Download - laporan mikrotek
PEMBUATAN PREPARAT BATANG BUNGA MATAHARI
(Hel ian thus annuus L . )
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikroteknik)
Disusun oleh:
HILMA DIANTI MARHAM (3425110175)
ANUGERAH EKA FEBRIANTI (3425110)
Prodi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari metode pembuatan preparat secara
mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan. Beberapa metode yang dikenal dalam
pembuatan preparat tumbuhan, yaitu metode parafin, metode squash, metode asetolisis, metode
maserasi dan metode whole mount.
Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi. Struktur sel rumit,
namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam beberapa segi dasar. Jaringan yang
menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat
ditemukan pada bagian akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan
membuat suatu preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan (Sumardi, 2002). Pada
praktikum kali ini menggunakan metode parafin untuk melihat adanya jaringan yang ada pada
tumbuhan.
Pada praktikum kali ini menggunakan batang bunga matahari (Helianthus annuus L.)
dengan metode parafin, yaitu pembuatan preparat permanen dengan menggunakan parafin
sebagai media embedding (penanaman) dengan tebal irisan mencapai ± 6 µm-8 µm.
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu
bahan. Preparat awetan jaringan tumbuhan adalah salah satu media pembelajaran Biologi yang
sangat efektif, khususnya pada praktikum Anatomi Tumbuhan. Namun, preparat yang sudah
tersedia tidak lengkap dan banyak yang rusak. Oleh karena itu, pada praktikum mikrotek ini
akan dibuat preparat awetan jaringan tumbuhan untuk mmempermudah mahasiswa mengamati
dan melihat preparat dengan menggunakan metode parafin.
1. 2 Perumusan Masalah
Bagaimanakah cara pembuatan preparat batang bunga matahari (Hel ian thus annuus L. ) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan dan menambahkan preparat
awetan jaringan tumbuhan khususnya batang bunga matahari (Helianthus annuus) bagi
keperluan praktikum di Jurusan Biologi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menyediakan preparat tumbuhan yang belum ada di laboratorium Jurusan Biologi
Universitas Negeri Jakarta.
2. Menambah pengetahuan tentang pembuatan preparat yang baik dan benar.
3. Menambah pengetahuan tentang anatomi tumbuhan.
4. Mengetahui cara-cara untuk pembuatan preparat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DESKRIPSI TEORITIK
2.1.1 MIKROTEKNIK
Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk mempersiapkan
organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati dan dipelajari dengan lebih teliti.
Pada umumnya untuk melihat jaringan atau organ dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena
struktur jaringan secara terperinci pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata
telanjang. Suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari
struktur yang ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi umumnya
dilindungi dengan kaca penutup, yaitu sepotong kaca yang sangat tipis ataupun plastik yang
tembus pandangan yang direkatkan di atas spesimen (Sugiharto, 1989).
Ada beberapa metode yang dikenal dan diketahui dalam pembuatan preparat tumbuhan
maupun hewan diantaranya yaitu:
a. Metode squash atau metode sediaan remasan
Metode remasan atau squash banyak dilakukan untuk penyaiapan pengamatan
kromosom baik hewan maupun tumbuhan. Dengan metoda ini bahan diremas atau
dihancurkan sehingga masing-masing sel akan terlepas yang memudahkan
pengamatan selanjutnya. Jadi tujuan peremasan (squash) ini bukan berarti
menghancurkan sel-selnya, tapi masing-masing sel bebas terlepas satu sama lain
dengan tetap dipertahankan bentuk aslinya.
b. Metode Sediaan Gosok
Metode sediaan gosok menggunakan jenis jaringan yang sifatnya keras, seperti
tulang, gigi, kuku dan beberapa lainnya mungkin sekali sangat sukar untuk dibuat
sediaan sayatan (kecuali bila mengalami berbagai perlakuan khusus sebelumnya).
Untuk mengatasi hal tersebut, maka juga dibuat sediaan dengan metoda gosok.
Tulang misalkan tulang paha, terlebih dahulu dipotong-potong hingga ukuran
beberapa mili hingga 1 – 2 cm. Potongan tersebut kemudian digosok pada batu
hingga cukup tipis untuk dapat diamati pada mikroskop (Gunarso, 1989).
c. Metode whole mounth
Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan
diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan (Joyner, 2008
dalam zaifbio 2010). Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat
yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Metode ini
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah
dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya.
Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman
dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa tanaman yang besar sehingga metode ini
perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan (Gunarso, 1989).
d. Metode Sediaan Uraian (Teasing Preparations)
Metode sediaan uraian ini dilakukan untuk dapat memisahkan komponen suatu
jenis jaringan maupun organ tisu atau jaringan diuraikan dengan menggunakan jarum
penguraian. Dengan demikian pengertian teasing ini berarti juga pembedahan dalam
skala kecil. Tingkatnya pada pembedahan biasa dan pembedahan mikro yang
dilakukan dengan menggunakan jarum pengurai. Teasing ini dilakukan pada jenis
sediaan segar yang telah difiksasi dan mengalami pewarnaan. Secara umum jenis tisu
atau jaringan yang bisa ditelaah melalui metode ulas ini adalah darah, limfa, cairan
sum-sum tulang belakang, semen janan, sediaan air seni, serta beberapa
lainnya. (Gunarso, 1989).
e. Metode Sediaan Irisan (Sectioning)
Metode sectioning dilakukan dengan cara pengerjaan melalui irisan atau sayatan.
Metode ini dianggap sebagai teknik rutin ataupun teknik bagi penyiapan spesimen
histologi amaupun patologi. Tebal tipisnya sayatan bergantung pada pengalaman serta
tujuan penyiapan spesimen. Tebal sayatan yang umum berkisar antara 6-15 mikron (1
mikron = 0,001 mm). Ukura sayatan juga sangat bervariasi, mulai dari saytaan
pembuluh darah yang sangat kecil hingga sayatan otak.
f. Metode Sediaan Supravital
Selain jenis-jenis metode yang dimanfaatkan materi yang mengalami matian dan
fiksasi. Untuk pengamatan sel-sel darah yang masih hidup umumnya digunakan zat
warna vital seperti Yanus green atau Neutral red, karena sel darah mempunyai
kemampuan untuk menghisap zat warna pada konsentrasi yang sesuai. Bila kedua zat
warna tersebut dipakai secara bersama-sama maka memungkinkan kita untuk
mengamati mitokondria. Hanya saja akan terjadi perubahan yang sangat cepat pada
sel, karena sel dapat mati oleh kedua warna tadi secara bersamaan (Gunarso, 1989).
g. Metode Sediaan Rentang
Pada metode ini preparat belum difiksasi, diperlakukan sedemikian rupa sehingga
disamping jelas juga mendekati keadaan aslinya dengan melalui perentangan. Jenis
bahan siapan yang uum direntang saat difiksasi adalah otot, syaraf, jenis jaringan tipis
(selaput yang membungkus jantung, hati dan lain-lain) (Gunarso, 1989).
h. Metode parafin
Metode parafin termasuk metode irisan yang merupakan metode rutin atau standar.
Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan normal sifatnya maupun yang
mengidap suatu penyakit (patologis) akan lebih baik hasilnya dilakukan dari preparat
jaringan yang telah dipersiapkan dengan baik, telah dillakukan penyayatan cukup
tipis serta diberi pewarnaan yang sesuai, sehingga berbagai elemen yang diteliti lebih
mudah untuk diamati (Gunarso, 1989).
Metode parafin adalah metode yang sering digunakan untuk membuat preparat tumbuhan
dan hewan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan
metode ini. Kebaikan-kebaikan metode ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari
pada menggunakan metode beku atau metoda seloidin. Dengan metode beku, tebal irisan rata-
rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron.
Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.
Prosedurnya jauh lebih cepat, namun metode parafin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan
menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan
bila menggunakan metode ini. Pada metode ini sebagian besar enzim-enzim yang ada pada organ
akan larut dengan ( Imron, 2008).
Pengamatan dilakukan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan
berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat
dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling
umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada
hewan (Sugiharto, 1989).
Adapun langkah-langkah dalam membuat preparat dengan metode paraffin memiliki
langkah-langkah penting dalam metode ini antara lain sampling, fiksasi, pencucian, dehidrasi,
penjernihan, embedding, penyayatan (section), penempelan, pewarnaan, dan penutupan
(Dasumiati 2008).
1. Sampling
Sampling merupakan proses awal dalam metode parafin. Pada sampling diambil
beberapa organ sesuai keperluan. Jika organ terlalu besar maka dipotong-potong
terlebih dahulu.
