T U G A SPERBANKAN SYARIAH
BAB 3. IDENTIFIKASI TRANSAKSI
YANG TERLARANGBAB 4. TEORI PERTUKARAN DAN
TEORI PERCAMPURAN
Disusun Oleh :
Anton Mulyono 1108035Dimas Permadi 1108030Morgan Apero 1108058Abdul Salman K 1108001Maryano 1208027
INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA (IKOPIN)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah paper ini. Tujuan penulisan paper ini
adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang perbankan syariah.
Paper ini berisi beberapa informasi tentang Sistem Perbankan Syariah yaitu
mengenai Identifikasi Transaksi Yang Dilarang serta Teori Pertukaran dan Teori
Percampuran, semoga dengan adanya paper ini dapat menambahkan pengetahuan
pembaca tentang Perbankan Syariah.
Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan paper ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan paper ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Hormat kami,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iv
PEMBAHASAN :
BAB 3. IDENTIFIKASI TRANSAKSI YANG DILARANG
A. Pendahuluan..............................................................................................1
B. Haram Zat-nya..........................................................................................2
C. Haram Selain Zat-nya...............................................................................3
D. Tidak Sah/ Lengkap Akadnya...................................................................12
BAB 4. TEORI PERTUKARAN DAN TEORI PERCAMPURAN
A. Pendahuluan..............................................................................................13
B. Teori Pertukaran........................................................................................14
C. Teori Percampuran....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hukum Asal dalam Syariah Islam..............................................................1
Gambar 2. Klasifikasi Haram.......................................................................................2
Gambar 3. Taghrir (Gharar)..........................................................................................4
Gambar 4. Riba Nasi’ah...............................................................................................6
Gambar 5. Karakteristik Bisnis....................................................................................7
Gambar 6. Riba Jahiliya...............................................................................................8
Gambar 7. Maysir vs Hadiah........................................................................................10
Gambar 8. Haram Li-Ghairihi......................................................................................11
Gambar 9. Bai’ al-‘Inah................................................................................................13
Ganbar 10. Dua Pilar dalam teori pertukaran...............................................................16
Gambar 11. ‘Ayn bi Dayn.............................................................................................17
Gambar 12. Ayn bi Dayn..............................................................................................18
Gambar 13. Dayn bi Dayn............................................................................................19
Gambar 14. Bai’al-Dayn bi al-Dayn.............................................................................21
Gambar 15. Teori Pertukaran & Teori Percampuran....................................................23
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Natural and Enforced Probability...................................................................7
Tabel 2. Ikhtisar Riba....................................................................................................9
Tabel 3. Matriks Pertukaran..........................................................................................22
Tabel 4. Matriks Percampuran......................................................................................25
BAB 3 IDENTIFIKASI TRANSAKSI YANG DILARANG
A. PENDAHULUAN
Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang,
kecuali yang ada ketentuannya berdasarkan Alquran dan Al-Hadis, sedangkan dalam
urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya.
Gambar 1. Hukum Asal dalam Syariah Islam
Penyebab terlarangnya sebuah transaksi adalah disebabkan factor-faktor
sebagai berikut :
1. Haram zatnya (haram li-dzatihi)
2. Haram selain zatnya (haram li-ghairihi)
3. Tidak sah (lengkap) akadnya
Gamabar berikut ini memberikan ringkasan mengenai penyebab dilarangnya
Semua boleh kecuali ada larangannya
Semua Tidak Boleh Kecuali
yang ada ketentuannya
MuamalahIbadah
Hukum Asal
transaksi.
Gambar 2. Klasifikasi Haram
B. HARAM ZATNYA
Transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan
juga dilarang, misalnya minuman keras, bangkai, daging babi, dan sebagainya. Jadi,
transaksi jual-beli minuman keras adalah haram, walaupun akad jual-belinya sah.
C. HARAM SELAIN ZAT-NYA
1. Tidak terpenuhiya rukun dan syarat
2. Terjadi ta’alluq
3. Terjadi “2 in 1
1. Tadlis2. Taghrir
(Gharar)3. Ikhtikar4. Bai’ najasy5. Riba6. Maisir7. Risywah
1. Babi2. Khamr3. Bangkai 4. Darah
Tidak sahnya akad
Haram selain zatnyaHaram zatnya
HARAM
I. Melanggar Prinsip “An Taradin Minkum”
Tadlis (penipuan)
Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan
antara kedua belah pihak (sama-sama ridho). Mereka harus mempunyai informasi
yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa
dicurigai (ditipu) karena ada suatu yang unknown to one party (keadaan dimana
salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini disebut
juga assymetric information). Unknown to one party dalam bahasa fiqihnya
disebut tadlis, dan dapat terjadi dalam 4 hal, yakni dalam :
1. Kuantitas
2. Kualitas
3. Harga
4. Waktu penyerahan
II. Melanggar Prinsip ‘La Tazhlimuna wa la Tuzhlamun’
Melanggar Prinsip ‘La Tazhlimuna wa la Tuzhlamun’ ,yakni jangan
menzalimi dan jangan dizalimi. Praktik-Praktik yang melanggar prinsip ini
diantaranya :
1. Taghrir (gharar)
Gharar atau disebut juga taghrir adalah situasi dimana terjadi
incomplete information karena adanya Uncertainty To Both Parties (ketidak
pastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi). Dalam Taghrir, Baik pihak A
maupun pihak B sama-sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu yang
ditransaksikan (Uncertainty To Both Parties). Gahrar dapat juga terjadi dalam
4(empat) hal, yakni Kuantitas, Kualitas, Harga, dan Waktu Penyerahan. Bila salah
satu (atau lebih) dari faktor-faktor di atas diubah dari certain menjadi uncertain,
maka terjadilah gharar.
