Download - Laporan Modul 1,Blok 2.2
MODUL 1
Skenario:
DERITA AMIR ANAK TIMBALUN
Amir, 10 tahun adalah anak tertua dari keluarga tidak mampu, dia
bersaudara 5 orang. Bapak Amir seorang petani, ibunya mencari kayu api. Amir
ditemui oleh petugas puskesmas 1 minggu yang lalu di daerah Timbalun, sedang
duduk dengan kaki kecil sebelah kanan, lemah dan tidak bisa berjalan seperti
anak normal lainnya. Orang tuanya mengatakan dulu sudah pernah dibawa ke
puskesmas tetapi tidak ada perubahan. Kata dokter puskesmas Amir menderita
polio, dengan wajah sedih ibunya mengatakan bahwa adik Amir satu-satunya
perempuan sudah meninggal 2 bulan yang lalu karena demam, sakit
tenggorokan, suara serak dan sesak napas. Waktu itu dibawa ke RSUD, belum
sempat ditolong langsung meninggal. Kata dokter UGD dia mungkin menderita
Diphteria. Petugas menanyakan apakah anak-anak ibu pernah diberi imunisasi,
dengan wajah heran, karena tidak mengerti dia menjawab tidak. Mulai saat itu
kedua orang tua Amir selalu diberikan penyuluhan mengenai hidup sehat dan
imunisasi sehingga adik Amir yang berumur 9 bulan, sudah mulai diberikan
imunisasi dan ibunya juga berobat karena ada luka infeksi di tangannya.
Bagaimana anda menerangkan apa yang dialami oleh Amir dan
keluarganya?
1
I. Mengklarifikasikan terminologi dan konsep
1. Polio : penyakit paralisis atau kelumpuhan yang disebabkan oleh virus
polio, yang masuk melalui mulut menuju ke saluran cerna, menginvasi
ussus, masuk ke pembuluh darah dan menyerang system saraf pusat
(SSP) sehingga terjadi kelumpuhan.
2. Diphteri : suatu penyakit akut disebabkan oleh corine bacterium,yang
biasanya menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi bisa juga
menyerang organ-organ vital, seperti jantung dan saraf.
3. Infeksi : invasi dan perkembangbiakan mikroorganisme pada jaringan
tubuh terutama menyebabkan cedera tubuh lokal, akibat dari kompensasi
metabolisme, toksin, replikasi intraseluler, serta respon antigen-antibodi.
II. Menetapkan masalah
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kerentanan seseorang terkena
infeksi?
2. Mengapa polio dapat menyebabkan kaki Amir kecil, lemah, dan tidak bisa
berjalan?
3. Mengapa tidak ada perubahan pada keluhan yang dialami Amir setelah
dibawa ke puskesmas?
4. Apakah ada hubungan antara penyakit yang menyebabkan kematian
adiknya Amir dengan penyakit yang diderita Amir?
5. Bagaimana proses terbentuknya penyakit Amir?
6. Bagaimana penyebaran penyakit diphteri?
7. Bagaimana respon tubuh terhaadap masuknya benda asing?
8. Mengapa penyakit adiknya Amir bisa menyebabkan kematian?
9. Bagaimana prinsip kerja dari imunisasi?
10. Apa saja jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak dan bagaimana
cara pemberian imunissasi itu sendiri?
11. Bagaimana peran imunisasi dalam pencegahan penyakit infeksi?
III. Menganalisis masalah
1. Faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi:
o Genetik : terlihat dari perbedaan respon imun strain hewan tertentu
bila terpapar antigen. Pada manusia kerentanan terhadap penyakit
ditentukan oleh kompleks genetik MHC(Major Histocompatibility
Complex).
2
o Umur : berkaitan dengan perkembangan timus. Pada kelompok bayi
dan orang tua terdapat hipofungsi system imun, sehingga kelompok
ini rentan terhadap infeksi oleh unsure pathogen tertentu. Penurunan
berbagai fungsi imunnologik seperti imunitas humoral dan seluler
pada kelompok orang tua dapat dihubungkan dengan kenyataan
tingginya fenomena autoimun dan keganasan paada kelompok
tersebut.
o Keseimbangan hormon : gangguan keseimbangan hormone seperti
pada penderita diabetes mellitus, hipoadrenal dan hipotiroid
merupakan factor metabolic yang menyebabkan peningkatan
kerentanan seseorang terhadap infeksi.
o Struktur anatomis dan fungsi fisiologis : seperti kulit, membrane
mukosa, silia pada epitel saluran pernafasan, asaam lambung, enzim,
dan aliran urin yang merupakan barier terhadap invasi unsure-unsur
pathogen. Jika terjaadi gangguan pada system barier ini, seseorang
akan sangat mudah menderita infeksi.
o Faktor lingkungan : gaya hidup yang berhubungan dengan seks
bebas dan penguna obat intravena, serta kelompok homoseksual
menjadi sangat rentan terhadap penyakit defisiensi system imun
yang dikenal dengan AIDS.
o Faktor nutrisi : terlihat dari hasil penelitian berupa tingginya angka
infeksi pada anak-anak di Negara berkembang yang mengalami
malnutrisi.
2. Polio dapat menyebabkan kaki Amir kecil, lemah, dan tidak bisa
berjalan, karena:
Serangan polio masuk melalui mulut menuju ke saluran cerna,
menginvasi ussus, masuk ke pembuluh darah dan menyerang system
saraf pusat (SSP). System saraf pusat yang diserang sebagian besar
adalah pada bagian motor neuron. Di sana virus polio akan bereplikasi
menjadi banyak dan menyebabkan kerusakan hubungan motor neuron
terutama yang berhubungan dengan ekstremitas bawah. Hal ini
menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas bagian bawah Amir
sehingga Amir tidak bisa berjalan. Karena ada kerusakan pasa saraf
yang mensarafi bagian ektremitas bawah tersebut menyebabkan kaki
amir mengalami atrofi(mengecil) dan lemah.
