Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
i
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2017
DINAS KESEHATANKABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2018
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iv
IKHTISAR EKSEKUTIF........................................................................................... vif45
BAB I PENDAHULUAN1.1. Gambaran Umum ………………………………………………………... 1
1.1.1. Dasar Hukum Organisasi ………….…………………………… 1
1.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi …….……….………………………… 1
1.1.3. Struktur Organisasi ……..……………….……………………… 1
1.2. Penentuan Isu-isu Strategis ……………………...……………………… 4
1.3. Sistematika Penyajian LKJIP .............................................................. 4
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA2.1 Perencanaan …………………………....………………………………… 5
2.2 Perjanjian Kinerja ………………….……………………………………… 7
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA3.1 Capaian Kinerja Organisasi …….……………………………………….. 10
3.2 Akuntabilitas Keuangan ………………………………………………….. 74
3.3 Indikator Lain Yang Dilaksanakan ...…………………………………….. 77
BAB IV PENUTUP4.1 Simpulan ….……………………………………………………………….. 80
4.2 Saran ………………............................................................................. 81
DAFTAR LAMPIRANA. Penetapan Kinerja
B. Target, Realisasi dan Capaian Kinerja 2017
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
iv
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Halaman
Bagan 1 Stuktur Organisasi Dinas Kesehatan ................................................. 3
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja .............................................................................. 7
Tabel 3.1 Sasaran 1 .......................................................................................... 11
Tabel 3.1.1 Realisasi anggaran peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
serta pelayanan persalinan................................................................ 19
Tabel 3.1.2 Realisasi Anggaran Peningkatan Pelayanan Kesehatan Balita, Anak
Sekolah.............................................................................................. 22
Tabel 3.1.3 Realisasi Anggaran Pelayanan Kesehatan Lansia ............................ 23
Tabel 3.1.4 Realisasi Anggaran Pelayanan Gizi Masyarakat ............................... 23
Tabel 3.1.5 Kegiatan Pelayanan pada Orang Resiko HIV................................... 30
Tabel 3.1.6 Realisasi Anggaran Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular Langsung............................................................................. 30
Tabel 3.1.7 Realisasi Anggaran Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Tular Vektor Zoonotik ........................................................................ 32
Tabel 3.1.8 Realisasi Anggaran Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular Termasuk Gangguan Jiwa ......................................... 33
Tabel 3.1.9 Surveilans Epidemiologi dan Penanganan KLB Kabupaten Boyolali
Tahun 2017 ....................................................................................... 34
Tabel 3.1.10 Realisasi Anggaran Surveilans Epidemiologi dan Penanganan KLB 35
Tabel 3.1.11 Realisasi Anggaran Peningkatan Imunisai dan Vaksinasi ................. 37
Tabel 3.1.12 Realisasi Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan ....................... 37
Tabel 3.1.12 Realisasi Anggaran Pengawasan dan Pengendalian Keamanan dan
Kesehatan Makanan Hasil Produksi rumah Tangga.......................... 38
Tabel 3.2 Sasaran 2: Capaian Pelayanan Kesehatan Berorientasi Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien.......................................................... 38
Tabel 3.2.1 Realisasi Anggaran Peningkatan Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu ............................................................................... 41
Tabel 3.2.2 Realisasi Anggaran Akreditasi Pelayanan Kesehatan Dasar ............ 44
Tabel 3.2.3 Realisasi Anggaran Pelayanan dan Pendukung Pelkayanan Pada
BLUD ................................................................................................. 44
Tabel 3.2.4 Realisasi Anggaran Pengadaan dan Pemerataan Obat .................... 46
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
v
Tabel 3.2.5 Realisasi Anggaran Pengadaan Alat kesehatan................................ 47
Tabel 3.2.6 Realisasi Anggaran pembinaan dan Penwasan Bidang
Kefarmasian....................................................................................... 48
Tabel 3.2.7 Realisasi Anggaran Penyediaan Pembiayaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat ....................................................................................... 49
Tabel 3.2.8 Realisasi Anggaran Penyediaan Biaya Operasional dan
Pemeliharaan Labkesda .................................................................... 50
Tabel 3.2.9 Realisasi Anggaran Pembangunan Puskesmas................................ 51
Tabel 3.2.10 Realisasi Anggaran Pengadaan Pusling............................................ 52
Tabel 3.3 Sasaran 3 : Capaian Peran Serta Msyarakat dan Sektor Swasta
Pembangunan Kesehatan ................................................................. 52
Tabel 3.3.1 Realisasi Anggaran Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat........ 54
Tabel 3.3.2 Realisasi Anggaran Pengembangan Media Promosi dan Informasi
Sadar Hidup Sehat ............................................................................ 58
Tabel 3.3.3 Desa Yang Telah Menyatakan Sebagai Desa STBM ........................ 59
Tabel 3.3.4 Realisasi Anggaran Pengembangan Media Promosi dan Informasi
Sadar Hidup Sehat ............................................................................ 66
Tabel 3.3.5 Kepemilkan Sarana Buang Air Besar ................................................ 68
Tabel 3.3.2 Realisasi Anggaran Penyediaan/Pengawasan Sarana Air Bersih,
Jamban dan SPAL............................................................................. 68
Tabel 3.4 Sasaran 4 .......................................................................................... 70
Tabel 3.4.1 Realisasi Anggaran Peningkatan kapasitas dan Kualitas Dokter dan
Tenaga Kesehatan ............................................................................ 72
Tabel 3.5 Sasaran 5 .......................................................................................... 72
Tabel 3.5.1 Realisasi Anggaran Pengembangan Data dan Informasi Kesehatan 73
Tabel 3.6 Akuntabilitas Keuangan ..................................................................... 46
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
vi
IKHTISAR EKSEKUTIF
A. PendahuluanDalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih
berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta berorientasi padahasil (result oriented governement), perlu adanya sistem akuntabilitas kinerja instansipemerintah. Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perluadanya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakanbahan utama untuk monitoring dan evaluasi sistem akuntabilitas kinerja instansipemerintah. Dengan telah selesainya pelaksanaan tahun anggaran 2017, sesuaiPeraturan Presiden Republik Indonesia No. 29 Tahun 2014 tentang SistemAkuntabilitas Instansi Pemerintah, semua Instansi Pemerintah, termasuk DinasKesehatan Kabupaten Boyolali, wajib menyusun LKjIP. Selain itu, informasi dalamdokumen LKjIP/LAKIP merupakan bentuk pertanggungjawaban atas keberhasilandan kegagalan pelaksanaan tugas.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 37 Tahun 2016tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata KerjaPerangkat Daerah Kabupaten Boyolali maka Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolaliditetapkan menjadi dinas dengan 1 Sekretariat, membawahi 3 Subbag, dan 4 Bidangdengan masing-masing terdiri dari 3 seksi.
B. Perencanaan dan Perjanjian KinerjaVisi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mengikuti visi Bupati Boyolali 2016 -
2021 yaitu: "Pro Investasi Mewujudkan Boyolali Yang Maju dan Lebih Sejahtera"Rumusan misi SKPD membantu lebih jelas penggambaran visi SKPD yang
ingin dicapai, serta menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh SKPD.Penjabaran Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali untuk mendukung pencapaiandan pelaksanaan Visi dan Misi Bupati Boyolali yang tertuang dalam RPJMDKabupaten Boyolali tahun 2016 - 2021 yaitu misi 4 yang berbunyi “Boyolali Sehat,Produktif dan Berdaya Saing”.
Misi ini untuk mewujudkan pembangunan manusia yang berkualitas. Fokussasaran strategisnya adalah meningkatnya derajat kesehatan, tingkat pendidikanmasyarakat, dan tingkat produktivitas warga antara lain melalui upaya fasilitasipemerintah berupa modal, keterampilan sumber daya pelaku usaha,pengorganisasian kelompok usaha dan koperasi. Masyarakat yang sehat menjadisalah satu prasyarat utama terbentuknya masyarakat yang produktif dan berdayasaing, sehingga hal ini menjadi misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
Dalam rangka mewujudkan visi, misi Bupati Wakil Bupati, maka tujuan dansasaran yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam tahun2016 – 2021, tertuang dalam 5 sasaran sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada peningkatanmutu pelayanan dan keselamatan pasien.
2. Melaksanakan Pelayanan Publik yang lebih bermutu dengan berbasisteknologi informasi.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan yangberdaya saing.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
vii
4. Meningkatkan peran serta masyarakat, dan sektor swasta dalampembangunan kesehatan.
5. Melaksanakan program promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif, padasemua kontinum siklus kehidupan (life cycle):
Untuk mendukung pencapaian dan pelaksanaan Visi dan Misi Bupati Boyolaliyang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Boyolali tahun 2016-2021 yaitu pada misi 4yang berbunyi Boyolali Sehat, Produktif dan Berdaya Saing, mewujudkanpembangunan manusia yang berkualitas, dengan fokus sasaran strategi untukmeningkatnya derajat kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, dantingkat produktifitas warga, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolalimemfokuskan pada sasaranmeningkatnya derajat kesehatan, denganmelakukan upaya:
1. Rasionalisasi dan distribusi jumlah puskesmas, guna meningkatkankemudahan akses pelayanan dan peningkatan mutu pelayanankesehatan masyarakat.
2. Meningkatkan peran swasta dalam memberikan pelayanan kesehatankepada masyarakat sesuai dengan standar mutu pelayanan.
3. Melengkapi sarana dan prasarana, fasilitas pelayanan kesehatanyang memadai khususnya penambahan ruang Puskesmas sesuaistandar mutu pelayanan.
4. Menerapkan standar mutu pelayanan di Dinas Kesehatan dan fasilitaskesehatan baik milik Pemerintah maupun Swasta.
5. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upayapencegahan (preventif dan promotif) dengan mensosialisasikanbudaya hidup bersih dan sehat, berolah raga dan mewujudkan desaSTBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), pencegahan terhadappenyakit menular dan tidak menular.
6. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, anak, balita dan lansiadengan gerakan pemberdayaan masyarakat.
7. Mengembangkan program jaminan Kesehatan Nasional menuju TotalCoverage seluruh Penduduk Boyolali.
8. Mendorong Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk profesional,berlaku jujur dan berintegritas.
9. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam mendukungpelaksanaan pekerjaan.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, pada tahun 2017 Dinas KesehatanKabupaten Boyolali melaksanakan 18 (delapan belas) program dengan 50 (limapuluh) kegiatan dengan anggaran sebesar Rp. 90,204,776,000,- (Sembilan puluhmilyar dua ratus empat juta tujuh ratus tujuh puluh enam ribu rupiah), termasuk in outuntuk UPT Labkesda dan BLUD Puskesmas. Sedangkan realisasi anggaran dinaskesehatan sebesar Rp. 76,134,460,166,- (tujuh puluh enam milyar seratus tigapuluh empat juta, empat ratus enam puluh ribu, seratus enam puluh enam rupiah)atau 84.40%,
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
viii
C. Akuntabiltas Kinerja
Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) atas realisasi pelaksanaanRencana Kinerja Tahun 2017, menunjukkan bahwa rata-rata nilai capaian kinerja dari5 (lima) Sasaran yang telah ditetapkan adalah 114.74% atau sangat baik.Keberhasilan ini disumbangkan oleh 4 (empat) Sasaran yang berhasil mencapai nilaikinerja lebih dari 100% sehingga dikategorikan sangat baik, dan 1 (satu) Sasaranyang berhasil mencapai nilai kinerja 100% sehingga dikategorikan baik.
Berikut Capaian Kinerja per Sasaran :
NO SASARAN NILAI CAPAIANKINERJA
1 Melaksanakan program promotif preventif, kuratif danrehabilitatif, pada semua kontinum siklus kehidupan (lifecycle)
130,7
2 Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasipada peningkatan mutu pelayanan dan keselamatanpasien. 101.6
3 Meningkatkan peran serta masyarakat, dan sektor swastadalam pembangunan kesehatan. 121.7
4 Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber dayamanusia kesehatan yang berdaya saing. 119.7
5 Melaksanakan pelayanan publik yang lebih bermutudengan berbasis teknologi informasi 100
RATA - RATA CAPAIAN PER SASARAN 114.74
C. Simpulan dan Saran
Secara keseluruhan capaian kinerja tahun 2017 sebesar 114.74% (kategorisangat Baik) dan mengalami kenaikan dibanding capaian kinerja tahun 2016sebesar 99.47%. Penyerapan anggaran tahun 2017 sebesar 84.40 %, pada tahun2016 sebesar 90,51% sehingga mengalami penurunan dibanding tahun 2016.
Guna meningkatkan capaian kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolalimaka telah menerapkan agar program kegiatan selalu mengacu pada dokumen
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
ix
perencanaan yang telah ditetapkan, serta mematuhi jadwal waktu pelaksanaankegiatan sesuai dengan target.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 GAMBARAN UMUM
1.1.1 Dasar Hukum OrganisasiDengan berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 37
Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi,serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali maka DinasKesehatan Kabupaten Boyolali ditetapkan menjadi dinas dengan 1 Sekretariat,membawahi 3 Subbag, dan 4 Bidang dengan masing-masing terdiri dari 3seksi.
1.1.2 Kedudukan Tugas Dan FungsiSebagaimana diatur Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 37
Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi,serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali adalah sebagaiberikut:(1) Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah di bidang Kesehatan.(2) Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui SekretarisDaerah.
Tugas :(1) Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan TugasPembantuan yang diberikan kepada daerah di bidang Kesehatan.
(2) Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan bidang kesehatan sesuai dengan lingkuptugasnya;
b. pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan sesuai denganlingkup tugasnya;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan sesuaidengan lingkup tugasnya;
d. pelaksanaan administrasi dinas bidang kesehatan sesuaidengan lingkup tugasnya; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati danPeraturan Perundang-undangan yang terkait dengan tugas danfungsinya.
1.1.3 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari :Susunan Organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari :
1) Kepala;a. Sekretariat;b. Bidang Kesehatan Masyarakat;c. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
2
d. Bidang Pelayanan Kesehatan;e. Bidang Sumber Daya Kesehatan;f. Kelompok Jabatan Fungsional; dang. Unit Pelaksana Teknis.
2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:a. Subbagian Perencanaan Program, Pelaporan, dan Informasi
Kesehatan;b. Subbagian Keuangan dan Pengelolaan Aset; danc. Subbagian Hukum, Kepegawaian, dan Umum.
3) Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari:a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;b. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; danc. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olah Raga.
4) Bidang Pencegahan dan Pengendalian terdiri dari:a. Seksi Surveillance dan Imunisasi;b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; danc. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa.5) Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari:
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer;b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; danc. Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Kesehatan Khusus.
6) Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri dari:a. Seksi Kefarmasian, Makanan, dan Minuman;b. Seksi Perbekalan Kesehatan, Pembiayaan, Sarana, dan Prasarana;c. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan.
7) Kelompok Jabatan Fungsional berada di bawah dan bertanggung jawabkepada Kepala Dinas dan dalam melaksanakan tugasnyadikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjukoleh Kepala Dinas.
8) Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf hdipimpin oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah danbertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
BAGAN SUSUNAN ORGANISASIDINAS KESEHATAN
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
4
1.2 PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS
Berdasarkan telaah capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan KabupatenBoyolali tahun 2016 – 2021 yang menjadi isu strategis adalah sebagai berikut :
1. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan sesuaidengan Permenkes 43 Tahun 2016.
2. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga total coveragetahun 2019.
3. Pencapaian total coverage untuk Desa STBM di tahun 2019.4. Sistem pembiayaan jaminan kesehatan di masyarakat belum optimal
dan merata menuju pencapaian universal coverage untuk kepesertaanJaminan Kesehatan Nasional tahun 2019.
5. Standarisasi Puskesmas sesuai dengan Permenkes 75 tahun 2014dalam pemenuhan sumber daya manusia maupun dalam sarana fisik.
6. Program Nasional kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat(GERMAS) untuk merubah pola pikir masyarakat agar lebihmengutamakan promotif dan preventif.
7. Dukungan lintas sector dalam pembangunan kesehatan terutama dariAlokasi Dana Desa dalam bidang Kesehatan sebesar 10% belum adapaying hokum secara tertulis.
8. Pengembangan Peran serta masyarakat dalam pembangunankesehatan serta penerapan perilaku yang mendukung program-program kesehatan.
1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN LKjIP
Kata PengantarDaftar IsiIkhtisar EksekutifBAB I PENDAHULAN
1.1. Gambaran Umum1.1.1.Dasar Hukum Organisasi1.1.2.Tugas Pokok dan Fungsi1.1.3.Struktur Organisasi
1.2. Penentuan Isu-isu Strategis1.3. Sistematika Penyajian LKjIP
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA2.1 Perencanaan2.2 Perjanjian Kinerja
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA3.1 Capaian Kinerja Organisasi3.2 Akuntabilitas Keuangan3.3 Indikator Lain yang Dilaksanakan
BAB IV PENUTUP4.1 Simpulan4.2 Saran
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
5
BAB IIPERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. PERENCANAANA. Visi dan Misi OPD
Visi OPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depanyang ingin dicapai OPD melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurunwaktu 5 (lima) tahun yang akan datang. Tahun 2017 adalah tahun keduapelaksanaan Renstra tahun 2016-2021.
Visi Bupati Boyolali 2016 - 2021 yaitu: "Pro Investasi MewujudkanBoyolali Yang Maju dan Lebih Sejahtera"
Dalam mewujudkan Visi, terdapat 7 (tujuh) Misi sebagaiberikut:1. Boyolali melanjutkan semangat Pro Investasi.2. Boyolali Membangun untuk Perubahan3. Boyolali, Bersih, Berintegritas, Sejahtera4. Boyolali, Sehat, Produktif dan Berdaya Saing5. Boyolali, Lumbung Padi dan Pangan Nasional6. Boyolali, Kota Susu Produsen Daging dan Hasil Ternak/Perikanan7. Boyolali, Lebih Maju dan Berteknologi.
Pencanangan Boyolali menjadi Kota Air (Water City), Kota Cerdas(Smart City) dan Kota Hijau (Green City), maka dalam bidang kesehatantercakup dalam Program unggulan Boyolali Kota Cerdas, kemudahanakses terhadap layanan kesehatan, kemudahan akses terhadap jaminankesehatan yang didukung oleh pengembangan media informasi. Boyolalikota Hijau (Green City). Bidang Kesehatan berperan dalam pengurangandampak negatif pembangunan terhadap kesehatan manusia danlingkungan, dan memelihara kesehatan perorangan.
Untuk mendukung pencapaian dan pelaksanaan Visi dan Misi BupatiBoyolali yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Boyolali tahun 2016-2021 yaitupada misi 4 yang berbunyi Boyolali Sehat, Produktif dan Berdaya Saing,mewujudkan pembangunan manusia yang berkualitas, dengan fokussasaran strategi untuk meningkatnya derajat kesehatan, tingkatpendidikan masyarakat, dan tingkat produktifitas warga.
Misi ini untuk mewujudkan pembangunan manusia yang berkualitas.Fokus sasaran strategisnya adalah meningkatnya derajat kesehatan, tingkatpendidikan masyarakat, dan tingkat produktivitas warga antara lain melaluiupaya fasilitasi pemerintah berupa modal, keterampilan sumber daya pelakuusaha, pengorganisasian kelompok usaha dan koperasi.
Masyarakat yang sehat menjadi salah satu prasyarat utamaterbentuknya masyarakat yang produktif dan berdaya saing, sehingga hal inimenjadi misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
6
Untuk mewujudkan Boyolali sehat, dengan fokus meningkatnyaderajat kesehatan ditempuh antara lain dengan upaya:
1. Rasionalisasi dan distribusi jumlah puskesmas, guna meningkatkankemudahan akses pelayanan dan peningkatan mutu pelayanankesehatan masyarakat.
2. Meningkatkan peran swasta dalam memberikan pelayanan kesehatankepada masyarakat sesuai dengan standar mutu pelayanan.
3. Melengkapi sarana dan prasarana, fasilitas pelayanan kesehatanyang memadai khususnya penambahan ruang Puskesmas sesuaistandar mutu pelayanan.
4. Menerapkan standar mutu pelayanan di Dinas Kesehatan dan fasilitaskesehatan baik milik Pemerintah maupun Swasta.
5. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upayapencegahan (preventif dan promotif) dengan mensosialisasikanbudaya hidup bersih dan sehat, berolah raga dan mewujudkan desaSTBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), pencegahan terhadappenyakit menular dan tidak menular.
6. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, anak, balita dan lansiadengan gerakan pemberdayaan masyarakat.
7. Mengembangkan program jaminanKesehatanNasional menuju TotalCoverage seluruh Penduduk Boyolali.
8. Mendorong Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk profesional,berlaku jujur dan berintegritas.
9. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam mendukungpelaksanaan pekerjaan.
B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan
Tujuan adalah penjabaran visi dan misi, tujuan merupakan hal yang akandicapai atau dihasilkan oleh organisasi atau menunjukkan kondisi yang ingindicapai dimasa mendatang. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolalimengikuti misi Bupati Wakil Bupati Boyolali tahun 2016 – 2021. Misi DinasKesehatan mendukung misi Bupati Boyolali yang ke 4 yaitu Boyolali Sehat,Produktif dan Berdaya Saing
Sesuai dengan Visi dan Misi, tujuan umum pembangunan kesehatanadalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.Sedangkan tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolalisecara khusus adalah menciptakan Dinas Kesehatan yang berkompeten sertainovatif dalam mewujudkan masyarakat Boyolali yang lebih sehat didukung olehsumberdaya manusia yang kompeten, professional dan berintegritas sertamemiliki kemampuan dalam teknologi informasi.
Dalam rangka mewujudkan visi, misi Bupati Wakil Bupati, maka tujuandan sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolalidalam tahun 2016 – 2021, tertuang dalam 5 sasaran sebagai berikut:
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi padapeningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
7
2. Melaksanakan Pelayanan Publik yang lebih bermutu dengan berbasisteknologi informasi.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatanyang berdaya saing.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat, dan sektor swasta dalampembangunan kesehatan.
5. Melaksanakan program promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif, padasemua kontinum siklus kehidupan (life cycle).
2.2. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan tahun 2017 yang disusun, berdasar padaRencana Strategis (Renstra) 2016 – 2021,
Perjanjian Kinerja merupakan dokumen pelaksanaan dari sasaran danindikator yang tertuang dalam RPJMD, Renstra OPD, ditindaklanjuti dengan RKT(Rencana Kinerja Tahunan), dibiayai dengan Anggaran yang tertuang dalam DPAOPD. Sehingga dokumen Perjanjian Kinerja adalah dokumen rencana KinerjaTahunan yang telah tertuang dalam DPA OPD.
