Download - Laporan Fieldtrip Geomorfo
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas praktikum geomorfologi.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa sekolah tinggi teknologi
nasional. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan saya di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Yogyakarta , 26 mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
1
LEMBAR SAMPUL
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1. Maksud dan tujuan
3
1.2. Letak dan kesampaian daerah
3
BAB II DASAR TEORI 4
2.1. Bentang alam eolian 4
2.2. Bentang alam struktural 10
2.3. Bentang alam kars 15
BAB III HASIL PENGAMATAN 21
3.1. Bentang alam eolian 21
3.2. Bentang alam struktural 23
3.3. Bentang alam kars 25
BAB IV KESIMPULAN 27
BAB V UCAPAN TERIMA KASIH 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari fieldtrip geomorfologi ini adalah agar mahasiswa Teknik Geologi
STTNAS Yogyakarta dapat memahami bentang-bentang alam yang ada di permukaan bumi
setelah menerima materi selama praktikum.
Tujuan dari fieldtrip geomorfologi yaitu agar mahasiswa Teknik Geologi STTNAS
Yogyakarta dapat mendeskripsikan atau menginterpretasikan keadaan bentang alam serta
mampu menejelaskan morfogenesanya atau asal mula terjadinya di muka bumi.
1.2. Letak dan Kesampaian Daerah
Letak daerah pengamatan fieldtrip geomorfologi ini berada di Kabupaten Bantul yaitu
pantai Parangkusumo , kecamatan Imogiri dan Kabupaten Gunung Kidul di kecamatan
Panggang Provinsi D.I Yogyakarta. Dengan jarak kira-kira 25km dari kota Yogyakarta.
Lokasi tersebut dsapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua.
Dibeberapa lokasi hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1. BENTANG ALAM EOLIAN
Lahan aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin dan
gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang, 2009). Di mana dalam proses terjadinya
melalui pengikisan, pengangkutan, dan juga pengendapan. Pengikisan oleh angin seperti
halnya air yang mengalir, adapun sebagai kekuatan untuk mengikis adalah pasir yang
halus. Istilah aeolian berasal dari nama dewa Yunani, Æolus, penjaga angin . Aeolian (atau
Eolian atau Aeolian) berkaitan dengan proses aktivitas angin dan lebih khusus lagi, kepada
angin kemampuan untuk membentuk permukaan bumi dan planet-planet. Angin dapat
mengikis, mengangkut, dan mengendapkan, bahan-bahan material di daerah yang jarang
terdapat vegetasi dan wilayah sedimen yang luas. Meskipun air jauh lebih kuat daripada
angin, proses aeolian merupakan proses yang penting pada daerah kering seperti gurun.
(Wikipedia).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk lahan aeolian adalah bentuk
lahan yang terbentuknya akibat proses angin. Yang mana memiliki kemampuan untuk
mengikis, mengangkut, dan mengendapkan material-material pasir ataupun debu.
Syarat-Syarat Berkembangnya Lahan Aeolian
1. Tersedia material berukuran pasir halus-kasar dalam jumlah banyak.
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
3. Adanya angin yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi/objek lain.
Endapan angin terbentuk karena pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan
tidak kompak oleh angin.
Proses Terbentuknya Lahan Aeolian :
A. Pengikisan oleh Angin
Angin mengikis permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi, dan abrasi.
4
1. Deflasi (deflation)
Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan, baik
berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses ini sering terjadi di
daerah yang merupakan tempat terkumpulnya pasir, misalnya di basin kecil atau pada bukit
pasir. Deflasi cenderung menyebabkan terbentuknyaa formasi-formasi baru di daerah depresi.
Dibandingkan dengan erosi air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang
berel
ief tinggi sangat kuat, sebaliknya erosi angin/deflasi di daerah cekungan/basin sangat kuat.
Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian dan kemudian
dibawa ke tempat yang kebih rendah. Materi yang diendapkan tersebut pada umumnya
berupa butiran halus sehinnga mudah menglami deflasi.
2. Korasi (corrasion)
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat
luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena angin tidak
dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi lagi.
Berdasarkan kerjanya korasi dapat dibedakan :
a. Polishing dan pitting
Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut dengan polishing. Gerakan angin
yang membawa pasir mempunyai kemampuan untuk melubangi batuan, kemampuan
untuk melubangi batuan ini disebut dengan pitting.
b. Grooving dan shaping
Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan terus mengalami
proses pembentukan lubang sehingga makin lama makin besar dan dalam. Proses
melubangi secara terus-menerus sehingga menjadi lubang yang besar dan dalam disebut
dengan grooving. Batuan yang berlubang-lubang besar tersebut kemudian berubah
menjadi pecah-pecah dan berkeping-keping. Proses terjadinya pecahan dan keping-
keping ini disebut shaping.
c. Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubah menjadi lebih kecil lagi. Proses perubahan
batuan menjadi bagian lebih kecil disebut dengan faceting. Kecepatan korasi terhadap
5
massa batuan di daerah kering sangat tergantung dari tingkat kekerasan batuan dan
kekuatan angin itu sendiri.
