9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Sayuran Organik
Sayuran sebagai salah satu produk hortikultura dapat digolongkan menjadi
jenis sayuran komersial dan non komersial. Dalam hal ini komersial berarti
diminati oleh masyarakat meskipun harganya rendah atau karena harganya tinggi
atau berpeluang untuk dijadikan produk ekspor (Rahardi, Rony, dan Asiani,
1993). Sayur-sayuran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain sayuran
daun (kangkung, sawi, bayam), sayuran bunga (brokoli, kembang kol), sayuran
buah (terong, cabe, paprika, labu, mentimun, tomat), sayuran biji muda (kapri
muda, jagung muda, kacang panjang, buncis), sayuran batang muda (asparagus,
rebung, jamur), dan sayuran umbi (kentang, bawang bombay, bawang merah).
Sayuran organik adalah berbagai macam sayuran yang dihasilkan dari
teknik pertanian organik. Konsep penting dari sayuran organik adalah teknik
pengolahan dan pembudidayaannya tanpa menggunakan bahan-bahan kimia.
Sayuran organik dibudidayakan secara alami, maka sayuran tersebut mengandung
berbagai keunggulan dibandingkan dengan sayuran non organik.
Salah satu keunggulannya adalah aman dari residu bahan kimia, sehingga
sangat menunjang kesehatan dan lebih kaya nutrisi. Hal ini membuat konsumen
beralih untuk mengkonsumsi sayuran organik dari sayuran konvensional. Untuk
melihat perbandingan tingkat kandungan nutrisi beberapa sayuran organik dengan
sayuran konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.1
10
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Konvensional (Setiap 100 gram, berat kering)
Jenis Kalsium Magnesium Potassium Sodium Thiamin Zat besi Tembaga
Buncis
Organik 40.5 60 99.7 8.6 60 227 69
Buncis 15.5 14.8 29.1 <1 2 10 3
Kol
Organik 60 43.6 148.3 20.4 13 94 48
Kol 17.5 15.6 53.7 <1 2 20 <1
Tomat
Organik 23 59.2 148 6.5 68 1938 53
Tomat 4.5 4.5 28.6 <1 1 1 <1
Bayam
Organik 96 203.9 257 69.5 117 1584 32
Bayam 47.5 46.9 84 <1 1 19 <1
(Sumber: Siahaan, 2005)
Keunggulan lain sayuran organik menurut Samsudin dan Satrio (2004) adalah:
1. Produk sayuran organik sehat untuk dikonsumsi karena tidak mengandung
residu pestisida dan zat-zat kimia beracun yang berbahaya bagi kesehatan.
2. Produk sayuran organik memiliki rasa yang lebih renyah, lebih manis, dan
tidak cepat busuk.
3. Produk sarana pertanian organik (pupuk kandang, bio-pestisida) tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan, aman bagi kesehatan pengguna
serta mudah terurai di alam (biodegradable).
4. Meningkatkan dan melestarikan kesuburan tanah serta keanekaragaman
hayati.
11
5. Menekan biaya produksi yang menguntungkan secara ekonomi dalam
jangka panjang.
Selain keunggulan yang ditawarkan, sayuran organik pun memiliki
kelemahan seperti:
1. Produk sayuran organik memiliki penampilan fisik yang kurang prima
atau kurang bagus dibandingkan dengan tanaman yang dibudidayakan
secara konvensional.
2. Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan konvensional,
khususnya untuk kegiatan pemupukan dan pengendalian hama.
3. Proses penyerapan unsur hara dari pupuk organik dan efektivitas
pestisida botani tanaman, efeknya lebih lambat dibandingkan saprotan
kimia sintetis.
4. Kegiatan pemeliharaan tanaman lebih intensif dibandingkan secara
konvensional.
Menurut Pracaya (2007), segala jenis sayuran dapat dikembangkan dengan
teknik pertanian organik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah beberapa jenis
tanaman sangat peka terhadap hama dan gangguan penyakit, oleh karena itu
diperlukan teknik-teknik khusus dalam pembudidayaannya. Selain itu, perlu
diperhatikan pula kepentingan bisnis dari teknik pertanian organik ini. Umumnya
teknik pertanian organik diarahkan untuk komoditas pertanian bernilai ekonomis.
