IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERPENCIL
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2019
TESIS
Oleh
YULIANA
NIM. 177032024
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERPENCIL
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2019
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Mayarakat
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
YULIANA
NIM. 177032024
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Implementasi Pemanfaatan Buku KIA di
Wilayah Kerja Puskesmas Terpencil Kabupaten
Bireuen Tahun 2019
Nama Mahasiswa : Yuliana
Nomor Induk Mahasiswa : 177032024
Program Studi : S2 llmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
Ketua A nggota
(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes.) (Sri Rahayu Sanusi, S.K.M., M.Kes., Ph.D.)
NIP. 196205291989032001 NIP. 197112251995012001
Ketua Program Studi Dekan
(Ir. Etty Sudaryati, M.K.M., Ph.D.) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)
NIP. 196509011991032003 NIP. 196803201993082001
Tanggal Lulus: 30 Juli 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 30 Juli 2019
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes.
Anggota : 1. Sri Rahyu Sanusi, S.K.M., M.Kes., Ph.D.
2. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.
3. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pernyataan Keaslian Tesis
Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul
“Implementasi Pemanfaatan Buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas
Terpencil Kabupaten Bireuen Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar
karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siapa menanggung risiko atau sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Medan, Juli 2019
Yuliana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak
Buku kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu program untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak sehingga dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Bireuen pelaksanaan
pemanfaatan buku KIA telah dilakukan di semua wilayah. Data pemanfaatan buku
KIA di Kabupaten Bireuen tahun 2018 jumlah kunjungan ibu hamil 10.047
dengan jumlah buku KIA yang terdistrubusi 10.043 Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pelaksanaan pemanfaatan buku KIA dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dengan melakukan
wawancara mendalam terhadap informan yang terlibat dalam penelitian ini.
Informan dalam penelitian ini adalah ibu hamil, ibu bayi dan ibu balita sebagai
penerima layanan, bidan desa dan kader posyandu sebagai pemberi layanan
langsung, Koordinator KIA Gizi sebagai bagian dari Pembina program, kepala
puskesmas dan Kasie KIA Gizi sebagai pejabat pendukung dalam pelaksanaan
kegiatan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pemanfaatan buku
KIA masih belum efektif, karena ketersediaan dan pendistribusian buku KIA
terkendala soal waktu sehingga menghambat pelayanan dalam pemanfaatkan buku
KIA, kurangnya motivasi tenaga kesehatan dalam penggunaan buku KIA sebagai
media KIE kepada keluarga dan masyarakat, kurangnya pengawasan dan evaluasi
pengelola program, serta minat membaca dari masyarakat yang masih kurang.
Perlunya koordinasi terhadap ketersediaan buku KIA, serta pengawasan dan
pembinaan pada penggunaan buku KIA, dan perlu kerja sama dengan lintas sektor
terkait hal yang mendukung dalam keberhasilan pemanfaatan buku KIA.
Kata kunci : Buku KIA, pemanfaatan, puskesmas terpencil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstract
The maternal and child health (MCH) Handbook is one of the programs to
improve the quality of health services for mothers and children so that they can
realize community health degrees. In Bireuen District the implementation of the
use of the MCH handbook has been carried out in all regions. Data on utilization
of MCH handbooks in Bireuen District in 2018 number of visits of pregnant
women 10,047 with the number of MCHhandbooks distributed in 10,043 This
study aims to analyze the implementation of the use of MCH handbooks by using
qualitative research methods with phenomenology approach, is to directly see the
process of activities and conduct in-depth interviews with informants involved in
implementing activities for the MCHhandbooks. Informants in this study were
pregnant women, infants and mothers of children under five as service recipients,
village midwives and posyandu cadres as direct service providers, Nutrition MCH
Coordinators as part of program coaches, puskesmas heads and MCH Head of
Nutrition Section as supporting officials in carrying out activities. The results
showed that the implementation of the use of MCH handbooks was still not
effective, due to 1) infrastructure, 2) human resources, 3) organizations and 4)
communities. Bireuen District Head through the Bireuen District Health Office
must enforce regulations to improve the effectiveness of the use of MCH
handbooks through regent regulations, namely revising the POMA contract
(Manternal Obstetrics Service) by entering MCHhandbooks as one of the things
that must be kept by health professionals in charge of maternal health issues and
children, and coordination with other cross-sectors that have relevance in
maternal and child health efforts.
Keywords : MCH, utilization, remote health center
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya-Nya sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Implementasi
Pemanfaatan Buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Terpencil Kabupaten
Bireuen Tahun 2019”. Tesis ini ditulis sebagai persyaratan melakukan penelitian
di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Tesis ini dapat selesai karena banyak mendapat dukungan dan masukan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tinggi kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Pejabat Rektor Universitas
Sumatera Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara serta sebagai Dosen Penguji I yang memberikan
merekomendasi dalam membangun dan meningkatkan kualitas tesis.
5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. sebagai Dosen Pembimbing I yang
memberikan saran dan bimbingan baik moril, spiritual yang mendorong
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penulis untuk menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu.
6. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M., M.Kes., Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing II
yang membimbing di setiap waktu sekaligus memberikan saran, masukan dan
arahan serta motivasi selama proses penulisan tesis ini.
7. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes sebagai Dosen Penguji II yang sangat aktif
dalam memberikan penguatan dan saran yang konstruktif pada tesis ini.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dan Staf Dinas Kesehatan serta
Kepala Puskesmas wilayah terpencil yang telah memberi izin serta semangat
untuk penulis dalam mengumpulkan data yang objektif.
9. Penanggung Jawab Program KIA Gizi Puskesmas Terpencil serta bidan desa
yang banyak memberikan informasi dan kesempatan untuk tukar pendapat
mengenai program kesehatan ibu dan anak.
10. Orang tua yang selalu memberikan semangat dan doa yang tiada putusnya
untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Keluarga tersayang yang selalu memberi motivasi dan semangat hidup
meskipun terpisah oleh jarak yang jauh selama menyelesaikan tesis ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
12. Rekan-rekan angkatan Tahun 2017 di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
yang selalu memberi dukungan semangat dalam belajar, semoga perjuangan
kita bersama dapat menjadi bekal dalam meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat di tempat masing-masing.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13. Seluruh pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian tesis ini yang
namanya tak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga kebaikan, bimbingan dan dukungan yang sudah diberikan semua
pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Peneliti juga sadar bahwa
masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan tesis ini. Oleh sebab itu,
penulis sangat berharap saran yang dapat melengkapi kesempurnaan tesis ini dari
setiap pihak yang membaca tesis ini.
Medan, Juli 2019
Yuliana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan KeaslianTesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 9
Tujuan Penelitian 9
Manfaat Penelitian 9
Tinjauan Pustaka 11
Implementasi Pemanfaatan Buku KIA 11
Manfaat buku KIA 11
Indikator penggunaan buku KIA 11
Isi buku KIA 13
Penerapan buku KIA di Indonesia 13
Standar pelayanan antenatal 16
Standar pelayanan tumbuh kembang bayi dan balita 17
Pusat Kesehatan Masyarakat 18
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil 19
Hambatan dalam Pemanfaatan Buku KIA 19
Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan 21
Konsep Implementasi Program/Kebijakan 31
Landasan Teori 41
Kerangka Pikir 42
Metode Penelitian 44
Jenis Penelitian 44
Lokasi dan Waktu Penelitian 44
Lokasi penelitian 44
Waktu penelitian 45
Informan Penelitian 45
Sabjek penelitian 45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Teknik penarikan informan 45
Definisi Konsep 46
Metode Pengumpulan Data 47
Tehnik Pengumpulan Data 47
Instrumen Penelitian 48
Metode Analisis Data 48
Pengolahan data 48
Analisis data 49
Hasil dan Pembahasan 50
Gambaran Umum Kabupaten Bireuen 50
Lokasi dan geografis 50
Batas wilayah 50
Kependudukan dan kepadatan 51
Sarana kesehatan 52
Tenaga kesehatan 53
Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) 53
Gambaran umum puskesmas 56
Penyajian dan Pembahasan Hasil Penelitian 56
Gambaran umum informan dan pengalaman peneliti 57
Karakteristik informan 57
Gambaran Pemanfaatan Buku KIA 57
Sarana dan Prasarana 60
Ketersediaan buku KIA 62
Kondisi tempat pelayanan 66
Sumber Daya Manusia 68
Motivasi tenaga kesehatan 70
Kompetensi tenaga kesehatan 74
Peran Puskesmas 76
Evaluasi program 79
Dukungan pimpinan 82
Supervisi 84
Hambatan dalam Implementasi Pemanfaatan Buku KIA 86
Karakteristik masyarakat 88
Implikasi Penelitian 90
Implikasi kepada ibu hamil, bayi, balita dan masyarakat 90
Implikasi kepada tenaga kesehatan 90
Implikasi kepada organisasi dan capaian program 90
Keterbatasan Penelitian 91
Kesimpulan dan Saran 93
Kesimpulan 93
Saran 95
Daftar Pustaka 99
Lampiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Jumlah Sarana Kesehatan 52
2 Jumlah Rasio Jenis Tenaga Kesehatan 53
3 UPTD Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Bireuen 54
4 Gambaran Umum Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil 56
5 Karakteristik Informan 58
6 Matrik Informan yang Menyatakan Ketersedian Buku KIA dan
Kondisi Tempat Pelayanan 61
7 Ketersediaan Buku KIA di Wilayah Puskesmas Terpencil 65
8 Jumlah Bidan Desa beserta Sarana Kesehatan 70
9 Matrik Motivasi dan Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam
Mempersiapkan Kegiatan untuk Pemanfaatan Buku KIA 71
10 Matrik Pernyataan Informan tentang Evaluasi Program, Dukungan
Pimpinan dan Supervisi 77
11 Sasaran Ibu Hamil dan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Bayi dan
Balita Tahun 2018 81
13 Matrik Informasi tentang Rencana Kegiatan untuk Mengatasi
Persoalan Buku KIA 87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Landasan teori 42
2. Kerangka pikir 43
3 Peta Wilayah Kabupaten Bireuen 51
4. Jarak tempuh Puskesmas Wilayah Kabupaten Bireuen 55
5. Skema hasil penelitian 59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Pedoman Wawancara 102
2 Transkrip Wawancara 103
3 Dokumentasi Kegiatan 138
4. Surat Izin Survei Awal 152
5 Surat Izin Penelitian 153
6 Surat Selesai Penelitian 154
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Istilah
AKB Angka Kematian Bayi
AKI Angka Kematian Ibu
ANC Antenatal Care
Bides Bidan Desa
Depkes Departemen Kesehatan
GPPH Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif
K1 Kunjungan Pertama
K4 Kunjungan Lengkap Empat kali
KEMENKES Kementerian Kesehatan
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KIBBLA Kesehatan Ibu Hamil, Bayi Baru Lahir danAnak
KIE Komunikasi Informasi dan Edukasi
KLBI Kamus Besar Bahasa Indonesia
KMPE Kuesioner Masalah Perilaku Emosional
KMS Kartu Menuju Sehat
KPSP Kuisioner Pra Skrining Perkembangan
LILA Lingkar Lengan Atas
M-CHAT Modified Chechlis for Autism in Toddler
OR Odd Ratio
PKH Program Keluarga Harapan
POMA Penanganan Obsetri Maternal Antenatal
PONED Penanganan Obsetri Neonatal Emergensi Dasar
Poskesdes Pos Kesehatan Desa
Pustu Puskesmas Pembantu
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
RS Rumah Sakit
SDIDTK Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
TDD Tes Daya Dengar
TDL Tes Daya Lihat
TT Tetanus Toxoid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Riwayat Hidup
Penulis bernama Yuliana, perempuan berumur 43 tahun, agama Islam,
lahir pada tanggal 15 bulan Juli 1976 di Bireuen tinggal di Desa Cot Gapu
Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Penulis merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara
dari pasangan H.Mdiah Idris dan Alm Hj. Asmawati.
Jenjang pendidikan formal penulis, mulai dari Sekolah Dasar Negeri Cot
Gapu Kecamatan Kota Juang tamat pada tahun 1998. Pada tahun 1992, penulis
menyelesaikan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Swasta di Pasantren Madrasah
Ulumul Quran Bustanul „Ulum Langsa Kabupaten Aceh Timur, tahun 1995
penulis menyelesaikan pendidikan SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan) Pemda
di Lhokseumawa, tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan kebidanan satu
tahun (PBB-A) di SPK Pemda Lhokseumawe, tahun 2006 penulis menyelesaikan
pendidikan AKBID (Akademi Kebidanan) D III di SPK Pemda Lhokseumawa,
selanjutnya tahun 2013 penulis menyelesaikan pendidikan S.K.M. (Sarjana
Kesehatan Masyarakat) peminatan Bidan Komunitas di FKM UI (Univesitas
Indonesia) Jakarta. Pada tahun 2017-2019, penulis menempuh pendidikan di
Program S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pengalaman bekerja, tahun 1997 sampai dengan tahun 2006 penulis
bekerja sebagai Bidan desa di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 penulis bekerja di Puskesmas Kota Juang
Kabupaten Bireuen, selanjutnya tahun 2013 sampai sekarang penulis bekerja di
Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen.
Medan, Juli 2019
Yuliana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah Kesehatan ibu dan anak masih menjadi fokus di Kabupaten
Bireuen. Data lima tahun terakhir menunjukkan perlunya upaya yang sungguh-
sungguh dan serius untuk menanggulangi persoalan kesehatan ibu dan anak.
Berdasarkan survey pendahuluan pada bulan Oktober 2018 di Kabupaten Bireuen
diperoleh, jumlah kematian ibu dan bayi lima tahun terakhir adalah tahun 2013
jumlah kematian ibu 13 orang karena Hipertensi dan perdarahan karena anemia
selama kehamilan, untuk Lahir mati terdapat 95 lahir mati dari 8326 kelahiran
kasar, kematian bayiterdapat 134 kasus. Tahun 2014 kematian ibu terdapat tujuh
kasus dan kematian lahir mati adalah 94 kematian dari 9.099 kelahiran kasar,
sedangkan kematian bayi terdapat 113 kasus,tahun 2015 kematian ibu 11 kasus,
untuk kematian lahir mati terdapat 76 kasus dan kematian bayi 88 kasus,tahun
2016 terdapat 11 kasus kematian ibu, untuk lahir mati 68 kasus dan kematian bayi
106 kasus, pada tahun 2017 jumlah kematian ibu terdapat 10 kasus, untuk lahir
mati terjadi penurunan yaitu 35 kasus, kematian bayi terdapat 108 kasus (Dinkes
Bireuen, 2017).
Pada data cakupan kunjungan ibu hamil pertama (K1) dan kunjungan ibu
hamil empat kali (K4) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tercatat tahun 2015
kujungan K1 adalah 98 persen dan kunjungan K4 89.39 persen, tahun 2016
kunjungan K1 97.41 persen dan kunjungan K4 78.27 persen, tahun 2017
kunjungan K1 98.72 persen dan kunjungan K4 adalah 88.43 persen dan sampai
Oktober 2018 tercatat kunjungan K1 73 persen dan kunjungan K4 62 persen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Dinkes Bireuen, 2018).
Kesimpulan dari data kesehatan ibu dan bayi di Kabupaten Bireuen
dengan melihat padadata kematian ibu dan bayi dan cakupan kunjungan ibu hamil
pada lima tahun terakhir adalah kematian ibu masih menjadi persoalan serius di
sebabkan jumlah kematian ibu masih pada angka yang sama dengan penyebab
kematian disebabkan karena hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan karena
anemia selama kehamilan, hal ini seharusnya dapat terdeteksi secara dini dalam
melakukan asuhan pelayanan antenatal pada ibu selama kehamilan sehingga dapat
di lakukan upaya penanganan untuk mengatasinya. Untuk data kematian bayi
memang sudah terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Meskipun demikian
diperlukan juga perhatian pada kasus kematian neonatus (0-28) hari dan lahir mati
karena ini erat kaitannya dengan kondisi ibu selama kehamilan salah satunya
adalah keadaan anemia ibu selama kehamilan.
Banyak faktor penyebab tidak langsung yang tenjadi pada kasus kematian
ibu diantaranya adalah pertama profil wanita (terlalu tua, terlalu pendek, jarak
kehamilan terlalu dekat atau jumlah anak terlalu banyak), kedua pelayanan
kesehatan (asuhan antenatal care, penanganan persalinan dan nifas, faktor
keterlambatan seperti keterlambatan mendapatkan pertolongan yang adekuat di
pusat rujukan atau pusat rujukan belum siap menerima rujukan karena kekurangan
personil, kekurangan fasilitas medis atau personil kurang terampil), ketiga faktor
status wanita (pendidikan rendah, kemiskinan, sosial ekonomi yang
mengakibatkan status gizi rendah, anemia ibu hamil, keterlambatan merujuk dari
faktor masyarakat karena memerlukan musyawarah dan juga terlambat karena
ketiadaan biaya danjarak yang jauh) (Manuaba, dkk 2008).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk menyikapi hal tersebut berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintahan Kabupaten Bireuen dalam bidang kesehatan yaitu dalam
menanggulangi permasalahan ibu dan anak dalam tujuan untuk menurunkan AKI
dan AKB. Penempatan bidan desa di seluruh desa dan tersedianya fasilitas
kesehatan (Polindes/Poskesdes) dengan tujuan untuk mendekatkan akses
pelayanan pada ibu hamil dan anak. Selanjutnya penguatan regulasi untuk
memaksimalkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak melalui Qanun
kesehatan untuk ibu hamil, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA) pada tahun 2012
yang merupakan perwujudan dari keseriusan Kabupaten Bireuen untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dan terlebih lagi adalah pembenahan
terhadap fasilitas kesehatan emergensi persalinan di puskesmas, rumah sakit untuk
dapat menangani persoalan penyulit yang terjadi pada ibu dan anak. Selanjutnya
Penyediaan Rumah Tunggudan pembiayaan jaminan kesehatan untuk ibu hamil
yang bersumber dari dana Jaminan kesehatan Aceh dan Jampersal untuk
mengatasi persoalan biaya yang dihadapi oleh masyarakat (Dinkes Bireuen, 2017)
Untuk mengatasi persoalan kesehatan ibu dan anak tentu diperlukannya
langkah yang konkrit agar dapat menyelesaikan persoalan tersebut. Salah satu
upaya nyata dan bentuk kepedulian pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB
adalah dengan penerapan penggunaan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) sebagai
program dari kementerian kesehatan yang telah di laksanakan mulai tahun 1993
yang di kembangkan pertama kali di Salatiga Jawa Teungah dan selanjutnya telah
terlaksana di 33 Provinsi di Indonesia (Depkes RI, 2009).
Buku KIA atau yang lebih dikenal oleh ibu hamil dengan sebutan buku
pink merupakan salah satu alat bantu yang dijadikan sebagai media komunikasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
informasi dan edukasi (KIE) yang penting bagi ibu hamil, keluarga, tenaga
kesehatan dan masyarakat yaitu untuk mengetahui status kesehatan ibu hamil dan
tumbuh kembang balita melalui dokumentasi riwayat kesehatan, deteksi dini
resiko kesehatan serta adanya informasi kesehatan ibu dan anak sebagai panduan
serta mendidik keluarga dan masyarakat agar dapat mengevaluasi dan mengambil
keputusan bila ada tanda-tanda yang menjadi masalah kesehatan ibu dan anak
(Depkes RI, 2016).
Tujuan pengunaan buku KIA adalah untuk mewujudkan kemandirian
masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak. Kendala
pada perubahan pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan ibu dalam penggunaan
buku KIA adalah ibu hamil masih menganggap buku KIA hanya sebagai buku
pencatatan kesehatan bagi petugas kesehatan sehingga pengetahuan tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin, memahami tentang tanda bahaya
kehamilan secara dini, serta pentingnya minum tablet Fe secara teratur selama
kehamilan masih kurang di fahami oleh ibu hamil (Depkes RI, 2016).
Pemanfaatan terhadap buku KIA tidak secara langsung membantu dalam
upaya penurunkan AKI/AKB. Namun turunnya AKI/AKB dapat terjadi karena
adanya perubahan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat kearah lebih baik
sehingga melalui pemanfaatan buku KIA yang maksimal diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 2015).
Pengukuran tingkat keberhasilan dalam pendistribusian buku KIA adalah
dengan jumlah kunjungan ibu hamil (K1) dan kunjungan lengkap (K4). Data
Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2015 untuk kunjungan K1 adalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9.883 ibu dengan distribusi buku KIA sebanyak 8.691 sedangkan tahun 2016
kunjungan K1 adalah 9.810 dengan distribusi buku KIA sebanyak 8.911 buku,
sedangkan tahun 2017 kunjungan K1 adalah 9.844 ibu hamil dengan distribusi
buku KIA sebanyak 9.264 buku KIA, untuk tahun 2018 sampai dengan bulan
Oktober terdapat 6.499 buku KIA dengan kunjungan K1 sebanyak 7.430 (Dinkes
Bireuen, 2017).
Optimalisasi pelaksanaan penggunaa buku KIA di masyarakat bisa terjadi
bila tenaga kesehatan dan kader kesehatan juga pemerhati kesehatan ibu dan anak
lain mau mendukung dalam upaya pemanfaatan buku KIA kepada keluarga,
masyarakat dengan memberi penjelaskan dan dapat memastikan ibu/keluarga
faham tentang buku KIA dan mau melaksanakan isi dari buku KIA. Pelaksanaan
pemanfaatan buku KIA dilakukan mulai prosea pra pelayanan (penentuan sasaran
buku KIA), pelayanan (peran tenaga kesehatan dalam penggunaan buku KIA),
dan paska pelayanan (pembinaan dan pemantauan penggunaan buku KIA)(Depkes
RI, 2015).
Gambaran yang diperoleh dari data Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh
untuk kematian ibu dan bayi adalah terdapat 169 kasus kematian ibu dengan
proporsi kematian pada ibu nifas terdapat 76 kasus, kematian ibu karena bersalin
sebanyak 65 kasus dan kematian ibu dalam kehamilan sebanyak 28 kasus. Untuk
kematian bayi di Provinsi Aceh tahun 2016 adalah 813 (Dinkes Provinsi Aceh,
2016)
Data Provinsi Aceh untuk cakupan kunjungan K1 dan K4 ibu hamil
dinyatakan belum mencapai dari target rencana strategis (Renstra) tahun 2016
yaitu 95 persen, diketahui persentase cakupan K1 pada tahun 2012 adalah 94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
persen dan K4 83 persen, tahun 2013 K1 90 persen dan K4 81 persen, tahun 2014
K1 91 persen dan K4 83 persen, tahun 2015 K1 87 persen dan K4 79 persen,
sedangkan tahun 2016 cakupan K1 87 persen dan cakupan K4 78 persen atau
7.430 kunjungan ibu hamil (Profil Dinkes Aceh, 2017).
Di Indonesia peningkatan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak masih
menjadi tujuan utama dalam bidang kesehatan dan tertuang dalam agenda
Nawacita pemerintah, sehingga pemantauan status kesehatan dan pemantauan
kinerja pelayanan kesehatan menjadi sasaran prioditas untuk menjamin
peningkatan status derajat kesehatan ibu dan anak (Kemenkes, 2015).
Upaya yang dilakukan kementerian kesehatan dalam peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak adalah dengan program buku KIA
sebagai alat bantu bagi tenaga kesehatan dan masyarakat untuk memantau status
kesehatan ibu dan anak. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 284/MENKES
/SK/III/2004 tentang buku kesehatan ibu dan anak (KIA) menerangkan
kegunaannya sebagai pelayanan yang kompehensip dan berkesinambungan mulai
dari rumah ibu hamil/bayi/balita, posyandu, poskesdes, pustu, puskesmas, serta
rumah sakit, yang bermakna bahwa dengan menggunakan buku KIA pemeriksaan
bisa ibu hamil/bayi dan balita dapatkan di mana saja (Kemenkes RI, 2004).
Penerapan buku KIA secara benar akan berdampak pada peningkatan
pengetahuan ibu dan keluarga tentang kesehatan ibu dan anak, sehingga dapat
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat yang memberi
dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2015).
Pemanfaatan buku KIA yang tepat dapat menjadi catatan dalam memantau
kesehatan ibu dan anak termasuk mendeteksi dini masalah yang terjadi pada ibu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan anak dan memastikan terpenuhinya hak mendapat pelayanan kesehatan ibu
dan anak secara lengkap dan berkesinambungan disamping juga sebagai sarana
komunikasi antara pemberi layanan kesehatan dalam sistem rujukan (Kemenkes,
2015)
Data Riskesdas (2018) tentang Proporsi kepemilikan buku KIA di
Indonesia diketahui 30 persen tidak memiliki buku KIA, 60 persen kepemilikan
buku KIA dengan 40 persen adalah memiliki dan dapat menunjukkan buku KIA,
dan 10 persen memiliki buku KIA tetapi tidak dapat menunjukkannya (Kemenkes,
2018).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2018
di Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen bahwa penerapan buku KIA pada ibu
hamil sudah dilakukan, namun masih belum optimal ini terlihat bahwa ditemukan
ibu hamil yang belum memiliki buku KIA. Selanjutnya untuk pengetahuan ibu
hamil tentang materi kesehatan ibu dan anak juga masih rendah seperti pentingnya
pemeriksaan Antenatal selama kehamilan, pengetahuan tentang tanda bahaya pada
ibu hamil, melahirkan, dan juga pentingnya akan mengkonsumsi tablet tambah
darah selama kehamilan pada ibu hamil.
Penelitian ini memilih lokus di empat Puskesmas dengan katagori
terpencil dan sangat terpencil di wilayah Kabupaten Bireuen. Pemilihan lokus ini
dengan alasan bahwa pada survey awal penelitian di bulan Oktober 2018 yang
dilakukan di beberapa Puskesmas Kabupaten Bireuen tentang pemanfaatan buku
KIA pada ibu hamil dan balita masih kurang maksimal. Hal tersebut berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil bahwa masih ada persepsi ibu hamil
hanya berkunjung memeriksakan kehamilannya bila ada keluhan yang dirasakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
saja, sedangkan di wilayah tersebut sudah melakukan penerapan buku KIA.
Selanjutnya hal yang menarik dijadi sebagai tempat penelitian adalah hasil
wawancara dengan salah satu kepala puskesmas di wilayah terpencil bahwa
kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan buku KIA disana adalah 1) mayoritas
penduduk berpendidikan rendah bahkan masih ada yang buta huruf, 2) penduduk
rata-rata mata pencaharian sebagai petani dan dengan status sosial rendah, 3)
terletak di daerah pegunungan dengan masih ada desa yang sulit untuk mengakses
ke pusat layanan masyarakat. Dan untuk lebih melengkapi data awal dalam lokus
penelitian ini adalahcakupan pelayanankesehatan bayi dan balita masih berada di
bawah 50 persen danjuga masih tinggi jumlah kematian janin dan bayi pada bulan
Januari sampai dengan Oktober tahun 2018 yaitu dari total 89 kematian bayi
terdapat 14 kematian berada di wilayah puskesmas tersebut.
Maka lokus penelitian dalam penelitian ini penulis lakukan pada 4
Puskemas dengan katagori terpencil dan sangat terpencil yang jauh dengan
fasilitas kesehatan Tk II dan dengan status rawat inap dengan Penanganan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan telah melakukan penerapan buku KIA
(SK Bupati Bireuen, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Farida (2015) tentang determinan
pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
Kabupaten Karawang tahun 2015, bahwa terdapat hubungan antara dukungan dari
kader kesehatan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA adalah nilai OR=2.32
yang berarti ibu hamil yang mendapatkan dukungan tinggi dari kader kesehatan
memiliki peluang 2,32 kali untuk memanfaatkan buku KIA, sedangkan dukungan
tenaga kesehatan dengan perilaku pemanfaatan buku KIA adalah nilai OR=3,07
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan arti bahwa ibu hamil yang mendapat dukungan tinggi dari tenaga
kesehatan memiliki peluang 3,07 kali memanfaatkan buku KIA.
