Download - Jtptunimus Gdl Suyotoa2a2 5949 3 Babii
J. Kerangka Konsep
Gambar 2.7 Kerangka Konsep
K. Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka dapat dirumuskan suatu hipotesis
yaitu : Ada pengaruh konsentrasi larutan biji kelor 1% terhadap penurunan
kadar BOD pada limbah cair tahu.
Variabel Bebas:
Dosis larutan biji kelor 1%
Variabel Kontrol:
a. Waktu kontak
b. Kecepatan pengadukan
Variabel diukur:a. Suhub. pH
Variabel Terikat:
Penurunan kadar BOD pada air limbah cair
tahu
I. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan dapat dirumuskan
kerangka teori adalah sebagai berikut :
Gambar 2.6 Kerangka Teori
Proses industri tahu
BOD tinggi (melebihi baku mutu)
Air limbah industri
Karakteristik air limbah tahu : Temperatur, Warna, Bau,
Kekeruhan, BOD, COD, pH
Pengolahan limbah
Penurunan kadar BOD air limbah tahu
Adsorbsi larutan biji kelor 1%
KimiaFisik Biologi
Sesuai baku mutu
Penampungan
Buang ke sungai
Dosis, waktu kontak, kecepatan pengadukan,
suhu, pH
H. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD adalah bayaknya oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi
nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi
hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Nilai BOD yang menunjukkan
jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung selisih
konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Pengukuran selama 5
hari pada suhu 20oC ini hanya mengandung 68% bahan organik yang teroksidasi.
Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa
oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan membutuhkan
oksigen tinggi5. Pengujian BOD ialah pengukuran jumlah oksigen yang akan
dihabiskan dalam waktu lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu
limbah pada suhu 20oC. Hasilnya dinyatakan dalam bpj (ppm)23
Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air
yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap murni, tetapi kemurnian itu
diragukan jika nilai BOD nya mencapai 5 ppm atau lebih5. Menurut keputusan
Menteri Lingkungan Hidup batasan kandungan BOD air limbah industri yang
diperbolehkan dibuang keperairan adalah 50-150 mg/L8.
Pengujian BOD adalah salah satu metode analisis yang paling banyak
digunakan dalam penanganan limbah dan pengendalian polusi. Pengujian ini
mencoba menetukan kekuatan polusi dari suatu limbah dalam pengertian
kebutuhan mikroba akan oksigen dan merupakan ukuran tak langsung dari bahan
organik dalam limbah4.
3. Dosis
Hasil percobaan pengaruh dosisi koagulan terhadap turbiditas limbah cair
industri pencucian jeans pada proses koagulasi/flokulasi menunjukkan bahwa,
dosisi koagulan berpengaruh sangat nyata terhadap turbiditas tersisihkan
limbah cair industri pencucian jeans. Berdasarkan data pengamatan,
penyisihan TSS dan pada partikel biji kelor, alum dan variasi penambahan
alum + biji kelor sangat dipengaruhi oleh dosis koagulan, penurunan TSS
pada limbah cair industri tekstil berbanding lurus terhadap penyisihan
kekeruhan. Penambahan dosis koagulan alum berpengaruh nyata terhadap
penurunan tingkat TSS selama proses koagulasi dan flokulasi pada
pengendapan22.
4. Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan hal sangat menentukan dalam proses adsorpsi.
Gaya adsorpsi molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu
kontaknya semakin lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses
difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih
banyak22.
5. Kecepatan Pengadukan
Kecepatan pengadukan mempengaruhi proses adsorbs, ketika
ditambahkan kedalam sampel limbah cair dan diikuti dengan pengadukan
cepat (100 rpm) selama 3 menit, protein kationik yang dihasilkan biji kelor
tersebut berdistribusi keseluruh bagian cairan limbah dan kemudian
berinteraksi dengan partikel-partikel bermuatan negatife penyebab kekeruhan
yang dispersi dalam limbah cair. Interaksi itu mempengaruhi gaya antar
penyebab stabilitas partikel koloid limbah dalam hal ini mengurangi efek gaya
tolak-menolak antar partikel koloid limbah sampai ke tingkat dibawah gaya
Vander Walls. Akibatnya partikel-partikel koloid limbah mengalami
destabilisasi dan membentuk flok-flok mikro melalui mekanisme adsorbsi22.
