata-ratat : selang waktu
Distribusi dan Kepadatan PendudukPendistribusian penduduk dilakukan menurut luas pembagian kawasan.
Dimana: KP : kepadatan
- Analisis Struktur Pelayanan Kegiatan
Analisis struktur pelayanan kegiatan dilakukan untuk mengetahui
pusat pertumbuhan/pelayanan, tingkat pelayanan kapasitas,
kebutuhan sarana penunjang pelayanan, serta skala pelayanan
fasilitas dalam kawasan perencanaan. Hal tersebut menjadi dasar
dalam menentukan lokasi pusat dan sub pusat industri serta sarana
penunjang yang dibutuhkan.
- Analisis pusat pertumbuhan/pelayanan
Ada beberapa cara untuk mendefinisikan pusat pertumbuhan, satu
kawasan diambil sebagai calon pusat pertumbuhan karena dianggap
mempunyai kelengkapan fasilitas paling tinggi, tempat
pengelompokan penduduk, dilalui oleh jaringan-jaringan jalan utama di
daerah tersebut, dan fungsi sebagai daerah pemerintahan. Kelompok
pusat-pusat pertumbuhan yang ditetapkan mempunyai potensi yang
beranekaragam demikian pula dengan peranannya. Maka fungsi-fungsi
89
Pt = Po + at
Pt = Po ( 1 + r ) n
KP = Penduduk / Luas
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
pusat ini sebagai titik awal perkembangan mempunyai tingkatan yang
berbeda, dimana langkah awal perkembangan sangat sulit dilakukan
secara serentak pada semua titik pertumbuhan. Oleh karena itu,
perkembangan dapat dimulai pada suatu titik tertentu kemudian
berjalan ke titik berikutnya yang hierarkinya lebih rendah. Sistem ini
dapat dipergunakan sebagai alat untuk medistribusikan pelayanan
barang dan jasa bagi masyarakat. Menurut Harry W. Richardson bahwa
besar kecilnya potensi sebuah pusat berkaitan erat dengan wilayah
pengaruh pusat itu.
Pusat dengan hierarki pertama mempunyai wilayah pengaruh seluruh
daerah studi yang memiliki karakteristik wilayah yang homogen,
demikian seterusnya bagi pusat hierarkhi ketiga. Perbedaan potensi
setiap calon-calon pusat pertumbuhan mempunyai konsekuensi logis
bahwa tidak semua calon pusat dapat dikategorikan sebagai pusat
pertumbuhan. Untuk mengukur tingkat potensi dilakukan penilaian
terhadap setiap calon pusat. Kriteria penilaian yang dilakukan sedapat
mungkin mencerminkan besarnya potensi tiap calon pusat
pertumbuhan itu. Kriteria yang dimaksud adalah: kelengkapan fasilitas
pusat, jarak antar sub pusat dengan pusat, serta jumlah penduduk
tiap kawasan
- Analisis kapasitas pelayanan
Model tingkat pelayanan fasilitas
Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis
fasilitas di dalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini,
fasilitas umum yang memiliki tingkat pelayanan 100 %
mengandung arti bahwa fasilitas tersebut memiliki kemampuan
pelayanan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk
mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu kota, dihitung
tingkat pelayanannya dengan rumus:
aij/bj
T.Pij = --------------- x 100 %
Cis
Dimana:
90
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
T.Pij : Tingkat pelayanan fasilitas i di kota j
aij : Jumlah fasilitas i di kota j
bj : Jumlah penduduk di kota j
Cis : Jumlah fasilitas i per satuan penduduk
Khusus untuk menghitung tingkat pelayanan fasilitas
peribadatan, jumlah penduduk kota j (bj) diganti oleh jumlah
penduduk menurut agama di kota tersebut.