B. Pengangkutan oleh Angin
Materi batuan yang mudah terangkut oleh angin adalah materi-materi halus, misalnya debu.
Materi yang halus ini akan diterbangkan angin sampai ke tempat yang cukup jauh. Adapun
jenis-jenis gerakan pengangkutan materi oleh angin adalah:
1. Suspensi (suspension)
Gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut materi-materi halus ke tempat
yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya dalam mengangkut pasir karena
kemampuan mengangkut ke atas sangat terbatas. Pada saat angin mengangkut debu
kadang-kadang disertai dengan gerakan turbuler. Kecepatan angin tidak selalu tetap
tetapi selalu mengalami variasi periode yang pendek sehingga menyebabkan adanya
tekanan angin. Tekanan angin ini menyebabkan udara berputar ke segala arah, putaran
udara ke segala arah inilah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan suspensi.
2. Saltasi (saltation)
Gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan pantulan angin
yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara langsung disebabkan tekanan angin
terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angin pada umumnya mempunyai gerakan
saltasi.
3. Rayapan permukaan (surface crep)
Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi butiran oleh
gerakan saltasi. Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur, tetapi kadang-
kadang juga tersebar menjadi pecahan-pecahan di atas tempat jatuhnya pasir. Oleh
karena benturan ini gerakan materi butiran menjadi lambat yang selanjutnya menjadi
rayapan permukaan.Kadang-kadang angin yang mengangkut debu atau pasir bergerak
berputar seperti spiral, gerakan seperti ini disebut dengan badai debu.
C. Pengendapan oleh Angin
Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa angin tadi jatuh setelah
gerakan menjadi lambat. Selain karena kecepatan yang menjadi lambat, pengendapan juga
dapat terjadi karena butiran yang terbawa oleh angin mengalami benturan terhadap
6
permukaan kejadian ini sebagai hasil dari proses saltasi dan rayapan tanah. Apabila butiran
tersebut tidak membentur permukaan dan terus terbawa angin, maka butiran tersebut akan
mengalami gerakan sepanjang permukaan hingga menemukan tempat mengendap, pada
umumnya tempat pemberhentian tersebut berupa cekungan. Bentuk endapan dari proses ini
tidak datar atau halus tetapi bergelombang. Setelah mengendap butiran-butirabn tersebut
mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang baru.
Bentuk Lahan Hasil Aeolian
1. Bentuk Lahan Hasil Erosi Angin :
Desert pavement (pebble armor)
Permukaan yang terdiri atas batuan kerikil dan kerakal di daerah gurun, sebagai akibat
bahan-bahan halus mengalami deflasi.
Blow out,
Cekungan di daerah gurun sebagai akibat deflasi pada materi hasil pelapukan di
permukaan yang berukuran halus.
Ventifact
Permukaan batuan yang menjadi rata karena korasi, terutama yang berukuran halus
(debu dan liat) yang terbawa oleh angin.
Dreikanter,
Seperti ventifact tetapi bentuknya piramida karena arah angin berubah-ubah (dari tiga
sisi).
Groove
Merupakan alur-alur memanjang pada permukaan batuan karena erosi angin.
Yardang
Merupakan pegunungan memanjang dan paralel (tinggi< 10m, panjang -100m )
berkembang di daerah bebatuan lunak.
2. Bentuk-Bentuk Hasil Pengendapan Angin
Aktivitas angin dalam mengendapkan material dipengaruhi oleh kecepatan angin, rintangan
(batu, vegetasi), dan material yang dibawa oleh angin.
1. Loess
Endapan oleh angin berupa debu, pada umumnya berwarna kekuningan, tersusun dari
berbagai mineral tidak berlapis-lapis tetapi cukup kuat terikat.
7
2. Endapan pasir
Ada beberapa tipe yang ditentukan oleh jumlah pasir dan vegetasi:
a. Sand sheet adalah hamparan pasir tipis yang menutup daerah relatif datar,
permukaannya tidak bergelombang.
b. Ripple (riak) adalah endapan pasir yang permukaannya bergelombang, tinggi
bervariasi 1-500mm, panjang 50-300m. endapan pasir tebal yang permukaannya
bergelombang ripple tetapi lebih besar disebut undulasi; yang tingginya sampai
400m dan panjang 4km disebut draa (Mcgadune).
c. Sand shadow, adalah timbunan pasir di belakang suatu rintangan, seperti semak-
semak/batu.
d. Sand fall adalah timbunan pasir di bawah cliff atau gawir.
e. Sand drift yaitu timbunan pasir pada suatu gap/celah antara dua rintangan.
3. Gumuk pasir (dunes)
Gundukan bukit/igir dari pasir yang teerhembus angin. Gumuk pasir mempunyai
penampang tidak simetri, kemiringan lereng pada arah datangnya angin 5º sampai dengan
10º dan arah membelakangi arah angin 30º sampai dengan 34º. Apabila tidak ada
stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah datangnya angin.
Pada umumnya gumuk pasir terdapat di daerah:
1. Mempunyai pasir sebagai material utama.
2. Kecepatan angin tinggi, untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir.
3. Permukaan tanah yang tersedia untuk pengendapan pasir.
Selain itu gumuk pasir juga terdapat di:
1. Gisik pasir dengan angin pantai
2. Dekat sungai yang dasarnya pasir
3. Daerah yang mempunyai musim kering
4. Daerah gurun yang mengalami penghancuran batuan
5. Endapan glasial dan dasar danau glasial pasiran.
Gumuk pasir dapat dibedakan menjadi:
a) Gumuk pasir sabit (barchan)
8
Sisi yang menghadap arah angin landai dan yang di belakang (slip face) terjal.
Penampang gumuk tidak simetri pada puncaknya, tetapi berangsur-angsur menjadi
hampir simetri pada tanduknya. Ketinggian 5-15m maksimum 30m. Berkembang di
daerah yang vegetasinya terbatas.
b) Gumuk pasir melintang (transversal dunes)
Posisi melintang arah angin/ tegak lurus arah angin. Terbentuk pada daerah yang
banyak cadangan pasirnya dan sedikit tumbuhan. Sering meliputi daerah luas dan
berkembang berbentuk seperti ombak dengan punggung melengkung dan melintang
tegak lurus arah angin. Penampang tidak simetri, lebar tujuh kali ketinggian.
Ketinggian 5-15m maksimum 100m. dapat berubah menjadi sabit apabila sumber
pasirnya berkurang.
c) Gumuk pasir parabolik (parabolic dunes)
Berbentuk sabit dengan tanduk yang panjang ke arah datangnya angin. Terbentuk di
mana vegetasi menahan bagian tanduk. Memungkinkan bagian tengah gumuk
berpindah dan menghasilkan gumuk berbentuk jepit rambut. Penampang tidaksimetri
pada puncak dan hampir simetri pada tanduk, sisi belakang gumuk lebih curam
daripada sisi depannya. Gumuk tidak mudah berpindah, dengan ketinggian 1:15m.
Gumuk pasir parabolik dapat terbentuk karena blow out.
d) Gumuk pasir memanjang (longitudinal dunes/seif)
Berupa gundukan pasir yang hampir klurus sejajar arah angin. Terjadi karena
pengaruh angin yang kuat terkumpul dan berhembus dengan arah tetap. Penampang
gumuk simetris, ukuran lebar beberapa kali ketinggian. Ketinggian <15m,panjang
beberapa kilometer, pada gurun yang luas ketinggian mencapai 200m dan panjang
300km. Gumuk pasir memanjang di gurun seperti di atas disebut seif. Ukuran partikel
material pada gumuk pasir ini mempunyai kisaran 0,05-0,5mm karena sortasi angin
sangat baik.
e) Whaleback dunes
Gumuk pasir longitudinal yang sangat besar, puncaknya datar dan di atasnyadapat
terbentuk barchan, dan seif, kecil-kecil.
9
2.2. BENTANG ALAM STRUKTURAL
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh struktur
geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk
setelah batuan itu ada.
Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah proses
tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan lipatan
yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan berubah
akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian. Macam-macam proses eksternal yang
terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta
gerakan massa (longsoran, rayapan, aliran, rebahan atau jatuhan).
Beberapa kenampakan pada peta topografi yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang
alam struktural adalah :
a. Pola pengaliran. Variasi pola pengaliran biasanya dipengaruhi oleh variasi struktur
geologi dan litologi pada daerah tersebut.
b. Kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah, lereng
dan lain-lain.
c. Bentuk-bentuk bukit, lembah dll.
d. Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh struktur
kekar, sesar atau lipatan.
Macam-macam Bentang Alam Struktural
Bentang alam struktural dapat dikelompokkan berdasarkan struktur yang mengontrolnya.
Srijono (1984, dikutip Widagdo, 1984), menggambarkan klasifikasi bentang alam struktural
berdasarkan struktur geologi pengontrolnya menjadi 3 kelompok utama, yaitu dataran,
pegunungan lipatan dan pegunungan patahan. Pada dasarnya struktur geologi yang ada
10
tersebut dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola ataupun sifat dari garis kontur pada
peta topografi.
A. Bentang alam dengan struktur mendatar (Lapisan Horisontal)
Menurut letaknya (elevasinya)dataran dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Dataran rendah, adalah dataran yang memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari muka air
laut.
2. Dataran tinggi(plateau/high plain ), adalah dataran yang menempati elevasi lebih dari
500 kaki diatas muka air laut.