3
3. Setelah dibawa ke puskesmas, tetap saja tidak ada perubahan pada
keluhan yang dialami Amir. Hal ini dikarenakan pada dasarnya penyakit
polio itu sendiri memang merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dicegah. Perawatan yang dilakukan pada
penderita polio hanya untuk menatalaksana keluhan yang dialami psien
supaya tidak berakibat fat, misalnya dengan memberikan bantuan
pernafasan jika virus polio tersebut sudah mnyerang bagian paru-paru.
Ditambah lagi amir hanya dibawa ke puskesmas, bisa saja fasilitas di
sana kurang memadai. Disamping memang karena penyakit polio itu
memang tidak bisa disembuhkan, apalagi dibawa ke puskesmas dalam
kondisi yang sudah sperti dialami Amir.
4. Hubungan antara penyakit yang menyebabkan kematian adiknya Amir
dengan penyakit yang diderita Amir :
Untuk penyakitnya sendiri tidak ada hubungan, tapi jika dilihat dari
faktor predisposisi terjadinya penyakit pada Amir dan adiknya itu
terdapat hubungan yang terletak pada pengetahuan orang tua mereka
terhadap pentingnya imunisasi. Hal ini membuat Amir dan adiknya tidak
memperoleh imunisasi pada saat dimana seharusnya mndapatkan
imunisasi, sehingga Amir dan adiknya sangat rentan bahkan terkena
penyakit yang pada dsarnya bisa dicegah melalui imunisasi.
5. Prose terbentuknya penyakit Amir:
Serangan polio masuk melalui mulut menuju ke saluran cerna,
menginvasi ussus, masuk ke pembuluh darah dan menyerang system
saraf pusat (SSP). System saraf pusat yang diserang sebagian besar
adalah pada bagian motor neuron. Di sana virus polio akan bereplikasi
menjadi banyak dan menyebabkan kerusakan hubungan motor neuron
terutama yang berhubungan dengan ekstremitas bawah. Hal ini
menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas bagian bawah Amir
sehingga Amir tidak bisa berjalan. Karena ada kerusakan pasa saraf
yang mensarafi bagian ektremitas bawah tersebut menyebabkan kaki
amir mengalami atrofi(mengecil) dan lemah.
6. Penyebaran penyakit diphteri ini bisa dengan kontak langsung maupun
tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara,
batuk atau bersin membawa serta kuman-kuman diphteri. Melalui
pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang sekitarnya, maka
4
terjadilah penularan penyakit diphteri dari seorang penderita kepada
orang-orang di sekitarnya.
7. Respon tubuh terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh:
8. Penyakit adiknya Amir bisa menyebabkan kematian karena setelah
melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman diphteri membentuk
racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit
tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di
tenggorokan yang akan menimbulkan gagal nafas, keusakan jantung,
dan saraf. Bahkan bisa berlanjut pada kerusakan ginjal, kelenjar limfe,
dan kerusakan lainnya yang bisa berujung pada kematian.
9. Prinsip kerja imunisasi:
Imunisasi itu sendiri merupakan pengenalan kepada tubuh kita terhadap
mikroorganisme yang berbahaya dan lebih canggih yang antibodinya
belum kita miliki secara alami. Dengan memberikan mikroorganisme
yang dilemahkan melalui vaksin yang diinjeksikan ke dalam tubuh bayi
atau orang yang belum memiliki kekebalan atas mikroorganisme yang
dituju, tubuh akan membentuk antibody terhadap mikroorganisme
tersebut, dan hasilnya anak atau orang tersebut mempunyai kekebalan
terhadap mikroorganisme yang dimaksud. Sehingga diharapkan ketika
mikroorganisme tersebut benar-benar menyerang tubuh kita, maka
system kekebalan tubuh kkita sudah lebih siap menghadapinya.
10.Jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak dan cara pemberian
imunissasi itu sendiri:
o BCG
o HEPATITIS B
o DPT
o POLIO
5
BENDA ASING
RESPON IMUN TOLERANS
NON-SPESIFIK SPESIFIK
ANATOMIS, FISIOLOGISBIOKIMIA
HUMORAL SELULAR
FAGOSITINFLAMASI
o CAMPAK
Keterangan lebih lanjut akan dijelaskan pada pembahasan Learning
Objektive.
11.Peran imunisasi dalam pencegahan penyakit infeksi adalah dengan
pembentukan antibody terhadap mikroorganisme yang dituju. Sehingga
diharapkan dapat melindungi tubuh dari mikroorganisme yang dituju
ketika mikroorganisme tersebut dating menyerang.
IV. Mengkaji secara sistematik dari berbagai penjelasan
V. Menentukan Learning Objectives (LO)
6
Benda Asing
HostImunisasi
Respon imun Toleransi
Non spesifik Spesifik
Seluler Humoral
Komponen yang berperan
Toleransi sel B
Toleransi sel T
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep self dan
nonself.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon imun spesifik
dan non spesifik.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen yang
berperan dalam respon imun.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon imun tolerans.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan imunisasi aktif dan
pasif.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis imunisasi
yang wajib diberikan, cara pemberian, mekanisme kerja, dan
permasalahan yang berkisar tentang pemberian imunisasi.
VI. Mengumpulkan informasi
1. Konsep self dan nonself
Pada dasarnya konsep self dan non self ini berhubungan erat dengan
cara kerja salah satu komponen yang berperan dalam respon imun itu
sendiri, yakni MHC(Major Histocopatibility Celuler). Jadi, ketika benda
asing masuk ke dalam tubuh yang dikenal sebagai antigen ini, tubuh
akan memprosesnya hingga menjadi segmen-segmen atau partikel-
partikel yang akan beikatan dengan MHC. Dan setiap partikel benda
asing ini memiliki marker tersendiri yang dapat dikenali oleh MHC.
Walau begitu, selain MHC ada beberapa komponen system imun lain
yang juga dapat mengenali self dan nonsself ini, yakni TCR(T-Cell
Reseptor) dan antibody itu sendiri.