Taghrir
Certain(pasti)
Uncertain(tidak pasti)
Gambar 3. Taghrir (Gharar)
Keempat bentuk gharar diatas, keadaan sama-sama rela yang dicapai
bersifat sementara, yaitu sementara keadaannya masih tidak jelas bagi kedua
belah pihak.
2. Rekayasa Pasar dalam Supply (Ikhtisar)
Rekayasa pasar dalam supply terjadi bila seorang produsen/penjual
mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara mengurangi
sipply agar harga produk yang dijualnya naik. Hal ini dalam istilah Fiqih disebut
Ikhtikar. Ikhtikar terjadi bila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi.
a. Mengupayakan adanya kelangkaan barang baik dengan cara menimbun
stock atau mengenakan entry-barriers.
b. Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga sebelum
munculnya kelangkaan.
c. Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan
sebelum komponen 1 & 2 dilakukan.
3. Rekayasa pasar dalam Demand (Bai’ Najasy)
Rekayasa pasar dalam demand terjadi bila seorang produsen (pembeli)
menciptakan permintaan palsu, seolah olah ada banyak permintaan terhadap suatu
produk sehingga harga jual produk itu akan naik. Rekayasa Demand ini di dalam
istilahnya fiqihnya disebut dengan bai’ najasy.
4. Riba
Dalam ilmu fiqih, dikenal 3(tiga) jenis Riba, yaitu sebagai berikut
Riba Fadl, Riba Nasiah, Riba Jahiliyah.
a. Riba Fadl disebut juga Riba buyu’, yaitu riba yang timbul akibat pertukaran
barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (Mistlan bi
Mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu
penyerahannya (yadan bi yadin). Pertukaran semisal ini mengandung Gharar,
yaitu ketidakjelasan bagi kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang
dipertukarkan. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan tindakan zalim
terhadap salah satu pihak, kedua belah pihak, dan pihak-pihak lain. Dalam
perbankan, Riba Fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing
yang tidak dilakukan dengan cara tunai (spot).
b. Riba Nasiah disebut juga Riba Duyun yaitu riba yang timbul akibat utang-
piutang yang tidak memenuhi criteria untung muncul bersama risio (Al
Ghunmu Bil Ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (Al-Kharaj Bi
Dhaman) transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban
menanggung beban hanya karena berjalannya waktu.
Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba Nasi’ah
muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang
yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian. Jadi, Al
Ghunmu (untung) muncul tanpa adanya Al-Ghurmi (Risiko), hasil usaha (Al-
Kharaj) muncul tanpa adanya biaya (Dhaman); Al-Ghunmu dan Al-Kharaj
muncul hanya dengan berjalannya waktu. Padahal dalam bisnis selalu ada
kemungkinan untung dan rugi. Memastikan sesuatu yang diluar wewenang
manusia adalah bentuk Kezaliman padahal justru itulah yang terjadi dalam
Riba Nasi’ah yakni terjadi perubahan sesuatu yang seharusnya bersifat
Uncertain (tidak pasti) menjadi Certain (pasti). Pertukaran kewajiban
menanggung beban (Exchange Of Ability) ini dapat menimbulkan tindakan
zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak, dan pihak-pihak lain.Pendapat
Imam Sarakhzi akan memperjelas hal ini :
“Riba adalah tambahan yang diisyaratkan dalam transaksi bisnis
tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut”.
Dalam perbankan konvensional, riba nasi’ah dapat ditemukan dalam
pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga deposito, tabungan giro,
dan lain-lain. Jadi mengenakan tingkat bunga untuk suatu pinjaman
merupakan tindakan yang memastikan sesuatu yang tidak pasti, karena
diharamkan.
Gambar 4. Riba Nasi’ah
Bunga dan Time Value of Money
Prinsip time value of money yang didefinisikan sebagai berikut :
“A dollar today is worth more than a dollar in future because a dollar
today can be invested to get a return”.
