KUALITAS TELUR INDUK IKAN LELE PADA PEMIJAHAN
ALAMI YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK
GILANG SATYA LENGGARA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kualitas Telur Induk
Ikan Lele pada Pemijahan Alami yang Dipelihara dengan Sistem Bioflok” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Gilang Satya Lenggara
NIM C14134002
ABSTRAK
GILANG SATYA LENGGARA. Kualitas Telur Induk Ikan Lele pada Pemijahan
Alami yang Dipelihara dengan Sistem Bioflok. Dibimbing oleh MUHAMMAD
ZAIRIN JUNIOR dan JULIE EKASARI.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas telur yang
dihasilkan oleh induk ikan lele yang dipelihara dengan sistem bioflok (dengan
penambahan sumber karbon organik) dengan telur yang dihasilkan oleh induk
dengan pemeliharaan sistem kontrol (tanpa penambahan sumber karbon organik).
Induk dipelihara selama 112 hari dalam bak terpal dan diberi pakan tiga kali
sehari. Setelah matang gonad, ikan kemudian dipijahkan secara alami dengan
perbandingan jantan dan betina 1:1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
parameter derajat pembuahan dan penetasan telur, serta komposisi proksimat telur
ikan antara kedua perlakuan tidak berbeda nyata. Sedangkan hasil berbeda nyata
terlihat pada parameter perkembangan telur dengan waktu tetas telur pada
perlakuan bioflok yang mencapai 1 805 ± 9 menit. Sementara waktu tetas telur
pada induk ikan lele dengan perlakuan kontrol mencapai 1 915 ± 3 menit.
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, pemeliharaan induk ikan lele
pada media bioflok tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
telur ikan yang dihasilkan dari media tanpa bioflok dengan pemijahan alami,
namun mampu memberikan rekrutmen awal yang baik pada perkembangan
diameter telur serta mempersingkat waktu tetas telur.
Kata kunci: Ikan lele, induk, kualitas telur, perkembangan telur, teknologi bioflok.
ABSTRACT
GILANG SATYA LENGGARA. Eggs Qualities of Catfish by Natural Spawning
Reared in Bioflok Technology System. Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN
JUNIOR dan JULIE EKASARI.
This study aimed to compare the quality of eggs produced by catfish
broodstocks reared in bioflocs system (with the addition of organic carbon source)
with those produced by the broodstock reared in control system (without the
addition of organic carbon source). The broodstocks were reared in a plastic-lined
pond and fed three times a day. As soon as they reached maturity, the broodstock
were allowed to spawn naturally with a ratio of male and female of 1:1. The
results of this study indicates that the fertilization and hatching levels, as well as
the proximate composition of the eggs were not significantly different among
treatments. While significant differences were showed on the embryogenesis and
the hatcing time of eggs, where bioflocs treatment hatched after 1 805 ± 9
compared to 1 915 ± 3 min in the control. Based on the results, catfish broodstock
maintenance in bioflocs system did not give a significant influence to the quality
of fish eggs from non-biofloc medium that were produced by natural spawning.
However biofloc treatment resulted in a better first recruitment on egg’s diameter
development and cuold shorten egg’s hatching time.
Keyword: Bioflocs technology, broodstock, catfish, eggs quality, embryogenesis.
KUALITAS TELUR INDUK IKAN LELE PADA PEMIJAHAN
ALAMI YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK
GILANG SATYA LENGGARA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul : Kualitas Telur Ikan Lele pada Pemijahan Alami yang Dipelihara
dengan Sistem Bioflok
Nama : Gilang Satya Lenggara
NIM : C14134002
Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh,
Prof Dr Ir M Zairin Junior, MSc
Pembimbing I
Dr Julie Ekasari, SPi MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Kualitas Telur
Induk Ikan Lele pada Pemijahan Alami yang Dipelihara dengan Sistem Bioflok”.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 hingga Februari 2015 di
Laboratorium Percobaan Perikanan (BAK) Diploma Institut Pertanian Bogor dan
Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik departemen Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, di antaranya yaitu orang tua beserta
keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dan dukungan yang tiada henti.
Prof Dr Ir Muhammad Zairin Junior, MSc dan Dr Julie Ekasari, SPi MSc selaku
dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, Dr Dinamella Wahjuningrum SSi,
MSi selaku Pembimbing Akademik atas segala masukan dan dukungannya selama
pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini serta Ir. Iis Diatin, MM selaku
dosen penguji tamu atas segala arahan dan masukan dari skripsi ini. Bapak Edi
Pramono dan Bapak Sunarya, selaku teknisi BAK Perikanan Diploma Institut
Pertanian Bogor, yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian. Teman-
teman tim penelitian Rosi Sulistiani, Muhammad Alkahfi, dan Ratih Fauziatin
Hazanah yang telah saling membantu jalannya penelitian ini. Teman-teman
seperjuangan Alih Jenis BDP 2013 atas semangat, motivasi, dan kebersamaan selama
kuliah. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 47, BDP 48, dan BDP
49.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan
informasi bagi para pembaca dan seluruh pihak yang membutuhkan.
Bogor, Oktober 2015
Gilang Satya Lenggara
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 2 Rancangan Penelitian ......................................................................................... 2 Persiapan wadah pemeliharaan induk ................................................................ 2 Persiapan media bioflok ..................................................................................... 3 Pemeliharaan induk ............................................................................................ 3
Pemijahan Induk ................................................................................................. 3 Parameter pengamatan ....................................................................................... 4 Analisis data ....................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5 Hasil .................................................................................................................... 5 Pembahasan ........................................................................................................ 9
KESIMPULAN ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11
LAMPIRAN .......................................................................................................... 14
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 18
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Perbandingan waktu rata-rata perkembangan telur (menit) yang dihasilkan
oleh induk ikan lele (Clarias sp.) yang dipelihara dalam media bioflok dan
kontrol. ............................................................................................................... 7 2 Analisis proksimat bobot kering telur dari induk ikan lele pada
pemeliharaan dengan media yang berbeda......................................................... 9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sebaran frekuensi diameter telur pada induk ikan lele (Clarias sp.) yang
dipelihara dalam sistem bioflok dan kontrol pada bulan Juni (a), Juli (b),
awal bulan Agustus (c) dan akhir bulan Agustus (d). .......................................... 5 2 Fase-fase perkembangan telur ikan lele: fase pembelahan sel awal (a) dan
pembelahan sel akhir (b), fase blastula (c), fase gastrula (d), fase pembagian
ruas tubuh (e), fase pembentukan organ dalam (f), dan fase menetas (g). ........... 6 3 Derajat pembuahan telur yang dihasilkan oleh induk ikan lele (Clarias sp.)