Perbedaan self dan nonself:
Molekul self Molekul nonself
Merupakan normal dari tubuh
Dapat dibedakan dari substansi
asing oleh system imun
Tidak merangsang respon imun.
Dikenali tubuh sebagai benda
asing
Dikenali sebagai antigen
(seperti mikroba:virus dan
bakteri, parasit :sel kanker,
polutan, dsb)
Akan merangsang respon imun,
karena adanya epitop.
2. Respon imun spesifik dan non spesifik
Perbedaan mendasar dari kedua respon imun ini adalah:
7
Respon imun non spesifik Respon imun spesifik
natural / innate / alamiah
pertahanan terdepan =
primer
untuk semua
mikroorganisme
komponen terbentuk sejak
lahir
fisik,mekanik,biokimia,humora
l,sel
sel utama : fagosit, sel nk, sel
k
molekul : lisozim, komplemen,
CRP, dan interferon.
adaptif / acquired / didapat
memori = sekunder
Spesifik untuk
mikroorganisme
Yang merangsang
komponen terbentuk
terhadap
antigen
humoral,seluler
sel utama : limfosit
molekul : antibodi, sitokin
Respon imun non spesifik:
Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate
immunity) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi walaupun
tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut, sedangkan
respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired) yang timbul
terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar
sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu
adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap
antigen tertentu pada respon imun spesifik yang tidak terdapat pada
respon imun nonspesifik. Namun telah dibuktikan pula bahwa kedua
jenis respon di atas saling meningkat kan efektifitas dan bahwa respon
imun yang terjadi sebenarnya merupakan int eraksi antara satu
komponen dengan komponen lain yang dapat terdapat di dalam sistem
imun. Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu aktivasi biologik yang seirama dan serasi.
Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam
menghadapi mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respon
langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik
membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum
dapat memberikan responnya.
Respon imun nonspesifik merupakan salah satu upaya tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen
8
bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik
dengan proses fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit
memegang peranan peranan yang sangat penting, khususnya makrofag
demikian pula neutrifil dan monosit. Supaya dapat terjadi fagositosis sel-
sel fagosit tersebut harus berada dala jarak dekat dengan part ikel
bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat
pada permukaan fagosit . Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus
bergerak menuju sasaran. Hal ini dimungkinkan berkat dilepaskannya
zat atau mediator tertentu yang disebut factor leukotaktik atau
kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh
neutrofil atau makrofag yang sebelumnya telah berada di lokasi bakteri
atau yang dilepaskan oleh komplemen. Selain factor kemotaktik yang
menarik fagosit menuju antigen sasaran, untuk proses fagositosis
selanjutnya bakteri perlu mengalami opsonisasi terlebih dahulu.
Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh immunoglobulin
atau komplemen (C3b), agar supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit.
Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis
dan oleh pembentukan fagosom yang terperangkap dalam kantung
fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan, baik dengan
proses oksidasi-reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam
fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme
bakteri.
Kekebalan tubuh nonspesifik adalah bagian dari tubuh kita yang telah
ada sejak kita lahir. Ciri-cirinya: Sistem ini tidak selektif,artinya semua
benda asing yang masuk ke dalam tubuh akan diserang dan
dihancurkan tanpa seleksi, Tidak memiliki kemampuan untuk mengingat
infeksi yan terjadi sebelumnya, Eksposur menyebabkan respon
maksimal segera. Sistem ini memiliki komponen-komponen yang
mampu menangkal benda masuk ke dalam tubuh, yakni(Anwar, 2009):
a. Rintangan Mekanis
Rintangan mekanis merupakan system pertahanan tubuh yang
pertama dan umumnya terletak di bagian permukaan tubuh.
Terdiri atas :
1. Kulit :Terdiri dari lapisan tanduk yang tidak mudah ditembus oleh
benda asing kecuali jika kulit dalam keadaan terluka.Asam lemak
9
dan keringat yang dihailkan oleh kelenjar di kulit juga akan
mencegah benda asing masuk ke dalam tubuh.
2. Selaput Lendir : Merupakan hasil sekresi dari sel yang terdapat di
sepanjang saluran pernapasan dan saluran pencernaan.Pada
saluran pernapaan,Selaput lendir berfungi dalam menangkap
bakteri / benda asing yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernapasan.Contoh : Selaput lender pada hidung. Selaput lender
pada saluran pencernaan berfungsi sebagai rintangan yang
melindungi sel diluar system pencernaan.
3. Rambut-rambut halus : Sebagian besar terdapat pada saluran
pernapasan. Contoh : di hidung,rambut-rambut halus berfungsi
sebagai penyaring udara yang masuk melalui hidung.
Fungsi organ-organ menurun sejalan dengan peningkatan usia
manusia. Organ kurang efisien dibandingkan saat usia muda,
contohnya timus yang menghasilkan hormon terutama selama
pubertas. Pada lansia, sebagian besar kelenjar timus tidak
berfungsi. Tetapi ketika limfosit terpapar pada hormon timus,
maka sistem imun meningkat sewaktu-waktu. Sekresi hormon
termasuk hormon pertumbuhan dan melatonin menurun pada
usia tua dan mungkin dihubungkan dengan sistem imun (Fatmah,
2006).
b. Rintangan Kimiawi
1.Hasil Sekresi :berperan untuk membunuh benda asing dengan
menggunakan zat kimia dan enzim.
2.Bakteri yang terdapat di permukaan tubuh ( bakteri
nonpatogen ) :
Berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen yang
akan masuk ke dalam tubuh.
3.Sel Darah Putih : merupakan system pertahanan tubuh kedua.
Apabila benda asing berhasil melewati system pertahanan
pertama dan masuk ke dalam tubuh,maka sel darah putih akan
mencegah benda asing masuk lebih jauh lagi ke dalam tubuh. Sel
darah putih akan menghancurkan setipa benda asing yang masuk
ke dalam tubuh dengan cara fagositosis.
Mekanisme fagositosis (Anwar, 2009) :
Mikroba menempel ke fagosit.
