Download - Laporan Karbohidrat Fix
I. PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Karbohidrat
B. Tujuan Praktikum
Mengenali beberapa sifat monosakarida, disakarida dan polisakarida.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat berasal dari kata ‘karbo’ yang berasosiasi dengan kata karbon,
yaitu suatu elemen dengan simbol ’C’ dan ’hidrat’ yang berasosiasi dengan kata
hidro yang berarti air. Karbohidrat berarti karbon dengan molekul air. Rumus
kimia umum dari karbohidrat digambarkan sebagai berikut : Cn(H2O)m dengan ’n’
bisa memiliki nilai yang sama dengan ’m’. Berdasarkan rumus kimia tersebut,
maka karbohidrat didefinisikan sebagai suatu senyawa yang mengandung karbon
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan kedua elemen terakhir (H dan O)
terdapat pada suatu perbandingan sebagaimana dalam air. Definisi tersebut
berlaku untuk sebagian besar persenyawaan dalam kelompok karbohidrat, namun
beberapa karbohidrat mengandung proporsi oksigen yang lebih rendah daripada
yang terdapat pada air atau sebagai karbohidrat turunan yang mengandung
nitrogen (N) sulfur (S) (Subandiyono, 2009).
Menurut Irawan (2007), karbohidrat merupakan salah satu jenis zat gizi
yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Fungsi utama
karbohidrat adalah penghasil energi dalam tubuh. Karbohidrat dikonsumsi
sebanyak 1 gram akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses
oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan dimanfaatkan oleh tubuh
untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung
dan otot serta untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolah raga atau
bekerja. Karbohidrat di dalam tubuh yang telah terkonversi menjadi glukosa tidak
hanya akan berfungsi sebagai sumber energi utama bagi kontraksi otot atau
aktifitas fisik tubuh, namun glukosa juga akan berfungsi sebagai sumber energi
bagi sistem syaraf pusat termasuk juga untuk kerja otak. Selain itu, karbohidrat
yang dikonsumsi juga dapat tersimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk
glikogen di dalam otot dan hati. Glikogen otot merupakan salah satu sumber
energi tubuh saat sedang berolahraga sedangkan glikogen hati dapat berfungsi
untuk membantu menjaga ketersediaan glukosa di dalam sel darah dan sistem
pusat syaraf.
Klasifikasi karbohidrat pada umumnya didasarkan pada kompleksitas
struktur kimia. Berdasarkan kompleksitasnya, karbohidrat dibedakan atas
karbohidrat sederhana yang lebih dikenal sebagai monosakarida, sedangkan
karbohidrat majemuk yang meliputi oligosakarida dan polisakarida, karbohidrat
yang banyak mengandung gugus hidroksil dan mempunyai gugus formil atau
gugus aldehida dikenal sebagai polihidroksi aldehida, sedangkan karbohidrat yang
banyak mengandung gugus hidroksil dan mempunyai gugus karbonil atau gugus
keton dikenal sebagai polihidroksi keton. Selain itu, ada yang mengklasifikasikan
karbohidrat menjadi karbohidrat yang dapat dicerna dan karbohidrat yang tidak
dapat dicerna (Sumardjo, 2008).
Contoh dari karbohidrat sederhana adalah monosakarida seperti glukosa,
fruktosa dan galaktosa atau juga disakarida seperti sukrosa dan laktosa. Jenis-jenis
karbohidrat sederhana ini dapat ditemui dalam produk pangan seperti madu, buah-
buahan dan susu. Contoh dari karbohidrat kompleks adalah pati (starch), glikogen
(simpanan energi di dalam tubuh), selulosa, dan serat (fiber) atau dalam konsumsi
sehari-hari karbohidrat kompleks dapat ditemui terkandung dalam produk pangan
seperti, nasi, kentang, jagung, singkong, ubi, pasta, roti dan lain sebagainya.
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat sederhana yang terdiri atas 1 gugus
cincin. Contoh dari monosakarida yang terdapat dalam sel tubuh manusia adalah
glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa dalam industri pangan lebih dikenal
sebagai dekstrosa atau gula anggur. Glukosa yang ada di alam banyak terkandung
dalam buah-buahan, sayur-sayuran dan juga sirup jagung (Irawan, 2007).