Dalam ekonomi konvensional, ketidakpastian return dikonversi
menjadi suatu kepastian melalui premium for uncertainly. Dalam setiap
investasi tentu selalu ada probability untuk mendapat positif return, negative
return, dan no return. Adanya probability inilah yang menimbulkan
uncertainty (ketidakpastian). Probability untuk mendapat negative return dan
no return ini yang dipertukarkan (exchange of liabilities) dengan suatu yang
pasti yaitu premium for uncertainty.
Natural Uncertainty Contract(pasti)
Certaint
Riba nasi’ah
Premium for uncertainty
Negative return
Positive return
No returnBussiness
Gambar 5. Karakteristik Bisnis
Katakanlah probability positive return dan negative return masing-
masing sebesar 0,4; sedangkan probability no return sebesar 0,2. Apa yang
dilakukan dalam perhitungan discount rate adalah mempertukarkan
probability negative return (0,4) dan probability no return (0,2) ini dengan
premium for uncertainty, sehingga yang tersisa tinggal probability untuk
positive return (1,0)
Tabel 1. Natural and Enforced Probability
Keadaan Natural Uncertainty
(probability) →Discount rate
(probability)
Positive return
No return
Negative return
0,4
0,2
0,4
1,0
0,0
0,0
Keadaan inilah yang ditolak dalam ekonomi syariah, yaitu keadaan
Al-Ghunmu Bi La Ghurmi (Gaining Return Without Being Responsible For
Any Risk) dan Al-Haraj Bi La Dhaman (Gaining Income Without Being
Responsible For Any Expenses).
c. Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman,
karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu
yang telah ditetapkan. Riba Jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran
kaidah “Ikullu Qardin Jarra Manfa’atan fahuwa Riba” (setiap pinjaman
yang mengambil manfaat adalah riba). Memberi pinjaman adalah transaksi
kebaikan (tabarru), sedangkan meminta kompensasi adlaah transaksi bisnis
(tijarah). Jadi transaksi yang dari semula diniatkan sebagai transaksi
kebaikan tidak boleh diubah menjadi transaksi yang bermotif bisnis.
Dari segi penundaan waktu penyerahaannya, riba jahiliyah tergolong
riba nasi’ah dari segi kesamaan obyek yang dipertukarkan, tergolong riba
fadl.
Dalam perbankan konvensional, riba jahiliyah dapat ditemui dalam
pengenaan bunga pada transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh
tagihannya.
Dari definisi riba, sebab (illat) dan tujuan (hikmah) pelarangan riba,
maka dapat diidentifikasi praktik perbankan konvensional yang tergolong
riba. Riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing yang tidak
dilakukan secara tunai. Riba nasi’ah dapat ditemui dalam transaksi
pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga tabungan/deposito/giro.
Riba jahiliyah dapat ditemui dalam transaksi kartu kredit yang tidak dibayar
penuh tagihannya.
Gambar 6. Riba Jahiliya
Tabel 2. Ikhtisar Riba
Tipe Faktor Penyebab Cara Menghilangkan Faktor Penyebab
Diperbolehkan karena hakikat dari kontrak tijarah adalah memperoleh keuntungan
Keuntungan
Tijarah Contract
Ribh (Profit)
Dilarang karena mengubah kontrak tabbaru’ menjadi kontrak tijarah
Keuntungan
Tabbaru’Contract
Riba Jahiliyah
Riba Fadl Gharar
(uncertain to both par- ties
Kedua belah pihak harus memastikan factor-
faktor berikut ini :
1. Kuantitas
2. Kualitas
3. Harga
4. Waktu Penyerahan
Riba
Nasi’ah
Al-ghunmu bi la ghurmi,
al-kharaj bi la dhaman
(return tanpa resiko,
pendapatan tanpa biaya)
Kedua belah pihak membuat kontrak yang
merinci hak dan kewajiban masing- masing
untuk menjamin tidak adanya pihak manapun
yang mendapatkan return tanpa menanggung
resiko, atau menikmati pendapatan tanpa
menanggung biaya.
Riba
Jahiliyah
Kullu qardin jarra
manfa’atan fahuwa riba
(memberi pinjaman
sukarela secara komersil,
karena setiap pinjaman
yang mengambil manfaat
adalah riba)
1. Jangan mengambil manfaat apa pun dari
akad/ transaksi kebaikan (tabbaru)
2. Kalaupun ingin mengambil manfaat, maka
gunakanlah akad bisnis (tijarah), bukan
akad kebaikan (tabarru)
5. Maysir (Perjudian)
Secara sederhana yang dimaksud dengan maysir atau perjudian adalah
suatu permainan yang menempatkan salah satu pihak harus menanggung
beban pihak yang lain, akibat permainan tersebut.