10
Fagosit membentuk pseudopodium yang menelan mikroba
Vesikula fagositik bersatu sengan lisosom
Mikroba dibunuh oleh enzim dalam fagolisosom
Sisa-sisa mikroba dikeluarkan lewat eksotisosis
4.Sel Natural Killer :Merupakan sel pertahanan yang mampu melisis
dan membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang terinfeksi
virus sebelum diaktifkanya system kekebalan adaptif. Sel ini
membunuh dengan cara menyerang membrane sel target dan
melepaskan senyawa kimia preforin.
5.Protein Komplemen :merupakan protein darah yang berfungsi
membantu system pertahanan sel darah putih.Protein
komplemen membantu system kekebalan tubuh dengan
cara(Anwar, 2009) :
Menghasilkan opsonin ,kemotoksin, dan kinin. Opsonin untuk
mempermudah terjadinya fagositosis. Kemotoksin berfungsi
sebagai penarik sel darah putih menuju ke infeksi ,
sedangkan kinin untuk meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah.
Berperan dalam proses penghancuran membrane sel
mikroorganisme yang menyerang tubuh.
Menstimulasi sel darah putih agar menjadi lebih aktif.
6.Interferon : Sel yang berperan dalam mensekresikan sekumpulan
protein saat tubuh kita terserang virus. Interferon akan bertindak
sebagai antivirus dan bereaksi sengan sel yang belum terinfeksi
oleh virus. Interferon juga dapat merangsang limfosit untuk
mengahncurkan dan membunuh sel-sel yang terinfeksi virus.
Respon imun spesifik:
Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan
oleh kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan system
pertahanan tubuh yang ketiga. Ciri-cirinya: Bersifat selektif
terhadap bendaasing yang masuk ke dalam tubuh. Sistem reaksi ini
tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing,
Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya,
Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibody),
Perlambatan, waktu antara eksposur dan respon maksimal.
11
Menurut Anwar (2009) komponen yang terlibat dalam kekebalan
tubuh spesifik adalah:
(1) Antigen : Merupakan zat kimia asing yang masuk ke dalam
tubuh dan dapat merangsang terbentuknya antibody.Antigen
memiliki struktur tiga dimensi sengan dua atau lebih
determinant site. Determinant site merupakan bagian dari
antigen yang dapat melekat pada bagian sisi pengikatan pada
antibody.Antigen dapat berupa protein ,sel bakteri,atau zat
kimia yang dikeluarkan mikroorganisme.
Jenis –jenis antigen: (1) Heteroantigen: antigen yang berasal dari
spesies lain (2) Isoantigen: Antigen dari spesies sama tetapi
struktur genetiknya berbeda (3) Autoantigen: Antigen yang
berasal dari tubuh itu sendiri.
(2) Hapten : Merupakan suatu determinant site yang lepas dari
struktur antigen. Hapten hanya dapat berikatan dengan
antibody apabila disuntikkan ke dalam tubuh.
(3) Antibodi ( Imunoglobulin / Ig) : merupakan zat kimia( protein
plasma ) yang dapat mengidentifikasi antigen. Antibodi
dihasilkan oleh sel limfosit B. Ketika sel limfosit B
mengidentifikasi antigen,dengan cepat sel akan bereplikasi
untuk menghasilkan sejumlah besar sel plasma.Sel plasma lalu
akan menghasilkan antibody dan melepaskanya ke dalam cairan
tubuh. Sel limfosit B juga menghasilkan sel memori B, dengan
struktur yang sama dengan sel limfositB,dan dapt hidup lebih
lama daripada sel plasma. Antibodi merupakan protein-protein
yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke
tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut.
Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga
hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu
antigen tertentu saja yang cocok dengan permukaan antigen itu
sekaligus bereaksi dengannya (Roitt, 1990). Antibody adalah
bahan larut digolongkan dalam protein yang disebut globulin
dan sekarang dikenal sebagai immunoglobulin. Dua cirinya yang
penting adalah spesifitas dan aktivitas biologik (Baratawidjaja,
1996). Antibody Poliklonal: Antibodi dihasilkan di dalam tubuh
secara alami yang dibentuk merupakan klon dari sel-sel limfosit
12
dan umum. Antibodi monoclonal : Antibodi yang dibentuk di luar
tubuh melalui fusi sel. Merupakan hasil pengklonan satu sel
hibridoma. Berfungsi untuk mendiagnois penyakit kanker dan
hepatisis. Antibodi memiliki struktur seperti huruf Y dengan dua
lengan dan satu kaki.Lengan tersebut dinamakan antigen
binding site,yakni tempat melekatnya antigen.Molekul antibody
dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yakni, IgG, IgA, IgM,
IgD, IgE. Immunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang
berasal dari proliferasi sel B akibat adanya kontak dengan
antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik ini akan
mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein
tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka
immunoglobulin ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin
gama, meskipun ada beberapa immunoglobulin yang juga
ditemukan dalam fraksi globulin alafa dan beta (Soewolo, 2005).
Apabila kuman/zat asing yang masuk tidak dapat ditangkal oleh
sistem kekebalan tubuh tidak SPESIFIK maka diperlukan sitem
kekebalan dengan tingkat yang lebih tinggi atau sistem
kekebalan spesifik. ada 2 jenis kekebalan spesifik, yaitu (1)
kekebalan selular (sel limfosit T) dan (2) kekebalan humoral (sel
limfosit B yang memproduksi antibodi). Kekebalan ini hanya
berperan pada kuman/zat asing yang sudah dikenal, artinya
jenis kuman/zat asing tersebut sudah pernah atau lebih dari satu
kali masuk ke dalam tubuh manusia (Munasir, 2010). Antigen
yang menghasilkan respon kekebalan humoral umumnya
merupakan protein dan komponen permukaan polisakarida
berbagai mikroba, jaringan cangkokan yang tidak kompatibel,
dan sel-sel darah yang tidak difungsikan. Selain itu sebagian
diantara kita, protein bahan asing seperti racun lebah atau
serbuk sari bertindak sebagi antigen yang merangsang respon
humoral alergi atau hipersensitivitas (Campbell, 2004).