Kenampakan-kenampakan bentang alam pada kedua dataran tersebut hampir sama, hanya
dibedakan pada reliefnya saja. Pada daerah berstadia muda terlihat datar dan dalam peta
tampak pola kontur yang sangat jarang. Pada daerah yang berstadia tua, sering dijumpai
dataran yang luas dan bukit-bukit sisa (monadnock), yang sering dijumpai mesa dan butte.
Perbedaan mesa dengan butte adalah mesa mempunyai diameter (d) lebih besar dibandingkan
dengan ketinggiannya (h). Sedangkan butte sebaliknya. Pola penyaluran yang berkembang
pada daerah yang berstruktur mendatar adalah dendritik. Hal ini dikontrol oleh adanya
keseragaman resistensi batuan yang ada di permukaan.
B. Bentang Alam dengan Struktur Miring
Hampir semua lapisan diendapkan dalam posisi yang mendatar. Sedimen yang mempunyai
kemiringan asal diendapkan pada dasar pengendapan yang sudah miring, seperti pada lereng
gunung api dan disekitar terumbu karang. Kemiringan lapisan sedimen yang demikian
disebut kemiringan asal dengan sudut maksimum 350 (Tjia, 1987).
Kebanyakan sedimen yang memperlihatkan kemiringan, disebabkan karena adanya proses
geologi yang bekerja pada suatu daerah tersebut. Morfologi yang dihasilkan oleh proses
tersebut akan memperlihatkan pola yang memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan.
Berdasarkan besarnya sudut kemiringan dari kedua lerengnya, terutama yang searah dengan
kemiringan lapisan batuannya, bentang alam ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
Cuesta.
11
Pada cuesta sudut kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut
lereng yang searah perlapisan batuan. Sudut kelerengan kurang dari 450 (Thornbury,
1969, p.133), sedangkan Stokes & Varnes, 1955 : p.71 sudut kelerengannya kurang dari
200. Cuesta memiliki kelerengan fore slope yang lebih curam sedangkan back slopenya
relatif landai pada arah sebaliknya sehingga terlihat tidak simetri.
Hogback.
Pada hogback, sudut antara kedua sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah
perlapisan batuan sekitar 450(Thornbury, 1969, p.133). sedangkan Stokes & Varnes,
1955 : p.71 sudut kelerengannya lebih dari 200. Hogback memiliki kelerengan fore slope
dan back slope yang hampir sama sehingga terlihat simetri.
C. Bentang alam dengan Stuktur Lipatan
Lipatan terjadi karena adanya lapisan kulit bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya
tekan). Pada suatu lipatan yang sederhana, bagian punggungan disebut dengan antiklin,
sedangkan bagian lembah disebut sinklin. Unsur-unsur yang terdapat pada struktur ini dapat
diketahui dengan menafsirkan kedudukan lapisan batuannya. Kedudukan lapisan
batuan(dalam hal ini arah kemiringan lapisan batuan) pada peta topografi, akan berlawanan
arah dengan bagian garis kontur.
D. Struktur antiklin dan sinklin
Pada prinsipnya penafsiran pada kedua struktur ini berdasarkan atas kenampakan fore
slope/antidip slope dan back slope/dipslope yang terdapat secara berpasangan. Bila antidip
slope saling berhadapan (infacing scarp), maka terbentuk lembah antiklin, sedangkan apabila
yang saling berhadapan adalah back slope/dipslope, disebut lembah sinklin. Pola pengaliran
yang dijumpai pada lembah antiklin biasanya adalah pola trellis.
E. Struktur antiklin dan sinklin menunjam
Struktur ini merupakan kelanjutan atau perkembangan dari pegunungan lipatan satu arah
(cuesta dan hogback) dan dua arah (sinklin dan antiklin). Bila tiga fore slope saling
12
berhadapan maka disebut sebagai lembah antiklin menunjam. Sedangkan bila tiga back slope
saling berhadapan maka disebut sebagai lembah sinklin menunjam.
F. Struktur lipatan tertutup
Kubah
Bentang alam ini mempunyai ciri-ciri kenampakan sebagai berikut :
1. Kedudukan lapisan miring ke arah luar (fore slope ke arah dalam)
2. Mempunyai pola kontur tertutup
3. Pola penyaluran radier dan berupa bukit cembung pada stadia muda
4. Pada stadia dewasa berbentuk lembah kubah dengan pola penyaluran annular.
Cekungan
Bentang alam ini mempunyai kenampakan sebagai berikut :
1. Kedudukan lapisan miring ke dalam (back slope ke arah dalam)
2. Mempunyai pola kontur tertutup
3. Pada stadia muda pola penyalurannya annular.
G. Bentang Alam dengan Struktur Patahan
Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya yang bekerja pada kulit bumi, sehingga
mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Berdasarakan arah gerak
relatifnya, sesar dibagi menjadi 5, yaitu:
Sesar normal/ sesar turun (normal fault)
Sesar naik( reverse fault)
Sesar geser mendatar (strike-slip fault)
Sesar diagonal (diagonal fault/ oblique-slip fault)
Sesar rotasi (splintery fault/hinge fault)
Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan
jenis patahannya secara langsung. Untuk itu, dalam hal ini hanya akan diberikan ciri umum
dari kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :
a. Beda tinggi yang menyolok pada daerah yang sempit.