Kebutuhan perumahan
Pengembangan perumahan dilakukan dengan kriteria
perbandingan antara perumahan kavling besar terhadap kavling
sedang dan terhadap kavling kecil, yaitu 1 : 3 : 6. Dengan luas
masing-masing kavling:
- Kavling kecil ≤ 200 m2
- Kavling sedang 201-300 m2
- Kavling besar ≥ 300 m2
Analisis Kebutuhan Sarana
Adapun standar perhitungan kebutuhan sarana dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 0.9 Standar Perhitungan Kebutuhan Sarana
Jenis Fasilitas
Jumlah Penduduk
yang Dilayani
Kebutuhan
KeteranganLuas Lantai (m2)
Luas Lahan (m2)
Pendidikan
Taman kanak-kanak Min 1.000
252 atau 15 m2/murid
12002 ruang kelas @35-40, radius maks. 500 m
Sekolah Dasar Min 1.600 400-600 36006 ruang kelas @30 murid, radius maks. 500 m
SLTP Min 4.800
Umum: 1514Khusus: 2551
Umum: 2700Khusus: 5000
3 ruang kelas @30 muridKDB Umum 60%KDB Khusus 50%
SLTA Min 4.800
Umum: 1514Khusus: 2551
Umum: 2700Khusus: 5000
3 ruang kelas @30 muridKDB Umum 60%KDB Khusus 50%
PeribadatanMasjid 500 - 1500
91
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Jenis Fasilitas
Jumlah Penduduk
yang Dilayani
Kebutuhan
KeteranganLuas Lantai (m2)
Luas Lahan (m2)
Musholla 2.500 - 1000
Gereja - 1,2 m2/orang
1000
Kesehatan Puskesmas 30.000 - 1200Puskesmas Pembantu
15.000 150 300
BKIA/Rumah Bersalin
10.000 - 1000 Radius 2000 m
Apotik 10.000 - 300
Praktek Dokter 5.000 - 100 Bersatu dengan rumah tangga
PerdaganganWarung 250 - 100Pusat Pertokoan Kecil
2.500 - 1500
RekreasiTempat Bermain
250 - 100 Anak-anak umur 5-14 tahun
Taman & Olah Raga
2.500 - 2500 Remaja umur 10-17 tahun
Jalur Hijau - - - 6% luas terbangun kotor
KebudayaanBalai Pertemuan
2.500 - 400
Gedung Serba Guna
5.000 - 1000
Bioskop 30.000 - 2000UmumPos Keamanan 1.250 - 10Pengumpul Sampah (TPS)
2.500 - - 10 m3
Halte Angkutan Umum
2.500 - 400
Sumber: Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota
Analisis Skala Pelayanan Fasilitas
Untuk skala pelayanan fasilitas dapat ditentukan dengan struktur
kegiatan yang ada dan kecenderungan penyebarannya. Untuk itu
struktur kegiatan kota dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
Kegiatan fungsi primer. Kegiatan ini penekannya lebih banyak
ditujukan untuk memberikan pelayanan pada skala regional antara
92
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
lain: perdagangan, pasar regional, industri dan pergudangan,
terminal penumpang.
Kegiatan fungsi sekunder. Kegiatan ini penekannya lebih diarahkan
untuk memberikan pelayanan yang berskala kota. Kegiatannya
meliputi: pemerintahan dan pelayanan umum, pendidikan,
peribadatan, perdagangan lokal dan jasa, kesehatan, rekreasi dan
olah raga.
Kegiatan fungsi lokal. Kegiatan yang berskala unit lingkungan
antara lain: pendidikan dasar dan taman kanak-kanak, peribadatan
dan musholla, pos kesehatan, warung dan toko, ruang terbuka dan
taman.
- Analisis Jaringan Pergerakan
Analisis jaringan pergerakan dilakukan untuk mengetahui pola
pergerakan dan sistem jaringan jalan, transportasi, dan prasarana
penunjangnya untuk memenuhi kebutuhan perencanaan jaringan
pergerakan yang menghubungkan bagian-bagian kawasan sesuai
dengan fungsi dan perannya. Dalam analisis ini dilakukan analisis pola
pergerakan, analisis tingkat pergerakan, analisis pola jaringan jalan,
dan prasarana penunjang.
Analisis pola pergerakan
Metode gravitasi
Digunakan untuk menganalisis besarnya interaksi antara dua
kutub/tempat yang diukur melalui besarnya arus lalu lintas:
Tij = k . Pi . Pj
P
Dimana:
Tij : Jumlah perjalanan yang dilakukan dari i ke j
P : Jumlah penduduk
k : Jumlah perjalanan rata-rata individu
Analisis tingkat pergerakan
Diperhitungkan dengan rumus:
93
Ai = k. F. T d
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Dimana:
Ai : Nilai Aksesibilitas
K : Kondisi Jalan (aspal, perkerasan/tanah)
F : Fungsi Jalan (baik/sedang/buruk)
T : Kondisi Jalan (baik/sedang/buruk)
D : Jarak (waktu/geografis/ongkos)
Nilai k, F, T diberi bobot penilaian berdasarkan pertimbangan teknis.