Sel-sel Sistem Imun Spesifik
Limfosit yang terdiri dari sel T dan sel B, merupakan kunci
pengontrol sistem imun. Sel-sel tersebut dapat mengenal benda
asing dan membedakannya dari sel jaringan sendiri. Biasanya
sel limfosit hanya memberikan reaksi terhadap benda asing,
13
tetapi tidak terhadap sel sendiri. Kemampuan mengenal limfosit
tersebut disebabkan oleh adanya reseptor pada permukaan sel.
Pada permukaan sel T dan sel B ditemukan pula reseptor untuk
fraksi Fc suatu antibodi yang mungkin berperanan dalam
mengatur respon limfosit. Satu sel limfosit hanya membentuk
reseptor untuk satu jenis antigen sehingga sel tersebut hanya
dapat mengenal antigen yang sejenis saja.
Sel T
Pada neonatus, timus merupakan salah satu tempat proliferasi
sel. Diduga 90% timosit yang gagal memperoleh reseptor yang
diperlukan untuk berfungsi akan dihancurkan. Sel T merupakan
65-80% dari semua limfosit dalam sirkulasi. Di bawah mikroskop
biasa, sel T tidak dapat dibedakan dari sel B.
a. Karakteristik Sel T
1. Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel –sel ini harus
berkontak langsung dengan sasaran suatu proses yang dikenal
sebagai immunitas yang diperantarai oleh sel (cell-mediated
immunity, imunitas seluler).
2. Bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran
plasmanya, setiap Sel T memiliki protein-protein reseptor unik.
3. Sel T diaktifkan oleh antigen asing apabila antigen tersebut
disajikan di permukaan suatu sel yang juga membawa penanda
identitas individu yang bersangkutan, yaitu, baik antigen asing
maupun antigen diri harus terdapat di permukaan sel sebelum
sel T dapat mengikuti keduanya.
4. Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi sel T
efektor. Sebagian kecil tetap dorman, berfungsi sebagai
cadangan sel T pengingat yang siap merespon secara lebih
cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali
di sel tubuh.
5. Selama pematangan di timus, sel T mengenal antigen asing
dalam kombinasi dengan antigen jaringan individu itu sendiri,
suatu pelajaran yang diwariskan ke semua turunan sel T
berikutnya
14
6. Diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan antigen
tertentu sebelum sel T teraktivasi besiap untuk melancarkan
serangan imun seluler.
b. Subpopulasi sel T
Ketika sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari
sel klon sel T komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi
selama beberapa hari, menghasilkan sejumlah besar sel T
teraktivasi yang melaksanakan berbagai respons imunitas
seluler. Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran
mereka setelah diaktifkan oleh antigen.
a. Sel T sitotoksik
Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen
asing, misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker,
dan sel cangkokan.
b. Sel T penolong
Sel T yang meningkatkan perkembangan sel B aktif menjadi sel
plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan
(supresor) yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.
c. Sel T penekan
T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T
sitotoksik dan penolong.
Sebagian besar dari milyaran Sel T diperkirakan tergolong
dalam subpopulasi penolong dan penekan, yang tidak secara
langsung ikut serta dalam destruksi patogen secara imunologik.
Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T regulatorik, karena
mereka memodulasi aktivitas sel B dan Sel T sitotoksik serta
aktivitas mereka sendiri dan aktivitas makrofag.
Pajanan terhadap antigen sering mengaktifkan baik sel B
maupun sel T secara stimulan. Seperti sel T regulatorik yang
dapat mempermudah atau menekan sekresi antibodi sel B,
antibodi juga dapat meningkatkan atau menghambat
kemampuan sel-sel T sitotoksik menghancurkan sel korban,
bergantung pada keadaan. Sebagain besar efek yang
ditimbulkan limfosit pada sel-sel imun lain ( limfosit lain dan
makrofag) diperantarai melalui sekresi zat-zat perantara
kimiawi. Semua zat kimiawi selain antibodi yang disekresikan
15
secara kolektif oleh limfosit disebut limfokin, yang sebagian
besar diproduksi oleh limfosit T. Limfokin tidak berinteraksi
secara langsung dengan antigen yang menyebabkan prduksi
limfokin tersebut.
Sel B
Sel B berkembang dalam bursa fabricius yang timbuldari epitel
kloaka. Pada manusia belum didapatkan hal yang analog
dengan bursa tersebut dan pematangan terjadi di sumsum
tulang atau di tempat yang belum diketahui. Setelah matang sel
B bergerak ke alat-alat seperti limpa, kelenjar limfoid atau
tonsil.
3. Komponen yang berperan dalam respon imun
major histocompatibility antigen (MHC) / HLA
kode untuk human leukocyte-associated antigen yangn terikat ke
permukaan membrane dan khas untuk setiap individu.
Fungsi antigen MHC :
1) menentukan kemampuan sistem imun seseorang untuk
membedakan self dan non self.
2) mengatur interaksi antara berbagai jenis sel yang terlibat dalam
respon imun
3) reaksi penolakan jaringan transplantsi allograf.
4) menentukan kemampuan setiap individu untuk bereaksi terhadap
antigen spesifik dan kecendrungan untuk menderita kelainan
imunologik.
MHC terdiri dari : MHC I untuk penolakan tansplantasi dan MHC II
berfungsi pada respon imun, imunosupresi, pengenalan self dan
interaksi sel.
sistim limforetikuler
Jaringan limfoid
Struktur jaringan limfoid terdiri dari sel limfosit, sel epithelial, dan sel
stroma
Jaringan limfoid dibagi dua berdasarkan fungsi :
16
Organ limfoid primer
Merupakan tempat pembentukan limfosit, dimana tempatnya yaitu
timus dan sumsum tulang.
