EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN USAHA MIKRO,KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY(Kasus Program Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra)
ARLITA PUJI WIDIAMEIGA
I34060224
DEPARTEMEN SAINSKOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRACT
The goal of this research is to understand the implementation of PT AstraInternasional Tbk. Corporate Social Responsibility ( CSR ) program. How far therealization of PT Astra International Tbk. CSR will also be analized in thisresearch through Dharma Bhakti Astra Foundation based on societyempowerment and analize the benefit of Micro, Small, and Medium Enterprises(MSME) establishment program realization by Dharma Bhakti Astra Foundation.
CSR activities form done by PT Astra Internasional TBk will be explainedin this research. Empowerment aspects will be analyzed from MSMEestablishment held by Dharma Bhakti Astra Foundation. Identification andprogram analysis of establishment will point toward eight instruments ofVerhagen empowerment. The benefit of MSME establishment can be viewed fromsix aspects. These are knowledge, skill, income, market expansion, competitionamong established MSME and the advance of establishment program existencefor society.
The result of this research are that PT Astra Internasional Tbk. has someCSR programs which are directly done or done by a foundation. MSMEestablishment program is one of CSR programs held by PT Astra InternasionalTbk. through Dharma Bakti Astra Foundation. Based on the analysis, entirely theestablishment program has implemented Verhagen empowerment aspectsalthough there are some aspects which need to be evaluated. This establishmentprogram also has some benefits for the established MSME.
Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), empowerment, Micro SmallAnd Medium Enterprises (MSME) establishment program.
RINGKASAN
ARLITA PUJI WIDIAMEIGA. EVALUASI PROGRAM PEMBINAANUSAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAIIMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. KasusProgram Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra. (Di bawahbimbingan NINUK PURNANINGSIH).
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau yang juga lazim
dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan mulai bergema pada tahun
1950-an dan semakin dikenal sejak awal 1970. Definisi umum yang muncul saat
ini mengemukakan bahwa CSR sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang
berhubungan dengan stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum,
penghargaan masyarakat, lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk
berkontribusi.
Salah satu bentuk aktualisasi lain dari CSR adalah Pengembangan
Masyarakat atau Community Development (CD) dengan menitikberatkan pada
keberlanjutan. Salah satu program pengembangan masyarakat yang diharapkan
dapat terus berlanjut dan membantu memandirikan masyarakat adalah
memberikan pembinaan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Penelitian ini bertujuan: 1) mengetahui penerapan program Corporate
Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk., 2) menganalisis sejauh
mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional
Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) telah berbasiskan
pemberdayaan masyarakat, dan 3) menganalisis manfaat pelaksanaan program
pembinaan UMKM yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra bagi
UMKM binaannya. Lokasi penelitian ini adalah kantor Yayasan Dharma Bhakti
Astra (YDBA), Jalan Gaya Motor I No 10, Sunter, Jakarta Utara. Lokasi ke dua
adalah PT. XYZ, di Desa Dayeuh, Cileungsi, Bogor. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif yang didukung kualitatif. Responden merupakan karyawan PT.
XYZ, terdiri dari 10 orang karyawan yang mengikuti pelatihan dari YDBA tahun
2009 dan 20 orang karyawan yang tidak pernah mengikuti pelatihan dari YDBA.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Astra Internasional Tbk.
mempunyai beberapa program CSR baik yang dilakukan langsung maupun yang
dilaksanakan melalui yayasan yang telah dibentuk. Salah satu program CSR
tersebut adalah program pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
yang dilakukan melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Bila merujuk
pada delapan instrumen pemberdayaan masyarakat Verhagen, program pembinaan
UMKM tersebut telah memenuhi semua instrumen walaupun pada
pelaksanaannya, masih terdapat beberapa kekurangan.
Program pembinaan yang dilakukan oleh YDBA mempunyai beberapa
manfaat. Pada penelitian ini, identifikasi manfaat pembinaan dilakukan dengan
mengambil contoh PT. XYZ yang juga merupakan salah satu UMKM binaan
YDBA. Berdasarkan penelitian, kegiatan pembinaan UMKM yang dilakukan oleh
YDBA dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
para penerimanya. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden yang
merupakan karyawan dari PT. XYZ memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
tinggi. Apabila dilakukan pengujian secara statistik memang tidak menunjukkan
adanya hubungan, namun apabila dianalisis lebih jauh dan didukung dengan
wawancara mendalam, kegiatan pembinaan tersebut dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan karena terjadi difusi pengetahuan dan keterampilan
diantara karyawan.
Manfaat lain yang diperoleh UMKM dari pembinaan yang dilakukan oleh
YDBA adalah adanya peningkatan omset penjualan dan perluasan jangkauan
pemasaran produk. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beberapa kegiatan, misalnya
keikutsertaan UMKM binaan pada pameran yang diadakan oleh YDBA dan atau
pihak lain. YDBA juga kerap kali memberikan kemudahan UMKM binaannya
untuk mendapatkan pinjaman modal dengan cara memfasilitasi UMKM tersebut
dengan lembaga-lembaga keuangan. Adanya program pembinaan ini juga dapat
memicu persaingan bisnis diantara UMKM untuk dapat merebut pasar. Salah satu
kekurangan dari kegiatan pembinaan ini adalah keterbatasan dari UMKM binaan
untuk melakukan program pemberdayaan lanjutan terutama pada masyarakat
sekitar sebagai bentuk pemberdayaan lanjutan.
EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN USAHA MIKRO,KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY(Kasus Program Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra)
Oleh:ARLITA PUJI WIDIAMEIGA
I34060224
SkripsiSebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakatpada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatFakultas Ekologi ManusiaInstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINSKOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DEPARTEMEN SAINSKOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:
Nama : Arlita Puji Widiameiga
NRP : I34060224
Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi : Evaluasi Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, danMenengah (UMKM) sebagai Implementasi CorporateSocial Responsibility (Kasus Program Pembinaan UMKMYayasan Dharma Bhakti Astra)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasidan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut PertanianBogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.SiNIP. 19690108 199303 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MSNIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH (UMKM) SEBAGAI IMPLEMENTASI CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (KASUS PROGRAM PEMBINAAN UMKM
YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA)” BELUM PERNAH DIAJUKAN
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA
JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL
KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN
DALAM NASKAH.
Bogor, Maret 2010
Arlita Puji Widiameiga
I34060224
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Susilo
dan Runi Puji Nur’eni, S.Pd. Penulis dilahirkan di Pemalang pada tanggal 29 Mei
1988.
Penulis memulai mengikuti pendidikan formal pada tahun 1993 di TK
Adhiyaksa III kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Kebondalem 2
Pemalang dan lulus tahun 2000. Tahun 2000-2003, penulis menuntut ilmu di
SLTP Negeri 2 Pemalang, kemudian dilanjutkan di SMA Negeri 1 Pemalang
hingga lulus pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Kemudian diterima di Mayor
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia dengan Minor
Kewirausahaan Agribisnis.
Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga pernah mengikuti
beberapa organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun 2008, penulis merupakan
anggota Komisi Eksternal Dewan Perwakilan Mahasiswa FEMA dan menjadi
anggota Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) pada Divisi Public Relation.
Pengalaman kepanitiaan yang pernah diikuti penulis antara lain adalah The Earth
Day Celebration (TEDC) 2007, Link FEMA 2008, dan COMMNEX 2008.
Penulis juga pernah ikut serta dalam kepanitiaan Pemilihan Raya Fakultas Ekologi
Manusia (PEMIRA FEMA) 2008 sebagai Ketua Panitia Pengawas Pemilihan
Raya. Penulis juga tercatat sebagai Asisten Mata Kuliah Sosiologi Umum tahun
2008-2009.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) Sebagai Implementasi Corporate Social Responsibility (Kasus Program
Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra)”.
Terimakasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada pihak-pihak
yang telah membantu pembuatan skripsi ini. Terimakasih kepada Dr. Ir. Ninuk
Purnaningsih, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan
bimbingan, meluangkan waktu, dan berbagi ilmu sehingga penulis dapat lebih
memahami topik bahasan dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada pihak Yayasan Dharma Bhakti Astra yaitu
Bapak M. Kosasih dan Bapak M. Iqbal, Bapak A. Karim Suwandono dari pihak
Astra Internasional Tbk. dan pihak PT. XYZ atas kerjasamanya sehingga
penelitian ini dapat terlaksana.
Skripsi ini bertujuan mengetahui penerapan program Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. Selain itu, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma
Bhakti Astra (YDBA) telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat serta
menganalisis manfaat pelaksanaan program pembinaan UKM yang dilakukan oleh
YDBA Astra bagi UMKM binaannya. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuandari berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut telah membantu penulis denganmenyumbangkan pemikiran, memberikan masukan, dan mendukung penulis baiksecara moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulismengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si sebagai dosen pembimbing, atas segalabimbingan, motivasi, saran, dan pemikirannya sehingga penulis dapatmenyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen penguji utama atas kesediaannyauntuk menguji dan memberikan saran yang berguna bagi skripsi ini.
3. Ir. Hadiyanto, M.Si sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains KPM ataskesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang berguna bagi skripsiini..
4. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan segenap kasih sayangnya,motivasi, dukungan moril dan materil sehingga penulis tidak kekurangan suatuapapun dan selalu bersemangat dalam menjalani hari-hari, serta adikkutersayang, Dimas yang selalu memotivasi penulis untuk selalu berusahamenjadi contoh yang baik. Terima kasih atas untaian doa yang tidak pernahputus sampai saat ini.
5. Bapak M. Kosasih dan Bapak M. Iqbal selaku pihak Yayasan Dharma BhaktiAstra, serta Bapak A. Karim Suwandono selaku pihak PT. Astra InternasionalTbk., terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapatmelaksanakan penelitian di Yayasan Dharma Bhakti Astra, bimbingan,bantuan, dan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini.
6. PT. XYZ terutama Bapak Hry dan Ibu Smrsh serta para karyawan atasbantuan dan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini.
7. Keluarga besar Dharmo dan Karmad yang senantiasa mendoakan danmemotivasi penulis selama penulisan skripsi ini.
8. Keluarga di Halim yang senantiasa memberikan motivasi, doa, dan bantuanselama penulisan skripsi ini.
9. Andy Norman, yang selalu menjadi tempat berbagi. Terima kasih atas segaladukungan, semangat, pengertian, kesabaran, serta kisah-kisah yang ada sampaisaat ini.
10. Sahabat-sahabat tersayang di KPM 43 Icha, Uni, Nissa, dan Adji terima kasihatas kasih sayang, semangat, dukungan moril, dan persahabatan yang penuhwarna.
11. Sahabat-sahabat lamaku tersayang Ix_A, Dezni, Sintya, Dandy, Dwi, Tunggul,d’Aru, Dessy, Rony, dan Yogi terima kasih atas perhatian, kasih sayang, dansemangat yang terus diberikan sampai saat ini. terima kasih atas bantuan-bantuannya. Aku akan selalu merindukan kalian.
12. Teman-teman KPM’ers 43 terutama Abdillah serta teman-teman yangmengambil program akselerasi Sita, Indra, Vani, Adha, Lingga, Riri dan yanglainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semangat kalian luarbiasa!Hebat!
13. Teman satu bimbingan, Aliyatur dan Rey yang selalu memberikan semangatbagi penulis untuk dapat segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
14. Kakak-kakak KPM’ers 42 Kak Fahmi, Kak ’Ia, Kak Hani, Kak Nui’, dan KakBibob yang telah membantu memberikan masukan selama penulisan skripsi.
15. TIARA’ers, anak-anak kosan yang jadi keluarga keduaku. Uliz, Picil, Pales,Mba Fiya, Selvi, Mba Nura, Mba Riyant, Thae, Afni, Abang dan yang lainnya.Terima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang begitu besar. Terima kasihsudah menyediakan tempat terbaik dan nyaman sampai saat ini.
16. Mbak Maria, Mbak Icha, dan Bu Susi yang sangat membantu penulis terkaitmasalah administrasi.
17. Semua pihak yang telah memberikan semangat, dukungan, dan do’a kepadapenulis.
Bogor, Maret 2010
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................iDAFTAR GAMBAR......................................................................................... ivDAFTAR TABEL .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3. Tujuan ................................................................................................ 4
1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 4
BAB II PENDEKATAN TEORITIS................................................................ 52.1. Tinjauan Pustaka................................................................................. 5
2.1.1. Corporate Social Responsibility................................................... 5
2.1.1.1. Definisi Corporate Social Responsibility .............................. 5
2.1.1.2. Implementasi Corporate Social Responsibility...................... 8
2.1.1.3. Manfaat Implementasi CSR................................................ 11
2.1.2. Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat ................................. 12
2.1.3. Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah(UMKM)................................................................................... 15
2.1.3.1. Definisi UMKM ................................................................. 15
2.1.3.2. Pembinaan UMKM ............................................................ 17
2.1.4. Evaluasi ..................................................................................... 19
2.2. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 21
2.3. Hipotesis Uji ..................................................................................... 23
2.4. Definisi Konseptual .......................................................................... 23
2.5. Definisi Operasional ......................................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 273.1. Metode Penelitian ............................................................................. 27
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 27
3.3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 28
3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 28
3.5. Teknik Analisa Data ......................................................................... 28
ii
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................ 304.1. Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)............................................ 30
4.1.1. Profil Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)........................... 30
4.1.2. Program Pembinaan UMKM oleh YDBA .................................. 31
4.1.2.1. UMKM binaan YDBA ....................................................... 31
4.1.2.2. Bentuk Pembinaan UMKM ................................................ 32
4.2. PT. XYZ........................................................................................... 37
4.2.1. Profil PT. XYZ .......................................................................... 37
4.2.2. Struktur Organisasi PT. XYZ..................................................... 40
4.2.3. Produk dan Customers PT. XYZ................................................ 41
BAB V IMPLEMENTASI CSR PT. ASTRA INTERNASIONAL ............... 425.1. Cara Pandang PT. Astra Internasional Tbk terhadap CSR.................. 42
5.2. Implementasi Program CSR dan Pendanaan Kegiatan ...................... 44
5.3. PT. Astra Internasional Tbk. dalam Pengembangan Masyarakat........ 46
BAB VI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAMYAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA (YDBA) ......................... 49
6.1. Cara Pandang YDBA terhadap Pemberdayaan Masyarakat ............... 49
6.2. Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pembinaan UMKM........ 49
6.2.1. Identifikasi Kelompok Sasaran .................................................. 54
6.2.2. Penelitian dan Perencanaan Partisipatoris................................... 55
6.2.3. Pendidikan dan Pelatihan Timbal Balik...................................... 56
6.2.4. Mobilisasi dan Pemberian Sumberdaya...................................... 57
6.2.5. Konsultasi Manajemen............................................................... 59
6.2.6. Pengembangan Gerakan dan Perluasan Proses ........................... 59
6.2.7. Pengembangan dengan Pihak Ketiga.......................................... 61
6.2.8. Pemantauan dan Evaluasi Terus Menerus .................................. 63
BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN ........................................ 657.1. Manfaat Kegiatan Pembinaan dalam Peningkatan pengetahuan,
Keterampilan, dan Pendapatan.......................................................... 65
7.1.1. Hubungan Karakteristik Responden dengan TingkatPengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan. ............................ 66
7.2. Manfaat Kegiatan Pembinaan dalam Perluasan Pasar,Peningkatan Daya Kompetitif antar UMKM binaan, sertaKegiatan Pemberdayaan Lanjutan Bagi Masyarakat Sekitar.............. 79
7.2.1. Perluasan Pasar.......................................................................... 79
7.2.2. Peningkatan Daya Kompetitif antar UMKM binaan ................... 80
7.2.3. Kegiatan Pemberdayaan Lanjutan Bagi Masyarakat Sekitar ....... 81
iii
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 828.1. Kesimpulan....................................................................................... 82
8.2. Saran................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 84LAMPIRAN ..................................................................................................... 86
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Triple Bottom Lines dalam CSR......................................................... 7
Gambar 2. Kerangka Pemikiran………………………………………………… 23
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. XYZ………………………………………. 41
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Besar (UMKM) tahun 2007-2008…………………………………… 3
Tabel 2. Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan……… 9
Tabel 3. Rincian Departemen dan Karyawan PT. XYZ……………………… 42
Tabel 4. Perbandingan Aspek Pemberdayaan dari Hasil Identifikasi
dengan Kriteria Ideal Pemberdayaan ………………………………. 52
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Tingkat Pengetahuan, Tingkat
Keterampilan, dan Tingkat Pendapatan Responden……………….... 67
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan
Karakteristik Responden…………………………………………….. 68
Tabel 7. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Umur
dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan………………... 69
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur
dengan Pengetahuan…………………………………………………. 70
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur
dengan Keterampilan……………………………………………….... 70
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur
dengan Pendapatan……………………………………………........... 71
Tabel 11. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Tingkat Pendidikan
dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan…………………72
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat
Pendidikan dengan Pengetahuan……………………………………. 72
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat
Pendidikan dengan Keterampilan……………………………………. 73
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat
Pendidikan dengan Pendapatan……………………………………... 73
Tabel 15. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Lama Bekerja
dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan………………... 75
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja
dengan Pengetahuan…………………………………………………. 75
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja
dengan Keterampilan………………………………………………… 76
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja
dengan Pendapatan…………………………………………………... 76
Tabel 19. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Tingkat
Pendidikan dengan Pengetahuan, Keterampilan
dan Pendapatan……………………………………………………… 78
vi
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Menurut
Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Pengetahuan………………... 78
Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Menurut
Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Keterampilan……………….. 79
Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Menurut
Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Pendapatan…………………. 79
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau yang juga lazim
dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan mulai bergema pada tahun
1950-an. Saat itu persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang
semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan.
Konsep CSR ini semakin dikenal sejak awal 1970 dan terus berkembang hingga
saat ini. Definisi umum yang muncul saat ini mengemukakan bahwa CSR
merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan
stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat,
lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi.
Keberagaman pendefinisian CSR masih ada karena CSR merupakan suatu
konsep yang berkembang dengan cepat. World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) menyatakan “…Corporate Social Responsibility is the
commitment of business to contribute to sustainable economic development,
working with employees, their families, the local community and society at large
to improve their quality of life”. Sementara itu, Vogel dalam Sukada et al. (2007)
mendefinisikan CSR sebagai “policies and program of private firms that go
beyond legal requirement as a response to public pressures and societal
expectation”. Namun, pada dasarnya CSR merupakan sebuah pendekatan yang
dilakukan untuk mengintegrasikan kepedulian sosial dalam interaksi dengan
berbagai stakeholders yang berdasarkan pada prinsip sukarela maupun kemitraan.
Telah banyak program CSR yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan
dengan berbagai model yang dipraktikkan berdasarkan pemahaman yang mereka
miliki. Bentuk program yang sering menjadi pilihan dari perusahaan-perusahaan
itu antara lain program bantuan kesehatan, pendidikan, bantuan dana dan
pelatihan bagi usaha kecil, serta bantuan pembangunan sarana dan prasarana
masyarakat.
Program CSR yang diterapkan perusahaan hendaknya mengandung unsur
pengembangan masyarakat dengan menitikberatkan pada keberlanjutan.
2
Perusahaan-perusahaan memiliki beragam pemahaman mengenai usaha
pengembangan masyarakat yang berusaha diterapkan pada program CSR mereka.
Untuk mempermudah penilaian keberhasilan suatu program pengembangan
masyarakat dapat dilihat dari keberlanjutan penerapan program tersebut dan
pencapaian tujuan dari program sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat. Salah satu program pengembangan masyarakat yang diharapkan
dapat terus berlanjut dan membantu memandirikan masyarakat adalah program
pembinaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Salah satu unsur pokok yang turut andil dalam perkembangan
perekonomian Indonesia adalah UMKM. Peran UMKM di Indonesia menurut
Sulisto (2005)1 sangat besar dan telah terbukti menyelamatkan perekonomian
bangsa pada saat dilanda krisis ekonomi tahun 1997. Sebagian besar jumlah
penduduk Indonesia berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil
baik di sektor tradisional maupun modern. Pembinaan dan pengembangan
UMKM sekarang ini menjadi semakin mendesak dan sangat strategis untuk
mengangkat perekonomian rakyat. Pembinaan dan pengembangan tersebut sangat
penting untuk menciptakan kemandirian dari UMKM mengingat besarnya peran
UMKM bagi perekonomian nasional.
1Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (DPP HIPPI).http://www.kapanlagi.com/h/0000061409.html. diakses tanggal 9 November 2009
3
Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar(UMKM) tahun 2007-2008
No Indikator SatuanTahun
2007 2008
1
Unit Usaha:- Usaha Mikro- Usaha Kecil (UK)- Usaha Menengah(UM)- Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)- Usaha Besar (UB)
(Unit)(Unit)(Unit)(Unit)(Unit)
(Unit)
49.828.58649.287.276
498.56538.282
49.824.123
4.463
51.261.90950.697.659
520.22139.657
51.257.537
4.372
2
Tenaga Kerja:- Usaha Mikro- Usaha Kecil (UK)- Usaha Menengah(UM)- Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)- Usaha Besar (UB)
(Orang)(Orang)(Orang)(Orang)(Orang)
(Orang)
91.528.26281.732.430
3.864.9953 142.319
88.739.744
2 .788.518
93.672.48483.647.711
3.992.3713256.188
90.896.270
2 .776.214
Sumber : Kementriaan Koperasi, 2008
PT Astra Internasional Tbk. merupakan sebuah perusahaan dengan
komitmen terhadap lingkungan yang sangat besar. Komitmen tersebut tercermin
disetiap aspek kegiatan perusahaan yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat
serta aspek lingkungan dimana kelestarian alam dan lingkungan menjadi
pertimbangan. Salah satu wujud komitmen dari PT Astra Internasional Tbk.
adalah dengan melakukan pembinaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UMKM melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Program tersebut
merupakan salah satu program CSR dan juga merupakan perwujudan cita-cita
Astra, “Sejahtera Bersama Bangsa”.
YDBA merupakan sebuah yayasan pembinaan UMKM yang dalam kurun
waktu tiga puluh tahun telah membina kurang lebih 5300 UMKM yang berada
diseluruh Indonesia. Bentuk pembinaan yang dilakukan pun disesuaikan dengan
kondisi UMKM binaan. Pembentukan YDBA ini diharapkan dapat memandirikan
masyarakat Indonesia, khususnya UMKM.
4
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Astra Internasional Tbk.?
2. Sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra
Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) telah
berbasiskan pemberdayaan masyarakat?
3. Bagaimana manfaat pelaksanaan program pembinaan UMKM yang dilakukan
oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra bagi UMKM binaannya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Astra Internasional Tbk.
2. Menganalisis sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)
PT. Astra Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)
telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat.
3. Menganalisis manfaat pelaksanaan program pembinaan UMKM yang
dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra bagi UMKM binaannya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai program
Corporate Social Responsibility yang menerapkan prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat. Penelitian ini juga berguna untuk memberikan gambaran penerapan
program pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan manfaat pembinaan
yang diterima oleh UMKM. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi tambahan literatur penelitian mengenai analisis program pemberdayaan
bagi para akademisi dan peneliti. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
bahan evaluasi dan pertimbangan bagi YDBA dalam perencanaan dan
kemungkinan pengembangan program serupa.
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Corporate Social Responsibility
2.1.1.1 Definisi Corporate Social Responsibility
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkembang saat ini
sangat beragam. Sukada et al. (2007) menyatakan bahwa CSR adalah segala
upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan
lingkungan dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan
dampak positif disetiap pilar. The World Business Council for Sustainable
Development dalam Sukada et al. (2007) “Corporate social responsibility is the
commitment of business to contribute to sustainable economic development,
working with employees, their families, the local community and society at large
to improve their quality of life”. Berdasarkan pernyataan diatas, CSR tidak hanya
merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat atau lingkungan
sekitar tempat beroperasinya usaha mereka saja tetapi juga pada karyawan dan
keluarganya dalam mengembangkan kualitas kehidupan mereka. Pada intinya,
konsep Corporate Social Responsibility (CSR) meliputi strategi dan program
pengembangan masyarakat.
The Jakarta Consulting Group mengemukakan bahwa tanggung jawab
sosial mengarah pada dua sisi, yaitu kedalam (internal) dan keluar (eksternal)
perusahaan. Tanggung jawab sosial yang mengarah ke dalam mempunyai sasaran
pada pemegang saham dalam bentuk keuntungan dan pertumbuhan usaha, serta
karyawan dalam bentuk kompensasi yang adil serta memberikan peluang
pengembangan karir bagi karyawan oleh perusahaan tempat dia bekerja. Sasaran
ke luar dari tanggung jawab sosial mengarah pada pembayaran pajak dan
penyediaan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi
masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang.
6
Pada dasarnya, CSR dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders
perusahaan dalam setiap kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan kualitas kehidupan melalui kemitraan. Pengertian stakeholders
dalam Budimanta et al. (2008) mengacu pada individu atau kelompok yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktivitas korporat yang memiliki atribut
kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan. Jadi dalam pelaksanaannya, CSR juga
wajib melibatkan stakeholders yang terkait seperti investor dan karyawan (dari
dalam) serta mitra kerja, pemerintah, dan komunitas (dari luar).
