Laporan Akhir Kegiatan
PENGKAJIAN PENANGKARAN BENIH KENTANGBERMUTU UNTUK MENGHASILKAN 10 TON/HA BENIH
KENTANG DI KAB. BENER MERIAH PROV. NAD
Oleh :
Jamal KhalidAbdul AzisM. Ramlan
Zuardi EfendiMehran
Nur Aida fitri
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) NADBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN2011
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan tahunan kegiatan Analisis Pengkajian Penakaran Benih Kentang Bermutu
Untuk Menghasilkan 10 ton/ha Benih Kentang di Kab. Bener meriah Prov. NAD tahun
anggaran 2011.
Kegiatan Pengkajian Penakaran Benih Kentang Bermutu Untuk Menghasilkan
10 ton/ha Benih Kentang di Kab. Bener meriah Prov. NAD bertujuan untuk
menemukan paket teknologi yang tepat dalam memproduksi benih kentang di
tingkat petani di dataran tinggi Gayo. Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) NAD selaku lembaga penelitian menganalisis akar permasalahan
dan menemukan tahapan-tahapan penyelesaian yang direkomendasikan kepada
pemerintah daerah dengan harapan dapat menjawab permasalahan kebutuhan atau
penyediaan benih kentang tersebut di tingkat petani.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai dan teman-teman yang
terlibat di dalam tim kegiatan ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan
kegiatan ini dilapangan sejak dari awal sehingga kegiatan Pengkajian Penakaran
Benih Kentang Bermutu Untuk Menghasilkan 10 ton/ha Benih Kentang di Kab. Bener
meriah Prov. NAD ini terlaksana dengan baik hingga siapnya laporan akhir ini.
Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan segala kritikan dan saran yang
membangun terhadap laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh, Desember 2011Penanggung Jawab Kegiatan,
Ir. Jamal KhalidNIP. 19561122 199203 1 001
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
ii
ABSTRAK
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas dalam beberapa tahunterakhir ini cenderung meningkat permintaannya. Hal ini sejalan dengan perkembanganjumlah penduduk yang menggunakan kentang sebagai sayuran sehari-hari, berkembangnyaindustri pengolahan. Tahun 2007 luas pertanaman kentang di Provinsi NAD 1.230 ha,produksi mencapai 170.460 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura AcehTengah, 2007). Diperkirakan kebutuhan bibit kentang untuk areal seluas tersebut mencapai1.845 ton, dengan asumsi jumlah kebutuhan benih 1,5 ton/ha. Penangkar benih kentangdiharapkan dapat memproduksi benih bermutu dengan tingkat kemurnian tinggi dalamjumlah yang cukup dan berkesinambungan dengan didukung paket teknologi budidaya yangspesifik lokasi dan ramah lingkungan. Pengkajian ini dilakukan pada daerah sentra produksikentang dengan pendekatan survei untuk mengetahui penggunaan benih dan varietas sertateknologinya di tingkat petani. Pengkajian lapang dilakukan dengan menggunakan modelrancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan paket teknologi penangkar benihkentang dan diulang sebanyak 4 kali. Hasil yang diperoleh adalah telah terbina penangkaranbenih kentang yang dapat memproduksi benih bermutu dan tersedianya paket teknologipenangkaran benih yang spesifik lokasi, sehingga dapat menghasilkan benih dengan tingkatkemurnian tinggi secara berkesinambungan di Provinsi Aceh. Paket teknologi pemupukan(paket B) dengan pupuk kompos 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60 kg SP-36 + 50 KgKCl + 50 Kg NPK Bast per hektar dapat menghasilkan umbi bibit kentang sebanyak 12,50ton/ha.
Kata kunci : Kentang, penakaran, benih bermutu, produksi.
ABSTRACT
Potato (Solanum tuberosum L) is one of the commodities in recent years is likely to increasedemand. This is in line with the growing amount of peopleusing potatoesas vegetables daily, the development of processing industries. In2007 extensive planting of potatoes in NAD 1230 ha, production reached 170 460 tonnes(Department of Agriculture and Horticulture Central Aceh, 2007). Estimated needs forthe area of seed potatoes has reached 1845 tons, assuming the amount of seedrequirement of 1.5 tons/ha. Breeder seed potatoes is expected to produce qualityseeds with high levels of purity and in sufficient quantities to support sustainableaquaculture technology package that specific location and friendly environment. Theassessment was conducted on potato production centers with a survey approach todetermine the use of seeds and varieties as well as its technology at the farm level.Field assessment carried out by using a randomized block design model (RBD) with3 treatment package of seed potato breeder technology and repeated 4 times. The resultsobtained are seed potatoes have been nurtured to produce qualityseeds and seed technology package providing a specific location, so it canproduce seeds with high purity levels are sustainable in the province of Aceh.Fertilization technology package (package B) with 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60kg SP-36 + 50 Kg KCl + 50 Kg NPK Bast per ha can produce potato seed tubers as muchas 12.50 tons/ha.
Key words: Potato, dosing, quality seed production.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ iKATA PENGANTAR....................................................................... iiRINGKASAN ............................................................................... iiiABSTRACT .................................................................................. ivDAFTAR ISI ................................................................................ vDAFTAR TABEL ........................................................................... vi
I. PENDAHULUAN .................................................................... 11.1. Latar Belakang .................................................................. 11.2. Tujuan ............................................................................... 41.5. Perkiraan Keluaran.............................................................. 41.6. Perkiraan hasil .................................................................... 41.7. Perkiraan manfaat dan dampak............................................ 5
II. PROSEDUR PELAKSANAAN................................................... 62.1. Persiapan............................................................................ 62.2. Bahan dan Alat.................................................................... 62.3 Ruang Lingkup kegiatan ....................................................... 62.4 Pendekatan......................................................................... 72.5. Waktu dan tempat ............................................................... 82.6. Metode analisis.................................................................... 92.7. Pelaporan ........................................................................... 15
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 163.1. Ketersediaan Benih di tingkat Petani ...................................... 163.2. Perkembangan Penangkar Benih ........................................... 173.3. Potensi Wilayah dan Hasil Perbanyakan Benih ........................ 173.4. Kebutuhan Benih dan Jenis Varietas yang digunakan .............. 263.5. Pembinaan Kelompok Penangkaran Benih .............................. 37
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 39DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 40LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................ 41
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
iv
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Ruang lingkup Kegiatan Perbanyakan Benih Padi dan KedelaiMendukung Program SLPTT di Provinsi Aceh........................................... 7
2. Perbanyakan Benih Padi dan kedelai Mendukung Program SLPTT diProvinsi Aceh ....................................................................................... 9
3. Daftar jenis varietas, kelas benih, luas tanam dan jumlah petani yangterlibat dalam kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh BaratDaya.................................................................................................... 19
4. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yangdisertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Aceh BaratDaya ................................................................................................... 20
5. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, luas tanam dan jumlah petaniyang terlibat dalam kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie ........ 22
6. Daftar jenis varietas padi, kelas benih, jumlah benih hasilkan serta yangdisertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten Pidie ........... 22
7. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, luas tanam dan jumlahpetani pelaksana dalam kegiatan perbanyakan benih kedelai diKabupaten Pidie.................................................................................... 23
8. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, jumlah benih hasilkan sertayang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di KabupatenPidie....................................................................................................
