-
IDENTIFIKASI IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA
KOTA KENDARI TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh :
PUTRI DEWI AMALIA P00324015065
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2018
-
ii
-
iii
-
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Putri Dewi Amalia
2. Tempat Tangal Lahir : Lamonng Jaya, 07 Februari 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Bugis-Moronene / Indonesia
6. Alamat : Desa Rambu-Rambu Kec. Laeya
Kabupaten Konawe Selatan
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Rambu-Rambu, Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 3 Laeya, Tahun Tamat 2011
3. SMA Negeri 5 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2014
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2015 sampai sekarang.
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum
di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan
awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aswita, S.Si.T., M.PH., selaku
Pembimbing I dan Ibu Heyrani, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung
jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Bapak dr. H. Muh. Rinvil Amiruddin, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari dan staf yang telah membantu dalam
memberikan informasi selama pengambilan data awal penelitian ini
berlangsung.
-
vi
4. Ibu Hasmia Naningsi, SST., M.Keb., selaku Penguji I, Ibu Andi Malahayati
N, S.Si.T., M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Farming, SST., M.Keb.,
selaku Penguji III.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Teristimewa kepada ayahanda Muhammad Ali Arfan dan Ibunda Ida
Farida tercinta yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan
penuh kasih sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan
spiritual, terima kasih atas pengertiannya selama ini. Saudara-saudaraku:
Riki Rinaldi Arfan dan Putri Indah Permatasari, terima kasih atas
pengertiannya selama ini.
7. Sahabat-sahabatku: Yeni, Nada, Desi, Mela, Riska, Winda dan Ayu,
terimak kasih atas kebersamaan, suka duka dan motivasinya selama ini.
8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2015.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Juni 2018
Penulis
-
vii
ABSTRAK
Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017
Putri Dewi Amalia 1, Aswita 2, Heyrani 3
Latar Belakang: Mual dan muntah merupakan keluhan umum yang terjadi pada kehamilan trimester pertama. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormone estrogen, progesterone. Hal ini jika tidak segera diatasi akan bertambah berat menjadi hiperemesis gravidarum. Tujuan Penelitian: untuk mengidentifikasi ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya periode Januari-Desember 2017 sebanyak 541 ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum sebanyak 72 kasus, dengan sampel sebanyak 72 responden yang ditetapkan secara total sampling. Variabel independen yakni umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas, sedangkan variabel dependen yakni kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Hasil Penelitian: Kejadian Hiperemesis gravidarum terbanyak ditemukan pada ibu hamil dengan umur 20-35 tahun sebanyak 46 orang (63,9%). Hiperemesis gravidarum terbanyak ditemukan pada ibu hamil yang berpendidikan menengah sebanyak 37 orang (51,4%). Hiperemesis gravidarum terbanyak ditemukan pada ibu hamil yang tidak bekerja sebanyak 40 orang (55,6%). Hiperemesis gravidarum terbanyak ditemukan pada ibu hamil dengan paritas I sebanyak 34 orang (47,2%). Kesimpulan: Ibu hamil yang berumur 20-35 tahun, pendidikan menengah, Ibu rumah tangga dan paritas I merupakan faktor risiko terjadinya hyperemesis gravidarum. Saran: Bagi tenaga kesehatan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan upaya promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan dan kegiatan promosi kesehatan lainnya. Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum Daftar Pustaka : 33 (2008-2017) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 3. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
-
viii
ABSTRACT
Identification of Pregnant Women Who Experience Hyperemesis Gravidarum in Dewi Sartika General Hospital in 2017
Putri Dewi Amalia 1, Aswita 2, Heyrani 3
Background: Neusea and vomiting are common complaints that occur in the first trimester of pregnancy. The occurrence of pregnancy causes hormonal changes in women because there is an increase in the hormones estrogen and progesterone. This if it is not treated immediately will gain weight into hyperemesis gravidarum. Research Purposes: to identify pregnant women who experience hyperemesis gravidarum in Dewi Sartika General Hospital in 2017. Research Methods: This type of research is descriptive. This research was conducted in the postpartum room in Dewi Sartika General Hospital the city of Kendari. The population of this research was all pregnant women who examined their pregnancies from January to December 2017 for 541 oregnant women, with the incidence of hyperemesis gravidarum as many as 72 cases, with a asmple of 72 respondents who were determined in total sampling. Independent variables are age, education, occupation and parity, while the dependent variable is the incidence of hyperemesis gravidarum in pregnant women. Research Result: Hyperemesis gravidarum is found mostly in pregnant women aged 20-35 years as many as 46 people (63.9%). Hyperemesis gravidarum is found mostly in pregnant women with secondary education as many as 37 people (51.4%). Hyperemesis gravidarum is found mostly in pregnant women were not working as many as 40 people (55.6%). Hyperemesis gravidarum is found mostly in pregnant women with parity I as many as 34 people (47.2%). Conclusion: Pregnant women aged 20-35 years, secondary education, housewives and parity I are risk factors for hyperemesis gravidarum. Suggestion: For health workers at Dewi Sartika General Hospital of Kendari Cty is expected to provide information and improve health promotion efforts by conducting counseling and other health promotion activities. Keyword : Hyperemesis Gravidarum Reference : 33 (2008-2017) 1. Students of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 2. Supervision of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 3. Supervision of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
E. Keaslian Penelitian ............................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kehamilan ............................................ 8
B. Tinjauan Tentang Hiperemesis Gravidarum ..................... 18
C. Faktor yang Diteliti Berhubungan Dengan Hiperemesis
Gravidarum ....................................................................... 25
D. Landasan Teori ................................................................ 31
E. Kerangka Konsep ............................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................. 33
B. Tempat Penelitian ............................................................ 33
C. Waktu Penelitian .............................................................. 33
-
x
D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 33
E. Variabel Penelitian ........................................................... 34
F. Definisi Operasional ......................................................... 34
G. Sumber Data .................................................................... 35
H. Pengolahan Data .............................................................. 36
I. Penyajian Data ................................................................. 36
J. Analisis Data .................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................. 38
B. Pembahasan .................................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 59
B. Saran ................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Jumlah SDM di RSU Dewi Sartika Kota Kendari .................. 43
2. Distribusi Umur Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 ................................... 44
3. Distribusi Pendidikan Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 ............... 44
4. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 ............... 45
5. Distribusi Paritas Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 ................................... 45
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Master Tabel Hasil Penelitian
2. Dokumentasi Penelitian
3. Surat Keterangan Bebas Pustaka
4. Surat Ijin Pengambilan Data Awal
5. Surat Keterangan Pengambilan Data Awal
6. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Poltekkes Kendari
7. Surat Izin Penelitian dari Balitbang
8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari RSU Dewi Sartika
9. Surat Keterangan Bebas Pustaka
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, mendefinisikan
kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional (Wiknjosastro, 2010).