Survey yang dilakukan Nugroho (2017) pada kepatuhan ibu hamil pada
kunjungan antenatal dengan tingkat pengetahuan terhadap isi buku KIA di
Puskesmas Rapak Mahang bahwa, terdapat hubungan yang dengan nilai p=0.000,
dan hasil analisis nilai OR adalah 25.000 kali ibu dengan pengetahuan baik
mempunyai peluang untuk melakukan kepatuhan pada kunjungan antenatal.
Dilihat berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Implementasi pemanfaatan Buku KIA di
wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen tahun 2019.
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
yaitupentingnya buku KIA sebagai media KIE, pemantauan status kesehatan,
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan rendahnya pemanfaatan buku KIA,
sehingga dirumuskan masalahnya adalah Bagaimana implementasi pemanfaatan
buku KIA dan hambatannya di wilayah kerja Puskesmas terpencil Kabupaten
Bireuen tahun 2019.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi pemanfaatan
buku KIA dan hambatannya di wilayah Kerja Puskesmas terpencil Kabupaten
Bireuen tahun 2019.
Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat memberi informasi tentang pelaksanaan dalam
pemanfaatan buku KIA serta hambatannya di wilayah kerja Puskesmas Terpencil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
di Kabupaten Bireuen sehingga dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
program di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tinjuan Pustaka
Implementasi Pemanfaatan Buku KIA
Implementasi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah
pelaksanaan atau penerapan suatu kegiatan, sedangkan pemanfaatan merupakan
suatu proses dalam memanfaatkan suatu objek atau benda (KLBI, 2008).
Buku KIA merupakan buku ajar yang berisi informasi kesehatan tentang
cara memelihara dan merawat kesehatan bagi ibu, anak serta catatan kesehatan ibu
(hamil, bersalin, nifas) dan anak (bayi baru lahir sampai anak berusia 6 tahun)
(Depkes, 2015). Implementasi pemanfaatan buku KIA adalah proses dalam
pelaksanaan atau penerapan kegiatan dengan memanfaatkan buku KIA sebagai
alat bantu dalam kegiatan program kesehatan ibu dan anak.
Manfaat buku KIA. Buku KIA pertama merupakan media KIE yang
utama dan pertama dan utama yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman
keluarga akan kesehatan ibu dan anak sampai dengan umur enam tahun,
keduasebagai pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh
dan berkesinambungan yang dipegang oleh keluarga, semua pelayanan mulai dari
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, sampai dengan pelayanan bayi mulai dari,
imunisasi, SDIDTK, serta catatan penyakit dalam masalah perkembangan anak
harus tercatat dengan lengkap dan benar sebagai bahan bukti, ketiga terkait
dengan tugas dan fungsi pokok tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan
pelayanan sesuai dengan standar (Kepmenkes, 2015)
Indikator penggunaan buku KIA. Pelaksanaan buku KIA bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA sehingga dapat meningkatkan derajat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kesehatan ibu dan anak, serta sebagai buku pegangan bagi keluarga untuk
memudahkan dan memahami kesehatan ibu dan anak (Depkes, 2015).
Petunjuk teknis penggunaan buku KIA terdapat peran tenaga kesehatan
dalam penggunaan buku KIA dengan menginformasikan pelayanan kesehatan
yang menjadi hak bagi ibu dan anak, dan juga menggunakan buku KIA sebagai
media KIE bagi ibu dan keluarga dengan cara menjelaskan secara bertahap isi
buku KIA dan sesuai dengan kondisi ibu dan anak dan juga memastikan ibu,
keluarga dan pengasuh telah memahaminya dengan cara meminta kembali mereka
menyampaikan pesan tersebut dengan bahasa mereka (Depkes, 2015).
Indikator dalam penggunaan buku KIA adalah:
1) Kepatuhan dalam membawa buku KIA ke fasilitas kesehatan.
2) Kelengkapan pengisian buku KIA.
3) Persentase institusi pelayanan kesehatan yang menerapkan Buku KIA
Pemanfaatan buku KIA pada ibu dan bayi akan maksimal jika ibu hamil,
ibu balita membaca dan menerapkan isi buku KIA serta mengerti cara
pengisiannya. Petugas kesehatan wajib menjelaskan isi buku KIA secara bertahap
sesuai dengan kondisi ibu dan bayi, kemudian memberi tanda () memakai pinsil
atau balpoin pada bagian yang telah dibaca dan diterapkan. Setiap kali ibu hamil
atau ibu bayi melakukan pemeriksaan kesehatan maka buku KIA wajib dibawa
dan ibu wajib mengisi tanda () sesuai dengan pelayanan yang baru saja di
dapatkan ibu atau bayinya. Pelayanan tersebut mencakup, pemeriksaan kehamilan
(hal 1-3), pelayanan kesehatan ibu hamil (hal 4- 9), persiapan persalinan (hal 10-
12), pelayanan kesehatan ibu nifas (hal 13-17)), Keluarga Berencana (KB) (hal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18), catatan ibu hamil (hal 19-23), catatan ibu bersalin, ibu nifas, dan BBL (hal
24-27), keterangan kelahiran (hal 29-31), pelayanan kesehatan neonatal (hal 32-
36), catatan kesehatan BBL (hal 37), imunisasi dasar anak (hal 38-39) pemantauan
tumbuh kembang anak 0-6 tahun (hal 40-79) dan catatan penyakit dan masalah
tumbuh kembang anak (hal 80-83) serta materi perlindungan anak (hal 84-88)
(Depkes RI, 2016)
Buku KIA bukan saja wajib dimiliki oleh setiap ibu hamil dan ibu balita
namun lebih dari itu adalah dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku
sehat ibu/keluarga untuk menjadi lebih baik dalam memelihara kesehatan ibu dan
anak. Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, oleh sebab itu
tenaga kesehatan dan kader kesehatan diharapkan menjelaskan guna Buku KIA
kepada keluarga dan meminta untuk dapat menerapkannya.
Isi buku KIA. Pada dasarnya buku KIA terdiri dari dua bagian, yaitu
pertama bagian untuk ibu selanjutnya bagian untuk anak. Bagian untuk ibu berisi
tentang identitas keluarga, kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga
berencana, catatan kesehatan ibu hamil, catatan kesehatan ibu bersalin,ibu nifas
dan bayi baru lahir, cara mencuci tangan pakai sabun dan keterangan kelahiran.
Bagian untuk anak berisi tentang kesehatan anak, bayi baru lahir/neonatus
(0-28 hari), catatan imunisasi anak, pelayanan anak usia 29 hari s/d 6 tahun,
pemenuhan kebutuhan Gizi dan perkembangan anak, Kartu Menuju Sehat (KMS),
Pemeriksaan Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), serta
perlindungan terhadap anak (Depkes RI, 2016).
Penerapan buku KIA di Indonesia. Didalam petunjuk teknis
penggunaan buku KIA dijelaskan secara jelas untuk menerapkan buku KIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan baik oleh dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota
bekerja sama dengan stekholder yang terkait. Penerapan buku KIA di Indonesia
masih belum sesuai dengan harapan, dikarenakan penggunanaan buku KIA hanya
masih pada tingkat keterisian buku pada batas pelayanan masa kehamilan sampai
melahirkan saja padahal kebijakan tentang penggunaan Buku KIA sudah sejak
tahun 1993 di terapkan di Indonesia. Hasil cakupan terhadap penggunaan buku
KIA di Indonesia sudah tinggi yaitu 81,5 persen namun itu belum memuaskan
terbukti dengan hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2016 dari 81,5 persen ibu
hamil yang memiliki buku KIA tetapi hanya 60,5 persen yang dapat menunjukkan
itupun dengan tingkat keterisian buku KIA paling banyak pada pelayanan masa
kehamilan dan bayi baru lahir.
Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh direktorat kesehatan
keluarga pada Sembilan kabupaten/kota yaitu Toba Samosir, Ogan Komering Ilir,
Kota Bandar Lampung, Kota Tanggerang, Jakarta Timur, Kota Bogor, Sukoharjo,
Nganjuk dan Gowa pada tahun 2016 bahwa menunjukkan hanya 18 persen buku
KIA diisi lengkap. Hal ini sangat disayangkan mengingat di dalam buku KIA
banyak sekali terdapat informasi-informasi penting yang diperlukan oleh ibu dan
anak, yang tidak hanya diisi dengan lengkap oleh tenaga kesehatan, namun juga
harus memberikan penjelasan dan pemahaman untuk lebih memanfaatan buku
KIA kepada ibu dan keluarga sehingga mereka memahami pesan-pesan yang ada
di dalam buku KIA dan dapat mengaplikasikannya. (Kemenkes, 2018)
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan buku KIA perlu dilakukan
langkah-langkah dalam penerapan penggunaan buku KIA, meliputi perencanaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan anggaran kegiatan buku KIA, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi setiap
tahunnya dengan cara:
1. Analisis data (pra pelayanan)
Melalui kajian kebutuhan, sumberdaya dan prasarana yang tersedia meliputi:
a. Data sasaran ibu hamil, bayi dan balita
b. Data jumlah seluruh fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta
di wilayah kerja.
c. Data ketenagaan yang ada di kabupaten/kota di pemerintah maupun
swasta (RS, RS Bersalin, Klinik swasta, Puskesmas, pustu, bidan didesa,
poskesdes, dan bidan/dokter praktek swasta, dll)
d. Data kader di wilayah kerja puskesmas.
e. Inventarisasi sumberdaya
f. Cakupan distribusi buku KIA di masing-masing wilayah
g. Menganalisis dan menentukan kabupaten/kota dan atau wilayah kerja
puskesmas yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
h. Menginventarisasi ketersediaan buku KIA serta menentukan jumlah
buku KIA yang dibutuhkan.
i. Analisis hasil monitoring evaluasi penggunaan buku KIA.
2. Pelaksanaan (pelayanan)
a. Sosialisasi dan advokasi buku KIA.
b. Orientasi buku KIA bagi kader dan pemerhati ibu dan anak
c. Orientasi buku KIA kepada tenaga kesehatan
d. Pengadaan, distribusi, pencatatan dan pelaporan penggunaan buku KIA
e. Promosi penggunaan buku KIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Monitoring dan evaluasi dengan indikator keberhasilan:
a. Indikator cakupan buku KIA
100%x satu tahun dalam kerja wilayah di hamilibu sasaran Jumlah
KIA buku memiliki yang hamilibu Jumlah
b. Indikator penggunanan buku KIA
1) kepatuhan membawa buku KIA
100%x satu tahun dalam kerja wilayah di hamilibu sasaran Jumlah
KIA buku membawa datang yangbersalin hamil,ibu Jumlah
2) Kelengkapan pengisian buku KIA
100%x satu tahun dalam kerja wilayah di hamilibu sasaran Jumlah
KIA buku membawa datang yangbersalin hamil,ibu Jumlah
Standar pelayanan antenatal. Didalam peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 4 tahun 2019 tentang standar teknis pemenuhan mutu
pelayanan dasar pada standar pelayanan minimal bidang kesehatan tertera bahwa
setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kualitas dalam memberikan pelayanannya
seperti dokter, dokter spesialis kebidanan, bidan atau perawat.
Standar pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu meliputi:
1) Standar kuantitas adalah kunjungan empat kali selama periode kehamilan
dengan satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan
dua kali pada trimester ketiga.
2) Standar kualitas adalah pelayanan yang meliputi 10T yaitu:
a. Pengukuran tinggi badan (cukup satu kali)
b. Pengukuran tekanan darah (tensi)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Pengukuran Lingkar lengan atas (LILA)
d. Pengukuran tinggi Rahim
e. Penentuan letak janni dan perhitungan denyut jantung janin
f. Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT)
g. Pemberian tablet tambah darah
h. Tes laboratorium
i. Konseling atau penjelasan
j. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan.
Penilaian capaian kinerja pemerintah kabupaten/kota didalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan
ibu hamil sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun
dengan cara:
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
100%x satu tahun dalam kerja wilayah di hamilibu sasaran Jumlah
kerja wilayah distandar sesuai
Ibu hamil dianggap tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar bilasalah
satu dari standar pelayanan tidak di berikan kepada ibu hamil (Depkes, 2019)
Standar pelayanan tumbuh kembang bayi dan balita. Pemeriksaan
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada bayi dan
balita dilakukan melalui:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
1) Status gizi
2) Stunting
3) Makro/microcephali dan normal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan.
1) Kuesioner pra skinning perkembangan (KPSP)
2) Tes daya dengan (TDD)
3) Tes daya lihat (TDL)
c. Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional.
1) KMPE (Kuesioner masalah perilaku emosional)
2) M-CHAT (modified-checlist for autism in toddler)
3) Gannguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
Pusat Kesehatan Mayarakat
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmas merupakan
salah satu jenis fasilitas pelayana kesehatan tingkat pertama yang memiliki peran
penting dalam system kesehatan nasional khususnya substansi upaya kesehatan.
Didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Mayarakat mengatur dan mengkatogorikan puskesmas berdasarkan
kebutuhan dan kondisi masyarakat dan pengkatagorian tersebut berdasarkan
karakteristik wilayah kerja kemampuan untuk penyelenggaraan. Katogori
puskesmas berdasarkan karakteristik wilayah kerja dibagi kepada:
1. Puskesmas kawasan perkotaan.
2. Puskesmas kawasan perdesaan
3. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil. Kriteria puskesmas
kawasan terpencil dan sangat terpencil dijelaskan sebagai berikut:
a. Berada diwilayah yang sulit dijangkau, atau rawan bencana, pulau kecil, gugus
pulau atau pesisir
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Akses transport umum rutin satu kali dalam satu minggu dengan jarak tempuh
pulang pergi dari ibu kota kabupaten memerlukan waktu lebih dari enam jam
c. Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh puskesmas terpencil
dan sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi
tenaga kesehatan.
b. Dalam layanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan wewenang
tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan.
c. Pelayanan UKM terselenggara dengan memperhatikan kearifan lokal.
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan kehidupan
masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil.
e. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gusus
pulau/cluster, dan atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan
aksesibilitas.
Hambatan dalam Pemanfaatan Buku KIA
Meskipun dari beberapa penelitian terdahulu belum ada yang menjelaskan
tentang faktor-faktor yang menjadi hambatan pada pelaksanaan penggunaan buku
KIA, namun bila di tinjau dari laporan (Riskesdas 2018) pada proporsi
kepemilikan buku KIA yang hanya 60 persen memiliki dan dapat menunjukkan
buku KIA, selanjutnya 10 persen memiliki tapi tidak dapat menunjukkan,
sedangkan 30 persen tidak memiliki buku KIA, ini menunjukkan masih terdapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
banyak hambatan dalam pelaksanaan buku KIA dengan waktu dimulainya
pelaksanaan yaitu pada tahun 1993 sebagai upaya untuk menurunkan AKI/AKB.
Bila melihat dari manfaat buku KIA sebagai media informasi dan media
pencatatan (monitoring) di keluarga dan masyarakat, sehingga ketersediaan dan
penggunaan buku KIA yang tepat akan mengintegrasikan beberapa pencatatan
kesehatan ibu dan anak dari awal ibu hamil sampai dengan anak berusia enam
tahun sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustikawati dkk
pada penggunaan alat kontrasepsi implant bahwa, ketersediaan alat kontrasepsi
dapat mendukung dalam pelayanan KB sehingga mereka akan lebih termotivasi
untuk mengakses ke pelayanan kesehatan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh (Sari, dkk. 2013) pada
program pengembangan kesehatan olahraga untuk lansia diketahui bahwa
hambatan yang terjadi pada pelaksanaan program tersebut adalah kesiapan tenaga
kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas, penyediaan dana untuk
pelaksanaan program sangat di butuhkan, sarana prasarana untuk menunjang
pelaksanaan program, sertaperlunya sosialisasi dan kerja sama dengan organisasi
masyarakat.
Dukungan sarana prasarana dan kapasitas sumber daya baik manusia
maupun finansial sangat dibutuhkan dalam menjamin terlaksananya proses
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai hasil akhir yang diharapkan, seperti
pendapat (Ayungnityas, 2014) dalam penjabaran tentang memastikan proses
pengembangan suatu kebijakan agar berlangsung secara baik, salah satunya
adalah perlunya dukungan dan kapasitas sumber daya yang memadai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Winangsih pada
pemanfaatan pelayanan kesehatan peduli remaja di ketahui bahwa ada faktor yang
menghambat didalam pemanfaatan layanan PKPR yaitu sarana prasarana yang
kurang lengkap seperti tidak adanya ruang konseling khusus, kapasitas ruangan
yang tidak memenuhi, minimnya tenaga kesehatan dan dana untuk kegiatan serta
sikap petugas yang kurang ramah.
Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Banyak faktor yang dapat menjadi penentu dalam penggunaan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat. Dari banyak penelitian kesehatan terkait penggunaan
pelayanan kesehatan seperti yang di kemukakan oleh (Anderson dan Anderson,
1979) yang dikutip oleh Notoatmojo (2010) adalah faktor penentu yang diganakan
sebagai determinan penggunaan pelayanan kesehatan adalah:
1. Model Demografi yaitu variabel yang biasa digunakan pada umumnya seperti
usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan jumlah keluarga.
2. Model Sosial Psikologis yaitu variabel yang digunakan adalah pada sikap dan
keyakinan.
3. Model Sumber keluarga yaitu variabel yang digunakan adalah penghasilan
keluarga, asuransi keluarga dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan,
untuk mengukur tingkat kemampuan keluarga dalam memperoleh pelayanan
kesehatan.
4. Model Sumber Daya Masyarakat adalah penyediaan pelayanan kesehatan
yang disediakan oleh masyarakat dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan
yang bersumber dari masyarakat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Model sistem kesehatan yaitu penggabungan semua model seperti: demografi,
struktur sosial, keyakinan individu dan keluarga, sumber daya dalam
masyarakat dan organisasi pelayanan kesehatan yang ada serta di hubungkan
dengan kebijakan dan struktur ekonomi masyarakat luas.
6. Model keyakinan kesehatan yaitu munculnya model ini karena banyaknya
kegagalan dalam mengatasi masalah kesehatan untuk menerima usaha
pencegahan dan penyembuhan penyakit yang di selenggarakan oleh pihak
providersehingga di kembangkan model kepercayaan kesehatan.
7. Model sistem kesehatan berupa kepercayaan kesehatan yang terdiri dari
karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, dan karakteristik
kebutuhan.
Dari berbagai model penggunaan pelayanan kesehatan yang terkait dengan
implemantasi buku KIA, model sistem kesehatan yang digabungkan dengan
model kepercayaan sistem kesehatan merupakan model yang tepat dipilih untuk
melihat penggunaan pelayanan dalam pemanfaatan buku KIA sebagai
penggabungan dari tiga karakteristik yaitu karakteristik predisposisi, karakteristik
pendukung dan karakteristik kebutuhan.
Karakteristik predisposisi. Karakteristik menurut Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia (KLBI) adalah mempunyai sifat khas tertentu sesuai dengan
perwatakan tertentu. Menurut Notoatmojo (2010) bahwa Karakteristik individu
mempunyai kecendrungan dalam menggunakan pelayanan kesehatan akan
berbeda-beda. Hal tersebut di sebab oleh:
a. Ciri-ciri demografi antara lain, jenis kelamin, usia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Struktur sosial, seperti, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
kesukuan, ras dan lain-lain.
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ingin tahu dari individu dengan menggunakan
pancaindra terhadap suatu objek serta sangat tergantung oleh perhatian dan
pandangan terhadap objek tersebut (Notoatmojo, 2010).
Dalam proses pengetahuan untuk mendapatkan pemahaman
(understanding) dari objek dilakukan melalui proses membaca. Membaca
merupakan salah satu manfaat bagi semua orang dalam menambah ilmu
pengetahuan.Pemanfaatan buku KIA bertujuan untuk memudahkan komunikasi
antara petugas kesehatan, ibu dan keluarga dalam kegiatan peningkatan
pemahaman tentang kesehatan ibu dan anak yang menjadi sasaran utama dalam
peningkatan derajat kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2017), tentang hubungan
pengetahuan ibu hamil tentang isi buku KIA dengan kepatuhan kunjungan ANC
di kelurahan Timbau wilayah kerja puskesmas Rapak Mahang tahun 2017
diperoleh hasil adalah hasil Odds Rasio(OR) 25.000 kali ibu dengan pengetahuan
baik mempunyai peluang untuk melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan
ibu yangmempunyai pengetahuan kurang.
b) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu interaksi belajar mengajar baik dalam
bentuk formal, nonformal maupun informal dengan harapan terjadinya perubahan
perilaku yang dapat di ukur.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Definisi pendidikan menurut (Hasbullah, 2013) adalah merupakan suatu
proses yang di sengaja dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengalaman
dalam memahami suatu objek tertentu secara spesifik dengan tidak ada batasan
usia.
c) Motivasi
Motivasi merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen organisasi
karena motivasi merupakan suatu kekuatan, arah dan juga ketekunan dari
seseorang dalam upaya mencapai tujuannya (Robbin, 2015).
Bentuk upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi adalah
melalui konsitensi pada tujuan organisasi sehingga ketekunan dari individu dalam
mempertahankan upayanya diperlukan waktu untuk mengukurnya. Ada beberapa
teori motivasi yang dijadikan sebagai landasan oleh para pimpanan dalam
pelaksanaan di lapangan, meskipun ada yang sebagaian ragu dengan keabsahan
teori tersebut, namun teori tersebut sudah dirumuskan semenjak tahun 1950,teori
motivasi tersebut diantaranya adalah:
1) Teori X dan Teori Y dari Douglas McGroger
Teori ini memberi pandangan pada dua sudut pandang yang berbeda yaitu
sudut positif adalah teori X dan sudut negatif adalah teori Y. Dibawah teori X di
yakini bahwa pada dasarnya mereka tidak menyukai pekerjaannya sehingga
dibutuhkan arahan ataupun paksaan untuk melakukan pekerjaanya, sebaliknya
dibawah teori Y menyatakan bahwa para pekerja memandang pekerjaannya
sebagai hal yang alamiah sehingga rata-rata mereka dapat belajar dan bekerja
untuk menerima dan bahkan bertanggung jawab atas pekerjaanya tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2) Teori dua Faktor oleh Hertzberg
Teori dua faktor oleh Hertzberg mengarah pada kepuasan dan
ketidakpuasan pekerjaan. Konsep teori menunjukkan bahwa lawan dari kepuasan
adalah ketidakpuasan, sehingga konsep ini bila menghapus karakteristik
ketidakpuasan dari pekerjaan tidak lantas membuat pekerjaan menjadi
memuaskan. Karena menurut Hertzberg bahwa faktor-faktor yang mengarah pada
kepuasan pekerjaan adalah terpisah atau berbeda dengan faktor-faktor yang
mengarah kepada ketidakpuasan pekerjaan. Sehingga faktor kondisi seperti mutu
pengawasan, gaji, kebijakan, kondisi fisik kerja, hubungan dengan orang lain dan
keamanan dalam pekerjaan di jadikan sebagai faktor murni, sehingga ketika
faktor-faktor tersebut memadai maka orang tersebut tidak akan tidak puas, tetapi
juga mereka tidak akan dipuaskan.
Selanjutnya Hertzberg memberi saran dan menekankan pada faktor-faktor
yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri atau dengan hasil yang secara
langsung dapat diperoleh dari pekerjaannya, seperti kesempatan naik pangkat,
peluang pertumbuhan pribadi, pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian.
Penelitian yang dlakukan oleh Elly Nur pada pemanfaatan buku KIA
sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal yang dilakukan oleh bidan
puskesmas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna variabel
motivasi dengan pemanfaatan buku KIA oleh bidan puskesmas.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2015)
bahwa pengaruh motivasi yang kuat dari tenaga kesehatan akan memberikan
dorongan yang besar kepada ibu hamil sebesar 2,5 kali dalam memanfaatkan buku
KIA.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dilihat secara teori bahwa faktor motivasi merupakan faktor potensial
dalam mempengaruhi kinerja organisasi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat termasuk pelayanan kesehatan karena berbicara tentang motivasi
bukan saja sebagai bagaian dari upaya kerja keras namun motivasi lebih melihat
kepada sudut padang terhadap kemampuan diri dan kepercayaan diri dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Robbins, 2015)
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nawawi pada pengaruh
motivasi tenaga kesehatan terhadap capaian kinerja puskesmas adalah besar
pengaruhnya secara signifikan yaitu sebesar 0.60 (standar deviasi). Selaras juga
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida (2015) bahwa dukungan
tenaga kesehatan yang baik akan mendorong ibu 2.5 kali besar dalam
pemanfaatan buku KIA. Sedangkan penelitian pada faktor motivasi bidan desa
dalam kepatuhan pengisian buku KIA menjadi kendala dalam rendahnya
pemanfaatan buku KIA yaitu hanya 2.2 persen di manfaatkan oleh tenaga
kesehatan (bidan desa) dalam pemanfaatan buku KIA (Sistiarani, 2014)
Karakteristik pendukung. Karakteristik ini terlihat bahwa meskipun
faktor predisposisidalam peggunakan pelayanan kesehatan sudah benar namun
tidak akan serta merta dia menggunakannya, karena ada faktor lain dalam
penggunaan pelayanan kesehatan yaitu faktor sumber daya manusia, kemampuan
individu untuk membayarnya serta sarana dan prasarana yang mendukung dalam
pelaksanaan pemanfaatan buku KIA.
a. Sumber Daya manusia (tenaga kesehatan dan kader posyandu)
Sumber daya manusia menurut Bangun (2012) merupakan salah satu
sumber daya penting dalam organisasi untuk mencapai tujuannya yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadikan peran manusia sebagai daya kompetitif yang dapat membedakannya
dengan organisasi lainnya.Sumber daya manusia terrsebut diantaranya dalah
tenaga kesehatan dan kader kesehatan.
1) Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan (nakes) merupakan sumber daya manausia yang penting
dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Seorang Bidan
merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai hubungan emosional yang paling
kuat dengan seorang ibu hamil bila di bandingkan dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam hal pemberian pelayanan kesehatan pada ibu hamil, di karenakan
seorang bidan merupakan pihak tenaga kesehatan terdekat ibu pada saat melalui
masa kehamilan, persalinan dan nifas.
2) Kader posyandu
Kader posyandu merupakan tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat
yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat dalam bidang kesehatan ibu dan
anak. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di tingkat desa, kader posyandu
merupakan pilar utama yang merupakan mitra kerja tenaga kesehatan untuk
melakukan pelayanan kesehatan desa, karena merekalah yang paling memahami
masyarakat diwilayahnya.
b. Status sosial masyarakat
Status sosial secara tidak langsung dapat menentukan derajat kesehatan
seseorang, karena ini berhubungan dengan seseorang untuk membiayayinya
dengan adanya kenaikan daya beli diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Stratifikasi sosial adalah suatu konsep yang menunjukkan adanya
perbedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas) secara
bertingkat (Abdullah dan Safarina, 2011) yang di kelompokkan pada:
1. Sosial rendah adalah keluarga ekonomi lemah: seperti buruh, tani pedagang
kecil, karyawan harian, berpendidikan formal rendah, tempat tinggal
sederhana dan kurang baik.
2. Sosial menengah adalah penghasilan melebihi kebutuhan hidup, bisa
menabung terpelajar, pendidikan sebagia alat kemajuan, masa depan lebih
baik, dapat memberikan pendidikanan kepada anak dalam jangka yang
panjang dan sekolah bermutu tinggi.
3. Strata sosial tinggi adalah kelompok lapisan atas dengan ciri: kehidupan
ekonomi sangat baik, kaya raya, berwibawa, tidak khawatir kehidupan
ekonomi dikemudian hari, mempertahankan status, pendidikan formal tidak
dipandang sebagai alat mencapai kemajuan.
Sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh (Puluhulawa, 2013) di
Kecamatan Palu Selatan terhadap pendapatan kepala keluarga yang dihubungkan
dengan status kesehatan ternyata responden yang berpendapatan rendah akan lebih
sering mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan responden yang
berpendapatan tinggi, walaupun tidak menjamin semakin tinggi pendapatan
kepala keluarga akan tidak mengalami status kesehatan buruk
Demikian juga Penelitian yang dilakukan oleh Widodo dkk (2013) tentang
faktor sosial ekonomi dan budaya setempat terhadap perilaku persalinan ibu pada
daerah dengan angka kematian ibu rendah dan tinggi di Kabupaten Bantul
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Provinsi Yogyakarta di ketahui bahwa pada daerah dengan AKI tinggi masih ada
ibu yang melakukan persalinan di rumah dan masih ditolong oleh dukun di
sebabkan karena biaya yang mahal meskipun mereka sudah memiliki kartu untuk
mendapatkan petolongan persalinan gratis namun mereka tetap memilih untuk
melahirkan di rumah, dan hal tersebut disebabkan karena status sosial ibu hamil
dalam keluarga yang tidak setara dalam keluarga yang berdampak pada perilaku
ibu dalam menggunakan fasilitas kesehatan. Kuatnya status sosial istri/ibu dalam
keluarga yang setara dengan suami pada daerah dengan jumlah kematian rendah
berdampak terhadap perilaku persalinan aman.
c. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam
pencapaian tujuan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan akan terlaksana sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan apabila tersedianya sarana dan prasarana yang
memadai dan disertai dengan pengelolaan dan pemanfaatan secara optimanal.
Sarana dan prasarana dalam implemantasi buku KIA berupa penyediaan buku, dan
penerapannya sesuai dengan petunjuk teknis dalam penggunaan buku KIA, serta
tempat pelayanan untuk mendapatkan layanan dalam pemanfaatan buku KIA.
Penyediaan sarana dan prasaran untuk menunjang standar pelayanan
dalam kebidanan yang terdiri dari standar identitas ibu hamil, pemeriksaan
antenatal, pemeriksaan fundus uteri, penanganan anemia pada kehamilan,
penanganan dini hipertensi pada kehamilan dan persiapan persalinan seperti
tercantum dalam Kepmenkes RI Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang
Standar Pelayanan Kebidanan yang semua dibutuhkannya sarana dan prasarana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk pelaksanaan pelayanan yaitu,Sfigmomanometer, pita ukur lengan atas,
Stetoskop Monoral/dopler untuk mengetahui denyut jantung janin, Vaksin
Tetanus Toxoid (TT), serta Tablet Tambah Darah (TTD).
Selanjutnya dalam peraturan MenteriKesehatan RI No 4 tahun 2019
tentang standar teknis pemenuhan mutu pelayanan dasar pada standar pelayanan
minimal bidang kesehatan tertera bahwa standar kualitas barang pada pelayanan
kesehatan ibu hamil adalah:
a. Pemberian vaksin Tetanus 1 ampul kali sejumlah sasaran ibu hamil.
b. Tablet tambah darah 90 tablet kali jumlah ibu hamil.
c. Alat deteksi resiko ibu hamil, seperti tes kehamilan, pemeriksaan Hb,
pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan glukoprotein.
d. Kartu ibu/rekam medis ibu
e. Buku KIA
Karakteristik kebutuhan. Faktor predisposisi dan faktor pendukung
untuk mencari pelayanan kesehatan dapat di wujudkan bila itu akan dirasakan
manfaatnya bagi individu, dengan artinya adalah faktor kebutuhan merupakan
dasar dari penyebab langsung bagi konsumen untuk mencari pelayanan kesehatan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pemanfaatan buku KIA
diantaranya adalah, penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk (2015) di
Puskesmas Martapura terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
hamil tentang tanda bahaya dalam kehamilan terhadap pemanfaatan buku KIA
dengan selalu membawa buku KIA setiap mereka berkunjung ke pelayanan
kesehatan ibu hamil dan anak serta melakukan anjuran dan saran dari tenaga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kesehatan berdasarkan informasi dan komunikasi yang berikan oleh tenaga
kesehatan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Elly dkk pada pemanfaatan
buku KIA sebagai materi penyuluhan antenatal oleh bidan puskesmas di kota
Bengkulu di ketahui adalah ada hubungan yang bermakna dengan tingkat
hubungan kuat pada motivasi bidan desa dengan pemanfaatan buku KIA dengan
nilai (r=0.689) dan variabel iklim kerja dengan nilai (r=0.638), sedangkan untuk
variabel masa kerja, kepemimpinan dan supervisi menpunyai tingkat hubungan
sedang.
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2015) diketahui bahwa
untuk meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil terhadap pelayanan antenatal
di perlukannya sumber daya, dana, sarana dan prasana yang cukup untuk
mendukung pelaksaaan kegiatan tersebut serta perlunya perencanaan yang tepat
untuk penggerakan dan penilaian yang dilakukan oleh bidan desa dalam upaya
meningkatkan cakupan pelayanan dan kualitas pelayanan antenatal
Penelitian yang dilakukan oleh Oktariana dkk (2015) menyatakan bahwa
penyedian buku KIA sebagai alat bantu untuk pemantauan, dokumentasi dan
peningkatan pengetahuan kesehatan bagi ibu hamil sangat penting. Buku KIA
akan di bawa oleh ibu hamil saat melakukan kunjungan antenatal dan
hasilpemeriksaan akan dicatat didalam buku KIA secara lengkap untuk
mengetahui risiko tinggi pada ibu hamil.
Konsep Implementasi Program/Kebijakan
Analisis Implementasi program perlu dilakukan untuk memahami
fenomena implementasi suatu kebijakan seperti mengetahui mengapa suatu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kebijakan tidak maksimal di implmentasikan pada suatu wilayah (Ayuningtyas,
2018)
Pengimplementasian merupakan cara agar program atau kebijakan dapat
mencapai tujuannya secara luas. Untuk pelaksanaan kebijakan maupun program
harus dilibatkan seluruh komponen yang menjadi aktor dalam pelaksanaan
kegiatan seperti, komponen organisasi, prosedur, dan tehnik–tehnik untuk
mewujudkan tujuan yang diharapkan (Ayuningtyas, 2014)
Ripley dan Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah sesuatu hal
yang terjadi setelah peraturan ditetapkan yang memberi keluaran pada otoritas
program, kebijakan, keuntungan, atau suatu output yang nyata (Winarno, 2008).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi merupakan bagian dari pernyataan
tantang maksud dan tujuan-tujuan program yang diharapkan oleh pemerintah
ataupun pejabat. Lebih jelasnya implementasi pada sisi yang lain merupakan suatu
fenomena yang komplek yang dapat difahami sebagai suatu proses yang
menghasilkan suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome).
Lahirnya sebuah kebijakan diketahui melalui tiga tahapan proses yaitu
proses formulasi, implementasi dan evaluasi. Ada beberapa teori implemetasi dari
para ahli kebijakan publik tentang implementasi diantaranya adalah:
1) Teori Gorge C. Edwards III (1990)
Pada teori implementasi ini lebih mengedepankan pada perspektif top-
down dengan menetapkan empat variabel yang sangat menentukan dalam
keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu 1) komunikasi, 2) sumberdaya,
3) disposisi dan 4) struktur birokrasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Komunikasi menurutnya sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
implementasi kebijakan publik, dengan mengetahui apa yang mereka kerjakan
sehingga semua keputusan kebijakan harus di komunikasikan agar mereka
tahu apa yang harus mereka kerjakan, dan selanjutnya kebijakan yang
dikomunikasikan juga pun harus tepat, akurat dan konsisten.
b. Sumber daya yang dimaksud dalam mengefektifkan implementasi kebijakan
ini adalah 1) sumber daya manusia yang memadai dan berkompeten
dibidangnya, 2) informasi yang terdiri dari informasi yang berhubungan
dengan cara melaksanakan kebijakan dan informasi tentang kepatuhan para
pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan,
selanjutnya 3) wewenang merupakan otoritas atau legitimasi bagi para
pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik,
ketika wewenang nihil maka kekuatan para implementator dimata publik tidak
terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses, 4) fasilitas, fasilitas fisik
juga memiliki faktor penting dalam implementasi kebijakan, untuk
melaksanakan tugasnya tanpa adanya fasilitas yang mendukung (sarana dan
prasarana) maka kebijakan implementasi tersebut tidak akan berhasil.
c. Disposisi. Jika pelaksanaaan kebijakan ingin efektif maka para pelaksana
kebijakan bukan harus mengetahui apa hanya yang harus dilakukan tetapi
harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya sehingga dalam
prakteknya tidak terjadi bias.
d. Struktur birokrasi. Meskipun sumber daya untuk melaksanakan suatu
kebijakan tersedia, ataupun para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seharusnya mereka kerjakan dan mempunyai keinginan untuk melakukan,
kemungkinan kebijakan tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapat
kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang komplek menuntut
adanya kerjasama yang banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif
maka akan menghambat sumber-sumber daya untuk menjadi lebih efektif.
2) Teori Merilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan implementasi menurut teori ini dipengaruhi oleh dua variabel
yaitu 1) isi kebijakan, 2) lingkungan implementasi. Variabel isi kebijakan adalah
1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target termuat dalam isi
kebijakan, 2) jenis manfaat yang diterima oleh target, 3) sejauh mana perubahan
yang diinginkan dari sebuah kebijakan, dan yang ke 4) apakah letak sebuah
program sudah tepat. Sedangkan variabel lingkungan adalah 1) mencakup
seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor
yang terlibat dalam implementasi, 2) karateristik institusi dan rejim yang sedang
berkuasa dan 3) tingkat kepatuhan dalam responsive kelompok sasaran.
3. Rantai nilai (valeu chain).
Konsep rantai nilai merupakan peta pemikiran strategis untuk menilai
lingkungan internal organisasi dari serangkaian aktifitas yang dilakukan untuk
mengklasifikasi, menganalisis kebutuhan sumber daya dalammendukung dan
menghasilkan produk-produk, layanan-layanannya atau jasa(Swayne, et al, 2006).
Dalam pelaksanaan konsep rantai nilai terdiri dari dua unsur utama yaitu:
aktifitas langsung dan aktifitas penunjang yaitu:
Aktifitas langsung. Kegiatan yang terlibat langsung dalam memastikan
aksesnya ke penyediaan dan tindak lanjut untuk pelayanan sehingga memenuhi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perannya dalam rantai nilai. Kegiatan-kegiatan tersebut terbagi atas pra pelayan,
pelayanan dan paska pelayanan.
a. Pra pelayananmenentukan layanan yang dapat menciptakan nilai sebelum
pemberian pelayanan yang sebenarnya, yang terdiri dari:
1) Market/Marketing yaitu menentukan target atau sasaran yang tepat dari
pelayanan.
2) Services offered/Branding yaitu layanan yang ditawarkan dari pelayanan
kesehatan.
3) Promotionmerupakan kegiatan yang memastikan semua elemen yang
diperlukan memberikan layanan kesehatan tersedia di tempat yang tepat
pada waktu yang tepat
4) Distribution/logistic adalah kegiatan dan system yang memfasilitasi
masuknya pasien/pelanggan ke dalam system pelayanan termasuk barang
dan janji pelayanan
b. Pelayanan merupakan Penyediaan pelayanan yang sebenarnya untuk setiap
pasien yang terdiri dari:
1) Clinical Oprerations Quality yaitu kegiatan yang mengkonversi sumber
daya manusia ke dalam pelayanan. Bagi organisasi yang bergerak dibidang
jasa, kualitas pelayanan merupakan faktor yang sangat penting, karena
terjadi langsung kondisi aktivitas jasa yang memenuhi atau melebihi
kebutuhan dari pelanggan (pasien).
2) Patient Satisfaction yaitu kegiatan yang di rancang untuk menentukan
efektifitas atau kepuasan pasien dengan layanan kesehatan yang diterima.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kepuasan konsumen/pelanggan/pasien merupakan tingkat perasaan setelah
membandingkan antara yang diterima dengan harapannya.
c. Paska pelayanan yang terdiri dari:
1) Follow –up atau tindak lanjut merupakan proses tindak lanjut untuk
melihat sejauh mana kegiatan mencapai tujuan, yang biasanya proses ini di
mulai dari bagian ini kebawah yang melakukan kegiatan follow up adalah
mereka yang mempersiapkan kegiatan dan yang di follow up adalah orang
yang ikut dalam kegiatan dan mempersiapkan kegiatan tersebut melalui,
melalui angket, wawancara/sharing atau dengan mengadakan kegiatan
lanjutan.
2) Billing (penagihan) merupakan system dalam meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pelayanan kesehatan melalui pembayaran dari pihak konsumen
(pasien) kepada penyedia layanan.
Aktifitas penunjang. Kegiatan dalam rantai nilai yang dirancang untuk
membantu efisien dan efektif pelayanan kesehatan meliputi budaya organisasi,
struktur organisasi dan sumber daya.
a. Budaya Organisasi
Pendapat Wibowo (2010) yang mengutip pendapat Robert (1995) tentang
budaya organisasi adalah menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan
keyakinan dan perasaan bersama yang harus diajarkan kepada seluruh anggota
organisasi agar dapat berperilaku teratur dalam organisasi melalui tata nilai-nilai
dan norma-norma. Menurut Robbins dan Judge (2008) budaya organisasi adalah
sebuah system dengan makna yang dianut bersama oleh para anggota yang dapat
membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Budaya organisisi dalam konsep rantai nilai terbagi kepada persepsi
bersama, nilai bersama dan norma perilaku.
1) Persepsi bersama
Menurut pendapat Kreitner dan Kinicki (2010) yang di kutip Wibowo
(2013) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang dapat untuk
memahami dan menginterpretasikan lingkungan sekitar kita.
Menurut Robbins dan Judge (2011) berpendapat bahwa persepsi
merupakan proses dimana individu mengorganisasikan dan mengintepretasikan
tanggapan mereka dengan maksud untuk memberi makna pada lingkungan sekitar
mereka, meskipun yang dirasakan akan berbeda secara substansi dengan realitas
objektifitas.
2) Nilai bersama
Dalam organisasi pandangan terhadap nilai-nilai perlu di pertimbangkan
karena memahami nilai dalam organisasi akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam organisasi, karena dengan nilai akan meletakkan dasar untuk
memahami sikap, motivasi serta pengaruh terhadap persepsi manusia.
Nilai merupakan keinginan, atau hasrat seseorang yang dapat ditunjukkan
dengan perilaku mereka menurut Gibson dan Donnelly (2000) yang dikutip dalam
Wibowo (2013)
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompokyang di lakukan secara bersama-sama selalu membutuhkan
kepemimpinan untuk sukses dan efisiensi suatu kerja. Menurut Rober Hogan
dalam Riani (2011) menyatakan bahwa nilai-nilai dalam kepemimpinan akan
menentukan nilai-nilai budaya dalam suatu organisasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Didalam mencapai tujuan Organisasi diperlukannya kepemimpinan yang
kuat dan manajemen yang kuat untuk efektifitas yang optimal. Sifat dari
kepemimpinan efektif adalah cenderung emosional, sehingga kecerdasan
emosional seseorang memerlukan pelatihan yang luar biasa, sehingga bila
seseorang naik dalam suatu organisasi komponen utama yang harus dalam konsep
kecerdasan emosional adalah adalah empati (Robbins, 2015)
3) Norma perilaku
Pemahaman tentang perilaku dalam organisasi yang dapat menciptakan
nilai bagi pasien. Perilaku merupakan semua kegiatan yang dilakukan seseorang
baik berupa mendengarkan, berbicara, berbicara, mendokumentasi laporan,
pegolahan data, membaca buku dan lain-lain (Rivai dan Mulyadi, 2003).
b. Struktur Organisasi
Menurur Robbins dan Judge (2008) struktur organisasi adalah menentukan
pembagian pekerjaan yang dilakukan secara formal melalui pengekelompokkan
danpengkoordinasian.
Struktur organisasi dalam konsep rantai nilai adalah terdiri dari fungsi
organisasi, dan bagian organisasi.
1) Fungsi Organisasi
Dalam Robbin (2001) yang dikutip oleh Sutrisno (2011) menjelaskan
bahwa pertama, fungsi budaya organisasi dapat membedakan antara satu
organisasi dengan organisasi lainnya, kedua, akan dapat memberi satu rasa
indentitas kepada anggotanya, ketiga dapat menumbuhkan komitmen bersama
untuk kepentingan yang lebih luas dan keempat, dapat meningkatkan kemantapan
dalam sistem sosial.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selanjutnya fungsi organisasi adalah sebagai planning (perencanaan),
Organizing (pengaturan), Accunting (pelaporan) dan Controlling (pengawasan).
Controlling merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi,
untuk menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi
tercapainnya tujuan yang telah di tetapkan. Tanpa ada pengawasan yang baik
tentunya tidak akan menghasilkan pencapaian tujuan yang baik pula.
Didalam suatu organisasi atau kelompok pengawasan disertai dengan
pembinaan dari posisi yang lebih tinggi kepada tingkat bawahan yang lebih
rendah sangat perlu dilakukan untuk pencapaian tujuan organisasi kearah yang
lebih baik.
Berbagai penelitian tentang supervisi yang dilakukan menunjukkan bahwa
ada pengaruh supervisi yang dilakukan oleh atasan atau pihak yang mempunyai
posisi tertinggi dalam melakukan pembinaan dan pengarahan terhadap pencapaian
tujuan kegiatan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan olehTampilang
dkk tentang hubungan supervisi kepala ruangan dengaan kepuasan perawat
pelaksana di RSUD Liunkendage Tahuna bahwa ada hubungan supervisi dengan
kepuasan perawat pelaksana yang di supervisi. Demikian juga penelitian yang
dilakukan oleh Sihotang dkk pada fungsi supervisi kepala ruangan dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana di di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi
Medan terdapat ada hubungan yang tinggi antara supervisi yang dilaksanakan
dengan baik oleh kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana.
2) Bagian Organisasi
Beberapa bagian organisasi yang di jelaskan dalam Robbin dan Judge
(2008) adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Struktur sederhana, struktur ini tidak rumit dengan memiliki
departementalitas yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang
tersentralisasi pada seseorang, dan sedikit formalitas. Kekuatan dalam
struktur ini adalah kesederhanaan, cepat, fleksibel, tidak mahal untuk
dikelola dan akuntabilitasnya jelas.
b. Birokrasi, dicirikan dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang
dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal,
tugas-tugas di kelompokkan kedalam berbagai departemen fungsional,
wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan
keputusan yang mengikuti rantai komando.
c. Strategi Sumber Daya
Strategi sumber daya merupakan unsur yang sangat penting untuk
mencapai tujuan organisasi. Sumber daya yang menjadi pembahasan dalam
penulisan ini adalah keuangan, tehnolong, informasi dan sumberdaya manusia:
1) Keuangan, diperlukan untuk menyediakan fasilitas, peralatan dan
kompetensi khusus yang diminta oleh pemberi pelayanan kesehatan
2) Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM merupakan Individu dengan keterampilan khusus dan berkomitmen
untuk memberikan pelayanan kesehatan.Potensi manusiawi dapat
dijadikan sebagai penggerak dalam organisasi untuk mewujudkan
eksistensinya.
3) Informasi merupakan suatu data yang telah di proses dan diubah menjadi
konteks yang berarti sehingga memiliki makna dan nilai bagi penerimanya
dan bisa digunakan untuk mengambil keputusan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Tehnologi dapat berupa Hardware, software, dan system pengolahan
informasi yang diperlukan untuk mendukung pelayanan kesehatan. Istilah
tehnologi dalam Robbin dan Judge (2008) adalah cara sebuah organisasi
mengubah input menjadi output.
Sehingga dari beberapa teori implementasi kebijakan diatas, teori konsep
rantai nilai dapat dijadikan sebagai salah satu konsep implementasi program yang
dianggap tepat untuk melihat pelaksanaan dan dukungan penunjang dalam
kegiatan penggunaan buku KIA sebagai konsep strategi internal organisasi dalam
melakukan pelayanan (Swayne, et al, 2006).
Landasan Teori
Implemantasi merupakan pelaksanaan atau penerapan suatu kegiatan.
Pengimlementasi program atau kebijakan untuk mencapai tujuannya dapat di
sebabkan oleh Karakteristik pengguna pelayanan dalam mencari pelayanan
kesehatan seperti pendapat (Anderson dan Anderson, 1979) yang di kutip oleh
Notoatmojo (2010), yaitu 1) karakteristik predisposisi, 2) krakteristik pendukung,
dan 3) karakteristik kebutuhan). Selanjutnya strategi internal organisasi dari
serangkaian aktifitas yang dilakukan untuk dapat memahami perubahan sumber
daya melalui proses untuk menghasilkan produk atau jasa sesuai dengan tujuan
organisasi seperti 1) aktifitas langsung yang terdiri dari pelayanan, pelayanan dan
paska pelayanan, 2) aktifitas penunjang yang terdiri dari budaya organisasi,
struktur organisasi dan sumber daya yang di populerkan oleh (Porter, 1985) dalam
(Swayne, 2006). Untuk menjelaskan landasan teori dari implementasi
pemanfaatan buku KIA melalui skema landasan teori seperti diuraikan di bawah
ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Input Proses Output OutCome
Gambar 1. Landasan teori
Sumber: (Anderson dan Anderson, 1979) dalam Notoatmojo (2010), Porter (1985)
dalam Swayne (2006)
Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini untuk melihat proses implementasi
dalam pemanfaatan buku KIA mulai dari input yang terdiri dari pemanfaatan buku
KIA, selanjutnya proses pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari aktifitas langsung
(pra pelayanan, pelayanan dan paska pelayanan) serta aktifitas penunjang dalam
Pemanfaatan
buku KIA
Cakupan
Kunjungan ibu
hamil, bayi dan
balita
Strategi internal organisasi
dalam Proses pelayanan
kesehatan.
1. Aktifitas Langsung
Pra Pelayanan
Pelayanan
Paska pelayanan
2. Aktifitas Penunjang
Budaya Organisasi
Struktur organisasi
Sumber daya
Faktor yang
mempengaruhi
penggunaan layanan
kesehatan
1. Karakteristik
predisposisi
a. Umur
b. Pengetahuan
c. Pekerjaan
d. Sosial ekonomi
2. Karakteristik
pendukung
a. Tenaga kesehatan
b. Sarana prasarana
c. Sumber daya
masyarakat
d. Organisasi
pelayanan
3. Karakteristik
kebutuhan
AKI /AKB
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan (dukungan kepala puskesmas, supervisi
penanggung jawab program dan sarana prasarana), kemudian melihat output
dalam kegiatan adalah cakupan kunjungan ibu hamil, bayi dan balita serta
outcome adalah AKI/AKB. Maka dibuatlah gambaran kerangka pikir seperti
gambar di bawah ini:
Input Proses Output
Gambar 2. Kerangka pikir
Pemanfaatan
buku KIA
1. Sumber
Daya
Manusia
2. Sarana/
prasarana
Cakupan
Kunjungan ibu
hamil, bayi dan
balita
Strategi internal organisasi dalam
Proses pelayanan kesehatan
1. Aktifitas Langsung
a. Pra
Pelayanan(sasaran,distribusi/
logistik, promosi, persiapan
kelas ibu hamil kelas ibu
balita, posyandu)
b. Pelayanan (Standar ANC,
Pelayanan bayi/balita,
pencatatan)
c. Paska pelayanan (kunjungan
ibu hamil/balita)
2. Aktifitas Penunjang
a. Dukungan kepala Puskesmas
b. Supervisi penanggung jawab
program
c. Sarana prasarana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi penelitian kualitatif
fenomenologi yang bertujuan untuk mengaplikasikan dan mengungkapkan
kesamaan makna yang menjadi esensi dari sebuah konsep atau fenomena, berupa
pengalaman subjektif dan kesadaran dari perpektif seseorang dalam pelaksanaan
pemanfaatan buku KIA yang terdiri dari aktifitas langsung dalam pemberian
pelayanan pada pemanfaatan buku KIA melalui kegiatan pra pelayanan,
pelayanan, paska pelayanan serta aktifitas penunjang dalam pelaksanaan kegiatan
meliputi budaya organisasi, struktur organisasi dan sumber di wilayah kerja
Puskesmas terpencildi Kabupaten Bireuen.
Berdasarkan pendapat diatas maka dalam penelitian fenomenologi, peneliti
harus menuju ke lokasi penelitian yakni wilayah kerja Puskesmas terpencil di
Kabupaten Bireuen yang terdiri dari Puskesmas Makmur, Puskesmas Peusangan
Siblah Krueng, Puskesmas Peusangan Selatan dan Puskesmas Juli satu untuk
mengamati fenomenologi dalam pelaksanaan pemanfaatan buku KIA. Peneliti
berperan sebagai key instrument yang langsung ke lokasi penelitian untuk
melakukan wawancara mendalam (indepthinterview) dengan ibu hamil, ibu balita,
Bidan desa, Koordinator KIA Puskesmas, Kepala Puskesmas, Kader Posyandu
dan Kasie KIA/GIZI Kabupaten Bireuen, atau sumber lain yang mendukung
dalam penelitian ini serta observasi pada kegiatan implementasi buku KIA.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di empat puskesmas terpencil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
di wilayah Kabupaten Bireuen yaitu Puskesmas Peusangan Selatan, Puskesmas
Siblah Krueng, Peusangan Makmur dan Puskesmas Juli satu yang juga merupakan
Puskesmas dengan rawat inap dengan PONED dengan pertimbangan: mayoritas
karakteristik ibu hamil berpendidikan dan sosial ekonomi rendah,akses pelayanan
yang jauh dari fasilitas kesehatan tingkat dua.
Waktu penelitian. Penelitian ini akan berlangsung mulai tanggal
dikeluarkan surat keputusan pembimbing tanggal 05 November 2018 sampai
dengan Agustus 2019 dengan kegiatan mulai dengan pengajuan judul,
penelusuran perpustakaan, seminar proposal, penyusunan hasil penelitian, seminar
hasil dan ujian komprehensif
Informan Penelitian
Subjek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
informan yang terdiri dari ibu hamil/ibu balita sebagai penerima layanan
kesehatan, kader Posyandu dan bidan desa sebagai pemberi pelayanan langsung
dalam kegiatan pelaksanaan buku KIA, Koordinator KIA, Kepala Puskesmas dan
Kepala Seksi (Kasie) KIA GIZI Kabupaten Bireuen sebagai bagian dalam
organisasi kesehatan yang mendukung pelaksanaan kegiatan.
Teknik pemilihan informan. Pemilihan informan-informan dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, purposive sampling
(bertujuan) yaitu teknik pengambilan sampel sumber daya dengan pertimbangan
tertentu. Dipilih informan tersebut dengan pertimbangan dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan untuk hasil penelitian dengan jumlahnya adalah 21
informan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Definisi Konsep
1. Pra pelayanan adalah seluruh persiapan sebelum pelaksanaan pelayanan yang
digunakan dalam proses penyelenggaraan pemanfaatan buku KIA mulai dari
menentukan sasaran ibu hamil, bayi dan balita, menentukan kebutuhan buku
KIA, persiapan layanan yang diberikan kepada ibu hamil, bayi dan balita
(Posyandu, kelas ibu hamil dan kelas ibu balita), dan kegiatan promosi.
2. Pelayanan adalah pelaksanaan kegiatan pemanfaatan buku KIA meliputi
kualitas pelayanan ANC, dan pelayanan kesehatan bayi dan balita (SDIDTK)
serta pencatatan pelayanan dalam buku KIA.