Gambar 1. Glukosa (Nurhayati, 2010)
Glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6. Berdasarkan bentuknya,
molekul glukosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan
L-Glukosa. Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi
gugus hidrogen (-H) dan alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang
berada dalam bentuk molekul D-Glukosa dan L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh
sistem tumbuh-tumbuhan, sedangkan sistem tubuh manusia hanya dapat
memanfaatkan D-Glukosa (Irawan, 2007).
Glukosa terdapat dalam dua bentuk iaitu L-Glukosa (levo glukosa) dan D-
Glukosa (dextrose). Glukosa juga dapat dikelaskan dalam berbagai bentuk
berdasarkan pada bagaian fungsinya. Jika dilihat kepada rantai lurus sesuatu
glukosa, dapat dikelompokkan pada alpha and beta glukosa. ini boleh dilihat
kepada kedudukan kumpulan karbonil di dalam struktur glukosa tersebut. Segi
kimia, D (+) glucose (dextrose) akan dinamakan berdasarkan Sistem International
Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) sebagai (2R, 3S, 4R, 5R)-2, 3, 4,
5, 6 pentahydroxyhexanol. Glukosa mempunyai banyak bentuk dan mempunyai
sebanyak 16 stereoisomer, antara struktur isomer glukosa adalah fruktosa dan
sukrosa. Sifat glukosa antara lain adalah larut dalam air, hal ini disebabkan karena
struktur ini mengandungi kumpulan berfungsi hidroksil (-OH) yang bersifat
hidrofilik menyebabkan ia senang bergabung dengan molekul air. Glukosa juga
bersifat larut dalam etanol tetapi tidak larut dalam pelarut organik seperti eter,
benzena dan kloroform. Salah satu sifat yang paling disenangi dari glukosa adalah
ia mempunyai rasa manis (Zainal, 2009).
Fruktosa dikenal juga sebagai gula buah yang merupakan gula dengan rasa
paling manis. Fruktosa yang berada di alam banyak terkandung dalam madu
(bersama dengan glukosa) dan juga terkandung dalam berbagai macam buah-
buahan. Fruktosa memiliki rumus molekul C6H12O6.
Gambar 2. Fruktosa (Zulfikar, 2010)
Menurut Safrizal (2014), fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan
pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dhidroksi-benzena) dalam asam
klorida. Fruktosa disebut juga sebagai gula buah yang diperoleh dari hidrolisis
sukrosa dan memiliki sifat sebagai berikut :
1. Memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri (-92.4oC)
2. Dapat mereuksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bat
3. Dapat difermentasi
Disakarida merupakan jenis karbohidrat yang banyak dikonsumsi oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Molekul disakarida akan terbentuk dari
gabungan 2 molekul monosakarida. Contoh disakarida yang umum dalam
konsumsi sehari-hari adalah sukrosa yang terbentuk dari gabungan 1 molekul
glukosa dan fruktosa dan juga laktosa yang terbentuk dari gabungan 1 molekul
glukosa dan galaktosa.
Gambar 3. Disakarida (Nurhayati, 2010)
Sukrosa dalam produk pangan hampir 99% terbentuk dari gula pasir atau
gula meja (table sugar) yang biasa digunakan dalam konsumsi sehari-hari,
sedangkan laktosa merupakan karbohidrat yang banyak terdapat dalam susu sapi
dengan konsentrasi 6,8 gr / 100 ml. Sukrosa memiliki rumus molekul C12H22O11.
Gambar 4. Sukrosa (Nurhayati, 2010)
Beberapa sifat pada lakotsa yaitu hidrolisis laktosa menghasilkan molekul glukosa
dan galaktosa, hanya ditemukan pada binatang mamalia dan manusia, dapat
diperoleh dari hasil samping pembuatan keju dan bereaksi positif terhadap
pereaksi fehling, benedict, dan tollens (Safrizal, 2014).
Maltosa merupakan suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul
glukosa. ikatan yang terjadi adalah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon
nomor 4. Oleh sebab itu, maltosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan
dengan demikian masih memiliki sifat mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara
proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim. Maltosa memiliki
sifat mudah larut dalam air dan mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan
dengan laktosa, tetapi kurang manis daripada sukrosa. Maltosa memiliki rumus
molekul C12H22O11.
Gambar 5. Maltosa (Nurhayati, 2010)
Menurut Nurhayati (2010), amilum adalah golongan karbohidrat yang
mengandung lebih dari 10 unit monosakarida yang tergabung. Polisakarida
umumnya berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak
mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Pada bahan
makanan berfungsi sebagai penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, dan
lignin) dan sebagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen, dan fruktan). Beberapa
polisakarida yang penting di antaranya ialah : amilum, glikogen, dektrindan
selulosa.