23
9. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, luas tanam dan jumlah petanipelaksana dalam kegiatan perbanyakan benih kedelai di Kabupaten PidieJaya..................................................................................................... 25
10. Daftar jenis varietas kedelai, kelas benih, jumlah benih hasilkan sertayang disertifikasi pada kegiatan perbanyakan benih di Kabupaten PidieJaya.................. 25
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
5
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan pola pengembangan bertujuan mendorong pertumbuhan
industri yang tangguh serta mantap. Oleh karena itu pertanian berperan sebagai
katalisator pertumbuhan ekonomi dan membuka kesempatan kerja menjamin
tersedianya bahan baku untuk industri, tersedianya bahan pangan yang
memenuhi kebutuhan gizi serta meningkatkan devisa dan pendapatan keluarga.
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas yang
mendapat prioritas pengembangan karena dapat digunakan sebagai sumber
karbohidrat, bernutrisi tinggi terutama vitamin dan mineral yang mempunyai
potensi dalam diversifikasi pangan. Permintaan pasar terhadap kentang beberapa
tahun terakhir ini cendrung meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah
penduduk yang menggunakan kentang sebagai sayuran sehari-hari,
meningkatnya pendapatan, berkembangnya industri pengolahan (Karyadi, 2002).
Keadaan tersebut mengakibatkan bertambahnya permintaan bibit kentang
bermutu/berkualitas. Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah
padi, jagung dan gandum (Wattimena, 2000).
Potensi produksi dan perkembangan kentang di Provinsi Aceh, dinilai
cukup tinggi, dengan tersedianya lahan yang belum dimanfaatkan, khususnya di
dataran tinggi Gayo (Kab. Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah) seluas 33.483
ha, terdiri dari lahan tegalan, sawah dan lahan yang belum dimanfaatkan.
Sebahagian besar terletak didataran tinggi dan medium dengan ketinggian 800–
2.600 m dpl, dengan kemiringan tanah 0–15%, merupakan daerah yang sesuai
secara fisik untuk pertanaman kentang dan didukung dengan curah hujan 22 hari
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Tengah, 2006).
Benih merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap
usahatani yang maju. Penggunaan input lainnya secara maksimum tidak akan
memberikan hasil tinggi bila benih yang digunakan tidak bermutu. Mutu benih
mencakup mutu genetis yang ditentukan oleh derajat kemurnian genetis, mutu
fisiologis ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih sedangkan mutu fisis
ditentukan oleh tingkat kebersihan fisis.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
6
1.2 Perumusan Masalah
Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues tingkat
produktivitas rata-rata agregat yang dicapai 14,49 ton/ha dan masih berada
dibawah tingkat produktivitas nasional yaitu 17,5 ton/ha (Badan Pusat Statistik
Prov. NAD, 2008 dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov.
NAD, 2007). Sementara hasil penelitian/pengkajian dengan menggunakan benih
yang berasal dari penangkar mencapai 3035 ton/ha. Senjang hasil inilah kiranya
yang perlu dikaji pada tingkat petani dataran tinggi Gayo Provinsi Aceh (Nur, dkk.
1998).
Tahun 2008 luas pertanaman kentang di Provinsi Aceh 1.230 ha, produksi
mencapai 170.460 ton (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh
Tengah, 2007). Diperkirakan kebutuhan bibit kentang untuk areal seluas tersebut
mencapai 1.845 ton, dengan asumsi jumlah kebutuhan benih 1,5 ton/ha.
Bibit di pasaran umumnya berasal dari Berastagi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, dan Pengalengan Jawa Barat. Oleh karena itu potensi kentang
di Aceh dihadapkan pada dua pilihan, yakni menggunakan bibit yang berasal dari
tanaman petani sendiri dengan harga lebih murah tetapi membutuhkan input
lebih tinggi karena tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit
lebih tinggi, dan menggunakan bibit berasal dari penangkar dengan harga lebih
mahal, akan tetapi lebih tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga produksi
lebih tinggi.
Kelompok tani merupakan kelembagaan di tingkat usahatani yang paling
berperan penting dalam penangkaran benih. Kemampuan dan kekuatan
kelompok tani sangat ditentukan oleh kekompakan anggotanya serta ketaatan
mematuhi peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan bersama. Apabila
kelembagaan kelompok tani dapat berperan sebagai unit lembaga ekonomi skala
kecil yang solid, diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani dengan
pelaku agribisnis kentang. Peranan kelompok tani menjadi sangat penting dalam
mewujudkan kebersamaan langkah dan keterpaduan program penangkar benih.
Dalam kaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan terus-menerus pembinaan dan
pelatihan, baik secara teori maupun teknis lapangan terutama dalam hal
manajemen usahatani dengan kewirausahaan agar dalam era globalisasi petani
telah siap bersaing.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
7
1.3. Tujuan
- Memperoleh benih Kentang bermutu 10 ton/ha melalui pemberdayaan
penangkar, secara teknis mudah dilakukan, menguntungkan dan
berkelanjutan.
- Memperoleh paket teknologi penangkaran benih kentang yang spesifik
lokasi.
- Meningkatkan pengetahuan petani dalam memproduksi benih kentang
bermutu guna memenuhi benih kentang di Provinsi Aceh.
1.4. Output (Keluaran)
- Tersedianya benih Kentang bermutu 10 ton/ha melalui pemberdayaan
penangkar, yang secara teknis mudah dilakukan, menguntungkan dan
berkelanjutan.
- Tersedianya satu paket teknologi penangkaran benih kentang yang
spesifik lokasi.
1.5. Perkiraan Outcame
- Teradopsinya penggunaan benih bermutu ditingkat petani
1.6. Manfaat
- Meningkatnya produksi kentang akibat tersedianya bibit unggul mudah
dan murah setiap musim tanam di daerah
1.7. Dampak
- Meningkatnya produksi secara meluas akibat bibit unggul tersedia dengan
mudah dan murah setiap musim tanam
- Menigkatnya kesejahteraan petani
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Upaya peningkatan produksi kentang
Pertanian masa depan merupakan industri pertanian yang tangguh,
modern dan efesien, mempunyai karekteristik pemanfaatan sumber daya
pertanian yang optimal, berkelanjutan dan ramah lingkungan, menerapkan
diversifikasi pertanian yang komprehensif, teknologi yang diperlukan adalah
teknologi yang spesifik lokasi, sinergis, dinamis dan partisipatif dalam
pengembangannya menerapkan sistem agribisnis dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang didukung industri terspesialisasi dan terintegrasi dengan skala
usaha komersial.