13
b. Mempunyai resistensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang
hampir sama.
c. Adanya kenampakan dataran/depresi yang sempit memanjang.
d. Dijumpai sistem gawir yang lurus(pola kontur yang lurus dan rapat).
e. Adanya batas yang curam antara perbukitan/ pegunungan dengan dataran yang
rendah.
f. Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok tiba-tiba dan
menyimpang dari arah umum.
g. Sering dijumpai(kelurusan) mata air pada bagian yang naik/terangkat
h. Pola penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, concorted serta
modifikasi ketiganya.
i. Adanya penjajaran triangular facet pada gawir yang lurus.
14
2.3. BENTANG ALAM KARST
A. Pengertian karst
Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia
(kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak
berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi
untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan Williams (1989) mendefinisikan
karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang
mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.
Karst dicirikan oleh:
1. Terdapatnya sejumlah cekungan (depresi) dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi,
cekungan tersebut digenangi air atau tanpa air dengan kedalaman dan jarak yang berbeda-
beda.
2. Bukit-bukit kecil dalam jumlah banyak yang merupakan sisi-sisi erosi akibat pelarutan
kimia pada batu gamping, sehingga terbentuk bukit-bukit (conical hills).
3. Sungai-sungai tidak mengalami perkembangan pada permukaan. Sungai pada daerah karst
umumnya terputus-putus, hilang kedalam tanah dan begitu saja muncul dari dalam tanah.
4. Terdapatnya sungai-sungai di bawah permukaan, adanya gua-gua kapur pada permukaan
atau di atas permukaan.
5. Terdapatnya endapan sedimen lumpur berwarna merah (terrarosa) yang merupakan
endapat resedual akibat pelapukan batu gamping.
6. Permukaan yang terbuka mempunyai kenampakan yang kasar, pecah-pecah atau lubang-
lubang mapun runcing-runcing (lapies)
Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau
fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali CaCO3 diatas dan dibawah
permukaan bumi. Selain itu, bentang alam seperti karst juga dapat terjadi dari proses
pelapukan, hasil kerja hidrolik misalnya pengikisan, pergerakan tektonik, pencairan es dan
evakuasi dari batuan beku (lava). Karena proses utama pembentukanya bukan pelarutan,
15
maka bentang alam demikian disebut pseudokarst. Sementara itu karst yang terbentuk oleh
pelarutan disebut truekarst.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi topografi karst sehingga kawasan karst yang satu
dengan yang lainnya bisa berbeda. Adapun perbedaan tersebut ditimbulkan oleh :
Perbedaan litologi atau susunan Batu Gamping. Ada yang tersusun 100 % dari mineral
Kalsit (CaCO3), adapula yang tercampur dengan mineral lain seperti Dolomit (CaMGCO3
), Gypsum (CaSO4 .2H 2 O), Mangan, Aluminium atau kwarsa dll.
Perbedaan Ketebalan lapisan Batu Gamping.
Perbedaan Compactness (Kemampatan).
Perbedaan system celah rekah yang ada sejak terbentuknya lapisan Batu Gamping.
Pengaruh Intensitas curah hujan daerah sekitar.
Pengaruh Jenis Vegetasi yang berbeda.
Pengaruh Manusia yang membongkar Batu Gamping atau menanaminya setelah
membabat habis Vegetasi Primer.
Pengaruh titik elevasi kawasan atau ketinggian dari permukaan air laut.
Pengaruh ketebalan lapisan tanah penutup (Top Soil) pada kawasan tersebut.
Pengaruh Tektonisme terhadap bentuk fisik dan system celah rekah.
B. Karakteristik Bentuk Lahan Karst
Bentuk lahan kawasan karst memiliki karakteristik berupa bentukan negative yang
tertutup dengan berbagai ukuran dan susunan, pola drainase yang terputus–putus, gua–gua
dan aliran sungai bawah tanah. Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam dan
tiap daerah memiliki ciri atau bentukan yang berbeda. Ada yang berbentuk seperti menara
atau disebut Tower Karst, ada yang berbentuk Cawan Terbalik atau biasa disebut Conical
Hill. Antara bukit–bukit Karst Tower dan Conical bisa terlihat lembah–lembah yang lebar
atau sempit. Bukit–bukit tersebut terkadang terpisah oleh suatu dataran yang luas akan tetapi
terkadang juga ada yang saling berdempetan dengan bentuk yang simetris atau asimetris
dengan tinggi yang relative hampir sama. Kawasan Karst yang belum dijamah oleh manusia
(Agraris dan Pertambangan) biasanya masih tertutup Vegetasi yang lebat bahkan bisa tidak
terlihat dari kejauhan bahwa daerah tersebut adalah daerah karst. Terkecuali Vegetasi tersebut
telah dibabat oleh aktivitas manusia seperti, Pertanian, Pertambangan, Penebangan Liar.