Analisis pola jaringan jalan
Sistem jaringan jalan disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata
ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, antara
lain:
Sistem jaringan jalan primer, antara lain:
Jalan arteri primer, dengan syarat:
o Kecepatan rencana rata-rata tinggi 60 km/jam dengan lebar badan
jalan tidak kurang dari 8 m.
o Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
jalan tidak kurang dari 20 m.
o Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
o Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal
dan kegiatan lokal.
o Mempunyai peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan wilayah di tingkat nasional.
o Menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan dengan skala nasional.
o Melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,
bervolume besar dan dan bernilai ekonomis yang tinggi.
o Jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
Jalan kolektor primer, dengan syarat:
94
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
o Didesain berdasarkan kecepatan rencana rata-rata sedang, dengan
ketentuan paling rendah 40 km/jam dengan lebar jalan tidak
kurang dari 7 m.
o Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
jalan tidak kurang dari 15 m.
o Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
o Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal
dan kegiatan lokal.
o Jumlah jalan masuk dibatasi.
o Memiliki fungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang dalam lingkup wilayah.
o Mempunyai peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan wilayah di lingkup wilayah.
o Menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan dengan skala wilayah.
Jalan lokal primer
o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam
dengan lebar jalan tidak kurang dari 6 m.
o Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
jalan tidak kurang dari 10 meter.
o Memiliki fungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan
jarak dekat dalam lingkup skala wilayah tingkat lokal.
o Jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
o Mempunyai peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan wilayah di lingkup skala wilayah tingkat lokal.
o Menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan dengan skala wilayah tingkat lokal.
Jaringan jalan sekunder, antara lain:
Jalan arteri sekunder
o Kecepatan rencana 30 km/jam dengan lebar badan jalan tidak
kurang dari 8 m.
95
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
o Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
jalan tidak kurang dari 20 m.
o Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
o Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal
dan kegiatan lokal.
o Jumlah jalan masuk dibatasi.
o Mempunyai peran pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat pada skala perkotaan.
o Melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,
bervolume besar dan dan bernilai ekonomis yang tinggi.
Jalan kolektor sekunder
o Kecepatan rencana 20 km/jam dengan lebar badan jalan tidak
kurang dari 7 m.
o Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
jalan tidak kurang dari 7 m.
o Memiliki fungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang di lingkup perkotaan (dalam
kota).
o Sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan distribusi dan jasa
untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan, dan memiliki
fungsi sebagai penghubung antara angkutan utama dengan
angkutan setempat.
Jalan lokal sekunder
o Kecepatan rencana 10 km/jam dengan lebar badan jalan tidak
kurang dari 5 m.
o Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
jalan tidak kurang dari 4 m.
o Tidak diperuntukan untuk kendaraan roda tiga atau harus
mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 m.
o Memiliki fungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan
jarak dekat dalam lingkup skala perkotaan tingkat lokal.
o Sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan distribusi dan jasa
untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan tingkat lokal, dan
96
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
sebagai penghubung dengan lingkungan permukiman di kawasan
perkotaan.
(Sumber: UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan)
Prasarana penunjang
Terminal penumpang antar kota
Pengembangan dan pengelolaan terminal angkutan antar kota perlu
mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan kegiatan sistem
transportasi secara keseluruhan, faktor-faktor tersebut adalah:
o Lokasi terminal ditempatkan di luar pusat kota atau di daerah
pengembangan.
o Terletak dekat dengan jaringan jalan primer yang melayani lalu
lintas regional.
o Masih dalam jarak yang ekonomis dan efektif dengan kawasan
pusat kota, permukiman dan perkantoran.
o Tersedia sistem utilitas yang memadai.
o Terletak pada daerah yang datar dan memiliki lahan yang cukup
luas termasuk kemungkinan pengembangan berikutnya dan
harganya terjangkau.
Terminal angkutan penumpang dalam kota
Terminal angkutan dalam kota atau terminal lokal memiliki beberapa
kriteria sebagai berikut:
o Arus lalu lintas angkutan kota bersifat menyebar ke seluruh
wilayah kota.
o Terletak di dekat jalan kolektor atau jalan fungsi sekunder yang
melayani lalu lintas lokal.
o Terletak dekat dengan daerah pemukiman yang dilayani atau
pusat-pusat kegitaan lainnya yang membutuhkan pelayanan lalu
lintas lokal seperti pusat perdagangan dan sebagainya.
o Terletak di wilayah pengembangan dan sesuai dengan rencana
tata ruang kota, daya dukung lahan dan lingkungan sekitar.
o Tersedianya sistem utilitas yang memadai.