yang dipelihara dalam media media bioflok dan kontrol. Huruf yang
berbeda dalam diagram batang menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0.05). ............................................................................................................... 8 4 Derajat penetasan telur yang dihasilkan oleh induk ikan lele (Clarias sp.)
yang dipelihara dalam media media bioflok dan kontrol. Huruf yang
berbeda dalam diagram batang menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0.05). ............................................................................................................... 8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Perhitungan kebutuhan jumlah karbon .............................................................. 14 2 Kandungan nutrien pelet ikan lele (Clarias sp.) dalam bobot kering ................ 14
3 Standar deviasi derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan dari
induk ikan lele pada wadah pemeliharaan yang berbeda menggunakan
analisis statistik .................................................................................................. 14
4.Analisis statistik derajat pembuahan dan derajat penetasan telur
menggunakan independent sampel t-test ........................................................... 15 5 Standar deviasi komposisi proksimat telur ikan dari induk ikan lele pada
wadah pemeliharaan yang berbeda menggunakan analisis statistik................... 15
6 Analisis statistik komposisi proksimat telur dengan independent sampel
t- test ................................................................................................................... 16 7 Standar deviasi perkembangan telur ikan dari induk ikan lele pada wadah
pemeliharaan yang berbeda menggunakan analisis statistik .............................. 16 8 Analisis statistik perkembangan telur menggunakan independent sampel
t- test ................................................................................................................... 17
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat potensial
untuk dikembangkan di Indonesia. Ikan lele memiliki pertumbuhan yang cepat,
nafsu makan yang tinggi, mampu memakan segala jenis makanan karena termasuk
ikan omnivora, dan mudah dibudidayakan. Lele sangkuriang memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan jenis ikan lele lainnya, antara lain memiliki fekunditas
33.33% lebih tinggi dibandingkan lele dumbo serta umur pertama matang gonad
yang lebih tua. Pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang umur 5-26 hari juga
menghasilkan laju pertumbuhan harian 43.57% lebih tinggi. Laju pertumbuhan
pada pembesaran calon induk tingkat pertama dan kedua pada induk ikan lele
sangkuriang menghasilkan nilai 11.36 dan 16.44% yang lebih tinggi dibandingkan
ikan lele dumbo. Tingkat konversi pakan pada lele sangkuriang pun hanya
mencapai 0.8 dibandingkan lele dumbo yang mencapai >1 (Sunarma 2004). Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (2014) menyebutkan bahwa sasaran
kebutuhan benih ikan lele pada tahun 2015 mencapai 6 023 382 ekor. Sasaran
kebutuhan benih ikan lele tersebut terus meningkat hingga mencapai 17 428 382
ekor pada tahun 2019.
Upaya peningkatan produksi lele tersebut ditentukan salah satunya oleh
kualitas benih yang digunakan. Kualitas benih yang baik ditentukan oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah kualitas telur. Kualitas telur yang baik dapat
menghasilkan benih dengan perkembangan yang lebih baik. Perkembangan telur
yang cacat pada proses embriogenesis akan menghasilkan larva yang cacat pula,
sehingga benih yang dihasilkan pun menjadi kurang baik (Adebiyi et al. 2013).
Menurut Kjorsvik et al. (1990), kualitas telur didefinisikan sebagai potensi telur
untuk menghasilkan benih aktif. Kualitas telur tersebut dipengaruhi oleh
parameter fisik berupa morfologi telur dan kondisi lingkungan, parameter genetik
berupa sifat gen yang diwarisi, parameter kimia berupa komponen kimiawi telur,
serta proses awal perkembangan telur atau embriogenesis. Kjorsvik et al. (1990)
juga menyebutkan apabila kekurangan salah satu dari faktor-faktor esensial
tersebut, maka akan terjadi kegagalan pada tahap tertentu dalam proses
perkembangan telur. Awal pembentukan telur itu sendiri dipengaruhi oleh proses
vitellogenesis dalam pembentukan bakal kuning telur sebagai cadangan makanan
larva. Vitellogenesis sangat berperan dalam membentuk telur dengan kualitas
yang baik dan juga mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup larva yang telah
menetas (Mananos et al. 2008).
Teknologi bioflok merupakan salah satu sistem budidaya yang
dikembangkan untuk meningkatkan kinerja produksi budidaya ikan. Teknologi
bioflok ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat memperbaiki kualitas
air dalam wadah budidaya dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrient
dengan cara mengkonversi limbah nitrogen anorganik yang terakumulasi dalam
media pemeliharaan oleh komunitas bakteri heterotrof menjadi biomassa mikroba
yang kemudian dapat dikonsumsi oleh organisme budidaya (Ekasari 2009).
Kinerja teknologi bioflok ini telah berhasil diterapkan pada peningkatan
pertumbuhan serta produksi beberapa jenis komoditas budidaya seperti lele
2
(Hermawan et al. 2014), nila (Crab et al. 2009), serta udang putih (Gao et al.
2012).
Kontribusi teknologi bioflok ini juga telah terbukti mampu meningkatkan
kinerja reproduksi dan jumlah larva pada ikan nila (Ekasari et al. 2013). Penelitian
Emerenciano et al. (2012) juga menyebutkan bahwa kinerja reproduksi induk
udang (L. stylirostris) yang dipelihara dalam media bioflok lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Sangsawangchote et al. (2010)
menyebutkan bahwa kinerja reproduksi pada ikan teleostei dapat pengaruhi oleh
nutrisi seperti protein, asam lemak, vitamin E, asam askorbat dan karotenoid pada
proses pematangan gonad, kualitas gamet, dan performa pemijahan. Bioflok
terbukti mengandung nutrisi berupa lemak dan asam lemak yang merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja reproduksi ikan (Emerenciano et al.