CSR juga merupakan sebuah upaya untuk menciptakan keberlangsungan
usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak
keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan memelihara lingkungan hidup (triple bottom
line) yang dikembangkan Achie B. Caroll dalam Hardinsyah (2008). Konsep
triple bottom line seperti pada Gambar 1 dipopulerkan oleh Elkington (1997)
dalam Hardinsyah (2008) yang juga dikenal dengan 3P, meliputi:
1) Profit
Perusahaan tetap harus berorientasi mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2) People
Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia,
khususnya bagi warga sekitar perusahaan.
3) Planet
Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman
hayati.
Gambar 1. Triple Bottom Lines dalam CSR
7
Beroperasinya perusahaan tidak akan lepas dari ketiga faktor tersebut yang
pada dasarnya juga berkaitan erat satu sama lain. Pendefinisian ketiganya
dilakukan secara keseluruhan. Perusahaan tidak hanya melihat dari aspek people
atau profit semata, namun juga aspek lainnya. Keberadaan CSR mengakibatkan
perusahaan tidak hanya mencari keuntungan saja tetapi bagaimana keberadaan
perusahaan dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat
sekitar dan lingkungan. Peran perusahaan tersebut menjadi semakin terlihat
dengan perkembangan komitmen untuk mencapai tatanan kehidupan baru (good
governance). Prinsip good governance meliputi adanya akuntabilitas,
transparansi, dan partisipasi dalam pelaksanaan kinerja pemerintah, perusahaan
(dunia usaha) dan masyarakat (Ambadar, 2008).
Pelaksanaan program CSR dapat dilihat dari beberapa karakteristik tahap-
tahap kedermawanan sosial perusahaan. Tahap-tahap tersebut (Lihat Tabel 2)
adalah charity, philantrophy, dan corporate citizenship (Saidi et al. 2003):
1. Charity atau lazim disebut karitas merupakan kegiatan pemberian bantuan
yang bersifat menyelesaikan masalah sesaat.
2. Philantrophy atau yang lazim disebut filantropi merupakan kegiatan
pemberian sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial yang
diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat seperti pendidikan dan
peningkatan peluang ekonomi atau peningkatan kesejahteraan yang pada
umumnya membutuhkan pengelolaan yang sistematis dan terencana.
3. Corporate citizenship merupakan pemberian bantuan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan misi memberikan kontribusi pada masyarakat dengan
sistem pengelolaan yang terangkum dalam kebijakan perusahaan.
8
Tabel 2. Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan
Tahapan Charity Philantropy CorporateCitizenship
Motivasi Agama, tradisi,adat
Norma etika danhukum universal:redistribusi kekayaan
Pencerahan diridan rekonsiliasidengan ketertibansosial
Misi Mengatasi masalahsesaat
Mencari dan mengatasiakar masalah
Memberikankontribusi kepadamasyarakat
Pengelolaan Jangka pendek,menyelesaikanmasalah sesaat
Terencana,terorganisir,terprogram
Terinternalisasidalam kebijakanperusahaan
Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/danaabadi:profesionalisasi
Keterlibatan baikdana maupunsumber daya lain
Penerima manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luasdan perusahaan
Kontribusi Hibah social Hibah pembangunan Hibah (sosialmaupunpembangunan) danketerlibatan sosial
Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama
Sumber: Saidi et al. (2003)
2.1.1.2 Implementasi Corporate Social Responsibility
Pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat
digolongkan menjadi tiga aktivitas, yaitu 1) di tempat kerja, meliputi keselamatan
kerja, bantuan bagi karyawan yang terkena musibah, fasilitas kesehatan, dana
pensiun, pengembangan skill karyawan, dan kepemilikan saham, 2) Aktivitas
sosial yang meliputi pemberian beasiswa dan memberdayakan ekonomi secara
berkelanjutan, 3) Aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan. Perusahaan harus
ikut menjaga kelestarian lingkungan dan melakukan produksi yang ramah
lingkungan (Impresario, 2006 dalam Pangkaurian 2008). Hal ini sangat
berhubungan dengan penerapan konsep Tripple Bottom Line yang diharapkan
menjadi patokan pelaksanaan CSR yang berkelanjutan.
9
Program Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan
mempunyai perbedaan baik dalam perumusannya sampai pada cara
pelaksanaannya. Pada umumnya, menurut Iqbal dan Sopyan (2009) implementasi
CSR di perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Komitmen pimpinan perusahaan
Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah-masalah sosial
dan lingkungan, kecil kemungkinan akan mempedulikan aktivitas sosial.
2. Ukuran dan kematangan perusahaan
Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberikan kontribusi
ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. Namun, bukan berarti
perusahaan menengah, kecil, dan belum mapan tersebut tidak dapat
menerapkan CSR.
3. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah
Semakin meluasnya regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil
ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial
kepada masyarakat.
Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh pada keputusan dan cara
pengimplementasIan program CSR sebagai wujud nyata kepedulian sosial
perusahaan. Hal ini juga akan berpengaruh pada keputusan penggunaan model
pelaksanaan program seperti yang dikategorikan oleh Saidi dan Abidin. Model
pelaksanaan program corporate social responsibility perusahaan dapat
dikategorikan menjadi empat model (Saidi dan Abidin, dalam Budimanta et al.
2008), yaitu:
1) Melalui Keterlibatan Langsung
Program CSR dilakukan langsung dengan menyelenggarakan sendiri berbagai
kegiatan sosial ataupun menyerahkan bantuan-bantuan secara langsung kepada
masyarakat.
2) Melalui Yayasan ataupun Organisasi Sosial
Terdapat sebuah yayasan ataupun organisasi sosial yang didirikan sendiri
untuk mengelola berbagai kegiatan sosial dalam hal ini merupakan aplikasi
dari kegiatan CSR.
10
3) Bermitra dengan Pihak lain
CSR dilakukan dengan membangun kerjasama dengan pihak lain baik itu
lembaga sosial/organisasi non-pemerintah, instansi pemerintah, instansi
pendidikan, dan lain-lain. Kerjasama ini dibangun dalam mengelola seluruh
kegiatan maupun dalam pengelolaan dana.
4) Bergabung dalam Konsorsium
Bergabung, menjadi anggota ataupun mendukung sebuah lembaga sosial yang
berbasis pada tujuan sosial.
Pelaksanaan CSR yang sistematis dan kompleks dimulai dengan melihat
dan menilai kebutuhan (needs assessment) masyarakat sekitar. Cara yang
ditempuh adalah dengan mengidentifikasi masalah atau prolem yang ada di
masyarakat atau lingkungan terlebih dahulu kemudian dicarikan solusi terbaik
menurut kebutuhan masyarakat. Tahapan berikutnya adalah dengan membuat
rencana aksi, lengkap dengan anggaran, jadwal waktu, indikator untuk
mengevaluasi dan sumber daya manusia yang ditunjuk untuk melakukannya.
Tahap terakhir adalah dengan monitoring yang dapat dilakukan melalui survey
maupun kunjungan langsung (Ambadar, 2008).
Sejalan dengan tahapan-tahapan yang diungkapkan diatas, Wibisono
(2007) juga mengemukakan bahwa terdapat empat tahapan yang harus dilakukan
oleh perusahaan dalam menerapkan program CSR, yaitu:
1) Tahap perencanaan
Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan
langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen
manajeman. Bentuknya bisa berupa seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR
Assessement merupakan upaya mengetahui kondisi perusahaan dan
mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian
serta langkah-langkah lanjutannya. Langkah selanjutnya membangun CSR
Manual Building, dapat melalui bencmarking, menggali dari referensi atau
meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
11
2) Tahap implementasi
Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu
pengorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing),
pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan
sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap
implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan
dan internalisasi.
3) Tahap evaluasi
Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk
mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
4) Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk
keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.1.3 Manfaat Implementasi CSR
Manfaat implementasi CSR dapat ditinjau dari sisi perusahaan dan
stakeholders. Manfaat CSR bagi perusahaan dikemukakan oleh Wibisono (2007)
adalah 1) mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan, 2)
mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat
beroperasi, 3) mereduksi risiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan ynag
harmonis dengan para stakeholders perusahaan, 4) melebarkan akses terhadap
sumber daya, 5) membentangkan akses menuju market, 6) mereduksi biaya, misal
dengan upaya mengurangi limbah melalui daur ulang ke dalam siklus produksi, 7)
memperbaiki hubungan dengan stakeholders, 8) memperbaiki hubungan dengan
regulator, 9) meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan 10) peluang
mendapatkan penghargaan
Rogovsky (2000) seperti yang dikutip Wibisono (2007) menyusun konsep
tentang manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi
proram CSR. Manfaat bagi perusahaan: (1) Reputasi dan citra yang lebih baik, (2)
Lisensi untuk beroperasi secara sosial, (3) Bisa memanfaatkan pengetahuan dan
12
tenaga kerja lokal, (4) Keamanan yang lebih besar, (5) Infrakstruktur dan
lingkungan sosial ekonomi yang lebih baik, (6) Menarik dan menjaga personal
yang kompeten untuk memiliki komitmen yang tinggi, (7) Menarik tenaga kerja,
pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu, dan (8)
Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi.
Manfaat implementasi CSR bagi masyarakat: (1) Peluang penciptaan
kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan pendanaan, (2) Pendanaan
investasi masyarakat, pengembangan infrastruktur, (3) Keahlian komersial, (4)
Kompetisi teknis dan personal individual pekerjaan yang terlibat, dan (5)
Representatif bisnis sebagai jurus promosi bagi prakarsa-prakarsa masyarakat.
2.1.2 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat
Menurut Suharto (2005) pengembangan masyarakat adalah satu model
pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta
menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Sebagai sebuah metode pekerjaan
sosial, pengembangan masyarakat merujuk pada interaksi aktif antara pekerja
sosial dan masyarakat terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi suatu program pembangunan kesejahteraan sosial atau
usaha kesejahteraan sosial.
Payne dalam Ambadar (2008) menyatakan bahwa community development
sering diimplementasikan dalam bentuk 1) proyek-proyek pembangunan yang
memungkinkan masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi
kebutuhannya, 2) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-
kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Pengembangan masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat erat
kaitannya dengan pelaksanaan CSR. Terdapat tiga variabl bagi perusahaan dan
pemerintah dalam melakukan kegiatan pengembangan masyarakat, yaitu:
1) Sebagai ijin lokal dalam mengembangkan hubungan dengan komunitas lokal.
Dalam hal ini, perijinan lokal merupakan syarat mutlak yang perlu dilakukan
oleh perusahaan untuk melanggengkan kegiatannya di wilayah tertentu.
13
2) Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program pengembangan
masyarakat. Hal ini terkait adanya adaptasi perusahaan dengan kehidupan
sosial budaya komunitas lokal yang nantinya perusahaan tersebut akan
memperoleh dan menciptakan strategi pengembangan usahanya dengan
kerjasama proaktif-kemitraan melalui program pengembangan masyarakat.
3) Program pengembangan masyarakat sebagai cara untuk memenuhi sarana
usaha. Sasaran usaha yang dimaksud meliputi kesehatan masyarakat,
membangun hubungan dengan pemerintah pusat dan daerah, pengetahuan
sosial budaya komunitas lokal dan membangun usaha yang bersifat dan
berdasar pada komunitas lokal.
Budimanta et al. (2008) mengungkapkan bahwa ruang lingkup
pengembangan masyarakat terbagi kedalam tiga golongan, yaitu 1) community
service, merupakan pelayanan dalam bentuk pemenuhan kepentingan umum
seperti membangun fasilitas umum, 2) community empowering, program yang
berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk
menunjang kemandiriannya, 3) community relation, kegiatan-kegiatan yang
menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi
kepada pihak terkait.
Salah satu bentuk pengembangan masyarakat adalah pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat (Shardlow, 1998 dalam Ambadar 2008)
intinya adalah bagaimana individu, kelompok, atau komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa
depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga menjadi
salah satu pendekatan yang harus menjadi prinsip-prinsip utama bagi seluruh
bagian pemerintahan maupun pihak korporasi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial.
Verhagen (1996) seperti yang dikutip As’ari (2009) merumuskan delapan
instrumen untuk menilai implementasi dari kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Instrumen tersebut dinilai dapat membantu di dalam menyusun suatu program
pemberdayaan masyarakat dan memberikan gambaran tentang proses
pemberdayaan masyarakat. Instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut:
14
1) Identifikasi kelompok sasaran
Merupakan proses dimana masyarakat yang diberdayakan, sebagai kelompok
atau sebagai individu, diidentifikasi atau mengidentifikasi dirinya, sebagai
calon mitra pembangunan.
2) Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris
Masyarakat (tidak terkecuali wanita) dilibatkan dalam identifikasi masalah
dan perencanaan kegiatan usaha. Hal ini dilakukan agar perencanaan yang
dilaksanakan dapat bermanfaat karena telah sesuai dengan kebutuhan,
kondisi, serta potensi yang dimiliki.
3) Pendidikan dan pelatihan timbal balik
Salah satu penyebab masyarakat tidak berdaya adalah kurangnya
pengetahuan serta keterampilan. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
dengan memperhatikan potensi dan sumberdaya lokal.
4) Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang
Pelayanan dan kemudahan akses terhadap sumberdaya diperlukan untuk
mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan. Masyarakat hendaknya
dibimbing untuk menghimpun modal atau sumberdaya secara mandiri.
5) Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan
Pembinaan dan pengarahan dalam mengelola kegiatan usaha perlu dilakukan
agar penerima dapat belajar bagaimana memanajemen usahanya.
6) Pengembangan gerakan dan perluasan proses
Kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjangkau banyak
sasaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak.
7) Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga
Pembinaan hubungan kemitraan dengan pihak lain diperlukan agar usaha
kelompok sasaran dapat berkembang, misalnya lembaga keuangan, lembaga
pemasaran, pengusaha dan pihak lain.
8) Evaluasi terus-menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik.
Evaluasi dilakukan baik terhadap strategi, metode, dan kinerja sangat
diperlukan karena dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses perencanaa,
efek, dan dampak yang ditimbulkan.
15
Dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat ialah sebagai proses yang
melibatkan masyarakat umum dalam pengambilan keputusan, perumusan,
pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, serta pembinaan masyarakat.
Cohen dan Uphoff (1977) dalam Nasdian (2006) membagi partisipasi ke
dalam beberapa tahapan, yaitu :
1) Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat.
2) Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan
sebagai anggota proyek.
3) Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut
berhasil mengenai sasaran.
4) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi
perbaikan pelakasanaan proyek selanjutnya.
2.1.3 Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
2.1.3.1 Definisi UMKM
Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak selalu
sama disetiap negara, tergantung konsep yang digunakan negara tersebut. Definisi
tersebut pada umumnya mencakup dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga
kerja dan aspek pengelompokkan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja
yang diserap dalam gugusan/kelompok perusahaan tersebut (range of the member
employees) (Partomo dan Soedjono, 2004).
16
Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah adalah :
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang, perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau
Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur Undang-Undang ini.
Kriteria dari UMKM dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun
2008 adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Usaha Mikro
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
17
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah).
2.1.3.2 Pembinaan UMKM
Pembinaan UMKM adalah membina atau memperbaharui atau proses,
perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik bagi
UMKM. Berdasarkan kepada PROPENAS (Program Pembangunan Nasional)
2000-2004 ditetapkan program pokok pembinaan usaha kecil, menengah dan
koperasi sebagai berikut (APKASI, 2001)2:
1) Program penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif.
Program ini bertujuan untuk membukan kesempatan berusaha seluas-luasnya,
serta menjamin kepastian usahan dengan memperhatikan kaidah efisiensi
ekonomi sebagai prasyarat untuk berkembangnya PKMK. Sedangkan sasaran
yang akan dicapai adalah menurunnya biaya transaksi dan meningkatnya
skala usaha PKMK dalam kegiatan ekonomi.
2) Program Peningkatan Akses kepada Sumber Daya Produktif.
Tujuan program ini adalah meningkatkan kemampuan PKMK dalam
memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama
sumber daya lokal yang tersedia. Sedangkan sasarannya adalah tersedianya
2 Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia
18
lembaga pendukung untuk meningkatkan akses PKMK terhadap sumber daya
produktif, seperti SDM, modal, pasar, teknologi dan informasi.
3) Program Pengembangan Kewirausahaan dan PKMK Berkeunggulan
Kompetitif.
Tujuannya untuk mengembangkan perilaku kewirausahaan serta
meningkatkan daya saing UKMK. Sedangkan sasaran adalah meningkatnya
pengetahuan serta sikap wirausaha dan meningkatnya produktivitas PKMK.
Tujuan dari pembinaan UKM menurut Partomo dan Soedjono (2004)
adalah 1) meningkatkan akses pasar dan pembesar pangsa pasar, 2) meningkatkan
akses terhadap sumber-sumber modal dan memperkuat struktur modal, 3)
meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, 4) meningkatkan akses dan
penguasaan teknologi. Ada dua aspek pembinaan UKM yang harus diperhatikan
(Hidayat dalam Partomo dan Soedjono, 2004) yaitu 1) sumber daya manusia
(SDM), apakah dapat meningkatkan kualitas SDM atas usaha sendiri atau dari
pihak luar, 2) pengelolaan dalam arti praktek bisnis yang terdiri atas beberapa hal
antara lain berencana, dilaksanakan, dan pengawasan.
Beberapa literatur telah mengungkapkan beberapa bentuk pembinaan
terhadap UMKM baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan
sebagai penerapan CSR. Pemerintah Kabupaten Serang melalui Dinas
Perindagkop Kabupaten Serang memiliki program kontinyu dalam melakukan
pembinaan terhadap UKM. Bentuk pembinaan ini berupa pelatihan untuk
meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial serta menyediakan tempat
konsultasi bisnis untuk memudahkan masyarakat memperoleh informasi dan
pelayanan secara prima.
Pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan swasta tidak jauh berbeda
dengan yang dilakukan oleh pemerintah. Bentuk pembinaannya adalah
memberikan bantuan dana (permodalan), pelatihan administrasi, dan pelatihan-
pelatihan lainnya yang disesuaikan dengan UKM binaan. Seringkali perusahaan
tersebut juga membantu UKM untuk memasarkan produk dengan
mengikutsertakan UKM binaan mereka dalam pameran-pameran seperti yang
dilakukan oleh PT. Antam Tbk.
19
2.1.4 Evaluasi
Evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran
tentang keadaan suatu objek yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan
arah dan tujuan yang jelas (Musa, 2005). Secara umum evaluasi dapat diartikan
sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun mengolah dan
menganalisa fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai,
kegunaan, kinerja, dan lain-lain mengenai sesuatu yang kemudian dibuat
kesimpulan sebagai proses bagi pengambilan keputusan. Soekartawi (1999)
seperti yang dikutip Fauziah (2007) mengemukakan bahwa dalam menilai
keefektivan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil
kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Musa (2005) fungsi evaluasi program diantaranya adalah:
1) Memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan suatu program
2) Menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program
3) Melakukan pengendalian pelaksanaan program
4) Memberikan umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan program
Departemen pertanian (1990) dalam Fauziah (2007) mengemukakan jenis
evaluasi untuk mengevaluasi program, yaitu:
1. Evaluasi input
Evaluasi input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input
program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana,
tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk
terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output dan tujuan
suatu proyek atau program.
2. Evaluasi output
Evaluasi output adalah penilaian terhadap output-output yang dihasilkan oleh
program. Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat
dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia untuk mencapai
proyek atau program. Contoh output adalah perubahan pengetahuan (aras
kognitif), perubahan sikap (aras afektif), kesediaan berperilaku (aras konatif),
dan perubahan perilaku (aras psikomotorik).
20
Aras kognitif adalah tingkat pengetahuan seseorang. Aras afektif adalah
kecenderungan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh perasaannya terhadap
suatu hal. Aras konatif adalah kesediaan orang berperilaku tertentu yang
dipengaruhi oleh sikapnya terhadap suatu hal. Aras tindakan adalah perilaku
seseorang yang secara nyata diwujudkan dalam perbuatannya sehari-hari
sehingga membentuk suatu pola.
3. Evaluasi Effect
Evaluasi efek adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari penggunaan
output-output program, sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dari
perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai
muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuh biasanya baru
tampak setelah program berakhir.
4. Evaluasi Impact (dampak)
Evaluasi impact adalah penilaian yang diperoleh dari efek proyek yang
merupakan kenyataan yang sesungguhnya yang dihasilkan oleh proyek pada
tingkat yang lebih luas dan mejadi tujuan jangka panjang. Evaluasi dampak
dapat dipertimbangkan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif.
21
2.2 Kerangka Pemikiran
Program pengembangan masyarakat menjadi salah satu bukti nyata
Coporate Social Responsibility (CSR). Tahapan penerapan program CSR tersebut
tidak lepas dari adanya beberapa faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari
dalam perusahaan dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut nantinya akan
berpengaruh pada kebijakan dalam penentuan serta penerapan program CSR
termasuk didalamnya usaha memasukkan prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat.
Salah satu bentuk penerapan CSR yang dilakukan oleh PT. Astra
Internasional Tbk. adalah program pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Implementasi program
pembinaan UMKM yang diberikan oleh YDBA akan dievaluasi berdasarkan jenis
evaluasi Departemen Pertanian (1990) yaitu menganalisis aspek input, output,
efek, dan dampak. Keempat aspek tersebut menunjukkan alur proses. Namun
dalam analisis, aspek-aspek tersebut dianalisis secara parsial.
Aspek input dari program pembinaan UMKM akan dianalisis
menggunakan indikator pemberdayaan masyarakat Verhagen. Aspek ouput dan
efek yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan karyawan juga akan dilihat
hubungannya dengan karakteristik individu (umur, pendidikan, lama bekerja, dan
keikutsertaan dalam pelatihan). Aspek dampak dapat dilihat dari pendapatan
UMKM dan adanya pasar baru, daya kompetitif diantara UMKM binaan sejenis,
dan program pengembangan masyarakat sekitar sebagai bentuk lanjutan program
pembinaan dengan melakukan wawancara mendalam.
22
1. Pendapatan2. Pasar Baru3. Daya Kompetitif
antar UMKMbinaan
4. Program PembinaanLanjutan bagimasyarakat
Input Output
Dampak
Efek
Karakteristik individu2. Umur3. Tingkat Pendidikan4. Lama bekerja5. Keikutsertaan dalam pelatihan
Karakteristik Program8 instrumen pemberdayaanVerhagen:2. Identifikasi kelompok
sasaran3. Penelitian dan perencanaan
partisipatoris4. Pendidikan dan pelatihan
timbal balik5. Mobilisasi dan pemberian
sumber daya secaraseimbang
6. Konsultasi manajemen danadministrasi atau pembukuan
7. Perluasan proses danpengembangan gerakan
8. Pengembangan jaringandengan pihak ketiga
9. Pemantauan dan evaluasiterus-menerus
ProgramPembinaan UMKM
Peserta Pelatihan1. Pengetahuan2. Keterampilan
Bukan Peserta Pelatihan1. Pengetahuan2. Keterampilan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan:: mempengaruhi: mencakup
23
2.3 Hipotesis Uji
1. Karakteristik Individu (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi anggota
UMKM, dan keikutsertaan dalam pelatihan) berhubungan nyata dengan
peningkatan pengetahuan.
2. Karakteristik Individu (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi anggota
UMKM, dan keikutsertaan dalam pelatihan) berhubungan nyata dengan
peningkatan keterampilan.
3. Karakteristik Individu (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi anggota
UMKM, dan keikutsertaan dalam pelatihan) berhubungan nyata dengan
peningkatan pendapatan.
2.4 Definisi Konseptual
1. Program pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan
serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dari
para anggota UMKM binaan. Program pembinaan UMKM ini termasuk salah
satu bentuk program CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Bentuk pembinaan
yang dilakukan salah satunya adalah memberikan pelatihan.
2. Manfaat adalah hasil yang diharapkan dapat muncul dari penyelenggaraan
program pembinaan termasuk kegiatan pelatihan sebagai hasil dari pengolahan
input yang akan menghasilkan output,efek, dan dampak.
a. Ouput terdiri dari pengetahuan, dan keterampilan karyawan yang
mengikuti pelatihan.
b. Efek dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan karyawan yang tidak
mengikuti pelatihan
c. Dampak dapat dilihat dari pendapatan, adanya pasar baru, daya kompetitif
diantara UMKM binaan sejenis serta memberikan inisiatif mengembangan
masyarakat sekitar sebagai bentuk lanjutan program pembinaan
sebelumnya.
Untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dilakukan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan kuesioner. Sedangkan untuk
mengetahui adanya pasar baru, peningkatan daya kompetitif antar UMKM
24
binaan dan adanya program pengembangan masyarakat lanjutan dilakukan
wawancara mendalam.
3. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden
mengenai bidang pekerjaannya.
4. Keterampilan adalah keahlian yang dimiliki responden dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
5. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh responden baik yang
berhubungan dengan pekerjaannya (upah) maupun dari tambahan lainnya.