Mual dan muntah atau emesis merupakan keluhan umum yang
terjadai pada kehamilan trimester pertama. Terjadinya kehamilan
menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat
peningkatan hormone estrogen, progesterone dan dikeluarkannya HCG
(Human Chorionic Gonadotrophin) plasenta. Emesis gravidarum jika tidak
segera di atasi atau diobati akan bertambah berat menjadi hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
selama masa hamil sehingga menganggu kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan kekurangan cairan (Manuaba, 2010).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseton-asetil, asam hidroksi butirit dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
1
-
2
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air
kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik (Soejoenoes, 2010).
World Health Organization (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) di
negara berkembang pada tahun 2015 adalah 216 kematian ibu setiap
100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Jumlah total kematian ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di
seluruh dunia (Kemenkes RI, 2016).
Di Indonesia, Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 bervariasi
antara 53 dan 1.100 per 100.000 kelahiran hidup. SDGs menargetkan
kematian ibu tahun 2030 kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Indonesia termasuk salah satu negara berkembang sebagai penyumbang
tertinggi angka kematian ibu di dunia (Hoelman dkk, 2015). Penyebab
utama kematian adalah perdarahan (45%). Selain itu infeksi (11%),
keracunan kehamilan (24%), partus lama/ macet (7%) dan penyebab tidak
langsung (Kemenkes RI, 2013).
Di Indonesia, terdapat 50-90% kasus emesis gravidarum yang
dialami oleh ibu hamil. Namun, pada kasus seperti ini tidak menyebabkan
kematian pada ibu hamil karena emesis gravidarum hanya kekurangan
nutrisi dan cairan. Emesis gravidarum yang berkelanjutan bisa berakibat
hiperemesis gravidarum dengan persentase sebesar 3% dari jumlah ibu
-
3
hamil, dimana harus segera dirawat di rumah sakit agar mendapatkan
penanganan segera (Maharani, 2016).
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, angka
kematian ibu di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Selama tahun 2015 sebanyak 57 kasus ditemukan ibu mati
melahirkan, sedangkan kematian ibu melahirkan tahun 2016 mencapai
sebanyak 74 kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,
2017).
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012,
kasus hiperemesis gravidarum sebanyak 7.264 kasus (57,8%) dan 12.576
ibu hamil, pada tahun 2013 menurun menjadi 5.028 kasus (42,8%) dan
11.753 ibu hamil, sedangkan pada tahun 2014 jumlah kasus hiperemesis
gravidarum menjadi 10.095 kasus (72,6%) dan 13.896 ibu hamil, pada
tahun 2015 jumlah kasus hiperemesis gravidarum menjadi 9.783 kasus
(85%) dan 11.521 ibu hamil (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara, 2015).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016,
menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu untuk Kota Kendari menempati
urutan pertama sebanyak 8 kasus (11,94%) dari 67 kasus (Dinkes Prov.
Sultra, 2017). Rumah Sakit Umum (RSU) Dewi Sartika Kota Kendari
merupakan salah satu rumah sakit yang terdapat di Kota Kendari. Data
kunjungan ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak 287 ibu hamil, tahun 2016
mengalami peningkatan sebanyak 319 ibu hamil, dan terus mengalami
peningkatan pada periode Januari-Desember 2017 sebanyak 541 ibu
-
4
hamil dengan hiperemesis gravidarum sebanyak 72 kasus (Rekam Medik
RSU Dewi Sartika, 2017).
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,
namun menurut Mansjoer (2010), beberapa faktor penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum antara lain yaitu faktor predisposisi (primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda), faktor organik (alergi, masuknya
vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik akibat hamil dan
resistensi ibu yang menurun) serta faktor psikologi (umur, pendidikan dan
pekerjaan).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anasari (2012)
mengungkapkan bahwa usia ibu memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Usia ibu < 20 tahun dan > 35
tahun lebih berisiko terhadap kejadian hiperemesis gravidarum
dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun. Pekerjaan memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Ibu yang
bekerja lebih besar risikonya terhadap kejadian hiperemesis gravidarum
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Faktor psikologi memegang
peranan penting pada penyakit ini, misalnya rumah tangga retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan atau takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis telah melakukan
penelitian dengan judul “Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami
Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun
2017”.
-
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah identifikasi ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Tahun 2017?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi umur ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun
2017.
b. Untuk mengidentifikasi pendidikan ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun
2017.
c. Untuk mengidentifikasi pekerjaan ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun
2017.
d. Untuk mengidentifikasi paritas ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun
2017.
-
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan informasi
yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dan pengembangan
promosi kesehatan ibu dalam pembuatan kebijakan serta upaya
peningkatan kesehatan ibu hamil.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
informasi pengetahuan khususnya mengenai hiperemesis gravidarum
pada masyarakat, selain itu diharapkan masyarakat dapat
meningkatkan pengetahuannya sehubungan dengan kasus ginekologi,
khususnya kejadian hiperemesis gravidarum.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk melatih diri dan berfikir
secara ilmiah khususnya masalah kejadian hiperemesis gravidarum
pada ibu hamil.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah:
1. Anasari (2011). Beberapa Determinan Penyebab Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Di RSU Ananda Purwokerto Tahun 2009-
2011. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan
-
7
desain case control. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil
yang tercatat di RSU Ananda Purwokerto periode 1 Januari 2009-31
Desember 2011. Sampel kasus dan sampel kontrol masing sebanyak
107 ibu hamil. Instrumen penelitian menggunakan checklist. Analisis
data menggunakan uji chi square. Persamaan dengan penelitian ini
terletak pada variabel umur dan pekerjaan, sedangkan perbedaannya
adalah peneliti menambahkan variabel pendidikan dan paritas.
2. Rizki Nadia Pratiwi (2015). Gambaran Kejadian Hiperemisis
Gravidarum pada Ibu Hamil TM 1 di RSUD Wates tahun 2012-2014.
Populasi adalah semua ibu hamil Trimester I sebanyak 194 orang.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usia menarch lambat (>16
tahun) mempunyai resiko terjadinya hiperemisis gravidarum yaitu
sebanyak 28 responden dengan persentase 43,8%. Paritas multipara
mempunyai resiko terjadinya hiperemisis gravidarum yaitu sebesar 38
responden dengan persentase 59,4%. Perbedaan dengan penelitian ini
adalah penggunaan variabel penelitian, dimana pada penelitian ini
menambahkan variabel umur, pendidikan dan pekerjaan.
-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kehamilan
1. Pengertian
Masa kehamilan terjadi mulai dari konsepsi sampai janin lahir.
Perkembangan janin kehamilan normal membutuhkan waktu 280 hari
(40 minggu jika dinyatakan dengan bulan 9 bulan 7 hari) mulai dihitung
dari hari pertama haid terakhir (HPHT) (Saifuddin, 2010).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan
ovum kemudian dilanjutkan dengan implantasi atau nidasi. Kehamilan
normal akan berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan menurut
kalender internasional jika dihitung dari fertilisasi sampai bayi lahir.