2013). Konsumsi bioflok yang terus menerus dapat meningkatkan transfer nutrisi
dalam tubuh, pembentukan gonad dan kinerja reproduksi pada ikan. Salah satu
kinerja reproduksi pada ikan dapat dilihat pada kualitas telur yang dihasilkan.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilihat kontribusi bioflok tersebut terhadap kualitas
telur yang dihasilkan dari induk ikan yang dipelihara dengan sistem bioflok agar
mendapatkan telur dengan kualitas yang lebih baik.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kualitas telur yang
dihasilkan oleh induk ikan lele pada pemijahan alami yang dipelihara dalam
sistem bioflok dengan telur yang dihasilkan oleh induk dengan pemeliharaan
tanpa sistem bioflok.
BAHAN DAN METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini membandingkan perlakuan pemeliharaan induk ikan lele
menggunakan sistem teknologi bioflok (bioflocs technology, BFT) dengan
pemeliharaan kontrol (non-bioflok), masing-masing dengan tiga kali ulangan.
Persiapan wadah pemeliharaan induk
Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa bak beton dengan dilapisi
terpal berukuran 2.5 m x 2 m x 0.8 m. Wadah yang akan digunakan dibersihkan
terlebih dahulu serta didesinfeksi dengan cara dibilas menggunakan klorin dengan
konsentrasi 100 mg/L. Setelah didesinfeksi, wadah dibilas kembali dan
dikeringkan selama satu hari, kemudian diisi air hingga ketinggian 0.6 m. Air
yang digunakan berasal dari air sumur yang dipompa dan didistribusikan ke
seluruh bak. Setelah itu instalasi aerasi disiapkan pada wadah-wadah
3
pemeliharaan yang digunakan. Kemudian wadah diberi penutup berupa jaring
untuk menghindari terjadinya ikan yang lompat keluar.
Persiapan media bioflok
Media pemeliharaan bioflok disiapkan 7 hari sebelum penebaran induk
dengan menambahkan sumber N dan sumber C serta bakteri probiotik. Sumber
kandungan N berasal dari pakan pelet ikan komersial, sedangkan sumber
kandungan C berasal dari molase. Perbandingan C dan N yang digunakan yaitu
dengan menggunakan rasio C/N 15. Perhitungan jumlah karbon yang harus
ditambahkan untuk mendorong pembentukan bioflok diadaptasi dari penelitian
yang dilakukan Avnimelech (1999) (Lampiran 1). Bakteri probiotik yang
ditambahkan adalah campuran dari Bacillus sp. dari probiotik komersial Sanolife
PRO-W dengan konsentrasi 200 g/ha. Penambahan probiotik bertujuan agar
bakteri yang tumbuh dalam media pemeliharaan didominasi oleh bakteri baik.
Pemeliharaan induk
Induk ikan lele sangkuriang diperoleh dari calon induk yang berasal dari
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan bobot
rata-rata sebesar 600-800 g. Induk yang sudah didatangkan terlebih dahulu
ditampung pada bak penampungan selama satu minggu untuk proses aklimatisasi.
Induk ditebar ke dalam wadah pemeliharaan dengan jumlah 25 ekor/bak untuk
induk betina, dan 18 ekor/bak untuk induk jantan. Sebelum ditebar ke dalam
wadah pemeliharaan, dilakukan sampling bobot, panjang, serta tingkat
kematangan gonad (TKG).
Induk dipelihara selama 112 hari dalam wadah pemeliharaan berupa bak
terpal ukuran 2.5 m x 2 m x 0.8 m. Pemberian pakan menggunakan pakan pelet
komersial (Vitality, PT. Cargill) sebanyak 2% bobot biomassa per hari dengan
frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari yaitu pada pukul 08:00 WIB, 13:00
WIB, dan 18:00 WIB. Pengukuran bobot dan panjang dilakukan dengan cara
sampling setiap 2 minggu sekali. Sampling dilakukan dengan mengambil secara
acak 3 ekor induk/wadah.
Pemijahan Induk
Induk ikan yang akan dipijahkan dipuasakan terlebih dahulu selama ±24 jam,
kemudian dilakukan seleksi induk untuk pengecekan kematangan gonad ikan
dengan cara visual dan menggunakan selang kateter untuk melihat kondisi telur
dalam gonad ikan. Ikan yang telah matang gonad kemudian dipijahkan dengan
rasio perbandingan jantan dan betina berdasarkan bobot induk yaitu 1:1.
Pemijahan dilakukan secara alami pada bak pemijahan berukuran 3 m x 2.5 m x 1
m yang dilengkapi dengan kakaban pada dasar bak.
4
Parameter pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi diameter telur
(Gambar 1), derajat pembuahan (Gambar 3), derajat penetasan (Gambar 4),
perkembangan telur (Tabel 1), dan komposisi proksimat telur (Tabel 2). Derajat
pembuahan dihitung berdasarkan sampling telur dari luasan substrat kakaban yang
digunakan. Substrat telur diambil dengan luas 5 cm x 5 cm sebanyak 3 kali
ulangan, kemudian diletakkan di dalam akuarium kecil yang telah disiapkan
sebelumnya. Setelah itu dihitung perbandingan jumlah telur yang terbuahi dan
jumlah total telur yang dihasilkan. Telur yang dibuahi memiliki ciri-ciri berwarna
bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu. Derajat
pembuahan dapat dihitung dengan perbandingan antara jumlah telur yang terbuahi
dengan jumlah telur total yang dihasilkan dikalikan 100.
Persentasi telur yang menetas dilakukan dengan cara menghitung
perbandingan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang terbuahi
dikalikan 100.
Diameter telur ikan diukur di Laboratorium Reproduksi dan Genetika
Organisme akustik departemen Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor
dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 4x10. Rata-rata
diameter telur dihitung berdasarkan hasil pengukuran 100 butir telur dari setiap
induk betina yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang telah
dilengkapi dengan mikrometer.
Telur hasil pemijahan selanjutnya diamati perkembangannya dengan
melihat setiap perubahan yang terjadi mulai dari fase blastodisk hingga menetas.
Sampel telur ikan diambil sesaat setelah ikan memijah lalu diamati
perkembangannya dibawah mikroskop cahaya. Penentuan fase perkembangan
telur ditentukan berdasarkan perubahan fase perkembangan embrio yaitu mulai
dari fase pembelahan sel, morula, blastula, gastrula, pembentukan tubuh, hingga
menetas (Adebiyi et al. 2013).