Pengembangan sayuran organik di Indonesia mempunyai prospek
pengembangan yang cukup baik. Tingkat kesadaran masyarakat yang semakin
12
tinggi terhadap produk sehat seiring dengan pertambahan penduduk menyebabkan
potensi pasar sayuran organik terbuka luas.
2.1.2 Pengadaan
2.1.2.1 Manajemen Pengadaan
Manajemen pengadaan (I Nyoman Pujawan, 2005) adalah salah satu
komponen utama supply chain management. Pengadaan merupakan fungsi
penting dalam setiap perusahaan. Setiap perusahaan memerlukan sebuah pasokan
barang, dan pengadaan bertanggung jawab untuk mengaturnya. Pengadaan barang
meliputi tipe-tipe perolehan yang berbeda (pembelian, rental, kontrak, dan
sebagainya) termasuk juga pekerjaan yang terkait, seperti memilih pemasok,
bernegoisasi, menyetujui syarat-syarat, memperlancar, mengawasi kinerja
pemasok, penanganan barang, transportasi, penyimpanan barang, dan penerimaan
barang dari pemasok. Pengadaan membentuk hubungan yang penting antar
perusahaan dalam rantai pasokan, dan memberikan sebuah mekanisme untuk
mengkoordinasikan aliran barang antar konsumen dan pemasok.
Tujuan bagian pengadaan adalah menyediakan barang maupun jasa
dengan harga yang tepat, berkualitas, dan terkirim tepat waktu. Menurut Pujawan
(2005), Secara umum tugas-tugas yang harus dilakukan bagian pengadaan yaitu:
1. Merancang hubungan yang tepat dengan pemasok.
Hubungan dengan pemasok dapat bersifat kemitraan jangka panjang
maupun hubungan transaksional jangka pendek. Model mana yang
tepat tentunya tergantung pada banyak hal, termasuk diantaranya kritis
13
tidaknya barang yang dibeli dari pemasok yang bersangkutan dan besar
tidaknya nilai pembelian. Bagian pengadaan yang bertugas untuk
merancang relationship portfolio untuk semua pemasok.
2. Memilih pemasok.
Kegiatan memilih pemasok bisa memakan waktu dan sumberdaya
yang tidak sedikit apabila pemasok yang dimaksud adalah pemasok
kunci. Pemasok kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan
jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal,
mengundang mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan, dan
sebagainya. Pemilihan pemasok kunci harus sejalan dengan strategi
supply chain.
3. Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok.
Kegiatan pengadaan membutuhkan bantuan teknologi. Saat ini banyak
perusahaan yang menggunakan electronic procurement (e-
procurement) yakni aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan.
4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data pemasok.
Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang
dibutuhkan maupun data tentang pemasok mereka. Beberapa data
pemasok yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing-
masing pemasok, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead
time pengiriman, kinerja masa lalu, serta kualifikasi pemasok.
14
5. Melakukan proses pembelian.
Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya
pembelian rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang.
Pembelian rutin dan pembelian dengan tender melewati proses-proses
yang berbeda.
6. Mengevaluasi kinerja pemasok.
Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi pemasok untuk
meningkatkan kinerja mereka. Kriteria yang digunakan untuk menilai
pemasok seharusnya mencerminkan strategi supply chain dan jenis
barang yang dibeli.
2.1.2.2 Pengadaan Modal
Menurut Brigham (2006), modal ialah jumlah dari utang jangka panjang,
saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus
utang jangka pendek yang dikenakan bunga. Definisi modal dalam Standar
Akuntansi Keuangan (2007) adalah hak residual atas asset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan
aktifitasnya. Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan.
Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha
yang dijalankan. Kebutuhan-kebutuhan modal yang dibutuhkan perusahaan
agribisnis antara lain adalah modal yang terkait dengan keuangan perusahaan
dalam menjalankan usahanya dan modal fisik yang berupa lahan, bangunan,
peralatan, dan kendaraan.
15
Sumber modal terbagi menjadi dua yaitu sumber intern dan sumber
ekstern. Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di
bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, sedangkan modal yang
berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan.
Pemasok, bank, dan pasar modal merupakan sumber modal ekstern.
1. Pemasok
Pemasok memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk
penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek, maupun jangka
menengah. Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu pembayaran
kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang dagang dan bahan
mentah oleh pemasok kepada langganan.
