Download - Laporan Kimia Lingkungan Warna
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
WARNA SECARA SPEKTROFOTOMETRI
Disusun oleh : Kelompok 6
Ghanis Mahdiana I. A. / 1206261604
Gita Lestari Putri / 1206217004
Irene Almakusuma Lucas / 1206216903
PJ Praktikum : Irene Almakusuma LucasAsisten Praktikum : Gilang Panatama AzizTanggal Praktikum : 7 November 2013Tanggal Disetujui :Nilai :Paraf Asisten :
LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2013
1. Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi warna dalam air
secara spektrofotometer.
2. Teori Dasar
2.1. Definisi
Warna dalam air adalah indikator kandungan organik, meliputi
humat, asam fulfat, adanya ion metalik dalam alam seperti besi dan
mangan, serta kekeruhan. Warna pada air dapat disebabkan oleh
materi tersuspensi dan materi organik terlarut. Warna yang
disebabkan oleh materi tersuspensi adalah warna semu (apparent
color) dan warna yang disebabkan oleh material organik dalam
bentuk koloid disebut warna sejati (true color). Warna semu dalam air
diukur pada larutan sampel yang tidak mengalami penyaringan, dan
warna sejati diukur pada larutan sampel yang mengalami penyaringan
(0.45 ). Adanya warna dalm air dinyatakan dalam satuan color unit
(c.u.) warna dinyatakan dalam range nilai 1- 500 c.u.
Warna-warna lainnya di dalam air, seperti warna merah dan biru,
tidak dapat dinyatakan dengan nilai numerik. Warna-warna tersebut
dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitasnya dan kepekatannya,
contoh : biru muda, aqua, dan merah muda).
2.2. Klasifikasi Standar Baku Mutu Warna
Berdasarkan standar yang didtetapkan WHO dan U.S. EPA, air
yang dikonsumsi manusia tidak boleh melebihi 15 color units (TCU).
Standar baku mutu tersebut juga digunakan di Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Pernmenkes nomor 492 tahun 2010.
Standar baku mutu warna tersebut ditetapkan berdasarkan aspek
estetika dan kesehatan. Ketika suatu sumber air publik tidak dapat
diterima secara estetika oleh masyarakat, masyarakat cenderung akan
mengkonsumsi sumber air lain seperti mata air yang tidak terkontrol
dan sumur resapan pribadi yang menjadi sumber organisme
pathogen.
2.3. Metode Pengukuran
2.3.1. Metode Larutan Standar
Air yang mengandung warna alami umunya berwarna
kuning kecoklatan. Larutan potassium kloroplatina (K2PtCl6)
mengandung sejumlah kecil kobalt klorida dan menghasilkan
warna kuning kecoklatan sepeti warna alami air. Kepekatan
warna dapat divariasikan dengan menambah atau mengurangi
jumlah kandungan kobalt klorida.
Warna yang dihasilkan oleh kandungan 1 mg/L platina
dalam K2PtCl6 dinyatakan sebagai unit standar warna.
Prosedur yang dilakukan dalam metode ini umumnya adalah
menyiapkan larutan induk K2PtCl6 yang mengandung 500
mg/L platina. Deret warna selanjutnya dapat diperoleh dari
pengenceran larutan tersebut. Tabung perbandingan warna
yang disebut tabung Nessler tersebut kemudian diurutkan
berdasarkan kepekatannya. Tabung Nessler tersebut
umumnya merupakan standar pengukuran warna.
Sampel dengan konsentrasi warna dibawah 70 unit diuji
dengan perbandingan langsung dengan standar yang telah
dipersiapkan. Sementara untuk sampel dengan konsentrasi
warna lebih dari 70 unit, dilakukan pengenceran dengan air
suling untuk menghasilkan warna yang berada dalam rentang
standar. Perhitungan warna dilakukan menggunakan faktor
koreksi dari pengenceran yang dilakukan.
2.3.2. Metode Spektrofotometrik
Metode ini umunya digunakan pada air yang memliki kadar
warna tinggi seperti limbah industri. Metode
spektrofotometrik standar dibagi menjadi tiga. Pertama,
metode spektrofotometrik yang menggunakan
spektrofotormeter dengan rentang panjang gelombang 400
sampai 700 nm dan pengumpulan nilai tansmisif dalam
sampel pada panjang gelombang yang berbeda.