Komposisi proksimat telur diukur dengan metoda Takeuchi (1998), kadar
lemak telur dianalisis menggunakan metode Folch, kadar protein telur dianalisis
menggunakan metode Kjeldahl, dan kadar air telur dianalisis dengan pemanasan
dalam oven pada suhu 105 ºC-110 ºC selama 6 jam.
Analisis data
Data diolah menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2013
dilanjutkan dengan analisis statistik yang dilakukan dengan menggunakan SPSS
17.0. Uji Levene’s dilakukan untuk mengetahui homogenitas data. Perbedaan
antara kedua perlakuan dianalisis dengan menggunakan uji t-test independent
pada tingkat kepercayaan 95% pada parameter derajat pembuahan telur, derajat
5
penetasan telur, perkembangan telur dan komposisi proksimat telur ikan.
Sedangkan untuk parameter diameter telur dijelaskan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis sebaran frekuensi diameter telur ikan (Gambar 1) dapat
mengindikasikan tingkat kematangan gonad (TKG) dari induk ikan lele yang
dipelihara. Jika dikelompokkan berdasarkan TKG, maka pada bulan Juni dan Juli
(Gambar 1 a dan 1 b) ikan umumnya berada pada TKG II dan TKG III.
Sedangkan awal TKG IV dan puncak TKG IV umumnya dicapai pada bulan
Agustus (Gambar 1 c dan 1 d). Sebaran frekuensi diameter telur ikan lele yang
dipelihara dalam wadah berbeda tersebut menunjukkan kecenderungan bergerak
ke arah kanan atau meningkatnya jumlah telur dengan diameter lebih besar seiring
dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1 Sebaran frekuensi diameter telur pada induk ikan lele (Clarias sp.) yang
dipelihara dalam sistem bioflok dan kontrol pada bulan Juni (a), Juli (b),
awal bulan Agustus (c) dan akhir bulan Agustus (d).
6
Berdasarkan data ini juga dapat dilihat bahwa induk ikan lele yang
dipelihara dalam media bioflok menunjukkan perkembangan diameter telur yang
mampu menyamai perkembangan diameter telur dari induk kontrol. Pada bulan
Juni, telur dari induk ikan lele yang dipelihara pada media bioflok memiliki nilai
persentase yang lebih rendah (7%) pada ukuran diameter telur 0.95 mm
dibandingkan pada persentase telur dari induk kontrol (23%). Kemudian pada
bulan Juli dan awal Agustus, persentase jumlah telur dengan ukuran tersebut dari
induk ikan lele yang dipelihara pada media bioflok (25%) mulai menyamai nilai
persentase induk kontrol (26%). Setelah itu pada akhir bulan Agustus telur dari
induk ikan lele yang dipelihara pada media bioflok proporsi telur yang memiliki
nilai diameter telur besar terlihat lebih tinggi dibandingkan pada induk kontrol.
Perkembangan telur ikan lele meliputi fase pembelahan sel (Gambar 2 a dan
2 b), fase blastula (Gambar 2 c), fase gastrula (Gambar 2 d), fase pembagian ruas
tubuh (Gambar 2 e), fase pembentukan organ dalam (Gambar 2 f) dan fase
menetas (Gambar 2 g). Telur ikan yang dipelihara dengan media bioflok memiliki
waktu perkembangan yang lebih cepat dibandingkan pada telur ikan yang
dipelihara pada media kontrol (Tabel 1).
Pada fase awal perkembangan embrio atau fase pembelahan 2 sel baik pada
telur yang berasal dari induk ikan lele bioflok maupun induk kontrol masih
memiliki waktu perkembangan yang sama, yaitu rata-rata 5 menit. Kemudian telur
ikan dari induk bioflok memiliki waktu perkembangan mencapai 4 sel yang lebih
cepat 5 menit dibandingkan telur ikan dari induk kontrol. Waktu perkembangan
sel telur mencapai 8 sel pada telur ikan dari induk bioflok lebih cepat 10 menit
dibandingkan waktu perkembangan telur ikan dari induk kontrol.
(a) (b) (c) (d)
(e) (f) (g)
Gambar 2 Fase-fase perkembangan telur ikan lele: fase pembelahan sel awal (a)
dan pembelahan sel akhir (b), fase blastula (c), fase gastrula (d), fase
pembagian ruas tubuh (e), fase pembentukan organ dalam (f), dan fase
menetas (g).
7
Kemudian pada fase pembelahan 16 sel, telur ikan dari induk bioflok hanya
membutuhkan waktu 20 ± 2 menit dari awal perkembangan, sedangkan telur ikan
dari induk kontrol membutuhkan waktu 30 ± 1 menit dari fase awal, atau lebih
lama sekitar 10 menit. Pada perkembangan menjadi 32 sel, telur ikan dari induk
bioflok memakan waktu lebih cepat sekitar 20 menit dari telur ikan dari induk
kontrol. Setelah itu terdapat perbedaan waktu yang cukup jauh pada
perkembangan menjadi fase morula. Telur ikan dari induk ikan bioflok hanya
membutuhkan waktu 45 ± 1 menit dari awal perkembangan, sedangkan telur ikan
dari induk kontrol membutuhkan waktu 200 ± 5 menit dari awal perkembangan
telur. Perbedaan waktu perkembangan dari fase 32 sel menjadi fase morula antara
telur dari induk bioflok dan induk kontrol mencapai 155 menit.
Perkembangan fase morula menjadi fase blastula pada telur ikan dari induk
bioflok membutuhkan waktu 180 menit lebih cepat daripada kontrol. Kemudian
perubahan fase blastula menjadi gastrula pada telur ikan dari induk bioflok
membutuhkan waktu 200 ± 5 menit dari awal perkembangan, dibandingkan
dengan telur dari induk kontrol yang membutuhkan waktu 425 ± 4 menit dari awal
perkembangan telur. Setelah itu perubahan dari fase gastrula ke fase pembentukan
badan pada telur ikan dari induk bioflok menjadi lebih lambat 105 menit daripada
kontrol. Perbedaan total waktu perkembangan dan penetasan telur antara kedua
perlakuan tersebut mencapai 1 jam 50 menit.