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama mulai 0-
12 minggu, trimester kedua 13-27 minggu, dan trimester ketiga 28-40
minggu (Saifuddin, 2010).
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu
terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya
sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama
259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama,
2014).
Manuaba, dkk (2012) memberikan definisi kehamilan secara
berbeda. Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan
yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel
8
-
9
telur) dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan
pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan
pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm).
Berdasarkan beberapa definisi kehamilan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan
sperma yang telah matang sehingga terjadilah nidasi dan tumbuh
berkembang sampai aterm.
Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua,
banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan
yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian
pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan
mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu misalnya pendarahan
melalui jalan lahir, eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang
sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan
beresiko tinggi.
2. Proses Terjadinya Kehamilan
Proses terjadinya kehamilan menurut Hutahaean S (2013) diawali
dengan proses pembuahan (konsepsi). Pembuahan atau konsepsi
sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki
dengan ovum perempuan.
Pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang distimulasi
oleh hormon estrogen ini terjadi disepertiga saluran (tuba fallopi).
Sementara penghambatan pertemuan antara sel telur dengan sel
-
10
sperma pada dua pertiga bagian atau tiga pertiga bagian dari saluran
telur dilakukan oleh hormon progesteron. Pada saat ovulasi, ovum
akan didorong keluar dan folikel de Graf dan kemudian ditangkap oleh
fimbriae. Jutaan sperma harus bejalan dari vagina menuju uterus dan
masuk ke tuba fallopi. Dalam perjalanan itu, kebanyakan sperma
dihancurkan oleh mukus (lendir) asam di vagina, uterus, dan tuba
fallopi. Diantara beberapa sel sperma yang bertahan hidup, hanya satu
yang dapat masuk menembus dan membuahi ovum. Setelah teijadi
pembuahan, membran ovum segera mengeras untuk mencegah sel
sperma lain masuk.
Ovum yang sudah dibuahi (zigot) memerlukan waktu 6 sampai 8
hari untuk berjalan ke dalam uterus. Selama perjalanan tersebut, zigot
berkembang melalui pembelahan sel yang sederhana setiap 12 sampai
15 jam sekali, namun ukurannya tidak berubah. Ketika mencapai
uterus, zigot yang merupakan massa sel disebut morula kemudian
terpisah menjadi dua lapisan yaitu massa sel luar dan massa sel dalam
yang disebut blastokist. Sekitar 10 hari setalah terjadi fertilisasi ovum,
blastokist akan menanamkan dirinya dalam endometrium yang disebut
dengan implantasi. Begitu implantasi terjadi, lapisan uterus (desidua)
akan menyelimuti blastokist dan kehamilan terbentuk.
3. Tanda dan Gejala Awal Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan ada tiga yaitu (Sulistyawati, 2009;
Jannah, 2011; Nugroho, dkk, 2014):
-
11
a. Tanda Presumtif/ Tanda Tidak Pasti
Tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah perubahan-
perubahan yang dirasakan oleh ibu (subjektif) yang timbul selama
kehamilan. Yang termasuk tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah:
1) Amenorhoe (tidak dapat haid)
Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe
menandakan kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting
karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Kadang-
kadang amenorhoe disebabkan oleh hal-hal lain diantaranya
akibat menderita penyakit TBC, typhus, anemia atau karena
pengaruh psikis.
2) Nausea (enek) dan emesis (muntah)
Pada umumnya, nausea terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan sampai akhir triwulan pertama dan kadang-kadang
disertai oleh muntah. Nausea sering terjadi pada pagi hari, tetapi
tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam
batas tertentu, keadaan ini masih fisiologis, namun bila terlampau
sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut
dengan hiperemesis gravidarum.
3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan
makin tuanya usia kehamilan.
-
12
4) Mamae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh esterogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli pada mamae
sehingga glandula montglomery tampak lebih jelas.
5) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
Keadaan ini terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu
nafsu makan akan timbul kembali.
6) Sering buang air kecil
Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan
pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
Pada triwulan kedua, umumnya keluhan ini hilang oleh karena
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir
triwulan, gejala ini bisa timbul kembali karena janin mulai masuk
ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.
7) Obstipasi
Keadaan ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid.
8) Pigmentasi kulit
Keadaan ini terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Kadang-
kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan pada pipi,
hidung dan dahi yang dikenal dengan kloasma gravidarum
(topeng kehamilan). Areola mame juga menjadi lebih hitam
karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher
menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena
-
13
pengaruh hormon kortiko steroid plasenta yang merangsang
melanofor dan kulit.
9) Epulis
Epulis merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae yang sering
terjadi pada triwulan pertama.
10) Varises (penekanan vena-vena)
Keadaan ini sering dijumpai pada triwulan terakhir dan terdapat
pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis.
Pada multigravida, kadang-kadang varises ditemukan pada
kehamilan yang terdahulu, kemudian timbul kembali pada
triwulan pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan
gejala pertama kehamilan muda.
b. Tanda Kemungkinan Hamil
Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan yang
diobservasi oleh pemeriksa (bersifat objektif), namun berupa dugaan
kehamilan saja. Semakin banyak tanda-tanda yang didapatkan,
semakin besar pula kemungkinan kehamilan. Yang termasuk tanda
kemungkinan hamil adalah:
1) Uterus membesar
Pada keadaan ini, terjadi perubahan bentuk, besar dan
konsistensi rahim. Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba bahwa
uterus membesar dan semakin lama semakin bundar bentuknya.
-
14
2) Tanda hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menajdi lunak,
terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama, ismus
uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus
pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang
dan lebih lunak sehingga kalau diletakkan dua jari dalam fornix
posterior dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis
maka ismus ini tidak teraba seolah-olah korpus uteri sama sekali
terpisah dari uterus.
3) Tanda chadwick
Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih
merah dan agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio pun tampak
livide. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone esterogen.
4) Tanda piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran
tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya.
Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan
pembesaran tersebut.
5) Tanda braxton hicks
Bila uterus dirangsang, akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi
atau pemeriksaan dalam uterus yang awalnya lunak akan
menjadi keras karena berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus
dalam masa kehamilan.
-
15
6) Goodell sign
Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti
merasakan ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak
pada perabaan selunak vivir atau ujung bawah daun telinga.
7) Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air seni
pertama pada pagi hari. Dengan tes ini, dapat membantu
menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
c. Tanda Pasti Hamil
Tanda pasti adalah tanda-tanda objektif yang didapatkan oleh
pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada
kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan adalah:
1) Terasa gerakan janin
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya
pada kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida, dapat
dirasakan pada kehamilan 16 minggu karena telah
berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan keempat
dan kelima, janin berukuran kecil jika dibandingkan dengan
banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau
digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim.
-
16
2) Teraba bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh
pemeriksa dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir
trimester kedua.
