HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA
LANJUT USIA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan
untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama : Pelayanan Profesi Kedokteran
Oleh :
Istiati
S.520908014
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA
LANJUT USIA
Disusun oleh :
Istiati
S520908014
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. dr. Moch. Fanani, Sp.KJ
NIP 19510711980031001
Pembimbing II dr. Putu Suriyasa, M.S., PKK, Sp.OK
NIP 194811051981111001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK
NIP 194803131976101001
HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA
LANJUT USIA
Disusun oleh:
Istiati
S520908014
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : 5 Pebruari 2010
Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes,
PAK
NIP 194803131976101001
..............................
Sekretaris Prof. Dr. Ambar Mudigdo, Sp. PA
NIP 194903171976101001
..............................
Anggota Prof. Dr. dr. Moch. Fanani, Sp.KJ
NIP 19510711980031001
..............................
dr. Putu Suriyasa, M.S., PKK, Sp.OK
NIP 194811051981111001
..............................
Mengetahui
Direktur PPS UNS
Surakarta, 5 Pebruari 2010
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, PhD
NIP 195708201985031004
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK
NIP 194803131976101001
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawan ini, peneliti :
Nama : Istiati
NIM : S520908014
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Fungsi
Keluarga dengan Kecemasan Pada Lanjut Usia adalah betul-betul karya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda sitasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, Pebruari 2010
Yang membuat pernyataan,
Istiati
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas karunia-Nya tesis ini dapat
diselesaikan oleh penulis. Tesis dengan judul berjudul Hubungan Fungsi
Keluarga dengan Kecemasan Pada Lanjut Usia ini dapat diselesaikan atas
kehendak Allah SWT dan atas bantuan dari semua pihak. Tesis ini disusun untuk
memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga.
Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan
kepada pembimbing sekaligus sebagai tim penguji penulis yaitu Prof. Dr. dr.
Moch. Fanani, Sp.KJ dan dr. Putu Suriyasa, M.S., PKK, Sp.OK yang telah
menyediakan waktunya untuk memberikan bimbingan serta dorongan semangat
dan nasehat yang senantiasa beliau berikan bagi saya untuk segera menyelesaikan
tesis ini.
Kepada Prof. Dr. Ambar Mudigdo, Sp. PA dan Prof. Dr. dr. Didik
Tamtomo, MM, Mkes, PAK sebagai tim penguji, terima kasih banyak atas saran
dan masukan untuk perbaikan tesis ini.
Terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Moch. Samsulhadi,
SpJP(K) selaku Rektur UNS, Prof. Drs.Suranto, MSc, PhD selaku Direktur
Program Studi Pascasarjana UNS, dan Prof. Dr. dr. Didik Tamtomo, MM, Mkes,
PAK selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, yang telah
memberikan kesempatan kepada saya mengikuti pendidikan untuk mencapai
derajat Magister Kedokteran Keluarga di Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Sembah sujud syukur dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan
kepada kedua orang tua saya Bapak Kardjo dan Ibu Jasimah yang telah
memberikan ijin, dukungan, kasih sayang, dan kesabarannya dalam membesarkan,
membimbing, dan memberikan nasehat serta doa yang tiada hentinya sehingga
saya dapat mencapai jenjang pendidikan seperti sekarang ini.
Kepada suami tercinta, Slamet Jauhari Legowo, S.T., M.T. saya
sampaikan rasa terimakasih dan hormat atas kesediaannya mendampingi,
memberikan dorongan dan motivasi kepada saya untuk menjalani dan
menyelesaikan pendidikan ini dengan baik. Terima kasih atas pengorbanan dan
kesediaannya untuk selalu menemani, merawat, dan membimbing keempat anak
kita saat saya tidak dapat mendampingi mereka. Kepada keempat permata hati
saya : Muhammad Hariz Hizbullah, Abdurrahman Ihsan Sibghotallah, Fatahillah
Surya Yudha, dan Ahmad Shoffal Haq, Ummi menyampaikan rasa terima kasih
atas pengertian kalian.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan tesis ini. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran sehingga penelitian ini bermanfaat
bagi kesehatan secara umum. Amin.
Surakarta, pebruari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............................................. iii
PERNYATAAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................... vii
DAFTAR TABEL ...................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... xiv
ABSTRAK ...................................................................... xv
ABSTRACT ...................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 3
BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Fungsi Keluarga ......................................................... 4
B. Kecemasan .................................................................... 14
C. Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kecemasan Pada lanjut Usia 27
D. Kerangka Berpikir .................................................................... 29
F. Hipotesis .................................................................................. 29
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.......................................................... 30
B. Lokasi penelitian.......................................................... 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian 30
D. Identifikasi Variabel 32
E. Definisi Operasional ................................................................ 32
F. Pengolahan Data 33
G. Analisis Data 34
H. Rancangan Penelitian 35
I. Jadwal Penelitian
36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 37
B. Hasil Analisis Data 42
C. Pembahasan 61
D. Keterbatasan ......................................................................... 69
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 71
B. Implikasi Penelitian 71
C. Saran 72
DAFTAR PUSTAKA 75
LAMPIRAN 76
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Indikator Kecemasan dalam T-MAS...................................... 19
Tabel 2.2 : Item favorable dan unfavorable T-MAS .............................. 21
Tabel 4.1 : Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin................... 37
Tabel 4.2 : Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan
Kecemasan …………………………….…………………..... 38
Tabel 4.3 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Jenis Kelamin dan
Kecemasan …………………………………………………... 39
Tabel 4.4 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Jenis Kelamin
dan Kecemasan ……………………………………………... 39
Tabel 4.5 : Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur................ 41
Tabel 4.6 : Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur
dan Kecemasan……………………………………………… 41
Tabel 4.7 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Kelompok Umur dan
Kecemasan ………………………………………………….. 43
Tabel 4.8 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Kelompok
Umur dan Kecemasan ……………………………………… 44
Tabel 4.9 : Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir......... 43
Tabel 4.10 : Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan
Terakhir dan Kecemasan ……..…………………………..... 45
Tabel 4.11 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Pendidikan terakhir
dan Kecemasan ……………………………………………. 46
Tabel 4.12 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel
Pendidikan Terakhir dan Kecemasan ……………………… 47
Tabel 4.13 : Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam
Keluarga .................................................................................. 48
Tabel 4.14 : Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam
Keluarga dan Kecemasan ………..………………………..... 48
Tabel 4.15 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Kedudukan dalam
Keluarga dan Kecemasan …………………………………... 50
Tabel 4.16 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel
Kedudukan dalam Keluarga dan Kecemasan ……………… 50
Tabel 4.17 : Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 51
Tabel 4.18 : Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga dan Kecemasan ……..………………………..... 52
Tabel 4.19 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Jumlah Anggota
Keluarga dan Kecemasan …………………………………. 53
Tabel 4.20 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel
Kedudukan dalam Keluarga dan Kecemasan ……………… 54
Tabel 4.21 : Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga ............. 55
Tabel 4.22 : Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga
dan Kecemasan …………………........................................ 55
Tabel 4.23 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Bentuk Keluarga dan
Kecemasan ……………………………………..................... 57
Tabel 4.24 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel
Bentuk Keluarga dan Kecemasan ………………………….. 57
Tabel 4.25 Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga………... 58
Tabel 4.26 Distribusi Responden berdasarkan Kecemasan Keluarga…... 58
Tabel 4.27 Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga dan
Kecemasan …………………………………………............. 59
Tabel 4.28 : Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Fungsi Keluarga dan
Kecemasan ……………………………………..................... 60
Tabel 4.29 : Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel
Fungsi Keluarga dan Kecemasan …………………………… 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir 29
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian 35
Gambar 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
dan Kecemasan …………………………………… 39
Gambar 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur dan
Kecemasan ………………………………………… 42
Gambar 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir dan
Kecemasan ………………………………………… 45
Gambar 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga
dan Kecemasan ……………………………………… 49
Gambar 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
dan Kecemasan …………………………………… 53
Gambar 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga
dan Kecemasan 56
Gambar 4.7 Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga
dan Kecemasan 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Penelitian I 73
Lampiran 2 Angket Penelitian II 74
Lampiran 3 Angket penelitian III 75
Lampiran 3 Angket penelitian IV 76
Lampiran 4 Surat ijin kelayakan penelitian 78
Lampiran 5 Data dasar hasil penelitian 79
Lampiran 6 Hasil pengolahan data 82
DAFTAR SINGKATAN
USA : United State of America
APGAR : Adaptation Patnership Growth Affection Resolve
SCREEM : Social Cultural Religion Economic Education Medical
RTA : Reality Testing Ability
ICHPPC : The International Classification of Health Problems in
Primary Care
KKN : Korupsi Kolusi dan Nepotisme
T-MAS : Taylor Manifest Anxiety Scale
MMPI : Minnesota Multiphasic Personality Inventory
L-MMPI : Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory
SPSS : Statistical Package for Social Sciences
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
Lansia : Lanjut Usia
ABSTRAK
Istiati, S520908014. 2010. Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kecemasan Pada
Lanjut Usia. Tesis: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fungsi
keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia.
Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan
potong lintang. Lokasi penelitian di Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan
Malangjiwan wilayah Puskesmas I Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Sampel didapat secara purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Adapun jumlah sampel yang digunakan sebesar 53 lanjut usia. Teknik
pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner. Pengolahan data dengan SPSS
15. Analisis data untuk melihat hubungan antara fungsi keluarga dengan
kecemasan menggunakan uji statistik Chi Kuadrat untuk uji hipotesis, dan
koefisien kontingensi untuk ukuran hubungan variabel-variabel tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan Chi Kuadrat hitung 17,381, dan nilai p=
0,000 (p< 0,05). Karena nilai signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf alpha
0,05, maka disimpulkan bahwa harga Chi Kuadrat hitung adalah signifikan.
Sedangkan hasil analisis koefisien kontingensi sebesar 0,524 dengan signifikansi
sebesar 0,000 (p< 0,05), menunjukkan bahwa hubungan antar variabel adalah
cukup substansial.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara
fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia.
Kata kunci : Kecemasan, Fungsi Keluarga
ABSTRACT
Istiati, S520908014. 2010. The relationship between family function and anxiety
in elderly. Thesis: Master Program in Family Medicine, Post-Graduate Program,
Sebelas Maret University.
The aim of this research is to study the relationship between family function
with anxiety in elderly.
The method of research was analytical with case control studies. The
Location of research in the Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan Malangjiwan,
Puskesmas I Colomadu regional, Karanganyar, Central Java. The sample obtained
by purposive sampling based on inclusion and exclusion criteria. Large sample of
53 subjects. The questionnares were used to get the data. Data were analysed by
SPSS 15. Analysis of data to see the relationship between family function with
anxiety using Chi Square test statistic for hypothesis testing, and contingency
coefficient to measure the relationship of these variables.
The results showed calculating Chi Square 17.381, and the value of p =
0,000 (p <0,05). As the significance scored 0,000 less than alpha rate 0,05, the
calculating Chi Square was significant. While the results of analysis of
contingency coefficient 0,524 with a significance of 0,000 (p <0,05), shows that
the relationship between variables is quite substantial.
Conclusions from the findings showed there was a relationship between
family function and anxiety in elderly.
Keywords: Anxiety, Family Function
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2020 jumlah orang lanjut usia Indonesia diproyeksikan
sebesar 7-28% dan pada tahun 2020 sebesar 11-34%. Bahkan dari data
yang dikeluarkan oleh Bureu of Census USA (1993), dilaporkan bahwa di
Indonesia pada tahun 1990 – 2025 akan mempunyai jumlah lanjut usia
sebesar 414 % suatu angka paling tinggi di seluruh dunia. Sebagai
perbandingan : Kenya 347 %, Brasil 255 %, India 242 %, Cina 220 %,
Jepang 129 %, Jerman 66 % dan Swedia 33 %. Dalam istilah demografi,
penduduk Indonesia sedang bergerak kearah struktur penduduk yang
semakin menua (Ageing Population) (Agus Soedomo, 2003 :17)
Peningkatan jumlah lanjut usia ini, perlu diimbangi dengan
peningkatan perhatian pada lanjut usia, sehingga derajat kesehatan para
lanjut usia bisa dipertahankan pada taraf setinggi- tingginya.Hal ini di
karenakan akan muncul lebih banyak problem lanjut usia seperti
kemunduran fisik, mental, sosial, produktivitas kerja, komunikasi, dan
terbatasnya aksesibilitas. Ini potensi masalah yang harus diantisipasi sejak
awal (Taisir, 2008 :1)
Sementara itu angka prevalensi pengidap gangguan mental untuk
lanjut usia 55 ke atas: (a) 11,4% untuk gangguan kecemasan, (b) 4,4%
untuk gangguan mood, (c) 0,6% untuk skizofrenia, (d) 6,6% untuk
pelemahan kognitif parah, dan (e) 19,8% untuk gangguan mental lainnya
(Socrates, 2009:1).
Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan yang amat
penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau
memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga.
Sesungguhnya bentuk, siklus, dan fungsi keluarga secara keseluruhan
mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan setiap anggota
keluarga. Baik kesehatan fisik maupun mental. Sebaliknya keadaan
kesehatan juga berpengaruh terhadap bentuk, siklus, dan fungsi keluarga
(Azrul Azwar, 1997: 41)
Beberapa studi melaporkan adanya hubungan antara dukungan
keluarga dengan kesehatan mental.Kuantitas dan kualitas dukungan
keluarga berkaitan dengan gejala psikologis. Beberapa studi
mengindikasikan bahwa orang dengan gangguan mental dilaporkan
merasa tidak mendapat dukungan keluarga. Penelitian lain yang
mendukung, bahwa pasien dengan diagnosa gangguan kecemasan lebih
sedikit tingkat kepuasannya terhadap dukungan keluarga dibanding pasien
tanpa gangguan kecemasan ( Cano, Annmarrie, et all., 2003:2).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian – penelitian sebelumnya,
dalam hal topik, subjek penelitian, dan alat ukur yang digunakan.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut
usia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mempelajari hubungan antara fungsi keluarga dengan kecemasan
pada lanjut usia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara fungsi keluarga yang baik
dengan kecemasan pada lanjut usia
b. Mengetahui hubungan antara fungsi keluarga yang
cukup dengan kecemasan pada lanjut usia
c. Mengetahui hubungan antara fungsi keluarga yang
tidak baik dengan kecemasan pada lanjut usia
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dapat menambah wawasan peneliti mengenai hubungan antara
fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia.
2. Manfaat praktis
a. Menambah pengetahuan dan berguna bagi keluarga dalam
menghadapi problem kecemasan pada lanjut usia
b.Menambah pemahaman bagi dokter keluarga dalam
menyelesaikan masalah kecemasan pada lanjut usia
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Fungsi Keluarga
a. Pengertian
Keluarga (family) ialah unit terkecil dalam masyarakat, yang
merupakan suatu kumpulan individu yang terdiri dari kepala keluarga
beserta anggota keluarganya yang membentuk suatu rumah tangga,
memiliki kekayaan bersama, menciptakan dan memelihara budaya yang
sama, saling berhubungan dan terlibat secara emosional dalam lingkup
peraturan, peranan, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi,tatacara
negoisasi serta tata cara penyelesaian masalah yang disepakati bersama,
sehingga memungkinkan pelbagai tugas dapt diselenggarakan secara lebih
efektif dan efisien (Azrul Azwar, 2002: 69).
b. Struktur keluarga
Ada berbagai struktur keluarga di masyarakat, tergantung dari
siapa yang bertindak sebagai kepala keluarga, maka keluarga dapat
dibedakan atas dua macam. Pertama, keluarga patriarkhat, jika yang
bertindak sebagai kepala keluarga adalah suami. Kedua, keluarga
matriarkhat, jika yang bertindak sebagai kepala keluarga adalah istri
(Azrul Azwar, 2002: 69).
c. Bentuk keluarga
Bentuk keluarga terdiri dari individu-individu dengan status sosial
yang telah dikenal dan posisi interaksi satu sama lain secara teratur,
mempunyai tempat tinggal tetap dan mempunyai sangsi sosial. Adapun
bentuk keluarga yang ada tersebut diantarnya adalah keluarga inti (nuclear
family) jika anggota keluarganya hanya istri serta anak - anak turunan
pertama saja. Keluarga besar ( extended family) adalah jika kedalam
anggota keluarga tersebut termasuk pula para sanak keluaga, baik menurut
garis vertikal (bapak,ibu, kakek, nenek, cucu, cicit) dan ataupun garis
horisontal (abang, kakak, adik ipar).Sementara itu, keluarga menurut
hukum umum (common law family) adalah keluarga yang terdiri dari pria
dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan yang syah serta anak-anak
mereka yang tinggal bersama. Keluarga campuran ( blended family) adalah
keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak
tiri. Di Indonesia dalam pengertian keluarga besar sering pula dimasukkan
para pembantu yang telah bertahun-tahun tinggal dalam satu rumah,
Sementara itu sebagai konsekuensi dari pergeseran hak wanita/ women’s
right, dimana banyak wanita lebih senang hidup dalam rumah sendiri
akibat perceraian, kematian, atau meninggalkan keluarga, single parent
family sekarang dianggap sebagai keluarga. Juga telah ada kebebasan dari
pengadilan yang memungkinkan duda dapat menitipkan anaknya ke
lembaga penitipan anak dan bagi orang single dapat mengadopsi anak.
Communal family adalah kelurga yang terdiri dari beberapa keluarga yang
terdiri dari beberapa keluarga yang berkumpul menjadi satu meskipun
mereka berbeda agama, kepercayaan, dan organisasi. Dasar pergerakannya
adalah karena ketidakpuasan dengan sistem sosial dan ditujukan dalam
masyarakat luas. Dalam bentuk ini peran orang tua tidak ditekankan dan
anak menjadi tanggung jawab bersama para anggota dewasa. Keluarga
serial (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yan
telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai
dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan
pasangan masing –masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu
keluarga. Bentuk keluarga yang lain adalah keluarga gabungan ( composite
family), maksudnya keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan
anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa suami dan anak-
anaknya (poligini) yang hidup bersama. Cohabatation family adalah dua
orang yang menjadi satu tanpa ikatan pernikahan tetapi membentuk
suatu keluarga (Azrul Azwar, 1995: 23).
d. Peranan dalam keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari kelompok serta norma yang ada dalam
masyarakat. Ada berbagai macam peranan yang ada dalam keluarga,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Peranan sebagai ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperanan
sebagai pencari nafkah, kepala keluarga, pendidik, pelindung,
pemberi rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai anggota
dari kelomok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di dalam
lingkungan di mana dia tinggal
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu anak-anaknya, ibu mempunyai peranan yang
sangat penting dalam keluarga. Diantaranya adalah peranan
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, mengurus rumah
tangga, sebagai pelindung dari anak-anak saat ayah tidak ada di
rumah . Disamping itu ibu juga berperan sebagai salah satu
anggota kelompok dari peranan sosial serat sebagai anggota
masyaakat dari lingkungan di mana dia tinggal. Di samping itu
juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi
keluarganya
3) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spirital
e. Fungsi keluarga
Telah disebutkan bahwa para anggota yang terdapat dalam satu
keluarga bersepakat untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan
pelbagai tugas yang terdapat dalam keluarga diselenggarakan secara
efektif dan efisien. Kemampuan untuk mengatur dan atau melaksanakan
pembagian tugas tersebut pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang
menentukan baik atau tidaknya fungsi yang dimiliki oleh satu keluarga.
Oleh Friedman, fungsi keluarga dibedakan atas 6 macam yakni fungsi
afektif (afektif function), fungsi sosialisasi (socialization and social
placement function), fungsi reproduksi (reproduction function), fungsi
mengatasi maslah keluarga (family coping function), fungsi ekonomi
(economic function), serta fungsi pemenuhan kebutuhan fisik (provision of
physical necessity) (Azrul Azwar, 2002: 70).
Sedangkan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam peraturan
pemerintah No 21 tahun 1994, fungsi keluarga dibedakan 8 macam, yakni
(1) fungsi keagamaan, (2) fungsi budaya, (3) fungsi cinta kasih, (4) fungsi
melindungi, (4) fungsi reproduksi, (5) fungsi sosialisasi dan pendidikan,
(7) fungsi ekonomi, (8) fungsi pembinaan lingkungan (Azrul Azwar, 2002:
70).
Buku yang lain menyebutkan berbagai fungsi yang dimiliki oleh
keluarga :
1) Fungsi biologis
Dalam hal ini keluaraga mempunyai fungsi untuk meneruskan
keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi
kebutuhan gizi keluarga, adn juga memelihara dan merawat
anggota keluarga yang sehat maupun sakit
2) Fungsi psikologis
Dalam menjalankan fungsi psikologis, keluarga mempunyai
fungsi untuk memberikan kasih sayang dan rasa aman agi
anggota keluarga yang ada, memberikan perhatian diantara
anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga, dan memberikan identitas bagi keluarga
3) Fungsi sosialisasi
Keluarga berfungsi dalam membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan pada anak, serta meneruskan nilai-nilai budaya
yang terdapat dalam keluarga tersebut
4) Fungsi ekonomis
Keluaraga berfungsi dalam mencari sumber-sumber penghasilan
untuk memenuhi penghasilan keluarga, melakukan pengaturan
penggunaan penghasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-
anak, jaminan hari tua, dan sebagainya
5) Fungsi pendidikan
Dalam hal keluarga berfungsi dalam menyekolahkan anak untuk
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku
anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewas yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta
mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
f. Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga mempunyai siklus kehidupan seperti yang dikemukakan
oleh Duvall, sebagai berikut :
1) Tahap awal perkawinan (newly married)
Tahap ini dimulai dengan pernikahan dan belum mempunyai
anak. Di Amerika Serikat tahap ini biasanya berlangsung rata-
rata selama 2 tahun.
2) Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child)
Dalam tahap ini keluarga tersebut mempunyai bayi, dapat satu
atau dua orang. Di Amerika Serikat yang dimaksud bayi adalah
sampai umur 30 bulan dan biasanya tahap ini berlangsung rata-
rata selama 2,5 tahun.
3) Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with
preschool children)
Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan
usia prasekolah. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan
prasekolah adalah yang berumur 30 bulan sampai dengan 6
tahun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 3,5
tahun.
4) Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children
in school)
Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan
usia sekolah. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan sekolah
adalah yang berumur 6 tahun sampai dengan 13 tahun dan
biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 7 tahun.
5) Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenagers)
Pada tahap ini keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan
usia remaja. Di Amerika Serikat yang dimaksud dengan remaja
adalah yang berumur 13 tahun sampai dengan 20 tahun dan
biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 7 tahun.
6) Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga
(family as launching centre)
Pada tahap ini satu per satu anak meninggalkan keluarga. Di
Amerika Serikat biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama
8 tahun.
7) Tahap orang tua usia menengah (parent allone in middle years)
Pada tahap ini semua anak telah meninggalkan keluarga. Yang
tinggal hanyalah suami istri dengan usia menengah. Di Amerika
Serikat yang dimaksu usia menengah adalah sampai dengan masa
pensiun dan biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 15
tahun.
8) Tahap keluarga usia jompo (aging family members)
Pada tahap suami istri telah berusia lanjut sampai meninggal
dunia. Di Amerika Serikat yang dimaksu usia menengah adalah
sampai dengan masa pensiun dan biasanya tahap ini berlangsung
rata-rata selama 10 tahun sampai dengan 15 tahun. (Azrul
Azwar, 1995: 36)
g. Karakteristik Keluarga Sehat
(1). Komunikasi yang sehat
(2). Otonomi personal
(3). Fleksibilitas
(4). Apresiasi
(5). Saling mendukung
(6). Waktu untuk keluarga dan kebersamaan
(7). Ikatan yang kuat
(8). Pertumbuhan
(9). Nilai – nilai religi dan spiritual. (Murtagh, J., 1998:9)
h. Pengukuran Fungsi Keluarga
Pengukuran fungsi keluarga dapat diukur dengan
menggunakan ;
(1). APGAR family (Adaptation, Partnership, Growth, Affection,
Resolve)
Diciptakan oleh Smilkstein untuk mengetahui fungsi keluarga
secara cepat. Merupakan instrumen skrening untuk disfungsi
keluarga dan mempunyai reliabilitas dan validitas yang adekuat
untuk mengukur tingkat kepuasan mengenai hubungan keluarga
secara individual, juga beratnya disfungsi keluarga. Bila
pertanyaan dijawab sering / selalu nilai 2, kadang-kadang nilai 1,
jarang / tidak nilai 0. Bila hasil penjumlahan kelima nilai diatas
adalah antara
a. 7-10 : fungsi keluarga baik
b. 4-6 : fungsi keluarga kurang baik
c. 0-3 : fungsi keluarga tidak baik
(2). SCREEM (Social Cultural Religion Economic Education Medical).
Jika APGAR family untuk melihat fungsi keluarga secara
fisiologis, maka SCREEM adalah untuk melihat fungsi keluarga
secara patologis.
Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian, saling
membantu kalau ada kerepotan masing-masing.Apakah interaksi
dengan tetangga sekitarnya juga berjalan baik dan tidak ada masalah (
Social).
Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di daerah itu
(Culture).
Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).
Apakah status ekonomi keluarga cukup (Economic)
Apakah pendidikan tergolong cukup (Education)
Apakah dalam mencari pelayanan kesehatan mudah dan ada alat
transportasi (Medical) (Lao, L.F.,et al., 2003)
2. Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan (ansietas / anxiety) gangguan alam perasaan (affective)
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas ( Reality Testing Ability / RTA, masih baik), kepribadian masih
tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian / splitting of
personality), perilaku dapat terganggu teapi masih dalam batas – batas
normal ( Dadang Hawari, 2008:19 ).
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman yang mendalam dari rasa
takut dan berkelanjutan. Kriteria ansietas menurut definisi dari ICHPPC (
the International Classification of Health Problems in Primary Care)
adalah ketidaknyamanan dan kecemasan menetap atau perasaan cemas.
Tidak berkaitan dengan respon secara luas terhadap stressor psikososial,
stimulus, atau kejadian (Murtagh, J.,1998:1043)
Ansietas ( cemas ) dapat ditemukan dimana – mana; tidak
demikian dengan gangguan ansietas. Ansietas adalah suatu perasaan takut
yang tidak menyenamgkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai
gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur
penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh
kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya dengan rasa
cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau
obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut dilawan. Rasa
takut juga bersifat universal dan dapat menimbulkan gambaran gejala
ansietas yang akut; tetapi berbeda dengan ansietas, penyebab rasa takut
biasanya jelas dan dapat dipahami. Suatu gambaran yang lazim pada
semua gangguan ansietas adalah kualitas gejala yang tidak menyenangkan
dan tidak alami (ansietas, fobia, obsesi) – yaitu ego alien dan ego distonik.
Gejala- gejal ini cenderung menjadi kondisi relaps kronis-waspadalah
trehadap kemungkinan bunuh diri ( Tomb, D.A., 2004:96)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Perubahan - perubahan tata nilai kehidupan / psikososial telah
mempengaruhi nilai – nilai moral etika dan gaya hidup, tidak semua orang
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan tersebut diatas,
sehingga bisa mengalami gangguan penyesuaian diri. Perubahan –
perubahan tersebut antara lain :
a). Pola hidup masyarakat dari yang semula sosial-religius ke arah
pola kehidupan masyarakat individual, materialistis dan
sekuler
b). Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola
hidup mewah dan konsumtif
c). Struktur keluarga yang semula keluarga besar (extended fami-
ly) cenderung ke arah keluarga inti (nuclear family), bahkan
sampai pada keluarga tunggal (single parent family)
d). Hubungan kekeluargaan yang semula erat dan kuat (tight fami-
ly relationship) cenderung menjadi longgar dan rapuh (loose fa-
mily relationship).
e). Nilai-nilai religius dan tradisional masyarakat, cenderung beru-
bah menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan serba bo-
leh serta toleransi berlebihan (permissive society)
g). Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cen-
derung untuk memilih hidup bebas atau hidup bersama tanpa
ikatan perkawinan.
h). Ambisi karier dan materi yang sebelumnya menganut azas-azas
hukum dan moral serta etika, cenderung berpola tujuan meng-
halalkan segala cara; misalnya dengan melakukan KKN (Ko-
rupsi, Kolusi dan Nepotisme) (Dadang Hawari, 2008:1-3)
c. Pengukuran Tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan bisa diukur dengan menggunakan ;
(1). Manifest Anxiety Scale dari Taylor
Manifest Anxiety Scale dari Taylor (T-MAS), diciptakan dan
dikembangkan oleh Janet Taylor Spence pada tahun 1953, di Universitas
Nortwestern. Pada mulanya item-item T-MAS dambil dari MMPI
(Minnesota Multiphasic Personality Inventory) dari item 200 item MMPI,
60 item dipilih oleh Taylor dengan seleksi para ahli psikologi klinis,
akhirnya hanya 50 item yang digunakan untuk mengungkapkan
kecemasan. Djuni Utari (1978), telah menerjemahkan T-MAS ke dalam
bentuk bahasa Indonesia
Kecemasan menurut T-MAS dibagi menjadi dua golongan, yaitu
seseorang dikatakan cemas apabila jawaban ya lebih dari atau sama
dengan 22, apabila jawaban ya lebih kecil dari 22 maka dikatakan tidak
cemas.
Test ini merupakan test kecemasan standar dan dapat diterima secara
internasional. Keuntungan dari pertanyaan tersebut adalah waktu
pemeriksaan yang relatif cepat dan penilaiannya dilakukan oleh responden
sendiri.
Tabel 2.1 Indikator Kecemasan
Indikator No Pertanyaan
Gangguan fisik 1 Saya tidak cepat lelah
2 Saya sering kali mengalami perasaan mual
4 Saya jarang sakit kepala
8 Tangan saya sering gemetar bila berbuat sesuatu
9 Dalam keadaan yang memalukan, saya tidak
mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang
lain
10 Saya diare (mencret ) sekali atau lebih dalam
satu bulan
12 Saya tidak pernah tersipu malu bila terjadi
sesuatu pada diri saya
15 Tangan dan kaki saya jarang terasa dingin
16 Saya mudah sekali berkeringat meskipun hari
tidak panas
17 Saya jengkel karena sering banyk keringat pada
waktu malu
18 Saya jarang berdebar atau nafas tersengal
19 Saya sering merasa lapar berkepanjangan
(ngintir-intir)
20 Saya jarang sembelit (sakit perut karena sulit
berak)
21 Saya sering terganggu keluhan (sakit) perut
Sulit konsentrasi 6 Saya kesukaran konsentrasi terhadap suatu
permasalahan
41 Pada waktu bekerja, saya sulit memusatkan
perhatian
7 Saya khawtir kalau memikirkan masalah
11 Saya khawatir akan gagal atau tertimpa kesialan
13 Saya sering takut muka saya menjadi merah
karena malu
26 Saya merasa lebih sensitif (peka) dari pada
umumnya orang lain
Panik dan gelisah 3 Saya yakin tidak lebih penggugup daripada
kebanyakan orang lain
5 Saya sering merasa tegang pada waktu bekerja
29 Biasanya saya tenang dan tidak mudah kecewa
atau putus asa
30 Saya mudah menangis
33 Menunggu membuat saya gelisah
34 Saya tidak dapat jenak (tenang) duduk atau
ngobrol terlalu lama
44 Saya sering dalam keadaan tegang
Gangguan tidur 14 Saya sering mimpi buruk pada waktu tidur
malam hari
22 Saya sering tidak dapat tidur karena
mengkhawatirkan sesuatu
23 Tidur saya tidak nyenyak dan sering terganggu
24 Saya sering mimpi yang memalukan
35 Kadang-kadang saya terlalu gembira sehingga
sukar tidur
Takut dan menghindar 25 Saya sering/mudah merasa segar/bugar
38 Saya tidak lebih penakut dari pada orang lain
39 Saya sering takut pada benda atau manusia tanpa
sebab
42 Biasanya, saya pemalu
49 Saya merasa takut terhadap kesukaran-
kesukaran yang saya hadapi
50 Saya jarang merasa penuh percaya diri
Khawatir, ingatan tidak
menyenangkan
27 Saya sering mengkhawatirkan diri saya terhadap
sesutu hal
28 Saya merasa tidak sebahagia orang lain yang
saya kenal
31 Saya sering kalimencemaskan sesuatu hal atau
seseorang
32 Saya merasa selalu gembira setiap waktu
36 Kadang-kadang saya merasa khawatir tanpa
sebab yang jelas
37 Saya sering merasa bahwa diri saya tidak
berguna
40 Biasanya, saya merasa yakin atau percaya diri
43 Saya merasa hidup ini merupakan beban berat
setiap saat
45 Kadang-kadang saya merasa diri saya tanpa arti
46 Saya benar-benar diliputi keraguan dalam
banyak hal
47 Kadang-kadang saya merasa diri saya kacau
48 Kadang-kadang saya merasa mempunyai
kesulitan bertumpuk sehingga tidak dapat tenang
(2). Hamilton Rate Scale For Anxiety (HRS-A)
Alat ini untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali. Terdiri dari 14 kelompok
gejala yang masing – masing kelompok dirinci lagi dengan gejala – gejala
yang lebih spesifik. Masing – masing kelompok gejala diberi penilaian
angka (score) antar 0-4, yang artinya adalah
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter
(psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui
teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14
kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahana
tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu :
Total Nilai ( score) : 0 – 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali (Dadang Hawari,
2008:78-79)
3. Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kecemasan Pada Lanjut Usia
Sesungguhnya peranan keluarga dalam memelihara kesehatan dan
meningkatkan kesehatan setiap anggota keluarga dan atau kesehatan
masyarakat sesara keseluruhan, serta dalam menjamin keberhasilan
pelayanan kesehatan keluraga dan atau pelayanan kesehatan masyarakat
secara keseluruhan amat penting sekali. Mudah sekali dipahami, karena
kelurga memang mempunya arti dan kedudukan yang dimaksud antara lain
adalah :
1. Keluarga adalah unit terkecil yang ada dalam masyarakat dan yang
melibatkan mayoritas penduduk. Dengan demikian apabila masalah
kesehatan setiap keluarga dapat diatasi, berarti masalah kesahatan
masyarakat secara keseluruhan akandapat turut terselesaikan
2. Keluarga adalah suatu kelompok yang mempunyai peranan yang amat
penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau
memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Dengan
demikian apabila pemahaman tentang keluarga berhasil dimiliki, akan dapat
dimanaatkan dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau
memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga dan atau
masyarakat secara keseluruhan
3. Masalah kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan pelbagai
masalah anggota keluarga yang lainnya. Ambil contoh jika ada satu anggota
keluarga yang sakit misalnya, pasti akan mempengsruhi pelaksanaa dari
fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh keluarga tersebut. Apabila
ditemukan banyak keluarga yang seprti ini, pada gilirannya pasti akan
mempengaruhi pelaksanaan dari fungsi-fungsi masyarakat keseluruhan.
4. Keluarga adalah pusat pengambilan keputusan kesehatan yang terpenting,
dan karenanya untuk keberhasilan pelayanan kesehatan terhadap anggota
keluarga dan atau masyarakat secara keseluruhan, pemahaman tentang
keluarga tersebut tidak diabaikan.
5. Keluarga adalah wadah dan atau pun saluran yang dinilai paling efektif
untuk melaksanakan pelbagai upaya dan ataupun menyampaikan pesan-
pesan kesehatan (Azrul Azwar., 2002: 41- 42).
C. Kerangka Berpikir
Siklus Kehidupan
keluarga
Keluarga sejahtera
Bentuk keluarga
KeluargaAdaptasi
(Adaptation)
Pertumhuhan
(Growth)
Kasih Sayang
(Affection)
Kebersamaan
(Resolve)
Kemitraan
(Partnership)
Fungsi keluarga
Pelaksanaan
Fungsi keluarga
- Baik
- Kurang baik
- Tidak baik
Status kesehatan
Mental
- Kecemasan
Fisik
Sosial
Masyarakat sejahtera
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
Sumber : Azrul Azwar, 2002
D. Hipotesis
Ada hubungan antara fungsi keluarga dengan kecemasan pada
lanjut usia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini termasuk observasional analitik menggunakan
pendekatan rancangan potong lintang untuk mempelajari hubungan antara
fungsi keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia (Mochamad Arief TQ.,
2009:67).
B. Lokasi Penelitian
Posyandu Lansia Jogo Rogo Trowangsan wilayah Puskesmas I
Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah
C. Populasi Sasaran
Semua lanjut Usia
D. Populasi Sumber
Semua lanjut Usia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Jogo Rogo
Trowangasan wilayah Puskesmas I Colomadu, Karanganyar, Jawa
Tengah, berjumlah 270 orang
E. Desain sampel
Metode yang digunakan untuk mendapatkan sampel menggunakan
pendekatan purposive sampling dimana peneliti memilih sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu sedemikian sehingga sampel yang
dicuplik mewakili populasi yang sedang diteliti maupun memungkinkan
untuk melakukan perbandingan-perbandingan kelompok studi (Bisma
Murti, 2007:9)
Adapun kriteria sampel sebagai berikut ;
a. Kriteria Inklusi
1). Umur lebih dari 45-70 tahun (sesuai pengelompokan dari departemen
Kesehatan Rapublik Indonesia)
2). Lanjut usia bersedia menjadi responden
3). Berada di Posyandu Lansia Jogo Rogo Trowangasan wilayah
Puskesmas I Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.
4). Lanjut usia tidak menderita cacat fisik dan mental serta dapat
beraktivitas secara mandiri
5) . Tingkat pendidikan lulus minimal SLTP atau sederajat
b. Kriteria eksklusi
1). Menolak berpartisipasi
2). Memiliki skala L-MMPI yang memberikan jawaban “tidak” kurang
dari 10.
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas :
Fungsi keluarga
2. Variabel terikat :
Kecemasan pada lansia
G. Definisi Operasional
1. Fungsi Keluarga
Kesepakatan para anggota yang terdapat dalam satu keluarga
untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan pelbagai tugas yang
terdapat keluarga dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien (Azrul
Azwar, 1997: 70)
Di ukur dengan instrumen APGAR (Adaptation, Partnership,
Growth, Affection, Resolve) family dengan 5 pertanyaan.
Hasil pengukuran :
7-10 : fungsi keluarga baik
4-6 : fungsi keluarga kurang baik
0-3 : fungsi keluarga tidak baik
Skala pengukuran ordinal
2. Kecemasan
Suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi
suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Diukur dengan instrumen T- MAS (Taylor Manifes Anxiety Scale
menggunakan 50 pertanyaan, Peneliti melakukan modifikasi pada
jumlah alternatif pilihan dari 2 pilihan menjadi 5 pilihan. Alasan
menggunakan skala terpakai karena sudah teruji dengan validitas rbt =
0.287 sampai rbt = 0.550 dan reliabilitas rtt = 0.822 , p<0,05
karena adanya beberapa modifikasi yang dilakukan oleh peneliti maka
skala ini masih harus di try out kan lagi untuk memperoleh validitas dan
reliabilitas yang baru.
Penyusunan angket dikelompokkan menjadi item-item favorable
dan unfavorable. Dimana pernyataan favorable adalah pernyataan yang
mendukung atau menunjukkan atribut yang diukur, sedang pernyataan
unfavorable adalah penyataan yang tidak mendukung dan tidak
menunjukkan atribut yang diukur.
Skala kecemasan disusun dengan menggunakan Skala Likert yang
dimodifikasi yang terdiri dari 4 alternatif jawaban,dengan alasan :
a). Kategori indecisided, yaitu mempunyai arti ganda, bisa juga diartikan
netral atau ragu-ragu
b). Dengan tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan kecenderungan
jawaban di tengah (central tendency effect)
c). Maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat
kecenderungan pendapat responden kearah tidak sesuai, sehingga dapat
mengurangi data penelitian yang hilang. (Sutrisno Hadi, 1991 : 19-20).
Sistem penilaian skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a). Item favorable : sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat
tidak setuju (1)
b). Item unfavorable : sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3),
sangat tidak setuju (4).
Alasan peneliti memberi simbol angka 1,2,3, dan 4 pada angket
yang disusun oleh peneliti karena Likret menyatakan bahwa berdasarkan
kajian terhadap sifat/ciri-ciri dari data ordinal dan interval serta untuk
kepentingan pengolahan data, maka angka-angka 1.2.3. dan 4 yang
diberikan pada alternatif jawaban pada jenis skala pengukuran Likert
tidak menunjukkan skala Likert termasuk pada data interval, melainkan
angka-angka 1.2.3. dan 4 tadi hanyalah kode atau simbol yang berbentuk
angka untuk mengkuantifikasikan alternatif jawaban pada skala Likert
yang berbentuk kata/kalimat (kualitatif), dengan tujuan agar peneliti
dapat dengan mudah melakukan pengolahan data, terutama pada
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana skala
Likert merupakan jenis skala pengukuran yang menyediakan data
berbentuk ordinal ( Sumadi Suryabrata, 2005 : 186).
Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
tertutup yang diberikan terstruktur, yaitu jawaban pertanyaan yang
diajukan sudah disediakan. Subjek diminta untuk memilih satu jawaban
yang sesuai dengan dirinya. Jadi pertanyaan bersifat tertutup. Adapun
yang menjadi alasan peneliti adalah :
1). Lebih Efektif
2). Agar responden tidak seenaknya sendiri dalam memberi jawaban
tanpa berfikir.
3). Mudah ditafsirkan oleh responden.
4). Bersifat luwes.
5). Bentuknya lebih umum dan mudah dipahami. (Irawan Soehartono,
2000: 77-78)
Penyusunan alat ukur kecemasan ini untuk lebih jelasnya dijabarkan
dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pengembangan Skala Kecemasan
No Faktor Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Gangguan
fisik
1,2,4,9,12,15, 18 8,10,16,17,19,20,21 14
2. Sulit
konsentrasi
6,7,11,13,26,41 6
3 Panik dan
gelisah
5,30,33,34,44 3,29 7
4 Gangguan
tidur
14,22,23,24,35 5
5 Takut dan 25,39,42,49 38,50 6
menghindar
6 Khawatir atau
ingatan tidak
menyenangkan
27,28,31,36,37,40
43,45,46,47,48
32 12
T O T A L 50
Deskripsi data penelitian di atas menggambarkan kategorisasi dari
variabel kecemasan.
Kategorisasi di buat didasarkan pada tingkat diferensiasi yang
dikehendaki. Namun untuk memperoleh kategori perlu ditentukan
terlebih dahulu ditentukan batasan yang akan digunakan berdasarkan
nilai deviasi standar dengan memperhitungkan rentangan nilai maksimal
dan minimum teoritisnya. Kategori ini ditentukan berdasarkan sebaran
empirik.
Peneliti menetapkan lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun rumus yang digunakan
adalah :
a.Sangat Tinggi : X > µ + 1.8σ
b. Tinggi : µ + 0.6σ < X ≤ µ + 1.8σ
c. Sedang : µ - 0.6σ < X ≤ µ + 0.6σ
d.Rendah : µ - 1.8σ ≤ X ≤ µ - 0.6σ
e.Sangat Rendah : X < µ - 1.8σ
Keterangan :
µ = mean hipotetik
σ = standar deviasi
H. Uji Instrument Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan
benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur, artinya tes
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat
dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
a). Uji validitas item
Uji validitas item yaitu pengujian terhadap kualitas item-itemnya yang
bertujuan untuk memilih item-item yang benar-benar telah selaras dan
sesuai dengan faktor yang ingin diselidiki. Cara perhitungan uji coba
validitas item yaitu dengan cara mengorelasikan skor tiap item dengan
skor total item.
b). Uji korelasi antar faktor
Uji korelasi antar faktor yaitu pengujian antar faktor dengan konstrak
yang bertujuan untuk membuktikan bahwa setiap faktor dalam instrumen
Skala Kecemasan telah benar-benar mengungkap konstrak yang
didefinisikan. Adapun cara perhitungan uji validitas faktor adalah
dengan mengorelasikan skor tiap faktor dengan skor total faktor item-
item yang valid.
Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor digunakan
rumus koefisien korelasi product moment dan perhitungannya dibantu
dengan program SPSS 15.00 for windows (Sutrisno Hadi, 1991 : 102).
2. Reliabilitas
Sedang teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas angket
adalah teknik Alfa Cronbach yaitu:
s
s1
1k
kr
2t
2i
1
Rumus 3.2
Keterangan:
k = Banyaknya item
si² = Jumlah varians item
st² = Varians total
Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Kuesioner
atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7.
Langkah penghitungan dengan menggunakan SPSS 15.00 for windows.
(Dwi priyatno, 2008:25-26)
Dalam penelitian ini peneliti tetap melakukan pengujian
validitas walaupun skala yang dipakai adalah skala terpakai yang telah
diuji validitasnya. Alasan peneliti adalah sebagai berikut:
1). Subjek penelitian yang dipakai dalam pengukuran lama dan subjek
yang diukur peneliti berbeda.
2). Norma pengukuran yang dipakai berbeda
H. Desain analisis statistik
Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara fungsi
keluarga dengan kecemasan adalah dengan menggunakan korelasi product
moment dari Karl Pearson. Cara penghitungannya dibantu dengan
menggunakan program SPSS 15.00 for window.
I. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Anggota posyandu lansia Jogo Rogo
Purposive sampling
Skala L-MMPI
Sampel lansia
Fungsi keluarga Baik
Fungsi keluarga Kurang baik
Fungsi keluarga Tidak baik
Kecemasan Sangat tinggi
Kecemasan tinggi
Kecemasan Sedang
Kecemasan Rendah
Kecemasan Sangat rendah
Kecemasan Sangat tinggi
Kecemasan tinggi
Kecemasan Sedang
Kecemasan Rendah
Kecemasan Sangat rendah
Kecemasan Sangat tinggi
Kecemasan tinggi
Kecemasan Sedang
Kecemasan Rendah
Kecemasan Sangat rendah
Korelasi Product Moment dengan
SPSS for windows Versi 16.00
J. Jadwal Penelitian
Kegiatan Sep Okt Nop Des Jan Peb
Pembuatan proposal X X
Ujian proposal X
Pengumpulan data X X
Analisis data X X
Penulisan tesis X X
Ujian tesis X
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jumlah seluruh lanjut usia di Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan
Malangjiwan 128 orang, 40 laki-laki dan 88 perempuan. Yang memenuhi kriteria
sebagai sampel, sebanyak 53 responden. Di antara 53 responden hanya 46 yang
dapat diikutkan dalam analisis. Hal ini disebabkan karena : (1) Salah mengisi
kuesioner : 2 responden (2) Tidak lolos L-MMPI test : 2 responden (3) Tidak
mengembalikan kuesioner : 3 responden
Deskripsi Data
Karakteristik responden penelitian mencakup jenis kelamin, kelompok
umur, pendidikan terakhir, kedudukan dalam keluarga, jumlah anggota keluarga,
dan bentuk keluarga lansia.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin lansia, jika dilihat
dari jumlah dan prosentasenya data diperlihatkan dalam Tabel 4.1 di bawah
ini:
Tabel 4.1
Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
NO Jenis Kelamin Cakupan Prosentase
(orang) (%)
1 Laki-laki 24 52.17
2 Perempuan 22 47.83
Jumlah 46 100.00
Sumber: Data Primer
Dengan memperhatikan Tabel 4.1 di atas, dapat dikatakan bahwa jumlah
responden antara laki-laki dan perempuan lebih banyak responden laki laki.
Akan tetapi perbedaan tersebut tidaklah terlalu besar, yakni hanya selisih 2
responden. Sehingga bisa dikatakan jumlah responden antara laki-laki dengan
perempuan hamper sama.
Dari data jenis kelamin (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan
dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil sebagaimana tercantum
dalam Tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2
Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Kecemasan
Kecemasan
Total C TC
Jenis Kelamin L Count 9 15 24
% of Total 19.6% 32.6% 52.2%
P Count 9 13 22
% of Total 19.6% 28.3% 47.8%
Total Count 18 28 46
% of Total 39.1% 60.9% 100.0%
Jika disajikan dalam bentuk diagram batang, diperlihatkan sebagaimana
terdapat dalam gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1 : Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan
Kecemasan
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa jumlah
responden laki-laki yang mengalami kecemasan sama dengan responden
perempuan, sementara jumlah responden laki-laki yang mengalami
ketidakcemasan lebih tinggi 4,3 % dibanding dengan responden perempuan,
dengan jumlah responden laki-laki lebih banyak 4,4 % dibanding dengan
responden perempuan
Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan
jenis kelamin dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk
mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom).
Tabel 4.3
Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Jenis Kelamin dan Kecemasan
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 0.056a 1 0.813
Likelihood Ratio 0.056 1 0.813
N of Valid Cases 46
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung
sebesar -0,056 dengan signifikansi sebesar 0,813, Karena harga signifikansi
sebesar 0,813 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka Ho diterima artinya tidak
ada hubungan antara jenis kelamin dan kecemasan pada lanjut usia.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan
kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi.