Allah SWT, telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan
aktivitas ekonomi yang mengandung unsur maysir (perjudian). Allah SWT
berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, sesunggunya meminum khamr, ebrjudi,
berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka janganlah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan (QS Al-
Maidah :90)
Untuk menghindari terjadinya maysir dalam sebuah permainan
misalnya pembelian trophy atau bonus untuk para juara jangan berasal dari
dana partisipasi para pemain, melainkan dari para sponsorship yang tidak
ikut bertanding. Dengan demikian tidak ada pighak yang merasa dirugikan
atas kemenangan pihak yang lain. Pemberian bonus atau trophy dengan cara
tersebut dalam istilah fiqih disebut hadiah dan halal hukumnya.
Gambar 7. Maysir vs Hadiah
6. Risywah (Suap-Menyuap)
Yang dimaksud dengan perbuatan risywah adalah memberi sesuatu
kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Suatu
perbuatan baru dapat dikatakan sebagai tindakan risywah (suap-menyuap)
jika dilakukan kedua belah pihak secara suka rela. Jika hanya salah satu
pihak yang meminta suap atau pihak yang lain tidak rela atau dalam keadaan
terpaksa atau hanya untuk memperoleh haknya, peristiwa tersebut bukan
kategori risywah melainkan tindak pemerasan.
Allah SWT telah menyinggung praktik suap-menyuap pada sejumlah
ayat Alquran. Diantara firman Allah SWT :
Dan janganlah sebagian kamu memakan harga sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan batil dan janganlah kamu membawa urusan
harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian dari
harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu
mengetahui (QS Al-Baqarah [2] : 188)
Rasulullah Saw pun telah memberi peringatan secara tegas untuk
menjauhi praktik risywah (suap-menyuap). Rasulullah bersabda :
“Allah melaknat orang yang memberi suap, penerima suap, sekaligus
broker suap yang menjadi penghubung antar keduanya” (HR. Ahmad)
Gambar 8. Haram Li-Ghairihi
D. TIDAK SAH/LENGKAP AKADNYA
Suatu traksaksi yang tidak termasuk dalam kategori haram li dzatihi maupun
haram li ghairihi, belum tentu serta merta menjadi halal. Masih ada kemungkingan
transaksi tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu tidak sah atau tidak
Halal
Halal
Halal
Halal
Haram Li Ghairihi :1. Taghrir/Gharar2. Tadlis3. Rekayasa Pasa (Ikhtiar
dan Ba’i Najasy)4. Riba5. Masysir6. Risywah
lengkap. Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah dan/tidak tidak lengkap adanya bila
terjadi salah satu (atau lebih) faktor-faktor berikut ini :
I. Rukun dan Syarat tidak terpenuhi
II. Terjadi Ta’alluq
III. Terjadi “twi in one”
I. Rukun dan Syarat
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalah suatu transaksi (necessary
condition), misalnya ada penjual dan pembeli.
Pada umumnya rukun dalam muamalah iqtishadiyah (muamalah dalam
bidang ekonomi) ada 3 (tiga) yaitu :
1. Pelaku
2. Objek
3. Ijab-kabul
Akad dapat menjadi batal bila terdapat :
1. Kesalahan/kekeliruan obyek
2. Paksaan (ikrah)
3. Penipuan (tadlis)
Bila ketiga rukun di atas terpenuhi, traksaksi yang dilakukan sah.
Namun bila rukun di atas tidak terpenuhi (baik satu rukun atau lebih), transaksi
menjadi batal.
Selain rukun, faktor yang harus ada supaya akad menjadi sah (lengkap)
dalah syarat. Syarat adalah sesuatu yang keberadaannya melengkapi rukun
(sufficient condition). Bila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi,
rukun menjadi tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid (rusak).
Syarat bukanlah rukun, jadi tidak boleh dicampuradukkan. Di lain pihak
keberadaan syarat tidak boleh :
II. Ta’alluq
Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling
dikatikan, maka berlakunya akad I tergantung pada akad 2.
Gambar 9. Bai’ al-‘Inah
III. “Two in one”
Two in one adalah kondisi di mana suatu transaksi diwadahi oleh dua
akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian (gharar) mengenai akad mana
yang harus digunakan (berlaku). Dalam terminologi fiqih, kejadian ini disebut
dengan shafqatain fi al-shafqah.
Two in one terjadi bila semua dari ketiga faktor di bawah ini
terpenuhi :
1. Objek sama
2. Pelaku sama
3. Jangka waktu sama
Bila satu saja dari faktor di atas tidak terpenuhi, maka two in one
tidak terjadi, dengan demikian akad menjadi sah. Contoh dari two in one
adalah transaksi lease and purchase (sewa-beli). Dalam transaksi ini, terjadi
gharar dalam akad karena ada ketidakrelaan akad mana yang berlaku; akad
beli atau akad sewa. Karena itulah maka transaksi ini diharamkan.
