Download - Jaeni Bw- Seni Pertunjukan Indonesia
MODUL(Disampaikan pada Matrikulasi Mahasiswa
Baru Pascasarjana STSI Bandung, 27 Agustus – 7 September 2012)
OLEHJAENI B. WASTAP
SENI PERTUNJUKAN INDONESIA
SENI PERTUNJUKAN INDONESIA
Ekspresi budaya masyarakat, baik yang dikemas dalam bentuk pertunjukan tari, musik, maupun teater (drama) yang melibatkan masyarakat lingkungannya (pertunjukan total) dan diselenggarakan di tempat-tempat khusus.
SIFAT KHAS SENI PERTUNJUKAN
Seni pertunjukan berbeda dengan cabang seni yang lain, ia bukanlah seni yang ”membenda”.
Seni pertunjukan dimulai dan selesai dalam waktu tertentu dan tempat tertentu pula, sesudah itu tak ada lagi wujud seni pertunjukannya.
Seni pertunjukan terjadi hanya sekali, pertunjukan yang lain adalah ”wujud” seni yang lain, meskipun materi seninya tetap sama.
SENI PERTUNJUKAN DAN BUDAYA LISAN
Seni pertunjukan diajarkan atau diwariskan secara lisan oleh guru kepada muridnya (biasanya bapak kepada anaknya) dengan langsung melihat, mendengar, meniru dan melakukannya (guru panggung).
Kelisanan seni pertunjukan menjadi multi tafsir, sehingga penambahan, pengurangan, pengubahan bisa terjadi hanya dalam satu atau dua generasi.
Budaya lisan menyebabkan tumbuhnya varian suatu jenis seni pertunjukan yang cepat berkembang antara satu daerah dengan daerah lain, antara satu kurun waktu dengan waktu-waktu berikutnya.
SENI PERTUNJUKAN DAN KONTEKSNYA
Semua seni pertunjukan Indonesia lama yang sekarang masih hidup (living tradition) adalah hasil dari konteks sosio-budaya lama kita.
Perubahan terjadi apabila masyarakat pendukung atau pewarisnya mengalami perubahan , dan perubahan terjadi jika suatu seni pertunjukan dipentaskan di wilayah lain atau konteks lain.
Mengkontekstualisasikan seni pertunjukan Indonesia merupakan tugas intelektual seni yang lahir dari institusi pendidikan dengan menjelaskan makna dan fungsi seni pertunjukan itu sesuai dengan konteks semulanya.
• Curt Sachs mengaitkan antara seni pertunjukan dengan sistem matrilinial(garis ibu), Patrilinial(garis ayah), dan parental(garis ayah dan ibu).
• Dalam sistem matrilineal seni bersifat introvert, membebaskan diri dari struktur tubuh (free of the body), imajinatif dan berkemampuan abstraksi (capable of abstraction). Sedangkan pada sistem kekerabatan patrilinial, sifat seni tari lebih ekstrovert, terikat pada struktur tubuh (bound of the body), sensory (bersifat kepanca-indraan) serta empirical.
• Sifat-sifat ini hanya berlaku bagi bangsa Indonesia, tetapi juga tidak menutup kemungkinan bagi bangsa-bangsa lain di dunia.
SENI PERTUNJUKAN MATRILINIAL DAN PATRILINIAL
SENI PERTUNJUKAN SEBAGAI UPACARASisa-sisa seni pertunjukan lama yang
sekarang masih hidup dalam masyarakat Indonesia, selalu diselenggarakan untuk alasan-alasan yang berhubungan dengan upacara peralihan.
Upacara peralihan (rites de Passage) tidak hanya “kelahiran-kehidupan-kematian”, namun dalam kehidupann sehari-hari berkaitan dengan kualitas manusia; dari sakit menjadi sehat, dari kegagalan menuju kesuksesan, dari bertambahnya usia, kepangkatan dll.
Dalam konteks upacara, seni pertunjukan akan melakonkan apa yang menjadi fenomena yang dialami masyarakatnya.