Kendala peningkatan produksi kentang di Indonesia diantaranya yaitu: (1)
rendahnya kualitas dan kuantitas bibit kentang, yang merupakan perhatian
utama dalam usaha peningkatan produksi kentang di Indonesia, (2) teknik
budidaya yang masih konvensional, (3) faktor topografi, dimana daerah dengan
ketinggian tempat dan temperatur yang sesuai untuk pertanaman kentang di
Indonesia sangat terbatas, (4) daerah tropis Indonesia merupakan tempat yang
optimum untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman kentang
(Kuntjoro, 2000).
Di Provinsi Aceh pengembangan tanaman kentang terpusat di Kabupaten
Bener Meriah dan Aceh Tengah. Kedua kabupaten ini merupakan daerah yang
memperoleh dana Pengambangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang
sebagian kelompok tani mengupayakan tanaman kentang sebagai andalan usaha
di daerahnya. Beberapa kecamatan dalam Kabupaten Bener Meriah yang terlibat
PUAP diantaranya Kecamatan Bukit, Syiah Utama, Bandar, dan Timang Gajah
(Yufniati, 2008).
Benih merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap
usahatani yang maju. Penggunaan input lainnya secara maksimum tidak akan
memberikan hasil tinggi bila benih yang digunakan tidak bermutu. Mutu benih
mencakup mutu genetis yang ditentukan oleh derejat kemurnian genetis, mutu
fisiologis ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor benih sedangkan mutu fisis
ditentukan oleh tingkat kebersihan fisis (Sadjat, 1999).
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
9
Penanaman bibit kentang bermutu, tepat waktu dan tepat umur fisiologis
adalah faktor utama penentu keberhasilan produksi kentang (Wattimena, 2000).
Upaya penyediaan benih kentang bermutu perlu dilandasi dengan sistem
perbenihan yang mapan. Sentra produksi utama kentang di Indonesia terletak di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara (Wattimena, 2000).
Bibit di pasaran umumnya berasal dari Berastagi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, dan Pengalengan Jawa Barat. Oleh karena itu potensi kentang
di Aceh dihadapkan pada dua pilihan, yakni menggunakan bibit yang berasal dari
tanaman petani sendiri dengan harga lebih murah tetapi membutuhkan input
lebih tinggi karena tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit
lebih tinggi, dan menggunakan bibit berasal dari penangkar dengan harga lebih
mahal, akan tetapi lebih tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga produksi
lebih tinggi.
2.2. Teknologi perbanyakan benih kentang bermutu
Perbanyakan benih kentang bermutu dan bebas penyakit dapat dilakukan
dalam rumah ketat serangga (screen house), teknologi ini menanam ke media
tanah steril. Hasil yang diperoleh umbi menjadi lebih besar dari umbi mikro,
sehingga disebut umbi mini yang disebut dengan keturunan Go dan ini dapat
diperbanyak melalui penyetekan (Simatupang, 2000).
Perbanyakan benih kentang bebas penyakit adalah untuk memperoleh
benih kentang bermutu tinggi, dengan harga terjangkau petani (anonymb, 2000).
System perbanyakan benih kentang bermutu dimulai dari penyediaan benih
sumber Go (breeder seed) bebas pathogen oleh Balitsa Lembang melalui teknik
kultur jaringan. Selanjutnya Go berupa stek dikirimkan ke BBI untuk diperbanyak
di sceer house A dan menghasilkan mini tuber, yang selanjutnya secara berturut-
turut ditanam menjadi G1 (pada screen house) dan G2 (di lapangan).
Perbanyakan dari G2 ke G3 dilaksanakan di BBU yang selanjutnya diperbanyak
menjadi G4 oleh para penangkar yang telah terlatih (anomima dan Kuntjoro,
2000).
Pengawasan dan pemeriksaan oleh BPSBTPH dilaksanakan mulai G2
sebagai benih dasar, sedangkan G1 diberikan akreditasi kepada BBI untuk
diperiksa sendiri, mengingat teknis perbanyakan masih dalam screen house dan
BBI memiliki teknik dan fasilitas yang memadai (Anonim, 2000a).
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
10
Menurut Willy (2008), Benih kentang yang dipakai sekarang berupa organ
vegetatif (umbi), sehingga sekalipun diperbanyak berkali-kali tidak akan terjadi
perubahan secara genetis. Adapun kemerosotan (degenerasi) produksi yang
terjadi pada setiap generasi benih kentang yang diperbanyak/ditanam secara
terus menerus disebabkan oleh infestasi penyakit yang terakumulasi pada setiap
generasi dan terus terbawa pada regenerasi benih. Penyakit yang kompeten
dalam degenerasi produksi ini adalah virus. Semakin panjang generasi benih
maka semakin besar tingkat infestasi virus pada generasi benih tersebut,
sehingga produksinya semakin rendah. Oleh karena itu hanya benih yang sehat
yang memiliki potensi produksi yang baik dapat dijadikan bibit. Hasil tanaman ini
dapat ditanam 5–8 turunan dengan melakukan seleksi baik pada saat
pertumbuhan maupun pada saat panen serta digudang penyimpanan
(Suharyono, 2001).
Benih kentang bersertifikat merupakan benih terseleksi yang dihasilkan
melalui serangkaian proses pemeriksaan menyeluruh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu benih, yaitu tingkat infeksi dan infestasi penyakit, hama
dan kerusakan fisik atau fisiologis lainnya serta campuran varietas lain yang
mungkin ada. Pemeriksaan dilaksanakan mulai benih sumber yang ditanam,
lokasi/lahan yang digunakan, pertanaman dilapangan dan umbi pasca panen di
gudang (Abdurrahman, 2000, Wattimena, 2000).
Pemberdayaan benih kentang bermutu dan bebas penyakit dapat
dilakukan dalam rumah ketat serangga (screen house), teknologi ini menanam ke
media tanah steril. Hasil yang diperoleh umbi menjadi lebih besar dari umbi
mikro, sehingga disebut umbi mini yang disebut dengan keturunan Go dan ini
dapat diperbanyak melalui penyetekan (Simatupang, 2000).
Benih kentang bersertifikat merupakan benih terseleksi yang dihasilkan
melalui serangkaian proses pemeriksaan menyeluruh terhadap factor-faktor yang
mempengaruhi mutu benih, yaitu tingkat infeksi dan infestasi penyakit, hama
dan kerusakan fisik atau fisiologis lainnya serta campuran varietas lain yang
mungkin ada. Pemeriksaan dilaksanakan mulai benih sumber yang ditanam,
lokasi/lahan yang digunakan, pertanaman di lapangan dan umbi pasca panen di
gudang (Abdurrahman, 2000, Wattimena, 2000).