Adapun menurut Eching (2009) Pengambilan jaringan :
a. Harus secepatnya di ambil terutama pada kadafer
b. Pemotongan harus dengan pisau yang tajam
c. Ukuran potongan sebaiknya 1 cm
d. Secepatnya difiksasi
Langkah-langkah pengambilan jaringan tersebut bertujuan untuk mencegahnya
perubahan-perubahan pasca mati dan perubahan struktur lain yang dapat
mengganggu hasil dalam pengamatan.
2. Fiksasi
Fiksasi adalah memberikan perlakuan tertentu terhadap elemen-lemen
jaringan, terutama inti sel atau nukleinya, sehingga dapat diwetkan dalam
kondisis yang sedikit banyak mendekati keadaan aslinya. Fiksasi bertujuan
untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang disebabakan oleh
mikroorganisme maupun perusakan oleh enzim yang terkandung dalam
jaringan itu sendiri, yang dikenal dengan autolisis. Dengan kata lain fiksasi
bertujuan:
- Mematikan (menghentikan proses-proses metabolisme) jaringan
dengan cepat sehingga keadaannya sedikit banyak mendekati keadaan
aslinya.
- Mencegah autolisis
- Menaikkan daya pewarnaan karena adanya bahan-bahan keras yang
merupakan komponen cairan fiksatif.
- Mencegah mengkerutnya globula-globula protein sel
- Mempertinggi sifat reaktif gugusan-gugusan karboksilat, amoni
primer,sulfihidril
- Membuat sel-sel lebih kuat/keras
3. Dehidrasi
2.1.2 DESKRIPSI TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)
Bunga matahari (Helianthus annuus L.), merupakan tanaman perdu dan herba anual
(umumya pendek, kurang dari setahun), tegak, berbulu, tinggi 1 - 3 m. Termasuk tanaman
berbatang basah (herbaceus), daun tunggal berbentuk jantung sepanjang 15 cm panjang dan 12
cm lebar dengan gagang daunnya yang panjang kemas tersusun pada batang pokoknya yang
keras dan berbulu. Pokoknya setinggi 90 – 350 cm, berbatang kecil, berbulu kasar dan hampir
tidak bercabang. Termasuk tanaman dikotil
Kepala bunga yang besar (inflorescence) dengan diameter bunga dapat sampai 30 cm,
dengan mahkota berbentuk pita disepanjang tepi cawan dengan ukuran melintang antara 10
hingga 15 sentimeter, berwarna kuning, dan di tengahnya terdapat bunga - bunga yang kecil
berbentuk tabung, warnanya coklat. Bila dibuahi, bunga-bunga kecil ini menjadi biji - bijinya
yang berwarna hitam bergaris - garis putih itu berkumpul di dalam cawan. Bila sudah matang,
biji - biji ini mudah dilepaskan dari cawannya. Bunga Matahari dikenal tumbuh ke arah matahari,
perilaku ini dikenal dengan istilah heliotropik. Pada malam hari, bunga itu tertunduk ke bawah.
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) merupakan tanaman dikotil. Yang biasanya
memiliki bagian-bagian tertentu dalam jaringannya, seperti :
BAB III
METODOLOGI
A. Tujuan Operasional Penelitian
1. Mendapatkan potongan batang bunga matahari (Helianthus annuus L.) berukuran 0,5 cm.
2. Menanam potongan batang bunga matahari (Helianthus annuus L.) pada parafin.
3. Mendapatkan potongan preparat batang bunga matahari (Helianthus annuus L.) dengan
menggunakan mikrotom.
4. Mewarnai preparat batang bunga matahari (Helianthus annuus L.) dengan safranin.
5. Mendapatkan hasil pewarnaan yang baik.
B. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
C. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2013 di Laboratorium
Mikroteknik dan Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta pada
hari Senin pukul 15.00 WIB hingga selesai.
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah silet, penggaris, oven, beaker glass, gelas
ukur, corong, pipet, pinset, botol kaca, penangas, kaki tiga, kertas saring, bunsen, kaset blok,
kertas kalender dan aspirator.
Bahan yang d igunakan da l am p rak t i kum in i ada l ah potongan batang bunga
matahari (Helianthus annuus L.), akuades, larutan fiksasi seperti larutan FAA,
alkohol 70%, alkohol 96%, xilol, parafin cair, minyak parafin, safranin 1%,
larutan A dan larutan B.