Tabel 4.4
Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Jenis Kelamin dan
Kecemasan
Symmetric Measuresa
Value Approx. Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient
0.035 0.813
N of Valid Cases 46
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien
kontingensi sebesar 0, 035 atau sangat rendah, dengan signifikansi sebesar 0,
813. Karena harga signifikansi sebesar 0, 813 lebih besar dari taraf alpha
0,05, maka antara jenis kelamin dan kecemasan pada lanjut usia memang tidak
berhubungan secara nyata
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur Lansia
Data responden berdasarkan kelompok umur lansia dikelompokkan
menjadi 2 macam, yaitu masa prasenium (55-64 tahun), dan masa senescens
(≥ 65 tahun), sementara kelompok menjelang usia lanjut (40-54 tahun) tidak
ada yang menjadi responden karena belum ada yang menjadi anggota
posyandu lansia. Berdasarkan data kelompok umur lansia, maka distribusi
datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur
NO Kelompok Umur Cakupan Prosentase
(orang) (%)
1 Masa prasenium (55-64 tahun) 26 56.52
2 Masa senescens (≥ 65 tahun) 20 43.48
Jumlah 46 100.00
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kebanyakan lansia
dalam kelompok masa prasenium, sementara masa senescens lebih sedikit.
Dari data jenis kelamin (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan
dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;
Tabel 4.6
Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur dan Kecemasan
Kecemasan
Total C TC
Kelompok Umur PS Count 11 15 26
% of Total 23.9% 32.6% 56.5%
S Count 7 13 20
% of Total 15.2% 28.3% 43.5%
Total Count 18 28 46
% of Total 39.1% 60.9% 100.0%
Jika disajikan dalam diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar
sebagai berikut
Gambar 4.2 : Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur
dan Kecemasan
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa jumlah
responden prasenium yang mengalami kecemasan lebih tinggi 8,7 %
dibanding dengan responden senesens, sementara jumlah responden
prasenium yang mengalami ketidakcemasan lebih tinggi 4,3 % dibanding
dengan responden senesens, dengan jumlah responden prasenium lebih
banyak 13 % dibanding dengan responden senesens
Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan
fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk
mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom).
Hasil uji Chi Kuadarat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7
Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Kelompok Umur dan Kecemasan
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 0.253a 1 0.615
Likelihood Ratio 0.254 1 0.614
N of Valid Cases 46
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung
sebesar -0, 253a dengan signifikansi sebesar 0, 615, Karena harga signifikansi
sebesar 0, 615 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka Ho diterima artinya tidak
ada hubungan antara kelompok umur dan kecemasan pada lanjut usia.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kelompok umur dan
kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi. Hasil
análisis koefisien kontingensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.8
Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Kelompok Umur dan
Kecemasan
Symmetric Measuresa
Value Approx. Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient
0.074 0.615
N of Valid Cases 46
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien
kontingensi sebesar 0, 074 atau sangat rendah, dengan signifikansi sebesar 0,
615. Karena harga signifikansi sebesar 0, 615 lebih besar dari taraf alpha
0,05, maka antara kelompok umur dan kecemasan pada lanjut usia memang
tidak berhubungan secara nyata
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Lansia
Data responden berdasarkan pendidikan terakhir lansia dikelompokkan
menjadi 3 macam, yaitu SLTP, SLTA, dan sarjana. Berdasarkan data
pendidikan terakhir lansia, maka distribusi datanya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.9
Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
NO Pendidikan Terakhir Cakupan Prosentase
(orang) (%)
1 SLTP 23 50.00
2 SLTA 22 47.83
3 Sarjana 1 2.17
Jumlah 46 100.00
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa lansia dengan pendidikan
terakhir SLTP jumlahnya hampir sama dengan lansia pendidikan terakhir
SLTA, hanya 1 lansia yang pendidikan terakhirnya sarjana.
Dari data pendidikan terakhir (baris) dan kecemasan (kolom) yang
dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs). Hasil tabulasi silang
antara pendidikan terakhir dan kecemasan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.10
Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir dan Kecemasan
Crosstab
Kecemasan
Total C TC
Pendidikan
Terakhir
Sarjana Count 0 1 1
% of Total .0% 2.2% 2.2%
SLTA Count 7 15 22
% of Total 15.2% 32.6% 47.8%
SLTP Count 11 12 23
% of Total 23.9% 26.1% 50.0%
Total Count 18 28 46
% of Total 39.1% 60.9% 100.0%
Jika disajikan dalam diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar
sebagai berikut
Gambar 4.3 : Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
dan Kecemasan
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa satu
responden dengan pendidikan terakhir sarjana tidak mengalami kecemasan,
jumlah responden dengan pendidikan terakhir SLTP yang mengalami
kecemasan lebih tinggi 8,7 % dibanding dengan responden pendidikan
terakhir SLTA, sementara jumlah responden dengan pendidikan terakhir
SLTA yang mengalami ketidakcemasan lebih tinggi 6,5 % dibanding dengan
responden pendidikan terakhir SLTP. Jumlah responden dengan pendidikan
terakhir SLTA hampir sama dengan responden dengan pendidikan terakhir
SLTP.
Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan
fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk
mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom).
Tabel 4.11
Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Pendidikan Terakhir dan Kecemasan
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-
Square
60.354 6 0.000
Likelihood Ratio 61.354 6 0.000
N of Valid Cases 58
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-
Square
60.354 6 0.000
Likelihood Ratio 61.354 6 0.000
N of Valid Cases 58
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .21.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat
hitung sebesar 60,354 dengan signifikansi sebesar 0,000, Karena harga
signifikansi sebesar 0, 000 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka Ho ditolak
artinya ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dan kecemasan pada
lanjut usia.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan
kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi yang
hasilnya bisa dilihat di tabel di bawah ini:
Tabel 4.12
Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Pendidikan Terakhir
dan
Kecemasan
Symmetric Measuresa
Value
Approx.
Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient
0.197 0.393
N of Valid Cases 46
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien
kontingensi sebesar 0, 197 atau sangat rendah, dengan signifikansi sebesar 0,
393. Karena harga signifikansi sebesar 0, 393 lebih besar dari taraf alpha
0,05, maka antara tingkat pendidikan terakhir dan kecemasan pada lanjut usia
memang tidak berhubungan secara nyata
Karakteristik Responden Berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga Lansia
Data responden berdasarkan kedudukan dalam keluarga lansia
dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu sebagai kepala keluarga, istri,serta
dan lain-lain yang termasuk didalamnya adalah orang tua dari kepala keluarga
tersebut. Berdasarkan kedudukan dalam keluarga lansia, maka distribusi
datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.13
Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga
NO Kedudukan dalam Keluarga Cakupan Prosentase
(orang) (%)
1 Kepala Keluarga 33 71.74
2 Istri 11 23.91
3 Lain-lain 2 4.35
Jumlah 46 100.00
Sumber: Data kedudukan dalam keluarga (baris) dan kecemasan
(kolom) yang dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;
Tabel 4.14
Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam Keluarga dan
Kecemasan
Crosstab
Kecemasan
Total C TC
Kedudukan Dalam
Keluarga
Count 12 0 0 12
% of Total 20.7% .0% .0% 20.7%
I Count 0 2 9 11
% of Total .0% 3.4% 15.5% 19.0%
KK Count 0 14 19 33
% of Total .0% 24.1% 32.8% 56.9%
LL Count 0 2 0 2
% of Total .0% 3.4% .0% 3.4%
Total Count 12 18 28 58
% of Total 20.7% 31.0% 48.3% 100.0%
Jika disajikan dalam diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar
sebagai berikut
Gambar 4.4: Distribusi Responden berdasarkan Kedudukan dalam
Keluarga dan Kecemasan
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa dua
responden dengan kedudukan lain-lain dalam keluarga semua mengalami
kecemasan, jumlah responden dengan kedudukan sebagai kepala keluarga
yang mengalami kecemasan lebih tinggi 26,1 % dibanding dengan responden
istri. Responden sebagai kepala keluarga juga mengalami ketidakcemasan
lebih tinggi 21,7 % dibanding dengan responden istri. Jumlah responden
sebagai kepala keluarga juga lebih banyak 47,8 % dibanding dengan
responden istri.
Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan
kedudukan dalam keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian
dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variable ( baris
dan kolom).
Tabel 4.15
Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Kedudukan dalam Keluarga dan
Kecemasan
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-
Square
5.288a 2 0.071
Likelihood Ratio 6.160 2 0.046
N of Valid Cases 46
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .78.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung
sebesar -5,288a dengan signifikansi sebesar 0,071, Karena harga signifikansi
sebesar 0, 071 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka Ho diterima artinya tidak
ada hubungan antara tingkat kedudukan dalam keluarga dan kecemasan pada
lanjut usia
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan
kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi
Tabel 4.16
Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Kedudukan dalam
Keluarga
dan Kecemasan
Symmetric Measuresa
Value
Approx.
Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient
0.321 0.071
N of Valid Cases 46
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien
kontingensi sebesar 0, 321 atau rendah, dengan signifikansi sebesar 0, 071.
Karena harga signifikansi sebesar 0, 071 lebih besar dari taraf alpha 0,05,
maka antara kedudukan dalam keluarga dan kecemasan pada lanjut usia
memang tidak berhubungan secara nyata.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Lansia
Data responden berdasarkan jumlah anggota keluarga lansia
dikelompokkan menjadi 6 macam yaitu 1,2,3,4,5,6 orang. Berdasarkan
kedudukan jumlah anggota keluarga lansia, maka distribusi datanya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.17
Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
NO Jumlah Anggota Keluarga Cakupan Prosentase
(orang) (%)
1 1 orang 8 17.39
2 2 orang 24 52.17
3 3 orang 9 19.57
4 4 orang 3 6.52
5 5 orang 1 2.17
6 6 orang 1 2.17
Jumlah 46 100.00
Sumber: Data Sekunder
Dari data jenis kelamin (baris) dan kecemasan (kolom) yang dimasukkan
dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;
Tabel 4.18
Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Crosstab
Kecemasan
Total C TC
Jumlah Anggota
Keluarga
1 Count 3 5 8
% of Total 6.5% 10.9% 17.4%
2 Count 9 15 24
% of Total 19.6% 32.6% 52.2%
3 Count 3 6 9
% of Total 6.5% 13.0% 19.6%
4 Count 2 1 3
% of Total 4.3% 2.2% 6.5%
5 Count 0 1 1
% of Total .0% 2.2% 2.2%
6 Count 1 0 1
% of Total 2.2% .0% 2.2%
Total Count 18 28 46
% of Total 39.1% 60.9% 100.0%
Jika disajikan dalam diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar
sebagai berikut:
Gambar 4.5 : Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga dan Kecemasan
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa responden
dengan jumlah anggota keluarga 2 mempunyai jumlah kecemasan dan
ketidakcemasan tertinggi dibanding dengan jumlah anggota keluarga lain,
dalam hal ini jumlah responden dengan jumlah anggota keluarga 2
mempunyai jumlah terbanyak dibanding dengan jumlah anggota keluarga lain.
Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan
jumlah anggota keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan
untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variable ( baris dan
kolom)
Tabel 4.19
Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Jumlah Anggota Keluarga dan Kecemasan
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-
Square
3.316a 5 0.651
Likelihood Ratio 3.962 5 0.555
N of Valid Cases 46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .39.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung
sebesar -3.316a dengan signifikansi sebesar 0,651, Karena harga signifikansi
sebesar 0, 651 lebih besar dari taraf alpha 0,05, maka Ho diterimak artinya
tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dan kecemasan pada
lanjut usia
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan
kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi
Tabel 4.20
Hasil analisis koefisien kontingensi Variabel Jumlah Anggota Keluarga dan
Kecemasan
Symmetric Measuresa
Value Approx. Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient
.259 .651
N of Valid Cases 46
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien
kontingensi sebesar 0, 259 atau rendah, dengan signifikansi sebesar 0, 651.
Karena harga signifikansi sebesar 0, 651 lebih besar dari taraf alpha 0,05,
maka antara jumlah anggota keluarga dan kecemasan pada lanjut usia memang
tidak berhubungan secara nyata.
Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Keluarga Lansia
Data responden berdasarkan bentuk keluarga lansia dikelompokkan
menjadi 2 macam yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar
(extended family). Berdasarkan bentuk keluarga lansia, maka distribusi
datanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.21
Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga
NO Bentuk Keluarga Cakupan Prosentase
(orang) (%)
1 Nuclear family 42 90.30
2 Single parent family 4 8.70
Jumlah 46 100.00
Sumber: Data Sekunder
Dari 46 responden yang diteliti sebagian besar (90,30%) mempunyai
bentuk keluarga inti (nuclear family) hanya sedikit (8,70%) yang mempunyai
bentuk keluarga besar (extended family).
Dari data bentuk keluarga (baris) dan kecemasan (kolom) yang
dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;
Tabel 4.22
Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga dan Kecemasan
Bentuk Keluarga * Kecemasan Crosstabulation
Kecemasan
Total C TC
Bentuk
Keluarga
Extended Count 4 0 4
% of Total 8.7% .0% 8.7%
Nuclear Count 14 28 42
% of Total 30.4% 60.9% 91.3%
Total Count 18 28 46
% of Total 39.1% 60.9% 100.0%
Jika disajikan dalam diagram batang, dapat terlihat seperti pada gambar
sebagai berikut
Gambar 4.6 : Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Keluarga dan
Kecemasan
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa responden
dengan bentuk keluarga inti (Nuclear family) mempunyai angka
ketidakcemasan lebih tinggi dibanding dengan angka kecemasan, sementara
keluarga dengan bentuk keluarga besar (extended family) semuanya (100%)
mengalami kecemasan.
Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan
bentuk keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk
mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom).
Tabel 4.23
Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Bentuk Keluarga dan Kecemasan
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 6.815a 1 0.009
N of Valid Cases 46
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung
sebesar 6,815 dengan signifikansi sebesar 0,009, Karena harga signifikansi
sebesar 0, 009 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka Ho ditolak artinya ada
hubungan antara bentuk keluarga dan kecemasan pada lanjut usia
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara bentuk keluarga
dan kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi.
Tabel 4.24
Hasil analisis koefisien kontingensi Variabel Bentuk Keluarga dan
Kecemasan
Symmetric Measuresa
Value
Approx.
Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient
0.359 0.009
N of Valid Cases 46
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien
kontingensi sebesar 0, 359 atau rendah, dengan signifikansi sebesar 0,009
Karena harga signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari taraf alpha 0,05,
maka ada hubungan antara bentuk keluarga dan kecemasan pada lanjut usia
dengan ukuran hubungan rendah.
Hasil Analisis Data
Deskripsi di atas hanya menggambarkan gambaran umum tentang data
pada setiap karakteristik umum. Oleh karena itu perlu dilakukan uji bivariat untuk
bisa melihat gambaran lebih jelas mengenai variabel kecemasan dan fungsi
keluarga di Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan Malangjiwan
Karakteristik Responden Berdasarkan Fungsi Keluarga Lansia
Dari 46 responden yang diteliti terdapat 20 responden (43.48%)
mempunyai fungsi keluarga sehat, 21 responden (45.65%) mempunyai fungsi
keluarga kurang sehat, 5 responden (10.87%) mempunyai fungsi keluarga
tidak sehat
Tabel 4.25
Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga
NO Fungsi Keluarga Cakupan Prosentase
(orang) (%)
1 Sehat 20 43.48
2 Kurang sehat 21 45.65
3 Tidak sehat 5 10.87
Jumlah 46 100.00
Sumber: Data Primer
Karakteristik Responden Berdasarkan Kecemasan
Dari 46 responden yang diteliti terdapat 18 responden (39.13%)
mengalami cemas, 28 responden (60.87%) tidak cemas
Tabel 4.26
Distribusi Frekuensi Kecemasan Responden
NO Kecemasan Cakupan Prosentase
(orang) (%)
1 Cemas 18 39.13
2 Tidak cemas 28 60.87
Jumlah 46 100.00
Sumber: Data Primer
Deskripsi Data secara Crosstabs
Dari data fungsi keluarga (baris) dan kecemasan (kolom) yang
dimasukkan dalam bentuk tabel silang (crosstabs) didapatkan hasil ;
Tabel 4.27
Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga dan Kecemasan
Fungsi Keluarga * Kecemasan Crosstabulation
Kecemasan
Total C TC
Fungsi
Keluarga
KS Count 14 7 21
% of Total 30.4% 15.2% 45.7%
S Count 1 19 20
% of Total 2.2% 41.3% 43.5%
TS Count 3 2 5
% of Total 6.5% 4.3% 10.9%
Total Count 18 28 46
Fungsi Keluarga * Kecemasan Crosstabulation
Kecemasan
Total C TC
Fungsi
Keluarga
KS Count 14 7 21
% of Total 30.4% 15.2% 45.7%
S Count 1 19 20
% of Total 2.2% 41.3% 43.5%
TS Count 3 2 5
% of Total 6.5% 4.3% 10.9%
Total Count 18 28 46
% of Total 39.1% 60.9% 100.0%
Jika disajikan dalam bentuk diagram batang, dapat terlihat seperti pada
gambar berikut ;
Gambar 4.7 : Distribusi Responden berdasarkan Fungsi Keluarga
dan Kecemasan
Dari 18 responden yang mengalami kecemasan didapatkan fungsi
keluarga kurang sehat 14 responden (30,43%) adalah yang paling banyak,
kemudian fungsi keluarga tidak sehat 3 responden (6,52%), dan fungsi
keluarga sehat 1 responden (2,17%).Sementara 28 responden yang tidak
mengalami kecemasan kebanyakan fungsi keluarganya sehat 19 responden
(43.48%), fungsi keluarga kurang sehat 7 responden (15.22%), fungsi
keluarga tidak sehat 2 responden (4.35%).
Uji Hipotesis Hubungan Fungsi Keluarga dan Kecemasan
Uji Chi Kuadrat atau Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan
fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Pengujian dilakukan untuk
mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel ( baris dan kolom).
Tabel 4.28
Hasil Uji Chi Kuadrat Variabel Fungsi Keluarga dan Kecemasan
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-
Square
17.381a 2 0.000
Likelihood Ratio 20.174 2 0.000
N of Valid Cases 46
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum
expected count is 1.96.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil Uji Chi Kuadrat hitung sebesar
-17.381a dengan signifikansi sebesar 0,000, Karena harga signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka Ho ditolak artinya ada hubungan
antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia.
Analisis Korelasi
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dan
kecemasan pada lanjut usia, maka digunakan koefisien kontingensi.
Tabel 4.29
Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Variabel Fungsi Keluarga dan
Kecemasan
Symmetric Measures
Value
Approx.
Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient
.524 .000
N of Valid Cases 46
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis koefisien kontingensi
sebesar 0,524 atau cukup, dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena harga
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka ada
hubungan yang cukup substansial antara fungsi keluarga dan kecemasan pada
lanjut usia. Statistik tersebut hanya menunjukkan kuatnya hubungan, tanpa
mengetahui arahnya. Nilai statistik tersebut berkisar antara 0 dan 1. 0
menunjukkan tidak ada hubungan sama sekali sedangkan 1 menunjukkan
hubungan yang sempurna antara dua variabel tersebut
Pembahasan
Penelitian ini mengikutsertakan 46 subyek lanjut usia anggota Posyandu
Lansia Ngudi Kasarasan Malangjiwan yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi serta pengisian datanya benar. Data penelitian berasal dari data primer
berupa kuesioner dan data sekunder dari catatan administrasi Posyandu Lansia
Ngudi Kasarasan Malangjiwan untuk mengetahui karakteristik demografi
keluarga lansia meliputi kedudukan lansia dalam keluarga, jumlah anggota
keluarga lansia, umur keluarga lansia, dan pendidikan terakhir keluarga lansia.
Data sekunder ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian fungsi
keluarga lansia.
Dari data yang diperoleh melalui kuisoner, penulis membahas
permasalahan yang ada dan membandingkan dengan teori di Bab II. Pembahasan
ini dilakukan berdasarkan hipotesis dan tujuan penelitian.
Dari hasil hasil Uji Chi Kuadrat dapat diketahui bahwa ada hubungan yang
signifikan antara antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan Chi Kuadrat hitung 17,381, dan nilai p= 0,000 (p<
0,05), serta ukuran hubungan cukup substansial menurut Young dalam Djarwanto
dan Subagyo, P. (1993) berdasarkan hasil analisis koefisien kontingensi sebesar
0,524 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p< 0,05). Hal ini sesuai dengan teori
bahwa apabila fungsi keluarga dapat terlaksana dengan baik, dapatlah diwujudkan
keluarga yang sejahtera. Untuk Indonesia yang dimaksud keluarga sejahtera
adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spirituil dan materiil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (UU No. 10
tahun 1992). Apabila keluarga sejahtera tersebut berhasil diwujudkan maka berarti
telah terwujud pula keluarga yang sehat, baik fisik, mental serta sosial. Sebaliknya
keadaan kesehatan juga berpengaruh terhadap fungsi keluarga (Azwar, A., 2002:
29-31).
Hal ini sesuai pula dengan penelitian Cano, A., et al., (2003) bahwa
dukungan keluarga dapat mempengaruhi satu sama lain dalam mode bidirectional
terhadap penyakit, baik fisik atau psikologis. Tetapi pada penelitian ini APGAR
keluarga yang dipakai mempunyai penilaian yang sedikit berbeda dengan APGAR
keluarga yang dipakai oleh penulis. Skor 0-3 disebut disfungsi keluarga tingkat
tinggi, 4-6 disfungsi keluarga tingkat menengah, 7-10 fungsi keluarga tinggi (
Cano, A., et al., 2003:2).
Sesuai pula dengan penelitian Leung, L. L., et al (2007), hasil dari
penelitian ini memperlihatkan bahwa dukungan sosial dan keluarga berfungsi
mempengaruhi kesehatan mental, dan untuk meneliti efek buffering dukungan
terhadap stres kesehatan. Sampel acak dari 507 kelompok lansia yang disurvei
dengan kuesioner terstruktur, yang meliputi depresi dan kecemasan subskala dari
versi Cina Symptom Checklist 90-R (SCL-90-R), Dukungan Sosial Skala Rating
(SSRS), Keterlibatan Emosional Keluarga dan Skala Kritik (FEICS), Short
Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ), dan Skala Katz - Kegiatan Hidup
Harian (KADL). Keterlibatan emosional keluarga berkorelasi berbanding terbalik
dengan depresi (r =- 0,19) dan kecemasan (r =- 0.22), sedangkan kritik berkorelasi
positif dengan depresi (r = 0,29) dan kecemasan (r = 0,31). Analisis multivariat
menunjukkan bahwa perempuan, gangguan fungsi kognitif, penduduk perkotaan
dengan penyakit kronis, kurang dukungan emosional, dan lebih banyak kritik dari
keluarga lebih dikaitkan dengan gejala depresi dan kecemasan. Keterlibatan
keluarga memiliki efek buffering pada gejala psikologis bagi orang-orang dengan
gangguan kognitif dan penyakit medis.. Hasil ini menunjukkan bahwa gejala
mental pada lansia dan penyakit medis yang kronis dipengaruhi keterlibatan
keluarga (Leung, L. L., et al , 2007).
Faktor keluarga ini dalam bukunya Dadang Hawari (2008) disebutkan
sebagai salah satu stressor psikososial yang berpengaruh terhadap sirkuit atau
psiko-neuro-endokrinologi yang menyebabkan mekanisme terjadinya stress,
cemas dan depresi. Seseorang yang mengalami stressor psikososial yang
ditangkap melalui panca inderanya, melalui sistem saraf panca indera akan
diteruskan ke susunan saraf pusat otak yaitu bagian saraf otak yang disebut limbic
system, melalui transmisi saraf (neurotransmitter/sinyal penghantar saraf). Dan
selanjutnya stimulus atau rangsangan psikososial tadi melalui susunan saraf
autonom (simpatis/parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal
(endokrin) yang merupakn system imunitas tubuh dan organ-organ yang
dipersarafinya (Hawari, D., 2008: 11-2).
Faktor keluarga yang merupakan stresor psikosial diantaranya, hubungan
kekeluargaan yang semula erat dan kuat (tight family relationship) cenderung
menjadi longgar dan rapuh (loose family relationship). Struktur keluarga yang
semula keluarga besar (extended family) cenderung ke arah keluarga inti (nuclear
family), bahkan sampai pada keluarga tunggal (single parent family). Hal ini
sesuai dengan data yang didapat penulis, bahwa 90,30% responden mempunyai
bentuk keluarga inti (nuclear family) hanya sedikit (8,70%) yang mempunyai
bentuk keluarga besar (extended family) ) (Hawari, D., 2008:1-2).
Kecemasan merupakan ketakutan (fear) yang berlangsung secara terus
menerus. Dengan demikian, gangguan kecemasan seyogyanya mendapatkan
penatalaksanaan dengan segera, seandainya tidak mendapatkan pertolongan secara
cepat, maka gangguan anxietas berpotensi menimbulkan biaya ekonomi kesehatan
yang cukup tinggi. Pada sisi yang lain apabila lansia dengan gangguan
kecemasan tidak mendapatkan terapi yang cepat dan tepat akan mengalami
berbagai gejala yang tidak menyenangkan, mengakibatkan hendaya dalam fungsi
sosial, pekerjaan dan perannya dalam keluarga. Sehingga fungsi keluarga yang
seharusnya baik, menjadi terganggu karena masalah kecemasan ini (Ibrahim, A.
S., 2002).
Penelitian ini menunjukkan kecemasan dijumpai pada 39.13% subyek. Hal
ini tidak sesuai sesuai dengan pernyataan Ayub Sani Ibrahim (2002) yang
menyebutkan prevalensi (angka kesakitan) gangguan kecemasan berkisar pada 6-
7% dari populasi umum. Adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan peneliti
dengan penelitian terdahulu dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya : alat ukur
yang digunakan berbeda, tidak adanya pengawasan saat pengisian data oleh
responden, perbedaan waktu, tempat dan suasana responden (mood, kondisi
lingkungan saat pengisian data) (Ibrahim, A. S., 2002). Jumlah yang menderita kecemasan antara wanita dan pria 2 dibanding 1
dalam buku Dadang Hawari (2008). Demikian pula pada penelitian Ayub Sani
Ibrahim (2002) menyebutkan bahwa kelompok perempuan lebih banyak
dibandingkan kelompok laki-laki. Pada penelitian Leung, L. L., et al (2007), Hasil
menunjukkan bahwa wanita memiliki lebih banyak gejala kecemasan daripada
laki-laki (rata-rata = 3,49; 95% CI: 3,02-3,95 versus rata-rata = 2,56; 95% CI:
2,27-2,85). Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, beberapa teori
mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding
dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih
sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding
perempuan, perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan
lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga lebih cemas, kurang sabar, dan
mudah mengeluarkan air mata. Penelitian tersebut menunujukkan bahwa
perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam
situasi sosial dibanding laki-laki. Berbeda dengan data yang didapatkan penulis
bahwa jumlah kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang mengalami
kecemasan tidak begitu berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena populasi
yang berbeda, situasi dan kondisi objek penelitian yang hampir tidak mungkin
dikendalikan oleh peneliti. Apalagi objek penelitian yang berupa manusia, sangat
beragam karakteristiknya. Jumlah subyek yang juga perlu diperbesar sehingga
kuasa statistiknya juga besar.
Dadang Hawari menyatakan bahwa tingkat kecemasan sangatlah
berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang dimana seseorang akan dapat
mencari informasi atau menerima informasi dengan baik sehingga akan cepat
mengerti akan kondisi dan keparahan penyakitnya dan dengan keadaan yang
seperti ini akan menyebabkan peningkatan kecemasan pada orang tersebut. Selain
hal tersebut pengalaman juga merupakan hal yang sangat menentukan tingkat
kecemasan. Hal ini sesuai dengan data yang penulis dapatkan bahwa jumlah
responden dengan pendidikan terakhir SLTP mengalami kecemasan lebih tinggi
8,7 % dibanding dengan responden pendidikan terakhir SLTA. Jumlah responden
dengan pendidikan terakhir SLTA hampir sama dengan responden dengan
pendidikan terakhir SLTP. Hal tersebut di atas sesuai dengan data tingkat
pendidikan terakhir lansia dengan kecemasan pada penelitian ini yang
menunjukkan Uji Uji Chi Kuadrat hitung sebesar 60,354 dengan signifikansi
sebesar 0,000. Karena harga signifikansi sebesar 0, 000 lebih kecil dari taraf alpha
0,05, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir
dan kecemasan pada lanjut usia
Para Lansia ini mempunyai kedudukan dalam keluarga yang terbanyak
(71.74%) adalah sebagai kepala keluarga baik subyek laki-laki maupun
perempuan, hal ini berkaitan dengan bentuk keluarga subyek yang kebanyakan
adalah keluarga inti diad (nuclear dyad) yaitu 39.13%. Keluarga inti diad (nuclear
dyad) adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
mereka telah tidak tinggal bersama. Subyek merupakan keluarga yang mengalami
siklus kehidupan keluarga (family life circle) pada tahap minimal adalah tahap
orang tua usia menengah (parent alone in middle years) dimana pada tahap ini
semua anak mulai meninggalkan keluarga. Hal ini bisa dilihat dari kebanyakan
anggota keluarga subyek yang hanya hidup berdua (52.17%), sebagai suami istri.
Jumlah lansia yang menjadi kepala keluarga, dalam penelitian ini adalah
71,74%. Sementara pada penelitian lain menyebutkan bahwa 90,62% lansia pria
berstatus sebagai kepala keluarga di perkotaan dan 89,65% di pedesaan. Jumlah
lansia sebagai kepala keluarga yang mengalami kecemasan cukup tinggi (30,4%).
Lansia berstatus sebagai dependent person (hanya sebagai suami/istri,
orangtua/mertua) jumlahnya 6,52% untuk keluarga orang tua tunggal (single
parent family) serta 19,57% sebagai orang dewasa bujangan (single adult living
alone). Hampir sama dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa 24,62%
sebagai dependent person (Taisir, 2008 :2).
Perubahan karakteristik keluarga dari keluarga besar (extended family)
menjadi keluarga batih atau keluarga inti (nuclear family). Realita ini mulai
tampak jelas terjadi pada Sensus Penduduk Tahun 2000 maupun Survai
Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) 2007 lalu, di mana jumlah keluarga
besar dibanding tahun 1980 maupun 1990 an terus mengalami penurunan
sementara keluarga intinya cenderung meningkat. mengecilnya jumlah keluarga
besar dan meningkatnya jumlah keluarga batih, setidaknya masih dipengaruhi
oleh empat hal, antara lain: Pertama, keberhasilan program KB yang telah
menekan Total Fertility Rate (TFR) hingga di beberapa propinsi telah mencapai
below placement level, yakni kondisi di mana TFR telah menyentuh angka 2,1
atau di bawahnya. Hal itu telah member sumbangan besar terhadap turunnya
jumlah rata-rata jiwa dalam keluarga dari 4,7 pada tahun 1970 menjadi sekitar 3,7
pada saat ini. Kedua, kemajuan industrialisasi yang menyebabkan keluarga
menjadi lebih bersifat mobile. Mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Keluarga tidak lagi terikat oleh sebidang tanah untuk penghidupannya. Melainkan
mereka akan berpindah ke tempat dimana ada pekerjaan. Mobilitas keluarga ini
akan memperlemah ikatan kekerabatan dalam keluarga besar. Ketiga,
keberhasilan emansipasi wanita yang memungkinkan kaum hawa mendapatkan
pekerjaan di luar rumah. Emansipasi ini menyebabkan lemahnya fungsifungsi
keluarga besar di satu pihak dan memperkuat fungsi keluarga batih di lain pihak.
Keempat, berubahnya corak kehidupan ekonomi dalam masyarakat dari corak
agraris yang terus bergerak ke corak industri. Dalam masyarakat agraris, semua
anggota keluarga, anak-anak, wanita dan orang yang sudah tua dapat turut serta
dalam proses produksi pertanian. Sehingga dalam hal ini, sebuah keluarga besar,
semua anggotanya akan memberikan keuntungan ekonomi. Sedangkan dalam
masyarakat industri, anak-anak, orang yang sudah tua, orang yang cacat tubuh
tidak dapat turut serta dalam proses produksi di pabrik. Sehingga mereka secara
otomatis akan menjadi beban keluarga. Akibatnya, keluarga akan cenderung
memisahkan diri dari sanak keluarga yang tidak produktif guna mengurangi beban
hidup. Lebih-lebih tuntutan hidup semakin meningkat ( Mardiya, 2009).
Hal tersebut di atas sesuai dengan data bentuk keluarga dengan
kecemasan pada penelitian ini yang menunjukkan Uji Uji Chi Kuadrat hitung
sebesar 6,815 dengan signifikansi sebesar 0,009. Karena harga signifikansi
sebesar 0, 009 lebih kecil dari taraf alpha 0,05, maka Ho ditolak artinya ada
hubungan antara bentuk keluarga dan kecemasan pada lanjut usia, walaupun hasil
analisis koefisien kontingensi sebesar 0, 359 atau rendah, dengan signifikansi
sebesar 0,009.
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap kesehatan selain hal-hal di
atas, misalnya faktor keturunan yang bisa dilihat dari genogramnya, fungsi
keluarga yang lain misalnya fungsi patologis yang bisa diukur dengan SCREEM
(Social Cultural Religion Economic Education Medical), dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, maka banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan. Walaupun untuk faktor lain tidak sebesar faktor fungsi keluarga, perlu
diwaspadai pengaruhnya.
Keterbatasan
Keterbatasan penelitian pada umumnya disebabkan oleh situasi dan
kondisi objek penelitian yang hampir tidak mungkin dikendalikan oleh peneliti.
Apalagi objek penelitian yang berupa manusia, sangat beragam karakteristiknya
sehingga peneliti hanya dapat mengambil asumsi-asumsi tertentu untuk dapat
melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, penelitian hanya melibatkan satu
variabel bebas dan satu variabel terikat sebagai topik inti permasalahan, yaitu
fungsi keluarga dan kecemasan.
Pelibatan variabel lain belum dilakukan dalam penelitian ini, yaitu variabel
bentuk keluarga merupakan variabel lain yang dapat mempengaruhi kecemasan.
Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu kekurangan karena hanya satu variabel
bebas saja. Sedangkan masih ada variabel lain yang mungkin lebih berpengaruh
terhadap kecemasan.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional study)
dimana semua variabel diukur pada saat yang sama, dengan demikian desain ini
tidak dapat memastikan hubungan temporal antara kecemasan dan fungsi keluarga
responden. Dalam penelitian juga hanya menunjukkan kuatnya hubungan, tanpa
mengetahui arah hubungan, karena keterbatasan jenis data yang digunakan.
Penelitian hanya mengambil sampel 53 lansia , agar kuasa penelitian
makin besar, jumlah sampel diperbesar sehingga lebih mampu memperlihatkan
hubungan antar variabel.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada Bab IV, maka
penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan antara fungsi
keluarga dan kecemasan pada lanjut usia di Posyandu Lansia Ngudi Kasarasan
Malangjiwan (Tabel 4.11).
Implikasi Penelitian
Bagi Bidang Ilmu kedokteran Keluarga
Kecemasan ini apabila mengenai kepala keluarga maka dapat
mengancam terganggunya pelbagai fungsi keluarga, terutama fungsi ekonomi
dan ataupun fungsi pemenuhan kebutuhan fisik keluarga. Sedangkan apabila
kecemasan mengenai ibu rumah tangga dapat mengancam terganggunya
fungsi afektif dan atau fungsi sosialisasi. Oleh karena itu apabila bentuk,
fungsi serta siklus keluarga dapat dipahami sebaik-baiknya maka keluarga
diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah kecemasan yang dialami
oleh para lansia tersebut. Sehingga pemahaman ilmu yang terkait pada
masalah-masalah keluarga yang ada hubungannya dengan masalah sehat-sakit
yang dihadapi oleh perseorangan sebagai bagian dari anggota keluarga ini bisa
lebih dikembangkan.
Bagi Dokter Keluarga
Dokter keluarga diharapkan bisa memberikan upaya diagnosis yang
holistik komprehensif, tata laksana, dan pengendalian kecemasan yang
mengenai pasien secara lebih lengkap dan sempurna dengan
mempertimbangkan peran keluarga. Dokter Keluarga bisa memberikan
informasi dan edukasi kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi keluarga
pasien sehingga fungsi keluarga bisa sehat. Keluarga sebagai organisasi sosial
terkecil dalam masyarakat amatlah penting, namun sering dilupakan.
Bagi Bidang Pelayanan Dokter Keluarga
Pelayanan dokter keluarga diharapkan untuk bisa meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal
serta mengobati penyakit sedini mungkin. Perilaku keluarga amat medukung
penyelesaian masalah pasien dalam hal ini masalah kecemasan yang mengenai
lansia di keluarga. Dari hasil penelitian ini, penatalaksanaan kecemasan pada
lansia seyogyanya dilakukan secara komprehensif bisa meliputi aspek medis
berupa pengobatan medikamentosa dan lebih penting lagi adalah dari aspek
psikososial yang melibatkan keluarga. Dengan melakukan deteksi terjadinya
kecemasan, dapat dilakukan intervensi dini pada lansia sehingga kecemasan
bisa teratasi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka pada penelitian ini dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
Kepada Pembina Posyandu Lansia
Kepada pembina posyandu lansia diharapkan meningkatkan usaha
pembinaan kesehatan usia lanjut termasuk masalah kecemasan yang
dilaksanakan sebagai bagian pembinaan kesehatan keluarga yang dilaksanakan
secara terpadu baik lintas program maupun lintas sektoral dengan pendekatan
sistem. Pembinaan bisa dilaksanakan dengan pendekatan holistik dengan
memperhatikan nilai sosial budaya yang ada. Diupayakan peran lansia sendiri
agar mempunyai kemampuan mandiri agar selama mungkin tetap produktif
dan berperan aktif melalui wadah posyandu lansia.
Kepada Keluarga Lansia
Kepada keluarga lansia diharapkan meningkatkan fungsi keluarga yang
tidak sehat dan kurang sehat menjadi keluarga sehat, untuk keluarga yang
sehat agar bisa dipertahankan, karena untuk keluarga yang tidak sehat dan
kurang sehat kecemasan pada lansia yang menjadi anggota keluarga lebih
tinggi. Kecemasan yang tinggi juga berpengaruh terhadap fungsi keluarga.
Juga meningkatkan peran serta keluarga sebagai orang terdekat pasien untuk
memberikan dukungan psikologis yang dapat menghilangkan kecemasan yang
sedang dialami lansia.
Kepada Peneliti yang Akan Datang
Kepada peneliti yang akan datang, diharapkan dapat melakukan
penelitian dengan topik yang sama, namun perlu dikembangkan pada banyak
variabel. Sehingga akan dapat diketahui variabel yang paling berpengaruh
terhadap kecemasan. Beberapa variabel yang penting untuk dikaji antara lain
adalah bentuk keluarga, siklus keluarga, dan variabel lainnya. Perlu diperbesar
jumlah sampel agar kuasa penelitian makin besar. Juga perlu dikembangkan
desain penelitian yang lain, misalnya dengan memberikan konseling pada
keluarga lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat dan kurang sehat kemudian
dilakukan uji beda mengenai kecemasan pada lansia.
Daftar Pustaka
Agus Soedomo.2003. Demensia Pada Lansia Dan Penatalaksanaannya :
Simposium Peningkatan Kualitas Hidup Lansia, FK UNS,
Surakarta
Azrul Azwar. 1997. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia
----------------. 2002. Dokter Keluarga, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan RI
Bisma Murti. 2007. Bahan Ajar Biostastitik dan Epidemiologi, Semester 1 Pasca
Sarjana UNS Surakarta
Cano, Annmarrie, et al. 2003. Family Support, Self-Rated health, and
Psychological Distress, www.Pubmed.com, di akses 30 Juli 2009
Dadang Hawari. 2006. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, cetakan 2, Balai
penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Dakota university. 2007. psychology and anxiety, www.dakota.fmpdata.netPsych,
di akses 10 Nopember 2009
Djuni Utari, Retnowati. 1980. Studi Pendahuluan TMAS sebagai alat ukur
kecemasan, Yogyakarta : Konggres I Ilmu Psikologi dan ISPSI
Irawan Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Lao, F.L., et al. 2000, Asia Pacific Journal of Family Medicine Volume 5 Issue 1:
FOCUS ON FAMILY , http://www.apfmj.com/afm5_1/index.htm,
Di akses 30 Juli 2009
Murtagh, J. 1998. General Practice, 2nd edition, The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Mochamad Arief TQ. 2009, Pengantar epidemiologi penelitian, UNS Press
Surakarta
Socrates. 2009. Kesehatan jiwa Pada Populasi Lanjut Usia,
www.kesimpulan.co.cc, di akses 1 Juni 2009
Sumadi suryabrata. 2005, Alat Ukur Psikologis, Ed. III, Yogyakarta : Andi Offset
Sutrisno Hadi. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.
Taisir. 2008. Potensi Masalah Lansia dan Solusi, [email protected], diakses 30
Juli 2009
Tomb, D.A. 2004, Hos Psychiatry, 6th
edition, Lippincott Williams & Wilkins Inc,
USA
ANGKET PENELITIAN I
A. PETUNJUK
1. Pilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan perasaan
atau keadaan anda, dengan memberi tanda silang (X) pada
lembar jawab yang tersedia.
2. Setiap pernyataan disediakan lima pilihan jawaban yaitu :
a. Sangat Setuju ( SS )
b. Setuju ( S )
c. Tidak Setuju ( TS)
d. Sangat Tidak Setuju ( STS)
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden : ..........................................................................
2. Jenis Kelamin : ..........................................................................
3. Umur : ..........................................................................
4. Pendidikan terakhir :...........................................................................
NO PERTANYAAN
SS S TS STS
1. Saya tidak cepat lelah
2 Saya sering kali mengalami perasaan mual
3 Saya jarang sakit kepala
4 Tangan saya sering gemetar bila berbuat sesuatu
5 Dalam keadaan yang memalukan, saya tidak mudah
tersipu-sipu seperti kebanyakan orang lain
6 Saya diare (mencret ) sekali atau lebih dalam satu
bulan
7 Saya tidak pernah tersipu malu bila terjadi sesuatu
pada diri saya
8 Tangan dan kaki saya jarang terasa dingin
9 Saya mudah sekali berkeringat meskipun hari tidak
panas
10 Saya jengkel karena sering banyk keringat pada
waktu malu
11 Saya jarang berdebar atau nafas tersengal
12 Saya sering merasa lapar berkepanjangan (ngintir-
intir)
13 Saya jarang sembelit (sakit perut karena sulit berak)
14 Saya sering terganggu keluhan (sakit) perut
NO PERTANYAAN
SS S TS STS
1. Saya kesukaran konsentrasi terhadap suatu
permasalahan
2 Pada waktu bekerja, saya sulit memusatkan perhatian
3 Saya khawtir kalau memikirkan masalah
4 Saya khawatir akan gagal atau tertimpa kesialan
5 Saya sering takut muka saya menjadi merah karena
malu
6 Saya merasa lebih sensitif (peka) dari pada umumnya
orang lain
NO PERTANYAAN
SS S TS STS
1. Saya yakin tidak lebih penggugup daripada
kebanyakan orang lain
2 Saya sering merasa tegang pada waktu bekerja
3 Biasanya saya tenang dan tidak mudah kecewa atau
putus asa
4 Saya mudah menangis
5 Menunggu membuat saya gelisah
6 Saya tidak dapat jenak (tenang) duduk atau ngobrol
terlalu lama
7 Saya sering dalam keadaan tegang
NO PERTANYAAN
SS S TS STS
1. Saya sering mimpi buruk pada waktu tidur malam
hari
2 Saya sering tidak dapat tidur karena
mengkhawatirkan sesuatu
3 Tidur saya tidak nyenyak dan sering terganggu
4 Saya sering mimpi yang memalukan
5 Kadang-kadang saya terlalu gembira sehingga sukar
tidur
NO PERTANYAAN
SS S TS STS
1. Saya sering/mudah merasa segar/bugar
2 Saya tidak lebih penakut dari pada orang lain
3 Saya sering takut pada benda atau manusia tanpa
sebab
4 Biasanya, saya pemalu
5 Saya merasa takut terhadap kesukaran-kesukaran
yang saya hadapi
6 Saya jarang merasa penuh percaya diri
NO PERTANYAAN
SS S TS STS
1. Saya sering mengkhawatirkan diri saya terhadap
sesutu hal
2 Saya merasa tidak sebahagia orang lain yang saya
kenal
3 Saya sering kalimencemaskan sesuatu hal atau
seseorang
4 Saya merasa selalu gembira setiap waktu
5 Kadang-kadang saya merasa khawatir tanpa sebab
yang jelas
6 Saya sering merasa bahwa diri saya tidak berguna
7 Biasanya, saya merasa yakin atau percaya diri
8 Saya merasa hidup ini merupakan beban berat setiap
saat
9 Kadang-kadang saya merasa diri saya tanpa arti
10 Saya benar-benar diliputi keraguan dalam banyak hal
11 Kadang-kadang saya merasa diri saya kacau
12 Kadang-kadang saya merasa mempunyai kesulitan
bertumpuk sehingga tidak dapat tenang
NO ASPEK/DIMENSI MINAT
BUTIR
JML ITEM (+)
favorable
ITEM (-)
unfavorable
1 Gangguan fisik
2 Sulit konsentrasi
3 Panik dan gelisah
4 Gangguan tidur
5 Takut dan menghindar
6 Khawatir atau ingatan tidak
menyenangkan
Catatan :
Karanganyar, 2009
Responden
(.......................................)
ANGKET PENELITIAN II
a. PETUNJUK
1. Pilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan perasaan
atau keadaan anda, dengan memberi tanda silang (X) pada
lembar jawab yang tersedia.
2. Setiap pernyataan disediakan lima pilihan jawaban yaitu :
a. Sering/selalu
b. Kadang-kadang pernah
c. Jarang/tidak
b. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden : ..........................................................................
2. Jenis Kelamin : ..........................................................................
3. Umur : ..........................................................................
4. Pendidikan terakhir :...........................................................................
NO PERNYATAAN SERING/
SELALU
KADANG-
KADANG
PERNAH
JARANG/
TIDAK
1 Saya puas bahwa saya dapat
kembali kepada keluarga saya, bila
saya menghadapi masalah
2 Saya puas dengan cara-cara
keluarga saya membahas serta
membagi masalah dengan saya
3 Saya puas bahwa keluarga saya
menerima dan mendukung
keinginan saya melaksanakan
kegiatan dan ataupun arah hidup
yang baru
4 Saya puas dengan cara-cara
keluarga saya menyatakan rasa
kasih sayang dan menanggapi
emosi
5 Saya puas dengan cara-cara
keluarga saya membagi waktu
bersama
Catatan :
Karanganyar, 2009
Responden
(.......................................)
Skala L-MMPI
Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban (YA) bila anda setuju pada
pernyataan tersebut, atau bila anda merasa bahwa pernyataan itu berlaku bagi atau
mengenai diri anda. Sebaliknya, berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban
(TIDAK) bila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut, atau bila anda merasa
bahwa pernyataan itu tidak berlaku atau tidak mengenai diri anda.
No Pernyataan Ya Tidak
1 Sekali-sekali saya berpikir tentang hal-hal yang buruk untuk
diutarakan
2 Kadang-kadang saya ingin mengumpat atau mencaci maki
3 Saya tidak selalu mengatakan hal yang benar
4 Saya tidak membaca setiap tajuk rencana surat kabar harian
5 Saya kadang-kadang marah
6 Apa yang dapat saya kerjakan hari ini kadang-kadang saya
tunda sampai besok
7 Bila saya sedang tidak enak badan, kadang-kadang saya
mudah tersinggung
8 Sopan santun saya di rumah tidak sebaik seperti jika saya
bersama orang lain
9 Bilas saya yakin tidak seorangpun melihatnya, mungkin
sekali saya akan menyelundup nonton tanpa karcis
10 Saya lebih senang menang dari pada kalah dalam suatu
permainan
11 Saya ingin mengenal orang-orang penting, karena dengan
demikian saya merasa menjadi orang penting juga
12 Saya tidak selalu menyukai orang yang saya kenal
13 Kadang-kadang saya mempergunjingkan orang lain (gosip)
14 Saya kadang-kadang memilih orang yang tidak saya kenal
dalam suatu pemilihan
15 Sekali-sekali saya tertawa juga mendengar lelucon porno
Nama : ............................................................. Pemeriksa/Evaluator
Kode : .............................................................
Skor : ............................................................. (................................)