Download - iman islam ihsan
IMAN, ISLAM DAN IHSAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tauhid
Dosen Pengampu : Asro’i
Disusun oleh :
Nurul Fadhilah (133711033)
Febrina Puspa Sugma ( 133711009)
Ranum saputri (133711018)
Nurul Jannah (133911041)
Nurul Fajriyati ( 133911010)
Zulastri (133911033 )
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
1
I. PENDAHULUAN Jika agama addin Islam diibaratkan seperti sebatang pohon rambung
(pohon karet) maka agamapun mempunyai akar, batang, cabang, ranting dan daun.
Setiap bagianya mempunyai fungsi yang sama pentingnya. Sebatang pohon tidak bisa
tegak kukuh jika tidak mempunyai akar yang kuat dan terhunjam dalam. Demikian
pula pohon itu tidak akan tumbuh subur jika tidak berdaun lebat. Proses saling
menunjang ini jelas terlihat pada pertumbuhan sebatang pohon. Demikin pula halnya
agama (ad-din).
Menurut nas ( syara’), agama (ad-din) Islam terdiri atas Iman, Islam dan
Ihsan. Para ulama berselisih pendapat, apakah Iman, Islam dan Ihsan itu merupakan
unsur-unsur ad-din ataukah masing-masingnya merupakan nama diri bagi ad-din.
Maksudnya kata iman dan ihsan itu adalah nama lain bagi Islam. Dengan demikian
Iman,Islam,Ihsan adalah searti.
II. RUMUSAN MASALAHA. Apa yang dimaksud dengan Iman?
B. Apa yang dimaksud dengan Islam?
C. Apa yang dimaksud dengan Ihsan ?
D. Bagaimana hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan ?
III. PEMBAHASAN
A. Iman
1. Pengertian Iman
Iman menurut pengertian bahasa Arab ialah at-tashdiqu bil qalbi,
membenarkan dengan (dalam) hati. Ibnu katsir menunjuk beberapa ayat al-Qur’an
yang memberi pengertian bahwa iman ialah pengakuan dengan (dalam) hati,
antara lain, Firman Allah dalam (Qs At taubah : 61)
……. ..……
“ Dia membenarkan Allah dan membenarkan orang-orang mukmin.
Adapun pengertian iman menurut syara’ adalah :
2
, , باالركان والعمل بالجنان والتصديق للسان با القول
Mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan
anggota tubuh.
Iman menurut batasan syara’ ialah memadukan ucapan dengan pengakuan
hati dan perilaku. Dengan lain perkataan mengikrarkan dengan lidah akan
kebenaran Islam, membenarkan yang diikrarkan itu dengan hati dan tercermin
dalam perilaku hidup sehari-hari dalam bentuk amal perbuatan.
Atau dengan ibarat yang lain dapat pula dirumuskan bahwa iman, ialah:
له الخضوع مع للحق االذعان
Artinya : Iman itu ialah tunduk ruh kepada kebenaran serta khudhu’ kepadaNya.
Tunduk dan khudhu’ ruh kepada yang Haq (Allah). Hati tidak akan tunduk jika
belum berkumpul: [1] Membenarkan dengan hati (tashdiq qalbi); [2]
Mengikrarkan dengan lidah; dan [3] mengamalkannya.1
Iman secara umum dipahami sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan
dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang
didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta
sunnanh Nabi Muhammah SAW.2
Adapun menurut pengertian agama telah dirumuskan oleh Nabi sendiri
dalam salah satu hadis ialah :
واليوم ورسله وكتبه ئكته مال و بالله تؤمن ان االيمان
وشره رخيره بالقد االخروتؤمن
Artinya :
Iman ialah engkau percaya kepada Allah,malaikatNya kitabsuciNya para utusan-
Nya, hari kemudian, dan engkau percaya pada takdir baik dan buruknya.3
2. Pembagian Iman
Ditinjau dari cara tumbuhnya iman, maka iman dapat dibagi dalam dua
kategori, yaitu: [1] iman hakiki; [2] iman taqlidi, atau pura-pura (shuri).