6. Adanya pasar baru adalah penambahan pasar sebagai bagian dari kegiatan
pemasaran. Adanya pasar baru tersebut akibat dari kegiatan pembinaan.
Perubahan tersebut dilihat dengan melakukan wawancara mendalam.
7. Meningkatnya daya kompetitif antar UMKM binaan merupakan perbedaan
keinginan untuk berkompetisi yang terjadi antar UMKM binaan yang
disebabkan oleh adanya pembinaan. Perubahan tersebut diukur melakukan
wawancara mendalam.
8. Program pemberdayaan lanjutan bagi masyarakat sekitar merupakan program
yang direncanakan dilaksanakan untuk memberdayakan masyarakat sekitar
sebagai akibat dari adanya pembinaan. Perubahan tersebut diukur dengan
melakukan wawancara mendalam.
9. Instrumen pemberdayaan adalah komponen-komponen yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya proses pemberdayaan dalam suatu program. Untuk
mengetahui sejauh mana program pemberdayaan yang telah dilakukan
pengukuran dengan memberikan pernyataan-pernyataan terkait delapan
instrumen pemberdayaan Verhagen.
10. Identifikasi kelompok sasaran adalah mekanisme pemilihan sasaran dan lokasi
yang meliputi alasan, kriteria, dan prosesnya.
11. Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris adalah mekanisme
identifikasi masalah serta pembuatan alternatif pemecahan masalah yang
dilakukan bersama-sama oleh UMKM binaan dan YDBA
12. Pendidikan dan pelatihan timbal balik adalah proses pertukaran pengetahuan
dan pengalaman antara UMKM binaan dan YDBA
25
13. Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang adalah proses
penggerakan UMKM binaan dengan memberikan dukungan berupa kegiatan
pendidikan dan pelatihan serta kemudahan akses terhadap sumberdaya yang
penting
14. Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan merupakan diskusi
dan pelatihan dalam hal teknis manajemen, administrasi termasuk di dalamnya
adalah proses pembukuan usaha.
15. Pengembangan gerakan dan perluasan proses adalah upaya mengembangkan
proses kegiatan dan perluasan sasaran.
16. Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga di luar kelompok adalah proses
melibatkan pihak luar kelompok untuk mengembangkan program.
17. Pemantauan dan evaluasi terus menerus merupakan aktivitas pemantauan dan
evaluasi secara kontinu terhadap metode, materi, dan kinerja kelompok secara
partisipatoris.
2.5 Definisi Operasional
1. Umur merupakan lama waktu hidup responden sampai saat dilakukannya
penelitian.
Kategori Tingkat Usia (tahun)
Muda < 20
Dewasa 21 30
Tua > 30
2. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal tertinggi yang
pernah ditempuh oleh responden pada saat pelatihan dilaksanakan. Tingkat
pendidikan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.
Kategori Tingkat Pendidikan
Rendah Tidak sekolah tamat SMP
Sedang Tamat SMA dan atau yang sederajat tamat D1
Tinggi Tamat D3 ke atas
26
3. Tingkat pendapatan merupakan jumlah uang yang diperoleh responden setiap
bulan melalui pekerjaan yang digeluti. Tingkat pendapatan dikategorikan
menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan UMR perusahaan
Kategori Tingkat Pendapatan (Rp)
Rendah 1.091.000-1.591.000
Sedang 1.591.001-2.091.000
Tinggi > 2.091.001
4. Lama bekerja merupakan ukuran waktu yang telah dihabiskan untuk bekerja
pada PT. XYZ.
Kategori Tingkat Lama Bekerja (tahun)
Baru 0 3
Sedang 4 7
Lama > 8
5. Keikutsertaan dalam pelatihan adalah keikutsertaan responden dalam
pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA tahun 2009.
6. Peningkatan pengetahuan diukur dengan memberikan 15 buah pertanyaan.
Setiap jawaban benar diberi nilai 2 dan jawaban salah diberi nilai 1. Perbedaan
dilihat dari rata-rata nilai responden yang mendapatkan pembinaan dan
responden yang tidak mendapatkan pembinaan.
Kategori Nilai
Rendah 15 22
Tinggi 23 30
7. Peningkatan keterampilan diukur dengan memberikan 5 buah pertanyaan
seputar keterampilan. Apabila jawaban sesuai maka diberi nilai 2 dan apabila
jawaban tidak sesuai diberi nilai 1.
Kategori Nilai
Rendah 5 7
Tinggi 8 10
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh karyawan salah
satu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan Yayasan Dharma
Bhakti Astra (YDBA) yaitu karyawan PT. XYZ yang mengikuti program
pembinaan (pelatihan). Pendekatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
manfaat dari program dan unsur pemberdayaan masyarakat dalam program
pembinaan dengan menggunakan instrumen pemberdayaan Verhagen. Data
kualitatif dalam pelatihan ini diperoleh melalui wawancara mendalam untuk
menunjang hasil pengisian kuesioner-kuesioner serta untuk mengetahui visi, misi,
dan pandangan YDBA terhadap pengembangan masyarakat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu Yayasan Dharma Bhakti
Astra (YDBA), yang terletak di Jalan Gaya Motor I No 10, Sunter, Jakarta Utara
dan PT. XYZ, yang terletak di Desa Dayeuh, Cileungsi, Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Desember 2009 – Maret 2010. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan:
1. YDBA merupakan sebuah yayasan yang fokus terhadap kegiatan pembinaan
UMKM.
2. PT. XYZ merupakan UMKM binaan YDBA yang telah menjadi subkontraktor
Grup Astra dan mendapatkan penghargaan Astra Green Company (AGC)
Award 2008 dari PT. Astra Internasional Tbk.
3. Tujuan penelitian ini dapat diamati pada kasus program pembinaan UMKM
yang dilakukan YDBA kepada PT. XYZ.
28
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Subyek penelitian ini akan dibagi menjadi responden dan informan.
Responden merupakan karyawan PT. XYZ yang diminta untuk mengisi kuesioner
penelitian. Jumlah responden yang diambil adalah tiga puluh orang yang terdiri
dari:
1. sepuluh orang karyawan yang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh YDBA
tahun 2009,
2. dua puluh orang karyawan yang tidak pernah mengikuti pelatihan dari YDBA.
Responden dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan untuk
mengetahui manfaat dari program pembinaan UMKM.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari pihak manajemen dari
perusahaan terkait khususnya yang mengetahui informasi mengenai YDBA dan
PT. XYZ. Informan dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan untuk
mengetahui informasi pelaksanaan program pembinaan UMKM yang dilakukan
oleh YDBA. Jumlah informan yang diambil tidak dibatasi untuk menambah
gambaran tentang YDBA dan PT. XYZ.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan wawancara
mendalam terhadap responden dan informan . Wawancara mendalam merupakan
teknik pengumpulan data dengan melakukan percakapan dua arah. Data sekunder
merupakan data yang berasal dari dokumen-dokumen tertulis, baik berupa tulisan
ilmiah maupun dokumen laporan yang diterbitkan oleh pihak terkait.
3.5 Teknik Analisa Data
Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapangan. Data
kualitatif tersebut mencakup implementasi program CSR PT. Astra Internasional
Tbk., dan program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA. Data
kualitatif lainnya adalah data mengenai manfaat yang diperoleh oleh UMKM
29
penerima program binaan khususnya para karyawan yang mengikuti program
pelatihan. Analisis program pembinaan UMKM dilakukan dengan menggunakan
indikator pemberdayaan Verhagen. Data tersebut diperoleh dengan melakukan
wawancara mendalam yang kemudian hasil wawancara tersebut disajikan dalam
bentuk skoring.
Aspek input, output, efek, dan dampak menunjukkan alur proses. Namun
dalam analisis, keempat aspek tersebut dianalisis secara parsial. Analisis program
pembinaan dengan indikator pemberdayaan merupakan analisis input dan proses.
Output dan efek berupa pengetahuan dan keterampilan dilihat dari kegiatan
pelatihan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut akan dihubungkan dengan
karakteristik individu responden. Dampak dari program pembinaan yang meliputi
pendapatan, adanya pasar baru, daya kompetitif antar UMKM, dan adanya
program pemberdayaan lanjutan bagi masyarakat sekitar dianalisis dari hasil
wawancara mendalam.
Data kuantitatif yang berupa data primer terlebih dahulu diolah dan
ditabulasikan. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi
silang. Selanjutnya data kuantitatif yang telah ditampilkan dalam tabulasi silang
dilakukan pengujian dengan menggunakan Crosstabs-Chi Square kemudian
dianalisis. Pengolahan data masing-masing menggunakan software SPSS 15.0 for
windows.
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu analisis program
pembinaan UMKM dilakukan secara parsial. Artinya, input, output, efek, dan
dampak dianalisis terpisah. Input program pembinaan UMKM dianalisis dengan
indikator pemberdayaan masyarakat Verhagen. Selanjutnya, hasil analisis tersebut
tidak dihubungkan dengan output, efek, dan dampak. Namun, walaupun dianalisis
secara parsial, keempat aspek tersebut dapat menunjukkan alur proses pembinaan
UMKM dan dapat menjawab perumusan masalah penelitian.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)
4.1.1 Profil Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)
Pada Tanggal 2 Mei 1980 PT. Astra Nasional Tbk. mendirikan Yayasan
Dharma Bhakti Astra (YDBA) sesuai dengan permintaan dari Bapak William
Soeryadjaya, pendiri Astra. Astra sebagai aset nasional memiliki komitmen yang
tinggi untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Komitmen ini antara
lain diwujudkan dalam bentuk pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) yang dilaksanakan oleh YDBA dengan tujuan meningkatkan
keterampilan teknik, manajemen, memfasilitasi pemasaran dan pembiayaan, serta
teknologi informasi kepada UMKM dengan motto “berikan kail bukan ikan”.
Berdirinya YDBA sebagai institusi pembinaan dan pengembangan UMKM juga
merupakan wujud penerapan dari Catur Dharma Astra.
Catur Dharma Astra
1. Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara
2. Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan
3. Menghargai individu dan membina kerjasama
4. Senantiasa berusaha mencapai yang terbaik
Visi Yayasan Dharma Bhakti Astra
1. Menjadi institusi yang terbaik di bidang pembinaan dan pengembangan UKM
2. Berperan meningkatkan reputasi Grup Astra sebagai perusahaan yang
memiliki tanggung jawab sosial.
Misi Yayasan Dharma Bhakti Astra
1. Membina dan mengembangkan UKM-UKM (subkontraktor, vendor, dan
bengkel) untuk UKM yang terkait dengan bisnis-bisnis value chain Grup
Astra.
2. Membina UKM-UKM/ pemberdayaan usaha ekonomi setempat di sekitar
lokasi network Grup Astra.
31
4.1.2 Program Pembinaan UMKM oleh YDBA
4.1.2.1 UMKM binaan YDBA
YDBA memandang UMKM sebagai sebuah unsur dalam perekonomian
yang cukup kuat karena masih tetap bertahan sampai saat ini ditengah goncangan
perekonomian yang pernah melanda Indonesia. Menurut keterangan Bapak M.
Kosasih, Senior Manager YDBA, Astra tidak akan tumbuh dengan baik tanpa
adanya UMKM
Pada tahun 2009, sekitar 5300 UMKM telah menjadi binaan dari YDBA
yang terdiri dari UMKM terkait dengan bisnis Astra (10 persen) dan UMKM yang
tidak terkait dengan bisnis Astra (90 persen). Untuk menjadi anggota binaan
YDBA, calon UMKM binaan bisa mengajukan surat permohonan yang ditujukan
kepada YDBA. Persyaratan untuk menjadi UMKM binaan YDBA antara lain
adalah sudah berbadan hukum (misalnya CV dan PT), usaha yang dijalankan
termasuk dalam kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UMKM,
merupakan komunitas yang potensial untuk dikembangkan baik yang terkait
bisnis Astra maupun tidak, memiliki produk yang diminati pasar, serta bersedia
untuk dibina oleh Astra.
Sebagai tindak lanjut dari permohonan calon UMKM binaan, pihak
YDBA akan melakukan kunjungan atau tinjauan langsung ke UMKM tersebut.
Kunjungan tersebut ditujukan untuk menilai layak atau tidaknya usaha tersebut.
YDBA akan menilai UMKM dari segi legalitas, kepemilikan atau pendiri, jumlah
dan kualifikasi karyawan, peralatan dan perlengkapan, serta omset perusahaan.
Pada saat kunjungan juga dilakukan diskusi-diskusi tentang permasalahan yang
ada pada UMKM calon binaan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut
berbeda antara satu UMKM dengan UMKM lainnya, yaitu antara satu minggu
sampai satu bulan. YDBA menargetkan lamanya pembinaan yaitu sekitar tiga
tahun. Diharapkan dalam kurun waktu tersebut UMKM yang menjadi binaan
dapat mencapai tahap mandiri.
32
4.1.2.2 Bentuk Pembinaan UMKM
Awalnya, program YDBA adalah bantuan modal kerja, mesin, dan
peralatan yang dibutuhkan oleh UMKM serta pembinaan kepada KUD nelayan,
petani, serta Koperasi Industri dan Kerajinan (KOPINKRA) di DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Lampung. Kini, dengan visi YDBA sebagai bagian dari
value chain otomotif, agribisnis dan pertambangan Grup Astra, YDBA berperan
aktif meningkatkan perekonomian nasional khususnya dalam penguatan dan
pembinaan UMKM, baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan bisnis
Grup Astra. Tujuan dari pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah agar
UKM bisa menjadi yang mandiri, yaitu UMKM yang bukan hanya dalam hal
pemasaran dan sumberdaya manusianya saja yang baik, namun bisa menangani
kegiatan usahanya sendiri.
Secara umum, bentuk pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah
memberikan pelatihan-pelatihan teknik, manajemen, fasilitasi pasar dan modal,
dan informasi pengembangan UMKM. YDBA tidak memberikan dana bantuan
modal, tetapi hanya memfasilitasi UMKM untuk bertemu dengan lembaga-
lembaga keuangan yang nantinya akan memberikan bantuan modal. Lembaga-
lembaga keuangan tersebut antara lain Bank Perkreditan dan PT. Astra Mitra
Ventura. Besarnya pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan UMKM. Fasilitasi
pasar yang dilakukan salah satunya adalah dengan mengikutsertakan UMKM
binaan pada beberapa pameran sehingga UMKM tersebut mempunyai kesempatan
memperluas wilayah pemasaran produk mereka.
Pelatihan yang diberikan kepada UMKM binaan dilakukan sendiri oleh
YDBA atau bekerjasama dengan mitra. Mitra pernah menjadi mitra YDBA dalam
kegiatan pembinaan antara lain BUMN, BUMS, Departemen atau Instansi
Pemerintah terkait. Dalam satu tahun, YDBA bisa mengadakan 40 70 pelatihan
baik yang dilaksanakan oleh YDBA sendiri, maupun bekerjasama dengan mitra
YDBA. Materi pelatihan yang diberikan untuk setiap UMKM binaan berbeda.
Perbedaan tersebut terkait dengan jenis usaha dan kebutuhan dari masing-masing
UMKM tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali pelatihan
juga berbeda, antara dua hari sampai dua minggu.
33
Yayasan Dharma Bhakti Astra mendirikan Lembaga Pengembangan
Bisnis (LPB) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) untuk membantu
pengembangan UMKM yang berada di luar Jabodetabek. YDBA menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak yang mempunyai komitmen yang sama dalam
pengembangan UKM dengan membentuk LPB tersebut. Fungsi LPB adalah
melaksanakan pembinaan di bidang Teknologi, Manajemen, Fasilitasi Pemasaran,
Fasilitasi Pembiayaan dan Teknologi Informasi serta menularkan Nilai dan
Budaya Kerja Astra.
Saat ini YDBA memiliki sembilan LPB, yaitu: LPB Warbis Rasuna
(Jakarta), LPB Tegal, LPB Bhakti Mandiri (Yogyakarta), LPB Waru-Sidoarjo
(Jawa Timur), LPB Gianyar (Bali), LPB PPKP Mataram (NTB), LPB Adaro
Pama (Balangan, Kalsel), LPB Wanita Mandiri (Lhokseumawe, Aceh Utara) dan
LPB Pama Mitra Daya (Kutai Barat, Kalimantan Timur). Jumlah UKM yang telah
dibina melalui LPB mencapai sampai dengan akhir 2008 sebanyak 1725 UMKM
dari beragam sektor bisnis seperti manufaktur, jasa bengkel, agribisnis, furnicraft,
garmen, perdagangan, jasa/servis, dan bidang lainnya seperti foto copy,
peternakan, dan rental komputer.
Sebagai usaha pengembangan program pembinaan, pihak YDBA juga
melakukan studi banding ke beberapa negara seperti Korea Selatan, Vietnam,
Thailand, dan Jepang. Kunjungan tersebut juga dimaksudkan untuk bertukar
pengalaman dengan lembaga terkait yang diharapkan dapat menciptakan alternatif
pembinaan bagi UMKM.
YDBA juga menyediakan Galeri UMKM yang berada di kantor YDBA.
Galeri tersebut berisi produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM binaan, baik
produk otomotif maupun produk lainnya. Galeri UMKM tersebut dibuat sebagai
ruang pamer dari produk-produk UMKM. Tidak menutup kemungkinan para
pengunjung Galeri UMKM tersebut tertarik dengan produk yang dipamerkan dan
membelinya.
34
Kegiatan pembinaan UMKM dapat dilihat pada masing-masing
departemen yang ada di YDBA, yaitu:
1. Departemen Otomotif dan Alat Berat 3
Di bidang Otomotif dan Alat berat, YDBA memberikan pembinaan
kepada UMKM Subkon dan bengkel, baik bengkel kendaraan Roda-2 maupun
Roda-4. Pembinaan dilakukan bekerjasama dengan grup Otomotif dan Alat berat
Astra tujuan utamanya untuk meningkatkan Quality, Cost, Delivery & Innovation
(QCDI). Setelah diberikan pembinaan teknis dan manajemen serta memenuhi
QCDI, maka UMKM Subkon bisa mendapatkan order dari Divisi Otomotif dan
Alat Berat Grup Astra. Saat ini jumlah UMKM Subkon yang telah mendapatkan
pembinaan dan order dari Grup Astra sebanyak 432 perusahaan.
Target pembinaan YDBA adalah terwujudnya UMKM Subkon Mandiri.
Setelah mendapatkan pembinaan maksimal dua tahun subkon tersebut tidak lagi
memperoleh pembinaan secara intensif namun hanya sebatas konsultasi dan
pemberian informasi. Langkah ini dilakukan dengan maksud memberikan
kesempatan yang sama kepada subkon-subkon baru yang juga berpotensi untuk
menjadi binaan YDBA.
Di bidang jasa perbengkelan Roda-2 YDBA bekerjasama dengan PT ASKI
(Astra Komponen Indonesia) mengembangkan Bengkel Mitra Aspira. Untuk
membantu pemuda-pemudi putus sekolah, YDBA baik sendiri maupun
bekerjasama dengan BUMN dan swasta, memberikan pelatihan kepada mereka
untuk menjadi mekanik Roda-2 dan Roda-4 sehingga mereka siap bekerja atau
menjadi pengusaha kecil di bidang perbengkelan.
Di bidang jasa perbengkelan Roda-4, YDBA bekerjasama dengan TAM,
ADM, PM/IAMI memberikan pembinaan berupa pelatihan mekanik dan
manajemen bengkel kepada bengkel-bengkel umum UMKM di berbagai wilayah.
Bengkel yang memenuhi kualifikasi standar Astra berpeluang diangkat menjadi
bengkel binaan jaringan Grup Astra, seperti menjadi Bengkel Resmi Bengkel
Binaan Daihatsu dan rekanan PT Asuransi Astra Buana. Untuk mempererat
kerjasama antar sesama bengkel telah dibentuk Himpunan Bengkel Binaan YDBA
3 Disarikan dari website resmi YDBA (www.ydba.astra.co.id)
35
(HBBA). Selain kepada UMKM Subkon dan bengkel, YDBA juga memberikan
pendampingan kewirausahaan kepada karyawan Grup Astra yang telah memasuki
Masa Persiapan Pensiun (MPP) dan berminat untuk membuka usaha.
Dalam upaya meningkatkan QCDI UKM Subkon bidang alat berat, YDBA
bekerjasama dengan Politeknik Manufaktur (Polman) Astra dan UTPE
memberikan pelatihan dan pendampingan antara lain peningkatan kompetensi
bidang rekayasa industri, teknik pengelasan dan pembuatan hand tractor yang
telah menghasilkan satu unit Hand Tractor prototype R-2. Disamping itu untuk
memberikan kesadaran di bidang lingkungan dan K-3 kepada UMKM Subkon dan
bengkel diikutsertakan dalam Program SME Green Company dimana yang terbaik
akan dinominasikan untuk memperoleh Astra Green Company Award.
2. Departemen Agribisnis dan Pertambangan4
Sebagai bagian dari value chain Agribisnis Astra, YDBA mengembangkan
program Income Generating Activity (IGA) dengan memberdayakan petani sawit
dan UKM yang berada di sekitar perkebunan Astra. Pembinaan dilakukan
bekerjasama dengan divisi Community Development PT Astra Agro Lestari Tbk.
Bentuk pembinaannya berupa pelatihan teknik budidaya dan pasca panen tanaman
perkebunan, manajemen usahatani, mentalitas dasar, kewirausahaan, dan
pembukuan sederhana. Untuk membantu petani dan UMKM memperoleh modal
usaha, YDBA mendirikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di sekitar kebun
Astra, yaitu LKM Mitra Surya Sejahtera di Kabupaten Mamuju Utara dan LKM
Benteng Kayu Mangiwang di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. LKM ini juga
berfungsi menjadi tempat pembayaran hasil Tandan Buah Segar (TBS) dari
perusahaan kepada para petani sawit.
Program pembinaan masyarakat dan UMKM di daerah pertambangan
batubara dilakukan YDBA bekerjasama dengan PT Pamapersada Nusantara
(PAMA) dan PT Kalimantan Prima Persada (KPP). Seperti pada agribisnis, di
sektor pertambangan YDBA juga mengembangkan program IGA dengan tujuan
4 Ibid., halaman 36
36
utama kemandirian UMKM. Lokasi pembinaan saat ini berada di Propinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Sasaran pembinaannya adalah para petani karet, peternak ikan, bengkel
sepeda motor, bengkel mobil, bengkel dinamo, perdagangan, dan kerajinan.
Sedangkan bentuk pembinaannya berupa pelatihan budidaya dan pasca panen,
manajemen usahatani, manajemen perbengkelan, kewirausahaan, mentalitas dasar,
pembukuan sederhana dan mekanik sepeda motor. Selain pelatihan, bentuk
pembinaan lainnya adalah memfasilitasi akses pasar dan pembiayaan UMKM.
Kegiatan pembinaan petani dan UMKM di daerah pertambangan batubara
ini dilakukan melalui LPB Adaro-Pama yang telah didirikan di jobsite PT PAMA
di Balangan – Kalimantan Selatan serta LPB Pama Mitra Daya di Kutai Barat -
Kalimantan Timur. Sedangkan untuk fasilitasi pembiayaan telah didirikan LKM
Banua Bauntung di jobsite PT PAMA di Tabalong - Kalimantan Selatan dan
LKM Berkah Banua di jobsite PT KPP di Tapin – Kalimantan Selatan.
3. Departemen Fasilitasi Pembiayaan dan LPB5
Salah satu faktor yang menjadi kebutuhan UMKM dalam mengembangkan
usahanya adalah permodalan. Untuk turut membantu pemenuhan kebutuhan
UMKM, YDBA bekerjasama dengan berbagai institusi pembiayaan
mengembangkan beberapa skema kredit khusus antara lain :
1. Kredit jangka pendek berdasarkan Purchase Order/Invoice tanpa jaminan
aktiva tetap yang ditujukan khusus bagi UMKM terkait bisnis Astra.
2. Kredit investasi dengan pembiayaan 100% untuk moulding dan dies dengan
jaminan barang itu sendiri yang ditujukan khusus bagi UMKM terkait bisnis
Astra.
3. Kredit lunak bagi Usaha Kecil (UK) dengan omset maksimal Rp. 1 Miliar per
tahun dan aset maksimal Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan.
4. Kredit modal kerja dan investasi dari perusahaan modal ventura.
Untuk pembiayaan komersial, YDBA bekerjasama antara lain dengan
Bank Permata, Bank Niaga, Bank Mandiri, Bank Bumiputera, BCA, BNI Syariah,
5 Ibid., halaman 36
37
PT Astra Mitra Ventura (AMV) dan perusahaan modal ventura daerah. YDBA
bekerjasama dengan Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) BUMN
antara lain dengan PT Surveyor Indonesia (Persero), PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk, PT Sucofindo (Persero), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT
Jasa Raharja (Persero), PT Bank Ekspor Indonesia (Persero), PT Petro Kimia
Gresik (Persero) dan Pertamina untuk pembiayaan kredit lunak.