3) Denyut jantung janin
Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh
pemeriksa dengan menggunakan:
a) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu.
b) Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu.
c) Stetoskop laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu
4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen
5) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin
berupa ukuran kantong janin, panjangnya janin dan diameter
bipateralis sehingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan
4. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya dalam kehamilan menurut Jannah N., (2012),
yaitu sebagai berikut:
a. Perdarahan pervaginam yang terjadi pada wanita hamil dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu: (1) Pada awal kehamilan;
abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik terganggu; dan (2)
Pada akhir kehamilan; solutio plasenta dan plasenta previa.
b. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang. Hal ini
merupakan salah satu gejala preeklampsi
-
17
c. Preeklampsi dan ekiampsi. Pree!dampsi biasanya juga disertai
penglihatan kabur, bengkak atau oedema pada kaki, wajah dan
tangan serta nyeri epigastriwn. Gejala lanjutan dan preeklampsi
adalah kejang/eklampsi.
d. Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa
sakit seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh
malaria. Akibat gangguan tersebut dapat terjadi keguguran,
persalinan prematuritas, dismaturitas, kematian neonatus tinggi,
kala II memanjang, dan retensio plasenta.
e. Anemia pada kehamilan dapat mempengaruhi terjadinya abortus,
partus prematurus Intrauterine Growth Restriction (IUGR), infeksi,
dan hiperemesis gravidarum. Anemia ditandai dengan kelopak
mata, lidah dan kuku pucat, lemah dan merasa cepat lelah,
berkunang-kunang, napas pendek, nadi meningkat dan pingsan.
f. Nyeri epigastrium/abdomen yang hebat. Hal ini bisa berupa
appendicitis, abortus, penyakit radang panggul, persalinan preterm,
gastritis, dan infeksi kandung kemih.
g. Bayi kurang bergerak seperti biasa. Bayi harus bergerak paling
sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu
selama 12 jam yaitu sebanyak 10 kali.
h. Keluar air ketuban sebelum waktunya. Ketuban Pecah Dini (KPD)
dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau
yang khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan
-
18
persalinan prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi.
i. Muntah terus menerus (hiperemesis gravidarum). Gejalanya yaitu
nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium,
tekanan darah menurun dan nadi meningkat, lidah kering dan mata
nampak cekung.
B. Tinjauan Tentang Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual atau muntah yang terjadi
sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana
segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena
penyakit seperti appendisitis, dan sebagainya (Nugroho T, 2012).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Mual muntah merupakan gangguan yang paling sering di temui
pada kehamilan trimester I, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir
selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual
muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya terjadi lebih berat
hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan yang
terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya
-
19
ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari
5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis dan kekurangan nutrisi. Hal
tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh
kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia
kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus
berlanjut sampai kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari dan
terjadi dehidrasi (Jannah N, 2012).
2. Tingkat dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi ke dalam 3 tingkatan menurut Hutahaean S. (2013), yaitu
sebagai berikut:
a. Tingkat I (Ringan)
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun, dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100
kali per menit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit berkurang,
lidah mengering, dan mata cekung.
b. Tingkat II (Sedang)
Penderita tampak lebih lemas dan apatis. Turgor kulit lebih
berkurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,
suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan
menurun dan mata menjadi cekung, tekanan darah rendah,
-
20
hemokonsentrasi, oliguri, dan konstipasi. Tercium aseton pada bau
mulut, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam urin.
c. Tingkat III (Berat)
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu
badan meningkat, serta tekanan darah menurun. Komplikasi fatal
dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati
wernicke dengan gejala nistagmus dan diplopia.
3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,
namun menurut Mansjoer (2010), beberapa faktor penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum antara lain yaitu faktor predisposisi
(primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda), faktor organik
(alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik
akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun) serta faktor psikologi
(umur, pendidikan dan pekerjaan).
Adapun faktor-faktor penyebab hiperemesis gravidarium yang
dikemukakan oleh Pudiastuti (2012), antara lain:
a. Faktor predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola
hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar
Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Frekuensi yang tinggi pada
mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa
-
21
faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b. Faktor organik, masuknya vili khorialis dalam siklus maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun.
c. Faktor Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan
d. Faktor psikologis. Faktor ini memegang peran penting pada
hiperemesis gravidarium walaupun hubungannya dengan terjadinya
hiperemesis gravidarium belum diketahui secara pasti. Sebagai
contoh rumah tangga yang rusak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah.
4. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual
muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hpokioremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton dalam darah,
kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton
dalam darah, kekurangan cairan yang diminun dan kehilangan cairan
-
22
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang (Rahmawati, 2011).
Menurut Manuaba (2012) penyebab dari mual muntah adalah
pada hamil trimester I peristlatik lambung berkurang sehingga
menyebabkan gangguan dalam metabolisme makanan sehingga
menyebabkan mual muntah.Tetapi juga disebakan oleh hormon
chorionic gonadotropin yang dibentuk berlebihan pada kehamilan yang
merangsang lambung sehingga dapat menimbulkan reflek medula
oblongata untuk muntah.
Pada hiperemesis gravidarum di awali dengan mual muntah yang
berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah
turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi jaringan
menurun untuk memberikan nutrisi dan mengkonsumsi O2. Muntah
yang berlebihan dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH
darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua masalah tersebut
menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini:
a. Liver
1) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun
2) Gangguan fungsi sel liver dan icterus
3) Terjadi perdarahan para parenkim liver sehingga menyebabkan
gangguan
b. Ginjal
1) Dehidrasi penurunan deuresis sehingga sisa metabolisme
tertimbun seperti: asam laktat dan benda keton
-
23
2) Terjadi perdarahan nekrosis sel ginjal, deuresis berkurang
bahkan dapat anuria dan mungkin terjadi albuminuria
c. Sistem Saraf
1) Terjadi nekrosis dan perdarahan otak di antara perdarahan
ventrikel.
2) Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat
merusak fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan
ensefalopati wernicke.
3) Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan.
5. Diagnosis
Secara klinis penegakkan diagnosis hiperemesis gravidarum
dilakukan dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu
(amenore yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut
pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual muntah hebat yang
dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi
(>100 kali/menit), penurunan tekanan darah, dan dengan semakin
beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan penurunan
kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik lengkap dapat dijumpai mata tampak
cekung, tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat, penurunan berat
badan, uterus yang besarnya sesuai dengan umur kehamilan dengan
konsistensi lunak, dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
-
24
hipokalema (kekurangan kalium), hiponatremia (kekurangan natrium
kiorida) (Pudiastuti, 2012).