2. Bank
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta sebagai lembaga
yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
3. Pasar modal
Pasar modal adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua
kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling
mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di suatu pihak dan emiten yang
membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak,
atau dengan kata lain adalah tempat bertemunya penawaran dan
permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Fungsi dari pasar
modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi
16
yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai
defisit tabungan.
2.1.2.3 Pengadaan Tenaga Kerja
Pengadaan tenaga kerja merupakan upaya untuk memperoleh jumlah dan
jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam rangka
mencapai tujuan organisasi (Samsudin, 2006). Pengadaan tenaga kerja merupakan
langkah pertama yang mencerminkan berhasil tidaknya suatu perusahaan
mencapai tujuannya. Pengadaan tenaga kerja meliputi perencanaan tenaga kerja,
penarikan tenaga kerja, seleksi tenaga kerja, dan penempatan tenaga kerja.
1. Perencanaan tenaga kerja
Perencanaan tenaga kerja adalah penentuan kuantitas dan kualitas tenaga
kerja yang dibutuhkan dan cara memenuhinya. Penentuan kuantitas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu time motion study dan peramalan tenaga
kerja, sedangkan penentuan kualitas dapat dilakukan dengan Job Analysis.
Job Analysis terbagi menjadi dua, yaitu Job Description dan Job
Specification / Job Requirement. Tujuan Job Analysis bagi perusahaan
yang sudah lama berdiri yaitu untuk reorganisasi, penggantian pegawai,
dan penerimaan pegawai baru.
2. Penarikan tenaga kerja
Penarikan tenaga kerja diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber internal
dan sumber eksternal. Sumber internal yaitu menarik tenaga kerja baru
dari rekomendasi karyawan lama dan nepotisme, berdasarkan sistem
kekeluargaan, misalnya mempekerjakan anak, adik, dan sebagainya.
17
Sumber eksternal yaitu menarik tenaga kerja baru dari lembaga tenaga
kerja, lembaga pendidikan, ataupun dari advertising, yaitu media cetak dan
internet.
3. Seleksi tenaga kerja
Terdapat lima tahapan dalam menyeleksi tenaga kerja, yaitu seleksi
administrasi, tes kemampuan dan psikologi, wawancara, tes kesehatan dan
referensi (pengecekan). Terdapat dua pendekatan untuk menyeleksi tenaga
kerja, yaitu Succecive Selection Process dan Compensatory Selection
Process. Succecive Selection Process adalah seleksi yang dilaksanakan
secara bertahap atau sistem gugur. Compensatory Selection Process adalah
seleksi dengan memberikan kesempatan yang sama pada semua calon
untuk mengikuti seluruh tahapan seleksi yang telah ditentukan.
4. Penempatan tenaga kerja
Penempatan tenaga kerja adalah proses penentuan jabatan seseorang yang
disesuaikan antara kualifikasi yang bersangkutan dengan job specification-
nya. Indikator kesalahan penempatan tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang
tidak produktif, terjadi konflik, biaya yang tinggi dan tingkat kecelakaan
kerja tinggi.
2.1.2.4 Pengadaan Bahan Baku
Menurut Mulyadi (1986), bahan baku merupakan bahan yang membentuk
bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan
manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan
sendiri. Menurut Burton (1998), bahan baku digolongkan atas tiga kriteria yaitu
18
bahan mentah, parts, dan supplies. Bahan mentah merupakan bagian terbesar dari
barang jadi dan merupakan bagian pengeluaran terbesar dalam memproduksi
suatu barang. Parts merupakan bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam
jumlah kecil, sedangkan supplies merupakan bahan yang dipergunakan dalam
proses produksi tetapi tidak mengambil bagian dari barang jadi.
Berdasarkan cara perolehannya bahan baku dalam hal ini sayuran organik,
dapat dibedakan menjadi kelompok bahan baku yang diproduksi oleh perusahaan
sendiri dan didapat dari cara pembelian. Dalam mempertimbangkan perolehan
bahan baku ini terdapat dua dasar pokok pertimbangan yaitu ketersediaan bahan di
pasar dan tingkat harga yang diterima. Keputusan perolehan bahan baku dengan
membeli dilakukan apabila bahan baku yang diperlukan banyak terdapat di pasar
dengan harga yang lebih rendah daripada biaya per satuan jika memproduksi
sendiri.