KREATIVITAS/RITUAL HIBURAN/SENI
PERTUNJUKAN1. Hasil-hasil2. Berhungan dengan sesuatu
yang transenden3. Waktu unephemeral - kehadiran
yang eternal (terus-menerus)4. Pelaku dikuasai, secara tidak
sadar5. Kepandaian dikecilkan6. Karya/tingkah laku tradisional7. Kemungkinan transformasi diri8. Penonton berpartisipasi9. Penonton mempercayai10.Kritik dihambat11.Kreativitas kolektif (komunal)
1. Untuk kesenangan2. Fokus kekinian3. Masa lalu dan masa kini
(waktu ephemeral)4. Pelaku sadar diri, terkontrol5. Kepandaian dihargai tinggi6. Karya tradisional dan baru7. Tak ada kemungkinan
transformasi diri8. Penonton mengamati9. Penonton mengapresiasi,
mengevaluasi10.Kritik dibiarkan secara
terbuka11.Kreativitas individual
(personal)
ANTARA SENI PERTUNJUKAN DAN UPACARA
Sumber:
SENI PERTUNJUKAN ASLI INDONESIA
“Untuk mengungkapkan kepercayaan sehingga hidup menjadi bermakna, maka
masyarakat asli Indonesia memiliki aktivitas yang terkait dengan lambang-lambang”.
RITUS SEBAGAI BENTUK PERTUNJUKAN ASLI
Macam Upacara Upacara Besar dilakukan oleh semua kelompok
suku atau negara secara kolektif dan periodik (jangka waktu lama).
Upacara Harian dilakukan oleh keluarga secara individual maupun kelompok secara individual maupun kolektif.
Bentuk Upacara Menceritakan kembali mitos asal muasal Mementaskan atau dramatisasi mitos Menyelenggarakan upacara adat Menyelenggarakan perayaan-perayaan atau pesta Mengadakan kurban Tari menari yang menghadirkan tata alam, dan
sebagainya.
SENI PERTUNJUKAN ZAMAN HINDU
Ciri pertunjukan zaman Hindu Indonesia• Konsep dewa raja• Tradisi panajerik• Pertunjukan terpola• Estetika istana sentris
Sumber Rekontruksi Seni Pertunjukan Zaman Hindu1)Prasasti;2)Karya sastra; 3)Relief-relief candi; 4)Patung-patung dalam candi; dan 5)Berita-berita luar negeri (kekaisaran
China).
Penjajaran, terdapat unsur-unsur pertunjukan dari India yang menekankan pada segi estetik daripada fungsi hiburan dan sakralnya. Pertunjukan jalanan dinilai “tidak pantas” oleh lingkungan istana.
Percampuran, terjadi pembauran antara unsur-unsur pertunjukan India dengan pertunjukan asli Indonesia yang mungkin sama sekali hanya berlaku di lingkungan kaum penguasa.
Seleksi, Unsur-unsur diseleksi sesuai dengan takaran etika Indonesia, dan diganti dengan unsur yang lebih halus, terutama bagi wanita.
Modifikasi, yakni menambah atau merubah dasar-dasar pertunjukan Hindu dengan budaya yang mengakar pada bangsa Indonesia.
AKULTURASI SENI PERTUNJUKAN HINDU INDONESIA
SENI PERTUNJUKAN ZAMAN ISLAM
“janganlah engkau ikut-ikutan saja dalam hal yang tidak engkau ketahui, karena
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanyai nanti”
(Bani Israil. 36)
• Seni Islam merupakan sebuah ekspresi estetik sebagai salah satu manifestasi sufistik atas pengejawantahan hukum Allah (al-Syari’ah) melalui jalan spiritual (al-Thariqah) untuk mencapai hakikat (al-Haqiqah) .• Secara prinsip dalam Islam semua harus mengacu pada Al Qur’an dan sunnah Nabi (Hadist).
• Seni Islam merupakan bagian dari kebudayaan yang harus mengacu pada syariah Islam yang memuat etika (kaidah, benar), estetika (keindahan), dan hikmah (manfaat).• Terlepas dari perdebatan antar
golongan mengenai seni Islam, seni diperbolehkan dalam Islam sejauh tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama Islam. • Seni Islami dimiliki daerah
berkebudayaan Islam di Indonesia, seperti seni pertunjukan Islami Melayu dan Jawa.
SENI PERTUNJUKAN MODERN INDONESIA
• Berkembangnya kebudayaan Barat di Indonesia yang berpusat di kota-kota, baik di bandar-bandar maupun yang bepusat di kota-kota administrasi pemerintahan jajahan di pedalaman, maka berkembang pula seni pertunjukan baru yang pada dasarnya adalah ekonomi uang, penjualan jasa berupa produk seni pertunjukan.
• Fungsi seni pertunjukan tidak lain adalah melayani jasa kebutuhan akan hiburan. Seni pertunjukan inilah yang kemudian berkembang ke arah seni pertunjukan modern di Indonesia.