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
11
III. METODOLOGI
3.1. Ruang Lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan meliputi: (1) survei diagnostik yang meliputi:
inventarisasi teknologi budidaya kentang yang digunakan petani di lokasi
pengkajian, penentuan petani kooperator, dan karakteristik lokasi pengkajian. (2
Komponen teknologi budidaya kentang seperti pnggunaan varietas unggul,
perlakuan benih, pemberian bahan organik (Limbah kulit kopi) (3) analisis sosial
ekonomi. Kegiatan ini melibatkan kelompok tani/petani, penyuluh pertanian Tk.II
di bawah bimbingan peneliti dari BPTP NAD.
3.2. Waktu dan lokasi penelitian
Pengkajian ini dimulai pada bulan Pebruari sampai dengan Desember
2011. Lokasi Pengkajian di Desa Delung, Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten
Bener Meriah, dipilihnya kabupaten tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa
daerah ini adalah sentra produksi kentang di Provinsi Aceh.
3.3. Rancangan Pengkajian
Survei dilakukan untuk mendalami masalah, mengenal lokasi, faktor
pendukung dan penghambat, keadaan petani/masyarakat, keadaan penyuluh
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pengkajian. Survei ini
dilakukan dengan menggunakan metode PRA. Data yang dihasilkan merupakan
data sekunder.
Pengkajian ditempatkan pada lokasi yang memiliki lahan pertanaman
kentang dalam suatu hamparan yang jauh dengan pertanaman petani guna
menghindari menyebarnya hama dan penyakit tertentu. Areal ini merupakan
lahan dikuasai petani koperator/kelompok tani, sedangkan petani kooperator
adalah petani pelaksana kegiatan pengkajian yang sudah biasa melaksanakan
usahatani kentang dengan produktivitas usahataninya baik dan berminat untuk
menjadi penangkar benih kentang, sehingga dampak penerapan teknologi dapat
dilanjutkan dan berkembang. Secara garis besar kegiatan dilakukan untuk
mengkaji beberapa paket teknologi penangkaran benih yang dalam
pelaksanaannya menggunakan konsep yaitu, memperkenalkan teknologi
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
12
penangkar benih kentang bermutu dengan cara modifikasi beberapa metode
paket teknologi.
Pemililihan lokasi pengkajian didasarkan kepada beberapa persyaratan
antara lain adalah: sentra produksi tanaman kentang, sesuai dengan
perencanaan pembangunan daerah, mudah dan cepat terlihat oleh masyarakat
tani dan pengguna lainnnya, dan memenuhi kaedah-kaedah pengkajian.
Sedangkan pemilihan petani koperator didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :
telah terbiasa melakukan budidaya penanaman kentang, dapat menerima inovasi
teknologi, adanya motivasi/semangat dalam melakukan kegiatan, dapat bekerja
sama dalam tim, dan mempunyai lahan usahatani sendiri.
Pengkajian ini merupakan kegiatan pembinaan/pelatihan dan kegiatan
penangkaran di lapangan, dilaksanakan dengan mengutamakan unsur partisipatif
dan kemitraan antara pengkaji, penyuluh lapangan dan petani koperator. Dalam
pelaksanaanya melibatkan instansi terkait, Dinas Pertanian Kabupaten, Badan
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten, BPSBTPH, BPP Kecamatan dan
Aparat desa lainnya.
Pendekatan teknologi yang dilaksanakan dengan petani/kelompok tani
lebih kepada sumber daya alam yang tersedia di wilayah tersebut berupa potensi
limbah kopi, humus hutan, kotoran sapi dan sarana saprodi yang tersedia.
Limbah kopi yang digunakan difermentasi dengan M-Dex. Kegiatan di lapangan
dilaksanakan dengan menerapkan model Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Lokasi kegiatan pengkajian yang terpilih
ditetapkan 3 (tiga) kelompok tani, setiap kelompok tani penangkar akan
menanam tanaman kentang dengan lahan seluas 2,500 m2, jumlah ke 3 (tiga)
kelompok tani tersebut seluas 0,75 hektar dengan masing-masing menerapkan 3
(tiga) paket teknologi. Setiap kelompok tani yang melakukan penangkar benih
kentang dengan beberapa perlakuan paket teknologi dijadikan ulangan dalam
pengkajian. Model paket teknologi yang akan dikaji yaitu: Paket teknologi
introduksi yang akan diuji akan disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, jadi
setiap kelompok tani akan melaksanakan ketiga model paket teknologi tersebut,
sehingga setiap kelompok tani akan mendapatkan paket teknologi/perlakuan
lengkap. Deskripsi paket teknologi dapat dilihat pada Tabel 1.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
13
Tabel 1 . Deskripsi Perakitan Teknologi Spesifik Lokasi pada PemberdayaanKelompok Tani Sebagai Penangkar Benih Kentang Bermutu.
No Komponen Teknologi Uraian1 Lahan Sawah/tegalan2 Pengolahan tanah 2 kali traktor dan 1 kali pacul/ratakan3 Bedengan Lebar 70 cm, panjang tergantung lahan, tinggi 60 cm
untuk lahan sawah, 30 cm untuk lahan tegalan.4 Varietas Margahayu5 Asal bibit Kultur jaringan/penangkar/swasta (G3)6 Ukuran bibit 10 – 30 gram/knol/umbi7 Cara tanam Tanpa lobang (musim Hujan), lobang (musim
kemarau)8 Jarak tanam 70 cm x 30 cm
9 Limbah kopi siap pakaiPaket A Paket B Paket C
100 grm/batang 200 grm/batang 300 grm/batang10 Pupuk buatan/an-organik Urea Za SP-36 KCl NPK
75 kg/ha75 kg/ha90 kg/ha75 kg/ha75 kg/ha
50 kg/ha50 kg/ha60 kg/ha50 kg/ha50 kg/ha
25 kg/ha25 kg/ha30 kg/ha25 kg/ha25 kg/ha
11 Pemeliharaan Pembubunan Fungisida
- Antracol- Dithane - M45- Velimex
- Ridomil MZ Insektisida
- Curacron 500 EC- Marshal 20 EC- Padan- Confidor- Reagent- Curater- Temik
Citowet (perekat)
Dilakukan saat pemupukan ke 2/penyiangan
Dosis anjuran, disemprot mulai umur 3 minggusetelah tanaman, dengan interval 7 hari sekali
Disemprot mulai umur 3 minggu setelah tanamdengan interval waktu 7 hari sekali
12 Perlakuan tanaman Umur 70 hari setelah daun disemprot dengan bahankimia/secara mekanis agar cepat kering, terhindardari hama/penyakit
13 Panen Umur 90-100 hari setelah tanam/disesuaikan dengankondisi lapangan
14 Pasca panen Setelah panen dibiarkan beberapa hari di ruanganagar tanah yang melekat pada umbi hilang
15 Penyimpanan benih Dibuat rak dengan ventilasi udara baik/denganperlakuan
3.4. Pengamatan
Data sekunder merupakan data awal untuk penentuan kegiatan
selanjutnya. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
14
merupakan data yang dikumpulkan dari hasil kegiatan dilapangan berdasarkan
variabel pengamatan dibawah ini.