Cara perolehan bahan baku pada setiap perusahaan berbeda-beda. Sistem
pengadaan bahan baku yang baik dan dapat menjamin kelangsungan proses
produksi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas produksi.
Dalam analisis pengadaan bahan baku yang berasal dari produk-produk
pertanian, terdapat lima unsur yang harus diperhatikan yaitu (Austin, 1998):
1. Kuantitas, menunjukkan jumlah ketersediaan bahan baku.
2. Kualitas, mencakup penentuan dan pengawasan mutu bahan baku.
3. Waktu, karena hasil pertanian bersifat musiman, mudah rusak dan busuk.
4. Biaya yang wajar.
19
5. Organisasi yang meliputi struktur, kekuatan, dan integrasi vertikal.
Di dalam sebuah perusahaan harus mengikuti beberapa prosedur untuk
merancang pembelian. Terdapat pendekatan umum procurement. Pendekatan ini
memiliki sejumlah langkah umum, yang bermula dengan pengguna yang
menentukan kebutuhan barangnya dan berakhir ketika barang tersebut dikirim.
Gambar 2.1 di bawah ini menjelaskan tahapan umum dalam siklus procurement.
Departemen Pengguna Procurement Pemasok
1.Menentukan kebutuhan
meminta pembelian
Membicarakan
1.menerima dan
mengecek mengesahkan
pembayaran
2.Menerima permintaan
memproses meminta
catatan harga
4.menerima catatan harga
membicarakan dan
memproses mengirimkan
pesanan pembelian
6.Menerima dan
mengecek mentransfer
8.mengatur pembayaran
3.Menerima
permintaan memproses
mengirim catatan harga
5.menerima pesanan
memproses
mengirimkan barang
dan tagihan
Menerima pembayaran
(Sumber: PPM dan Asosiasi Logistik Indonesia, 2011)
Gambar 2.1 Tahapan dalam siklus procurement
Prosedur ini terlihat cukup rumit, serta memerlukan banyak tahapan dan
dokumen. Namun upaya ini bermanfaat jika pembelian berskala besar, sedangkan
jika melakukan pembelian berskala kecil dan memiliki hubungan dengan pemasok
20
atau hanya ada satu pemasok yang memenuhi syarat tidak perlu melakukan
prosedur seperti ini.
2.1.3 Teori Optimasi
Secara umum optimasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan
hasil terbaik pada situasi tertentu (Nasendi dan Anwar, 1985). Persoalan optimasi
adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel
menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-
pembatasan yang ada. Setiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki
keterbatasan atas sumberdayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku,
tenaga kerja, jam kerja mesin maupun modal. Adanya keterbatasan ini membuat
perusahaan perlu mencari suatu alternatif strategi yang mengoptimalkan hasil
yang dicapainya baik itu berupa keuntungan yang maksimal maupun biaya yang
minimum (Herjanto dalam Hendrik, 2006). Secara umum, terdapat dua kriteria
mendasar dalam teori optimasi, yaitu :
1. Maksimisasi, yaitu mengalokasikan atau menggunakan input-input
tertentu untuk menghasilkan keuntungan maksimal. Maksimisasi
keuntungan ini dapat dilihat baik dari segi laba, sistem kerja yang efektif
(rancangan penugasan), maksimisasi pangsa pasar, dan lokasi perusahaan.
2. Minimalisasi, yaitu menghasilkan tingkat output dengan menggunakan
input (biaya) yang paling minimal. Minimalisasi dapat berupa
minimalisasi penggunaan sumber daya, biaya distribusi, biaya persediaan,
21
biaya pengendalian mutu, jumlah tenaga kerja, waktu proses pelayanan,
dan fasilitas perusahaan.
Jenis persoalan optimasi secara umum terbagi menjadi dua, yaitu optimasi
tanpa kendala dan optimasi dengan kendala. Pada optimasi tanpa kendala, semua
faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga
tidak ada batasan-batasan untuk berbagai pilihan yang tersedia dalam menentukan
nilai maksimum atau minimum, namun teori ekonomi akan selalu menuntut
adanya kendala sebagai batasan-batasan untuk memastikan bahwa persamaan
matematika menyesuaikan kenyataan ekonomi. Karena itu, kendala yang tidak
dibatasi diatur dengan ketentuan derivatif parsial pertamanya sama dengan nol
(Doll dan Orazem, 1984), sedangkan optimasi dengan kendala memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan yang ada untuk menentukan nilai maksimum atau
minimumnya. Pencapaian keputusan optimal dapat diselesaikan dengan
pembuatan model keputusan atau model optimasi.