Tabel 1 Perbandingan waktu rata-rata perkembangan telur (menit) yang dihasilkan
oleh induk ikan lele (Clarias sp.) yang dipelihara dalam media bioflok
dan kontrol. Fase Kontrol (menit) Bioflok (Menit) Adebiyi et al. (2013)
2 Sel 5 ± 0 a 5 ± 0a 15
4 Sel 15 ± 0 a 10 ± 0 b 30
8 Sel 25 ± 0 a 15 ± 1 b 45
16 Sel 30 ± 1 a 20 ± 2 b 60
32 Sel 45 ± 3 a 25 ± 1 b 75
Morula 200 ± 5 a 45 ± 1 b 90
Blastula 265 ± 13 a 85 ±1 b 150
Gastrula 425 ± 4 a 200 ± 5 b 540
Badan terbentuk 795 ± 9 b 900 ± 7 a 900
Menetas 1 915 ± 3 a 1 805 ± 9 b 1440
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada fase perkembangan telur yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
Derajat pembuahan telur pada Gambar 3 menunjukkan bahwa pada
perlakuan pemeliharaan induk dalam media bioflok dan kontrol menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata (Lampiran 4) antar kedua perlakuan yang di uji
(P>0.05).
8
Gambar 3 Derajat pembuahan telur yang dihasilkan oleh induk ikan lele (Clarias
sp.) yang dipelihara dalam media media bioflok dan kontrol. Huruf
yang sama dalam diagram batang menunjukkan tidak ada perbedaan
nyata (P<0.05).
Derajat penetasan telur pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pada perlakuan
pemeliharaan induk dalam media bioflok dan kontrol menunjukan hasil yang tidak
berbeda nyata (Lampiran 4) antar kedua perlakuan yang di uji (P>0.05).
Gambar 4 Derajat penetasan telur yang dihasilkan oleh induk ikan lele (Clarias
sp.) yang dipelihara dalam media media bioflok dan kontrol. Huruf
yang sama dalam diagram batang menunjukkan tidak ada perbedaan
nyata (P<0.05).
Komposisi proksimat telur pada Tabel 2 menunjukkan bahwa telur ikan
yang dipelihara memiliki komposisi protein dan komposisi lemak pada kedua
perlakuan tidak berbeda nyata.
9
Tabel 2 Analisis proksimat bobot kering telur dari induk ikan lele pada
pemeliharaan dengan media yang berbeda.
Perlakuan Protein (%) Lemak (%) Kadar air (%)
Kontrol 58.79 ± 3.89 a 16.11 ± 0.89 a 63.77 ± 2.58 a
Bioflok 61.18 ± 6.76 a 16.06 ± 0.82 a 64.34 ± 2.32 a
Keterangan: Huruf superskrip yang sama dalam tabel pada fase yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata (P<0.05).
Pembahasan
Ukuran diameter telur ikan lele dari hasil penelitian didapatkan berkisar
antara 0.24 mm hingga 1.81 mm. Penelitian Adebiyi et al. (2013) menyebutkan
bahwa diameter telur yang baru dikeluarkan pada ikan catfish (Hemibagrus
nemurus) memiliki kisaran diameter antara 1.0 mm hingga 1.4 mm. Kemudian
telur yang telah dibuahi rata-rata diameternya membesar menjadi 1.5 ± 0.3 mm.
Adebiyi et al. (2013) juga menyebutkan diameter telur ikan chanel catfish
(Ictalurus punctatus) berkisar antara 3.5 mm hingga 4 mm. Tang dan Affandi
(2004) menyebutkan bahwa telur yang memiliki ukuran lebih besar akan
menghasilkan larva yang lebih besar dan kuat, sehingga akan menghasilkan
tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi.
Berdasarkan data sebaran frekuensi diameter telur selama pemeliharaan,
telur yang dihasilkan dari induk ikan lele pada media pemeliharaan bioflok
memiliki perkembangan diameter telur yang mampu menyusul perkembangan
telur dari induk kontrol. Perkembangan diameter telur dari hasil penelitian
menunjukkan gambaran mengenai rekrutmen awal pada telur yang dihasilkan oleh
induk yang dipelihara. Telur dari induk bioflok menunjukkan rekrutmen awal
telur yang lebih singkat dibandingkan dengan induk kontrol. Hal tersebut
ditunjukkan dengan jumlah telur perlakuan bioflok yang lebih banyak pada
diameter telur yang lebih besar dibandingkan pada perlakuan kontrol. Proses
rekrutmen telur yang lebih singkat tersebut dapat berdampak dengan
mempersingkat siklus produksi. Proses perekrutan awal telur tersebut dipengaruhi
oleh fase utama dalam pembentukan sel telur, yaitu vitellogenesis yang mengatur
pembentukan kuning telur (Manonas et al. 2008).
Selama proses vitellogenesis tersebut, jumlah serta ukuran granula kuning
telur bertambah besar sehingga volume oosit membesar (Tang dan Affandi 2004).
Kualitas telur ikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh
lingkungan seperti suhu, nutrisi pada ikan, serta faktor penyebab stres. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Rocha et al. (2008), yang menyebutkan bahwa
salah satu faktor yang dapat memicu pematangan gonad ikan serta pembuahannya
adalah asupan nutrisi induk betina yang berupa ketersediaan pakan, kandungan
asam amino, asam lemak, asam askorbat, dan vitamin E. Selain itu faktor fisik dan
fisiologis berupa perubahan morfologi, hormon dan perpindahan energi yang
tersedia serta faktor ekologi berupa ketersediaan pakan untuk larva, kualitas air
serta paparan dan kehadiran racun juga menjadi faktor lain yang penting dalam
reproduksi ikan. Sangsawangchote et al. (2010) menyebutkan bahwa jumlah telur
yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kualitas lemak dalam mikroalga yang
dikonsumsi induk ikan. Avnimelech (2007) menyebutkan kualitas air yang buruk
10
dapat menyebabkan ikan stres dan akan berdampak pada pertumbuhan serta
kinerja reproduksi ikan tersebut.
