Download - Jurnal Predator

Transcript
Page 1: Jurnal Predator

KOMPAS, SELASA, 2 APRIL 2013

................................................................................................................................................~ :::

Jurnal Predator!

Belakangan ini, saya sering ditanya ten­tang jurnal preda­

tor. Rupanya orang mulai meresahkannya.

Istilah jurnal predator perta­rna kali diajukan Jeffrey Beall, pustakawan yang bekerja di Uni­versitas . Color ado, Arnerika Serikat. Puluhan penerbit dan ribuan jurnal ia kategorikan se­bagaipredator, Jurnal predator dit erbitkan oleh penerbit pre­dat or dengan tujuan utama bis­nis, menghasilkan uan g bagi si pembuat jurnal. Biaya pemuatan per makalah ratu san hin gga ri­buan dollar AS. Tidak murah!

Jeffrey Beall saat ini rutin me­neliti jurnal predator yang baru muncul dan bers ifat open-access, yaitu jurnal yan g hanya tersedia secara online, tidak ada versi ce­tak. Kalaupun ada, hanya versi cetak lepas (reprint) yan g tentu saja sangat mudah dicetak dengan printer masa kini.

Skandal i1miah Tidak sulit memulai bisnis ini

asalkan bisa membangun situs yang menarik dengan ernbel-em­bel foto orang-orang berjas putih, memakai masker putih, seolah-olah sedang meneliti atau berdiskusi. Lebih meyakinkan lagi jika situs tadi dit empeli gam bar rantai DNA agar terlihat lebih ilmiah. Ironisnya, bahkan untuk jurnal sosial pun, rantai DNA tetap dipajang .

Dengan menggunakan peranti lunak Open Journal System yang mudah dipasang dan gratis karena bersifat open source, rem aja yang terlatih men gguna­kan teknologi informasi bisa mengendalikan aliran makalah yang masuk, proses penjurian (review), hin gga penerbitan ma­kalah secara profesional . Seperti kata Beall, prinsip pendirian jur­nal predator adalah membuat si­tus, mengirim e-mail spam ke para iJmuwan, dan setelah itu tinggal berleh a-leha menunggu konsumen datan g.

Mungkin masalah terberat jurnal predator ndalah mencari

penulis makalah, ju ri (reviewer), dan dewan. edito r. Meski demi­kian , pendiri jurnal predat or ti­dak kehabisan akal. Mereka me­ngirimkan e-mail spam ke ilmu­wan -ilmuwan untuk mengisi.

Di negara berkembang, hal ini sepert i gayun g ber sambut karena ilmuwan negara berkembang sangat membutuhkan aktualisasi diri melalui jurnal-jurnal dengan "cap internasional ". Semua itu untuk meraih hibah penelitian atau jabatan yang lebih tinggi meski harus membayar mahal. Jadilah "simbiosis yan g salin g menguntungkan",

Sebenarnya tidak ada masalah jika makalah yang masuk benar-benar diperiksa juri yang mumpuni, sebidang, dan meng­gunakan standar ilmiah inte r­nasi onal. Kenyataannya, hampir semua jurnal ini menjamin rna­kalah pasti diterima asal mem­bayar. Di sini skandal ilmiah itu dimulai.

Contoh palingj elas adalah rna­kalah hasil copy-pastedi bidang pertanian yang mengatasnama­kan penyanyi Inul Daratista dan Agnes Monica sebagai penulis makalah di sebuah jurnal pre ­dator di Afrika tahun lalu. Tentu saja, kejadian ini sangat mem a­lukan bagi jurnal tersebut karena jel as sekali makalah tidak di­periksa oleh juri ahIi sebelum diterbitkan. Saat ini, makalah itu sudah dicabut oleh pemilik jur­nal, tetapi Jeffrey Beall masih menyimpan salinan makalah ter­sebut di lamannya.

Alamat palsu Hasil penelitian Beall mem­

perlihatkan, hampir semua jur­nal predator dikendalikan dari India, Pakistan, serta negara-ne­gara di Afrika meski di situsnya ada alamat surat di Arnerika, Ka­nad a, atau Er opa untuk rnenge­labui konsumen. .

Pada umumnya, jurnal pre­dator bisa dit engarai dari sulitnya menemukan alamat darat jurnal. Editor jurnal hanya dap at di­hubungi melalui e-mail atau situ s internet. Beberapa alamat yang . dip ajang, bila diperiksa dengan fasilit as Google Earth, ha silnya

Oleh TERRY MART

akan menunjuk ke alamat apar­tem en murah, apotek, atau tern­pat-tempat yang mustahil berbau ilmiah. Pemilik jurnal biasanya menyewa alamat kotak surat d.i Arnerika atau Kanada,

Banyak juga jurnal predator yang judulnya dimulai dengan "American Journ al of' atau "Ca­nadian Journal of' semata-rnata untuk menunjukkan bahwa jur­nal ini merupakan produk Arne­rika atau Kanada.