Terminal barang
97
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Lokasi terminal angkutan barang perlu diadakan secara tersendiri
yang letaknya tidak di tengah kota.
- Analisis Sistem Jaringan Utilitas Kota
Analisis sistem jaringan utilitas kota terdiri dari analisis pelayanan air
bersih, drainase, sistem pembuangan air limbah, listrik dan
telekomunikasi, dan sanitasi. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan dimensi, lokasi, pemanfaatan ruang jalan
sebagai jalur distribusi dengan mempertimbangkan topografi, volume,
debit, lokasi/lingkungan perencanaan, tingkat pelayanan, dan
sebagainya.
Pelayanan air bersih
Kebutuhan air bersih kota dapat diperhitungkan berdasarkan standar-
standar berikut ini:
o Standar Kebutuhan rata-rata = 100 l/org/hari
o Kebutuhan rata-rata rumahtangga = 5 x 100 l/org/hari
o Fasilitas sosial dan perkantoran = 1/6 kebutuhan rumahtangga
o Komersial = 1/6 kebutuhan rumahtangga
o Industri = 1/12 kebutuhan rumahtangga
o Cadangan kebocoran = 10% kebutuhan total kegiatan
o Pemadam kebakaran = 10% kebutuhan total kegiatan
atau menggunakan perhitungan:
o Kebutuhan domestik = jumlah penduduk x standar kebutuhan
o Kebutuhan non domestik = 20-30% kebutuhan domestik
o Fasilitas umum/fasilitas sosial = 10-20% (domestik + non
domestik)
o Hidran dan kebocoran = 20-30% (kdomestik + non domestik)
Drainase
Untuk menentukan saluran primer, sekunder dan primer dikeluarkan
pedoman Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT),
yaitu:
o Saluran Primer : lebar alas 2 m
98
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
o Saluran Sekunder : lebar 0,5-2 m
o Saluran Tersier : lebar kurang dari 0,5 m
Sumber buangan
Bagi wilayah perkotaan, sumber air buangan dapat terdiri dari:
Air limbah (rumah tangga, fasilitas dan industri). Besarnya volume air
limbah yang kan ditampung tergantung pada jumlah pemakainya
(jumlah penduduk beserta segala kebiasaannya). Sumber-sumber
penghasil limbah cair dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
o Pemukiman, besarnya air limbah yang akan dihasilkan diperkirakan
sebesar 70% dari kebutuhan air bersihnya sedangkan
perkembangan/peningkatan volume limbahnya adalah berbanding
lurus dengan peningkatan jumlah penduduknya.
o Kegiatan komersial dan industri, besarnya air limbah yang
dihasilkan diperkirakan sebesar 60% dari kebutuhan air bersihnya,
sedangkan perkembangan/peningkatan volume limbahnya
berbanding lurus dengan peningkatan skala industri dan luas
tanahnya/lahannya.
o Kegiatan pendidikan, peribadatan, perkantoran, pelayanan umum
dan sebagainya diperkirakan sebesar 50% dari kebutuhan air
bersihnya.
Air hujan (air limpasan). Untuk memperhitungkan volume air limpasan
yang dihasilkan oleh kota sebagai dasar penentuan tipe saluran dan
penempatannya digunakan rumus sebagai berikut:
V = c . A . R
Dimana :
V : volume air limpasan (m3)
c : Koefisien dasar bangunan
A : Luas daerah/area, (m2)
R : Curah hujan rata-rata (mm/hari)
Sehingga,
99
Volume Air Buangan = Volume Air Limpasan + Air Limbah
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Saluran pembuangan
Untuk selanjutnya dapat ditentukan saluran-saluran pembuangannya,
yang kriterianya disesuaikan dengan volume air buangan dan
keadaan topografi.
Sistem saluran drainase ada 2 macam yaitu:
o Sistem saluran terpisah: saluran antara air hujan dan air buangan
terpisah.
o Sistem saluran tercampur: saluran antara air buangan dan air
hujan menjadi satu.
Sedangkan, jenis saluran pematusannya ada 2 macam yaitu:
o Saluran primer: biasanya berupa sungai. Saluran ini merupakan
penampungan air buangan dari saluran-saluran sekunder.
o Saluran sekunder: merupakan saluran untuk mengalirkan air
buangan dari rumah tangga.