Sejak tahun 2002 hingga akhir 2008, YDBA berhasil memfasilitasi
pembiayaan bagi UMKM dari perbankan dan PKBL BUMN sebesar Rp. 103,9
Miliar untuk 941 UMKM yang digunakan untuk menambah modal kerja seiring
dengan peningkatan penjualan dan investasi khususnya penambahan mesin,
peralatan serta perluasan tempat usaha. Hampir seluruh kredit yang diberikan
berstatus lancar dengan tingkat pengembalian mencapai 99%. Selanjutnya YDBA
bekerjasama dengan perbankan BUMN dan swasta memberikan sosialisasi dan
edukasi produk-produk perbankan kepada UMKM yang tersebar di berbagai
wilayah melalui program "Ayo ke Bank", serta memberikan kredit lunak tanpa
agunan.
4.2 PT. XYZ
4.2.1 Profil PT. XYZ
PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan manufaktur dengan skala usaha
menengah yang berdiri pada tahun 1980-an. Pada awal usaha, PT. XYZ
merupakan sebuah bengkel kecil yang membuat berbagai macam produk rumah
tangga, seperti lampu gantung, gantungan baju, kursi makan, dan lain-lain.
Bermula dari CV. HK, Bapak HS selaku pendiri sekaligus pemilik, mendapatkan
kepercayaan dari konsumen untuk membuat dies dan komponen press plate untuk
otomotif. Bapak HS membuat sebuah inovasi yaitu dengan menciptakan dies
progressive yang berguna untuk menyingkat proses pembuatan komponen
otomotif tersebut sehingga hanya bisa dihasilkan dengan menggunakan satu
proses saja.
Pada tahun 1996, CV. XYZ berubah menjadi PT. XYZ setelah
mendapatkan kepercayaan sebagai Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) dari PT.
38
Astra Mitra Ventura yang memberikan pinjaman modal kerjadan investasi.
Pinjaman modal tersebut digunakan PT. XYZ untuk memperluas usahanya
dengan membeli mesin-mesin yang dapat menunjang pembuatan dies6 dan
komponen press plate.
PT. XYZ mengikuti program “Small Medium Enterprise (SME) Green
Company” yang diadakan oleh kelompok perusahaan Astra sebagai upaya
peningkatan sistem manajemen mutu dan standar pengelolaan lingkungan,
kesehatan, dan keselamatan kerja (MLK3). Selain itu, untuk meningkatkan
wawasan dan keahlian karyawan dalam pembuatan dies dan komponen press
maupun manajemen, perusahaan selalu mengikut sertakan karyawannya dalam
program-program pelatihan yang diadakan oleh pemerintah dan Yayasan Dharma
Bhakti Astra. Pelatihan yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra juga
merupakan bentuk pembinaan bagi PT. XYZ yang juga merupakan UMKM
binaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra sejak tahun 1995.
Visi PT. XYZ:
Menjadikan PT. XYZ sebagai perusahaan pembuat metal part kendaraan bermotor
yang terkemuka dan terpercaya di Indonesia.
Misi PT. XYZ:
Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi di negara kita yang cukup
pesat, seiring tingkat persaingan usaha semakin kompetitif membuat PT. XYZ
harus mengacu pada misi yang harus dicapai oleh perusahaan di tahun-tahun
mendatang, yaitu:
1. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan pelanggan
2. Menjaga kualitas produk dengan selalu melaksanakan pedoman penjagaan
kualitas yang konsisten
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan
sehingga memenuhi standar minimum kompetensi yang dipersyaratkan
6 Dies merupakan alat cetakan untuk membuat produk yang prosesnya dicutting ataudipotong dengan bahan baku berupa metal part yang dimensinya ditentukan menurut kegunaannya.
39
Kebijakan Mutu Perusahaan
PT. XYZ memiliki kebijakan mutu dalam pelaksanaan seluruh
kegiatannya, meliputi:
1. Menghasilkan produk yang berkualitas, dengan harga yang kompetitif.
2. Melakukan perbaikan terus menerus untuk memenuhi harapan dan kepuasan
pelanggan.
3. Penyerahan tepat waktu.
4. Mencegah terjadinya pencemaran, kecelakaan dan gangguan kesehatan semua
karyawan.
5. Memenuhi peraturan perundang-undangan lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja serta ketentuan lain yang berlaku.
Selain berpedoman pada visi, misi serta kebijakan mutu perusahaan, seluruh
kegiatan PT. XYZ juga berlandaskan atas Kebijakan LK3, yaitu:
1. Mencegah terjadinya pencemaran, kecelakaan, dan gangguan kesehatan semua
karyawan
2. Melakukan perbaikan secara berkesinambungan
3. Mengembangkan kinerja lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja secara
terus-menerus
4. Memenuhi peraturan perundangan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan
kerja secara ketentuan
40
4.2.2 Struktur Organisasi PT. XYZ
PT. XYZ melakukan pengorganisasian kegiatannya dengan membuat
struktur organisasi yang meliputi seluruh departemen yang ada.
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. XYZ
PT. XYZ memiliki 14 departemen dengan total karyawan sebanyak 597
orang. Rincian jumlah karyawan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rincian Departemen dan Karyawan PT. XYZ
No Departemen Jumlah Karyawan (orang)
1 Produksi 419
2 Engineering 37
3 Ware House 21
4 Quality Control 24
5 Maintenance 26
6 PPIC 32
7 HRD & GA-LK3 12
8 Security 8
9 Finance & accounting 7
10 Purchasing 3
11 Sistem & Data 2
12 Marketing 2
13 IT 2
14 EIC 2
Total 597
41
4.2.3 Produk dan Customers PT. XYZ
Produk yang dihasilkan oleh PT. XYZ merupakan produk metal part
kendaraan bermotor yang sebagian produknya dipasarkan ke PT. Astra Honda
Motor. Produk-produk tersebut antara lain:
1. Cap Fuel Filler
2. Box Assy Battery
3. Nut Spring 4 mm
4. Nut Clip 5 mm
5. Clamper Breather Tube
6. Pipe Comp Air Feed
Sebagai produsen produk metal part kendaraan bermotor, pemasaran PT.
XYZ mencakup perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang otomotif pula.
Berikut ini merupakan customers dari produk yang dihasilkan PT. XYZ
1. PT. Astra Honda Motor I
2. PT. Astra Honda Motor II
3. PT. Astra Honda Motor III
4. PT. Cipta mandiri Wirasakti
5. PT. Astra Otopart
6. PT. Meiwa Indonesia
7. PT. Galih Sekar Sakti
8. PT. Moradon Berlian Sakti
9. PT. Mada Wikri Tunggal
10. PT. Yasunli Abadi Utama Plastik
11. PT. Guna Senaputra Sejahtera
12. PT. Chemco Harapan Nusantara
13. PT. Filtech Indonesia
14. PT. Mitsuba Indonesia Pipe Parts
15. PT. Takagi Sarimulti Utama
16. PT. Dynaplast
17. PT. Roda Prima Lancar
18. PT. Adhi Wijaya Citra
19. PT. Caturindo Agung Jaya Rubber
20. PT. Indonesia Stanley Electric
21. PT. Indomobil Suzuki Internasional
22. PT. Tri Saudara Sentosa Industry
23. PT. APM Armada Autoparts
24. PT. Indokarlo
25. PT. Super Sinar Abadi
26. PT. Cikarang Perkasa Manufacturing
27. PT. Pamindo Tiga T
28. PT. Kawasaki Motor Indonesia
29. PT. Tsuang Hine Industrial
30. PT. Naga Pacific
31. PT. Bumiputra Manufaktur Teknologi
32. PT. Hamatetsu Indonesia
33. PT. Korindo Heavy Industry
BAB V
IMPLEMENTASI CSR PT. ASTRA INTERNASIONAL
5.1 Cara Pandang PT. Astra Internasional Tbk terhadap CSR
Tanggung jawab sosial bagi PT. Astra Internasional Tbk. merupakan
sebuah proses berkelanjutan dan bukan merupakan suatu tujuan sesaat. Kegiatan
CSR yang dilakukan senantiasa diselaraskan dengan nilai-nilai yang dianut oleh
Astra. Keselarasan tersebut dilakukan dengan mengembangkan program dan
kegiatan yang terukur terhadap target-target untuk meningkatkan manfaat bagi
pemangku kepentingan dan mengurangi dampak negatif aktivitas usaha Astra
secara sosial. Cakupan jenis dan aktivitas CSR yang dilakukan sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan bisnis Astra.
Asal mula program CSR PT. Astra Internasional Tbk. adalah bagaimana
Astra dapat memberikan manfaat dan melakukan yang terbaik bagi masyarakat.
Hal ini juga sesuai dengan Catur Dharma Astra dan visi Astra yaitu menjadi
perusahaan yang memberikan manfaat pada masyarakat. Program tanggung jawab
sosial Astra awalnya dimulai dari prinsip berbuat baik yang selalu ditekankan oleh
para pendiri Astra. Selanjutnya berkembang menjadi program pengembangan
masyarakat, dan sampai saat ini dikenal dengan program CSR.
“…Astra sudah membuat program seperti ini dari dulu, sebelum adagembar-gembor tentang CSR. Om William itu orang baik, jadi dia jugaingin usahanya dilakukan dengan baik dan bisa memberikan yang terbaiktermasuk bagi masyarakat. Intinya adalah bagaimana bisa berbuat baik.Mulanya hanya ingin berbuat baik, terus berkembang jadipengembangan masyarakat sampai pada program CSR yang sekarang inimarak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan…”(Bapak A. KarimSuwandhono, Team Leader Divisi ESR PT. Astra Internasional).7
7 Divisi ESR merupakan kepanjangan dari Divisi Enviromental & Social Responsibility.
43
Astra memiliki beberapa target operasional di bidang Security,
Environment, and Social Responsibility yang dapat dijadikan tolok ukur
keberhasilan upaya Grup Astra untuk dapat bertahan dan berkembang. Beberapa
target tersebut adalah:8
1. Bidang Security
a. Melaksanakan implementasi Astra Security Manajement System (ASMS) di
setiap instalasi Grup Astra sesuai President Letter Astra Internasional
2009.
b. Pengamanan perusahaan lebih ketat menjelang pemilu 2009.
c. Integrasi sistem pengamanan antara Security Guard dengan Security
Devices Modern sesuai tingkat ancamannya.
d. Peningkatan dan pengembangan Security Manajement mencakup aspek
fisik dan aspek non-fisik di seluruh fungsi organisasi.
2. Bidang Environment, Healthy, and Safety
a. Pencapaian peringkat “Green” Astra Green Company.
b. Pengurangan penggunaan Sumber Daya Alam dan Energi.
c. Melakukan penghitungan Gas Rumah kaca dan penggunaan Ozon
Depleting Substances.
d. Cleaner Production (6R) untuk mengelola limbah dan emisi.
e. Investigasi insiden di tempat kerja yang disertai dengan follow up yang
tepat, sehingga dapat terwujud suatu Zero incident workplace.
f. Sertifikasi sistem manajemen Lingkungan dan K3.
g. Implementasi sistem manajemen lingkungan dan LK3 di supplier.
3. Bidang Social Responsibility
a. Pencapaian peringkat “three star” Astra Friendly Company.
b. Memiliki program Income Generating Activities di sekitar perusahaan yang
dilaksanakan secara sinergi di lingkungan Grup Astra serta dirasakan
dampaknya oleh objek program.
8 Disarikan dari Laporan Berkelanjutan Astra 2008.
44
Program CSR yang dilakukan oleh Astra tidak bertujuan untuk membentuk citra
positif, namun citra positif tersebut akan terbentuk dengan sendirinya. Sama
halnya dengan pembentukan citra, pihak Astra tidak pernah bertujuan mencari
keuntungan dari program CSR yang dilakukan karena pihak direksi telah
menanamkan prinsip-prinsip bahwa program ini ditujukan sebagai salah satu cara
bagi Astra untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat.
5.2 Implementasi Program CSR dan Pendanaan Kegiatan
Kegiatan-kegiatan CSR PT. Astra Internasional Tbk. dilakukan langsung
oleh Astra dan atau melalui pengelolaan beberapa yayasan. Salah satu kegiatan
CSR yang langsung dilakukan oleh Astra adalah program Sunter Nusa Dua. Astra
juga melakukan kegiatan CSR dengan membentuk beberapa yayasan seperti
Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Yayasan Toyota dan Astra (YTA),
Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI), dan Yayasan Amaliah Astra (YAA). Yayasan
tersebut bertanggung jawab melaksanakan kegiatan CSR dalam usaha
mengentaskan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan dasar, peningkatan
kesehatan, konservasi dan pencegahan pencemaran lingkungan, serta
pengembangan kemitraan yang sejalan dengan Millenium development Goals
(MDG).9
1. Yayasan Toyota-Astra (YTA) didirikan pada tahun 1974 dan dikelola bersama
oleh Toyota-Astra Motor dan PT. Astra Internasionel Tbk. Fokus kegiatan
YTA adalah dibidang pendidikan, termasuk melalui pemberian beasiswa bagi
pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, sumbangan buku-buku
dan dukungan untuk program pendidikan teknik sampai tingkat S2.
2. Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI Program Bernas) merupakan yayasan yang
didirikan pada tahun 2005. Kegiatan Yayasan Astra Bina Pendidikan (YABP)
mempunyai fokus pada kegiatan pendidikan yaitu membantu SD, SMP, dan
SMK di daerah-daerah pra-sejahtera untuk meningkatkan mutu dari program
Pendidikan, membangun kualitas intelektual pelajar, kemampuan keterampilan
hidup, dan kekuatan moral dalam kualitas terbaik dan meningkatkan nilai multi
9 Ibid.,halaman 44.
45
budaya di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pelajar yang
memiliki kepercayaan diri dan kepedulian, serta dapat mengembangkan daerah
mereka.
3. Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) merupakan yayasan Astra yang
mempunyai fokus meningkatkan Quality, Cost, Delivery, and Innovation
(QCDI) bersama dengan Astra Mitra Ventura. YDBA merupakan yayasan
yang dibentuk Astra untuk membina UMKM. YDBA juga memiliki Lembaga
Pengembangan Bisnis (LPB) yang merupakan lembaga pengembangan usaha
di daerah dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
4. Yayasan Amaliah Astra (YAA) didirikan dengan fokus mendukung
pembangunan spiritual, kebijaksanaan emosional dan intelektual diantara
komunitas, sehingga orang-orang tersebut dapat menjalani hidup dengan
pandangan yang positif. Melalui berbagai program dan aktivitas, YAA
bertujuan secara aktif berpartisipasi pada ciptaan kedamaian dan pencerahan
diantara karyawan Astra dan komunitas sekitar.
Pada 2008, YAA terlibat dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan pada
bidang pendidikan, aktivitas rohani dan kemanusiaan, dengan target komunitas
yang berada di sekitar pabrik Astra, terutama di daerah Tanjung Priok. YAA
juga memberikan sumbangan yang berasal dari para karyawan Astra melalui
ini Zakat Lembaga Amil, Infaq dan Shadaqah (LAZIS YAA). Hasil dari
sumbangan tersebut digunakan untuk memberikan beasiswa bagi pelajar yang
berasal dari keluarga ekonomi rendah.
Untuk memberikan arahan pada seluruh Grup Astra dalam penerapan
kebijakan di bidang LK3 dan Social Responsibility, Astra telah mengembangkan
dua kerangka kerja yang sistematis, yaitu Astra Friendly Company (AFC) dan
Astra Green Company (AGC). Astra juga memberikan panduan penerapan sistem
manajemen dan implementasi program dengan metode pengukurannya. Tujuan
akhir yang ingin dicapai adalah mewujudkan pertumbuhan bisnis yang
berkesinambungan untuk mencapai keberhasilan di bidang ekonomi, lingkungan,
dan sosial.
46
Untuk melakukan program CSR, Astra khususnya Divisi Enviromental &
Social Responsibility (ESR) tidak mempunyai budget khusus. Besarnya anggaran
dana tergantung dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Secara umum, kegiatan
CSR yang dilakukan oleh Astra dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan rutin serta
kegiatan yang sifatnya insidental. Kegiatan rutin sudah memiliki alokasi dana
tersendiri, sedangkan alokasi dana untuk kegiatan yang sifatnya insidental tidak
memiliki patokan tertentu, disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan
serta kondisi dan situasi yang terjadi. Sebelum memberikan bantuan, Astra terlebih
dahulu melakukan survei untuk melihat kondisi dan memperkirakan bentuk
bantuan yang akan diberikan Astra.
“…Masalah besarnya dana sering sekali ditanyakan oleh berbagaipihak. Tapi sebenernya Astra nggak pernah punya budget khusus harussekian ratus juta atau sekian miliar. Besarnya dana disesuaikan denganbentuk kegiatan dan kondisi yang terjadi. Semuanya fleksibel. Misalnyabantuan bagi korban bencana alam. Kita tinggal survei dan buatproposal saja kepada direksi kemudian tinggal tunggu persetujuan saja.Semuanya tergantung kondisi dan kebutuhan masyarakat juga. Kalauprogram tetap pasti sudah ada anggarannya tapi besarnya dana, itumenyesuaikan…”(Bapak A. Karim Suwandhono, Team Leader DivisiESR PT. Astra Internasional).
5.3 PT. Astra Internasional Tbk. dalam Pengembangan MasyarakatSalah satu fokus CSR Astra adalah komitmen untuk mengembangkan
masyarakat. Partisipasi Astra dalam berbagai proses kegiatan pengembangan
masyarakat bermula dari kesadaran para pendiri beserta manajemen dan staff
bahwa membantu dan mendukung pengembangan masayarakat merupakan salah
satu tanggung jawab yang harus dijalankan.
Saat ini, komitmen pengembangan masyarakat mencakup lima bidang,
yaitu bantuan kemanusiaan, program kemitraan termasuk income generating
activities, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. Keempat bidang
tersebut, kecuali bidang kemanusiaan bertujuan pemberdayaan masyarakat yaitu
membekali masyarakat dengan kemampuan untuk dapat secara terus menerus
mengambil manfaat, khususnya melalui kegiatan-kegiatan pengembangan program
bidang pendidikan dan income generating activities.
47
Contoh program pengembangan masyarakat yang langsung dilakukan
Astra adalah pengembangan masyarakat di bidang pendidikan dan peningkatan
pendapatan masyarakat. Pengembangan masyarakat pada bidang pendidikan yang
telah dilakukan salah satunya adalah membangun sekolah di Aceh tahun 2004.
Sekolah tersebut dibangun bagi masyarakat di sekitar lokasi yang terkena bencana
Tsunami. Pembangunan infrastruktur sekolah tersebut dilakukan oleh masyarakat
sekitar. Astra tidak hanya membangun sekolah saja namun masih terus memantau
perkembangan pendidikan siswa-siswanya sampai tahun 2011 nanti. Astra juga
memperhatikan kualitas dan kompetensi para pengajar di sekolah tersebut.
Pada saat ini, Astra sedang membuat sekolah hijau di lingkungan sekitar.
Sekolah hijau merupakan sekolah yang memenuhi kriteria Adiwiyata dari Menteri
Lingkungan Hidup. Sekolah tersebut antara lain harus mempunyai kebijakan,
kurikulum yang mengarah pada lingkungan, mempunyai kegiatan ekstrakulikuler
yang berhubungan dengan lingkungan (misalnya berkebun, membuat kompos,
daur ulang dan lain-lain), infrastruktur yang dimiliki harus ramah lingkungan dan
lain-lain. Untuk melaksanakan program ini, Astra juga bekerja sama dengan
Universitas Negeri Jakarta dalam membuat kurikulum sekolah hijau tersebut.
Program peningkatan pendapatan atau Income Generating Activities (IGA)
merupakan salah satu cara Astra untuk berupaya menumbuhkan semangat
kewirausahaan, memberikan pelatihan, dan pendidikan yang dibutuhkan, serta
membangun jaringan yang dapat mendukung pertumbuhan usaha kecil. Prinsip
utamanya adalah bagaimana membuat kegiatan yang dapat mendatangkan
pendapatan bagi masyarakat. IGA merupakan bentuk pengembangan masyarakat
dengan maksud membangun kemandirian masyarakat melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan. Contoh kegiatan IGA yang dilakukan
Astra adalah pembuatan kompos dan kain majun yang dilakukan oleh masyarakat
sekitar. Pupuk kompos dan kain majun yang dihasilkan juga dibeli oleh Astra.
48
“…Masyarakat disekitar sini diajari membuat kompos dan membuatkain majun. Hasil yang mereka capai nantinya juga dibeli sama Astra.Misalnya kompos yang dibeli Astra digunakan untuk memenuhikebutuhan pupuk kompos bagi tanaman-tanaman yang ada di taman-taman milik Astra. Kain majun itu kain yang terbuat dari potongan-potongan kain kecil yang biasa dipakai di bengkel atau pabrik untuk lap.Kain-kain itu dibeli oleh Astra dalam bentuk kiloan…” (Bapak A. KarimSuwandhono, Team Leader Divisi ESR PT. Astra Internasional).
Untuk menciptakan keadilan bagi para pembuat kompos dan kain majun,
Astra tidak hanya membeli kompos dan kain majun pada seorang atau sebuah
UMKM saja, namun merata pada seluruh produsen. Besarnya pembelian kain
majun juga disesuaikan dengan kemampuan produsen dalam memproduksi kain
majun. Semakin banyak jumlah produksinya, maka semakin banyak pula kain
majun yang dibeli oleh Astra.
BAB VI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA (YDBA)
6.1 Cara Pandang YDBA terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Konsep pengembangan masyarakat menurut Astra mengacu pada falsafah
“Berikan kail bukan ikan”. Dengan falsafah ini diharapkan masyarakat yang dibina
oleh YDBA tidak terus menggantungkan diri pada bantuan atau hibah dari
perusahaan. Sepaham dengan falsafah tersebut, konsep pengembangan masyarakat
menurut YDBA adalah menciptakan masyarakat yang bebas dari budaya meminta-
minta karena “tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah”.
“…Kalau pengemis itu kan selalu tergantung, kalau butuh modal minta.Tapi pebisnis kalau butuh modal dia akan pinjam karena punya hargadiri, bukan cuma minta-minta…”(Bapak M. Iqbal, Senior ManagerYDBA).
Berdasarkan falsafah dan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat yang diyakini,
YDBA mengimplementasikannya dalam setiap program pembinaan yang
dilakukannya kepada sekitar 5300 UMKM binaannya. Kegiatan pembinaan ini
ditujukan untuk menjadikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan
YDBA mandiri, baik dalam produksi maupun dalam bidang pembiayaan.
6.2 Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pembinaan UMKM
Kegiatan pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA dapat
diidentifikasi penerapan konsep pemberdayaan masyarakatnya dengan
menggunakan delapan instrumen pemberdayaan masyarakat Verhagen. Skor
faktual dihitung dari jumlah maksimum yang disesuaikan dengan skor jawaban
dari setiap pertanyaan di dalam kuesioner mengenai delapan instrumen
pemberdayaan Verhagen.Kedelapan instrumen tersebut adalah:
1. identifikasi kelompok sasaran
2. penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris
50
3. pendidikan dan pelatihan timbal balik
4. mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang
5. konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan
6. pengembangan gerakan dan perluasan proses
7. pengembangan jaringan dengan pihak ketiga
8. evaluasi terus-menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik.
Tabel. 4 Perbandingan Aspek Pemberdayaan dari Hasil Identifikasi denganKriteria Ideal Pemberdayaan
No AspekPemberdayaan
Skor yang Diperoleh SesuaiKriteria yang Diamati
Skor MaksimumBerdasarkan Kriteria Ideal
1 Identifikasi kelompoksasaran
Kriteria calon mitra UMKMditetapkan oleh YDBA.
Skor: 20
Kriteria calon mitra UMKMditetapkan oleh YDBA danUMKM dengan melakukandiskusi sebelumnya.
Skor: 30
Keikutsertaan UMKM sebagaibinaan merupakan usaha dariUMKM yang bersangkutan,walaupun masih terdapatcampur tangan beberapa pihakcontohnya rekomendasi dariGrup Astra pada UMKM calonbinaan.
Skor: 25
Keikutsertaan UMKMsebagai binaan merupakanusaha dari UMKM yangbersangkutan
Skor: 30
Keikutsertaan anggota UMKMdalam pelatihan ditentukan olehUMKM yang bersangkutan.
Skor: 40
Keikutsertaan anggotaUMKM dalam pelatihanditentukan oleh UMKM yangbersangkutan.
Skor: 40
Jumlah Skor 85 100
2 Penelitian danperencanaan usahasecara partisipatoris
Identifikasi masalah UMKMdilakukan oleh UMKM denganadanya masukan dari YDBA.
Skor: 20
Identifikasi masalah UMKMdilakukan oleh UMKMdengan didampingi YDBA.
Skor: 25
51
Penetapan masalah UMKMditentukan bersama denganYDBA pada awal keanggotaan.YDBA lebih dominan.
Skor: 20
Penetapan masalah UMKMditentukan bersama olehUMKM yang bersangkutandan YDBA pada awalkeanggotaan
Skor: 25
Diskusi mengenaipermasalahan dilakukan olehUMKM dan YDBA, namunsebelumnya UMKM telahmelakukan identifikasi masalah.Diskusi bersifat umum dandilakukan pada awalkeanggotaan.