Gambar 6. Amilum (Nurhayati, 2010)
Menurut Wardhana (2007), fehling terdiri dari campuran CuSO4 + Asam
tartat + Basa. Jika gula tersebut merupakan gula pereduksi (glukosa, galaktosa,
dan lain sebagainya) Cu akan berubah menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Gambar 7. Uji Fehling (Wardhana, 2007)
MenurutSuminar (1990), pengujian karbohidrat sederhana terdiri atas :
1. Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid.
Reagen yang digunakan adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B
(NaOH dan KNatartarat). Larutan mengandung monosakarida
(reaksipositif), maka larutan tersebut akan berubah menjadi merah
bata. Reaksi yang terjadi adalah :
O O
║ ║
- R - + (2CuO) + 2OH-) → R – C – OH + Cu2O + H2O
(Aldehida) + (Larutan Fehling) + (Asam Karboksilat) + (Endapan
Merah Bata) + (Air).
Pemanasan dalam reaksi bertujuan untuk terputusnya ikatan gugus
aldehid sehingga dapat berikatan dengan ion OH-membentuk asam
karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan
hasil sampingan dari reaksi pembentukkan asam karboksilat.
2. Tes Moore bertujuan untuk mengetahui adanya gugus alkali. Uji
Moore menggunakan NaOH (alkali / basa) yang berfungsi sebagai
sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid
dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol)
yang berwarna kekuningan. Reaksi yang terjadi adalah :
O O
║ ║
R – C – H + NaOH → CH3 – CH – CH2 – C – H
│
OH
(Alkil Aldehid) + (Natrium Hidroksida) → (2 - Propanol Aldehid)
Reaksi ini disebut juga sebagai reaksi pendamaran. Pemanasan yang
dilakukan bertujuan untuk memlepaskan ikatan karbon dengan
hydrogen dan menggantikannya dengan gugus OH-. Penambahan
NaOH 10% ke dalam setiap sample mengakibatkan perubahan warna
pada sample. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan kuning
dan lama-kelamaan menjadi merah kecoklatan.
3. Hidrolisa bertujuan untuk mereduksi larutan (proses memecah
molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana). Reaksi
positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah bata.
Pada percobaan, ke lima larutan sampel ditambah dengan larutan
H2SO4 10%. Penambahan larutan berfungsi sebagai oksidator untuk
menghidrolisis larutan menjadi monosakarida. Kemudian dilakukan
pemanasan yang bertujuan untuk memecah senyawa hingga menjadi
ion-ion yang dapat bereaksi dengan ion lain. Larutan NaOH 10%
digunakan untuk menetralkan OH, setelah dilakukan pemanasan,
larutan ditetesi dengan indikator PP dan terakhir diperlakukan seperti
pada percobaan Fehling untuk membuktikan hidrolisa terjadi secara
sempurna atau tidak.
4. Tes Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagen yang
digunakan adalah larutan iodin (I2) yang terlarut dalam potassium
iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodine membentuk rantai
poliiodida. Polisakari daun umumnya membentuk heliks (melingkar),
sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat
berantai pendek seperti disakarida dan monosakarida tidak
membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan
iodin. Reaksi positif ditandai dengan adanya warna biru pada larutan.
Reaksi yang terjadi :
KH (polisakarida) + (Iod) I2 warna spesifik (biru kehitaman).
5. Tes Luff merupakan uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji
adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagen luff adalah
CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada
sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif ditandai dengan adanya
endapan merah. Reaksi yang terjadi adalah :
O O
║ ║
- R - + 2 CuO → R – C – OH + Cu2O
(Aldehida) + (Reagen Luff) + (AsamKarboksilat) + (EndapanMerah
Bata)
Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu2O.Cu2O
kemudian membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat uji
Luff yaitu untuk mengetahui adanya gula pereduksi atau aldosa
(contohnya : sukrosa), yang memiliki gugus aldehid.
6. Tes Molisch merupakan uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh
asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi
positif ditandai dengan munculnya cincin furfural berwarna ungu
dipermukaan antara lapisan asam dan lapisan sample. Sample yang
akan diuji dicampur dengan reagen molisch, yaitu α-nafthol yang
terlarut dalam etanol, setelah pencampuran atau proses homogenisasi,
H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi
agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk
lapisan. Reaksi yang terjadi yaitu :
(D-Glukosa) →(H3O+ + 3H2O)→ (5 - (hidroksimetil) furfural)
H2SO4 pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakari daun
untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan
reagen molisch, hasilnya α-nafthol membentuk cincin yang berwarna
ungu.
Revisi
III. METODE
A. Alat
1. Penjepit Tabung Reaksi
2. Tabung Reaksi
3. Rak Tabung Reaksi
4. Pro Pipet
5. Pipet Tetes
6. Bunsen
7. Pipet Ukur
8. Vortex
B. Bahan
1. Larutan Glukosa
2. Larutan Fruktosa
3. Larutan Maltosa
4. Larutan Amilum
5. Larutan Sukrosa
6. Larutan Fehling A
7. Larutan Fehling B
8. Larutan NaOH 10 %
9. Larutan iod
10. Larutan H2SO4 10%
11. Larutan H2SO4 pekat
12. Reagen Luff
13. Indikator PP
14. Reagen Molisch
15. Korek Api
16. Kertas Label
C. Cara Kerja
I. Fehling Test
Sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum masing-
masing diambil 2 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi. Setiap
tabung yang berisi sampel ditambahkan dengan fehling A dan B,
masing-masing sebanyak 2 ml. Larutan tesebut masing-masing
diteteskan 4 tetes NaOH 10 %, kemudian dipanaskan hingga mandidih
lalu diletakkan pada rak tabung reaksi. Perubahan warna masing-
masing larutan yang terjadi diamati. Reaksi positif yang seharusnya
terjadi adalah endapan merah bata.
II. Moore Test
Sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum masing-
masing diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi.
Tabung reaksi tersebut masing-masing ditambahkan 5 ml NaOH 10 %,
selanjutnya dipanaskan hingga mendidih kemudian diletakkan pada
rak tabung reaksi. Perubahan yang terjadi kemudian diamati. Reaksi
positif yang seharusnya terjadi adalah warna merah kecoklatan.
III. Hidrolisa
Sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltose, dan amilum masing-
masing diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi.
Masing-masing larutan tersebut ditambahkan 1 ml H2SO4 10 %.
Tabung reaksi tersebut dipanaskan hingga mendidih, kemudian
didinginkan. Larutan tersebut masing-masing ditambahkan 3 ml NaOH
10 % dan 2 tetes PP, selanjutnya ditambahkan fehling A dan B
masing-masing 2 ml. Perubahan yang terjadi diamati. Reaksi positif
yang seharusnya terjadi adalah endapan merah bata.
IV. Iod Test
Sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum masing-
masing diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi.
Larutan tersebut diteteskan 5 tetes iod, kemudian diamati. Reaksi
positif yang seharusnya terjadi adalah warna biru kehitaman.
V. Luff Test
Sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum masing-
masing diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi.
Larutan sampel masing-masing ditambahkan 2 ml reagen luff. Tabung
reaksi tersebut dipanaskan hingga mendidih, kemudian diamati. Reaksi
positif yang seharusnya terjadi adalah warna merah bata.
VI. Molisch Test
Sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum masing-
masing diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi.