Adapun keterbatasan penggunaan ekstrak biji kelor sebagai adsorben
dalam pengolahan air adalah :
1. Kelor tidak ada disemua daerah
2. Pengolahan air dengan cara ini hanya untuk sekala kecil
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Serbuk Biji Kelor
(Moringa Oliefera) Sebagai Adsorben
Faktor yang mempengaruhi mekanisme adsorpsi adalah suhu, pH, dosisi
dan waktu kontak sangat menentukan tingkat laku zat terlarut yang teradsopsi
maupun adsorben.20
1. Suhu/Temperatur
Air yang baik mempunyai temperatur normal 8 0C dari suhu kamar
(27 oC). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan indikasi terdapat
bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar.Kenaikan
temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen
terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat
degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Reaksi-reaksi adsorpsi yang
terjadi adalah eksoterm. Maka dari itu tingkat adsorpsi umumnya meningkat
sejalan dengan menurunnya suhu. Proses adsorpsi umumnya terjadi di dalam
reaksi kondensasi atau kristalisasi. Perubahan suhu sedikit cendrung tidak
mempengaruhi proses adsorpsi20.
2. pH
Derajat keasaman (pH) berpengaruh besar terhadap adsorpsi, karena pH
menentukan tingkat ionisasi larutan. Maka dapat mempengaruhi adsorpsi
senyawa-senyawa organik asam atau basa lemah, pH yang baik berkisar
antara 8-9. Umumnya beberapa senyawa organik diadsorpsi apabila pH
semakin rendah. Senyawa asam organik lebih dapat diadsorpsi pada pH
rendah. Sebaliknya basa organik lebih dapat diadsorpsi pada pH tinggi20.
teradsorbsi dan adsorben sangat kuat, sehingga sangat sulit untuk dilepaskan
dan proses hampir tidak mungkin untuk bolak-balik23 . Mekanisme
koagulasinya tersaji pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Mekanisme Koagulasi: a) Gaya yang ditunjukkan oleh partikel koloid pada kondisi stabil. b) Destabilasi partikel koloid oleh penambahan koagulan. c) Pembentukan flok-flok yang terikat membentuk benang panjang.
Sumber: 23
Berdasarkan teori diatas larutan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat
diasumsikan memiliki daya adsorpsi yang cukup efektif terhadap bahan organik
dan padatan tersuspensi dalam air limbah tahu sehingga akan menurunkan
kebutuhan oksigen mikroorganisme dalam mengurai bahan bahan pencemar.
Keuntungan penggunaan ekstrak biji kelor sebagai adsorben dalam
mengolah air adalah20 :
1. Caranya sangat mudah
2. Tidak berbahaya bagi kesehatan
3. Ekonomis.
4. Kualitas air menjadi lebih baik.
mengadsorbsi partikel-partikel air limbah. Struktur kandungan zat aktif 4α-4-
rhamnosyloxy-benzyl-isothiocyanate dalam biji kelor terdapat pada Gambar 2.3
dan 2.4.
Gambar 2.3 Struktur Zat Aktif 4α-4-
rhamnosyloxy-benzyl-
isothiocyanate
Gambar 2.4 Struktur Asam Amino
Asam Glutamat
Sumber: 22
Proses koagulasi pada pengolahan air meliputi tiga tahap, antara lain:
penambahan dan pencampuran koagulan, pemisahan antara partikel koloid atau
disebut destabilisasi dan benturan antara partikel yang sudah mengalami
destabilisasi akibat gerakan molekul atau pengadukan. Mekanisme adsorbsi
dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan dan
menempel pada permukaan zat akibat ikatan kimia dan fisika. Adsorbsi fisik
terjadi terutama adanya gaya Van Der Walls. Apabila gaya tarik antar molekul
zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari pada gaya tarik antara molekul
dengan pelarutnya maka zat terlarut tersebut akan diadorbsi. Ikatan tersebut
sangat lemah, sehingga sangat mudah untuk diputuskan apabila konsentrasi zat
terlarut yang teradsorbsi diubah. Jadi proses ini berlangsung bolak-balik
sedangkan dalam proses adsorbsi kimia ikatan antara zat terlarut yang
Tabel 2.1 Kandungan Protein, Lemak dan Karbohidrat Biji Kelor (dalam % berat)
Preparat Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%)Biji dengan kulit:1. Bubuk2. Larutan3. PadatanResidu
36,70,9
29,3
34,60,8
50,3
5,0-
1,3
Biji tanpa kulit:1. Bubuk2. Larutan3. PadatanResidu
27,10,3
26,4
21,10,4
27,3
5,5--
Sumber: 21
Biji kelor mengandung suatu zat aktif (actif agent) 4r- rhamnosyloxy-
benzil-isothiocyante sebagai protein kationik. Zat aktif ini dapat membantu
menurunkan gaya tolak menolak antara partikel koloid dalam air, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan koagulan dalam proses pengolahan air. Biji kelor
mengandung polielektrolit kationik dan flokulan alami dengan komposisi kimia
berbasis polipeptida yang mempunyai berat molekul 6000 sampai 16. 000
Dalton22.