1 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 17-182 Rois Mahfud, Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 123 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akidah (Jakarta : Penerbit CV Rajawali 1998)hlm.4
3
a) Iman hakiki
Iman hakiki ialah iman yang tumbuh karena kesadaran atas dasar
pengetahuan. Iman dalam kategori ini adalah iman yang teguh karena
terhunjam jauh ke dalam lubuk hati. Iman yang seperti inilah yang
dimaksud sebagai kebajikan dan pangkal kebaktian yang kerap kali
tersebut di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah : 177
……
“ Kebajikan bukanlah dengan kamu menghadapkan mukamu ke timur
dan ke barat. Akan tetapi yang dimaksud dengan kebajikan, ialah beriman
akan Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab suci, dan nabi-nabi.”
Di dalam ayat yang tersebut diatas Tuhan menerangkan bahwa
beriman akan Allah dan seterusnya itu adalah pangkal kebajikan. Akan tetapi
dia baru menjadi sendi dan asas kebajikan jika dia tertanam kukuh di dalam
hati yang disertai oleh taat dan khudlu’. Ucapan lidah semata walaupun
disertai oleh sanjungan dan pujian bahwa islam adalah agama yang paling
tinggi, hafal sifat dua puluh bahkan menghafal luar kepala isi kitab Ummu al-
Barahin, atau Syarah Sanusi dan sebagainya, belumlah menjadi pangkal
kebaktian jika tidak disertai oleh keyakinan teguh dalam hati.
Iman yang dituntut harus dimiliki ialah iman yang hakiki yang mampu :
1. Makrifah yang benar, yang mampu mempengaruhi akal, taat dan patuh
yang melahirkan rasa cinta akan Allah dan Rasul-Nya lebih dari pada yang
lain. Atau dengan kata lain, iman yang dapat mendahulukan perintah Allah
dan Rasul-Nya atas segala perintah yang lain.
2. Makrifah yang dapat menenangkan jiwa dan menghapus segala macam
waswas dan keraguan; dugaan tidak berdasar dan bimbang, kecemasan dan
kesedihan, serta angkuh ketika beroleh nikmat dan berputus asa ketika ditimpa
bencana.
4
3. Dapat mencegah berbuat buruk atau jahat. Jika sesekali terpedaya
bersegera memohon ampunan dan bertobat
4. Dapat menggerakkan kepada membela agama lebih daripada untuk
memperjuangkan kepentingan diri.
Tegasnya, iman hakiki mampu menguasai jiwa, mengandalikan bahwa
nafsu angkara murka, sehingga menjadi sumber kekuatan untuk melahirkan
amal perbuatan bajik yang menjadi amal saleh baginya. Iman yang benar dan
hakiki, ialah dengan cara mengenai agama dengan mempengaruhi akal, yang
memberi bekas pada diri, menjadi hakim atau kemauan sendiri.
b) iman taqlidi
Adapun iman taqlidi atau iman ikut-ikutan yang beriman karena
lingkungan tidak akan mampu menjadi motor pendorong untuk
melahirkan sikap dan tindakan seperti yang dituntut oleh iman hakiki
sebagaimana terlihat dalam firman Allah:
“Dan apabila mereka diajak kepada (mengambil hukum) Allah dan (Sunnah)
Rasul-Nya untuk memutuskan perkara mereka (jika mereka dipihak yang
salah) maka tiba-tiba mereka menolaknya. Akan tetapi jika putusan itu
menguntungkan mereka, maka mereka pun mau diajak dan mematuhinya.
(Q.S. an-Nur : 48-49)
B. Islam
1. Pengertian Islam
5
Menurut etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang
berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama,
yuslimu, islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa,
dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk,patuh, dan taat.4
Sedangkan secara terminologi Islam adalah agama Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusanya yang terakhir yang
mengemban misi keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran
lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan
kepatuhan ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.5
Kata Islam menurut pengertian agama telah dirumuskan oleh Nabi
Muhammad sendiri dalam hadisnya :
الله رسول محمدا ان و الله اال اله ال ان تشهد ان االسالم
ان البيت وتحج رمضان وتصوم الزكاة وتؤتى الصالة وتقيم
سبيال اليه استطعت
Artinya : Islam adalah engkau mengakui bahwasanya tiada Tuhan selain Allah
dan bahwasanya Nabi Muhammad itu adalah utusan Alloh,engkau mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan melakukan haji
jika mampu.