BAB 4
TEORI PERTUKARAN DAN TEORI PERCAMPURAN
Jual X secara tunai Rp 100 jt
Dengan syarat
Jual X secara cicilan Rp 120 jt
Bai’ al-Inah
A. Pendahuluan
Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, kontrak/ akad
dapat dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu;
I. Natural certainty contracts
II. Natural Uncertainty contracts.
Natural certainty contracts adalah kontrak/ akad dalam bisnis yang
memberikan kepastian pembayaran, bagi dari segi jumlah (amount) maupun waktu
(timing)-nya. Cash flow-nya bisa diprediksi relative pasti karena sudah disepakati
oleh kedua belah pihak yang bertransaksi diawal akad. Kontrak-kontrak ini secara
“sunatullah” (by their nature) menawarkan return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya
fixed and predetermined. Objek pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun
harus ditetapkan diawal akad dengan pasti, baik jumlahnya (quantity), mutunya
(quality), harganya (price), dan waktu penyerahannya (time of dilavery). Yang
termasuk dalam kategori ini adalah kontrak-kontrak jual-beli, upah-mengupah,
sewa-menyewa,dan lain-lain.
Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling membutuhkan
asetnya (baik real assets maupun financial assets). Jadi masing-masing pihak tetap
tetap berdiri-sendiri (tidak saling bercampur membentuk usaha baru), sehingga
tidak ada resiko pertanggungan bersama. Jika tidak ada percampuran asset si A
dengan si B. yang ada misalnya, adalah si A memberikan barang ke B, kemudian
sebagai gantinya si B menyerahkan uang kepada si A. Disini barang ditukarkan
dengan uang, sehingga terjadilah kontrak jual-beli. Kontrak-kontrak natural
certainly ini dapat diterangkan dalam sebuah teori umum yang diberi nama teori
pertukaran.
Dilain pihak, natural uncertainty contracts adalah kontrak/ akad dalam bisnis
yang tidak memberikan kepastiaan pendapatan (return), baik dari segi jumlah
(amount) maupun waktu (timing)-nya. Tingkat return-nya bisa positif, negative atau
nol. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi. Kontrak-
kontrak investasi ini secara “sunnatullah” (by their nature) tidak menawarkan
return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya tidak fixed and predeter- mined.
Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang saling berinvestasi saling
mencampurkan asetnya (baik real assets maupun financial assets) menjadi satu
kesatuaan, dan kemudian menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan
keuntunga. Disini keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Natural
uncertainly contracts ini dapat diterangkan dalam sebuah teori umum yang diberi
nama teori percampuran (the theory of venture).
B. TEORI PERTUKARAN
Teori pertukaran terdiri dari dua pilar, yaitu :
I. Objek pertukaran, dan
II. Waktu pertukaran
I. Objek Pertukaran
Fiqih membedakan dua jenis objek pertukaran, yaitu :
- ‘Ayn (real asset) berupa barang dan jasa
- Dayn (financial asset) berupa uang dan surat berharga
II. Waktu pertukaran
Fiqih membedakan dua waktu pertukaran, yaitu:
- Daqdan (Immediate delivery) yang berarti penyerahan saat itu juga
- Ghairu naqdan (Deferred delivery) yang berarti penyerahan kemudian
Dari segi objek pertukaran, dapat diidenfikasi tiga jenis pertukarn, yaitu:
1. Pertukaran real asset (‘ayn) dengan real asset (‘ayn)
2. Pertukaran real asset (‘ayn) dengan financial asset (‘dayn)
3. Pertukaran financial asset (dayn) dengan financial asset (dayn)
naqdanWaktu
perukaran
dayn bi dayn
‘ayn bi dayn
‘ayn bi ‘ayn
Objekpertukaran
Ganbar 10. Dua Pilar dalam teori pertukaran
1. Pertukaran ‘Ayn dengan ‘Ayn
a. Lain jenis
Dalam pertukaran ‘ayn dengan ‘ayn, bila jenisnya berbea (misalnya upah tenaga
kerja yang dibayar dengan sejumlah beras) maka tidak ada masalah (dibolehkan).
b. Sejenis
Namun bila jenisnya sama, fiqih membedakan antara real asset yang secara kasat
mata tidak dapat dibedakan mutunya.
Satu-satunya yang membolehkan pertukaran antara yang sejenis dan dan
secara kasat mata tidak dapat dibedakan mutunya adalah:
1) Sewa-an bi sawa-in (sama jumlahnya)
2) Mistan bi mistlin (sama mutunya)
3) Yadan bi yadin (sama waktu penyerahannya)
Kasat mataKualitas sama
Kasat mataKualitas berbeda
Jenis Sama
Jenis Beda‘ayn bi ‘ayn
Gambar 11. ‘Ayn bi Dayn
2. Pertukaran ‘Ayn dengan Dayn
Dalam pertukaran ‘ayn dengan dayn, maka yang dibedakan adalah jenis ‘ayn-nya.