E. Metode Kerja
Metode kerja yang dilakukan dalam pembuatan preparat batang bunga matahari
(Hel ian thus annuus ) adalah sebagai berikut:
a. Proses pembuatan alkohol bertingkat (70%, 80%, 90%, dan 100%)
b. Proses pembuatan larutan FAA
Larutan terdiri dari 50 cc ethyl alcohol (96%), 5 cc asam asetat glacial, 10 cc
formaldehid (37-40%), 35 cc akuades
Bahan-bahan yang diperlukan dicampurkan dan dimasukkan ke dalam botol kaca
dan simpan selama satu minggu
c. Proses fiksasi
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
Potong batang bungan matahari (Helianthus annuus) menjadi potongan-
potongan kecil (0,5 cm x 0,5 cm) sebanyak 7 potongan
Memasukkan bahan yang sudah dipotong ke dalam botol vial, kemudian diberi
larutan FAA hingga batang terendam dan diamkan selama satu minggu
Melakukan aspirasi menggunakan alat aspirator selama 5 menit atau hingga organ
tenggelam
Mengganti larutan FAA dengan alkohol 70% yang diberi pewarna safranin 1%
sebanyak 5 -7 tetes dan simpan selama 6 hari
Lalu pindahkan ke dalam alkohol 96% selama masing-masing 1 jam berturut-
turut.
d. Proses penjernihan atau dehidrasi
Masukkan potongan batang bunga matahari (Hel ian thus annuus ) ke
dalam larutan alcohol 70%, 80%,90% dan 100% sevara berturut-turut selama ± 30
menit; lalu masukkan ke dalam larutan xilol 1 dan xilol 2 selama ± 30 menit; lalu
ke dalam minyak parafin.
e. Proses infiltrasi
Masukkan potongan batang bunga matahari (Hel ian thus annuus ) ke dalam
parafin lunak dengan 2 hingga 3 kali pergantian selama 1 jam
f. Proses penanaman (embedding)
Buat tempat penanaman dengan menggunakan kalender yang berbentuk persegi
atau persegi panjang (sesuai dengan ukuran organ tanaman yang digunakan)
Masukkan parafin cair, diamkan sampai parafin tersebut agak membeku
Masukkan bahan ke dalam parafin yang sudah agak membeku. Usahakan bahan
diletakkan di tengah-tengah blok
Diamkan sampai membeku
g. Proses blocking
Pindahkan bahan yang sudah ditanam di blok pada kaset dengan
menempelkannya pada kaset dengan menggunakan parafin
h. Proses pembuatan larutan A dan larutan B
Larutan A terdiri dari gelatin 1 gram, calcium propionate 1 gram, benzalkonium
chloride 1 cc dan air 100 cc.
Larutan B terdiri dari chromealum 1 gram, formalin 40% dan air 90 cc.
Masukkan semua bahan larutan A ke dalam botol kaca, campur menjadi satu.
Demikian juga dengan larutan B.
i. Proses penyayatan
Sayat bahan dengan menggunakan mikrotom
Letakkan sayatan di object glass yang sudah ditetesi dengan larutan A, kemudian
tetesi larutan B di atas sayatan
j. Proses pewarnaan
Preparat dimasukkan ke dalam xilol (xilol 1 dan xilol 2) masing-masing selama
5menit
Lalu masukkan ke dalam alkohol 96%, alkohol 80%, dan alkohol 70% masing-
masing selama 5 menit
Setelah itu masukkan ke dalam safranin sebagai pewarna merah selama kurang
lebih 1 jam
Kemudian masukkan ke dalam fast green selama 30 detik.
Lalu masukkan ke dalam alkohol 70%, 80%, dan 96% masing-masing selama 5
menit
Masukkan ke dalam xilol 1 dan 2 masing-masing selama 5 menit
Setelah itu, bahan ditutup dengan menetesi canada balsam di atas preparat, setelah
itu ditutup dengan menggunakan cover glass.
Kemudian lihat preparat dalam mikroskop.