Sementara dua prosedur lainnya, mengunakan filter
fotometer dan tiga filter warna yang berbeda untuk
mendapatkan karakteristik yang mirip dengan pendekatan
spektrofotometer.
2.4. Alasan Warna Menjadi Parameter Air
Warna dalam air minum harus dihilangkan dengan alasan estetika.
Warna dalam air minum akan memberi dampak pada masyarakat
yang mengkonsumsi air bersih tersebut. Masyarakat akan
mengkonsumsi air dari sumber lain, jika air publik yang ada tidak
dapat diterima secara estetika, meskipun air tersebut mungkin aman
untuk dikonsumsi dari segi kebersihan dan kesehatan.
2.5. Aplikasi Data Warna
Warna merupakan indikator senyawa organik yang terkandung
dalam air. Senyawa organik dalam air dapat membentuk
trihalometana. Selain itu warna alami dalam air adalah indikator tidak
langsung mengenai potensi pembentukan trihalometana dan DPB
dalam proses disinfeksi klorin serta desinfektan lainnya. Selain itu
data warna juga dapat digunakan untuk menentukan jenis pengolahan
air. Data warna juga dapat digunakan untuk merancang bagunan serta
sistem pengolahan air bersih dan air limbah. Data warna digunakan
untuk pemilihan mesin pembenihan kimiawi dan perancangan ruang
penyimpanan. Pengukuran data warna pada air baku dan air hasil
akhir proses menunjukkan dosis yang diperlukan pada penambahana
bahan kimia, dan untuk memastikan efektivitas proses dari segi
ekonomi.
2.6. Water Treatment
Warna dalam air dihilangkan dengan alasan sebagai berikut :
Adanya warna dalam air membuat warna tidak diminati dari
segi estetika
Adanya warna dalam air umumnya dihubungat dengan
kandungan asam humat atau asam fulvat yang membutuhkan
banyak klorida dan membentuk organik halogen
Metode yang digunakan untuk menhilangkan warna pada air antara
lain:
Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel
koloid. Prose koagulasi pada terjadi karena tidak stabilnya
sistem koloid. Sistem koloid disebut stabil (koloid stabil) jika
sistem koloid bermuatan negatif dan positif. Jika sistem koloid
dinetralkan muatannya maka sistem koloid tersebut tidak
stabil sehingga terkoagulasi (menggumpal). Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,
pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.
Penyaringan langsung dalam bangunan pengolahan air
Oksidasi ozon
Ozon adalah oksidator yang efisien untuk banyak penyebab
warna dalam air.
3. Alat dan bahan
3.1 Bahan
a. air suling
b. sampel larutan berwarna merah
c. sampel larutan berwarna jingga
d. sampel larutan berwarna kuning
e. sampel larutan berwarna hijau
f. sampel larutan berwarna biru
g. sampel larutan berwarna nila
h. sampel larutan berwarna ungu
i. susu
j. kopi
k. air cucian beras
3.2 Peralatan
1. beaker glass 50 mL
2. gelas ukur 100 mL
3. kuvet
4. spektrofotometer
4. Cara kerja
Sampel larutan yang akan diuji diencerkan sesuai dengan faktor pengencer yang telah ditentukan
5. Pengolahan Data
Yang termasuk warna semu antara lain : ungu, nila, biru, hijau
Yang termasuk warna sejati antara lain : kuning, jingga, merah
warna Pt.C
o
Absorbansi Faktor
pengencer
warna semu/
sejati
merah 127 0.085 1000 Warna sejati
jingga 254 0.169 1000 Warna sejati
kuning 321 0.214 1000 Warna sejati
hijau 348 0.232 200 Warna sejati
Biru 94 0.063 10 Warna semu
Nila 350 0.233 500 Warna semu
Ungu 487 0.324 200 Warna semu
Yang termasuk warna semu antara lain : air cucian beras dan kopi
Yang termasuk warna sejati adalah susu
Jenis larutan Pt.Co Absorbansi Faktor pengencer warna semu/ sejati
susu 230 0.153 1000 Warna sejati
kopi 109 0.072 1000 Warna semu
Sampel larutan yang telah diencerkan kemudian dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur menggunakan spektrofotometer
Air cucian beras 2 0.001 200 Warna semu
0 100 200 300 400 500 6000
0.050.1
0.150.2
0.250.3
0.35
f(x) = 0.000664326540755467 x + 0.000567017537631359R² = 0.999995809338693
Hubungan PtCo dan Absorbansi
Hubungan PtCo dan AbsorbansiLinear (Hubungan PtCo dan Absorbansi)
PtCo
Abso
rban
si
Mencari kadar warna teori
Y = 0.0007x + 0.0006
Larutan sampel merah