Skor: 20
Diskusi mengenaipermasalahan dilakukan olehUMKM dan YDBA secaramendetail dan dapatdilakukan selama kegiatantersebut diperlukan.
Skor: 25
Alternatif pemecahan masalahdilakukan oleh UMKM danYDBA, tetapi YDBA lebihdominan
Skor: 20
Alternatif pemecahanmasalah dilakukan bersama-sama antara UMKM danYDBA.
Skor: 25
Jumlah Skor 80 100
3 Pendidikan danpelatihan timbal balik
Materi Pelatihan disediakanoleh YDBA dan UMKM dapatmerekomendasikan jenispelatihan tertentu namun padatahap pelaksanannya terdapatkuota peserta yang ditetapkanYDBA.
Skor: 20
Materi Pelatihan disediakanoleh YDBA dan UMKMdapat merekomendasikanjenis pelatihan tertentu sesuaidengan kebutuhannya.
Skor: 25
Adanya proses tanya jawabselama pelatihan.
Skor: 50
Adanya proses tanya jawabselama pelatihan
Skor: 50
Adanya transfer pengetahuandan keterampilan selamapelatihan, walaupun porsinyatidak seimbang antara pesertadengan pelatih.
Skor: 20
Adanya kegiatan transferpengetahuan danketerampilan yangdiusahakan seimbang selamapelatihan antara pelatihdengan peserta pelatihan
Skor: 25
Jumlah Skor 90 100
52
4 Mobilisasi danpemberiansumberdaya secaraseimbang
Penilaian potensi UMKMdilakukan oleh UMKM danYDBA, YDBA dominan.Penilaian potensi ini dilakukanpada saat YDBA melaksanakankunjungan pada UMKM yangmengajukan surat atau proposalpembinaan.
Skor: 20
Penilaian potensi UMKMdilakukan bersama-sama olehUMKM dan YDBA.
Skor: 25
YDBA memberikankemudahan bagi UMKM untukmendapatkan sumberdaya
Skor: 30
YDBA memberikankemudahan bagi UMKMuntuk mendapatkansumberdaya
Skor: 30
UMKM dapat mencukupikebutuhan sumberdayanyasendiri walaupun kadang-kadang masih bergantung padaYDBA.
Skor: 35
UMKM dapat mencukupikebutuhan sumberdayanyasendiri.
Skor: 40
Jumlah Skor 85 100
5 Konsultasimanajemen danadministrasi ataupembukuan
YDBA dan UMKM melakukandiskusi tentang manajemen danpembukuan secara menyeluruhdan dilakukan pada awalkegiatan pembinaan.
Skor: 30
YDBA dan UMKMmelakukan diskusi tentangmanajemen dan pembukuansecara detail dan kontinu.
Skor: 50
YDBA memberikan pelatihandan keterampilan pembukuanpada awal kegiatan pembinaantanpa melakukanpendampingan danpengawasan.
Skor: 30
YDBA memberikan pelatihandan keterampilan pembukuanserta mengadakanpendampingan sertapengawasan.
Skor: 50
Jumlah Skor 60 100
53
6 Pengembangangerakan dan perluasanproses
Informasi program pembinaanUMKM masih terbatas hanyapada website dan melaluirekomendasi Grup Astra.
Skor: 35
YDBA memberikaninformasi programpembinaan kepada UMKMmelalui berbagai pihak tanpamemerlemah keswadayaanUMKM.
Skor: 50
Pemberdayaan terhadapmasyarakat sekitar dan atauUMKM lainnya tidak bisaselalu dilakukan oleh UMKMkarena beberapa kendala.
Skor: 25
YDBA melatih danmeningkatkan kesadaranUMKM binaannya untukdapat melakukanpemberdayaan terhadapmasyarakat sekitar dan atauUMKM lainnya.
Skor: 50
Jumlah Skor 55 100
7 Pengembanganjaringan dengan pihakketiga
YDBA bekerjasama denganpihak ketiga dalam pembinaandan pelatihan, misalnya GrupAstra dan lembaga-lembagakeuangan.
Skor: 40
YDBA bekerjasama denganpihak ketiga dalampembinaan dan pelatihan.
Skor: 40
YDBA memberikanrekomendasi pihak ketiga olehuntuk memperluasan usahamisalnya adanya fasilitasipeminjaman modal kepadalembaga-lembaga keuangan.
Skor: 30
YDBA memberikanrekomendasi pihak ketigaoleh untuk memperluasanusaha tanpa memperlemahkeswadayaan UMKM.
Skor: 30
UMKM dapat merluasan usahamelalui kerjasama dengan pihakketiga terutama yangdirekomendasikan YDBA.
Skor: 20
UMKM dapat merluasanusaha melalui kerjasamadengan pihak ketiga baikyang direkomendasikanYDBA maupun hasil usahaUMKM sendiri.
Skor: 30
Jumlah Skor 90 100
54
8 Evaluasi terus-menerus sebagaiupaya menciptakanmekanisme umpanbalik
YDBA melakukan pemantauandan pengawasan terhadapUMKM binaannya secaramenyeluruh.
Skor: 20
YDBA melakukanpemantauan dan pengawasanterhadap UMKM binaannyasecara mendetail.
Skor: 30
YDBA melakukan evaluasiterhadap UMKM binaannyasecara menyeluruh.
Skor: 20
YDBA melakukan evaluasiterhadap UMKM binaannyasecara mendetail.
Skor: 30
YDBA dan UMKMmendiskusikan hasilpemantauan dan hasil evaluasi,namun belum kontinu dansifatnya menyeluruh.
Skor: 30
YDBA dan UMKMmendiskusikan hasilpemantauan dan hasilevaluasi namun secarakontinu dan mendetail
Skor: 40
Jumlah Skor 70 100
Total Skor 615 800
6.2.1 Identifikasi Kelompok Sasaran
Identifikasi kelompok sasaran merupakan upaya untuk menemukan calon
sasaran program pembinaan yang sesuai. Identifikasi kelompok sasaran adalah
mekanisme pemilihan sasaran dan lokasi yang meliputi alasan, kriteria, dan proses
pemilihan sasaran. UMKM yang sekarang ini menjadi UMKM binaan YDBA
terlebih dahulu mengajukan surat atau proposal pembinaan. Informasi mengenai
program pembinaan tersebut diperoleh dari website YDBA, media massa, dan
Grup Astra. Selain sumber perolehan informasi pembinaan tersebut, peran aktif
dari UMKM calon binaan juga sangat diperlukan agar UMKM tersebut dapat
dibina oleh YDBA.
Kriteria dan persyaratan bagi UMKM sebelumnya telah ditentukan oleh
YDBA. Persyaratan untuk menjadi UMKM binaan YDBA antara lain adalah
sudah berbadan hukum (misalnya CV dan PT), usaha yang dijalankan termasuk
dalam kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UMKM, merupakan
komunitas yang potensial untuk dikembangkan baik yang terkait bisnis Astra
55
maupun tidak, memiliki produk yang diminati pasar, serta bersedia untuk dibina
oleh Astra. Setelah UMKM tersebut dinilai dan dinyatakan memenuhi persyaratan,
YDBA akan mengundang UMKM untuk mengikuti pelatihan Basic Mentality
(Mentalitas Dasar) dengan tujuan menanamkan budaya kerja Astra kepada UMKM
binaan. UMKM tersebut juga dimasukkan ke dalam database YDBA. Seperti
halnya yang diungkapkan oleh informan berikut ini.
“…Sebenarnya tidak harus proposal, surat permohonan saja bisa ko.Nanti akan kami tinjau, benar atau tidak UMKM itu ada, sesuai tidakdengan persyaratan kita. Baru kalau sudah sesuai nanti kita undanguntuk pelatihan awal. Yang diundang pelatihan biasanya sudah otomatismenjadi anggota binaan YDBA…” (Bapak M. Iqbal, Senior ManagerYDBA).
Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan yang dilaksanakan YDBA
adalah kewenangan penuh dari UMKM binaan. Artinya, anggota UMKM binaan
yang akan mengikuti pelatihan dipilih oleh UMKM yang bersangkutan, YDBA
tidak menunjuk orangnya. Pemilihan peserta pelatihan harus mempertimbangkan
kesesuaian peserta dengan jenis pelatihannya.
6.2.2 Penelitian dan Perencanaan Partisipatoris
Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris adalah mekanisme
identifikasi masalah serta pembuatan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan
bersama-sama oleh UMKM dan YDBA. Identifikasi masalah yang ada pada
UMKM dilakukan secara bersama-sama antara UMKM dan YDBA. Namun pada
kenyataannya, UMKM terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan, setelah itu
baru UMKM dan YDBA mendiskusikan permasalahan tersebut. Sebagai tindak
lanjut, UMKM dan YDBA bersama-sama mencari solusi untuk memecahkan
masalah. Pada proses pemecahan masalah ini, YDBA mempunyai peran besar.
YDBA memberikan solusi-solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Diskusi permasalahan tersebut biasanya dilakukan pada saat YDBA melakukan
kunjungan. Umumnya, permasalahan yang dialami UMKM adalah permasalahan
modal dan keterampilan. Untuk permasalahan permodalan, biasanya YDBA
56
memfasilitasi UMKM untuk mendapatkan pinjaman yang berasal dari Astra Mitra
Ventura maupun perbankan lainnya. Hal ini dinyatakan oleh informan dalam
pernyataan berikut:
“…YDBA tidak pernah memberikan modal, tapi kami hanyamemfasilitasi UMKM dengan lembaga yang bisa memberikan bantuanmodal. Entah itu Astra Mitra Ventura atau bank-bank lainnya. YDBAjuga bukan jaminan peminjaman…”(Bapak M. Kosasih, Senior ManagerYDBA).
Apabila permasalahan yang muncul adalah permasalahan teknis, YDBA akan
membantu dengan mengadakan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan
UMKM serta jenis usahanya.
6.2.3 Pendidikan dan Pelatihan Timbal Balik
Pendidikan dan pelatihan timbal balik adalah proses pertukaran
pengetahuan dan pengalaman antara UMKM binaan dan YDBA. Pelatihan
merupakan salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan YDBA. YDBA
mempunyai beberapa materi pelatihan yang nantinya akan diberikan kepada
UMKM binaannya. Materi tersebut adalah materi umum dan beberapa materi
khusus yang disesuaikan dengan jenis usaha masing-masing UMKM binaannya.
Materi umum meliputi materi manajemen dan pembukuan serta beberapa materi
lainnya yang dapat diterima oleh UMKM binaannya tanpa terkecuali. UMKM juga
mempunyai kebebasan untuk mengajukan pelatihan kepada YDBA, namun untuk
merealisasikannya YDBA perlu memperhatikan beberapa hal salah satunya adalah
kuota peserta pelatihan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari beberapa informan
berikut ini:
“…Kita bisa minta YDBA memberikan pelatihan sesuai dengan yangkita butuhkan, tapi semuanya tergantung sama pihak YDBA. Pesertanyaada atau tidak. Biasanya kita bikin rencana pelatihan apa saja yangdibutuhkan untuk satu tahun. Kalau kebetulan YDBA mengadakan yakita ikut. Tapi kalau enggak ya kita cari pelatihan lain atau bisa jugabuat pelatihan sendiri untuk para karyawan disini. Tapi YDBA selalumemberi tahu pelatihan-pelatihan yang diadakan, terutama pelatihanyang cocok dengan jenis usaha kita…”(Ibu Sumarsih, Staff HRD PT.XYZ).
57
“…Bisa juga UKM mengajukan usul pelatihan sesuai dengankebutuhan dan masalah yang mereka hadapi. Tapi kita jugamenyesuaikan dengan kuota peserta dan waktunya. Termasukmencocokkan pelatihan tersebut dengan para trainer. Biasanya setiappelatihan diikuti oleh 25 orang dan dilaksanakan selama dua harisampai dua minggu…”(Bapak M. Kosasih, Senior Manager YDBA).
Kriteria calon peserta pelatihan umumnya disesuaikan dengan jenis
pelatihan. Calon peserta pelatihan juga dipilih oleh masing-masing UMKM, sesuai
dengan jenis pelatihannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan UMKM mempunyai
kewenangan untuk menentukan anggotanya yang akan mengikuti pelatihan.
Pada saat pelatihan, para peserta diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai materi pelatihan. Pertanyaan dapat juga berasal dari kondisi dan
permasalahan yang dialami langsung oleh peserta pelatihan pada saat bekerja.
Untuk pelatihan-pelatihan tertentu disertai pula dengan praktek.
“…Yang ngasih materi sih pasti ngasih kesempatan untuk tanya.Biasanya awal pelatihan ditanya dulu masalahnya apa aja. Pas ngasihmateri juga ada sesi tanya jawabnya…”(Bapak Spy, peserta PelatihanTeknologi Press Dies II).
Pada saat pelatihan tersebut, terdapat proses transfer pengetahuan antara pemberi
materi dan peserta walaupun belum seimbang. Hal ini disebabkan oleh lebih
banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang berasal dari para pemberi materi
kepada peserta dibanding dari peserta ke pemberi materi.
6.2.4 Mobilisasi dan Pemberian Sumberdaya
Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang adalah proses
penggerakan UMKM binaan dengan memberikan dukungan berupa kegiatan
pendidikan dan pelatihan serta kemudahan akses terhadap sumberdaya yang
penting. Mobilisasi dan pemberian sumberdaya dalam konteks pemberdayaan
mengarah pada keseimbangan antara keduanya, di mana pemberian sumberdaya
kepada UMKM tidak memperlemah swadaya dan kemandirian kelompok.
58
Untuk mempermudah pemberian sumberdaya kepada UMKM binaan, perlu
adanya penilaian potensi UMKM. YBDA memberikan kewenangan kepada
UMKM binaannya untuk menilai potensi yang ada dan setelah itu
mendiskusikannya YDBA. Selanjutnya, YDBA akan menilai kembali potensi-
potensi UMKM tersebut. Proses penilaian ini dilakukan bersamaan dengan proses
identifikasi masalah dan penetapan masalah. Adanya penilaian potensi dan
identifikasi masalah tersebut akan mempermudah YDBA untuk memberikan
bantuan atau penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi UMKM.
Pada kasus PT. XYZ, YDBA memberikan kemudahan dalam penyediaan
sumberdaya pelatih pada pelatihan yang diselenggarakannya. Selama menjadi
binaan YDBA, PT. XYZ mendapatkan pelatihan-pelatihan dari tingkat operator
hingga pimpinan perusahaan, dari sisi manajerial hingga pelatihan teknik. PT.
XYZ juga mempunyai kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan
oleh pihak lain baik yang bekerjasama dengan YDBA atau pun tidak. Di lain
kesempatan, PT. XYZ juga pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di
luar negeri. Selain mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak lain, PT. XYZ
juga seringkali mengundang trainer dari luar untuk memberikan pelatihan bagi
karyawannya. Trainer pelatihan juga dapat berasal dari PT. XYZ jika pelatihan
tersebut diadakan sendiri oleh PT. XYZ. Keikutsertaan PT. XYZ dalam pelatihan-
pelatihan lain selain yang diselenggarakan YDBA adalah untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan karyawan yang nantinya akan bermanfaat bagi
kemajuan usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“…PT. XYZ pernah mengikuti beberapa pelatihan. Ada yang dari YDBA,ada yang dari luar YDBA, dan kadang juga menyelenggarakan sendiripelatihan tersebut. Kalau pelatihan yang diadakan YDBA dan luarYDBA otomatis trainernya dari mereka, tapi untuk pelatihan yangdiadakan sendiri oleh PT. XYZ trainernya berasal dari luar dan daridalam perusahaan sendiri. Misalnya untuk motivasi, pengisinya ya darimanager atau pemilik PT. XYZ…”(Bapak Hry, General Manager PT.XYZ).
Dilain pihak, YDBA juga berperan sebagai fasilitator dalam penyediaan dana.
Peran YDBA adalah memperkenalkan UMKM dengan lembaga-lembaga keuangan.
Sebagai anggota binaan, UMKM yang merasa membutuhkan tambahan modal akan
59
dikenalkan dengan lembaga-lembaga keuangan. Adanya bantuan tersebut diharapkan
dapat membantu UMKM untuk lebih berkembang dan maju.
6.2.5 Konsultasi Manajemen
Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan merupakan
diskusi dan pelatihan dalam hal teknis manajemen, administrasi termasuk di
dalamnya adalah proses pembukuan usaha. Hal ini sangat berguna bagi
kelangsungan usaha karena dapat membantu UMKM dalam menggunakan
sumberdaya secara efisien.
Konsultasi manajemen dan pembukuan hanya dilakukan pada awal
masuknya UMKM menjadi binaan YDBA. Selain konsultasi manajemen dan
administrasi, YDBA juga selalu memberikan pelatihan manajemen dan
administrasi kepada seluruh UMKM binaannya. Sebagai salah satu UMKM binaan
YDBA, PT. XYZ juga pernah melakukan konsultasi manajemen dan pembukuan.
YDBA juga pernah mengundang PT. XYZ untuk mengikuti pelatihan yang terkait
dengan manajemen dan administrasi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari
Bapak Hry yang mengatakan bahwa YDBA memberikan pelatihan manajemen dan
administrasi, keuangan bahkan perpajakan.
Adanya laporan administrasi dan manajemen yang baik diharapkan dapat
mempermudah proses pengawasan dan pengembangan usaha baik yang dilakukan
oleh YDBA ataupun yang dilakukan oleh UMKM itu sendiri. YDBA memang
selalu melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perkembangan kegiatan
UMKM tersebut secara rutin. Namun pemantauan dan pengawasan tersebut
bersifat menyeluruh pada kegiatan usaha.
6.2.6 Pengembangan Gerakan dan Perluasan Proses
Pengembangan gerakan dan perluasan proses adalah upaya
mengembangkan proses kegiatan dan perluasan sasaran. Hal ini juga dimaksudkan
untuk memperluas wilayah pembinaan. Informasi tentang kegiatan pembinaan
menjadi salah satu faktor yang dapat membantu proses pengembanngan gerakan
dan perluasan sasaran. Untuk memperluas sasaran pembinaan, YDBA
60
menginformasikan program pembinaan melalui website dan rekomendasi yang
diberikan oleh Grup Astra. UMKM harus berperan aktif untuk memperoleh
informasi pembinaan yang dilakukan oleh YDBA.
Selain melakukan pembinaan UMKM, pada beberapa kasus, YDBA
mengadakan pelatihan yang khusus ditujukan bagi masyarakat, salah satunya
adalah pelatihan bagi pemuda-pemuda putus sekolah. Pelatihan tersebut
dimaksudkan untuk memberikan keterampilan kepada pemuda-pemuda agar dapat
mandiri dengan merintis usaha di bidang bengkel motor atau menjadi tenaga
mekanik.
Untuk memperluas jaringan pembinaan UMKM di daerah, YDBA
mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB). Lembaga ini juga bisa
dikatakan perpanjangan tangan YDBA di daerah. Sebagai tenaga pelaksana
(fasilitator) LPB, YDBA merekrut para pemuda putera-puteri daerah setempat,
misalnya para pemuda/pemudi Dayak untuk LPB di Kutai Barat, Kalimantan
Timur, begitu juga untuk daerah lainnya. Personil LPB tersebut sebelumnya diberi
pelatihan (TOT) oleh YDBA mengenai pembinaan UMKM. Sampai akhir tahun
2009 sudah didirikan sembilan LPB yang tersebar di Aceh Utara, Jakarta,
Sidoarjo, Tegal, Gianyar, Mataram, Balangan, Yogyakarta, dan Kutai Barat.
Selain LPB, YDBA juga memiliki Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
LKM ini dibentuk untuk membantu mengatasi masalah pembiayaan/ modal yang
seringkali dialami oleh UMKM. Sistem pinjaman tersebut dibagi menjadi dua
jenis, yaitu konvensional (sistem bunga) dan syariah (bagi hasil). Sampai dengan
2009 sudah tujuh LKM yang didirikan YDBA yaitu di Tabalong, Balangan, dan
Tapin (Kalsel), Barito Timur dan Barito Selatan (Kalteng), Mamuju Utara dan
Mamuju (Sulbar).
Proses pengembangan gerakan juga diharapkan dilakukan oleh UMKM
binaan YDBA. Namun, hal ini belum bisa dilakukan karena keterbatasan yang
dimiliki oleh UMKM binaan tersebut. Salah satu contoh adalah ketidaksesuaian
jenis usaha yang dijalankan oleh UMKM dengan masyarakat sekitar.
61
6.2.7 Pengembangan dengan Pihak Ketiga
Upaya pengembangan jaringan dengan pihak ketiga dilakukan dalam
rangka memperluas lingkup pemberdayaan dengan melibatkan pihak-pihak yang
dapat mendukung upaya pemberdayaan tersebut. Program pembinaan yang
dilakukan oleh YDBA telah mengikutsertakan pihak ketiga di dalamnya. YDBA
melakukan kerjasama dengan beberapa pihak seperti Group Astra, perbankan,
BUMN, serta BUMS dalam kegiatan pembinaan.
Pada program pelatihan, YDBA melakukan kerjasama dengan Group Astra
terutama pelatihan bagi UMKM yang mempunyai usaha yang terkait dengan usaha
Astra. Contoh kerjasama yang telah dilakukan YDBA dalam pembinaan kepada
UMKM Subkon otomotif adalah kerjasama dengan PT Astra Honda Motor
(AHM), PT Toyota Astra Motor/PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TAM/TMMIN), PT Astra Daihatsu Motor (ADM), PT Pantja Motor
(PM/sekarang PT Isuzu Astra Motor Indonesia/IAMI), dan PT Astra Nissan Diesel
Indonesia (ANDI) serta Grup Astra Otopart (AOP). Sedangkan kepada UKM
Subkon alat berat YDBA bekerjasama dengan United Tractors Pandu Engineering
(UTPE) dan Komatsu Indonesia (KI).
Di bidang jasa perbengkelan Roda-2 YDBA bekerjasama dengan PT ASKI
(Astra Komponen Indonesia) mengembangkan Bengkel Mitra Aspira. PT ASKI
memberikan bantuan interior, eksterior bengkel dan ketersediaan spare parts,
sedangkan YDBA memberikan pelatihan baik teknis maupun manajemen.
Bengkel-bengkel ini juga merupakan outlet suku cadang Aspira. Dalam rangka
memperkuat kerjasama sesama bengkel binaan, dibentuk Koperasi Bengkel Binaan
YDBA (KOBBA). Disamping itu YDBA juga bekerjasama dengan AHM
mengembangkan Bengkel Mitra Binaan.
YDBA bekerjasama dengan lembaga keuangan seperti Astra Mitra
Venturan dan beberapa bank untuk memberikan modal bagi UMKM. Untuk
mengembangkan program pembinaan, pihak YDBA melakukan kunjungan ke
beberapa negara seperti Korea Selatan, Vietnam, Thailand, dan Jepang. Kunjungan
tersebut juga diikuti pula oleh beberapa perwakilan UMKM binaan. Tujuan dari
kunjungan tersebut adalah bertukar pengalaman dengan lembaga terkait dari
62
masing-masing negara yang diharapkan dapat menciptakan alternatif kegiatan
pembinaan UMKM.
Sebagai bentuk perluasan pasar, YDBA juga mengikutsertakan UMKM
binaannya pada pameran-pameran termasuk pameran yang berskala internasional.
Contohnya adalah PT. XYZ yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti
Pameran Indonesian Motor Show yang dilaksanakan setiap tahun. Selama menjadi
UKM binaan YDBA, PT. XYZ pernah mengikuti beberapa pameran baik yang
diselenggarakan atas kerja sama YDBA dengan Kementrian Koperasi dan UMKM
maupun dengan pihak lain. YDBA juga berperan merekomendasikan PT. XYZ dan
UMKM binaan lainnya kepada calon customers. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan seorang responden berikut.
“…YDBA sering mengajak PT. XYZ untuk ikut pameran-pameran.Keikutsertaan pada pameran-pameran tersebut juga bisa menjadi carauntuk mendapatkan pasar baru karena kita seringkali bertemu dengancalon customers. Tapi ya kita emang harus aktif juga mencari pembelibaru untuk memperluas pasar…”(Bapak Hry, General Manager PT.XYZ).
Selain itu, UMKM juga mempunyai kesempatan untuk memperkenalkan
produknya sekaligus mencari peluang kerjasama bisnis di luar negeri saat
mengikuti kunjungan YDBA ke beberapa negara seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya.
YDBA juga mendirikan Galeri UMKM-YDBA untuk membantu
mempromosikan produk-produk UMKM serta sebagai media edukasi bagi
masyarakat luas. Galeri ini berada di kantor YDBA, Sunter, Jakarta Utara, berisi
produk-produk UMKM binaan terkait bisnis Astra seperti komponen otomotif
roda-2 dan roda-4, komponen alat berat, produk olahan kelapa sawit, dan
prototipe bengkel sepeda motor, serta tidak terkait seperti kerajinan, batik dan
furnitur. Galeri UMKM ini didirikan juga sebagai ruang pamer produk UMKM
binaan. Produk-produk yang dipamerkan merupakan produk yang telah memenuhi
standar Quality, Cost dan Delivery (QCD), artinya mempunyai kualitas yang baik
(Q), memiliki harga yang bersaing (C), serta pengirimannya tepat waktu termasuk
jangka waktu kerja yang sesuai dengan ketentuan (D).