Metode yang digunakan untuk memperkirakan air larian adalah:
Q = C . I . A.
Dimana :
Q : Volume air maksimum
C : KDB/Koefisien Air Limpasan
I : Intensitas hujan rata-rata pada suatu periode (mm/hari)
A : Luas permukaan yang dapat menampung saluran air hujan
Sistem pembuangan air kotor dan limbah
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, maka sistem pembuangan
air kotor dan limbah rumah tangga dilakukan melalui pengumpulan pada
satu wilayah dan kemudian secara keseluruhan dibuang ke tempat
tertentu. Adapun mekanisme pembuangannya adalah sebagai berikut:
o Untuk permukiman padat, sistem septic tank dilakukan secara
kolektif pada beberapa lokasi (misalnya 1 unit septic tank untuk
setiap 10 rumah).
o Pada permukiman dengan kepadatan sedang dan rendah,
mekanisme pembuangannya dapat dilakukan secara kolektif dalam
satu ruang tertentu.
100
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
o Untuk fasilitas umum yang mengelompok, umumnya jumlah air kotor
dan limbah ini relatif sedikit, oleh karena itu mekanisme
pembuangannya dapat dilakukan secara individual.
o Sistem pembuangan secara keseluruhan dilakukan dengan
pengolahan limbah dan resapan ke dalam tanah dimana lokasinya
yang sudah terencana.
Listrik
Sistem pelayanan listrik secara garis besar dibagi atas tiga jenis jaringan,
yaitu:
o Jaringan listrik tegangan tinggi (SUTT)
o Jaringan listrik tegangan menengah (SUTM)
o Jaringan listrik tegangan rendah (SUTR)
Dengan daya rata-rata:
o Rumah : 0,540 KVA – 0,900 KVA
o Fasilitas umum dan fasilitas sosial : 0,900 KVA
o Industri : 0,2200KVA
Sanitasi dan sampah
Untuk menghitung volume sampah kota per tahun yang digunakan
sebagai standar bagi perhitungan kebutuhan tempat pembuangan
sementara/TPS, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan kebutuhan
prasarana penunjang lainnya digunakan rumus-rumus berikut ini:
Volume sampah kota per tahun (Qk)
Qk = q . P
Dimana:
P : Jumlah penduduk
q : Standar kuantitas timbunan sampah (l/orang/hari)
Volume sampah yang masuk ke TPA
Qtpa = Kp . Qk + sampah jalan + sampah pasar
Dimana:
Kp : Faktor Kompaksi (0,7-0,8)
Sampah jalan : 5% . Qk
101
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Sampah pasar : 10% . Qk
Volume sampah tahun ke-n
Qn = 365 . 10 . Qtpa
Volume sampah terpadatkan
Vp = Km . Qn
Beban TPA
Vtpa = Vp + Vtp
Luas tumpukan sampah
A = Vtpa / Hs
Dimana:
Hs : tinggi sampah, maksimum 10 m
- Analisis Kelembagaan dan Peran Serta Masyarakat
Analisis kelembagaan dan peran serta masyarakat mengkaji struktur
kelembagaan yang ada, fungsi dan peran lembaga, mekanisme peran seta
masyarakat, termasuk media serta jaringan untuk keterlibatan
masyarakat dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
serta pengawasan.
c. Tahap Rencana
Analisis tingkat perkembangan wilayah perencanaan sebagai dasar bagi
perumusan tingkat kelayakan pengembangan wilayah pada masa yang akan
datang, yang merupakan dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana.