Bila ‘ayn-nya adalah barang, maka pertukaran ‘ayn dengan dayn itu disebut jual
beli (al-bai’). Sedangkan bila ‘ayn-nya adalah jasa, maka pertukaran itu disebut
sewa-menyewa/ upah mengupah (al-ijarah).
Dari segi metode pembayarannya Islam membolehkan jual beli dilakukan
secara tunai (now for now), bai’naqdan atau secara tangguh bayar (deferred
payment, bai’muajjal), atau secara tangguh serah (defferent delivery, bai’salam).
Bay Muajjal dapat dibayar secara penuh (muajjal) atau secara cicilan (taqsith). Jual
beli tangguh dapat dibedakan lagi menjadi: pertama, pembayarannya lunas
sekaligus dimuka (bai’salam); kedua, pembayaran dilakukan secara cicilan dengan
syarat harus lunas sebelum barang diserahkan (bai’istishna’).
Salam
Istishna’
Muajjal
Taqsith
Muajjal
Salam
Naqdan
Al-Bai’(Barang)
‘ayn bi dayn
Gambar 12. Ayn bi Dayn
Dalam praktik perbankan syariah, akad murabahah lazim digunakan meskipun
transaksinya tidak dilakukan oleh anak kecil atau orang yang akalnya kurang,
karena teknik perhitungan keuntungan yang dilakuakn bank terlalu rumit untuk
dipahami oleh masyarakat awam.
Ijarah bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat disebut sewa menyewa
sedangkan bila diterapkan diterpakan untuk mendapatkan manfaat orang disebut
upah mengupah. Ijarah dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayannya
tergantung pada kinerja yang disewa (disebut ju’alah, success fee), dan ijarah yang
pembayannya tidak tergantung pada kinerja yang disewa (disebut ijarah, gaji dan
sewa).
Dalam praktik perbankan, akad ijarah diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
nasabah menyewa ruko, misalnya, yang mengharuskan nasabah membayar sewanya
secara lump-sum di muka untuk peride 3 tahun.
Dalam perkembangan terakhir, muncul pula kebutuhan nasabah yang
menyewa untuk memiliki barang yang disewanya diakhir periode sewa. Kebutuhan
ini dipenuhi dengan akad Ijarah muntahia bi tamlik. Bagi bank, akad ini merupakan
berkah karena memberikan flaksibilitas harga sewa bulanan; suatu hal yang tidak
mungkin dilakukan dalam akad murabahah. Akad ini juga membuka peluang bagi
bank untuk memperpanjang waktu dengan melakukan akad sewa baru, bial diakhir
periode sewa pertama nasabah belum mampu untuk melakukan pembelian barang
tersebut.
3. Pertukaran Dayn dengan Dayn
Dalam pertukaran dayn dengan dayn, dibedakan antara dayn yang berupa uang
dengan dayn yang tidak berupa uang (untuk selanjutnya disebut surat berharga).
Pada zaman ini, uang tidak lagi terbuat dari emas atau perak, bahkan uang tidak lagi
dikaitkan nilainya dengan emas atau perak. Sehingga uang saat ini uang kartal yang
terdiri uanga kertas dan uang logam.
Gambar 13. Dayn bi Dayn
Yang membedakan uang dengan surat berharga adalah uang dinyatakan
sebagai alat bayar resmi oleh pemerintah, sehingga setiap warga Negara wajib
menerima uang sebagai alat bayar. Sedangkan akseptasi surat berharga hanya
terbatas bagi mereka yang mau menerimanya.
Pertukaran uang dengan uang dibedakan menjadi pertukaran uang yang sejenis
dan pertukaran yang tidak sejenis. Pertukaran uang yang sejenis hanya
diperbolehkan bila memenuhi syarat: sawa-an bi sawa-in(same quantity), dan
yadan bi yadin (same time of delivery).Misalnya perukaran satu lembar uang
pecahaan Rp.100.000 dengan 10 lembar uang pecahaan Rp.10.000, harus dilakukan
penyerahannya pada saat yang sama.