0.085 = 0.0007x + 0.0006
X = 121
Larutan sampel jingga
0.169 = 0.0007x + 0.0006
X = 241
Larutan sampel kuning
0.214 = 0.0007x + 0.0006
X = 305
Larutan sampel hijau
0.232 = 0.0007x + 0.0006
X = 331
Larutan sampel biru
0.063 = 0.0007x + 0.0006
X = 89
Larutan sampel nila
0.233 = 0.0007x + 0.0006
X = 332
Larutan sampel ungu
0.324 = 0.0007x + 0.0006
X = 462
Mencari kesalahan relatif
Kesalahan relatif larutan sampel merah
Kesalahan relatif larutan sampel jingga
Kesalahan relatif larutan sampel kuning
Kesalahan relatif larutan sampel hijau
Kesalahan relatif larutan sampel biru
Kesalahan relatif larutan sampel nila
Kesalahan relatif larutan sampel ungu
6. Analisa dan Pembahasan
6.1. Analisa Percobaan
Percobaan yang berjudul warna secara spektrofotometri ini
dilakukan untuk menentukan konsentrasi warna dalam air secara
spektrofotometer. Peralatan yang digunakan pada percobaan ini
adalah gelas ukur yang digunakan untuk mengukur volume total
pengenceran, kuvet yang digunakan pada saat pengukuran dengan
spektrofotometer, dan spektrofotometer yang berfungsi untuk
mengukur konsentrasi warna dalam larutan sampel (dalam PtCo) dana
absorbansi larutan sampel.
Bahan yang digunakan adalah air suling yang digunakan
untuk pengenceran dan larutan sampel dengan variasi warna dan
jenis, yaitu sampel larutan berwarna merah, sampel larutan berwarna
jingga, sampel larutan berwarna kuning, sampel larutan berwarna
hijau, sampel larutan berwarna biru, sampel larutan berwarna nila,
sampel larutan berwarna ungu, susu, kopi, dan air cucian beras.
Pada percobaan ini dilakukan beberapa langkah percobaan untuk
mendapatkan data yang diinginkan. Langkah pertama yang dilakukan
adalah mengencerkan larutan sampel dengan air suling berdasarkan
faktor pengencer yang telah ditetapkan di dalam gelas ukur.
Pengenceran yang dilakukan bertujuan untuk menghindari terjadinya
konsentrasi warna yang sangat pekat dan nilai absorbansi yang sangat
tinggi. Konsentrasi warna yang terlalu pekat dan data absorbansi yang
tinggi mengakibatkan hasil pengukuran yang terlalu tinggi pada
spektrofotometer sehingga tidak sesuai lagi pada rentang kemampuan
pengukuran spektrofotometer yang digunakan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan kesalahan fotometrik. Kemudian larutan sampel yang
telah diencerkan dimasukkan ke dalam kuvet untuk kemudian diukur
dalam spektrofotmeter. Sebelum dimasukkan ke dalam
spektrofotometer, kuvet harus dibersihkan terlebih dahulu agar
pengukuran oleh spektrofotometer lebih akurat. Pada percobaan ini
didapatkan dua nilai yaitu konsetrasi warna dalam sampel (Pt.Co) dan
absorbansi pada masing-masing larutan sampel.
Selain melakukan langkah percobaan, dilakukan juga penentuan
jenis sampel larutan, apakah merupakan warna sejati (true color) atau
warna semu (apparent color). Larutan dengan warna sejati cenderung
homogen dan tidak memiliki endapan. Juga larutan dengan warna
sejati biasanya ketika diukur dengan spektrofotometer menunjukkan
nilai PtCo dan absorbansi yang cukup tinggi, meskipun faktor
pengencer yang digunakan cukup besar. Sementara itu, larutan
dengan warna semu terlihat memiliki endapan di dasar wadah. Selain
itu, meskipun telah diencerkan dengan faktor pengencer yang kecil,
nilai pengukuran PtCo dan absorbansi hasil pengukuran
spektrofotometer meunjukkan nilai yang rendah jika dibandingkan
dengan larutan dengan warna sejati. Karena adanya endapan pada
larutan dengan warna semu, sebelum melakukan pengukuran dengan
spektrofotometer larutan harus diaduk terlebih dahulu agar endapan
yang terjadi pada dasar gelas ukur kembali larut dalam larutan
sampel. Adanya pengadukan sangat berpengaruh terhadap
pengukuran dengan spektrofotometer, karena larutan dengan warna
semu warnanya berasal dari zat terlarut. Apabila zat terlarut tersebut
mengendap saat dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer, hasil
pengukuran yang ada tidak mewakilkan keadaan sampel larutan yang
sebenarnya dan dapat mengakibatkan kesalahan pada pengambilan
data.