Variabel pengamatan adalah sebagai berikut :
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah umbi/rumpun
Umbi bibit (ton/ha)
Umbi konsumsi (ton/ha)
Jumlah tanaman sampel yang akan diamati adalah 20 tanaman setiap satuan
percobaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti/pengkaji dibantu oleh penyuluh
lapangan dan kelompok tani.
3.5. Analisis Data
Data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber diolah secara
tabulasi untuk dilakukan analisis secara deskriptif. Data primer yang dikumpulkan
dari hasil kegiatan dilapangan diolah berdasarkan model matematis yang
digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian sebagai berikut ini :
Yjk = µ + βj + Pk + Ejk
dimana :
Yijk = Hasil pengamatan akibat perlakuan (P)
µ = Rataan umum
βj = Pengaruh ulangan ke-j
Pk = Pengaruh perlakuan ke-k
Ejk = Pengaruh galat percobaan dari Perlakuan (P) ke-k pada ulangan ke-j
Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata,
maka untuk menguji perbedaan nilai tengah antara perlakuan dilanjutkan dengan
uji BNT pada taraf 5%. Dengan menggunakan model matematis :
BNT 0,05 = t 0,05 (dba) √(2 KT galat)/r
dimana :
- BNT 0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%
- t 0,05 (dbA) = nilai baku t pada taraf 5% dan derajat bebas acak
- KT galat = Kuadrat Tengah Galat
- r = jumlah ulangan
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil PRA.
4.1.1. Wilayah
Desa Delung merupakan satu desa dari 40 desa yang berada dalam
kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Kota kecamatan terletak lebih kurang
4 km dari lokasi usahatani kentang. Wilayah desa tersebut sangat strategis dan
layak/sesuai untuk pengembangan usaha agribisnis kentang. Jenis tanah
umumnya andosol dengan ketinggian 1.432 m dpl dengan titik koordinat N 040
42’ 745”, E 0960 59’620”.
4.1.2. Topografi
Desa Delung memiliki tofografi agak miring dengan jenis tanah pada
umumnya andosol dengan tektur lempung berpasir. Jenis tanah tersebut
digunakan untuk usaha tani padi sawah dan tanaman hortikultura. Areal
persawahan pada desa menggunakan irigasi desa yang sumber airnya hampir
tidak pernah kering sepanjang tahun. Sebahagian besar tanah adalah lahan
persawahan dengan luas 150 ha, lahan kebun seluas 110 ha sedangkan lahan
pekarangan 10 ha. Lahan persawahan merupakan lahan potensial
pengembangan tanaman kentang setelah tanaman padi. Pola tanam padi
kemudian kentang telah lazim dilaksanakan di desa tersebut. Penggunaan lahan
di Desa Delung Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah disajikan pada Gambar
1.
4.1.3. Jumlah Penduduk.
Jumlah penduduk Desa Delung sebanyak 444 jiwa. Sebahagian besar
penduduk desa pada usia produktif antara 16–56 tahun sebanyak 291 jiwa
(65,54 %), Hal ini merupakan suatu potensi yang sangat menguntungkan dalam
mengerakkan roda pembangunan di desa.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
16
Gambar 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Desa Delung Kec. BukitKab.Bener Meriah (jiwa)
4.1.4. Pendidikan.
Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Delung telah cukup memadai
untuk daerah pedesaan. Sebahagian besar penduduk desa telah memahami/
menyadari bahwa pendidikan merupakan sebuah investasi masa depan dalam
menunjang perkembangan dan perekonomian desa. Hal ini merupakan salah
satu dasar dalam mengerakkan roda pembangunan di desa. Jumlah penduduk
yang tidak tamat sekolah dasar hanya 58 jiwa (13,01%) sedangkan jumlah
penduduk yang telah mengenyam pendidikan 230 jiwa (51,80%), hal yang
menggembirakan bahwa sebahagian penduduk 15 jiwa (3,38%) telah sampai ke
tingkat perguruan tinggi.
Gambar 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan (Jiwa) Desa Delung Kec.Bukit Kab. Bener Meriah
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
17
4.1.5. Pekerjaan.
Masyarakat di Desa Delung pada umumnya adalah petani 77% baik
sebagai pemilik maupun sebagai penggarap. Sangat sulit untuk memisahkan
antara petani tanaman pangan dan hortikultura dengan komoditi dari sektor
perkebunan, karena pada umumnya hampir seluruh penduduk mempunyai atau
memiliki lahan pertanian sendiri, hanya luasan usahatani yang dimiliki berbeda
antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Gambaran lengkap pekerjaan
penduduk disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Desa Delung Kec. Bukit-Bener Meriah (jiwa)
Ditinjau dari berbagai karakteristik sumberdaya manusia di Desa Delung
Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, merupakan salah satu desa yang
mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan menuju desa
mandiri dan maju. Dukungan dan perhatian seluruh instansi terkait sangat
diharapkan masyarakat demi peningkatan kesejahteran dan perekonomian desa.
4.1. 6. Kelembagaan.
Pada prinsipnya kelembagaan yang berkembang di masyarakat telah
terbentuk dan berkembang baik formal maupun non formal. Kelembagaan yang
dapat menunjang di bidang pengembangan di bidang pertanian, peternakan dan
perikanan air tawar berada pada tingkat desa dan kecamatan yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan peranan maupun fungsinya dalam upaya
membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Kelembagaan
tersedut tergolong dalam tiga kelompok :
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
18
a. Kelembagaan dari sudut ekonomi meliputi :
BRI, Koperasi, BPD,
Pedagang/perusahaan
b. Kelembagaan sosial masyarakat.
Kelompok Tani, KTNA, LKMD, LSM, Posyandu
Dan lain-lain
c. Kelembagaan pendidikan.
SD
SLTP
SLTA
4.2. Pembuatan Pupuk Organik
Pemanfaatan bahan organik sangat penting dalam memperbaiki sifat-sifat
fisika, kimia, dan biologi tanah. Selain mampu memperbaiki sifat fisika dan
biologi tanah, bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara
serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman.
Penggunaan pupuk organik, baik jenis maupun takarannya, telah banyak diteliti,
tetapi akhir-akhir ini telah banyak dikembangkan pupuk organik kotoran ternak
dan pupuk organik lainnya hasil fermentasi dan efeknya belum banyak diteliti.