Pertukaran uang yang tidak sejenis hanya di perbolehkan bila memenuhi
syarat: yadan bi yadin (same time of delivery). Pertukaran uang yang sejenis disebut
Jenis Beda
Jenis Beda
Jenis Beda
Jenis Beda
Non-Uang(Surat Berharga)
Uang
Dayn bi dayn
sharf (many changer). Misalnya USD 1000 dengan Rp 10.000.000, harus dilakukan
penyerahaannya pada saat yang sama. Inilah yang menjadi sebab pelarangan
transaksi forward dan transaksi swap dalam pertukaran valuta asing. Sedangkan
transaksi spot dibolehkan,baik yang dilakukan di counter maupun yang dilakukan
antar dua bank di dua lokasi yang berjauhan.Settlement period selama dua hari
dipandang sebagai suatu mekanisme teknis yang tidak dapat dihindarkan karena
lokasi yang berjauhan.Perkembangan terakhir, Dewam Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) membolehkan forward agreement (janji, wa’ad)
namun tetap tidak membolehkan forward transaction (transaksi,akad). Hal ini untuk
mencegah terjadinya forward buying yang dihedging dengan melakukan forward
selling, yang selanjutnya akan diikuti dengan forward buying – forward selling
berikutnya.Selain bertentangan dengan hadis “la tabi’ ma laisa ’indak” (jangan jual
sesuatu yang belum dimiliki), pelarangan ini juga dimaksud untuk mencegah
terjadinya bubbl growth pada sektor vinansial , dan mencegah terjadinya domino
effect bila terjadi default pada salah satu mata rantai para pihak yang terlibat dalam
transaksi forward buying – forward selling tersebut.
Jual beli surat berharga pada dasarnya tidak diperbolehkan.Namun bila surat
berharga dilihat lebih rinci, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu surat berharga yang
merupakan representasi ‘ayn, dan surat berharga yang bukan merupakan
representasi’ayn. Secara umum dapat dikatakan bahwa hanya surat berharga yang
merupakan representasi’ayn saja yang dapat diperjual-belikan.
Secara terinci,jual beli surat berharga (bai’al dayn bi al dayn) dapat dibedakan
menjadi:
a. Penjualan kepada si pengutang (bai’al dayn lil madin, sale of debt to the
debtor), yang dapat dibedakan lagi menjadi:
Hutang yang pasti pembayarannya (confirmed, mustaqir).Bagi mashab
Hanbali dan Zahiri, transaksi ini boleh.
Hutang yang tidak pasti pembayarannya (unconfirmed,ghairu
mustaqir).Transaksi ini terlarang.
b. Penjualan kepada pihak ketiga (bai’ al dayn lil ghairu madin, sale of debt to
third party) yang dapat dibedakan lagi menjadi empat pendapat:
Kebanyakan ulama mazhab Hanafi dan Syafi’I, beberapa ulama Hanbali dan
Zahiri secara tegas tidak membolehkan hal ini.
Ibnu Taimiyah membolehkannya bila utangnya adalah utang yang pasti
pembayarannya (confirmed, mustaqir).
Imam Suraji, Subki, dan Nawawi membolehkanya dengan tiga syarat.
Imam Anas bin Malik dan Zurqoni membolehkannya dengan delapan syarat.
Gambar 14. Bai’al-Dayn bi al-Dayn
Skema-skema pertukaran dapat diringkas menjadi matriks pertukaran sebagai
berikut.
Tabel 3. Matriks Pertukaran
Time
Object
Now for
now
Now for
deferred
Deferred
For deferred
‘Ayn for Ayn
‘Ayn for Dayn
Dayn for Dayn
×
Kecuali sharf
×
×
×
×
Ghair Mustaqir Haram
MustaqirHalal menurut Mazhab
Hanbali dam ZahiriBai’al-dayn lil Mad’in(Sale of Debt to the
Debtor
Matrik diatas memberikan panduan yang komprehensif bagi kita untuk dapat
menentukan halal-haramnya suatu transaksi pertukaran. Semua transaksi
pertukaran tangguh serah (deferred for deferred) diharamkan (kolom paling paling
kanan dari matriks). Demikian pula dengan semua pertukaran dayn dengan dayn
diharamkan (baris paling bawah dari matriks), dengan satu perkecualian yakni
sharf (pertukaran mata uang yang berbeda). Selain itu dua hal di atas, semua
transaksi pertukaran diperbolehkan.
C. TEORI PERCAMPURAN
Teori percampuran terdiri dari dua pilar pula, yaitu:
I. Objek percampuran; dan
II. Waktu percampuran.
I. Objek percampuran
Sebagaimana dalam teori pertukaran , fiqih juga membedakan dua jenis
objek percampuran, yaitu:
‘Ayn (real asset) berupa barang dan jasa.
Dayn (financial asset) berupa uang dan surat berharga.
II. Waktu percampuran
Dari segi waktunya, sebagaimana dalam teori pertukaran fiqih juga
membedakan dua waktu percampuran, yaitu:
Naqdan (Immediate delivery) yakni penyerahaan saat itu juga.
Ghairu naqdan (Deferred delivery) yakni penyerahaan kemudian.