6.2. Analisa Hasil dan Grafik
Dari percobaan warna secara spektrofotometri ini, praktikan
mendapatkan data berupa konsetrasi warna dalam air (PtCo) dan
absorbansi pada tiap-tiap larutan. Dari pengolahan data dapat terlihat
hubungan antara konsentrasi warna dalam air sampel dan absorbansi.
Semakin tinggi nilai konsentrasi warna dalam air, semakin tinggi pula
nilai absorbansi, begitu pula sebaliknya.
6.3. Analisa Kesalahan
Dari pengolahan data yang didapatkan dari percobaan, dapat
diketahui kesalahan relatifnya menggunakan persamaan:
Kesalahan relatif dapat timbul karena beberapa faktor, antara lain:
Kesalahan umum
Kesalahan ini sebagian besar adalah kesalahan yang
disebabkan oleh human error. Diantaranya adalah
pembacaan alat ukur dan penyetelan alat yang tidak tepat,
misalnya saat membaca pipet ukur, tidak mengelap kuvet
sebelum dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer,
tidak melakukan pengadukan pada larutan sampel yang
merupakan larutan dengan warna semu serta pencatatan
yang berbeda dari pembacaan angka pada alat ukur.
Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematis yang terjadi meliputi
kesalahan kalibrasi dan kesalahan paralaks. Kesalahan
paralaks adalah kesalahan baca karena posisi mata tidak
tegak lurus terhadap objek yang diamati. Kesalahan ini
dapat terjadi saat membaca pipet ukur dan pipet volume.
Semetara kesalahan kalibrasi yang mungkin terjadi adalah
saat mengkalibrasi spektrofotometer dengan air suling
sebelum mengukur larutan sampel lainnya.
7. Kesimpulan
Warna dalam air dapat dibedakan menjadi dua yaitu warna semu
(apparent color) dan warna sejati (true color). Warna semu umumnya
disebabkan oleh adanya material terlarut. Sementara warna sejati pada air
disebabkan oleh partikel koloidal yang terdapat dalam air. Perbedaan
warna semu dan sejati data terlihat dari ada atau tidaknya endapan dalam
larutan sampel dan konsentrasi warna yang didapat dari pengukuran
dengan spektrofotometer. Hasil pengukuran konsentrasi warna yang kecil
pada spektrofotometer menunjukkan warna yang terjadi pada larutan
sampel disebabkan oleh material terlarut.
8. Referensi
Crittenden, John C., R. Rhodes Trussell, David W. Hand, Kerry J. Howe,
George Tchobanoglous. Water Treatment: Principles and Design third
edition. 2012. New Jersey: John Wiley & Sons.
Rakness, Kerwin L. Ozone in Drinking Water Treatment: Process Design,
Operation, and Optimization. 2005. USA: American Water Works
Association.
Ritter, Joseph A. Principles and Practices of Water Supply Operations:
Water Quality. 2003. USA: American Water Works Association.
Sawyer, Clair, Perry McCarty, Gene Parkin. Chemistry for Environmental
Engineering and Science fifth edition. 2003.
Permenkes No. 492 tahun 2010
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wp-content/
uploads/2010/11/pi-w1-aprian-eka-rahadi-15305088.pdf
(12 Oktober 2013 06.00)
http://jms.fmipa.itb.ac.id/jms/article/viewFile/340/409 (13 Oktober 2013
20.00)
9. Lampiran
Salam laporan ini dilampirkan bagan praktikum percobaan warna
dengan spektrofotometri, mind map warna, lembar data
pengamatan dan lampiran Permenkes Nomor 492 tahun 2010.