F. Teknik pengumpulan data
Data yang diambil berupa gambar mikroskopis dari preparat batang bunga matahari
(Helianthus annuus)
G. Teknik analisis data
Teknik analilis berdasarkan anatomi preparat batang bunga matahari (Helianthus annuus)
yang tampak dalam mikroskop.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Gambar 1. Preparat tangkai daun nangka tangkai daun Artocarpus heterophyllus Lmk. dengan
ketebalan 30 mikron (perbesaran 40 kali)
Gambar 2 . Preparat tangkai daun nangka tangkai daun Artocarpus heterophyllus Lmk.
dengan ketebalan 30 mikron (perbesaran 100 kali)
B . Pembahasan
Praktikum kali ini membuat preparat batang bunga matahari (Hel ian thus annuus )
dengan menggunakan me tode pa ra f i n . Tahap awa l yang dilakukan adalah
menyediakan bahan-bahan yang akan dibutuhkan selama pembuatan preparat dan membersihkan
alat-alat yang akan digunakan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pekerjaan praktikan
floem
kambium
epidermis
korteks
xilem
empulur
epidermis
korteks
floem
kambium
xilem
empulur
serta terhindar dari kontaminasi. Kemudian membuat larutan fiksasi yaitu larutan FAA dengan
mencampurkan alkohol, formalin, asam asetat glacial dan akuades. Setelah itu memotong batang
bunga matahari (Helianthus annuus L.) dengan pan j ang + 0 , 5 cm dan member ikan
l a ru t an FAA se r t a me l e t akkannya d i da l am bo to l kaca a t au bo to l v i a l .
F ik sa s i d i l akukan s e l ama sa tu minggu . Kemud ian d i l an ju tkan dengan
pe rendaman ke da l am l a ru t an a lkoho l yang t e l ah d ibe r i s a f r an in s ebanyak
5 -7 t e t e s s e l ama sa tu minggu dengan t u juan un tuk mewarna i j a r i ngan .
Fiksasi bertujuan untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada
dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup, mencegah kerusakan
jaringan, menghentikan proses metabolisme secar cepat, mengawetkan komponen sitologis dan
histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-
jaringan dapat diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan (Haruna dan Asnady,
2010).
Tahap kedua yang dilakukan adalah aspirasi menggunakan vakum (aspirator) selama 5
menit atau sampai organ tenggelam dengan tujuan agar menghilangkan kadar oksigen yang ada
dalam jaringan. Tahap ketiga adalah melakukan dehidrasi yaitu tahap penghilangan kadar air
yang terdapat pada preparat dengan menggunakan alkohol konsentrasi bertingkat. Air yang
terkandung dalam preparat harus dihilangkan dengan tujuan menjaga preparat tidak busuk atau
rusak. Alkohol yang digunakan dimulai dari konsentrasi terendah yaitu 70% dan terakhir 100%.
Proses tersebut dilakukan masing-masing ± 20-30 menit. Penggunaan alkohol bertingkat
bertujuan agar kandungan air pada jaringan dapat keluar sedikit demi sedikit hingga pada
konsentrasi alkohol 100% pangeluaran airnya pun maksimal, mencegah terjadinya lisis pada sel
dalam jaringan tersebut dan menjaga agar tidak terjadi perubahan secara tiba-tiba dalam sel
terhadap jaringan sehingga perubahan struktur sel yang terjadi sekecil mungkin (Ariwulan,
2012).
Tahap keempat adalah penjernihan, dilakukan dengan merendam preparat di
larutan xilol+alkohol (1:1), xilol, xylol+parafin(1:1) dan terakhir direndam di minyak
parafin. Penjernihan tersebut dilakukan masing-masing satu jam. Tujuan dari proses
tersebut adalah untuk menjernihkan preparat dari alkohol. Jika preparat sudah tidak
mengandung alkohol maka parafin dapat masuk ke preparat. (ga ngerti)???
Selanjutnya preparat diinfiltrasi di dalam oven menggunakan parafin cair. Infiltrasi
merupakan suau tahapan dimana media tanam dimasukkan ke dalam jaringan secara bertahap.
Jaringan direndam dalam parafin cair murni dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan
xilolnya secara maksimum serta untuk mengawetkan jaringan (Ariwulan, 2012) Proses tersebut
adalah suatu usaha menyusupkan media penanaman (embedding media) ke dalam jaringan
dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran dan bahan penjernih (clearing agents). Media
penanaman yang digunakan adalah parafin, proses infiltrasi ini umumnya dilakukan di dalam
oven yang suhunya dapat diatur sesuai titik leleh parafin.
Tahap kelima adalah penanaman (embedding) di parafin. Embedding merupakan proses
memasukkan atau penanaman jaringan ke dalam blok-blok parafin (cetakan) sehingga
memudahkan proses penyayatan dengan mikrotom. Sebelum dilakukan penanaman terlebih
dahulu disiapkan cetakan atau blok sebagai tempat penanaman preparat. Blok dibuat dari kertas
kalender dan dibentuk menjadi blok tanpa tutup berbentuk persegi atau disesuaikan dengan
ukuran organ. Parafin yang telah dicairkan dimasukan ke dalam blok sebanyak setengah bagian
lalu setelah setengah keras preparat ditanam dan ditambahkan parafin cair sampai memenuhi
volume blok. Kemudian didiamkan pada suhu kamar agar parafin membeku. Hal ini bertujuan
agar dapat dengan mudah memotongnya dalam bentuk persegi panjang tanpa merusak jaringan.