Selanjutnya, dari segi objek percampurannya dapat diidentifikasi tiga jenis
percampuran, yaitu:
1. Percampuran real asset (‘ayn) dengan real asset (‘ayn)
2. Percampuran real asset (‘ayn) dengan financial asset (dayn)
3. Percampuran financial asset (dayn) dengan financial asset (dayn)
Gambar di bawah ini memberikan ikhtisar mengenai pembagian teori
percampuran dan teori pertukaran dilihat dari objeknya dan juga
waktunya.Pada dasarnya, pembagian objek dan waktu dalam teori
percampuran sama dengan teori pertukaran.
Naqdan(Immediat
eDelivery)
‘Ayn
Dayn(Financial
Asset)
Waktu Pertukaran/percampura
n
ObjekPertukaran/percampura
n
Teori pertukaran/percampuran
Gambar 15. Teori Pertukaran & Teori Percampuran
Dari segi waktunya, baik dalam teori percampuran maupun pertukaran,
dapat dibedakan menjadi dua: immediate delivery (naqdan, penyerahaan saat
itu juga), dan deffered delivery (muajjal, penyerahaan kemudian). Sementara
itu, dari segi objeknya, dalam teori ini dapat dibedakan menjadi dua pula:
‘ayn (real asset, barang dan jasa) dan dayn (financial asset, uang dan non-
uang).
1. Percampuran ‘Ayn dengan ‘Ayn
Percampuran antara ‘ayn dengan ‘ayn dapat terjadi, misalnya pada kasus
di mana ada seorang tukang kayu bekerja sama dengan tukang batu untuk
membangun sebuah rumah. Baik tukang kayu maupun tukang batu,
keduanya sama-sama menyumbangkan tenaga dan keahliannya (jasa) dan
mencampurkan jasa mereka berdua untuk membuat usaha bersama, yakni
membangun rumah. Dalam kasus ini, yang dicampurkan adalah ‘ayn
dengan ‘ayn. Tukang kayu menyumbangkan keahlian perkayuannya (jasa,
‘ayn), dan tukang batu menumbangkan keahlian membangunnya (jasa,
‘ayn). Bentuk percampuran seperti ini disebut syirkah ‘abdan.
2. Percampuran ‘Ayn dengan Sayn
Percampuran antara ‘ayn (real asset) dengan dyn (financial asset) dapat
‘Ayn
mengambil beberapa bentuk, di antaranya sebagai berikut.
a. Syirkah Mudharabah
Dalam kasus ini, uang (financial asset) dicampurkan dengan
jasa/keahlian (real asset). Hal ini ketika ada seorang pemilik modal
(A) yang bertindak sebagai penyandang dana, memberikan sejumlah
dana tertentu untuk dipakai sebagai modal usaha kepada seseorang
yang memiliki kecakapan untuk berbisnis (B). di sini , Amemberikan
dayn (uang, financial asset), sementara B memberikan ‘ayn
(jasa/keahlian, real asset).
b. Syirkah wujuh
Dalam syirkah wujuh juga terjadi percampuran antara ‘ayn dengan
dayn. Dalam bentuk syirkah seperti ini, seorang penyandang dana
(A) memberikan sejumlah dana tertentu untuk dipakai sebagai modal
usaha, dan B menyumbangkan reputasi/nama baiknya.
3. Percampuran Ayn dengan Dayn
Percampuran antara dayn dengan dayn dapat mengambil beberapa
bentuk pula. Bila terjadi percampuran antara uang dengan uang dalam
jumlah yang sama (Rp X dengan Rp X), hal ini disebut syirkah
mufawadhah. Namun jumlah uang yang dicampurkan berbeda (Rp X
dengan Rp Y), hal ini disebut syirkah ‘inan. Percampuran dayn dengan
dayn dapat juga berupa kombinasi antarsurat berharga, misalkan saham PT
X digabungkan dengan PT Y, dan lain-lain.
Sebagaimana dalam teori pertukaran, maka dalam teori pencampuran
kita juga dapat membuat ringkasan yang dapat membantu kita menentukan
halal-haramnya transaksi-transaksi pencampuran. Ringkasan tersebut
diberikan dalam Matrik Pencampuran berikut.
Tabel 4. Matriks Percampuran
Time
Objek
Now for
now
Now for
deferred
Deferred
For deferred
‘Ayn + Ayn × ×
‘Ayn + Dayn
Dayn + Dayn
×
×
×
×
Matrik diatas memberikan panduan yang komprehensif bagi kita untuk
dapat menentukan halal-haramnya suatu transaksi percampuran. Semua
transaksi percampuran tangguh serah (deferred for deferred dan now for
deffered) diharamkan (dua kolom paling kanan dari matriks). Yang
diperbolehkan hanyalah percampuran yang dilaksanakan secara
tunai/naqdan (now for now). Percampuran yang halal ini dapat dilihat pada
kolom kedua pada matrik diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Al-Qur’anul Karim