Dari hadis ini asal mula ajaran tentang rukun Islam yaitu : syahadat, shalat,
zakat, puasa, dan haji.6
2. Islam sebagai Pedoman Hidup
Manusia diciptakan Allah didunia ini berfungsi sebagai khalifahnya untuk
memakmurkan bumi, memberdayakan alam raya, membangun peradaban,
ketertiban dan ketentraman hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam
firmanya (QS. Al-Baqarah :30)
4 Muhammad alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Rosda, 2006), hlm. 915 Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011) hlm.226 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akidah (Jakarta : Penerbit CV Rajawali 1998)hlm.3
6
“Dan ( ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Fungsi kekhalifan ini harus dilaksanakan oleh setiap insan dengan
semestinya dalam rangka menegakkan pengabdian kepada Allah (beribadah)
sebagai satu-satunya tugas hidup manusia. Firman Allah dalam (Qs. Az-
Zariyat : 56)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”
Agar manusia dapat melaksanakan fungsi dan tugas kehidupanaya dengan
baik dan tepat, maka Allah SWT menurunkan undang-undang, aturan, dan
ketentuanNya yaitu Dinul islam yang bersumber dari Alqur’an dan Sunah
Nabi Muhammad SAW. Dengan berpedoman pada ajaran Islam, manusia
dapat menjalankan fungsi dan tugas pengabdiannya kepada Allah dengan
sebaik-baiknya.
Islam sebagaimana dikemukakan di atas, adalah agama yang memiliki
ajaran luhur . Apabila ajaran-ajaran Islam diketahui dan diamalkan setiap
orang yang menyakininya, maka ia akan merasa aman dan damai dalam
hidupnya. Islam adalah agama yang berisi ajaran lengkap (holistic),
menyeluruh (comprehensive) dan sempurna (kamil). Dikatakan sebagai agama
yang menyeluruh lengkap karena ajaranya mencakup segala dimensi
kehidupan manusia, dimensi spiritual yaitu tata cara peribadatan (hubungan
manusia dengan Allah), dimensi sosial, ekonomi, pendidikan, dan dimensi-
dimensi lain.
Islam adalah jalan hidup (way of life ) yang mengantarkan seseorang yang
mengikuti petunjuknya dengan baik dan benar untuk mencapai kebahagiaan
hakiki, ketenangan, dan ketentraman hidup didunia serta mendapatkan
kenikmatan surge abadi di akhirat kelak .7
3. Aspek-Aspek Ajaran Islam
Secara garis besar aspek ajaran Islam terdiri atas 3 hal yaitu :
7 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 4-7
7
a. Akidah
Akidah secara bahasa dapat dipahami sebagai ikatan, simpul, perjanjian
yang kuat dan kokoh. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada makna
dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang
kuat untuk menerima dan mengakui adanya sang pencipta yang mengatur
dan menguasai dirinya yaitu Allah SWT. Selain itu akidah juga
mengandung cakupan keyakinan terhadap yang ghaib, seperti malaikat,
surga neraka dan sebagainya.8
b. Syari’ah
Syariat merupakan aturan-aturan Allah yang dijadikan referensi
oleh manusia dalam menata dan mengatur kehidupanya baik dalam
kaitanya dengan hubungan antara manusia dan Allah SWT, hubungan
antara manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan
alam sekitarnya.
Syariat tidak hanya satu hukum positif yang kongrit, tetapi juga
satu kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan Muslim.
Sementara fiqih mencakup hukum-hukum syariat secara spesifik, tetapi
syariat itu sendiri mencakup ajaran-ajaran etika dan spiritual yang tidak
bersifat hukum secara khusus walaupun hukum itu tidak pernah terpisah
dari moral Islam.
Ruang lingkup syari’at secara umum dapat dikategorikan kedalam dua
aspek, yaitu aspek ibadah dan aspek muamalah.9
c. Akhlaq
Akhlaq merupakan refleksi dari tindakan nyata atau pelaksanaan
akidah dan syariat. Kata akhlak secara bahasa merupakan bentuk jamak
dari kata khulukun yang berarti budi pekerti, perangai, tabiat, adat, tingkah
laku, atau sistem perilaku yang dibuat.
8 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 109 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 22
8
Sedangkan secara terminologis akhlak adalah ilmu yang
menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang baik dan tercela,
baik itu berupa perkataan maupun manusia, lahir dan batin.10
4. Pembagian Islam
Seperti halnya iman, Islam juga terbagi menjadi dua :
1) Islam taqlidi (Syuri)
Islam taqlidi (pura-pura) adalah Islam yang tidak didukung oleh
kepercayaan atau akuan hati. Islam pura-pura ialah lahirnya saja yang Islam
akan tetapi batinya tidak. Orang yang seperti ini sesungguhnya orang
munafik. Islam taqlidi atau yang disebut juga Islam ‘urfi ialah Islamnya
karena keturunan, dan ikut-ikutan tanpa mengetahui atau mengenal arti
Islam.
2) Islam Hakiki
Islam hakiki ialah yang mampu menjernihkan diri, mengheningkan
ruhnya, membersihkan akal dari segala rupa kepercayan yang salah,
khurafat dan bid’ah, memperbaiki jiwa dengan kemauan meluruskan cita-
cita dalam segala amalan dan mengikhlaskan niat terhadap Allah. 11
C. Ihsan
1. Pengertian Ihsan
Secara etimologi Ihsan berasal dari kata يحسن- احسانا - احسن
yang berarti berbuat baik. Sedangkan menurut Ar-Raghib al-Isfahani dalam
al-mufradat nya, bahwa ihsan arti bahasa arab mempunyai dua makna : [1]
memmberikan nikmat atau berbuat bijak keapada orang lain; [2] menguasai
dengan baik suatu perbuatan.12
Ihsan secara terminologi berarti : Kesadaran yang sedalam-dalamnya
bahwa Alloh senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun berada.
Bertalian dengan ini, dan karena menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi
manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku, bertindak menjalankan
10 Rois Mahfud, Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 9611 Muhammad Hasbi, AL-Islam 1 (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 31-3212 Muhammad Hasbi, AL-Islam 1) hlm 24
9
sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak
setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja.13
Ihsan dalam arti luas sama dengan dinul islam yang garis besarnnya terdiri
dari akidah dan ibadah dalam arti yang luas. Maksud dari ihsan yaitu :
An ta’budal laha, engkau beribadah kepada Allah dalam arti luas.
Ka-annaka tara-hu, fa-in lam takun tara hu fainma hu yara ka, seolah-olah
engkau melihat Dia, apabila engkau tidak melihat-Nya namun Dia melihatmu
(akidah).
Ihsan merupakan keindahan moral dan moral yang indah. Bentuk keindahan
tertinggi di dunia ini adalah keindahan jiwa manusia, yang terkait dengan
masalah ihsan, suatu istilah yang bermakna keindahan, kebaikan, dan moral
sekaligus. Memiliki sifat ihsan berarti memiliki sifat kedermawanan dan cinta
serta hidup dalam keadaan damai di jiwa. Dalam Q.s Al-tin 95: 4)
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
Kata yang digunakan untuk arti “sebaik-baiknya” dalam ayat tersebut
adalah ahsan, yang berasal dari akar kata sama dengan ihsan yang juga
bermakna keindahan. Menghiasi jiwa dengan keindahan atau ihsan melalui
amal-amal spiritual berarti memenuhi pangilan keindahan jiwa seseorang
kepada sang Pencipta. Firman Allah dalam Q.S Al- Mu’minun (23)
Artinya : “Pencipta yang paling baik dan paling bagus”
Bahkan ayat Al-Quran Q.s Al rahman 55: 60.
13 Muhammad alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Rosda, 2006), hlm. 153
10
Artinya : tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
Tujuan kehidupan manusia adalah memperindah jiwa melalui kebaikan dan
moral serta perbuatannya sebagai persembahan yang berharga kepada Tuhan, Yang
Maha indah. Mereka memiliki ihsan berfikir melalui ihsan dan bertindak serta
berbuat dengan ihsan. Pikiran mereka didasarkan pada kebenaran.
Ihsan adalah mencintai tuhan dan mencintai makhluk-Nya karena Tuhan. Ihsan
adalah menyelam dalam keindahan yang membebaskan kita dari dari batasan-
batasan eksistensi keduniawian yang pada akhirnya akan menenggelamkan kita
pada samudra ketidakterbatasan Tuhan.
Merealisasikan ihsan berarti harus menyembah Tuhan seolah-olah kita melihat-
Nya dan kalau kita tidak melihat-Nya maka percaya bahwa Dia pasti melihat kita.