Proses pembuatan pupuk kompos dilakukan dua bulan sebelum
pemakaian. Proses pengomposan ini dilakukan bersama petani kooperator dua
bulan sebelum tanam dimaksudkan untuk memberikan waktu yang cukup agar
bahan-bahan yang dikomposkan menjadi benar-benar matang. Bahan organik
yang masih mentah mempunyai nisbah C/N tinggi, apabila diberikan secara
langsung ke dalam tanah akan berdampak negatif terhadap ketersediaan hara
tanah.
Bahan organik langsung akan digunakan oleh mikrobia untuk memperoleh
energi. Populasi mikrobia yang tinggi, akan memerlukan unsur hara untuk
tumbuh dan berkembang. Unsur hara diambil dari tanah yang seyogyanya
digunakan oleh tanaman, sehingga mikrobia dan tanaman saling bersaing
merebutkan hara yang ada. Akibatnya unsur hara yang ada di dalam tanah
berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa organik
mikrobia. Untuk menghindari imobilisasi hara, bahan perlu dilakukan proses
pengomposan terlebih dahulu.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
19
Proses pengomposan adalah suatu proses penguraian bahan organik dari
bahan dengan nisbah C/N tinggi (>15) menjadi bahan yang mempunyai nisbah
C/N rendah (<15) dengan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia
pendekompuser. Pupuk organik kotoran ternak difermentasi (porasi) diberi
inokulan kultur mikroorganisme tertentu yang diproduksi oleh sebuah
perusahaan. Dalam kultur mikroorganisme komersial itu terdapat bakteri yang
dapat mempercepat fermentasi bahan organik, bakteri pelarut P, dan bakteri
pemfiksasi N. Dengan demikian, mikroba yang terdapat dalam kultur
mikroorganisme itu mampu memfermentasi bahan organik dalam waktu cepat
dan menghasilkan senyawa organik seperti protein, gula, asam laktat, asam
amino, alkohol, dan vitamin dimana dalam waktu yang sangat cepat berubah
menjadi senyawa anorganik yang mudah tersedia bagi tanaman.
Bahan baku pupuk organik adalah bahan-bahan yang tersedia dilokasi
pengkajian. Bahan baku kompos adalah : limbah kulit kopi, pupuk kandang, abu
sekam padi difermentasi dengan menggunakan EM-4. Komposisi pupuk kompos
limbah kulit kopi adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Komposisi Pupuk Kompos Limbah Kopi
Bahan Komposisi per tonkompos (%)
Kebutuhan per ha (10ton) kompos (kg)
Limbah kulit kopi 50 5.000Pupuk kandang 20 2.000Abu sekam padi/ kopi 30 3.000Gula merah 1 kg/ton 10M - Dex 1 kg/ton 10
Langkah kerja Pembuatan Kompos
Bahan baku seperti limbah kulit kopi, pupuk kandang dan abu sekam padi
dicampur sampai merata. Gula merah dan M-Dex diencerkan menjadi 10–15 liter
dengan menambahkan air cucian beras. Campuran limbah kulit kopi + pupuk
kandang + abu sekam diratakan setebal 10 cm kemudian disiram dengan larutan
gula merah dan M-Dex yang telah diencerkan secara merata. Lakukan terus lapis
demi lapis sampai semua bahan baku habis, sebelum ditutup dengan plastik
tambahkan air sampai kondisi cukup lembab.
Setelah 24 jam pertama bila suhu telah meningkat lebih dari 50ºC
penutup plastik dibuka dan diaduk setelah suhu turun ditutup kembali.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
20
Pertahankan suhu antara 4050ºC. Apabila suhu tidak naik artinya proses
fermentasi belum dimulai maka tambahkan kembali larutan M-Dex sekali lagi
sesuai dengan takaran di atas.
Lakukan pengecekan/pemeriksaan setiap 5–6 jam sekali dan bila suhu
naik lakukan pembukaan dan pengadukan seperti di atas. Lakukan pemeriksaan
terus menerus sampai suhu stabil (suhu ruangan) dan kompos telah siap
digunakan.
Proses pembuatan kompos
Kulit Kopi+
Abu sekam+
Kotoran Ternak dicampur1
Gulamerah
+E M - 4
+Air cucian
beras
Dilarutkanhingga
homogen2
Setiap lapisandisiram dengan
bahan 2Tebal lapisan 10 cm
Tutupdenganplastik
Kontrol I 24 jam> 50o C buka & aduk< 50o C buka & beri
EM 4 lagi
> 50o C buka & adukKontrol II 5 - 6 jam
Ciri yang baikGembur, hitam,
tidak berbau, suhustabil (suhu udara)
+
PROSES PEMBUATAN KOMPOS
Gambar 4. Skema Proses Pembuatan Kompos Dengan Bahan Baku Limbah KulitKopi
4.3. Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang Kentang Varietas GranolaUmur 40 Hari setelah Tanam
Keragaan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang kentang pada
berbagai komposisi pupuk dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data diatas
terlihat bahwa berbagai jenis pupuk mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf
0,05% baik tinggi tanaman maupun jumlah cabang. Tingggi tanaman tertinggi
diperoleh pada Paket C (pupuk kompos 10.500 kg + 25 kg Urea + 25 Kg ZA + 30
kg SP-36 + 25 Kg KCl + 25 Kg NPK Bast per hektar) Tinggi Tanaman pada Paket
C, B dan A berturut-turut adalah 57,50 cm, 56,70 cm dan 45,55 cm.
Jumlah cabang terbanyak diperoleh pada paket B yaitu 4,60 buah per
rumpun dan tidak berbeda dengan Paket A dan Paket C. Masing-masing jumlah
M Dex
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
21
cabang pada Paket A, B dan C berturut-turut adalah 3,95 buah, 4,60 buah dan
3,50 buah.
Tabel 3. Tanggapan Berbagai Komposisi Pupuk Terhadap Pertumbuhan TinggiTanaman dan Jumlah Cabang Kentang Varietas Granola Umur 40 HariSetelah Tanam.
Paket Jenis Pupuk Dosis/ha (kg) TinggiTanaman
(cm)
JumlahCabang(buah)
Paket AKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
3.5007575907575
45,55 a 3,95 a
Paket BKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
7.0005050605050
56,70 ab 4,60 a
Paket C KomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
10.5002525302525
57,50 b 3,50 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang samamenunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 0,05% berdasarkan Tukeytest.
Untuk lebih jelasnya hubungan antara paket perlakuan dengan tinggi
tanaman dan jumlah cabang per rumpum dapat di lihat pada gambar berikut.
Gambar 5. Hubungan Antara Paket Perlakuan dengan Tinggi Tanaman danJumlah Cabang Per Rumpun
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
22
Pemanfaatan bahan organik sangat penting dalam memperbaiki sifat-sifat
fisika, kimia, dan biologi tanah, selain mampu memperbaiki sifat fisika dan biologi
tanah, bahan organik juga berperan sebagai penyumbang unsur hara serta
meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman. Penggunaan
pupuk organik, baik jenis maupun takarannya, telah banyak diteliti, tetapi akhir-
akhir ini telah banyak dikembangkan pupuk organik kotoran ternak dan pupuk
organik lainnya hasil fermentasi.
Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran
lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat secara nyata dikurangi.
Kemampuan pupuk organik untuk menurunkan dosis penggunaan pupuk
konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah dibuktikan oleh
beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (kedelai, padi, jagung,
dan kentang) maupun tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan
tebu) yang diketahui selama ini sebagai pengguna utama pupuk konvensional
(pupuk kimia). Lebih lanjut, kemampuannya untuk mengurangi dampak
pencemaran lingkungan terbukti sejalan dengan kemampuannya menurunkan
dosis penggunaan pupuk kimia.
Beberapa hasil penelitian di daerah Pati, Lampung, Magetan, Banyumas,
organik terbukti dapat menekan kebutuhan pupuk urea hingga 100 persen,
TSP/SP36 hingga 50 persen, kapur pertanian hingga 50 persen. (Rukmana,
2002). Aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan separuh takaran
dosis standar pupuk kimia (anorganik) dapat menghemat biaya pemupukan.
Pengujian lapang terhadap tanaman pangan (kentang, jagung, dan padi) juga
menunjukkan hasil yang menggembirakan, karena selain dapat menghemat
biaya pupuk, juga dapat meningkatkan produksi khususnya untuk dosis 75
persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25 persen pupuk organik (Goenadi et.
al., 1998). Pada kombinasi 75 persen pupuk kimia (anorganik) ditambah 25
persen pupuk organik tersebut biaya pemupukan dapat dihemat sebesar 20,73
persen untuk tanaman kentang; 23,01 persen untuk jagung; dan 17,56 persen
untuk padi. Produksi meningkat masing-masing 6,94 persen untuk kentang,
10,98 persen untuk jagung, dan 25,10 persen untuk padi. Penggunaan pupuk
organik hingga 25 persen akan mengurangi biaya produksi sebesar 17 hingga 25
persen dari total biaya produksi.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
23
4.4. Jumlah Umbi Kentang Varietas Granola Per Rumpun.
Data pengamatan rata-rata jumlah umbi kentang varietas granola umur
100 hari setelah tanam dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Tanggap Berbagai Komposisi Pupuk Kompos dan Pupuk An-organikTerhadap Jumlah Umbi, Jumlah Umbi konsumsi (>100gram) danJumlah umbi bibit (<100 gram) pada Tanaman Kentang VarietasGranola Umur 100 Hari Setelah Tanam.
Paket Jenis Pupuk Dosis/ha(kg)
Jumlahumbi/
rumpun
Jumlahumbi
konsumsi/rumpun
Jumlahumbi bibit/
rumpun
Paket AKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
3.5007575907575
16,38 a 2,16 a 14,22 ab
Paket BKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
7.0005050605050
20,71 b 2,55 a 18,16 b
Paket C KomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
10.5002525302525
15,81 a 4,56 b 11,25 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang samamenunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 0,05% berdasarkan Tukeytest.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perimbangan antara permberian pupuk
organik dan pupuk anorganik sudah cukup baik dalam menghasilkan jumlah umbi
kentang per rumpun, hal ini sangat penting karena jumlah umbi yang banyak
didukung oleh ketersediaan hara yang cukup maka umbi akan berkembang
secara baik. Menurut deskripsi kentang varietas Granola jumlah umbi per rumpun
adalah 10–15 knol per rumpun. Jumlah umbi kentang varietas Granola tertinggi
diperoleh pada Paket B (pupuk kompos 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60
kg SP-36 + 50 Kg KCl + 50 Kg NPK Bast per hektar) yaitu 20,71 knol/rumpun
yang diikuti oleh paket A sebanyak 16,38 knol/rumpun dan Paket C adalah
15,81 knol/rumpun.
Untuk lebih jelasnya hubungan antara berbagai komposisi pupuk kompos
dan pupuk anorganik terhadap jumlah umbi, jumlah umbi konsumsi (>100 gram)
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
24
dan Jumlah umbi bibit (<100 gram) pada tanaman kentang varietas Granola
umur 100 hari setelah tanam dapat di lihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan Antara Berbagai Komposisi Pupuk Kompos dan Pupuk An-Organik Terhadap Jumlah Umbi, Jumlah Umbi Konsumsi (>100gram)Dan Jumlah Umbi Bibit (<100 Gram) Pada Tanaman Kentang VarietasGranola Umur 100 Hari Setelah Tanam
4.5. Berat Umbi Varietas Granola Saat Panen Umur 100 Hari SetelahTanam.
Hasil pengamatan lapang dan timbangan rata-rata berat umbi kentang
varietas Granola saat panen umur 100 hari setelah tanam tercantum pada tabel
berikut ini.
Tabel 5. Tanggap Berbagai Komposisi Pupuk Terhadap Berat Umbi Bibit Kentang(<100 gram/knol) per Rumpun Saat Panen Umur 100 Hari SetelahTanam.
Paket Jenis Pupuk Dosis/ha (kg) Berat umbi(gram)/rumpun
Paket AKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
3.5007575907575
265 a
Paket BKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
7.0005050605050
475 b
Paket C KomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
10.5002525302525
300 ab
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
25
Dari Tabel 5 terlihat bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan
anorganik yang memperlihatkan komponen hasil tertinggi adalah Paket B (pupuk
kompos 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60 kg SP-36 + 50 Kg KCl + 50 Kg
NPK Bast per hektar) yaitu 475 gram/rumpun yang diikuti oleh paket C (pupuk
kompos 10.500 kg + 25 kg Urea + 25 Kg ZA + 30 kg SP-36 + 25 Kg KCl + 25 Kg
NPK Bast per hektar) dengan berat 300 gram/rumpun.
4.6 Produksi Kentang Varietas Granola per Hektar .
Produktivitas merupakan hasil akhir dari sebuah kegiatan pengkajian
dilapangan. Produksi per hektar masing-masing paket disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 6. Tanggapan Berbagai Komposisi Pupuk Terhadap Produktivias Kentangper Hektar.
Paket Jenis Pupuk Dosis/ha (kg) Produksi/ha (ton)
Paket AKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
3.5007575907575
7,00 a
Paket BKomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
7.0005050605050
12,50 b
Paket C KomposZAUreaSP-36KClNPK Bast
10.5002525302525
9,40 a
Dari Tabel 6 terlihat bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan
anorganik yang menghasilkan produksi tertinggi adalah paket B (pupuk kompos
7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60 kg SP-36 + 50 Kg KCl + 50 Kg NPK Bast
per hektar) yaitu 12,50 ton/ha yang diikuti oleh paket C (pupuk kompos 10.500
kg + 25 kg Urea + 25 Kg ZA + 30 kg SP-36 + 25 Kg KCl + 25 Kg NPK Bast per
hektar) sebanyak 9,40 ton/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
26
Gambar 7. Hubungan Antar Perlakuan Dengan Hasil Umbi Bibit TanamanKentang Varietas Granola
Penggunaan pupuk kimia berkadar hara tinggi seperti Urea, ZA, TSP atau SP-36,
dan KCl tidak selamanya menguntungkan karena dapat menyebabkan lingkungan
menjadi tercemar jika tidak menggunakan aturan yang semestinya. Pemupukan
dengan pupuk kimia hanya mampu menambah unsur hara tanah tanpa
memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah, bahkan dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap tanah. Kombinasi pupuk organik, NPK dan NK memberikan hasil
terbaik (13,63 knol/rumpun) disebabkan tanaman kentang membutuhkan lebih
banyak unsur Kaliun (K) dalam pembentukan umbi. Menurut F. Agus dan J.
Ruijter (2004) Setiap ton hasil kentang membutuhkan unsur N, P dan K masing
masing 2,7; 0,3 dan 3,6 kg.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
27
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengkajian dan pengamatan yang dilakukan bersama dengan
petani kooperator dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil survey PRA (Participatory Rural Appraisal) atau pemahaman pedesaan
dalam waktu singkat secara partisipatif sebelum pengkajian dilaksanakan
sangat diperlukan guna menggali informasi, baik data biofisik, sosial
ekonomi keluarga tani maupun budaya setempat, sehingga dalam
merancang komponen teknologi dapat lebih baik dan tepat.
2. Tanaman kentang varietas Granola yang diperlakukan dengan paket B
(pupuk kompos 7.000 kg + 50 kg Urea + 50 Kg ZA + 60 kg SP-36 + 50 Kg
KCl + 50 Kg NPK Bast per hektar) menghasilkan benih kentang sebanyak
12,50 ton/ha.
3. Tanggap petani kooperator dan non kooperator cukup positif setelah
mengikuti pengkajian, melihat, mendengar dan mengerjakan sendiri
pengkajian dengan teknologi yang cukup sederhana, secara teknis mudah
dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan dan sosial dapat diterima
dan lingkungan berkelanjutan.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2000. Pengalaman Dalam Bidang Perbanyakan Benih Kentang BebasPenyakit Serta Permasalahannya. Dinas Pertanian Tanaman PanganPemerintah Provinsi Jawa Barat. Bandung. 13 hal
Anonimb, 2000. Petunjuk cara-cara Perbanyakan Benih Kentang Bermutu Tinggi.Direktur Jendral hortikultura dan Aneka Tanaman Republit Indonesia.Development of high Quality Seed Potato. Multiplication system Project.Japan international Corporation Agency. 12 p
Aguswibisono. 2010 com/.../analisis-swot-strength-weakness-opportunity-threat/ Analisis SWOT merupakan salah satu metode untukmenggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek ataukonsep bisnis yang berdasarkan faktor ...
Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008, Aceh dalamAngka 2007. Kerjasama Badan Pusat Statistik NAD dan Bapeda NAD, hal197 – 207.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Tengah, 2006. LaporanTahunan 2006 Takengon – Aceh Tengah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Nanggroe AcehDarussalam , 2007. Laporan Tahunan 2006 Provinsi Nanggroe AcehDarussalam.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Nanggroe AcehDarussalam , 2008. Laporan Tahunan 2007 Provinsi Nanggroe AcehDarussalam.
Karjadi, 2002. Potensi Penerapan Teknik Kultur Jaringan dan Perbanyakan Cepatdalam Pengadaan Bibit Kentang Berkwalitas. Balai penelitian TnamanSayuran Lembang. Makalah seminar Sehari Pengembangan KSP SayuranSembalun NTB, Mataram, Oktober 2002.
Kuntjoro,A.S. 2000. Produksi Umbi Mini Kentang Go Bebas Virus MelaluiPerbanyakan Planlet Secara Kultur Jaringan di P.T. Intidaya Agro Lestari(Inagro) Bogor – Jawa barat. Skripsi Jurusan budidaya pertanian FakultasPertanian IPB. 62 Hal.
Nur, M ; Frits H. Silalahi dan Edison Bangun. 1998. Pengkajian Sistem Usahatanikentang di Sumatera Utara. Prosiding Seminar Hasil Penelitian danPengkajian di Sumut. Medan 23 – 25 Maret 1998. BPTP Gedung Johor –Medan Sumut.
Saliem, P. 2001. Kajian Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan di Kawasan TimurIndonesia. Disertasi Program Pasca sarjana Isntitut Pertanian Bogor.
Simatupang, sortha. 2000. Pengkajian Usaha Pembentukan Pembibitan KentangBermutu di Sumatera Utara, Prosiding Seminar Nasional Spesifik LokasiMenuju Desentralisasi Pembangunan Pertanian. Medan 13 – 14 Maret2000. hal 65 – 72.
Sjadjad, S. 1999. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gasindo. Jakarta. 145 hal.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
29
Syafri Edi, Yardha, Mildaerizanti dan mugtiyanto. 2005. Pengaruh Sumber Bibitterhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang di Kabupaten Kerinci,Jambi. Juornal pengkajian dan Pengembangan teknologi pertanian Vol. 8.No. 2. Juli 2005. hal. 232 – 241.
Suharyono; Julistia, B; M. Nur, Adri, S. Edi, Firdaus, H. Nugroho dan T.Sudiantoro. 2001. Kajian Beberapa Generasi varietas Granola dalamUpaya Peningkatan produktivitas dan agribisnis Kentang. Laporankegiatan BPTP Jambi.
Wattimena, G.A. 2000. Perkembangan Propagul Kentang Bermutu dan kultivarKentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang diIndonesia. Desertasi ilmiah guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultaspertanian Institut pertanian Bogor. 86 Hal.
Willy Bayuardi S. 2008. Sistem Perbenihan Kentang di Indonesia,http://www.situshijau.co.id p.13
Yufniati, dkk. 2008. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan di Provinsi NAD.Laporan Akhir Kegiatan BPTP NAD. Banda Aceh.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PROVINSI ACEH TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh DarussalamJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id
30
Bibit Kentang Var. GranolaG- 3
Pembuatan Kompos
Penanaman Bibit KentangVar. Granola G- 3
Tanaman Kentang Umur 75Hari setelah tanam
Kunjungan SPP Saree saatpenanaman
Panen Tanaman KentangUmur 100 HST