Berikut Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2017sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja (perubahan) DinasKesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2017 :
Tabel. 2.1Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan 2017
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
1 2 3 41 Melaksanakan program
promotif, preventif, kuratifdan rehabilitatif padasemua kontinum sikluskehidupan (life cycle)
Penurunan AKB 9 per 1000kh
Penurunan AKI 21 Kasus
Cakupan kunjungan bayi 82 %
Cakupan pelayanan anakbalita
92 %
Penurunan Kematian Balita 11.4 per 1000kh
Persentase puskesmasmelaksanakan pelayananLansia
100 %
Persentase Balita kurusyang mendapat makanantambahan
80 %
Persentase orang dilakukantest HIV dan menerimahasil dari kelompok resiko
10 %
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
8
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
1 2 3 4Angka keberhasilanpengobatan TB paru ygterkonfirmasi > 85%
> 85 %
Angka kesakitan DBD(Insiden rate/IR)
50 per100,000
Angka Kematian DBD(CFR)
1.8 % dr jmlpenderita
Penemuan kasus pes padamanusia
0 orang
Persentase desa/kel. Yangmelaksanakan kegiatanPosbindu PTM
20 %
Cakupan Desa UCI 100 %
Cakupan Imunisasi DasarLengkap (bayi)
95 %
Cakupan SPM diPuskesmas (upayakesehatan masyarakat)
100 %
2Melaksanakan pelayanankesehatan yangberorientasi padapeningkatan mutupelayanan dankeselamatan pasien
Cakupan rawat jalan (pusk) 15 %
Cakupan Rawat inap (pusk) 2 %
Cakupan respon aduankegawatdaruratankesehatan yang ditangani
90 %
Jumlah puskesmasterakreditasi
2 Pusk
Cakupan SPM diPuskesmas (Upayakesehatan perorangan)
100 %
Persentase KetersediaanObat dan perbekalankesehatan
90 %
Proporsi Pembinaan danPengawasan PelayananKefarmasian
25 %
Proporsi Pembinaan danPengawasan Produksi,Makanan, dan Minuman
25 %
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
9
No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
1 2 3 4Cakupan kepesertaanjaminan kesehatan nasionalbagi masyarakat /pendudukmiskin
39 %
Jumlah PuskesmasMemenuhi StandarPermenkes
1 pusk
3 Meningkatkan peran sertamasyarakat dan sektorswasta dalampembangunan kesehatan
Cakupan Desa /KelurahanSiaga Aktif Mandiri
66 Desa
Proporsi Rumah TanggaSehat
71 %
Cakupan Posyandu Mandiri 20 %
Cakupan Desa STBM 75 Desa
Proporsi Rumah TanggaAkses Jamban Sehat
95 %
4Meningkatkan kualitas dankuantitas sumber dayamanusia kesehatan yangberdaya saing
Jumlah dokter dan tenagakesehatan dikirim pelatihan
10 orang
rasio dokter 15 per100.000
pendudukrasio dokter gigi 5 per
100.000penduduk
rasio perawat 91 per100.000
pendudukrasio bidan 57 pr
100.000penduduk
5 Melaksanakan pelayananpublik yang lebih bermutudengan berbasis teknologiinformasi
Persentase puskesmasmelaksanakan simpusterintegrasi
20 %
Sumber data : dokumen Tapkin Perubahan Dinkes 2017
Pada bab III selanjutnya akan dilakukan pengukuran kinerja, dengan dasar PerjanjianKinerja yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan seperti tersebut diatas, serta capaianindikator yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesehatan tahun 2016 - 2021 yangprogram dan kegiatannya dilaksanakan pada tahun 2017.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
10
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan merupakan wujud kewajiban DinasKesehatan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dalam pelaksanaantugas pokok dan fungsinya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. KinerjaDinas Kesehatan Tahun 2017 tergambar dalam tingkat pencapaian sasaran yangdilaksanakan melalui berbagai kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yangditetapkan.
3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Mengukur kinerja adalah menghitung kuantitas/kualitas keluaran (output)dan atau hasil (outcome) kegiatan/program yang telah dilaksanakan padatahun sebelumnya (tahun 2017). Indikator keluaran (output) dan atau hasil(outcome) yang diukur berdasar indikator kinerja yang telah ditetapkan dalamdokumen Perjanjian Kinerja (tahun 2017). Sesuai ketentuan, Indikator KinerjaSKPD minimal meliputi keluaran (output), sehingga pengukuran kinerja DinasKesehatan dapat berupa keluaran (output) dan hasil (outcome) sesuaidokumen Penetapan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2017.
a. Keluaran (Output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisikdan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatukegiatan dan program berdasarkan masukan (input) yang digunakan.
b. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkanberfungsinya keluaran (output) kegiatan. Hasil (outcome) merupakanukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhanharapan masyarakat dan peningkatan investasi derajat kesehatan.
Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkanantara realisasi dengan target pada Dokumen Perjanjian Kinerja. Pada tahunanggaran 2017, Dinas Kesehatan telah melaksanakan berbagaiprogram/kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Penilaian capaian kinerja menggunakan rumus :1. Data Positif apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin
tinginya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkansemakin rendahnya kinerja menggunakan rumus :
2. Data Negatif apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkansemakin rendahnya kinerja (semakin jeleknya suatu kondisi) atau
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
11
semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerjamenggunakan rumus :
Penilaian capaian kinerja menggunakan menjadi 4 (empat) skalapengukuran dengan kategori sebagai berikut :
a. Lebih dari 100 % = Sangat Baikb. 76% sampai 100% = Baikc. 56% sampai 75 % = Cukupd. Kurang dari 55 % = Kurang
Kinerja Dinas Kesehatan tahun 2017 tercermin dalam pencapaiansasaran-sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai program dan kegiatan.Dalam usaha mencapai sasaran tersebut Dinas Kesehatan KabupatenBoyolali menjabarkan dalam 18 program dan 50 kegiatan, dengan 5 sasarandengan 97 indikator renstra dan didalamnya 41 indikator sesuai denganPerjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2017.
Tabel 3.1. Sasaran 1 : Capaian Program Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif padaSemua Kontinum Siklus Kehidupan (life cycle)
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2017
Tar
get
Rea
lisas
i
Cap
aian
1 Penurunan AKB Per 1000kelahiranhidup
8,6 9,4 90,7
2 Penurunan AKI Kasus 21 16 123,83 Cakupan Kunjungan Bayi % 82 99,4 121,2
4 Cakupan ibu hamil K4 % 92 94,4 102,65 Cakupan pertolongan persalinan Nakes % 98 99,9 101,9
6 Cakupan KN Lengkap % 98 99,3 101.37 Cakupan Neonatal Komplikasi yang
ditangani% 100 99,7 99,7
8 Cakupan Pelayanan Nifas % 99 99,8 100,8
9 Cakupan Peserta KB Aktif % 87 76,8 88,310 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil % 100 94,4 94,4
11 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin % 100 99,73 99,7
12 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir % 100 99,3 99,313 Cakupan penjaringan kesehatan siswa sd % 100 78,6 78,6
1. Sasaran 1: Melaksanakan program promotif, preventif, kuratif danrehabilitatif pada semua kontinum siklus kehidupan (lifecycle)
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
12
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2017
Tar
get
Rea
lisas
i
Cap
aian
dan sederajat
14 Cakupan pelayanan anak balita % 92 85,97 93.4
15 Pelayanan kesehatan balita % 100 85,48 85,516 Cakupan deteksi dini anak balita dan pra
sekolah% 87 84,07 96,6
17 Penurunan Kematian Balita Per 1000kh
11,4 11 103,6
18 Cakupan pelayanan kesehatan remaja % 75 75 100
19 Pelayanan kesehatan pada usiapendidikan dasar
% 100 85,51 85.51
20 Prosentase puskesmas melaksanakanpelayanan lansia
% 100 100 100
21 Pelayanan kesehatan pada usia lanjut % 100 72,39 72.4
22 Persentase Balita Kurus MendapatkanMakanan Tambahan
% 80 100 125
23 Persentase Ibu Hamil KEK MendapatkanMakanan Tambahan
% 50 100 200
24 Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe % 90 93,1 103,4
25 Cakupan Bayi Usia Kurang dari 6 BulanMendapatkan ASI Eksklusif
% 50 57,5 115
26 Cakupan Bayi Baru Lahir MendapatkanInisiasi Menyusu Dini (IMD)
% 30 39,05 130,2
27 Cakupan Remaja Puteri Mendapat TTD % 10 33,23 332,3
28 Cakupan balita gizi buruk mendapatperawatan
% 100 100 100
29 Persentase balita ditimbang beratbadannya (D/S)
% 85 86,02 101,2
30 Cakupan rumah tangga mengkonsumsigaram beryodium
% 90 96,14 106,8
31 Cakupan pemberian vit A pada balita (6 -59) bulan
% 95 99,89 105,1
32 Cakupan Ibu nifas mendapatkan Vitamin A % 90 99,9 11133 Prosentase orang dilakukan test HIV dan
menerima hasil dari kelompok resiko% 10 100 100
34 Prosentase ODHA yang mendapatkan ART % 45 100 100
35 Prosentase Penemuan Penderita TB paruBTA positif
% 30 41 136,7
36 Angka keberhasilan pengobatan TB paruyg terkonfirmasi
% >85 98,6 116
37 Prosentase penderita Kusta diberipengobatan lengkap (RFT)
% 85 100 117,6
38 Pelayanan Kesehatan orang dengan TB % 100 100 10039 Pelayanan Kesehatan orang dengan resiko
terinfeksi HIV% 100 100 100
40 Angka kesakitan DBD (Insiden rate/IR) Per100.000pndduk
50 10 178
41 Angka Kematian DBD (CFR) % dari 1,8 1 144
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
13
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2017
Tar
get
Rea
lisas
i
Cap
aian
jumlahpasien
42 Angka Bebas Jentik (ABJ) % 96 96 10043 Penderita DBD ditangani % 100 100 10044 Penemuan kasus pes pada manusia Kasus 0 0 10045 Persentase desa/kel. yang melaksanakan
kegiatan Posbindu PTM% 20 21 105
46 Pelayanan kesehatan penderita DiabetesMelitus
% 100 100 100
47 Pelayanan kesehatan penderita Hipertensi % 100 100 100
48 Pelayanan kesehatan orang dengangangguan jiwa berat
% 100 100 100
49 Cakupan Desa / Kelurahan KLB yangdilakukan penyelidikan Epidemiologi<24jam
% 100 100 100
50 Prosentase sinyal kewaspadaan dini KLByang direspon
% 80 100 125
51 Cakupan Penemuan Penderita AFP Per100.000
anakusia<15tahun
2 2,7 135
52 Cakupan Desa UCI % 100 100 10053 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (bayi) % 95 111 116,854 Cakupan SPM di Puskesmas (upaya
kesehatan masyarakat)% 100 100 100
RATA-RATA CAPAIAN130.7
Sumber Data: laporan akhir tahun Bidang Pelayanan Kesehatan dan Bidang Pencegahandan Penanggulangan penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Sasaran ini dilaksanakan dalam 4 (empat) program, dan 13 (tiga belas)kegiatan yaitu: Upaya Kesehatan Masyarakat dengan 2 (dua) kegiatan; Peningkatan pelayanan kesehatan keluarga dengan 5 (lima) kegiatan Pencegahan dan penanggulangan penyakit dengan 5 (lima) kegiatan; Pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan 1 (satu)
kegiatan.
Informasi realisasi kinerja meliputi 54 (lima puluh empat) indikator kinerja yangsecara rinci sebagaimana tabel 3.1 di atas. Capaian kinerja rata-rata 130.7%sehingga tingkat keberhasilan dikategorikan sangat baik; Ada 1 (satu) indikatoryang kategorinya cukup, yaitu Pelayanan kesehatan pada usia lanjut dengancapaian 72.4. Terdapat 27 (dua puluh tujuh) indikator yang cakupan kinerjanyalebih dari 100%, sedangkan sisanya dalam kategori baik sebanyak 26 (dua puluhlima) indikator.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
14
a. Evaluasi per Indikator Kinerja1. Penurunan AKB
a) Target kinerja pada indikator ini sebesar 8,6/1000 kh realisasi 9,4/1.000kh, sehingga capaian kinerja 91,4%. Jumlah kematian bayi tahun 2017terdapat 135 kasus (91,4/1000 kelahiran hidup), yang terdiri darikematian neonatal 113 kasus dan kematian post neonatal 22 kasus.Dimana penyebab kematian neonatal (0-28 hari) tertinggi adalah bayiyang lahir dengan berat badan rendah (BBLR) 54 kasus, kelainanbawaan sebanyak 22 kasus, asfiksia 18 kasus, Sepsis (Infeksi) ada 6kasus, dan disebabkan oleh lain-lain sebanyak 6 kasus. Kematian usia29 hari-11 bulan penyebabnya adalah pneumonia 5 kasus, kelainansaluran cerna 2 kasus,kelainan syaraf 1 kasus, lain- lain 17 kasus.Penyebab tingginya kematian BBLR karena masih banyaknya ibu hamilanemi dan KEK sehingga melahirkan bayi BBLR.
b) Solusi untuk mencegah terjadinya BBLR adalah dengan pencegahan danpenanganan ibu hamil anemi serta perbaikan gizi sebelum dan selamahamil sehingga anemi dan KEK bisa dicegah.
c) Kegiatan ini mendapat dukungan dari dana Jampersal (DAK non fisik),yang digunakan untuk :- sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran di 7 wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Andong,Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo, KecamatanMusuk, dan Kecamatan Boyolali.
- Perawatan ibu hamil, bersalin dan BBL2. Penurunan AKI
Target indikator ini 21 kasus kematian, terealisasi 16 kasus, dengan capaian131%, tingginya angka kematian ibu disebabkan karena deteksi dini terhadapkasus yang ada, kurang maksimal sehingga mengakibatkan keterlambatanpenanganan, juga karena sistem rujukan yang belum maksimal, sebagianrujukan belum bisa langsung ke PONEK karena jarak tempuh danketerbatasan jumlah tempat tidur di RS PONEK.Tahun 2015 terjadi peningkatan yang cukup signifikan menjadi 21 kasuskematian ibu di tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 16 kasus dan ditahun 2017 tidak ada penurunan kematian ibu yaitu 16 kasus dari target 21kasus. Penyebab Kematian Ibu dari tahun ke tahun masih didominasi olehPreeklampsi/Eklampsi (Hipertensi dalam kehamilan) sebanyak 5 kasus.Urutan kedua penyebab kematian ibu adalah karena penyebab penyakitjantung 5 kasus. Urutan ke 3 disebabkan oleh infeksi sebanyak 2 kasus,urutan ke 4 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 2 kasus, dan terakhirdisebabkan oleh emboli air ketuban sebanyak 1 kasus dan SJS (sindromsteven johnson) 1 kasus.
3. Cakupan kunjungan bayia) Target indikator cakupan kunjungan bayi tahun 2017 sebesar 82 %, dan
capaian sebesar 99,4 %. Pelayanan kesehatan bayi sudah di atas target.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
15
Namun ada sebagian bayi yang sudah jarang datang ke posyandu untukmendapatkan pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh rendahnyapengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kesehatan bayi.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaKeberhasilan dalam integrasi program dan kegiatan lain terkait PromosiKesehatan dan pemberdayaan Masyarakat sehingga ada dukungan darilintas sektor dan masyarakat.
c) Analisis Program Kegiatan penunjang keberhasilanIndikator AKI, AKB, Kunjungan Bayi tersebut dilaksanakan denganProgram Peningkatan Pelayanan Kesehatan Keluarga dengan kegiatan :
1) Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan sebesarRp 172.766.000, dengan realisasi sebesar Rp. 169.893.397
2) Peningkatan Pelayanan Persalinan (Jampersal) dengan besaranggaran Rp. 2.060.189.000, dengan realisasi Rp. 1.656.865.751,yang digunakan untuk : sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran di 7 wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, KecamatanAndong, Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, KecamatanSimo, Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Boyolali.
Pembiayaan pelayanan Rujukan dan perawatan ibu hamil,ibu bersalin dan Bayi Baru Lahir.
3) Program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmas yangdidanai dari anggaran BOK APBN,
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan antara lain berupa kelas ibuhamil, pelacakan kasus kematian, posyandu bayi dan ibu hamilyang kesemuanya dilaksanakan di tingkat Puskesmas ataudesa, agar semakin mudah jangkauan masyarakat.
4. Cakupan Ibu Hamil K4Indikator kinerja cakupan pelayanan Ibu Hamil K4 ini sama dengan indikatorkinerja no 10 yaitu indikator Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil. Target padaindikator kinerja ini 92 realisasi 94,4 dan capaian 102,6 sehingga sudahmemenuhi target. Keberhasilan pada indikator ini dikarenakan pelayanankesehatan terhadap ibu hamil sudah dilakukan sesuai dengan standart‘Yaitu setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4x selamakehamilan dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulanpertama,minimal 1x pada triwulan kedua,dan minimal 2x pada triwulanketiga.Melakukan pengadaan program SMS Bunda,pelacakan kematian,pertemuanevaluasi program KIA yang didanai dari APBD Kabupaten Boyolali TahunAnggaran 2017, sebesar Rp 172.766.000, dengan realisasi sebesar Rp.169.893.397. Melakukan kegiatan Peningkatan Pelayanan Persalinan(Jampersal) Kegiatan ini mendapat dukungan dari dana Jampersal (DAK nonfisik), yang digunakan untuk Sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran di 7 wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Andong,
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
16
Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo, KecamatanMusuk, dan Kecamatan Boyolali.
Dukungan management Rujukan Perawatan ibu hamil, bersalin dan BBL.
5. Cakupan pertolongan Persalinan Nakesa) Target indikator kinerja ini 98 % realisasi 99,9 %dan capaian 101,9%
sehingga sudah mencapai target.Keberhasilan indikator kinerja inidikarenakan dari 14312 ibu bersalin,14294 ditolong oleh tenagakesehatan yang memiliki kopetensi kebidanan.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya.Keberhasiln indikator ini juga didukung oleh pengadaan program SMSBunda, pelacakan kematian, pertemuan evaluasi program KIA yangdidanai dari APBD Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2017, sebesarRp 172.766.000, dengan realisasi sebesar Rp. 169.893.397 kegiatanPeningkatan Pelayanan Persalinan (Jampersal). Kegiatan ini mendapatdukungan dari dana Jampersal (DAK non fisik), yang digunakan untuk Sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran di 7 wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Andong,Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo, KecamatanMusuk, dan Kecamatan Boyolali.
Dukungan management Rujukan Perawatan ibu hamil, bersalin dan BBL
6. Cakupan KN Lengkapa) Indikator Cakupan KN Lengkap ini sama dengan indikator no 12 Indikator
Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir.Target Indikator Cakupan KNLengkap 98%,realisasi 99,3% dan capaian 101,3%‘Keberhasilan capaianindikator ini karena pelayanan kesehatan sesuai standart yang diberikanoleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus yaitu selamaperiode 0 sampai usia 28 hari setelah lahir.Pelayanan kesehatansedikitnya diberikan 3x baik di fasilitas kesehatan maupun kunjunganrumah.Kunjungan neonatal 1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jamsetelah lahir,kunjungan neonatal ke 2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktuhari ke 3 sampai hari ke 7 setelah lahir dan kunjungan ke 3 ( KN 3/KNLengkap) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai hai ke 28 setelahlahir.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya.Keberhasilan indikator cakupan KN Lengkap juga didukung olehpengadaan program SMS Bunda,pelacakan kematian,pertemuan evaluasiprogram KIA yang didanai dari APBD Kabupaten Boyolali TahunAnggaran 2017, sebesar Rp 172.766.000, dengan realisasi sebesar Rp.169.893.397 kegiatan Peningkatan Pelayanan Persalinan (Jampersal).Kegiatan ini mendapat dukungan dari dana Jampersal (DAK non fisik),yang digunakan untuk:
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
17
Sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran di 7 wilayahkecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Andong,Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo, KecamatanMusuk, dan Kecamatan Boyolali.
Dukungan management Rujukan Perawatan ibu hamil, bersalin dan BBL
7. Cakupan Neonatal Komplikasi Yang ditangania) Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkankesakitan‘kecacatan dan kematian. Target indikator Cakupan NeonatusKomplikasi yang ditangani 100%, realisasi 99,7 dan cakupan 99,7%,indikator ini belum mencapai target.Hal ini dikarenakan ada 1 neonatalkomplikasi yang lahir dirumah tanpa penolong dan sebelum meninggalbelum sempat mendapatkan pelayanan neonatal komplikasi. Agar semuaneonatal komplikasi mendapat pelayanan neonatal komplikasidiharapkan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dengankompetensi kebidanan dan di fasilitas pelayanan kesehatan.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya.Dalam pelayanan kesehatan neonatus didukung oleh pengadaanprogram SMS Bunda, pelacakan kematian, pertemuan evaluasi programKIA yang didanai dari APBD Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2017,sebesar Rp 172.766.000, dengan realisasi sebesar Rp. 169.893.397kegiatan Peningkatan Pelayanan Persalinan (Jampersal). Kegiatan inimendapat dukungan dari dana Jampersal (DAK non fisik), yangdigunakan untuk Sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran di 7 wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Andong,Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo, KecamatanMusuk, dan Kecamatan Boyolali.
Dukungan management Rujukan Perawatan ibu hamil, bersalin dan BBL
8. Cakupan Pelayanan Nifasa) Indikator cakupan pelayanan nifas ini sama dengan indikator kinerja no
11 yaitu Indikator kinerja Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin, Targetindikator kinerja Cakupan Pelayanan Nifas 99%,realisasi 99,8 dancapaian 100,8%, indikator ini sudah mencapai target. Keberhasilanindikator kinerja ini dikarenakan adanya pelayanan kesehatan yangdiberikan kepada ibupada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pascabersalin telah dilakukan sesuai dengan standart.Pelayanan kesehatannifas dilakukan minimal 3x dengan distribusi waktu 6 jam -3 hari, 8-14hari dan 36-42 hari setelah bersalin.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
18
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya.Dalam pelayanan kesehatan nifas didukung oleh pengadaan programSMS Bunda, pelacakan kematian,pertemuan evaluasi program KIA yangdidanai dari APBD Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2017, sebesarRp 172.766.000, dengan realisasi sebesar Rp. 169.893.397, kegiatanPeningkatan Pelayanan Persalinan (Jampersal) Kegiatan ini mendapatdukungan dari dana Jampersal (DAK non fisik), yang digunakan untuk: Sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran di 7 wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Andong,Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo, KecamatanMusuk, dan Kecamatan Boyolali. Dukungan management Rujukan Perawatan ibu hamil, bersalin dan BBL
9. Cakupan KB Aktif.Target indikator kinerja ini 87%, realisasi 76,8% dan capaian 88,3% sudahmencapai target. Keberhasilan indikator ini didukung oleh program KB pascasalin dan kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya berKB.
10.Cakupan Pelayanan kesehatan ibu hamilTarget indikator tahun 2017 100 % realisasi 94,4 % dan capaiannya sebesar94,4%masih dibawah target. Hal ini disebabkan, ada sebagian ibu hamilmengalami abortus, partus imaturus, partus prematurus, dan sebagiansasaran ibu hamil ditahun 2017 belum waktunya untuk mendapatkanpelayanan K4 di tahun 2017.
11.Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu BersalinIndikator ini juga merupakan indikator SPM, pada tahun 2017, dari target100%, realisasi 99,73 dan capaian sebesar 99,73 %capaian masih dibawahtarget dikarenakan masih ada ibu bersalin yang ditolong oleh dukun bayi.
12.Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir.Indikator pelayanan kesehatan bayi baru lahir target tahun 2017 100%,realisasi 99,3% dan capaian 99,3% sehingga masih dibawah target. Hal inidisebabkan karena adanya bayi lahir hidup yang meninggal dan belumsempat mendapatkan pelayanan kesehatan (manajemen terpadu bayi mudadan KN 1)
Pada tahun 2017 indikator ini juga didukung oleh kegiatanPeningkatan Pelayanan persalinan (Jampersal).