63
6.2.8 Pemantauan dan Evaluasi Terus Menerus
Pemantauan merupakan bagian dari pembinaan untuk menilai kesesuaian
rencana dan efisiensinya. YDBA melakukan evaluasi dan pemantauan secara
berkala pada UMKM binaannya. Kegiatan pemantauan tersebut meliputi
pemantauan perkembangan bisnis UMKM binaannya, termasuk kinerja.
Pemantauan tersebut juga bertujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan dari
UMKM. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan UMKM sesegera
mungkin serta dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengembangkan
usaha. Monitoring dilakukan setiap enam bulan sekali dan hanya bersifat general
atau menyeluruh meliputi kinerja, sumberdaya manusia, produk, dan keuangan.
Hasil pemantauan tersebut dipertanggungjawabkan pada manajemen Astra dan
didiskusikan pula dengan UMKM binaan yang bersangkutan, walaupun tidak
secara detail.
YDBA juga melakukan evaluasi pada LPB-LPB yang telah dibentuk.
Setiap tahun YDBA melakukan Rapat Kerja (Raker) LPB sekaligus mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun, rancangan kegiatan di tahun
mendatang, serta perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam proses
pengembangan.
“…Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh YDBA adalah keikutsertaanYDBA dalam proses evaluasi terhadap perkembangan PT. XYZ.Biasanya, audit regular dilakukan oleh pihak Astra Internasionalmaupun oleh masing-masing UKM yang kemudian dilaporkan kepadaYDBA…”(Bapak Hry, General Manager PT. XYZ).
Evaluasi juga dilaksanakan YDBA pada setiap kegiatan pelatihan. Bentuk
evaluasi yang dilakukan adalah dengan memberikan lembar evaluasi berupa
pertanyaan-pertanyaan seputar pelatihan yang diberikan pada akhir pelatihan. Hasil
dari tes tersebut nantinya akan dibagikan kepada para peserta pelatihan beserta
sertifikat pelatihan. Selain evaluasi yang dilakukan oleh YDBA, PT. XYZ juga
melakukan evaluasi kepada karyawan yang mengikuti pelatihan. Evaluasi yang
dilakukan oleh PT. XYZ melalui Departemen HRD diberikan tiga bulan setelah
pelatihan berlangsung. Evaluasi tersebut dilakukan dengan memberikan form
64
penilaian kepada atasan karyawan tersebut untuk menilai kerja mereka sebelum
dan sesudah mengikuti pelatihan. Hasil evaluasi tersebut akan diserahkan kembali
ke Departemen HRD.
BAB VII
MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN
Program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA merupakan salah
satu program unggulan PT. Astra Internasional Tbk. dalam mengembangkan
masyarakat. Program pembinaan UMKM ini tidak hanya ditujukan bagi UMKM
yang bergerak di bidang otomotif dan alat berat saja, tetapi juga diberikan kepada
UMKM dibidang lain seperti agribisnis dan pertambangan serta UMKM yang
bergerak di bidang kerajinan.
Manfaat yang diperoleh dari pembinaan tersebut dapat dilihat dari beberapa
aspek seperti peningkatan pengetahun, peningkatan keterampilan, dan peningkatan
pendapatan. Ketiga manfaat tersebut akan lebih mudah teridentifikasi jika dilihat
dari program pelatihan. Manfaat lainnya yang dapat dilihat dari adanya program
pembinaan tersebut adalah adanya pasar baru, peningkatan daya kompetitif antar
UKM binaan serta adanya program pemberdayaan lanjutan bagi masyarakat
sekitar.
7.1 Manfaat Kegiatan Pembinaan dalam Peningkatan pengetahuan,Keterampilan, dan Pendapatan
Pada penelitian ini, manfaat pelatihan sebagai bentuk pembinaan pada
UMKM diukur dengan memberikan pertanyaan untuk mengetahui aspek
pengetahuan, keterampilan, serta pendapatan. Pengetahuan dan keterampilan
tersebut merupakan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang kerjanya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan
jenis pelatihannya. Contoh jenis pelatihan yang pernah diikuti oleh karyawan PT.
XYZ pada tahun 2009 sebanyak lima jenis. Maka, pertanyaan seputar pelatihan
tersebut juga terdiri dari lima jenis yang satu sama lain berbeda yang juga
disesuaikan dengan bidang kerjanya.
66
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Tingkat Pengetahuan, TingkatKeterampilan, dan Tingkat Pendapatan Responden
Terdapat 86,7 persen dari 30 responden yang memiliki tingkat pengetahuan
tinggi, sedangkan 13,3 persen lainnya memiliki pengetahuan yang rendah. Sebesar
80 persen responden memiliki tingkat keterampilan tinggi dan sebesar 20 persen
lainnya memiliki keterampilan rendah. Selanjutnya, dari 30 orang responden 73,3
persen responden memiliki tingkat pendapatan rendah, 13,3 persen memiliki
tingkat pendapatan sedang, dan 13,3 persen memiliki pendapatan tinggi. Tingginya
tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh responden dipengaruhi
oleh beberapa hal seperti adanya pelatihan serta adanya pertukaran pengetahuan
dan keterampilan antar karyawan. Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh beberapa
hal diantaranya lama bekerja, penilaian terhadap kinerja karyawan, serta
pendidikan terakhir.
7.1.1 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan,Keterampilan, dan Pendapatan.Karakteristik responden merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan. Karakteristik responden
tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, lama menjadi karyawan, dan
keikutsertaan dalam pelatihan. Uji hubungan antara karakteristik dengan tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan
analisis Crosstabs-Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan Approx. Sig.,
jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima dimana
Tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatanresponden
Jumlah dan persentase
Tingkat pengetahuan Rendah 4 (13,3)
Tinggi 26 (86,7)
Tingkat Keterampilan Rendah 6 ( 20)
Tinggi 24 (80)
Tingkat Pendapatan Rendah 22 (73,4)
Sedang 4 (13,3)
Tinggi 4 (13,3)
67
Ho: Tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.
H1: Terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji
Berikut ini merupakan penjabaran dari karakteristik individu responden.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan KarakteristikResponden
Karakteristik Responden Jumlah dan presentase
Umur Muda 2 (6,7)
Dewasa 20 (66,7)
Tua 8 (26,6)
Tingkat Pendidikan Rendah 4 (13,3)
Sedang 22 (73,4)
Tinggi 4 (13,3)
Lama Bekerja Baru 13 (43,3)
Sedang 11 (36,7)
Lama 6 (20)
Keikutsertaan dalampelatihan
Tidak Ikut 10 (33,3)
Ikut 20 (66,7)
Sesuai dengan Tabel 6, terdapat 6,7 persen responden termasuk dalam
kategori umur muda yaitu kurang dari dua puluh tahun, sebesar 66,7 persen
responden termasuk dalam kategori umur dewasa yaitu antara 21-30 tahun.
Sisanya, yaitu 26,6 persen termasuk dalam kategori umur tua. Sebesar 13,3 persen
responden merupakan responden dengan tingkat pendidikan tinggi, 73,4 persen
termasuk responden responden dengan tingkat pendidikan sedang serta 13,3 persen
responden termasuk responden dengan tingkat pendidikan tinggi.
Pada Tabel 6 juga dapat diketahui lama bekerja dari keseluruhan
responden. Sebesar 43,3 persen responden merupakan karyawan baru, 36,7 persen
responden tergolong mempunyai lama bekerja sedang serta 20 persen responden
termasuk karyawan lama. Responden tersebut juga dapat dibedakan menurut
keikutsertaan responden dalam pelatihan yang diselenggarakan YDBA tahun 2009.
Sebesar 33,3 persen responden merupakan responden yang mengikuti pelatihan
68
yang diselenggarakan YDBA atau 100 persen dari total karyawan yang mengikuti
pelatihan yang dilaksanakan oleh YDBA. Sisanya, yaitu sebesar 66,7 persen
merupakan responden yang tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh
YDBA tahun 2009.
7.1.1.1 Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan. Diduga terdapat hubungan antara
tingkat umur responden dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
pendapatan (Ho). Uji hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis
Crosstabs-Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai Approx. Sig., jika
Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak
terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.
Tabel 7. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square antara Umur denganPengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan
Approx. Sig. Keterangan
Pengetahuan 0,445 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Keterampilan 0, 517 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Pendapatan 0, 007 Ho. ditolak (ada hubungan)
Ket: Ho ditolak jika Approx. Sig.< 0,05
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 15 for
windows dengan model uji Crosstabs-Chi Square didapatkan hasil bahwa umur
karyawan PT. XYZ tidak berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang mereka miliki. Umur hanya mempunyai hubungan nyata dengan pendapatan.
Hubungan antara umur dengan pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan akan
dijelaskan dalam tabel-tabel hubungan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang.
69
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur denganPengetahuan
Umur Pengetahuan Total
Rendah Tinggi
Muda 0 (0) 2 (100) 2 (100)
Dewasa 4 (20) 16 (80) 20 (100)
Tua 0 (0) 8 (100) 8 (100)
Ket: Approx. Sig = 0,445
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen responden yang termasuk
kelompok umur muda dan umur tua memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi,
walaupun jumlah responden dari kedua kelompok umur tersebut berbeda.
Sedangkan 20 persen responden dari kelompok umur dewasa memiliki tingkat
pengetahuan rendah dan 80 persen sisanya memiliki tingkat pengetahuan tinggi.
Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata
antara umur dengan tingkat pengetahuan. Berdasarkan tabulasi silang tersebut
dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan umur muda, dewasa, dan
tua memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap pekerjaan mereka. Oleh
karena itu dapat disimpulkan semakin tua umur responden tidak berarti semakin
tinggi pengetahuannya dalam bekerja.
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur denganKeterampilan
Umur Keterampilan Total
Rendah Tinggi
Muda 0 (0) 2 (100) 2 (100)
Dewasa 4 (20) 16 (80) 20 (100)
Tua 2 (25) 6 (75) 8 (100)
Ket: Approx. Sig = 0, 517
Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat keterampilan responden yang
termasuk dalam kelompok umur muda adalah 100 persen tinggi. Sedangkan pada
kelompok umur dewasa, 20 persen mempunyai keterampilan rendah dan 80 persen
memiliki keterampilan tinggi dalam bekerja. Pada kelompok umur tua, 25 persen
responden memiliki keterampilan rendah dan sisanya 75 persen memiliki
keterampilan tinggi dalam bekerja. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan
70
bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara umur dengan tingkat keterampilan.
Sebanyak 25 responden (80 persen) dari 30 responden memiliki keterampilan yang
tinggi dalam bekerja. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin tua umur responden
tidak berarti semakin terampil dalam bekerja.
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur denganPendapatan
Umur Pendapatan Total
Rendah Sedang Tinggi
Muda 2 (100) 0 (0) 0 (0) 2 (100)
Dewasa 17 (85) 2 (10) 1 (5) 20 (100)
Tua 3 (37,5) 2 (25) 3 (37,5) 8 (100)
Ket: Approx. Sig = 0,007
Sebesar 100 persen responden dari kelompok umur muda memiliki
pendapatan rendah. Pada kelompok umur dewasa dan tua mempunyai pendapatan
yang beragam yaitu 85 persen responden kelompok umur dewasa mempunyai
pendapatan rendah, 10 persen berpendapatan sedang, dan sisanya yaitu 5 persen
mempunyai pendapatan tinggi. Sedangkan pada kelompok umur tua, 37,5 persen
responden mempunyai pendapatan rendah dan tinggi serta 25 persen responden
mempunyai pendapatan sedang. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan
bahwa terdapat hubungan nyata antara umur dengan tingkat pendapatan.
Pendapatan karyawan PT. XYZ mengalami kenaikan setiap tahunnya. Oleh karena
itu dapat diasumsikan bahwa responden atau karyawan yang sudah tua telah
mengalami peningkatan pendapatan lebih banyak dari pada karyawan yang masih
muda.
7.1.1.2 Tingkat Pendidikan
Pada penelitian ini tingkat pendidikan responden dikelompokkan menjadi
tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat pendidikan merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
pendapatan. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden
dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan (Ho). Uji hubungan
antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
71
pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis Crosstabs-Chi Square.
Pengambilan keputusan berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar
dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara
variabel-variabel yang diuji. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan
pengetahuan, keterampilan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Tingkat Pendidikandengan Pengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan
Approx. Sig. Keterangan
Pengetahuan 1,000 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Keterampilan 1,000 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Pendapatan 0,049 Ho. ditolak (ada hubungan)
Ket: Ho ditolak jika Approx. Sig.< 0,05
Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan karyawan PT. XYZ tidak berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki. Tingkat pendidikan hanya mempunyai
hubungan nyata dengan pendapatan. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan akan dijelaskan dalam tabel-tabel
hubungan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang.
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikandengan Pengetahuan
Tingkat Pendidikan Pengetahuan Total
Rendah Tinggi
Rendah 1 (25) 3 (75) 4 (100)
Sedang 2 (9,1) 20 (90,9) 22 (100)
Tinggi 1 (25) 3 (75) 4 (100)
Ket:Approx. Sig = 1,000.
Secara keseluruhan, responden yaitu karyawan PT. XYZ mempunyai
tingkat pengetahuan tinggi walaupun mereka termasuk dalam kelompok tingkat
pendidikan yang berbeda. Pada kelompok tingkat pendidikan rendah dan tinggi, 25
persen responden pada masing-masing kelompok mempunyai tingkat pengetahuan
rendah dan sisanya 25 persen memiliki pengetahuan tinggi. Sedangkan pada
kelompok tingkat pendidikan rendah hanya 2 orang atau sebesar 9,1 persen
responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Sisanya yaitu 90,9 persen
72
memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan tidak berarti
meningkatkan pengetahuan responden mengenai pekerjaannya.
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikandengan Keterampilan
Tingkat Pendidikan Keterampilan Total
Rendah Tinggi
Rendah 0 (0) 4 (100) 4 (100)
Sedang 6 (27,27) 16 (72,73) 22 (100)
Tinggi 0 (0) 4 (100) 4 (100)
Ket:Approx. Sig = 1,000.
Tabel 13 menunjukkan bahwa 24 (80 %) orang dari 30 orang responden
memiliki keterampilan yang tinggi dalam bekerja. Secara detail dapat terlihat
bahwa seluruh responden dengan tingkat pendidikan rendah dan tinggi memiliki
tingkat keterampilan yang tinggi. Responden dengan tingkat pendidikan sedang
27,27 persennya memiliki tingkat keterampilan rendah dan 72,73 persen memiliki
tingkat keterampilan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat
keterampilan. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan tidak berarti
meningkatkan keterampilan responden dalam bekerja.
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikandengan Pendapatan
TingkatPendidikan
Pendapatan Total
Rendah Sedang Tinggi
Rendah 3 (75) 1 (25) 0 (0) 4 (100)
Sedang 18 (81,82) 2 (9,09) 2 (9,09) 22 (100)
Tinggi 1 (25) 1 (25) 2 (50) 4 (100)
Ket:Approx. Sig = 0,049.
Tabel 14 menunjukkan responden dengan tingkat pendidikan rendah
memiliki tingkat pendapatan yang berbeda, yaitu 75 persen memiliki pendapatan
rendah dan 1 persen memiliki pendapatan sedang. Pada responden dengan tingkat
pendidikan sedang, 81,82 persen responden memiliki tingkat pendapatan rendah
73
dan masing-masing 9,09 persen responden memiliki tingkat pendapatan sedang
dan tinggi. Sementara itu, responden dengan tingkat pendidikan tinggi masing-
masing 25 persennya memiliki tingkat pendapatan rendah dan sedang. Sisanya
yaitu sebesar 50 persen memiliki tingkat pendapatan tinggi. Hasil uji Crosstabs-
Chi Square menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan
dengan tingkat pendapatan. Pada awal masuk kerja, pendidikan terakhir menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya gaji awal. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka gaji yang akan didapatkannya akan semakin tinggi pula. Hal ini
didukung dari pernyataan salah satu informan.
“…Pasti, pendidikan terakhir berpengaruh sama pendapatan dia.Berhubungan sama gaji awalnya juga ” …”(Ibu Sumarsih, Staff HRDPT. XYZ).
7.1.1.3 Lama Bekerja
Lama bekerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada
pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan. Lama bekerja yaitu tahun yang sudah
dilewati oleh responden untuk bekerja pada PT. XYZ. Pada penelitian ini lama
bekerja dikelompokkan menjadi tiga, yaitu baru, sedang, dan lama. Diduga
terdapat hubungan antara lama bekerja responden dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan pendapatan (Ho). Uji hubungan antara lama bekerja dengan
tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dilakukan dengan tabulasi
silang dan analisis Crosstabs-Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan
Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang
berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.
Hubungan antara lama bekerja dengan pengetahuan, keterampilan dan pendapatan
dapat dilihat pada Tabel 15.
74
Tabel 15. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Lama Bekerja denganPengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan
Approx. Sig. Keterangan
Pengetahuan 0,155 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Keterampilan 0,354 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Pendapatan 0,002 Ho. ditolak (ada hubungan)
Ket: Ho ditolak jika Approx.Sig.< 0,05
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 15 for
windows dengan model uji Crosstabs-Chi Square didapatkan hasil bahwa lama
bekerja karyawan PT. XYZ tidak berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki. Lama bekerja hanya mempunyai hubungan
nyata dengan pendapatan. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan akan dijelaskan dalam tabel-tabel
hubungan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja denganPengetahuan
Lama Bekerja Pengetahuan Total
Rendah Tinggi
Baru 3 (23,08) 10 (76,92) 13 (100)
Sedang 1 (9,1) 10 (90,9) 11 (100)
Lama 0 (0) 6 (100) 6 (100)
Ket:Approx. Sig = 0,155.
Tabel 16 menyajikan jumlah dan presentase responden menurut lama
bekerja dengan pengetahuan. Sebanyak 23,08 persen responden yang termasuk
dalam kategori baru untuk aspek lama bekerja memiliki pengetahuan rendah dan
76,92 persen lainnya dalam kategori ini memiliki pengetahuan tinggi. Sebanyak
9,1 persen responden yang termasuk dalam kategori sedang untuk aspek lama
bekerja memiliki pengetahuan rendah dan 90,9 persen lainnya dalam kategori ini
memiliki pengetahuan tinggi. Sementara itu, sebanyak 100 persen responden yang
berasal dari kategori lama untuk aspek lama bekerja persen memiliki pengetahuan
tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
nyata antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan. Artinya, semakin lama
75
responden bekerja (dalam satuan tahun) tidak berarti meningkatkan pengetahuan
responden mengenai pekerjaannya.
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja denganKeterampilan
Lama Bekerja Keterampilan Total
Rendah Tinggi
Baru 3 (23,08) 10 (76,92) 13 (100)
Sedang 3 (27,27) 8 (72,73) 11 (100)
Lama 0 (0) 6 (100) 6 (100)
Ket:Approx. Sig = 0,354.
Tabel 17 menyajikan jumlah dan presentase responden menurut lama
bekerja dengan keterampilan. Sebanyak 23,08 persen responden yang termasuk
dalam kategori baru untuk aspek lama bekerja memiliki keterampilan rendah dan
76,92 persen lainnya dalam kategori ini memiliki keterampilan tinggi. Sebanyak
27,27 persen responden yang termasuk dalam kategori sedang untuk aspek lama
bekerja memiliki keterampilan rendah dan 72,73 persen lainnya dalam kategori ini
memiliki keterampilan tinggi. Sementara itu, sebanyak 100 persen responden yang
berasal dari kategori lama untuk aspek lama bekerja persen memiliki keterampilan
tinggi.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja denganPendapatan
Lama Bekerja Pendapatan Total
Rendah Sedang Tinggi
Baru 12 (92,31) 1 (7,69) 0 (0) 13 (100)
Sedang 8 (72,73) 2 (18,18) 1 (9,09) 11 (100)
Lama 2 (33,33) 1 (16,67) 3 (50) 6 (100)
Ket:Approx. Sig = 0,002.
Tabel 18 menyajikan jumlah dan presentase responden menurut lama
bekerja dengan pendapatan. Sebanyak 92,31 persen responden yang termasuk
dalam kategori baru untuk aspek lama bekerja memiliki pendapatan rendah dan
7,69 persen lainnya dalam kategori ini memiliki pendapatan tinggi. Sebanyak
72,73 persen responden yang termasuk dalam kategori sedang untuk aspek lama
bekerja memiliki pendapatan rendah, 18,18 persen responden memiliki pendapatan
76
sedang dan 9,09 persen lainnya dalam kategori ini memiliki pendapatan tinggi.
Sebanyak 23,33 persen responden yang berasal dari kategori lama untuk aspek
lama bekerja memiliki pendapatan rendah, 16,67 persen memiliki pendapatan
sedang dan 50 persen memiliki pendapatan tinggi.
Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa terdapat hubungan
nyata antara lama bekerja dengan tingkat pendapatan. Setiap tahun, karyawan PT
XYZ akan mendapatkan kenaikan gaji dan diasumsikan bahwa karyawan yang
sudah lama bekerja telah mengalami beberapa kali kenaikan gaji. Pada departemen
tertentu, karyawan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan
yang diperoleh dari lembur.
“…Setiap tahun pasti ada kenaikan gaji. Besarnya berbeda-bedatergantung dari karyawan yang bersangkutan. Tergantung darikinerjanya juga sih…”(Ibu Sumarsih, Staff HRD PT. XYZ).
7.1.1.4 Keikutsertaan dalam Pelatihan
Pada penelitian ini, keikutsertaan dalam pelatihan didefinisikan sebagai
ikutsertanya responden dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA. Diduga
terdapat hubungan antara keikutsertaan responden dalam pelatihan dengan tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan (Ho). Uji hubungan antara
keikutsertaan dalam pelatihan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis Crosstabs-Chi Square.
Pengambilan keputusan berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar
dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara
variabel-variabel yang diuji. Hubungan antara keikutsertaan responden dalam
pelatihan dengan pengetahuan, keterampilan dan pendapatan dapat dilihat pada
Tabel 19.
77
Tabel 19. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Tingkat Pendidikandengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan
Approx. Sig. Keterangan
Pengetahuan 0, 138 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Keterampilan 1,000 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Pendapatan 0, 110 Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Ket: Ho ditolak jika Approx.Sig.< 0,05
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 15 for
windows dengan model uji Crosstabs-Chi Square didapatkan hasil bahwa
keikutsertaan karyawan PT. XYZ pada pelatihan yang diselenggarakan oleh
YDBA tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan, keterampilan yang mereka
miliki, serta pendapatan. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan akan dijelaskan dalam tabel-tabel
hubungan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang.
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalamPelatihan dengan Pengetahuan
Keikutsertaan dalamPelatihan
Pengetahuan Total
Rendah Tinggi
Ya 0 (0) 10 (100) 10 (100)
Tidak 4 (20) 16 (80) 20 (100)
Ket:Approx. Sig =.0, 138
Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa sebagian besar dari responden
memiliki pengetahuan tinggi, baik yang mengikuti pelatihan yang diselenggarakan
YDBA maupun yang tidak. Responden yang mengikuti pelatihan dari YDBA
seluruhnya memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Sementara itu, sebanyak 80
persen responden yang tidak mengikuti pelatihan tersebut memiliki pengetahuan
tinggi dan 20 persen lainnya memiliki pengetahuan rendah. Hasil uji Crosstabs-
Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara keikutsertaan
responden dalam pelatihan yang diselenggarakan YDBA dengan tingkat
pengetahuan. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 20 menunjukkan bahwa
100 persen responden yang mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA
memiliki pengetahuan yang tinggi, sedangkan pada responden yang tidak
mengikuti pelatihan masih ada yang memiliki pengetahuan rendah.
78
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa
pengetahuan tidak hanya didapatkan dari pelatihan yang diselenggarakan YDBA.
Tingginya tingkat pengetahuan responden juga dipengaruhi oleh adanya transfer
pengetahuan diantara karyawan. Diantara para karyawan terdapat difusi
pengetahuan. Namun pada dasarnya, adanya pelatihan sangat berpengaruh pada
peningkatan pengetahuan karena pelatihan merupakan salah satu sumber
pengetahuan.
Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalamPelatihan dengan Keterampilan
Keikutsertaan dalamPelatihan
Keterampilan Total
Rendah Tinggi
Ya 2 (20) 8 (80) 10 (100)
Tidak 4 (20) 16 (80) 20 (100)
Ket:Approx. Sig = 1,000
Terdapat 20 persen dari sepuluh responden yang mengikuti pelatihan
memiliki keterampilan rendah dan 80 persen memiliki keterampilan tinggi.
Sementara itu, 20 persen responden yang tidak mengikuti pelatihan juga memiliki
keterampilan yang rendah dalam bekerja dan 80 persen lainnya memiliki
keterampilan tinggi dalam bekerja. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara keikutsertaan responden dalam
pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA dengan tingkat keterampilan. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa keterampilan didapatkan bukan hanya dari pelatihan saja
tetapi juga berasal dari sesama karyawan dan dari pengalaman selama bekerja.
Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalamPelatihan dengan Pendapatan
Keikutsertaandalam Pelatihan
Pendapatan Total
Rendah Sedang Tinggi
Ya 5 (50) 3 (30) 2 (20) 10 (100)
Tidak 17 (85) 1 (5) 2 (10) 20 (100)
Ket:Approx. Sig = 0, 110.
Terdapat 50 persen dari sepuluh responden yang mengikuti pelatihan
memiliki pendapatan rendah, 30 persen memiliki pendapatan sedang, dan 20
persen memiliki pendapatan tinggi. Pendapatan responden yang tidak mengikuti
79
pelatihan juga memiliki keragaman, yaitu sebanyak 85 persen responden memiliki
pendapatan rendah, 5 persen memiliki pendapatan sedang, dan 10 persen
responden memiliki pendapatan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara keikutsertaan responden
dalam pelatihan yang diselenggarakan YDBA dengan tingkat pendapatan. Hal ini
didukung secara kualitatif melalui pernyataan dari seorang informan berikut ini.
“…Pendapatan tiap karyawan memang tidak dipengaruhi langsung olehikut tidaknya dia dalam pelatihan apapun, tetapi dipengaruhi olehkinerjanya. Hubungan keduanya memang tidak nyata. Tapi padadasarnya adanya pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkanpengetahuan dan keterampilan karyawan dalam bekerja yang nantinyadapat meningkatkan kinerja dia sehingga dapat pula meningkatkanpersentase kenaikan gaji mereka…”(Bapak Hry, General Manager PT.XYZ).
7.2 Manfaat Kegiatan Pembinaan dalam Perluasan Pasar, Peningkatan DayaKompetitif antar UMKM binaan, serta Kegiatan PemberdayaanLanjutan Bagi Masyarakat Sekitar
7.2.1 Perluasan Pasar
Salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah dalam hal
pemasaran. Bentuk kegiatan yang dilakukan juga beragam. Salah satunya adalah
dengan menjadi perantara antara konsumen dengan UMKM binaannya. Selain itu,
YDBA juga mengikutsertakan UMKM binaannya dalam beberapa pameran baik
yang berskala nasional maupun internasional.
Keikutsertaan UMKM binaan YDBA termasuk PT. XYZ dalam Pameran
Indonesian Motor Show yang diselenggarakan setiap tahun, dapat memberikan
kesempatan pada UMKM untuk mempromosikan produknya kepada para
pengunjung. Tidak menutup kemungkinan dengan keikutsertaan UMKM pada
pameran tersebut akan mempengaruhi peningkatan produksi dan perluasan pasar,
bahkan sampai pada pasar internasional. Perluasan pasar tersebut juga dapat
terwujud dengan mengikutsertakan UMKM binaan pada kegiatan studi banding ke
luar negeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh seorang
informan berikut ini.
80
“…YDBA sering mengajak PT. XYZ untuk ikut pameran-pameran.Keikutsertaan pada pameran-pameran tersebut juga bisa menjadi carauntuk mendapatkan pasar baru karena kita seringkali bertemu dengancalon customers. Tapi ya kita emang harus aktif juga mencari pembelibaru untuk memperluas pasar…” (Bapak Hry, General Manager PT.XYZ).
7.2.2 Peningkatan Daya Kompetitif antar UMKM binaan
UMKM yang menjadi binaan dari YDBA terdiri dari beberapa jenis
dengan skala yang beragam. Bagi PT. XYZ, salah satu manfaat yang didapat dari
kegiatan pembinaan adalah mengetahui pangsa pasar dari produk yang dihasilkan
serta pesaing-pesaing dari usahanya. Selain itu melalui pelaksanaan kegiatan
pembinaan terutama pelatihan, PT. XYZ dapat mengetahui selera konsumen.
Adanya pengetahuan tersebut juga dapat digunakan untuk memprediksi posisi PT.
XYZ dalam pasar dan para pesaingnya serta strategi bisnis yang digunakan dalam
pemasaran produk, seperti halnya yang diungkapkan oleh seorang informan
berikut ini.
“…Dari pelatihan akhirnya kita juga tahu standar produk yangbagus,paling nggak sesuai sama standar Astra dan punya nilai jualtinggi juga…”(Bapak Spy, peserta Pelatihan Teknologi Press Dies II).
YDBA juga sering menyelenggarakan silaturahmi dan Seminar UMKM.
Acara ini dimanfaatkan oleh UMKM terkait untuk saling berdialog sambil
membahas perkembangan dan peluang bisnis serta update informasi mengenai
kondisi dan situasi bisnis saat ini. Hal ini didukung oleh pernyataan seorang
informan berikut.
“…Persaingan bisnis pasti ada, tapi ya tetap harus bersih. YDBA jugasering mempertemukan UKM binaannya dalam beberapa acara. Daripertemuan itu kita juga saling bertukar informasi antar UKMbinaan…”(Bapak Hry, General Manager PT. XYZ).
81
7.2.3 Kegiatan Pemberdayaan Lanjutan Bagi Masyarakat Sekitar
YDBA mengkhususkan kegiatannya pada pembinaan UMKM, baik
UMKM yang terkait dengan bisnis Astra ataupun tidak. Manfaat pembinaan dalam
kegiatan pemberdayaan lanjutan bagi masyarakat sekitar khususnya PT. XYZ
tidak terlalu terlihat. Hal ini disebabkan usaha yang dilakukan oleh PT. XYZ
mengharuskan adanya keterampilan khusus karena PT. XYZ merupakan produsen
dies dan komponen kendaraan bermotor lainnya.
Bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. XYZ bagi
masyarakat sekitar adalah dengan merekrut masyarakat sekitar untuk bekerja di
PT. XYZ. Namun, jumlahnya masih sedikit karena masyarakat tersebut seringkali
tidak memenuhi standar karyawan. Biasanya, PT. XYZ juga berkoordinasi dengan
Kepala Desa setempat. Hal ini didukung oleh pernyataan seorang informan
berikut.
“…Dari keseluruhan karyawan, cuma tiga puluh persen dari masyarakataja yang bisa jadi karyawan di sini. Kan kita juga punya standar calonkaryawan yang memang harus dipenuhi…”(Bapak Spy, pesertaPelatihan Teknologi Press Dies II).
Sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat sekitar, PT. XYZ
memberikan bantuan dana kepada masyarakat sekitar untuk membangun jalan
serta masjid. Kegaitan tersebut dilakukan setiap tahun sebagai tindak lanjut dari
proposal yang masuk ke PT. XYZ
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Penerapan CSR oleh PT. Astra Internasional Tbk. dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Kegiatan CSR yang langsung dilakukan oleh PT.
Astra Internasional Tbk. antara lain Program Sunter Nusa Dua dan bantuan bagi
korban bencana alam. Kegiatan CSR yang tidak langsung dilakukan antara lain
dilakukan melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). YDBA merupakan
sebuah yayasan yang didirikan PT. Astra Internasional Tbk. untuk melakukan
pembinaan kepada sejumlah UMKM yang ada di Indonesia.
Program pembinaan UMKM yang dilakukan YDBA telah berbasis
pemberdayaan masyarakat. Secara keseluruhan, jika diidentifikasi dengan
menggunakan delapan instrumen pemberdayaan Verhagen, masing-masing
instrumen menunjukkan bahwa program pembinaan UMKM yang dilakukan
memiliki tingkat pemberdayaan yang tinggi. Kekurangannya adalah pada
pengembangan gerakan dan perluasan proses. Pada proses ini peran UMKM juga
diperlukan. Namun, PT. XYZ yang merupakan salah satu UMKM binaan kurang
dapat menerapkan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk
lanjutan program pembinaan. Hal ini disebabkan ketidaksesuaian jenis usaha yang
dijalankan oleh PT. XYZ, yaitu membuat metal part kendaraan bermotor dengan
masyarakat sekitar. Jenis usaha ini memerlukan sumberdaya dan keterampilan
khusus yang tidak dimiliki oleh masyarakat.
Manfaat program pembinaan UMKM yang dilakukan YDBA pada PT.
XYZ meliputi peningkatan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Telah terjadi
proses penyebaran pengetahuan dan keterampilan dari karyawan yang mengikuti
pelatihan kepada karyawan lain yang tidak mengikuti pelatihan sehingga program
pembiaan bermanfaat juga bagi karyawan yang tidak mengikuti pelatihan.
Manfaat lain dari program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA
pada PT. XYZ adalah 1) karyawan PT. XYZ mengetahui standar mutu yang
83
diharapkan oleh konsumen, 2) PT. XYZ mempunyai kesempatan memperluas
pasar dengan mengikuti beberapa pameran atas ajakan YDBA baik yang berskala
nasional maupun internasional, 3) PT. XYZ dapat meningkatkan omset penjualan
dan mengembangkan usaha.
8.2 Saran
Program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA sudah terarah
dan terorganisir, namun YDBA masih perlu memperbaiki dan meningkatkan
kinerja program terutama dengan menambah jumlah Lembaga Pengembangan
Bisnis (LPB) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada di daerah. Hal ini
disebabkan masih banyak UMKM yang berada di daerah yang mengalami
permasalahan baik dalam pelaksanaan usaha maupun pendanaan dan memerlukan
kegiatan pembinaan.
Bila mengacu pada hasil analisis terhadap pemberdayaan masyarakat,
YDBA diharapkan dapat melakukan perbaikan pada beberapa hal. Misalnya, pada
identifikasi calon mitra UMKM. Kriteria dari calon UMKM sebaiknya ditetapkan
bersama dan didiskusikan dengan UMKM calon binaan. Selanjutnya, YDBA juga
perlu melakukan pendampingan secara intensif kepada UMKM binaannya dalam
pelaksanaan usaha secara keseluruhan, salah satunya adalah dengan melakukan
pendampingan dalam kegiatan administrasi atau pembukuan. YDBA juga perlu
melakukan diskusi-diskusi yang rutin dilaksanakan baik untuk membahas
permasalahan yang ada dalam kegitan usaha, memberikan masukan pemecahan
masalah, maupun hanya sekedar membicarakan kemajuan usaha dan bertukar
informasi. Selain itu, YDBA perlu memotivasi seluruh UMKM binaannya untuk
turut serta dalam usaha pemberdayaan masyarakat sekitar.
Pada aspek pelaksanaan pelatihan, YDBA diharapkan dapat meningkatkan
kuota peserta pelatihan. Peningkatan jumlah tersebut diharapkan akan menambah
pula jumlah anggota UMKM yang mendapatkan tambahan pengetahuan dan
keterampilan yang nantinya akan berguna bagi pengembangan usahanya
84
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex MediaKomputindo.
As’ari, Avira Amelia. 2009. Evaluasi Program Gerakan Sanitasi Total Sa-Sukabumi (Gesit Sabumi) Dusun Ciseke, Kecamatan Cidahu, KabupatenSukabumi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI). 2001. PolaPembinaan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi Dalam RangkaOtonomiDaerah.http://www.apkasi.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid=109 diakses tanggal 28 Desember 2009 pukul 13.15
Budimanta, Arif et al. 2008. Corporate Sosial Responsibility Alternatif BagiPembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD.
Fauziah, Nur Rahmah. 2007. Evaluasi Program Pendampingan Kelompok TaniOleh LSM Pada Usaha Tani Sayuran Organik. Skripsi. Institut PertanianBogor.
Hardinsyah. 2008.Pandangan Tentang Tanggung jawab Sosial Dan LingkunganDalam Pasal 74 Undang Undang Perseroan Terbatas 2007.http://hardinsyah.com/?p=15 diakses tanggal 27 Oktober 2009 pukul 10.15
Iqbal, Norpriandi M. dan Oop Sopyan. 2009. ”Corporate Social Responsibility”.http://operedzone.wordpress.com/2009/01/21/corporate-social-cesponsibility-csr/ diakses tanggal 9 November 2009 pukul 16.45
Musa, Safuri. 2005. Evalusi Program Pembelajaran dan PemberdayaanMasyarakat. Bandung: Y-Pin Indonesia.
Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (CommunityDevelopment). Bogor: Bagian Sosiologi pedesaan dan PengembanganMasyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatInstitut Pertanian Bogor
Pangkaurian, Nurina. 2008. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT JamsostekPersero (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Oleh PTJamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah). Skripsi. Institut PertanianBogor.
Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soedjono. 2004. Ekonomi SkalaKecil/Menengah Dan Koperasi:Jakarta
Saidi, Zaim et al. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaa: Profil dan PolaDistibusinya di Indonesia Survei 226 Perusahaan di 10 Kota. Jakarta:Piramedia.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:Refika Aditama.
85
Sukada, Sonny et.al. 2007. CSR for Better Life Indonesian Content, MembumikanBisnis Berkelanjutan: Memahami Konsep dan Praktik Tanggung JawabSosial Perusahaan. Jakarta: Indonesian Business Link.
Sulisto, Suryo B. 2005. “Peran UKM Sangat Besar dalam SelamatkanPerekonomian Bangsa”. http://www.kapanlagi.com/h/0000061409.htmldiakses tanggal 9 November 2009 pukul 17.05
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate SocialResponsibility). Gresik: Fascho Publishing.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Data Karakteristik Responden
Nores Nama Jenis_kelamin Umur(tahun)
Tingkat_pendidikan Lama bekerja(tahun)
Keikutsertaan_Pelatihan
1 Smrsh Perempuan 23 SMK 2.8 ya2 Ydr Laki-Laki 20 D3 0.4 ya3 Ekp Laki-Laki 25 SMK 6 ya4 Nwn Laki-Laki 31 SMA 4 ya5 Srn Laki-Laki 37 SMA 10 ya6 Spy Laki-Laki 29 SMK 4.5 ya7 Cyd Laki-Laki 24 SMK 5 ya8 Msl Laki-Laki 38 SMP 8 ya9 Ads Laki-Laki 29 STM 4 ya
10 Armn Laki-Laki 35 D3 9 ya11 Rndi Perempuan 21 SMA 2 Tidak12 Ysn Perempuan 32 SMEA 6 Tidak13 Adks Laki-Laki 23 SMA 2 Tidak14 Abdr Laki-Laki 27 SMK 2 Tidak15 Arfh Laki-Laki 29 STM 3.3 Tidak16 Nfrn Laki-Laki 23 SMK 3.6 Tidak17 Iskd Laki-Laki 30 D3 5 Tidak18 Amrh Laki-Laki 29 SMA 6.3 Tidak19 Jnm Laki-Laki 34 SMA 9 Tidak20 Why Laki-Laki 28 D3 3.8 Tidak21 Jka Laki-Laki 23 SMK 3.5 Tidak22 Hri Laki-Laki 23 SMK 2.5 Tidak23 Sdry Laki-Laki 20 SMK 1 Tidak24 Hdr Laki-Laki 27 SMK 5.5 Tidak25 Mrts Laki-Laki 30 SMP 2.4 Tidak26 Jnla Laki-Laki 23 SD 4.6 Tidak27 Nrhy Perempuan 28 SMP 10 Tidak28 Ynt Perempuan 22 SMA 2.7 Tidak29 Trm Laki-Laki 24 SMA 5 Tidak30 Ahms Laki-Laki 34 STM 8 Tidak
88
Lampiran 2. Kriteria Aspek Pemberdayaan
No AspekPemberdayaan
Kriteria yang Diamati Skor
1 Identifikasi kelompoksasaran
Tidak ada kriteria bagi calon UMKM binaan Skor: 0Kriteria calon mitra UMKM ditetapkan oleh YDBA. Skor: 20Kriteria calon mitra UMKM ditetapkan oleh YDBAdan UMKM dengan melakukan diskusi sebelumnya
Skor: 30
Keikutsertaan UMKM sebagai binaan sepenuhnyaatas ajakan YDBA
Skor: 10
Keikutsertaan UMKM sebagai binaan sepenuhnyamerupakan saran dari Grup Astra
Skor: 20
Keikutsertaan UMKM sebagai binaan merupakanusaha dari UMKM yang bersangkutan, walaupunmasih terdapat campur tangan beberapa pihakcontohnya rekomendasi dari Grup Astra pada UMKMcalon binaan.
Skor: 25
Keikutsertaan UMKM sebagai binaan sepenuhnyamerupakan usaha dari UMKM yang bersangkutan
Skor: 30
Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihanditentukan oleh YDBA
Skor: 20
Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihanditentukan oleh UMKM yang bersangkutan.
Skor: 40
2 Penelitian danperencanaan usahasecara partisipatoris
Identifikasi masalah dilakukan oleh YDBA Skor: 10Identifikasi masalah dilakukan oleh UMKM Skor: 15Identifikasi masalah UMKM dilakukan oleh UMKMdengan adanya masukan dari YDBA.
Skor: 20
Identifikasi masalah UMKM dilakukan oleh UMKMdengan didampingi YDBA.
Skor: 25
Penetapan masalah dilakukan oleh YDBA Skor: 10Penetapan masalah dilakukan oleh UMKM tanpa adapendampingan
Skor: 15
Penetapan masalah UMKM ditentukan bersamadengan YDBA pada awal keanggotaan. YDBA lebihdominan.
Skor: 20
Penetapan masalah UMKM ditentukan bersama olehUMKM yang bersangkutan dan YDBA pada awalkeanggotaan
Skor: 25
Tidak ada diskusi terhadap permasalahan UMKM Skor: 10Diskusi mengenai permasalahan dilakukan olehUMKM dan YDBA, namun sebelumnya UMKM telahmelakukan identifikasi masalah. Diskusi bersifatumum dan dilakukan pada awal keanggotaan.
Skor: 20
89
Diskusi mengenai permasalahan dilakukan olehUMKM dan YDBA secara mendetail dan dapatdilakukan selama kegiatan tersebut diperlukan
Skor: 25
Alternatif pemecahan masalah dilakukan sepenuhnyaoleh YDBA
Skor: 0
Alternatif pemecahan masalah dilakukan sepenuhnyaoleh UMKM tanpa adanya pendampingan
Skor: 15
Alternatif pemecahan masalah dilakukan oleh UMKMdan YDBA, tetapi YDBA lebih dominan
Skor: 20
Alternatif pemecahan masalah dilakukan bersama-sama antara UMKM dan YDBA.
Skor: 25
3 Pendidikan danpelatihan timbal balik
Materi dan jenis pelatihan ditentukan oleh YDBA,UMKM tidak boleh meminta pelatihan
Skor: 0
Materi Pelatihan disediakan oleh YDBA dan UMKMdapat merekomendasikan jenis pelatihan tertentunamun pada tahap pelaksanannya terdapat kuotapeserta yang ditetapkan YDBA.
Skor: 20
Materi Pelatihan disediakan oleh YDBA dan UMKMdapat merekomendasikan jenis pelatihan tertentusesuai dengan kebutuhannya.
Skor: 25
Tidak ada proses tanya jawab selama pelatihan Skor: 0Adanya proses tanya jawab selama pelatihan Skor: 50Tidak ada transfer pengetahuan dan keterampilan saatpelatihan
Skor: 0
Ada transfer pengetahuan dan keterampilan namunhanya dari pelatih kepada peserta
Skor: 10
Adanya transfer pengetahuan dan keterampilan selamapelatihan, walaupun porsinya tidak seimbang antarapeserta dengan pelatih.
Skor: 20
Adanya kegiatan transfer pengetahuan danketerampilan yang diusahakan seimbang selamapelatihan antara pelatih dengan peserta pelatihan
Skor: 25
4 Mobilisasi danpemberiansumberdaya secaraseimbang
Penilaian UMKM dilakukan sepenuhnya oleh YDBA Skor: 0
Penilaian UMKM dilakukan sepenuhnya oleh UMKMtanpa adanya pendampingan dari YDBA
Skor: 15
Penilaian potensi UMKM dilakukan oleh UMKM danYDBA, YDBA dominan. Penilaian potensi inidilakukan pada saat YDBA melaksanakan kunjunganpada UMKM yang mengajukan surat atau proposalpembinaan.
Skor: 20
Penilaian potensi UMKM dilakukan bersama-samaoleh UMKM dan YDBA.
Skor: 25
90
YDBA tidak memberikan kemudahan sama sekalibagi UMKM untuk mendapatkan sumberdaya
Skor: 10
YDBA memberikan kemudahan bagi UMKM untukmendapatkan sumberdaya
Skor: 30
UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanyanamun masih sepenuhnya bergantung dengan YDBA
Skor: 0
UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanyasendiri walaupun kadang-kadang masih bergantungpada YDBA.
Skor: 35
UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanyasendiri
Skor: 40
5 Konsultasimanajemen danadministrasi ataupembukuan
YDBA dan UMKM tidak pernah melakukan diskusitentang manajemen dan pembukuan
Skor: 10
YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentangmanajemen dan pembukuan secara menyeluruh dandilakukan pada awal kegiatan pembinaan.
Skor: 30
YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentangmanajemen dan pembukuan tetapi waktunya tidaktentu
Skor: 40
YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentangmanajemen dan pembukuan secara detail dan kontinu.
Skor: 50
YDBA tidak memberikan pelatihan dan keterampilanpembukuan
Skor: 10
YDBA memberikan pelatihan dan keterampilanpembukuan pada awal kegiatan pembinaan tanpamelakukan pendampingan dan pengawasan.
Skor: 30
YDBA memberikan pelatihan dan keterampilanpembukuan di awal, namun kadang-kadangmelakukan pendampingan dan pengawasan.
Skor: 40
YDBA memberikan pelatihan dan keterampilanpembukuan serta mengadakan pendampingan sertapengawasan.
Skor: 50
6 Pengembangangerakan dan perluasanproses
YDBA tidak memberikan informasi programpembinaan sama sekali
Skor: 0
Informasi program pembinaan UMKM hanya ada diberikan kepada Grup Astra
Skor: 10
Informasi program pembinaan UMKM masih terbatashanya pada website dan melalui rekomendasi GrupAstra
Skor: 35
YDBA memberikan informasi program pembinaankepada UMKM melalui berbagai pihak tanpamemerlemah keswadayaan UMKM.
Skor: 50
91
UMKM tidak melakukan pemberdayaan kepada pihaklain
Skor: 0
YDBA tidak pernah menyarankan UMKM untukmelakukan pemberdayaan lanjutan kepada pihak lain
Skor: 10
Pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dan atauUMKM lainnya tidak bisa selalu dilakukan olehUMKM karena beberapa kendala.
Skor: 25
YDBA melatih dan meningkatkan kesadaran UMKMbinaannya untuk dapat melakukan pemberdayaanterhadap masyarakat sekitar dan atau UMKM lainnya.
Skor: 50
7 Pengembanganjaringan dengan pihakketiga
YDBA tidak bekerjasama dengan pihak ketiga dalampembinaan dan pelatihan
Skor: 0
YDBA hanya bekerjasama dengan Grup Astra dalampembinaan dan pelatihan.
Skor: 20
YDBA bekerjasama dengan pihak ketiga dalampembinaan dan pelatihan.
Skor: 40
YDBA tidak pernah memberikan rekomendasi pihakketiga oleh untuk memperluasan usaha misalnyaadanya fasilitasi peminjaman modal kepada lembaga-lembaga keuangan.
Skor: 10
YDBA memberikan rekomendasi pihak ketiga olehuntuk memperluasan usaha misalnya adanya fasilitasipeminjaman modal kepada lembaga-lembagakeuangan.
Skor: 30
UMKM tidak dapat memperluas usaha dengan pihakketiga
Skor: 10
UMKM dapat memperluas usaha melalui kerjasamadengan pihak ketiga terutama yang direkomendasikanYDBA.
Skor: 20
UMKM dapat memperluas usaha melalui kerjasamadengan pihak ketiga walaupun bukan atasdirekomendasikan YDBA
Skor: 25
UMKM dapat merluas usaha melalui kerjasamadengan pihak ketiga baik yang direkomendasikanYDBA maupun hasil usaha UMKM sendiri.
Skor: 30
8 Evaluasi terus-menerus sebagaiupaya menciptakanmekanisme umpanbalik
YDBA tidak pernah melakukan pemantauan danpengawasan terhadap UMKM binaannya
Skor: 10
YDBA melakukan pemantauan dan pengawasanterhadap UMKM binaannya secara menyeluruh.
Skor: 20
YDBA melakukan pemantauan dan pengawasanterhadap UMKM binaannya secara mendetail.
Skor: 30
YDBA tidak pernah melakukan evaluasi terhadapUMKM binaannya
Skor: 10
92
YDBA melakukan evaluasi terhadap UMKMbinaannya secara menyeluruh.
Skor: 20
YDBA melakukan evaluasi terhadap UMKMbinaannya secara mendetail.
Skor: 30
YDBA dan UMKM tidak pernah mendiskusikan hasilpemantauan dan evaluasi
Skor: 10
YDBA dan UMKM mendiskusikan hasil pemantauandan hasil evaluasi, namun belum kontinu dan sifatnyamenyeluruh
Skor: 30
YDBA dan UMKM mendiskusikan hasil pemantauandan hasil evaluasi namun secara kontinu danmendetail
Skor: 40
93
Lampiran 3. Hasil Wawancara
Hari/Tanggal : Kamis, 28 Januari 2010Narasumber : Bapak HryLokasi : PT. XYZWaktu ` : 10.00-12.30
Bapak Hry merupakan General Manager dari PT. XYZ. PT. XYZmerupakan perusahaan yang sangat memperhatikan kualitas dari produk yangmereka hasilkan. Setiap pagi mulai pukul 09.00-10.00 para karyawan melakukanmeeting Asakai yaitu rapat koordinasi antar departemen dengan agenda pelaporanpermasalahan dan target dalam produksi beserta solusinya.
PT. XYZmerupakan salah satu UKM binaan dari YDBA. Menurutketerangan beliau, peran Yayasan Dharma Bhakti astra cukup besar dalampengembangan usaha PT. XYZ. Salah satunya adalah dengan memberikanpelatihan-pelatihan yang ditujukan bagi para karyawan PT. XYZ. KeikutsertaanPT. XYZ dalam pelatihan-pelatihan tersebut nantinya diharapkan akanmeningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang akan memperluas usaha.Selain mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra,PT. XYZ juga mengikuti beberapa pelatihan yang diadakan oleh pihak selain daripihak YDBA. PT. XYZ juga secara mandiri mengadakan pelatihan bagikaryawannya.
Adanya pelatihan-pelatihan tersebut secara langsung dapat meningkatkanpengetahuan dari para karyawan. Adanya pelatihan-pelatihan tersebut jugaberpengaruh pada peningkatan pendapatan walaupun tidak secara langsung.Peningkatan pendapatan dari PT. XYZ diperoleh dari adanya pertambahanpenjualan produk. Sedangkan peningkatan pendapatan dari karyawan memangrutin dan besar persentase kenaikan tersebut juga dipengaruhi oleh hasil kerja darimasing-masing karyawan. Adanya pelatihan mempunyai andil dalam kegiatankerja karyawan yang juga akan berpengaruh pada hasil kerja mereka.
94
Hari/Tanggal : Senin, 1 Februari 2010 dan Kamis, 4 Februari 2010Narasumber : Ibu SmrshLokasi : PT. XYZWaktu : 13.00-15.00
Ibu Arsih merupakan salah satu karyawan Departemen HRD PT. XYZ.Beliau adalah lulusan SMK dan mulai bekerja di PT. XYZsejak April 2007. Tugasbeliau adalah menangani pelatihan-pelatihan yang akan diadakan oleh PT. XYZmaupun yang akan diikuti oleh PT. NKP.
PT. XYZ telah mengikuti beberapa pelatihan yang ditujukan bagikaryawannya baik yang diselenggarakan oleh YDBA maupun pihak lain. PT.XYZ juga pernah mengadakan pelatihan bagi para karyawan dengan narasumberyang berasal dari dalam (dari pihak PT. XYZ sendiri) maupun mengundangnarasumber dari luar.
Sebagai salah satu UKM binaan dari YDBA, PT. XYZ mendapatkankemudahan untuk mendapatkan akses informasi pelatihan yang diadakan olehYDBA. PT. XYZ juga meminta plan training kepada YDBA, namun lebih seringinformasi tentang pelatihan tersebut didapatkan langsung dari YDBA. Pada tahun2009 sendiri, PT. XYZ mengikuti 5 pelatihan yang diadakan oleh YDBA. Setiapjenis pelatihan PT. XYZ mengirimkan 2 orang karyawan yang dipilih oleh atasanmereka masing-masing. Jenis pelatihan yang diikuti tergantung dari kebutuhanPT. XYZ. Namun sejauh ini, PT. XYZ selalu mengikuti kegiatan pelatihan yangdiselenggarakan oleh YDBA. Beberapa pelatihan yang pernah diikuti oleh PT.XYZ adalah pelatihan mengenai HRD, pelatihan penyelesaian hubunganindustrial, dan beberapa pelatihan mengenai produksi lainnya.
Bentuk evaluasi dari pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh YDBAadalah dengan memberikan lembar evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan seputarpelatihan yang diberikan di akhir pelatihan. Hasil dari tes tersebut nantinya akandibagikan kepada para peserta pelatihan beserta sertifikat pelatihan. Sebagaitindak lanjut dari pelatihan, PT. XYZ juga melakukan evaluasi kepada parapeserta pelatihan, yaitu dengan memberikan lembar evaluasi yang diberikan tigabulan setelah pelatihan tersebut berlangsung.
95
Hari/Tanggal : Jumat, 5 Februari 2010Narasumber : Bapak HryLokasi : PT. XYZWaktu : 13.00-16.00
PT. XYZ mulai menjadi salah satu UKM binaan dari Yayasan DharmaBhakti Astra setelah menjadi subkon dari PT. Astra Honda Motor (1995) dimanapada saat itu sedang dilakukan proses lokalisasi part dari Jepang. Tujuan danmotivasi dari PT. XYZ saat bergabung menjadi UKM binaan dari YDBA yaituuntuk lebih menambah wawasan dan perbaikan dalam pengelolaan perusahaansehingga dapat bersaing di dunia usaha.
Selama menjadi binaan YDBA, PT. XYZ mendapatkan pelatihan-pelatihan dari tingkat operator hingga pimpinan perusahaan, dari sisi manajerialhingga pelatihan teknik. Selain itu YDBA memberikan pelatihan manajemen danadministrasi, keuangan bahkan perpajakan. PT. XYZ bahkan mendapatkankesempatan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh YDBA maupun yangdilakukan pihak lain yang bekerjasama dengan YDBA. Di lain kesempatan, PT.XYZ juga pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di luar negeri.
Peran YDBA dalam peningkatan pasar antara lain denganmengikutsertakan UKM binaannya dalam pameran-pameran termasuk pameranyang berskala internasional. PT. XYZ mendapatkan kesempatan untuk mengikutipameran Indonesian Motor Show yang dilaksanakan setiap tahun. Selain itu,pameran-pameran yang pernah diikuti oleh pihak PT. XYZ selama menjadi UKMbinaan YDBA adalah pameran-pameran yang diselenggarakan atas kerja samaYDBA dengan Kementrian Koperasi dan UKM. YDBA juga berperanmerekomendasikan PT. XYZ dan UKM-UKM binaan lainnya kepada caloncostumers selain UKM tersebut juga secara mandiri mencari costumers.
Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh YDBA adalah keikutsertaan YDBAdalam proses evaluasi terhadap perkembangan usaha para UKM binaannya. Auditregular dilakukan oleh pihak Astra Internasional maupun oleh masing-masingUKM yang kemudian dilaporkan kepada YDBA.
Manfaat yang diperoleh dengan menjadi UKM binaan dari YDBA adalahadanya kemajuan dalam beberapa hal, seperti bisa mendapatkan informasiperkembangan duania usaha saat ini sehingga PT. XYZ bisa mengantisipasiterhadap perkembangan dunia usaha saat ini. Keuntungan lainnya adalah adanyaagenda rutin bench marking setiap anggota UKM binaan sehingga diantara UKMbinaan dapat saling berbagi. Keuntungan lainnya adalah dengan adanya pelatihanyang diberikan oleh YDBA, PT. XYZ mengalami peningkatan omset, dimanadalam pelatihan-pelatihan tersebut diberikan bimbingan mengenai pengelolaanusaha, perencanaan produksi, penerapan 5 R, pengelolaan lingkungan kerja (LK3)dan lainnya. Selain itu, walaupun YDBA tidak memberikan bantuan modal,namun YDBA memfasilitasi para UKM binaannya termasuk PT. XYZ untukmendapatkan modal dari pihak perbankan atau pihak ventura lainnya jika UKMtersebut membutuhkan bantuan modal.
Sebagai bentuk penghargaan YDBA kepada UKM binaannya, YDBAkerap kali memberikan penghargaan kepada setiap UKM yang berhasil mengelola
96
lingkungan kerja dengan merekomendasikan ke Kementrian Koperasi dan UKMmaupun kementrian Tenaga Kerja untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan lebihlanjut ataupun pelatihan yang dilakukan di luar negeri. Selain itu, penghargaankepada UKM binaan juga dilakukan oleh PT. Astra Internasional. PT. XYZmendapatkan penghargaan Astra Green Company Award 2008 dari PT. AstraInternasional.
97
Hari/Tanggal : Selasa, 2 Februari 2010Narasumber : Bapak M. KosasihLokasi : Yayasan Dharma Bhakti AstraWaktu : 08.15-10.30
YDBA memandang UKM sebagai sebuah unsur perekonomian nasionalyang cukup kuat karena ditengah goncangan perekonomian uang melandaIndonesia, UMKM masih tetap bertahan sampai saat ini. Lebih lanjut Astra jugamenganggap bahwa tanpa adanya UKM, Astra tidak akan tumbuh dengan baik.
Awalnya, program YDBA adalah bantuan modal kerja, mesin, danperalatan yang dibutuhkan oleh UKM serta pembinaan kepada KUD nelayan,petani, serta Koperasi Industri dan Kerajinan (KOPINKRA) di DKI Jakarta, JawaBarat, Jawa Timur, dan Lampung. Kini, dengan visi YDBA sebagai bagian darivalue chain otomotif, agribisnis dan pertambangan Grup Astra, YDBA berperanaktif meningkatkan perekonomian nasional khususnya dalam penguatan danpembinaan UKM, baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan bisnis GrupAstra. Tujuan dari pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah agar UKM bisamenjadi UKM yang tumbuh berkembang dan menjadi UKM yang mandiri, yaituUKM yang bukan hanya dalam hal pemasaran dan sumberdaya manusianya sajayang baik, namun bisa menangani kegiatan usahanya sendiri.
Pada tahun 2009, lebih dari lima ribu UKM telah menjadi binaan YDBAyang terdiri dari UKM yang terkait dengan bisnis Astra (10 persen) dan UKMyang tidak terkait dengan bisnis Astra (90 persen). Untuk menjadi anggota binaanYDBA, calon-calon UKM mengajukan proposal atau surat permohonan yangditujukan kepada YDBA. UKM tersebut juga harus memenuhi persyaratansebagai UKM potensial yang memiliki produk yang diminati pasar. Persyaratanlainnya adalah pemilik UKM calon binaan mempunyai keinginanmenumbuhkembangkan usahanya serta maju bersama Astra.
Sebagai tindak lanjut dari permohonan calon UKM binaan, pihak YDBAakan melakukan kunjungan atau tinjauan langsung ke UKM tersebut. Kunjungantersebut ditujukan untuk menilai layak atau tidaknya usaha tersebut. Pada saatkunjungan itu berlangsung juga dilakukan diskusi-diskusi tentang permasalahanyang dialami UKM calon binaan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebutberbeda antara satu UKM dengan UKM lainnya, yaitu antara satu minggu sampaisatu bulan. YDBA menargetkan lamanya pembinaan yaitu sekitar tiga tahun.Diharapkan dalam kurun waktu tersebut UKM-UKM yang menjadi binaanmencapai tahap mandiri.
Bentuk pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah memberikanpelatihan teknik, manajemen, fasilitasi pasar/modal, dan informasi pengembanganUKM. Kegiatan pebinaan tersebut dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan padatiga departemen yang ada pada YDBA, yaitu Departemen Otomotif,Perbengkelan, dan Alat Berat; Departemen Agribisnis dan Pertambangan; sertaDepartemen Fasilitas Pembiayaan, LPB, dan Galeri. YDBA tidak memberikandana bantuan modal, tetapi hanya memfasilitasi UKM untuk bertemu denganlembaga-lembaga keuangan yang nantinya akan memberikan bantuan modal.Lembaga-lembaga keuangan tersebut antara lain bank dan PT. Astra MitraVentura. Besarnya pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan UKM. Fasilitasi pasar
98
yang dilakukan salah satunya adalah dengan mengikutsertakan UKM binaan padabeberapa pameran sehingga UKM tersebut mempunyai kesempatan memperluaswilayah pasar produk mereka.
YDBA juga menyediakan Galeri UKM yang berada di kantor YDBA.Galeri tersebut berisi produk-produk yang dihasilkan oleh UKM binaan, baikproduk otomotif maupun produk lainnya. Galeri UKM tersebut dibuat sebagairuang pamer dari produk-produk UKM. Tidak menutup kemungkinan parapengunjung UKM tersebut tertarik dengan produk yang dipamerkan danmembelinya.
Pelatihan bagi UKM binaan juga merupakan bagian dari pembinaan yangdilakukan oleh YDBA. Materi pelatihan yang diberikan YDBA sesuai dengankebutuhan dan YDBA akan memberikan informasi mengenai pelaksanaanpelatihan kepada para UKM binaannya. Pada satu kali pelatihan, YDBAmembatasi anggota UKM atau perwakilan UKM yang akan mengikutinya yaitudua orang untuk masing-masing UKM. Hal ini bertujuan agar pelatihan tersebutdapat diikuti oleh banyak UKM. Dana yang digunakan untuk dalam pelatihansebagian besar berasal dari YDBA dan kontribusi UKM (10-20 persen).Waktuyang dibutuhkan untuk melakukan satu kali pelatihan juga berbeda-beda, antaradua hari sampai dua minggu. Jenis, bentuk, serta materi pelatihan yang diterimaoleh UKM-UKM binaan tersebut berbeda antara satu UKM dengan UKM lainnya.Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis usaha dan kebutuhan UKM. Fasilitasyang diberikan dalam pelatihan tersebut antara lain handout, wearpack(tergantung jenis pelatihan), instruktur, akomodasi, dan sertifikat. Instruktur atautrainer dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA berasal dariGrup Astra dan luar Grup Astra, sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
YDBA selalu melakukan monitoring dan evaluasi kepada UKMbinaaannya. Monitoring dilakukan setiap enam bulan sekali. Kegiatan monitoringtersebut menyeluruh meliputi kinerja, sumberdaya manusia, produk, dankeuangan. Hasil monitoring tersebut dipertanggungjawabkan pada manajemenAstra dan didiskusikan pula dengan UKM binaan yang bersangkutan. YDBAmendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) dan Lembaga KeuanganMikro (LKM) untuk membantu pengembangan UKM yang berada di daerah.
Untuk mengembangkan program pembinaan, pihak YDBA jugamelakukan kunjungan ke beberapa negara seperti Korea Selatan, Vietnam,Thailand, dan Jepang. Kunjungan tersebut juga dimaksudkan untuk bertukarpengalaman dengan lembaga terkait yang diharapkan dapat menciptakan alternatifpembinaan bagi UKM.
Selama menjalankan program pembinaan, YDBA mendapatkan banyakmanfaat, walaupun bukan dalam bentuk materi. Para pengurus dan karyawanYDBA mendapatkan kepuasan karena mampu melaksanakan Catur Dharma Astrasebagai wujud kepedulian sosial perusahaan (Grup Astra). Kepuasan batin jugadirasakan saat UKM-UKM binaan mereka berhasil maju. Keuntungan lainnyayang didapat selama melakukan pembinaan adalah pencitraan positif darimasyarakat terhadap YDBA dan PT. Astra Internasional pada umumnya.Kerugian materi tidak pernah dialami oleh YDBA tetapi hanya rasa ketidakpuasanapabila ada UKM yang menjadi binaan tidak dapat tumbuh dan berkembang lebihbaik lagi.
99
Hari/Tanggal : Jumat, 12 Februari 2010Narasumber : Bapak M. IqbalLokasi : Yayasan Dharma Bhakti AstraWaktu : 08.30-10.00
Konsep pengembangan masyarakat menurut Astra mengacu pada falsafah“Berikan kail bukan ikan”. Dengan falsafah ini diharapkan masyarakat yangdibina oleh YDBA tidak terus menggantungkan diri pada bantuan/hibah dariperusahaan. Sepaham dengan falsafah tersebut, konsep pengembangan masyarakatmenurut YDBA adalah menciptakan masyarakat yang bebas dari budayameminta-minta karena “tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah”.Persyaratan untuk menjadi UKM binaan YDBA antara lain 1) sudah berbadanhukum, misalnya CV atau PT, 2) masuk kriteria UMKM menurut KementerianKoperasi dan UKM, 3) merupakan jenis usaha yang potensial untukdikembangkan baik yang terkait bisnis maupun tidak bisnis Astra, dan 4) bersediauntuk dibina oleh YDBA.
Untuk menjadi anggota binaan YDBA, calon UMKM binaan bisamengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada YDBA. Sebagai tindaklanjut dari permohonan itu, YDBA akan melakukan kunjungan atau tinjauanlangsung ke UMKM tersebut. YDBA akan menilai UMKM dari segi legalitas,kepemilikan atau pendiri, jumlah dan kualifikasi karyawan, peralatan danperlengkapan, serta omset perusahaan. Setelah dinilai memenuhi persyaratanYDBA akan mengundang UMKM di atas untuk mengikuti pelatihan BasicMentality (Mentalitas Dasar) untuk menanamkan budaya kerja Astra kepadaUMKM binaan. UKM tersebut juga didata dan dimasukkan ke dalam databaseYDBA.
YDBA selalu memonitor perkembangan bisnis UMKM binaannya.Monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari UMKM.Melalui langkah ini YDBA bisa segera mengetahui dan mengatasi permasalahanUMKM sesegera mungkin.
Untuk membantu mempromosikan produk-produk UMKM serta sebagaimedia edukasi bagi masyarakat luas, YDBA mendirikan Galeri UMKM-YDBA.Galeri ini berada di kantor YDBA, Sunter, Jakarta Utara, berisi produk-produkUKM binaan terkait bisnis Astra seperti komponen otomotif roda-2 dan roda-4,komponen alat berat, produk olahan kelapa sawit, dan prototipe bengkel sepedamotor, serta tidak terkait seperti kerajinan, batik dan furnitur. Galeri UMKM inididirikan juga sebagai ruang pamer.
Pengunjung yang tertarik dengan produk yang dipamerkan di GaleriUMKM-YDBA bisa membeli langsung produk tersebut. Produk-produk yangdipamerkan merupakan produk yang telah memenuhi standar Quality, Cost danDelivery (QCD), artinya mempunyai kualitas yang baik (Q), memiliki harga yangbersaing (C), serta pengirimannya tepat waktu termasuk jangka waktu kerja yangsesuai dengan ketentuan (D).
Untuk memperluas jaringan pembinaan UMKM di daerah, YDBAmendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB). Lembaga ini juga bisadikatakan perpanjangan tangan YDBA di daerah. Sebagai tenaga pelaksana
100
(fasilitator) LPB, YDBA merekrut para pemuda putera-puteri daerah setempat,misalnya para pemuda/pemudi Dayak untuk LPB di Kutai Barat, KalimantanTimur, begitu juga untuk daerah lainnya. Personil LPB tersebut sebelumnya diberipelatihan (TOT) oleh YDBA mengenai pembinaan UMKM. Sampai akhir tahun2009 sudah didirikan 8 LPB yang tersebar di Aceh Utara, Jakarta, Sidoarjo, Tegal,Gianyar, Mataram, Balangan dan Kutai Barat.
Setiap tahun YDBA melakukan Raker LPB sekaligus mengevaluasikegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun, rancangan kegiatan di tahunmendatang, serta perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam prosespengembangan. Selain LPB, YDBA juga memiliki Lembaga Keuangan Mikro(LKM). LKM ini dibentuk untuk membantu mengatasi masalah pembiayaan/modal yang seringkali dialami oleh UMKM. Sistem pinjaman tersebut dibagimenjadi dua jenis, yaitu konvensional (sistem bunga) dan syariah (bagi hasil).Sampai dengan 2009 sudah 7 LKM yang didirikan YDBA yaitu di Tabalong,Balangan dan Tapin (Kalsel), Barito Timur dan Barito Selatan (Kalteng), MamujuUtara dan Mamuju (Sulbar).
101
Hari/Tanggal : Jumat, 12 Februari 2010Narasumber : Bapak A. Karim SuwandonoLokasi : PT. Astra Internasional Tbk.Waktu : 14.30-17.15
Asal mula program CSR PT. Astra Internasional Tbk. adalah bagaimanaAstra dapat memberikan manfaat dan melakukan yang terbaik bagi masyarakat.Hal ini juga sesuai dengan Catur Dharma Astra dan visi Astra yaitu menjadiperusahaan yang memberikan manfaat pada masyarakat.
Salah satu fokus CSR Astra adalah komitmen untuk mengembangkanmasyarakat. Partisipasi Astra dalam berbagai proses kegiatan pengembanganmasyarakat bermula dari kesadaran para pendiri beserta manajemen dan staffbahwa membantu dan mendukung pengembangan masayarakat merupakan salahsatu tanggung jawab yang harus dijalankan. Program tanggung jawab sosial Astraawalnya dimulai dari prinsip berbuat baik yang selalu ditekankan oleh parapendiri Astra. Selanjutnya berkembang menjadi program pengembanganmasyarakat, dan sampai saat ini dikenal dengan program CSR.
Untuk melakukan program CSR, Astra khususnya Divisi ESR tidakmempunyai budget khusus. Besarnya anggaran dana tergantung dari kegiatanyang akan dilaksanakan. Secara umum, kegiatan CSR yang dilakukan oleh Astradibagi menjadi dua, yaitu kegiatan rutin serta kegiatan yang sifatnya insidental.Kegiatan rutin sudah memiliki alokasi dana tersendiri, sedangkan alokasi danauntuk kegiatan yang sifatnya insidental tidak memiliki patokan tertentu,disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan serta kondisi dan situasiyang terjadi. Sebelum memberikan bantuan, Astra terlebih dahulu melakukansurvei untuk melihat kondisi dan memperkirakan bentuk bantuan yang akandiberikan Astra.
Program CSR yang dilakukan oleh Astra tidak bertujuan untukmembentuk citra positif, namun citra positif tersebut akan terbentuk dengansendirinya. Sama halnya dengan pembentukan citra, pihak Astra tidak pernahbertujuan untuk mencari keuntungan dari program CSR yang dilakukan karenapihak direksi telah menanamkan prinsip-prinsip bahwa program ini ditujukansebagai salah satu cara bagi Astra untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Untuk memberikan arahan pada seluruh Grup Astra dalam penerapankebijakan di bidang LK3 dan Social Responsibility, Astra telah mengembangkandua kerangka kerja yang sistematis, yaitu Astra Friendly Company (AFC) danAstra Green Company (AGC). Astra juga memberikan panduan penerapan sistemmanajemen dan implementasi program dengan metode pengukurannya. Tujuanakhir yang ingin dicapai adalah mewujudkan pertumbuhan bisnis yangberkesinambungan untuk mencapai keberhasilan di bidang ekonomi, lingkungan,dan sosial.
Konsep CSR yang dilakukan Astra bukan sekedar pengembanganmasyarakat saja, namun juga memperhatikan enam stakeholders yang terkaitdengan Astra. Keenam stakeholders tersebut adalah shareholder, kepedulianterhadap kesejahteraan karyawan, customers, supplier, lingkungan, sertamasyarakat. Contoh program pengembangan masyarakat yang dilakukan Astra
102
adalah pengembangan masyarakat di bidang pendidikan dan peningkatanpendapatan masyarakat. Pengembangan masyarakat pada bidang pendidikan yangtelah dilakukan salah satunya adalah membangun sekolah di Aceh tahun 2004.Sekolah tersebut dibangun bagi masyarakat di sekitar lokasi yang terkena bencanaTsunami. Pembangunan infrastruktur sekolah tersebut dilakukan oleh masyarakatsekitar. Astra tidak hanya membangun sekolah saja namun masih terus memantauperkembangan pendidikan siswa-siswanya sampai tahun 2011 nanti. Astra jugamemperhatikan kualitas dan kompetensi para pengajar di sekolah tersebut.
Pada saat ini, Astra sedang membuat sekolah hijau di lingkungan sekitar.Sekolah hijau merupakan sekolah yang memenuhi kriteria Adiwiyata dari MenteriLingkungan Hidup. Sekolah tersebut antara lain harus mempunyai kebijakan,kurikulum yang mengarah pada lingkungan, mempunyai kegiatan ekstrakulikuleryang berhubungan dengan lingkungan (misalnya berkebun, membuat kompos,daur ulang dan lain-lain), infrastruktur yang dimiliki harus ramah lingkungan danlain-lain. Untuk melaksanakan program ini, Astra juga bekerja sama denganUniversitas Negeri Jakarta dalam membuat kurikulum sekolah hijau tersebut.
Program peningkatan pendapatan atau Income Generating Activities (IGA)merupakan salah satu cara Astra untuk berupaya menumbuhkan semangatkewirausahaan, memberikan pelatihan, dan pendidikan yang dibutuhkan, sertamembnagun jaringan yang dapat mendukung pertumbuhan usaha kecil. Prinsiputamanya adalah bagaimana membuat kegiatan yang dapat mendatangkanpendapatan bagi masyarakat. IGA merupakan bentuk pengembangan masyarakatdengan maksud membangun kemandirian masyarakat melalui kegiatanpemberdayaan masyarakat dan kemitraan. Contoh kegiatan IGA yang dilakukanAstra adalah pembuatan kompos dan kain majun yang dilakukan oleh masyarakatsekitar. Pupuk kompos dan kain majun yang dihasilkan juga dibeli oleh Astra.