Menurut Sunarma (2004), waktu penetasan telur ikan lele sangkuriang yang
diinkubasi pada suhu 24 ºC-26 ºC berkisar antara 30 jam-36 jam setelah
pemijahan. Berdasarkan hal tersebut, hasil pada penelitian ini menunjukkan
bahwa waktu penetasan kedua perlakuan masih dalam rentang waktu penetasan
yang normal pada telur ikan lele. Abnormalitas dan kerusakan yang terjadi pada
fase perkembangan embrio dan larva sering kali mengindikasikan adanya
gangguan pada kualitas lingkungannya (Adebiyi et al. 2013). Berdasarkan hasil
penelitian ini, waktu tetas yang diperlukan oleh telur yang dihasilkan oleh induk
bioflok lebih cepat daripada telur yang dihasilkan oleh induk kontrol. Waktu tetas
telur yang lebih cepat tersebut dapat berdampak dengan mempersingkat siklus
produksi. Hal ini diduga karena adanya kontribusi bioflok dalam mempertahankan
kualitas air dan asupan pakan tambahan. Adewumi et al. (2005) menyebutkan
bahwa kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi oleh induk juga mempengaruhi
kualitas telur yang dihasilkan, induk yang mengkonsumsi pakan dengan
kandungan nutrisi yang lebih tinggi mampu menghasilkan telur dengan kualitas
yang lebih baik.
Ekasari et al. (2013) menyebutkan bahwa ikan nila yang dipelihara dalam
media bioflok mampu memanfaatkan flok dalam media pemeliharaan sebagai
pakan alami selama pemeliharaan, sehingga dapat juga juga memberikan
kontribusi yang nyata pada kinerja reproduksi ikan nila tersebut. Tang dan
Affandi (2004) juga menyebutkan bahwa ikan dengan pasokan makanan yang
melimpah pada umumnya memproduksi telur yang lebih besar daripada spesies
yang sama yang menerima lebih sedikit makanan. Pengamatan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa bioflok yang ada dalam wadah pemeliharaan induk bioflok
dapat dimanfaatkan oleh induk ikan lele sebagai pakan tambahan walaupun dalam
jumlah yang lebih sedikit daripada jumlah flok yang dapat dimanfaatkan oleh ikan
nila (Azim & Little 2008). Hal tersebut didukung dengan ditemukannya flok
dalam usus ikan lele dalam jumlah kecil saat dilakukan pembedahan secara
berkala.
Emerenciano et al. (2013) menyebutkan bahwa bioflok terbukti
mengandung nutrisi berupa lemak dan asam lemak yang merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja reproduksi ikan. Tang dan Affandi
(2004) juga menyebutkan bahwa lemak merupakan aspek nutrisi pakan yang
paling penting dan sangat esensial dalam meningkatkan mutu telur. Asam lemak
juga merupakan cadangan makanan dengan konversi energi yang paling tinggi
dan juga berfungsi dalam permeabilitas membran telur maupun membran kulit
larva. Asam lemak esensial yang terkandung dalam bioflok serta berperan penting
dalam proses reproduksi yaitu arakidonat yang berfungsi sebagai prekursor
horman pada proses reproduksi (Emerenciano 2013). Azim et al.(2008)
menyebutkan bahwa bioreaktor bioflok pada pemeliharaan tilapia menggunakan
sumber karbon glukosa dan gliserin mengandung arakidonat yang tinggi, sehingga
mampu meningkatkan kinerja reproduksi, menyumbangkan nutrisi untuk
perkembangan gonad, serta meningkatkan kualitas larva ikan tilapia tersebut.
Derajat pembuahan tertinggi pada perlakuan bioflok sebesar 98.52%
sedangkan pada kontrol derajat pembuahan terbesar 99.71%. Menurut
Standardisasi Nasional Indonesia (SNI) (2000) no 01-6484.3.2000, ikan lele
11
sangkuriang memiliki derajat pembuahan berkisar antara 70%-90%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil derajat pembuahan telur ikan pada penelitian memiliki
nilai yang lebih tinggi dari standar. Derajat pembuahan telur merupakan proses
yang berlangsung dengan cepat yang dipengaruhi oleh kualitas telur induk ikan
betina serta kualitas sperma yang dihasilkan oleh induk jantan.
Telur ikan lele sangkuriang pada umumnya memiliki derajat penetasan telur
lebih dari 90%, sedangkan pada ikan lele dumbo lebih dari 80% (Sunarma 2004).
Pada penelitian ini nilai derajat penetasan telur induk ikan lele berkisar antara
66.36%-93.04% sehingga sesuai dengan standar derajat penetasan telur ikan lele.
Derajat penetasan telur ikan lele memerlukan periode waktu tetas telur selama ±2
hari. Berdasarkan hal tersebut, diduga bahwa periode waktu tersebut masih belum
mampu menunjukkan perubahan yang signifikan antara kedua perlakuan.
Menurut Tang dan Affandi (2004), komponen kimia telur ikan terdiri atas
protein, lipid, karbohidrat, abu, air, dan energi. Komponen protein dalam bahan
kering telur ikan berkisar antara 55%-75% dengan rata-rata persentase total
protein dalam bahan kering telur ikan yaitu 66.3%. Kemudian komponen lipid
atau lemak dalam bahan kering telur ikan biasanya berkisar antara 10%-35%.
Tang dan Affandi (2004) juga menyebutkan hidrasi telur ikan terjadi tepat
sebelum atau tepat sesudah pemijahan dengan kadar air berkisar antara 54%-78%.
Berdasarkan hal tersebut, data komponen kimia pada telur ikan penelitian ini
masih berada dalam kisaran nilai yang normal.
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan
bahwa pemeliharaan induk ikan lele pada media bioflok tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas telur ikan yang dihasilkan. Namun
demikian pemeliharaan induk ikan lele pada media bioflok mampu memberikan
rekrutmen awal yang baik pada perkembangan diameter telur serta mempersingkat
waktu tetas telur.
DAFTAR PUSTAKA
Adebiyi FA, Siraj SS, Harmin SA, Christianus A. 2013. Embryonic and larval
development of river catfish (Hemibagrus nemurus). Asian Journal of
Veterinary Advances. 8: 237-246.
Adewumi AA, Olaleye VF, Adesulu EA. 2005. Egg and sperm quality of the
African catfish (Clarias gariepinus) (Burchell) broodstock fed differently
heated soybean-based diets. Agriculture and Biological Science. 1: 17-22.
Avnimelech Y. 1999. Carbon/nitrogen ratio as a control element in
aquaculture systems. Aquaculture. 176: 227-235.
Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal
discharge bioflocs technology ponds. Aquacultural Engineering. 34: 172–
178.
12
Azim ME, Little DC. 2008. The biofloc technology (BFT) in indoor tanks: Water
quality, biofloc composition, and growth and welfare of Nile tilapia
(Oreochromis niloticus). Aquaculture 283: 29–35
Crab R, Kochva M, Verstraete W, Avnimelech Y. 2009. Bio-flocs technology
application in over-wintering of tilapia. Aquacultural Engineering. 40: 105–
112.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. 2014. Program
pengembangan ikan lele. http://www.diskanlaut.jabarprov.go.id/index.php/
kegiatan/uptd/bpbat-cijengkol/188-program-pengembangan-ikan-lele.
[Diunduh pada Rabu, 2015 September 16].
Ekasari J. 2009. Teknologi bioflok: teori dan aplikasi dalam perikanan budidaya
sistem intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8: 117-126.
Ekasari J, Junior MZ, Putri DU, Sari NP. 2013. Bioflocs-based reproductive
performance of Nile tilapia (Oreochromis niloticus L.) broodstock.
Aquaculture Research. 1-4.
Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G, AQUACOP. 2012. Floc
contribution on spawning performance of blue shrimp (Litopenaeus
stylirostris). Aquaculture Research. 44:75-85.
Emerenciano M, Gaxiola G, Cuzon G. 2013. Biofloc technology (BFT): a review
for aquaculture application and animal food industry. Intech. 301-328
Gao L, Shan HW, Zhang TW, Bao WY, Ma S. 2012. Effects of carbohydrate
addition on Litopenaeus vannamei intensive culture in a zero-water
exchange system. Aquaculture. 342–343: 89–96.
Hermawan TESA, Sudaryono A, Prayitno SB. 2014. Pengaruh padat tebar
berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih lele (Clarias
gariepinus) dalam media bioflok. Journal of Aquaculture Management and
Technology. 3: 35-42.
Kjorsvik E, Mangor-Jensen A, Holmefjord I. 1990. Egg quality in fishes.
Advanced in Marine Biology. 26: 71-113
Mananos E, Duncan N, Mylonas CC. 2008. Reproduction and control of
ovulation, spermiation and spawning in cultured fish. In: methods in
reproductive aquaculture: marine and freshwater species. pp.3-80. Florida
(US): CRC Press.
Pusat Data Statistik dan Informasi. 2012. Statistik Perikanan tangkap, perikanan
budidaya dan ekspor-Impor setiap provinsi seluruh Indonesia 2003-2010.
Rocha MJ, Arukwe A, Kapoor BG. 2008. Fish Reproduction. California [US]:
Science Publisher.
[BSNI] Badan Standadrisasi Nasional Indonesia. 2000. Produksi ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (parent stock). SNI 01-
6484.3.2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
[BSNI] Badan Standadrisasi Nasional Indonesia. 2000. Produksi benih ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar. SNI 01-
6484.4.2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Sangsawachote S, Chaitanawisuti N, Piyatiratitivorakul S. 2010. Reproductive
performance, egg and larval quality and egg fatty acid composition of
hatchery-reared spotted babylon (Babylonia areolata) broodstock fed
natural and formulated diets under hatchery conditions. International
Journal of Fisheries and Aquaculture. 1:49-57
13
Sunarma A. 2004. Peningkatan produktifitas ikan lele sangkuriang (Clarias sp.).
Makalah disampaikan pada Temu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) dan
Temu Usaha Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan
dan Perikanan, Bandung 04-07 Oktober 2004. Bandung 13 halaman.
Tang UM dan Affandi R. 2004. Biologi Reproduksi Ikan. Pekanbaru (ID): UNRI
Press.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan kebutuhan jumlah karbon
Perhitungan jumlah karbohidrat yang dibutuhkan diadaptasi dari
Avnimelech (1999). Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Protein dalam pakan 37%
2. C dalam pakan 15%
3. Kadar N dalam protein 16%
4. Kadar N yang terbuang ke dalam
media budidaya 75%
5. C/N rasio target 15
6. Molase (%C) 40%
Misalkan jumlah pakan = A
∑ C = A x 0.15 = 0.15A
∑ Protein pakan = 37% x A = 0.37A kg
∑ Nitrogen = 0.37 A x 0.16 = 0.0592A
∑ Nitrogen yang dibuang = 0.0592A x 0.75 = 0.0444A
∑ C yang ditambah = 0.0444A x 15 = 0.666A
C dari molase = 0.666A – 0.15A = 0.516A
∑ molase = 0.516A x (100/40) = 1.29A
Lampiran 2 Kandungan nutrien pelet ikan lele (Clarias sp.) dalam bobot kering No Komposisi Proksimat Kandungan (%)
1 Kadar abu 10
2 Protein 36-38
3 Lemak 5-6
4 Serat Kasar 4
5 BETN 43,5
*sesuai dengan analisis proksimat pakan komersil
Lampiran 3 Standar deviasi derajat pembuahan dan derajat penetasan telur ikan
dari induk ikan lele pada wadah pemeliharaan yang berbeda
menggunakan analisis statistik
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
FR Kontrol 2 87.6200 11.85111 8.38000
Bioflok 2 98.4400 .67882 .48000
HR Kontrol 2 71.1000 6.70337 4.74000
Bioflok 2 78.6300 1.71120 1.21000
15
Lampiran 4 Analisis statistik derajat pembuahan dan derajat penetasan telur
menggunakan independent sampel t-test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
FR
Equal variances
assumed 2.414E16 .000 -1.289 2 .326 -10.82000 8.39374 -46.93533 25.29533
Equal variances not
assumed -1.289 1.007 .419 -10.82000 8.39374 -115.84349 94.20349
HR
Equal variances
assumed .. .. -1.539 2 .264 -7.53000 4.89200 -28.57859 13.51859
Equal variances not
assumed -1.539 1.130 .346 -7.53000 4.89200 -55.11350 40.05350
Lampiran 5 Standar deviasi komposisi proksimat telur ikan dari induk ikan lele
pada wadah pemeliharaan yang berbeda menggunakan analisis
statistik
perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