Biji kelor merupakan polimer organik yang memiliki daya koagulan dan
sudah dimanfaatkan sebagai koagulasi dalam pengolahan air. Efektifitas
koagulan oleh biji kelor ditentukan oleh kandungan protein kationik yang
bertegangan rapat. Prinsip utama mekanisme koagulasinya adalah adsorpsi dan
netralisasi tegangan atau adsorpsi dan ikatan antar partikel yang tidak stabil22.
Bahan aktif dalam biji kelor mengandung protein, adanya gugus amino (-NH2)
dan karbosilat (COOH) yang terikat menyebabkan biji kelor mempunyai
reaktifitas yang tinggi dan bersifat polielektrolit. Kulit biji kelor mempunyai
kemampuan sebagai adsorben sehingga kemampuan biji kelor dengan kulit
adalah kemampuan gabungan sebagai koagulan dan adsorben22. Apabila
dilarutkan, biji kelor akan menghasilkan muatan-muatan negatif dalam jumlah
yang banyak. Biji kelor mengandung beberapa komponen seperti asam amino
dan protein. Protein tersebut mengandung tiga asam amino yang sebagian besar
merupakan asam glutamat, metionin dan arginin22. Zat aktif ini mampu
ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna
putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga
kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk
segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Buahnya berbentuk
kekacang panjang berwarna hijau dan keras serta berukuran 120 cm. Sedang
getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).
Gambar 2.2 Biji Kelor15
Biji kelor dapat digunakan dengan dua cara yaitu: biji kering dengan
kulitnya dan biji kering tanpa kulinya. Hasil analisis elemen pada biji kelor untuk
biji dengan kulit: 6,1% N; 54,8% C; dan 8,5% H, sedangkan untuk biji tanpa
kulit: 5,0% N; 53,3% C; dan 7,7% H (dalam % berat). Kandungan protein, lemak
dan karbohidrat biji kelor dapat dilihat pada Tabel 2.121.
Buah kelor kering di pohon
Biji kelor yang telah kering
Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul
meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat akibat ikatan fisika dan
kimia. Adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu20 :
1. Adsorpsi Fisik
Yaitu berhubungan dengan gaya van der walls dan merupakan proses
bolak-balik. Apabila gaya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben
lebih besar dari pada gaya tarik menarik antara zat terlarut dengan dengan
pelarutnya maka zat terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben20.
2. Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorpsi.
Ikatan antara zat terlarut yang teradsorpsi dan adsorben yang sangat kuat,
sehingga sulit untuk dilepaskan dan proses tidak mungkin untuk bolak-balik.30
Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah20.
a. Karakteristik fisik dan kimia dari adsorben seperti luas permukaan, ukuran
pori-pori, komposisi dan lain-lain.
b. Karakteristik fisik dan kimia dari zat yang terlarut yang teradsorpsi, seperti
ukuran molekul, polaritas molekul, komposisi kimia, suhu dan lain
sebagainya.
c. Konsentrasi zat terlarut yang teradsorpsi.
d. Waktu kontak.
F. Biji Kelor (Moringa Oleifera)
Kelor (Moringa Oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan
sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak
terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi
mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya
berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu
tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai
d. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga
ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion
exchange, membrane separation serta thickening gravity or flotation.
e. Pengolahan Lumpur ( Sludge treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil pengolahan pada tahap
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet
combustion, prtessure filtration, vacuum filtration, centrifugation
,lagooning or drying bed, incineration atau landfill9.
E. Adsorpsi
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang
ada di dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah
masuknya bahan yang menggumpal dalam suatu zat padat. Sebagian besar
adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsopsi terutama terjadi
pada dinding berpori atau pada suatu tempat tertentu di dalam partikel. Proses
pemisahan dapat terjadi karena adanya perbedaan berat molekul, bentuk atau
kepolaran yang menyebabkan molekul-molekul tertentu melekat pada permukaan
yang lebih kuat daripada molekul-molekul yang lain atau karena ukuran porinya
terlalu kecil untuk dapat memuat molekul yang lebih besar19.
Adsorpsi dipengaruhi oleh permukaan suatu zat dan juga luas area.
Adsorben memiliki luas permukaan yang besar untuk bereaksi, apabila suatu zat
dalam cairan kecil, maka semakin besar potensi untuk dapat terikat atau
menempel. Mekanisme adsorpsi dapat berupa pertukaran ion (untuk yang
terionisasi) dan ikatan hidrofobik (untuk zat organik yang tidak larut)20.