Model optimasi adalah suatu alat untuk meringkaskan sebuah masalah
keputusan dengan cara yang memungkinkan identifikasi dan evaluasi yang
sistematis terhadap semua alternatif keputusan suatu masalah. Keputusan akhir
didapat dengan memilih alternatif yang dinilai terbaik dari semua pilihan,
sehingga tercapailah pemecahan yang optimum. Menurut Taha (1996), model
yang digunakan dalam pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi
model simulasi, model matematis, dan model heuristik.
22
2.1.4 Goal Programming
Model goal programming merupakan perluasan dari model pemrograman
linier, sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematik, prosedur
perumusan model dan penyelesaiannya tidak berbeda. Perbedaannya hanya
terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasional yang akan muncul di fungsi
tujuan dan fungsi-fungsi kendala, oleh karena itu konsep dasar pemrograman
linier akan selalu melandasi pembahasan model goal programming (Siswanto,
1993).
Menurut Mulyono (1999), perbedaan utama antara linear goal
programming (LGP) dan linear programming (LP) terletak pada struktur dan
penggunaan fungsi tujuan. Dalam program linier fungsi tujuan hanya mengandung
satu tujuan, sedangkan dalam goal programming semua tujuan baik satu maupun
beberapa digabungkan dalam sebuah fungsi tujuan. Ini dapat dilakukan dengan
mengekspresikan tujuan itu dalam bentuk sebuah kendala (goal constraint),
memasukkan suatu variabel simpangan (deviational variabel) dalam kendala itu
untuk mencerminkan seberapa jauh tujuan itu dicapai, dan menggabungkan
variabel simpangan dalam fungsi tujuan.
Keunggulan goal programming dibandingkan dengan program linier
adalah informasi yang diberikan oleh goal programming lebih banyak, seperti
pencapaian tujuan yang saling bertentangan, pemakaian prioritas, dan pembobot
yang diinginkan perusahaan. Analisis goal programming bertujuan untuk
meminimumkan jarak antara deviasi terhadap tujuan, target, atau sasaran yang
telah ditetapkan dengan usaha yang dapat ditempuh untuk mencapai target atau
23
tujuan tersebut secara memuaskan sesuai dengan syarat ikatan yang ada, yang
membatasi berupa sumber daya yang tersedia, teknologi yang ada, kendala tujuan,
dan sebagainya (Nasendi dan Anwar, 1985).
Hillier dan Lieberman (1990) menyatakan bahwa pendekatan dasar dari
goal programming adalah urutan sasaran (goal) yang spesifik untuk setiap tujuan-
tujuan (objectives), merumuskan fungsi tujuan untuk setiap tujuan lalu mencari
pemecahan solusi dengan meminimalkan penyimpangan (deviasi) fungsi tujuan
ini dari tujuannya masing-masing.
Menurut Mulyono (1991), bahwa untuk merumuskan model goal
programming dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan variabel keputusan
Menentukan variabel keputusan dengan menyatakan secara jelas variabel
keputusan yang tidak diketahui. Semakin tepat definisi yang ditetapkan
maka akan semakin mudah untuk mengerjakan pemodelan yang lain.
2. Menentukan kendala
Beberapa hal yang dilakukan pada bagian ini adalah menentukan nilai-
nilai sisi kanan, kemudian menentukan teknologi dan variabel keputusan
yang diikut sertakan dalam kendala. Selain itu harus memperhatikan jenis
simpangan yang diperbolehkan. Bila penyimpangan diperbolehkan dalam
dua arah, maka kedua variabel deviasional ditempatkan pada kendala
tersebut. Apabila penyimpangan tersebut hanya diperbolehkan satu arah,
maka hanya satu variabel yang perlu ditempatkan.