KA kontrol 9 64.10433 2.755846 .918615
bioflok 9 64.34322 2.317377 .772459
FK kontrol 9 2.77356 .217185 .072395
bioflok 9 2.81544 .188227 .062742
Protein kontrol 9 58.79022 3.886296 1.295432
bioflok 9 61.17878 6.755786 2.251929
Lemak kontrol 9 16.10811 .891686 .297229
bioflok 9 16.05567 .817848 .272616
16
Lampiran 6 Analisis statistik komposisi proksimat telur dengan independent
sampel t-test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
KA
Equal variances
assumed .322 .578 -.199 16 .845 -.238889 1.200228 -2.783258 2.305481
Equal variances not
assumed -.199 15.542 .845 -.238889 1.200228 -2.789359 2.311581
FK
Equal variances
assumed .001 .977 -.437 16 .668 -.041889 .095800 -.244976 .161198
Equal variances not
assumed -.437 15.683 .668 -.041889 .095800 -.245310 .161532
Protein
Equal variances
assumed 1.088 .312 -.919 16 .372 -2.388556 2.597947 -7.895957 3.118846
Equal variances not
assumed -.919 12.772 .375 -2.388556 2.597947 -8.011275 3.234164
Lemak
Equal variances
assumed .033 .857 .130 16 .898 .052444 .403317 -.802549 .907438
Equal variances not
assumed .130 15.882 .898 .052444 .403317 -.803066 .907955
Lampiran 7 Standar deviasi perkembangan telur ikan dari induk ikan lele pada
wadah pemeliharaan yang berbeda menggunakan analisis statistik
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
E_2c Kontrol 3 5.00 .000a .000
Bioflok 3 5.00 .000a .000
E_4c kontrol 3 15.00 .000a .000
bioflok 3 10.00 .000a .000
E_8c kontrol 3 25.00 .000 .000
bioflok 3 15.00 1.000 .577
E_16c kontrol 3 30.33 .577 .333
bioflok 3 20.33 2.082 1.202
E_32c kontrol 3 45.00 3.000 1.732
bioflok 3 25.00 1.000 .577
Morula kontrol 3 199.67 4.509 2.603
bioflok 3 45.33 1.155 .667
Blastula kontrol 3 265.00 13.229 7.638
bioflok 3 85.33 1.155 .667
Gastrula kontrol 3 425.33 3.512 2.028
bioflok 3 199.33 5.132 2.963
Def kontrol 3 795.00 8.660 5.000
bioflok 3 898.33 8.505 4.910
Hatch kontrol 3 1914.67 2.517 1.453
bioflok 3 1804.67 9.018 5.207
17
Lampiran 8 Analisis statistik perkembangan telur menggunakan independent
sampel t-test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
E_8c
Equal variances
assumed
4.000 .116 17.321 4 .000 10.000 .577 8.397 11.603
Equal variances
not assumed
17.321 2.000 .003 10.000 .577 7.516 12.484
E_16c
Equal variances
assumed
5.000 .089 8.018 4 .001 10.000 1.247 6.537 13.463
Equal variances
not assumed
8.018 2.306 .010 10.000 1.247 5.261 14.739
E_32c
Equal variances
assumed
1.600 .275 10.954 4 .000 20.000 1.826 14.931 25.069
Equal variances
not assumed
10.954 2.439 .004 20.000 1.826 13.355 26.645
Morula
Equal variances
assumed
2.484 .190 57.428 4 .000 154.333 2.687 146.872 161.795
Equal variances
not assumed
57.428 2.261 .000 154.333 2.687 143.960 164.706
Blastula
Equal variances
assumed
9.903 .035 23.435 4 .000 179.667 7.667 158.381 200.953
Equal variances
not assumed
23.435 2.030 .002 179.667 7.667 147.150 212.184
Gastrula
Equal variances
assumed
.643 .468 62.951 4 .000 226.000 3.590 216.032 235.968
Equal variances
not assumed
62.951 3.536 .000 226.000 3.590 215.495 236.505
Def
Equal variances
assumed
.008 .933 -14.745 4 .000 -103.333 7.008 -122.790 -83.876
Equal variances
not assumed
-14.745 3.999 .000 -103.333 7.008 -122.793 -83.874
Hatch
Equal variances
assumed
2.385 .197 20.349 4 .000 110.000 5.406 94.991 125.009
Equal variances
not assumed
20.349 2.310 .001 110.000 5.406 89.487 130.513
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandung pada tanggal 08
Nopember 1990 dari ayah bernama Slamet Tricahyono dan
ibu bernama Ida Rustiati. Penulis merupakan anak kedua
dari dua bersaudara. Pendidikan formal penulis di SMA
Negeri 3 Bogor pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009.
Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya di tingkat
perguruan tinggi dengan diterima di Program Diploma III
Institut Pertanian Bogor pada program keahlian Teknologi
Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur
Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjalani pendidikan di Program Diploma, penulis pernah
mengikuti kegiatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) bagian kewirausahaan
(2011), serta aktif ikut serta dalam kepanitiaan kegiatan intra program keahlian.
Pada tahun 2012 penulis lulus dari jenjang Diploma III dengan menyelesaikan
tugas akhir berjudul “Budidaya Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma
macropomum) di Ben’s Fish Farm dan Kelompok Tani Mina Berkah
Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Setelah lulus, penulis menjadi asisten
praktikum beberapa mata kuliah seperti Teknik Budidaya Perikanan, Ekologi
Perairan, Teknik Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Ikan, Fisiologi Ikan,
Konstruksi Wadah dan Fasilitas Budidaya, serta Formulasi dan Pembuatan Pakan
di Program Diploma selama satu tahun.
Tahun 2013 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dalam Program Sarjana Alih Jenis di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti
perkuliahan di strata satu, penulis ikut aktif dalam HIMAKUA (Himpunan
Mahasiswa Akuakultur) Divisi PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia)
periode 2013-2014, ketua pelaksana acara SPECTAQUA HILARITATE 2014,
dan kepala divisi logistik dan transportasi panitia AQUAFEST (Aquaculture
Festival) 2014. Penulis melakukan penelitian yang termasuk ke dalam bagian
Laboratorium Reproduksi dan Genetika Ikan serta menyelesaikan skripsinya ini
dengan judul “Kualitas Telur Induk Ikan Lele pada Pemijahan Alami dengan
Sistem Pemeliharaan Bioflok”.