16
Vegetasi kawasan karst juga bisa habis akibat gerakan Gletser yang menerjang kawasan
tersebut beberapa juta tahun yang lalu. Akibat dari aktivitas tersebut maka timbullah
penggundulan dan pengikisan permukaan karst.
Perkembangan bentuklahan karst sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain.
Variasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mengontrol perkembangannya, seperti
batuan, struktur geologi, vegetasi, dan iklim. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama
menentukan intensitas dan kecepatan karstifikasi. Hasil dari proses karstifikasi tersebut
adalah bentuklahan karst.
Bentuklahan karst makro
Morfologi karst makro di suatu wilayah dapat meliputi beberapa kombinasi dari bentukan
negatif berupa dolin, uvala, polje, atau ponor; dan bentukan positif berupa kegel, mogote,
atau pinacle (Sweeting, 1972, Trudgil, 1985; White, 1988; dan Ford dan williams, 1996).
Bentuklahan karst mikro
Morfologi mikro daerah karst dalam literatur dan artikel karst diistilahkan dengan karren
(bahasa Jerman) atau lapies (bahasa Prancis). Dimensi karren bervariasi dari 1 hingga 10
meter, sedangkan mikro karen mempunyai demensi kurang dari 1 cm (Ford dan Williams,
1996). Karren dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu bentuk membulat,
bentuk memanjang yang terkontrol oleh kekar, bentuk linier yang terkontrol proses hidrolik,
dan bentuk poligonal.
C. Klasifikasi karst
Klasifikassi karst secara umum telah dikategorikan menjadi tiga kelompok, antara lain :
1. Klasifikasi cvijic
a. Holokarst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna, baik dari sudut pandang
bentuklahannya maupun hidrologi bawah permukaannya. Terjadi bila perkembangan
karst secara horizontal dan vertical tidak terbatas,batuan karbonat masif dan murni
dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuan dasarnya, serta
tidak terdapat batuan impermeable yang berarti. Di Indonesia karst tipe ini jarang
ditemukan karena besarnya curah hujan menyebabkan sebagian besar karst terkontrol
oleh proses fluvial.
b. Merokarst, merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna atau parsial
dengan hanya mempunyai sebagian ciri bentuklahan karst. Merokarst berkembang di
17
batugamping yang relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya nila batugamping
diselingi oleh lapisan batuan napalan. Perkembangan secara vertical tidak sedalam
perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat. Erosi lebih dominan
dibandingkan pelarutan dan sungai permukaan berkembang. Merokarst pada umunya
tertutup oleh tanah, tidak ditemukan dolin, goa, swllow hole berkembang hanya
setempat-setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur sungai permukaan dan
bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Drainase bawah tanah
terhambat oleh lapisan impermeable. Contoh karst tipe ini yang terdapat di indonesia
adalah karst disekitar Rengel Kabupaten Tuban.
c. Karst Transisi, berkembang di batuan karbunat relatif tebal yang memungkinkan
perkembangan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasar yang impermeable tidak
sedalam di holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat. Lembah fluvial lebih banya
dijumpai dan polje hamper tidak ditemukan. Contoh karst transisi di Indonesia adalah
Karst Gunung Sewu (Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan), Karst Karangbolong
(Gombong), dan Karst Maros (Sulsel).
2. Klasifikasi gvozdeckij (1965)
a. Bare karst, lebih kurang sama dengan karst Dinaric (holokarst)
b. Covered karst, merupakan karst yang terbentuk apabila batuan karbonat tertutup
alluvium, material fluvio-glasial, atau batuan lain seperti batupasir.
c. Soddy karst / soil covered karst, merupakan karst yang berkembang di batu gamping
yang tertutup oleh tanah atai terarossa yang berasal dari pelarutan batugamping.
d. Burried karst, merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukti
karst hanya dapat dikenali melalui data bor.
e. Tropical karst of cone karst, merupakan karst yang terbentuk di daerah tropis.
f. Permaforst karst, merupakan karst yang terbentuk di daerah bersalju.
3. Klasifikasi Sweeting
a. True karst
karst dengan perkembangan sempurna. Karst yang sebenarnya harus meupakan karst
dolin yang disebabkan oleh pelarutan karst secara vertical. Semua kast yang bukan
tipe karst dolin dikatakan sebagai deviant. Contohnya adalah karst Dinaric
b. Fluvio karst
18
Dibentuk oleh kombinasi proses fluvial dan proses pelarutan. Fluvio karst pada
umumnya terjadi pada daerah batugamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai
berhilir di daerah non karst). Sebaran batu gamping baik secara vertical maupun
lateral jauh lebih kecil dari pada true karst. Permukaan batugamping pada umumnya
tertutup oleh tanah yang terbentuk oleh proses erosi dan sedimentasi proses fluvial.
Singkapan batugamping ditemukan bila telah terjadi erosi yang terjadi karena
penggundulan hutan. Lembah sungai permukaan dan ngarai banyak ditemukan.
Bentukan hasil dari proses masuknya sungai permukaan ke bawah tanah dan
keluarnya kembali sungai bawah ke permukaan merupakan fenomena yang banyak
dijumpai (lembah buta dan lembah saku).
c. Glasiokarst
Karst yang terbentuk karena karstifikasi yang didominasi oleh proses glasiasi dan
proses glacial di daerah batugamping. Terdapat di daerah berbatugamping yang
pernah ,mengalami proses glasiasi. Dicirikan oleh kenampakan hasil penggogosan,
erosi, dan sedimentasi glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk limstoe
pavement. Erosi lebih intensif terjadi disekitar kekar menghasilkan cekungan dengan
lereng terjal memisahkan pavement satu dengan yang lainnya. Dolin terbentuk
terutama oleh hujan salju. Contohnya karst di lereng atas pegunungan alpen.
d. Nival karst
Karst yang terbentuk karena karstifikasi oleh hujan salju pada lingkunagn glacial dan
periglasial.
f) Tropical karst
Karst yang terbentuk pada daerah tropis. Tropical karst secara umum dibedakan
menjadi kegelkarst dan turmkarst. Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit
berbentuk kerucut yang sambung menyambung. Sela antar bukit kerucut membentuk
cekungan dengan bentuk seperti bintang yang dikenal dengan cockpit. Cockpit sering
membentuk pola kelurusan sebagai akibat control kekar atau sesar. Contoh di
Indonesia adalah Karst Gunung sewu dan Karst Karanagbolong. Turmkarst, dicirikan
dengan bukit-bukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan dalam kelompok yang
dipisahkan satu sama lain dengan sungai atau dataran alluvial. Beberapa ahli
beranggapan bahwa turmkarst merupakan bentukan lebih lanjut dari kegelkarst karena
kondisi hidrologi tertentu. Distribusi sebaran bukit dan menara pada umumnya
dikontrol oleh kekar atau sesar dengan ukuran yag bervariasi. Kontak dari menara
19
dengan dataran alluvium merupakan tempat pemunculan mata air dan perkembangan
gua
4. Tipe karst yang lain
a. Labyrint karst
Karst yang dicirikan oleh koridor-koridor memanjang yang terkontrol oleh adanya
kekar atau sesar. Morfologi karst tersusun oleh blok-blok batugamping yang
dipisahkan satu sama lain oleh koridor karst. Terbentuk karena pelarutan yang jaul
lebih intensif di jalur sesar dan patahan. Contoh di Indonesia adalah di Papua dan
sebagian Gunungsewu
b. Karst polygonal
Penamaan yang didasarjan dari sudut pandang morfometri dolin. Dapat berupa
kerucut karst maupun menara karst. Karst dikatakan poligonal apabila semua batuan
karbonat telah berubah menjadi kumpulan dolin-dolin dan dolin telah bersambung
dengan lainnya.
c. Karst fosil
Karst yang terbentuk pada masa geologi lampau dan saat ini proses karstifikasinya
sudah berhenti. Tipe ini dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, bentuklahan tinggalan
(relict landform) yaitu karst yang dibentuk pada waktu geologi sebelumnya dan tidak
tertutupi batuan lainnya. Kedua, bentuklahan tergali (exhumed landform) yaitu karst
yang dibentuk pada waktu geologi sebelumnya dan tidak tertutupi batuan non
karbonat yang selanjutnya muncul ke permukaan karena batuan ataonya telah
tersingkap oleh proses denudasi.
20
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1. BENTANG ALAM EOLIAN
A. Hari/tanggal : Minggu, 24 Mei 2015
B. Waktu : 09.25 Wib
C. Lokasi : Pantai Parangkusumo
D. Iklim : kering (tropis) dengan vegetasi semak, cemara laut, pohon
lontar
E. Koordinat : S : 8º.00’.52,7”
E : 110º. 18’.56,9”
Pada lokasi pengamatan pertama kami mengamati bentang alam eolian yang berupa gumuk
pasir, yang berbentuk akibat proses eksogenik dari transportasi angin dari arah tenggara yang
mendominasi pembentukkan endapan lepas ukuran pasir halus atau yang disebut dengan
gumuk pasir (sand dunes). Pada permukaan gumuk pasir dijumpai struktur ripple. Gumuk
pasir juga memiliki struktur sedimen internal berupa silang siur (cross breds) dibentuk oleh
migrasi ripple.
Syarat terbentuknya gumuk pasir :
Dataran pantai yang luas
Adanya sungai atau muara sungai
Media angin sebagai pengangkut
Sinar matahari
Jenis – jenis gumuk pasir
Blacan
Parabolik
Tranfersal
Longitudinal
Stardome
Pesisir
21
Dalam bentang alam eolian ada 2 proses yaitu :
1. Konstruksi
2. Destruksi
Struktur ripple
22
3.2. BENTANG ALAM STRUKTURAL
A. Hari/tanggal : Minggu , 24 Mei 2015
B. Waktu : 11.05 Wib
C. Lokasi : Lanteng Satu, Imogiri, Bantul
D. Cuaca : Cerah
E. Koordinat : S : 7º.56’.54,3’’
E : 110º24’.1,4”
Pada pengamatan lokasi kedua ditemukan singkapan batuan batupasir dan breksi piroklastik
serta bentang alam struktural. Proses yang terjadi karena ada gejala vulkanik yang
mengakibatkan menjadi bentang alam struktural dan gejala tektonik yang mengakibatkan
adanya sesar mendatar dan sesar turun serta adanya kekar-kekar. Dan ditemukan pola aliran
sub-dendritic yang berukuran stadia sungai dewasa. Dan di lapangan ni ditemukan jurus dan
kemiringan (strike/dip) N 184ºE/26º.
Aspek morfometri
a. Beda tinggi : ± 50 m
b. Slope : 55º
c. Panjang lembah : ± 300 m
d. Lebar lembah : ± 45 m
Proses eksogenik
a. Tingkat pelapukan : Rendah
b. Tingkat erosi : Rendah
c. Tingkat transportasi : Rendah
d. Tingkat sedimentasi : Rendah
Litologi : Batupasir dan Breksi piroklastik
23
Fragmen : Basalt
Matrik : Pasir
Semen : Silika
Singkapan batupasir dan breksi piroklastik
24
Gambar adanya sesar
3.3. BENTANG ALAM KARST
A. Hari/tanggal : Minggu , 24 Mei 2015
B. Waktu : 14.15 Wib
C. Lokasi : Goa Gajah, Lemah Abang, Mangunan, Dlingo, Bantul.
D. Cuaca : Cerah
E. Koordinat : S : 7º.56’.41,1’’
E : 110º26’.25,5”
Pada pengamatan terakhir kita mengamati bentang alam karst (endo karst) disebut endokarst
karena morfologi terdapat di bawah permukaan karena adanya proses pelapukan oleh media
trombosan, tetesan, aliran air, yang mengikis tubuh batuan yang mudah larut oleh air, dan
membentuk lubang paa karst tersebut.
Pada lokasi pengamatan bentang alam karst kita masuk di dalam goa yang didalamnya
ditemukan hiasan ornament glum speleothem, stalaktit (yang tumbuh terbentuk akibat aliran
air yang terendapkan), stalakmid (yang terbentuk akibat dari tetesan air), graverit (yang
25
terbentuk adanya aliran air), fosfat ( yang terbentuk karena ada kotoran dari hewan
kelelewar), dan itemukan lubang sinkhole (gua vertikal).
Perkembangannya :
A. Perubahan hutan aliran permukaan dengan aliran bawah permukaan.
Pada lokasi pengamatan berikutnya kami mengamati bentang alam karst (eksokarst) yang
menyerupai kerucut, tingkat pelapukan erosi transport yang tinggi karena proses pelarutan
berangsung intensif, dan proses endogen yang disebabkan oleh aktifitas tektonik. Dan
eksokarst ini dibagi menjadi 3 yaitu : eksokarst mikro, minor, mayor.
Tata guna dari Batugamping ini digunakan untuk pembuat bahan bangunan berupa semen,
pupuk, Dll. Dan daerah karstik ini berpotensi mengandung air bawah tanah.
Stalagtit
26
Stalagmit
BAB IV
KESIMPULAN
Lahan aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin dan
gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang, 2009). Di mana dalam proses terjadinya
melalui pengikisan, pengangkutan, dan juga pengendapan.
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh struktur
geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk
setelah batuan itu ada.
Bentang alam karst adalah Bentang alam atau morfologi yang terbentuk akibat proses
karstifikasi dan proses pelarutan kimia yang diakibatkan oleh aliran permukaan.
27
Masing – masing bentang alam mempunyai ciri-ciri yang berbeda yang meliputi :
Tingkat sedimentasi
Tingkat pelapukan
Tingkat erosi
Tingkat transportasi
BAB V
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula
penulis mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ir. H. Ircham, MT selaku Ketua STTNAS Yogyakarta
2. Winarti ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
3. Dr.Ir.Ev Budiadi, MS dan Al-Hussein Flowers Rizqi, S.T. selaku Dosen Mata Kuliah
Geomorfologi
28
4. Kepada kedua orang tuaku yang sangat saya cintai dan hormati yang tak henti-
hentinya memberikan dukungan, doa, nasehat, dan motivasi.
5. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan
mereka dengan setimpal. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan laporan ini.
Kritik dan saran kami hargai demi penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan
datang. Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai
positif bagi semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://fausiramdani.blogspot.com/2014/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://hanageoedu.blogspot.com/2011/12/karst.html
http://seageost.blogspot.com/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
29