102
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Gambar 5.0.14Proses Teknis Penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang
Sumber: Hasil Diskusi Tim, 2014
103
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Tabel 5.2
Kebutuhan Data
Data Subdata Periode Jenis Data Sumber Data Instansi
Materi teknis RPJP Provinsi Kalimantan Timur
Data kependudukan
2005-2025 Sekunder -Bappeda Provinsi
Kaltim, BPS Provinsi Kaltim
Data ekonomi
Data investasi
Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Bontang
Tujuan, kebijakan, dan strategi
2012-2032 Sekunder -Bappeda Provinsi
Kaltim, Bappeda Kota Bontang
Rencana struktur ruang
Rencana pola ruang
Penetapan kawasan strategis
Arahan pemanfaatan ruang
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
Gambaran umum kondisi daerah Kota Bontang
Kondisi fisik daerah
2013-2018 Sekunder RPJMD Kota Bontang
Bappeda Kota Bontang
Kondisi demografi Potensi pengembangan wilayahWilayah rawan bencanaKondisi kesejahteraan masyarakat
Isu-isu strategis wilayah Kota Bontang
Permasalahan pembangunan
2013-2018 Sekunder RPJMD Kota BontangTantangan pembangunan kewilayahan
Isu strategis
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kota Bontang -
2013-2018 Sekunder RPJMD Kota Bontang
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Kota Bontang -
Kebijakan umum dan program pembangunan Kota Bontang -
Indikasi rencana program prioritas Kota Bontang -
Materi Teknis Rencana Detail Konsep rencana 2012-2032 Sekunder RDTR Kota Bontang
104
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Data Subdata Periode Jenis Data Sumber Data Instansi
Tata Ruang Kota Bontang
Rencana struktur ruang kawasanRencana peruntukkan blok
Rencana penataan bangunan Indikasi program pembangunan
Masterplan industri di Kota Bontang
Rencana pengembangan kawasan industri
Terbaru Sekunder Masterplan Industri Pengelola kawasan industriPeta kawasan industri
Pembagian zona industri
Karakteristik kawasan industri di Kota Bontang
Jumlah industri di Kota Bontang dan klasifikasinya Terbaru Sekunder -
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Persebaran lokasi industri Terbaru Sekunder -
Volume produksi industri Terbaru Wawancara
- Pengelola Kawasan Industri
Asal bahan baku industri Terbaru Wawancara
Dukungan pengembangan kawasan industri di Kota Bontang
Kebijakan yang mendukung pengembangan kawasan industri
Terbaru SekunderRPJMD Kalimantan Timur, RPJMD Kota
Bontang
Bappeda Provinsi Kaltim, Bappeda Kota
BontangRencana investasi di Kota Bontang
Terbaru Sekunder - Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota
Bontang
Mekanisme Perizinan dan Penanaman Modal Investor
Persebaran lokasi kegiatan ekonomi lainnya di Kota Bontang
Terbaru Sekunder -
Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri
Jenis limbah industri Terbaru Sekunder/ Wawancar
a- Pengelola Kawasan
Industri IndustriBesarnya produksi limbah Terbaru
Kondisi infrastruktur industri Jaringan jalan dan transportasi Terbaru
Sekunder/ Observasi - Dinas Pekerjaan Umum
Fasilitas transportasi (terminal, bandara, pelabuhan, dll)
Terbaru - Dinas Perhubungan
105
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Data Subdata Periode Jenis Data Sumber Data Instansi
Air minum dan air bersih Terbaru - Dinas Pekerjaan Umum
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terbaru -
Dinas Pekerjaan UmumJaringan drainase Terbaru -
Jaringan listrik dan telekomunikasi Terbaru -
Pengolahan sampah (TPA dan TPS) Terbaru -
Sumber: Hasil Diskusi Tim, 2014
106
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Daftar Pustaka
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang 2012-2032.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang. 2013. Masterplan Kawasan Industri Bontang Lestari Kota Bontang.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propvinsi Kalimantan Timur. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012-2032
Bryson, J.M. (2004). Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations (3rd ed). San Fransisco, California: Josses-Bass A Wiley Imprint.
Cherroun, R. (2014). Clusters and Smes: An Opportunity to be Taken: Algerian Experience. 9th International Academic Conference (hal. 758-780). Prague: International Institute of Social and Economic Sciences.
Clark, G.L., Feldman, M. P., Gertler, M. S. (Eds). (2000). The Oxford Handbook of Economic Geography (hal. 253-274). Great Britain: Biddles Ltd, Guildford & King's Lynn.
Dinas Tata Ruang Kota Bontang. 2009. Masterplan Kelurahan Bontang Lestari.
Dinas Tata Ruang Kota Bontang. 2013. Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kecamatan Bontang Selatan.
Information Design Associates [IDeA]. (1997). Cluster Based Economics Development: A Key to Regional Competitiveness (Laporan untuk Economic Development Administration). San Fransisco, California: Penulis.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan Ruang
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
107
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN INDUSTRI BONTANG
Peraturan Menteri PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR Kota
Peraturan Menteri PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
The Hill Group. (2003). Workfoce White Papers: Cluster Strategies. Diakses pada tanggal 16 Juni 2014 pk. 12.38 WIB dari http://www.workforce-strategy.com/clusterstrategies.pdf
108