Tabung reaksi tersebut ditambahkan masing-masing 2 ml reagen
molisch, kemudian dikocok dengan vortek. Larutan tersebut masing-
masing dicampurkan dengan 2 ml H2SO4 pekat perlahan pada dinding
tabung. Perubahan yang terjadi diamati. Reaksi positif yang
seharusnya terjadi adalah terbentuknya cincin furfural ungu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Tes Fehling
Sampel Warna
Warna Dipanaskan
+ Fehling
A+B
+ NaOH
10%Endapan Warna
Maltosa Bening Biru Tua Biru TuaEndapan
Merah
Merah
Kecoklatan
Glukosa Bening Biru Tua Biru Tua
Endapan
Merah
Bata
Merah Bata
Sukrosa Bening Biru Tua Biru Tua Tidak Ada Biru Tua
Fruktosa Bening Biru Tua
Cincin
merah
kecoklatan
Endapan
Merah
Kecoklatan
Orange
Amilum Bening Biru Tua Biru Tua Tidak Ada Biru Tua
Tabel 2. Tes Moore
Sampel WarnaWarna Dipanaskan
+ NaOH 10 % Endapan Warna
Maltosa Bening Kekuning-kuningan Tidak AdaMerah
Kecoklatan
Glukosa Bening Bening Tidak AdaKuning
Kecoklatan
Sukrosa Bening Bening Bening Bening
Fruktosa Bening Kekuning-kuningan Tidak AdaKuning
Kecoklatan
Amilum Bening Bening Tidak Ada Kuning
Table 3. Tes Molisch
SampelWarna
Awal
Ditambah Molisch Ditambah H2SO4
Warna Terbentuk WarnaTerbentuk
Cincin
Maltosa BeningPutih
Bening
Endapan
PutihUngu -
Glukosa Bening BeningCincin
PutihUngu -
Sukrosa BeningPutih
Bening
Endapan
PutihUngu
Fruktosa BeningPutih
Bening
Endapan
PutihUngu -
Amilum BeningPutih
Bening
Cincin
Tipis di
Tengah
dan
Cincin
Tebal di
Atas
Ungu -
Tabel 4. Tes Luff
Sampel Warna Awal Warna + Luff Warna Dipanaskan
Maltosa Bening Biru Muda Orange Kemerahan
Glukosa Bening Biru Muda Orange Kecoklatan
Sukrosa Bening Biru Muda Biru Pucat
Fruktosa BeningCincin Berwarna
KuningCoklat
Amilum Bening Biru Muda
Biru Bening,
terdapat Pati yang
Melayang
Tabel 5. Tes Iod
SampelWarna
Awal Akhir
Maltosa Bening Orange
Glukosa Bening Orange
Sukrosa Bening Orange
Fruktosa Bening Orange
Amilum Bening Biru Kehitaman / Biru Pekat
Tabel 6. Hidrolisa
Warna
Awal
Sampel
WarnaWarna
Setelah
Dipanaskan
EndapanAwal
Hidrolisa
+
Fehling
A
+
Fehling
B
+
NaOH
10%
Maltosa BeningAda 3
Lapisan
Biru
TuaBening Merah
Ada
Endapan
Glukosa Bening
Biru,
Pink
dan
Kuning
Biru
TuaBening
Merah
Bata
Ada
Endapan
Sukrosa BeningAbu-
AbuBening Coklat
Ada
Endapan
Fruktosa Bening
Biru
Keungu
an
BeningMerah
Bata
Ada
Endapan
Amilum BeningBiru
TuaBening Biru Pekat
Ada
Endapan
B. Pembahasan
Percobaan karbohidrat menggunakan sampel glukosa, fruktosa, sukrosa,
maltose dan amilum. Pada percobaan karbohidrat dilakukan beberapa uji
diantaranya sebagai berikut :
1. Uji Fehling
Percobaan ini menggunakan 5 sampel berbeda yaitu glukosa,
fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum. Fehling test yaitu uji
karbohidrat dengan menggunakan fehling A dan fehling B yang
didasarkan pada sifat gula pereduksi yang bereaksi dengan fehling A
dan fehling B yang membentuk endapan merah bata. Fehling
merupakan contoh dari oksilator lemah yang digunakan untuk
mengidentifikasi aldehid. Aldehid (glukosa) merupakan reduktor kuat
sehingga dapat mereduksi oksidator lemah.
Kelima sampel pertama-tama ditambahkan Fehling A dan Fehling
B sebanyak 2 ml, kemudian larutan berubah dari bening menjadi
warna biru. Fehling akan bereaksi dengan gula pereduksi untuk
membentuk endapan merah bata yang merupakan Cu2O.
Larutan sampel masing-masing ditambahkan NaOH 10% 4 tetes.
Untuk sampel glukosa, sukrosa, dan amilum, setelah ditambahkan
NaOH 10% larutan berwarna biru tua yang terlihat dengan jelas.
Percobaan dilanjutkan dengan proses pemanasaan dan semua sampel
menunjukan perubahan warna dan endapan. Proses pemanasan ini
bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi, setelah dipanaskan,
sampel glukosa berubah warna menjadi merah bata dengan endapan
merah, sampel fruktosa berubah warna menjadi orange dengan
endapan merah kecoklatan, sampel sukrosa berubah warna menjadi
biru tua tetapi tidak memiliki endapan, sampel maltosa berubah warna
menjadi merah kecoklatan dengan endapan merah, dan amilum tetap
berwarna biru tua dan tidak terdapat endapan. Hasil ini menunjukkan
bahwa glukosa, fruktosa, dan maltosa mengalami reaksi positif karena
membentuk endapan merah bata (kecoklatan).
Berdasarkan teori, glukosa mengandung gugus aldehid sehingga
bereaksi positif. Fruktosa adalah ketosa yang terkonversi menjadi
aldosa (suasanan larutan yang basa) dan maltosa sendiri merupakan
disakarida yang bersifat mereduksi sehingga glukosa, fruktosa, dan
maltosa dapat terjadi reaksi positif. Sukrosa dan amilum bukan
merupakan aldosa, sehingga tidak bereaksi dan tidak dapat terjadi
reaksi positif. Endapan merah bata dalam percobaan berasal dari
Fehling yang memiliki ion Ci++ kemudian direduksi ion Cu+ dimana
dalam suasana basa akan diendapkan dan berwarna merah bata
(Cu2O). Endapan merah bata muncul akibat adanya reduksi, gula
pereduksi adalah gula yang dapat mereduksi ion-ion logam Cu dan Ag
dalam larutan basa.
2. Uji Moore
Percobaan ini menggunakan 5 sampel berbeda yaitu glukosa,
fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum. Uji moore adalah suatu uji
karbohidrat yang berguna untuk mengetahui adanya gugus alkali pada
suatu larutan, dengan reaksi yang positif yang ditandai dengan warna
kuning. Pertama-tama masing-masing larutan sampel ditambahkan
NaOH 10%, penambahan NaOH 10% ini bertujuan untuk
menggabungkan senyawa yang terdapat dalam larutan. Setelah itu,
dilakukan proses pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan
rumus reaksi kimia dapat dituliskan sebagai berikut :
Proses pemanasan selesai, kemudian akan terlihat apakah pada
sampel terjadi reaksi positif dengan terjadinya perubahan warna
menjadi kuning. Glukosa, amilum, maltosa dan fruktosa menunjukkan
hasil positif dengan perubahan warna menjadi kuning. Menurut teori
yang ada, didalam glukosa, fruktosa, maltosa, dan amilum terdapat
gugus akali yang dapat mereduksi gula. Hasil berbeda diperoleh dari
sukrosa dimana setelah mengalami proses pemanasan warna larutan
tetap bening. Ini berarti didalam sukrosa tidak terdapat gugus akali
yang dapat mereduksi gula.
3. Uji Hidrolisa
Uji ini menggunakan 5 sampel berbeda yaitu glukosa, fruktosa,
sukrosa, maltosa, dan amilum. Pengujian hidrolisa bertujuan untuk
melihat polisakarida dan disakarida yang bila direaksikan akan
membentuk monosakarida. Pada uji hidrolisa, karbohidrat dengan
berat molekul tinggi akan terhidrolisis oleh asam menghasilkan gula
sederhana penyusunnya. Pemecahan karbohidrat melibatkan
pemecahan semua ikatan glikosidik dengan asam glikosidase spesifik
menjadi unit monosakarida sederhana.
Pada percobaan hidrolisa ini, disakarida (sukrosa dan maltosa)
akan mengalami hidrolisa menjadi bentuk-bentuk monosakarida.
Sukrosa glukosa + fruktosa
Maltosa glukosa + glukosa
Pertama-tama masing-masing sampel ditambahkan H2SO4 10%,
penambahan ini berguna untuk menghidrolisis atau menghancurkan
ikatan glikosidik pada karbohidrat dan sebagai indikator senyawa
polisakarida, kemudian dilakukan proses pemanasan larutan yang
bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Proses pemanasan selesai dilakukan, larutan ditambahkan NaOH
10% yang bertujuan untuk menangkap senyawa yang tidak ikut
bereaksi dan selanjutnya ditambahkan indikator PP. Proses
selanjutnya dilanjutkan seperti pada uji Fehling, yaitu larutan
ditambahkan Fehling A dan Fehling B, dimana akan mereduksi
oksidator dalam senyawa tersebut. Larutan tersebut ditambahkan
NaOH 10% yang bertujuan untuk meningkatkan senyawa yang ada.
Setiap sampel tidak ditemukan terjadinya perubahan warna setelah
proses dilanjutkan pada proses uji Fehling.
Larutan yang telah ditambahkan Fehling A dan Fehling B akan
terjadi perubahan seperti glukosa dan fruktosa menunjukkan warna
merah bata, maltosa menunjukkan warna merah, amilum menunjukan
warna biru pekat dan sukrosa menunjukan warna coklat. Larutan yang
sudah berubah warna tersebut ditambahkan H2SO4 10% beberapa tetes
dan tidak terjadi perubahan warna pada larutan. Hal ini merupakan
suatu kesalahan, karena seharusnya perubahan warna terjadi.
Kesalahan mungkin terjadi pada proses penambahan NaOH 10%,
dimana volume yang diberikan kemungkinan kurang banyak untuk
tiap-tiap larutan.
4. Uji Iod
Percobaan ini menggunakan 5 sampel berbeda yaitu glukosa,
fruktosa, sukrosa, maltosa, dan amilum. Suatu polisakarida dapat
dibuktikan dengan terbentuknya kompleks adsorpsi yang spesifik pada
setiap jenis polisakarida ini. Amilum dengan iodium menghasilkan
larutan berwarna biru pekat dan dekstrin yang menghasilkan warna
larutan orange yang menandakan hasil positif terhadap kandungan
polisakarida. Tetapi untuk larutan sampel monosakarida dan
disakarida tidak menghasilkan warna larutan spesifik sehingga dari
reaksi yang ditunjukan adalah negatif. Uji ini bertujuan untuk
mengidentifikasi polisakarida.
Terbentuknya warna biru dan warna orange ini disebabkan oleh
molekul amilosa dan amilopektin yang membentuk suatu molekul
dengan molekul dari larutan iodium. Oleh karena itu, monosakarida
dan disakarida tidak menghasilkan warna larutan yang spesifik karena
tidak mengandung amilosa dan amilopektin. Polisakarida umumnya
membentuk rantai heliks sehingga dapat berikatan dengan iodin,
sedangkan disakarida dan monosakarida memiliki rantai pendek dan
tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodin. Reaksi iod dan amilum sebagai berikut :
I2 + amilum → I2 Amilum (Kompleks amilum)
Pada percobaan ini, hanya sampel amilum yang menunjukan hasil
positif yang ditandai perubahan warna akhir larutan menjadi biru.
Untuk sampel glukosa, sukrosa, fruktosa dan maltosa warna akhir
larutannya menjadi orange. Berdasarkan percobaan diperoleh, reaksi
positif tidak terjadi pada sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, dan
maltosa. Selain itu, berdasarkan teori juga keempat sampel tersebut
tidak menunjukan reaksi positif dikarenakan memiliki rantai pendek,
sehingga cocok dengan teori.
5. Uji Luff
Uji ini menggunakan 5 sampel berbeda yaitu glukosa, fruktosa,
sukrosa, maltosa, dan amilum. Uji Luff sendiri merupakan analisa
kimia kualitatif yang bertujuan untuk menguji adanya gugus aldehid
atau gula pereduksi. Selain itu, uji luff juga berfungsi untuk
mengidentifikasi disakarida dan untuk membedakan monosakarida
dengan disakarida atau disakarida dengan sakarida lainnya. Reaksi
positif akan ditandai dengan terbentuknya endapan pada larutan.
Pertama-tama masing-masing larutan sampel ditambahkan reagen
luff, setelah itu dilakukan pemanasan hingga mendidih. Proses
pemanasan bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Reaksi
yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
Gugus aldehida beraksi dengan reagen luff (CuO) sehingga terbentuk
asam karboksilat dan endapan merah bata.
Hasil yang diperoleh setelah proses pemanasan adalah maltosa,
glukosa, sukrosa dan fruktosa menunjukkan reaksi positif dengan
berubah warna menjadi orange dan ini berbanding lurus dengan teori
yang ada, dimana maltosa, glukosa, sukrosa dan fruktosa mengandung
gugus aldehid dan disakarida, sedangkan untuk sampel aamilum tidak
menunjukkan reaksi positif karena tidak mengandung gugus aldehid
dan bukan golongan disakarida.
6. Uji Molisch
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan adanya
karbohidrat dalam suatu larutan. Prinsip pengujian ini menggunakan
asam sulfat pekat yang akan menghidrolisis ikatan glikosidik
membentuk monosakarida yang selanjutnya terhidrasi menjadi
senyawa furfural dan turunannya. Produk furfural ini akan bergabung
dengan α-naftol tersulfonasi membentuk kompleks berwarna ungu.