Timus menghasilkan sel limfosit T matang
Sumsum tulang menghasilkan sel limfosit B matang
Limfosit T dan B mempunyai riwayat hidup yang berbeda, sifat dan
fungsi berbeda. Kedua jenis sel ini sama-sama berasal dari sumsum
tulang.
Selama masa janin dan pada masa kanak-kanak dini, sebagian limfosit
imatur bermigrasi melalui darah ke timus, tempat sel-sel limfosit
berdiferensiasi dan dimatangkan menjadi limfosit T matang. Pada
manusia , tempat pematangan dan differensiasi sel B masih belum
jelas, walaupun secara umum diperkirakan berlangsung di sumsum
tulang.
Setelah dikeluarkan ke dalam darah dari sumsum tulang atau timus,
sel matang B dan T berdiam diri di jaringan limfoid perifer untuk
membentuk koloni. Disini, setelah mendapat stimulasi yang kuat, sel-
sel tersebut mengalami pembelahan untuk menghasilkan generasi
baru sel T dan sel B. Setelah masa kanak-kanak dini , sebagian besar
limfosit baru berasal dari koloni limfosit perifer ini.
Timus
Terdiri dari dua lobus dan berlokasi pada mediatinum superior, di
bagian depan pembuluh darah besar. Secara embriologi berasal dari
kantong faringeal ke III dan IV pada minggu ke enam pertumbuhan
janin.Timus terdiri dari dua jaringan jaringan limfoid berasal dari
mesenkimal dan jaringan epitel berasal dari endodermal dan berfungsi
menghasilkan timosin dan timopoeitin yang berperan penting pada
regulasi dan differensiai limfosit T.
Sel muda masuk ke korteks dan berinteraksi dengan epitel dan
machrophag-derived cells dari timus sehingga berdiferensiasi menjadi
limfosit T muda dan akhirnya menjadi limfosit T dewasa, dan proses ini
17
terjadi di timus sehingga proses ini disebut T cell education., dan
timusnya disebut school of thymocytes. Di dalam timus, sel limfosit
juga belajar untuk membedakan antigen self dan non-self.
Timus dibungkus oleh kapsul yang masuk ke dalam lobus disebut
trabekula sehingga membagi lobus menjadi lobules-lobulus. Pada tiap
lobules sel limfoid tersusun membentuk korteks pada bagian luar, dan
medulla pada bagian dalam. Kortek dipadati terutama oleh limfosit T
imatur yang mengalami proliferasi yang intensif, dan terdapat
sejumlah kecil makrofag dan sel plasma. Sebagian besar limfosit T
yang diproduksi akan mati di dalam timus, hanya 1%-2% yang
menjadu dewasa dan bermigrasi ke medulla dan akhirnya masuk ke
dalam sirkulasi.
Selain itu, terdapat MHC II yang berperan pada proses pengenalan
antigen self dalam timus.
Organ Limfoid Sekunder
Limfonodus
Tersebar dengan jumlah banyak di seluruh tubuh, terdapat pada
percabangan pembuluh limfe besar.
Ciri-ciri : diameter 1-25 mm, bentuk seperti kacang, ada bagian
mencekung (hilus) terdapat pembuluh darah dan limf. Limfonodus
berperan penting pada induksi awal respon imun.
Gambaran histologis : tergantung pada aktivitasnya.Limfonodus yang
belum mengalami stimulasi antigen atau dalam masa istirahat, terdiri
dari parakorteks dan medulla. Pada korteks limfosit berkelompok
membentuk folikel atau nodul yang disebut folikel primer. Sel-selnya
berupa limfosit B, makrofag, sel dendrite, dan beberapa limfosit T.
Perbatasan antara korteks dengan parakorteks terdapat limfosit T
18
sehingga area ini disebut sebagai T-dependent area. Medula terdiri
dari jaringan ikat yang mengelilingi hilus.
Limfonodus yang sudah mengalami stimulasi oleh antigen terlihat
membesar, diikuti peningkatan jumlah limfosit, folikel pada korteks
menjadi lebih padat dan di bagian tengahnya terdapat germinal center
yang terlihat sebagai area yang lebih terang, folikel ini disebut folikel
sekunder.
Limpa
Terletak di bagian atas kiri rongga abdomen di belakang
lambung.Dibungkus oleh kapsul yang terdiri dari jaringan kolagen
yang mengandung serat otot polos.Kapsul masuk ke parenkim
membentuk trabekula yang bersama dengan jaringan retikuler
menyokong bermacam-macam sel yang terdapat di limpa. Jaringan
yang ada di limpa : pulpa merah terdiri dari jaringan retikuler dan
sinusoid yang dilapisi makrofag fagositik dan limfosit terutama sel
plsma, pulpa putih merupakan organ limfoid sekunder yang
menghasilkan limfosit dan sel plsma, dan berperan sebagai
mediatorpada proses respon imun spesifik.
Jaringan Limfoid Pada Mukosa
SALT (skin associated lymphocyte tissue) di kulit
*MALT (mucosal associated lymphocyt tissue) imun sekretori, imunitas
di tempat khusus seperti saluran nafas dan saluran cerna disebut juga
imunitas local.
-respon imun oral : ludah juga mengandung berbagai molekul seperti
lisosim+IgA sekretori untuk melindungi rongga mulut.
BALT (bronchial associated lymphocyte tissue) di bronkus
GALT (gut associated lymphocyte tissue) di sepanjang didnding
saluran cerna.
*Kelenjer getah bening
*Limpa
19
Sel-sel pada system imun
Sel limfosit : bertanggungjawab pada respon imun adaptif.
Sel natural killer : merupakan sel dengan populasi kecil yang befungsi
membunuh sel terutama sel yang mengandung virus (virus
membtuhkan untuk replikasi) dan sel tumor melalui proses lisis.
Sel fagosit Mononuklear
Sel fagosit yang berinti satu yaitu makrofag dan prekusornya monosit.