Begitu pesatnya perkernbang­an jurnal predator membuat pe­nerbit ataupun jurnal mulai ke­habisan nama. Muncul nama-na­ma penerbit atau jurnal yang mirip atau malah sama. Bahkan, ·nam a-nama tidak lazim mul ai bermunculan , misalnya ada j ur­nal yang namanya "sampah",

Jadi rumit Masalah jurnal predator ini

menj adi rumit karena kontribusi para ilmuwan (terutama dari ne­gara berkembang) yang secara langsung turut membesarkan jurnal. Di lamannya, Beall meng­ajak para ilmuwan dan akademisi untuk menjauhi jurnal ini de ­ngan cara tidak berk ontribusi se­bagai penulis makalah, juri, at au reviewer, serta editor jurnal.

Akibat kontribusi para ilmu­wan, beberapa jurnal memiliki fakt or dampak (impa ctfactor/IF) meski IF tertinggi hanya 0;5. Sejumlah jurnal predator juga sudah diindeks oleh Scopus. Sebagai catatan, IF dipercaya ba­nyak ilmuwan untuk menggam­barkan kualitas jurnal, sedang­kan indeks Scopus dalam skala nasional kita dianggap sebagai stempel jurnal int ernasional.

Bagi jurnal-jurnal ilmiah na­sional yang sudah diakui keil ­miahannya melalu i akreditasi Di­rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, keberadaan jurnal pre­dator jelas sangat merugikan. Makalah-makalah ilmiah yan g potensial untuk diterbitkan jur­nal nasional .terser ap oleh jurnal predator gara-gara ada em­bel-embel internasionalnya. Pa­dahal , dalam banyak hal, jurnal nasi onal kita jauh lebih baik di­bandingkan jurnal predator.

Ada satu kasus lagi yang di­rekam laman Beall. Seorang iJ­mu wan terpaksa harus menarik kembali makalahnya dari sebuah jurnal predator karena makalah tersebut terpublikasi juga di jur­nal yang jauh lebih bergengsi. Namun, jurnal predator meng­haruskan si penulis makalah membayar "biaya penarikan".

Sangat mencengangkan, beta­pa komersialjurnal tersebut. Un­tuk memasukkan harus rnern­bayar, dan untuk menarik rna­kalah juga harus mernbayar, Saya tidak dapat membayangkan be­rapa banyak biaya total yang di­habiskan ilmuwan negara ber­kembang untuk menarik rnaka­lah-makalah yang mereka tulis jika sekali waktu jur nal sejenis ini dimasukkan dalam daftar hitam pihak berwenang.

Permasalahan jurnal predator tidak akan begitu kronis jika par a ilmuwan negara berkembang kembali menyadari hakikat makalah ilmiah tKampas, 21 Februari 2012). Seberkas maka­lah iJmiah tidak lebih dari la­poran hasil pen elitian yang di­tulisdalam form at tertentu un­tuk dibaca para pen eliti lain yang mengerti ata u berkepentingan dengan hasiJ peneli tian tersebut.

Jurnal komunitas Saat ini ada puluhan ribu jur­

nal ilmiah sehingga peneliti ha­rus men cari jurnal yang visible bagi pernbaca targetnya Jurnal komunitas-mayoritas kornuni­tas penelitian tertentu memub­likasikan hasiJ penelitian mer e­ka-merupakan jurnal yang pa­ling tep at untuk tujuan ini.

Di bidang fisika, misalnya, ada jurnal yan g diterbitkan Arnerican Physical Society atau European Physical Journal dan rnerupakan contoh jurnal-jurnal komunitas yang san gat baik.

Kita san gat yakin bahwa ilmuwan yang baik tidak memerlukan jurnal predator ka­renakomunitas ilmiahnya sudah memiliki jurnal-jurnal standar komunitas yang visibilitasnya sangat tinggi di kornunitas itu. Meski saya t idak menampik bah­wa IF dapat menggambarkan ku­alitas jurnal secara kualitatif, jU~­nal komunitas akan lebih efektif menyampaikan informasi.

Jurnal predato r bisa dikate ­gorikan sebagai . jurnal s~bhat (mer agukan) sehmgga sebaiknya kita hindari.

TERRY MART Pengajar Departemen

Fisiko FMIPA UI

Top Related