Ada tidaknya karbohidrat ditunjukkan dengan adanya cincin merah
sampai ungu pada batas antara lapisan bawah dan lapisan atas. Fungsi
dari penambahan asam sulfat yaitu untuk menghidrolisis ikatan
glikosidik pada karbohidrat sehingga membentuk monosakarida
(Poedjiadi, 1994).
Warna cincin ungu disebabkan oleh adanya furfural dengan α-
naftol. Fungsi derivat sendiri dihasilkan oleh adanya monosakarida
yang ditambahkan asam kuat pekat. Reaksi kondensasi antara furfural
dengan α-naftol, tidak spesifik untuk karbohidrat tetapi dapat
digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatis
karbohidrat (Poedjiadi, 1994). Penambahan pereaksi molisch pada
karbohidrat merupakan reaksi eksoterm yaitu untuk menghasilkan
kalor, melepaskan kalor ke lingkungan.
Revisi
IV. KESIMPULAN
Percobaan karbohidrat ini dilakukan untuk mengenal beberapa sifat dari
monosakarida, disakarida dan polisakarida sehingga dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Sampel sukrosa tidak termasuk dalam gula reduksi karena bereaksi
negatif dalam uji molish, uji fehling, uji luff, dan hidrolisa.
2. Sampel glukosa, maltosa, fruktosa, dan amilum merupakan gula
reduksi, karena dapat bereaksi positif maupun terdapat endapan positif
dalam uji molish, uji fehling, dan hidrolisa.
3. Amilum merupakan golongan polisakarida, hal ini terbukti dari uji
iod. Uji iod tersebut terlihat amilum mengalami reaksi positif dengan
berubah warna menjadi biru kehitaman.
4. Monosakarida terdiri dari satu monomer karbohidrat dan tidak dapat
dihidrolisa.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, M. Anwari. 2007. Karbohidrat. Sports Science Brief 01 (03): 1-2.
Irawan, M. Anwari. 2007. Karbohidrat. Sports Science Brief 01 (06): 1.
Nurhayati. 2010. Karbohidrat. http://www.search-document.com/pdf/1/jurnal-
abstrak-karbohidrat.html. 19 Maret 2014.
Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Safrizal. 2014. Penggolongan dan Identifikasi Karbohidrat.
http://www.jejaringkimia.web.id/karbohidrat.html. 20 Maret 2014.
Subandiyono. 2009. Nutrisi ikan. http://www.chem-is-try.org/nutrisi_ikan. 20
Maret 2014.
Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta edisi 1. EGC,
Jakarta.
Wardhana, Danang Widya. 2007. Bagaimana Prinsip Kerja Reaksi Fehling,
Tollens dan Benedict. http://www.chem-is-try.org/ bagaimana prinsip kerja
reaksi fehling tollens dan benedict. 19 Maret 2014.
Zainal. 2009. Glukosa. http://dianais82.tripod.com/id1.html. 19 Maret 2014.
Zulfikar. 2010. Monosakarida. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
kesehatan/biomolekul/monosakarida. 19 Maret 2014.
LAMPIRAN
Gambar 1. Uji Fehling Sampel Gambar 2. Uji Fehling
ditambah fehling A dan B
Gambar 3. Uji Fehling Gambar 4. Uji Fehling
ditambah NaOH setelah dipanaskan
Gambar 5. Uji Moore Sampel Gambar 6. Uji Moore
ditambahkan NaOH
Gambar 7. Uji Moore Pemanasan Gambar 8. Uji Moore
hasil pemanasan
Gambar 8. Uji Moore Gambar 9. Uji Hidrolisa Sampel
hasil pemanasan maltosa
Gambar 10. Uji Hidrolisa Pemanasan Gambar 11. Uji Hidrolisa
hasil pemanasan
Gambar 12. Uji Hidrolisa Gambar 13. Uji Hidrolisa
ditambah H2SO4 ditambah PP
Gambar 13. Uji Hidrolisa` Gambar 14. Uji Iod Sampel
ditambah fehling A dan B
Gambar 15. Hasil Uji Iod Gambar 16. Uji Luff Sampel
Gambar 17. Pemanasan Uji Luff Gambar 18. Hasil Uji Luff
Gambar 19. Uji Molisch Sampel Gambar 20. Uji Molisch
ditambah reagen molisch
Gambar 21. Uji Molisch Gambar 22. Uji Molisch
dikocok dengan vortex ditambah H2SO4