Menurut Proverawati (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah:
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat): mengkaji usia
gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas
janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis: kultur, deteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar ALH
6. Komplikasi
Menurut Proverawati (2011) komplikasi hiperemesis gravidarum
adalah:
a. Dehidrasi berat
b. Ikterik
c. Takikardi
d. Suhu meningkat
e. Alkolosis
f. Kelaparan
g. Gangguan emosional
h. Menarik diri dan depresi
Menurut Saputra L (2014), komplikasi yang biasa terjadi, yaitu:
a. Penurunan berat badan yang cukup banyak
b. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria
-
25
c. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
d. Gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis dan alkalosis)
e. Kerusakan retina, saraf dan renal.
C. Faktor yang Diteliti Berhubungan Dengan Hiperemesis Gravidarum
1. Umur Ibu
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai
saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang
baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi
(Notoatmodjo, 2007).
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan
perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan
fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan
mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia
perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya yaitu
umur reproduksi (Yunita, 2010).
Kehamilan dikatakan berisiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun
dan diatas 35 tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik
untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini
tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan
kehamilan di atas 35 tahun mempunyai risiko untuk mengalami
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain: perdarahan,
-
26
gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama
(Manuaba, 2012).
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35
tahun. Kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan Hiperemesis karena pada kehamilan diusia kurang 20
secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya
belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa di usia ini (Wiknjosastro, 2010).
Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) (2010), Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun
lebih di sebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik,
mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan
jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan
di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik
mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka
bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada
impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui
saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke
diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Permasalahan
dari segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan
-
27
menekankan pentingnya usaha-usaha untuk melindungi anak-anak
yang dilahirkan kemudian.
Sedangkan hiperemesis gravidarum yang terjadi diatas umur
35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh
karena ibu belum siap hamil atau malah tidak menginginkan
kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan
menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan
memberi rangsangan pada pusat muntah otak sehingga terjadi
kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan
penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam
lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk
menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus
bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang
memicu mual dan muntah.
2. Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku terhadap pola hidup dalam memotivasi untuk siap berperan
serta dalam perubahan kesehatan. Rendahnya pendidikan seseorang
makin sedikit keinginan uintuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
dan sebaliknya makin tingginya pendidikan seseorang, makin mudah
untuk menerima informasi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan merupakan faktor predisposisi adalah faktor yang
ada dalam individu seperti pengetahuan, sikap terhadap kesehatan
-
28
serta tingkat pendidikan, dimana untuk berperilaku kesehatan misalnya
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan
tentang manfaat pemeriksaan kehamilan, baik bagi kesehatan ibu
sendiri maupun bagi janinnya (Sumijatun dkk, 2010).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan
untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang
(Depkes RI, 2008). Pekerjaan berkaitan dengan status sosial ekonomi
keluarga yang akan mendukung kemampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhannya. Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan ekonomi seseorang
dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sebagai
mata pencaharian sehari-hari (Soekanto, 2006).
Pekerjaan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
hiperemesis gravidarum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anasari (2011) yang mengungkapkan bahwa ibu yang
bekerja lebih besar risikonya terhadap kejadian hiperemesis
gravidarum dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya, diukur berdasarkan jenis
kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan ibu yang berisiko
rendah terhadap hiperemesis gravidarum antara ibu rumah tangga dan
pekerja salon. Sedangkan pekerjaan yang berisiko tinggi antara lain
-
29
adalah pelayan toko, pelayan departement store, pekerja kantor,
karyawan pabrik, petani (Ismail, 2010).
Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro (2009) yang
mengungkapkan bahwa faktor psikologi memegang peranan penting
dalam penyakit ini, misalnya, kehilangan pekerjaan, beban pekerjaan
yang berat, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai pelarian kesukaran hidup. Hal
ini tidak jarang dapat diatasi dengan cara memberikan suasana baru,
sehingga dapat mengurangi frekuensi muntah.
4. Paritas
Menurut Saifuddin (2010), paritas adalah jumlah kehamilan
yamg menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 mg).
Paritas dapat dibedakan menjadi nullipara, primipara, multipara dan
grande multipara. Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering
dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan
dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan
pertama.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Jumlah kehamilan 2-3 (multi) merupakan paritas yang
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal (Wiknjosastro,
2010).
Faktor paritas mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum,
hal ini disebabkan hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh
primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat
-
30
kestresan dan usia ibu saat mengalami kehamilan pertama. Pada ibu
dengan primigravida, faktor psikologik memegang peranan penting
pada penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai
pelarian kesukaran hidup (Nining, 2009).
Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro (2009) yang
mengungkapkan bahwa ibu primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan
hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat, hingga
muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari
saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam
lambung.
Penyebab hyperemesis belum diketahui secara pasti. Telah
diketahui beberapa faktor prodisposisi terjadinya Hiperemesis
Gravidarum yaitu wanita hamil dengan anemia, primigravida,
kehamilan ganda dan molahidatidosa. Hasil penelitian ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Minerva (2010) yang berjudul
studi deskriptif umur, paritas dan pekerjaan sebagai faktor predisposisi
kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di RB “YKWP”
Mranggen menunjukkan bahwa paritas pada wanita primigravida lebih
banyak dibandingkan wanita multigravida. Maka dapat dilihat dari hasil
-
31
penelitian bahwa paritas wanita primigravida lebih berpeluang banyak
mengalami hiperemesis gravidarum.
D. Landasan Teori
Hiperemesis gravidarum adalah mual atau muntah yang terjadi
sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti
appendisitis, dan sebagainya (Nugroho T, 2012).
Kejadian hiperemesis gravidarum pada wanita hamil dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: umur, paritas, pekerjaan, molahidatidosa,
kehamilan ganda, faktor psikologi, faktor hormonal. Menurut Notoatmodjo
(2012) bahwa pada usia 20-35, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Selain itu, menurut Wiknjosastro (2009) umur 20-
35 tahun merupakan umur yang baik untuk kehamilan seorang wanita.
Frekuensi hiperemesis gravidarum lebih tinggi pada primigravida
terutama primigravida pada wanita yang berusia muda yang umumnya
kurang dari 20 tahun. Banyaknya paritas berpengaruh terhadap terjadinya
hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum terjadi pada 60-80%
wanita dengan kehamilan pertama, dan 40-60% wanita yang pernah hamil
sebelumnya (Puruhito, 2010).
-
32
Pekerjaan merupakan segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan
untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat di nilai dengan uang.
Apabila seseorang mendapatkan penghasilan yang lebih, maka akan lebih
mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Wanita dengan
keadaan ekonomi yang baik akan lebih jarang menderita hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum mungkin lebih sering terdapat pada
wanita dan keluarga yang tidak mampu.
E. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka
penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Paritas
Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada
Ibu Hamil
-
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi
ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Kota Kendari.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2018.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya di RSU Dewi Sartika periode Januari-
Desember 2017 sebanyak 541 ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum sebanyak 72 kasus.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara total
sampling, dimana seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
yang terdiagnosa hiperemesis gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota
33
-
34
Kendari tahun 2017 sebanyak 72 orang yang ditetapkan sebagai
sampel penelitian.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan paritas.
2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
F. Definisi Operasional
1. Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang mengalami mual dan
muntah berlebihan terjadi Kira-kira saat umur kehamilan 20 minggu.
Ketika umur kehamilan 14 minggu (trimester pertama), mual muntah
yang dialami ibu begitu berat. Semua yang dimakan dan diminum ibu,
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan
sehari-hari ibu (Hutahaean S, 2013).
2. Umur
Umur adalah usia responden saat penelitian dilakukan, dengan
kategori:
a. < 20 tahun
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun (Depkes RI, 2009).
-
35
3. Pendidikan
Pendidikan adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang
diselesaikan oleh responden, dengan kategori:
a. Pendidikan Dasar: SD dan SMP
b. Pendidikan Menengah: SMA Sederajat
c. Perguruan Tinggi: Diploma dan Sarjana (Notoatmodjo, 2012).
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden
sehari-hari, dengan kategori:
a. Bekerja : Pegawai Negeri/Swasta, Wiraswasta
b. Tidak Bekerja : IRT (Ibu Rumah Tangga) (Notoatmodjo, 2012).
5. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan responden,
baik lahir hidup maupun mati, dengan kategori:
a. Paritas I
b. Paritas II - III
c. Paritas > III (Pudiastuti, 2012).
G. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan
melalui buku registrasi ibu Hamil di Poli KIA dan gambaran umum lokasi
penelitian.
-
36
H. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Proses editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengecek kelengkapan data dari buku register di Poli KIA.
2. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
3. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2008).
I. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
K. Analisis Data
Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan
kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
-
37
disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka
digunakan rumus:
%100=N
fP
Keterangan:
f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).
-
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Rumah Sakit Umum (RSU) Dewi Sartika Kendari terletak di
Jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota
Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat
strategis karena berada di tengah-tengah lingkungan pemukiman
penduduk dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Adapun
batas-batas RSU Dewi Sartika Kota Kendari secara administratif
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kelurahan Wandudopi
2) Sebelah Timur : Kelurahan Lepo-Lepo
3) Sebelah Selatan : Kelurahan Baruga
4) Sebelah Barat : Kelurahan Watubangga.
b. Lingkungan Fisik
RSU Dewi Sartika Kendari berdiri di atas tanah seluas 1.624
m2 dengan luas bangunan 957,90 m2. RSU Dewi Sartika Kendari
selama kurun waktu 8 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai
dengan tahun 2018 telah melakukan pengembangan fisik
bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan
38
-
39
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya
masyarakat Kota Kendari.
c. Status
RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun tahun 2009
dengan izin operasional sementara dari Walikota Kendari Nomor.
561/IZN/XI2010/001 tanggal 5 November 2010, maka rumah sakit
ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan di bawah
naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang sekaligus
sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah Sakit
tipe D.
d. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan
upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di
atas, RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi:
1) Menyelenggarakan pelayanan medik
2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan
-
40
5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
e. Sarana dan Prasarana serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah
sebagai berikut:
1) IGD dengan kapasitas tempat tidur 11 unit, VIP dengan
kapasitas tempat tidur 14 unit, Poliklinik Spesialis, Ruang
perawatan Kelas I dengan kapasitas tempat tidur 10 unit, Kelas
II dengan kapasitas tempat tidur 12 unit, Kelas III dengan
kapasitas tempat tidur 37 unit, serta ruang bersalin dengan
kapasitas tempat tidur sebanyak 7 unit.
2) Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset
sebagai cadangan.
3) Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur
bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.
4) Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan
fasilitas internet (WiFi).
5) Alat pemadan kebakaran
6) Sarana pembuangan limbah
7) Untuk sampah disediakan tempat sampah di setiap ruangan
dan juga di luar ruangan, sampah akhirnya dibuang ke tempat
pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh
mobil pengangkut sampah
-
41
8) Untuk limbah cair di tiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi
dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah
9) Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika
Kendari adalah sebagai berikut:
1) Pelayanan Medis
a) Instalasi Gawat Darurat
b) Instalasi Rawat Jalan, yang meliputi: Poliklinik Obsgyn,
Poliklinik Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata,
Poliklinik Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik
Radiologi, Poliklinik Jantung, dan Poliklinik Gigi Anak.
c) Instalasi Rawat Inap, meliputi: Rawat Inap
Dewasa/Anak/Umum dan Persalinan.
d) Kamar Operasi, meliputi: operasi obsgyn dan bedah umum.
e) High Care Unit (HCU)
2) Pelayanan Penunjang Medis
a) Intalasi Farmasi
b) Radiologi
c) Laboratorium
d) Instalasi Gizi
e) Ambulance
3) Pelayanan Non Medis
a) Sterilisasi
b) Loundry
-
42
f. Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi RSU Dewi Sartika Kendari yaitu “terwujudnya rumah sakit
yang mandiri dan bersaing secara global”. Untuk mewujudkan visi
tersebut, maka misi yang diemban oleh RSU Dewi Sartika Kendari
adalah:
1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau dengan
mengutamakan kepuasan pasien
4) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
g. Program
Program kesehatan yang dilakukan di RSU Dewi Sartika
Kendari antara lain:
1) Umum: Pemeriksaan kesehatan umum kepada masyarakat
yang membutuhkan pertolongan, penyakit dalam, bedah dan
sebagainya.
2) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak): Pemeriksaan ibu hamil. Ibu nifas
dan menyusui, Balita dan lain-lain.
3) Pelayanan dan Konseling Keluarga Berencana
4) Pelayanan Imunisasi
5) Pertolongan persalinan aman oleh dokter spesialis
6) Konsultasi bayi baru lahir oleh dokter spesialis/bidan
7) Pertolongan persalinan patologi, bila perlu tindakan operasi
-
43
8) Pemberian ASI eksklusif (bayi hanya diberi ASI saja tanpa
makanan cairan lainnya).
9) Kesehatan gigi dan lain-lain.
h. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di RSU Dewi Sartika Kendari
berjumlah 160 orang yang terdiri dari 17 orang part time dan 143
full time dengan spesifikasi pendidikan sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Jumlah SDM di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
No. Jenis Tenaga Status Ketenagaan
Jumlah Tetap Tidak Tetap
A. Tenaga Medis
1 Dokter Spesialis Obgyn 1 1 2
2 Dokter Spesialis Bedah - 1 1
3 Dokter Spesialis Interna - 1 1
4 Dokter Spesialis Anastesi
- 1 1
5 Dokter Spesialis PK - 1 1
6 Dokter Spesialis Anak - 1 1
7 Dokter Radiologi - 1 1
8 Dokter Spesialis THT - 1 1
9 Dokter Spesialis Mata - 1 1
10 Dokter Spesialis Jantung - 1 1
11 Dokter Gigi Anak - 1 1
12 Dokter Umum - 3 3
B. Paramedis
1 S1 Keperawatan/Ners 26 - 26
2 DIV Kebidanan 5 2 7
3 DIII Bidan 43 - 43
4 DIII Keperawatan 56 - 56
C. Tenaga Kesehatan Lain
1 SKM 1 1 2
2 Apoteker 1 2 3
3 DIII/Farmasi 1 1 2
4 S1 Gizi 1 - 1
5 DIII Analis Kesehatan 3 - 3
D. Non Medis 13 - 13
Sumber: Data Primer, 2018.