Kemudian hasil potongan diletakkan pada kaset yang telah diberi parafin cair hingga setengah
keras dengan menggunakan pinset. Tujuan dari penempelan pada kaset adalah untuk
memudahkan saat proses pemotongan dengan mikrotom.
Bahan batang yang sudah berada di kaset kemudian dipotong dengan mikrotom dengan
ketebalan 30 mikron. Hasil potongan yang berupa pita parafin diletakkan pada kaca objek yang
sudah diberi larutan A kemudian diberi larutan B yang berfungsi agar hasil preparat dapat
menempel dengan erta pada kaca objek. Proses selanjutnya adalah pewarnaan dengan merendam
kaca objek yang berisi preparat dalam xilol I dan xilol II masing-masing selama 5 menit,
fungsinya agar paraffin yang menempel pada kaca objek dapat lepas dan hanya tersisa bahan
tangkai daun nangkanya saja. Kemudian direndam dalam alkohol yang berfungsi membersihkan
kaca objek. Selanjutnya pewarnaan dengan memasukkan preparat dalam safranin kurang lebih 1
jam dan pada fastgreen selama kurang lebih 3 detik. Fungsinya untuk mewarnai jaringan yang
terdapat dalam preparat. Lalu dicuci dalam alkohol dan xilol selama masing-masing 5 menit.
Setelah kering ditetesi canada balsam dan ditutup dengan cover glass. Canada balsam berfungsi
agar cover glass dapat menempel pada kaca objek dan mempertahankan preparat yang ada
didalamnya.
Hasil yang nampak pada mikroskop adalah terlihat jaringan-jaringan penyusun batang
bunga matahari (Helianthus annuus L.) s epe r t i ep ide rmi s , ko r t eks , kamb ium, f l oem,
x i l em dan empu lu r . Be rdasa rkan t i pe - t i pe pembu luh angku t , p r epa ra t
t angka i daun nangka (Ar tocarpus he t e rophy l l u s Lmk . ) memi l i k i t i pe i ka t an
pembu luh ko l a t e r a l t e rbuka . I ka t an pembu luh ko l a t e r a l t e rbuka ya i t u
an t a r a x i l em dan f l oem t e rdapa t kambium. T ipe pembu luh angku t i n i
b i a sanya t e rdapa t pada t umbuhan d iko t i l .
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembuatan preparat awetan dengan metode parafin dimulai dengan proses fiksasi,
penjernihan, infiltrasi, penanaman, penyayatan dan pewarnaan. Pada preparat batang bunga
matahari (Hel ian thus annuus L. ) t e r l i ha t ep ide rmi s , ko r t eks , kamb ium,
f l oem, x i l em dan empu lu r . P r epa ra t t e r s ebu t memi l i k i t i pe pembu luh
ko l a t e r a l t e rbuka . Preparat awetan jaringan tumbuhan adalah salah satu media
pembelajaran Biologi yang sangat efektif, khususnya pada praktikum Anatomi Tumbuhan.
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan.
B. Saran
Pada saat pemotongan bahan sebaiknya dilakukan dengan berbagai tingkat ketebalan
yang berbeda agar dapat dibandingkan. Selain itu penanaman pada parafin harus dilakukakn
dengan benar dan teliti agar tidak terdapat rongga sehingga memudahkan pada saat pemotongan
dengan mikrotom.
DAFTAR PUSTAKA
Haruna, F. dan Asnady S, M., 2010. Penuntun Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Makasar: Universitas Hasanuddin.
John E SASS. 1958. Botanical Microtechnique. USA : Iowa State Collage Press.
RR. Dyah Roro Ariwulan. 2012. Pembuatan Preparat Melintang Dengan Metode Parafin. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Sugiharto, 1989. Mikroteknik. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor.
Sumardi, I. dan Pudjoarinto, A., 2002. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Yulan Isnaharani. 2009. Pemanfaatan Tepung Jerami Nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk.) Dalam Pembuatan Cookies Tinggi Serat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.