Kita tetap fokus pada pembenahan infrastruktur untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit
pemerintah yang lengkap dan representatif. Semuanya kita laku
kan secara bertahap hingga periode 10 tahun ke depan.
DR. dr. Azharuddin Sp.OT K-Spine, FICSDirektur RSUDZA
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba2
Gubernur AcehWakil GubernurSekretaris Daerah AcehDirektur RSUDZAWakil Direktur Admisnistrasi dan UmumWakil Direktur Pengembangan SDMKepala Bagian Bina Program dan PemasaranRahmady, SKMSuparman Lisda SKM, M.KesCut Eka Putri Ubit, SKMDrs. Marwan (Biro Humas Setda Aceh)Zulfia RatnaTiti Yumiati, AMd,KLHasnawati, SKMTarmizi, S.Sos, M.SiJunaidi, STAnton KuswarjantoRahmah,SEEdi SaputraMawardiSaid Muhammad, S.Si,Apt
PelindungPelindungPelindungPengarahPenanggung Jawab
Penanggung JawabPemimpin Umum
Pemimpin RedaksiDewan RedaksiDewan RedaksiDewan Redaksi
Sekretariat RedaksiSekretariat RedaksiSekretariat RedaksiSekretaris RedaksiInformasi/TechnologyPhotograferNotulensi/Staf Layanan UmumNotulensi/Staf Layanan UmumNotulensi/Staf Layanan UmumNotulensi/Staf Layanan Umum
Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Alamat Redaksi: Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel AbidinJln. Tgk. Daud Beureueh, No. 108 Banda Aceh (23126)Email: [email protected]
Jendela Redaksi
Salam RedaksiUA pekan terakhir menjadi saat saat awal masa kerja direksi baru Rumah Sa
kit umum daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA). Ya...dua pekan setelah terjadinya ro tasi di jajaran direksi, sejenak beralihnya kepemimpinan RSUDZA dari dr Fachrul Jamal Sp.An, KIC, ke pada DR dr Azharuddin Sp.OT KSpine, FICS.
Bisa dikatakan, tak ada waktu untuk ‘bulan madu” tugas bagi direksi baru yang notabene adalah muka muka lama di manajemen RSUDZA sebelumnya. Setumpuk tugas telah menanti, mu lai dari program multi akreditasi yang mencakup akreditasi Syariah, akreditasi Paripurna lima bintang dari SNARS hingga akreditasi internasional dari joint comitte interna tional (JCI), ser ta beragam program jang ka pendek, menengah dan panjang yang telah menanti sentuhan segera.
Bagaimanapun kita tak bisa menafikan fondasi kuat yang telah ditanam para direksi sebelumnya. Karena itu adalag sebuah kepatutan jika kita memberi acungan jempol dan terimakasih tak bertepi atas kinerja dan jerih payah para direksi lama yang baru saja berakhir masa tugasnya.
Direksi pendahulu telah berkontribusi besar bersama seluruh tim untuk menghadirkan akreditasi pa ripurna serta ragam pelayanan terbaik selama ini. Namun semua itu belum cu kup untuk mensahihkan RSU DZA sebagai rumah sakit paripur
na di Aceh. Dan inilah tantangan bagi direksi baru untuk mewujudkannya.
Setidaknya sebagai rumah sakit berakreditasi syariah, akan muncul stigma di masyarakat, kalau bisa ia dirawat di RSUDZA, karena saat saat akhir ada yang menuntun mengucapkan dua kalimah syahadat.
Dari sisi kerjasama dengan rumah sakit dan lembaga lain di Aceh dan luar Aceh, tetap saja masih dibutuhkan sentuhan lebih khusus dari jajaran direksi baru.
Banyak program yang telah tertulis di skema rencana manajemen RSUDZA, mulai dari gedung onkologi, areal parkir refresentatif, hos tel, dan beberapa pusat layanan khusus. Kita berdoa agar semua rencana itu tercapai sesuai bentang skedul yang ada.
Termasuk tentunya pem bangunan unit eksekutif di RSUDZA seperti RSCM Kencana yang beroperasi secara mandiri, dengan target menghindari capital flight. Se mua itu butuh semangat baja serta api spirit yang tak kunjung padam.
Ingat tuntutan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit, semakin kritis. Karenanya direksi baru diminta komit untuk memberikan layanan yang fokus, aman, tepat, cepat, dan aku rat. Tentu saja juga harus memunculkan variable kepuasan pasien sebagai co re value, rumah sakit hendaknya didukung dengan peng gunaan alat kesehatan yang tepat, seiring terus me lajunya perkembangan trend harga di dunia keseha
tan saat ini.Kita juga mengucapkan
terimakasih atas dedikasi dan loyalitas direksi lama yang membuat RSUDZA ma kin di hati masyarakat. Se moga RS Prima Husada mampu tetap eksis dan bersaing untuk memenuhi butuhan pelanggan di bidang layanan kesehatan.
Hal itu sesuai dengan Visi RSUDZA, terwujudnya rumah sakit terkemuka dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian berstandar internasional. Serta moto, memberi lebih dari yang diharapkan. Inilah tugas utama dari jajaran direksi baru untuk mewujudkan secara utuh cita cita luhur dari vis serta motto RSUDZA.
Bagaimana pun, dalam menyelenggarakan pelaya nan kesehatan, RSUDZA memiliki pegangan visi, misi, tujuan, tugas pokok dan fungsi nilai-nilai dasar dan budaya kerja. Ini merupakan bagian penting dalam pe ngembangan amanah pelayanan publik di bidang kesehatan Rumah sakit.
Jajaran direksi baru RSU DZA juga diharap tetap peka terhadap kebutuhan masyarakat, terutama menyangkut manfaat pelayanan kesehatan. Karena itu adalah tekad dalam penyelenggaraan layanan kesehatan, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan memuaskan, bermutu, ramah dan manusiawi. Terimakasih ke pa da direksi lama, dan se lamat bertugas kepada direksi baru dengan segenap dinamika di medan tugas, ke pada para direksi baru Bank Aceh Syariah.(**)
Selamat Datang Direksi Baru, Terimakasih Untuk Pendahulu
SETIAP pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan, setiap hu-jan akan disapu oleh bentang kemarau. Seorang petempur pun akan meletakkan senjata, ketika telah tiba di batas demarkasi ke-camuk baku tembak.
Edisi RSUDZA yang ke lima kali ini, kami dedikasikan un-tuk sebuah cerita peralihan kepemimpinan di RSUDZA Banda Aceh.
Era dr Fachrul Jamal Sp.An, KIC telah berakhir dan kini tongkat komando itu diberikan kepada DR dr Azharuddin Sp.OT K-Spine, FICS, yang sebelunnya menjadi kompatriot Fachrul Ja-mal di jajaran direksi lama.
Di tengah geliat ibadah Ramdhan, kami mencoba merang-kum beberapa obsesi direksi baru. Mulai dari wawancara ekslu-sive dengan Direktur yang diturunkan secara utuh di center page, hingga wawancara secara personal dengan jajaran direksi lain.
Pembaca akan dapat memahami betapa banyak hasrat dan cita cita luhur jajaran direksi baru, yang telah mendedikasikan dirinya untuk terwujudnya RSUDZA yang lebih baik ke depan. Termasuk dengan perbaikan infrastruktur dengan total dana dib-utuhkan Rp 2,3 triliun.
Kami juga menurunkan sebuah wawancara dengan dr Fachrul Jamal yang selama ini telah ‘mewakafkan’ dirinya untuk kemajuan RSUDZA. Pria itu telah kenyang dengan asam garam dan dinamika RSUDZA. Termasuk mungkin ratusan telepon dengan segala permintaan dari semua penjuru setiap harinya, yang harus dihadapi dengan syaraf baja, serta perasaan dingin melebihi es di tanah kutub.
Sesuai dengan waktu yang masih dalam bentang Bulan Suci Ramadhan, kami sajikan untuk pembaca seputar organ tubuh yang beristirahat selama berpuasa. Di halaman yang sama kami juga menulis tentang sukses Aceh menerima award JKN-KIS 2018 yang langsung diserahkan oleh Presiden Joko Widodo.
Sebagai pengingat untuk semua warga Aceh yang akan me-manfaatkan jasa RSUDZA, sebuah skema panduan registrasi on-line, kembali kami tampilkan di halaman 11, semoga bermanfaat bagi warga.
Anda ingin tetap bugar serta memiliki fisik yang prima, maka lakukan aktifitas fisik sedikitnya 30 menit sehari. Mau tahu lebih jauh? Simak tulisan lengkap tentang itu di halaman 12.
Sudah bukan rahasia lagi, selama berpuasa di siang hari Ra-madhan, akan ada gangguan pada kesehatan gigi dan mulut, min-imal munculnya aroma tak sedap. Drg Chairunnas MKes men-gupas soal itu untuk anda di halaman selanjutnya.
Seperti biasa, kami menurunkan sebuah reportase personal yang inspiratif di halaman penutup. Kali ini kami tampilkan so-sok Sisca Mayunita, ibu rumah tangga yang setiap hari bekerja di medan para lelaki. Ya...sebagai admin security RSUDZA. Toh wanita itu tak kecut bekerja di meda para lelaki macho. Yang penting enjoy saja, katanya. Selamat membaca!
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 3Laporan Utama
Tingkatkan Kemampuan Pelayanan kepada Masyarakat
MANAJEMEN baru Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh yang dilantik
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf pada 4 Mei lalu bertekad meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dengan begitu, masyarakat akan semakin mudah mengakses pela yanan kesehatan di rumah sakit milik Pemerintah Aceh terutama dalam mendukung layanan kesehatan JKA Plus.
Wakil Direktur (Wadir) Bidang Pelayanan RSUDZA, Dr. dr. Endang Meutiawati Sp.S, mengatakan, rumah sakit ibarat sebuah pabrik yang menghasilkan produk. Bedanya produk dihasilkan rumah sakit adalah berupa jasa layanan kesehatan.
Ia menjelaskan, dalam melaksanakan tugas pelayanan, rumah sakit tentunya terikat dengan sejumlah ketentuan dan regulasi, se perti Undang Undang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), Peraturan Gubernur (Pergub).
Serta terikat dengan visi dan misi Pemerintah Aceh dan elemen penilaian akreditasi, seperti Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit ( SNARS), dan seka
rang sedang berupaya untuk meraih akreditasi internasional, Joint Commission International (JCI).
Dengan sederet aturan dan regulasi tersebut, RSUD dr. Zainoel Abidin kemudian
mengeluarkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) atau aturan pelayanan, mulai aturan pe
layanan BPJS Kesehatan, aturan pelayanan umum, aturan pelayanan eksekutif dan aturan pelayanan bagi pasien dari perusahaan swasta dan BUMN.
Hal ini mengingat layanan kesehatan di rumah sakit milik pemerintah Aceh 80 hingga 90 persen menyasar pasien BPJS Kesehatan, sisanya adalah pasien eksekutif dan pasien umum, serta pasien dari perusahaan swasta dan BUMN.
“Rumah sakit, produknya adalah pelayanan. Paling mendominasi sampai 80 – 90 persen adalah BPJS. Maka tentunya harus ikut aturan BPJS,” sebutnya.
Meski begitu, RSUD dr. Zainoel Abidin juga punya pelayanan lain, seperti sudah pernah dibuat yaitu poliklinik eksekutif, tarifnya berlaku khusus. Kalau semakin banyak pilihan pelayanan, maka masyarakat tinggal memilih.
Layanan diberikan RSUD dr. Zainoel Abidin, kata dr Endang, tentunya tidak boleh semau kita, se muanya harus sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. Seperti aturan pelayanan bagi pasien BPJS, eksekutif, pasien umum dan dari kalangan perusahaan. Semuanya ada prosedur yang telah diatur dengan sedemikian rupa.
Ia menyampaikan titik titik SOP
harus ada di semua proses pelayanan, mulai saat calon pasien datang ke poliklinik, mulai saat mendaftar, kemudian pendataan oleh admin, masuk ruangan dipanggil oleh perawat, kemudian didiagnosa oleh dokter, sampai diberi resep dan mengambil obat di apotik dan bawa pulang hasil pemeriksaan.
“Pasien selaku orang yang ”membeli” layanan kesehatan, berarti harus puas dengan apa yang diterima. Supaya puas maka petugas harus profesional, terampil dan good attitude. Ini yang harus selalu dijaga. Selaku Wadir Pelayanan, saya harus bisa mendiagnosa dimana titik yang tidak pas,” kata dr Endang.
Di samping itu, layanan diberikan tidak hanya tergantung pada SOP saja, tapi harus didukung Sumber Daya Manusia (SDM) handal, baik medis maupun non medis, serta sarana dan prasarana seperti ketersediaan alat – alat kesehatan dan sarana pendukung.
Dirinya mengakui, saat ini layanan kesehatan di RSUD dr. Zainoel Abidin sudah cukup baik, ke depan akan terus diperkuat lagi dan mendeteksi titik titik yang dianggap masih kurang.
RSUDZA sudah punya roadmap, diantaranya tentang pengembangan pelayanan. Sebagai rumah sakit milik pemerintah, maka setiap kebijakan diambil manajemen harus ada restu dan pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Aceh, termasuk Kementrian Kesehatan.
“Secara umum roadmap sudah dan akan terus diperkuat. Apa yang belum kuat harus mampu didiagnosis. Dimana yang masih kurang maka harus ditingkatkan,” katanya.
Ke depan, untuk menjawab kebutuhan masyarakat, sesuai dengan roadmap maka RSUDZA akan melakukan tujuh pengembangan pelayanan, yang paling besar adalah
membangun pusat onkologi, lokasinya berada di komplek rumah sakit lama.
Pusat penanganan kanker ini harus terealisasi pada tahun 2018. Apalagi sudah dimaping sejak lama. Dengan hadirnya pusat penanganan kanker tersebut, maka pasien tidak perlu lagi harus dikirim ke luar.
Selain itu, pengembangan lain nya adalah tentang pelayanan tradisional. Saat ini banyak pabrik obat sudah melirik ke arah herbal. Pelayanan akupuntur juga mulai dibutuhkan.
“Banyak pelayanan non obat, seperti pijat bayi, senam hamil, jadi itu ke arah tradisional. Memang bukan obat utama tapi penunjang. Ke depan wajib dikembangkan,” jelasnya.
Hal lainnya dirasa perlu adalah kehadiran poliklinik integrasi tumbuh kembang, terdiri dari bagian anak THT, rehab medis dan fisioterapi. Kemudian juga geriatric, pelayanan untuk orang tua. Sebagaimana diketahui bahwa angka harapan hidup semakin meningkat dan kelompok geriatric semakin meningkat.
Ia menjelaskan, peningkatan jumlah kelompok ini berkaitan erat dengan makin meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan, pelayanan kesehatan. Saat ini, RSUDZA juga sudah memberikan pelayanan khusus dengan menyediakan loket khusus tanpa antrian kepada orang tua.
Lebih lanjut dr Endang menyebut kan, ada beberapa upaya dilakukan untuk terus memperkuat pe la yanan, seperti pada bulan Ramadhan, pihaknya melakukan roadshow ke setiap Staf Medis Fungsio nal (SMF) dan instalasi di RSUDZA.
Sebelum turun, setiap SMF terlebih dahulu diminta untuk memetakan kebutuhan dan persoalan untuk kemudian dicarikan solusi. Mulai dari ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana dan SOP.
Menurutnya, persoalan paling berat yang harus dipenuhi jika itu adalah menyangkut dengan persoalan sarana dan prasarana. Hal ini mengingat alat alat kesehatan tidak bisa disediakan dalam waktu singkat, harus melalui proses panjang mulai dari usulan sampai penganggaran.
Beda, misalnya kalau kebutuhan diperlukan adalah SOP, maka dapat diakomodir dalam waktu singkat. Apalagi mengingat tidak boleh ada titik titik kerja yang tidak ada SOPnya.
“Jadi, mau petugas dan orang berganti maka SOP tetap sama, kalau tidak ada SOP maka itu manager yang gagal namanya,” tegas dokter spesialis saraf ini.
dr Endang juga menyampaikan bahwa setiap hari senin, diadakan morning tea. Manajemen berjumpa dengan semua Kepala SMF, kepala instalasi, kepala ruang, kepala perawat.
Setelah rapat, tim pelayanan melaksanakan tinjau lapangan berdasarkan area area urgensi dan indikator mutu yang rendah. Kemudian, pada Selasa ada laporan pagi, setelah itu rapat pelayanan sampai pra zuhur. Agenda berdasarkan tinjauan lapangan.
Kemudian pada hari Jumat, ada rapat manager secara keseluruhan. Hasil dari Senin – Selasa dilaporkan dalam rapat tersebut kepada direktur dan wakil direktur terkait. Setelah itu juga dilakukan evaluasi.(sli)
Dr. dr. Endang Meutiawati, Sp.S Wadir Pelayanan RSUDZA
Banyak pelayanan non obat, seperti pijat bayi, senam hamil, jadi itu ke arah tradisional.
Memang bukan obat utama tapi penun-
jang. Ke depan wajib dikembangkan,”
“
Inovasi Pelayanan Terus Dilakukan
TEKNOLOGI informasi ber kem bang cukup pesat dan te lah menjangkau ber bagai bi dang
ke hidupan, di an taranya adalah bidang kesehatan. Sebagai ru mah sakit rujukan terbesar di Pro vinsi Aceh, RSUD dr. Zainoel Abidin menyadari betul kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan cepat dan bermutu.
Untuk pendaftaran pasien misalnya, saat ini RSUDZA sudah memberlakukan registrasi online. Inovasi ini ditempuh menyusul jumlah pasien yang berobat terus membludak setiap hari.
“Masyarakat sudah sangat familiar dengan registrasi online. Sekarang dalam satu hari sudah mencapai 70 sampai 100 pasien mendaftar. Awal baru buka hanya sekitar 20,” sebut dr Endang.
Minat masyarakat men
daf tar secara online makin hari makin meningkat, karena saat datang ke rumah sakit terpampang tatacara registrasi online.
“Saat datang berobat, pasien kan diantar oleh anak – anak zaman now yang melek teknologi, kalau kakek kakek dan nenek – nenek tidak peduli dia. Tapi kalau diantar oleh anaknya yang pakai smartphone maka langsung respek untuk registrasi secara online,” terangnya.
Ke depan, inovasi pelayanan akan terus dilakukan, termasuk konsultasi secara online. Namun untuk konsultasi online hanya bisa seputar tanya jawab saja, tidak bisa mendiagnosis, karena untuk mengetahui penyakit yang diderita dokter harus melihat dan memeriksa secara langsung.
Untuk mendiagnosis, kata dr. Endang, memang harus ada tanya jawab dan pemeriksaan
fisik. Untuk tanya jawab mungkin bisa konsultasi secara online, namun pemeriksaan fisik harus bertemu langsung agar diagnosa tepat. Tidak bisa menerka nerka begitu saja.
“Kalau saya lihat, RSUDZA itu makin dicintai, kadang kadang orang supaya bisa masuk RSUD ZA, pergi dari kampung malam malam ke IGD. Padahal tidak ada indikator harus ditangani di IGD, tapi memaksa harus masuk dengan berbagai alasan, seperti tidak ada tempat menginap,” terangnya.
Sekarang, pihaknya mau menyadarkan masyarakat untuk jauh – jauh hari menjadi peserta BPJS terserah mau pakai yang iuran atau tidak. Dengan begitu maka masyarakat akan menjadi paham tentang aturan BPJS. Paham apa yang harus dipersiapkan sebelum datang berobat.
Sama seperti halnya saat
mau naik pesawat terbang, maka satu jam sebelumnya keberangkatan harus sudah ada di bandara untuk chek in. Itu sudah tertanam di masyarakat.
“Bahwa kalau mau naik pesawat jam 9 maka jam 8 harus sudah ada di bandara. Ini begitu juga, RSUDZA kan fasilitas kesehatan nomor 3, untuk kemari bagi pasien BPJS harus dapat rujukan dari fasilitas kesehatan yang dibawahnya nomor dua atau klinik yang ditunjuk dan itu masyarakat harus paham benar,” sebutnya.
Maka itulah, perlu terus di sosialisasikan kepada masyarakat tentang aturan – aturan yang diberlakukan oleh BPJS Kesehatan. “Untuk diterima men jadi pasien RSUDZA, ada be berapa pintu, pertama lewat IGD, lewat rawat jalan dan itu harus terus disosialisasikan, sampai ma syarakat mengerti,” demikian ujarnya. (sli)
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba4 Laporan Utama
BIODATA SINGKAT:Nama Lengkap : Dr. Muhazar Harun SKM, M.KesTempat/Tgl Lahir : Blang Pidie, 14 April 1974Alamat : Ie Masen Kayee Adang, Banda AcehPendidikan:l Sarjana (S-1) Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh,
Selesai 1999l Pascasarjana (S-2) Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Selesai 2002l Program Doktor (S-3) Management and Science University (MSU) Shah
Alam Selangor, Malaysia, 2013 - 2017Jenjang Karir:l Staf Perawat, 1997l Bagian Administrasi sebagai staf Humas, 1999 Staf Perencanaan, 2002l Kasubbag Penyusunan dan Anggaran, 2003 Kasubbag Perencanaan, 2008l Staf di Dinas Kesehatan Aceh, 2013-2014l Kapala Bidang Pengadaan Prasarana Penunjang, 2015l Kepala Bagian Bina Program & Pemasaran, 2016 - 4 Mei 2018l Wakil Direktur Administrasi dan Umum RSUDZA sejak 4 Mei 2018Organisasi:l Penasehat Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia
(Persakmi) Acehl Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Acehl Diperbantukan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masya ra-
kat, Universitas Serambi Mekkah
Menyongsong Penerapan e-Kinerja Pegawai RSUDZA
E N G E M BA N G A N inovasi ber ba sis digi-tal selalu menjadi ko-mitmen manajemen
Ru mah Sakit Umum dr Zainoel Abidin. Begitu pula hal nya de -ngan inovasi tata kelola di bi-dang administratif. “Semua lini perlu up to date dan harus ter-integrasi, karena pada dasarn-ya kita ingin memberikan pe-layanan yang efektif, lebih cepat, lebih mudah dan berkualitas,” kata Wakil Direktur Admin-istrasi dan Umum RSUDZA Banda Aceh, Dr. Muhazar, SKM, M.Kes, di ruang kerjanya, Kamis (24/5) lalu.
Pelayanan rumah sakit bukan saja pelayanan kese-hatan peirangan namun juga pelayanan administrasi. Pe-layanan kesehatan itu sendiri
meliputi pelayanan medik, pe layanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pela-yanan asuhan keperawatan.
Muhazar mengatakan, pe layanan yang cepat dan ber-kualitas memang menjadi hal mutlak sebagai wujud hadirn-ya RSUDZA di tengah-ten-gah masyarakat. Hal ini juga menjadi tolak ukur kinerja yang paling kasat mata, kare-na masyarakat dapat menilai langsung kinerja melalui pe-layanan yang diterimanya.
Penasehat Perhimpu nan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Aceh ini menegaskan bahwa seman-gat inovasi yang diterapkan di lingkungan rumah sakit mer-upakan upaya dalam merespon gempuran kemajuan teknologi
yang se muanya tetap bermuara pa da peningkatan kualitas pe-layanan. “Yang berbasis online dan terintegrasi,” tukasnya.
Pengembangan inova si da-lam bidang pengelolaan admin-istrasi, sambung Muhazar, juga dalam upaya mengakselerasi ca-paian visi Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin Banda Aceh yaitu terwujudnya Rumah Sakit terkemuka dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian yang berstandar internasional dalam rangka mewujudkan visi dan misi Gubernur Aceh.
Lebih lanjut, alumnus program Doktoral Manage-ment and Science University (MSU) Syah Alam, Selan-gor, Malaysia ini menegaskan komitmen pihaknya dalam rang ka penerapan sistem e-kinerja kepegawaian. Me-nurutnya, paradigma kedepan dituntut untuk men-digitalize semua proses dan in dikator kinerja ke dalam siklus mana-jemen kepegawaian. “Sistem yang bakal ki ta terapkan ini sedang dalam tahapan rancan-gan dan kita menargetkan tiga bulan ke depan insyaallah bisa tuntas,” kata Muhazar.
Dengan penerapan ap-likasi e-kinerja atau sistem yang mengedepankan prinsip tepat fungsi dan tepat ukur (right sizing) ini diharapkan membawa perubahan yang sig nifikan terhadap kinerja apa ratur dan perangkat organ-isasi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUDZA.
Muhazar mengaku optimis, dengan sistem e-kinerja se-makin memudahkan mana-jemen Rumah Sakit dalam melakukan penilaian kinerja dan memotret performance para pegawai, berdasarkan in-strumen analisis jabatan dan beban kerja.
“E-kinerja diciptakan de-ngan harapan agar setiap pega-wai memiliki target kinerja yang terukur, sehingga mereka mengetahui tupoksi serta apa yang harus dilakukan,”teran-gnya. Kelak kinerja pegawai akan ter-input dan terintegrasi dalam satu medium. Melalui
aplikasi berbasis web ini pula, pihak manajemen bisa men-gukur sekaligus memberikan apresiasi dan pengakuan kin-erja kepegawaian.
Wadir Administrasi dan Umum RSUDZA ini juga me-mastikan bahwa standarlisasi pelayanan dan inovasi bidang administrasi akan terus ber-jalan dinamis, nyata dan berke-lanjutan. Untuk itu, ia menga-jak jajaran pegawai agar terus meningkatkan kapasitas, dan memiliki budaya kerja (culture set) dan pola pikir (mindset) yang bersih, disiplin, terbuka dan melayani. (rd)
E-kinerja kita terapkan dengan harapan agar
setiap pegawai memiliki target kinerja yang te-
rukur, sehingga mereka mengetahui tupoksi
serta apa yang harus dilakukan,”
Dr. Muhazar, SKM, M.Kes Wadir Administrasi dan Umum RSUDZA
Menumbuhkan Kedisiplinan AparaturSALAH satu paradigma baru Undang Undang Aparatur Sipil Negara (UU Nomor 5 Tahun 2014) adalah berkaitan dengan Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem
Merit, yang berdasarkan pada kualifkasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang poltik, ras, warna kulit, agama, asalusul, jenis
kelamin, status pernikahan, umum, atau kondisi kecacatan.
Manajemen ASN ini meliputi Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Manajemen Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK). Adapun pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah, yang dilakukan de ngan mempertimbangkan inte gritas dan moralitas.
Sementara promosi PNS dilakukan berdasarkan perban dingan objektif antara kom petensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerjasama, kreativitas, dan per timbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras dan golongan.
PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dijelaskan, disiplin PNS adalah kesanggupan Pegawai untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Adapun tujuan diberlakukannya PP Nomor 53 ini diantaranya adalah:- Sebagai bagian dari refor
masi birokrasi (bureaucrasi reform)
Untuk lebih terjaminnya ke tertiban dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PNS
- Mendorong peningkatan kinerja dan perubahan sikap, dan perilaku PNS
- Meningkatkan kedisiplinan PNS
- Mempercepat pengambilan keputusan atas pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS.
Dengan berlakunya PP No mor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS ini, tentunya ada harapan yang ingin dicapai, seperti: (1) Kepatuhan dan kesadaran PNS terhadap peraturan disiplin menjadi me ningkat, (2) Setiap PNS diharapkan mengetahui mana yang patut dan yang tidak patut untuk dilakukan, (3) Setiap Pejabat Struktural harus dapat menjadi teladan yang baik bagi bawahannya (4) Ketaatan bukan karena ada ancaman sanksi; dan (5) Reformasi birokrasi dan pelaksanaan kepemerintahan yang baik (Good Governance) akan terwujud. (rd)
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 5Laporan Utama
Saya sudah bicara dengan banyak pihak terutama dengan Kabid Pendi-dikan dan Pelatihan
dan Kabid Penelitian dan Pengemban-gan. Penempatan tenaga itu harus
betul-betul sesuai dengan kompeten-
sinya. Ini bagian dari upaya manajemen
agar pelayanan lebih optimal.”
Penempatan Pegawai Sesuai Kompetensi
WAKIL Direktur (Wadir) RSUDZA Bi dang Pengembangan SDM dr Rusdi An did Sp.A
mengatakan, sejak di lantik sebagai Wadir pada Ju mat, 4 Mei 2018, pihaknya sudah ber diskusi dengan banyak pihak terutama di jajaran internal, seperti dengan Kabid Pen didikan dan Pelatihan dan Kabid Penelitian dan Pengembangan, dan tentu saja dengan jajaran pimpinan.
“Saya sudah bicara dengan banyak pihak, termasuk dengan Kabid Pendidikan dan Pelatihan dan Kabid Penelitian dan Pengembangan. Penempatan tenaga itu
harus betulbetul sesuai dengan kompetensinya. Ini bagian dari upaya manajemen agar pelayanan
lebih optimal,” tandas Rusdi Andid dalam wawancara khusus dengan kru RSUDZA Lam Haba di ruang kerjanya, pekan lalu. Saat wawancara berlangsung, mantan Direktur RSIA tersebut juga ditemani oleh kedua Kabid di atas, yakni Kabid Pendidikan
dan Pelatihan dr Iskandar, Sp.BS, M.Kes dan Kabid Penelitian dan
Pengembangan dr Farnida.Salah satu terobosan yang
akan dilakukan adalah dengan mengoptimalkan beberapa SDM yang dimiliki untuk membina pe gawai di lingkungan RSUDZA. Di katakan Rusdi Andid, setiap unit pas ti ada saja pegawai yang kurang disiplin atau tak mengikuti aturan di rumah sakit. Nah, kalau ada pegawai yang demikian, apa lagi mengulangi kesalahan yang sama, maka harus dicari penyebab yang sebenarnya. Untuk menguak penyebabnya, diperlukan rumusan yang tepat, khususnya dengan melihat faktor psikologis pegawai tersebut. Soalnya, kepribadian sa tu pegawai dengan lainnya pasti berbeda, baik ter kait kemampuan, pemikiran, kemauan, pengalaman, bahkan pendidikan. “Kalau kita punya SDM yang mem punyai keahlian di bidang psi kologi, maka dapat dicari solusi yang tepat terhadap yang bersangkutan,” tandasnya.
Dengan menganut prinsip the right man on the right place, maka se tiap pegawai ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan kom petensi yang dimiliki. “Selain
tentu berdasarkan pada pendidikan dan pengalaman, pegawai juga akan dinilai dari sudut pandang psi kologi, dimana cocoknya, apakah di poliklinik atau ruang rawat in tensif yang sanggup menghadapi tekanan kerja. Penempatan ini sangat mempengaruhi kualitas pelayanan,” katanya.
Tim yang akan dibentuk ini ti dak hanya melibatkan psikolog, tetapi juga personel lainnya yang paham tentang manajemen SDM. Dipaparkan, untuk menilai seorang pegawai tidak cukup hanya dari kacamata spikologis semata. Sisi lain seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman juga menentukan kinerjanya. Itu sebab perlu dilbatkan personel lain di luar psikolog, seperti pegawai yang lebih senior. “Pada akhirnya penempatan orang tidak berdasarka like and dislike, melainkan sematamata dengan mem perhatian kemampuan yang bersangkutan,” ungkapnya.
Begitu juga dengan pegawai kon trak yang diperpanjang kerjanya setiap tahun, jalur masuk harus melalui bagian SDM, sehingga sesuai dengan kompetensi. “Setiap orang yang baru masuk, mutasi, atau pindahan, harus melalui bagian SDM, “ tandas dr Farnida yang men dampingi Rusdi Andid saat wa wancara berlangsung.
Terkait dengan pendidikan dan pelatihan, kata Rusdi Andid, me ngingat RSUDZA merupakan rumah sakit bertipe A, maka yang di butuhkan itu pelatihan terbaru, teknik terbaru di dunia medis yang ha rus diketahui dokter, paramedis, dan pegawai lainnya. Namun,
di sisi lain, kata Rusdi, tidak boleh melupakan kualitas pelayanan di tingkat bawah, mulai dari perilaku satpam di pintu gerbang masuk rumah sakit.
Unit pembinaanSecara lebih khusus, pihak
nya juga berencana mengaktifkan kembali Unit Pembinaan. Untuk itu, kata Rusdi, pihaknya harus me rekrut orangorang terlebih dahulu sebagai pembina. Instala si ini direncanakan dibentuk untuk menginventarisir semua permasalahan pegawai di lingkungan RSUD ZA Hadirnya instalasi ini akan menginventarisir semua permasalahan. Selama ini banyak pegawai yang potensinya terpinggirkan, padahal punya potensi besar di bi dang tertentu. Potensi ini yang bi sa dikembangkan dengan hadirnya unit tersebut. Dalam praktiknya, pegawai yang bersalah mendapatkan teguran dari manajemen sesuai dengan tahapannya.
“Kalau salah, ada tahapan dan prosedur yang harus dilalui. Pertama, dipanggil secara lisan. Sesudah itu ter tulis, baru kemudian dengan tin dakan yang lain, sesuai dengan ting kat kasalahan. Jadi, berjenjang,” katanya.(ska)
Jumlah Pegawai MemadaiENGAN jumlah pegawai sekira 1.500 orang, RSUDZA harus punya manajemen kepegawaian
yang mumpuni. Saat ini jumlah pegawai tersebut dinilai memadai, kecuali untuk dokter subspesialis yang masih kurang. Di luar subspesialis, diakui Wadir Bidang Pengembangan SDM tersebut bahwa ada pekerjaan tertentu yang tenaganya belum tercukupi. Akan tetapi, dengan mengacu pada pasien yang ber obat dan jenis pelayanan yang diberikan, tenaga yang ada saat ini tak bisa disebut ku rang, karena tidak ada pelayanan yang terganggu. Dalam beberapa tahun ke depan bisa jadi harus direkrut, sesuai dengan tingkat pengembangan rumah sakit. “Misalnya kita perlu subspesialis anak 25, sekarang baru ada 15. Me mang, kalau melihat formasi pemerintah tidak akan sanggup menampung. Cuma, karena kita BLUD, tentu boleh direkrut sebagai pegawai
kontrak,” katanya.Selama ini, kata Rusdi
An did, SDM di RSUDZA juga sebagiannya dibantu oleh Universitas Syiah Kuala. Hal ini ka rena RSUDZA merupakan rumah sakit pendidikan. Apalagi dengan penambahan bed sekarang yang mencapai 750.
Namun, ada sebuah fakta yang juga harus dicermati, dimana jika dokter subspesialis cenderung masih kurang, tapi untuk paramedis bisa disebut berlebih. Jumlah kampus yang banyak bergerak di bidang ke sehatan seperti Akper dan Akbid di Banda Aceh dan sekitarnya, membuat RSUDZA tak kurang dengan tenaga tersebut. “Untuk tenaga itu enggak takut kita, yang kesulitan untuk tenaga yang khususkhusus itu,” katanya.
Untuk meningkatkan kua li tas pegawai, dalam tahun 2018 RSUDZA sudah melakukan serangkaian pelatihan. Me nurut Kabid Penelitian dan
Pengembangan dr Iskandar, pe latihan yang dilakukan lebih banyak inhouse traning, namun pelatihnya didatangkan dari luar. “Pesertanya 30-40 orang, sehingga lebih efektif.
Sedangkan pelatihan pitstop hingga kini hampir tercover 100 persen pegawai,” tandasnya, mendampingi Rusdi Andid saat berlangsung wawancara.
Dikatakan Iskandar, ada beberapa pelatihan lagi di tahun 2018 yang akan dilakukan berkaitan dengan akreditasi. Selain itu, ada pula pela
tihan BTLS (Basic Trauma Life Support), terutama untuk perawat, sehingga lebih mengetahui cara penanganan pasien trauma dan jantung. Yang tidak kalah penting, kata Iskandar, juga pelaksanaan training of trainer untuk staf yang punya potensi mengajar untuk dapat mengajar. (ska)
“
BIODATA SINGKAT: Nama: Rusdi AndidRiwayat Pendidikan:- SMAN 3 Banda Aceh- S1: Fakultas Kedokteran Unhas- Spesialis: Fakultas Kedokteran USU- Fellowship: Endokrinologi FK UI
dr. Rusdi Andid, Sp.AWadir Pengembangan SDM RSUDZA
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba6 Laporan Utama
Inventarisir Alat Medis Demi Tingkatkan Pelayanan
GUBERNUR Aceh, Irwandi Yu suf melantik 51 pejabat setingkat ese lon 2 di lingkungan
Pe merintah Aceh. Acara pelantikan berlangsung di Aula Serbaguna Sekretariat Pemerintah Aceh, Jumat (4/5/2018). Diantara 51 pejabat ini termasuk Dr dr Azharuddin Sp.OT, KSpine, FICS sebagai Direktur RSUDZA. Kemudian jajaran wakil direktur juga diisi wajah baru. Termasuk Wakil Direktur Penunjang RSUDZA yang kini dijabat Dr Fakhrul Rizal MM.Kes.
Wakil Direktur Penunjang RSUDZA, Dr Fakhrul Rizal MM.Kes yang ditemui di ruang kerjanya menjelaskan panjang lebar terkait harapan yang ingin dilakukan demi peningkatan pelayanan di rumah sakit. Ia juga memperkenalkan jajaran yang berada dibawah Bidang Penunjang yang menjadi ‘mesin penggerak’ RSUDZA selama ini.
Menurut Dr Fakhrul Rizal, pertama yang sedang dilakukannya menginventarisir alatalat yang masih bisa dipakai, yang layak dipakai atau yang tidak layak dipakai lagi. Apa perlu diperbaiki atau harus diganti. Kemudian juga mengadakan penyediaan alat baru. “Kita sekarang sedang membangun fasilitas untuk onkologi atau bagian kanker. Selama ini kita malu dengan provinsi Sumatera Utara,” ujarnya.
Sedangkan RSUDZA rumah sakit tipe A plus pendidikan yang seharusnya wajib ada alat radioterapi untuk penderita kanker yang ganas. Juga yang paling penting akan memberikan pelatihan juga kepada
tenagatenaga laboratorium. Termasuk pengadaan alatalat baru yang selama ini sudah tidak layak pakai lagi setelah diperbaiki dan dikalibrasi, jadi hasilnya tidak akurat.
Mungkin dalam waktu ke depannya, ini juga tergantung dana APBA dan dana BLUD untuk dapat menyediakan alatalat yang mungkin sangat lengkap dan komplet. Jadi seluruh ruangan termasuk kamar operasi tidak perlu lagi mengirim sampel darah ke lab. Dia hanya memasukkan ke dalam tabung tersebut. Jadi setiap ruangan termasuk kamar operasi dan UGD atau dari mana pun yang perlu tindakan pemeriksaan laboratorium itu hanya memasukkan dalam tabung tersebut. “Mungkin Insya Allah dalam waktu dekat akan kita usulkan untuk dianggarkan,” ujarnya.
Dikatakan Dr Fakhrul Rizal, sarana dan prasarana lain yang sedang dilaksanakan perbaikan lantai di IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan setiap ruangan-ruangan. Masih banyak yang harus diperbaiki, cuma mengingat waktu yang sangat sempit apalagi dalam bulan Ramadhan ini. “Kita hanya memfokuskan dulu yang sangat urgensi yang sangat penting dulu. Untuk kita perbaiki atau kita benahi yang lebih baik demi pelayanan RSUDZA,” ujarnya.
Untuk inventarisir ini, kata Dr Fakhrul Rizal, sudah dilakukannya. Pada minggu hari pertama dirinya dilantik jadi Wa dir Penunjang, lang sung ke lokasi untuk mengkroscek. Melakukan cek dan ricek informasi yang terima selama ini. Jadi setelah dirinya ke laboratorium melihat sendiri ada alatalat yang memang tak layak pakai lagi. Karena memang sudah terlalu lama dan hasilnya pun tidak akurat. “Sedangkan lab sangat menentukan hasil keakuratan dan validasi. Kalau hasil tidak akurat, saya takut jadi salah dalam diagnose,” ujarnya.
Sekarang ini, kata Dr Fakh rul Rizal, perkembangan tek nologi di bidang medis cukup cepat dan canggih. Makanya RSUDZA harus terus diupayakan tak ketinggalan dari rumah sakit lain. Sehingga harus diupayakan perubahan dan pem baharuan alatalat terbaru dan ini harus dilakukan semaksimal mungkin. “Ada upaya dari rumah sakit, dari manajemen baru untuk peningkatan sarana alat juga prasarana lain termasuk gedung dan yang lainlain,” ujarnya.
Menurut Dr Fakhrul Rizal, setelah melihat ke berbagai ruangan sudah mengetahui peralatan mana yang harus diperbaiki dan pengadaan yang ba ru. Tapi yang sangat emergency saat ini, di laboratori
um dan alatalat di kamar ICU, HCU, dan kamar operasi. Itu yang sangat urgen yang harus segera mengupayakan dengan pendekatan dan solusi. “Insya Allah dengan waktu yang relatif singkat ini bisa dipersiapkan untuk pengadaan alat tersebut,” ujarnya.
Karena peralatan tersebut juga sangat tegrkait dengan kualitas pelayanan di RSUDZA. Antara pelayanan dengan alat sangat menentukan. Kalau memberikan pelayanan yang prima, tapi alat tidak baik atau tidak akurat, maka hasilnya juga tidak baik. Jadi alat dan pelayanan itu memang harus seimbang. Kalau pun di luar pelayanan lebih diutamakan, tapi mereka di luar sudah punya alat yang lengkap dan canggih. “Kita sekarang ingin suatu perubahan mungkin ke depannya adalah perubahan untuk RSUDZA yang lebih baik,” ujarnya.
Sebagai Wakil Direktur Pe nunjang, kata Dr Fakhrul Rizal, dirinya akan fokus untuk perbaikan menyangkut sarana prasarana dan alatalat
kesehatan. Mungkin untuk se mua yang terkait dibawah penunjang di RSUDZA ia menyampaikan bahwa harus ada peningkatan kedisiplinan, kemudian komunikasi dan koordinasi. “Karena kita ini suatu tim yang kompak dan solid untuk memberikan pelayanan yang terbaik,” ujarnya.
Sebagai orang baru di RSUDZA, kata Dr Fakhrul Rizal, akan melakukan semaksimal mungkin tugasnya untuk pembenahan demi pelayanan di rumah sakit yang lebih baik. Pertama, kedisiplinan pegawai, kedua menginventarisir seluruh alatalat ICU, HCU dan di seluruh ruangan untuk di evaluasi. Kalau harus diganti akan diganti, tapi kalau masih bisa diperbaiki akan diperbaiki. “Karena alat yang d i g u n a k a n cu kup lama ma sanya ada yang dua tahun. Kita akan inventarisir
terus per ruangan untuk bisa memastikan apa perbaikan atau pergantian,” ujarnya.
Dikatakan, Dr Fakhrul Rizal, sebagai orang baru di RSUDZA sudah bertemu dengan jajarannya. Kalau di RSUDZA ada pertemuan tiap hari senin, dan rapat pada sore jumat yang sudah rutin. Kalau yang lain ada rapatrapat yang merasa sangat urgensi untuk diadakan rapat. Jadi tidak menutup kemungkinan bisa saja tiap hari ada rapat yang kadangkadang tidak terjadwal. “Kita terus bekerja lebih pro aktif dan lebih peduli untuk peningkatan pelayanan dan juga pengadaan alatalat dan pelayanan di rumah sakit,” ujarnya.(mha)
WAKIL Direktur Penunjang RSUDZA, Dr Fakhrul Rizal MM.Kes mengatakan, membutuhkan dukungan dari semua pihak menuntaskan
kebutuhan di rumah sakit. Karena ruang lingkup tugasnya harus berhadapan dengan pengadaan alatalat baru yang dibutuhkan rumah sakit. Tentu saja membutuhkan dana besar untuk alatalat yang canggih yang harus impor dari luar negeri. Karena tidak ada alat lokal yang menjamin kualitasnya, termasuk masa lamanya pemakaian. “Mungkin kita bisa datangkan alatnya dari Jerman, Amerika Serikat atau negara di Eropa lainnya. Memang alatalat ini harus betulbetul berkualitas,” ujarnya.
Dikatakan, Dr Fakhrul Rizal, mungkin dalam bulan depan akan ada pengadaan peralatan pelengkap untuk bagian transplantasi ginjal. Mungkin alat itu akan diupayakan minimal ada. Karena malu selama ini ada alat yang harus dibawa dari luar saat diperlukan. Jadi diupayakan kalau bisa di RSUDZA itu harus lengkap dan tak perlu dibawa alat luar rumah sakit. “Untuk onkologi kita juga akan mengupayakan terapi berbaring,” ujarnya.
Ditambahkan Dr Fakhrul Rizal, untuk pengadaan alat yang mahal, berkualitas dan harus diimpor itu butuh dukungan dari semua pihak. Karena ini menyangkut dengan pendanaan dan manfaatnya kepada masyarakat langsung. Pihaknya mengharapkan dukungan dari dari Gubernur Aceh, Wakil Gubernur Aceh, DPRA dan Bappeda. “Supaya untuk danadana yang diusulkan supaya jangan sampai dipotong. Karena ini kan langsung menyentuh ke masyarakat,” ujarnya.
Bahkan Dr Fakhrul Rizal, memohon kepada semua tim, termasuk dari tim yang mem
fasilitasi masalah dana untuk peningkatan pelayanan RSUDZA. Memang harapannya supaya Bappeda bisa mendukung mengalokasikan dana demi peralatan yang sangat bermanfaat dan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat yang berobat di RSUDZA.
Peralatan ini sangat penting, karena malu dengan rumah sakit yang lain bila RSUDZA tak memilikinya. Karena RSUDZA ini menjadi rumah sakit kebanggan rakyat Aceh. Ada masyarakat dari 23 kabupaten/kota yang rujukannya ke RSUDZA. Makanya harus ada supporting dari luar, seperti Gub/Wagub Aceh, DPRA, Bappeda dan timtim yang punya kewenangan. “Ini berguna untuk membantu rumah sakit demi peningkatan pelayanan termasuk alat dan sarana prasarana,” harapnya.
Sebagai Wakil Direktur Penunjang RSUDZA, Dr Fakhrul Rizal MM.Kes menyampaikan harapannya yang berharap dengan adanya manajemen baru, RSUDZA menjadi terpercaya juga merasa dimiliki oleh semua rakyat Aceh. Dukungan dan bantuan dari semua pihak dan jajaran pemerintahan sangat diharapkan. Juga Bappeda khususnya yang mengalokasikan dana untuk rumah sakit. “Harapan juga kepada tim tim yang sudah bekerja sama dalam memikirkan untuk peningkatan pelayanan, sarana dan prasarana penunjang juga halhal yang lain, untuk meningkatan pelayanan pada pasien,” ujarnya.
Banyak harapan yang mungkin tak bisa disebutkan satu per satu secara detil. Tapi secara umum dirinya ingin RSUDZA bisa lebih maju, lebih mengarah kepada perubahan. Termasuk tak hentihentinya dukungan dari semua pihak demi membantu kemajuan dan peningkatan pelayanan RSUDZA.(mha)
Kita terus bekerja lebih pro aktif dan lebih peduli untuk peningka-tan pelayanan dan juga
pengadaan alat-alat dan pelayanan di ru-
mah sakit,”
Dr. Fakhrul Rizal, MM.Kes Wadir Penunjang RSUDZA
Butuh Dukungan Dari Semua Pihak
“BIODATANama : Dr Fakhrul Rizal MM. KesTTL : Cunda, 3 Februari 1970Domisili : Perumahan Kompleks Dokter RSUDZAPosisi : Wadir Penunjang RSUDZA Pendidikan FK UISU 2000 (S1) IMNI Jakarta 2011 (S2)
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 7Laporan Khusus
Sejumlah Keberhasilan Telah Dicapai RSUDZA
“RUMAH Sakit itu memiliki sistem yang padat, padat dana, padat keuangan dan satu lagi tentu padat masa lah,” kata dr. Fachrul Jamal Sp.An KIC saat disambangi kru Tabloid RSUDZA Lam Haba di ruang kerjanya.
Padat masalah tersebut tidak menjadi sebuah beban atau gunung yang harus di pikul oleh pria kelahiran 1961 tersebut, saat amanah memimpin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Provinsi Aceh diberikan kepada di rinya oleh Gubernur Aceh saat itu.
“Kita memang tidak ber harap masalah itu ada, tapi semua yang ada harus dinikmati dan disikapi dengan baik, terlebih lagi saya su dah dari awal bekerja di RSUDZA sehingga beragam per soalan yang ada bukanlah hal yang baru dan menjadi beban,” kata mantan Direktur RSUDZA itu dengan santai.
Sebagai orang ya ng diberikan ama nah untuk
me mim pin sebuah pusat layanan kesehatan yang men jadi rujukan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh,
dirinya yang turut dibantu wakil direktur dan seluruh mas
yarakat rumah sakit me letakkan pondasi awal demi kemajuan rumah sakit tersebut.
“Tentu pon dasi awal yang telah ki ta le
takkan ini me rupa kan wujud dari ko mitmen
mem berikan pelaya nan kesehatan
terbaik kepada ma syarakat se
suai dengan visi dan misi
G u b e r n u r Aceh,” ka
tanya.Da
l a m per jalanan
m e
mimpin Rumah Sakit yang saban hari melayani sekitar 1.600 pasien per hari tersebut, tentu banyak hal yang dilaluinya saban hari termasuk dengan orang menyampaikan keluhan langsung dan juga meminta kamar perawatan kepada dirinya.
Salah satu langkah men
jawab banyaknya telpon yang langsung kepada dirinya yang meminta kamar perawatan adalah dengan membangun sistem layanan rumah sakit seperti manajemen sistem rumah sakit di mana masyarakat dan keluarga pasien dapat melihat langsung ketersediaan ruang di rumah sakit tersebut.
“Alhamdulillah kita men jawabnya dengan membangun sistem manajemen rumah sakit yang baik di mana semua dapat diakses secara langsung terhadap ketersediaan ruang rawatan di RSUDZA,” katanya.
Sebagai orang nomor
satu di rumah sakit milik Pemerintah Aceh saat itu, tidak membuat pria bernama lengkap dr. Fachrul Jamal, Sp An, KIC itu mengklaim berbagai keberhasilan yang telah dicapai selama memimpin rumah sakit yang kini memiliki 750 tempat tidur tersebut.
“Beragam pondasi dan juga keberhasilan yang telah saya capai merupakan berkat kerja semua komponen dan dukungan semua pihak yang ada di RSUDZA. Keberhasilan ini bukan milik saya seorang tapi milik semua pihak di rumah sakit,” katanya.
Ada beberapa capaian yang telah dirintis selama spesialis anastesi tersebut memimpin Rumah Sakit yang telah terakreditasi KARS tersebut yakni menyelesaikan pembangunan gedung baru dari sebelumnya 500 tempat tidur menjadi 750 tempat tidur dan meningkatkan fasilitas penunjang kesehatan di berbagai bidang layanan.
Selain meningkatkan in fra struktur dan fasilitas diagnostik di berbagai bidang layanan, ketersediaan sumber daya manusia juga menjadi hal utama yang tak pernah terpisahkan dan menjadi perhatian serius selama dirinya mengemban tugas sebagai Direktur di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Aceh tersebut sejak 20 Oktober 2014 hingga 4 Mei 2018.
“Kita juga merekrut te naga-tenaga kerja profe-sional yang handal serta mum puni guna memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh masyarakat Aceh yang menggunakan fasilitas kesehatan di RSUDZA,” katanya.
Ia mengatakan Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin telah berhasil meraih akreditasi tertinggi dengan predikat Paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Predikat sertifikat paripurna yang diraih Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh, Provinsi Aceh bukanlah sebagai simbol semata, tapi memang merupakan hasil yang diperoleh terhadap
berbagai layanan yang dimiliki rumah sakit milik Pemerintah Aceh itu.
Tepatnya pada 10 Desember 2015, rumah sakit yang berada di kawasan Tgk Daud Beureueh, Nomor 108, Banda Aceh itu berhasil meraih sertifikat paripurna yang merupakan bagian dari komitmen dan layanan prima yang telah diberikan oleh manajemen dan petugas medis dan para medis serta karyawan di lingkungan rumah sakit tersebut.
Dalam pelayanan di ru mah sakit yang berjuluk Serambi Mekkah tersebut, manajemen juga telah menerapkan konsep pelayanan is lami salah satunya dengan membentuk instalasi tersendiri.
Konsep pelayanan Islam nya yang dijalankan terse but seperti memberikan sa lam kepada pasien setiap dimulainya sebuah tindakan pelayanan, menghentikan pe layanan di poliklinik ketika waktu shalat lima waktu, setiap hari mendatangkan ustadz atau mubaligh untuk memberi pencerahan kepada para pasien diunitunit ruang rawatan. Kemudian administrasi keuangan dilakukan di bankbank syariah.
Setelah meraih akreditasi paripurna tersebut dan menerapkan pelayanan Is
lami tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel sedang mempersiapkan diri menuju rumah sakit terakreditasi internasional atau kerap disebut Join comission Internasional (JCI) dan rumah sakit terakreditasi syariah dari Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI).
“Saya berharap akreditasi internasional atau JCI dan terakreditasi syariah dari Mukisi dapat berhasil disemat RSUDZA pada tahun 2018,” katanya.
Selain telah mempersiapkan akreditasi internasional dan juga menjadi satusatunya rumah sakit milik pemerintah terakreditasi syariah, dirinya bersama seluruh komponen dan tim IT RSUDZA telah meluncurkan sistem registasi online di mana keluarga pasien cukup memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk, semua data pasien akan langsung terlihat dan dapat diakses oleh petugas, selain itu juga telah meluncurkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
“Kita telah berupaya maksimal meningkatkan berbagai layanan termasuk dengan memanfaatkan inovasi teknologi dalam memberikan kemudahan layanan kepada masyarakat sehingga berbagai layanan teritegrasi melalui SIMRS,” katanya.
Fachrul Jamal mengatakan capaian lainnya adalah membangun gedung pusat onkologi. Pusat pelayanan radio onkologi yang dihadirkan di rumah sakit milik Pe merintah Aceh itu bertujuan melakukan penyinaran untuk penderita tumor yang selama ini harus ke provinsi tetangga untuk melakukan hal tersebut.
Beragam keberhasilan yang telah dicapai tersebut merupakan hasil kerja sama semua pihak di rumah sakit. Keberhasilan itu merupakan kerja sama semua komponen dari level manajemen hingga karyawan di RSUDZA.
(danisha)
Berharap Pondasi Yang Ada Dilanjutkan
SEBAGAI orang yang te lah memimpin di RSUDZA, tentu banyak hal yang ingin diperbuat
oleh dr. Fachrul Jamal Sp.An KIC saat diberi amanah menja-di orang nomor satu di rumah sakit milik Pemerintah Aceh yakni Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin.
“Ada berbagai program yang telah dijalankan yang
merupakan “pondasi” dalam memajukan pelayanan di rumah sakit milik pemerintah yang tak lain juga seirama dengan visi dan misi Gubernur Aceh,” kata pemilik nama lengkap dr Fachrul Jamal, Sp An, KIC.
Menurut dia setelah berha-sil meraih akreditasi paripurna dari Akreditasi Nasional (KARS) dan mempertahankan akreditasi tersebut, pihaknya saat ini juga
sedang mempersiapkan menuju rumah sakit terakreditasi in-ternasional dari Join comission Internasional (JCI) dan rumah sakit terakreditasi syariah dari Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI).
Menurut dia perjalanan menuju penilaian tersebut kini harus dilanjutkan kembali oleh Direktur baru RSUDZA Dr. dr. Azharuddin termasuk dengan
program pengembangan rumah sakit lama yang telah digagas sebelumnya.
“Kita berharap apa yang telah direncanakan sebelumnya termasuk lima pusat layanan terpadu yang salah satunya saat ini sedang dibangun termasuk hostel dan juga parkir dapat dilanjutkan kembali,” katanya.
Dirinya menaruh harapan besar dan memiliki keyakinan
besar apa yang telah dirintis diri nya bersama manajemen se belumnya akan dilanjutkan kembali sehingga upaya menja-dikan pelayanan prima seperti motto memberi lebih dari yang diharapkan dapat terwujud di masa mendatang.
Tak ada keinginan lain dari melihat RSUDZA lebih maju dari sebelumnya sehingga berb-agai keluhan kesehatan dapat ditangani dengan baik dan tak ada lagi warga yang berobat ke luar negeri. (danisha)
“Kita telah be-rupaya maksimal
meningkatkan berbagai layanan
termasuk dengan memanfaatkan ino-vasi teknologi dalam
memberikan kemuda-han layanan kepada masyarakat sehing-ga berbagai layanan teritegrasi melalui
SIMRS,”
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba8 Wawancara
“Ya...kita akan benahi poli eksekutif. Intinya kita ingin
menggelar karpet merah untuk orang orang di Aceh yang selama ini cenderung
berobat keluar negeri. RSUD-ZA akan melayani secara
pasti dan terukur, dengan pelayanan super VIP.”
DR dr Azharuddin Sp.OT K-Spine, FICS
Direktur RSUDZA
Karpet Merah untuk Hindari Capital Flight
Pengantar redaksi
ON TIME! Itulah kesan yang langsung menyergap ketika kami menemui DR dr Azharuddin Sp.OT KSpine, FICS, di ruang kerjanya, Kamis (25/5) lalu. Sesuai janji, pukul 13.30 WIB, pria yang kini menjadi Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) itu, mempersilahkan kru RSUDZA Lambaha masuk ke ruang kerjanya.
Sebuah senyum elegant Pak Direktur menyambut kami, memasuki ruang kerja yang sejuk namun terlihat sederhana, untuk level seorang direktur Rumah Sakit terbesar di Aceh, dengan perputaran uang
hingga Rp 500 miliar di tahun 2017 itu.Pria yang memulai pendidikan MIN
di Kembang Tanjong, Pidie, dan kini menjadi salah seorang dokter bedah tu lang ternama di negeri ini, bercerita banyak pada pertemuan yang berlangsung akrab dan cair dalam durasi nyaris satu jam itu.
Suami dari dr Lina Lidadari, SpKK itu berbicara tentang obsesinya terhadap RSUDZA yang butuh dana hingga Rp2,3 triliun untuk menjadi rumah sakit yang mampu menahan laju capital flight keluar Aceh atau bahkan keluar negeri, karena fasilitas mumpuni yang dimiliki. “Kita akan membentangkan karpet merah bagi
warga yang selama ini memanfaatkan jasa layanan medis di luar Aceh, untuk memanfaatkan layanan medis di RSUDZA dengan standar super VIP,” katanya.
Mantan Wadir RSUDZA itu juga bercerita tentang tekadnya menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit pemerintah pertama yang akan menjadi rumah sakit Syariah. Katanya, syariah itu bukan sebatas layanan, akan tetapi juga hingga perilaku. Bahkan dokter dan perawat pun harus mampu membimbing pasien shalat, hingga ‘mengantar’ pasien yang sakaratul maut. Berikut penuturan Pak Direktur untuk khasanah baca Anda.
***
Tahun 2018, RSUDZA memiliki tar get krusial dalam hal akreditasi, mulai dari habisnya masa Akreditasi Paripurna Lima Bintang, rencana Akreditasi Joint Comitte International (JCI) hingga Akreditasi Rumah Sakit Syariah. Apa langkah yang dilakukan?
Kita telah melakukan rangkaian persiapan sejak dini, termasuk dengan melakukan peningkatan SDM atau capacity building melalui paket paket in house training serta pelatihan keluar daerah hingga luar negeri. Namun terlepas dari semua itu, kita tetap berusaha sekuat tenaga untuk mempermudah dan mempercepat layanan. Misalnya dimulai dengan pendaftaran secara online, hingga tak berde-sakan di depan loket.
Ada hal lain yang lebih krusial?
Satu hal yang juga men desak dalam kaitan akre ditasi itu adalah mengatur
tentang peng gunaan antibiotik atau pen-guatan peng gunaan antibiotik. Nantinya pasien harus kritis, termasuk menanya-kan obat yang diberikan. Agar dokter yang berikan obat juga bertanggungjawab.
Untuk akreditasi JCI hal itu dibu-tuhkan, termasuk riset yang harus dikem-bangkan terus, atau penelitian yang kon-tinyu. Pihak JCI akan melakukan survey awal September, untuk mengukur kesia-pan RSUDZA, menghadapi akreditasi JCI, termasuk mutu layanan yang tetap terjaga.
Bagaimana kebijakan direksi baru dalam kaitan akreditasi?
Target kita yang utama adalah ak-selerasi pelayanan. Tahun 2018 kita
juga mempush soal mutu dan patient savety. Khusus untuk akreditasi par-ipurna lima bintang, jatuh tempo Nopember 2018. Ka renannya saat ini telah dilakukan upaya untuk mempertahankan status akred-itasi bintang lima dari Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). Intinya, Nopember
2018, RSUDZA sudah ha rus terakreditasi kembali.
Bagaimana dengan akred
itasi rum a h
sakit Syariah?Kita ingin RSUDZA akan menjadi
rumah sakit pemerintah syariah pertama di Sumatera. Atau di Aceh, yang pertama se-cara keseluruhan dari rumah sakit yang ada.
Syariah itu bukan hanya di bidang pelayanan, tapi juga di bidang supporting lainya, seperti makanan, hingga transaksi. Dalam kaitan RS Syariah itu juga, pemakai jasa rumah sakit nantinya tak ragu keti-ka keluarga nya sakraratul maut. Karena, dokter, para medis dan PPDS akan mam-pu `melakukan talkin, mensyahadatkan pasien di penghujung hidupnya. Tak lagi mesti mencari di mana tengku.
Nanti akan muncul stigma di masya-rakat, kalau bisa saya dirawat di RSUDZA, karena saat saat akhir ada yang menuntun mengucapkan dua kalimah syahadat.
Langkah lain untuk membumikan syariat di RSUDZA bagaimana?
Manajemen RSUDZA kini melatih seluruh tenaga medis dan paramedis, agar mampu mensyariahkan pasien. Nantinya, dokter dan paramedis di ruangan wajib membantu pasien dalam hal penegakan shalat. Karena ada pasien yang sedang pa-kai gif di tangan atau kaki. Kelompok itu punya cara sendiri untuk shalat. Apapun sakitnya ada cara untuk shalat. Intinya, pa sien bisa shalat, dan kita siap men-dukung upaya itu. Termasuk menyedia-kan mukena, sajadah dan arah kiblat.
Bukankah RSUDZA telah memiliki instalasi khusus urusan kerohanian?
Ya..kita memang telah lama memi-liki instalasi seperti itu, tapi mereka kan tidak cukup untuk melayani ra-tusan pasien atau
bahkan seribuan pasien. Karena mereka cuma berempat. Gak mungkin mereka lari ke sana kemari, jika ada pasien yang sakaratul maut. Semua elemen di tataran medis dan para medis harus jadi duta sya-riah.
Dokter dan paramedis sangat be-sar kontribusinya dalam enforcement pe-layanan syar’i itu sendiri. Yang pasti kita tak ingin syariah itu hanya di atas kertas.
Adakah syar’i dalam konteks yang lebih luas
Kami ingin agar keluarga pasien merasa nyaman dengan layanan syariah, bukan hanya sekadar untuk mengejar akreditasi. Karenanya dari semua lini ha-rus syar’i, termasuk dalam hal pengadaan obat yang ditanya dulu ke pasien, seandai-nya mengandung unsur haram.
Walaupun obat itu menyangkut kesela matan hidup, tetap diberitahu kelu-arga pasien. Jika diizinkan baru diberikan kepada pasien. Transparansi soal obat ini akan diutamakan, baik obat makan mau-pun suntik.
Dari sisi transaksi kita juga upaya-kan agar syariah, kita pelan pelan berge-sar dari bank konvensional, walau mereka ada yang protes, karena keberadaan mer-eka di Aceh kan juga sah. Kita serahkan pada masyarakat pengguna.
Kalau dalam kaitan syariah, pembinaan ke dalam yang dilakukan apa saja
Bagi tenaga paramedis kita berika-na pelatihan bersertifikat, edukasi ber-lanjutan. Termasuk dilakukan inhouse training, workshop serta pelatihan sesuai topik. Materi pelatihan mencakup cara mengajarkan shalat dan bertayamum pada pasien, terutama yang sedang di gif, infus atau lainnya. Pelatihan model ini telah dilakukan di RS Sultan Agung Jog-ya. Dari lahir kita telah menjalankan kon-sep syariah. Kini, tinggal bagaimana kita mengimplementasikan keseharian agar lebih syariah, dari sisi tingkah laku, iba-dah dan pelayanan tentunya.
Bagaimana dengan kerjasam RSUD ZA dengaan rumah sakit atau lembaga lain, di dalam negeri maupun luar negeri
Sejauh ini masih dilakukan, seperti cangkok ginjal dengan RSCM yang kini menuju mandiri, bekerjasama dengan RS Harapan Kita, kami juga lakukan bedah jantung terbuka, dan kini telah disapih, karena kita telah mandiri.
Untuk kasus penyakit kanker, kita rujuk pasien ke RS Dharmais dan Murni
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 9Wawancara
DAFTAR RIWAYAT HIDUPA. Identitas Pribadi: Nama : Dr. dr. Azharuddin, Sp.OT K-Spine., FICS Tempat & Tgl Lahir : Sigli, Aceh, 2 Mei 1962 Alamat : Jln. T. Panglima Polem No. 98, Banda Aceh Email : [email protected]. Riwayat Pendidikan Formal: l MIN Kembang Tanjung: lulus tahun 1974 l SMP Negeri Kembang Tanjung: lulus tahun 1977 l SMA Negeri Sigli: lulus tahun 1980 l S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, lulus tahun 1988 l S2 Pendidikan Dokter Spesialis Orthopedi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya,
lulus tahun 1996. l Konsultan / Fellowship Bedah Tulang Belakang (K-Spine) l Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,tahun 1999 -2000. l Fellowship Spine Training, Royal Adelaide Hospital, Adelaide, 2000. l Program Doktor pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, lulus tahun 2014.C. Riwayat Pekerjaan: l 1989 – sekarang : Dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah l 1998 – 2002 : Kepala Instalasi Gawat Darurat RSUDZA l 2005 – 2011 : Kepala Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unsyiah l 2008 – 2012 : Ketua Komite Medik RSUDZA l 2008 – sekarang : Kepala sub divisi Bedah Orthopaedi Fakultas Kedokteran Unsyiah. l 2011- sekarang : Menjadi Reviewer Global Spine Journal (GSJ), Asia Pacific region l 2012 – 2014 : Anggota Dewan Pertimbangan Medik (DPM) Provinsi Aceh. l 2013 – sekarang : Anggota Tim Etik Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala. l 2014 - 4 Mei 2018 : Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUDZA l Direktur RSUDZA Banda Aceh sejak 4 Mei 2018D. Riwayat Keluarga: - Isteri: Dina Lidadari, SpKK - Anak: 1. Dr. Diaz Novera 2. Dra. Med. Nabila Dinda Jeulila E. Riwayat Organisasi: Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 1990-sekarang. Anggota Perhimpunan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia (PABOI). 1996-sekarang. Ketua Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI), Wilayah Provinsi Aceh. 2009-2011. Ketua Perhimpunan Tulang Belakang Indonesia (PERTUBESI)/ Indonesian Spine Society (ISS), Wilayah
Sumatra (Sumatra Chapter), 2009-2011. Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia (PABOI) Cabang Provinsi Aceh, 2012 – 2016. Ketua PERSI Aceh, 2016 – Sekarang
Teguh di Medan, karena RSUDZA belum memiliki fasilitas sinar kanker.
Kita juga menjalin kemitraan secara rutin dengan Taiwan, Thailand untuk pelatihan S2 Keperawatan.
Bagaimana dengan peran RSUDZA sebagai RS Pendidikan
Dari aspek PPDS (Program Pendi-dikan Dokter Spesialis) kita sudah buka sembilan bagian, antara lain, bedah, anak, anastesi, jantung, panu paru, saraf dan THT. Empat lagi, kulit, mata, bedah plastik dan bedah ortopedi, sedang dalam
proses. Inilah ‘ruh’nya RS Pendidikan.Karena kita punya modal yang kuat,
FK Unsyiah yang akreditasi A, RSUDZA akreditasi A.
Karenanya jangan muncul kesan skeptis dari pasien atau keluarga pasien terhadap peserta didik di RSUDZA, kare-na mereka itu justru positif dengan care nya yang kuat terhadap pasien. Mereka nantinya akan memberikan yang terbaik juga untuk Aceh ke depan.
Sebagai pimpinan baru, apa program mendesak yang segera dilakukan
Satu hal yang terasa mendesak ada-lah peningkatan kapasitas SDM untuk jangk apendek. Kebijakan itu juga terakit dengan tuntutan akreditasi yang akan di-jalani RSUDZA di tahun 2018.
Bagaimana dengan program jangka menengah dan panjang
Kita tetap fokus pada pembenahan infrastruktur untuk menjadikan RSUD-ZA sebagai rumah sakit pemerintah yang lengkap dan representatif. Semuanya kita lakukan secara bertahap hingga periode 10 tahun ke depan.
Bisa dirincikan proyek infrastruktur tersebut
Kita telah memulainya dengan pem bangunan pusat radio onkologi di be lakang eks gedung BNN. Insya Allah Desember tahun ini sudah dioperasikan. Paket itu memakai dana APBN melalui DAK, juga didukung dana APBA. Desem-ber nanti kita tak perlu rujuk pasien yang harus disinar karena kanker.
Setelah itu akan dibangun pusat trauma, karena kasus kita di Aceh angka trauma terhitung tinggi, misalnya cedera kepala, patah tulang atau lainnya. Pusat Trauma juga untuk mengurai kepadatan di IGD yang kini terasa makin sempit. Hal ini terasa wajar, dulu IGD dibangun untuk kapasitas tempat tidur 300 an, se-karangh kapasitas tempat tidur RSUDZA sudah 700-an. Dulu dokter ahli hanya 68 orang, kini bertambah menjadi 186 orang.
Makanya dibangun pusat trauma, untuk mengurai pasien IGD. Nantinya pasien di IGD hanya yang kena jangkitan stroke, jantung, diabetes atau penyakit non trauma lainnya.
Proyek lain yang terhitung krusialKita juga akan membangun gedung
parkir tiga atau empat lantai, dengan kapa sitas 800 atau 1000 kenderaan. Kini di RSUDZA sehari berputar manusia hingga 10.000 orang, terdiri atas karyawan 2500, mahasiswa ambil dokter dan PPDS ham-pir seribu orang, pasien satu hari 1600. Itu butuh lahan parkir yang tak sedikit.
Nantinya kita juga akan gabungkan RSUDZA lama dan baru dengan meng-hapus jalan yang memisahkan keduan-ya. Nanti akan satu lahan, dan kedua sisi itu dihubungkan dengan koridor yang dilengkapi eskalator.
Bagaimana dengan pengadaan fasilitas penginapan pendamping pasien
Hal itu juga telah masuk program jangka menengah dan panjang Pemerin-tah Aceh selaku owner RSUDZA. Akan disiapkan hostel untuk kamar inap pen-dampoing pasien, hingga tak seperti se-karang menggelar tikar di rumah sakit, walau kita sebenarnya telah melarang.
Jangka pendek kita rehab gedung ke bidanan lama, dan kita sediakan shuttle untuk fasilitas antarjemput. Banyak LSM yang ikut berkontribusi untuk pengina-pan pendamping pasien selama ini. Akan tetapi pemerintah berkeinginan untuk ambil alih soal itu. Tahun pertama kita rencanakan 60 kamar. Nantinya akan ada SOP tersendiri, hingga nyaman buat semua pemakai. Ke depan, kita bangun model apartemen dengan multi lantai.
Menyangkut pusat pelayanan khusus, apa saja yang kita rencanakan
Selain beberapa center pelayanan khusus yang telah ada, RSUDZA juga akan menjadi pusat cangkok ginjal. Da-lam dua tiga bulan ini dalam persia-pan cangkok ginjal ke tiga. Kalau sudah cangkok ke lima kita akan mandiri. Ini kebanggan tersendiri, nantinya RSUD-ZA juga akan jadi pusat jantung terpadu,
penyakit stroke dan otak.
Bagaimana dengan layanan eksekutif
Ya...kita akan benahi poli eksekutif. Intinya kita ingin menggelar karpet me-rah untuk orang orang di Aceh yang sela-ma ini cenderung berobat keluar negeri. RSUDZA akan melayani secara pasti dan terukur, dengan pelayanan super VIP.
Nanti akan ada unit eksekutif di RSUDZA seperti RSCM Kencana yang beroperasi secara mandiri. Targetnya, kita ingin menghindari capital flight. Jangan ada lagi orang Aceh yang sakit berobat keluar negeri, hingga uang kita di Aceh terbang ke negeri luar. Kita ajak pemilik duit untuk berobat ke RSUDZA.
Jika ditotal secara global, berapa kebutuhan dana untuk pembenahan RSUDZA secara menyeluruh
Kalau ada kali kali global, untuk seluruh paket pembenahan infrastruktur tersebut, butuh dana sekitar Rp 3,2 trili-un untuk pembenanahan infrastruktur dengan beberapa pusat layanan. Insya Allah dalam tempo 10 tahun akan tuntas semuanya. Artinya, proyek itu direalisa-sasikan dalam paket multiyears.
Kita doakan mudah mudahan pro-gram benar benar suistanable, tidak malah terhenti karena terjadi pergeseran kepala daerah.
Dengan budget plant sebesar itu apa yang akan dilakukan, karena anggaran pemerintah tentu akan terbatas
Pemerintah Aceh akan menggan-deng beberapa stake holder untuk me-mikirkan solusi soal dana tersebut. Pekan ini, dengan difasilitasi oleh Gubernur Aceh, diundang 50 stake holder, untuk memikikan pembangunan RSUDZA. Nan tinya akan dilakukan sebuah kajian strategis tentang investasi pihak ketiga di RSUDZA, dengan kompe nsasi yang sa-ling menguntungkan.
Kita gaet kerjasama untuk proyek Rp 100 miliar ke atas, skema seperti itu sudah jalan di Jatim dan Gorontalo. Intinya, kita sedang cari skema kerjasama Pemerintah Aceh dengan pusat untuk mencari mitra swasta membangun rumah sakit.
Bagaimana dengan dana dari RSUDZA yang sudah berbentuk BLUD
Jelas itu sangat tak mungkin. Karena dana yang terhimpun hanya cukup untuk operasional, tapi bukan untuk memban-gun infrasturktur.
Sebagai contoh, tahun 2017 RSUD-ZA sudah mampu himpun dana Rp 0,5 triliun yang habis untuk operasional saja. Selain itu, pasien RSUDZA 98 persen BPJS, kemarin Aceh dapat award karena ikut menggagas universal high coverage, kepersertaan masyarakat Aceh di BPJS luar biasa.
Kalau dana pemerintah dalam hal ini APBA
Itu juga sangat terbatas, karena ter-kait dengan status BLUD. Tiga tahun lalu, kita dapat kucuran dana Rp 300 miliar untuk pembangunan infrastruktur. Ta-hun 2017 hanya kebagian Rp 60 miliar. Yang lebih pahit lagi tahun 2018, katan-ya ada Rp 50 miliar, namun belum jelas kondisinya.
Kami menyudahi wawancara eklusive itu, sejenak jelang berkumandangnya azan Ashar. Di luar sana beberapa orang tamu terlihat menunggu untuk bertemu dengan Pak Direktur. Sebuah senyum renyah mengantar kami saat meninggalkan kamar kerja orang nomor satu di RSUDZA tersebut.(**)
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba10 Aktualita
Presiden Joko Widodo menyerahkan penghargaan Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (UHC JKN-KIS) Award 2018 kepada Provinsi Aceh yang diterima Asisten III Setda Aceh, Kamaruddin Andalah, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/5).
Aceh Terima Penghargaan JKN-KIS 2018
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) memberi kan peng hargaan Ja mi nan Ke sehatan Nasio nal
Kar tu Indonesia Sehat (JKNKIS) Award 2018 kepada Pro vinsi Aceh di Istana Negara, Ra bu (23/5) kemarin. Pengharga an ter sebut diberikan karena Aceh diang gap mendukung Program JKNKIS sebagai program strategis nasional dalam mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) di wilayahnya.
Penghargaan tersebut di
te rima oleh Asisten III Setda Aceh, Kamaruddin Andalah yang mewakili Gubernur Aceh. Selain Aceh, penghargaan serupa juga diberikan kepada Provinsi DKI Jakarta, Papua Barat dan Provinsi Gorontalo.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris, mengatakan agar suatu daerah dianggap mewujudkan UHC, haruslah menjamin ke sehatan masya ra kat minimal 95 persen.
Ia berharap dengan adanya penghargaan UHC JKNKIS 2018,
dapat menularkan se ma ngat me nuju ca kupan ke sehatan ke pada pemerintah daerah lainnya untuk segera menjaminkan kesehatan masyarakatnya ke dalam program JKNKIS.
“ P e m i m p i n yang dipilih oleh rakyat pasti akan mem be rikan yang ter baik kepada rakyatnya, termasuk da lam mem berikan ja mi nan dan pe la yanan kesehatan. Ka mi juga dapat di tiru oleh se luruh pim pi nan di negeri ini, sehingga apa yang dicitacitakan oleh bang sa ini yaitu kesejahteraan yang berkeadlian melalui salah satunya Program JKNKIS dapat segera terwujud,” ujar Fachmi.
Selain Aceh dan tiga pro vinsi lain, penghargaan ter sebut juga diber
ikan kepada seluruh kabu paten/kota di Aceh termasuk 97 kabupaten lain dari ber bagai provinsi di Indonesia. Penghargaannya diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Turut menerima penghargaan, Deputi Direksi Wi layah Sumut dan Aceh Mariamah serta Kepala BPJS Kesehatan Cabang Banda Aceh, Aldiana.
Dalam kesempatan itu, Men teri Dalam Negeri Tjahjo Ku molo, mengingatkan kembali terkait implementasi Instruksi
Presiden Nomor 8 Tahun 2017 tentang Optimalisasi Program JKNKIS, khususnya instruksi pada gubernur dan wali kota.
Dalam Inpres tersebut, para bupati dan wali kota diperintahkan untuk mengalokasikan anggaran dalam pelaksanaan Pro gram JKN, memastikan seluruh penduduknya ter daftar dalam JKNKIS. Pemda juga harus menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sesuai standar kesehatan dengan SDM yang berkualitas.
Selanjutnya pemerintah ha rus memastikan BUMD untuk men daftarkan dan memberikan data lengkap dan benar serta ke pastian pembayaran iuran bagi pengurus dan pekerjanya serta membe rikan sanksi administratif tidak men dapatkan pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja selain penyelenggara negara yang tidak pa tuh dalam pendaftaran dan pembayaran iuran JKNKIS.
“Ke depan diharapkan tidak ada lagi Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah), karena semuanya terintegrasi menjadi satu program nasional, yakni JKNKIS,” kata Fachmi.
Bila pemda ingin memiliki Jamkesda yang dibiayai dari APBD, Pemda diminta untuk meng cover program komplementer (pelengkap) yang belum dijamin dalam program JKNKIS. Sebab, salah sa tu keuntungan JKNKIS yang tidak dimiliki Jamkesda adalah asas portabilitas.
Dengan memiliki JKNKIS, peserta bisa berobat di seluruh wilayah Indonesia ketika membutuhkan. Sedangkan Jamkesda hanya berlaku di daerah yang bersangkutan.
“Harus dipahami bahwa JKNKIS ini mengun tungkan buat war ganya sendiri. Kalau ada bepergian ke luar kota atau ada anaknya pendidikan di kota lain, kartu JKN KIS ini bi sa dipergunakan waktu jatuh sakit,” pungkas Fachmi. (*)
Harus dipahami bahwa JKN-KIS ini
menguntungkan buat warganya sendiri.
Kalau ada bepergian ke luar kota atau ada anaknya pendidikan
di kota lain, kartu JKN - KIS ini bisa diper-
gunakan waktu jatuh sakit,”
“
Arsada: SPI RSUD Harus Berperan Maksimal
ASOSIASI Rumah Sakit Daerah (Arsada) Provinsi Aceh ber-sama Badan Penga-
wasan Keuangan dan Pemban-gunan (BPKP) Aceh, menggelar workshop tentang peran Satuan Pengawas Internal (SPI) dalam tata kelola Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Aceh.
Kegiatan itu diikuti per-wakilan 27 RSUD dari 23 kabu-paten/kota tersebut berlangsung, di Kantor BPKP Aceh, Banda Aceh, Sabtu (26/5).
Pada kesempatan itu juga turut dilakukan penandatan-ganan MoU oleh Ketua Arsada Aceh, dr. Fachrul Jamal Sp.AN KIC dengan Kepala Perwakilan BPKP Aceh, Ichsan Fuady SE Ak CA AfrA. Prosesi itu turut disaksikan Deputi Kepala BPKP RI Bidang Akuntan
Negara, Drs Bonny Anang Dwijanto CIA CfrA dan para undangan.
Di sela workshop yang diisi sejumlah pemateri dari BPKP itu, Ketua Arsada Aceh, dr Fachrul Jamal Sp.AN KIC kemarin mengatakan, SPI memberikan kontribusi besar terhadap RSUD sehingga bisa berjalan sesuai aturan.
“Tapi selama ini SPI tam-pak kurang berkembang. Selain itu, ada salah kaprah mengenai SPI yang dianggap sebagai orang yang memata-matai di RS sehingga tidak disukai,” ujar Fachrul.
Dia menegaskan bahwa anggapan tersebut keliru, sebab SPI sangat membantu manaje-men RS dalam menyelengga-rakan penilaian, pengelolaan, serta memberi saran perbaikan.
“SPI merupakan mitra rumah sakit agar tidak salah dalam membuat kebijakan dan
pengawasan. Bila ada yang salah bisa cepat diberitahu,” jelasnya.
Fachrul menambahkan, dengan adanya Mou dengan pihak BPKP Aceh, Arsada bersama puluhan RSUD yang ada di Aceh dapat melakukan konsultasi dan berkomuni-kasi, seperti untuk membuat
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), tata kelola keuangan, organisasi, dan SDM.
“Saya berharap, kegiatan ini memberikan pemahaman yang baik kepada peserta mengenai peran dan fungsi SPI untuk kemajuan RSUD,” kata Fachrul Jamal yang juga man-tan Direktur RSUDZA ini. (*)
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 11Info
Desi Puspita
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba12 Opini
Oleh : Dr. drg. Chairunas, M.Kes., Sp.BM(Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut di Poli Gigi RSUZA / Staf Pengajar FKG Unsyiah)
BULAN Suci Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah dan sedang kita jalani, den
gan memohon keampunan dan khusyuk beribadah puasa sebulan penuh semoga kita menjadi seorang muslim yang beriman dan bertaqwa, di mana sebagai umat muslim kita pastinya bangga menyambut datangnya bulan suci tersebut. Sementara ibadah yang kita lakukan di bulan suci Ramadhan, tentunya akan diberkahi dengan pahala yang berlipat ganda. Maka dari itu, sudah seharusnya kita memiliki persiapan yang sebaikbaiknya. Sehingga nantinya semua ibadah bisa kita tunaikan, layaknya berpuasa, mengerjakan sholat, dan lainnya baik itu ibadah wajib maupun sunah. Dengan begitu, saat menjalankan semua amalan ibadah tersebut, bisa berjalan dengan baik dan istiqomah. Dalam hal ini puasa yang kita lakukan hendaklah dibarengi dengan menjaga kesehatan tubuh serta memperhatikan aspek – as pek kesehatan, Jika tidak di lakukan dengan aspek sehat, pua sa dapat melemahkan tubuh dan membahayakan kesehatan. Sebaliknya, puasa yang sehat da pat bermanfaat secara psikis dan fisik.
Puasa merubah jadwal masuknya makanan dan minuman ke dalam tubuh, bahkan karena waktu berbuka yang terbatas, otomatis akan membatasi asupannya juga. Hal ini sering menyebabkan penurunan daya tahan tubuh manusia. Namun setelah berjalan beberapa hari dalam bulan Ramadhan tubuh akan menyesuaikan diri dengan keterbatasan itu, sehingga efek jangka panjangnya adalah sebagai detoksifikasi bagi saluran pencernaan manusia.
Disamping menjaga kesehatan secara umum Kesehatan Gigi dan Mulut merupakan hal pen ting selama kita menjalankan ibadah puasa. Seringkali ki ta menjadi tidak nyaman dan ter ganggu dengan keluhan seperti bau mulut yang tidak sedap. Hal ini wajar terjadi dan bisa dicegah dengan mengetahui apa penyebabnya.
Ketika berpuasa, tentunya seseorang akan lebih rentan mengalami bau mulut yang tidak sedap. Secara fisiologis kondisi ini menyebabkan menurunnya produksi air liur yang dapat membuat mulut menjadi kering (xerostomia), fungsi air liur adalah sebagai self-cleansing di dalam rongga mulut.
Dalam keadaan berpuasa dimana tidak ada aktivitas me
ngunyah dan terjadi penurunan produksi air liur, akibatnya jum lah oksigen di dalam mulut akan berkurang. Bakteri anaerob dapat berkembang biak di dalam mulut tanpa oksigen yang mengubah sisa makanan yang tersisa diselasela gigi dan memecah asam amino sehingga menghasilkan gas sulfur yang mem buat mulut menjadi baunya atau halitosis.
Selain itu, mulut yang kering biasanya akan sering timbul sariawan pada mukosa rongga mulut, hal ini disebabkan juga karena menurunnya produksi air liur yang berfungsi sebagai moisturizer atau pelembab pada rongga mulut.
Saat berpuasa, intensitas mengkonsumsi makanan memang menjadi lebih sedikit.Ma-kanan dan minuman hanya masuk ke mulut ketika waktu sahur dan berbuka saja. Nah, perubahan pola makan saat puasa inilah yang terkadang menjadi jebakan bagi kita yang sering mengabaikan perawatan gigi dan mulut. Umumnya, sebagian besar orang beranggapan bahwa karena jumlah makanan yang menyentuh permukaan rongga mulut menjadi lebih sedikit selama bulan puasa, maka intensitas mem bersihkan gigi dan mulut lantas berkurang. Akhirnya justru timbul masalah yang sering dialami selama berpuasa, yaitu bau mulut.
Beberapa pendapat yang sering dikemukakan, para ahli mengemukakan beberapa tips yang bisa mencegah bau mulut selama berpuasa dalam rangka menjaga kesehatan gigi dan mulut antara lain :
1. Menyikat Gigi 2x Sehari, Setelah Makan Sahur dan Sebelum Tidur.
Menyikat gigi mengguna-kan pasta gigi ber-fluoride se-telah makan sahur dan sebelum tidur di malam hari wajib dilakukan agar sisasisa makanan yang ada di mulut bisa dibersihkan sehingga tidak diubah oleh bakteri di dalam mulut menjadi asam yang dapat mengakibatkan karies/lubang gigi.
Sesuai standar WHO, sikat gigi itu sehari 2x yaitu setelah makan dan sebelum tidur. Karena bulan puasa, sikat gigi dila kukan setelah makan sahur dan sebelum tidur. Penyebab bau mulut ada 2 faktor : 1) faktor eksternal yang berasal dari makanan yang masuk. Karang gigi salah satu faktor pemicu bau mulut. 2) faktor internal, yang bisa karena oral (rongga
mulut) dan kondisi umum si pasien. Perawatan gigi atau cabut gigi pada siang hari juga tidak masalah, tidak menggangu puasa. Oleh karena itu, kalau ada gigi yang bermasalah, segera periksakan ke Dokter gigi.
2. Membersihkan Lidah.Jangan lupa untuk men
yikat juga permukaan lidah Anda selagi menyikat gigi agar kumankuman penyebab bau mulut dari sisa makanan yang tidak terlihat juga dapat dibersihkan. Lidah juga tetap disikat dengan alat penggosok lidah tujuannya untuk membersihkan timbunan bakteri yang ada pada lidah. Membersihkan lidah dengan cairan obat kumur juga boleh, selama tidak tertelan.
3. Berkumur Saat Berwudhu.Saat berwudlu sebelum
sholat, berkumurlah dengan be nar. Ini gunanya untuk membersihkan kotorankotoran dan bakteri di dalam mulut khususnya di selasela gigi. Berkumur saat wudhu terutama bagi umat muslim yang menjalankan ibadah shalat lima waktu dalam sehari juga dapat membantu mengurangi gejala mulut kering saat kita berpuasa, tentunya jangan sampai lupa apalagi sengaja hingga tertelan. Jadi, sebenar nya tidak ada alasan bagi yang berpuasa untuk mengalami kekeringan di rongga mulut.
Berpuasa pada zaman Na bi Muhammad SAW, dalam suatu riwayat dikemukakan, Dari Amir bin Rabi’ah berkata: “Aku melihat Nabi saw. bersiwak (menggosok gigi dengan kayu Arak) ketika beliau sedang shaum. Dan aku melihatnya tidak terhitung.” HR. Abu Daud, Bukhari dan Tirmidzi. Yakni aku sering kali melihat Nabi SAW. bersiwak ketika sedang shaum. Maka dalam hal ini tetap disun-natkan bersiwak bagi orang yang sedang shaum pada setiap waktu Ini pendapat Jumhur Ulama dan tiga Imam Mujtahid (Madzhab). Sementara menurut pendapat lain bahwa bersiwak itu dimakruhkan mulai dari tergelincir matahari hingga terbenam bagi yang sedang shaum ka rena mempertahankan bau mulutnya sebagaimana penjelasan diatas pada bab fadhail. Dan inilah pendapat yang dipegang oleh ibnu Umar, atha, mujahid, Asy-Syafi’I dan Al-Auza’i. (At-Taj Al-Jaami’u Lil-Ushuul fii Ahaa-diitsi al-Rasul / 2 : 62).
4. Perbanyak Minum Air Mineral Saat Sahur dan Berbuka.
Air mineral adalah komponen utama dari tubuh kita. Tapi yang lebih penting lagi air mineral juga komponen utama dari air liur yang berfungsi untuk membersihkan sisa makanan yang menempel di selasela gigi dan juga mengandung mine ralmineral yang diperlukan gigi. Banyak konsumsi air putih saat sahur. Minum air putih 8-10 gelas ketika sahur dan berbuka, dapat membantu cegah bau mulut disiang hari. Karena air putih akan meningkatkan produksi sa liva (air liur), sehingga mulut ter jaga kebersihan dan kelembabannya. Hindari minuman yang mengandung soda dan kafein karena dapat merusak dan mewarnai gigi. Minum teh hijau tanpa gula saat sahur dan berbuka akan mencegah bau mulut. Teh hijau memiliki zat polyphenol yang berguna untuk membersihkan bakteri pada mulut dan saluran pernafasan.
5. Perbanyak Makan Makanan yang Berserat Tinggi (Buah dan Sayuran) saat Sahur dan Berbuka
Kandungan vitamin, mineral dan serat yang terdapat da lam buah dan sayuran dapat membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut terlebih saat puasa. Rasulullah SAW saja mem biasakan selalu berbuka dengan buah kurma. Makanlah makanan yang banyak mengandung serat seperti sayur dan buah. Konsumsi vitamin C sesuai dosis agar terhindar dari timbulnya sariawan. Dianjurkan juga menghindari makanan dan minuman yang biasanya membuat mulut bau, seperti ba wang putih, petai, jengkol, durian. Hindari mengkonsumsi makanan yang lengket dan manis seperti cokelat, es krim, bis kuit, karamel, dodol dan kue basah lainnya. Makanan lengket ini akan lebih sulit untuk dibersihkan, ditambah akan menempel pada gigi dalam waktu lama sehingga menyebabkan bau mulut.
6. Stop Kebiasaan Buruk.Kebiasaan buruk seperti
merokok selain hukumnya haram juga dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi dan jaringan periodontal. Kurangi merokok saat sahur dan berbuka. Tidak merokok juga berkonstribusi besar pada pengurangan bau mulut pada siang hari bulan puasa. Selain itu merokok juga bisa membuat rongga mulut menjadi kering, yang mana bisa menjadi salah satu penyebab bau mulut.
7. Hindari Obat Kumur yang Mengandung Alkohol.
Obat kumur yang mengandung Alkohol dapat menyebab rongga mulut menjadi lebih kering, yang mana bisa meningkatkan resiko bau mulut.
Dari Laqiet bin Shabrah ra. Berkata: “Ya Rasulallah, beritahukan kepadaku tentang wudhu”. Rasulullaah saw. bersabda: “Sempurnakan wudhumu, silangi selasela jarimu, dan hiruplah air oleh hidungmu dalamdalam kecuali jika kamu sedang shaum”. HR. AshHabu AlSunan.
Maka tidak boleh berle bih-lebihan dalarn berkumurkumur dan dalam menghirup air oleh hidung, karena khawatir ada air yang masuk ke dalarn perut. Berlebih lebihan (dalam berkumur dan rnenghirup air oleh hidung) hukumnya makruh bagi yang sedang shaum sebagai sikap berhatihati.
Apabila berlebihlebihan kemudian ada air yang masuk ke dalam perut, maka batallah shaumnya, lantaran ia telah melakukan sesuatu yang dilarang. Dan jika tidak berlebihlebihan kemudian ada air yang masuk, ma ka tidaklah batal shaumny, lantaran hal itu terjadi karena ia melakukan sesuatu yang diidzinkan. Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama (AtTaj Al-Jaami’u Lil- Ushuul fii Ahaadiitsi alRasuul / 2 : 69).
8. Kebiasaan yang tidak baik.Hindari tidur yang terlalu
lama karena hal ini akan memicu bau mulut yang tidak sedap. Bila anda telah melakukan caracara diatas bau mulut Anda masih juga belum berkurang, segera konsultasikan ke dokter karena bau mulut juga bisa terjadi karena faktor dari dalam tubuh (maag), gangguan pernapasan, diabetes atau penyakit dalam lainnya.
9. Periksa Gigi Secara Rutin.
Lakukan pemeriksaan gi gi dan mulut secara rutin dan berkala minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi dapat membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Dengan demikian tips menjaga kesehatan gigi dan mulut selama puasa di bulan Ramadhan agar dengan gigi dan mulut yang sehat disamping menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh, dan Insya Allah dalam menjalankan amal ibadah puasa dan ibadah wajib serta ibadah sunat lainnya kita pun menjadi lebih maksimal, dan tercapai tujuan akhir berpuasa yaitu semoga kita menjadi orangorang yang bertaqwa.
Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Selama Puasa
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 13Aktualita
HYGIENE RESPIRASI /ETIKA BATUK1 Komite PPIRS
PENYAKIT infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan dunia, termasuk
di Negaranegara berkembang salah satunya Indonesia, kondisi lingkungan dan budaya yang ada dinegara kita juga sangat mempengaruhi tingginya angka kejadian infeksi.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa sadar reflek batuk dan bersin sering terjadi, hal ini fisiologis dan normal. Tetapi efeknya menjadi tidak normal apabila kita tidak menyadari atau mengetahui dan menyebabkan infeksi.
Kebersihan pernafasan dan Etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasaan untuk mencegah sekresi pernafasan. Etika batuk yang perlu kita ketahui bersama, karena dari hal penularan yang terkecil kita ketahui dan pahami maka kita telah bertindak dalam proses pencegahan infeksi yang saat ini sedang digalakkan. Dahulu kita mengenal atau terbiasa saat batuk kita akan menutup
mulut kita dengan telapak tangan. Tujuan kita baik tetapi belum tentu benar dan justru cara ini akan menjadi media penyebaran infeksi yang cepat. Dengan menutup telapak tangan tanpa sadar kita telah memindahkan bakteri dari telapak tangan kita ke orang lain melalui bersentuhan atau bersalaman.
Secara standar yang benar etika batuk adalah dengan menutup mulut dengan tissue, tetapi terkadang kita tidak sadar saat kita reflek bersin atau batuk menyerang kita, karna saat batuk tissue belum kita siapkan dikantong atau ditas.
Etika batuk yang benar dan aman adalah seperti gambar di bawah ini :
Gunakan tissue untuk menutup mulut dan hidung
Lakukan kebersihan tangan dengan menggunakan sabun antiseptic atau menggunakan handrub berbasis alcohol
Bila tidak ada tissue tutuplah mulut dan hidung dengan menggunakan lengan baju atas bagian dalam
Bila batuk dan bersin terus menerus gunakanlah masker dan duduk dengan jarak >1 meter dari orang lain
Bila batuk atau bersin tutuplah mulut dan hidung dengan menggunakan tissue
Segera buang tissue yang sudah dipakai pada tempat sampah yang telah disediakan
Hal ini juga disosialisasikan oleh Komite PPIRS (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit) ini dilakukan untuk meminimalkan proses transmisi bakteri ke orang lain dan lingkungan. Rasional tindakan menutup batuk dengan lengan atas
bahwa lengan atas jarang atau bahkan tidak dominan kontak dengan reservoir. Bila menutup dengan telapak tangan langsung kita tahu bahwa telapak tangan adalah dominan menyentuh, memegang bahkan bersalaman dengan orang lain, meskipun kita
tidak sakit tetapi flora normal yang keluar akan berubah menjadi tidak norml dan akan membuat proses kolonisasi kemudian bisa menjadi infeksi.
Pengunjung dengan gejala infeksi saluran pernafasan selama terjangkitnya penyakit menular
harus diawasi pemakaian APD seperti masker, agar tidak menularkan infeksi dan harus diberikan informasi tertulis untuk menggunakan masker bagi setiap pengunjung yang batuk, dan pengumpulan sputum untuk pengunjung yang batuk harus dilakukan da
lam ruang terbuka, sputum collecrion booth, dan ini sudah disediakan di Rung Pelayanan TB Terpadu di RUUDZA lama atau ruangan dengan pengaturan sistem ventilasi yang benar. Udara dalam booth dialirkan ke udara bebas di tempat yang bebas lalu lintas manusia.
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba14
obat secara teratur dapat tetap berpuasa, dengan mengatur waktu minum obatnya pada saat berbuka dan sahur. Pasien disarankan berkonsultasi kepada dokter dan minta kepada dokter untuk memberikan obatobat yang bersifat aksi panjang sehingga cukup diminum sekali atau 2 kali sehari.
Selain obat yang dikonsumsi, mengatur pola hidup perlu dilakukan terkait pembatasan asupan garam atau lemak, olahraga secara rutin dan banyak minum air putih. Selain itu pasien hipertensi juga harus rutin mengukur tekanan darahnya di saat bulan puasa dibandingkan bulan tidak puasa. Seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi ringan sampai sedang dengan kelebihan berat badan dianjurkan untuk tetap berpuasa, karena puasa dapat membantu menurunkan tekanan darah. Disarankan obat hipertensi diminum saat makan sahur sehingga obat tersebut dapat mengendalikan tekanan darah selama beraktivitas di siang hari.
Pasien asma dengan penggu naan inhaler secara teratur
dapat menggunakan inhalernya saat setelah buka puasa dan saat sahur, namun apabila diperlukan penggunaan inhaler untuk mencegah serangan akut di siang hari, pasien dapat membatalkan puasanya.
“Tanyakan pada Dokter atau Apoteker untuk memastikan penggunaan obat secara benar dan tepat. Obat yang digunakan secara benar dan tepat akan meningkatkan kinerja obat dan efikasinya. Semoga Allah ta’ala senantiasa memberikan kesehatan kepada kita disaat bulan suci ramadhan ini, sehingga kita dapat menjalankan ibadah dengan baik.”
Tips Kesehatan
Sehat Dengan Minum Obat yang Tepat Selama Bulan Ramadhan
AL H A M D U L L I L L A H , kita ber jumpa lagi dengan bulan Mulia yang penuh barakah, bulan
Ramadhan. Bulan yang sudah selayaknya seorang muslim me rasa rindu untuk selalu ingin berjumpa dengan bulan ini. Sebagai seorang muslim yang menjalankan ibadah puasa, tentu berharap tubuh akan senantiasa sehat dan kuat dalam menjalani ibadah ini.
Sehat adalah anugerah Allah yang tak ternilai harganya, dengan tubuh yang sehat kita dapat melakukan banyak ibadah dengan janji pahala yang berlipat ganda. Akan tetapi bagaimana jika penyakit bertandang dan kita terpaksa harus menelan obatobatan? Tetap menjalankan puasa atau tidak? Meskipun islam membolehkan tidak berpuasa bagi orang sakit, tapi bagi sebagian yang sakit tetap ingin menjalankan ibadah puasa walaupun harus minum obat rutin.
Lalu bagaimana cara mengatur waktu minum obat di bulan puasa agar supaya tidak mengganggu hasil terapi yang diharapkan? Artikel ini mencoba mengupas cara penggunaan obat selama bulan Ramadhan.
n Penggunaan Obat Yang Tidak Membatalkan Puasa
Ada beberapa obat apabila digunakan tidak membatalkan puasa, yaitu obat yang tidak diminum dan masuk ke saluran cerna. Hal ini sudah didiskusikan dalam sebuah seminar oleh para ahli medis maupun agama di Maroko pada tahun 1997. Berikut sediaan yang apabila digunakan tidak mem
batalkan puasa, antara lain tetes mata dan telinga, obat yang diserap melalui kulit (salep, krim, plester), obat yang digunakan melalui vagina, seperti supositoria, obat yang disuntikkan baik melalui kulit, otot,sendi, dan vena kecuali pemberian makanan via intravena pemberian gas oksigen dan anastesi, obat yang diselipkan di bawah lidah (seperti nitrogliserin untuk serangan jantung serta obat kumur sejauh tidak tertelan.
n Bagaimana Penggunaan Obat Minum Saat Puasa
Pada saat bulan puasa, obat hanya bisa diminum selepas buka puasa sampai sebelum subuh saat sahur. Perubahan jadwal minum obat bisa saja mempengaruhi nasib obat dalam tubuh, yang nantinya bisa mempengaruhi efek terapi obat.
Untuk obatobat yang 1 kali sehari pada pagi hari, bisa diminum saat sahur tanpa perubahan efek terapi yang signifikan. Untuk obat yang digunakan 2 kali sehari, disarankan untuk diminum pada saat sahur dan berbuka puasa.
n Bagaimana Dengan Obat Yang Harus Diminum 34 Kali Sehari
Untuk obat dengan dosis 3 kali sehari maka dapat diberikan dengan jarak waktu 5 jam yaitu pukul 19.00 (saat buka puasa), pukul 00.00, dan pukul 05.00 (saat makan sahur), obat yang harus diminum 4 kali sehari dapat diberikan dalam jarak waktu 3-4 jam, yaitu pada pukul 19.00 pukul 23.00 pukul 02.00 dan pukul 05.00 tentunya waktu harus disesuaikan dengan imsakiah setempat. Sebagian besar obat dapat diubah jadwalnya sperti ini tanpa mengubah efek pengobatan secara signifikan, termasuk penggunaan antibiotik.
Bagi sebagian orang untuk minum obat agak sulit pada malam hari, tetapi ini merupakan waktu untuk menghasilkan efek pengobatan yang optimal. Oleh karena itu disarankan kepada psien meminta pada dokternya untuk meresepkan obat bentuk sediaan lepas lambat atau aksi panjang sehingga frekuensi pemakaian bisa dikurangi menjadi 1 atau 2 kali sehari. Jika tidak bisa diganti, maka penggunaannya adalah dari waktu berbuka puasa hingga sahur, yang dibagi dalam jarak waktu yang sama.
n Bagaimana Penggunaan Obat Sebelum dan Sesudah Makan
Beberapa obat dapat ber
interaksi dengan adanya makanan, yaitu adanya makanan dapat mempengaruhi efek obat. Ada obatobat yang baik digunakan sebelum makan karena penyerapannya lebih baik pada saat lambung kosong, dan sebaliknya diminum setelah makan karena dapat menyebabkan iritasi lambung atau lebih baik penyerapannya dengan adanya makanan. Nah, selama bulan
Ramadhan harus diperhatikan pula aturan minum obatnya, apakah sebelum atau sesudah makan. Jika aturannya 1 kali sehari sebelum makan, obat bisa diminum saat sahur ( setengah jam sebelum makan sahur) atau pada saat berbuka (setengah jam sebelum makan). Gunakan obat sesuai anjuran apakah diminum pagi atau malam. Jika aturannya 1 kali sehari setelah makan, maka obat bisa diminum kirakira 510 menit setelah makan besar. Untuk penggunaan 2,3 atau 4 kali sehari, secara prinsip sama seperti yang dijelaskan diatas mengenai jam minum obat.
n Penggunaan Obat Pada Penyakit Kronis Di Bulan Ramadhan
Pasien yang memiliki penyakit kronis namun tetap ingin berpuasa memerlukan caracara mengkonsumsi obat secara teratur yang tidak menurunkan efek terapinya. Beberapa penyakit kronis memerlukan pengobatan terus menerus, seperti penyakit diabetes, asma, hipertensi. Berikut akan diulas penggunaan obat dan pemantauan terapi pada penyakit kronis.
n Diabetes melitus (Kencing Manis)
Pada pasien diabetes beresiko mengalami hipoglikemia (berkurangnya kadar gula darah) pada saat puasa atau sebaliknya hiperglikemia (kelebihan kadar gula darah) pada saat berbuka puasa. Beberapa obat diabetes seperti glibenklamid, glikazid, glimepirid memiliki resiko efek samping hipoglikemi yang lebih besar. Obat diabetes yang memiliki resiko efek hipoglikemi lebih kecil adalah metformin dengan dosis 3 kali sehari, yang pada saat puasa harus diminum 2 dosis pada saat buka puasa dan satu dosis pada saat sahur, serta obat acarbose juga relatif aman untuk penderita diabetes, karena kurang menyebabkan efek hipoglikemi. Namun demikian ada pula para ahli yang menyarankan untuk tidak mengkonsumsi obat pada saat sahur karena dikhawatirkan mengalami hipoglikemi jika pasien berpuasa. Pada pasien dengan menggunakan insulin premix atau aksi sedang, dengan penggunaan 2 kali sehari perlu dipertimbangkan perubahan ke
insulin aksi panjang atau sedang pada sore hari dan insulin aksi pendek bersama makan. Usahakan banyak minum pada saat tidak berpuasa untuk mencegah dehidrasi. Jika kadar gula turun di bawah 60 mg/dL, pasien disarankan segera berbuka puasa. Juga jika kadar gula terlalu tinggi (>300 mg/dL) pasien disarankan tidak berpuasa. Semua ini harus dikonsultasikan lebih dahulu kepada Dokter atau Apoteker.
n Pasien hipertensi, asmaPasien dengan penya
kit kro nis misalnya hipertensi, asma yang harus menggunakan
Yunita Suffiana, M.Sc., Apt
Edisi 05/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba 15
Kewenangan RSUDZAUntuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana tersebut diatas, Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainoel Abidin mempunyai kewenangan se-bagai berikut:a. Mengelola administrasi kepegawaian dan
keuangan serta perlengkapan se suai den-gan peraturan perundang – undangan yang berlaku;
b. Menyelenggarakan kerja sama dengan In-stitusi Pendidikan yang memanfaatkan Ru-mah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin sebagai lahan praktek;
c. Menyelenggarakan kerja sama dengan pi-hak ketiga dengan berpedoman pada Pera-turan Perundang- undangan yang berlaku;
d. Memanfaatkan peluang pasar sesuai ke-mampuan dengan tetap menyelenggarakan fungsi sosial;dan
e. Melakukan hubungan koordinatif dan fasili-tatif dengan Dinas Kesehatan dan instansi terkait dalam pelaksanaan teknis keseha-tan.
Fungsi RSUDZAUntuk melaksanakan tugas dimaksud, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin menye-lenggarakan fungsi:a. penyusunan program kerja tahunan, jangka
menengah dan jangka panjang;b. penyusunan kebijakan teknis di bidang :
4 pelayanan medis, penunjang medis dan non medis;
4 penyelenggaraan asuhan ke perawatan, pelayanan rujukan;
4 pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;4 pelaksanaan penelitian dan pengemban-
gan serta4 penyelenggaraan Administrasi umum
dan Keuangan.
TATA TERTIB BERKUNJUNG KE BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
Untuk terciptanya kenyamanan dan kebersihan di kawasan Rumah Sakit, kami sangat berterimakasih apabila Bapak/Ibu :1. Tidak meludah dan membuang sampah disembarang tempat.2. Tidak merokok di dalam dan area Rumah Sakit3. Tidak membawa makanan untuk pasien dari luar Rumah Sakit tanpa seizin
petugas4. Tidak makan di koridor dan ruang tunggu rawat pasien5. Tidak mencuci pakaian di dalam kamar mandi ruang rawat pasien6. Tidak mencuci pakaian di dalam kamar mandi ruang rawat pasien, apabila
Bapak/Ibu membutuhkan, Rumah Sakit menyediakan fasilitas Laundry7. Tidak menjemur pakaian di dalam dan area Rumah Sakit kecuali pada tem
pat yang telah ditentukan8. Tidak mengisi Baterai HP/Laptop/alat elektronik lainnya di koridor dan dalam
ruangan rawat pasien9. Tidak menggelar tikar/ambal ataupun duduk dan tidur dilantai koridor dan
ruangan rawat pasien10. Tidak membawa fasilitas atau peralatan lain ke dalam ruangan rawat pasien
tanpa seizin petugas11. Tidak membawa anakanak usia dibawah 12 (dua belas) tahun ke Ruang
Rawat Pasien12. Tidak masuk ke ruang rawat inap jika: a. Ruangan sedang dibersihkan
b. Dokter sedang memeriksa pasienc. Perawat sedang memberikan pelayanand. Waktu berkunjung belum tiba
JADWAL BERKUNJUNG UNTUK RUANG RAWAT INTENSIVESIANG : PUKUL 11.00 S/D PUKUL 12.00 WIBSORE/MALAM : PUKUL 16.00 S/D PUKUL 18.00 WIB
JADWAL BERKUNJUNG UNTUK RUANG RAWAT NON INTENSIVE :SIANG : PUKUL 12.00 S/D PUKUL 14.00 WIBSORE/MALAM : PUKUL 16.00 S/D PUKUL 20.00 WIB
JADWAL BERKUNJUNG UNTUK HARI LIBUR, SABTU DAN MINGGU :Siang : PUKUL 11.00 – 14.00 WIBSore : PUKUL 16.00 – 20.00 WIB
Edisi 04/Tahun III/2018RSUDZA Lam Haba16 Bintang Kita
BIODATA SINGKATNama Lengkap : Sisca Mayunita, Sai, A.MdTempat/Tgl Lahir : Banda Aceh/ 24 Mei 1988Alamat : Jalan Syiah Kuala No. 2 Jambo
Tape, Banda AcehPendidikan Formall MIN 1 Banda Acehl MTsN Model Banda Acehl SMA Negeri 11 Banda Acehl D-III Sekretari, Unsyiah Banda AcehJenjang Karierl Staf Instalasi PKRS/Pusat Informasi RSUDZAl Staf Bidang Palayanan Medis RSUDZAl Staf Bidang penelitian dan Pengembangan RSUDZAl Staf Administrasi Instalasi Satuan Pengamanan
RSUDZATraining/Pelatihan yang pernah diikutil Training Emotional and Spiritual Quotient (ESQ)l Pelatihan Protokolerl Pangadaan Barang dan Jasa
“Saya suka mencoba hal yang baru, saya juga merasa setiap pekerjaan mampu kita lakukan, asal
kita mau,”
=Sisca Mayunita, Sai, A.Md= Staf Admin di Instalasi Satuan
Pengamanan RSUDZA
Yang Penting Dibawa Enjoy Aja
ETIAP profesi memiliki suka dan dukanya masingmasing. Namun jika dijalani dengan senang hati, maka semua akan terasa nyaman dan mem
buat betah. Hal ini diakui oleh Sisca Mayunita (30), satu-satunya staf perempuan di Instalasi Satuan Pengamanan, RSUDZA Banda Aceh.
Meskipun tiap hari berinte-raksi dengan kaum adam yang tentu saja membutuhkan kebugaran fisik serta sikap yang macho, toh hal itu tidak menjadi halangan bagi perempuan yang akrab disapa Sisca ini untuk bersikap profesional dalam menjalani hari hari kedinasannya. “Kalau secara pribadi, apapun pekerjaan dan di manapun tempat dan posisinya, kalau memang tugas kita, ya mesti kita jalankan dengan baik dan dedi
katif,” kata Sisca, kala ditemui Kru RSUDZA Lam haba, Rabu (16/5) pagi.
Sesuai dengan medan tugasnya yang kadang memang keras, bicara Sisca juga straight to the point. Akan tetapi tetap disampaikan dengan tutur kata yang sopan dan terukur. Menurut Sisca, jika seseorang ingin maju dan berkembang, tidak perlu takut untuk mencoba halhal yang baru. Dan tentu saja, harus berpikir positif dan berani mengambil tanggung jawab yang baru atau menerima tantangan penugasan di manapun. “Semakin detail justru semakin menantang.
Ada memang asumsi yang ber kembang karena notabenenya lingkungan kerja saya adalah cowok semua. Tapi kan dalam hal pekerjaan bagi saya, tetap sama, kalau memang kita mampu untuk menjalankan, ya nggak masalah,” ujar Sisca sambil tersenyum sumringah.
Sesekali mata perempuan kelahiran Banda Aceh, 24 Mei 1988
ini menoleh ke arah layar monitor CCTV, seraya memantau lalu lintas pengunjung dan objekobjek vital di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin. Tampak, di ruang pusat kontrol CCTV yang sejuk itu, berjajar sejumlah layar monitor yang terpasang rapi, nyaris menutup separoh dinding.
Di luar sana tampak warga pemakai jasa RSUDZA lalu lalang memadati nyaris setiap koridor. Hari itu adalah hari terakhir Bulan Syakban, karena esok harinya, Bulan Ramadhan mulai menyinggahi altar kehidupan ummat Islam.
Ibu dari dua anak ini menyebut, apapun profesi atau pekerjaan pasti ada pressurenya. Karenanya harus disikapi dengan positive thinking serta dibarengi komitmen, dedikasi dan loyalitas.
Karena itu pula Sisca yang hari itu tampil dengan paduan busana kemeja batik plus terusan bawah berwarna gelap itu komit untuk berusaha memberikan yang terbaik, bekerja dengan disiplin dan menjadi pribadi yang bersyukur.”Karena bekerja harus dengan sepenuh hati,” tandasnya.
Bagi wanita berpostur proporsional dan berkacamata itu, sebagai admin, tugas kesehariannya, mulai dari mengelola administrasi, inventaris dokumen security, menyusun todo list, hingga menerima laporan kejadiankejadian yang berhubungan dengan keamanan di rumah sakit.
Perempuan berkulit hitam ma nis itu secara terbuka menyatakan rasa syukurnya, tak pernah mengalami kesulitan berarti, meski bekerja di bidang yang didomi
nasi para laki-laki. Alumnus SMA Negeri 11 Banda Aceh ini juga tak pernah mendapat perlakuan berbeda terutama dari sisi tuntutan pekerjaan. Itu sebabnya dia menegaskan bahwa untuk mengatasi masalah pekerjaan hanya dibutuhkan pendekatan komunikasi yang baik. Bahkan Sisca Mayunita mengibaratkan dirinya harus seramah petugas resepsionis, tapi juga tidak melupakan sikap tegas yang harus diterapkan sebagai penegak peraturan. “Ada susah senangnya juga, apalagi mengawal schedule 75 personil security (satpam) dengan beragam karakter. Tapi yang terpenting dibawa enjoy aja dan kami pun selalu berkomunikasi dengan baik karena semua kita juga pasti menginginkan yang terbaik,” ungkap Sisca.
Baginya, tantangan adalah pemicu untuk terus bersemangat dalam bekerja. Dari sana pula Sisca banyak memetik pelajaran dalam mengelola emosi dan melatih kesabaran. “Karena di Instalasi Satuan Pe ngamanan hanya saya sendiri (perempuan), mungkin kalau di bidang lain kan ada staf admin lainnya yang saling menutupi. Nah kalau pun ada masalah pelik yang terjadi di lapangan saya hanya menampung saja dan selanjutnya melapor kepada atasan saya, Kepala Instalasi, karena itu wewenang beliau sekaligus mencari solusi yang terbaik,” kata alumni Unsyiah ini.
Diakui Sisca, tugas security lumayan berat, karena berada di garda terdepan, yang tanggung jawabnya selain menjaga aset gedung juga memastikan ketertiban, kenyamanan dan ketentraman di lingkungan Rumah Sakit.
Nah, dalam konteks ini, Sisca berharap para karyawan, pasien dan tamu pengunjung agar senantiasa bersinergi dalam memberikan kenyamanan dan akselerasi ke mudahan pelayanan di lingkungan Rumah Sakit yang kini sudah terakreditasi bintang lima itu. “Ma-najemen rumah sakit menginginkan semua berjalan sesuai standar pelayanan terbaik, jadi semua kita ya harus saling peduli dalam memberi kenyamanan, menjaga ketertiban dan mematuhi semua pedoman (SOP) yang sudah ditetapkan. Sehingga operasionalnya berjalan sesuai harapan,” pinta wanita yang senantiasa senyum, yang juga Ibunda dari Cut Ainayya Azkadina dan Teuku Jazzar Ahmad ini.
Ada sebuah kutipan motivasi dari Albert Einstein, yang masih membekas dan menyemangati hidupnya. “Learn from yesterday, live for today, and hope for tomor-row”. Belajarlah dari hari yang lalu, hiduplah untuk hari ini, dan teruslah berharap untuk hari esok. Begitulah kirakira terjemahan be bas katakata motivasi dari sosok fenomenal ilmuwan kelahiran Jerman itu. Cukup singkat, dan ternyata menjadi penyemangat untuk berbuat lebih baik lagi. Sisca pun menutup percakapan dengan seutas senyuman. “Saya memang suka mencoba hal yang baru, saya juga merasa bahwa setiap pekerjaan mampu kita lakukan, asal kita mau,” pungkasnya. Nah! [rid]
S