24
3. Menentukan prioritas
Pada bagian ini dilakukan urutan terhadap tujuan-tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan mana yang ingin dijadikan prioritas utama, kedua dan
seterusnya. Biasanya urutan tujuan merupakan pernyataan preferensi
individu perusahaan. Apabila persoalannya tidak memiliki urutan prioritas,
maka tahap ini bisa dilewati dan dilanjutkan ketahap berikutnya.
4. Menentukan bobot
Pada bagian ini adalah membuat urutan dalam suatu tujuan tertentu.
Apabila tahap ini dirasa tidak perlu, maka dilanjutkan pada tahap
berikutnya.
5. Menentukan fungsi tujuan
Pada tahap ini dipilih variabel deviasional yang benar untuk dimasukkan
kedalam fungsi tujuan, setelah itu diberi prioritas dan pembobot yang tepat
bila diperlukan.
Bentuk umum goal programming yang memiliki struktur pengutamaan
dengan urutan prioritas adalah sebagai berikut:
Minimumkan Z = ∑ (PyWi+
,ydi++PsWi
-,sdi
-)
Kendala tujuan:
∑(Cij Xj) + di- - di
+ = Gi
Untuk i = 1, 2,…,m
Kendala fungsional:
∑aijXj ≤ bi
Xj, di- , di
+ ≥ 0
25
di- , di
+ = 0
Untuk i = 1, 2, …, m
J = 1, 2, ….., n,
dan Xj, di-, di
+ ≥ 0
Keterangan :
Xj : Kegiatan untuk peubah pengambilan keputusan
bi : Jumlah sumber daya i yang tersedia
Cij : Koefisien teknologi fungsi kendala tujuan
Gi : Tujuan atau target yang ingin dicapai
di-, di+ : Jumlah unit deviasi bawah (-) dan atas (+) terhadap tujuan (Gi)
Py, Ps : Faktor prioritas
Wi+,Wi - : Pembobot
Berdasarkan perumusan model di atas, pencapaian tingkat sasaran
dilakukan dengan cara meminimumkan peubah deviasi. Variabel yang terdapat
dalam goal programming merupakan peubah slack atau surplus dari program
linier. Variabel deviasional dalam fungsi kendala tujuan untuk meminimumkan
deviasi dari berbagai tujuan atau sasaran yang ditetapkan. Menurut Siswanto
(1993), variabel deviasional terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Variabel deviasional yang menampung penyimpangan dibawah sasaran.
Variabel yang menampung deviasi dibawah sasaran biasanya ditandai
dengan notasi di- atau DB. Variabel deviasi ini berfungsi untuk
menampung deviasi negatif. Dengan demikian variabel tersebut akan
selalu berkoefisien +1 pada setiap kendala sasaran yang diinginkan.
26
2. Variabel deviasional yang menampung penyimpangan diatas sasaran.
Variabel yang menampung penyimpanan diatas sasaran biasanya ditandai
dengan notasi di+ atau DA. Variabel ini berfungsi untuk menampung
deviasi positif, sehingga variabel ini akan selalu berkoefisien -1 pada
setiap kendala sasaran yang diinginkan.
Kedua variabel deviasional tersebut dalam fungsi tujuan dinyatakan secara
matematis dengan persamaan sebagai berikut:
∑ (CijXj) + DBi – DAi = Gi
Persamaan di atas akan terpenuhi jika nilai minimum DA dan DB sama dengan
nol, apabila:
1. DA=DB=0, sehingga ∑Cij Xj =Gi, artinya sasaran tercapai.
2. DA=0 dan DB > 0, sehingga ∑ Cij Xj = Gi – DBi, artinya sasaran tidak
tercapai karena ∑ (Cij Xj) < Gi.
3. DB=0 dan DA > 0, sehingga ∑Cij Xj = Gi + DAi, artinya sasaran
terlampaui karena ∑ (Cij Xj) > Gi.
Jadi pada kondisi DA>0 dan DB>0 pada sebuah kendala maka sasaran
tidak mungkin akan tercapai. Penggunaan variabel deviasional untuk mewujudkan
suatu sasaran manajerial yang terdapat dalam perusahaan. Pada dasarnya
penggunaan variabel deviasional tersebut dapat dikelompokan ke dalam beberapa
cara yaitu:
1. Untuk mewujudkan sasaran dengan nilai tertentu
Sasaran yang dikehendaki dimasukan kedalam parameter Gi (nilai ruas
kanan kendala). Agar sasaran ini tercapai maka DA dan DB harus
27
diminimumkan, sehingga persamaan fungsi kendala sasarannya sebagai
berikut:
∑ (Cij Xj) + DBi – DAi = Gi
Persamaan fungsi tujuan sebagai berikut:
Minimumkan Z = ∑ (DAi + DBi)
Apabila dalam penyelesaian optimal DA>0 dan DB=0, maka terjadi
penyimpangan diatas nilai sasaran Gi, ini berarti sasaran terlampaui.
Apabila DB>0 dan DB=0 maka terjadi penyimpangan dibawah sasaran, ini
berarti sasaran tidak tercapai.
2. Untuk mewujudkan sasaran di bawah nilai tertentu
Sasaran yang hendak dicapai dimasukkan ke dalam Gi dan tidak boleh
dilampaui, oleh karena itu penyimpangan di atas nilai Gi harus
diminimumkan agar hasil penyelesaian tidak melebihi nilai Gi atau paling
banyak sebesar Gi. Dalam hal ini hanya diperlukan variabel DA, sehingga
fungsi persamaan kendala sasaran dibawah nilai tertentu adalah sebagai
berikut:
∑ (Cij Xj) – DAi = Gi
Persamaan fungsi tujuannya sebagai berikut:
Minimumkan Z = ∑ DAi
Apabila dalam penyelesaian optimal DA=0, berarti sasaran tercapai, dan
apabila DA>0, maka terjadi penyimpangan diatas Gi, hal ini berarti
sasaran yang dikehendaki terlampaui.
28
3. Untuk mewujudkan sasaran di atas nilai tertentu
Dalam hal ini, penyimpangan dibawah nilai Gi harus diminimumkan agar
hasil penyelesaian paling sedikit sama dengan nilai Gi. Oleh karena itu
hanya diperlukan variabel DB, sehingga persamaan fungsi kendala
sasarannya sebagai berikut:
∑ (Cij Xj) + DBi = Gi
Persamaan fungsi tujuannya sebagai berikut:
Minimumkan Z = ∑ DBi
Apabila dalam penyelesaian optimal DB=0, berarti sasaran tercapai, dan
apabila DB>0 berarti sasaran tidak tercapai.
Terdapat enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud setiap jenis
kendala ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Keenam jenis
kendala tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Jenis-jenis Kendala Tujuan
Kendala Tujuan Variabel
Simpangan dalam Fungsi
Kemungkinan Simpangan
Penggunaan Nilai RHS yang Diinginkan
aijXj + di- = bi di
- Negatif = bi
aijXj – di+ = bi di
+ Positif = biaijXj + di
- - di+ = bi di
- Neg dan pos bi atau lebih aijXj + di
- - di+ = bi di
+ Neg dan pos bi atau kurangaijXj + di
- - di+ = bi di
- dan di+ Neg dan pos = bi
aijXj + di- = bi di
+ (artf) Tidak ada Pas = bi
(Sumber : Mulyono, 2004)
2.1.5 Analisis Kepekaan/Sensitivitas
Kondisi optimal dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari adanya
perubahan nilai-nilai yang terdapat dalam model yang digunakan. Untuk dapat
29
mengetahui pengaruh dari perubahan tersebut terhadap kondisi optimal, maka
dilakukan analisis kepekaan yang menghasilkan selang kepekaan. Jika perubahan
yang terjadi masih berada didalam selang yang ada, maka hasil analisis optimal
juga tidak akan mengalami perubahan (kondisi optimal relatif stabil). Adapun
perubahan-perubahan terhadap kondisi optimal terdiri dari (Soebagyo, 1988):
1. Perubahan dalam koefisien fungsi tujuan.
2. Koefisien teknis (teknologi) fungsi kendala atau input-output.
3. Keterbatasan kapasitas sumberdaya atau nilai sebelah kanan fungsi
kendala.
4. Tambahan fungsi kendala baru.
5. Tambahan peubah pengambilan keputusan (variabel baru).
Selang kepercayaan yang dihasilkan dari analisis kepekaan terdiri dari
batas minimum/batas penurunan (allowable decrease) dan batas maksimum/batas
kenaikan (allowable increase). Batas minimum menunjukkan besarnya batas
penurunan nilai parameter atau nilai ruas kanan kendala tanpa merubah hasil
pemecahan optimal. Demikian pula halnya dengan perubahan pada biaya dan
harga terhadap perencanaan produksi. Jika perubahan-perubahan yang terjadi
masih berada di dalam selang yang ada, maka kondisi optimal relatif stabil.
2.1.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nila Septiati berjudul optimalisasi
pengadaan dan distribusi produk buah-buahan segar PT. Moenaputra Nusantara
Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengadaan dan distribusi
produk buah segar yang dilakukan oleh PT. Moenaputra Nusantara. Tujuan
30
lainnya yaitu menganalisis biaya pengadaan dan distribusi produk buah segar
PT. Moenaputra Nusantara dan menentukan komposisi pengadaan dan distribusi
produk buah segar yang optimal.
Penelitian ini menggunakan program linier model transportasi untuk
menganalisis optimalisasi pengadaan dan distribusi produk buah-buahan segar
dari pemasok perusahaan ke kelompok-kelompok pelanggan perusahaan. Pola
pengadaan dan distribusi dari PT. Moenaputra Nusantara terdiri dari petani,
pedagang pengumpul, dan pasar induk, sedangkan pola distribusinya terdiri dari
eceran, grosir, dan hotel. Buah-buahan yang diusahakan terdiri dari buah kontinu
dan buah musiman.
Komposisi pengadaan dan distribusi yang dilakukan oleh PT. Moenaputra
Nusantara selama tahun 2011 telah mendekati optimal, tetapi berdasarkan hasil
analisis didapatkan bahwa PT. Moenaputra Nusantara masih memiliki peluang
untuk mengefisienkan biaya, yaitu dengan mengurangi jumlah pemenuhan pada
permintaan kelompok pelanggan dimana jumlah penawaran tetap atau dengan
menambah pasokan langsung dari petani dan pedagang pengumpul daerah asal
dimana jumlah permintaannya tetap. Hasil optimal menunjukkan terdapat
penghematan biaya sebesar Rp. 1.343.136,00 pada semester satu dan
Rp.6.978.295,00 pada semester dua.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian optimasi pengadaan
sayuran organik adalah penelitian ini membahas mengenai pola pengadaan yang
dilakukan PT. Masada Organik Indonesia dan perbandingan hasil pengadaan yang
31
dilakukan perusahaan dengan hasil metode Goal programming untuk optimasi
pengadaan sayuran secara optimal.
2.2 Kerangka Pemikiran
Produksi akan sayuran terus meningkat, diikuti dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat. Kondisi ini memicu PT. Masada
Organik Indonesia meningkatkan produksinya. Di sisi lain, keadaan alam yang
sedang tidak menentu. Hal ini mengakibatkan produksi sayuran organik di
perusahaan menurun dan pengadaan pasokan sayuran organik pun tidak
mencukupi permintaan, sehingga biaya yang dikeluarkan pun meningkat. Melihat
kondisi demikian, maka perlu segera dilakukan upaya dalam mengatasi
permasalahan tersebut karena akan berdampak langsung terhadap penurunan
kinerja pengadaan sayuran di PT. Masada Organik Indonesia.
Adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu PT. Masada Organik
Indonesia mengatasi permasalahan yang dialami. Salah satu upaya yaitu dengan
mengetahui proses pengadaan yang optimal. Tujuannya agar dapat diterapkannya
manajemen pengadaan yang optimal dengan biaya yang minimum, sehingga
menghasilkan keuntungan yang maksimal. Proses pengadaan melibatkan berbagai
komponen yang berpengaruh pada proses pengadaan. Komponen tersebut yaitu
komunikasi, seleksi pemasok, teknologi, inventarisasi data, pembelian, dan
evaluasi kinerja. Dari hasil tersebut, dapat dibuat model suatu perhitungan agar
menghasilkan proses pengadaan yang optimal untuk diterapkan pada sistem
pengadaan di PT. Masada Organik Indonesia.
32
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Konsumsi sayuran meningkat
Produksi sayuran meningkat
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat
Produksi sayuran organik
Biaya pengadaan
Manajemen pengadaan
Pengadaan sayuran yang optimal
Cuaca ekstrim Service level tidak memenuhi
- Komunikasi - Seleksi pemasok - Teknologi - Inventarisasi data - Pembelian - Evaluasi kinerja