Analisis efisiensi penggunaan sumber daya pada KegiatanPeningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan BayiIndikator tersebut terutama dilaksanakan dengan :
- Melakukan pengadaan program SMS Bunda, pelacakankematian,pertemuan evaluasi program KIA yang didanai dari
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
19
APBD Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2017, sebesar Rp172.766.000, dengan realisasi sebesar Rp. 169.893.397
- Melakukan program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29Puskesmas yang didanai dari anggaran BOK APBN.
- Melakukan kegiatan Peningkatan Pelayanan Persalinan(Jampersal)
Kegiatan ini mendapat dukungan dari dana Jampersal (DAK non fisik),yang digunakan untuk :
- Sewa dan operasional Rumah Tunggu Kelahiran di 7 wilayahkecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Andong,Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo,Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Boyolali.
- Dukungan management- Rujukan- Perawatan ibu hamil,- bersalin dan BBL.
12 indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Peningkatan PelayananKesehatan Keluarga, dengan 2 kegiatan yaitu Peningkatan pelayanankesehatan ibu dan bayi, dan Peningkatan Pelayanan Persalinan(Jampersal), serta didukung dengan Anggaran Bantuan OperasionalKesehatan di 29 Puskesmas.
Tabel 3.1.1 Realiasasi Anggaran Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan BayiSerta Pelayanan Persalinan
13.Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan SederajatTarget indikator tahun 2017 sebesar 100 %, realisasi 53,43 %, sehinggaindikator ini belum tercapai dan belum memenuhi target kinerja, hal inidisebabkan oleh hal-hal tersebut dibawah ini :- Kalender pendidikan tidak sama dengan tahun anggaran, dimana
penjaringan baru bisa dilaksanakan setelah bulan Juni / pertengahantahun anggaran dan Pelayanan Penjaringan masih dalam proses setelahevaluasi kinerja akhir tahun pada bulan Desember
- Dalam waktu 6 bulan, petugas dan Tim Pelaksana UKS juga bersamaanmelaksanakan program MR Campak pada bulan Agustus dan September
- Pada bulan Oktober dan Nopember melaksanakan BIAS, sedangkanPenjaringan tidak bisa dilaksanakan secara terpadu oleh karena sasaranPenjaringan mesti dilaksanakan secara lintas program sehingga tidakcukup waktu untuk melayani sasaran
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 ProgramPeningkatanPelayananKesehatanKeluarga
Peningkatan pelayanankesehatan ibu dan bayi
172.766.000 169.893.397
Peningkatan PelayananPersalinan (Jampersal)
2.060.189.000 1.656.865.751
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
20
- Sasaran membutuhkan waktu 3- 5 bulan untuk bisa dilayani dengancapaian target 100 %
14.Cakupan Pelayanan Kesehatan Balitaa) Indikator Cakupan Pelayanan Anak Balita sama dengan indikator kinerja
no 3 yaitu pelayanan kesehatan balita. Target indikator CakupanPelayanan Anak Balita 92%,realisasi 85,97 dan capaian 93,44% sudahmencapai target. Keberhasilan indikator ini didukung oleh pelayanankesehatan kepada anak balita sudah sesuai standart dimana setiap anakbalita (12-59 bulan ) mendapatkan pemantauan pertumbuhan minimal 8xdalam setahun,pemantauan perkembangan minimal 2x dan pemberianvitamin A 2X dalam 1 tahun.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini dilaksanakan dengan :Melakukan koordinasi dengan pemegang program UKS dan KRR melaluipertemuan terpadu dan monev pemegang program yang didanai dariAPBD Kabupaten Boyolali, sebesar Rp 4.200.000.00 dengan realisasisebesar Rp 4.200.000.00
c) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan- Melakukan program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmas
yang didanai dari anggaran BOK APBN.
15. Cakupan Deteksi Dini Anak Balita dan Pra Sekolah.Target indikator ini 87% realisasi 84,07 dan cakupan 96,6%, indikator inisudah memenuhi target. Keberhasilan indikator kenerja ini didukung adanyapelaksanaan deteksi tumbuh kembang balita dan anak prasekolah sesuaistandart minimal 2x dalam satu tahun‘Indikator ini dilaksanakan dengan :Melakukan koordinasi dengan pemegang program UKS dan KRR melaluipertemuan terpadu dan monev pemegang program yang didanai dari APBDKabupaten Boyolali, sebesar Rp 4.200.000.00 dengan realisasi sebesar Rp4.200.000.00Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan
- Melakukan program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmasyang didanai dari anggaran BOK APBN.
16. Penurunan Kematian Balita.a) Target indikator kinerja ini 11,4 realisasi 11 dan cakupan 103,6. Di tahun
2017 kematian balita (usia 0 - 5th) sebanyak 158 balita, yang terdiri darikematian bayi (0 -12 bln) 135 kasus, kematian anak balita (12 - 60 bl)sebanyak 23 kasus.Tingginya kematian anak balita ini dikarenakan deteksi dini penyakitbalita kurang maksimal sehingga penanganan juga terlambat. Untukmengatasi masalah ini deteksi dini terhadap penyakit anak balita harussedini mungkin sehingga mendapat penanganan yang cepat dan tepat.
b) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
21
Melakukan program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmasyang didanai dari anggaran BOK APBN. Indikator ini dilaksanakandengan melakukan koordinasi dengan pemegang program UKS dan KRRmelalui pertemuan terpadu dan monev pemegang program yang didanaidari APBD Kabupaten Boyolali, sebesar Rp 4.200.000.00 denganrealisasi sebesar Rp 4.200.000.00
17. Cakupan Pelayanan Kesehatan Remaja.a) Target indikator pelayanan kesehatan remaja 75% realisasi 75% dan
cakupan 100%.Indikator kinerja ini telah mencapai target. Keberhasilanindikator ini dikarenakan adanya pelayanan kesehatan terhadap remajayang telah maksimal yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatankepada remaja baik di sekolah –sekolah atau dikelompok remaja danpemberian tablet besi kepada remaja putri untuk mencegah anemi dankekurangan gizi.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini dilaksanakan dengan melakukan koordinasi denganpemegang program UKS dan KRR melalui pertemuan terpadu dan monevpemegang program yang didanai dari APBD Kabupaten Boyolali, sebesarRp 4.200.000.00 dengan realisasi sebesar Rp 4.200.000.00
c) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilanMelakukan program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmasyang didanai dari anggaran BOK APBN.
18.Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasara) Target indikator kinerja ini 100%, dengan realisasi 85,51 dan capaian
85,51% masih belum mencapai target. indikator ini belum tercapai danbelum memenuhi target kinerja, hal ini disebabkan oleh hal-hal tersebutdibawah ini :Kalender pendidikan tidak sama dengan tahun anggaran, dimanapenjaringan baru bisa dilaksanakan setelah bulan Juni/pertengahantahun anggaran dan Pelayanan Penjaringan masih dalam proses setelahevaluasi kinerja akhir tahun pada bulan Desember.Dalam waktu 6 bulan, petugas dan Tim Pelaksana UKS juga bersamaanmelaksanakan program MR Campak pada bulan Agustus danSeptember.Pada bulan Oktober dan Nopember melaksanakan BIAS, sedangkanPenjaringan tidak bisa dilaksanakan secara terpadu oleh karena sasaranPenjaringan mesti dilaksanakan secara lintas program sehingga tidakcukup waktu untuk melayani sasaranSasaran membutuhkan waktu 3- 5 bulan untuk bisa dilayani dengancapaian target 100 %6 indikator diatas, dilaksanakan dengan Program PeningkatanPelayanan Kesehatan Keluarga, dengan 1 kegiatan yaitu PeningkatanPelayanan Kesehatan Balita, Anak Sekolah Dan Remaja, serta didukungdengan Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan di 29 Puskesmas.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
22
Tabel 3.1.2 Realisasi Anggaran Peningkatan Pelayanan Kesehatan Balita, AnakSekolah dan Remaja
19.Persentase Puskesmas melaksanakan Pelayanan Lansia.a) Target indikator kinerja ini 100% realisasi 100% dan cakupan 100%
Di Kabupaten Boyolali ada 29 Puskesmas dan semua Puskesmas telahmelaksanakan pelayanan lansia sesuai standart sehingga indikator initelah mencapai target.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan melakukan koordinasidengan pemegang program kesehatan lansia melalui pertemuan terpadudan monev petugas lansia yang didanai dari APBD Kabupaten Boyolali,sebesar Rp 4.800.000, dengan realisasi sebesar Rp 4.800.000.
20. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut.a) Pada pelayanan kesehatan usia lanjut tahun 2017 target 100% realisasi
72,39% dan capaian 72,39%. Capaian belum mencapai targetdikarenakan sebagian lansia terkendala dana untuk melakukanpemeriksaan kadar gula darah dan kadar kolesterol dalam darah.Disamping itu belum semua petugas melakukan deteksi dini gangguanmental emosional dan perilaku termasuk kepikunan.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan melakukan koordinasidengan pemegang program kesehatan lansia melalui pertemuanterpadu dan monev petugas lansia yang didanai dari APBD KabupatenBoyolali, sebesar Rp 4.800.000, dengan realisasi sebesar Rp4.800.000.
c) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilanMelakukan program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmasyang didanai dari anggaran BOK APBN.
2 indikator diatas, dilaksanakan dengan Program Peningkatan PelayananKesehatan Keluarga, dengan 1 kegiatan yaitu Pelayanan Kesehatan Lansia,serta didukung dengan Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan di 29Puskesmas.
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 ProgramPeningkatanPelayananKesehatanKeluarga
Peningkatan PelayananKesehatan Balita, AnakSekolah Dan Remaja
4,200,000 4,200,000
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
23
Tabel 3.1.3 Realisasi Anggaran Pelayanan Kesehatan Lansia
21.Cakupan Balita Kurus Mendapatkan Makanan Tambahana) Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena tersedianya PMT
pemulihan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yanganggarannya tersebar di 29 Puskesmas dan distribusi MP ASI dariAPBN untuk balita kurang gizi, sehingga balita yang terdeteksi giziburuk semua mendapatkan PMT.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah belum semua petugas RS maupun Puskesmas perawatanmendapatkan pelatihan tata laksana gizi buruk dan belum semua kaderterpapar PMBA dan Pemanatuan PertumbuhanAlternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah mengusulkan adanya pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi RS dan Puskesmas Perawatan, namun belumterealisasi
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan APBD Kabupaten Boyolali,sebesar Rp 69.674.000, dengan realisasi sebesar Rp.45.962.950.kegiatan dilakukan dengan melakukan pelacakan kasus giziburuk, surveilans gizi di Puskesmas dan serta melalui dana BOKPuskesmas : sosialisasi cara Pemberian Makanan yang baik untuk Bayidan Anak pada kader posyandu (PMBA) dan Dana APBN berupabantuan MP ASI untuk balita kurus.
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan dengan program Perbaikan Gizi Masyarakat,dengan kegiatan Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP),Anemia Gizi Besi, Kurang Vitamin A, Gangguan Akibat KekuranganYodium (GAKY) dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya, yangterintegrasi untuk mencapai beberapa indikator yang bertautanlangsung dengan Gizi.
22.Cakupan Ibu Hamil KEK Mendapatkan Makanan Tambahana) Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena tersedianya PMT
dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang anggarannyatersebar di 29 Puskesmas dan distibusi PMT Ibu Hamil dari APBNuntuk Ibu Hamil KEK, sehingga ibu hamil yang KEK dan anemia semuamendapatkan PMT.
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 ProgramPeningkatanPelayananKesehatanKeluarga
Pelayanan KesehatanLansia
4,800,000 4,800,000
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
24
Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah daya terima ibu hamil terhadap PMT yang diberikan belumoptimal, untuk PMT yang berbahan lokal beberapa ibu hamilmengkonsumsi bersama keluargaAlternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah memberikan pendampingan danpemahaman kepada ibu hamil melalui kelas ibu dan pendidikan gizikepada ibu.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan APBD Kabupaten Boyolali,sebesar Rp 69.674.000, dengan realisasi sebesar Rp.45.962.950.kegiatan dilakukan dengan melakukan pelacakan kasus ibuhamil KEK di Puskesmas dan serta melalui dana BOK Puskesmas :pemberian PMT Ibu hamil KEK
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan dengan program Perbaikan Gizi Masyarakat,dengan kegiatan Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP),Anemia Gizi Besi, Kurang Vitamin A, Gangguan Akibat KekuranganYodium (GAKY) dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya, yangterintegrasi untuk mencapai beberapa indikator yang bertautanlangsung dengan Gizi.
23.Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fea) Target Indikator 90% realisasi 93,1 capaian 103%. Keberhasilan
capaian indikator ini disebabkan karena pengetahuan ibu tentangmanfaat mengkonsumsi tablet Fe sudah baik serta kesadaran ibu hamiluntuk meminum tablet Fe juga sudah meningkat, ini disebabkan dalampelaksanaan kelas ibu hamil yang dilaksanakan rutin di desa seringdisampaikan tentang hal ini.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah pada tahun 2017, stok tablet Fe dari program sangat kurangkarena adanya pemberian tablet Fe untuk kelompok remaja puteri,sedangkan pengadaan dari APBD juga sedikit.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampemberian konseling dan penyuluhan pada ibu hamil melalui kelas ibuhamil di desa, KIE pada saat ANC dan penyuluhan melalui buku KIA
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran dari BantuanOperasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas meliputi kegiatan posyandu dan dana dari APBDKabupaten mealui kegiatan surveilan gizi ke Puskesmas.
24.Cakupan ASI Eksklusifa) Target indikator sebesar 50% terealisasi 57.5% sehingga capaian
indikator sebesar 115%.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah banyaknya ibu bekerja dengan masa cuti yang terbatas, masih
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
25
rendahnya pengetahuan dan kesadaran gizi masyarakat akanpentingnya gizi serta pola asuh keluarga yang kurang memadai, .Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah mengadakan kegiatan penyuluhan ASIekslusif dan IMD, pelatiha kader posyandu dan pelatihan motivator ASIserta terbentuknya konselor ASI tingkat puskesmas.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran dari BantuanOperasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas meliputi kegiatan posyandu.
25.Cakupan Bayi Baru Lahir Mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)a) Target indikator sebesar 30% terealisasi 39.05% sehingga capaian
indikator sebesar 130.5%.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah masih minimnya pemahaman ibu tentang IMD, kurangnyakomitmen petugas kesehatan untuk melakukan IMD.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah mengadakan kegiatan penyuluhanIMD dan ASI ekslusif, pelatihan kader posyandu dan pelatihan motivatorASI serta terbentuknya konselor ASI tingkat puskesmas.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran dari BantuanOperasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas meliputi kegiatan posyandu.
26.Cakupan Remaja puteri Mendapat Tablet Tambah Daraha) Target Indikator 10% realisasi 33.23 capaian 332.3%. Keberhasilan
capaian indikator ini disebabkan karena sebagai kegiatan baru targetyang ditetapkan masih rendah.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah pada tahun 2017, stok tablet Fe dari program sangat kurang,masih mengandalkan droping dari Provinsi sedangkan pengadaan dariAPBD juga sedikit. Selain itu pemahaman remaja puteri tentangpentingnya fe masih kurang, sehingga daya terimanya juga rendah.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalammengusulkan pengadaan tablet Fe bagi remaja putrei, pemberianpenyuluhan dan pendidikan gizi di sekolah tentang pentingnya Fe bagiremja puteri/WUS melalui kegiatan UKS.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran dari BantuanOperasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas meliputi kegiatan penjaringan dan UKS dan dana dariAPBD Kabupaten mealui kegiatan surveilan gizi ke Puskesmas.
27.Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatana) Tahun 2017 terdapat 12 kasus balita gizi buruk disebabkan karena
penyakit bawaan seperti : CP, Toxoplasma dan kelainan kongenital.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
26
Keberhasilan capaian indikator ini yaitu 100% balita gizi burukmendapatkan perawatan, pada disebabkan karena semua petugassudah mendapatkan pelatihan pemantauan pertumbuhan, 1 RSUrujukan sudah mendapatkan pelatihan tata laksana gizi buruk,tersedianya PMT pemulihan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan(BOK) yang anggarannya tersebar di 29 Puskesmas dan distibusi MPASI dari APBN untuk balita kurus, sehingga balita yang terdeteksi giziburuk semua mendapatkan penanganan sesuai standar.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah belum semua petugas RS maupun Puskesmas perawatanmendapatkan pelatihan tata laksana gizi buruk.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah mengusulkan adanya pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi RS dan Puskesmas Perawatan, namun belumterealisasi.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran APBD KabupatenBoyolali, sebesar Rp 69.674.000, dengan realisasi sebesar Rp.45.962.950. Kegiatan dilakukan dengan melakukan pelacakan kasusgizi buruk, surveilans gizi di Puskesmas dan sosialisasi cara pemberianmakanan yang baik untuk Bayi dan Anak pada kader posyandu.
28.Persentase Balita Ditimbang Berat Badannya ( D/S )a) Target indikator sebesar 85% terealisasi 86,02% sehingga capaian
indikator sebesar 101.2%. Hambatan/permasalahan yang dihadapidalam mencapai target kinerja adalah beberapa kendala seperti jauhnyajarak dari posyandu, karena pengetahuan masyarakat yang kurangakan pentingnya posyandu dan partisipasi masyarakat masih kurang.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah mengadakan kegiatan operasitimbang, sweeping balita, PMT penyuluhan di Posyandu dan insentifuntuk kader.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya.Indikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran dari BantuanOperasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas meliputi kegiatan posyandu, refreshing kader, operasitimbang dan kunjungan rumah.
29.Cakupan Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam Beryodiuma) Target Indikator 90% realisasi 96,14 capaian 106.8%. Keberhasilan
capaian indikator ini disebabkan karena sebagian besar garam yangberedar di masayarkat sudah mengandung yodium yang cukup, selainitu keasdaran masyarakat akan pentingnya konsumsi garam yodiumjuga sudah cukup tinggiHambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah tidak ada.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
27
Kegiatan dalam pencapaian target kinerja adalah kegiatan pemantauangaram yodium tingkat pedagang bekerjasama dengan lintas sektor danlintas program terkait, pemanataun garam yodium tingkat rumah tanggaoleh petugas puskesmas danpenyuluhan tentang manfaat garamyodium di masyarakat.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran dari BantuanOperasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas meliputi pemanatauan garam beryodium tinggat rumahtangga.
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalanIndikator ini dilaksanakan dengan program Perbaikan Gizi Masyarakat,dengan kegiatan Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP),Anemia Gizi Besi, Kurang Vitamin A, Gangguan Akibat KekuranganYodium (GAKY) dan Kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya.
30.Cakupan pemberian vit A pada balita (6 - 59) bulana) Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena tersedianya
logistik Vitamin A yang cukup, kinerja kader dan petugas kesehatandalam mendukung pemberian Vitamin A cukup baik, sehingga daritarget kinerja 95% bisa terealisasi 99,8% , capaian nya mencapai105.1%Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjatidak ada.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran dari BantuanOperasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas meliputi kegiatan posyandu.
31.Cakupan Ibu Nifas mendapatkan Vitamin Aa) Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena tersedianya
logistik Vitamin A yang cukup, kinerja kader dan petugas kesehatandalam mendukung pemberian Vitamin A cukup baik, sehingga daritarget kinerja 95% bisa terealisasi 99,8% , capaian nya mencapai105.1%Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjatidak ada.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran dari BantuanOperasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas meliputi kegiatan posyandu.
11 indikator diatas, dilaksanakan dengan Program Peningkatan PelayananKesehatan Keluarga, dengan 1 kegiatan yaitu Peningkatan Pelayanan GiziMasyarakat, serta didukung dengan Anggaran Bantuan OperasionalKesehatan di 29 Puskesmas.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
28
Tabel 3.1.4 Realisasi Anggaran Peningkatan Pelayanan Gizi Masyarakat
32.Persentase orang dilakukan test HIV dan menerima hasil dari kelompokresikoIndikator kinerja persentase orang dilakukan tes HIV dan menerima hasil darikelompok resiko.
a) Untuk program pencegahan dan pengendalian penyakit HIV/AIDS,ditargetkan 10% dan terealisasi 100%. Orang yang dilakukan tes HIV ditahun 2017 adalah sebanyak 7551 orang, dan yang positif sebanyak70 orang. Dari 7551 orang tersebut semuanya menerima hasilpemeriksaan dan dari 70 orang tersebut 68 orang diterapi sesuaistandard dan 2 orang meninggal dunia. Sehingga dari target yanghanya 10%, terealisasi 1000 % sehingga kinerja melampaui target.Keberhasilan indikator dipengaruhi adanya kerjasama dengan pihakLembaga Swadaya Masyarakat(LSM) yang bergerak di bidangHIV/AIDS dan mendapatkan dukungan dana dari GF ATM. Namundemikian dari indikator capaian pada populasi kunci Lelaki Suka Lelaki(LSL), Waria/Transgender, WPS (Wanita Penjaja Seksual), TB, Bumilyang baru tercapai optimal adalah pada Lelaki Suka Lelaki (LSL)sebesar 100,79%, Wanita Penjaja Seks (WPS) 66,34%, Waria 38,68%,Bumil hanya 43,08%, dan TB hanya 11,7%.Kendala yang dihadapi adalah: Sulitnya menjangkau WPS karena tidak adanya LSM yang
bekerjasama dengan Dinkes yang menjangkau WPS. Pada pemeriksaan ibu hamil belum seluruh Bumil diperiksa status
HIV karena belum semua Puskesmas dan Praktek mandiri mampumelaksanakan pemeriksaan laboratorium HIV denganmenggunakan Rapid Tes yang sudah disiapkan oleh DinasKesehatan.
Sedangkan untuk penderita TB, tidak semua penerita TB mau diskrining HIV.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaEfisiensi anggaran dalam pencapaian indicator ini, karena kerjasamadengan LSM (GF) dan KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah).
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan dengan program Pencegahan danPenanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan pencegahan dan
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 ProgramPeningkatanPelayananKesehatanKeluarga
Peningkatan Pelayanan GiziMasyarakat
69,674,000 66,358,360
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
29
penanggulangan penyakit menular langsung dengan anggaran Rp.24.780.000 dan realisasi Rp. 24.633.250
33.Persentase ODHA yang mendapatkan ARTIndikator ini mengukur orang dengan HIV AIDS yag mendapatkan ART (AntiRetroviral Theraphy), obat anti retroviral HIV. Dari 70 orang penderita(ODHA) seluruhnya diberikan ART, sehingga dari target 45% tercapai 100%,sehingga capaiannya 222%.
34.Persentase Penemuan Penderita TB paru BTA positifIndikator Persentase Penemuan Penderita TB paru BTA positif, ditargetkansebesar 30% dari prediksi penderita TB kabupaten Boyolali sejumlah 1.150orang. Target absolute sebanyak 345 orang (30% x 1.150). Sedangkanjumlah pasien TB BTA positif yang ditemukan tahun 2017 adalah 421 orang,sehingga realisasinya 36.6%. Capaian kinerja 122%.
35.Angka keberhasilan pengobatan TB paru yg terkonfirmasiAngka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus adalah jumlahsemua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semuakasus TB yang diobati dan dilaporkan. Angka kesembuhan semua kasusyang harus dicapai minimal 85%, sedangkan angka keberhasilanpengobatan semua kasus minimal 90%.
36.Persentase penderita Kusta diberi pengobatan lengkap (RFT)Persentase penderita kusta diberi pengobatan lengkap (RFT) ditargetkan85%. Jumlah penderita kusta yang ditemukan tahun 2017 adalah sebanyak21 penderita yang tersebar di 5 kecamatan yaitu Ampel, Boyolali, Klego,Wonosegoro, dan Cepogo. Dari 21 pasien, semuanya sudah diobati sesuaistandar. Ini berarti realisasi pengobatan lengkap 100%.Program eliminasi kusta di Kabupaten Boyolali belum berjalan secaraoptimal, dikarenakan pengelola program di Puskesmas belum memahamicara deteksi dini, laboratorium, serta penanganan kasus. Selain itu pula,petugas rangkap jabatan. Upaya yang dilakukan adalah refreshing petugaspengelola program kusta se kabupaten Boyolali dengan narasumber dariRumah Sakit Kelet Donorojo Jepara.
37.Pelayanan Kesehatan orang dengan TBIndikator ini menunjukkan performance fasilitas pelayanan kesehatan dalammelayani penderita TB. Dari sebanyak 568 kasus TB yang ditemukan,semuanya sudah dilayani sesuai dengan SOP penanganan pengobatankasus TB dengan strategi DOTS (Directly Observer Treatment Strategy).
38.Pelayanan Kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIVOrang dengan resiko HIV terjadi pada LSL (lelaki suka lelaki), WPS (WanitaPekerja Seks), Waria, Ibu Hamil, dan penderita TB.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
30
Tabel 3.1.5 Kegiatan Pelayanan Pada Orang Resiko HIV
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari kelompok risiko yang ditargetkan untukdilayani dengan target 100%, realisasinya tercapai 77,30 %.Adanya kerjasama dengan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)yang bergerak di bidang HIV/AIDS dan mendapatkan dukungan dana dariGF ATM berperan sangat penting dalam program ini.
7 indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Pencegahan danpenanggulangan penyakit, dengan 1 kegiatan yaitu Pencegahan danpenanggulangan penyakit menular langsung, serta didukung denganAnggaran Bantuan Operasional Kesehatan di 29 Puskesmas.
Tabel 3.1.6 Realiasasi Anggaran Pencegahan dan Penanggulangan PenyakitMenular Langsung
39.Angka Kesakitan DBD (Insiden Rate/IR) target 49.5 per 100.000Penduduk
a) Indikator Angka kesakitan DBD (Insiden Rate/IR) target 49.5 per100.000 penduduk realisasinya 10 per 100.000 pendudukKasus DBD di tahun 2017 hanya 100 kasus, menurun dibandingkantahun 2016 sebanyak 753 kasus. Sehingga angka kesakitan hanya 10per 100.000 penduduk atau capaian sebesar 20%.Keberhasilan ini dikarenakan tahun 2017 bukan siklus lima tahunan,kemudian curah hujan menurun dan meningkatnya kesadaranmasyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)serta kegiatan abatisasi telah rutin dan diberikan secara cuma cumakepada masyarakat melalui Puskesmas.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan kegiatan pembinaan dansosialisasi di tingkat Kecamatan dan Puskesmas mengenai
No Kelompok Resiko Target Realisasi %
1 Laki Seks Laki (LSL) 666 1069 160,51
2 Wanita Penjaja Seks (WPS) 404 440 108,91
3 Waria/ Transgender 57 38 66,67
4 Ibu Hamil 8062 5807 72,03
5 Penderita TB 579 197 34,02
Total 9.768 7.551 77,30
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Pencegahan danpenanggulanganpenyakit
Pencegahan danpenanggulangan penyakitmenular langsung
24,780,000 24,633,250
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
31
pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Angka BebasJentik (ABJ), dan program satu rumah satu jumantik.
40.Angka Kematian DBD (Case Fatality Rate)a) Angka Kematian DBD (CFR) menurun dari target yang ditetapkan yaitu
hanya 1% dari target 1,8%, hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien DBDtahun 2017 sebanyak 100 orang, dan yang meninggal 1 orang, karenaterlambat datang ke Faskes.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan kegiatan dilakukan denganmelaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program DBD diPuskesmas dan Rumah Sakit melalui pertemuan rutin pemegangprogram serta koordinasi jajaring pelaporan kasus DBD antara DinasKesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit baik Umum dan swasta
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator Angka kesakitan DBD (Insiden Rate/IR) dan Angka KematianDBD (Case Fatality Rate) dilaksanakan dengan Program Pencegahandan Penanggulangan Penyakit dengan kegiatan Pencegahan danPenanggulangan penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dengan anggaransebesar Rp 33.240.000,- sedangkan realisasi sebesar Rp. 30.291.695.
41.Angka Bebas Jentik (ABJ)Angka Bebas Jentik (ABJ), target 96% dan terealisasi 96%. Hal ini sejalandengan menurunnya kasus DBD di Tahun 2017. Kondisi ini bisa terealisasikarena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan PSN.
42.Penderita DBD ditanganiPenderita DBD 100 pasien dan 100 pasien tertangani sesuai standar,sekalipun ada satu pasien yang meninggal dunia karena keterlambatandatang ke Faskes.
43.Penemuan kasus pes pada manusiaPenemuan kasus Pes pada manusia, target tidak ada lagi kasus Pes padamanusia dan telah dilakukan kegiatan surveilans aktif pada tikus danmanusia setiap bulan di desa fokus dan terancam pada Kecamatan Selomaupun Cepogo dan tidak ditemukan kuman Yersinia Pestis maupun reaksiantigen antibody yang positif pada tikus dan manusia.Kegiatan eliminasi Pes di Selo dan Cepogo bisa terlaksana baik karenaadanya dukungan dana dan SDM dari Kementerian Kesehatan, DinkesProvinsi Jawa Tengah, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan danPengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta. Surveilans aktif inirencananya akan berlangsung sampai tahun 2018 dan akan dilakukanassessment untuk perubahan status wilayah dari daerah fokus menjadibekas fokus dan daerah terancam menjadi daerah bekas terancam Pes.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
32
5 indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Pencegahan danpenanggulangan penyakit, dengan 1 kegiatan yaitu Pencegahan danpenanggulangan penyakit tular vektor dan zoonotik, serta didukung denganAnggaran Bantuan Operasional Kesehatan di 29 Puskesmas.
Tabel 3.1.7 Realisasi Anggaran Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit TularVektor dan Zoonotik
44.Persentase desa/kel. yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTMPersentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PenyakitTidak Menular (PTM)Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTMtarget 20% dari 267 Desa/Kel tercapai 55 Desa/Posbindu (21%). Hal initercapai karena kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahanpenyakit tidak menular yang disebabkan oleh gaya hidup. Selain itu telahdilakukan sosialisasi dan advokasi pada seluruh puskesmas, sebagian OPDserta didukung oleh perangkat desa dan kader kesehatan di Desa/Kelurahan.Meskipun demikian masih terdapat hambatan dalam pembentukan danpelaksanaan Posbindu, yaitu:
1) Kurangnya dukungan anggaran untuk sarana dan prasarana Posbindu2) Masih kurangnya kuantitas dan kualitas kader Posbindu3) Masih lemahnya pelaporan lewat sistem online yang sudah difasilitasi
oleh Dinas Kesehatan Propinsi.
45.Pelayanan kesehatan penderita Diabetes MelitusPelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus (DM) ditargetkan 100% danterealisasi 100%. Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2013 prevalensipenderita diabetes mellitus di Kabupaten Boyolali berdasarkan hasilpemeriksaan dokter atau gejala adalah sebesar 2,7. Ini berarti bahwa jumlahpenderita diabetes mellitus Tahun 2017 adalah sebanyak 26.306 orang.Penyandang DM di Kabupaten Boyolali adalah 25.473 (97%) dan semuatelah tertangani sesuai standar. Standar penatalaksanaan DM di FKTPadalah :
1) Edukasi2) Aktifitas fisik3) Terapi nutrisi medis4) Intervensi farmakologis
Kondisi ini bisa tercapai karena adanya program Jaminan KesehatanNasional (JKN), sehingga mengharuskan semua Dokter Keluarga, Klinikyang bekerjasama dengan BPJS dan semua Puskesmas untukmelaksanakan program Prolanis.
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Pencegahan danpenanggulanganpenyakit
Pencegahan danpenanggulangan penyakit tularvektor dan zoonotik
33,240,000 30,291,695
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
33
46.Pelayanan kesehatan penderita HipertensiPelayanan kesehatan pada penderita hipertensi ditargetkan 100%.Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi penderita hipertensi diKabupaten Boyolali berdasarkan pemeriksaan dokter adalah sebesar 28,5.Ini berarti bahwa jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Boyolali sebesar219.000 dan penderita hipertensi yang terdiagnosa dan terlaporkan adalahsebanyak 205.354 orang , semua pasien hipertensi sudah ditangani sesuaistandar.Standar pelayanan kesehatan hipertensi meliputi:
1. Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah2. Edukasi3. Pengaturan diit sembang4. Aktifitas fisik5. Pengelolaan farmakologis
Hal-hal yang mendukung program pelayanan kesehatan pada penderita DMdan hipertensi adalah program JKN yang mengharuskan pelayanan sesuaistandar serta pelaporan online melalui Pcare pada semua FKTP dan dokterkeluarga yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan.
47.Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa beratPelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat ditargetkan 100%dan terealisasi 100%. Jumlah penderita ODGJ tahun 2017 sebanyak 562kasus dan sudah terlayani sesuai standar pelayanan kesehatan. Di awaltahun 2017 terdapat pasien pasung sebanyak 17 orang dan terjadipenurunan pada akhir tahun 2017 menjadi 13 kasus dan telah mendapatkanpengobatan sesuai standar.4 indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Pencegahan danpenanggulangan penyakit, dengan 1 kegiatan yaitu Pencegahan danpenanggulangan penyakit tidak menular termasuk gangguan jiwa, sertadidukung dengan Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan di 29Puskesmas.
Tabel 3.1.8 Realisasi Anggaran Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit TidakMenular Termasuk gangguan Jiwa
48.Cakupan Desa / Kelurahan KLB yang dilakukan penyelidikanEpidemiologi<24 jamSemua Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat ditangani dan ditanggulangi denganbaik dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kejadian. Hal ini dikarenakanadanya kerjasama yang baik antara tim di Puskesmas dan Dinas Kesehatansehingga setiap terjadi KLB selalu dilaporkan kurang dari 24 jam dan segeradilakukan Penyelidikan Epidemiologi. Hasil
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Pencegahan danpenanggulanganpenyakit
Pencegahan danpenanggulangan penyakittidak menular termasukgangguan jiwa
26,910,000 23,950,000
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
34
penyelidikan epidemiologi, dilakukan analisa cepat sebagai bahan masukkanupaya penanggulangan.
Tabel 3.1.9 Surveilans Epidemiologi dan Penanganan KLB Kabupaten BoyolaliTahun 2017
NO Jenis KLB Lokasi Kejadian Jumlahkorban
KeteranganHidup Meninggal
1 Keracunan Makanan Andong 170 170 0SDIT Ampel 20 20 0
2 Keracunan BahanKimia
Kiringan4 2 2
3 Campak Selo 34 34 04 Leptospirosis Musuk, Teras,
Sambi, Nogosari,Simo, Boyolali
34 25 9
JUMLAH 262 251 11
49.Persentase sinyal kewaspadaan dini KLB yang diresponPersentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon dari target 80% dicapai100% (Capaian 125%). Respon terhadap sinyal KLB dilakukan olehPengelola pengamatan penyakit di Dinas Kesehatan dan bekerjasamadengan pengelola Surveilans di Puskesmas. Meningkatnya cakupan responsinyal ini, juga akan meningkatkan cakupan penanganan terhadap KLB.Surveilans penyakit yang berpotensial wabah terus dilakukan dan dilaporkansetiap minggu. Kasus Leptospirosis di Tahun 2017 terjadi peningkatandibandingkan tahun tahun sebelumnya, jumlah kasus meningkat menjadi 34kasus dan yang meninggal 9 orang, dengan Angka Kematian Kasar 26,47%.Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1) Melakukan refreshing bagi petugas kesehatan (dokter) untuk deteksidini dan penanganan Leptospirosis dengan narasumber tim ahli dariRumah Sakit Karyadi Semarang serta Dinas Kesehatan Provinsi JawaTengah.
2) Melakukan sosialisasi kepada tokoh agama, tokoh masyarakat,petugas kesehatan lainnya tentang Leptospirosis di kecamatanNgemplak.
3) Melakukan rapat koordinasi dengan lintas sektor terkait yangdifasilitasi oleh B2P2PRV Salatiga.
4) Membuat rumah konsultasi Leptospirosis di Desa Sawahan Ngemplak.5) Melakukan pemeriksaan ginjal dan darah tikus di Kecamatan
Ngemplak yang difasilitasi oleh BBTKLPP Yogyakarta dan B2P2PRVSalatiga dimana hasilnya terbukti tikus di Kecamatan Ngemplakmengandung kuman Leptospira yang pathogen.
6) Melakukan pemeriksaan darah sapi dan kambing di KecamatanNgemplak bekerja sama dengan Dinas Peternakan yang di fasilitasioleh B2P2PRV Salatiga dimana hasilnya ditemukan sampel darahkambing yang positif mengandung bakteri Leptospira.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
35
Penyakit Filariasis dilaporkan 8 kasus yang tersebar di Kecamatan Ngemplak(6 orang), Kemusu (1 orang), Andong (1 orang). Kegiatan surveilans yangdilaksanakan adalah:
1) Pemeriksaan klinis pada pasien terduga Filariasis2) Pemeriksaan darah jari pada pasien terduga Filariasis yang difasilitasi
oleh BBTKLPP Yogyakarta.3) Pemeriksaan darah jari pada warga sekitar kasus sebanyak 300 orang
yang dilaksanakan pada malam hari dan difasilitasi oleh B2P2PRVSalatiga.
4) Sosialisasi kepada masyarakat Kecamatan Ngemplak beserta lintassektor terkait Filariasis.
50.Cakupan Penemuan Penderita AFPCakupan penemuan penderita AFP dari target absolut sebanyak 5 kasusuntuk mencapai minimal 2/100.00 anak usia kurang dari 15 tahun, ditemukan8 kasus (Capaian 135%). Tujuan dari surveilans AFP ini adalah untukmembuktikan di Kabupaten Boyolali tidak ada kasus Polio dan kegiatanSurveilans terus dilaksanakan.Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan ini diantaranya keterbatasansumberdaya yang ada di Seksi Surveilans dan Imunisasi baik dari segijumlah maupun kompetensi, tidak lengkapnya sarana Alat Pelindung Diri(APD) yang seharusnya digunakan dalam penyelidikan epidemiologi danpenanggulangan KLB, kurangnya sarana pengolahan data (komputer).Untukmengatasi keterbatasan SDM disiasati dengan melibatkan sumberdaya lintasprogram meski kadang berbenturan dengan kegiatannya sendiri sertamendelegasikan beberapa kegiatan kepada pengelola program diPuskesmas.Sedangkan hal-hal yang mendukung dalam pencapaian target diantaranyaadanya kerjasama yang baik antar program di Dinas Kesehatan dan disemua Puskesmas telah ditunjuk petugas pengelola program sertakerjasama lintas batas dengan Kabupaten/Kota di sekitar KabupatenBoyolali.
3 indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Pencegahan danpenanggulangan penyakit, dengan 1 kegiatan yaitu Surveillance epidemiologidan penaggulangan KLB, serta didukung dengan Anggaran BantuanOperasional Kesehatan di 29 Puskesmas.
Tabel 3.1.10 Realisasi Anggaran Surveillance Epidemiologi dan PenanggulanganKLB
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Pencegahan danpenanggulangan
Surveillance epidemiologi danpenaggulangan KLB
51,545,000 41,899,250
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
36
51.Cakupan Desa UCISedangkan target cakupan Desa UCI tercapai sesuai target 100%.Keberhasilan kegiatan ini tercapai berkat adanya partisipasi masyarakatyang semakin meningkat, peran serta lintas sektor dan lintas program yangbaik. Hal tersebut merupakan dampak dari kesadaran masyarakat yangsemakin meningkat sehingga imunisasi dianggap sebagai kebutuhan bagisebagian besar masyarakat.Selain imunisasi rutin, dilakukan Kampanye Measless Rubella merupakanprogram Nasional yang dilaksanakan di bulan Agustus- September untukanak Sekolah dan Balita di Puskesmas dan jaringannya. Adapun sasarannyaadalah bayi usia 9 bulan sampai anak usia dibawah 15 Tahun, denganjumlah sasaran adalah sebanyak 236.482 dan yang diimunisasi sebanyak234.030 (98,96%) Masih ada juga kelompok masyarakat yang menolakimunisasi sebanyak 1249 (1,04%). Prosentasenya terlihat kecil tetapi yangmengkuatirkan adalah sifatnya berkelompok sehingga masih adakemungkinan untuk penyebaran virus Mealess dan Rubella. Penolakanimunisasi MR tersebar dibeberapa wilayah yaitu Sambi (542), Nogosari(226), Simo (225), Mojosongo (109), Boyolali (65), Ampel (27), Karanggede(26), Klego (16), dan Teras (13). Alasan penolakan yang terbanyak adalahalas an agama, disusul takut dengan efek yang ditimbulkan oleh vaksin.Upaya upaya yang dilakukan untuk kegiatan Kampanye MR adalah:
1. Sosialisasi dan advokasi pada lintas sektor dan program di tingkatKabupaten.
2. Sosialisasi dan advokasi di tingkat Kecamatan3. Pendataan sasaran dan validasi data di Tingkat Desa, Puskesmas dan
Kabupaten.4. Monitoring pelaksanaan Kampanye MR oleh Tim dari Dinas
Kesehatan.Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan ini selain keterbatasansumberdaya yang ada di Seksi Surveilans dan Imunisasi baik dari segijumlah maupun kompetensi, pendataan sasaran masih menjadi masalahyang rumit, pada awal tahun kebanyakan menggunakan data proyeksisehingga perlu dilakukan validasi pada pertengahan dan akhir tahun.Penambahan sasaran dari luar wilayah juga merupakan permasalahantersendiri, sehingga cakupan dapat melebihi sasaran yang tercatat.Permasalahan lain adalah kurangnya sarana pengolahan data (komputer).Untuk mengatasi masalah sasaran maka dilakukan validasi paling tidak padapertengahan maupun akhir tahun untuk menghitung cakupan secara riil.
penyakit
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
37
Sedangkan hal-hal yang mendukung dalam pencapaian target diantaranyaadanya kerjasama yang baik antar program di Dinas Kesehatan dan disemua Puskesmas telah ditunjuk petugas pengelola program.
52.Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (bayi)Indikator Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) yang ditarget 95% dapatdicapai hingga 111%. Hal ini bisa terjadi karena kerjasama antara DinasKesehatan beserta semua pihak baik Swasta maupun Pemerintah yangmelaksanakan program imunisasi.
2 indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Pencegahan danpenanggulangan penyakit, dengan 1 kegiatan yaitu Peningkatan imunisasidan vaksinasi, serta didukung dengan Anggaran Bantuan OperasionalKesehatan di 29 Puskesmas.
Tabel 3.1.11 Realisasi Anggaran Peningkatan Imunisasi dan Vaksinasi
53.Cakupan SPM di Puskesmas (Upaya Kesehatan Masyarakat)a) Indikator ini dilaksanakan oleh puskesmas, yaitu bahwa semua
Puskesmas melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat dengancakupan 100% puskesmas melaksanakan.Keberhasilan program ini karena adanya dukungan dana BOK di 29Puskesmas.
b) Analisis efesiensi penggunaan sumber dayaUntuk melaksanakan UKM, maka Puskesmas banyak melibatkan kaderkesehatan yang telah dibentuk, sehingga akan langsung menyentuh padamasyarakat.
c) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakatkegiatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Rp. 12.885.631.000dengan realisasi Rp. 8.688.661.034.
Tabel 3.1.12 Realisasi Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan
54.Proporsi Pembinaan dan Pengawasan Produksi dan DistribusiMakanan, Minuman
Indikator ini digunakan untuk mengetahui secara sampel makanan yangberedar di masyarakat apakah memenuhi syarat kesehatan, tanpa bahan
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Pencegahan danpenanggulanganpenyakit
Peningkatan imunisasi danvaksinasi
43,858,500 37,967,200
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
Program UpayaKesehatan Masyarakat
Bantuan OperasionalKesehatan
12.885.631.000 8.688.661.034
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
38
berbahaya. Dari target sebesar 25%, tercapai 35% industri memenuhi syarattau capaian sebesar 140%, sehingga indicator ini tercapai.a) Target kinerja indikator ini sebesar 25%, realisasi 35% atau dengan
capaian 140%. Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakantersedianya anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan ke IRTPdan Perizinan IRTP. Pelaksanaan pembinaan juga dilaksanakanbersama Tim pengawas makanan Kabupaten Boyolali pada saatLebaran dan Natal. Pemeriksaan sampel makanan dan jajanan anaksekolah juga telah dilaksanakan sehingga makanan yang dikomsumsiaman.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan dana APBD, sebesar Rp22.300.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 12.916.435 kegiatan dilakukandengan melaksanakan pembinaan ke IRTP dan pemberian izin IRTPdengan melakukan sampling PJAS dan IRTP.
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan oleh Tim Farmamin yang memonitoring IRTP.Pelaksanaan kegiatan ini juga dilaksanakan bersama Tim Pengawsapangan kabupaten Boyolali.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Pencegahan danpenanggulangan penyakit, dengan 1 kegiatan yaitu Pengawasan danpengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil produksi rumahtangga.
Tabel 3.1.13 Realiasasi Anggaran Pengawasan dan Pengendalian Keamanandan Kesehatan Makanan Hasil Produksi Rumah Tangga
Ta
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Pengawasan danpengendaliankesehatanmakanan
Pengawasan danpengendalian keamanan dankesehatan makanan hasilproduksi rumah tangga
22,300,000 12,916,435
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
39
Tabel 3.2 Sasaran 2 : Capaian Pelayanan Kesehatan yang Berorientasi padaPeningkatan Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien
No Indikator kinerja Satuan
Tahun 2017
Tar
get
Rea
lisas
i
Cap
aian
1 Cakupan rawat jalan (Puskesmas) % 15 25,44 169
2 Cakupan rawat inap (Puskesmas) % 1,5 1,23 823 Cakupan respon aduan kegawatdaruratan
kesehatan yang ditangani% 90 100 111
4 Jumlah puskesmas terakreditasi pusk 2 3 1505 Cakupan SPM di Puskesmas (Upaya
kesehatan perorangan)% 100 100 100
6 Persentase Ketersediaan obat danperbekalan kesehatan
% 92 97 105
7 Ketersediaan Obat Puskesmas SesuaiFornas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
% 92 98 106
8 Persentase kesesuaian obat di Rumah Sakitdengan Fornas dalam Jaminan KesehatanNasional
% 50 30,4 60
9 Puskesmas dengan peralatan sesuaistandar
pusk 1 1 100
10 Proporsi Pembinaan dan PengawasanPelayanan Kefarmasian
% 25 30 120
11 Persentase Puskesmas yang melaksanakanpelayanan kefamasian sesuai standar
% 45 14 31
12 Prosentase Rumah Sakit yangmelaksanakan pelayanan sesuai standar
buah 2 2 100
13 Proporsi Pembinaan dan PengawasanProduksi dan Distribusi Makanan, Minuman
% 25 35 140
14 Cakupan kepesertaan jaminan kesehatannasional bagi masyarakat /penduduk miskin
% 38.6 38,73 100,33
15 Persentase sampel laboratorium yangdiperiksa
% 100 100 100
16 Jumlah Puskesmas Memenuhi StandarPermenkes
pusk 6.89 3.45 50
17 Jumlah Pusling dalam kondisi layak jalan di29 Puskesmas
% 80 80 100
RATA RATA CAPAIAN 101.6
Sasaran ini dilaksanakan dalam 4 (empat) program, dan 13 (tiga belas)kegiatan yaitu:
Program peningkatan pelayanan kesehatan dengan 4 (empat)kegiatan
2 Sasaran 2 : Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi padapeningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
40
Program peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada BLUDdengan 1 (satu) kegiatan
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, dengan 4 (empat)kegiatan
Program Pengawasan dan pengendalian kesehatan makanandengan 1 (satu) kegiatan,
Program Pembiayaan Kesehatan Masyarakat dengan 1 (satu)kegiatan
Program pengadaan peningkatan dan perbaikan sarana prasaranapuskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya dengan 2 (dua)kegiatan
Informasi realisasi kinerja meliputi 17 (tujuh belas) indikator kinerja yangsecara rinci sebagaimana tabel 3.2 diatas. Capaian kinerja rata-rata 101.6%sehingga tingkat keberhasilan dikategorikan sangat baik; Ada 1 (satu)indikator yang kategorinya kurang, yaitu Prosentase Puskesmas yangmelaksanakan pelayanan kefamasian sesuai standar dengan capaian 31%dan ada 1 (satu) indikator yang kategorinya cukup, Prosentase kesesuaianobat di Rumah Sakit dengan Fornas dalam Jaminan Kesehatan Nasionaldengan capaian 60%, serta Jumlah Puskesmas Memenuhi StandarPermenkes dengan capaian 50%.
Evaluasi per Indikator Kinerja :
55.Cakupan Rawat JalanCakupan kunjungan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan barudi sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerjapada kurun waktu tertentu. Sarana kesehatan yang dimaksud meliputi rumahsakit pemerintah dan swasta, puskesmas, klinik, praktek bersama danperseorangan. Sedangkan cakupan total kunjungan rawat jalan dihitungberdasarkan jumlah seluruh kunjungan baik lama maupun baru di wilayahkerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan rawat jalan di Kabupaten Boyolaliselama tahun 2017 tercatat sebanyak 263.854 kunjungan baru, sedangkanjumlah penduduk di Kabupaten Boyolali sejumlah 1.037.244 jiwa, sehinggadapat dikatakan cakupan visite rate sebesar 25,44% dan target sebesar15%. Sedangkan cakupan kunjungan total yang terdiri dari kunjungan lamadan kunjungan baru sejumlah 734.591 atau sebesar 71%. Jika dibandingkandengan tahun 2016 terjadi penurunan jumlah kunjungan di sarana pelayanankesehatan.Penurunan ini diharapkan karena kesadaran masyarakat yang semakinmeningkat sehingga angka kunjungan di fasilitas pelayanan kesehatanmengalami penurunan, namun yang lebih diharapkan kunjungan masyarakatke layanan kesehatan bukan merupakan kunjungan sakit namun kunjungansehat sejalan dengan perubahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat.Jika dicermati lebih lanjut kunjungan rawat jalan dapat dibedakanberdasarkan jenis kelamin dimana kunjungan perempuan sejumlah 60%sedangkan kunjungan laki-laki sejumlah 40%.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
41
56.Cakupan Rawat InapCakupan kunjungan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru disarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerjadalam kurun waktu tertentu. Sedangkan cakupan total kunjungan rawat inapdihitung berdasarkan jumlah seluruh kunjungan baik kunjungan lamamaupun baru di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada tahun 2017jumlah kunjungan baru rawat inap sejumlah 9.706 jiwa atau sebesar 0,94%dan target sebesar 1,5%. Sedangkan kunjungan total rawat inap baikkunjungan baru dan kunjungan lama sejumlah 12.219 jiwa atau sebesar1,17%. Tahun 2016 total kunjungan rawat inap sebanyak 7,4% sehinggaterjdi penurunan kunjungan rawat inap yang sangat signifikan, hal inidisebabkan karena upaya promotif dan preventif cukup berperan didalammengupayakan peningkatan pengetahuan dan perubahan perilakumasyarakat dalam upaya berperilaku hidup bersih dan sehat. Apabiladibedakan berdasarkan jenis kelamin didapatkan angka kunjungan pasienperempuan sejumlah 55% sedangkan pasien laki-laki sejumlah 45%.
2 indikator tersebut di atas, yaitu cakupan rawat jalan dan cakupan rawatinap, hanya merupakan data laporan yang menggambarkan kondisikunjungan pasien di Puskesmas selama satu tahun.Tidak ada anggaran program kegiatan yang digunakan untuk melaksanakanindikator ini.
57.Cakupan Respon Aduan Kegawatdaruratan yang ditangania) Indikator ini dilaksanakan dengan cara mencatat permohonan/telpon
masuk kegawatdaruratan medik di PSC 119, informasi kondisiketersediaan ruangan/tempat tidur, dokter jaga, ambulance sertaketersediaan darah di PMI Boyolali secara online dan update realtime dari11 rumah sakit baik pemerintah maupun swasta.Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena komitmen yangtinggi dari Dinas Kesehatan yang didukung dengan sumberdaya manusiaserta sarana untuk meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kepadamasyarakat, serta adanya dukungan dan pembimbingan dengandidukung dengan pembimbingan dari semua pihak dan juga dukungandari jejaring (rumah sakit, puskesmas, faskes lainnya) yang berada diwilayah Kabupaten Boyolali.Permasalahan capaian kinerja karena belum dipahaminya sistem onlineoleh jejaring Rumah Sakit.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah membangun komitmen tim jejaringDinas Kesehatan dan lintar sektor tehadap kegiatan PSC 119 - SPGDTdan melakukan koordinasi untuk pelaksanaan penilaian secara periodik,serta mengarahkan jejaring PSC 119 untuk selalu update data secaraonline.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
42
b) Analisis efesiensi penggunaan sumber dayaEfisiensi sumber daya dalam pencapaian kinerja yang denganpemanfaatan teknologi informasi yang didukung oleh kementeriankesehatan serta Pemerintah Kabupaten Boyolali.
c) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilanPenunjang keberhasilan terutama adanya dukungan teknologi informasiyang terkoneksi dengan Kementerian Kesehatan serta software danManajemen Informasi SPGDT Online dengan update realtimetercukupinya sumber daya manusia, sarana prasarana penunjangpelayanan kegawatdaruratan.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Peningkatan PelayananKesehatan, dengan 1 kegiatan yaitu Peningkatan sistem penanggulangangawat darurat terpadu.
Tabel 3.2.1 Realisasi Anggaran Peningkatan Sistem Penanggulangan GawatDarurat Terpadu
58.Cakupan (jumlah) Puskesmas Terakreditasia) Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena komitmen yang
tinggi dari Puskesmas untuk meningkatkan kualitas dan mutu pelayanankepada masyarakat, dengan didukung dengan pembimbingan dari pihakke 3. Pada Tahun 2017 telah dilaksanakan penilaian akreditasi di 13Puskesmas (Puskesmas Cepogo, Klego 2, Karanggede, Musuk 1, Musuk2, Sawit 2, Bayudono 1, Boyolali 1, Sambi 1, Ngemplak, Ampel 2,Kemusu 1, Teras), dan yang sudah keluar status akreditasinya ada 3Puskesmas (Puskesmas Cepogo, Karanggede, Klego 2) ketiga-tiganyalulus terakreditasi Madya. Sedangkan yang 10 Puskesmas masihmenunggu surat pemberitahuan dari Komisi Akreditasi FKTP.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah :
- Terdapat kesulitan memahami instrumen akreditasi yangjumlahnya beraneka ragam.
- Tata graha yang memerlukan rehabilitasi dengan anggaran yangbesar.
- Penilaian akreditasi terbatas oleh tim dari Pusat.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendaladalampencapaian target kinerja adalah membangun komitmen timpendamping Dinas Kesehatan dan semua karyawan Puskesmas tehadapkegiatan akreditasi Puskesmas dan melakukan koordinasi untukpelaksanaan penilaian secara periodik, serta mengarahkan pembangunan
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 PeningkatanPelayananKesehatan
Peningkatan sistempenanggulangan gawatdarurat terpadu
246,261,500 236,510,452
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
43
Puskesmas atau rehabilitasi dengan standar tata graha yang ditetapkandalam akreditasi.
b) Analisis efesiensi penggunaan sumber dayaPenerapan akreditasi dilaksanakan oleh semua unsur yang terkaitdengan akreditasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Efesiensianggaran dilakukan dengan melakukan pembimbingan melalui pihak ke 3yang kompeten dalam akreditasi selain itu dikarenakan masih terbatasnyapendamping dari Dinas Kesehatan (baru ada 1 tim pendamping),sehingga diperoleh efisiensi dari anggaran (APBN) sebesar 29,2%,dengan anggaran Rp 1.598.350.000,- dengan realisasi Rp1.131.640.555,-
c) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilanProgram Peningkatan Pelayanan Kesehatan dengan kegiatan AkreditasiPuskesmas difokuskan untuk melaksanakan akreditasi di Puskesmasyang telah dilakukan pendampingan sebelumnya, sehingga Puskesmasdapat lebih dipersiapkan.
Jumlah Puskesmas yang dilakukan pendampingan pascaakreditasi1) Kegiatan ini indikator outcome adalah meningkatnya mutu
manajemen Puskesmas. Untuk target pelaksanaan pendampinganpasca akreditasi sebanyak 10 Puskesmas, terealisasi 6Puskesmas dikarenakan jadwal bersamaan dengan penilaianakreditasi perdana Puskesmas dan karena keterbatasanpendamping sehingga pendampingan 4 Puskesmas pascaakreditasi dijadwalkan di awal Tahun 2018 dan mengefektifkanTPCB dalam pendampingan Puskesmas.
2) Indikator ini untuk menunjang saat pelaksanaan penilaianreakreditasi sehingga pendanaan menjadi satu kegiatan denganakreditasi Puskesmas.
Jumlah Puskesmas yag dilakukan pendampingan akreditasi1) Kegiatan ini indikator outcome adalah meningkatnya mutu
manajemen Puskesmas. Untuk target pelaksanaan pendampinganteknis akreditasi sebanyak 10 Puskesmas, terealisasi 13Puskesmas yaitu Puskesmas Musuk 1, Musuk 2, Sawit 2,Banyudono 1, Mojosongo, Boyolali 1, Sambi 1, Ngemplak, Ampel2, Kemusu 1, Kemusu 2, Wonosegoro 2, dan Teras.
2) Indikator ini untuk menunjang saat pelaksanaan penilaianakreditasi sehingga pendanaan menjadi satu kegiatan denganakreditasi Puskesmas.
Kualitas pelayanan kesehatan rujukan1) Kegiatan ini indikator outcome adalah kualitas pelayanan
kesehatan rujukan meningkat. Untuk target pelaksanaanpembinaan sebanyak 5 FKRTL baik rumah sakit maupun klinikutama terealisasi 6 FKRTL atau capaian 120 % sesuai dengan
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
44
pengajuan perijinan, baik ijin operasional maupun izinpenyelenggaraan pelayanan hemodialisa dan izinpenyelenggaraan pelayanan radiologi.
2) Analisis efesiensi penggunaan sumber dayaPelaksanaan kegiatan melibatkan Tim Visitasi Rumah Sakit yangditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Boyolali, tim terdiri dariunsur dari Dinas Kesehatan Provinsi, PERSI Daerah Jawa Tengah,Dinas Kesehatan Kabupaten dan DPMPTSP Kabupaten Boyolali.Efesiensi anggaran dilakukan dengan dengan melakukanpembimbingan melalui pertemuan secara berkala, sehinggadiperoleh efisiensi dari anggaran (APBD) sebesar 4,15%, dengananggaran Rp 26.288.500,- dengan realisasi Rp 25.198.670,-
3) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilanProgram Peningkatan Pelayanan Kesehatan dengan kegiatanpeningkatan pelayanan kesehatan rujukan difokuskan untukmelaksanakan peningkatan mutu pelayanan maupun manajemendi rumah sakit, klinik utama, unit tranfusi darah dan laboratoriumkesehatan.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Peningkatan PelayananKesehatan, dengan 1 kegiatan yaitu Akreditasi fasilitas pelayanankesehatan dasar.
Tabel 3.2.2 Realisasi Anggaran Akreditasi Pelayanan Kesehatan Dasar
59.Cakupan SPM di Puskesmas (Upaya Kesehatan Perorangan)a) Indikator ini dilaksanakan oleh Puskesmas definisi operasional
Puskesmas yang telah melaksanakan SPM sesuai standar Puskesmasyang telah menjalankan PPK BLUD. Cakupan sebesar 100%, atau 29Puskesmas telah melaksanakan.Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena komitmen yangtinggi dari Pemerintahan Kabupaten Boyolali yang menerapkan PPKBLUD untuk Puskesmas.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjatidak ada.
b) Analisis efesiensi penggunaan sumber dayaPelaksanaan SPM untuk perorangan (UKP) merupakan kegiatan rutinpelaksanaan pelayanan Puskesmas.
c) Analisis Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan.Indikator ini dilaksanakan dengan Program Peningkatan kualitasPelayanan Kesehatan dengan kegiatan Pelayanan dan Pendukung
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 PeningkatanPelayanan kesehatan
Akreditasi fasilitaspelayanan kesehatandasar
1,598,350,000 1,131,640,555
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
45
Pelayanan pada BLUD, dengan besaran anggaran (in out) Rp.45.119.415.000, dengan realisasi Rp. 37.507.940.957.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Peningkatan PelayananKesehatan, dengan 1 kegiatan yaitu Pelayanan dan PendukungPelayanan pada BLUD.
Tabel 3.2.3 Realisasi Anggaran Pelayanan dan Pendukung Pelayanan padaBLUD
60.Persentase Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatana) Target kinerja indikator ini sebesar 92%, realisasi 97% atau dengan
capaian 103%. Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakantersedianya anggaran untuk penyediaan Obat dan Bahan Pakai Habisyang berasal dari Dana Alokasi Khusus bidang kesehatan sehinggakebutuhan untuk obat dapat terpenuhi.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah adanya keterlambatan dalam prose e-catalog, dimana penyediaterlambat dalam persetujuan pesanan dan pengiriman obat yangterlambat.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah uplod atau proses pengadan di e-catalog dipercepat atau lebih awal.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan APBN DAK, sebesar Rp8.452.298.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 8.314.800.160,- .kegiatan dilakukan dengan melakukan pengadaan obat secaraelektronik maupun melalui lelang untuk memenuhi kebutuhan obatPuskesmas. Efisiensi ini terjadi karena kita memilih obat generik denganharga terendah.
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan dengan program Pengadaan Obat danPerbekalan Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan obat danperbekalan kesehatan di 29 Puskesmas.
61.Persentase Ketersediaan obat Puskesmas Sesuai Fornas FasilitasKesehatan Tingkat Pertama
a) Target kinerja indikator ini sebesar 92%, realisasi 98% atau dengancapaian 106%. Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakantersedianya anggaran untuk penyediaan Obat dan Bahan Pakai Habisyang berasal dari Dana Alokasi Khusus bidang kesehatan, dan adanyadukungan anggaran BLUD Puskesmas untuk menyediakan obat dan
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Peningkatankualitas PelayananKesehatan
Pelayanan danPendukung Pelayananpada BLUD
45.119.415.000, 37.507.940.957
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
46
BMHP yang tidak terkover dalam anggaran DAK, sehingga kebutuhanuntuk obat dapat terpenuhi.Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah adanya keterlambatan dalam prose e-catalog, dimana penyediaterlambat dalam persetujuan pesanan dan pengiriman obat yangterlambat.Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah uplod atau proses pengadan di e-catalog dipercepat atau lebih awal.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan APBN DAK, sebesar Rp8.452.298,- dengan realisasi sebesar Rp. 8.314.800.160,- . kegiatandilakukan dengan melakukan pengadaan obat secara elektronikmaupun melalui lelang untuk memenuhi kebutuhan obat Puskesmas.Efisiensi ini terjadi karena kita memilih obat generik dengan hargaterendah.
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan dengan program Pengadaan Obat danPerbekalan Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan obat danperbekalan kesehatan.
62. Indikator Persentase kesesuaian obat di Rumah Sakit dengan Fornasdalam Jaminan Kesehatan Nasional
Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakan pengadaan obat JKNmemalaui e-catalog, sehingga diharapkan dapat tercapai 100% beberapatahun ke depan.
Target kinerja indikator ini sebesar 50%, realisasi 30,4% atau dengancapaian 60 %. Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakan adanyaProgram JKN yang pembeliannya dengan e-purchasing. Program ini jugadilaksanakan dengan pembuatan Formularium Rumah Sakit dan sosialisasikepada dokter yang ada.
3 indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Obat dan PerbekalanKesehatan dengan 2 kegiatan yaitu Pengadaaan Obat dan PerbekalanKesehatan, dan Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan.
Tabel 3.2.4 Realisasi Anggaran Pengadaan dan Pemerataan Obat
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Obat danPerbekalanKesehatan
Pengadaaan Obat danPerbekalan Kesehatan
8,452,298,000 8,314,800,160
Peningkatan pemerataan obatdan perbekalan kesehatan
278,489,000 153,587,659
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
47
63.Puskesmas Dengan Peralatan Sesuai Standara) Pencapaian indicator ini adalah terwujudnya puskesmas dengan
peralatan yang sesuai dengan standard dari Permenkes No. 75 tahun2014. Dengan salah satu pendukungnya adalah tersediannya alatfogging di puskesmas. Untuk pengadaan di tahun 2017, direncanakanpengadaan alat fogging sebanyak 12 unit, dan dapat terealisasi sesuaiperencanaan dan peruntukannya. Untuk alokasi alat tersebut yaitu:Puskesmas Andong 4 unit, Puskesmas Wonosegoro I 4 unit danPuskesmas Mojosongo 4 unit. yang mana alat tersebut dapat dipakaibersama dengan puskesmas yang berdekatan di wilayah 3 Puskesmas.
b) Untuk targetnya yang bisa dipenuhi belum bisa seluruh puskesmas, danuntuk puskesmas yang lain yang belum memiliki alat serupa akan dianggarkan di anggaran tahun berikutnya. Dengan bertambahnya alatkesehatan di puskesmas diharapkan pelayanan di puskesmas dapatlebih optimal, salah satunya yaitu peralatan untuk penyehatanlingkungan yang berupa alat fogging.
c) Realisasi dari indicator kinerja dapat dipenuhi sesuai target sehinggadiharapkan program Penyediaan alat Kesehatan tersebut mampumenambah motivasi kesehatan kepada masyarakat. Berkenaan denganhal tersebut dalam pemberian pelayanan kesehatan dapat dirasakanlangsung manfaatnya oleh masyarakat sehingga animo masyarakatterhadap pelaksanaan Program Kesehatan lebih baik.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Obat dan PerbekalanKesehatan dengan 1 kegiatan yaitu Pengadaan alat kesehatan .
Tabel 3.2.5 Realisasi Anggaran Pengadaan Alat Kesehatan
64.Proporsi Pembinaan dan Pengawasan Pelayanan KefarmasianKeberhasilan capaian indikator ini dikarenakan tersedianya anggaran untukpelaksanaan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian di RumahSakit, Klinik Apotek dan Puskesmas serta tersedianya anggaran untukpelaksanaan penyuluhan bagi Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasianserta Pengelola Obat Puskesmas terkait standar pelayanan kefarmasian.
a) Target kinerja indikator ini sebesar 25%, realisasi 30% atau dengancapaian 120%. Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakantersedianya anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan keRumah sakit, Puskesmas, Apotik. Pelaksanaan pembinaan jugadilaksanakan pada saat visitasi perijinan atau perpanjangan ijin Apotek.
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Obat danPerbekalanKesehatan
Pengadaan alat kesehatan 175,578,000 165,828,450
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
48
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan dana APBD, sebesar Rp30.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 13.870.490 kegiatandilakukan dengan melaksanakan pembinaan ke RSU, Apotek,Puskesmas dan pemberian izin Apotek dengan mengintegrasikandengan program pembinaan puskesmas.
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan oleh Tim Farmamin yang memonitoringApotek. Pelaksanaan kegiatan ini juga dilaksanakan bersama programPerizinan RSU, Apotek dan Puskesmas dan Tim TPCB.
65. Indikator Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayananKefarmasian sesuai standar.Kegiatan ini dapat dilaksanakan dikarenakan tersedianya anggaran untukpelaksanaan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian diPuskesmas sesuai Permenkes 74 tahun 2016. Adapun Standart PelayananKefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk :
a) Meningkatkan mutu pelayananan Kefarmasian;b) Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasianc) melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).Standart Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi :
a) Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; danb) Pelayanan Farmasi Klinik
Pencapaian Indikator yang masih belum terealisasi disebabkan karenabelum terlaksana Pelayanan Farmasi Klinik yang belum optimal denganbelum terlaksananya Pelayanan Informasi Obat yang sesuai standart.Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah belum tersedianyaSumber Daya Kesehatan yaitu Tenaga Apoteker di Puskesmas. Prosesperekrutan Apoteker yang terlambat juga mempengaruhi keberhasilanindikator program ini. indikator ini sebesar 45%, realisasi 14% atau dengancapaian 31%.
Persentase rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan Kefarmasiansesuai standar.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan dikarenakan tersedianya anggaran untukpelaksanaan pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian di RumahSakit. Proses monitoring dan tindaklanjut akan meningkatkan pelayananyang sesuai standar. indikator ini sebesar 2 Rumah sakit, realisasi 2 ataudengan capaian 100%.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Obat dan PerbekalanKesehatan dengan kegiatan yaitu Pembinaan dan Pengawasan bidangKefarmasian.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
49
Tabel 3.2.6 Realiasasi Anggaran Pembinaan dan Pengawasan BidangKefarmasian
66.Cakupan kepesertaan jaminan kesehatan nasional bagi masyarakat/penduduk miskin.
a) Pada Indikator ini di tahun 2017 target 38,60% dengan realisasi38,73% atau dengan prosentase pencapaian target 100,33%.Procentase tersebut dengan rincian jumlah peserta KIS masyarakatmiskin Boyolali sebanyak 373.566 penduduk terdiri dari peserta KIS /PBI APBN sebanyak 354.870 penduduk dan peserta KIS Provinsi / PBIAPBD I sejumlah 6.388 penduduk serta Jamkesda Kabupaten / PBIAPBD II sejumlah 12.308 penduduk.
b) Untuk akhir tahun 2017 KK miskin Kabupaten yang mendapat KartuKIS sebanyak 376.354 penduduk sehingga mengalami kenaikandisebabkan adanya kebijakan dari Provinsi dan Kabupaten yangmenambah kuota kartu masyarakat miskin diluar PBI APBN untukmenjadi peserta PBI APBD pada bulan September 2.654 pendudukdan bulan Desember 134 penduduk.
c) Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian targetkinerja adalah, belum adanya kebijakan untuk validasi data pendudukmiskin sehingga menghambat proses pengalihan peserta Jamkesdauntuk didaftarkan menjadi peserta PBI APBD sehingga terjadikepesertaan ganda. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapikendala dalam pencapaian target kinerja telah diupayakan dengan carabekerja sama dengan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan(TKSK), dengan tujuan agar dilakukan validasi data masyarakat miskinberikut melakukan koordinasi dengan masyarakat, terkait kepesertaanJamkesda menjadi peserta PBI APBD tidak ganda. Dalam halpedistribusian Kartu Indonesia Sehat (KIS) juga belum bisa sempurnasesuai dengan peruntukan penduduk yang berhak menerima, masihada beberapa yang salah sasaran.
d) Realisasi dari indicator kinerja melebihi target dikarenakan DinasKesehatan Kabupaten Boyolali mendapat tambahan kuota dari dinaskesehatan propinsi pada bulan September 2017 sebanyak 2.654 danbulan Desember 2017 sebanyak 134.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Pembiayaan kesehatanmasyarakat dengan kegiatan yaitu Penyediaan pembiayaan jaminankesehatan masyarakat.
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Obat danPerbekalanKesehatan
Pembinaan dan pengawasanbidang kefarmasian
30,000,000 13,870,490
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
50
Tabel 3.2.7 Realisasi Anggaran Penyediaan Pembiayaan Jaminan KesehatanMasyarakat
67.Persentase sampel laboratorium yang diperiksaKeberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena komitmen dariLabkesda untuk meningkatkan dan mengembangkan layanannya kepadamasyarakat diantaranya dengan membuka layanan Laboratorium Klinik mulaitanggal 25 Agustus 2017 melengkapi layanan Laboratorium KesehatanMasyarakat yang sudah lama berjalan. Disamping itu dukungan DinasKesehatan terhadap Labkesda Boyolali pada kebijakan anggaranpenyediaan reagen dan bahan habis pakai untuk Labkesda dan penambahanSDM khususnya tenaga analis (pranata laboratorium kesehatan). Pada tahun2017 Labkesda Boyolali telah memberikan layanan pemeriksaanLaboratorium Klinik kepada 69 orang dengan jumlah parameter pemeriksaansebanyak 205 parameter, dengan jenis pemeriksaan paling banyak adalahpemeriksaan Kimia Darah sebanyak 188 parameter (91,7%), diikuti denganMikrobiologi (6 parameter), Hematologi (5 parameter), Imunologi-Serologi (3parameter).Sedangkan untuk pelayanan pemeriksaan Laboratorium KesehatanMasyarakat, pada tahun 2017 Labkesda telah memeriksa sampel Airsebanyak 1.854 sampel terdiri dari sampel Air Minum sebanyak 1.061(57,2%), sampel Air Bersih sebanyak 782 (42,2%) dan Air Limbah sebanyak11 (0,6%). Adapun jumlah parameter pemeriksaan yang dilaksanakan terdiridari sampel Air Minum (5.274 parameter), sampel Air Bersih ( 3.602parameter) dan sampel Air Limbah (11 parameter).Hambatan yang dihadapi : Belum memiliki ijin operasional (proses sudah berjalan namun
terkendala kekurangan tenaga SDM) Alat pemeriksaan darah rutin dan kimia klinik analizer yang sudah ada
belum dapat dioperasionalkan Masih terbatasnya ketersediaan dan kemampuan beberapa peralatan
laboratorium yang dimiliki Bangunan laboratorium masih memerlukan renovasi dengan anggaran
yang besar agar memenuhi standara) Alternatif solusi : Mengusulkan kebutuhan tenaga sanitarian untuk melengkapi SDM
sebagaimana rekomendasi yang diberikan untuk mendapatkan ijinoperasional.
Mengusulkan kebutuhan reagen dan bahan habis pakai serta traininguntuk mengoperasionalkan alat pemeriksaan darah rutin dan kimiaklinik.
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Pembiayaankesehatanmasyarakat
Penyediaan pembiayaanjaminan kesehatanmasyarakat
7,850,000,000 7,030,906,869
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
51
Mengusulkan kebutuhan alat laboratorium dan renovasi bangunanlaboratorium agar sesuai standar.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaEfisiensi sumber daya dilakukan dengan mengoperasionalkan LayananLaboratorium Klinik sehingga Labkesda dapat mengembangkan layanannyakepada masyarakat.
c) Analisis program / kegiatan yang menunjang keberhasilanProgram / kegiatan yang menunjang keberhasilan terutama dukunganpenyediaan reagen dan bahan habis pakai, pengadaan alat laboratorium,renovasi bangunan dan mutu pelayanan kesehatan (akreditasi Labkesda).
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Upaya KesehatanMasyarakat dengan kegiatan Penyediaan Biaya Operasional danPemeliharaan Labkesda yang merupakan pendapatan in out.
Tabel 3.2.8 Realisasi Anggaran Penyediaan Biaya Operasional dan PemeliharaanLabkesda
68.Puskesmas memenuhi standar Permenkes.a) Untuk pemenuhan indicator kinerja Puskesmas memenuhi standar
puskesmas ditempuh dengan cara menunjuk salah satu puskesmasyang sudah mendekati Standart Permenkes yaitu di PuskesmasNgemplak. Di puskesmas tersebut sarana dan prasarana sudahmemadai, kecuali dalam pengolahan limbah terutama limbah cair.
b) Guna melengkapi persyaratan tersebut telah dibangun InstalasiPengolahan Air Limbah (IPAL) di Puskesmas Ngemplak. Denganpembangunan ini diharapkan Puskesmas Ngemplak menjadiPuskesmas yang memenuhi standart permenkes sehingga dalampelayanannya kepada masyarakat dapat lebih baik dan juga ramahlingkungan.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Program pengadaan,peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmaspembantu dan jaringannya dengan kegiatan Pembangunan puskesmas.
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Upaya KesehatanMasyarakat
Penyediaan BiayaOperasional danPemeliharaan Labkesda
114.000.000 113.201.393
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
52
Tabel 3.2.9 Realisasi Anggaran Pembangunan Puskesmas
69.Jumlah Pusling dalam kondisi layak jalan di 29 Puskesmasa) Untuk indicator ini dapat terpenuhi / dicapai dengan adanya pengadaan
Pusling 1 (satu) unit di Puskesmas Klego I. Sementara untukPuskesmas yang lain kondisi Pusling yang ada dengan kondisi 80%masih layak pakai.
b) Program / kegiatan yang dilaksanakan Pengadaan peningkatan danperbaikan sarana prasarana puskesmas, puskesmas pembantu danjaringannya. Dalam semua pelayanan kegiatan di puskesmas dapatterjangkau dengan Pusling yang layak jalan di masing-masingpuskesmas, sehingga secara umum program/kegiatan yang dilakukansesuai dengan sasaran dan indikator yang telah ditetapkan. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja adalah,tidak ada hambatan dikarenakan Pusling di usulkan anggaran padaDinas kesehatan, yang dianggarkan pada tahun berikutnya.
c) Realisasi dari indicator kinerja sesuai target pada tahun 2016 denganAmbulance pusling layak jalan sebanyak 33 unit dari jumlah semuaambulan 42 unit. Sehingga di tahun 2016 ambulance pusling yang layakjalan sebesar 78,57% dengan bertambahnya 1 (satu) unit mobil Puslingdi Puskesmas Klego I dan telah dilakukannya perbaikan 1 ambulancepusling di tahun 2017, pusling yang layak jalan menjadi 35 unit darijumlah 43 unit sehingga target di tahun 2017 tercapai sebesar 81,39%.
d) Indikator diatas, dilaksanakan dengan Program pengadaan,peningkatan dan perbaikan sarana dan prasaranapuskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya dengan kegiatanPengadaan pusling.
Tabel 3.2.10 Realiasasi Anggaran Pengadaan Pusling
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Programpengadaan,peningkatan danperbaikan saranadan prasaranapuskesmas/puskesmas pembantudan jaringannya
Pembangunan puskesmas 5,426,067,000 4,629,533,825
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Programpengadaan,peningkatan danperbaikan saranadan prasaranapuskesmas/puskesmas pembantudan jaringannya
pengadaan pusling 280,463,000 273,097,500
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
53
3 Sasaran 3 : Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta dalampembangunan kesehatan
Tabel 3.3 Sasaran 3 : Capaian Peran Serta Masyarakat dan Sektor Swasta dalamPembangunan Kesehatan
NO Indikator kinerja Satuan
Tahun 2017
Tar
get
Rea
lisa
si Cap
aian
1 Cakupan Desa/Kelurahan Siaga AktifMandiri
Desa 66 92 139,3
2 Cakupan Desa Siaga Aktif Desa 267 267 1003 Proporsi Rumah Tangga Sehat % 71 79,9 112,54 Cakupan Posyandu Purnama % 40 45,24 113,1
5 Cakupan Posyandu Mandiri % 20 37,31 186,76 Jumlah kampanye kesehatan melalui
media elektronikkali 10 10 100
7 Jumlah Penyuluhan Melalui Media Cetak kali 10 10 1008 Jumlah Penyuluhan Luar Ruangan kali 10 10 100
9 Jumlah tema pesan dalam komunikasi,informasi dan edukasi kepada masyarakat
kali 8 8 100
10 Cakupan Desa STBM Desa 75 46 61,3311 Proporsi Rumah Tangga Akses Jamban
Sehat% 95 91,04 95,83
12 Proporsi Rumah Tangga Akses CTPS(Cuci Tangan Pakai Sabun)
% 65 59,72 91,87
13 Proporsi Rumah Tangga mengelola airminum dan Makanan yang aman
% 70 63,51 90,73
14 Cakupan Rumah tangga mengelolasampah rumah tangga yang aman
% 60 38,29 63,81
15 Cakupan Rumah tangga mengelola limbahcair rumah tangga yang aman
% 65 40,96 63.8
16 Proporsi Sarana Air Minum dilakukanPengawasan
% 80 89,10 111,37
17 Proporsi Rumah Tangga memiliki aksesair minum berkualitas
% 85 86,83 102,15
18 Proporsi Jamban Sehat % 90 96,16 106,8419 Proporsi tempat pengolahan Makanan
minuman (TPM) dibina,% 25 87,22 348,88
20 Proporsi tempat umum , fasililitas umumsehat
% 75 86,2 114,93
Rata- rata capaian 121,7Sumber Data : Laporan akhir tahun 2017 Bidang Pencegahan dan Penanggulangan
penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Sasaran ini dilaksanakan dengan 2 (dua) program yaitu : Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dengan 2
(dua) kegiatan yaitu Pemberdayaan dan Penyuluhan Kesehatanmasyarakat dan Institusi, dan Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat,
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
54
Program Pengembangan Lingkungan Sehat dengan 2 (dua) kegiatanyaitu Pengembangan Desa STBM dan Penyediaan/Pengawasan Saranaair bersih, Jamban dan SPAL
Informasi realisasi kinerja yang meliputi indikator kinerja yang secara rincisebagaimana tabel 3,3 diatas, sedangkan capaian kinerja rata-rata 121.7%sehingga tingkat keberhasilan kategori Sangat Baik, namun demikian ada 3indikator yang capaiannya cukup yaitu Cakupan Desa STBM, serta CakupanRumah tangga mengelola sampah rumah tangga yang aman dan CakupanRumah tangga mengelola limbah cair rumah tangga yang aman.
Evaluasi per Indikator Kinerja :
70.Cakupan Desa/Kelurahan Siaga Aktif Mandiria) Keberhasilan capaian indikator ini karena adanya penguatan koordinasi
lintas program, lintas sektor dan Puskesmas untuk pembinaan desasiaga aktif mandiri,
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaDilihat dari sumber daya keangan, adanya dana BOK di Puskesmasmendukung tercapainya cakupan desa siaga aktif mandiri, Dana BOKini banyak dimanfaatkan oleh Puskesmas untuk pendataan factor resikoatau Survey Mawas Diri (SMD), Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)dan pertemuan-pertemuan untuk pembinaan desa siaga aktif mandiri,Kemudian untuk sumber daya manusia, keberadaan bidan desa,petugas promosi kesehatan, kepala puskesmas, camat, kepala desa,peran Forum Kesehatan Desa dan peran kader kesehatan sangatberpengaruh juga terhadap dukungan desa siaga aktif mandiri,Pendanaan dari desa berupa Dana Desa juga ikut mendukung kegiatan-kegiatan demi tercapainya desa siaga aktif mandiri,
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator proprosi rumah tangga sehat merupakan indikator ygmenunjang keberhasilan Pada strata desa siaga aktif mandiri, proporsirumah tangga sehat minimal 40%, Sedangkan pencapaian cakupanrumah tangga sehat tahun 2017 ini sebesar 79,9%, Hal ini sudahmencapai target, Selain itu program pemberdayaan masyarakat sepertikeaktifan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)minimal 3 UKBM dan adanya program surveillance yang dilakukan dimasyarakat menjadi tolak ukur desa siaga mandiri,
71.Cakupan Desa Siaga Aktifa) Keberhasilan capaian indikator ini karena sejak tahun 2006 di
Kabupaten Boyolali sudah ditetapkan Desa Siaga Aktif di semuadesa/kelurahan, Selain itu hal ini juga didorong oleh dukungan parastakeholder,
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaDipandang dari sisi sumber daya manusia sudah adanya SuratKeputusan Bupati Boyolali Nomor 440/435 Tahun 2014 tentangPembentukan Kelompok Kerja Operasional Desa Siaga Masa Bhakti2014-2017 menunjang keberhasilan adanya desa siaga aktif, Hal
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
55
tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Boyolali sudah memilikisuatu forum untuk mengembangkan dan membina desa siaga aktif,Begitu juga di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Boyolali juga sudahmembentuk Forum Pokjanal Desa Siaga di Tingkat Kecamatan, Di sisisumber daya keuangan, di tahun 2017 terdapat anggaran sebesar Rp,1,350,000,- yang alokasinya digunakan untuk pertemuan pokjanal desasiaga tif tingkat kabupaten, Pertemuan ini bertujuan untuk membinakeaktifan forum pokjanal desa siaga tingkat kabupaten,
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanBeberapa program kegiatan yang turut menunjang keberhasilan desasiaga aktif antara lain : Keaktifan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Peran aktif organisasi masyarakat di bidang kesehatan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2 Indikator di atas, dilaksanakan dengan Promosi kesehatan danpemberdayaan masyarakat dengan kegiatan yaitu Penyuluhan MasyarakatPola Hidup Sehat
Tabel 3.3.1 Realiasasi Anggaran Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat
72.Proporsi Rumah Tangga Sehata) Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena dilaksanakannya
koordinasi lintas program dan puskesmas, dengan melakukan promosikesehatan bagi masyarakat dalam event tertentu, Target yang ditetapkanuntuk proporsi Rumah Tangga sehat adalah 71%, dapat terealisasi79,9%,Terbentuknya TPCB dan terselenggaranya rakor tingkatkabupaten,Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapaitarget kinerja adalah pendataan tidak tepat waktu dan pelaporan dariPuskesmas ke Dinas tidak tepat waktu juga,Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah Peningkatan koordinasi dansingkronisasi program kegiatan antara Dinas dan Puskesmas
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran APBN, melaluiBantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas,Dinas Kesehatan berkewajiban untuk mendorong danmengkoordinasikan kegiatan dan hasilnya melalui TPCB (Tim PembinaCluster Binaan) dan mengevaluasi kegiatan pendataan PHBS di Desa
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Promosikesehatan danpemberdayaanmasyarakat
Penyuluhan Masyarakat PolaHidup Sehat
470,106,500 445,231,798
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
56
oleh petugas kesehatan Puskesmas, untuk Anggaran APBD sebesar Rp470,106,500,- dengan realisasi Rp, 445,231,798,-
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator cakupan desa/kelurahan siaga aktif dan proporsi rumah tanggasehat dengan Program yang dilaksanakan yaitu Promosi Kesehatan danPemberdayaan Masyarakat dengan kegiatan Penyuluhan masyarakatpola hidup sehat, sehingga diperoleh data PHBS Rumah Tangga, yangdipantau berjumlah 238,705, untuk jumlah PHBS strata Utama sebanyak173,398 dan strata Paripurna 17,555 Jumlah keseluruhan rumah tanggaber PHBS Strata Utama dan Paripurna adalah 190,953,
73.Cakupan Posyandu Purnamaa) Keberhasilan capaian indikator ini karena dilaksanakan dengan bekerja
sama lintas bidang dan sektoral untuk kegiatan Posyandu di desa,melibatkan kader kesehatan di desa, bidan desa, petugas Promkes &Kepala Puskesmas serta adanya dana BOK untuk pertemuan peningkatanpengetahuan Kader Posyandu di desa untuk penghitungan ulang tentangStrata Posyandu,Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjamasih banyak posyandu yang belum memenuhi standar penghitunganStrata Kuantitatif Jawa Tengah yang ditetapkan Gubernur Jawa Tengahtahun 2007,Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah meningkatkan koordinasi lintas sektoraldengan Tim Pokjanal Posyandu Tingkat Kabupaten serta kembalimenyamakan persepsi tentang penghitungan Standar Strata Posyandumelalui petugas Promkes, bidan koordinator Puskesmas, Kecamatansampai ke Desa,
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran APBN, melaluiBantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas, serta anggaran untuk koordinasi di Dinas Kesehatan, DinasKesehatan berkewajiban untuk mendorong dan mengkoordinasikankegiatan serta mengevaluasi hasil, sehingga dengan forum komunikasitingkat kecamatan yang diadakan di tingkat kabupaten semakinmendorong partisipasi instansi lain (selain kesehatan) untuk terlibat dalammasalah kesehatan,Terbitnya SK Bupati tentang Pokjanal Posyandu Tingkat Kabupaten danevaluasi Posyandu ke Puskesmas, Kecamatan dan Desa adalah diperolehjumlah Posyandu terdata 1,817 Posyandu, dengan rincian Strata Purnama: 822 Posyandu (45,24%)
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanUntuk mencapai indikator ini, dilaksanakan upaya yang menunjang berupaPertemuan Tim Pokjanal Posyandu Tingkat Kabupaten dan evaluasikegiatan Posyandu melalui Puskesmas, Kecamatan dan desa, jugapendataan ulang Strata Posyandu, dengan Program Program Promosi
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
57
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, pada kegiatan PeningkatanPelayanan Terpadu pada UKBM,
74.Cakupan Posyandu Mandiria) Keberhasilan capaian indikator ini karenadilaksanakan dengan bekerja
sama lintas bidang dan sektoral untuk kegiatan Posyandu di desa,melibatkan kader kesehatan di desa, bidan desa, petugas Promkes &Kepala Puskesmas serta adanya dana BOK untuk pertemuanpeningkatan pengetahuan Kader Posyandu di desa untuk penghitunganulang tentang Strata Posyandu,Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjamasih banyak posyandu yang belum memenuhi standar penghitunganStrata Kuantitatif Jawa Tengah yang ditetapkan Gubernur Jawa Tengahtahun 2007,Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalampencapaian target kinerja adalah meningkatkan koordinasi lintas sektoraldengan Tim Pokjanal Posyandu Tingkat Kabupaten serta kembalimenyamakan persepsi tentang penghitungan Standar Strata Posyandumelalui petugas Promkes, bidan koordinator Puskesmas, Kecamatansampai ke Desa,
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayac) Indikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran APBN, melalui
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang anggarannya tersebar di 29Puskesmas, serta anggaran untuk koordinasi di Dinas Kesehatan, DinasKesehatan berkewajiban untuk mendorong dan mengkoordinasikankegiatan serta mengevaluasi hasil, sehingga dengan forum komunikasitingkat kecamatan yang diadakan di tingkat kabupaten semakinmendorong partisipasi instansi lain (selain kesehatan) untuk terlibat dalammasalah kesehatan,Terbitnya SK Bupati tentang Pokjanal Posyandu Tingkat Kabupaten danevaluasi Posyandu ke Puskesmas, Kecamatan dan Desa adalahdiperoleh jumlah Posyandu terdata : 1,817 Posyandu, dengan rincianStrata Mandiri 678 Posyandu (37,31%)
d) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanUntuk mencapai indikator ini, dilaksanakan upaya yang menunjangberupa Pertemuan Tim Pokjanal Posyandu Tingkat Kabupaten danevaluasi kegiatan Posyandu melalui Puskesmas, Kecamatan dan desa,juga pendataan ulang Strata Posyandu, dengan Program ProgramPromosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, pada kegiatanPeningkatan Pelayanan Terpadu pada UKBM.
75.Jumlah kampanye kesehatan melalui media elektronika) Keberhasilan capaian indikator ini didukung beberapa pelaksanaan
kampanye kesehatan dengan media elektronik berupa pembuatan filmdan video tentang kesehatan, pemutaran film-film kesehatan, radio spot,talkshow baik melalui radio dan televisi dan pemasangan running teks
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
58
yang berisi informasi kesehatan kepada masyarakat menuju perilakuhidup sehat dengan kesadaran sendiri.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran APBD kabupatenBoyolali, digunakan untuk belanja jasa pihak ketiga berupa pembuatandan penayangan spot radio serta pembuatan running teks LED Display.Sumberdaya lain yang mendukung keberhasilan program yaitu adanyaadanya sarana prasarana untuk membuat atau menayangkan kampanyekesehatan diantaranya kamera, LCD dan media untuk penayanganrunning teks.
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanBerbagai program dan kegiatan di bidang kesehatan ikut mendukungpencapaian indikator ini. Sebab berbagai program tersebut menjadibahan utama atau materi dalam kampanye kesehatan melalui mediaelektronik.
76.Jumlah Penyuluhan Melalui Media Cetaka) Keberhasilan capaian indikator ini didukung beberapa pelaksanaan
kampanye kesehatan dengan media cetak berupa pembuatan MMT,spanduk, baliho, leaflet dan poster.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaIndikator ini terutama dilaksanakan dengan anggaran APBD kabupatenBoyolali, dilakukan dengan melakukan pembuatan MMT, greeting korandan baliho,Sumberdaya lain yang mendukung keberhasilan program yaitu adanyainternet dan aplikasi untuk membuat design media cetak,
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanBerbagai program dan kegiatan di bidang kesehatan ikut mendukungpencapaian indikator ini. Sebab berbagai program tersebut menjadibahan utama atau materi dalam kampanye kesehatan melalui mediaelektronik.
77.Jumlah Penyuluhan Luar Ruangana) Keberhasilan capaian indikator ini karena adanya keterkaitan kegiatan
Promosi Kesehatan dengan pihak lain baik itu Puskesmas maupun lintassektor sehingga banyak kegiatan-kegiatan penyuluhan sesuai materi dansasaran yang telah ditentukan.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaDitinjau dari sisi sumber daya manusia, seksi Promosi Kesehatan danPemberdayaan Masyarakat sudah memiliki Pejabat Fungsional UmumPenyuluh Kesehatan dan Pencegahan Penyakit yang tupoksi utamanyaadalah melaksanakan penyuluhan baik di dalam gedung maupun luarGedung.Sumber daya material berupa media cetak dan media elektronik dapatdigunakan sebagai alat pendukung untuk melakukan penyuluhan di luarruangan,
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
59
Ditinjau dari sisi sumber daya keuangan terdapat APBD Kabupaten untukkegiatan Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat digunakan untukkegiatan-kegiatan penyuluhan pada kegiatan Pembinaan Saka BaktiHusada dan pembinaan dan pertemuan pokjanal desa siaga. Sedangkankegiatan tanpa menggunakan APBD Kabupaten adalah menjadinarasumber untuk kegiatan Puskesmas dan lintas sektoral,
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanProgram dan kegiatan-kegiatan kesehatan baik itu tentang pencegahanpenyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, dan issue-issue kesehatan lainnya menjadi bahan/materi untuk melakukanpenyuluhan di luar ruangan.
78.Jumlah tema pesan dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepadamasyarakata) Keberhasilan capaian indikator ini karena danya isu-isu kesehatan terkini
menjadi tema pesan kesehatan yang akan disampaikan kepadamasyarakat.
b) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaSumberdaya yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan indikator iniadalah adanya media cetak dan media elektronik. Dengan media-mediatersebut maka tema pesan kesehtan dapat menjadi sarana untukdisampaikan kepada masyarakat.
c) Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanProgram dan kegiatan-kegiatan kesehatan baik itu tentang pencegahanpenyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, dan issue-issue kesehatan lainnya menjadi tema pesan yang akan diinformasikanke masyarakat.
Indikator di atas, dilaksanakan dengan Program Obat dan PerbekalanKesehatan dengan 3 kegiatan yaitu Pembinaan dan Pengawasan bidangKefarmasian.
Tabel 3.3.2 Realisasi Anggaran Pengembangan Media Promosi dan InformasiSadar Hidup Sehat
79.Desa STBMSanitasi total adalah kondisi ketika masyarakat :
a) tidak buang air besar (BAB) sembarangan,b) mencuci tangan pakai sabun,c) mengelola air minum dan makanan yang aman,d) mengelola sampah dengan benar,
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Promosikesehatan danpemberdayaanmasyarakat
Pengembangan mediapromosi dan informasi sadarhidup sehat
70,246,000 66,255,870
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
60
e) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
1) Target indikator tahun 2017 sebanyak 75 (tujuh puluh lima) desa, Sampaidengan akhir tahun 2017 sudah tercapai 46 desa STBM di KabupatenBoyolali, Indikator ini dilaksanakan melalui upaya antara lain sosialisasi,pemicuan, pendampingan dan penguatan komitmen di RT/RW/Desa,sekolah-sekolah maupun berbagai forum ditingkat desa untukpelaksanaan 5 (lima) pilar dalam STBM.Dari 46 desa STBM 4 diantaranya sudah dideklarasikan sebagai desaSTBM yaitu Desa Senden, Desa Samiran, Desa Kebongulo dan DesaKembangsari, Sedangkan 42 desa yang lain baru klaim sebagai desaSTBM dan belum diverifikasi, Berikut adalah daftar desa yang sudahmenyatakan sebagai desa STBM :
Tabel 3.3.3 Desa yang Telah Menyatakan sebagai Desa STBM
2) Hambatan Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah :
Keterbatasan anggaran yang tersedia, Penerapan pilar STBM Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
Pengelolaan Sampah dan Pengelolaan Limbah Cair RumahTangga belum menjadi budaya di masyarakat sehingga sangatsulit untuk merubah perilaku hidup sehat masyarakat.
No Kecamatan Desa
1 SELO Suroteleng
2 AMPEL 1 Ngadirejo, Ngargoloko, Sampetan
3CEPOGO
Wonodoyo, Jombong, Gedongan, Sumbung, Genting,Kembangkuning Cabean Kunti, Candi Gatak, Gubug
4 MUSUK 1 Sumur, Dragan, Pager Jurang, Keposong
5 BOYOLALI 1
6 MOJOSONGO Mojosongo, Kragilan, Singosari
7 TERAS
8 SAWIT 2
9 BANYUDONO 1 Bendan, Denggungan
10 SAMBI 2 Kepuh, Demangan, Catur
11 NGEMPLAK Sindon, Ngargorejo, Manggung, Dibal
12 NOGOSARI
13 SIMO Temon, Pelem, Walen
14 KARANGGEDE
15 KLEGO 1 Banyu Urip, Kalangan
16 ANDONG
17 KEMUSU Genengsari, Sarimulyo
18 WONOSEGORO Kedung Pilang
19 JUWANGI
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
61
3) Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja :
Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasisendiri/peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat
Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong), Peningkatan upaya sosialisasi, kampanye hygiene sanitasi dan
pemicuan, Upaya penggalangan komitmen ditingkat desa / RT / RT, Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi Berkoordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait tingkat
Provinsi dan mengembangkan program terpadu untuk semuakegiatan STBM
Mengkoordinasikan semua sumber pembiayaan terkait denganSTBM
Memonitor perkembangan strategi nasional STBM danmemberikan bimbingan yang diperlukan kepada tim Kecamatan
Mengintegerasikan kegiatan higiene dan sanitasi yang telah adadalam strategi STBM
Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalaman antarkabupaten.
4) Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaTahun 2017 baru difokuskan untuk pencapaian pilar 1 yaitu untukmenciptakan masyarakat tidak buang air besar (BAB) sembarangan,Jumlah anggaran untuk Penyediaan / Pengawasan Sarana Air Bersih,Jamban, dan SPAL sebesar Rp. 1.090.744.000,-. Dari jumlah tersebutterserap sebesar Rp. 1,005,897,975 atau sekitar 99,27%.Sedangkan jumlah anggaran untuk kegiatan Pengembangan Desa STBMsebesar Rp. 77.436,000,-. Anggaran tersebut terserap sebesar Rp.63.680.340,-. atau sekitar 82.24%. Penyerapan yang kurang padaBelanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah dan Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber Non PNS, Untuk Belanja Perjalanan Dinas DalamDaerah serapannya rendah disebabkan karena perjalanan dinasdiintegrasikan dengan kegiatan lain, sehingga ada efisiensi anggaran.Sedangkan untuk belanja Tenaga Ahli /Instruktur/ Narasumber Non PNStidak terealisasi karena kegiatan pertemuan tidak dilaksanakan. Tahun2017 fokus pada kegiatan pencapaian kabupaten ODF.
5) Analisis program/kegiatan:Sampai dengan akhir 2017 baru pilar 1 yang tercapai (100%), Masih ada4 pilar yang harus diselesaikan sampai dengan tahun 2019.
80.Proporsi rumah tangga akses jamban sehata) Target indikator tahun 2017 sebesar 95% dapat terealisasi 83.26%
sehingga indikator ini tercapai (capaian 95.83%),b) Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja
adalah :
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
62
Masih ada masyarakat yang buang air besarnya sharing ke tetangga.Hal ini dikarenakan mereka belum memiliki sarana jamban sehat yangpermanen.
c) Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja : Advokasi ke lintas sektor terkait seperti Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa untuk mengalokasikan Dana Desa digunakan untukpembangunan bidang kesehatan dan Dinas P2KP untuk memasukkansarana jamban dalam pembangunan Rumah Layak Huni
Menggandeng BAZNAS dalam penyediaan sarana Menggali sumber pendanaan lain seperti CSR perusahaan Menggandeng TNI/POLRI dalam pembuatan jamban sehat Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan strategi
yang baru Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasi
tingkat kabupaten mengenai pendekatan yang baru Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi STBM Mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten Memberikan dukungan capacity building yang diperlukan kepada
semua institusi di kabupaten Pemicuan di masyarakat.
d) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Kegiatan penyediaan sarana jamban sehat bagi masyarakat miskin
dapat meningkatkan akses masyarakat ke jamban sehat.e) Analisis program/kegiatan: Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial
budaya danperilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) disembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakanuntuk mencuci, mandi dan kebutuhan hygienis lainnya. Namun padatahun 2017 akses penduduk terhadap jamban di Kabupaten Boyolalitelah mencapai 100% sehingga Kabupaten Boyolali dideklarasikansebagai Kabupaten yang sudah Stop Buang Air Besar Sembarangan(Stop BABS) atau Kabupaten ODF (Open Defecation Free).
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untukmemutus mata rantai penularan penyakit, Jamban sehat ada duakriteria yaitu Jamban Sehat Permanen (JSP) dan Jamban Sehat SemiPermanen (JSSP), yang termasuk sarana JSP adalah jamban leherangsa. Sedangkan untuk yang plengsengan dan cemplung jikamenggunakan tutup termasuk JSSP.
81.Proporsi rumah tangga akses Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakansabun dan air bersih yang mengalir.a) Target indikator tahun 2017 sebesar 65% dapat terealisasi 59.72 %
sehingga indikator ini tercapai (capaian 91.87%).
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
63
b) Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah: Perilaku/kebiasaan masyarakat dalam mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir yang masih rendah Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya CTPS masih kurang
c) Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja: Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan strategi
yang baru Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasi
tingkat kabupaten mengenai pendekatan yang baru Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi STBM Mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten Memberikan dukungan capacity building yang diperlukan kepada
semua institusi di kabupaten. Kampanye CTPS ke masyarakat dan anak sekolah Pemicuan di masyarakat.
d) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Tahun 2017 tidak ada anggaran yang dialokasikan di Dinas
Kesehatan. Semua anggaran untuk kegiatan terkait CTPSdialokasikan di Puskesmas.
e) Analisis program/kegiatan: Perlu menggaungkan kegiatan CTPS terutama saat hari cucu tangan
sedunia.
82.Proporsi rumah tangga mengelola air minum dan makanan yang amana) Target indikator tahun 2017 sebesar 70% dapat terealisasi 63.51%
(capaianindikator sasaran 90.73%).b) Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja
adalah: Perilaku/kebiasaan masyarakat dalam mengelola makanan yang
aman perlu ditingkatkan, Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mengelola makanan
yang aman masih kurangc) Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian
target kinerja: Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan strategi
yang baru Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasi
tingkat kabupaten mengenai pendekatan yang baru Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi STBM Mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten Memberikan dukungan capacity building yang diperlukan kepada
semua institusi di kabupaten. Pemicuan di masyarakat
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
64
d) Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Tahun 2017 tidak ada anggaran yang dialokasikan di Dinas
Kesehatan, Semua anggaran untuk kegiatan terkait pengelolaan airminum dan makanan yang aman dialokasikan di Puskesmas.
e) Analisis program/kegiatan: Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut
sebagai PAMRT adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan danpemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksimakanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi,persiapan makanan/minuman, Perilaku/ kebiasaan masyarakat dalammengelola air minum dan makanan yang aman perlu ditingkatkan.
83. Cakupan rumah tangga mengelola sampah rumah tangga yang amana. Target indikator tahun 2017 sebesar 60% dapat terealisasi 38.29%
(capaian indikator sasaran 63.81 %),b. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target
kinerja adalah: Perilaku/kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah rumah
tangga yang aman perlu ditingkatkan, Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah
rumah tangga yang aman masih kurang Pemilahan sampah dari sumber (rumah tangga) masih rendah
c. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja: Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan
strategi yang baru Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasi
tingkat kabupaten mengenai pendekatan yang baru Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi STBM Menggali sumber pendanaan lain seperti CSR perusahaan Mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten Memberikan dukungan capacity building yang diperlukan kepada
semua institusi di kabupaten, Memicu/mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah dengan melakukan reduksi sampah di sumbernya (rumahtangga),
d. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Tahun 2017 tidak ada anggaran yang dialokasikan di Dinas
Kesehatan. Semua anggaran untuk kegiatan terkait
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
65
pengelolaan sampah rumah tangga yang aman dialokasikan diPuskesmas.
e. Analisis program/kegiatan: Sampah merupakan persoalan lingkungan yang selalu menjadi isu
besar di hampir seluruh wilayah terutama di daerah perkotaan,Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi denganpengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkanterjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Saat ini hampirseluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehinggamenyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukanlahan yang cukup luas, juga diperlukan fasilitas perlindunganlingkungan yang sangat mahal, Semakin banyaknya jumlahsampah yang dibuang ke TPA salah satunya disebabkan belumdilakukannya upaya pengurangan volume sampah secarasungguh-sunguh sejak dari sumber,
Perlu kebijakan dan upaya-upaya yang inovatif mengenaipengelolaan sampah, Persoalan sampah mengharuskandilakukannya pergeseran pendekatan dari pendekatan ujung-pipa(end-pipe of solution) ke pendekatan sumber, Dengan pendekatansumber, maka sampah ditangani pada hulu sebelum sampah itusampai ke tempat pengolahan akhir (hilir).
84. Cakupan rumah tangga mengelola limbah cair rumah tangga yangaman
a. Target indikator tahun 2017 sebesar 80% terealisasi 40,96% (capaianindikator sasaran 51,20 %),
b. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai targetkinerja adalah: Kepemilikan Saluran pembuangan air limbah di masyarakat masih
rendah, Perilaku/kebiasaan masyarakat dalam mengelola limbah cair
rumah tangga yang aman perlu ditingkatkan, Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mengelola limbah
cair rumah tangga yang aman masih kurangc. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian
target kinerja: Advokasi ke lintas sektor terkait seperti Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa untuk mengalokasikan Dana Desa digunakanuntuk pembangunan bidang kesehatan dan Dinas P2KP untukmemasukkan sarana/saluran pembuangan air limbah dalampembangunan Rumah Layak Huni
Menggandeng BAZNAS dalam penyediaan sarana Menggali sumber pendanaan lain seperti CSR perusahaan Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan
strategi yang baru
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
66
Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasitingkat kabupaten mengenai pendekatan yang baru
Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi STBM Mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten Memberikan dukungan capacity building yang diperlukan kepada
semua institusi di kabupaten, Pemicuan di masyarakat
d. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Tahun 2017 tidak ada anggaran dari APBD Kabupaten Boyolali
yang dialokasikan di Dinas Kesehatan untuk kegiatan terkaitpengelolaan limbah cair rumah tangga yang aman, Alokasianggaran di Puskesmas,
Hibah dari BAZNAS untuk pembangunan sarana buang air besar(jamban) juga diperuntukkan pembangunan sarana pembuanganlimbah cair rumah tangga,
e. Analisis program/kegiatan: Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur,
kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dankotoran manusia, Limbah merupakan buangan atau sesuatu yangtidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat, Dalam air limbahterdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan danberbahaya, Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagikuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera danpenyakit lainnya, Air limbah tersebut harus diolah agar tidakmencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan, Airlimbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran,
Metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahanlimbah rumah tangga yaitu dengan membuat saluran air kotor,membuat bak peresapan dan membuat tempat pembuangansampah sementara, Hal-hal tersebut dapat dilakukan denganmemperhatikan ketentuan sebagai berikut:1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah
sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawahpermukaan tanah,
2) Tidak mengotori permukaan tanah,3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan
tanah,4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain,5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu,6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang
mudah didapat dan murah,7) Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m
Indikator diatas, dilaksanakan dengan Program PengembanganLingkungan Sehat dengan 1 kegiatan yaitu Pengembangan Desa STBM,
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
67
Tabel 3.3.4 Realiasasi Anggaran Pengembangan Desa STBM
85. Proporsi Sarana Air Minum dilakukan pengawasana. Target indikator tahun 2017 sebesar 80% dapat terealisasi 89,10%
sehingga indikator ini tercapai (capaian 111,37%), Indikator ini dicapaimelalui berbagai upaya seperti Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL)dan pemeriksaan kualitas air secara lobaratoris baik secara fisika,kimia, maupun biologi,Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai targetkinerja adalah: Belum semua puskesmas memiliki peralatan untuk melakukan uji
laboratorium, Uji labotratorium dilakukan oleh UPTD LaboratoriumKesehatan Daerah,
b. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja: Mengusulkan pengadaan sarana prasarana untuk pengukuran
media lingkungan (kit kesehatan lingkungan) bagi petugaskesehatan lingkungan
c. Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaTahun 2017 tidak ada anggaran yang dialokasikan di DinasKesehatan, Semua anggaran untuk kegiatan pengawasandialokasikan di Puskesmas,
86. Proporsi rumah tangga memiliki akses air minum berkualitas1. Target Indikator tahun 2017 sebesar 85 %, realisasi 86,83 % sehingga
indikator ini dapat tercapai (capaian 102,15 %), Peningkatan akses airminum yang berkualitas dikarenakan peningkatan pelayanan publik olehPemerintah Kabupaten Boyolali melalui peningkatan jaringan perpipaanoleh PDAM, BPSPAMS, upaya kelompok masyarakat pemakai air,peningkatan jumlah embung di daerah sulit air dan penyediaan saranaswadaya masyarakat,Dalam rangka peningkatan kualitas air minum Dinas Kesehatan telahmelakukan berbagai kegiatan, Antara lain: Pengawasan kualitas air baik secara fisik, bakteriologi maupun kimia,
Pemeriksaan kualitas dilakukan oleh UPTD Laboratorium KesehatanDaerah,
Inspeksi kesehatan lingkungan terhadap sarana air minum telahdilaksanakan oleh UPTD Puskesmas melalui petugas kesehatanlingkungan.
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 PengembanganLingkunganSehat
Pengembangan DesaSTBM
77,436,000 63,680,340
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
68
2. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah:Meningkatnya faktor risiko pencemaran pada sumber air,Belum meratanya penduduk mendapatkan akses air minum,
3. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja: Mengoptimalkan sumberdaya, Meningkatkan pembinaan pada kelompok pemakai air, Kerjasama dengan lintas sektor terkait seperti Dinas Lingkungan
Hidup dan DPU-PR,
87. Proporsi jamban sehata. Target indikator tahun 2017 sebesar 90 % dapat terealisasi 96,16%
sehingga indikator ini tercapai (capaian 106,84%), Tercapainyaindikator ini antara lain dengan adanya stimulant jamban sehat terutamauntuk masyarakat miskin,Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah:Masih banyaknya sarana jamban berupa jamban plengsengan sebanyak834 sarana dan jamban cemplung sejumlah 37,247 sarana, Totaljamban sehat yang belum permanen sejumlah 38,084 sarana,Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja:Advokasi ke lintas sektor terkait seperti Dinas PemberdayaanMasyarakat Desa untuk mengalokasikan Dana Desa digunakan untukpembangunan bidang kesehatan dan Dinas P2KP untuk memasukkansarana jamban dalam pembangunan Rumah Layak Huni Menggandeng TNI/POLRI dalam pembuatan jamban sehat Menggandeng BAZNAS dalam penyediaan sarana Menggali sumber pendanaan lain seperti CSR perusahaan
b. Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaPagu anggaran belanja hibah barang yang diserahkan kepadamasyarakat (Stimulan jamban sehat) sebesar Rp, 993,750,000,00terserap Rp, 987,456,000,00 (nilai kontrak) atau terserap 99,37%Dengan anggaran tersebut pada tahun 2017 Dinas Kesehatan telahmengalokasikan 1,325 paket stimulant jamban sehat permanen bagimasyarakat miskin,
c. Analisis program/kegiatan:Kepemilikan sarana buang air besar di Kabupaten Boyolali sampaidengan akhir tahun 2017 sebagai berikut:
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
69
Tabel 3.3.5 Kepemilikan sarana buang air besar
Jenis Sarana BAB YangDigunakan Jml Sarana Jml Penduduk
PenggunaKomunal 709 4,686Leher Angsa 203,284 861,099Plengsengan 837 3,234Cemplung 214,202 157,940
Indikator diatas, dilaksanakan dengan Program Pengembangan LingkunganSehat dengan 1 kegiatan yaitu Penyediaan / Pengawasan Sarana Air Bersih,Jamban, dan SPAL,
Tabel 3.3.6 Realiasasi Anggaran Penyediaan/PengawasanSarana Air Bersih, Jamban, dan SPAL
88. Proporsi tempat pengelolaan makanan (TPM) dibinaa. Target indikator tahun 2017 sebesar 25 % dapat terealisasi 87,22 %
sehingga indikator ini tercapai (capaian 348,88%), Tercapainyaindikator ini melalui berbagai upaya seperti Inspeksi KesehatanLingkungan (IKL) ke jasa boga, warung makan, depot air minum, dll,Selain itu Dinas Kesehatan juga menyelenggarakan Kursus bagiPenjamah Makanan, pembinaan kantin perusahaan, kantin sekolah,sosialisasi Higiene Sanitasi Pangan (HSP) dan pembinaan bagi paraPedagang Jajanan Anak Sekolah (PJAS),Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerjaadalah: Masih banyak pengelola yang belum secara rutin memeriksakan
sampel air bersih, Sebagian besar memeriksakan sampel ketikamencari ijin,
Hasil rekomendasi dari inspeksi kesehatan lingkungan tidakditindak lanjuti oleh pengelola TPM,
Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja: Melaksanakan sosialisasi dan pembinaan secara rutin dan terus
menerus pada TPM yang belum memenuhi syarat, Perlu komitmen dari pengelola TPM, Dukungan stakeholder terkait
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 PengembanganLingkunganSehat
Penyediaan /Pengawasan Sarana AirBersih, Jamban, danSPAL
1,013,308,000 1,005,897,975
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
70
b. Analisis efisiensi penggunaan sumber dayaTahun 2017 anggaran yang dialokasikan di Dinas Kesehatan untukpengambilan dan pemeriksaan sampel makanan dan minuman dilingkungan luar asrama haji Donohudan dan untuk pemeriksaan sampelair minum secara bakteriologi (7 sampel) dan secara kimia (6 sampel),Anggaran untuk pemeriksaan ini sebesar Rp, 6,500,000,00 terserap6,389,800,00 atau terserap sekitar 98,30%, Anggaran tersebut sudahtermasuk didalam kegiatan Pengembangan Desa STBM, Anggaranuntuk kegiatan pembinaan TPM lebih banyak dialokasikan diPuskesmas,
c. Analisis program/kegiatan:Pada Tahun 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolalimenyelenggarakan kursus penjamah makanan di perusahaan dan dijasa boga, Untuk yang di perusahaan diselenggarakan di PT,AEROPRIMA dan PT, ECOSMART Garment sedangkan yang di jasaboga di paguyuban Pengusaha Catering Boyolali, Dalampenyelenggaraan ini Dinas kesehatan hanya sebagai narasumber, untukbiaya penyelenggaraan ditanggung oleh perusahaan,Kegiatan lain yang mendukung pembinaan tempat pengelolaanmakanan (TPM) adalah pe pengambilan dan pemeriksaan sampelmakanan dan minuman di lingkungan luar asrama haji Donohudan danuntuk pemeriksaan sampel air minum,Sedangkan upaya yang dilakukan Puskesmas meliputi kegiatan InspeksiKesehatan Lingkungan (IKL) ke jasa boga, warung makan, dan depot airminum, Selain IKL juga dilakukan pengambilan sampel air bersih, Biayauntuk penyelenggaraan kegiatan ini menggunakan dana BOKPuskesmas,
89. Proporsi tempat dan fasililitas umum sehatYang dimaksud dengan "lingkungan tempat dan fasilitas umum" adalahlokasi, sarana, dan prasarana kegiatan bagi masyarakat umum, antara lainfasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, tempat ibadah, hotel, rumah makandan usaha lain yang sejenis; sarana olahraga; sarana transportasi darat,laut, udara, dan kereta api; stasiun dan terminal; pasar dan pusatperbelanjaan; pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara;dan tempat dan fasilitas umum lainnya,
a. Target indikator tahun 2017 sebesar 75% dapat terealisasi 86,2 %sehingga indikator ini tercapai (capaian 114,93%), indikator inidicapai melalui berbagai upaya seperti Inspeksi KesehatanLingkungan (IKL), Inspeksi Kesehatan Lingkungan dapat dilakukandengan berbagai cara seperti pengamatan fisik media lingkungan;pengukuran media lingkungan di tempat; uji laboratorium; dan/atauanalisis risiko kesehatan lingkungan,
b. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai targetkinerja adalah: Belum semua puskesmas memiliki peralatan untuk melakukan
pengukuran media lingkungan di tempat dan uji laboratorium,
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
71
Sehingga inspeksi kesehatan lingkungan hanya dilakukan denganpengamatan fisik media lingkungan dan/atau analisis risikokesehatan lingkungan,
c. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaiantarget kinerja: Mengusulkan pengadaan sarana prasarana untuk pengukuran
media lingkungan (kit kesehatan lingkungan) bagi petugaskesehatan lingkungan,
Pembinaan yang terus menerus pada tempat dan fasililitas umumyang belum memenuhi syarat,
Dukungan stakeholder terkait.d. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya
Tahun 2017 tidak ada anggaran yang dialokasikan di DinasKesehatan, Semua anggaran untuk kegiatan pembinaan tempat danfasililitas umum dialokasikan di Puskesmas,
e. Analisis program/kegiatan:Tempat dan fasilitas umum yang dibina meliputi sarana pendidikan(SD, SLTP, SLTA), sarana kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit)dan hotel baik yang berbintang maupun non bintang, Di KabupatenBoyolali jumlah TTU sebanyak 1,107, Jumlah tempat dan fasilitasumum yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 954 atau sekitar86,2%
4, Sasaran 4 Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber dayamanusia kesehatan yang berdaya saing
Tabel 3,4 Sasaran 4
NoIndikator kinerja Satuan
Tahun 2017
Tar
get
Rea
lisa
si Cap
aia
n
1 Jumlah dokter dan tenagakesehatan dikirim pelatihan
orang10 16 160
2 Rasio dokter per 100,000penduduk
15,2 26,06 171
3 Rasio dokter gigi per 100,000penduduk
4,5 4,2 93,3
4 Rasio perawat per 100,000penduduk
90,7 79,02 87,1
5 Rasio bidan per 100,000penduduk
56,7 49,26 86,9
Rata-rata Capaian 119.7
Sumber data : Laporan akhir tahun 2017 Bidang Pelayanan Kesehatan
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
72
Sasaran ini dilaksanakan dalam 1 (satu) program, dan 1 (satu) kegiatanyaitu: program Pengembangan sumber daya kesehatan, dengan 1 kegiatan
yaitu peningkatan kapasitas dan kualitas dokter dan tenaga kesehatan,
Informasi realisasi kinerja meliputi 5 (lima) indikator kinerja yang secara rincisebagaimana tabel 3,5 diatas, Capaian kinerja rata-rata 119.7% sehinggatingkat keberhasilan dikategorikan sangat baik;
Evaluasi per Indikator Kinerja :90. Jumlah dokter dan tenaga kesehatan dikirim pelatihan
Pada indikator ini tahun 2017 target 10 orang ( tenaga kesehatan ) yangberangkat pelatihan dengan realisasi 16 orang ( tenaga Kesehatan ) yangberangkat pelatihan atau dalam prosentase 160 %, prosentase tersebutyang lebih besar dari capaian target dikarenakan terjadi efisiensi dalamanggaran namun capain kinerja lebih besar dari target,
91. Rasio DokterPada indikator jumlah dokter yang ada diwilayah Kabupaten BoyolaliSejumlah 254 dibanding dengan jumlah penduduk pada saat ini 963,690dikalikan 100,000 maka dari target 15,2 dapat tercapai/terealisasi sebesar26,35 dalam prosentase kira-kira sebesar 171% yang mana rasio doktertersebut termasuk dokter dokter spesialis.
92. Rasio Dokter GigiPada indikator jumlah dokter Gigi yang ada diwilayah Kabupaten BoyolaliSejumlah 41 dibanding dengan jumlah penduduk pada saat ini 963,690dikalikan 100,000 maka dari target 4,5 dapat tercapai/terealisasi sebesar4,2 dalam prosentase kira-kira sebesar 93,3%
93. Rasio PerawatPada indikator jumlah Perawat yang ada diwilayah Kabupaten BoyolaliSejumlah 770 dibanding dengan jumlah penduduk pada saat ini 963,690dikalikan 100,000 maka dari target 90,7 dapat tercapai/terealisasi sebesar79,02 dalam prosentase kira-kira sebesar 87,1%
94. Rasio BidanPada indikator jumlah Bidan yang ada diwilayah Kabupaten BoyolaliSejumlah 480 dibanding dengan jumlah penduduk pada saat ini 963,690dikalikan 100,000 maka dari target 56,7 dapat tercapai/terealisasi sebesar49,26 dalam prosentase kira-kira sebesar 87,1%
Kendala yang ada dalam penghitungan rasio tenaga kesehatanmasih ada yang belum sesuai target capaian dikarenakan dalampelaporan/data masih ada yang kuarang valid
Untuk pemecahan dalam hal ini maka perlu kerja sama dankomunikasi yang lebih baik lagi antara dinas dan faskes juga para
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
73
Nakes yang memberikan pelayanan kesehatan dilingkungan dinaskesehatan kabupaten boyolali
Dan untuk kesimpulan dari semua kegiatan-kegiatantersebut ,Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan menjalankan kegiatansesuai Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolalidan untuk capaian yang belum sesuai akan diadakan pendataanyang lebih intensif.
Indikator diatas, dilaksanakan dengan program Pengembangan sumberdaya kesehatan, dengan 1 kegiatan yaitu peningkatan kapasitas dankualitas dokter dan tenaga kesehatan.
Tabel 3.4.1 Realiasasi Anggaran Peningkatan Kapasitas Dan Kualitas Dokterdan Tenaga Kesehatan
Tabel 3.5 Sasaran 5No
Indikator kinerja Satuan
Tahun 2017
Tar
get
Rea
lisa
si Cap
aia
n
1 Prosentase Puskesmasmelaksanakan Simpusterintegrasi
% 20 20,6 100
CAPAIAN 100
Sasaran ini dilaksanakan dengan 1 (satu) program yaitu ProgramManajemen informasi dan regulasi kesehatan, dengan 1 (satu) kegiatanPengembangan data dan informasi kesehatan dengan 1 indikator,
Informasi realisasi kinerja yang meliputi indikator kinerja yang secararinci sebagaimana tabel diatas, sedangkan capaian kinerja rata-rata 100%sehingga tingkat keberhasilan kategori baik
95. Prosentase puskesmas melaksanakan simpus terintegrasia. Keberhasilan capaian indicator ini disebabkan karena adanya dukungan
pihak ketiga dalam melaksanakan Simpus yang terintegrasi secara
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Pengembangansumber dayakesehatan
Peningkatan Kapasitas danKualitas Dokter dan TenagaKesehatan
50,000,000 34,366,750
5. Sasaran 5 Melaksanakan pelayanan publik yang lebih bermutudengan berbasis teknologi informasi
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
74
online, yaitu sebanyak 6 Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas MusukI, Boyolali I, Banyudono I, Banyudono 2, Mojosongo dan Ampel 1,Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya adalah belum semuaPuskesmas menganggarkan untuk upgrade program,Upaya yang ditempuh yaitu pada tahun 2018 mengingatkan kepadaseluruh Puskesmas untuk menyiapkan anggaran upgrade programsimpus tersebut.
b. Analisis penggunaan sumber dayaDalam pelaksanaan upgrade oleh pihak ketiga serta dilaksanakanpendampingan langsung di tingkat puskesmas, sehingga terdapat efisiendalam penggunaan sumber daya manusia,
c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilanIndikator ini dilaksanakan dengan Program Manajemen Informasi danRegulasi Kesehatan, dengan kegiatan Pengembangan Data danInformasi Kesehatan, dengan jumlah anggaran total sebesar Rp,499,500,000, serta terealisasi Rp, 455,486,060Untuk pencapaian target ini, anggaran di Dinas Kesehatan digunakanuntuk pembelian komputer dan server, yang bersumber dari DAK denganbesaran anggaran Rp, 315,000,000 dengan realisasi Rp, 282,057,100proses pengadaan melalui e Katalog, Sedangkan anggaran jugadigunakan untuk Penyusunan Buku Profil Kesehatan tahun 2017,
Indikator diatas, dilaksanakan dengan Program Manajemen informasi danregulasi kesehatan dengan kegiatan yaitu Pengembangan Data danInformasi Kesehatan,
Tabel 3.5.1 Realiasasi Anggaran Pengembangan data dan informasikesehatan
Program Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Manajemeninformasi danregulasikesehatan
Pengembangan data daninformasi kesehatan
499,500,000 455,486,060
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
75
3.2. AKUNTABILITAS KEUANGANAkuntabilitas keuangan menggambarkan besarnya alokasi dan realisasi
anggaran yang digunakan untuk mencapai target kinerja Dinas Kesehatan,Berikut akuntabilitas keuangan Dinas Kesehatan tahun 2017:
Tabel 3,10Akuntabilitas Keuangan
SASARAN PROGRAM KEGIATAN ANGGARAN REALISASI %Melaksanakanprogrampromotif,preventif,kuratif danrehabilitatifpada semuakontinumsikluskehidupan(life cycle)
A Peningkatan pelayanankesehatan keluarga
1 Peningkatan PelayananKesehatan Ibu DanBayi
172,766,000 169,893,397 98,34
2 Peningkatan PelayananPersalinan (Jampersal)
2,060,189,000 1,656,865,751 80,42
3 Peningkatan PelayananKesehatan Balita, AnakSekolah Dan Remaja
4,200,000 4,200,000 100,00
4 Pelayanan KesehatanLansia
4,800,000 4,800,000 100,00
5 Peningkatan PelayananGizi Masyarakat
69,674,000 66,358,360 95,24
B Pencegahan danpenanggulanganpenyakit
6 Pencegahan danpenanggulanganpenyakit menularlangsung
24,780,000 24,633,250 99,41
7 Pencegahan danpenanggulanganpenyakit tular vektor danzoonotik
33,240,000 30,291,695 91,13
8 Pencegahan danpenanggulanganpenyakit tidak menulartermasuk gangguan jiwa
26,910,000 23,950,000 89,00
9 Surveillanceepidemiologi danpenaggulangan KLB
51,545,000 41,899,250 81,29
10 Peningkatan imunisasidan vaksinasi
43,858,500 37,967,200 86,57
C Upaya KesehatanMasyarakat
11 Penyediaan BantuanOperasional Kesehatan(BOK)
12,885,631,000 8,688,661,034 67
12 Penyediaan BiayaOperasioal danPemeliharaan (JasaPelayanan ) Labkesda
114,000,000 113,201,393 99,30
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
76
SASARAN PROGRAM KEGIATAN ANGGARAN REALISASI %D Pengawasan dan
pengendaliankesehatan makanan
13 Pengawasan danpengendalian keamanandan kesehatan makananhasil produksi rumahtangga
22,300,000 12,916,435 57,92
Melaksanakanpelayanankesehatanyangberorientaswipadapeningkatanmutupelayanandankeselamatanpasien
E program pengadaan,peningkatan danperbaikan sarana danprasaranapuskesmas/puskesmaspembantu danjaringannya
14 Pembangunanpuskesmas
5,426,067,000 4,629,533,825 85,32
15 pengadaan pusling 280,463,000 273,097,500 97,37
F Peningkatan KualitasPelayanan Kesehatanpada BLUD
16 Pelayanan danPendukung PelayananKesehatan
45,119,415,000 38,423,860,554 85,16
G Obat dan PerbekalanKesehatan
17 Pengadaaan Obat danPerbekalan Kesehatan
8,452,298,000 8,314,800,160 98,37
18 Peningkatanpemerataan obat danperbekalan kesehatan
278,489,000 153,587,659 55,15
19 Pengadaan alatkesehatan
175,578,000 165,828,450 94,45
20 Pembinaan danpengawasan bidangkefarmasian
30,000,000 13,870,490 46,23
H PeningkatanPelayanan Kesehatan
21 peningkatan pelayanankesehatan dasar
66,000,000 48,987,000 74,22
22 Akreditasi fasilitaspelayanan kesehatandasar
1,598,350,000 1,131,640,555 70,80
23 Peningkatan pelayanankesehatan rujukan
26,288,500 25,198,670 95,85
24 Peningkatan sistempenanggulangan gawatdarurat terpadu
246,261,500 236,510,452 96,04
I Pembiayaan kesehatanmasyarakat
25 penyediaan pembiayaanjaminan kesehatanmasyarakat
7,850,000,000 7,030,906,869 89,57
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
77
SASARAN PROGRAM KEGIATAN ANGGARAN REALISASI %meningkatkanperan sertamasyarakatdan sektorswasta dalampembangunankesehatan
J Promosi kesehatandan pemberdayaanmasyarakat
26 Penyuluhan MasyarakatPola Hidup Sehat
470,106,500 445,231,798 94,71
27 Pengembangan mediapromosi dan informasisadar hidup sehat
70,246,000 66,255,870 94,32
K PengembanganLingkungan Sehat
28 Pengembangan DesaSTBM
77,436,000 63,680,340 82,24
29 Penyediaan /Pengawasan Sarana AirBersih, Jamban, danSPAL
1,013,308,000 1,005,897,975 99,27
meningkatkankualitas dankuantitassumber dayamanusiakesehatanyang berdayasaing
L Pengembangansumber dayakesehatan
30 peningkatan kapasitasdan kualitas dokter dantenaga kesehatan
50,000,000 34,366,750 68,73
Melaksanakanpelayananpublik yanglebih bermutudenganberbasisteknologiinformasi
M Program pelayananadministrasiperkantoran
31 Penyediaan jasa surat menyurat
44,000,000 42,635,000 96,90
32 Penyediaan jasakomunikasi, sumberdaya air dan listrik
203,712,000 179,217,612 87,98
33 Penyediaan jasapemeliharaan danperizinan kendaraandinas/operasional
176,690,000 115,931,323 65,61
34 Penyediaan jasakebersihan kantor
64,299,000 48,706,350 75,75
35 Penyediaan jasaperbaikan peralatankerja
35,000,000 34,840,500 99,54
36 Penyediaan alat tuliskantor
26,000,000 24,111,175 92,74
37 Penyediaan barangcetakan danpenggandaan
25,000,000 25,000,000 100,00
38 Penyediaan komponeninstalasilistrik/peneranganbangunan kantor
6,900,000 5,081,000 73,64
39 Penyediaan peralatandan perlengkapan kantor
1,028,228,000 1,013,410,800 98,56
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
78
SASARAN PROGRAM KEGIATAN ANGGARAN REALISASI %40 Penyediaan bahan
bacaan dan peraturanperundang-undangan
3,000,000 2,999,000 99,97
41 Penyediaan makanandan minuman
149,098,000 131,476,541 88,18
42 Rapat-rapat koordinasidan konsultasi ke luardaerah
151,650,000 149,743,272 98,74
43 Penyediaan JasaAdministrasiPerkantoran (PTT)
237,930,000 223,098,000 93,77
N Program peningkatansarana prasaranaaparatur
44 Pemeliharaanrutin/berkala gedungkantor
451,149,000 433,067,825 95,99
O Program peningkatankapasitas sumber dayaaparatur
45 Sosialisasi peraturanperundang-undangan
119,500,000 98,125,000 82,11
46 Bimbingan teknisimplementasi peraturanperundang-undangan
100,000,000 98,530,450 98,53
47 Seleksi Pegawai BLUD 57,170,000 50,184,475 87,78
P Program peningkatanpengembangan sistempelaporan capaiankinerja dan keuangan
48 Penyusunan laporancapaian kinerja danikhtisar realisasi kinerjaSKPD
71,150,000,00 53,523,101 75,23
49 Penyusunan pelaporankeuangan akhir tahun
10,600,000,00 10,400,000 98,11
R Manajemen informasidan regulasi kesehatan
50 Pengembangan datadan informasi kesehatan
499,500,000 455,486,060 91,19
TOTAL ANGGARAN 90,204,776,000 76,134,460,166 84,4
Sumber Data : Analisis Laporan Realisasi Anggaran dan Capain Fisik Belanja LangsungDinas Kesehatan Bulan Desember 2017
Pelaksanaan program/kegiatan dalam rangka mencapai target kinerjatahun 2017 menggunakan anggaran (biaya) yang lebih besar dibanding tahun2016, hal ini juga diikuti dengan perkembangan dan kebijakan dari Instansivertikal Kementrian Kesehatan, dimana ada progam atau kegiatan yang bersifaturgen dan mendesak untuk dilaksanakan sesuai dengan aturan perundanganyang ditetapkan ataupun untuk perbaikan pelayanan masyarakat, selain ituanggaran APBN untuk alokasi DAK Fisik dan Nonfisik meningkat,
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
79
3.3. INDIKATOR LAIN YANG DILAKSANAKAN1. Cakupan PIS-PK pada Puskesmas lokus
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga bermanfaat untukmengetahui permasalahan kesehatan di tingkat keluarga, Kegiatan inidilakukan dengan kunjungan keluarga di 5 Puskesmas lokus yang telahdilakukan pelatihan PIS-PK (Puskesmas Karanggede, Puskesmas Andong,Puskesmas Ampel I, Puskesmas Nogosari, Puskesmas Wonosegoro I),Target indikator Tahun 2017 sebesar 30 % dari jumlah KK lokus sebanyak(79,166 KK), terealisasi sebesar 22,2, %, indikator ini belum dapat tercapaiatau capaian 74 %, dimana sasaran keluarga sejumlah 23,749 KK, baru bisadilakukan kunjungan keluarga 17,577 KK, Hambatan permasalahan yangdihadapi oleh Puskesmas lokus dalam pelaksanaan Program IndonesiaSehat dengan Pendekatan Keluarga yaitu anggaran baru tersedia dianggaran perubahan, dan belum semua Puskesmas menjadi Puskesmaslokus,Pada Tahun 2017 indikator ini dilaksanakan di 5 Puskesmas lokus dengankegiatan kunjungan keluarga dan dilakukan intervensi awal, yang selanjutnyadata tersebut akan dipakai sabagai salah satu bahan perencanaan tingkatPuskesmas, Sedangkan untuk Puskesmas non lokus dilakukan orientasiProgram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dan melakukankegiatan semaksimal mungkin di anggaran perubahan dan melakukanperencanaan anggaran di tahun 2018,
2. Jumlah Puskesmas yang diberikan rekomendasi perijinanTarget indikator Tahun 2017 sebesar 11 Puskesmas terealisasi sebesar 9Puskesmas indikator ini tidak dapat tercapai atau capaian 81,82 %,Hambatan permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya responPuskesmas dalam menyelesaikan berkas yang masih kurang dan kurangnyakepedulian Kepala Puskesmas terhadap pentingnya ijin operasionalPuskesmas,Pada Tahun 2017 indikator ini Puskesmas yang mengajukan permohonanrekomendasi ijin operasional 11 Puskesmas, namun yang 3 Puskesmas tidakmenindaklanjuti hasil verifikasi dokumen yang diajukan maupun rekomendasitinjauan lapangan, Dengan berjalannya waktu kalau tidak segeraditindaklanjuti mengakibatkan dokumen Surat Ijin Praktik Tenaga Kesehatanlama kelamaan akan habis masa berlakunya, sehingga akan berpengaruhterhadap ketidaklengkapan dokumen administrasi, Untuk mengatasi haltersebut perlu dilakukan dilaksanakan pembinaan ke Puskesmas,
3. Rekomendasi izin klinik pratamaIndikator ini merupakan indikator output berupa pemberian rekomendasi izinmendirikan dan izin operasional klinik pratama, Dari sebanyak 4 rekomendasiizin klinik yang diajukan, semuanya dapat dikeluarkan rekomendasi izin baikrekomendasi izin mendirikan maupun izin operasional, Hambatanpermasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalahkurangnya respon cepat terhadap kekurangan berkas yang diajukan danmasih terdapat klinik yang belum mengajukan rekomendasi ijin operasional,
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
80
Solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi bagi klinik yangada di Boyolali dan kemudian dilakukan sosialisasi persyaratanpenyelenggaraan klinik dan pentingnya setiap tenaga kesehatan harusmemiliki STR dan SIP,
4. Jumlah Puskesmas PONED di Kabupaten BoyolaliIndikator ini dilaksanakan kunjungan lapangan dengan melakukanstandarisasi Puskesmas terhadap standar Puskesmas PONED, Dari dataPuskesmes PONED yang sudah ada di tahun sebelumnya sebanyak 7Puskesmas, kemudian setelah dilakukan standarisasi tinggal 6 Puskesmasyang memenuhi standar Puskesmas PONED yang meliputi Puskesmas Selo,Musuk 2, Ampel 1, Ngemplak, Karanggede, dan Cepogo, Hal tersebut terjadikarena keberadaan Tim PONED yang sudah tidak lengkap dikarenakanpindah tugas, Untuk Puskesmas PONED Tahun 2017 sudah diputuskandengan Surat Keputusan Bupati Boyolali Nomor 440/522 Tahun 2017 tentangPenetapan Pusat Kesehatan Masyarakat Pelaksana Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar Di Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2017.
Laporan Kinerja Instansi PemerintahDinas Kesehatan Tahun 2017
BAB IVPENUTUP
4.1 SIMPULANBerdasarkan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja
diperoleh simpulan sebagai berikut :
a. Capaian KinerjaDari 5 (lima) sasaran dengan 97 (sembilan puluh tujuh ) indikator kinerja (termasukdidalamnya 12 Indikator SPM sesuai Permenkes 43 Tahun 2016) yang telahditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, menunjukkan tingkatkeberhasilan capaian kinerja sebagai berikut :
1) Capaian lebih dari 100 % (sangat Baik) : 47 (empat puluh tujuh) indikator(48,4%)
2) Capaian 76% sampai 100% (Baik) : 44 (empat puluh empat) indikator(45,3%)
3) Capaian 56% sampai 75 % (Cukup) : 5 (lima) indikator (5,1 %)
4) Capaian kurang dari 55 % (Kurang) : 1 (satu) indikator (1,0%)
Secara keseluruhan rata-rata capaian kinerja 122,1% (kategori sangat baik) danmengalami peningkatan dibanding capaian kinerja tahun 2016 yang sebesar 99.47%.
Pada tahun 2017 anggaran (belanja langsung) Dinas Kesehatan KabupatenBoyolali sebesar Rp. 90,204,776,000,- (Sembilan puluh milyar dua ratus empat jutatujuh ratus tujuh puluh enam ribu rupiah), termasuk in out untuk UPT Labkesda danBLUD Puskesmas, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 76,134,460,166 (tujuhpuluh enam milyar, seratus tiga puluh empat juta empat ratus enam puluh ribu,seratus enam puluh enam rupiah) atau sebesar 84.4%.
Jika dibandingkan dengan tahun 2016, secara keseluruhan anggaran belanjalangsung sebesar Rp. 97.925.253.000,- dengan realisasi sebesar Rp.88.627.650.765,- atau 90,51%.
Sehingga jumlah anggaran tahun 2017 dan penyerapannya lebih kecil biladibandingkan dengan tahun anggaran 2016.
b. Kendala dan PermasalahanSecara umum pelaksanaan tugas pokok Dinas Kesehatan melaksanakan
urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan otonomi dan tugas pembantuan di bidangkesehatan telah dapat berjalan cukup baik. Namun ada beberapa kendala/permasalahan yang mempengaruhi pencapaian target kinerja antara lain :
1) Belum semua sebagian RKA/DPA belum dilengkapi dengan indikator dan targetkinerja yang tepat, sehingga pengukuran realisasi kinerja dan penyusunan laporanrelatif sulit.
2) Anggaran DAK khususnya Nonfisik (BOK) mengalami keterlambatan dalamrealisasi penyalurannya (bulan Juli 2017), sehingga serapan anggaran DAK nonfisik (BOK) tidak maksimal.