Adsorpsi adalah proses dimana subtansi molekul meninggalkan larutan dan
bergabung pada permukaan zat padat pada ikatan fisika dan kimia. Substansi
molekul atau bahan bahan yang diserap disebut adsorbat, dan zat padat
penyerapnya disebut adsorben20.
c. Pengolahan Secara Biologi
Pengolahan secara biologis pada prinsipnya adalah pemanfaatan
aktifitas mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Mikroba tersebut
mengkonsumsi polutan organik biodegradable dan mengkonversi polutan
organik untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Oleh karena itu, sistem
pengolahan limbah cair secara biologis harus mampu memberikan kondisi
yang optimum bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme tersebut
dapat menstabilkan polutan organik biodegradable secara optimum16.
3. Tahapan Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap
a. Pengolahan Tahap Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan dan benda-benda besar yang ada dalam air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini adalah
screen,and grit removal, equalization and storage serta oil separation.
b. Pengolahan Tahap Pertama (Primary treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan
yang sama dengan pengolahan tahap awal. Letak perbedaannya adalah
pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap
pertama ini ialah neutralization, chemical addition and coagulan,
flotation,sedimentation dan filtration.
c. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat
terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik.
Proses pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini
adalah activated sludge, anaerobic lagoon, trickling filter, aerated lagoon,
stabilization basin, rotating biological contactor.
pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : pengolahan
secara fisika, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi. Untuk
satu jenis air limbah tertentu, ketiga metode ini dapat diaplikasikan secara
kombinasi atau secara sendiri-sendiri17.
a. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
limbah, dinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar disisihkan
terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang besar. Bahan tersuspensi
yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini
adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam
bak pengendap17.
b. Pengolahan Secara Kimia
Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia
adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan
pencemar yang dikandung air limbah. Kemudian memisahkannya
(mengendapkan atau mengapungkan) Kekeruhan dalam air limbah dapat
dihilangkan melalui penambahan atau pembubuhan sejenis bahan kimia.18
Pengolahan secara kimia dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang tidak mudah mengendap (koloidal), logam berat, senyawa fosfor, dan
zat organik beracun. Penyisihan bahan-bahan tersebut berlangsung melalui
perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan
menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa
reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi
oksidasi17.
e. Biological Oxygen Demand (BOD)
Padatan yang terdapat dalam air limbah tahu terdiri dari zat organik
dan anoganik. Zat organik tersebut misalnya protein, karbohidrat dan
lemak. Protein dan karbohidrat biasanya mudah terpecah secara proses
biologi menghasilkan amoniak, sulfide dan asam-asam lainnya, sedangkan
lemak lebih stabil, namun apabila ada asam mineral dapat menguraikan
asam lemak menjadi glycerol. Pada air limbah tahu adanya lemak ditandai
banyaknya zat-zat terapung berbentuk skum4.
f. Chemical Oksygen Demand (COD)
Parameter ini dalam air limbah menunjukkan juga zat organik terutama
zat organik non biodegradasi selain itu zat dapat dioksidasi oleh bahan
kimia dalam asam, misalnya SO3 (Sulfit), NO2 (Nitrit) kadar tinggi dan zat-
zat reduktor lainnya. Besarnya angka COD biasanya lebih besar 2 sampai 3
kali dari besarnya BOD4.
g. pH
Air limbah tahu bersifat asam karena proses penggumpalan sari
kedelai membutuhkan bahan penolong yang bersifat asam. Keasaman
limbah dapat membunuh mikroba3.
D. Pengolahan Air Limbah
1. Tujuan Pengolahan Air Limbah
Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan
sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-kadang juga
untuk penyisian unsur hara (nutrient) berupa nitrogen dan fosfor.16.
2. Klasifikasi Pengolahan Air Limbah
Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran
lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut
jenis industrinya. Sebelum dibuang kelingkungan, limbah cair industri pangan
harus diolah untuk melindungi keselamatan masyarakat10. Secara umum,
2. Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu
a. Temperatur
Temperatur air limbah industri tahu biasanya lebih tinggi dari
temperatur normal di badan air. Hal ini dikarenakan dalam proses
pembuatan tahu selalu dalam temperatur tinggi baik pada saat
penggumpalan atau saat menyaring yaitu pada suhu 60-80o C. Pencucian
yang menggunakan air dingin selama proses berjalan tidak mampu
menurunkan suhu limbah tersebut. Limbah yang panas yang dikeluarkan
adalah sisa air susu tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu, biasanya
berwarna kuning muda dan apabila terendam dalam satu hari akan terasa
asam (kecut)4.
b. Warna
Warna limbah transparan sampai kuning muda dan disertai adanya
suspensi warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi yang mengalami
penguraian biologi akan berubah warna. Hal ini merupakan proses yang
paling merugikan, karena adanya proses dimana kadar oksigen didalam air
limbah menjadi nol, maka air limbah berubah menjadi warna hitam dan
busuk.
c. Bau
Bau air limbah industri tahu dikarenakan proses pemecahan protein
oleh mikroba alam. Bau sungai atau saluran menyengat apabiladisaluran
tersebut sudah berubah anaerob. Bau tersebut adalah terpecahnya penyusun
dari protein dan karbohidrat sehingga timbul bau bususk dari gaS H2S4.
d. Kekeruhan
Padatan yang terlarut dan tersuspensi dalam air limbah industri tahu
menyebabakan air keruh. Zat yang menyebabkan air keruh adalah zat
organik yang tersuspensi dari tahu yang tercecer atau zat organik terlarut
yang sudah terpecah sehingga air limbah berubah seperti emulsi keruh4.
selanjutnya direbus dengan menggunakan api besar, Setelah mendidih
bubur kedelai segera disaring dalam kondisi panas dan akan menghasilkan
ampas dan sari kedelai. Cairan sari kedelai yang masih panas ditambahkan
dengan bahan penggumpal sambil diaduk pelan. Cairan sari kedelai akan
bergabung membentuk gumpalan dan mengendap kedasar bak, dan cairan
akan menjadi bening harus segera dipisahkan dan endapan sari kedelai
siap dimasukkan alat /cetakan.
c. Tahap Pengemasan dan Pemasaran
Tahap akhir adalah pengemasan dan pemasaran. Tahu putih mentah
yang berada dalam bak atau tong dapat dikemas dalam kantong plastik,
Sebagian ada yang digoreng terlebih dahulu menjadi tahu cokelat15.
Diagram alir proses produksi tahu tersaji pada gambar 2.1
Kedelai, air Air bekas cucian
Air Ampas
Bahan kimia Air limbah
(pengumpal)
Tahu
Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu15
Perendaman dan pencucian
Pengilingan dan penyaringan
Pencetakan
B. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia disebabkan perubahan pola
penggunaan enrgi dan materi, tingkat radiasi, bahan-bahan fisika dan kimia dan
jumlah organisme13.
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk atau dimasukkanya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air/ udara dan atau
berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses
alam, sehingga kualitas udara/air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya14.
C. Proses Produksi Tahu dan Limbah Cair Industri Tahu
1. Proses Produksi Tahu
Produk tahu berasal dari sari kedelai yang digumpalkan kemudian
disaring dan dipadatkan. Secara umum proses pembuatan tahu terdiri atas tiga
tahap, yaitu tahap persiapan, tahap produksi, dan tahap akhir.
a. Tahap Persiapan
Kegiatan pokok pada tahap persiapan meliputi persiapan bahan baku,
pada tahap ini dilakukan pembersihan bahan baku kedelai dari berbagai
kotoran, kemudian dilanjutkan dengan perendaman selama 2-3 jam dengan
perbandingan 1:2. Setelah kedelai mengembang dan cukup lunak segera
diangkat, dicuci dan dibilas beberapa kali agar benar-benar bersih
kemudian ditiriskan.
b. Tahap Produksi
Kedelai yang telah dipersiapkan telah menjadi lunak, selanjutnya
kedelai dapat digiling dengan menggunakan mesin penggiling. Selama
proses penggilingan berlangsung harus selalu dikucuri air panas sampai
menjadi bubur sari kedelai pada kekentalan tertentu. Bubur kedelai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Limbah
Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang
bersifat membahayakan kehidupan manusia maupun hewan. Lebih kurang 80%
dari air yang digunakan untuk aktifitas manusia akan dibuang lagi dalam bentuk
air limbah. Jumlah air limbah dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis
dan dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat
penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Jumlah air limbah yang
dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan
sekitar 85-95% dari jumlah air yang digunakan11.
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri
dan tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan dan zat
yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan12.
Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai buangan yang membentuk
limbah cair dalam skala besar harus melakukan penanganan agar tidak
berdampak pada lingkungan sekitar. Pada dasarnya ada dua alternatif
penanganan limbah, yaitu membawa limbah cair kepusat pengolahan limbah atau
memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Air limbah sebelum dilepaskan
kepembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Adapun tujuan
dari pengolahan air limbah itu sendiri, antara lain12:
1. Mencegah penemaran pada sumber air.
2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup dalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit dan vektor penyakit.