Monosit berasal dari differensiasi premonosit di sumsum tulang yang
dilepas ke sirkulasi, hanya beberqapa jam dalam sirkulasi, kemudian
kelaur dari vaskuler ke jaringan menjadi makrofag jaringan dan
menetap selama berbulan-bulan.Makrofag terdapat di jaringan ikat
sekitar pembuluh darah, pada paru-paru sebagai makrofag alveolar.
Trombosit
Derivat dari megakariosit yang berasal dari myeloid di sum-sum
tulang.Trombosit berperan dalam respon imun terutama pada respon
inflamasi. Memiliki MHC kelas I dan reseptor untuk IgG dan IgE.
APC (antigen presenting cell)
Sel dapat memproses antigen asing, mengekspresikan molekul MHC
kelas II yang berasal dari komplek peptide MHC agar dapat dikenali
oleh limfosit T spesifik sehingga mengaktivasi sel T helper untuk
memulai fase efektor respon imun.
Sel dendrite
Berasal dari sumsum tulang,terutama terdapat pada limpa,
limfonodus, tonsil, peyer patch,dan sedikit di dalam darah.
Sel langerhans
Sel APC di kulit.bermigrasi ke daerah parakorteks limfonodus melalui
pembuluh aferen untu berinteraksi dengan beberapa limfosit T.
imunoglobulin / antibody
20
Berguna memperkuat respon peradangan untuk meningkatkan
destruksi antigen yang merangsang produksi mereka.
Setiap sel B memiliki resptor di permukaannya untuk mengikat salah
satu jenis antigen. Pengikatan dengan satu antigen akan
menyebabkan sel berdiferensiasi menjadi sel plasma dengan bantuan
sel T helper. Sel plsma ini mati dalam rentang usia 5-7 hari.
Antibodi dikeluarkan ke dalam darah atau limfe, bergantung pada
lokasi sel plasma yang aktif, tetapi semua antibody pada akhirnya
memperoleh akses ke darah, tempat mereka dikenal sebagai globulin
gamma atau immunoglobulin.
Berdasarkan pada cara antibodi berfungsi, antibodi dikelompokkan
pada lima kelas :
* IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat
antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respon sel
plasma.
* IgG, paling banyak di dalam darah, dihasilkan dalam jumlah besar
ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. IgG dengan IgM
bertanggung jawab terhadap respon imun spesefik terhadap bakteri
dan beberapa jenis virus.
*IgE, mediator antibodi untuk respon alergi, misalnya asma,
*IgA, ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan
genitourinaria, serta di dalam air susu dan air mata. Berguna
melindungi tubuh dari pathogen oleh karena dapat bereaksi dengan
molekul adhesi dari pathogen potensial sehingga mencegah adherens
dan kolonisasi pathogen tersebut dalam jaringan penjamu.
*IgD , ditemukan pada permukaan sel B ,hanya molekul penanda bagi
stadium meturasi maupun aktivasi sel B, tapi fungsinya belum
diketahui dengan jelas karena konsentrasinya yang sedikit di dalam
serum.
komplemen
Terdiri atas sejumlah protein yang diproduksi oleh hepatosit dan
monosit yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap
infekasi dan berperan dalam respon inflamasi. Antibodi yang
bergabung dengan komplemen dapat menghancurkan membrane
lapisan lipopolisakarida (LPS) dinding sel. Komplemen diduga memiliki
sifat esterase yang berperan dalam lisis tersebut sehingga lapisannya
21
menjadi lemah dan lisozim dapat menembus membrane bakteri
sehingga dapat menghancurkan lapisan mukopeptida. Membran
Attack Complex (MAC) dari system komplemen dapat membentuk
lubang-lubang kecil dalam sel membrane bakteri sehingga bahan
sitoplasma yang mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan
mengakibatkan kematian mikroba. Komplemen berperan sebagai
opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik
( mengerahkan makrofag ke tempat bakteri), dan juga menimbulkan
destruksi/ lisis bakteri dan parasit.
Sitokin
Protein dengan berat molekul kecil yang diproduksi dan dilepas
berbagai jenis sel. Berperan utama dalam induksi dan regulasi
interaksi seluler yang melibatkan sel inflamasi imun dan system
hematopoietic.
4. Respon imun tolerans
Keadaan munculnya respon sel limfoid yang aktif terhadap antigen
tertentu bahkan dapat terjadi imunosupresi hanya terhadap satu antigen
yang disertai gangguan terhadap respon antigen yang lain.
Dikenal sebagai self-toleransi : keadaan tubuh yang menerima epitop
sendiri sebagai antigen sendiri. Hal ini disebabkan oleh inaktivasi atau
dibunuhnya limfosit sel reaktif yang diinduksi antigen sendiri.
Toleransi sel B dan sel T
Toleransi sel B
Terjadi secara sentral ataupun perifer. Berperan dalam mencegah
respon antibody terhadap antigen protein.
- Toleransi sentral
Terjadi bila sel B yang immature terpajan oleh antigen sendiri yang
multivalent dalam sumsum tulang. Proses ini berlanjut kepada
apoptosis atau spefisitas baru, disebut dengan Reseptor editing.
Induksi proses ini terjadi ketika limfosit berada dalam perkembangan
dimana sel B yang self-reaktif dihancurkan di sumsumtulang.
- Toleransi perifer
Merupakan mekanisme untuk mempertahankan toleransi terhadap
antigen yang tidak ditemukan dalam organ lifoid primer atau bila ada
reseptor dengan afinitas rendah.
Toleransi sel T
22
Terjadi melalui dihancurkannya sel T immatur selama perkembangan
yang terjadi di dalam timus. Sedangkan sel T matur dapat dibuat
anergik (berkurangnya kemampuan reaktivitas terhadap antigen
tertentu), tergantung bagaimana antigen dipresentasikan kepadanya,
misalnya sinyal ko-stimulator dari sel APC dapat menginduksi
toleransi.
- Toleransi sentral
Antigen (sendiri) ditemukan dalam kadar tinggi di dalam organ
limfoid sentral. Antigen (sendiri) yang terpajan, limfosit imatrur, dan
klon limfosit yang reseptornya mengenali antigen sendiri tersebut
disingkirkan, disebut dengan seleksi negatif. Sedangkan Antigen
asing (luar) ditangkap sel APC kemudian dibaawa ke organ limfoid
perifer.
- Toleransi perifer
Mekanisme toleransi sel T terhadap antigen spesifik jaringan yang
tidak ditemukan di timus. Hal ini disebabkan oleh adanya alergi dan
sel T yang dihilangkan (delesi) atau ditekan.
5. Imunisasi aktif dan pasif
Imunisasi aktif
Apabila sesorang menerima langsung vaksin hidup yang sudah
dilemahkan atau yang sudah dimatikan.
Terbagi menjadi:
- Alamiah : biasanya digunakan pada infeksi akibat dari kuman.
- Buatan : toksoid dan vaksinasi.
Imunisasi pasif
Apabila sesorang menerima antibody atau produl sel dari orang lain
yang telah mendapatkan imunisasi aktif.
- Alamiah : imunitas maternal melalui plasenta untuk mendapatkan
IgG dari antibody ibu. Selain itu juga imunitas maternal melaui
kolostrum. Karena ASI mengandung berbagai komponen system imun
seperti enchancement growth factor untuk bakteri yang diperlukan
dalam usus sebagai factor yang menghambat tumbuhnya kuman
tertentu.
- Buatan : imunne serum globulin(ISG) non spesifik. Selain itu juga
termasuk ISG yang spesifik, seperti tetanus immune globulin (TIG),
hepatitis B immune globulin (HBIG), rabies immune globulin.
23
6. Jenis-jenis imunisasi yang wajib diberikan, cara pemberian, mekanisme
kerja dan masalah yang timbul akibat pemberian imunisasi.
BCG
Sifat vaksin : mengurangi resiko TBC berat
Efek proteksi : 8-12 minggu stl imunisasi
Cara pemberian :
1. ANAK : IC 0,1 ML
2. BBL : 0.05 ml
Waktu pemberian :
1. Anak : tes mantoux (-)
2. Bayi : < 2 bulan
Cara kerja faksin :
Meningkatkan daya tahan tubuh thd inf basil yg virulen
Imunitas timbul stl 8 minggu
Imunitas bisa tdk lengkap
Efek samping :
1. Reaksi pembengkakan kecil
2. Kemerahan,
3. Abses
4. Scar
Kontra indikasi
1. Uji mantoux (+)
2. Immunodefisiensi
3. Gizi buruk
4. Demam tinggi
5. Infeksi kulit yg luas
6. Riwayat tb
7. Kehamilan
Cara menyimpan vaksin
1. Pd suhu 2-80C
2. Tdk dlm keadaan beku
3. Tdk kena sinar matahari langsung
4. exp setelah 8 jam pengenceran
HEPATITIS B
Cara pemberian : IM
Jadwal pemberian :
24
1. Vaksinasi primer 3 kali
i ii iii
1-2 bulan 4-5 bulan
2. Booster 5 thn kemudian
3. Dianjurkan tes anti hepatitis B 3 bln Pasca suntikan terakhir
Cara kerja vaksin
IgM (sementara) IgG (tetap)
Efek samping ;
1. Nyeri sendi / otot
2. Bengkak
3. Panas
4. Mual
5. Anafilaksis
Kontra indikasi
- ibu hamil
Cara penyimpanan vaksin :
1. Suhu 0-80C
2. Waktu max 10 bulan
DPT
Cara pemberian vaksin : IM 0,5 ml
Jadwal pemberian :
1. DPT I : 2-4 BLN
2. DPT II : 3-5 BLN
3. DPT III : 4-6 BLN
4. DPT IV : 1 THN setelah DPT III
5. DPT V : Anak Masuk Sekolah
Efek samping :
1. Demam tinggi
2. Rewel
3. Kemerahan daerah invasi
4. Nyeri-----2 hari
Kontra indikasi
1. Ensefalopati
2. Riwayat Anafilaksis
perlu diperhatikan apabila pada pemberian pertama timbul
hiperpireksia, anak menangis terus dan kejang 3 hari setelah
25
pemberian imunisasi.
Cara Penyimpanan Vaksin Pada Suhu 0-80C
POLIO
Jadwal pemberian :
1. POLIO I : 0 BLN
2. POLIO II : 2 BLN
3. POLIO III : 3 BLN
4. POLIO IV : 4 BLN
Cara pemberian : oral 2 tetes
Cara kerja :
vaksin akan masuk ke dalam saluran pencernaan dan memacu
pembentukan antibody baik di dalam darah maupun pada
epitelium usus, sehingga terjadi pertahanan lokal terhadap
virus polio yang masuk
Efek samping :
1. Pusing
2. Diare ringan
3. Sakit pd otot
Kontraindikasi
1. Demam
2. Muntah/diare
3. Konsumsi obat imunosupresif
4. Radiasi umum
5. Keganasan
6. Penderita HIV
Cara penyimpanan
1. Tertutup : suhu 2-80C
2. Beku : -200C
CAMPAK
Cara pemberian :
1. Sc dalam / IM
2. Dosis : 0,5 ml
3. Umur 9 bln
Efek samping : demam, kemerahan,nyeri sendi
Kontra indikasi :
1. Demam
26
2. Tb tanpa pengobatan
3. Imunosupresi
Penyimpanan : 2-80C
Berikut beberapa jenis imunisasi lanjutan:
MMR
1. Umur : 15-18 bln
2. Dosis : 1 x 0,5ml
3. Bila anak MMR, campak II (5-6 thn) tdk diberikan
4. Ulang 10-12 thn
Hib
1. Diberikan umur 2,3,6 bln
2. Ulang 18 bln
3. Dosis : 0,5ml im
Demam tifoid
1. Vaksin : parenteral & oral
VII. Sintesis dan uji informasi yang diperoleh
Informasi yang diperoleh dan disintesis serta diuji telah terangkum dalam
analisa masalah pada langkah 3 dan mengumpulkan informasi pada
langkah 6.
27