-
44
2. Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Menurut Umur Ibu Hamil
Tabel 2. Distribusi Umur Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Umur (Tahun) n %
< 20 4 5,5
20 – 35 46 63,9
> 35 22 30,6
Total 72 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden
sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak
46 orang (63,9%), dan yang paling sedikit berumur < 20 tahun
sebanyak 4 orang (5,5%).
b. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Menurut Pendidikan Ibu Hamil
Tabel 3. Distribusi Pendidikan Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Pendidikan n %
Dasar 12 16,7
Menengah 37 51,4
Tinggi 23 31,9
Total 72 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden
sebagian besar responden memiliki pendidikan menengah (SMA
Sederajat), yakni sebanyak 37 orang (51,4%), dan yang paling
-
45
sedikit memiliki Pendidikan Dasar (SD dan SMP) sebanyak 12
orang (16,7%).
c. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Menurut Pekerjaan Ibu Hamil
Tabel 4. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Pekerjaan n %
Bekerja 32 44,4
Tidak Bekerja/IRT 40 55,6
Total 72 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden
sebagian besar responden tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga),
yakni sebanyak 40 orang (55,6%), dan yang bekerja (Pegawai
Negeri/Swasta dan Wiraswasta) sebanyak 32 orang (44,4%).
d. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Menurut Paritas Ibu Hamil
Tabel 5. Distribusi Paritas Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Paritas n %
I 34 47,2
II - III 23 31,9
> III 15 20,9
Total 72 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden
sebagian besar responden memiliki paritas I, yakni sebanyak 34
orang (47,2%), dan yang paling sedikit memiliki paritas > III
sebanyak 15 orang (20,9%).
-
46
B. Pembahasan
1. Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak 46 orang (63,9%), dan yang
paling sedikit berumur < 20 tahun sebanyak 4 orang (5,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum di RSU Dewi
Sartika Kota Kendari lebih banyak dialami oleh ibu hamil yang berumur
20-35 tahun. Kejadian hiperemesis gravidarum tersebut di atas
ternyata kelompok umur 20-35 tahun memperoleh angka tertinggi
yang menderita hiperemesis gravidarum dibandingkan yang tidak
mengalami hiperemesis gravidarum. Hal ini terjadi karena walaupun
pada umur 20-35 tahun adalah umur yang sesuai dan bisa menerima
kehamilan karena kematangan fisik serta organ-organ lainnya tetap
saja dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Hubungan faktor
psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum begitu jelas
tetapi besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan
sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis
gravidarum (Manuaba, 2010).
Hal ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa
kejadian hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada ibu
berumur 35 tahun. Hal ini diduga karena faktor resiko
terjadinya hiperemesis gravidarum misalnya faktor predisposisi, faktor
-
47
organik dan faktor psikologi tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2010), yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
hiperemesis gravidarum yaitu faktor predisposisi (primigravida,
overdistensi rahim, hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan
Hormone Chorionic Gonadotrophin (HCG) tinggi, mola hidatidosa),
faktor organik seperti masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak
ibu dan alergi dan faktor psikologis yaitu rumah tangga yang retak dan
hamil yang tidak diinginkan.
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan
alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ
tubuh didalam menerima kehadiran dan mendukung perkembangan
janin. Seorang wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri
fase tertentu dalam kehidupannya yaitu umur reproduksi.
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada
umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang
dengan baik dan belum cukup dewasa untuk menjadi ibu sedangkan
pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya
serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah mengalami
kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian pada ibu.
-
48
Umur hidup saat kehamilan merupakan salah satu faktor
penyebab hiperemsis gravidarum, usia seorang wanita yang masih
terlalu muda untuk hamil, menyebabkan belum siap atau takut
menghadapi tanggung jawab sebagai ibu menyebabkan konflik mental
yang memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan untuk hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup.
Sebaliknya seorang wanita dalam usianya yang semakin tua
akan mengakibatkan suatu proses penurunan fungsi fisiologi tubuh
termasuk organ-organ reproduksi sehingga ibu merasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan yang dihadapi. Dengan demikian umur
seorang ibu yang merupakan penentu terjadi atau tidaknya
hiperemesis gravidarum (Hidayanti, 2009).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Nurnaningsih
(2012) bahwa hiperemesis gravidarum frekuensinya lebih tinggi dari
kelompok umur resiko rendah (20-35 tahun) yaitu 46 orang (78,0%)
sedangkan kelompok umur resiko tinggi (< 20 dan > 35 tahun) yaitu 13
orang (22,0%). Sedangkan hasil penelitian Sastri (2013) menunjukkan
umur resiko tinggi sebanyak 65 responden (64,3%) dan umur resiko
rendah 36 responden (35,7%).
Menurut Rochjati (2010) Ibu hamil lebih beresiko menderita
hiperemesis gravidarum pada umur 35 tahun. Pada ibu yang
terlalu muda atau berumur
-
49
berfungsi secara optimal dan secara psikologis belum siap untuk hamil
dan menjadi orang tua, sehingga terjadi konflik mental yang membuat
ibu tidak memperhatikan asupan nutrisinya yang menyebabkan
terjadinya iritasi lambung sehingga menimbulkan reaksi pada impuls
motoric untuk memberi rangsangan pada pusat muntah. Sedangkan
untuk ibu yang umurnya semakin tua atau >35 tahun mengakibatkan
terjadinya penurunan fungsi termasuk organ reproduksi dan secara
psikologis ibu merasa tidak sanggup lagi untuk hamil yang dapat
memacu stres dan merangsang hipotalamus merangsang pusat
muntah di otak.
Menurut Rochjati (2010), sedangkan hiperemesis gravidarum
yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis
yang disebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak
menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian
tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi
hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat muntah otak
sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai
dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam
lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk
menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus
bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang
memicu mual dan muntah.
-
50
2. Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 responden sebagian
besar responden memiliki pendidikan menengah (SMA Sederajat),
yakni sebanyak 37 orang (51,4%), dan yang paling sedikit memiliki
Pendidikan Dasar (SD dan SMP) sebanyak 12 orang (16,7%).
Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan menerima
informasi kesehatan dari media massa dan petugas kesehatan.
Banyak kasus kesakitan dan kematian masyarakat diakibatkan
rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Suatu laporan dari negara
bagian Kerala di India Utara menyatakan bahwa status kesehatan
disana sangat baik, jauh diatas rata-rata status kesehatan nasional.
Setelah ditelusuri ternyata tingkat pendidikan kaum wanitanya sangat
tinggi diatas kaum pria (Amalia, 2009).
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap
dan berperan serta dalam perkembangan kesehatan (Runiari, 2010).
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku terhadap pola hidup dalam memotivasi untuk siap berperan
-
51
serta dalam perubahan kesehatan. Rendahnya pendidikan seseorang
makin sedikit keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan,
dan sebaliknya makin tingginya pendidikan seseorang, makin mudah
untuk menerima informasi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada.
Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi,
sehingga makin baik pengetahuannya, akan tetapi seseorang yang
berpendidikan rendah belum tentu berpengetahuan rendah.
Pengetahuan tidak hanya bisa diperoleh dari pendidikan formal akan
tetapi bisa diperoleh melalui pendidikan non formal seperti
pengalaman pribadi, media, lingkungan, dan penyuluhan kesehatan,
sehingga bisa juga seseorang dengan pendidikan tinggi dapat
terpapar dengan penyakit begitu pula sebaliknya (Notoatmodjo, 2010).
Pendidikan merupakan faktor predisposisi adalah faktor yang ada
dalam individu seperti pengetahuan, sikap terhadap kesehatan serta
tingkat pendidikan. Dimana untuk berprilaku kesehatan misalnya
(pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil) diperlukan pengetahuan
tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri
maupun bagi janinnya (Sumijatin, 2010).
Menurut Annisa (2012) sebagian besar yang mengalami
hiperemesis gravidarum ibu hamil yang berpendidikan SMA. Pada
penelitian ini sudah sesuai dengan teori, kurangnya pengetahuan
dapat mempengaruhi kejadian hiperemesis, serta kurangnya informasi
-
52
dari tenaga kesehatan mengenai pencegahan hiperemesis juga dapat
menjadi faktor lain yang menyebabkan hiperemesis gravidarum.
3. Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 responden sebagian
besar responden tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga), yakni sebanyak
40 orang (55,6%), dan yang bekerja (Pegawai Negeri/Swasta dan
Wiraswasta) sebanyak 32 orang (44,4%).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2008), bekerja
adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau
membantu penghasilan atau keuntungan dan pekerjaan keluarga
tanpa upaya yang membantu dalam suatu usaha di keluarga, kegiatan
ekonomi keluarga. Hiperemesis gravidarum lebih rentan pada ibu yang
bekerja diluar rumah dibandingkan dengan ibu yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Ibu yang bekerja sebagai rumah
tangga dapat mengalami hiperemesis gravidarum dikarenakan
kemungkinan stress yang dialami oleh ibu dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan dimana menjadi seorang ibu merupakan hal
yang amat didambakan oleh banyak wanita dalam kehidupan mereka,
akan tetapi menjadi ibu tentu merupakan suatu aktivitas yang penuh
stres. Cemas dengan kehamilan dan persalinan, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan sehingga dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
-
53
terhadap kesukaran hidup. Sedangkan pada ibu yang bekerja di luar
rumah kehamilan kurang mendapatkan perhatian dari pihak
perusahaan sehingga wanita hamil terpaksa harus meninggalkan
pekerjaanya karena komitmen terhadap keluarga, mereka
membiasakan diri kembali dengan biaya-biaya yang mereka keluarkan
dan menerima gaji kecil (Silviana dalam Andani, 2014).
Ibu hamil yang bekerja dengan layak akan memiliki tingkat sosial
ekonomi yang baik sehingga dapat memenuhi kunjungan pemeriksaan
kehamilan sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan, hal tersebut
berdampak pada penerimaan ibu kehamilan karena ibu hamil akan
mampu memenuhi semua kebutuhan saat kehamilan hingga kelahiran.
Kunjungan pemeriksaan kehamilan yang rutin bermanfaat pada
pemenuhan nutrisi ibu selama kehamilan dapat terpenuhi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro (2010) yang
mengungkapkan bahwa faktor psikologi memegang peranan penting
dalam penyakit ini, misalnya, kehilangan pekerjaan, beban pekerjaan
yang berat, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai pelarian kesukaran hidup. Hal
ini tidak jarang dapat diatasi dengan cara memberikan suasana baru,
sehingga dapat mengurangi frekuensi muntah.
Menurut teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan
keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik.
Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan
-
54
pekerjaan dan pendapatan dapat menyebabkan terjadinya perasaan
berduka, ambivien, serta konflik (Runiari, 2010).
Menurut teori pada umumnya, pekerjaan merupakan suatu
kebutuhan dan pernyataan ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh
Steele, yang menyatakan bahwa satu dari tiga wanita dengan mual
dan muntah mengalami stress dan perpecahan dalam keluarga,
gangguan emosional, dan gangguan fungsi sosial. Hal ini terjadi pada
wanita yang bekerja dimana hampir 50% mengalami penurunan
efisiensi kerja, dan 25% membutuhkan waktu untuk istirahat kerja
(Nurnaningsih, 2012).
Hasil penelitian penelitian menunjukkan hampir seluruhnya ibu
hamil tidak bekerja atau ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
mengalami primigravida, hal ini dikarenakan kemungkinan ibu
mengalami stress, cemas pada saat hamil. Disamping hal tersebut ibu
yang tidak bekerja mengalami hiperemesis gravidarum kemungkinan
dikarenakan tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah sehingga
menyebabkan ibu hamil kurang peduli dengan kesehatan diri dan
bayinya, oleh karena itu dapat menyebabkan komplikasi pada
kehamilannya terutama mengalami hiperemesis gravidarum.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2010),
hasil penelitian yang mempengaruhi hiperemesis gravidarum
menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan
dengan kejadian hiperemesis gravidarum dimana ibu yang tidak
bekerja sebanyak 68,3% sedangkan ibu yang bekerja sebanyak
-
55
31,7%. Sehingga disimpulkan responden yang mengalami kejadian
hiperemesis gravidarum pada ibu tidak bekerja karena tingkat sosial
yang rendah yang menyebabkan ibu hamil kurang peduli dengan
kesehatan diri dan bayinya, oleh karena itu dapat menyebabkan
komplikasi pada kehamilannya terutama mengalami hiperemesis
gravidarum.
4. Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Paritas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 responden sebagian
besar responden memiliki paritas I, yakni sebanyak 34 orang (47,2%),
dan yang paling sedikit memiliki paritas >III sebanyak 15 orang
(20,9%). Kejadian hyperemesis gravidarum tersebut di atas ternyata
kelompok primigravida memperoleh angka terbesar yang menderita
hiperemesis gravidarum dibandingkan yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum adalah ibu primigravida, hal ini
disebabkan kurangnya pengalaman ibu dalam menjalani kehamilan,
dimana ibu hamil primigravida belum dapat beradaptasi dengan
peningkatan hormon hCG dimana hal tersebut dapat menyebabkan
peningkatan sensitivitas ibu terhadap bau-bau yang tidak enak.
Disamping itu pada ibu hamil primigravida, kehamilan merupakan