Yang pada akhirnya ihsan akan membuat hidup dalam keintman dengan tuhan,
kondisi yang rahmat Tuhan dirasa begitu dekat dengan kita. Orang yang
merealisasikan ihsan sangat sadar akan pentingnya rahmat dan ridla dalam alam
spiritual Islam, mereka akan mampu melihat ayat-ayat yang tertulis dalam ‘Arasy
Tuhan.14
D. Hubungan Iman, Islam dan Ihsan
Iman, Islam, dan Ihsan ialah ibarat ruh dengan tubuh. Jika iman
ditamsilkan sebagai watak (ghara-iz), dan Islam sebagai tubuh (jawarih), maka
Ihsan ialah ruh yang mendinamiskan ghara-iz dan menggerakkan jawarih.
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam.
Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya
pendekatan diri kepada Allah.
Iman, Islam dan Ihsan hubungannya sendiri sangat erat. Sebagaimana
dalam hadits Nabi SAW menurut riwayat muslim yang disampaikan dari Umar
bin Khatab :
14 Seyyed Hossein Nasr. The heart of Islam. (Bandung: Mizan: 2003). Halaman 282-283.
11
: علينا طلع اذ يوم ذا سلم و عليه الله صلى الله رسول عند نحن بينما
يعرفه وال السفر اثر عليه اليرى الشعر سواد شديد البياض شديد رجل
الى ركبتيه فاسند سلم و عليه الله صلى النبي الى جلس حتى احد منا
. : , االسالم عن اخبرني محمد يا قال و فخذيه على كفيه ووضع ركبتيه
اال : اله ال ان تشهد ان االسالم سلم و عليه الله صلى الله رسول فقال
, , , , وتصوم الزكاة تؤتي و الصالة وتقيم الله رسول محمدا ان و الله
, ن . رمضا : . له فعجبنا صدقت قال سبيال اليه استطعت ان البيت وتحج
: . قال يصدقه و له . يسا لله با تؤمن ان قل االيمان عن فاخبرني
, االي ومالئكته رخيره بالقد وتؤمن االخر واليوم ورسله وكتبه
,. . : . فان تراه كانك الله تعبد ان قال ن االحسا عن فاخبرني قال وشره
المسئول , : . : ما قال الساعة عن فاخبرني قال يراك فانه تراه تكن لم
, : , : ربتها . االمة تلد ان قال امارتها عن فاخبرني قال السائل من باعلم
. انطلق ثم البنيان فى يتطاولون رعاءالشاء العالة العراة الحفاة ترى وان
, : . رسول, و الله قلت منالسائلل؟ اتدري عمر يا لى قال ثم مليا فلبثت
. . مسلم رواه دينكم يعلمكم اتاكم جبريل فانه قال اعلم الله
Artinya : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam
suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya
kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “
Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan
pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua
heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari
12
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “,
kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan
aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah
kepada Allah seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka
Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari
kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu
dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi
wasallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“
Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril
yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat
Muslim)15
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling
berkaitan satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan
Nabi saw. di penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang
mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah
yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam
istilah ad-din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan
seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala
kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan,
dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi.
Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam
sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman
tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,
kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi
dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam
ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan
15 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 11-13
13
hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan
dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas
manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.
IV. KESIMPULAN
Iman adalah suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan
lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas
dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta sunnanh Nabi Muhammah SAW.
Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai
utusanya yang terkhir yang mengemban misi keselamatan dunia akhirat,
kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan
cara menunjukkan kepatuhan ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ihsan adalah
Kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Alloh senantiasa hadir atau bersama
manusia dimanapun berada. Bertalian dengan ini, dan karena menginsafi bahwa Alloh
selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku, bertindak
menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak
setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja.
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri
kepada Allah.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kesalahan baik dalam
penulisan ataupun dalam materi kami pribadi mohon maaf. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun agar
dalam penulisan makalah untuk ke depanya bisa lebih baik lagi. Semoga bermanfaat.
Sekian dan terima kasih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Masyfuk, Zuhdi. Studi Islam Jilid 1 : Akidah . Jakarta : Penerbit CV Rajawali. 1998.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Bandung: Rosda. 2006.
Nasr, Seyyed Hossein. The heart of Islam. Bandung: Mizan. 2003.
Mahfud, Rois. Al Islam. Jakarta : Erlangga, 2011
Hasbi, Muhammad Ash-Shiddieqy. Al-Islam 1. Semarang : PT Pustaka Rizki Putra. 2001
Nata, Abudin. Studi Islam Komprehensif. Jakarta : Prenada Media Group. 2011
15
16