AWAL SENI PERTUNJUKAN MODERN INDONESIA
BUDAYA POP DAN SENI PERTUNJUKAN INDONESIA MODERN
BUDAYA
MASSA MASYARAKATMASSA
MEDIA
MASSA
FASHION
FOOD
FUN
KONSEP BANGUNAN BUDAYA POP
Mazhab FrankfurtHorkheimer
Theodor Adorno
Herbert Marcuse
Walter Benjamin
NEO MARXIS
KRITIK PENCERAHAN
Uang merupakan sebuah bentuk pemujaan dan juga mendominasi hubungan sosial dalam masyarakat kapitalis (Adorno, teori Fetisisme Komoditas)
Langgengnya kapitalisme dapat dipertahankan dengan kemakmuran dan konsumerisme, bentuk kontrol sosial yang lebih rasional atau umum dipakai negara modern, media massa, dan budaya popular melalui penciptaan kebutuhan-kebutuhan palsu (Marcuse, teori kapitalisme modern Frankfurt)
Mazhab Brimingham
Richard HoggartRaymond WilliamsEP. ThompsonStuart HallPaddy Whannel
NEO MARXISNEW LEFT
LEFT CULTURALISM
Budaya pop dikritisi untuk suatu generasi dan memilahnya bukan untuk lari dari budaya itu, namun bagaimana
dipilah dan dipilih agar dapat membedakan baik-buruknya budaya pop
KOMBINASI DEFINISI BUDAYA POP MERUJUK PADA ISTILAH
BUDAYA DAN POPULAR3 Kategori Definisi Budaya 1. suatu proses umum
perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis
2. pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu
3. karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik
tipis merujuk budaya pop
kental merujuk budaya pop
4 Kategori Definisi Populer(1) Banyak disukai orang; (2) Jenis kerja rendahan;
(3) Karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) Budaya yang dibuat oleh seseorang untuk dirinya sendiri.
ENAM CARA MENDEFINISIKAN BUDAYA POPPertama, budaya pop merupakan budaya yang
menyenangkan atau banyak disukai orang. Kedua, merupakan kategori residual untuk
mengakomodasi praktik budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi.
Ketiga, budaya pop adalah budaya masa, yang dalam versi lunaknya lebih merupakan teks dan praktik budaya pop yang dilihat sekadar sebagai fantasi publik.
Keempat, Budaya pop adalah budaya rakyat, budaya otentik, budaya romantisme kaum buruh yang ditafsirkan sebagai protes simbolik terhadap kapitalisme kontemporer.
Kelima, budaya yang dibangun oleh hegemoni sebagai cara untuk mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok sub-ordinat melalui proses kepemimpinan intelektual dan moral.
Keenam, didefinisikan dari perspektif postmodern yang menyatakan bahwa semua budaya adalah budaya komersial.
PENGARUH IDEOLOGI DALAM BUDAYA POP
(1) Pelembagaan gagasan-gagasan sistematis yang diartikulasikan oleh sekelompok masyarakat tertentu;
(2) Menyiratkan adanya penopengan, penyimpangan, atau penyembumyian realitas tertentu;
(3) Mempresentasikan citra tertentu tentang dunia (terkait erat dengan definisi kedua);
(4) Bukan saja pelembagaan ide-ide, tetapi juga praktik material dalam kehidupan sehari-hari;
(5) sesuatu yang parsial menjadi universal dan legitimate.
“Budaya pop merupakan presentasi pemberontakan kaum tertindas dan
termarjinalkan” (Storey, 2033)
BlibiografiBandem, I Made dan Sal Murgiyanto. 1996. Teater Daerah
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius Kerja Sama dengan Forum Apresiasi Kebudayaan Den Pasar-Bali.
Barker, Chris. 200, Cultural Studies: Theory and Practice, London: Sage.
Brandon, James R. 1993. The Cambridge Guide To Asian Theater. Cambridge: The Press Syndicate of The University of Cambridge.
Case, Sue Ellen, 1994. Feminism and Theatre, Macmillan. Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat, Jakarta: Sinar
Harapan.Munro, Thomas. 2007. Estetika Timur: Sebuah Kajian Bagi
Pertemuan Antara Budaya Timur dan Barat. Surakarta: Alumni Seni Rupa UNS.
Schechner, Richard. 1988. Performance Theory. New York and London: Routledge.
Schechner, Richard and Willa Appel. 1990. By Mean of Performance: Intercultural Studies of Theatre and Ritual. Cambridge University Press.
Sedyawati, Edi & Sapardi Djoko D. (ed). 1991. Seni Dalam Masyarakat Indonesia (Bunga Rampai). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Storey, John. 2003. Teori Budaya dan Budaya Pop: Memetakan Lanskap Konseptual Cultural Studies. Yogyakarta: Qalam.
Turner, Victor1982. From Ritual to Theatre, New York:PAJ Publication.
Turner, Victor,1986. The Antropology of Performance, New York: PAJ Publication.