3. Paska pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan
(kader, bidan desa, koordinator KIA) dalam rangka menetapkan hasil
kegiatan, berupa evaluasi dari pelayanan yang telah di berikan meliputijumlah
kunjungan ibu hamil, bayi dan balita yang hadir serta hasil pelayanan yang di
temukan dalam kegiatan dan menentukan perencanaan kegiatan lanjutan
untuk pelayanan selanjutnya.
4. Budaya organisasi melalui dukungan kepala puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan pemanfaatan buku KIA untuk menciptakan keyakinan dan harapan
dalam pencapaian tujuan pelayanan.
5. Struktur organisasi adalah pembagian pekerjaan menurut kompetensi dan
memiliki rantai komando dalam pengambilan keputusan terhadap
pelaksanaan pemanfaatan buku KIA, melalui supervisi pemegang program
(KIA/GIZI/PROMKES/IMUNISASI) dalam kegiatan posyandu/kelas ibu
hamil/kelas ibu balita.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Sumber daya manusia adalah pelaksana dalam pemanfaatan buku KIA,
melalui motivasi dan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelayanan ANC
dan kepatuhan pencatatan buku KIA.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data. Jenis data dalam penelitian ini di gunakan
dua sumber data yaitu:
1. Data primer
Pada penelitian ini data primer yang diperoleh melalui:
a. Observasi/pengamatan tentang apa yang diperoleh terkait pelaksanaan
kegiatan dalam pemanfaatan buku KIA pada ibu hamil, bayi dan balita
untuk mendukung pengumpulan data yang mungkin ada kekeliruan
dengan data yang sudah didapatkan seperti persiapan pelaksanaan kegiatan
pelayanan (posyandu/kelas ibu hamil) yang terdiri dari perencanaan
kegiatan dan ketersediaan alat yang mendukung dalam kegiatan, pelayanan
ANC yang sesuai standar, pelayanan tumbuh kembang bayi dan balita,
serta pencatatan dengan menggunakan buku KIA.
b. Wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan kepada informan yang dijadikan objek penelitian
menggunakan pedoman wawancara (interview Guideline) untuk
mendapatkan informasi tentang aktifitas langsung dalam proses
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari pra pelayanan, pelayanan dan paska
pelayanan, serta aktifitas penunjang yang mendukung pelaksanaan
pelayanan.
2. Data sekunder
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada penelitian ini data sekunder diperoleh melalui dokumentasi yaitu
pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada
dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian
seperti peraturan, pernyataan suatu lembaga masyarakat, pengumuman, instruksi,
laporan, memo dan lain sebagainnya.
Intrumen penelitian. Sesuai dengan karakteristik penelitian Kualitatif
yaitu instrument penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam wawancara mendalam
(Indepth Interview) peneliti menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur
disertai dengan pertanyaan yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang
disampaikan menggunakan alat bantu berupa voice recorder, notes, alat tulis, dan
juknis buku KIA.
Metode Analisis Data
Pengolahan data. Data yang terkumpul dari hasil wawancara mendalam
selanjutnya di buat dalam bentuk transkrip, yang selanjutnya disederhanakan
dalam bentuk matriks. Matriks ini kemudian di cari kata kuncinya. Kunci
keabsahan dilakukan dengan tehnik triangulasi data. Proses triangulasi yaitu
melakukan dengan crosscheck. Crosschech yang dilakukan terdiri dari data
observasi dan telaah dokumen, kemudian dilakukan triangulasi sumber yaitu
crosscheck dengan informan lain dengan melibatkan teman sejawat atau tokoh
masyarakat yang tidak ikut dalam penelitian ini untuk menelaah validasi data.
Proses triangulasi dilakukan secara terus menerus sepanjang proses
pengumpulan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah
tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu di konformasi
kepada informan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Analisis data. Analisis data adalah proses mengorganisasikan data dan
menguraikan data dalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Aktifitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber (observasi, wawancara, dokumentasi).
Komponen dalam analisis data menurut Miles dan Hurberman (1992) dalam
Sugiono (2016) adalah:
Reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan membuat rangkuman hal-
hal yang pokok, inti, proses dan pernyataan-pernyataan untuk menajamkan,
mengelompokkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
Paparan data (data display). Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif yang mudah di
fahami.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan dari temuan semua data yang
diperoleh sebagai hasil penelitian untuk mencari atau memahami arti, ketentuan,
penjelasan dan alur sebab. Verifikasi dilakukan pada kegiatan-kegiatan
sebelumnya untuk meyakinkan peneliti dalam penarikan kesimpulan yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hasil dan pembahasan dari
penelitian yang mencakup gambaran umum wilayah penelitian dan gambaran
implementasi pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja puskesmas terpencil di
Kabupaten Bireuen
Gambaran Umum Kabupaten Bireuen
Gambaran umum tentang wilayah penelitian diperlukan untuk memberikan
pemahaman tentang lokasi dan permasalahan yang akan di teliti. Berikut akan
diberikan gambaran mengenai wilayah kerja Kabupaten Bireuen berserta
puskesmas terpencil yang menjadi lokus dalam penelitian ini.
Lokasi dan geografis. Kabupaten Bireuen merupakan salah satu
kabupaten yang terletak di daerah wilayah Provinsi Aceh dengan letak antara 960
19‟BT-960 54‟Bt dan 40 53‟LU-50 16‟LU dengan luas wilayah 1.901,2 Km2
yang terdiri dari 18 kecamatan, 20 UPTD Puskesmas dan 609 desa.
Batas wilayah. Batas wilayah Kabupaten Bireuen adalah sebelah utara
berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Pidie Jaya, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara dan sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah.
Peta wilayah Kabupaten Bireuen dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 3. Peta Wilayah Kabupaten Bireuen
Kependudukan dan kepadatan. Salah satu masalah kependudukan di
Kabupaten Bireuen adalah penyebaran yang tidak merata, karena berkaitan
dengan daya dukungan lingkungan (luas wilayah) yang tidak seimbang antara
kota dengan perdesaan. Jumlah penduduk di Kabupaten Bireuen tahun 2018
adalah 461.726 jiwa berdasarkan hasil proyeksi BPS Kabupaten Bireuen dengan
jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 225.920 jiwa dan
perempuan sebanyak 235.806 jiwa.
Kabupaten Bireuen yang luas wilayahnya sekitar 1.901,21 km persegi
dengan jumlah penduduk yang terbanyak adalah kecamatan Peusangan sebanyak
56.110 Jiwa. Kepadatan penduduk ada di Kecamatan Kota Juang dengan 1.677,12
per km2
dan daerah yang terendah adalah kecamatan Peudada yaitu sekitar 72.77
per km2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sarana kesehatan. Keberadaan sarana kesehatan dapat mempengaruhi
derajat kesehatan di suatu daerah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan sebagai
alat tempat untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif
maupun preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dan masyarakat.
Sarana kesehatan tingkat primer (primary care) atau disebut pelayanan
tingkat pertama yang melayani pelayanan kesehatan dengan kasus-kasus ringan
seperti saranan Puskesmas, praktek dokter dan sebagainya. Sarana pelayanan
tingkat dua (secondary care) merupakan pelayanan kesehatan rujukan tingkat dua
yang merupakan pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus penyakit dari pelayanan
primer, yang mencakup puskesmas rawat inap, RS Kabupaten, RS Tipe C atau RS
Tipe D serta RS Bersalin. Sarana prasaranan tingkat tiga (tertiary care) yang
merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-
penyakit dari pelayanan kesehatan tingkat dua.
Tabel 1
Jumlah Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan Jumlah Keterangan
Primary care
Posyandu pratama
Madya
Purnama
Mandiri
53
453
112
3
Secondary care
Puskesmas
RS Tipe
20
6
Tertiary care
RS Tipe B
1
Data: Dinkes Bireuen Tahun 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah seseorang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan di bidangnya untuk dapat melakukan tugasnya dan memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan menurut UU nomor 36 tahun
2014 tentang tenaga kesehatan.
Tabel 2
Jumlah Rasio Jenis Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan Jumlah
tenaga
(orang)
Rasio per 100.000
penduduk
Target rasio per
100.000
penduduk
Dokter spesialis 39 7.943 11
Dokter umum 116 25.59 45
Dokter Gigi 22 4,854 13
Perawat 735 162,17 180
Bidan 665 146,7 120
Perawat Gigi 44 9,708 18
Apoteker 32 6,839 12
Asisten Apoteker 93 20,519 24
SKM 124 27,5192 16
Sanitarian 50 11,03 18
Gizi 50 11,031 14
Keterampilan Fisik 48 10,59 5
Keteknisan Medis 144 31,77 16
Data: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2017
Jumlah rasio tenaga bidan di Kabupaten Bireuen adalah 665 orang dengan
rasio 146,7 per 100.000 penduduk, ini lebih tinggi dari standar UU Kesehatan
tahun 2014 tentang ketenaga kerjaan yaitu 120 per 100.000 penduduk.
Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD). Menurut Qanun Kabupaten
Bireuen Nomor 3 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat Daerah
Kabupaten Bireuen. Unit Pelaksanan Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yang berada langsung dibawah koordinasi Dinas Kesehatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan dibidang
kesehatan masyarakat dan melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.
Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas)
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen berdasarkan kriterianya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3
UPTD Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Bireuen
Puskesmas Status Puskesmas Ket
Puskesmas Samalanga
Puskesmas Simpang Mamplam
Puskesmas Pandrah
Puskesmas Jeunieb
Puskesmas Plimbang
Puskesmas Peudada
Puskesmas Jeumpa
Puskesmas Kota Juang
Puskesmas Kuala
Puskesmas Juli-2
Puskesmas Juli
Puskesmas Peusangan
Peusangan Selatan
Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Puskesmas Jangka
Puskesmas Cot Iju
Puskesmas Kuta Blang
Puskesmas Makmur
Puskesmas Gandapura
Puskesmas Mon Keulayu
Terpencil
Terpencil
Terpencil
Terpencil
Terpencil
Terpencil
Terpencil
Biasa
Terpencil
Terpencil
Terpencil/Sgt Terpencil
Terpencil
Terpencil/Sgt Terpecil
Terpencil/Sgt Terpencil
Terpencil
Terpencil
Terpencil
Terpencil/Sgt Terpencil
Terpencil
Terpencil
PONED
PONED
PONED
PONED
PONED
PONED
PONED
PONED
PONED
PONED
PONED
PONED
Sumber. Renstra 2018-2022 Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen Tahun 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar4. Jarak Tempuh Puskesmas Wilayah Kabupaten Bireuen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambaran umum puskesmas. Puskesmas terpencil dan sangat terpencil
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen terrdiri dari empat
puskesmas yaitu Puskesmas Makmur, Puskesmas Peusangan Siblah Krueng,
Puskesmas Peusangan Selatan dan Puskesmas Juli yang merupakan lokus dari
penelitian ini. UPTD puskesmas terpencil dan sangat terpencil yang berada di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dapat digambarkan melalui
tabel di bawah ini:
Tabel 4
Gambaran Umum Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil
Puskesmas Jarak ke
Pusat Kota
(km)
Luas
wilayah
(km2)
Jumlah
penduduk
(jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(km2)
Makmur
Peusangan Siblah
Krueng
Peusangan Selatan
Juli 1
33,2
24.2
15.2
16.2
66.5
76.6
106.3
226,0
16.481
12.399
15.523
34.103
247.72
161.82
145.99
160.80
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2018
Keempat puskesmas terpencil dan sangat terpencil tersebut adalah
mempunyai karakteristik yang dapat di generalisasikan yaitu perekonomian
masyarakat melalui aktifitas pertanian, rata-rata sumber daya manusia dengan
tingkat pendidikan rendah di karenakan sarana prasarana pendidikan yang kurang
maksimal, letak geografis yang sulit yaitu daerah pegunungan, unsur kebudayaan
yang masih kental, serta sangat menjunjung tinggi kekeluargaan dan religius.
Penyajiaan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis implementasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemanfaatan buku KIA dan hambatannya di wilayah Kerja Puskesmas terpencil
Kabupaten Bireuen, maka pada sub bab ini akan di sajikan hasil penelitian berupa
karakteristik informan dan data hasil penelitian yang diperoleh baik melalui
wawancara langsung dan observasi (data primer) serta melalui studi dokumentasi
(data skunder). Hasil penelitian dari kegiatan wawancara direkam lalu dicatat
dalam bentuk transkrip dan kemudian disederhanakan dengan memilih dan
menfokuskan pada hal-hal yang penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih
tajam. Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambaran umum informan dan pengalaman peneliti. Hasil penelitian
yang dilakukan di 4 wilayah kerja puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen ini
di sajikan dalam penjabaran di bawah ini.
Karakteristik Informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari
informan penerima layanan yaitu ibu hamil dan ibu balita, informan pemberi
pelayanan langsung yaitu bidan desa, koordinator KIA Gizi, dan informan
pendukung yaitu Kepala Puskesmas dan Kasie KIA Gizi Kabupaten, karakteristik
informan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Gambaran pemanfaatan buku KIA. Sebagaimana tujuan dalam
penelitian ini, peneliti ingin melihat langsung pelaksanaan kegiatan dan menggali
pengalaman dari informan mengenai pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil, ibu
bayi, ibu balita, serta peran tenaga kesehatan, dukungan pimpinan dan apa saja
yang menjadi hambatan dalam kegiatan tersebut yang telah terangkum dari semua
tahapan dalam alur desain penelitian yang terdiri dari input proses dan output.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5
Karakteristik Informan
Nama Informan Pendidikan Pekerjaan/status
Informan (A)
Informan (B)
Informan (C)
Informan (D)
Informan (E)
Informan (F)
Informan (G)
Informan (H)
Informan (J)
Informan (K)
Informan (L)
Informan (M)
Informan (N)
Informan (O)
Informan (P)
Informan (Q)
Informan (R)
Informan (S)
Informan (T)
Informan (U)
Informan (V)
Informan (W)
SMP
SMA
SMP
SMP
SMA
SMP
SMP
SMP
D III
D III
D III
D III
D III
D III
D III
SKM
Dokter
SKM
S2
SKM
D III
D III
Ibu hamil (Desa Suka Ramai)
Ibu hamil (Desa Abeuk Budi)
Ibu hamil (Desa Cot Awe Bate)
Ibu hamil (Desa Balee Panah)
Ibu hamil (Desa Uteuen Raya)
Ibu Bayi (Desa Cot Awe Bate)
Ibu bayi (Desa Uteuen Raya)
Kader (Desa Suka Ramai)
Bides (Bale Panah)
Bides (Abeuk Budi)
Bides (Cot Awe Bate)
Bides (Mata Ie)
KoorKIA (Juli)
KoorKIA (Psgn Siblah Krueng)
PJ gizi (Kabupaten)
Kapus (Psgn Selatan)
Kapus (Makmur)
Kapus (Psgn Siblah Krueng)
Kasie KIA/GIZI (Kabupaten)
Kapus (Juli)
KoorKIA (Psgn Selatan)
Bides (Uteuen Raya)
Sumber: Data Hasil Penelitian 2019
Implementasi pemanfaatan buku KIA di Kabupaten Bireuen terlihat
masih belum Optimal. Ini berdasarkan dari temuan-temuan hasil penelitian di
lapangan baik berupa hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi
dilapangan. Buku KIA belum dijadikan sebagai media utama KIE bagi kesehatan
ibu dan anak, selanjutnya pengisian buku KIA hanya terbatas pada kelengkapan
informasi indentitas ibu hamil, pencatatan pemeriksaan antenatal care, dan
pencatatan informasi melahirkan, serta pencatatan pada identitas bayi baru lahir,
sedangkan untuk pencatatan kesehatan balita masih belum maksimal seperti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pencatatan pemantauan Skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
Untuk memudahkan penjelasan hasil penelitian ini, peneliti membuat
skema dalam mengoptimalisasikan implementasi pemanfaatan buku KIA di
wilayah kerja puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen yang dapat dilihat pada
gambar 4 di bawah ini.
Gambar 5. Skema hasil penelitian
Selanjutnya akan dijabarkan tentang skema hasil penelitian yang terdiri
dari empat tema yaitu pertama sarana dan prasarana yang terdiri dari ketersediaan
buku KIA dan kondisi tempat pelayanan, kedua sumber daya manusia yang terdiri
dari kompetensi dan motivasi tenaga kesehatan, ketiga peran puskesmas yang
terdiri dari evaluasi program, dukungan pimpinan dan supervisi dan yang keempat
Optimalisasi
Implementasi
Pemanfaatan buku
KIA
Sumber daya manusia
1. Motivasi tenaga kesehatan
2. Kompetensi tenaga kesehatan
Peran Puskesmas
1. Evaluasi Program
2. Dukungan Pimpinan
3. Supervisi
Sarana prasarana
1. Ketersediaan Buku KIA
2. Kondisi Tempat pelayanan
Masyarakat
1. Karakteristik
2. Motivasi kebutuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah masyarakat yang terdiri dari karakteristik masyarakat dan motivasi
kebutuhan.
Sarana dan Prasarana
Berikut ini adalah penjelasan mengenai sarana dan prasarana yang terdiri
dari keterrsediaan buku KIA dan kondisi tempat pelayanan yaitu posyandu dan
kelas ibu hamil. Yang dimaksud dengan ketersediaan buku KIA adalah
penyediaan buku KIA yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
dicetak oleh kementerian kesehatan RI tahun 2016 yang lebih dikenal oleh ibu
hamil dengan sebutan buku pink.
Pertanyaan yang digunakan untuk sub tema ketersediaan buku KIA
adalah “bagaimana tentang logistik dan pendistribusian dalam kegiatan
penggunaan buku KIA”. Selanjutnya pertanyaan untuk subtema kondisi tempat
pelayanan adalah melalui observasi tentang ketersediaan dan kondisi tempat
pelayanan dalam mendukung pelayanan kesehatan seperti tersedianya tempat dan
alat untuk pemeriksaan ibu hamil berupa ruangan pemeriksaan antenatal, alat
pemeriksaan timbangan berat badan, spignomonometer, tablet tambah darah,
vaksin toksoid tetanus, alat pemeriksaan protein urine, dan Hb dan peralatan untuk
tumbuh kembang bayi seperti pita ukur lingkar kepala, bahan permainan deteksi
tumbuh kembang, dacin, mocrotois.
Hasil penelitian yang terkait dengan tema sarana dan prasarana yang
terdiri dari ketersediaan buku KIA dan tempat pelayanan dapat dilihat pada tabel 6
dibawah ini:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 6
Matrik Informan yang Menyatakan Ketersediaan Buku KIA dan Kondisi Tempat
Pelayanan
Tema Sub tema Pernyataan informan
Sarana
Ketersediaan
dan
pendistribusi
an buku KIA
belum tepat
waktu
Buku KIA kurang penyediaannya disebabkan
memang dari kementerian kesehatan yang
kurang buku KIA yang kami terima, data tahun
2017 permintaan buku KIA dari Dinkes Bireuen
sebanyak 9.971 buah sedangkan yang kami
terima hanya 7.810 untuk tahun 2018
permintaan buku KIA 10.043 yang di terima
11.089. itu pun di terima pada bulan oktober
2018 sehingga pendistribusian di berikan kepada
ibu hamil tahun 2018, sedangkan sisanya adalah
untuk tahun 2019, bila stok buku KIA dilapangan
tidak mencukupi, maka sementara difotocopi
supaya data tidak hilang dan nanti akan
dipindahkan kebuku sesuai standar bila sudah
ada, bisa menggunakan dana desa (informan T)
Buku KIA yang telah kami terima kemarin di bulan
oktober 2018 kami berikan kepada ibu hamil
yang terhutang buku KIA, sehingga sisa dari
penyediaan buku KIA akan di berikan kepada
ibu hamil pada sasaran tahun 2019, namun bila
buku KIA tidak cukup maka kami akan
melaporkan ke kepala puskesmas dan kami akan
fotokopikan sejumlah ibu hamil yang belum
mendapatkan buku (informan N)
Persediaan buku KIA cukup untuk sasaran tahun
2018 yang di terima pada bulan oktober 2018 ,
untuk sasaran 2019 di gunakan sisa dari stok
tahun 2018, bila stok habis maka buku KIA
terhutang dan difotocopi dengan dana
puskesmas (informan O)
Stok buku KIA mencukupi, karena jumlah ibu hamil
sudah terdata, dan tidak ada laporan tentang
kekurangan buku KIA (informan S)
Tidak mempunyai masalah pendistribusian buku
KIA, karena di antisipasi dengan meminta ke
dinas bila memang buku kurang persediaannya
(informan R)
Tidak mungkin dilakukan pemeriksaan ANC karena
tidak ada ruangannya (informan L)
(bersambung)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 6
Matrik Informan yang Menyatakan Ketersediaan Buku KIA dan Kondisi Tempat
Pelayanan
Tema Sub tema Pernyataan informan
Kondisi Tempat
pelayanan
yang belum
memadai
untuk
mengopimal
kan
pelayanan
Hana mungken di lakukan pemeriksaan bak ibu
hamil karena di meunasah lagi pula hana
sampiran dan ruangan (tidak mungkin dilakukan
pemeriksaan pada ibu hamil karena di meunasah,
lagi pula tidak ada rungan ataupu sampiran
penutup) (informan O)
Ibu hamil kami periksa di sini, namun untuk
pemeriksaan SDIDTK tidak kami lakukan,
karena itu dilakukan oleh penanggung jawab
SDIDTK Kabupaten (informan W)
kegiatan sudah terintegrasi dengan desa, seperti
persediaan mikrotois, timbangan, media KIE
anak, bisa menggunakan dana desa karena
dinkes tidak lagi menyediakan (informan P)
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan di atas terkait tema
sarana dan prasarana selanjutnya dibahas lebih lengkap berikut ini dengan
menambahkan hasil observasi di lapangan selama mengikuti pelayanan kegiatan.
Ketersediaan buku KIA. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada
kegiatan di posyandu maupun kelas ibu sebagai salah satu tempat pelayanan
dalam pemanfaatan buku KIA terlihat bahwa ketersediaan buku KIA masih
menjadi masalah. Hal tersebut di benarkan dengan fakta yang di temui di lapangan
berdasarkan wawancara dan dokumentasi bahwa penyediaan buku KIA untuk
tahun 2018 baru tersedia dan di bagikan kepada ibu hamil yaitu pada bulan
Oktober 2018.
Padahal ketersediaan Buku KIA merupakan salah satu hal mutlak untuk
pelaksananan kegiatan tersebut meskipun ada dari informan yang tenyatakan
bahwa tidak ada masalah pada ketersediaan buku KIA ini hanyalah semata tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ada laporan dari pihak pengelola program keterkaitan pengadaan buku KIA.
Namun menyikapi persoalan ketersediaan buku KIA dari hasil wawancara
dengan beberapa informan terkait stok buku KIA tidak menjadi sebuah masalah
dikarena mereka bisa menanggulanginya dengan menfotokopi buku KIA sejumlah
buku yang kurang pada ibu hamil, dan akan di ganti dengan buku KIA yang
sesuai dengan standar bila buku KIA sudah ada.
Hal tersebut bisa menjadi solusi terdapat masalah pada ketersediaan buku
KIA untuk mencegah kehilangan pencatatan data kesehatan ibu hamil. Namun
apakah hal tersebut menjadi efisien mengingat pencacatan akan dicatat kembali
kedalam buku KIA yang terstandar bila buku KIA tersedia dari kementerian
kesehatan.
Selanjutnya kementerian kesehatan melalui peraturan menteri Nomor
284/MENKES/SK/III/2004 tentang buku KIA dijelaskan bahwa penyediaan buku
KIA dalam pengadaan dan pendistribusian buku KIA selain tanggung jawab
pemerintah pusat juga merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota
oleh karena itu pemerintah Kabupaten Bireuen juga mempunyai tanggung jawab
untuk penyediaan buku KIA. Sehingga perlu menjadi pertimbangan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bireuen untuk mengusulkan pada Rencana Usulan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Melihat akan pentingnya buku KIA maka sangatlah tepat bila buku KIA di
jadikan sebagai media yang utama dan murah dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
mengenal dan mewaspadai akan kesakitan dan kegawatdaruratan pada ibu hamil,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bayi baru lahir dan balita, sehingga pada akhirnya dengan penggunaan buku KIA
yang tepat dapat menyumbang penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.
Buku KIA secara garis besar terdapat dua elemen penting yaitu sebagai
media informasi dan media pencatatan (monitoring) di keluarga dan masyarakat,
sehingga dengan penggunaan buku KIA yang tepat akan mengintegrasikan
beberapa pencatatan kesehatan ibu dan anak dari awal ibu hamil sampai dengan
anak berusia enam tahun.
Belajar dari pengalaman negara lain seperti Jepang yang menjadikan buku
KIA sebagai alat promosi kesehatan sehingga dapat menekan angka kematian bayi
di negara mereka menjadi 2.6 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan
masih terus menurut dari angka 76 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1947,
angka ini bahkan di bawah tingkat angka kematian di Amerika Serikat yaitu 6.8
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007.
Penerapan buku KIA di negara Jepang di gunakan secara efektif yaitu,
pertama buku KIA sebagai buku catatan bersama oleh kedua orang tua dan
penyedia layanan kesehatan untuk memantau kesehatan ibu dan anak yang berisi
record informasi kondisi ibu selama hamil seperti ukuran tubuh, tekanan darah,
gula kemih, protein urea dan data lainnya serta catatan vaksinasi dan riwayat
kesehatan seluruh anak balita. Kedua informasi untuk menambah pengetahuan
orang tua untuk membaca dan mengikuti selama kehamilan dan awal dari
pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan peran dari tenaga kesehatan untuk
memberi panduan serta mendidik orang tua dapat mengevaluasi dan mengambil
keputusan bila ada tanda-tanda awal penyakit sehingga dapat mencari bantuan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
medis lebih cepat, sehingga memungkinkan untuk pengobatan lebih cepat dari
anak-anak yang sedang sakit.
Sebagai gambaran untuk kebutuhan dan ketersediaan buku KIA tahun
2018 di wilayah kerja puskesmas terpencil dapat di lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 7
Ketersediaan Buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Terpencil
Puskesmas Stok Buku
KIA
(Jumlah)
Jumlah sasaran Ibu
hamil (orang)
Puskesmas Juli
Puskesmas Makmur
Peusangan Selatan
Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
335
350
338
270
329
358
329
244
Sumber. Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen 2018
Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa persediaan buku KIA pada
tahun 2018 hanya cukup untuk sejumlah sasaran ibu hamil pada tahun 2018 saja,
selanjutnya untuk persediaan ibu hamil pada tahun 2019 hanya tersedia dari sisa
persediaan tahun 2018.
Pelaksanaan kebijakan dalam hal ini adalah program penggunaan buku
KIA akan optimal bila di dukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana maka hal
tersebut perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatan kualitas
pelayanan ibu dan anak kedepan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Oktariana
dkk (2015) tentang penyediaan buku KIA sebagai alat bantu yang sangat penting
untuk pemantauan, dokumentasi dan peningkatan pengetahuan bagi kesehatan
bagi ibu dan anak.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2013)
tentang kepemilikan buku KIA dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
melakukan perawatan kehamilan, bahwa secara statistik terdapat hubungan yang
signifikan terhadap kepemilikan buku KIA terhadap pengetahuan dan sikap ibu
hamil dalam melakukan perawatan kehamilan dengan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Gustikawati dkk pada
penggunaan alat kontrasepsi implant bahwa, ketersediaan alat kontrasepsi dapat
mendukung dalam pelayanan KB sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk
mengakses ke pelayanan kesehatan.
Tersedianya buku KIA dan dimanfaatan secara optimal di harapkan dapat
meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang kesehatan ibu dan
anak, di samping juga sebagai media monitoring pencatatan riwayat kesehatan ibu
hamil dan anak balita dengan tujuan utamanya adalah dapat menurunkan angka
kematian ibu dan anak.
Kondisi tempat pelayanan. Prasarana lainnya untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan dalam mengoptimalisasi pemanfaatan buku KIA
adalahkondisi tempat pelayanan sebagai bagian dari tempat pemeriksaan antenatal
untuk ibu hamil.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan dapat di ketahui
bahwa belum maksimalnya pelayanan ibu hamil, bayi dan balita yang di berikan
pada kegiatan posyandu maupun kelas ibu dikarenakan kondisi tempat pelayanan
yang tidak memungkinkan untuk melakukan pelayanan pada ibu hamil. Tempat
pelayanan mayoritas dilakukan di meunasah di ruangan terbuka tanpa di lengkapi
dengan ruangan tempat untuk pemeriksaan bagi ibu hamil, ataupun tidak ada
tersedianya penutup (kain pembatas) sebagai ruangan tempat pemeriksaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadi salah satu hambatan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan
sesuai standar kepada ibu hamil.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak diperlukan
sebagai bentuk upaya dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
anak, salah satunya adalah dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang
mendukung dalam pelaksanaan kegiatan.Kelengkapan sarana dan prasarana
merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan Kualitas pelayanan
kesehatan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristiani bahwa besarnya
pengaruh sarana dan prasarana terhadap kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pasien memberi gambaran bahwa dengan pendayagunaan sarana prasarana secara
efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga akan
menciptakan kepuasan pada pasien.
Selanjutnya untuk persediaan alat maupun bahan yang mendukung dalam
pelaksanaan kegiatan posyandu dan kelas ibuseharusnya semua desa harus
terpenuhi karena pihak dinas kesehatan sudah menyediakannya semua
perlengkapan untuk kebutuhan pelayanan baik itu di posyandu maupun kelas ibu.
Bila melihat pada pernyataan dari pengelola program gizi kabupaten dapat
diambil kesimplan bahwa tidak ada lagi alasan bagi desa dalam pelaksanaan
kegiatan dan solusi untuk menanggulangi permasalahan yang bisa mereka lakukan
adalah melalui penggunaan dana desa, sehingga mestilah mengintegrasikan
seluruh kegiatan didesa dengan kepala desa sebagai bagian penanggung jawab
dana desa agar dapatmeningkatan kualitas pelayanan bagi ibu dan anak.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winangsih pada
pemanfaatan pelayanan kesehatan peduli remaja di ketahui bahwa ada faktor yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menghambat didalam pemanfaatan layanan PKPR yaitu sarana prasarana yang
kurang lengkap seperti tidak adanya ruang konseling khusus, kapasitas ruangan
yang tidak memenuhi, minimnya tenaga kesehatan dan dana untuk kegiatan serta
sikap petugas yang kurang ramah.
Ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan kegiatan
sangat perlu di perhatikan. Sarana merupakan sesuatu yang digunakan sebagai alat
untuk mencapai maksud dan tujuan, sedangkan prasarana adalah segala yang
menunjang untuk terlaksananya suatu proses kegiatan sehingga hasil akhirnya
adalah untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Sumber Daya Manusia (SDM)
Tema kedua dalam pengoptimalan pemanfaatan buku KIA adalah SDM.
SDM merupakan salah satu sumber daya penting dalam organisasi untuk
mencapai tujuannya yang menjadikan peran manusia sebagai daya kompetitif
yang dapat membedakannya dengan organisasi (Bangun, 2012).
Subtema SDM dalam pembahasan adalah ini terdiri dari motivasi dan
kompetensi tenaga kesehatan didalam melakukan pelayanan kesehatan kepada ibu
hamil dalam memanfaatkan buku KIA sebagai pegangan dan media bagi ibu,
keluarga dan tenaga kesehatan.
Pertanyaan yang digunakan untuk sub tema motivasi adalah ”apasaja
persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan dan apasaja yang dilakukan
untuk menumbuhkan minat bagi ibu hamil dalam penggunaan buku KIA”.
Sedangkan untuk pertanyaan kompetensi tenaga kesehatan adalah dengan
“bagaimana pelayanan dalam penggunaan buku KIA untuk ibu, bayi dan balita,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan apasaja yang dilakukan selama ini, dan bagaimana pelayanan yang diberikan
bila tidak sesuai dengan juknis buku KIA, yaitu setiap ibu hamil wajib membawa
buku KIA bila ke fasilitas pelayanan”.
Maka tema pada SDM dapat dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.
Ketersedian jumlah tenaga kesehatan dalam hal ini adalah bidan desa dapat di
jelaskan melalui tabel 8 berikut ini:
Tabel 8
Jumlah Bidan Desa Beserta Sarana Kesehatan
Saranan/prasarana PKM
Makmur
PKM Psgn
Siblah Krueng
PKM Psgn
Selatan
PKM
Juli
Jumlah desa 27 21 21 17
Jumlah bidan desa 27 16 20 17
Jumlah poskesdes 17 13 15 10
Jumlah Posyandu 27 21 23 22
Sumber. Data profil Dinkes Bireuen tahun 2018
Dari tabel di atas terlihat bahwa keberadaan bidan desa secara jumlah tidak
menjadi masalah yaitu hampir pada seluruh desa adanya bidan desa, hal ini senada
dengan pernyataan dari informan T seperti berikut ini
”… untuk jumlah bidan desa di wilayah Kabupaten Bireuen tidak menjadi
masalah, karena hampir di setiap desa sudah di tempatkan bidan desa, serta
bila di lihat dari jumlah rasio bidan desa sudah mencukupi bahkan lebih,,,”
Hal tersebut dapat membantu dalam pelaksanaan program KIA dengan
kecukupan proporsi dari jumlah bidan desa di wilayah kerja puskesmas terpencil.
Ketersediaan jumlah tenaga kesehatan dalam hal ini adalah bidan desa
menjadi modal utama dalam keberhasilan pelaksanan program, ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk (2013) pada program pengembangan
kesehatan olahraga untuk lansia di ketahui bahwa kesiapan tenaga kesehatan baik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
secara kuantitas dan kualitas akan dapat mendukung dalam pelaksanaan program
tersebut.
Selanjutnya pendapat dari Ayungnityas (2014) bahwa pengembangan
suatu kebijakan agar berlangsung dengan baik salah satunya adalah perlunya
dukungan dan kapasitas dari sumber daya yang memadai untuk proses
pelaksanaan kegiatan agar mencapai hasil akhir yang di harapkan.
Namun lebih lanjut dalam menentukan keberhasilan kegiatan tidak hanya
di tuntut kepada jumlah tenaga kesehatan namun juga perlunya tambahan optimis
dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya yaitu berupa motivasi dan
kompetensi tenaga kesehatan.
Motivasi tenaga kesehatan. Optimalisasi pelaksanaan kegiatan terjadi
seiring dengan adanya motivasi serta kompetensi dari sumber daya manusia dalam
hal ini adalah tenaga kesehatan. Motivasi yang kuat akan memberikan dorongan
dan semangat dalam mengubah pengetahuan dan perilaku seseorang. Selanjutnya
motivasi juga diartikan sebagai arah untuk mencapai tujuan.
Motivasi dari tenaga kesehatan didalam mengoptimalisasikan pemanfaatan
buku KIA dimulai dari mempersiapakan kegiatan seperti menentuan sasaran ibu
hamil, logistik buku KIA, serta persiapan dalam promosi dalam penggunaan buku
KIA serta jadwal kegiatan kelas ibu dan posyandu.
Secara teoritik bahwa faktor motivasi dan kompetensi merupakan faktor
potensial mempengaruhi kinerja organisasi dalam memberikan pelayanan publik
termasuk pelayanan kesehatan. Berbicara tentang motivasi bukan hanya
merupakan bagian dari kerja keras namun motivasi juga mencerminkan sudut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pandang terhadap kemampuan diri dan kepercayaan diri dalam mencapai tujuan
organisasi (Robbins, 2015).
Berikut wawancara dan observasi terhadap motivasi tenaga kesehatan pada
mempersiapkan kegiatan dalam pemanfaatan buku KIA yang dapat dilihat dapa
tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9
Matrik Motivasi dan Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam Mempersiapkan
Kegiatan untuk Pemanfaatan Buku KIA
Tema Sub tema Pernyataan
Sumber
daya
Manusia
Motivasi
tenaga
kesehata
n
Kompetensi
tenaga
kesehata
n
Melakukan pengumuman sehari sebelum kegiatan,
dan mengundang langsung ke rumah ibu bagi
mereka yang tidak hadir pada kegiatan kelas
ibu bulan sebelumnya (informan K)
Persiapan dilakukan satu hari sebelum
pelaksanaan dengan cara di umumkan dan hari
H di ingatkan kembali kepada ibu-ibu bila hari
ini ada kegiatan kelas ibu (informan M)
Sudah tau bila hari ini ada kegiatan kelas ibu
(informan J)
kegiatan akan posyandu akan maksimal bila
persiapan (-) H yaitu satu hari sebelum
kegiatan yaitu ‘halo-halo” bahwa besok akan di
lakukan kegiatan, dan bila ada yang tidak hadir
sudah 2 kali, maka akan di datangi langsung ke
rumah ibu untuk mengundang secara langsung
(informan P)
Motivasi bidan desa menurut karakter masing-
masing, ada yang aktif, terlihat dengan kegiatan
pelaksanaan akan aktif termasuk kegiatan
promosi (informan O)
Kendalanya adalah faktor bosan untuk menjelaskan
karena itu-itu saja (informan L)
untuk buku KIA memberikan informasi hanya
sekilas saja, tapi saya ada menyarankan pada
ibu hamil untuk membaca buku KIA, dan juga,
kemauan dari masyarakat untuk membaca buku
KIA kurang, hanya perlu untuk PKH saja maka
buku KIA di bawa (informan J) pelayanan
dalam memanfaatkan buku KIA
(bersambung
) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 9
Matrik Motivasi dan Kompetensi Tenaga Kesehatan dalam Mempersiapkan
Kegiatan untuk Pemanfaatan Buku KIA
Tema Sub tema Pernyataan
terlihat masih kurang, seperti belum
lengkapnya pencatatan di buku KIA (informan
S)
selama ini buku KIA tidak menjadi media KIE
untuk Ibu hamil, karena kami memakai modul
kelas ibu.(informan O)
Buku KIA tetap di jadikan media utama dalam
pelaksanaan kegiatan, meskipun dilapangan
kurang maksimal (informan T)
Lon hana meuphom pu yang geu tuleh nyo..”
(saya tidak faham apa yang di tulis di sini)
sambil menunjukkan buku KIA (informan K)
informasi wate hamil manteng yang geu pegah
oleh ureung kesehatan, leuh melahirkan hana
lee, cuma geu timang dan geu uko berat
badan yang laen hana…” (informasi pada
saat hamil saja yang diberikan oleh pihak
tenaga kesehatan, setelah melahirkan tidak
ada lagi penjelasan mengenai tumbuh
kembang bayi, terkecuali pada pengukuran
berat badan, apakan naik atau tidak, selainnya
tidak ada (informan G)
Hasil observasi dan wawancara pada informan dilapangan perihal
bagaimana mempersiapkan kegiatan dengan maksimal sehingga akan
menghasilkan output kegiatan yang optimal di peroleh gambaran bahwa, akan
terlaksananya kegiatan dengan baik dan maksimal didukung oleh motivasi yang
kuat dari bidan desa dalam melakukan promosi.
Bila dilihat dari teori motivasi X dan Y dari Douglas McGroger bisa
disimpulkan bahwa ada keterkaitan seseorang didalam melakukan pekerjaannya
yaitu unsur arahan maupun paksaan dari orang lain sehingga seseorang mau
melakukan sesuatu. Ini di gambarkan dalam hasil penelitian di lapangan bahwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
paksaan maupun arahan dari orang lain dapat menjadi motivasi dari seseorang
untuk melakukan sesuatu, seperti yang terjadi terhadap kunjungan pada kelas ibu
hamil harus diarahkan secara paksa sehingga mereka mau datang ke pelayanan
kesehatan.
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan kegiatan
diperlukannya konsitensi berupa ketekunan dari individu untuk dapat
mempertahankan upaya ini dan ini membutuhkan waktu untuk menilainnya.
Ketekunan dalam mempertahankan upaya merupakan sikap yang dapat dinilai
pada saat melakukan suatu pekerjaan yang bersfat rutinitas sehingga timbul rasa
bosan dan jenuh sehingga berakibat kepada kurang maksimalnya pelayanan yang
diberikan. Untuk menyikapi hal tersebut diperlukannya rangsangan yang
berdampak langsung terhadap hasil yang telah dilakukannya baik itu berupa
penghargaan, pengakuan, apresiasi atau lain sebagainya seperti yang dijelaskan
pada teori Hertzberg.
Penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2015) pada ibu hamil dalam
pemanfaatan buku KIA bahwa dukungan berupa motivasi yang kuat dari tenaga
kesehatanakan memberikan dorongan kepada ibu 2.5 kali lebih besar dalam
memanfaatkan buku KIA.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Nawawi pada
pengaruh motivasi dan kompetensi tenaga kesehatan terhadap kinerja bahwa,
motivasi tenaga kesehatan berpengaruh signifikan terhadap kinerja puskesmas
dengan besaran pengaruhnya adalah 0.60 (standar deviasi) sedangkan untuk
variabel kompetensi tenaga kesehatan memberi efek pengaruhnya adalah 0.45
(standar deviasi).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kompetensi tenaga kesehatan. Memberikan pelayanan langsung dalam
kegiatan pemanfatan buku KIA adalah merupakan hal yang harus di fahami dan di
kuasai oleh bidan desayaitu melakukan pelayanan antenatal care pada ibu hamil
yang mayoritasnya ibu hamil bisa dapatkan pada saat kepelayanan kesehatan baik
itu di posyandu maupun kelas ibu hamil. Selanjutnya kompetensi lainnya yang
harus dikuasai oleh bidan desa adalah memberikan konseling kepada ibu hamil
dan balita seperti yanga telah dicantumkan dalam buku KIA.
Standar pelayanan di dalam buku KIA merupakan kompetensi yang harus
di miliki oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan yang di alami oleh ibu hamil maupun balita pada saat dia berkunjung.
Melakukan pencatatan sesuai dengan apa yang telah di lakukan oleh tenaga
kesehatan dan memberikan penjelasan tentang kondisi kesehatan yang di alami
oleh ibu hamil dan balita merupakan salah satu bagian dari petunjuk teknis dari
penggunaan buku KIA.
Berdasarkan wawancara pada informan diatas terkait dengan kompetesi
tenaga kesehatan dalam pemanfaatan buku KIA sebagai media untuk peningkatan
pengetahuan ibu hamil belum terlihat maksimal, karena dari hasil observasi
dilapangan buku KIA lebih dijadikan sebagai buku pencatatan oleh bidan desa, ini
terlihat dengan hanya di lakukan pencatatan tanpa memberi penjelasan terhadap
apa hasil catatan yang dilakukan di buku KIA sebagai media KIE bagi ibu hamil,
ibu bayi dan ibu balita seperti yang diungkapkan oleh informan-informan pada
tabel di atas.
Memberikan pelayanan sesuai Standar kepada pada ibu hamil yang harus
didapatkan oleh ibu hamil adalah pelayanan 10 T yang terdiri dari pemeriksaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Timbang BB, TB, TFU, Tensi, Tablet Besi, TT, DJJ, Temu wicara dan
Tatalaksana kasus. Hal ini semuanya telah tertera didalam buku KIA sebagai
standar pelayanan yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil sebagai
pegangan keluarga dan tenaga kesehatan.
Untuk pelayanan kesehatan anak balita adalah dilakukannya Skrining
tumbuh kembang bayi atau balita meliputi pengukuran lingkar kepala,
penimbangan BB dan pengukuran TB, skrining TDD maupun skrining TDL
disana, yang dilakukan hanya penimbangan BB dan pengukuran TB. SDIDTK
perlu dilakukan pada bayi dan balita untuk mendeteksi secara dini kemungkinan
adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita.
Pelayanan SDIDTK tidak dilakukan pada saat peneliti melakukan
observasi dengan alasannya bahwa, kegiatan tersebut dilakukan oleh petugas
SDIDTK puskesmas, dan mereka melakukannya sesuai dengan jadwal pelayanan
dari pihak puskesmas saja. Untuk pelaksanaan standar pelayanan kesehatan bayi
adalah dilakukannya pemeriksaan tumbuh kembang bayi yaitu 4 kali sebelum bayi
berusia 1 tahun, yang meliputi, imunisasi dasar lengkap, penimbangan BB,
pengukurang TB, dan skrining perkembangan.
Seyogyanya bidan desa juga harus mempunyai kompetensi untuk
melakukan skrining SDIDTK tersebut mengingat informasi dan pengetahuan
tentang tatacara pemeriksaaan SDIDTK sudah di sosialisasikan oleh pihak
penanggung jawab program Puskesmas dan juga lengkap di jelaskan di dalam
buku KIA.
Menggunakan media yang benar dan tepat merupakan salah satu unsur
dari keberhasilan suatu kegiatan, demikian juga dalam pemanfaatan buku KIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kepada ibu hamil dan ibu balita dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan
perubahan sikap ibu kearah yang lebih baik.Selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elly dkk pada pemanfaatan buku KIA sebagai materi penyuluhan
antenatal oleh bidan puskesmas di Kota Bengkulu di ketahui bahwa ada hubungan
yang bernakna dengan tingkat motivasi yang kuat dari bidan desa di dalam
memanfaatkan buku KIA yaitu dengan nilai (r=0.689).
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspaningtyas dkk
terhadap kinerja bidan dalam pemanfaatan buku KIA, bahwa kinerja bidan dalam
pemanfaatan buku KIA sangat berhubungan dengan pengetahuan, dengan nilai p
0.012, sehingga bidan dengan pengetahuan yang baik akan didukung kinerja yang
baik pula.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahlevi dkk pada
pengaruh kompetensi petugas terhadap kinerja pelayanan kesehatan bahwa, ada
pengaruh antara pengetahuan petugas kesehatan terhadap kinerja pelayanan, yaitu
pengetahuan petugas yang baik cenderung memberikan akan meningkatkan
kualitas pekerjaanya.
Perlunya motivasi dan kompetensi dari tenaga kesehatan untuk
memaksimalkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat melalui
peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan mengenai betapa pentingnya
memanfaatkan buku KIA secara maksimal agar terwujudnya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Peran Puskesmas
Tema ketiga dalam penelitian ini adalah peran puskesmas yang terdiri dari
evalusi program, dukungan pimpinan dan supervisi. Ketiga sub tema ini akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dijabarkan selanjutnya. Peran Puskesmas dalam mendukung pelaksanaan kegiatan
menjadi hal yang harus diperhatikan, karena tujuan untuk keberhasilan kinerja
puskesmas akan tercapai bila di dukung oleh pihak-pihak yang menunjang pada
pelaksanaan kegiatan.
Pertanyaan yang diajukan didalam subtema evaluasi program adalah
sebagai berikut ”apasaja yang dilakukan setelah pelayanan dilakukan”. Dan untuk
pertanyaan dukungan pimpinan dengan pertanyaan “bagaimana peran,
koordinataor KIA, kepala puskesmas dan dinas kesehatan pada pelaksanaan
kegiatan pelayanan buku KIA”, dan terakhir untuk pertanyaan supervisi
ditanyakan adalah “bagaimana supervisi yang dilakukan dalam kegiatan
pelaksanaan pemanfaatan buku KIA, apasaja yang menjadi hambatan dalam
melakukan supervisi tersebut”.
Selanjutkan akan dijelaskan satu persatu dari subtema organisasi terrsebut,
Tabel 10
Matrik Pernyataan Informan tentang Evaluasi Program, Dukungan Pimpinan dan
Supervisi
Tema Subtema Pernyataan
Organisasi Evaluasi
program belum
terlihat
maksimal dalam
pelaksanaan
kegiatan
Melihat administrasinya, dan ada sebagian
bidan desa mereview kembali kegiatan
saat itu untuk pelayanan ke depan, seperti
pembagian tugas kadet (informan 0)
Melihat pencatatan bidan desa dan refres
kembali apakah sesuai tidak dengan
langkah-langkah dalam pelaksanaan
kelas ibu, namun permasalahannya
karena kurang alat bantu untuk
mendukung kegiatan yang tidak di
siapkan bidan desa seperti pantom
ASI.(informan N)
bahan demontrasi tidak disediakan hanya
menggunakan ceramah saja (informan L
(bersambung)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 10
Matrik Pernyataan Informan tentang Evaluasi Program, Dukungan Pimpinan dan
Supervisi
Tema Subtema Pernyataan
Dukungan
pimpinan
masih belum
menjalankan
fungsinya
sebagai
pimpinan
Supervisi yang
masih lemah
dalam
melakukan
pembinaan dan
pengawasan.
saya lansung pulang juga (informan J)
Kehadiran kepala dalam pelaksanaan
kegiatan akan menambah motivasi bagi
pelaksana kegiatan baik bides maupun
kader, karena mereka di perhatikan dan
akan memberikan pelayanan (informan P)
sudah baik, dan peduli dengan cara bila
setiap kegiatan mau mendukung melalui
ikut serta hadir dalam kegiatan dan
sesekali memberikan informasi kesehatan
kepada masyarakat (informan L)
Kepala puskesmas mendukung dalam
kegiatan pemanfaatan buku KIA, dengan
cara ikut serta dalam kegiatan tersebut
dengan melihat dan menyatakan bahwa
pelasksanaan kegiatan sudah baik,
bahkan ada mantan kapus yang mengikuti
pelaksanaan kegiatan dari awal akhir,
dengan melihat langsung bagaimana cara
memberikan imunisasi kepada bayi
(informan N)
Pemantauan buku KIA ada dalam POA BOK
kegiatan tahun kami, namun karena
keterbatasan dari tenaga dan waktu,
maka kami hanya dapat melakukan 7
desa untuk tahun ini
DAN PERNYATAAN SELANJUTNYA
kendalanya adalah beberapa tahun
dimonitoring, peningkatan pengetahuan
ibu hamil tidak meningkat
SELANJUTNYA
masalahnya mungkin tahap sosialisasi
kurang efektif, sehingga pemberian
informasi isi buku KIA kurang efektif
pada saat distribusi buku KIA oleh bidan
desa ke sasaran, sedangkan dari pihak
penanggung jawab program (informan O)
Lemahnya peran koordinator KIA dalam
melalukan monitoring dan evaluasi
(bersambung)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 10
Matrik Pernyataan Informan tentang Evaluasi Program, Dukungan Pimpinan dan
Supervisi
Tema Subtema Pernyataan
pemanfaatan buku KIA, yaitu pada kualitas
pembinaan (informan T)
pihak puskesmas seperti koordinator KIA,
dan penanggung jawab Gizi, imunisasi
sudah baik (informan J)
dipantau pelaksanaan oleh pj, dengan
melihat kegiatan yang saya lakukan, dan
ditambahkan bila ada yang kurang
(informan L)
banyak buku KIA yang tidak sinkron
pengisiannya dengan laporan survalens
KIA, seperti HPHT ibu di kohor dengan
di buku KIA tidak sama, demikian juga
dengan umur kehamilannya (informan T)
Hal ini kembali lagi karena kurangnya
monitoring dari koordinator dalam
melakukan verifikasi dalam pengisisan
buku KIA (informan T)
Evaluasi program. Evalusi program merupakan suatu proses yang
dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan sebagai bentuk upaya untuk memantau
kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah sesuai dengan perencanaan yang telah di
rencanakan ataupun tidak. Melakukan evaluasi dalam kegiatan pemanfaatan buku
KIA adalah dengan melihat jumlah kunjungan ibu hamil, bayi dan balita dalam
penggunaan buku KIA serta kepatuhan dalam membawa dan mengisi buku KIA.
Kegiatan tersebut biasanya dilakukan sehari setelah pelayanan, berupa
pencatatan dan pelaporan, sehingga dapat diketahui berapa persentase jumlah
kunjungan pada pelaksanaan kegiatan. Untuk evaluasi cakupan kunjungan ibu
hamil adalah jumlah kunjungan selama hamil minimal empat kali dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disertakan pemberian pelayanan antenatal sesuai standar, sedangkan untuk
kunjungan bayi adalah empat kali kunjungan dalam satu tahun yang meliputi
skrining penimbangan BB, ukur TB, serta pemberian imunisasi dasar lengkap dan
juga pelayanan SDIDTK, dan untuk evaluasi kunjungan balita adalah dua kali
dalam satu tahun dengan pelayanan yang diberikan sama seperti pada bayi yaitu
SDIDTK dan kelengkapan imunisasi dasar pada waktu bayi.
Dalam kegiatan dimana peneliti ikut serta terlihat, memang tidak semua
jumlah sasaran hadir pada saat pelayanan yang dilakukan. Seperti pelaksanaan
kelas ibu yang dilakukan di desa Abeuk Budi, sasaran ibu hamil delapan orang
yang hadir enam orang, sedangkan di desa Bale Panah sasaran ibu hamil enam
orang yang hadir dua orang. Untuk pelaksanaan kegiatan posyandu juga demikian
yaitu jumlah kunjungan bayi dan balita hanya 30 persen dari jumlah sasaran bayi
dan balita.
Sehingga bila melihat pada pelaksanaan kegiatan tersebut dapat
digambarkan terhadap proporsi cakupan kegiatan tahunan melalui data dinas
kesehatan tahunan untuk jumlah kunjungan ibu hamil, kunjungan bayi dan
kunjungan balita seperti dalam tabel 10 di bawah ini.
Evalusi program merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pelaksanan kegiatan untuk menilai bagaimana keberhasilan dan masalah kegiatan
yang dihadapai. Melihat pelaksanaan kegiatan posyandu maupun kelas ibu dalam
melakaukan pelayanan dalam pemanfaatan buku KIA bukanlah kegiatan program
yang baru di lakukan yang seharusnya ini sudah menjadi hal rutin bagi pelaksana
kegiatan. Berikut ini adalah evaluasi program pada cakupan kunjungan ibu hamil,
bayi dan balita.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 11
Sasaran Ibu Hamil dan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Bayi dan Balita Tahun
2018
Puskesmas
Sasaran
ibu
hamil
Sasaran
bayi/bal
ita
Jumlah
buku
KIA
Cakupan
KI / K4
(%)
Cakupan
Kunjungan
Bayi/Balita
(%)
Juli
Makmur
Peusangan Selatan
Peusangan Siblah
Krueng
353
358
338
271
326
245
307
300
367
350
329
380
95 / 84
98 / 82
97 / 73
102 /88
56 / 54
119/ 62
61 /11
48/ 33
Sumber: Data Dinas Kesehatan 2018
Dari data di atas terlihat bahwa Cakupan pelayanan pelayanan bayi dan
balita yaitu hanya 50 persen, bahkan pada dua puskesmas yaitu Puskesmas
Peusangan Selatan dan Puskesmas Peusangan Siblah Krueng cakupan pelayanan
balita terdapat di bawah 50 persen.
Seharusnya data cakupan kunjungan ibu hamil, kunjungan bayi dan
kunjungan balita dijadikan bahan evaluasi program untuk membuat perencanaan.
Permasalahan yang dihadapi pada cakupan pelayanan bayi dan balita adalah
terkendala pada pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi, dengan berbagai
isu maupun persoalan yang dihadapi terkait program imunisasi.
Melakukan integrasi dengan program lain seperti program GIZI dan
Imunisasi di dalam kegiatan karena mengingat salah satu indikator cakupan
kesehatan bayi dan balita adalah lengkapnya imunisasi dasar pada bayi baru lahir
dan pemantauan paa bayi balita lebih dititik beratkan oleh pemegang program
Gizi sehingga, buku KIA juga perlu disosialisasikan kepada petugas imunisasi dan
gizi mengingat mereka juga mempunyai kontribusi didalam keberhasilan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemanfaatan buku KIA.
Hal yang tidak bisa diabaikan untuk efisien dan efektif pelaksanaan
kegiatan adalah perlunya dukungan pimpinandan supervisi dari penanggung
jawab program untuk tercapainya kinerja puskesmas.
Dukungan pimpinan. Memberikan dukungan oleh atasan dalam
pelaksanaan kegiatan sangatlah penting, karena dapat menciptakan keyakinan dan
harapan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dukungan yang diberikan bisa
berupa kunjungan maupun merespon permasalahan yang ada di lapangan.
Didalam budaya organisasai ada bagian yang dinamakan nilai bersama
yaitu merupakan pandangan yang merupakan dasar untuk memahami sikap,
motivasi serta pengeruh terhadap persepsi seseorang. Lebih lanjut untuk
menggerakkan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok
dibutuhkannya kepemimpinan yang mampu memberi aspek berupa kepedulian
dan empati terhadap organisasi yang dipimpinnya seperti menurut (Rober Hogan
dan Riani, 2011.
Bila melihat dari pernyataan pernyataan informan diatas tentang dukungan
pimpinan terlihat bahwa, mereka merasa bahwa bentuk dukungan baik yang
diberikan oleh kepala puskesmas dengan ikut serta pada setiap kegiatan pelayanan
yang dilakukan dilapangan. Namun bila melihat fenomena tentang pengoptimalan
buku KIA pada saat observasi penelitian dilakukan bahwa seperti permasalahan
pada ketersediaan dan pendistribusian buku KIA dan manfaat apa yang dapat
diterima oleh ibu hamil, bayi dan balita terhadap penggunaan buku KIA seperti
tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk hasil yang dicapai yaitu
peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menggunakan buku KIA sebagai media KIE antara tenaga kesehatan dan
masyarakat, peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku sehat
masyarakat, dan adanya peningkatan status derajat kesehatan ibu dan anak
merupakan tujuan utama dalam dikeluarkannya kebijakan buku KIA oleh
pemerintah.
Menyikapi hal tersebut adanya jiwa kepemimpinan yang peduli dan peka
untuk dapat melihat secara keseluruhan persoalan yang dihadapi diwilayah kerja
yang dipimpinnya baik itu yang tersirat maupun yang tersurat, sehingga nilai-nilai
bersama dalam sebuah wadah organisasi yang dipimpinnya yang dapat membawa
organisasinya kearah tujuan yang telah ditetapkan.
Dukungan pimpinan lainnya yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan
kegiatan ini adalah pihak Dinas Kesehatan. Banyak hal yang telah dilakukan
dalam upaya meningkatkan pemanfaatan buku KIA, seperti dilakukannya parade
buku KIA, pada bulan April 2019 berupa pengecekan pengisian buku KIA
meliputi kelengkapan pengisian dan kecocokan data ibu di buku KIA dengan data
di Kohor ibu hamil, dimulai dengan enam puskesmas di wilayah kerja Dinas
kesehatan Kabupaten Bireuen. Selanjutnya ditutur kembali oleh kasie KIA/GIZI
dengan merevisi kembali Qanun KIBBLA (Kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir)
yang telah dilakukan sejak tahun 2012 dengan menguatkan pemanfaatan buku
KIA didalam Qanun tersebut.
Demikian juga pendapat dari Robbins (2015) yang menyatakan bahwa
faktor kepemimpinan sangat mempengaruhi suatu kelompok dalam menuju
capaian visi misi dan tujuan organisasi. Memperlihatkan keramahan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membangun struktur perilaku dari kepemimpinan akan lebih efektif di dalam
meningkatkan kepuasan dari pengikutnya dalam pekerjaan mereka.
Supervisi. Bagian penting dalam peningkatan kualitas pelayanan adalah
melakukan monitoring dan evalusi dalam bentuk supervisi pada pelaksanaan
kegiatan. Supervisi seyogyanya dilakukan kepada mereka pelaksana kegiatan
yaitu bidan desa dalam pelaksanaan kegiatan posyandu dan kelas ibu sebagai
tempat dalam pemanfaatan buku KIA.
Dari intisari pernyataan tentang supervisi menyangkut dalam penggunaan
buku KIA, terlihat belum maksimal, meskipun pernyataan dari bidan desa yang
menyatakan sudah dilakukan supervisi oleh penanggung jawab program, namun
bila di lihat dari pelaksanaan kegiatan dilapangan tidak terlihat adanya kualitas
dari pelayanan yang di berikan oleh bidan desa dalam hal pemanfaatan buku KIA
seperti belum menggunakan buku KIA sebagai media KIE.
Supervisi yang dilakukan oleh pengelola program KIA dalam pemantauan
pemanfaatan buku KIA yang tertera dalam planning of action (POA) koordinator
KIA adalah melihat bagaimana pemanfaatan buku KIA dengan menanyakan
pengetahuan kesehatan KIA kepada ibu hamil, ibu bayi dan ibu balita, serta
memantau penempelan stiker P4K, sebagai bagian dari pemantauan rencana
persalinan aman bagi ibu hamil dimana ini merupakan bagian dari kompetensi
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, bayi
dan balita.
Dinas kesehatan sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan Kesehatan
Ibu dan Anak di wilayah kerja puskesmas, telah melakukan supervisi dalam
kegiatan peningkatan kesehatan ibu dan anak namun mereka juga tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memungkiri bahwa memang banyak kendala dan hambatan yang di temukan
dilapangan.
Diakui bahwa pentingnya peranan pemegang program dalam melakukan
pembinaan kepada bidan desa dalam hal pemanfaatan buku KIA kepada
masyarakat, mengingat buku KIA merupakan media yang mudah dan murah dan
telah di lakukan beberapa kali perubahan dalam percetakannya di mulai sejak di
keluarkan program penggunaan buku KIA yaitu menampilkan dengan warna dan
gambar yang menarik sehingga dengan mudah akan dapat difahami oleh
masyarakat.
Keterlibatan supervisor yaitu penanggung jawab KIA puskesmas dan dinas
kesehatan dalam membina bidan desa untuk memanfaatan buku KIA secara
optimal diharapkan akan mampu meningkatkan kemauan dan motivasi
masyarakat dalam pemanfaatan buku KIA, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku kesehatan masyarakat kearah
yang lebih baik.
Beberapa penelitian yang dilakukan terkait supervisi untuk meningkatkan
kualitas dan produktivitas kerja dari yang di supervisi adalah seperti penelitian
yang dilakukan oleh kepala ruangan di RSUD Liunkendage Tahuna kepada tenaga
perawat di RS tersebut bahwa hasil yang di temukan diketahui bahwa ada
hubungan antara supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dengan kepuasan
tenaga perawat yang di supervisi.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Sihotang pada perawat di
RSU Pirngadi Medan tentang produktivitas kerja perawat pelaksana yang
dilakukan oleh kepala ruangan, bahwa ada hubungan yang bermakna antara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat
yang berada di RSU Pirngadi Medan.
Melihat dari beberapa penelitian dan hasil temuan dilapangan bahwa
ternyata supervisi yang di lakukan oleh atasan diharapkan dapat meningkatkan
motivasi tenaga kesehatan dalam hal ini adalah bidan desa dalam melaksanakan
tugasnya, meskipun tidak dapat di pungkiri bahwa supervisi yang dilakukan tanpa
disertai dengan pembinaan yang sunggung-sungguh oleh pemegang program
kepada bidan desa maka hal tersebut hanya menjadi sebatas supervisi saja tanpa
memberi dampak yang berarti.
Hambatan dalam Implementasi Pemanfaatan Buku KIA
Pelaksananan pemanfaatan buku KIA yang sudah dilakukan di kabupaten
Bireuen sejak tahun 2010. Namun tentu pasti ada kendala dan hambatan yang di
temukan pada saat pelaksanaannya. Penyediaan buku KIA yang masih kurang,
lemahnya peran bidan koordinator KIA dalam melakukan monitoring dan evaluasi
pemanfaatan buku KIA, berupa kualitas dalam melakukan pembinaan kepada
bidan desa, dan juga seringnya pergantian koordinator- koordinator KIA baru
sehingga menambah persoalan dalam peningkatan kapasitas koordinator KIA.
Untuk mewujudkan terlaksananya sebuah program tentunya diperlukan
dukungan dari semua pihak dengan menempatkan mereka diposisinya masing-
masing sesuai dengan tugas dan fungsinya. Namun lebih lanjut didalam teori
implementasi dengan mengedepankan pada perspektif top-down perlu juga
memperhatikan hal-hal untuk menentukan keberhasilan suatu kebijakan, yaitu
perlunya komunikasi yang efektif dengan semua keputusan kebijakan
dikomunikasikan agar mereka tahu apa yang harus mereka kerjakan. Oleh sebab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
itu pihak Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen telah merencakanan kegiatan-
kegiatan kedepan untuk mengatasi persoalan dan kendala tersebut melalui
beberapa kegiatan seperti pernyataan informan di bawah ini.
Tabel 12
Matrik Informasi tentang Rencana Kegiatan untuk Mengatasi Persoalan
Pemanfaatan Buku KIA
Sub Tema Pernyataan
Hambatan dalam
pemanfaatan
buku KIA
Kami sudah melakukan berbagai upaya dalam peningkatan
pemanfaatan buku KIA, seperti telah dilakukan
peningkatan kapasitas petugas baik tenaga kesehatan
maupun kader dalam penggunaan buku KIA, sebagai
media informasi dan pencatatan kepada ibu dan bayi.
Namun kembali lagi ke motivasi tenaga kesehatan dalam
hal ini adalah koordinator KIA di dalam membina bidan
desa dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan (informan
T)
Bentuk kepedulian kami dalam pemanfaatan buku KIA
adalah kami sudah merencanakan kegiatan peningkatan
kapasitas bidan desa yanga di adakan pada anggaran
tahun 2020, sedangkan kegiatan pendampingan ibu
hamil yang dilakukan oleh kader sudah kami lakukan
pada tanggal 29 Maret 2019, dan pengawasan ASI
Eklusif kami lakukan pada tanggal 1 April 2019 kemarin
(informan T)
Lebih lanjut didalam teori implementasi yang dipopulerkan oleh Edwards
III dinyatakan bahwa strukutur birokrasi juga menjadi kendala meskipun semua
unsur dalam pelaksanaan kebijakan tersedia seperti sumber daya tersedia,
pelaksanana program tahu dan mau melakukan apa yang menjadi kebijakanan
tetapi karena kebijakan yang komplek menuntut perlunya kerjasama dengan
banyak orang, sehingga bila struktur birokrasi tidak kondusif maka akan
menghambat sumber-sumberdaya untuk menjadi efektif. Selanjutnya tema
keempat pada optimalisasi pemanfaatan buku KIA adalah faktor masyarakat yang
meliputi karakteristik masyarakat dan motivasi kebutuhan. Masyarakat adalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kumpulan orang-orang dalam satu wilayah yang melakukan aktifitas bersama-
sama. Persoalan masyarakat juga menjadi perhatian penting dalam keberhasilan
menjalankan suatu kebijakan karena mereka merupakan bagian dari kebijakan
untuk melihat keberhasilan tujuan kebijakan menurut pendapat Ripley dan
Franklin.
Karakteristik masyarakat. Karakteristik dari masyarakat juga menjadi
persoalan tersendiri, sepertistatus ekonomi, status pekerjaan, tingkat pendidikan,
sarana prasarana yang kurang memadai, budaya masyarakat, sifat kekeluargaan
dan kepercayaan, serta motivasi dan minat membaca dari masyarakat juga
menjadi kendala dalam upaya peningkatan pengetahuan kesehatan.
Salah satu hal yang mendasar bagi masyarakat terpencil adalah faktor
ekonomi dan tingkat pendidikan, sehingga memenuhi kebutuhan mereka sehari-
hari merupakan motivasi mereka untuk melakukan sesuatu, seperti adanya
program keluarga harapan(PKH) sebagai bagian yang terintegrasi antara lintas
sektor dalam peningkatan pemanfaatan buku KIA yang dapat meningkatkan
motivasi masyarakat dalam upaya untuk hidup sehat.
Permasalahan kebutuhan masyarakat yang di kaitkan antara program dana
PKH dan pelayanan kesehatan dengan bukti fisiknya adalah pencatatan atau
dokumentasi pelayanan dalam buku KIA yang di berikan oleh tenaga kesehatan
yang menjadikan syarat untuk di keluarkannya dana tersebut. Sehingga ini
menjadi persoalan tersendiri dari pihak tenaga kesehatan dalam memaksimalkan
pelayanan kesehatan melalui pencatatan buku KIA, di sebabkan pihak pemberi
dana PKH hanya melihat pencatatan dalam buku KIA untuk di keluarkannya dana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tersebut. Di pihak lain tenaga kesehatan tidak akan melakukan pencatatan bila
tidak ada pelayanan yang di berikan kepada masyarakat (ibu hamil, bayi dan
balita), namun masyarakat terkadang meminta kepada tenaga kesehatan untuk
memberikan pencatatan tersebut meskipun mereka tidak dilayani, seperti
pencatatan pemberian imunisasi pada bayi, dengan ketidak mauan untuk di
imunisasi pada bayi, namun mereka membutuhkan pencatatan tersebut untuk
mendapatkan dana PKH.
Keterkaitan faktor kebutuhan masyarakat dalam penelitian ini sejalan
dengan konsep model penggunaan pelayanan oleh Notoatmojo (2010) bahwa,
model sistem kesehatan berupa karakteristik kebutuhan merupakan salah satu
faktor dari individu dalam mencari pelayanan kesehatan. Selanjutnya bila di
kaitkan antara status social masyarakat dengan derajat kesehatan seseorang secara
tidak langsung berhubungan, hal ini menjadi persoalan tersendiri karena
pengaruhnya dengan daya beli masyarakat.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Puluhulawa pada kepala keluarga di
Kecamatan palu selatan bahwa terdapat kepala keluarga yang berpenghasilan
rendah akan lebih sering mengalami masalah kesehatan di bandingkan dengan
kepala keluarga yang berpendapatan tinggi, meskipun lanjut beliau bahwa tidak
menjamin semakin tinggi pendapatan kepala keluarga akan tidak mengalami
status kesehatan buruk.
Demikian juga bila dilihat dari manfaat buku KIA itu sendiri sebagai
media untuk pengintegrasian di antara berbagai sektor lain di luar sektor
kesehatan seperti mempermudah mendapatkan akte kelahiran, sebagai buku
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pegangan pendampingan program keluarga harapan (PKH), sebagai media
pemantauan tumbuh kembang anak-anak di PAUD, Bina Keluarga Balita dan
lain-lain. Oleh sebab itu untuk mencapai pemanfaatan buku KIA yang optimal,
tenaga kesehatan tidak dapat bekerja sendiri, melainkan merangkul pihak lain
yang terkait dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak
seperti, komponen masyarakat, tim penggerak PKK dan pihak-pihak lain yang
mempunyai kepentingan dalam kesehatan ibu dan anak.
Implikasi Penelitian
Implikasi kepada ibu hamil dan balita dan masyarakat. Peningkatan
pengetahuan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarkat kearah lebih baik
merupakan upaya dari pemerintah dalam mewujudkan masyarkat sehat. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan buku KIA sebagai media KIE
yang utama dan murah untuk meningkatkan pemahaman dan kesehatan ibu anak
dan memberikan pelayanan yang menyeluruh serta berkesinambungan mulai dari
ibu hamil, bersalin, nifas dan sampai anak berumur enam tahun.
Implikasi kepada tenaga kesehatan. Peran tenaga kesehatan sangat di
butuhkan yaitu sebagai upaya kepedulian untuk meningkatkan derajat kesehatan
manusia, melalui pelayanan yang sesuai standar. Memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan kompetensi yang di miliki untuk dapat mengatasi secara
dini bila ada penyulit ataupun penyimpangan yang terjadi pada kesehatan ibu dan
anak.
Implikasi kepada organisasi dan capaian program. Fungsi dari
organisasi adalah sebagai perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Masalah-masalah kesehatan dapat di atasi dengan adanya sebuat perencanaan
sehingga di formulasi sebuah kebijakan dan lahirlah sebuah program untuk
mendukung impelemtasi kegiatan. Baik buruknya suatu program sangat di dukung
dari faktor organisasi yang terlibat di dalamnya untuk tercapainya suatu program.
Selanjutnya pendapat dari Ayuningtyas (2014) terhadap implementasi atau
kebijakan suatu program harus melibatkan seluruh komponen yang menjadi actor
dalam pelaksanaan kegiatan seperti, komponen organisasi, prosedur dan teknik-
teknik untuk mewujudakan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya.
Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan desain fenomenologi, yaitu
untuk mengungkapkan kesamaan makna yang menjadi esensial dari sebuah
konsep atau fenomena, yang berupa pengalaman subjek dan kesadaran dari
perpekstif seseorang pada saat di lakukan observasi dan ini mutlak merupakan
perasaan dan pengalaman dari individual, oleh sebab itu metode ini tidak
dapat memberikan gambaran generalisasi terhadap fenomena di tempat
lainnya.
2. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam optimalisasi pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja
puskesmas terpencil yang tidak diteliti oleh peneliti seperti ekonomi, budaya
setempat, kepercayaan, peran keluarga, dukungan dari tokoh masyarakat,
dukungan lintas sektor terkait, sehingga berpengaruh terhadap hasil penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Ketika melakukan penelitian dalam hal mengekplor pendapat informan dari
ibu hamil dan balita karena keterbatasan SDM informan untuk memahami
pertanyaan-pertanyaan peneliti, sehingga jawaban-jawaban yang di utarakan
informan tidak sesuai dengan harapan peneliti, sehingga terkadang
menimbulkan pertanyaan-pertanyan yang berulang agar memperoleh jawaban
yang akurat.
4. Penguasaan ilmu dan pengetahuan peneliti tentang implementasi pemanfaatan
buku KIA masih kurang, serta masih kurangnya dalam mengekplor hal-hal
yang tidak terlihat dalam implementasi buku KIA, disamping keterbatasan
dana, sarana dan waktu yang dimiliki peneliti menyebabkan masih banyaknya
kekurangan dan kesempurnaan dalam penelitian ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulan beberapa hal sebagai berikut:
1. Implementasi pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja puskesmas terpencil
masih belum optimal yaitu buku KIA lebih dijadikan sebagai pencatatan oleh
bidan desatanpa memperhatikan manfaat lain dari penggunaan buku KIA
yaitu sebagai media KIE untuk ibu dan keluarga dan sebagai acuan standar
pelayanan kepada ibu dan bayi oleh tenaga kesehatan.
2. Ketersediaandan pendistribusian buku KIA masih belum tepat waktu yaitu
tersedian dan didistribusikan pada akhir tahun sehingga terjadi permasalahan
dalam pemanfaatan buku KIA dilapangan meskipun dapat diatasi dengan
menfotokopikan dulu buku KIA dan akan dibagikan sesuai standar setelah
buku tersedia, sehingga dipastikan terjadinya kehilangan data karena
membutuhkan waktu untuk mencatat ulang.
3. Kondisi tempat pelayanan yang belum memadai seperti tempat pelayanan
dilakukan di meunasah tanpa dilengkapi dengan tempat ataupun kain
pembatas untuk pemeriksaan antenatal kepada ibu hamil, sehingga
menghambat pada pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
4. Motivasi tenaga kesehatan masih kurang maksimal didalam mempersiapakan
kegiatan dalam pemanfaatan buku KIA baik itu di posyandu maupun kelas
ibu yaitu kurangnya promosi didalam menjadikan buku KIA sebagai media
KIE antara tenaga kesehatan dengan ibu dan keluarga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Kompetensi tenaga kesehatan didalam memanfaatkan buku KIA masih
kurang optimal seperti yang tertuang didalam juknis buku KIA yaitu tenaga
kesehatan memberikan pelayanan menggunakan panduan buku KIA dengan
mencatat, melakukan semua bagian sesuai dengan kebutuhan dan
menjelaskannya kepada ibu dan keluarga dengan mengecek ulang
pemahaman mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
6. Evaluasi program sudah dilakukan oleh semua pihak seperti dinas kesehatan,
puskesmas bahkan bidan desa, namun masih menjadi kendala didalam
melakukan evaluasi program yaitu belum terintegrasinya program KIA
dengan program lain yang mendukung dalam peningkatan kualitas pelayanan
seperti program GIZI maupun Imunisasi.
7. Pengawasan dari kepala puskemas terhadap program pemanfaatan buku KIA
masih belum maksimal yaitu tidak dapat mengetahui secara pasti
permasalahan yang sedang dihadapi dilapangan perihal pemanfaatan buku
KIA baik itu ketersediaan dan pendistribusian buku KIA diwilayah kerjanya
dengan semata-mata tidak adanya laporan dari pemegang program.
8. Lemahnya pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemegang
program KIA sehingga mengakibatkan kurang optimal pelayanan yang
diberikan oleh bidan desa didalam pemanfaatan buku KIA terbukti dengan
temuan dari hasil parade buku KIA oleh pihak Dinas Kesehatan Bireuen
beberapa waktu yang lalu bahwa terdapat ketidak sesuaian pencatatan buku
KIA dengan laporan yang tertera didalam kohor ibu hamil.
9. Karakteristik masyarakat juga memberikan dampak terhadap pemanfaatan
buku KIA, seperti minat membaca yang kurang dan faktor kebutuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ekonomi menjadi alasan mereka dalam penggunaan buku KIA yaitu adanya
program PKH untuk masyarakat miskin tanpa melihat apakah cukup efektif
penggunaan dana tersebut bila mengintegrasikan laporan pencatatan
kesehatan bagi ibu dan anak sebagai dasar pengeluaran dana PKH dengan
dilema yang dihadapi dilapangan oleh tenaga kesehatan yang mengharuskan
kelengkapan pencatatan imunisasi dasar pada bayi sedangkan masalah
imunisasi ini masih menjadi kendala terkait dengan isu-isu imunisasi di
masyarakat.
Saran
1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen melalui puskesmas
untuk melakukan monitoring dan evaluasi kepada bidan desa didalam
memanfaatkan buku KIA sebagai media KIE antara tenaga kesehatan dan
masyarakat.
2. Disarankan kepada Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen untuk dapat
melakukan koordinasi dengan kementerian kesehatan RI didalam penyediaan
dan pendistribusian buku KIA untuk dapat diadakan diawal tahun mengingat
kebutuhan buku KIA merupakan kunci utama dalam program pelaksanaan
buku KIA, sehingga bisa menjadi langkah bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Bireuen untuk merencanakan usulan anggaran penyediaan buku KIA
kedalam APBD Kabupaten Bireuen bila memang terjadi permasalahan dalam
hal persediaan dan pendistribusian oleh pihak kementerian kesehatan RI.
3. Disarankan kepada Dinas Kesehatan melalui kepala Puskesmas dan
Pengelola Program KIA untuk dapat mengatasi permasalahan pada kondisi
tempat pelayanan melalui pengusulan alat dan bahan kepada kepala desa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan menggunakan dana desa melalui rapat musyawarah desa di tingkat
kabupaten maupun tingkat kecamatan.
4. Disarankan untuk melakukan pembinaan kepada bidan desaoleh pihak
puskesmas yaitu pengelola program KIA melalui rapat rutin dengan bidan
desa untuk memberikan motivasi kerja kepada mereka dengan memberikan
apresiasi ataupun peringatan yang menyangkut kemajuan kinerja mereka.
5. Disarankan kepada koordinator KIA untuk terus menerus mengawasi dan
membina bidan desa didalam melakukan pelayanan melalui refres kembali
kompetensi yang harus dimiliki oleh bidan desa dalam melakukan pelayanan
antenatal care maupun SDIDTK, melalui pertemuan rutin di puskesmas dan
mengatur jadwal dan materi apa yang akan dibahas perpertemuan.
6. Disarankan kepada kepala puskesmas untuk dapat melakukan integrasi dalam
evaluasi setiap program di puskesmas seperti integrasi laporan program KIA
dengan program gizi dan juga program Imunisasi, mengingat kesemuanya ini
mempunyai keterkaitan satu sama lain untuk keberhasilan program maupun
kegiatan.
7. Melakukan monitoring dan evaluasi oleh pihak dinas kesehatan kabupaten
maupun puskesmas didalam pencapaian pelaksanaan suatu kebijakan
melakukan pertemuan lokakarya di tempat masing-masing pertriwulan untuk
melihat kemungkinan adanya permasalahan yang terjadi, sebagai bentuk
tanggung jawab dari seorang pimpinan.
8. Melakukan pengawasan dan pembinaan oleh pengelola program KIA/GIZI
kabupaten dan pengelola program KIA/GIZI kecamatan kepada bidan desa
melalui melihat langsung dalam pelayanan yang diberikan oleh bidan desa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terkait pemanfaatan buku KIA dan hal lainnya yang menjadi tupoksi kerja
bidan desa.
9. Melakukan koordinasi lintas sektor terkait oleh pihak dinas kesehatan dalam
mendukung pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak seperti dinas sosial,
dinas pendidikan, dinas pemberdayaan perempuan dan masyarakat, PKK dan
lain-lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Pustaka
Abdullah, I. (2011). Sosiologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Abdullah, I., & Safarina. (2011). Sosiologi pendidikan individu, masyarakat, dan
pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ahmadi, R. (2016). Metodelogi penelitian kualitatif. Yogyakarta: AR Ruzz
Media.
Ayuningtyas, D. (2014). Kebijakan kesehatan prinsip dan praktek. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Ayuningtyas, D. (2018). Analisis kebijakan kesehatan prinsip dan aplikasi.
Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Bangun, W. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). (2009). Pedoman umum manajemen
penerbitan Buku KIA. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/MASTER%20
BUKU%20KIA%20REVISI%20TH%202016%20(18%20MAR%2016).pdf
Depkes, RI. (2016a). Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/MASTER%20BU
KU%20KIA%20REVISI%20TH%202016%20(18%20MAR%2016).pdf
Depkes, RI. (2016b). Profil Kesehatan Indonesia. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2016.pdf
Dinas Kesehatan (Dinkes). (2016). Profil Dinkes Provinsi Aceh 2016. Diakses
dari http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_
PROVINSI_2016/01_Aceh_2016.pdf
Dinas Kesehatan. (2017a). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen 2017.
Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/
Profil_Kab_Kota_2015/1110_Aceh_Kab_Bireuen_2018.pdf
Dinkes Provinsi Aceh. (2017b). Profil Dinkes Provinsi Aceh. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN
SI_2016/01_Aceh_2018.pdf
Dinkes Bireuen. (2018). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen. Diakses dari
file:///C:/Users/JAGAT/Downloads/Documents/1110_Aceh_Kab_Bireuen_2
019.pdf
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Elly, N., Kristiani, & Werdati, S. (2013). Pemanfaatan Buku KIA sebagai materi
penyuluhan dalam pelayanan antenatal oleh bidan puskesmas di kota
bengkulu. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 6(3), 155-162.
Farida, N. (2016). Determinan pemanfaatan buku kesehatan ibu dan anak (KIA)
oleh ibu hamil di puskesmas wanakerta kabupaten karawang tahun 2015.
The Southeast Asian Jurnal of Midwifery, 2(1), 33-41.
Fahlevi, I. M. (2017). Pengaruh kompetensi petugas terhadap kinerja pelayanan
kesehatan di Puskesmas Peureumue Kabupaten Aceh Barat. Proseding
Seminar Nasional 1Kakesmada, p 259-265, ISSN 978-979-3812-41-0.
Gustikawati, N., Wulandari, L.P, & Dyah, P. D. (2014). Faktor penghambat dan
pendukung penggunaan alat kontrasepsi implant di wilayah Puskesmas I
Denpasar Utara. Jurnal Public Health and Preventive Medicine Archive,
2(2), 181-188.
Hasbullah. (2013). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hanifah, A. N. (2013). Hubungan kepemilikan buku KIA dengan pengetahuan
dan sikap ibu hamil tentang perawatan kehamilan di Puskesmas
Fatukanutu Kabupaten Kupang tahun 2013. Jurnal Midwifery Medical,
1(1), 50-63.
Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, observasi, dan focus groups sebagai
instrumen penggalian data kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ivancevich, J.M., Konopaske, R., & Matteson, M.T. (2006). Perilaku dan
manajemen organisasi (Jilid 2, hasil terjemahan dalam bahasa Indonesia).
Jakarta: Erlangga.
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI). (2015). SK Menteri Kesehatan
tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Diakses dari
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/KEPMEN%20284%20buku%2
0kia%202015.pdf
Kemenkes RI. (2015). Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan
Anak. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/JUKNIS%20BUKU%20KIA%202015_FINAL.pdf
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
Zul, F, & Senja, R.A. (2008). Kamus lengkap bahasa indonesia (Cetakan Ketiga).
Surabaya : Aneka Ilmu Difa Publisher.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Manuaba I.B.G., Manuaba I.A.C., & Manuaba I.B.G.F. (2008). Gawat darurat
obsetetri ginekologi &obtetri ginekologisocial untuk profesi bidan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Moleong, L.J. (2005). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, M. (2012). Pengaruh motivasi dan kompetensi tenaga kesehatan
terhadap kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat. Jurnal Mimbar, XXVIII(1),
93-102.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu prilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H., Milanti, I., & Fransiska, N. (2017). Hubungan pengetahuan ibu
hamil tentang isi buku KIA dengan kepatuhan kunjungan ANC di
kelurahan timbau wilayah kerja Puskesmas Rapak Mahang tahun 2017.
Jurnal Kebidanan Mutiara Mahakam, 5(2), 47-54.
Oktaviana., & Mugeni. (2015). Hubungan pengetahuan, sikap, kepatuhan ibu
hamil dan ibu balita dalam penggunaan buku KIA di Puskesmas Geger
dan kidung Kabupaten Bangkalan Jawa Timur. Jurnal Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 18(2), 141-150.
Puspaningtyas, M, Meikawati, R.P, & Masyunah, Y. (2017). Analisis kinerja
dalam pemanfaatan buku KIA oleh bidan di Puskesmas Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Kajen, 1(1), 15-24.
Puluhulawa, I. (2013). Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap status kesehatan
masyarakat di Kecamatan Palu Selatan. Jurnal Katalogis, 1(3), 15-25
Rahayu, Y.P., Mahpolah, & Panjaitan, F.M. (2015). Hubungan pengetahuan dan
sikap ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan terhadap pemanfaatan
buku KIA di UPT Puskesmas Martapura. Jurnal Dinamika Kesehatan,
6(1), 146-152.
Rivai, V., & Mulyadi, D. (2012). Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2008). Perilaku organisasi, organizational
behavior (Buku Edisi 12). Jakarta: Salemba Empat.
Robbins, S.P., & Judge, T.A.(2011). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2015). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Riani, A. L. (2011). Budaya organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Swayne, L.E., Duncan, W.J., & Ginter, P.M. (2006). Strategic manajemen of
health care organization. Hongkong: Blackwell Publishing.
Sari, A., Ratag, G.A.E., & Kandau, G.D. (2013). Tantangan dan hambatan
program pengembangan kesehatan olahraga untuk lansia di Puskesmas
Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 1(3), 113-119.
Sutrisno, E. (2011). Budaya organisasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Suyono & Budiman. (2010). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung:
Alfabeta.
Sistiarani, C., Gamelia, E., & Hariyadi, B. (2014). Analisis kualitas
pengembangan buku kesehatan ibu dan anak. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 10(1), 14-20.
Sihotang, H., Santosa, H., & Salbiah. (2016). Hubungan fungsi supervisi kepala
runagan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit
Umum Pirngadi Medan. Jurnal Idea Nursing Jurnal, VII(1), 13-19.
Tampilang, R. M., Tuda, J.S.B., & Waraow, H. (2013). Hubungan supervisi
kepala ruangan dengan kepuasan perawatn pelaksana di RSUD
Lingkendage Tahun. Jurnal e-Ners, 1(1), 21-29.
Wibowo. (2010). Budaya organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wibowo. (2013). Perilaku dalam organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Widodo, Y., Amanah, S., Panjaitan, N.K., & Susanto, J. (2017). Pengaruh faktor
sosial ekonomi dan budaya terhadap perilaku persalinan di perdesaan
daerah angka kematian ibu rendah dan tinggi. Jurnal kesehatan
Reproduksi, 8(1), 77-88.
Winarno, B. (2008). Kebijakan publik teori dan proses. Jakarta. PT Buku Kita.
Wulandari, A., Wigati. P.A., & Sriatmi, A. (2015). Analisis pelayanan antenatal
dan faktor-faktor yang berkaitan dengan cakupan pelayanan antenatal oleh
bidan desa di Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 14-
23.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuliana
NIM : 177032024
Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan
melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)
Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap
pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan
informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk
penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh
anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu
penulisan Tesis yang berjudul:
IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018
Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
BIDAN DESA
I. Identitas responden
No respondes :
Umur :
Pendidikan :
Lama bekerja :
Desa :
Puskesmas :
II. Pertanyaan wawancara
1. Pra pelayanan
a. Selama ini dalam pelaksanaan penggunaan buku KIA, bagaimana tentang
petunjuk teknis dalam penggunaan buku KIA, sudah jelas?
Jawab:
b. Bagaimana tentang logistik/distribusi dalam kegiatan penggunaan buku
KIA?
Jawab:
c. Pada pelaksanaan penggunaan buku KIA, apa saja persiapan sebelum
pelaksanaannya (penentuanan sasaran, kebutuhan buku KIA, persiapan
pelaksanaan posyandu, kelas ibu hamil/kelas ibu balita) dan apa saja
hambatannya?
Jawab:
d. Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan minat kunjungan pelayanan
posyandu/kelas ibu hamil?
Jawab:
2. Pelayanan
a. Bagaimana pelayanan dalam penggunaan buku KIA untuk ibu
hamil/bayi/balita, apa saja yang dilakukan selama ini?
Jawab:
b. Bagaimana pelayanan dilakukan bila tidak sesuai dengan petunjuk teknis
dalam pelayanan penggunaan buku KIA (ibu hamil/ibu balita lupa
membawa buku KIA), bagaimana proses pencatatannya?
Jawab:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Paska Pelayanan
a. Apasaja yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan?
Jawab:
4. Dukungan Pimpinan
a. Bagaimana peran koorKIA dan dukungan kepala puskesmas dalam
pelaksanaan pelayanan buku KIA?
Jawab:
5. Supervisi
a. Bagaimana supervisi yang dilakukan oleh penanggung jawab program
KIA dalam kegiatan pelaksanaan buku KIA?
Jawab?
6. Sarana dan prasarana
a. Bagaimana tentang ssarana dan prasarana untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan pemanfaatan buku KIA dan apa yang menjadi
hambatannya?
Jawab:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuliana
NIM : 177032024
Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan
melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)
Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap
pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan
informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk
penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh
anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu
penulisan Tesis yang berjudul:
IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018
Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
IBU HAMIL/IBU BALITA
III. Identitas responden
No respondes :
Umur Ibu :
Pendidikan Ibu : 1 ( ) SD 4 ( ) DIII
2 ( ) SMP 5 ( ) S1
3 ( ) SMP 6 ( ) S2
Jumlah anak :
Pekerjaan ibu :
Pekerjaan Suami :
IV. Pertanyaan wawancara
7. Kepemilikan dan pengetahuan ibu hamil/ibu bayi/ibu balita tentang kesehatan
KIA.
a. Apakah ibu memiliki buku KIA?
Jawab:
b. Bagaimana ibu mendapatkan buku KIA?
Jawab:
c. Apakah ibu mengerti isi buku KIA?
Jawab:
d. Bagaimana pengalaman tentang penggunaan buku KIA?
Jawab:
e. Adakah ada bagian dari isi buku KIA yang ibu pedomani untuk ibu
lakukan?
Jawab:
f. Mengapa ibu melakukannya?
Jawab:
8. Pra pelayanan
a. Apakah ibu tercatat dalam registrasi ibu hamil/bayi/balita di desa?
Jawab:
b. Bagaimana cara memperoleh informasi kesehatan KIA
Jawab:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9. Pelayanan
a. Bagaimana pelayanan yang di berikan dalam pelayanan KIA (ibu
hamil/bayi/balita)
Jawab:
b. Apasaja pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap
pelayanan ibu hamil/bayi/balita
10. Paska Pelayanan
a. Selama mengunjungi pelayanan kesehatan, apa saja yang di berikan
informasi oleh tenaga kesehatan?
Jawab:
11. Dukungan Organisasi
a. Kapan terakhir koordinator KIA/kepala Puskesmas hadir dalam
pelaksanaan kegiatan posyandu/kelas ibu hamil.
Jawab:
b. Apa saja yang dilakukan pada saat kunjungan dari pihak puskesmas?
Jawab:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuliana
NIM : 177032024
Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan
melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)
Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap
pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan
informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk
penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh
anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu
penulisan Tesis yang berjudul:
IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018
Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
KADER
V. Identitas responden
No respondes :
Umur :
Pendidikan : 1 ( ) SD 4 ( ) DIII
2 ( ) SMP 5 ( ) S1
3 ( ) SMP 6 ( ) S2
Pekerjaan :
Desa :
Puskesmas :
VI. Pertanyaan wawancara
12. Pra pelayanan
c. Apakah ibu hamil/bayi/balita semua tercatat dalam registrasi ibu
hamil/bayi/balita di desa?
Jawab:
d. Bagaimana cara memperoleh data tersebut?
Jawab:
e. Bagaiman perannya dalam pelaksanaan buku KIA dana pa saja yang
menjadi tugasnya?
Jawab:
13. Pelayanan
c. Bagaimana pelayanan yang di berikan dalam pelayanan KIA (ibu
hamil/bayi/balita)
Jawab:
d. Apasaja pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap
pelayanan ibu hamil/bayi/balita
14. Paska Pelayanan
b. Apa saja yang dilakukan setelah pelayanan posyandu/kelas ibu selesai
dilaksanakan?
Jawab:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15. Dukungan Organisasi
c. Kapan terakhir koordinator KIA/kepala Puskesmas hadir dalam
pelaksanaan kegiatan posyandu/kelas ibu hamil.
Jawab:
d. Apa saja yang dilakukan pada saat kunjungan dari pihak puskesmas?
Jawab:
16. Sarana prasaana
a. Bagaiman tentang persedian alat dalam pelayanan kegiatan dalam
pemanfaatan buku KIA dana pa saja yang menjadi hambatannya?
Jawab:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuliana
NIM : 177032024
Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan
melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)
Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap
pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan
informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk
penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh
anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu
penulisan Tesis yang berjudul:
IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018
Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
KEPALA PUSKESMAS
VII. Identitas responden
No respondes :
Umur :
Jenis Kelamin : 1 ( ) Laki-laki 2. ( ) Perempuan
Pendidikan :1 ( ) SKM 2 ( ) Dokter
2 ( ) S2
Lama Jabatan (kapus) :
Puskesmas :
VIII. Pertanyaan wawancara
17. Pra Pelayanan
a. Selama ini dalam pelaksanaan penggunaan buku KIA, bagaimana
tentang petunjuk teknis dalam penggunaan buku KIA, sudah jelas?
Jawab:
b. Bagaimana tentang logistik/distribusi dalam kegiatan penggunaan
buku KIA?
Jawab:
c. Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan minat kunjungan
pelayanan posyandu/kelas ibu hamil?
Jawab:
18. Pelayanan
c. Bagaimana pelayanan dalam penggunaan buku KIA untuk ibu
hamil/bayi/balita, apa saja yang dilakukan selama ini?
Jawab:
d. Bagaimana pelayanan dilakukan bila tidak sesuai dengan petunjuk
teknis dalam pelayanan penggunaan buku KIA (ibu hamil/ibu balita
lupa membawa buku KIA), bagaimana proses pencatatannya?
Jawab:
19. Paska Pelayanan
b. Apasaja yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah pelaksanaan
kegiatan?
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab:
20. Dukungan Pimpinan
b. Bagaimana peran koorKIA pada pelaksanaan kegiatan pelayanan buku
KIA?
Jawab:
c. Kapan terakhir melakukan kunjungan supervisi pada pelaksanaan
kegiatan
Jawab:
21. Supervisi
b. Bagaimana supervise yang dilakukan oleh penanggung jawab program
KIA dalam kegiatan pelaksanaan buku KIA, dan apa hambatannya?
Jawab?
22. Sarana dan prasarana
b. Bagaimana tentang ssarana dan prasarana untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan pemanfaatan buku KIA dan apa yang menjadi
hambatannya?
Jawab:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuliana
NIM : 177032024
Adalah mahasiswa program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tingkat akhir yang akan
melakukan Penelitian dalam rangka menyelesaikan Tesis sevagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)
Oleh sebab itu, saya memohon kesediaan saudara untuk dapat
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap
pertayaan yang telah di persiapkan peneliti.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugaian bagi saudara dan kerahasiaan
informasi yang saudara berikan akan dijaga yang hanya digunakan untuk
penelitian. Saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh
anda dalam proses pelaksanaan wawancara ini yang berguna untuk membantu
penulisan Tesis yang berjudul:
IMPLEMENTASI PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERPENCIL KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2018
Tempat penelitian : wilayah kerja Puskesmas terpencil di Kabupaten Bireuen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEDOMAN WAWANCARA (GUIDELINE INTERVIEW)
KOOR KIA
IX. Identitas responden
No respondes :
Umur :
Pendidikan :
Lama bekerja :
Puskesmas :
X. Pertanyaan wawancara
23. Pra Pelayanan
d. Selama ini dalam pelaksanaan penggunaan buku KIA, bagaimana
tentang petunjuk teknis dalam penggunaan buku KIA, sudah jelas?
Jawab:
e. Bagaimana tentang logistik/distribusi dalam kegiatan penggunaan
buku KIA?
Jawab:
f. Apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan minat kunjungan
pelayanan posyandu/kelas ibu hamil?
Jawab:
24. Pelayanan
e. Bagaimana pelayanan dalam penggunaan buku KIA untuk ibu
hamil/bayi/balita, apa saja yang dilakukan selama ini?
Jawab:
f. Bagaimana pelayanan dilakukan bila tidak sesuai dengan petunjuk
teknis dalam pelayanan penggunaan buku KIA (ibu hamil/ibu balita
lupa membawa buku KIA), bagaimana proses pencatatannya?
Jawab:
25. Paska Pelayanan
c. Apasaja yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah pelaksanaan
kegiatan?
Jawab:
26. Dukungan Pimpinan
d. Bagaimana peran kepala Puskesmas pada pelaksanaan kegiatan
pelayanan buku KIA?
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jawab:
e. Kapan terakhir melakukan kunjungan supervisi pada pelaksanaan
kegiatan
Jawab:
27. Supervisi
c. Bagaimana supervise yang dilakukan dalam kegiatan pelaksanaan buku
KIA, dan apa hambatannya?
Jawab?
28. Sarana dan prasarana
a. Bagaimana tentang ssarana dan prasarana untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan pemanfaatan buku KIA dan apa yang menjadi
hambatannya?
Jawab:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. Transkrip Wawancara
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 09.00 Wib
Hari/Tanggal : Kamis/ 18April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : Santi Armiati
UMUR :34 tahun
PEKERJAAN :PJ GIZI Kabupaten
HP : 085260100874
Pertanyaan Fakta di
Lapangan
Jawaban
Sarana prasarana
Pra Pelayanan
Peran kader dan bidan desa
di posyandu
Pemanfaatan buku KIA dilapangan sebagai
pedoman, sudah dilakukan namun selama ini
buku KIA hanya sebagai catat timbang,
Untuk alat-alat yang mendukung pelaksananan
kegiatan seperti timbangan, mikrotoa itu wajib
di sediakan oleh swadaya masyarakat (dana
desa), termasuk uang insentif kader.
Kader sebagai pelaksana kegiatan salah
satunya di meja 4 yaitu penyuluhan.
Peran bidan juga sangat penting, karena
bidanlah yang berkuasa mengatur dari (-) H,
sampai (+) H, (-) H itu halo, halo, PMT kah
atau mengajak kumpulkah, atau apa itu peran
bidan dalam mengajak kader.
hari H posyandu, dari balita nya datang,
berjalannya system 5 meja sampai ke
pelayanan kesehatannya itu tugas bidan yang
pantau,
Program yang turun kelapangan hanya
memantau kegiatan tersebut tidak membina
kembali karena itu sudah lewat pada saat
melakukan pembinaan. Apabila terjadi
kesenjangan silahkan konsul ke puskesmas
tolong bina kami, seperti permintaan untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pelayanan KIA
Paska pelayanan
Hambatan dalam
pelaksanaan
membina.
(+) H pencatatan pelaporan
Peran kordes, untuk membina bidan desa
Pelayanan sudah berjalan, dengan peran kader
di semua meja, kecuali di meja 5 yaitu
pelayanan yang dilakukan bidan desa
Motivasi kader kuat dalam menjalankan
kegiatan posyandu didukung oleh adanya
pemberian SK sebagai kader dari Desa.
Indikator dalam akreditasi pelayanan adalah
apa yang dikerjakan di catat, dicatat apa yang
dikerjakan.
Penguatan dalam pemberian pelayanan oleh
kader dilapangan di kuatkan dengan
pemakaian seragam bagi kader, karena dia
akan percaya diri dalam memberikan
pelayanan, bahwa saya hari ini berposisi
sebagai kader.
Pencatatan dan pelaporan yang dlaporakan ke
kecamatan dan langsung di kirim ke
kementerian kesehatan melalui EPPGBM
(Elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis
masyarakat).
Percaya diri kader dalam memberikan
pelayanan, tidak menganggap bahwa
pelayanan yang diberikan karena tidak adanya
rasa memiliki dari kegiatan tersebut.
Rasa bosan karena itu-itu saja yang selalu
dikerjakan
Seperti ibu balita untuk apa saya datang hanya
timbang-timbang
Motivasi bidan desa yang kurang, karena
beranggapan saya hanya menolong persalianan
saja, untuk pelayanan lainnya fifty-fifty
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dukungan pimpinan,
supervisi. Sarana prasarana
Komunikasi yang kurang efektif dari
penyampaian pesan (bidan desa) maupun yang
menerima pesan (kader) untuk melaksanakan
tupoksi kerja mereka. Sehingga infomasi tdak
tepat sasaran.
Kehadiran kepala dalam pelaksanaan kegiatan
akan menambah motivasi bagi pelaksana
kegiatan baik bides maupun kader, karena
mereka di perhatikan dan akan memberikan
pelayanan yang terbaik.
Namun ibarat anak yang banyak dengan ibu
yang satu, maka tidak akan dapat memberikan
perhatian penuh kepada semua anak2,
sehingga di perlukan pihak pengelola program
sebagai perpanjangan tangan dari dinas.
Menyadari bahwa kesalahan terletak pada
semua bagian dari dinas kesehatan, pengelola
program puskesmas, bidan desa, sampai ke
kader.
Salah satu permasalahan tersebut karena
jumlah pengelola program di puskesmas
kurang, di tambah dengan motivasi bidan desa
yang kurang dalam pelaksanaan kegiatan.
Sebaik ada inovasi inovasi baru dan di
motivasi, yang menitik beratkan kepada
pemegang program kecamatan serta bidan desa
dalam memberikan hal tersebut.
Komunikasi yang baik dari kader dan bidan
desa kepada ibu hamil dan balita.
Pemanfaatan buku KIA, akan baik bila
dilakukan langsung tatap muka dalam memberi
penyuluhan, dengan tidak hanya menyuruh ibu
hamil untuk membaca buku, karena pasti
mereka tidak akan mau membaca.
Supervisi dari pihak puskesams dalam
pemanfaatan buku KIA hasrus dilakukan
karena mereka merasa dipedulikan sehingga
akan melakukan hal yang baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 10.00 Wib
Hari/Tanggal : Jum‟at/ 12 April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : RAHMI, Amd.Keb
UMUR :30 Th
PEKERJAAN : BIDAN DESA (DESA BALEE PANAH)
PUSKESMAS : JULI 1
HP : 0852 6002 6909
Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Pra Pelayanan
Bagaimana tentang petunjuk teknis
dalam penggunaan buku KIA, apakah
sudah jelas
Logistik buku KIA
Persiapan kegiatan kelas
ibu/posyandu dalam pelaksanaan
penggunaan buku KIA
Tidak tersedia alat yang mendukung
Informan tidak tahu tentang juknis
dalam penggunaan buku KIA, tentang
apa saja yang menjadi ketentuan dalam
penggunaan buku KIA, dengan ekpresi
wajah bingung dan tertawa malu.
Persediaan buku KIA tidak menjadi
masalah, dengan permintaan buku KIA
sejumlah sasaran ibu hamil per tahun di
desa, namun bila buku KIA sudah habis
dan ibu hamil masih ada, maka buku KIA
di anjurkan untuk di fotokopi
Persiapan yang dilakukan hanya
mengumpulkan ibu hamil saja melalui
pengumuman dari meunasah bahwa hari
ini ada dilakukan pelaksanaan kegiatan
posyandu.
Tidak ada persiapan lainnya seperti
penyediaan alat bantu untuk mendukung
kegiatan. Karena metode yang dilakukan
hanya berupa ceramah.
Seperti kegiatan pada saat dilakukan
pengamatan (penyuluhan tentang
persiapan menghadapi persalianan) ada
materi tentang IMD (Inisiasi menyusui
Dini), Cara memberi Asi yang Benar,
Rencana KB paska salin, tidak ada alat
yang mendukung dalam memberi
pengetahuan kepada ibu hamil (buku
KIA, Pantom Payu dara, Alat KB)
Tidak faham bahwa alat tersebut sangat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kegiatan
Kegiatan untuk meningkatkan minat
ibu hamil/ibu balita ke pelayanan
(Posyandu, kelas Ibu)
Pelayanan
Apasaja kegiatan yang dilakukan
untuk ibu hamil/bayi dan balita
Bila buku KIA tidak di bawa oleh ibu
hamil/ibu bayi/ibu balita
Pada saat kegiatan tidak ada ibu
hamil yang membawa buku KIA
Paska pelayanan
Apasaja yang dilakukan setelah
pelaksanaan kegiatan
Dukungan Pimpinan
butuh untuk kegiatan yang telah
terlaksana cukup lama, dengan alasan
bahwa alat tersebut tidak di sarankan
oleh pihak puskesmas untuk disediakan.
Minat kunjungan ibu hamil dan ibu balita
dilakukan melalui pemberian PMT
Pelayanan untuk ibu hamil dilakukan
pemeriksaan seperti pengukuran tekanan
darah, pengukuran lingkar lengan,
timbang berat badan, pengukuran tinggi
fundus uteri.
Untuk pelayanan balita dilakukan
pemeriksaan lingkar kepala, pengukuran
tinggi badan dan timbang berat badan
Pencatatan hasil pemeriksaan hari
pelayanan akan di catat di buku bidan
desa, yang selanjutnya akan di catatat ke
dalam buku KIA pada saat kunjungan
selanjutnya.namun ”ada juga yang lupa
untuk di catat”. Merasa bersalah namun
sambal tersenyum
Tidak ada buku KIA karena, buku KIA
ada sama kader disebabkan waktu
kemaren di ambil semua buku KIA dari
ibu hamil untuk melakukan kroscek
kelengkapan pencatatan yang ada di buku
KIA, karena ada pemeriksaan dari Dinas
kesehatan disebabkan ada kematian ibu
di wilayah Kabupaten Bireuen dan pihak
dinas kesehatan menduga bahwa ada
kaitannya dengan kelengkapan informasi
pencatatan kesehatan ibu hamil di buku
KIA
Bidan desa juga langsung pulang dengan
jawaban yang begitu polos, dan bingung
dengan menyatakan “pulang juga”
Sudah baik, dan peduli dengan cara bila
setiap kegiatan mau mendukung melalui
ikut serta hadir dalam kegiatan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peran koor KIA/Kapus dalam
kegiatan
Supervisi
Hambatan dalam pemanfaatan buku
KIA
Apa Guna buku KIA bagi bidan desa
Dokumentasi tentang pelayanan
kegiatan buku KIA di kelas ibu
sesekali memberikan informasi kesehatan
kepada masyarakat
Pihak dari puskesmas seperti koordinator
KIA, penanggung jawab Gizi, Imunisasi
sudah baik namun merasa masih
kewalahan di bagian Imunisasi, di
sebabkan informasi seputaran vaksin, dan
pihak aparatur desa seperti kepala desa
juga tidak mampu memberi keyakinan
bagi warganya dalam hal klarifikasi
seputaran isu vaksin yang sebenarnya.
Bidan desa menyatakan jujur belum
maksimal dalam pemanfaatan buku KIA
di wilayah kerja dia, dengan
“memberikan informasi hanya sekilas
saja” namun dia ada menyarankan pada
ibu hamil untuk membaca buku KIA.
Dan juga menyatakan bahwa “kemauan
dari masyarakat untuk membaca buku
KIA kurang” karena hanya perlu untuk
keperluan ”PKH SAJA”.
Pelayanan dalam penggunaan buku KIA
yang dilakukan selama ini tidak tidak
maksimal, di karenakan dilakukan di
posyandu dan kelas ibu hamil, yang di
hadiri oleh banyak ibu hamil dan ibu
balita sehingga tidak bisa memberikan
informasi dan edukasi secara benar
kepada mereka dan menyadari bahwa
bahwa sebaiknya dilakukan dengan
tatap muka langsung hadap hadapan
dengan ibu hamil
Namun juga masih kurang dilakukan
pemanfaatan buku KIA oleh bidan
desa pada pertemuan lainnya di luar
kegiatan posyandu/kelas ibu seperti pada
saat ibu periksa antenatal di poskesdes,
Untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dia tentang buku KIA.
Ibu hamil tdak ada membawa buku KIA
disebabkan buku KIA berada sama kader,
dengan jumlah kunjungan ibu hamil yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hadir pada kegiatan tersebut adalah 2 ibu
hamil dari jumlah 6 orang ibu hamil di
wilayah kerja desa tersebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 11.30 Wib
Hari/Tanggal : Senin/ 22April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : ERLINA, Amd.Keb
UMUR :29 Th
PEKERJAAN : BIDAN DESA (DESA COT AWE BATE)
PUSKESMAS : PEUSANGAN SIBLAH KRUENG
HP : 0852 77740133
Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Pra Pelayanan
Logistik buku KIA
Bahan demontrasi
Persiapan kegiatan kelas
ibu/posyandu dalam pelaksanaan
penggunaan buku KIA
Kendala dilapangan dalam
pelaksanaan kegiatan
Stok buku KIA, sesuai dengan jumlah
ibu hamil.
Dan selalui pas, namun bila buku tidak
tersedai maka akan ditunda dulu
pemberian buku KIA kepada ibu hamil.
Tidak disediakan hanya menggunaan
media ceramah saja.
Hanya menyiapkan vaksin imunisasi.
Kunjungan poyandu dan kelas ibu telah
terjadwal dan di umumkan bila ada
perubahan jadwal.
Tidak semua sasaran yang hadir ke
pelayanan, walaupun demiakian
dilakukan kunjungan ke rumah ibu
hamil dan rumah bayi bagi yang tidak
hadir.
Jumlah kader mencukupi, dan
melakukan tugas dan fungsinya.
Namun di meja pemyuluhan kader yang
melakukan, di bantu oleh bidan desa
untuk bagian penyuluhan bagi ibu hamil.
Kader kurang memahami tentang
informasi kehamilan, sehingga kader
kurang percaya diri dalam memberikan
penyuluhan
Kader kurang maksimal dalam
pelaksanaan kegiatan, seperti pencatatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pelayanan
Apasaja kegiatan yang dilakukan
untuk ibu hamil/bayi dan balita
Paska pelayanan
Apasaja yang dilakukan setelah
pelaksanaan kegiatan
Dukungan Pimpinan
Peran koor KIA/Kapus dalam
kegiatan
Supervisi
pelaporan.
Kendalanya faktor bosan, untuk
menjelaskan karena hal itu-itu saja.
Insentif kader tidak masalah.
Di posyandu dan kelas ibu hanya
dilakukan pelayanan informasi
kesehatan saja.
Untuk pemeriksaan ibu hamil dilakukan
di polindes, dengan pemeriksaan sesuai
standar antenatal.
Membuat laporan, dan menentukan
materi apa yang disiapkan untuk bulan
depan.
Dukungan kapus baik dalam
pelaksanaan kegiatan, dengan sering
ikut hadir kepus kegiatan dan langsung
memberi penyuluhan kepada
masyarakat.
Dipantau pelaksanaan oleh pj, dengan
melihat kegiatan yg saya lakukan, dan di
tambah bila ada yang kurang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 09.03 Wib
Hari/Tanggal : Senin/ 15April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : Mukarramah
UMUR :29 tahun
ANAK KE : 2
PEKERJAAN :Ibu Balita
PUSKESMAS : Peusangan Selatan (desa Uteuen Raya)
HP : 085260429262
Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Kepemilikan dan pengetahuan
Pra Pelayanan
Tercatat dalam registrasi balita
Ibu memiliki Buku,
Namun tidak mengerti tentang perihal
tumbuh kembang bayi. Seperti tidak
mengetahui perkembangan pada bayi
berumur 8 bulan apa saja yang bayi
dapat lakukan seperti dapat menerima
respon panggilan bila di panggil.
Tenaga kesehatan tidak menjelaskan
tentang bagian tumbuh kembang pada
balita seperti yang tertera didalam buku
KIA
Balita tercatat di register balita di desa
Pelayanan yang diberikan pada
kesehatan balita adalah hanya
penimbangan, pengukuran tinggi badan
yang lainnya tidak ada, “hanya nyan
mantong yang dilakukan yang laen hana
sapu”
Pelayanan SDIDTK pada balita tidak
dilakukan, seperti pengecekan
perkembangan menurut umur, tes daya
lihat ,aupun tes daya dengar.
Pihak tenaga kesehatan tidak ada
bertanya kepada ibu balita apa saja yang
mungkin yang dia belum mengerti,
sehingga ibu balita juga merasa tidak
berani untuk bertanya tentang hal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Motivasi ke posyandu
Pengalaman dalam bulu KIA
Paska pelayanan
kesehatan yang mau dia Tanya.
Buku KIA tidak dijadikan media
edukasi dalam memberi pengetahuan
pada ibu balita tentang tumbuh
kembangnya.
Karena disuruh datang untuk timbang
berat badan, itu saja.
Buku KIA di bawa saja pada saat
pelayanan, pulang di bawa pulang dan di
bawa kembali pada saat mau bekunjung
pada posynadu selanjutnya.
Edukasi dan informasi pada saat hamil
saja pihak tenaga kesehatan memberikan
penjelasan mengenai hal yang seputaran
kehamilan, setelah melahirkan tidak ada
lagi penjelasan mengenai tumbuh
kembang bayi, terkecuali pada
pengukuran berat badan, apakan naik
atau tidak
Ibu balita merasa buku KIA sangat
penting, karena banyak gambar yang
menarik untuk dilihat. namun kurang
difahami lebih mendetil karena
kurangnya minat untuk membaca buku
KIA, hal tersebut karena tidak ada
pernyataan yang jelas dari tenaga
kesehatan untuk wajib membacanya.
Setalah pelayanan pemberian PMT dan
ibu balita langung pulang dan bulan
depan untuk hadir lagi ke posyandu.
Lampiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 10.00 Wib
Hari/Tanggal : Sabtu/ 13 April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : Nurul Husna
UMUR : 26 tahun
HAMIL KE : 2
PEKERJAAN : Ibu bayi
PUSKESMAS : Peusangan Siblah Krueng (desa Cot Awe Bate)
HP : 082362356218
Pertanyaan Fakta di
Lapangan
Jawaban
Kepemilikan dan
pengetahuan
Pengalaman dalam buku KIA
Pelayanan KIA (balita)
Ibu memiliki Buku KIAdari bidan desa.
Ibu merasa buku KIA bermanfaat, seperti
pada saat hamil mengalami perdarahan, dan
dari buku KIA lebih tau, karena bidan desa
suruh baca-baca, sehingga tahu bahwa hal
tersebut ada masalah dalam kehamilannya,
sehingga langsung bertanya ke bidan desa.
Bagian bayi yang dilihat adalah bagian
memandikan bayi, yang selama ini hanya tau
dari orang tau.
Hanya dilakukan penimbangan dan
pengukuran tinggi badan saja.
Di timbang berat badan, panjang badan,
imunisasi.
Lingkar kepaa bayi ada diukur, “tidak ada”,
tes motorik halus pada bayi “tidak dilakukan.
Disarankan oleh tenaga kesehatan untuk
membaca buku KIA, “beu sering baca-baca”.
Tidak dijelaskan perpoin menurut kebutuhan
yang diperlukan oleh bayi, “dijelaskan
perpoin hana, secara umum”
Peran kader setelah posyandu tidak
dimanfaatkan, Karena langsung ke bidan
desa, merasa lebih mudah untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Paska pelayanan
berkomunikasi dengan kader, tidak terfikir
untuk menanyakan ke kader.
Alasan ke bidan desa pun karena bila ada
kendala saja, selebihnya tidak juga
berkunjung ke bidan desa.
Kegiatan jam 10.00 sudah tutup, sehingga
balita yang terakhir datang tidak mendapatkan
informasi yang diberikan pada saat pelayanan
dilakukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 10.00 Wib
Hari/Tanggal : Rabu/ 10 April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : Tilawati
UMUR :34 tahun
HAMIL KE : 3
PEKERJAAN :Ibu Hamil
PUSKESMAS : Makmur
HP : 082364237173
Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Kepemilikan dan pengetahuan
Pra Pelayanan
Tercatat dalam registrasi ibu
hamil
Pelayanan KIA
Paska pelayanan
Ibu memiliki Buku KIAdari bidan desa
Ibu menganggap penting buku KIA, karena
dapat menambah pengetahuan tentang
kesehatan selama kehamilan.
Buku KIA di pergunakan oleh ibu hamil
hanya pada saat ibu ke posyandu dan
puskesmas.
Banyak ilmu yang dapat di ketahui melalui
adanya buku KIA, seperti pengukuran tinggi
badan untuk ibu hamil (meskipun, jawaban
ibu kurang tepat bahwa beliau menyatakan
bahwa tinggi badan <145 normal), dan guna
minum tablet tambah darah.
Ibu tercatat di registrasi kohor ibu hamil
Pelayanan KIA sudah baik dilakukan, berupa
memberikan pemeriksaan tinggi fundus,
tekanan darah, lingkar lengan, dan diberikan
penjelasan yang ibu Tanya kepada bidan
(pemeriksaan dilakukan pada waktu lain di
luar posyandu, karena ketidak tersedianya
tenpat pemeriksaan antenatal)
Ibu diberikan penjelasan tentang hasil
pemeriksaan pada waktu dia ke posyandu.
Namun hasil pengamatan konseling yang
diberikan kepada ibu hamil hanya sekilas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 10.00 Wib
Hari/Tanggal : Jum”at/ 12 April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : Syarfida
UMUR : 33 tahun
PEKERJAAN : Kader Posyandu (desa suka ramai)
PUSKESMAS : Makmur
PENDIDIKAN : SMP
HP : 082295502474
Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Pra Pelayanan
Sasaran ibu hamil dan balita
Pelayanan
Data sasaran di ketahui melalui data dari
bidan desa yang melaporkan bahwa dia
hamil, bila dia tidak memberitahu maka
tidak tau bahwa ada ibu hamil di desa.
Dilakukan pelayanan oleh kader,
dilakukan menurut tugasnya, di bagian
pendaftara, penimbangan, pencatatan.
Bila ada yang berhalangan hadir maka
kader pengganti kebingungan dalam
melaksanakan tugasnya di saat itu,
seperti biasanya di bagian penimbangan
berganti di bagian pencatatan.”agak
lama dalam mencari bagian yang di
catat”
Pelayanan untuk balita adalah timbang
berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala.
Untuk pelayanan ibu hamil dilakukan
langsung oleh bidan desa.
Konseling di meja 4 dilakukan sendiri
oleh bidan desa, kader tidak faham
bahwa itu menjadi tugasnya pada saat
posyandu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Paska pelayanan
Hambatan
Kader tidak faham tentang materi
kesehatan pada ibu hamil, karena tidak
ada pelatihan.
Buku KIA tidak dimanfaatkan oleh
kader dengan alasan bahwa anaknyas
sudah kelas 5 SD, sehingga buku KIA
tidak lagi di baca, dan lagi tidak pernah
kader memberikan penjelasan tentang
materi kesehatan seperti yang ada di
buku KIA.
Tugas kader setelah posyandu hanya
mengsisi data yang mungkin diperlukan
saja.
Hanya membantu bila ada hal tentang
BPJS, karena pengalaman informan
pada saat menanyakan data ibu hamil,
“peujet neu jak tanyong long hamil”
Tidak memahami tentang isi buku KIA
secara mendalam.
Kepercayaan ibu hamil kepada kader
kurang,
Bila ada yang bertanya seputaran
masalah kesehatan langsung di arahkan
ke bidan desa.
Kurang percaya diri kader.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 11.00 Wib
Hari/Tanggal : selasa / 23 April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : FITRIANI, S.SiT, M.Keb
UMUR : 40 TAHUN
PEKERJAAN : KASIE KIA GIZI KABUPATEN BIREUEN
HP : 081361709503
Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Pra pelayanan
Stok buku KIA
SDM (Bides)
hambatannya
Sarana prasarana dalam
pelayanan
Kendala dalam penggunaan buku
KIA
Stok buku KIA tidak cukup.
Tahun 2017 permintaan 9.971 yang di
berikan 7810, tahun 2018 permintaan 10.043
diterima 11.089.
Bila stok buku KIA dilapangan tidak
mecukupi, maka sementara di fotokopi
supaya data tidak hilang, dan nati akan
dipindahkan ke buku KIA sesuai standar bila
sudah ada. Bisa memakai dana desa.
Bila di hitung jumlah bides melalui
menghitung jumlah penduduk dengan bidan
desa itu sesuai. Lagi pula sasaran di lagangan
juga sedikit.
Bila ada desa binaan, bides menganggap itu
bukan wilayah tanggung jawab mereka.
Memakai modul kelas ibu.
Buku KIA tetap di jadikan media utama
dalam pelaksanaan kegiatan, meskipun
dilapangan kurang maksimal
Lemahnya peran bidan koordinator dalam
melakukan monitoring dan evalusi
pemanfaatan buku KIA.
Kualitas yang kurang dalam pembinaan.
Kurangnya manajemen dalam bekerja seperti
menitit suatu program.
Seringnya pergantian bikor-bikor baru,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mungkin masalah dana
Solusinya
Sarana prasarana dalam
pelaksanaan kegiatan
Dukungan pihak dinkes
Hasil temuan dalam parade buku
KIA
sehingga menambah masalah untuk
pengetahuan bikor dalam KIA.
Bikor yang sudah dilatih tidak lagi
ditempatkan di tempat kerjanya.
Dana tidak menjadi masalah, terbukti dengan
dana yang sudah di sediakan tidak habis
dilaksanakan.
Seharusnya mereka melakukan refres oleh
koordinator di puskesmas, seperti setelah
dilakukan supervise maka akan terlihat mana
pelaksnaan kegiatan yang kurang baik, maka
dia akan bina bidan desa secara individu.
Kegiatan sudah terintegrasi dengan desa,
seperti persediaan mikrotois, timbangan,
media KIE anak, bisa menggunakan dana
desa, karena pihak dinkes tidak lagi
menyediakan dana desa.
Dan itu sudah ada peraturan dalam dana
desa, yang di bicarakan dalam musrembang.
Banyak yang kami lakukan, seperti
penguatan kepada petugas nya dulu seperti
penanggung jawab KIA juga bidan desa
dalam pemanfaatan buku KIA.
Kegiatan yang dilakukan:
Parade buku KIA, dengan menferif isi buku
KIA, bagaimana pengisian buku KIA, yang
sudah dilakukan 6 puskesmas.
Banyak buku KIA yang tidak sinkron isi nya
dengan laporan dari survailen KIA, yaitu
seperti tdk sikron HPHT ibu di kohor dengan
di isi buku KIA, umur kehamilan di kohor
lain di buku KIA lain, namun itu dalam
jumlah kecil saja.
Itu kembali lagi kurang monitoring dari
koordinator bidan desa dalam melakukan
verifikasi dalam pengisian buku KIA.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Juknis buku KIA dan motivasi
koordinator KIS di puskesmas
Solusinya
Supervise
hambatan
Solusinya
Sudah jelas semua,
hanya saja mereka tidak melakukan brefing
ke bidan desa, tidak pernah memperkuat
bidan desanya bagaimana buku KIA betul-
betul di manfaatnkan dan bisa jalan.
Pelaksanaannya seperti air mengalir saja,
tidak ada upaya bahwa buku KIA semuanya
harus jalan, terbukti pada saat parade buku
KIA pada waktu lalu.
Kedepannya, dilakukan
Peninkatan kapasitas koordinator dan bidan
desa yang sudah di rencanakan dalam
anggaran tahun 2020
Dilakukan sekali satu tahun.
Dilakukan monitoring ke bikor, sedangkan
untuk pelaksanaan buku KIA dilakukan
dengan kegiatan monitoring MTBS-M, sebab
di buku KIA ada pencatatan tentang
manajmen terpadu bayi sakit, karena tidak
ada anggaran khusus untuk melakukan
monitoring buku KIA untuk pihak dinkes.
Yang dilihat pelaporan Kohor ibu hamil dan
PWS.
1. Pergantian bikor yang sering.
2. Kurangnya pengetahuan bikor sehubungan
pergantian.
3. Belum maskimal kerja sama dengan pihak
praktek mandiri swasta lain, seperti dokter
obgin, karena pasien ramai.
Kita akan buat kebijakan kembali dengan
pihak swasta yang sudah dilakukan pada
tahun 2012, namun tidak berjalan.
Jadi Kita akan refisi kembali pergup POM
ada poin-poin pentingn menurut kita sangat
urgen, salah satunya adalah buku KIA yang
akan kita masukkan dalam DPA tahun 2019.
Upaya lainnya.
Untuk rumah sakit dan instasi swasta agak
sulit bila di intervensi oleh dinkes, kecuali
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dampak terhadap kunjungan
bupati sendiri yang menetapakn peraturan
tantang standar pelayanan kesehatan ibu
hamil, dan ini akan di perkuat melalui revisi
perbup POMA.
Dan nanti akan di evalusi pada tahun yang
akan datang.
Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan
pemanfaatan buku KIA telah dilakukan,
pendampingan ibu hamil dan pengawasan
ASI Eklusif yang dilakukan oleh kader, yang
dilaksanakan pada tangga 29 maret 2019
untuk pendampinagn ibu hamil dan tanggal 1
April 2019 untuk pengawasan ASI Eklusif.
Kegiatan langsung berupa pembekalan pada
semua puskesmas dengan mengirimkan satu
kader untuk setiap puskesmas. (untuk tahap
awal), selanjutnya kegiatan terus beranjut
dengan menggunakan dana desa, dan akan di
evalusi nantinya untuk melihat dampat
terhadap jumlah kunjungan ibu hamil,
cakupan ASI eklusif dan pemanfaatan buku
KIA.
Cakupan kunjungan ibu hamil sesuai SPM
harus 100 %, berbeda dengan indicator target
RPJMN dalam RESTRA, sesuai dengan
capaian yang akan kita capai.
Tidak tercapainya kunjungan 100 %
kunjungan lengkap ibu hamil, informasi
dilapangan bahwa banyak ibu hamil yang
pindah ke desa lain dalam pelayanan terakhir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 10.00 Wib
Hari/Tanggal : Rabu/ 10 April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN :
UMUR :
HAMIL KE :
PEKERJAAN : Kepala Desa
PUSKESMAS : Makmur
HP : 082364237173
Konsep Hasil Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Informasi tentang buku KIA
Hambatan dalam memberi
kepercayaan kepada warga dalam
ikut serta kegiatan posyandu
Tidak tau apa ibu buku KIA.
Karena itu bagian ibu hamil, jadi kurang
mengerti dan menguasai, karena itu ada
jalur masing-masing.
Masalah KIA lon hana meuphom.
Mana mungkin masalah ibu hamil kami
tau.
Kesehatan ibu hamil sangat penting.
Namun dari kabupaten tidak hadir
sekalipun ke lapangan. Bila dari desa
sudah di informasikan untuk warga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dukungan dari pihak desa dalam
KIA
hadir, mereka enggan hadir dengan
alasan “untuk apa mendengar mereka
yang itu-itu saja yang datang memberi
pelayanan.
Bila tidak ada dorongan dari kecamatan,
kami pihak desa tetap diam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 09.00 Wib
Hari/Tanggal : Jum”at/ 11 April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : UMMI KALSUM, Amd.Keb
UMUR :42 TAHUN
PEKERJAAN : KOORDINATOR KELAS IBU
PUSKESMAS : JULI 1
HP :085260328278
Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Pra Pelayanan
Juknis, dan sasaran ibu hamil
Logistik buku KIA
Persiapan kegiatan kelas
ibu/posyandu dalam pelaksanaan
penggunaan buku KIA oleh pihak
puskesmas
Pelayanan
Apasaja kegiatan yang dilakukan
untuk ibu hamil/bayi dan balita
Juknis buku KIA sudah jelas, dan semua
tentang juknis Buku KIA sudah di
sosialisasikan ke bidan desa
Stok buku KIA tersedia sesuai dengan
jumlah sasaran ibu hamil
Bila dalam perjalanan buku KIA kurang,
maka di bicarakan dengan kepala
puskesmas bahwa buku KIA kurang dan
membicarakan dengan kepala desa atau
bidan desa menjumpai kepala desa,
minta tolong di fotokopikan sejumlah
ibu hamil dengaan menggunakan
anggaran desa, nanti bila buku KIA
lebih di berikan dari dinkes maka akan
meberikan ulang buku KIA ke ibu hamil
sesuai dengan satandar dari kemenkes.
Biasanya kegiatan posyandu maupun
kelas ibu sudah terjadwal.
Untuk kegiatan pelaksanaan kegiatan
tidak semua ibu hamil hadir ke kegiatan,
sehingga informasi kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan pada
kegiatan tersebut akan di sampaikan
oleh ibu hamil yang hadir kepada ibu
hamil yang tidak hadir.
Setelah di berikan materi kesehatan ibu
hamil, maka ibu hamil dilakukan
pemeriksaan antenatal dengan di bawa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Paska pelayanan
Apasaja yang dilakukan setelah
pelaksanaan kegiatan
Dukungan Pimpinan
Peran koor KIA/Kapus dalam
kegiatan
Supervisi
Hambatan dalam pemanfaatan
buku KIA
ibu hamil ke poskesdes, namun untuk
pemeriksaan laboratorium dilakukan di
puskesmas.
Dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan
dengan standar pelayanan 10 T.
Bila hasil temuan dilapangan tidak
lakukan dengan standar 10 T maka akan
dilakukan refres mungkin mereka lupa,
kebanyakan dari bidan desa yang masih
baru bekerja dan belum PNS (magang)
ada yang bari 1tahun bekerja sehingga
pihak puskesmas harus ekstra
membimbing mereka. (Belum ada
pengalaman)
Melihat pencatatan bidan desa dan refres
kembali, apakah sesuai tidak dengan
langkah-langkah dalam pelaksanaan
kelas ibu.
Permaslahann dilapangan, karena
kekurangan alat bantu untuk mendukung
kegiatan yang tidak disiapkan oleh bidan
desa karena terkendala karena alat dan
bahan. Seperti pantom ASI.
Kepala puskesmas mendukung dalam
kegaiatan pemanfaatan buku KIA,
dengan cara ikut serta dalam kegiatan
tersebut dengan melihat dan menyatakan
bahwa pelasksanaan kegiatan sudah
baik,
Bahkan ada mantan kapus yang
mengikuti pelaksanaan kegiatan dari
awal akhir, dengan melihat langsung
bagaimana cara memberikan imunisasi
kepada bayi
Supervisi dilakukan oleh pemegang
program masing-masing dalam kegiatan
Kurang persiapan dari bidan desa dalam
menyiapkan kegiatan, kurang motivasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dari bidan seperti dalam membawa
materi kurang menggali pengetahuan
dari ibu hamil.
Namun kendala tersebut akan di lakukan
dengan kegiatan refres kelas ibu (buku
KIA) 2 kali dalam satu tahun yang
bersumber dari dana BOK,
Tenpat dilakukan di meunasah.
Persentase penggunaan bukun KIA baru
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran
Transkrip hasil wawancara
Pukul : 09.30 Wib
Hari/Tanggal : Senin/ 22 April 2019
IDENTITAS INFORMAN :
NAMA INFORMAN : MARDALENA, Amd.Keb
UMUR : 42 TAHUN
PEKERJAAN : KOORDINATOR KIA
PUSKESMAS : PEUANGAN SIBLAH KRUENG
HP : 085275922199
Pertanyaan Fakta di Lapangan Jawaban
Pra Pelayanan
Juknis, dan sasaran ibu hamil
Logistik buku KIA
Persiapan kegiatan kelas
ibu/posyandu dalam pelaksanaan
penggunaan buku KIA oleh pihak
puskesmas
Juknis buku KIA sudah jelas, dan semua
tentang juknis Buku KIA sudah di
sosialisasikan ke bidan desa, sudah di
jelaskan dan sudah di baca.
Sasaran ibu hamil 271 buku yang
diterima 380.
Stok buku KIA cukup untuk 2018 di
berikan pada bulan oktober 2018, dan
masih ada sisa untuk sasaran tahun
2019.
Bila stok habis maka buku KIA
terhutang, kemudian difotocopi dgn
dana puskesmas.
Namun biasa tidak ada masalah untuk
stok ibu hamil.
Biasanya kegiatan posyandu maupun
kelas ibu sudah terjadwal, dan
memastikan kembali jadwal kegiatan.
Mempersiapkan diri sebelum acara.
Harus peka bila ada sasaran yang tidak
hadir dengan mengundang secara resmi
yaitu ke rumah sasaran.
Persiapan oleh bidan desa, berupa tehnik
demontrasi, alat2 tulis , disiapkan oleh
bidan desa, dll,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pelayanan
Apasaja kegiatan yang dilakukan
untuk ibu hamil/bayi dan balita
Media buku kia pada
pelaksanaaan kelas ibu
Contoh isi penyuluhan KB Paska
salin
Standar pelayanan antenatal
Motivasi ibu untuk datang ke
kembali ke pelayanan dalam
antenatal
Paska pelayanan
Apasaja yang dilakukan setelah
pelaksanaan kegiatan
Dukungan Pimpinan
Peran koor KIA/Kapus dalam
kegiatan
Pelaksanaan terlaksana seperti yang di
rencanakan, tetapi tidak sesuai dgn
standar yang diharapkan, cara
membawakan menfasilitasi, dan alat
demontrasi tidak ada., yang disediakan
hanya yang mungkin disediakan.
Selama ini tidak menjadi media Untuk
Ibu hamil, karena memakai modul kelas
ibu, namun buku KIA tetap di bawa.
tidak fokus menggunakan buku KIA,
karena sedang memahami ini, kemudian
disuruh membaca yang lain.
Tidak di fokuskan untuk melihat materi
KB Paska salin di buku KIA, karena
materi di modul lebih jelas.
Hanya saja ibu di suruh baca-baca di
rumah, tidak di kuatkan dengan buku
KIA.
Sesuai dengan standar dalam buku KIA,
Dan itu wajib dilakukan.
Pemeriksaan tidak dilaksanakan di
pelayanan kelas ibu, namun dilakukan di
harilain di polindes.
Hanya materi saja yang diberikan pada
kelas ibu.
Tidak masalah, meskipun dilakukan
diluar waktu kegiatan kelas ibu dan
poyandu.
Melihat administrasinya, ada sebagaian
bidan mereviwe kembali kegiatan saat
itu untuk pelayanan kedepan, seperti
pembagian tugas kader.
Responnya baik dari kapus. dengan dia
menayakan buku KIA, cukup tidak.
Kunjungan lapangan monitoring
kegiatan yang dilaksanakan.
Dan memberikan penyuluhan untuk di
suruh membaca buku KIA, bersama
dengan pemegang program KIA.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Supervisi
Hambatan dalam pemanfaatan
buku KIA
Solusi dari pihak penanggung
jawab puskesmas terhadap
hambatan tersebut
Supervisi di jadwalkan pertahun 2 kali
dengan jumlah 7 desa yang telah
dijadwalkan, karena pelakasaan
pemanfaatan buku KIA bukan hal yang
baru, sudah bukan tahap sosialisasi lagi,
Kendalanya adalah beberapa tahun di
monitoring, peningkatan pengetahuan
ibu hamil tidak meningkat,
Masalahnya, mungkin, tahap
sosialisasinya kurang efektif sehingga
pemberian informasi isi buku KIA
kurang efektif pada saat distribusi buku
KIA oleh bidan desa ke sasaran
Sedangkan dari pihak penanggung
jawab program sudah memberi
penjelasan
Tingkat minat baca dari sasaran juga
jadi masalah.
Motivasi bidan desa menurut karakter
masing-masing, ada yang aktif, terlihat
dengan kegiatan pelaksanaan akan aktif
termasuk kegiatan promosi
Hasil evalusi di tindak lajuti oleh
pengelola program dengan cara di buat
pembinaan kembali kepada bidan desa,
saat lokmin dan di pertemuan bidan
desa.
Semua keberhasilan kegiatan tergantu
SDM.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
GAMBAR KEGIATAN
Gambar 3. Wawancara dengan KASIE KIA GIZI Dinas Kesehatan Kabupaten
Bireuen
Gambar 4. UPTD Puskesmas Makmur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5. Kapus Puskesmas Makmur (dr. Darmawanti)
Gambar 6. Wawancara dengan ibu hamil desa suka ramai (Puskesmas Makmur)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 7. UPTD Puskesmas Juli
Gambar 8. Wawancara dengan kapus Juli (Husaini, SKM)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 9. Wawancara dengan koordinator KIA Puskesmas Juli
Gambar 10. Kegiatan Kelas Ibu di Desa Bale Panah (Puskesmas Juli 1)
..\DCIM\KEGIATAN TESIS BUKU KIA\VID_20190412_094745.mp4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 11. Kegiatan Kelas Ibu Desa Abeuk Budi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 12. Pelayanan Antenatal care
Gambar 13. UPTD Puskesmas Peusangan Selatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 14. Wawancara dengan kapus Puskesmas Peusangan Selatan (Andian,
SKM)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 15. Kegiatan posyandu desa uteuen raya (PKM Peusangan Selatan)
Gambar 16. Wawancara dengan ibu hamil (desa uteun raya puskesmas Peusangan
Selatan)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 17. Kegiatan kelas ibu Desa Mata Ie (Puskesmas Peusangan Selatan)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 18. UPTD Puskesmas Peusangan Siblah Krueng
Gambar. 19. Wawancara dengan kapus Peusangan siblah krueng (Lisa Lita, SKM)
didampingi oleh KTU (Safriana, Amkl)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 20. Kegiatan posyandu desa Cot Aneuk Bate
..\DCIM\KEGIATAN TESIS BUKU KIA\VID_20190413_101317.mp4
Gambar 21. Wawancara dengan ibu balita desa Cot Aneuk Bate (Puskesmas
Peusangan Siblah Krueng)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 22. Wawancara dengan pengelola program KIA dan Gizi Puskesmas
Peusangan Siblah Krueng
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 23. Wawancara dengan Bides Cot Aneuk Bate
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA