Download - Kata Pengantar Perkemihan
KATA PENGANTAR
Puji sukur saya ucapkankepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan “Sumbatan
Urine Akut’’ .Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Sistem Perkemihan 2.
Ada pun tujuan dibuatnya makalah ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan kami
selaku mahasiswa dalam bidang kesehatan agar dapat lebih memahami lagi tentang berbagai
macam penyakit, bagaimana terjadinya serta melakukan perawatan terhadap penyakit tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan baik dari segi
tehnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan tugas ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan
pembaca umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
Hormat Kami
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam di vertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi Sumbatan Urine Akut?
2. Apa sajakah etiologi Sumbatan Urine Akut?
3. Bagaimanakah perjalanan penyakit (patofisiologi) Sumbatan Urine Akut?
4. Bagaimanakah pathway Sumbatan Urine Akut?
5. Apa sajakah manifestasi klinis Sumbatan Urine Akut?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Sumbatan Urine Akut?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan medis Sumbatan Urine Akut?
8. Apa saja komplikasi pada Sumbatan Urine Akut?
9. Bagaimana proses pengkajian pada Athritis Urine Akut?
10. Apa sajakah diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada Sumbatan Urine
Akut?
11. Bagaimanakah perencanaan keperawatan pada Sumbatan Urine Akut?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan tentang penyakit sumbatan
urine akut, serta dapat mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sumbatan urine akut dan memperoleh pengalaman nyata dalam
merawat pasien dengan penyakit saluran urine akut serta dapat memberika asuhan
keperawatan yang tepat. Memperdalam anatomi fisiologi dan patologi system
perkemihan yang merupakan dasar dalam melakukan pengkajian dan intervensi
keperawatan.
b. Tujuan khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang sumbatan urine akut
b. Meningkatkan pengetahuan mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan yang harus dilakukan
pada penderita sumbatan urine akut
c. Memberikan gambaran asuhan keperawatan secara teoritis kepada klien yang
menderita sumbatan urine akut
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Obstruksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana terhambatnya aliran urine
baik secara permanen atau tidak akibat adanya hambatan yang berupa batu (massa),
tumor, striktura, maupun oleh karena pengaruh infeksi.
B. Etiologi
Etiologi untk obstruksi saluran kemih dibagi menjadi beberapa yaitu :
1. Sumbatan yang Berbentuk Batu (Urolithiasis)
Pembentukan batu mulai dari kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang
saluran perkemihan. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu termasuk pH
urine, konsentrasi zat terlarut urine, statis urine, beberapa infeksi, diet tinggi kalsium
dan dimineralisasi tulang serta hyperparathyroid. Batu dapat bervariasi dalam bentuk
dan ukuran, ada yang bentuknya bulat, lonjong dan tidak beraturan. Dalam hal
ukuran dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter. Bebrapa penyakit dalam
sistem urinari yang penyebabnya batu diantaranya :
a. Nefrolithiasis (batu pada ginjal)
b. Ureterolithiasis (batu pada ureter)
c. Vesikolithiasis (batu pada vesika urinaria/ batu buli-buli)
d. Uretrolithiasis (batu pada uretra)
2. Pembesaran atau Hipertrofi dari Prostad (BPH)
Penyebab pastinya belum diketahui secara pasti dari hiperplasia prostat, namun faktor
usia dan hormonal menjadi faktor predisposisi terjadinya BPH. Beberapa hipotesis
menyebutkan bahwa hiperplasia sangat erat kaitannya dengan peningkatan DHT
(dehidrotestosteron), ketidakseimbangan estrogen dan testoteron, interaksi antar sel
stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan teori stemp
sel.
3. Penyempitan Uretra (Striktur Uretra)
Striktur uretra dapat disebabkan oleh hal – hal berikut ini yaitu kongenital, jaringan
parut sepanjang uretra, cedera traumatik (infeksi).
4. Trauma dari berbagai organ dan saluran urinari (trauma traktus genitourinarius)
Cedera yang terjadi pada saluran urinari yang menyebabkan sumbatan biasanya
adalah cedera ginjal, cedera uretra dan trauma penis.
5. Neoplasma pada ginjal dan vesika urinari.
Penyebab pasti dari neoplasma pada ginjal dan vesika urinaria belum diketahui secara
pasti, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya neoplasma
pada ginjal dan kandung kemih seperti merokok paparan bahan kimia, obat – obatan
dan hormonal.
C. Patofisiologi
Perjalanan penyakit dalam kasus sumbatan urine tergantung dari etiologinya diantaranya:
1. Penyebab sumbatan batu
Dimulai dari kondisi yang menjadi pemicu terjadinya batu pada saluran kemih
menjadi kompleksitas terjadinya urolithiasis. Tempat pembentukan batu dapat terjadi
dibergai saluran kemih. Batu yang terbentuk diginjal dan berjalan menuju ureter
paling mungkin tersangkut pada satu dari 3 lokasi berikut, a) sambungan
ureteropelvik, b) titik ureter menyilang pembuluh darah iliaka, c) sambungan
ureterovesika. Perjalanan batu dari ginjal ke saluran kemih sampai dalalm kondisi
stasis menjadikan modal awal dari tindakan pengangkatan batu. Stagnasi batu pada
saluran kemih menimbulkan gambaran klinis yang berbeda – beda.
2. Penyebab pembesaran jaringan
Untuk perjalanan penyakit yang diakibatkan dari pembesaran jaringan dimulai dari
etiologi yang menyebabkan pembesaran jaringan seperi neoplasma, inflamasi, dan
gangguan hormon. Dengan terjadinya pembesaran yang melebihi normal pada
saluran urinari menyebabkan terjadinya desakan pada traktus urinarius. Jika terjadi
desakan pada traktus yang terus – menerus maka akan berdampak pada obstruksi
pada saluran kemih. Jika terjadi obstruksi urine maka akan terjadi residu urine akibat
adanya sumbatan, dan jika melebihi batas kapasitas dari penampungnya maka
memungkinkan untuk terjadinya refluks pada saluran urinari. Selain itu stagnasi urine
yang lama menimbulkan sendimentasi sehingga memungkinkan akan terjadinya
urolithiasis.
D. Pathway
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada sumbatan urine juga dibedakan berdasarkan etiologinya yaitu :
1. Manifestasi berdasarkan sumbatan batu
a. Kolik ureter
Hal ini dikarenakan stagnasi batu pada saluran kemih, sehingga terjdi retensi dan
iritabilitas pada jaringan sekitar yang menyebabkan nyeri hebat. Nyeri pinggang
biasanya timbul secara mendadak, karna mengikuti perhentian batu dalam
sirkulasi urine. Nyeri menyebar ke paha, testis. Nyeri kostovertebral menjadi ciri
khas dari urolithiasis, khususnya nefrolithiasis.
b. Hambatan miksi
Dikarnakan adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urine mengalami
penurunan, sehingga sulit sekali untuk miksi secara spontan.
c. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urine yang tinggi kemampuan vesika urinaria akan menyebabkan
vasodilatasi maksimal pada vesikel. Oleh karna itu akan teraba bendungan
(distension) pada waktu dilakukan palpasi pada regio vesika.
d. Hematuria
Hematuria tidak selalu terjadi pada pasien dengan urolithiasis. Namun jika terjadi
lesi pada saluran kemih utamanya ginjal, maka sering kali terjadi hematuria yang
masif. Hal ini dikarnakan vaskuler pada ginjal sangat kaya dan memiliki
sensitifitas yang tinggi dan didukung jika karakteristik batu yang tajam pada
sisinya.
e. Mual muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada pasien
karena nyeri yang sangat hebat, sehingga klien mengalami stes tinggi dan
memacu sekresi HCL pada gaster.
2. Manifestasi berdasarkan pembesaran atu hipertrofi dari prostad
a. Gejala prostatismus (nokturia, urgency, penurunan daya aliran urine)
Kondisi ini dikarnakan oleh kemampuan vesika urinaria yang gagal
mengeluarkan urine secara spontan dan reguler, sehingga volume urine masih
sebagian besar tertinggal dalam vesika.
b. Retensi urine
Pada awal obstruksi, biasanya pancaran urine lemah, terjadi hesistansi,
intermitensi, urine menetes, dorongan yang kuat saat miksi, dan retensi urine.
Retensi urine sering dialami oleh klien yang mengalami BPH kronis. Secara
fisiologi, vesika urinaria memiliki kemampuan untuk mengeluarkan urine melalui
interaksi otot detrusor. Namun, obstruksi yang berkepanjangan akan membuat m.
Detrusor semakin dan pada akhirnya mengalami dekompensasi.
3. Manifestasi klinis berdasarkan penyempitan uretra
a. Disuria
Merupakan rasa sakit dan kesulitan untuk melakukan miksi. Klien striktur uretra
akan mengalami iritabilitas mukosa, baik pada uretra ataupun pada vesika urinari.
Hal ini disebabka karna akumulasi urine yang melebihi kapasitas bladder dan
sigat pH dari urine yagn cenderung asam / basa akan melukai mukosa saluran
kemih. Selain itu, relaksasi vesika yang melebihi dari kemampuan otot vesika
akan menimbulkan inflamasi dan nyeri.
b. Urine menetes
Merupakan dampak dari residu urine dan adanya obstruksi pada meatus uretralis,
sehingga pancaran urine melemah dan pengosongan tidak bisa spontan.
c. Penis membengkak
Bendungan urine dan obstruksi pada saluran uretra akan menyebabkan resistensi
kapiler jaringan sekitar meningkat dengan gejala inflamasi yang jelas, sehingga
penis akan membengkak.
d. Infiltrat
Jika pada obstruksi klien dengan striktur uretra tidak tertangani dengan baik dan
terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan infeksi pada striktur
akan terjadi mengingat urine merupakan media untuk pertumbuham kuman yang
baik. Jika hal ini terjadi, inflamasi jaringan striktur akan menjadi abses dan
infiltrasi akan terjadi pula.
e. Retensio urine
Striktur uretra yang totallis akan menghambat secara total aliran urine, sehingga
urine tidak akan keluar sedikit pun dan terakumulasi pada vesika urinaria.
4. Manifestasi klinis berdasarkan trauma genitourinarius
a. Cedera ginjal, maniestasi yang biasanya terjadi adalah nyeri daerah panggul,
hematuria, syok, masa pada daerah panggul, dan rigiditas abdomen.
b. Cedera uretra, manifestasi yang terjadi adalah nyeri, masa lunak, darah pada
meatus, dan obstruksi saluran kemih eksternal.
c. Cedera pada penis manifestasi yang terjadi biasanya adalah nyeri hebat area
penis, hematoma dan inflamasi hebat pada daerah penis dan luka (jika
diakibatkan oleh trauma tajam)
5. Manifestasi berdasarkan neoplasma
Manifestasi yang muncul berdasarkan penyebab neoplasma biasanya adalah
hematuria, nyeri, adanya masa, retensi urine, dan infeksi.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Air kemih
2. Laboratorium
3. Foto polos perut
4. Foto pielogram intravena : adanya efek obstruksi
5. USG ginjal
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klinis pada klien sumbatan urine akut tergantung pada letak dan sumbatan nya. 1. Simptomatik/ medikamentosa
Pemberian obat-obatan 2. Pembedahan : lumbotomy3. Extracorporeal shockwave lithotripsi (ESWL)4. Percutaneous nephro litholapaxy ( PNL) : mengeluarkan batu yang berada di saluran
ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi kulit .5. Litotripsi : pemecahan batu dikeluarkan dengan evakuator ellik.6. Bedah laparoskopi
H. Komplikasi
1. Resiko infeksi
2. Fistula uretrokutaneus
3. Gagal ginjal
4. Abses
5. Hidroneprhosis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Secara anatomis, tidak ada faktor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam
proses pembentukan batu.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering ditemukan pada pasien dengan urolithiasis adalah nyeri (pada
punggung, panggul,abdominal, lipat paha, genetalia), mual muntah, kesulitan dalam
kencing.
3. Riwayat penyakit
Pada observasi sering ditemukan adanya hematuria (baik secara mikroskopis maupun
gross), oliguria.
4. Pola psikososial
Secara realita, tidak ada pengaruh kondisi penyakit urolithiasis terhadap interaksi
sosial.
5. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas dan Istirahat .
Gejala : Aktivitas monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan
pada lingkungan bersuhu tinggi.
Kebutuhan aktivitas atau immobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya (misal : penyakit
tidak sembuh).
b. Sirkulasi .
Tanda : Peningkatan TD / Nadi ( Nyeri, ansietas, gaga ginjal)
c. Eliminasi .
Tanda : Oliguri, hematuri, priuri, perubahan pola berkemih.
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya.
Penurunan haluaran urine, blass penuh.
Rasa terbakar, dorongan berkemih.
d. Makanan dan Cairan .
Gejala : Mual, muntah, nyeri tekan abdomen.
Diet tinggi purin, kalsium oksalat dan fospat.
Ketidakcukupan pemasukan cairan.
Tanda : Distensi abdomen, penurunan bising usus, muntah
e. Nyeri dan Ketidaknyamanan .
Gejala : Episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada batu,
dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke
lipat paha / genetalia.
Nyeri dapat digambarkan akut, tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi, perilaku, distraksi, nyeri tekan pada area
ginjal dan palpasi.
f. Keamanan .
Gejala : Penggunaan alkohol, demam, menggigil.
g. Penyuluhan dan Pembelajaran .
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga , penyakit ginjal,
hypertensi, Gout, ISK.
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen,
hyperparatiroid.
Penggunaan antibiotik, anti hipertensi, natrium
bikarbonat, aluporinol, fospat, tiazid.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa : warna kuning – coklat gelap, hematuria, terdapat kristalkristal,
serpihan, mineral, pus, bakteri, pH mungkin asam (meningkatnya sistin / batu asam
urat) atau alkalin (meningkatnya magnesium, fospat).
b. Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium fospat meningkat, Kultur urine :
Menunjukkan ISK.
c. Survey biokimia: Meningkatnya magnesium, kalsium, asam urat, protein,
elektrolit.
d. BUN : Abnormal (penurunan pada urine, peningkatan pada serum) sekunder
terhadap peningkatan batu obstruktif.
e. Klorida dan Bicarbonat Serum : Peningkatan kadar klorida dan menurunnya
bikarbonat menunjukkan asidosis tubulus ginjal.
f. SDM : Normal.
g. Hormon Paratiroid : Peningkatan pada gagal ginjal.
h. IVP : Memberikan konfirmasi penyebab nyeri abdominal.
i. Ct Scan : Menggambarkan kalkuli dan massa lain.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekwensi / dorongankontraksi ureter,
trauma jaringan, pembentukan odema, iskemia selular.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemiholeh batu,
obstruksi mekanik, inflamasi.
3. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan dan tekanan ureter tinggi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kolonisasi bakteri di kandung kemih
5. Resiko gangguan fungsi ginjal berhubungan dengan refluks urine dari kandung kemih
ke ginjal
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekwensi / dorongankontraksi ureter,
trauma jaringan, pembentukan odema, iskemia selular.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Jam, klien dapat
mengurangi rasa nyeri
Kriteria Hasil : - mampu mengenali serangan nyeri
- Mampu mendeskripsikan nyeri
- Menggunakan teknik pencegahan nyeri, khususnya teknik non
farmakologis
- Menunjukan gejala terhadap nyeri
Intervensi :
Catat lokasi, lamanya instensitas (skala 0 – 10) dan penyebaran.
Perhatikan respon verbal dan non verbal, contoh peninggian TD dan nadi, gelisah,
merintih, menggelepar.
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar kepunggung, lipat paha, genetalia
sampai dengan proksimalis syaraf pleksus dan pembuluh darah yang menyuplai
area lain.
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap perubahan
kejadian nyeri.
Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian analgesik sesuai waktu
dan mewaspadakan staf akan kemungkinan terjadinya komplikasi. Penghentian
tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu.
Berikan tindakan nyaman, misal : pijatan punggung, lingkungan istirahat.
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan
meningkatkan koping.
Bantu / dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan
aktivitas terapeutik.
Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam
relaksasi otot.
Dorong / bantu dengan ambulasi sering sesuai tindakan indikasi dan tingkatkan
pemasukan cairan sedikitnya 3 – 4 liter/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis urine dan
mencegah pembentukan batu selanjutnya.
Perhatikan keluhan peningkatan / menetapnya nyeri abdomen.
Rasional : obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan
ekstravasasi urine ke dalam area perirenal yang membutuhkan kedaruratan
bedah akut.
Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : biasanya diberikan selama episode akut untuk mengurangi kolik
uretral dan meningkatkan relaksasi otot / muntah.
Berikan kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan edema
jaringan, refleks spasme.
Pertahankan patensi kateter bila digunakan.
Rasional : mencegah statis / retensi urine, menurunkan resiko peningkatan
tekanan ginjal.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,
obstruksi mekanik, inflamasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Jam, klien akan
Kriteria Hasil : - mampu mengontrol berkemih, mengatur pola berkemih
- Tidak adanya infeksi traktus urinaruius
- Intake cairan adekuat
- Tidak adanya komponen ganagguan dalam urine
- Tidak ada sensasi gangguan urine
Intervensi :
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi,misalnya : infeksi dan perdarahan.
Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya urgensi dan frekuensi meningkat
bila kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikel.
Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas darah, bakteri dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
Periksa semua urine, catat semua keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk
analisa.
Rasional : penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu
dan mempengaruhi pilihan terapi.
Observasi perubahan status mental, perilaku / tingkat kesadaran.
Rasional : akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada SSP.
3. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan dan tekanan ureter tinggi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 Jam, klien akan
Kriteria Hasil : - dapat mengontrol berkemih, dan mengatur pola berkemih
- Mampu mengkosongkan bladder dengan baik
- Menunjukan patensi eliminasi
- Intake cairan adekuat
Intervensi :
4. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kolonisasi bakteri di kandung kemih
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
5. Resiko gangguan fungsi ginjal berhubungan dengan refluks urine dari kandung kemih ke
ginjal
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA