HUBUNGAN ANTARA PERJLAKU WORKAHOLIC DENGAN TIMJBULNYA
GEJALA INSOMNIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Disusun oleh :
AGUNG MULYONO NIM 103070029028
FAI<ULTAS PSll{OLOGI UNIVERSITAS ISLAM Nl~GERI
SYARIF HIDAYATULLAH J)\I<ARTA 1428 HI 2007 M
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU WC)RKAHOLIC
DENGAN TIMBULNYA GEJ)~LA INSOMNIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Urituk Mernenuhi Syarat
Mernperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Pem
Oleh:
AGUNG MUL YONO
NIM : 103070029028
DI BAWAH BIMBINGAN
Pembimbing II
~ /r ~-Abdul Rahman Sh I M.Si S. Evangeline. I. S, M.Si, Psi
NIP: 150 29
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Perilaku llVorkaholic dengan Timbulnya Gejala Insomnia" telah diujikan dalam siclang munaqosyah di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi.
Jaka11a, 30 Agustus 2007
SIDANG MUNAQOSYAH
Ketua
.//
Drs. Ne Hartati M.Si NIP:150 15938
Penguji I
~ Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T
Drs. Abdul Rahm NIP: 150 293 22
Sekertaris Merangkap Anggota
Penguji II
Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi NIP : 150 300 679
Pembimbing II
~-S. EvangeHne.l.S, M.Si, Psi
dan l(arni jadikan tidur1nu untuk istirahat, dan l(ami jadikan malammu sebagai pakaian,
dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan (QS. 78: 9 -11)
Bekerjalah Untuk Duniamu Seakan-akan Engkau Hidup Selama-lamanya Dan Bekerjalah Engkau Untuk Akhiratmu Seakan-akan Engkau
Mati Esok Hari (HR. 'firmidzi)
Nasihat Luqman Al-Hakim l(epada An.aknya "Wahai Anakku,
Bermusyawarahlah dengan orang yang berpengalaman, karena ia memberimu dari pendapatnya
sesuatu yang diperoleh dengan mahal, sedangkan engkau mengambil secara Cuma-Cuma"
Orang yang paling panta:s untuk bergembira adalah oran~1 yang
berusaha mencari petunj'l1k lalu berhasil mendapatkan11ya.
ABSTRAK
(C) Agung Mulyono
(A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2007
(D) Hubungan Antara Perilaku Workaholic Dengan Timbulnya Gejala Insomnia
(E) Halaman xii+ 131 (F) Perilaku workaholic ialah perilaku seseorang yang sec:ara emosional beralih menjadi lumpuh dan kecanduan dalam bekerja untuk mendapatkan pengakuan dan kesuksesan. Mereka berusaha keras untuk mencapai kesuksesan jika hasil yang ingin dicapai tidak sesuai den!Jan harapan mereka cepat mengalami stres dan berdampak pada kondisi kesehatan. Sementara stres kerja berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis, stres juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit seperti sakit kepala, flu dan sulit tidur atau insomnia. Insomnia merupakan keadaan di mana seseorang yang ingin tidur mengalami kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan sehingga insomnia menyebabkan penderita secara klinis mengalami gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan adanya hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia. Penelitian ini dilakukan mulai dari akhir Juni dan berakhir awal Agustus. 2007.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT Astra lnternasional, PT Telkomsel, PT Wahana Transporindo, Stasiun 1V AN1V dan RS. lnternasional Bintaro yang bekerja di Jakarta dan berprofesi sebagai marketing karena pada profesi tersebut seringkali karyawan bekerja melebihi batas waktu standar yang ditetapkan oleh undang-undang perburuhan. Penelitian ini mengikutsertakan 34 subjek yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu penelitian dilakukan pada setiap individu yang memenuhi karakteristik sampel dan bersedia menjadi subyek penelitian. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala perilaku workaholic, skala gejala insomnia dan skala stres kerja.
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi parsial dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 12.00. Berdasarkan hasil yang didapat dengan menggunakan rumus
korelasi parsial diketahui r hilung 0.366 dan r label a = 0.05 yaitu 0.339 dengan taraf kepercayaan 0.05 (a= 0.366 > 0.339) maka dapat diperoleh hasil bahwa uji r hilung lebih besar dari r tabel yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang sangat kecil dan tidak erat antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia yang dimediasi oleh variabel kontrol yaitu stres kerja. Jika korelasi perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia tidak di mediasi oleh variabel l<ontrol yaitu stres . kerja maka hasil yang didapat r hitung 0.285 sedangkan r label 0.339 dengan taraf kepercayaan 0.05 (a= 0.285 > 0.399) maka dapat diperoleh hasil bahwa uji r hilung lebih kecil dari r label yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perilaku workaholic dan stres kerja akan mempengaruhi timbulnya gejala insomnia. (G) Bahan bacaan 36 + 4 situs internet.
(C) Agung Mulyono
ABSTRACTIOl\I
(A) Faculty of Psychology (B) August 2007
(D) Relation Between Behavior Of Workaholic With Insomnia Symptom (E) Page xii+ 131 (F) Behavior of workaholic is is behavior of someone which emotionally passing into paralysis and addicted in working for getin(J successfulness and confession. They make every effort to reach successfulness if results which wish to reached unmatched to their hopes quickly experience stres and affect at condition of healths. While stres activity have an effect on to condition of physical and psychical, stres also influence system impenetrability of body, so that body become more susceptiblely to various disease like headaches, flu and difficult to sleep or insomnia. Insomnia is situation where someone wishing sleep find difficulties to start or maintain sleep, or sleep which don't refresh so that insomnia cause patient in klinis experience trouble in social function, work, and important function is other.
intention of This research is to find existence of relation between behavior of workaholic with incidence of insomnia symptom. This research done to start from end of June and end early August 2007.
This research apply descriptive quantitative approach of correlation with aim to know relation between behavior of workaholic with incidence [of] insomnia symptom. This research subject is employees of PT Astra, lnternasional, PT Telkomsel PT Wahana, Transporindo, Station TV ANT\/ and RS. International Bintaro is laboring in Jakarta. This research involve 34 subject which taken by using technique in accidental sampling that is research is done in each individual fulfilling sample characteristic and ready becoming research subject. While data collecting instrument which applied is scale of behavior of workaholic, scale and insomnia symptom scale stres worked.
As for data analytical method which applied in this research is technique in partial correlation by using ~.rogram SPSS for Windows version of 12.00. Based on result which got by using partial correlation formula known by calculate r of 0.366 and table r a= 0.05 that is 0.339 with trust level of 0.05 (a = 0.366 > 0.339) hence is obtainable of result that testing calculate r bigger than r of tables of meaning that Ho is refused and Ha is received. Mean is relationship which less signifikan between behavior of workaholic with incidence of insomnia symptoms which mediation by v21riables controlling that is stres working. If correlation of behavior of workaholic with incidence of
insomnia symptom was not in mediation by control variable that is stres worked hence result which got calculate r of 0.285 while r of tables of 0.339 with trust level of 0.05 (a = 0.285 > 0.339) hence is obtainable of result that testing calculate r smaller than r of tables of meaning that Ho is received and Ha is refused. The result indicate that behavior of workaholic and stres working will influence incidence of insomnia symptom. (G) Reading material 36 + 3 web-site
KAT A PENG ANT AR
Bismillahirahmaniirahim Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Yang berkuasa alas segala sesuatu, syukur yang tak henti-hentinya atas segala nikmat yang telah diberikan dan atas kehendk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi 1ni tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan dan keikhlasan, baik secara moril maupun materil dari semua pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi, lbu Hj. Ora. Netty Hartati, M. Si, lbu Hj. Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku pembantu del<an I bidang akademik, dan seluruh dosen serta seluruh staf fakultas psikologi yang telah memberikan kemudahan dalam setiap urusan.
2. Bapak Ors Jaisy Prasodjo selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih alas bimbingan, nasihat serta motivasi yang diberikan kepada penulis. Dan kepada ibu Yufi Adriani M.Psi, Psi alas bimbingan proposal yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ors. Abdul Rahman Shaleh, M.Si selaku pembimbing I dan Jbu S. Evangeline. l.S, M.Si, Psi selaku pembimbing II, yan[l penulis hormati yang sudah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar untuk membimbing dan memberi arahan serta motivasi seh1ngga penulis dapat menyelesaikan skrpsi.
4. Orangtuaku Bapak Mulyadi Ambo dan lbu lndrawati Noor yang sudah Mengorbankan segalanya waktu dan tenaganya untuk memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas serta yang terbaik bagi penulis dalam mengenyam pendidikan dan mengarungi kehidupan, lbu Bapak saya mencintaimu. Saya akan membahagiakanmu dan memberikan yang terbaik untukmu. Terima kasih, ya Allah lindungilah dan sayangilah kedua orangtuaku, Amin.
5. Kakak-kakak ku yang tercinta Yanti, Novi, Rina, Buyung, Melda dan Muchlis yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada penulis. Dan tidak lupa kepada ke lima kakak iparku bang Yunan, Mas Dani, Bang Ismail, Uni Yuli dan Hasan yang juga selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan tentunya tidak lupa kepada seluruh ponakan-ponakan ku yang telah memberikan hiburan dan kecerian sehingga penulis terhibur Mardiah, Aisyah, Fatimah,
Asytar, Farhan, Fauzan, Hanin, llyas, dan si kecil Nabila I dan Nabila II semoga kalian menjadi cucu-cucu yang bisa membahagiakan keluarga.
6. Kepada HRD PT Wahana Transporindo, Ka1yawan PT Astra lnternasional da Buyung, karyawan Bank Indonesia Siska, karyawan PT Telkomsel Novri, Karyawan Stasiun TV ANTV lsro dan karyawan RS lnternasional Bintaro Elina, terima kasih alas bantuan untuk menyebarkan angket penelitian ini semoga kebaikan dan keikhlasan kalian di balas oleh Allah.
7. Sohib di Kosan Lentera Hali terutama Lalu Turjiman Ahmad, S.S, yang sebentar lagi calon M.A yang telah banyak memberikan bantuan baik morii maupun materil, Lestar, S.Fil yang telah memberikan humor-humor yang menyegarkan, Aryadi, S.Hi, yang telah menjaga computer tetap aman dari serangan firus-firus, Thomas alas fasilitas komputernya dan segala kebaikannya dan kapan wisudanya, Rido Buie! kapan selesainya biar bisa ceper jadi pejabat Riau, lkin kapan kawin serta Aqib yang baru mulai berjuang di Ciputat kalian semua orang-orang yang telah memberikan warna dalam hidup serta dukungan dan sebagai penghibur.
8. Sahabat di Fakultas Adab angkatan 2000 semoga kita tetap solid dan tetap berjuang untuk masa depan. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2003 terutama kelas B Kance "llung" Betsi, Wawan, Yusuf, Surya, Kamal, Tsunayah, Ida, Ayu Honsah, Ami, Herlin, Rosyidah, Fadli, Dian K, dan seluruhnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu.
9. Teman-teman kelompok KKL PT Pelita Air Service Rini, Adil, lntan, Ayu Karlina, Yeti, Hana. Terima kasih alas kerjasama dan berbagi pengalamannya, semoga Allah SWT memudahkan jalan kita dalam membangun kehidupan yang labih baik. Amin.
10. Teman-teman ku yang baik Rina, Lilla, Putri Myra S.Psi, Haula Noor S.Psi, Kiki, Sibul, Ajeng, serta tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Rahma Zikra, S.Psi yang telah membuat penulis semangat dan telah mengajarkan SPSS.
11. Kepala Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bpi< Haidir yang telah memberikan pelayanan yang terbaik, perpustakaan UI, CSIS, Perpustakaan Nasional RI dan Perpustakaan Gandaria.
12. Saudara-saudaraku yang telah berjasa membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Akhirnya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikkan seudaraku semua dan ilmu yang ada bertambah serta bermanfaat. Amin. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi kita wajib berusaha untuk mendekatinya. terima kasih
Jaka1ta, 30 Agustus 2007 Agung Mulyono
DAFT AR T ABEL
Tabel 2.1 Diagnosis diferensial penyebab insomnia Tabel 3.1 Distribusi perilaku workaholic Tabel 3.2 Distribusi Gejala insomnia Tabel 3.3 Distribusi stress kerja Tabel 3.4 lndeks validitas item perilaku workaholic Tabel 3.5 lndeks validitas item gejala insomnia Tabel 3.6 lndeks validit'ls item stress kerja Tabel 3.7 Kaidah klasifikasi uji reliabilitas tes Tabel 4.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan usia Tabel 4.3 Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan Tabel 4.4 Gambaran umurn responden berdasarkan perusahaan Tabel 4.5 Gambaran umum responden berdasarkan status pernikahan Tabel 4.6 Statistic deskriptif Tabel 4.7 Kalsifikasi skor perilaku workaholic Tabel 4.8 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.9 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan usia Tabel 4.10 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan pendidikan Tabel 4.11 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan perusahaan Tabel 4.12 Kalsifikasi skor perilaku workaholic berdasarkan status pernikahan Tabel 4.13 Kalsifikasi skor gejala insomnia Tabel 4.14 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.15 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan usia Tabel 4.16 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan pendidikan Tabel 4.17 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan perusahaan Tabel 4.18 Kalsifikasi skor gejala insomnia berdasarkan status pernikahan Tabel 4.19 Kalsifikasi skor stress kerja Tabel 4.20 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan jenis. kelamin Tabel 4.21 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan usia Tabel 4.22 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan pendidikan Tabel 4.23 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan perusahaan Tabel 4.24 Kalsifikasi skor stress kerja berdasarkan status penikahan Tabel 4.25 Penghitungan 3 variabel Tabel 4.26 Penghitungan 2 variabel
DAFT AR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan kerangka berfikir Hubungan antara perilaku workaholic
dengan timbulnya gejala insomnia
Gambar 2.2 Scatterplot workaholic
Gambar 2.3 Scatterplot insomnia
Gambar 2.4 Scatterplot stress kerja
MOTTO
ABSTRAK
DAFTAR ISi
ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR TABEL. ................................................................................... viii
DAFT AR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTARISI .......................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. La tar Belakang Masalah . ........ ....................... ...... ........ ... .......... 1
1.2. ldentifikasi Masalah . ... .. ... ..... ........ ........ ..................................... 11
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah. ....... ... .... ....................... 12
1.3.1. Pembatasan Masalah ........ ........... ............................ ...... 12
1.3.2. Perumusan masalah ........................................................ 13
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....... ....... .... ....... ....... ... .............. 13
1.4.1. Tujuan Penelitian ..... ....................... .... .............. ............... 13
1.4.2. Manfaat Penelitian ........................................................... 14
1.5. Sistematikan Penulisan .............................................................. 14
BAB 2 KAJIAN TEORI .......................................................................... 16
2.1. Perilaku Workaholic .. ... ..... ................. .................. ..................... 16
2.1.1. Pengertian Perilaku Workaho/ir: ...... .... ......... ................... 16
2.1.2. r'aktor-faktor Yang Mempengaruhi Workaholic ............... 26
2.1.3. Kepribadian Workaholic ................................................... 29
2.1.4. Perubahan Secara Emosional ... ... ................................ .. 33
2.1.5. Tiga jenis Perilaku Workaholic......................................... 35
2.1 '.6. Tanda-tanda Utama Gangguan Workaholic ..................... 39
2.1.7. Perubahan Kepribadian .................................................. 45
2.2. Insomnia ................................................................................... 45
2.2.1. Pengertian Insomnia....................................................... 45
2 .2 .2. Jenis-jenis Insomnia........................................................ 52
2.2.3. Penyebab Insomnia ........................................................ 54
2.2.4. Dampak Dari Insomnia .................................................... 60
2.2.5. Rekomendasi Mencegah Insomnia ................................. 63
2.3. Stres Kerja .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .... .. . .. .... .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . . . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . 64
2.3.2. Pengertian Sires Kerja ................................................... 64
2.3.3. Dimensi Sires .................................................................. 64
2.3.4. Sumber Stres .................................................................. 65
2.4 Kerangka Berfikir ....................................................................... 71
2.5. Hipotesis Penelitian ................................................................... 73
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 75
3.1. Jen is Penelitian .......................................................................... 75
3.1.1. Pendekatan Penelitian ..................................................... 75
3.1.2. Metode Penelitian ............................................................ 75
3.2. Variabel Penelitian ..................................................................... 76
3.2.1. Definisi Variabel ............................................................... 76
3.2.2. Definisi Operasional ......................................................... 77
3.3. Metode Pengambilan Sampel .................................................... 78
3.3.1. Populasi dan Sampel ....................................................... 78
3.4. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 79
3.5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 80
3.6. Teknik Uji lnstrumen Penelitian.................................................. 86
3.6.1. Uji Validitas Skala ............................................................ 86
3.6.2. Uji Reliabilitas Skala ........................................................ 89
3.6.3.Uji Korelasi Skala ............................................................. 91
BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................. 94
4.1. Gamba ran Um um Responden .............. ......... ...... ..................... 94
4.2. Presentasi Data .. .. ...... ............................... ..... ....... ........ ... ......... 97
4.2.1. Uji Normalitas........................... ............ .. .................... ...... 97
4.2.2. Uji Homogenitas ............................................................... 101 .
4.2.3. Distribusi Penyebaran Skor Responden .......................... 103
4.3. Uji Hipotesis ............................................................................... 119
4.4. Pembahasan ............................................................................. 120
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................................... 122
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 122
5.2. Diskusi ....................................................................................... 122
5.3. Saran ......................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 129
LAMPIRAN - LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era yang semakin sulit untuk mendapatkan peluang kerja di negara ini,
ocang terdorong untLlk berkornpetisi demi mendapatkan p1,kerjaan. Apakah
pekerjaan tersebut sesuai dengan bidang dan kemampuannya atau tidak,
sepertinya hal yang demikian tidak menjadi pertimbangan lagi, karena yang
paling fundamental ialah mereka mendapatkan pekerjaan yang bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bekerja merupakan tindakan seseorang untuk tujuan pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari berupa sandang, pangan dan papan. Pendapat tersebut
sama seperti yang diungkapkan oleh Smith bahwa tujuan inti dari pekerjaan
adalah untuk hidup. Dengan demikian yang dapat di sebut dengan bekerja
atau pekerja adalah aktivitas-aktivitas yang dapat di pertukarkan untuk
memelihara atau menyediakan sarana untuk hidup. Oleh karenanya, selagi
manusia masih hidup ia akan terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Abdul Rahman Shaleh dan Yunita Faela Nisc., 2006).
Selain sebagai sekadar pemenuhan kebutuhan, dalam tingl<at yang lebih
tinggi, bekerja juga m,erupakan gambaran eksistensi manus.ia. Melalui kerja
martabat manusia itu dapat ditentukan. Pada tingkatan ini biasanya banyak
terjadi di kalangan masyarakat menengah ke atas karena mereka tidak lagi
memikirkan segi materi saja (Save M Dagun, 1997).
Bagi sementara orang, bekerja merupakan sarana untuk menuju ke arah
terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan dan
menggunakan kekuasaan itu pada orang lain (Panji Anoraga, 2001). Pada
level ini seseorang bekerja bukan lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, keluarganya atau tuntutan lingkungannya, tetapi lebih mengarah
kepada pemenuhan kepuasan dalam bekerja sehingga dari sinilah banyak
melahirkan perilaku-perilaku yang tidak lazim dilakukan oleh kebanyakan
orang. Demi pemenuhan kepuasan dalam bekerja, banyak orang yang lupa
akan tugas dan kewajibannya, sehingga tugas-tugas sebagai manusia dan
sebagai m;ikfll11k sosial ia abaikan.
2
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kerja adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk di
pertukarkan dengan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan
hidupnya. Tatapi pendapat tersebut lebih tepat konteksnya diberlakukan
pada masyarakat kelas menengah ke bawah sedangkan untuk masyarakat
kelas menengah ke alas bahwa bekerja adalah pemenuhan akan kebutuhan
mengaktualisasikan potensi, mengisi kekosongan waktu, berbagi
3
pengalaman yang mereka miliki dan tentu mendapatkan posisi yang nyaman
di tempat ia bekerja.
Sedangkan secara lebih hakiki menurut pendapat Toto Tasmara (2002),
bekerja bagi seorang muslim merupakan ibadah dan bukt1 pengabdian dan
rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan llahi agar mampu
menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi diciptakan sebagai
ujian bagi mereka yang memiliki etos yang terbaik. Sedan!~kan disisi lain
makna "bekerja" bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-
sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, fikir dan dzi~:irnya untuk meng-
aktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang
harus menundukkan dunia dan menempat-kan dirinya sebgai bagian dari
masyarakat yang terbaik (khoiru ummah) atau dengan kata lain dapatjuga
kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan
dirinya. Sebagaimana firman-Nya :
"Sesungguhnya Kami te/ah menciptakan apa-apa yang ada di bumi
sebagai perhiasan baginya supaya Kami menguji mereka siapakah
yang terbaik amalnya" (al-Kahfi : 7)
Ayat ini mengetuk hati setiap pribadi muslim untuk mengaktualisasikan etos
kerja dalam bentuk mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang tinggi.
4
memiliki amal atau perbuatan yang terbaik, bahkan mereka pun sadar bahwa
persyaratan untuk dapat berjumpa dengan Allah hanyalah dengan berbuat
alam-amal yang prestatif, sebagaimana Firman-Nya surat al-Kahfi ayat 11 O
/ -;:; 0 o..- _, / / .... /
1:G-f -:) ;;;G. lJ ;:~'d) w(.:, ~ ~ -:) ,LlJ 1;..:; 0l5" ~ ,,,,... / / / /
"Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka
hendaklah dia mengerjakan amal sha/eh dan jangan/ah dia memper
sekatukan-Tuhannya da/am beribadah dengan sesuatu apa pun".
Tampaklah dengan sangat transparan bahwa bekerja memberikan makna
"keberadaan dirinya di hadapan llahi". Dia bekerja secara optimal dan bebas
dari segala belenggu atau tirani dengan cara tidak mau terikat atau bertuhan-
kan sesuatu apa pun. Dalam pengertian ini, seorang muslim menjadi seorang
yang kreatif, mereka mau menjadikan dirinya sebagai rnanusia yang terbaik.
Hal ini karena dia sadar bahwa bumi dihamparkan bukan sekedar tempat dia
menumpang hidup, melainkan justeru untuk diolahnya sedemikian rupa untuk
menggapai kehidupan yang lebih baik (Toto Tasmara, 2002).
Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai sejumlah kebutuhan, pada saat
saat tertentu menuntut pemuasan, di mana hal-hal yang dapat memberikan
pemuasan pada suatu kebutuhan adalah menjadi tujuan dari kebutuhan
tersebut. Prinsip yang umum berlaku bagi kebutuhan ma1nusia adalah, sete-,
lah kebutuhan itu terpuaskan, maka setelah beberapa waktu kemudian,
muncul kembali dan menuntut pemuasan lagi (Panji Anoraga, 2001).
5
Untuk memuaskan kembali kebutuhan tersebut, manusia harus mempunyai
tujuan yang jelas dalam bekerja. Tetapi tujuan saja ternyata tidak cukup
dalam bekerja, harus di dorong dengan prestasi karena, seseorang yang
mempunyai prestasi yang tinggi maka dalam bekerja akan memberikan hasil
yang maksimal bagi dirinya dan tentu bagi perusahaan tempat ia bekerja.
Namun pada era yang semakin kompetitif ini, banyak yang menempatkan
pekerjaan sebagai hal yang terpenting dalam kehidupan. Seperti yang dialami
oleh Sinta (28 tahun), seorang keryawati disebuah perusahaan multinasional
terkemuka. la memulai karirnya dari entry level bawah tiga tahun yang lalu.
Baru seminggu ia diangkat sebagai supervisor yang meimiliki beberapa anak
buah. Prestasi yang dicapainya ini tentu saja ia peroleh dengan kerja keras,
karena persaingan yang cukup tinggi dengan karyawan lainnya. la semakin
terpacu untuk memberikan performance yang lebih memuaskan. Malam
minggu ia habiskan untuk menyelesaikan tugas-tugas kantor, dan tidak
jarang ia membawa sebagian pekerjaannya ke rumah, l<adang-kadang saat
makan siang pun ia masih tetap memikirkan pekerjaannya.
Kondisi yang dialami oleh sinta, merupakan fenomena workaholic, dimana
pekerja mendedikasikan dirinya secara total pad a 'kehidupan karirnya.
6
Mereka biasa bekerja dengan beban kerja yang tinggi dan menghabiskan
waktu yang panjang pula. Demi pekerjaan mereka sering mengabaikan
aktivitas ataupun tanggung jawab lainnya. Bagi yang belum berkeluarga,
mereka tidal< lagi terlibat dalam kegiatan atau aktivitas sosial dengan temaf!
teman sehingga relasi dan kontak sosial semakin terbatas. (www.experd.org
dalam google.com, 2006).
Di kota besar yang ada di Jepang, setiap tahunnya 10.000 pekerja didapati
tergeletak di meja kerja mereka karena bekerja minimal 130 sampai 70 jam
dalam seminggu. Waktu istirahat mereka singkat sekali Hal ini tidal< hanya
berdampak pada kesehatan fisik saja, tetapi juga kesehatan mental karena
mereka mudah mengalami stres yang bersifat kronis. Dengan pikiran yang
terbebani dengan pekerjaan, mereka juga mengalami gejala sulit tidur. Jika
dibandingkan dengan rekan kerja yang bukan workaholic, mereka lebih
mudah merasa depresi bila mengalami hal-hal yang mengecewakan
(www.experd.org dalam google.com, 2006).
Selain itu, dari segi ke~ehatan akan menimbulkan stres yang akan
berpengaruh terhadap kondisi fisik seperti kemungkinan terkena serangan
jantung tergolong tinggi. Mereka berusaha keras untuk mencapai
kesuksesan, dan kalau promosi tidak sesuai harapan, mereka cepat
mengalami stres dan berdampak pada kondisi kesehatan mereka. Stres yang
tinggi juga dapat menyebabkan tekanan darah rneningkat, sebagai faktor
yang paling beresiko terhadap sakit jantung atau serangan jantung. Stres
juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih rentan
terhadap berbagai penyakit (Sinar Harapan 2003 dalam google.com).
7
Gejala stres juga dapat berupa gangguan psikis maupun fisik, atau kedua
duanya. Menurut Munson, di antara gejala fisik adalah sakit kepala, flue, dan
sulit tidur. Sedangkan menurut Green dan Shellen Beger, gejala stres adalah
kurang konsentrasi, takut gagal dalam ujian, sulit membuat keputusan,
menurunnya daya ingat, dan perubahan dalam pola tidur dan makan (Jurnal
Tazkiyah, Netty Hartati, Bambang Suryadi, Neneng Tati Sumiati, 2005).
Dari beberapa gejala yang telah disebutkan di atas, yang ditimbulkan dari
stres diantaranya adalah sulit tidur. Sulit tic:.:r bis<:: di:;cbabkan dari beberapa
faktor salah satunya adalah dari perilaku workaholic, karena perilaku tersebut
banyak berdampak pada kesehatan. Seseorang yang mempunyai perilaku
workaholic juga mudah terserang berbagai penyakit dan gangguan psikis,
seperti gangguan tidur atau lebih khususnya lagi insomnia.
Insomnia (sulit tidur) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang fenomenal pada saat ini. Rosekind memperkirakan bahwa meskipun
95% masyarakat Amerika kadang-kadang mengalami insomnia. Mereka
8
menggolongkan 73% dari 115 pasiennya mengalami gangguan tidur.
Insomnia meningkat hingga 86% pada pengguna narkoba dan menjadi 100%
pada orang dengan kerusakan kognitif. Dengan tidak dilaporkannya kesulitan
tidur yang dialami pasien dokter hanya menemukan insomnia pada 33% dari
catatan medis pasien tersebut (Sinar Harapan 2003 dalam google.com).
Terhadap faktor penyebab gangguan tidur, maka banyak ahli mengatakan
pada umumnya disebabkan oleh banyak hal. Dalam pandangan Dr. Nino
Murcia mengatakan, "belum pernah menemukan gangguan tidur yang hanya
disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor". Dalam temuan
para ahli setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni predisposisi
psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan
yang mengganggu, serta kebiasaan buruk (Sinar Harapan 2003 dalam
google.com).
Secara khusus, faktor psikologis memegang peran utama terhadap
kecenderungan insomnia. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran
seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf
pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Mis.alnya, ketika
seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika
ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak
kompromi untuk tidur. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan
9
ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan insomnia (Sinar Harapan 2003
dalam google.com).
Bukan hanya faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, tentu saja gangguan
insomnia akan memiliki dampak negativ lain dalam kehidupan individu yang
bersangkutan. Pertama, akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga
berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Kedua, susah tidur akan
berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas
kehidupan sehari-hari, misalnya dalam menyelesaikan tugas di kantor, dan
interaksi dengan lingkungan sosial ijurnal Psychology Today, Juni 1986,
dalam Sinar Harapan 2003 dalam google.com).
Sampai di sini dapat digambarkan bahwa baik workaholic maupun insomnia
memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan sosial, dimana perilaku
11vorkaholic tersebut berimplikasi pada keluarga dengan kurangnya perhatian
yang dicurahkan kepada mereka, sementara insomnia berimplikasi pada
interaksi lingkungan sosial dengan gangguan stabilitas emosional sipenderita.
Ketika seseorang yang mempunyai perilaku workaholic diharapkan untuk
mengabdikan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan, maka besar kemungkinan
ia akan menghabiskan banyak waktu istirahat demi tuntutan profesionalitas.
Begitu juga adanya ambisi untuk bertindak secara serba sempurna, maka
problem kantornya bisa hadir dalam pikirannya yang dapat menjadi
penganggu tidurnya. Bila hal ini terus berlanjut, maka besar kemungkinan
bahwa seseorang yang mempunyai perilaku workaholic akan mengalami
gejala insomnia.
IO
Pada PT. Astra lnternasional misalnya, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang industri otomotif, karyawan pada divisi Marketing dituntut untuk
mengembangkan potensi dirinya setiap saat. Hal ini disebabkan karena divisi
tersebut diharapkan menjadi sumber pengembangan dan sebagai tulang
punggung perusahaan. Oleh karena itu, peran divisi Marketing di PT. Astra
lnternasional menjadi sangat penting karena divisi terselbut harus
menyiapkan sumber daya manusia (SOM) yang siap menghadapi tantangan
pekerjaan yang sangat dinamis baik di lapangan maupun di dalam ruangan
(kantor).
Dari hasil wawancara dengan seorang karyawan divisi Marketing PT. Astra
lnternasional, diperoleh informasi bahwa pada divisi tersebut seringkali
karyawan bekerja melewati dari batas waktu normal dalam semiriggu. Mereka
harus mulai bekerja pada pukul 03:00 dan pulang ke rumah dengan jam yang
tidak bisa ditentukan. Sedangkan di dalam buku SM Lurnbantobiing (2004)
kebutuhan tidur untuk orang dewasa antara 6 sampai 9 jam jika mereka
bekerja terlalu diporsir waktunya, mereka tidak bisa merasakan kondisi tubuh
11
yang fres keesokan harinya ketika bekerja. Kadang kala mereka merasa
mengalami gejala insomnia dikarenakan bekerja terlalu lelah dan dalam
kondisi tekanan, mereka merasa dikejar target, sebab, jik.a mereka tidak
mencapai target yang diharapkan oleh perusahaan maka mereka bisa
kehilangan pekerjaan tersebut. Dari hasil wawancara tersebut terlihat adanya
tuntutan kerja yang tinggi dan sekaligus tuntutan kerja itu berpengaruh
terhadap pola tidur mereka dengan minimnya waktu tidur pada malam hari.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik ingin mengetahui lebih jauh
mengenai perilaku workaholic pada beberapa karyawan di Jakarta dengan
timbulnya gejala insomnia. Oleh karena itu penulis ingin rnengungkapkan
lebih clalam lagi permasalahan tersebut, dengan penelitian yang berjudul :
"HUBUNGAN ANTARA PERILAKU WORKAHOLIC DE.NGAN TIMBULNYA
GEJALA INSOMNIA"
1.2 ldentifikasi Masalah
Untuk membatasi luasnya masalah yang dikemukakan, rnaka penulis
menjabarkan rumusan sebagai berikut :
1. Apakah para pekerja rli Jakarta memiliki perilaku workaholic ?
2. Adakah hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala
insomnia?
3. Hal-ha! apa saja yang mempengaruhi timbulnya perilaku workaholic?
4. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi timbulnya gejala insomnia ?
5. Seberapa besar dampak yang ditimbulkan seseorang yang
mempunyai perilaku workaholic ?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
12
Mengingat luasnya masalah yang dapat di identifikasi. rnaka masalah yang
menjadi objek penelitian dibatasi pada :
1. Apakah seseorang yang mempunyai perilaku workaholic mengalami
gejala insomnia?
Sedangkan batasan variabelnya adalah sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan perilaku workaholic adalah Seorang workaholic yang
secara emosional beralih menjadi lumpuh dan kecanducin terhadap kontrol
dan kekuatan dalam kendali dorongan hati yang kuat untuk mendapatkcin
pengakuan dan kesuksPsan (Barbara Killinger, 1991).
a. Perilaku workaholic adalah seseorang yang secara emosional beralih
menjadi lumpuh dan kecanduan terhadap control dan kekuatan dalam
kendali dorongan hati yang kuat untuk mendapatkan pengakuan dan
kesuksesan (Barbara Killinger, 1991 ).
Workaholic atau ketagihan kerja ialah orang yang terdorong untuk
terus menerus bekerja, sehingga sering kali tidak memperhatikan
kesehatan dirinya (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).
13
b. Sedangkan diagnosis dalam Pedoman Penggolongan Gangguan Jiwa
(PPDGJ-111: 2001) insomnia adalah a). keluhan adanya kesulitan
masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk
; b) gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu setama minimal
satu bulan; c) adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur
(sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada
malam hari dan sepanjang siang hari; d) ketidak puasan terhadap
kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
1.3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, peneliti merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apa!<ah ad:i !i'Jc'Jn;;ar. 1ang signifikan antara perliaku workaholic
dengan timbulnya gejala insomnia?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan rnanfaat, baik secara teoritis
rnaupun secara praktis, yaitu sebagai berikut :
14
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat rnernberikan rnanfaat bagi
pengernbangan teori-teori psikologi, khususnya yang berhubungan
dengan teori perilaku workaholic, teori insomnia serta bidang
psikologi industri dan psikologi klinis.
b. Manfaat Praktis
Sedangkan secara praktis untuk rnernberikan inforrnasi dan
pengetahuan, pertirnbangan, bahan rujukan dan pernbanding untuk
penelitian-penelitian selanjutnya. Disarnping itu rnasukan bagi para
pelaku workaholic, para pernerhati kesehatan, clan bagi para pekerja.
Khususnya bagi para pekerja rnuda yang rnasih bersernangat dan
arnbisius dalarn rnengejar karir.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk rnengetahui bagairnana penelitian ini dibuat, rnaka penulis
rnenjelaskan sebagai berikut :
BAB 1 Berisi tentang latar belakang rnasalah, identifikasi rnasalah,
pernbatasan dan perurnusan, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sisternatika penulisan.
BAB2
BAB3
BAB4
BABS
15
Kajian pustaka yang meliputi : Pengertian perilaku workaholic,
Faktor-faktor yang mempengaruhi workaholic, Kepribadian
workaholic, Perubahan secara emosional, jenis-jenis perilaku
workaholic, tanda-tanda utama gangguan workaholic,
perubahan kepribadian, Pengertian insomnia, Jenis-jenis
Insomnia, Penyebab insomnia, Dampak dari insomnia,
rekomendasi mencegah insomnia, pengertian stres kerja,
dimensi sires, sumber sires, kerangkan berfikir, hipotesis
penelitian.
Metodologi penelitian yang meliputi : Jenis penelitian, variable
penelitian, metode pengambilan sampel, tEikhik pengambilan
sempel, teknik pengumpulan data, teknik uji instrument
penelitian, prosedur penelitian.
Presentasi dan analisis hasil penelitian : Gambaran umum
responden penelitian, presentasi data, uji normalitas, uji
homogenitas, serta uji hipotesis.
Merupakan penutup yang meliputi: Kesimpulan, Diskusi, dan
Saran.
2. 1 Perilaku Workaholic
BAB2
KAJIAN TEORI
2.1.1 Pengertian Perilaku Workaholic
The term was coined in. ·/971 by Wayne Gates, an American minister and
professor of the psychology of religion. In his personal story, Confessions of a
Workaholic, he begins with a light-hearted attempt to josh his readers into
chuckling with him over the notion of a compulsion to work. This approach
soon gives way to a serious look at his own addiction and its roots.
lstilah workaholic diperkenalkan pada tahun 1971 oleh \Nayne Oates,
seorang menteri Amerika dan guru besar Psikologi Agarna. Dalam catatan
pribadinya, (Confessions of a Workaholic), ia memulai tulisannya dengan
cara mencandai para pembacanya yang diduganya bekerja karena terpaksa.
Pendekatan ini segera memberikan cara untuk dapat melihat dengan serius
bahwa kecanduan bekerja atau workaholic berasal dari permasalah di alas
(Barbara Killinger, 1991 ).
Workaho/ism is certainly not mental dosorder and is not listed as such in the
American Psychiatric Association's handbook of such disorders. Nonetheless,
it is a disturbing behavioral trait with substantial costs, as shall be seen, to the
individual. As such, it can be regardf!d as a psychological symptom.
17
Workaholism bukanlah sebuah gangguan mental dan ia tidak terdaftar dalam
handbook Assosiasi Psikiatri Amerika sebagai suatu gangguan. Kendati
demikian, ia merupakan perilaku yang mengganggu yan~J sangat substansial
terhadap individu yang mengidapnya, sebagaimana yan~J akan dilihat.
Workaho/ism dapat dianggap sebagai gejala psikologis (Frank Bruno, 1993).
The concept of workaholism does not apply to individuals who must work long
hours as a necessity. A small farmer woth livestock that must be tended to
every day may work 60 or 70 hours a week, but he or she is not suffering
from workaholism. A single parent who works long hours and takes college
classes in the hope of becoming a better provider is not a victim of work
aholism. On the whole, it can be said that persons who display worfraholism
tend to perform either challenging or creative work, not routine drudgery.
They tend to be people who own businesses or have management posi-tion
in a business, have profession in such fields as medicine, law, and teaching,
or have careers in the fine arts, such as writing, composing or performing.
Konsep workaholism tidak dapat diterapkan pada individu-individu yang harus
bekerja berjam-jam sebagai suatu keperluan. Petani kecil yang memiliki
cadangan hidup yang habis setiap harinya mungkin bekerja 60-70 jam dalam
seminggu, namun demikian ia tidak menderita workaholism. Seorang guru
yang bekerja berjam-jam untuk mengisi jam kelas tambahan dengan harapan
dapat menjadi penopang keluarga yang lebih baik bukanlah korban dari
18
workaholism. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa seseorang yang
menunjukkan perilaku workaholism cenderung mengarah pada tantangan
ataupun kerja kreatif. Mereka cenderung menjadi orang yang 1) memiliki bis
nis atau memiliki posisi manajerial dalam sebuah bisnis, 2) memiliki profesi
profesi di bidang-bidang seperti obat, hukum, dan pengaj<iran, atau 3) memi
liki karir di bidang seni seperti menulis, mengarang, atau pelaku seni (Frank
Bruno, 1993)
Workaholic bisa terjadi pada siapa saja, laki-laki atau perempuan, tua atau
muda. Workaholic bisa terjadi pada mereka yang berusia dua puluhan tahun
atau bahkan yang belasan tahun. Namun biasanya ia terjadi pada usia lanjut,
pada orang-orang yang telah berusia empat puluhan dan llima puluhan tahun.
Not many peo,fJI"' are c0mf0rtable with that label. We all think we know some
one who is workaholic, but few of us are willing to acknowledge our own
addiction to work. And yet, workaholism has become pan of everyday life.
Tidak banyak orang yang merasa nyaman dengan panggilan workaholic.
Namun kita bisa mengetahui seseorang tergolong workaholic, meskipun
sed,kit dari kita yang mau menyadari diri sendiri sebagai pecandu kerja. Dan
terlebih lagi, workaholism telah menggejala dalam kehidupan riil. Jadi, siapa
sebenarnya seorang yang workaholic itu?
19
A person who works long hours is not necessarily a workaholic. Work is
essential for our well-being. Through wort< we define ourselves, develop our
strengths, and take our places in society. Work gives us satisfaction, a sense
of accomplishment, and mastery over problems. It provides us with a direc
tion, and gives us goals to reach and hurdles to overcome. When we lose a
job, or cannot work for whatever reason, our personalities suffer profound
emotional disorganization and disturbance. Work addiction is different.
Ironically, it usually happens to middle-class people who are not driven to
overwork by economic necessity. Someone who has to work extra hard to
clothe and feed the family is simply facing a stark reality. He or she is not
motivated by an obsession or driven by a neurotic addiction. Hard workers
who are not workaholics enjoy their work and at times do become passio
nately devoted to it. They pour great energy and enthusiasm into work and,
on such occasion~, may perbr.'il rc:r.arkable fea&! These'bursts of produc
tivity are not the nonn, however. Most of the time, these workers can maintain
balance in their lives and are fully in charge of their work schedules.
Orang yang bekerja berjam-jam bukanlah langsung dianggap sebagai
seorang workaholic. Workaholic adalah is!ilah yang digunakan bagi mereka
yang gila keria atau kecanduan kerja. Tapi 'workaholic' berbeda dengan
pekerja keras (hard worker). Pekerja keras merupakan istilah yang paling
umum untuk menggambarkan orang-orang yang rajin bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun seorang pekerja keras sangat
20
menyadari bahwa ada hal lain yang juga penting selain bekerja. Pekerja yang
digolongkan sebagai hard worker memandang pekerjaan sebagai hal yang
penting sehingga berusaha untuk memberikan hasil dan kontribusi yang
optimal. Namun mereka dapat membatasi keterlibatan diri dengan pekerjaan,
sehingga masih memiliki waktu untuk keluarga, teman atau aktivitas rekreasi.
Dengan demikian mereka dapat melepaskan diri dari pekerjaan dan memiliki
kehidupan lain (Barbara Killinger, 1991).
Someone who has to work extra hard to clothe and feed the family is simply
facing a stark reality. He or she is not motivated by an obsession or driven by
a neurotic addiction. Hard workers who are not workaholics enjoy their work
and at times do become passionately devoted to it. They pour great energy
and enthusiasm into work and, on such occasions, may perform remarkable
tea&! These'bursts of productivity are not the norm, however. Most of the
time, these workers can maintain balance in their lives and are fully in charge
of their work schedules.
Seseorang yang bekerja ekstra keras (hard worker') untuk memberi makan
dan pakaian keluarganya disebabkan karena tuntutan realitas. la tidak
bekerja karena suatu obsesi, atau tidak dituntut oleh kecanduan neurotic
Seorang pekerja keras (hard worker) yang tidak tergolong workaholic
menikmati pekerjaannya dan pada saat yang sama ia benar-benar bernafsu
untuk bekerja. la mencurahkan energi yang banyak dan sangat antusias
21
untuk bekerja dan pada saat itu, ia mungkin melakukan perbuatan yang hebat
sekali. Tetapi pekerja keras macam ini dapat mempertahankan
keseimbangan hidupnya dan tetap bekerja berdasarkan jadwal (Barbara
Killinger, 1991 ).
Meskipun pekerjaannya sangat membantu dalam menentukan siapa dia
dalam kehidupan masyarakat dan meskipun karirnya berperan dalam
membentuk gaya hidupnya, namun baginya bekerja hanyalah bagian dari
kehidupannya dan arti penting pekerjaannya dapat tergantikan oleh perasaan
cintanya kepada keluarga dan temannya, yang tampak dari ketertarikan dan
keterlibatannya dalam bergaul di berbagai aktifitas, dalarn kepercayaan sosial
dan spiritual serta perhatiannya. Orang seperti ini bersentuhan dengan
perasaannya dan mampu mengekspresikan rasa cintanya kepada orang lain
melalui perkataan dan perbuatannya, meskipun hal itu mengganggu waktu
kerjanya (Barbara Killinger, 1991).
Workaholism is not about healthy work, but about addiction and the abuse of
power and control. A workaholic is not someone who simply works hard and
enjoys what he or she does. For a workaholic, the job is simply the setting for
the addiction, a place where approval is sought.
Berbeda dengan workaholic yang mungkin tidak termasuk ke dalam kerja
yang sehat. la merupakan candu dan penyalah-gunaan kHkuatan dan kontrol.
22
Seorang workaholic bukanlah orang yang bekerja keras dan dapat dengan
mudah menikmati pekerjaannya. Bagi seorang workaholic, pekerjaan adalah
suatu setting bagi candu, suatu tempat di mana pengakuan bisa didapatkan
(Barbara Killinger, 1991 ).
Seorang workaholic, tidak rela membiarkan diri mereka tanpa bekerja karena
akan menimbulkan perasaan tidak berharga dan terasin~1- Bahkan ada yang
merasa aneh pada dirinya dan lingkungan. Pada sebagian workaholic,
mereka berusaha untuk menghindari kondisi di mana mereka tidak bekerja.
lni terjadi karena persepsi yang berlebihan terhadap pekerjaan, sebagai satu
satunya hat yang paling dapat memberikan kebanggaan
(www.experd.org.com).
Untuk lebih memahami pengertian perilaku workaholic, berikut akan
dikemukakan beberapa definisi perilaku workaholic dari berbagai sumber:
Konsep "workaholic" ini muncul sebagai sesuatu yang sifatnya tidak formal di
tengah masyarakat umum, dan ia jelas merupakan turunan dari kata
alkoholism. Meskipun workaholic tidak memiliki arti klinis yang ielas, namun
secara luas ia dapat didefinisikc.n sebagai "a stable behavioral pattern in
which an individuals is psychologically addicted to work." Like an alcoholic,
the individual cannot readily resist the "drug" of work. Work draws the person
like a magnet. Sebuah pola lingkah laku yang stabil di mana seseorang
23
secara psikologis kecanduan bekerja." Sebagaimana halnya seorang
pecandu alkohol, individu itu tidak sanggup menahan "drug" pekerjaan.
Pekerjaan akan menggambarkan orang itu layaknya seperti magnet (Frank J.
Bruno, 1993)
(A workaholic is a person who gradually becomes emotionally crippled and
addicted to control and power in a compulsive drive to gain approval and
success) Seorang workaholic adalah seseorang yang secara emosional
beralih menjadi lumpuh dan kecanduan terhadap control dan kekuatan dalam
kendali dorongan hati yang kuat untuk mendapatkan pengakuan dan
kesuksesan (Barbara Killinger, 1991 ).
Workaholic sesuai dengan imbuhan di belakangnya ' aholic', berarti
kecanduan atau ketagihan. Jadi perilaku workaholic adalah istilah yang
digunakan untuk mereka yang ketagihan atau kecanduan kerja. Mereka
serasa mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dengan bekerja secara
berlebihan. Mereka juga bisa menghabiskan waku untuk bekerja dalam
seminggu antara 60 jam - 70 jam (www.astaga.com).
Workaholic atau ketagihan kerja ialah orang yang terdorong untuk terus
menerus bekerja keras, sehingga sering kali tidak memperhatikan kesehatan
dirinya (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).
24
(A workaholic is a person addicted to work. This addiction may be pleasurable
to the victim or it may be burdensome and troubling) Workaholic adalah
seseorang menjadi kecanduan untuk bekerja. Kecanduan ini bisa
menyenangkan bagi korban atau mungkin saja beban dan mengganggu
(www. Wikipedia. com, 2006).
Dari gambaran di atas, penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
perilaku workaholic adalah perilaku seseorang yang kecanduan dalam
bekerja, mereka merasa mendapat kenikmatan dalam bekerja dengan
menghabiskan waktunya untuk bekerja tanpa menghiraukan lingkungan yang
ada di sekitarnya demi mendapatkan pengakuan dan kesuksesan. Mereka
juga bekerja dengan tujuan untuk mendapatkan status d:an posisi di tempat
kerja. Mereka juga bisa menghabiskan waktu bekerja dalam seminggu 40
jam lebih padahal undang-undang perburuhan mengatur tenaga kerja
maksimal 40 jam perminggu karena, kekuatan seseorang ada batasnya dan
apa yang dikerjakan diluar daya kemampuannya, apalagi sudah melampaui
ambang kelelahan, sudah tidak produktif lagi. Bahkan mungkin keputusan
yang sebenarnya penting sekali diambil dengan sembarangan saja karena
lelah b«ik fisik maupun psikis.
Workaholism saat ini telah menggandrungi kehidupan terutama di kota-kota
besar, merusak tatanan hubungan keluarga dan hubungan lingkungan sosial,
25
dan menyebabkan perasaan tidak nyaman dan tidak bahagia dalam hidup
pengidapnya karena jauh dari orang-orang yang ia cintai. Workaholic atau
kecanduan bekerja biasanya terjadi pada orang-orang golongan menengah
ke atas yang bekerja tidak karena keterpaksaan dengan alasan ekonomi
(Barbara Killinger,1991).
Orang-orang workaholic umumnya tidak butuh melakukan hal lain yang
sesungguhnya juga penting dalam hidupnya. Memang, seorang workaholic
cenderung memiliki kekhasan tersendiri dalam bekerja. Perilakunya selalu
terarah dan terfokus hanya pada pekerjaan. Seorang 'workaholic' mampu
bekerja sejak pagi hingga pagi lagi. Sehingga hal-hal di luar pekerjaan
dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat. (vvww.Astaga.com).
Pada masyarakat pe;kotaar. ~cadaar, i11i disebabkan olE!h pengaruh
lingkungan. Orang diharapkan untuk setia terhadap perusahaan teli'pat ia
bekerja dan mengorbankan segala sesuatu untuk perusahaannya.
Sebaliknya secara moral perusahaan dituntut untuk mempekerjakan si
karyawan seumur hidupnya. Keadaan ini juga dapat diS!~babkan oleh ambisi
yang terlalu besar. Rasa tidak percaya diri, kurangnya harga diri, dapat pula
menjadi penyebabnya. Kerja keras merupakan salah satu mekanisme
kompensasinya. Belakangan ini diketahui bahwa ketagihan kerja ini
26
merugikan kesehatan dan menjadi salah saru penyebab kematian di Jepang
(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Workaholic
Menu rut (Barbara Killinger, 1991) Workaholisme muncul dari lingkungan
sosial, yaitu peran keluarga yang kurang berfungsi, atau berasal dari
lingkungan masyarakat workaholic itu sendiri:
1. (Children are taught that it is not okay to talk about problems). Anak
anak berpikir bahwa tidak baik membicarakan problem. Tidak
membicarakan permasalahan akan mendorong terciptanya suatu
kerahasiaan dan menjadikan system keluarga mi:mjadi tetap tertutup
meskipun untuk hal-hal lainnya. Membantah tidal< pernah diijinkan di
dalam lingkungan keluarga.
2. (the family does not believe that feelings should Ile expressed openly)
Keluarga tidak percaya bahwa perasaan hendaknya diungkapkan
secara terbuka. Komunikasi yang sehat menjadi sulit ketika contoh
contoh peran yang sehat tidak ada. Bila orang tua secara emosional
menjadi pincang oleh workaholism atau kecanduan-kecanduan lain '
mereka benar-benar tidak lagi mengetahui bagairnana perasaan
mereka.
3. (Communication between family members is usually indirect, with one
person acting as the messenger between two others) Komunikasi
27
antara anggota keluarga biasanya tidak secara langsung, di mana
salah satu di antaranya menjadi penyambung pesan untuk dua orang
yang lain. Ketidakberfungsian keluarga selalu membentuk" segi tiga,"
di mana satu anggota keluarga bertemu dengan orang lain untuk
mengatakan permasalahannya dengan orang yang akan menjadi
penghubung. Pola-pola komunikasi tak langsung ini adalah tidal<
berfungsinya anggota keluarga sebab mereka jarang didorong untuk
memecahkan permasalahan yang sedang dipecahkan bersama, tetapi
mereka menciptakan orang-orang baru.
4. (Children get the message that they should be strong, good, right, and
perfect) Anak-anak mendapat pesan bahwa mereka hendaknya kuat,
baik, benar, dan sempurna. Cinta bersyarat mengatakan: ''.Aku akan
mencintaimu jika kamu baik, sempurna, kuat, dan bertanggung jawab."
Di sisi yang lain, cinta tak bersyarat mengatakan, "Jadilah dirimu
sendiri, aku akan mendukungmu sebagai dirimu yang unik. Aku akan
memberitahu ketika aku tidak setuju dan tidal< mendukung tingkah
lakumu, dan aku akan mencoba untuk menawarkanmu petunjuk dan
kebijaksanaan sebagai pertimbanganmu. Kamu dapat menerima atau
menolak hal ini, dan aku akan tetap mencintaimu."
5. (Parents expect children to make them proud) Orang tua berharap
anak-anaknya membuatnya bangga. Di dalam keluarga-keluarga yang
sehat, anak diajar untuk bangga jika ia membuat prestasi. Orang tua
mengomentari mutu pekerjaan yang dikerjakan, tetapi tidak
memberikan kritikan " baik" atau" tidak baik" untuk setiap hasilnya.
28
6. ("Don't be selfish" is a common admonition from parents) "Jangan
egois!" adalah satu peringatan umum dari orang tua. " Egoisme sehat"
berarti memelihara diri sendiri. Di dalam dysfunctional keluarga,
pasangan hidup dan anak-anak belajar untuk merawat orang lain,
tetapi sering melupakan kesehatan dan kebahagiaan mereka sendiri,
dan bahkan mereka menjadi sangat sibuk melayani orang lain bahwa
mereka medahulukan orang lain daripada diri mereka sendiri.
7. (Children are told" Do as I say and not as I do'} .A.nak-anak
diperintahkan, "Kerjakan seperti yang kukatakan, bukan seperti yang
aku lakukan". Di dalam disfunctional keluarga, perilaku dan
perbuatan-perbuatan orang tua tidak selalu mern3tapkan satu contoh
ya119 t,.:;ik untuk anak-anak.
8. (Children team that it is not okay to play or be playful) Anak-anak
belajar bahwa tidak baik bermain atau banyak bHrmain. Permainan
adalah inti sari dari kreativitas dan kegembiraan, dari kesenangan dan
persahabatan. Di dalam disfunctional keluarga, permainan adalah
pekerjaan yang dicurigai.
9. ("Don't rock the boat" is a family motto) "Tidak mengacaukan keadaan"
itu adalah semboyan keluarga. Jika anda tidak mengacaukan
keadaan, bagaimana nantinya anda menemukan ada satu
29
pengalaman di dalamnya. Hanya dalam suatu keinginan anda belajar
dari kegagalan, bukan dari hasilnya. Satu pengalaman keluarga atas
permasalahan perlu untuk diuji terhadap kenyataan bagaimana orang
lain melihat mereka.
Poin-poin di atas dari pengaruh dalam keluarga. Namun bagaimanapun,
keluarga bukan satu-satunya pengaruh yang mendorong perilaku
workaholism atau yang dapat mengubah nilai sosial dalarn lingkungannya.
Separuh dari abad ini sudah membuat perkembangan satu iklim
konsumerisme dan paham materialisme (l<ebendaan). Seorang workaholic,
kontribusinya terhadap masyarakat adalah patut dicontoh , namun kehidupan
pribadinya adalah bencana (Barbara Killinger, 1991).
2.1.3 Kepribadian Workaholic
As workaholism begins to control the workaholic's life, three traits -
perfectionism, obsession, and narcissism - become exaggerated and
dominate the workaholic's thoughts and actions. We will see how
perfectionism leads to obsession and, eventually, to narcissism. Consider
how far along a continuum line you are for each of these traits. We all slide
along the continuum and exhibit neurotic behaviour some of the time but we '
need to be alert for the signs that indicate abnormal levels.
30
Ketika workaholism mulai mengontrol/mengendalikan kehidupan seorang
workaholic, ada tiga ciri yang mendominasi pemikiran dan tindakan seorang
pengidap menu rut (Barbara Killinger, 1991 ).
a. Petfecsionisme : suatu kebiasaan di mana orang ingin segala
pekerjaan dilakukan dengan sempurna (John M Echols, Hasan
Shadily, 1997).
Perfeksionis (petfectionis) adalah orang yang ingin segalanya serba
sempurna, orang yang percaya bahwa kesempurnaan moral bisa
dicapai lewat perilaku tanpa dosa (Save M Dagun, 1997).
b. Obsesi (Obsession) adalah gangguan jiwa neurotic yang membuat
seseorang hanya memikirkan dan mengingat-ingat sesuatu (ide,
aspirasi, keinginan) secara terus menerus.
Untuk kriteria gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dalam
Diagnostic Statistic Manual-IV (DSM-IV) adalah : a). terfokus secara
berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu aktivitas
terabaikan; b). perfeksionisme ekstrem hingga ke tingkat yang
membuat berbagai proyek jarang terselesaikan; c). pengabdian
berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan
persahabatan; d). tidak fleksibel tentang moral; f). sulit membuang
benda-benda yang tidak berarti; g). enggan mendelegasikan kecuali
jika orang lain dapat memenuhi standarnya; h). kikir; i). rigid dan keras
31
kepala (Mellinger, Balter, & Uhlenhunt, dalam Gerald C. Davison, John
M. Neale, Ann M. Kring, dalam Noermalasari Faja1~ (2006).
Kepribadian obsesif-kompulsif adalah seorang yang perfeksionis,
terfokus berlebihan pada detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya. Orang
orang tersebut sering kali terlalu memperhatikan detail sehingga
mereka tidak pernah menyelesaikan proyek. Mereka berorientasi pada
pekerjaan dan bukan pada kesenangan dan teramat sulit mengambil
keputusan (karena takut salah) dan mengalokasi waktu (karena takut
terfokus pada hal yang salah). Hubungan interpersonal mereka sering
kali buruk karena mereka keras kepala dan menuntut agar segala
sesuatu dilakukan dengan cara mereka. "Gila kendali" adalah istilah
popular bagi orang-orang tersebut.
c. Narsisme (Narcissism) adalah menganggap diri sendiri paling tampan,
paling cantik, kecintaan yang berlebihan terhadap diri sendi1 i, l\eGeri
derungan untuk bercinta dengan diri sendiri (Save M Dagun, 1997).
Sedangkan kriteria gangguan kepribadian narsisistik dalam Diagnostic
Statistic Manual-IV (DSM-IV) adalah : a). Pandangan yang dibesar
besarkan mengenai pentingnya diri sendiri, arogansi; b). terfokus
pada keberhasilan, kecerdasan, kecantikan diri; c). kebutuhan ekstrem
untuk dipuji; d). perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan
segala sesuatu; e). kecenderungan memanfaatkan orang lain; f). iri
pada orang lairt.
32
Orang-orang dengan gangguan kepribadian narsisistik memiliki
pandangan berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan mereka;
mereka terfokus dengan berbagai fantasi keberhasilan besar. Mereka
juga menghendaki perhatian dan pemujaan berlE!bihan yang hampir
tanoa henti dan vakin behwa mereka hanya dapat dimengerti oleh
orang-orang yang istimewa atau memiliki status tinggi. Hubungan
interpersonal mereka terhambat karena kurangnya empati, perasaan
iri dan arogansi, dan memanfaatkan orang lain serta perasaan bahwa
mereka berhak mendapatkan segala sesuatu - rnereka menghendaki
orang lain melakukan sesuatu yang istimewa untuk mereka tanpa
perlu dibalas. Kerpibadian narsisistik sangat sensitif terhadap kritik dan
sangat takut kegagalan (Gerald C. Davison, John M. Neale, Ann M.
Kring, dalam Noermalasari Fajar (2006).
Orang-orang yang mengalami gangguan ini dari luar tampak memiliki
perasaan luar biasa akan pentingnya dirinya. Kegagalan untuk
mengembangkan harga diri yang sehat terjadi bila orang tua tidak
merespons dengan baik kompetensi yang ditunjukkan anak-anak
mereka. bila orang tua merespons anaknya den9an penghargaan,
kehangatan, dan empati, mereka menumbuhkan rasa makna diri yang
normal dan harga diri yang sehat pada si anak (Gerald C. Davison,
John M. Neale, Ann M. Kring, dalam Noermalasari Fajar (2006).
33
2.1.4 Perubahan Secara Emosional (The Emotional Turmoil)
Someone who is a hard worker, but obsessive in his actions or driven to
excel, is not necessarily a work addict. A workaholic cannot not work for any
extended period of time without growing anxious. The long hours spent at
work are only a sign that the person is not being effective. It may now take
twelve hours to do what used to be done in eight. Working Jess is not a
solution because it is what is happening in the inner psyche that produces the
profound personality changes that cripple the workaholic.
Seorang pekerja keras (hard worker), tidak dikendalikan dan terasul<i di
dalam tindakannya, mereka tidal< harus menjadi pencandu kerja. Sedangkan
seorang workaholic tidal< bisa tidal< bel<erja untul< periode yang lama tanpa
didorong dengan semangat dan rasa cemas (Barbara Killinger, 1991)
To illustrate ti'1i& pr0c&s.>, I will describe one personality type that is parli
cularly prone to workaholism: the introverled thinker. These people process
information by taking it in and fanning their own subjective way of viewing the
world. Because these people are introverled, and tend not to check with
others, it is easy for them to get lost in a fantasy world where their ideas are
tied to inner images rather than to reality. Such people are often indifferent to
the opinions of other people and are prone to view their own ideas as "right,"
meaning for them, logical, rational, and fair.
34
Untuk menggambarkan proses ini, akan diuraikan satu tipe kepribadian itu,
yaitu "Senang memikirkan diri sendiri." Orang-orang ini rnemproses informasi
dan membentuk jalan pemikirannya dengan cara subjektif mereka sendiri
dengan mengamati dunia. Sebab orang-orang ini senan9 rnemikirkan diri
sendiri, dan cenderung bukan untuk memperhatikan orang lain. Orang-orang
seperti itu sering tidak acuh akan pendapat-pendapat dari orang lain dan
merel<a ingin orang lain cenderung memandang gagasan-gagasan mereka
sendiri sebagai yang "benar," maksudnya untuk mereka, masuk akal, logis,
dan adil. Sikap rendah hati adalah bul<an salah satu ciri dari mereka.
Then the addiction to work gradually pushes him or her to work harder and
longer to achieve power and control in the form of success. The workaholic,
as the breakdown progresses, sees only limited possibilities and rigidly
adheres to what is knc;;·n an~ sc.fa. Addicts are prone to use dualistic thinking
because it reduces the very complex into two simplistic choice;;. One must be
right; the other wrong. There are very few greys in the world of the work
aholic. At this stage, unlimited options are too confusing and upsetting.
However, the answer often lies beyond the two options.
Kemudian kecanduan untuk pekerjaan secara berangsu1·-angsur, atau
dengan desakan-desal<an untul< bekerja lebih panjang dan lebih keras, men
capai kekuasaan dan dapat mengendalikan dalam wujucl sukses. Ketika
sebagai gangguan, workaholic terlihat hanya dibatasi oleh berbagai kemung-
35
kinan dan dengan bertahan untuk rnendapatkan rasa aman. Pencandu
pencandu kerja atau workaholic cenderung akan rnenggunakan pernikiran
dualistic, sebab itu rnengurangi kornpleksitas ke dalarn dua pilihan seder
hana. Satu harus benar; yang satu lagi harus salah. Sangat sedikit untuk
bersikap netral dalarn dunia workaholic. Pada tangkah ini, pilihan-pilihan yang
tak terbatas adalah rnernbingungkan dan rnerepotkan.
2.1.4.1 Tiga Jenis Workaholic
Walaupun para workaholic biasanya mernpunyai karakteristik-karakteristik
tertentu narnun ada tiga tipe yang berbeda di antara rnereka: Workoholic
Pengendali (Controller'), Workoholik Pengendali yang Narsisistik (Narcissistic
Controller'), dan Workaholic Menyenangkan (Pleaser).
Tipe Pertama Workoholic Pengendali
Controller workaholics are very independent, ambitious, driven, and intense.
These people are energetic, need little sleep, enjoy keeping busy, and rarely
relax. They can be charming and witty, and appear to be sociable, but they
have few close friends. Secrecy and privacy are important to them, and
sharing is not natural. They are impatient and impulsive. Many controllers are
thinking types. Because they value independence so hfghly, they are often
found in top-management positions or working for themselves.
36
Sangat bebas, ambisius, dan kuat. Orang-orang ini giat, minim tidur, menik
mati terus bersibuk, dan jarang rileks. Mereka bisa saja pintar, jenaka, mem
pesona, dan tampak pandai membawa diri, tetapi mereka mempunyai sedikit
sahabat karib. Privasi dan kerahasiaan adalah penting bagi mereka, dan me
reka tidak lazim berbagi. Mereka tidak sabaran (impatient) dan meluap-luap
(impulsive). Di antara para workaholic tipe pengendali ini banyak yang tipe
pemikir. Karena, mereka sangat menghargai kebebasan. Mereka sering kali
ditemukan pada posisi management atas, atau bekerja untuk diri sendiri.
Mereka bekerja mati-matian sampai kelelahan. Kemudian mereka menjadi
dihentikan dan berhenti untuk berfungsi dengan baik sampai badan bisa
memugar kembali energinya. Para workaholic pengontrol menciptakan
atmospir yang meningkat dari marah bera!ih ke merah padam, hingga akhir
nya menghancurkan anggota keluarga dan teman kerja. Benteng pertahanan
utama dari workaholic tipe ini adalah menyangkal, rasionalisasi, menghindar.
Tipe kedua workaholic Pengendali Narsissistic
A second type, the more disturbed Narcissistic Controller, has similar reac
tions, but tends to resort to dissociation when stress climbs too high. Dis
sociation occurs when a person splits off and represses negative feelings
about things, other people, and him or herself. Unwanted things cease to
exist; people are ignored. The person does not remember that things have
happened. These workaholics are narcissistic and have not developed the
37
Capacity to truly love others unconditionally. They are th1~ takers who mani
pulate others to serve their own ends. Stubborn and proud, they view image
as everything.
Memiliki reaksi yang serupa, tetapi cenderung mencari jalan untuk
memisahkan diri ketika stres yang ia alami terlalu berat. Pemisahan diri
terjadi bila ada orang yang memberikan perasaan negativ terhadap sesuatu,
orang lain, atau terhadap diri workaholic ini sencliri. Ketika hal-hal yang tak
cliinginkan tidak nampak lagi, orang-orang diabaikannya. Pengidap
workaholic tipe ini tidak ingat lagi bahwa hal yang tak diinginkan itu sudah
pernah terjadi. Orang-orang workaholic ini narcissistik clan belum dapat
mengembangkan suatu kapasitas untuk mencintai orang lain dengan
sesungguhnya dalam keadaan yang tanpa syarat. Mereka adalah penerima
yang memanipulasi orang lain untuk kepentingannya sendiri. Keras kepala
dan berbangga, adalah citra yang lekat pada dirinya.
Tipe ketiga, Pleaser
Pleaser workaholics tend to be less ambitious, more sociable people who are
keenly aware of other people and other people's needs. They enjoy beinf'f
with others, but can be too dependent on them. They take middle manage
ment jobs because feedback from others and the boss's sea/ of approval are
important to them. They tend to avoid making waves ano' will act out passively
rather than risk rejection and disapproval with overt anger. When things start
38
to go wrong, emotions build up inside. Sometimes anger gets misdirected to
someone or something else. Fear and resentment make them overly sensitive
to criticism, and some become paranoid. Instead of verbalizing their hurt and
confusion, pleasers absorb their anger and feel guilty. Since guilt is self
anger, it only adds to their distress. They become depressed, moody, and
more distant and uninvolved. They may walk away to avoid their own anger or
to get away from others' anger.
Cenderung kurang ambisius, lebih sosialis, selalu sadar akan orang lain dan
kebutuhan orang lain. Mereka menikmati kebersamaan dengan orang lain,
tetapi dapat menjadi sangat bergantung pada orang lain. Pekerjaan yang ia
ambil adalah management kelas menengah, karena umpan balik berupa
pengakuan dari orang-orang dan bosnya masih penting bagi mereka. Mereka
cenderung untuk menghindari membuat gelombang dan akan bertindak
secara pasif dari pada mendapatkan risiko penolakan ataupun celaan yang
dibarengi dengan kemarahan yang tertuju padanya. Ketika ada masalah,
berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Terkadang, jika ia sedang
marah, orang lain bisa kena sasaran. Mereka menjadi suka murung , terte
kan, dan lebih tidak dilibatkan jauh. Mereka boleh pergi untuk menghindari
kemarahan mereka sendiri atau untuk lolos da:i kemarahan lainnya. Mereka
mem-verbalisasikan derita dan kekacauan perasaannya, workaholic tipe ini
menahan kemarahan dan malah merasa dirinya-lah yan9 bersalah. Karena
rasa bersalah itu adalah kemarahan terhadap' diri send in, maka perasaan
39
bersalah itu hanya akan menambah derita dirinya sendiri. Mereka ini menjadi
depresi, suka murung, dan semakin jauh dan mengasin~1. tanpa terlibat dalam
masyarakat. Mungkin mereka berjalan untuk menghindari kemarahannya
sendiri atau untuk menjauh dari kemarahan orang (Barbara Killinger, 1991).
2.1.4.2. Tanda-tanda Utama dari Gangguan Workaholic
Prevention is an important concept to keep in mind as W•'l look at the process
the breakdown follows. If you recognize the major warning signs early
enough, negative effects can be reversed before the addiction causes further
emotional damage. As Lyle Longelaws, a First Nations elder, says, "Before
the healing can take place, the poison must be exposed." Awareness is
essential to recovery. Let's look at some of the signs of breakdown. If you
recognize any of these warning signs m yourself, your spouse, or a friend,
understanding them now can lead to recovery tater.
Pencegahan adalah satu konsep penting untuk diingat ketika kita memper
hatikan proses hancurnya seorang workaholic berikut ini: Jika anda
mengenali tanda-tanda peringatan sejak dini, dampak-dampak negativ dapat
dihindari sebelum kecanduan menyebabkan kerusakan emosional lebih
lanjut. Sebagaimana yang dikatakan Lyle Longelaws, " S19belum penyem
buhan dapat berlangsung, racun harus dikeluarkan." Kesadaran penting bagi
kesembuhan. Berikut ini adalah beberapa dari tanda kehancuran itu. Jika
40
mengenali yang manapun dari tanda ini ada dalam diri sendiri, pasangan,
atau seorang teman, maka memahami tanda-tanda itu SE~karang juga dapat
mendorong kearah kesembuhan di kemudian.
1. (Obsessive and Compulsive Symptoms) Gejala-Gejala Penuh
Obsesi Dan Sifatnya Memaksa.
Banyak di antara workaholic tak terkendali dengan sangat terpaksa
merapikan pekerjaan yang tidak biasanya mereka hiraukan. Pulpen
dan pensil ditata rapi. Para workaholic lainnya mengembangkan
kebiasaan yang ganjil untuk membendung kegelisahannya. Mereka
tidak dapat pulang tanpa membawa tas kantor yang penuh dengan
pekerjaan rumah setelah seharian bekerja di kantor. Tubuh seorang
workaholic sering kali merefleksikan dinarnika ketertarikan jiwa dari
dalam. Namun demikian, mereka sering kali mengembangkan banyak
masalah di belakang, gernkan;iy-.; t.;mpak ;;,aku seperti mesin.
Seorang workaholic suka dengan daftar Qadwal). Semua orang yang
teratur pun suka itu. Namun bedanya workaholic, rnenggunakan lis
jadwal itu dengan terpaksa. Pensiun kerja sering kali menjadi
serangan-serangan yang menakutkan baginya. Apa yang akan ia
kerjakan dengan dirinya? la tidak memiliki hobi dan hanya memiliki
sedikit teman. Yang menjadi pertanyaan besar ba9inya adalah, "Apa
selanjutnya?"
41
2. (Cross-Addiction Symptoms) Gejala-Gejala Lintas Candu.
Seiring ketidakmandirian meningkat dan menjadi lebih nyata, orang
orang workaholic akan menjadi pasif-agresif. Di sini mereka
menumpahkan kesalahan pada orang lain. Pada perkembangan
selanjutnya, mereka merasa tidak bahagia dan menderita, bahkan
mereka tidak mengetahui apa yang ingin mereka kerjakan, ke mana
mereka hendak pergi. Perasaan diri hilang karena image pekerjaan
telah kabur dan membingungkan. Pada saat itu, kecanduan untuk
bekerja dan meneguk alkohol meningkat. Di sinilah mereka berkenalan
dengan candu yang lain. Mereka mulai kecanduan kafein, merokok,
sampai minum alkohol. Membebaskan seorang workaholic dari candu
prosesnya semakin rumit. Jika alkohol dan drug adalah masalah
tambahan, maka perawatan untuk menyernbuhkannya dari alkohol dan
drug adalah suatu keniscayaan. Karenanya, seketika menyadari
bahwa workaholism adalah masalah, rnaka seketika itu juga benteng
pertahanan untuk menolak harus dikonfrontasikan dan dengan jujur
gaya hidup dan kebiasaan harus diperiksa dengan terus terang.
3. (Chronic Fears) Ketakutan Yang Kronis
a. (Fear of Failure) Takut Gagal
b. (Fear of Boredom) Takut Bosan
c. (Fear of Laziness) Takut akan Kemalasan
d. (Fear of Discovery) Takut akan Penernuan Baru
42
e. (Fear of Self-Discovery) Takut dari Self-Discovery
f. (Fear of Persecution) Takut akan Penyiksaan
4. (Chronic Fatigue) Kelelahan Kronis. Dalam semua gangguan,
pengidap workaholic menderita serangan keletihan yang berkala, yang
secepatnya dapat menjadi kronis dan secara total melumpuhkan.
Kelelahan dapat berbentuk kelesuan fisik dan psikologis atau dapat
juga di-cover dengan aktivitas yang berlebihan.
5. (Guilt) Rasa bersalah. Ada dua macam dari rasa bersalah. Pertama,
dapat bersifat adaptif (menyesuaikan diri) dan memberi tanda
kewaspadaan terhadap tingkah laku yang bertentangan dengan
perasaan kita mengenai apa yang benar secara moral dan etika.
Kedua, dapat bersifat destruktif (merusak). la berupa self-anger
(kemarahan diri), yang mengarah untuk menyalahkan diri sendiri, atau
diproyeksikan keluar menyalahkan orang lain dengan prilaku yang
kejam dan penuh dendam. Kedua macam dari rasa bersalah ini
mengendalikan seorang workaholic (Barbara Killinger, 1991).
2.1.5 Perubahan Kepribadian (Personality Changes)
As the workaholic breakdown progresses, profound personality changes
occur. Many of these changes remain unconscious, and workaholics are
unaware of them. The repressed feelings and negative qualities are instead
43
projected onto and seen in others. Poor judgment and s11rious flaws in
character result as the Shadow side becomes more powerful. Eventually, the
workaholic's denial system can no longer repress the growing fears,
anxieties, and obsessions being forced into awareness. ft is a struggle even
to maintain the status quo. Totally self-absorbed, increasingly anxious, and
closed off by denial, many workaholics remain unaware of the effect their be
haviour has on other people. They become irresponsible, cold, and uncaring.
The workaholic's family sees the changes and the obsessive need to work.
What the family does not recognize or understand is that the workaholic is
fighting for survival.
Seiring gangguan workaholic meningkat, terjadi perubahan besar dalam
kepribadian. Banyak dari perubahan-perubahan ini tidak disadari, seorang
workaholic tak sadar akan hal itu. Perasaan-perasaan telrtekan dan kualitas
kuc:;::tas negatif justru diproyeksikan, dan terlihat pada, orang lain. Sistem
penolakan seorang workaholic tidak lagi dapat menekan tumbuhnya keta
kutan, ketertarikan, dan obsesi yang dipaksa masuk dalam kesadaran. lnilah
bahkan perjuangan untuk memelihara status sementara. Banyak workaholic
tetap tidak acuh pada efek perilaku mereka terhadap orang lain. Mereka men
jadi dingin, tidak bertanggungjawab, dan acuh tak acuh. Keluarga workaholic
melihat perubahan-perubahan dan kebutuhan kerja yan9 obsesif. Apa yang
tidak dikenali keluarga atau tidak dipahami adalah bahwa seorang workaholic
itu sedang memperjuangkan untuk survive (Barbara Killinger, 1991).
44
Until workaholics themselves become fully conscious of the fears underlying
their work obsession and confront chronic fatigue and guilt feelings, denial will
prevent any chance of recovery.
Sampai para workaholic sendiri menjadi sadar sepenuhnya akan ketakutan
ketakutan yang mendasari obsesi pekerjaan mereka dan menghadapi
perasaan-perasaan rasa bersalah dan kelelahan kronis, pengingkaran akan
menghalau adanya kesempatan untuk kesembuhan (Barbara Killinger, 1991).
As feelings are repressed to avoid pain and unwanted personal responsibility,
eight major losses occur. These must be addressed if health is to be restored.
The breakdown leads to these losses, and the personality changes
accordingly. Awareness of each of these losses is the first important step in
the recovery process. The second is to understand what is healthy so that
or.& car. set informed goals.
Ketika perasaan ditekan untuk menghindari derita dan tanggung jawab
pribadi yang tak dikehendaki, maka delapan kerugian utama terjadi. lni harus
ditunjukkan jika mengharapkan pulihnya kesehatan. Gangguan menyebabkan
kerugian, dan kepribadian pun tentu berubah karenanya. Kesadaran akan
setiap kerugian ini adalah langkah penting pertama dalam proses recovery.
Langkah kedua adalah memahami apa itu sehat, sehinf1ga seseorang dapat
mengatur tujuan yang diinformasikan (Barbara Killinger, 1991 ).
45
1. (Loss of Communication Skills) Hilangnya Ketrampilan-ketrampilan
komunikasi
2. (Loss of Empathy) Hilangnya Empati
3. (Loss of Intimacy) Hilangnya Keakraban
4. (Loss of Integrity and Respect) Hilangnya lntegritas dan Rasa Hormat
5. (Loss of Independence) Hilangnya Kemerdekaan
6. (Loss of Spirituality) Hilangnya Spiritualitas
7. (Loss of Sense of Humour and the Ability to Play) Hilangnya Rasa
Humor dan Kemampuan untuk Main
8. (Loss of Physical and Psychological Health) Hilangnya Kesehatan
Fisik dan Psikologis (Barbara Killinger, 1991).
2.2 Insomnia
2.2.1 Pengertian Insomnia
Tidur merupakan perilaku dinamis. Tidur adalah suatu aktivitas aktif khusus
dari otak, dikelola oleh mekanisme yang rumit dan tepat. 8ampai setengah
abad yang lalu, penelitian masalah tidur kebanyakan adalah ahli ilmu dasar,
yang lebih banyak tertarik pada teori dan mekanisme dasar tidur, fisiologi dan
psikologinya. Pada tahun sekitar 1970-an pengetahuan mengenai tidur makin ·
bertambah dan melahirkan ilmu-tidur-klinis (S.M Lumbantobing, 2004).
46
Oswald (1980) mengemukakan bahwa tidur mungkin mempunyai nilai
protektif, sebagaimana yang disugestikan oleh teori korn;ervasi, namun tidur
juga mempunyai peranan penting dalam restorasi jaringan.
Tiap makhluk hidup membutuhkan tidur. Dengan demikian tidur merupakan.
kebutuhan hidup. Bila dilakukan deprivasi tidur secara eksperimental pada
hewan, hal ini dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa hari atau
minggu. Oleh sebab itu beberapa teori mengenai fungsi tidur, yaitu :
melindungi, konservasi energi, restorasi otak, homeostatis, meningkatkan
fungsi imunitas, regulasi suhu (S.M Lumbantobing, 2004).
Fisik dan mental seseorang akan sehat jika terdapat keteiraturan antara
terjaga dan tidur. Tidur juga berfungsi terhadap penataan kembali
keseimbangan fisik setelah sekian lamanya terjaga dan tl~rjadi keletihan
kerja. Sebab dengan adanya tidur maka tubuh akan mernproses untuk
mengurangi asam laktat yang berfungsi terakumulasinya keletihan. ltulah
kiranya jika seseorang tid urnya normal maka ketika bangun tidur akan terasa
segar kembali yang disebabkan asam laktat tersebut telah terminimalisasi.
Sebalil<nya jika seseorang mengalami kurang tidur maka asam laktat belum
juga hilang secara sempurna sehingga ketika terjaga - batdan masih terasa
sakit. Tidur akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang
dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat rnotivasi,
47
konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Demikian juga
terhadap aktivitas lainnya akan mengalami gangguan rnisalnya dalam belajar
mengajar, menyelesaikan tugas, dan interaksi sosial. Bahkan dampak
insomnia ini akan memudahkan seseorang untuk menderita stres. Hal ini
cukup beralasan, sebab sebagaimana dikatakan di atas, insomnia hanya
merupakan gejala penampakan dari luar bahwa seseorang memiliki penyakit
yang harus diobati Uurnal Psychology Today, Juni 1986, dalam
www.google.com).
Empat gejala utama yang menandai sebagian besar gangguan tidur adalah :
insomnia, hipersomnia, parasomnia, dan gangguan jadwal tidur-bangun.
Gejala-gejala seringkali bertumpang tindih (Kaplan, Saclock, Grebb, dalam
Widjaja Kusuma, 2005).
Sedangkan dalorn penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada gangguan
tidur insomnia karena seperti disebutkan di alas gejala insomnia lebih mudah
dikenali dan paling sering dialami oleh seseorang. Untuk mendapatkan
pengertian yang lebih luas mengenai insomnia, maka berikut ini akan
dikemukakan beberapa devinisi mengenai insomnia menurut beberapa pakar,
antara lain :
Insomnia merupakan keadaan di mana seseorang yang ingin tidur, misalnya
karena sudah lelah, mengalami kesulitan untuk memulai tidur Uatuh tidur),
sulit mempertahankan keadaan tidur, dan bangunnya terlalu pagi (S.M
Lumbantobing, 2004).
Insomnia is difficulty initiating or maintaining sleep or sleep that is not
restorative (person not feeling rested even after normal ;;,1mounts of sleep)
(David H Barlow, V Mark Durand, 2002).
48
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.
Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering. Insomnia mungkin
sementara atau parsisten (Kaplan, Sadock, dalam Widjaja Kusuma, 2005).
Dalam Pedoman Penggolongan Gangguna Jiwa (PPDG,J-111) insomnia adalah
kondisi psikogenik primer di mana gangguan utamanya adalah jumlah,
kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosionc.i. DiCj<Jr1u::;isi
dalam Pedoman Penggolongan Gangguna Jiwa (PPDGJ-111 2001) insomnia
adalah a). keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur,
atau kualitas tidur yang buruk; b) gangguan terjadi minimal 3 kali dalam
seminggu selama minimal satu bulan; c) adanya preokupasi dengan tidak
bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya
pada malam hari dan sepanjang siang hari; d) ketidak puasan terhadap
kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat
dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
49
Sementara kriteria Diagnostik untuk Insomnia dalam Diagnostic Statistic
Manual-IV (DSM-IV) adalah : a) keluhan yang menonjol adalah kesulitan
untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak
menyegarkan, selama sekurangnya satu bulan; b) ganm1uan tidur (atau
kelelahan siang hari yang menyertai) menyebabkan penderita yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan, atau
fungsi penting lain; c) gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama
perjalanan narkolepsi, gangguan tidur berhubungan pernafasan, gangguan
tidur irama sirkadian, atau parasomnia; d) gangguan tidak terjadi semata
mata selama perjalanan gangguan mental lain (misalnya, gangguan depresif
berat, gangguan kecemasan umum, delirium); e) gangguan bukan karena
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunaka,
medikasi) atau suatu kondisi medis umum (Kaplan, Sadock, Grebb, dalam
Widjaja Kusuma, 2005).
Di dalam buku catatan ilmu kedokteran jiwa, mendefinisikan bahwa insomnia
adalah ketidakmampuan tertidur atau sukar untuk tidur terus, termasuk
bangun pagi-pagi buta (W. F Maramis, 2004).
Sedangkan dalam (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004) Insomnia adalah
ketidak mampuan atau kesulitan untuk tidur, dapat menyangkut kurun waktu
(kuantitas) atau Kelelapan' (kualitas) tidur. Penderita insomnia sering
50
mengeluh kurang lama tidurnya, tidak bias tidur nyenyak, atau tidur dengan
mimpi yang menakutkan, sehingga ia merasa kesehatannya terganggu.
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa insomnia adalah
gangguan tidur yang dialami seseorang baik ketika akan memulai tidur atau
pun ketika dalam mempertahankan keadaan tidur, dan orang tersebut juga
bangun pada waktu pagi-pagi sekali yang akhirnya berclampak pada aktivitas
kehidupan orang tersebut tidak dijalaninya dengan kondisi yang sehat.
Insomnia biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang
mendasarinya, seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain
yang terjadi dalam hidup manusia. Untuk insomnia yan9 ringan tidak perlu
diberi obat, tetapi cukup dengan penjaminan kembali. Insomnia yang berat
b!asar.yc :n:::ru;;a:;a;-i gejala gangguan lain atau dapat merupakan faktor
penyebab (umpamanya kelemahan badan, berk11rangnya konsentrasi) atau
faktor pencetus karena stres yang ditimbulkan. Ditaksir sekitara 20-30% dari
populasi umum pernah mengalami insomnia dalam satu tahun (S.M
Lumbantobing, 2004).
Sedangkan orang yang bekerja sebagai penjaga malam atau perawat yang
mendapat giliran bertugas malam di rumah sakit, tidurnya sering terganggu
pada hari berikutnya, namun kemudian dapat kembali tidur pulas seperti
51
biasa. lni bukanlah insomnia, penderita insomnia tidak dapat tidur pulas
walaupun diberi kesempatan tidur sebanyak-banyaknya. Penderita khawatir
akan jumlah jam tidurnya yang sangat kurang, dan kekhawatiran ini makin
menambah sulitnya tidur (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).
Hampir setiap orang mengalami insomnia pada suatu waktu sepanjang
hidupnya. Biasanya, insomnia terbentuk oleh masa stres tingi atau setelah
perubahan besar dalam hidup. Berbagai masalah yang rnemicu insomnia
dipandang bersifatsituasional dan biasanya terbatas oleh waktu, berlangsung
hanya beberapa hari atau beberapa minggu. Insomnia yang situasional atau
sesekali biasanya berlangsung tidak lama. Ketika situasi membaik dan hidup
kelihatan normal kembali, insomnia pun menghilang. Namun, insomnia juga
bisa muncul begitu saja tanpa adanya masalah yang tarnpak sebagai
pemicunya (She'll!:": C:.:r~:.:3 ~ Keith Wilson, 2002).
Survei yang dilakukan selama lebih dari 20 tahun terakhir menunjukkan
tingkat insomnia kronis dalam populasi orang dewasa cukup stabil sekitar
10% atau sekitar 25 juta orang. Sekitar sepertiga oran Amerika, misalnya,
melaporkan bahwa mereka mengalami ganguan tidur secara berkala. Tingkat
gangguan tidur ini di negara industri lain kurang lebih sarna. Sebuah survei di
tahun 1991 menemukan bahwa orang dengan insomnia sesekali rata-rata
melewati lima malam dengan tidur yang buruk setiap bularinya (Shawn
Currue & Keith Wilson, 2002).
2.2.2 Jenis-jenis Insomnia
52
Ada pakar yang membagi insomnia jangka pendek (akut) dan jangka panjang
(kronis) dengan batas 3 minggu.
a. Insomnia jangka pendek sangat sering dijumpai dan sebagian
terbesar individu pernah mengalaminya dan umumnya jarang
meminta bantuan kepada dokter. Keadaan ini dapat dijumpai,
misalnya bila mengalami stress, seperti ada an\19ota keluarga yang
meninggal, sakit berat, usahanya mendadak rugi, kehilangan mobil,
gagal ujian. lnsomnianya dianggap normal dan disebut sebagai
"insomnia sepintas" (transient insomnia). Orang demikian dapat
biderikan obat tidur (hipnotik). Insomnia jangka pendek urnurnnya
tidak disertai komplikasi.
b. Insomnia jangka panjang (kronis), yang dapat menganggu kualitas
hidup, juga gangguan mental dan fisik. Penderita insomnia kronis
rawan terhadap hal yang berkaitan dengan lelah, dan kecelakaan
mengendara, mereka cenderung mengeluarkan stamina yang buruk
untuk menyelesaikan tugas rutinnya dan sulit berkonsentrasi.
Penderitanya mudah tersinggung, iritabel dan nerves. Mereka
mungkin juga mudah sedih dan depresi. Sebagai akibat perubahan
fisik dan mental ini, prestasi pasien insomnia di pekerjaan dan
dirumah dapat mundur dan sebagai akibatnya dipecat dari
pekerjaannya.
53
c. Insomnia idiopatis adalah insomnia yang tampaknya tidak
disebabkan oleh gangguan seperti ansietas, depresi, nyeri, alergi
atau RLS. Pada jenis insomnia ini yang "berdiri sendiri" digunakan
kata primary insomnia oleh Diagnostic Statistic Manual-IV (DSM -IV).
lni bukan berarti bahwa pasien tersebut sama sekali tanpa kelainan
medik atau psikiatrik. lni hanya berarti bahwa penyebab lain mungkin
tidak ikut terlibat dalam menyebabkan insomnia. Umumnya diagnosi
idiopatis ditegakkan berdasarkan eksklusif (Lavie dkk dalam S.M
Lumbantobing 2004).
d. Insomnia Parsisten adalah jenis yang cukup sering. Gangguan ini
terdiri dari sekelompok kondisi dimana masalah yang paling sering
adalah kesulitan dalam jatuh tidur, bukannya dalam tetap tidur, dan
melibatkan dua masalah yang kadang-kadang terpisah tetapi sering
digabungkan: (1) ketegangan dan kecemasan yang disomatisasi dan
(2) suatu respon asosiatif yang terbiasa-kan. Pasien seringkali tidak
memiliki keluhan yang jelas selain insomnia. Me!reka mungkin tidak
mengalami kecemasan itu sendiri tetapi melepaskan kecemasan
melalui saluran fisiologis. Mereka mungkin men1~e-luh terutama
adanya perasaan kegelisahan atau pikiran yang terus menerus yang
54
tampak-nya menghalangi mereka untuk tertidur. Kadang-kadang
tetapi tidak selalu, seorang pasien menggambarkan bagaimana
kondisi ini dieksaserbasi pada saat stress di ternpat kerja atau di
rumah dan rnenghilang saat liburan (Kaplan, Sadock, Grebb, dalam
Widjaja Kusuma, 2005).
Sedangkan dalam (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004), insomnia
dikelompokkan dalam tiga tipe ;
Tipe Pertama adalah penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1-3
jam pertama dan kemudian karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini
biasanya dialami pada usia muda yang dilanda kecemasan.
Tipe Kedua adalah penderitanya dapat tertidur dengan mudah dan nyenyak,
namun setelah 2-3 jam tidur akan terbangun, keadaan ini terjadi berulangkali.
Tipe Ketiga adalah penderita dapat tertidur dengan mudah dan nyenyak,
namun pada pagi-pagi buta ia terbangun, dan tidak dapat tidur lagi. Hal ini
biasanya dialami oleh orang menderita depresi.
2.2.3 Penyebab Insomnia
Insomnia tidak seperti banyak gan;Jguan lain, tidak disebabkan oleh satu
faktor atau peristiwa. Sebaliknya, keadaan tidak bisa tidur yang kronis
dianggap disebabkan oleh serangkaian faktor yang berbeda untuk setiap
orang. Yang paling mendasar, insomnia sering kali adalah gejala dari
55
masalah lain. Orang dengan kondisi medis yang disertai rasa sakit atau
ketidaknyamanan biasanya memiliki masalah tidur. Masalah psikiatris seperti
depresi hebat dan banyak gangguan kegelisahan, juga rnasalah emosional,
dapat menyebabkan gangguan tidur. Di lain pihak, hal ini tidak selalu terjad_i,
insomnia secara khas dimulai selama periode stres bera:t misalnya, selama
perceraian, setelah dipecat dari pekerjaan dan sebagainya, tetapi bisa
berlanjut meskipun stresor yang semula menghilang atau terpecahkan
(Shawn Currue & Keith Wilson, 2002).
Insomnia terjadi baik pada usia muda maupun usia lanjut; seringkali timbul
bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan,
depresi atau ketakutan. Sebenarnya gejala gangguan tidur bukanlah suatu
penyakit, akan tetapi hanya sebuah rambu-rambu bahwa penderita memiliki
problematika psikis atau fisik. Demikian dikatakan dalam sebuah Jurnal
Psychology Today, Juni 1986 (dalamwww.google.com). Jadi, gangguan
tidur tidak lebih hanya sebuah indikator yang mencuat di permukaan bahwa
yang bersangkutan memiliki sejumlah penyakit yang harus diobati.
Dalam majalah Healt Today edisi April (2007) Or Kenny Peter Pang MBBS,
MRCS, FRCS MMed, FAASM, sleep specialist dan direktur Pacific Sleep
Center, Singapura serta anggota American Academy of Sleep Medicine
mengatakan bahwa penyebab terumum dari insomnia adalah stress kece-,
56
masan dan depresi. Namun ada pula faktor la inn ya seperti : 1) keren-tanan
terhadap insomnia karena beberapa orang cenderung lebih rentan dari yang
lain; 2) Sires yang terus menerus yang disebabkan oleh masalah karir atau
problem rumah tangga dapat menganggu pola tidur; 3) rnasalah psikiatri
seperti orang yang mengalami depresi, kecemasan, dan kelainan psikiatri
lainnya biasanya mengalami tidur yang tidak tenang dan sering terputus.
Sedangkan menurut Shawn Currue & Keith Wilson (2QO;;'.) pertama adalah
periode stres, penderita insomnia mungkin mulai menghubungkan tempat
tidur dan kamar tidur dengan situasi tidak bisa tidurnya. Kedua, banyak
strategi yang dicoba orang untuk mengatasi insomnianya1 berakhir dengan
memburuknya masalah tidur mereka karena penyebab gangguan tidur
diidentifikasi sebagai masalah medis atau psikologis, banyak ahli tidur
sepakat bahwa lebih baik me~pr:or:tas:,an penanganan kondisi yang
melatarbelakangi daripada perawatan insomnia. Ada beberapa kesal:;ihan
besar yang umumnya dibuat orang insomnia :
• Pergi ke tempat tidur lebih awal atau kernudian tidur di pagi hari
dengan harapan bisa mengganti tidur yang hilang.
• Tidur siang, kegiatan ini memberi kelegaan sementara dari rasa penat,
tetaapi dapat membuat tidur malam hari semakin buruk.
57
• Jatuh tertidur di tempat selain tempat tidur sambil menonton TV
misalnya yang tidak membantu membangun hubungan asosiasi positif
antara tempat tidur dan tidur.
• Minum banyak kopi agar tidak mengantuk sepanjang hari, minum
alkohol pada malam hari agar jatuh tertidur.
• Mengurangi kegiatan fisik karena merasa lelah dan menjadi semakin
tidak banyak bergerak atau duduk saja.
• Mulai mengandalkan alat bantu tidur dari luar diri seperti obat tidur
yang diresepkan atau alat bantu tidur yang dijual bebas.
Gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor hormonal, obat
obatan, kejiwaan maupun lingkungan luar, misalnya tekanan batin, suasana
kamar tidur yang tidak nyaman, suara ribut atau perubahan waktu tidur akibat
tugas jaga malam, kopi dan teh yang menganaung at perangsang susunan
saraf pusat (SSP), tembakau yang mengandung nikotin, obat pengurus
badan yang mengandung amfetamin, adalah contoh bahan-bahan yang
dapat menimbulkan kesulitan tidur. Obat tidur yang serin9 dipakai untuk
mengatasi insomnia sering justru menimbulkan ketergantungan, penderita
bahkan tidak bisa tidur lagi tanpa obat tidur. Gangguan tidur tersebut akibat
kebiasaan tidur atau factor lingkungan lain yang sifatnya sementara dapat
diatasi dengan menghilangkan factor-faktor penganggunya atau dengan obat
tidur, akan tetapi insomnia yang berat dan berkepanjangan memerlukan
transcendental di bawah bimbingan seorang ahli dapat membantu
penyembuhan insomnia (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004).
58
Di samping itu, sejumlah penyakit fisik juga menjadi aspek pencetus
gangguan insomnia, misalnya asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid.
Secara khusus, faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap
kecenderungan insomnia ini. Hal ini disebabkan oleh keteigangan pikiran
seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf
pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Misalnya, ketika
seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkun£1an kantor, maka jika
ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak
kompromi untuk tidur. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan
ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan insomnia. IKiranya fakta
semacam ini sesuai dengan hasil penelitian di sebuah klinik insomnia "Baylor
College of Medicine, USA" bahwa penderita insomnia cenderung
dilatarbelakangi oleh kecemasan (Insomnia dalam google.com).
Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Bebe
rapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian
dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah
I
dan merasa belum puas tidur.Terbangun pada dini hari, pada usia berapa
pun, merupakan pertanda dari depresi (Insomnia dalam google.com).
Selain itu, perilaku ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa
59
orang: higienitas tidur yang kurang secara umum, kekhawatiran tidak dapat
tidur, mengkonsumsi caffein secara berlebihan, minum alkohol sebelum tidur,
merokok sebelum tidur, tidur siang/sore yang berlebihan, jadwal tidur/bangun
yang tidak teratur (Insomnia dalam google.com)
Tabel 2.1 Diagnosis diferensial penyebab insomnia
Gangguan Psikiatrik Alkoholisme, gangguan tidur oleh ketergantungan alkohol Gangguan tidur oleh ketergantungan obat. Gangguan suasana hati (mood). Gangguan ansietas Psikosis
Gcnggua:i ~.1e::!k:; Gangguan pernapasan (penyakit paru obstruktif kronis, asma) Refluks gastroesofageal Fibromialoia, oenvakit reumatolooi lainnva.
Gangguan Neurologis Parkinsonisme dan gangguan gerak lainnya. Dimensia, penyakit degeneratif. Penyakit serebrovaskuler. Epilepsy. Nyeri kepala dan sindrom nyeri lainnya. Fatal familia insomnia.
Ganaouan Linakunoan -Gangguan Ritme Sindrom perubahan zona waktu (time zone change Sirkadian syndrome)
Gangguan tidur oleh kerja shif (sheft work sleep disorders) Delayed or advanced sleep ohase svndrome.
I
60
Pola tidur yang tidak regular. Gangguan Perilaku Insomnia psiko-fisiologis.
Hygiene tidur yang tidak adekuat. Ganqquan pada penvesuaian tidur.
Gangguan Tidur Primer Salah persepsi keadaan tidur (rnisperception sleep state). Insomnia idiopatis (insomnia primer) Apnea waktu tidur (sleep apnea) _ . _ . Syndrome tungkai gelisah dan 1Jerak ekstnm1tas penod1k (resttees legs syndrome (RLS) and periodic limb movements) Parasomnia.
2.2.4. Dampak Dari Insomnia
Hewan percobaan yang dicegah tidur akan mati setelah beberapa minggu,
walaupun diberi gizi, cairan dan tempat yang baik dan optimal. Apakah hal
serupa akan terjadi pada manusia tidak diketahui. Bila dicegah tidur
(deprivasi tidur') selama 60-200 jam, manusia akan bertambah mengantuk,
lelah, iritabel, sulit berkonsentrasi. Kemampuan aktivitas rnotorik yang
terampil juga ambruk, terutama yang membutuilke1n K.eGepatan. Memelihara
diri sendiri tidak diperdulikan, insentif bekerja menurun, pmhatian menurun,
pertimbangan terganggu dan keinginan berkomunikasi mEmurun. Bila
deprivasi tidur berlangsung lebih lama, kecenderungan membuat semua jenis
kesalahan menjadi nyata, demikian juga dengan terjadinya kecelakaan. llusi
dan halusinasi, terutama yang visual dan taktil, menyela dan menjadi
parsisten bila tidak tidur (S.M Lumbantobing, 2004).
61
Suatu penelitian epidemiologik yang berskala kecil menunjukkan bahwa
tingkat mortalitas meningkat pada mereka yang melaporkan tidurnya kurang
dari 6 atau 7 jam per malam. Menderita atau mengalami insomnia, secara
statistik sering meningkatkan resiko mati. Ada satu penelitian yang menunju_k
kan bahwa bila waktu tidur kurang, hal ini meningkatkan mortalitas, yang
lebih tinggi daripada merokok, hipertensi dan penyakitjantung. Tidur kurang
dari 6 jam semalam, umumnya mengakibatkan gejala deprivasi (kurang) tidur.
Perlu pula diketahui bahwa tidur berlebihan dapat mengakibatkan tidur yang
tidak menyegarkan dan rasa letih (fatigue) di siang hari. Sebaliknya jika
mengurangi tidur secara moderat, bila dialami selama beberapa hari akan
menganggu kesiagaan dan performans di siang hari. Pacla sisi lain,
menambah jumlah jam tidur, clari 7 sampai 8 jam, dapat meningkatkan
kualitas hidup dan fungsi kognisi di siang hari (S.M Lumbantobing, 2004).
Masalah tidur yang ter1Js-menerus menimbulkan banyak masalah, baik bagi
pribadi itu sendiri maupun masyarakat. Dibandingkan dengan orang yang me-
miliki tidur yang berkualitas, orang insomnia memiliki risiko dua kali lipat lebih
banyak untuk mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Salah satu
penyebab kecelakaan industri skala besar adalah kelelahan pekerja selama
kerja. Di samping risiko kecelakaan, penderita insomnia kronis jauh lebih
rentan terhadap berbagai masalah kesehatan mental seperti depresi dan
kegelisahan. Mereka merasa tidak produktif di tempat kerja karena tidak bisa
62
berkonsentrasi dan merasa lelah sepanjang hari. Dalam riset baru-baru ini,
para penderita insomnia yang diteliti diperkirakan bekerja sekitartiga per
empat dari kapasitas normal mereka (Shawn Currue & Keith Wilson, 2002).
Insomnia dapat menurunkan ketahanan seseorang berkaitan dengan stres
dan sakit fisik. Gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan perut, dan nyeri
tulang punggung lebih umum diderita oleh penderita insomnia kronis. Banyak
penderita insomnia melaporkan mereka mengalami masalah tidur sepanjang
hidupnya. Sering kali mereka kesulitan mengidentifikasi apa yang terjadi
ketika masalah tidur mereka mulai muncul. Bahkan ketika insomnia mereka
akhirnya memburuk dan ditumpuk dengan masalah kesehatan lain, ingatan
mereka akan penyebab yang sebenarnya menjadi samar-samar. Umumnya
diyakini bahwa insomnia berlangsung terus atau memburuk oleh faktor
p"-ikologis bahkan ketika mungkin ada masalah kesehatan fisik yang menjadi
bagian dari penyebab awal. Kombinasi masalah kesehatan, stres emosional,
dan perasaan lelah selama seharian bisa berakibat besar pada individu
dengan masalah tidur yang serius. Kualitas hidup bisa sangat terganggu dan
kemampuan mengatasi berbagai stresor hidup yang baru sering kali menurun
(Shawn Currue & Keith Wilson, 2002)
63
2.2.4 Rekomendasi Mencegah Insomnia
• Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
• Berolahraga rutin karena banyak bukti yang menunjukkan olahraga
teratur dapat memperbaiki kualitas tidur.
• Paparkan diri dengan cahaya terang/cahaya luar ruangan secara
teratur, khususnya di siang hari menjelang sore.
• Pastikan suhu, cahaya dan suasana dalam kamar menunjang
untuk tidur. Gunakan cahaya remang-remang.
• Gunakan ranjang hanya untuk tidur.
• Disiplinlah dalam mengkonsumsi obat.
• Lakukan latihan relaksasi sebelum tidur, seperti pemijatan atau
berendam air hangat.
• Jaga agar tangan dan kaki tetap hangat. Majalah Helath Today
edisi April (2007).
Kebanyakan orang dapat memulihkan tidur yang hilang dalam waktu singkat
hanyaa beberapa jam. Kini banyak ahli yakin bahwa masalah di siang hari,
yang dilaporkan orang dengan insomnia sesekali atau jangka pendek,
sebagian besar disebabkan oleh masalah sebenarnya yang membuat mereka
sulit tidur. Sibuk memikirkan kurangnya tidur sendiri dapat menimbulkan
masalah seharian (Shawn Currue & Keith Wilson, 2002).
64
2.3 Stres Kerja
2.3.1 Pengertian Stres Kerja
Praptini Yulianti (2000) menyatakan stres merupakan suatu keadaan di mana
seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang
mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat ditimbulkan dari dalam
diri individu maupun dari lingkungan di luar diri individu
Secara implisit hampir setiap pekerjaan selalu memiliki "agen stres" yang
potensial, dan masing-masing jenis pekerjaan memiliki variasi tingkatan
stressornya. Pada umumnya, stres pada pekerja terjadi karena interaksi
pekerjaan dengan pekerjaan atau lingkungan kerja, yang ditandai dengan
penolakan diri sehingga terjadi penyimpangan secara fungsional. Dengan
kata tian, Miner dalam Efendi (2005) menyatakan bahwa stres merujuk pada
kondisi internal individu untuk menyesuaikan diri secara baik terhadap
perasaan yang mengancam terhadap kondisi fisik atau psikis, atau label
untuk gejala psikologis yang mendahului penyakit, reak:si ansietas,
ketidaknyamanan atau hal lain yang sejenis, Miner dalam Efendi (2005).
2.3.2. Dimensi Stres
Smet (1994) menyatakan bahwa stres dengan berbagai dimensinya dapat
dikonseptualisasikan dalam berbagai sudut pandang, diantaranya :
1. Stres dipandang sebagai satu stimulus atau variabel bebas yang
mempengaruhi keberadaan individu.
2. Stres dipandang sebagai respon atau variabel tergantung.
3. Stres merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan.
65
Sudut pandang stres sebagai stimulus dapat digambarkan bahwa stres itu
berasal dari lingkungan. Kejadian atau suatu peristiwa yang muncul di
lingkungan (stressor) dapat menimbulkan perasaan tidak enak atau tegang,
cemas, dan lain-lainnya yang dapat menjadi bencana besar dalam l<ehidupan
seseorang (Sutherland & Cooper, 1990). Menurut mod•31 ini, bila individu
secara terus menerus bertemu dengan sumber stressor yang potensial,
kemungkinan akan terjadi perubahan keseimbangan dalam diri individu
tersebut. Contoh sumber stressor yang paling potensial tersebut adalah
fasilitas penunjang pekerjaan yang minimum, l\Qndisi fleker)Ran yang tidak
baik, jam kerja yang berlebihan dan situasi lingkungan yang tidal<
memuaskan (tekanan di lingkungan kerja). Perbedaan individual. Tingkat
toleransi, dan harapan-harapan tetap menjadi pertimbangan sendiri.
2.3.3. SL'mber Stres
Dilihat dari sumbernya, faktor-faktor yang potensial menjadi sumber stres
secara umum dapat diklasifikasikan menjadi internal (individu yang
66
bersangkutan) dan faktor eksternal (lingkungan rumah, sosial maupun tingkat
kerja) Munandar (2001 ).
Berat ringannya stres akibat kerja yang dialami seseorang tergantung pada
tiga hal, yaitu:
1. Sumber stres itu sendiri, dalam hal ini rangsangan yang dirasakan
sebagai ancaman atau yang dapat menimbulkan perasaan negatif.
2. Frekuensi atau lama terpapar terhadap stressor
3. lntensitas reaksi fisik dan emosi yang disebabkan oleh stressor.
Stressor ini dikategorikan oleh Abelson dalam Munandar (2001)
menjadi 3 macam stressor, yaitu organisasi, individu dan lingkungan
Stres yang dialami seseorang dalam pekerjaan dipengaruhi baik dari luar
(ektrinsik) maupun dari dalam lingkungan kerja sendiri.
Faktor ektrinsik diantaranya adalah :
a. Faktor stres organisasi
Munandar (2001) menyatakan faktor stres organisasi cenderung
disebabkan oleh upah finansial dan kesempatan individu untuk
mengembangkan diri. Variabel organisasi ini mempunyai pengaruh
pad a kepua3an kerja karyawan. Stressor yang termasuk di dalamnya
adalah:
1. Rendahnya bonus finansial
2. Kyrangnya bimbingan pengembangan karir.
3. Over specialization
4. Beban kerja yang berlebihan
5. Waktu yang mendesak
6. Kompleksitas pekerjaan
7. Pengambilan keputusan
b. Faktor stres lndividu
Menurut Munandar (2001) faktor stres individu sangat besar
67
kontribusinya terhadap munculnya stres, karena kategori ini mengenai
h1,Jbungan manusia. Stressor yang termasuk di dalamnya meliputi :
1. Frustasi pada pekerjaan
2. Ambiguitas pekerjaan dan konflik peran
3. Komunikasi yang terhambat
4. Diskriminasi
5. Birokrasi
6. Kelidakaklifan dan kebosanan kerja
c. Faklor sires lingkungan
Kebanyakan sires dalam kalegori ini berhubungan dengan
penyesuaian lingkungan dan perubahan siluasi kerja. Stressor yang
lermasuk di dalamnya mencakup :
1. Perubahan pekerjaan dan adaplasi
2. Perubahan teknologi
3. Perpindahan lokasi kerja/relokasi
4. Promosi
5. Reorganisasi
6. Perubahan waklu
7. Pensiun
8. Lingkungan fisik kerja
Faktor-faktor instrinsik dalam pekerjaan
a. Tuntutan Tugas
68
Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal.
Disamping dampaknya terhadap presstasi kerja, kondisi fisik memiliki
dampak juga terhadap kesehatan mental dan keselamatan kerja
seorang tenaga kerja. Kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh
terhadap kondisi faal soerang psikologis diri seseorang tenaga kerja.
Kondisi fisik dapat merupakan penbanglcit stres (stressor).
b. Jam Kerja
Jam kerja yang berlaku pada karyawan merupakan salah satu sumber
Stres seperti hasil penelitian (Monk & Tepas, 1985) dalam Munandar
(2001) menyatakan bahwa para pekerja shift rnalam labih sering
r11"'naeh11) tP.ritang kelelahan dan gangguan perut daripada pekerja
pagi/siang dan dampak dari tiga shift malam berdampak pada
kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan-gangguan
perut. Pengaruhnya adalah emosional dan biologikal. Munandar
(2001) selain jam kerja yang diberlakukan dengan shift atau kerja
bergiliran, beban kerja berlebihan dan beban kerja yang terlalu sedikit
juga menjadi kondisi pembangkit stres. Beban kerja dapat dibedakan
lebih lanjut ke dalam beban kerja berlebihan/terlalu sedikit 'kuantitiaf,
yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyaklsedikit
69
yang diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu
tertentu, dan beban kerja berlebihan/terlalu sedikit 'kuantitatif, yaitu
jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau
tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja.
Konsekuensi seseorang yang bekerja terlalu banyak, keras, lembur
atau muatan kerjanya yang berlebihan dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan atau masalah-masalah kesehatan, Sarafino (dalam
Munandar, 2001).
c. Konflik Peran
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam
organisasi, artunya setiap tenaga kerja mempunyai ke!ompok
tugasnya yang harus ia lakukan sesuai dengan aturan-aturan yang
ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya.
d. Ketaksaan Peran
Munandar (2001) menyatakan ketaksaan peran dirasakan jika seorang
tenaga kerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan
tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasikan harapan-harapan
yang berkaitan dengan peran tertentu.
e. Pengembangan Karir
Everly dan Girdano (dalam Munandar, 2001), menyatakan bahwa
untuk menghasilkan kepuasan pekerjaan dan mencegah timbulnya
frustasi pada para tenaga kerja (yang merupakan bentuk reaksi
terhadap stres), perlu diperhatikan tiga unsur yang penting dalam
pengembangan karir, yaitu:
70
1. Peluang untuk menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya
2. Peluang mengembangkan keterampilan yang baru
3. Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan
yang menyangkut karir.
f. Job Insecurity
Munandar (2001) menyatakan bahwa ketakutan kehilangan pekerjaan,
ancaman bahwa pekerjaannya dianggap tidak diperlukan lagi
merupakan hal-hal biasa yang dapat terjadi dalarn dunia kerja.
Perubahan-perubahan lingkungan menirnbulkan masalah baru yang
dapat mempunyai dampak pada perusahaan. Ancaman akan kehi
langan pekerjaan berkaitan dengan masalah kesehatan yang parah,
yang meliputi u/cerus, colitis, dan a/opecia, dan peningkatan dari
keluhan-keluhan emosional dan otot (Smith, dkk, ·1981).
g. Hubungan dalam Pekerjaan
Hubungan yang baik antar anggota dari suatu kelompok kerja
dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan
organisasi (Argys, 1964; Cooper, 1973) dalam Munandar (2001).
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam 9ejala-gejala adanya
kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang rendah, dan
minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi.
2.3. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir Hubungan Antara Perilaku
Workaholic dengan Timbulnya Gejala Insomnia
Perilaku Workaholic - Perilaku terhadap diri
sendiri - Perilaku terhadap orang
lain - Kondisi fisik dan psikis - Reaksl terhadap pekerjaan
. Stres Kerja
- Fisiologis - Psikologis
--------------------·· -------1
---
G1i jala Insomnia 1siologis sikologis
F p
G ejala insomnia
71
Perilaku workaholic merupakan perilaku bekerja pada masyarakat perkotaan
yang sangat fenomenal saat ini, jelas perilaku tersebut sangat merugikan
dirinya, mereka terus-menerus bekerja tanpa memikirkan keadaan
lingkungan yang ada disekitarnya, mereka juga sering kali tidak memperha-
tikan dampak kesehatan baik fisik maupun psikis terhadap dirinya karena
reaksi mereka terhadap pekerjaan sangat berlebihan.
Mereka berusaha keras untuk mencapai kesuksesan, dan kalau tidak sesuai
harapan, mereka cepat mengalami stres dan berdampak pada kondisi
72
kesehatan mereka. Stres yang tinggi juga dapat mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Gejala stres juga dapat berupa gangguan psikis maupun fisik, atau kedua
duanya. Menurut Munson, di antara gejala fisik adalah 1;akit kepala dan sulit
tidur. Sedangkan menurut Green dan Shellen Beger, gejala stres adalah
kurang konsentrasi, takut gaga! dalam ujian, sulit membuat keputusan,
menurunnya daya ingat, dan perubahan dalam pola tidur dan makan (Jurnal
Tazkiyah, Netty Hartati, Bambang Suryadi, Neneng Tali Sumiati, 2005).
Secara khusus, faktor psikologis memegang peran utama terhadap
kecenderungan insomnia. Hal ini disebabkan oleh kete[!angan pikiran
seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf
pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Mi·salnya, ketika
seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika
ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak
kompromi untuk tidur. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan
ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan insomnia.
Bukan hanya faktor-faktor yang telRh disebutkan di atas, tentu saja gangguan
insomnia akan memiliki dampak negativ lain dalam kehidupan individu yang
bersangkutan. Akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang
terhadap munculnya sejumlah periyakit. Insomnia juga akan berpengaruh
73
terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari
hari, misalnya dalam menyelesaikan tugas di kantor, dan interaksi dengan
lingkungan sosial.
Sampai di sini dapat digambarkan bahwa baik workaholic maupun insomnia
memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan sosial, dimana perilaku
workaholic berimplikasi pada keluarga dengan kurangnya perhatian yang
dicurahkan kepada mereka, sementara insomnia berimplikasi pada interaksi
lingkungan sosial dengan gangguan stabilitas emosional si penderita.
Ketika seseorang yang mempunyai perilaku workaholic dituntut untuk
mengabdikan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan, maka besar kemungkinan
ia akan menghabiskan banyak waktu istirahat demi tuntutan profesionalitas.
Begitu jug;:; ada;iyc; c.mtiai ui1tuk bertindak secara serba sempurna, maka
problem kantornya bisa hadir dalam pikirannya yang dapet menjadi
penganggu tidurnya. Bila hal ini terus berlanjut, maka besar kemungkinan
bahwa seseorang yang mempunyai perilaku workaholic akan mengalami
gejala insomnia.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas dapat di ambil hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis Pertama
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara perilaku workaholic dengan tirnbulnya gejala
insomnia.
2. Hipotesis Nihil (Ho)
74
Tidak ada hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala
insomnia.
Hipotesis Kedua
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara stres kerja dengan timbulnya gejala insomnia.
2. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada hubungan antara stres kerja dengan timbulnya gejala insomnia.
Hipotesis Ketiga
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan sscara !3!1GSU~g ::?!ltara perilaku workaholic dengan
timbulnya gejala insomnia atau tidak langsung melalui (stres kerja)
2. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada hubungan secara langsung dan tidak langsung melalui (stres
kerja) antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia.
3.1 Jenis Penelitian
BAB3
METODE PENELITIAN
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pada umumnya Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai,
peringkat atau frekuensi) yang dianalisis menggunakan metode statistik,
untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian ya1ng sifatnya spesifik,
dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variable tertentu mempengaruhi
variable yang lain (Creswell dalam Alsa, 2003).
Sedangkan menurut Arikunto (2002) pada umumnya penelitian kuntitatif
banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data,
serta penampilan dari hasil penelitiannya. Sedangkan penelitian ini menggu
nakan metode kuantitatif sebab ingin mencari hubungan antara dua variabel.
3.1.2. Metode Per.elitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanasi yaitu untuk
memberi penjelasan atas terjadinya suatu kejadian atau perilaku individu
tertentu. Hubungan antara variabel workaholic dan insomnia di mediasi oleh
76
sebuah variabel kontrol yaitu variabel stres kerja. Hubungan antara perilaku
workaholic dengan timbulnya gejala insomnia di mediasi oleh variabel
perantara (intervening variabef) yaitu stres kerja yang dipengaruhi oleh satu
diantara kedua variabel itu. Variabel ketiga ini selanjutnya mempengaruhi
variabel yang lain dari ketiga variabel tersebut (lno Yuwono dkk, 2005).
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Definisi Variabel
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-mai::am nilai menurut
Karlinger (2000), variabel adalah symbol atau lambang yang padanya kita
letakkan bilangan atau nilai.
Variabel dibagi atas dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable)
dan variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini yang menjadi
kedua variabel tersebut adalah :
1. Variabel bebas adalah : Perilaku workaholic, yakni sebuah pola
tingkah laku yang stabil di mana seseorang secara psikologis
kecanduan bekerja. Mereka bisa menghabiskan waktu bekerja dalam
seminggu antara 40 sampai 50 jam. Mereka merasa mendapat
kepuasan dan kenikmatan dalam bekerja dengan rnenghabiskan
waktunya tanpa menghiraukan lingkungan yang ada di sekitarnya.
2. Variabel kontrol adalah : Stres kerja merupakan suatu keadaan di
mana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-
77
kondisi yang mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat
ditimbulkan dari dalam diri maupun dari lingkungan di luar diri individu.
3. Variable terikat adalah : Gejala insomnia, yakni keluhan adanya
kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur
yang buruk. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama
minimal satu bulan, adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan
peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang siang hari dan ketidak puasan terhadap kuantitas dan
kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi sosial dan pekerjaan.
3.2.2 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk ketiga variabel
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Perilaku workaholism merupakan skor yang akan diperoleh dari
pengukuran melalui skala perilaku workaholic yang faktor-faktornya
diindikatorkan dari kondisi fisik dan psikis, perilaku terhadap orang
lain, perilaku terhadap diri sendiri, reaksi pada tugas dan
pekerjaan.
2. Insomnia merupakan skor yang akan diukur melalui skala insomnia
yang faktor-faktornya yakni akpek-aspek fisiologis, psikologis dan
perilaku orang yang mengalami gej'ala insomnia.
78
3. Stres kerja merupakan suatu keadaan di mana seseorang
mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang
mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat ditimbulkan
dari dalam diri individu maupun dari lingkungan di luar diri individ_u.
3.3 Metode Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto {2002), populasi adalah semua individu untuk siapa
kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian akan digeneralisasikan dan
minimal memiliki sifat yang sama. Subjel< dalam penelitian ini adalah para
pekerja yang memiliki karakteristik sampel sebagai berikut :
1. Berjenis kelamin Pria ataupun Wanita yang dalam tahap
perkembangan dewasa madya dengan spesifikasi usia antara 22
sampai 35 tahun, karena pada usia tersebut merE!ka masih tergolong
muda dan masih semangat untuk bekerja dan berprestasi.
2. Para pekerja yang bekerja di lingkungan kola Jakarta karena
fenomena workaholic terjadi di kota-kota besar dan Jakarta merupakan
salah satu kota besar yang ada di Indonesia.
3. Bukan berstatus sebagai pegawai negeri sipil -:fan memiliki pendapatan
setiap bulan di atas satu setengah juta rupiah. Karena pegawai negeri
sipil sudah memiliki waktu yang baku dalam bekerja.
4. Karyawan dan karyawati yang berstatus sebagai keryawan kontrak
dan karyawan tetap. Di Indonesia dan khususnya di Jakarta
perusahaan menerapkan sistem kontrak terhadap semua karyawan.
79
5. Pendidikan minimum SMU, karena secara umum perusahaan
menuntut karyawannya memiliki pendidikan minimum SMU, karena
SMU dianggap telah mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk melakukan tugas dalam pekerjaan.
6. Berprofesi sebagai marketing, sebab pada posis1i tersebut karyawan
diharapkan bekerja memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan
sehingga kadangkala mereka bekerja melebihi batas waktu yang
ditetapkan oleh pemerintah.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, subjek ycing dlg!..!:ie!<:e:i ti'.!2!<lah semua dari jumlah
populasi yang ada melainkan hanya sebagian kecil dari populasi. Hal ini
senada dengan definisi yang diungkapkan oleh Arikunto (2002) tentang
sampel, yakni sebagian dari anggota populasi tersebut. Dalam penelitian ini
populasi yang digunakan berjumlah 120 orang. Kemudian angket yang
kembali ke peneliti sebanyak 90 angket. Setelah di selef:si ternyata sampel
yang mengisi angket dengan sempurna sebanyak 66 orang sedangkan, yang
masuk dalam karakteristik penelitian berjumlah 34 orang.
80
Teknik pengambilan sampelnya adalah tehnik accidental sampling yang
termasuk dalam rnetode non probabilitas, yaitu pen•:!litian dilakukan
pada setiap individu yang memenuhi karakteristik sampel dan bersedia
menjadi subyek penelitian. lni sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Guilford dan Fruchter (1981 ): "The term incidental sample is applied to
those samples which are taken because they are the most available. "
Dalam penelitian ini pengambilan sampel bersifat incidental dengan
pertimbangan keterbatasan waktu dan tenaga yang ada maka dapat
digunakan sampel yang tersedia, yaitu sampel yan£1 dapat diperoleh
dengan mudah yang memenuhi kriteria sampel yan9 telah ditentukan.
Peneliti mengambil beberapa sampel dari beberapa perusahaan yang ada di
Jakarta yang memiliki karakteristik yang sama untuk penelititan ini yaitu di
PT. Telkomsel, ANTV, Astra lnternasional, RS. lnternasional, PT Wahana
Transporindo dan profesi yang diambil dalam penelitian ini adalah marketing.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala model
dikotomi yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan tujuan untuk
mengarahkan jawaban responden kepada pembahasan masalah dan
mempermudah analisis hasil penelitian. Metode skala dikotomi ini digunakan
, karena sampel penelitian merupakan orang yang paling mengerti tentang
dirinya, sehingga dalam mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam skala ini
berdasarkan pada pengetahuan dan keyakinan pribadinya masing-masing
melalui pengalamannya.
81
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah kuesioner
berupa skala model dikotomi. Skala menurut Saifuddin 1\zwar (1999) memiliki
karakteristik sebagai berikut :
i . Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendal< diukur melainkan mengungkap
indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.
2. Jawaban subjek merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai
atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai diagnosis
baru dapat dicapai bila semua item telah direspon.
3. Respon subjek tidak diklasifikasikan benar-salah. Semua jawaban
dapat diterima sejauh dijawab dengan jujur dan sungguh-sungguh.
Kemudian peneliti menggunakan tiga macam skala sebagai alat penelitian
yaitu skala perilaku workaholic, skala insomnia dan skala stres kerja. Metode
skala dikotomi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala jenis
langsung, yaitu skala yang langsung diberikan kepada sampel penelitian dan
diminta untuk memilih salah satu dari dua alternatif jawaban yang telah
disediakan. Skala tipe ini pada umumnya lebih menarik bagi sampel
82
penelitian karena lebih mudah dan membutuhkan waktu yang singkat dalam
memberikan jawaban (Az>Nar: 2004).
Keuntungan menggunakan metode skala ini adalah sebagai berikut :
1. Hemat waktu sehingga dalam waktu singkat dapat diperoleh banyak
data dan informasi.
2. Tidak banyak membutuhkan tenaga.
3. Tidak banyak mengeluarkan banyak biaya.
4. Dapat dilakukan terhadap sampel penelitian yang besar jumlahnya.
5. Sampel penelitian hanya dapat menentukan salah satu jawaban.
Adapun kelemahan-kelemahan dalam metode skala ini adalah :
1. Pengambila sampel sering terlambat dan ada pe11anyaan yang tak di
isi sampel.
2. Sampel penelitian tidak mau menjawab karena hal-hal yang
menurutnya tidak perlu ditanyakan.
3. Sampel penelitian tidak mengerti akan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepadanya.
Untuk menghindari kelemahan-kelemahan tersebut, maka pertanyaan
pertanyaan yang disusun dalam skala ini menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh banyak orang sehingga tidak menimbulkan pengertian ganda.
Dan alternatif jawaban yang disediakan secara singkat dan jelas.
83
1. Skala Perilaku Workaholic
Seperti dijelaskan diatas, bahwa perilaku workaholic merupakan sebuah pola
tingkah laku yang stabil di mana seseorang secara psikologis kecanduan
bekerja. Mereka bisa menghabiskan waktu bekerja dalam seminggu antara
40 sampai 50 jam bahkan untuk orang-orang tertentu ada juga yang
menghabiskan waktu antara 60 sampai 70 jam dalam s1~minggu. Mereka
merasa mendapat kepuasan dan kenikmatan dalam bekerja dengan
menghabiskan waktunya tanpa menghiraukan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Aspek yang akan diukur dalam skala ini adalah (1) perilaku
terhadap diri sendiri, (2) perilaku terhadap orang lain, (3) kondisi fisik dan
psikis, (4) Reaksi terhadap pekerjaan. Keempat dimensi tersebut merupakan
bagian dari komponen perilaku workaholic, skala ini diharapkan dapat
mengukur seberapa jauh tingkat perilaku workaholic pacla beberapa
karyawan dari berbagai perusahaan yang ada di Jakarta.
Pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam skala workaholic ini disusun
dengan menggunakan skala model dikotomi yang telah di modifikasi dari
buku Barbara Karlingger dan Frank J Bruno, yaitu berisi pertanyaan yang
menggambarkan keadaan perilaku seseorang dalam bekerja. A'ternatif
jawaban yang tersedia terbagi atas jawaban ya atau tidak. Sampel penelitian
diminta untuk memilih salah satu jawaban yang paling menggambarkan
keadaan perilaku dirinya.
84
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Distribusi Perilaku Workah•olic
No Asoek No Item Jumlah 1. Perilal<u terhadap diri sendiri 2, 4, 5, 6, 7, 13, 15, 15
17, 19, 20, 22, 26, 28,35,42
2. Perilaku terhadap orang lain 3,24,25,27, 34,40, 7 41
3. Kondisi fisik dan psikis 8, 9, 10,32, 33 5 4. Reaksi pada pekerjaan 1, 11, 12, 14, 16, 18, 16
21, 28, 29, 30,:31, 36, 37, 38, 39, 43, ----
Total 43
2. Skala Gejala Insomnia
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh gejala insomnia
para karyawan dari beberapa perusahaan adalah skaia rnodifikasi, modifikasi
dalam hal ini adalah peneliti mengambil alat ukur insomnia yang ada dalam
buku Kaplan kemudian peneliti menambahkan dari indikator gejala insomnia
dengan bentuk jawaban pilihan Ya dan Tidak karena jawaban tersebut untuk
mengetahui jika sampel memilih jawaban pertanyaan ya berarti sampel
mempunyai gejala insomnia, jika sampel memilih pertanyaan tidak berarti
sampel tidak mempunyai gejala insomnia.
Dalam skala ini subjek diharuskan memilih jawaban yan£1 menggambarkan
tentang dirinya sendiri dan bukan pendapat orang tentang keadaan dirinya.
85
Item-item yang dibuat pada skala insomnia mencakup aspek-aspek sebagai
berikut: (1) Fisiologis, (2) Psikologis, dan (3) Gejala insomnia.
Adapun bila dimensi-dimensi tersebut dimasukkan ke dalam tabel, maka
akan terlihat seperti tabel blu print di bawah ini :
Tabel 3.2 Distribusi Skala Insomnia
No Aspek No Item Jumlah 1. Fisiologis 10,29 2 2. Psikologis 1, 3, 4, 5, 13, 14, 15, 17, 20
18,22,23,24,26,27,28, 30,31,32,33, 34, 35 --
3. Gejala Insomnia 2, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 16, 13 19, 20,21,25
Total 35
2. Skala Stres Kerja
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh stres kerja para
karyawan dari beberapa perusahaan yang ikut mempengaruhi timbulnya
gejala insomnia, peneliti membuat alat ukur i;tres kerja yang ada dari
indikator stres kerja dengan bentuk jawaban pilihan Ya dan Tidak karena
jawaban tersebut untuk mengetahui jika sampel memilih jawaban pertanyaan
ya berarti sampel mengalami stres kerja, jika sampel memilih pertanyaan
tidak berarti sampel tidak mengalami stres kerja yang dampaknya akan
menimbulkan gejala insiomnia. Dalam skala ini subyek diharuskan memilih
jawaban yang menggambarkan tentang dirinya sendiri dan bukan pendapat
orang tentang keadaan dirinya.
86
Item-item yang dibuat pada skala stres kerja adalah sebagai berikut: (1)
Fisiologis, (2) Psikologis. Adapun bila dimensi-dimensi tersebut dimasukkan
ke dalam tabel, maka akan terlihat seperti tabel blu print di bawah ini :
Tabel 3.3 Distribusi Skala Stres Kerja
No Aspek No Item Ju ml ah 1. Fisioloais 4, 14, 18 3 2. Psikologis 1,2, 3,5,6, 7,8, 9, 10, 17
11, 12, 13, 15, 16, 17, 19,20
Total 20
3.6. Teknik Uji lnstrumen Penelitian
3.6.1. Uji Validitas Skala
Validitas artinya sejuahmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsl ukurnya. Pengukuran sendiri dilakukan untuk
mengetahui seberapa banyak (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis
terdapat dalam diri seseoran(;, yailg dlnyatakan oleh skornya pada instrumen
pengukuran yang bersangkutan (Azwar, 2003). Sedangkan untuk rnenguji
validitas item digunakan tipe validitas isi (content validity) karena validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau lewat professional judgment. Pertanyaan yang dicari
jawabannya dalam validitas ini adalah "Sejauhmana aitern-aitem dalam tes
mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur" atau
"sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur".
87
Pengertian "Mencakup keseturuhan kawasan" isi tidak saja menunjukkan
bahwa tes tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat
hanya isi yang relevan dan tidal< keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun
isinya komprehensif tetapi bila suatu tes mengikutsertakan pula item-item
yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka
validitas tes tersebut tidaklah dapat dikatakan memenuhi1 ciri validitas yang
sesungguhnya. Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah
dicapai oleh tes, banyak tergantung pada penilaian subjektif individual.
Dikarenakan estimasi validitas ini tidal< melibatkan perhitungan statistik apa
pun melainkan hanya analisis rasional maka tidaklah diharapkan setiap orang
akan sama sependapat mengenai sejauhmana validitas isi tes telah tercapai.
Dalam hal ini penulis mengambil norma yang ada pada buku workaholic
karya Barbara Kirlinger di dalamnya terdapat item-item sebanyak 30 aitem
dan menambahkan dari buku Frank J Bruno sebanyak 1:3 item total seluruh
nya 43 item. Menjelaskan bahwa jika seseorang menjawab pertanyaan "ya"
lebih dari setengah jumlah item maka subjek bisa dikate9orikan sebagai
orang yang mempunyai perilaku workaholic.
Dari data try out skala workaholic yang di ujicobakan pada 30 subjek, dari 43
item yang di ujicobakan terdapat 3 item yang perlu direvisi redaksinya, yaitu
item nomor 19, 25, dan 43 karena tidaK memenuhi standar validitas isi.
lndeks validitas skala workaholic dapat dilihat pada tabel 3.4
Tabel 3.4 lndeks Veliditas Item Perilaku Workaholic
No Aspek No lt•em 1. Perilaku terhadap diri sendiri 2,4,5,6,7, 13, 15, 17,
19,20,22,26,28,35,42 2. Perilaku terhadap orang lain 3, 24, 25, 27, ~~4. 40, 41 3. Kondisi fisik dan psikis 8,9, 10, 32, 33 4. Reaksi pada pekerjaan 1, 11, 12, 14, 16, 18, 21,
28, 29, 30,31, 36, 37, 38, 39, 43,
Total
88
Jumlah 15
7 5 16
43
Sedangkan untuk indeks validitas skala insomnia dari hasil try out skala
insomnia yang diujicobakan pada 30 subjek, dari 35 item yang diujicobakan
terdapat 7 item yang di revisi redaksinya, yaitu item nomor 12, 19, 26, 30, 32,
34, 35 karena tidak memenuhi standar validitas isi.
lndeks validitas item gejala insomnia dapat dilihat pada tabel 3.5
Tabel 3.5 lndeks Veliditas Item Gejala lm;omnia
No Aspek No Item Jumlah 1. Fisioloqis 10,29 2 2. Psikologis 1,3,4,5, 13, 14, 15, 17, 20
18,22,23,24,26,27,28, 30, 31,32,33,34,35
3. Gejala Insomnia 2, 6, 7,8,9, 11, 12, 16, 13 19, 20,21,25
Total 35
Sedangkan untuk indeks validitas skala stres kerja dari hasil try out skala
stres kerja yang diujicobakan pada 30 subjek, dari 20 item yang diujicobakan
89
terdapat 8 item yang di revisi redaksinya, yaitu item nomor 6, 8, 9, 10, 12, 15,
14, 20, karena tidak memenuhi standar validitas isi.
Tabel 3.61ndeks Veliditas Item Stres Kerja
No Aspek No Item Jumlah 1. Fisioloois 4, 14, 18 3 2. Psikologis 1,2,3,5,6, 7,8,9, 10, 17
11, 12, 13, 15, 16, 17, 19,20
20
3.6.2. Uji Reliabilitas Skala
Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu penfiukuran dapat diper-
caya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran subyek
yang lain diperoleh hasil yang relative sama (Azwar, 2003).
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa sejauh mana instrumen
menghasilkan pengukuran yang relatif sama meskipun dilakukan dalam
v;ak~J yar.~ berbeda.
Sebelum dilakukan penelitian sebenarnya, penulis melakukan pengujian
reliabilitas ala! (try out) terhadap 30 karyawan dari tiga perusahaan yang
berbeda yaitu di Nasional News, Bank Indonesia dan PT. Ciptakom yang
mempunyai karakteristik sama dengan sampel penelitian.
90
Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan uji statistik Alpha Cronbach.
Relaibilitas merupakan terjemahan dari kata "reliability'' yang berasal dari kata
rely dan ability. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi disebut seba
gai pengukuran yang reliabel. Reliabilitas tes diukur melalui pendekatan kon-
sistensi internal yang dalam prosedurnya hanya memerlukan satu kali penge-
nalan tes tunggal kepada sekelompok individu sebagai s.ampel penelitian.
Pendekatan ini digunakan karena memiliki nilai praktis dan efisien yang tinggi
(Azwar, 2003). Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas
dalam penelitian ini adalah Formula Alpha Cronbach sebagai berikut :
Rumus Alpha Cronbach :
a I( [1 -L ~j 2 l K-1 sx 2
Keterangan :
a : Koefisien reliabilitas alpha K : Mean kuadrat antar subjek I sj2
: Mean kuadrat kesalahan sx2
: Varians total
Berdasarkan data try out diperoleh hasil uji reliabilitas dengan menggunakan
program SPSS versi 12.00 for Windows didapatkan hasil koefisien reliabilitas
skala workaholic sebesar 0.696, reliabilitas skala insomnia sebesar 0.820 dan
reliabilitas ska la stres kerja sebesar O .877 dengan subjek try out 30
karyawan.
91
Adapun kaidah uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7. Kaidah Klasifikasi Uji Reliabilitas Tes
Alpha Status > 0.90 SanQat Reliabel
0.70- 0.90 Reliabel 0.40-0.69 Cukup Reliabel 0.20 -0.39 Kuranq Reliabel
< 0.20 Tidak Reliabel
3.6.3. Uji Korelasi Skala
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik korelasi
Parsial. Teknik korelasi Parsial merupakan korelasi yang mempertimbangkan
pengaruh efek dari variabel lain dalam menghitung korelasi antara dua
variabel. Oleh karena itu korelasi Parsial mengukur korelasi antara dua
variabel dengan mengeluarkan pengaruh dari satu atau beberapa variabel
lain (disebut variabel kontrol) Singgih Santoso (2005).
Sedangkan dalam buku Sugiyono (2003) dijelaskan bahw jika dalam korelasi-
korelasi tersebut terdapat variabel yang dikontrol, korelasi tersebut
dinyatakan sebagai korelasi yang menempati jenjang yang lebih tinggi, yaitu
yang dikenal sebagai korelasi jenjang pertama, jenjang kedua, jenjang ketiga,
dan seterusnya tergantung banyaknya variabel yang dikontrol. Korelasi
jenjang pertama menunjukkan bahwa dalam sebuah korelasi antara dua
variabel dikontrol oleh satu variabel yang lain. Korelasi jenjang kedua
menunjukkan bahwa dalam sebuah korelasi antara dua variabel dikontrol
oleh variabel yang lain.
92
Tujuan dilakukannya korelasi parsial atau pengontrol terhadap variabel
variabel tersebut adalah untuk memperoleh korelasi yang "sebenarnya", yang
murni, yang tidak "dikotori" atau dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang
mungkin saja berpengaruh terhadap kedua variabel yang sedang
dikorelasikan itu. lstilah dikontrol menunjuk pada pengertian ditiadakan
pengaruhnya terhadap variabel-variabel yang dikorelasikan.
Hasil penghitungan korelasi parsial akan menunjukkan koefisien korelasi
yang lebih murni, lebih bersih, dari kedua variabel yang dikorelasikan itu. Hal
itu juga menunjukkan bahwa semakin tinggi penghitungan jenjang-jenjang
korelasi yang dilakukan, akan semakin murni dan bersih basil koefisien kore
lasi yang diperoleh. Namun, sebagai konsekuensinya, mungkin saja menjadi
tidak signifikan setelah dihitung pada jenjang-jenjang yan9 lebih tinggi.
Perhitungan analisis data ini menggunakan bantuan program computer paket
SPSS versi 12.00 for windows yang akan diinterpretasikan dengan mengacu
pada tabel r hitung. Jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel, maka
korelasinya dianggap signifikan dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak.
93
Tetapi jika hasil perhitungannya lebih kecil dari r tabel mak.a korelasinya
dianggap tidak signifikan atau Ha ditolak dan Ho diterima.
Rumus Korelasi Parsial adalah :
ryI _ 2 = ryI - (ry2)(rI2)
~(1- ry2 2 )(1- rl2 2 )
Keterangan : ry1-2 = Korelasi antara variabel Y (kriterium) dengan variabel X1 (prediktor),
dengan dikontrol oleh variabel X2
rv2 = Korelasi antara variabel y dengan variabel X2
r12 = Korelasi antar variabel X1 dan X2
BAB4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Responden
Gambaran umum subjek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini,
yaitu berupa gambaran umum frekuensi dari jenis kelamin, usia, pendidikan,
perusahaan, dan status pernikahan. Dalam penelitian ini populasi yang
digunakan berjumlah 120 orang. Kemudian angket yang kembali ke peneliti
sebanyak 90 angket. Setelah di seleksi ternyata sampel yang mengisi angket
dengan sempurna sebanyak 66 orang sedangkan, yang rnasuk dalam
karakteristik penelitian berjumlah 34 orang terdiri dari PT Astra lnternasional,
PT Telkomsel, Stasiun TV ANTV, PT Wahana Transporindo, RS lnternasional
Bintaro pada profesi marketing. Berikut ini adalah gambarannya.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Perseintase 1. Laki-laki 24 70% 2. Peremouan 10 30 %
Total 34 100 %
Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden
dalam penelitian ini berasal dari jenis kelamin yang berbeda. Terdiri dari 24
orang (70%) berjenis kelamin laki-laki dan 10 orang (30%) berjenis kelamin
perempuan, responden yang banyak dalam penelitian ini berasal dari jenis
kelamin laki-laki dikarenakan laki-laki lebih banyak yang menjadi sampel
95
penelitian, selain itu laki-laki juga lebih besar berperilaku workaholic
dikarenakan tuntutan hidup mereka.
Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Frekuensi Persentase
1. 21 -25 tahun 11 32 %
2. 26- 30 tahun 17 50 %
3. 31 - 35 tahun 6 18 %
Total 34 100 %
Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden
dalam penelitian ini berasal dari usia yang berbeda. Terdiri dari usia 21 - 25
tahun sebanyak 11 orang (32%), usia 26 - 30 tahun sebanyak 17 orang
(50%) dan usia 31 - 35 tahun sebanyak 6 orang (18%) , usia responden
yang banyak digunakan dalam penelitian ini adalah usia antara 26 tahun
sampai 30 tahun hal ini di karenakan pada usia antara 26-30 tahun mereka
masih semangat dan giat dalam berkarir dan juga tuntutan perusahaan
tempat mereka bekerja.
Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi Persentase 1. SMA 7 20 % 2. D-3 6 18 % 3. S-1 21 62 %
Total 34 100 %
Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden
dalam penelitian ini berasal dari latar belakang tingkat pendidikan. Terdiri dari
7 orang tingkat SMU (20 %), 6 orang tingkat diploma ti~1a (18 %) dan 21
orang dari tingkat pendidikan sarjana strata satu (62 %), responden yang
banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari jenjang pendidikan
sarjana strata satu (S1). Karena memang tuntutan perusahaan bahwa
karyawan harus memiliki jenjang pendidikan minimal S 1.
Tabet 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Perusahaan
No. Perusahaan Frekuensi Persentase 1. PT Astra lnternasional 10 29% 2. PT Wahana Transoorindo 3 9% 3. PT T elkomsel 11 32 % 4. Stasiun TV ANTV 5 15 % 5. RS. lnternasional Bintaro 5 15 %
Total 34 100 % I
96
Dari hasil persentase data di alas, maka dapat diketahui bahwa responden
dalam penelitian ini berasal dari perusahaan di Jakarta yang berbeda. Terdiri
dari 10 orang (29%) dari PT Astra lnternasional, 3 orang (9%) dari PT
Wahana Transporindo, 11 orang (32%) dari PT TelkomsHI, 5 orang (15%)
dari stasiun TV ANTV dan 5 orang (15%) dari RS internasional Bintaro.
responden yang banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT
Telkomsel dikarenakan angket yang kembali dari beberapa perusahaan di
atas telkomsel lah yang paling banyak selain itu, PT Telkomsel juga
menekankan target kepada para karyawannya.
97
Tabel 4.5. Gambaran Umum Responden Berdasarka11 Status Pernikahan
No. Status Pernikahan Frekuensi Persentase 1. Menikah 14 41 % 2. Belum Menikah 20 59 %
Total 34 100 %
Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden
dalam penelitian ini yang mempunyai status menikah ataupun belum
menikah. Terdiri dari 14 orang (41%) menikah dan 20 orang (59%) belum
menikah, responden yang banyak digunakan dalam penelitian ini adalah
yang belum menikah karena usia responden dalam penelitian ini lebih banyak
antara 21 sampai 30.
4.2 Presentasi Data
4.2.1 Uji Normalitas
Singgih (2002), mengemukakan bahwa tujuan uji normalitas adalah ingin
mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati
distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped).
Dalam uji normalitas data, digunakan rumus Kolmogorof-Smirnov. Apabila
taraf signifikansi atau nilai probabilitas variabel lebih besar dari taraf
signifikansi yang ditetapkan sebesar 0.05, maka distribus1 data dinyatakan
normal, dan apabila kurang dari 0.05 maka distribusi data tidak normal.
98
Berdasarkan hasil perhitungan yang peneliti lakukan dengan menggunakan
SPSS versi 12.00 maka didapat hasil seperti berikut:
NPar Tests uji Kolmogorov - Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
workaholic insomnia sires N 34 34 34 Normal Parameters a.b Mean 26.9118 14.3529 7.0882
Std. Deviation 3.25081 5.48211 4.56845 Most Extreme Absolute .113 .156 .128 Differences Positive .113 .156 .103
Negative -.070 -.125 -.128 Kolmogorov-Smlmov Z .660 .911 .744 Asymp. Sig. (2-tailed) .776 .377 .637
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan uji normalitas di atas, taraf signifikansi variabel workaholic
sebesar 0.776, variabel stres sebesar 0.637 dan variabel insomnia sebesar
0.377. taraf signifikansi ketiga variabel tersebut lebih be8ar dari 0.05, maka
penyebaran datan~'a bercis!~ib~si r.c~r.-.al.
Hasil uji normalitas data pada skala workaholic angka probabilitas sebesar
0,776 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui
bahwa nilai probabilitas 0,776 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal, dengan mean sebesar 26.9118 dan standar deviasi
sebesar 3.25081. berikut ini adalah gambar diagram scatterplot keluaran
SPSS versi 12.00.
Gambar 4.1 Scatterplot Workaholic
Nonna! Q-Q Plot of workaholic
e.,--------------;:---,
0
0
"
0
0
27 30
Obsorvod Valuo
0
0
99
Dari gambar di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel workaholic
berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas. Dengan demikian,
data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.
Sementara itu, hasil uji normalitas data pada skala insomnia angka
probabilitas sebesar 0,377 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%,
maka diketahui bahwa nilai probabilitas 0,377 > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 14.3529
dan standar deviasi sebesar 5.48211. berikut ini adalah !Jambar diagram
scatterplot keluaran SPSS versi 12.00.
100
Gambar 4.2 Scatterplot Insomnia
Normal Q-0 Plot of insomnia
0
0
0
0
10 15
Obsorvod Vnluo
Dari gambar di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel insomnia
berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas .. Dengan demikian,
data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.
Sedangkan hasil uji normalitas data pada skala stres kerja angka probabilitas
sebesar 0,637 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka
diketahui bahwa nilai probabilitas 0,637 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 7.0882 dan standar
deviasi sebesar 4.56845. berikut ini adalah gambar diagram scatterplot
keluaran SPSS versi 12.00.
101
Gambar 4.3 Scatterplot Stres Kerja
Normal Q~Q Plot of stros
0 0
0
0 0
0
0
0
0
s 10 15
Observed V:;ilue
Dari gambar di alas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel stres kerja
berada di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas. Dengan demikian,
data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.
4.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variabel mean dari data dalam
suatu kelompok. Dalc:m penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan rumus One-Way Anova.
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan cara
probabilitas dan membandingkan uji F hitung dengan F tabel. Jika pengambilan
keputusan menggunakan probabilitas maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah probabilitas > 0.05 maka Ho diterima sedangkan, probabilitas < 0.05
102
maka Ho ditolak. Jika pengambilan keputusan menggunakan perbandingan F
hitung dan F tabel, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah F hitung > F tabel,
maka Ho diterima, tetapi jika F hitung < F tabel, maka Ho ditolak.
Hasil uji homogenitas data pada skala workaholic angka probabilitas sebesar
0,327 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui
bahwa nilai probabilitas 0,327 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistrtribusi homogen, dengan mean sebesar 11.827. Data terlampir
Hasil uji homogenitas data pada skala insomnia angka probabilitas sebesar
0,667 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui
bahwa nilai probabilitas 0,667 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistrtribusi homogen, dengan mean sebesar 24.551. Data terlampir
Hasil uji homogenitas data pada skala stres kerja angka probabilitas sebesar
0,285 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5%, maka diketahui
bahwa nilai probabilitas 0,285 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistrtribusi homogen, dengan mean sebesar 24.049. Data terlampir.
103
4.2.3 Distribusi Penyebarn Skor Responden
Berdasarkan perhitungan analisa regresi linier berganda yang dilakukan
dengan menggunakan program SPSS versi 12.00 diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.6. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Ranqe Minimu Maximu Mean Std. Varianc
Statistic Statistic Statistic Statistic Statisti Std. Statistic Statistic workaholic 34 14.00 22.00 36.00 26.9118 .55751 3.25081 10.568 insomnia 34 18.00 6.00 24.00 14.3529 .94017 5.48211 30.053 stres 34 16.00 .00 16.00 7.0882 .78348 4.56845 20.871 Valid N
34 (listwise)
1. Skala Perilaku Workaholic
Rentangan penyebaran skor skala perilaku workaholic aclalah 0 - 43, karena
dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pilihan jawaban, yaitu skor
terendah O dan skor tertinggi 43, mean dari skala workaholic sebesar
26.91118 dengan standar deviasi 0.557551 dan varians sebesar 10.568 nilai
maksimum 36.00 nilai minimum 22.00 dan range sebesar 14.00.
Untuk mengetahui tingkat workaholic subjek, peneliti membagi ke dalam tiga
kategori tingkat perilaku workaholic yaitu tingkat tinggi, sedang dan rendah.
Skala perilaku workaholic ini terdiri dari 43 item, dengan setiap itemnya diberi
skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk wajaban tidak. Peneliti '
I
104
menggunakan rumus kwartil untuk mengetahui jenjang tinggi, rendah dan
sedang perilaku workaholic karyawan PT Astra lnternasional, PT Telkomsel,
PT Wahana Transporindo, Stasiun TV ANTV dan RS lnl:ernasional Bintaro
yaitu mengurutkan skor subjek dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Tabel 4.7 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic
Kateaori Nilai Angka Rendah X < (M-180) x <25 Sedang (M-SD)<X<(M+SD) 25 < '= x < = 27 Tinggi X>(M+SD) x: > 29
Sesuai dengan keterangan di alas, maka data yang diperoleh berdasarkan
sampel yang diambil adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada label berikut :
Tabel 4.8 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan J. Kelamin
Jenis Kelamin Tingkat Perilaku Workaholic Tinaai SedanQ Rendah
Laki-laki 7 9 8 Perempuan 5 5 -
Total 12 14 8
Berdasarkan data di alas diketahui responden laki-laki 7 orang dengan
mayoritas tingkat perilaku workaholic tinggi dan 9 orang dengan mayoritas
tingkat perilaku workaholic sedang, sedangkan untuk perilaku workaholic
rendah berjumlah 8 orang. responden perempuan 5 oran~1 dengan mayoritas
,tingkat perilaku workaholic tinggi dan 5 orang dengan ma11oritas tingkat
105
perilaku workaholic sedang. Data tersebut juga menggambarkan tidak ada
perbedaan tingkat perilaku workaholic antara laki-laki dan perempuan.
Perbedaan yang ada hanya pada jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini.Tidak ada perbedaan perilaku workaholic antara laki-laki dengan
perempuan dapat disebabkan oleh keyakinan yang kuat akan kemampuan
masing-masing individu, pemahaman yang baik terhadap aktivitas yang
dilakukan dan kesesuaian antara aktivitas kerja yang dijalankan dengan
kemampuan yang dimiliki baik akademis maupun non akademis.
Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan usia dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan Usia
Usia Tinakat Perilaku Workaholic Tinaai Sedana Rendah
21 -25 - - 6 26-30 - 11 -31 - 35 17 - I -Total 17 11 6
Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada
rentang usia 21-25 tahun sebanyak 6 orang pada rentangan rendah, usia
26-30 tahun sebanyak 11 orang pada rentangan sedang dan usia 31-35
tahun sabanyak 17 orang pada rentangan tinggi. Hal ini dapat disebabkan
pada pengalaman yang cukup baik dalam pekerjaan yang dijalani individu,
kesesuaian antara pekerjaan yang dijalani dengan gaji yang diperoleh seiring
106
dengan perkembangan karir individu dan pola pikir atau reaksi emosi yang
baik terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawab individu. Sedangkan
perilaku workaholic yang kurang terdapat pada rentang usia 21-25 tahun, hal
ini disebabkan karena pada rentang usia tersebut mereka belum banyak .
pengalaman dalam bekerja dan mereka baru mulai mernasuki dunia kerja.
Perbedaan yang ada dalarn perilaku workaholic juga disebabkan jurnlah
sampel yang berbeda pada rnasing-masing rentang usia yang digunakan
dalarn penelitian.
Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan pendidikan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Tinakat Perilaku Workaholic Rend ah Sedana Tinnnj
SMU 5 2 -03 2 - 4 51 1 8 12
Total 8 10 16
Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada
tingkat pendidikan S- 1 (21 orang}, 12 responden terbanyak rnemiliki tingkat
perilaku workaholic tinggi dan responden terbanyak keclua dari tingkat
pendidikan S - 1 memiliki tingkat perilaku workaholic se1dang sebanyak 8
orang dan terakhir hanya 1 9~ng responden dari tingkat pendidikan S - 1
yang memiliki til)jJj{at perilaku workaholic rendah. Data tersebut juga
107
menunjukkan latar belakang pendidikan S - 1 memiliki tingkat perilaku
workaholic yang lebih tinggi dibandingkan dengan latar belakang pendidikan
yang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh kesesuaian antara kemampuan
akademis yang diperoleh dengan pekerjaan yang dijalani sehingga individu
lebih yakin dengan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan tingkat perilaku workaholic yang kurang terdapat pada individu
yang memiliki latar belakang pendidikan D 3 dan SMU. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurang sesuainya kemampuan akadernis dengan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawab individu. Perbedaan perilaku workaholic juga
disebabkan oleh jumlah sampel dalam penelitian.
Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan perusahaan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan
Perusahaan
Perusahaan Tinakat Perilaku Workaholic Rendah Sedano Tinnni
PT Astra lnternasional 2 4 4 PT Wahana Transoorindo - 1 2
PT Telkomsel 1 5 5 Stasiun TV ANTV 2 2 1
RS. lnternasional Bintaro 3 1 1 Total 8 13 13
Berdasarkan data di alas diketahui banyaknya sebaran responden pada
perusahaan PT Telkomsel sebanyak 11 orang dan 5 orang responden
108
berada pada tingkat perilaku workaholic pada rentangan tinggi , 5 orang
responden berada pada tingkat perilaku workaholic pada1 rentangan sedang
dan hanya 1 orang yang berada pada rentangan rendah. Kemudian
rentangan tertinggi kedua berada pada karyawan PT Astra lnternasional yaitu
untuk rentang jawaban tertinggi sebanyak 4 orang, untuk rentangan sedang
sebanyak 4 orang dan untuk rentangan terendah sebanyak 2 orang. Hal ini
disebabkan karena pada kedua perusahaan tersebut peneliti banyak
mendapatkan data sedangkan pada tempat lain setengah kuesioner yang
disebarkan oleh peneliti tidak kembali.
Untuk mengetahui tingkat perilaku workaholic berdasarkan jenis kelamin
dapat diliha pada tabel berikut :
Tabel 4.12 Klasifikasi Skor Perilaku Workaholic Berdasarkan Status
Pernikahan
Status Tinakat Perilaku Wvrkal1vfk Pernikahan Tinaai Sedanci Rendah
Menikah 6 3 5 Belum Menikah 7 10 3
Total 13 13 8
Berdasarkan data di atas diketahui responden menikah sebanyak 14 orang
dengan mayoritas tingkat perilaku workaholi'; tinggi sebanyak 6 orang, tingkat
perilaku workaholic sedang sebanyak 3 orang dan tingkat mayoritas tingkat
perilaku workaholic rendah sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk responden
belum me~ikah sebanyak 20 orang dengan mayoritas tingkat perilaku
109
workaholic tinggi sebanyak 7 orang, tingkat perilaku workaholic sedang
sebanyak 10 orang dan tingkat perilaku workaholic rendah sebanyak 3 orang.
Dari Data di atas peneliti mendapatkan gambaran bahwa tingkat perilaku
workaholic lebih di kuasai oleh responden yang mempunyai status
pernikahan belum menikah karena responden yang menjadi sampel
penelitian ini harus bekerja lebih giat untuk mempersiapkan masadepannya
sedangkan responden yang sudah menikah lebih mendahulukan keluarga.
2. Skala Insomnia
Rentangan penyebaran skor skala gejala insomnia adalah O - 35, !<arena
dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pilihan jawaban, yaitu skor
terendah O dan skor tertinggi 35, mean dari skala insomnia sebesar 14.3529
dengan standar deviasi 0.94017 dan varians sebesar 30.053 nilai maksimum
24.00 nilai minimum 6.00 dan range sebesar 18.00.
Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia subjek, peneliti membagi ke dalam
tiga kategori tingkat gejala insomnia yaitu tingkat tinggi, :sedang dan rendah.
Skala gejala insomnia ini terdiri dari 35 item, dengan setiap itemnya diberi
skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk wajaban tidak. Peneliti
menggunakan rumus kwartil untuk mengetahui jenjang tinggi, rendah dan
sedang gejala insomnia karyawan PT Astra lnternasional, PT Telkomsel, PT
110
Wahana Transporindo, Stasiun TV ANTV dan RS lnternasional Bintaro yaitu
mengurutkan skor subjek dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Tabel 4.13 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia
Kategori Nilai Angka Rendah X < (M-1SD) )( < 9 Sedang IM-SD)<X<(M+SD) 9<=X< 13 Tinggi X>(M+SD) x > 19
Sesuai dengan keterangan di atas, maka data yang diperoleh berdasarkan
sampel yang diambil adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Tingkat Gejala lns<>mnia Tint11:1i Sedang Rend ah
Laki-laki 11 8 5 Perempuan 4 4 2
I Total 15 12 7
Pada data di atas diketahui responden laki-laki 24 orang dengan mayoritas
tingkat gejala insomnia tinggi berjumlah 11 orang dan im>omnia sedang
berjumlah 8 orang sedangkan yang mempunyai gejala insomnia yang rendah
hanya 5 orang. Sedangkan untuk responden perempuan tingkat gejala
insomnia tinggi berjumlah 4 orang dan sedang 4 orang sedangkan sisanya 2
orang pada tahap rendah karena subjek penelitian lebih banyak subjek yang
berjenis kelamin laki-laki selain itu laki-laki lebih banyak tuntutan dan
111
tanggungjawab baik di lingkungan rumah ataupun di lingkungan tempat
mereka bekerja.
Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan usia dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.15 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdasarkan Usia
Usia Tingkat Ge.iala Insomnia Tinaai Sedang Rendah
21-25 5 5 1 26-30 8 3 6 31-35 5 - 1 Total 18 8 8
Berdasarkan data di atas diketahui sebaran responden pada usia 21-25
tahun mengalami gejala insomnia pada tingkatan rendah yaitu 1 orang,
sedangkan pada tingkatan sedang sebanyak 5 orang dan untuk tingkatan
gejala insomnia tertinggi sebanyak 5 orang. Untuk rentang usia 26-30 subjek
ya11g menyalami gejaia insmnia pada tingkat rendah sebanyak 6 orang, pada
tingkat sedang sebanyak 3 orang dan pada tingka':an gejala insomnia
tertinggi 8 orang. Sedangkan tingkat gejala insomnia yang kurang berada
pada rentang usia 31-35 hatun, ini karena disebabkan oleih semakin
menurunnya daya fisik. Hal ini dapat disebabkan banyaknya subjek yang
berada pada rentang usia antara 26-30 yang menjadi subjek penelitian ini.
112
Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan pendidikan dapat di
lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.16 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Tingkat Gejala Insomnia Tinaai Sedana R:endah
SMU 2 3 2 03 - 2
~E S1 11 3 Total 13 8
Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada
pendidikan S-1 16 orang. 11 responden terbanyak memilil<i tingkat gejala
insomnia tinggi dan mayoritas tingkat gejala insomnia tinggi pada jenjang
pendidikan S-1. Data tersebutjuga menunjukkan bahwa individu dengan latar
belakang pendidikan S-1 lebih banyak yang berada di lingkungan
perusahaan tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh tuntutan perusahaan
bahwa jenjang pendidikan S-1 sudah sesuai dengan taraf penyesuaian di
lingkungan perusahaan. Sedangkan untuk tingkat pendidikan SMU dan D-3
tidak jauh berbeda skor yang didapat hal tersebut disebabkan sudah jarang di
perusahaan menerima karyawan pada jenjang pendidikan tersebut. Selain itu
juga bahwa jumlah subjek yang menjadi penelitian ini lebih di dominasi oleh
subjek dari jenjang pendidikan S-1.
Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan dapat dilihat pada
tabel berikut :
113
Tabel 4.17 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdas.arkan Perusahaan
Perusahaan Tinakat Geiala Insomnia Rendah Sedana Tinaai
PT Astra lnternasional 2 2 6 PT Wahana Transporindo - 2 1
PT Telkomsel - 2 9 Stasiun TV ANTV 1 2 2
RS. lnternasional Bintaro 3 2 -Total 6 I 10 18
Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada
perusahaan PT Telkomsel sebanyak 11 orang. Untuk tingkat gejala insomnia
tertinggi terdapat 9 orang dan untuk tingkat sedang 2 orang. Sedangkan
untuk perusahaan kedua tertinggi yang mengalami gejala insomnia PT Astra
lnternasional dengan tingkat gejala tertinggi sebanyak 6 orang, tingkat gejala
sedang sebanyak 2 orang dan tingkat gejala rendah sebanyak 2 orang.
Sedangkan sisanya dari beberapa perusahaan yang ada masih dalam
rentang gelaja insomnia yang standar.
Untuk mengetahui tingkat gejala insomnia berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.18 Klasifikasi Skor Gejala Insomnia Berdasarkan Pernikahan
Status Tinakat Geiala Insomnia Pernikahan Tinaai Sedang Rendah
Menikah 7 5 2 Belum Menikah 4 5 11
Total 11 ·to 13
114
Berdasarkan data di atas untuk status pernikahan bahwa responden yang
menikah mempunyai rentang tingkat gelaja insomnia tin~1gi sebesar 7 orang
dan untuk tingkat sedang sebanyak 5 orang sedang untuk tingkat rendah
gejala insomnia sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk subjek yang belum
menikah rentangan tingkat gejala insomnia untuk tingkat tinggi sebanyak 4
orang, untuk tingkat sedang sebanyak 5 orang dan untuk tingkat rendah 11
orang. Hal ini disebabkan bahwa subjek yang belum menikah memiliki
tingkat gejala insomnia rendah karena mereka masih fokus pada pekerjaan
saja sedangkan untuk subjek yang sudah menikah rentang gejala insomania
tinggi disebabkan oleh permasalahan rumah tangga dan juga permasalahan
di tempat kerja.
3. Skala Stres Kerja
Rentangan penyebaran skor skala stres kerja adalah O - 20, karena dalam
penelitian ini penulis menggunakan dua pilihan jawaban, yaitu skor terendah
0 dan skor tertinggi 20, mean dari skala stres kerja sebesar 7.0882 dengan
standar deviasi 0.78348 dan varians sebesar 20.871 nilai maksimum 16.00
nilai minimum 0.00 dan range sebesar 16.00.
Untuk mengetahui tingkat stres kerja subjek, peneliti membagi ke dalam tiga
kategori tingkat stres kerja yaitu tingkat tinggi, sedang dan rendah. Skala
' stres kerja terdiri dari 20 item, dengan setiap itemnya diberi skor 1 untuk
115
jawaban ya dan skor O untuk wajaban tidak. Peneliti menggunakan rumus
kwartil untuk mengetahui jenjang tinggi, rendah dan sedang stres kerja
karyawan PT Astra lnternasional, PT Telkomsel, PT Wahana Transporindo,
Stasiun TV ANTV dan RS lnternasional Bintaro yaitu mengurutkan skor
subjek dari yang terkecil h ingga yang terbesar.
Tabel 4.19 Klasifikasi Skor Stres Kerja
Kateaori Nilai Anaka Rendah X < (M-180) X<3 Sedant:t (M-SD)<X<(M+SD) 3<=X<=7 Tinggi X>(M+SD) x > 11
Sesuai dengan keterangan di atas, maka data yang diperoleh berdasarkan
sampel yang diambil adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan jenis kEilamin dapat diliha
pada tabel berikut :
Tabel 4.20 Klasifikasi Skor Stres Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Tine kat Stres Keria Tinaai Sedano Rendah
Laki-laki 13 7 4 Peremouan 5 2 3
Total 18 9 7
Pada data di atas diketahui responden laki-laki 24 orang dengan mayoritas
tingkat stres kerja tinggi berjumlah 13 orang dan stres kerja sedang
berjumlah 7 orang sedangkan yang mempunyai stres kerja yang rendah
hanya 4 orang. Sedangkan untuk respo~den perempuan tingkat stres kerja
tinggi berjumlah 5 orang dan sedang 2 orang sedangkan sisanya 3 orang
pada tahap rendah karena subjek penelitian lebih banyak subjek yang
berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki lebih banyak beban tanggungjawabnya
dibandingkan perempuan.
Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.21 Klasifikasi Skor Stres Berdasarkan Usia
Usia Tim kat Skor Stres \ Tinaai SedanQ Rendah ·
21-25 5 2 4 26-30 9 7 1 31 -35 4 - 2 Total 18 9 7
Berdasarkan data di atas diketahui sebaran responden pada usia 21-25
116
tahun mengalami tingkat stres kerja pada tingkatan rendah yaitu 4 orang,
sedangkan pacia tingkaian sedang sebanyak 2 orang dan untuk tingkatan
stres kerja tertinggi sebanyak 5 orang. Sedangkan untuk rentc.ng usia 26-30
subjek yang mengalami tingkat stres kerja pada tingkat rendah sebanyak 1
orang, pada tingkat sedang sebanyak 7 orang dan pada tingkatan stres kerja
tertinggi 9 orang. Sedangkan tingkat stres kerja yang sedikitjumlahnya ber
ada pada rentang usia 31-35 tahun, hal ini karena disebabkan oleh semakin
lama mereka bekerja dalam perusahaan tersebut maka semakin menguasai
dan dapat mengatasi segala bentuk konflik yang ada di tempat kerja.
117
Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan pendidikan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabet 4.22 Klasifikasi Skor Stres Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Tin~ kat Skor Strns Tinaai Sedang Rendah
SMU 4 1 2 D3 5 2 -S1 19 1 -
Total 28 4 2
Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada
pendidikan S-1 20 orang. 19 responden terbanyak memiliki tingkat stres kerja
yang tinggi dan hanya 1 orang yang memiliki tingkat stres kerja sedang
sedangkan untuk tingkat stres kerja rendah untuk jenjang pendidikan S-1
tidak ada hal ini disebabkan subjek penelitian lebih di dominasi oleh tingkat
pendidika S-1. Data tersebut juga menunjukkan bahwa individu dengan latar
belakang pendidikan S-1 lebih banyak yang berada di lingkungan
perusahaan tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh tuntutan perusahaan
bahwa jenjang pendidikan S-1 sudah sesuai dengan taraf penyesuaian di
lingkungan perusahaan. Sedangkan untuk tingkat pendidikan SMU dan D-3
tidak jauh berbeds skor yang didapat hal tersebut disebabkan sud ah jarang di
perusahaan menerima ka ryawan pad a jenjang pendidikan tersebut.
Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan perusahaan dapat dilihat
pada tabel berikut :
118
Tabel 4.23 Klasifikasi Skor Stres Berdasarkan Perusahaan
Perusahaan Tin( kat Skor Stres Rendah Sedam~ Tinaai
PT Astra lnternasional 3 2 5 PT Wahana Transoorindo - 2 1
PT T elkomsel 2 3 6 Stasiun TV ANTV 1 - 4
RS. lnternasional Bintaro 1 2 2 Total 7 9 18
Berdasarkan data di atas diketahui banyaknya sebaran responden pada
perusahaan PT Telkomsel sebanyak 11 orang. Untuk tingkat stres kerja
tertinggi terdapat 6 orang, untuk tingkat sedang 3 orang dan untuk tingkat
stres kerja terendah sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk perusahaan kedua
tertinggi yang mengalami stres kerja PT Astra lnternasional dengan tingkat
stres kerja tertinggi sebanyak 5 orang, tingkat gejala sedang sebanyak 3
orang dan tingkat gejala rendah sebanyak 2 orang. Sedangkan sisanya dari
beberapa perusahaan yang ada masih dalam rentang stres kerja yang
standar. Hal ini juga disebabkan baik PT Astra lnternasional dan PT
Telkomsel keduanya selalu menekankan target kepada karyawannya.
Untuk mengetahui tingkat stres kerja berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel berikut :
119
Tabel 4.24 Klasifikasi Skor Stres Berdasarkan Sta1tus Pernikahan
Status Tin! kat Skor Stries Pernikahan Timmi Sedang Rendah
Menikah 10 3 1 Belum Menikah 8 6 6 I
Total 18 9 7 I
Berdasarkan data di atas untuk status pernikahan bahwa responden yang
menikah mempunyai rentang tingkat stres kerja tinggi sebesar 1 O orang dan
untuk tingkat sedang sebanyak 3 orang sedang untuk tin9kat rendah sires
kerja sebanyak 1 orang. Hal ini disebabkan karena selain mereka harus
menghadapi permasalahan di tempat kerja mereka juga harus menghadapi
permasalahan rumah tangganya. Sedangkan untuk subjel< yang belum
menikah rentangan tingkat stres keraj untuk tingkat tinggi sebanyal< 8 orang,
untuk tingkat sedang sebanyak 6 orang dan untul< tingkat 1cendah 6 orang.
Hal ini disebabkan bahwa subjek yang belum menikah memiliki tingkat stres
kerja rendah karena mereka masih fokus pada pekerjaan 8aja.
4.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dianalisis secara statistik dengan menggunakan rumus Partial
correlation karena pengaruh atau efek dari variabel kontrol dalam menghitung
korelasi antara dua variabel. Oleh karena itu, korelasi parsial mengukur
korelasi antara dua variabel dengan mengeluarkan pengaruh dari satu atau
beberapa variabel lain (variabel kontrol). Berdasarkan hasil perhitutngan
120
dengan menggunakan program SPSS versi 12.00 diperoleh hasil seperti
tabel berikut :
Partial Correlation
Correlations
Control Variables workaholic insomnia stress -:ione-3 workaholic Correlation 1.000 .366 .249
Significance (2-tailed) .033 .155 df 0 32 32
insomnia Correlation .366 1.000 .526 Significance (2-tailed) .033 .001 df 32 0 32
stress Correlation .249 .526 1.000 Significance (2-tailed) .155 .001 df 32 32 0
stress workaholic Correlation 1.000 .285 Significance (2-taHed) .108 df 0 31
insomnia Correlation .285 1.000 Significance (2-tailed) .108 df 31 0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
4.5 Pembahasan
Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara perilaku workaholic dengan
timbulnya gejala insomnia di dapat hasil seperti yang digambarkan pada tabel
berikut:
Tabel 4.25
Korelasi Parsial r hitung r t<1bel 3 Variabel a=5%
Perilaku Workaholic 0.366 0.2:39 Stres Keria 0.249 0.3.39 Gejala Insomnia 0.366 , 0.339
121
Berdasarkan hasil tabel 4.25 di atas diketahui bahwa hubungan perilaku
workaholic dengan timbulnya gejala insomnia signifikan karena antara r hitung
dengan r tabel pada taraf 5 % diterima, hal tersebut dipengaruhi oleh variabel
kontrol yaitu stres kerja.
Tabel 4.26
Korelasi Parsial r hitung r tabel 2 Variabel a=5 %
Perilaku Workaholic 0.285 0.339 Geiala Insomnia 0.285 I 0.339
Sedangkan pada hasil tebel 4.26 bahwa hubungan antara perilaku workaholic
dengan timbulnya gejala insomnia tidak ada korelasinya karena r hitung lebih
kecil dari pada rtJbel pada taraf 5 %.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
Terdapat korelasi yang kecil dan tidak erat antara perilaku workaholic
dengan timbulnya gejala insomnia karena subjek dalam penelitian ini pada
level karyawan biasa. Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang berprilaku
workaholic baik itu karyawan biasa ataupun jabatan managerial maka akan
mengalami gejala insomnia walaupun ada faktor !ain yang ikut
mempengaruhi. Dan jika ia tidak berperilaku workaholic maka ia tidak akan
mengalami gejala insomnia.
5.2 Diskusi
Penelitian tentang perilaku workaholic dengan timbulnya 9ejala insomnia
dapat dikatakan sebagai penelitian yang baru. Meskipun Bebelumnya telah
ada penelitian-penelitian tentang hal-hal yang berhubungan dengan peri
laku workaholic tetapi variabelnya berbeda yaitu tentang hubungan ke
eratan dengan pasangan dan anggota keluarga dan dengan dampak
kesehatan.
Dari hasil temuan peneliti yaitu terdapat hubungan atau korelasi yang
kurang signifikan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala
insomnia walaupun ada variabel kontrol yang sangat berperan dalam
menimbulkan gejala insomnia yaitu variabel stres kerja. lni menunjukkan,
bahwa seorang pekerja yang workaholic tidak akan mengalami gejala
insomnia tanpa dipengaruhi oleh stres kerja.
123
Tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara tingkat perilaku work
aholic berdasarkan perusahaan dengan timbulnya gejala insomnia. Karena
rata-rata subjek yang menjadi penelitian ini adalah berstatus sebagai karya
wan biasa den subjek penelitian ini merupakan workaholic tipe pleaser.
Perilaku workaholic menurut Barbara Kirlingger (1991) adalah seseorang
yang secara emosional beralih menjadi lumpuh dan kecanduan terhadap
kontrol dan kekuatan dalam kendali dorongan hati yang kuat untuk
mendapatkan pengakuan dan kesuksesan.
Selain itu perilaku workaholic juga akan tumbuh manakala perusahaan
tempat mereka bekerja menuntut untuk mencapai hasil yang maksimal,
akan tetapi dari hasil penelitian ternyata para pekerja yang menjadi sampel
pada penelitian ini lebih memilih hari libur untuk menikmati kebersamaan
dengan anggota keluarga walaupun mereka mendapatkan reword yang
besar dari perusahaan.
124
Budaya di Indonesia masih sangat mementingkan dan menekankan hari
hari di mana pekerja dipaksa menikmati waktu bersama keluarga seperti
hari libur nasional, cuti bersama dan libur hari keagamaan sehingga mereka
masih dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya,
masih dapat berempati, masih merasakan suasana keakraban, masih
memegang nilai-nilai integritas dan rasa hormat, dan masih dapat
menjalankan nilai-nilai spiritualitas.
Perilaku workaholic masyarakat Indonesia masih dalam batas yang wajar
karena kalau dilihat dari beberapa jenis perilaku workaholic yang ada hasil
penelitian ini hanya menunjukkan bahwa perilaku yang dimiliki oleh para
pekerja masih pada tahap yang rendah yaitu tipe Pleaser yang cenderung
kurang ambisius, lebih sosialis, selalu sadar akan keberaclaan orang lain
dan kebutuhan orang lain. Mereka juga masih menikmati kebersamaan
dengan orang lain, akan tetapi mereka juga bisa menjadi sangat bergan
tung denggan orang lain. Posisi yang mereka ambil dalam sebuah
perusahaan juga masih pada posisi kelan menengah atau karyawan yang
mana mereka masih menuntut pengakuan dari atasan dan tentunya dari
lingkungan baik tempat mereka kerja ataupun tempat mereka tinggal.
125
Dari analisis penelitian, bahwa peneliti menemukan adanya perbedaan
tingkat perilaku workaholic antara karyawan PT. Astra lnternasional, PT.
Wahan Transporindo, PT. Telkomsel, Stasiun TV ANTV clan RS lnter
nasional korelasi yang kecil dan tidak erat walaupun masing-masing jumlah_
karyawan pada perusahaan tersebut tidaklah sama dan profesi yang diam
bil adalah bidang marketing. lni berarti di dalam melihat perilaku work-aholic
kita harus memperhatikan jenis pekerjaan dan perusahaan itu sendiri.
Kemudian hasil penelitian yang ditemukan bahwa perbedaan tingkat
perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia antara tingkat usia,
pendidikan, jenis kelamin, dan status pernikahan dilihat dari perbandingan
yang mencolok (tidak seimbang) antara sample laki-laki dengan perempuan,
yaitu 24 laki-laki dan 1 O perempuan. Perilaku workaholic bisa ditampilkan
oleh l?ki-1sk; d2!1 perempuan dan tidak dipengaruhi oleh status pernikahan,
pendidikan, usia dan lain-lain.
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi perilaku workaholic dengan
timbulnya gejala insomnia sebesar 0.366 dan bila dibandingkan dengan r
tabel sebesar 0.339 pada taraf signifikan 5 %. Dengan demikian Hipotesa nol
(Ho) ditolak dan Hipotesa alternative (Ha) diterima artinya terdapat
hubungan atau korelasi antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala
126
pii;~"JPU .. irrm KH
l 'I" '<'ili.'1'" V'i'HHI };~'~ I." ,,,~1 •• 1 _l t.,, <
insomnia dengan dimediasi oleh variabel kontrol yaitu stres kerja yang
sangat kecil dan tidak erat.
Hasil korelasi yang sangat kecil dan tidak erat disebabkan bahwa penelitian
ini kurang tepat diberikan kepada para pekerja yang berstatus hanya
sebagai karyawan saja di perusahaan tersebut dan berprofesi sebagai
marketing juga tidak memiliki jabatan manajerial. Sedangkan perilaku
workaholic terjadi pada orang-orang yang mempunyai jabatan manajerial
atau para pemilik perusahaan karena tanggungjawab dan beban mereka
sehingga menuntut mereka untuk selalu dan senantiasa memikirkan
pekerjaan mereka.
Untuk mengetahui bagaimana kekuatan hubungan antara perilaku
workaholic dengan timbulnya gejala insomnia dapat diliaht pada Guifford's
Rule dalam Faisal Rahman (2007) yang memberikan batas-batas nilai r
sebagai berikut :
0,00 - 0,21 = Artinya ada korelasi yang sangat kecil dan bisa diabaikan
atau dianggap tidak ada korelasi.
0,20 - 0,40 = Artinya terdapat korelasi yang sangat kecil dan tidak erat.
0,40- 0,70 = Artinya terjadi korelasi yang erat.
0, 70 - 1 ,00 = Artinya terjadi korelasi yang sangat erat.
Dari batas nilai r dalam Guillford's Rule di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa nilai korelasi sebesar 0,366 termasik dalam kategori terdapat
korelasi yang sangat kecil dan tidak erat.
5.3 Saran
127
Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan sehingga peneliti
merasa perlu adanya perbaikan-perbaikan agar mendapatkan gambaran
yang lebih jelas dan lebih akurat dalam menjelaskan hubungan antara
perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia. Selanjutnya peneliti
berusaha memberikan saran atau masukan bagi perusahaan dan khusunya
bagi responden yang menjadi sampel penelitian ini dan tentunya bagi
penulis yang ingin melakukan penelitian yang serupa.
Bagi Peneliti Selanjutnya :
1. Pada penelitian lanjut sebaiknya peneliti dapat meneliti lebih men
dalam mengenai dimensi-dimensi lain dari perilaku workaholic agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Begitu juga dengan dimensi
dimensi lain dari insomnia sehingga akan menghasilkan penelitian
yang absolute dan diterir,1a oleh masyarakat luas.
2. Responden yang menjadi sampel penelitian hendaknya para pekerja
yang memang mempunyai jenis pekerjaan dan juga jabatan atau
posisi managerial agar memperoleh perilaku workaholic yang tinggi
sehingga menghasilkan korelasi yang tinggi dan juga jumlah
responden dalam penelitian supaya diperbanyak.
3. Untuk mengkaji perilaku workaholic di perusahaani yang berbeda
agar memperkaya penelitian-penelitan selanjutnya.
Bagi Perusahaan :
128
Hasil penelitian perilaku workaholic pada beberapa perusahaan yang ada di
Jakarta menunjukkan bahwa dampak dari perilaku tersebut bisa merugikan
kesehatan dan menganggu hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hal
ini dapat dilihat bahwa para karyawan yang memiliki perilaku workaholic
yang rendah saja sudah mengindikasikan gejala insomnia yang berdampak
pad a kesehatan seseorang karena jika setiap hari seseorang mengalami
gejala insomnia maka lama-kelamaan hal itu bisa menjadi satu gangguan.
Karena dampak insomnia bisa menghambat se:seora11g untuk melakukan
segala aktivitas baik itu dalam bekerja maupun dalam hal yang Jainnya.
Perusahaan juga hendaknya lebih memperhatikan dengan intensiv
kesehatan para karyawannya sebab jika karyawan bekerja dengan kondisi
yang sehat baik itu secara fisik maupun psikis akan memberikan dampak
yang posit!f bagi perusahaan dan tentunya akan memberikan keuntungan
yang luar biasa. Dan juga akan menciptakan hubungan diantara para
karyawan harmonis baik itu atasan dengan bawahan ataupun bawahan
dengar: bawahan.
DAFT AR PUST AKA
Abdul Rahman Shaleh & Yunita Faela Nisa (2006), Psikologi lndustri dan Organisasi, Jakarta : UIN Jakarta Press
Anwar Prabu Mangkunegara (2005), Perilaku Konsumen, Bandung: PT Refika Aditama
Ashar Sunyoto Munandar (2001), Psikologi lndustri dan Organisasi, Jakarta : UI Press
Asmadi Alsa (2003), Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatil' Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bruno, J Frank (1993), Psychological Symptom, New York: John Wiley & Sons Corp
129
Chaplin J.P (2002), Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
David H Barlow (2002) Abnormal Psychology, Third Edition, Canada : Wadsworth Thompson Learning
ujamaluddin Ancok (2004), Psikologi Terapan, Yogyakarta: Darussalam Offset
Ervina Damayanti, (2004), Psikologi Management, Jakarta : Progres
Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 7 (2004), Jakarta : PT Delta Pamungkas
Faisal Rahman (2007) Hubungan Self-Efficacy dengan produktifitas kerja PT.Pfizer, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gerald C. Davidson, John M Neale, Ann M Krin (2006), Psikologi Abnormal, Edisi Ke-9, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Guilford. J.P (1954), Psychometric Method, Bombay: Tata Mc Graw-Hill Publishing Co.Ltd
Harold I Kaplan, Benjamin J Saddock, Jack D Grebb (2005), Sinopsis Psikiatri, Edisi Ke-7 jilid 2, Jakarta : Binarupa Aksara
Hasan Shadily, Echols John M (1997), Kamus lnggris Indonesia, Jakarta: PTGramedia
lno Yowono dkk (2005), Psikologi lndustri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Bogor : Grafika Mandiri
Jumal Tazkiya (2006) Vol. 7, Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kerlinger. F.N, (1992), Asas-asas Penelitian Behavior (twiemahan) Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press
Killinger, Barbara (1991 ), Workaholic the Respectable Addicts, USA : Fire Fly Book
Lumbantobing S.M (2004), Gangguan Tidur, Jakarta: UI Press
130
M Save Dagun (1997), Kamus Besar //mu Pengetahun, Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN).
Maramis W.F (2004), Catatan I/mu Kedokteran Jiwa, Cetakan Ke-8, Surabaya : Airlangga Universitas Press
Maslim, Rusdi (2001), Diagnosis Gangguan Jiwa (Rujukan Ringkas Dari PPOGJ-/11)
Nasution (2001) Metode Research (Penelitian llmiah), Jakarta: Bumi Aksara
Netty Hartaty dkk (2004) Metodologi Penyusunan dan Penulisan Skripsi, Jakarta : Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Panjl Anoraga (1998), Psikologi Kerja, Jakarta: Rieneka Cipta
Ruhaeni Rizky (2006) Hubungan Kepribadian, Jenis Kelamin, Status Kepegawaian dan Status Pemikahan dengan Tingkat Stres Kerja Karyawan, Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Suharsimi Arikunto (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pencfekatan Praktek Jakarta : Rieneka Cipta '
Syaifuddin Az:.Nar (2001 ), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
------------------------(2005), Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelaja
131
Singgih Santoso (2005), Menguasai Statistik di Era lnfonnasi dengan SPSS 12, Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Smet Bart (1994), Psikologf Kesehatan, Jakarta: Garasinclo Widiasarana Indonesia
Sumadi Suryabrata, (2005), Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Toto Tasmara, (2002), Membudayakan Etos Kerja lslami, .Jakarta: Gema lnsani Press
-------------------, (1995), Etos kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf
Yulianti Praptini (2000) Pengaruh Sumber-sumber Stres Kmja Terhadap Kepuasan Kelja Tenaga Kelja Edukatif Tetap di Universitas Airlangga (Laporan Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya : Pustaka Pelajar
SITUS INTERNET DAN MAJALAH
http/www. Experd.org.com dalam google.com
http/www. Sinar Harapan.com dalam google.com
http/www.Astaga.com dalam google.com
http/www. Wikipedia.com dalam google.com
Majalah Health Today, (2007) , edisi April,
Karyawan dan karyawati yang saya hormati,
Saya, Agung Mulyono adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang
mengadakan penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi di Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul "Hubungan Antara Perilaku
Workaholic Dengan Timbulnya Gejala Insomnia". Dengan ini saya mohon
kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Daftar pertanyaan yang diajukan semata-mata untuk kepentingan ilmiah dan
tidak ada hubungannya sama sekali dengan kedudukan clan status saudara/i di
perusahaan tempat saudara/i bekerja, karena kerahasiaan jawaban akan saya jaga.
Jawaban-jawaban yang saudara/i berikan sangat berguna bagi saya dalam
penyusunan skripsi ini, oleh karena itu saya mengharapkan jawaban yang dilandasi
kejujuran dan tidak dipengaruhi oleh siapapun.
Jawaban yang saudara/i berikan tidak ada yang dianggap salah, jawaban yang
paling benar adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan, perasaan dan
pikiran sendiri.
Atas kerjasama dan bantuan yang telah diberikan dalam penelitian ini saya
ucapkan terima kasih.
Jakarta 2 Juli 2007
Hormat Saya,
Agung Mulyono NIM 103070029028
ldentitas Diri
a. Jenis Kelamin : Pr I L
b. Usia .................................... .
~- Pendidikan Terakhir ................................... .
ci. Profesi ................................... .
~- Status :Menikah/ Belum Menikah
Petunjuk Pengisian
)ibawah ini ada sejumlah pertanyaan yang pilihan jawabannya "Ya" atau "Tidak", )erikan tanda lingkaran (0) pada setiap pilihan jawaban saudara/i. Setelah selesai, nohon jawaban saudara/i diteliti kembali, agar tidak ada pertanyaan yang erlewatkan.
<.uesioner Workaholic
1 Apakah pekerjaan anda sangat berarti bagi anda Ya
2 Apakah anda senang sesuatu itu harus dikerjakan dengan sempurna Ya
3 Apakah anda cenderung melihat permasalahan dari sisi baik atau buruk Ya
" Apakah anda menyukai persaingan Ya
5 Apakah panting bagi anda untuk menjadi sempurna Ya
5 Apakah anda senantiasa mengkritik diri ketika melakukan suatu kesalahan Ya
r Apakah anda takut kegagalan Ya
l Apakah anda kurang istirahat Ya
I Apakah anda menjaga diri agar memiliki energi dan stamina yang tinggi Ya
0 Apakah anda sering merasakan bosanan dan jenuh yang parah Ya
1 Apakah anda membawa pekerjaan kantor ke rumah Ya
2 Apakah anda merasa bersalah jika tidak ada sesuatu yang dikerjakan Ya
3 Apakah anda merasa diri anda berbeda dengan orang lain Ya
i Apakah anda membaca sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan Ya
ketika makan sendirian
> Apakah anda membuat daftar hal-hal yang akan dilakukan Ya
i Apakah anda merasa semakin hari semakin sulit untuk melakukan liburan Ya
panjang
Apakah anda selalu merasa terburu-buru dalam setiap urusan Ya
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
Tdk
18 Apakah anda selalu berhubungan dengan masalah kantor ketika sedang Ya Tdk
berlibur
19 Apakah anda bekerja "bagaikan menjalani sebuah permainan" sehingga Ya Tdk
anda merasa kecewa jika tidak bermain dengan baik
w Apakah anda menghindari untuk memikirkan rencana hari tua Ya Tdk
Z1 Apakah anda selalu bertanggung jawab pada pekerjaan yang bukan Ya Tdk
menjadi tanggung jawab anda I ~2 Apakah anda selalu berusaha menghindari konflik Ya Tdk
13 Apakah anda berbuat berdasarkan dorongan dalam diri tanpa Ya Tdk
mempertimbangkan dampak terhadap orang lain
14 Apakah anda merasa tersinggung bila orang lain mengkritik pekerjaan anda Ya Tdk
15 Apakah anda sulit mengingat apa yang pernah dikatakan oleh orang lain Ya Tdk
!6 Apakah anda kecewa apabila sesuatu tidak berjalan seperti yang anda Ya Tdk
harapkan
!7 Apakah anda terganggu jika ada yang memotong pekerjaan di kantor atau Ya Tdk
di rumah
ts Apakah anda menciptakan situasi tertekan dengan membuat deadline Ya Tdk
pekerjaan
~9 Apakah anda lebih berkonsentrasi pado kegiat2n mendatang daripada Ya Tdk
menikmati hari ini
:o Ai:-ah.a:1 anda melupakan atau mengurangi liburan atau perayaan bersama Ya Tdk
keluarga
,1 Apakah anda bekerja 40 - 50 jam dalam seminggu Ya Tdk
2 Apakah anda tetap bekerja walaupun dalam keadaan sakit Ya Tdk
3 Apakah anda mendapat kepuasan dari pekerjaan anda Ya Tdk
4 Apakah anda merasa bersalah ketika tidak bekerja Ya Tdk
5 Apakah anda takut menghadapi kematian Ya Tdk 6 Apakah anda merasa tertekan oleh pekerjaan anda Ya Tdk 7 Apakah anda tetap bekerja di malam hari atau di akhir pekan/ hari libur Ya Tdk ~ Apakah anda memiliki kesibukan untuk urusan pekerjaan lain Ya Tdk
~ Apakah anda berusaha mengerjakan sesuatu melebihi apa yang dikerjakan Ya Tdk
orang lain
40 Apakah anda tidak senang bila orang lain melakukan sesuatu dengan Ya Tdk
lam bat
~1 Apakah anda menuntut orang lain menyelesaikan pekerjaan tepat pada Ya Tdk
waktunya
~2 Apakah anda orang yang sangat ambisius Ya Tdk
t3 Apakah anda selalu mendahulukan pekerjaan dari pada b1~rsenang-senang Ya Tdk
dengan keluarga
Kuesioner Insomnia
1 Apakah anda sulit untuk tidur sepanjang malam Ya Tdk
2 Apakah anda tidur sejenak di siang hari Ya Tdk
3 Apakah anda mengalami gangguan berkonsentrasi di siang hari Ya Tdk
4 Apakah anda mengalami kesulitan tertidur jika pertamakali tidur Ya Tdk
6 Apakah anda terjaga di malam hari Ya Tdk
6 Apakah anda terjaga lebih dari sekali Ya Tdk
7 Apakah anda bangun lebih pagi dari pada yang anda inginkan Ya Tdk
8 Apakah jadwal tidur dan bangun pada hari libur berbeda dari hari kerja Ya Tdk
9 Apakah orang lain yang tinggal serumah menganggu tidur anda Ya Tdk
10 Apakah anda secara teratur terbangun di malam hari karena perlu ke Ya Tdk
kamar kecil
11 Apakah pekerjaan anda mengharuskan pergantian jadwal kerja Ya Tdk
12 Apakah anda memiliki kebiasaan minum yang mengandung kafein (kopi, Ya Tdk
teh atau minuman ringan)
13 Apakah anda merasa lelah sepanjang hari Ya Tdk 14 Apakah anda merasa mudah tersinggung sepanjang hari Ya Tdk !5 Apakah anda merasa tidur anda tidak menyegarkan dan berkualitas Ya Tdk
rend ah
6 Apakah anda tertidur di tempat yang tidak tepat (misalkan di tempat kerja) Ya Tdk 7 Adakah malam-malam di mana anda membutuhkan waktu lebih dari 30 Ya Tdk
menit untuk bisa tertidur
B Adakah malam di mana anda terbangun sepanjang malarn dan sulit untuk Ya Tdk bisa tertidur kembali
Apakah anda memiliki kebiasaan minum yang beralkohol Ya Tdk
19 Apakah anda merokok sebe!um pergi tidur
Ya Tdk 20
21 Apakah anda mengkonsumsi obat tidur yang dijual bebas sebelum tidur Ya Tdk
22 Apakah anda terganggu dengan suara bising ketika tidur Ya Tdk
23 Apakah anda terganggu dengan cahaya lampu di ruang tidur Ya Tdk
24 Apakah anda terganggu dengan suara dengkuran teman tidur anda Ya Tdk
25 Apakah anda selalu tertidur saat menonton TV Ya Tdk
Z6 Apakal1 pekerjaan anda terus membayangi pikiran anda Ya Tdk
H Apakah ketika libur kerja anda tetap mengalami kesulitan untuk tidur Ya Tdk
rn Apakah ruangan tidur anda tidak membarikan suasana yang nyaman Ya Tdk
!9 Apakah anda selalu tidur dengan kondisi perut !apar Ya Tdk
10 Apakah setiap anda bangun di pagi hari merasa tidur anda malam itu Ya Tdk
tidak nyenyak
11 Apakah masalah tidur anda merupakan penyebab langsung dari tekanan Ya Tdk
di tempat kerja
2 Apakah masalah tidur anda memberikan dampak pada keseharian anda Ya Tdk
3 Apakah anda merasa mengantuk di siang hari Ya Tdk
4 Apakah anda merasa masalah tidur anda merupakan penyebab langsung Ya Tdk
dari pel<erjaan di tempat kerja
5 Apakah masalah tidur anda telah berlangsung selama lebih dari sebulan Ya Tdk
1esioner Stres Kerja
Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa tertekan Ya Tdk
Apakah anda kehilangan kendali atau kontro! diri di ternpat kerja Ya Tdk
Apakah anda akhir-akhir ini cenderung rnenjadi mudah lupc1 Ya Tdk
Apakah anda merasa seringkali jantung anda berdebar tanpa sebab Ya Tdk
Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa sukar berkonsentrasi Ya Tdk
Apakah anda cenderung menjadi cepat tersinggung Ya Tdk
Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa cemas Ya Tdk
Apakah anda cenderung menjadi emosiona! Ya Tdk '
Apakah anda rnenjadi !ebih mudah rnarah pada situasi yang tidak biasanya Ya Tdk
10 Apakah anda cenderung menghindar bergaul dengan teman atau keluarga Ya Tdk
11 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa takut Ya Tdk
12 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa putus asa terhadap hasil Ya Tdk
yang dicapai
13 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa bingung Ya Tdk
14 Apakah anda mengalami gangguan di perut seperti maag, sakit perut, Ya Tdk
sembelit, diare, dsb
15 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung sulit membuat keputusan Ya Tdk
16 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung diliputi perasaan sedih tanpa sebab Ya Tdk
17 Apakah anda akhir-akhir ini cenderung merasa gelisah Ya Tdk
18 Apakah anda merasa berkeringat lebih banyak daripada biasanya Ya Tdk
19 Apakah anda merasa khawatir setiap bekerja Ya Tdk
w Apakah anda merasa tidak yakin untuk menyelesaikan kegiatan atau Ya Tdk
pekerjaan anda
lampiran 4. Nilai-nilai Kritis Koefisiensi Korelasi (r} Product Moment
I " , ·re"!'"if.'1 L T~~af Signifikansi ]---- ~raraf Signiiikan~i N - - N ------r
I 5% ' 1°/o ' 5°/o jo/o I - -- ~._ -
I
26 0,388 0,496 55 0,266 0,345 31 0,997 i 0,999 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317 5 , o.s-rs I o.959 29' 0,367 0,470 70 <J,235 0,306
I . 30 j 0,361 0,463 75 0,227 0,296 I .
61 0,811 I o.917 I 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286 7, 0,754 0,874 : 32 0,349 0,449 85 0,'?13 0,278 8 0,707 I o.834 33 0.344 0,442 90 0,207 0,270 9 0,666 I 0,798 34 0,339 0,436 95 0,202 0,263
10 0,632 0,765 35 0.334 0,430 100 0, 195 0,256 l
36; 125 I I 11 0,602 0,735 0,329 0,424 Cl, 176 0,230 12 0,576 0,708 37. 0,325 0,418 150 0,159 0,210 13 0.553 0,684 38 i 0,320 0,413 175 Cl, 148 0,194 14 0,532 i 0,661 . 391 0,316 0,408 200 Cl, 138 0, 181 15 0,514 1 o.641 40 0,312 0,403 300 0,113 0,148
I I . 16 : 0,497 0,623 41 0,308 0,398 400 0,098 0, 128 17 0,482 0,606 i 42 0,304 0,393 500 0,088 0, 115 18 0,468 0,590 143 0,301 0,389 19 0,456 0,575 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 20 0,444 0,561 • 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097
• 21 I 0,433 0,549 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 122 i 0,423 0,537 47 0,288 0,372 900
ooo:J_::_1 23' 0,413 0,526 48 0,284 0,368 1241 0,404 0,515
491 0,281 0,364 1000 0,062 : 0,081
396 0,505 50 0,279 0,361
Sumber: Burhan Nurgiantoro (2002). Statistik Terapan untuk renel1tian llmu-ilmu Sosial. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.
Hasil Tl V Out 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3 1 3 2 3 3 3 43 53 6 3 73 8 3 94 04 1 4 24 3 !<
Subiek 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 Subiek2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 Subiek 3 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 Subiek4 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 Subiek 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 < n " 1 1 ·j i 1 0 ' v ' Subiek 6 1 1 1 0 1 1 i i i 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 ; Subiek 7 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 ' Subjek 8 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 ' Subiek 9 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 Subiek 10 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 Subiek 11 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 2 Subiek 12 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 3 Subiek 13 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 2 Subiek 14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3· Subiek 15 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 2· Subiek 16 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 2· Subiek 17 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 21 Subiek 18 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1C Subjek 19 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 2< Subjek 20 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 27 Subiek 21 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 24 Subiek22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 28 Subiek 23 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 21 Subiek 24 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 28 Subiek 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 32 Subiek 26 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 18 Subjek 27 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 26 Subiek 28 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 30 Subiek 29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 29 Subiek 30 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 20 Total 30 29 29 14 19 28 13 22 20 14 9 21 20 6 8 25 13 7 25 2 15 23 5 8 14 ;5 26 11 10 9 29 15 22 28 13 8 13 16 20 22 23 12 17 738
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 2 6 27 28 2 93 03 1 3 2 3 3 3 43 5 total Subiek 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 9 Subiek 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Subiek 3 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 (l 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 15 Subiek 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 Subiek 5 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Subjek 6 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 11 11 • • 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 16 v v ' ' Subiek 7 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 22 Subjek 8 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 8 Subiek 9 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8 Subiek 10 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 Subjek 11 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6 Subiek 12 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 11 Subjek 13 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 13 Subiek 14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 26 Subiek 15 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 22 Subiek 16 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 15 Subiek 17 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 17 Subiek 18 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 21 Subiek 19 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 12 Subiek 20 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 20 Subjek 21 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 16 Subiek 22 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 18 Subjek 23 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 10 Subiek 24 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 16 Subjek 25 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 16 Subiek 26 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 11 Subjek 27 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 9 Subiek 28 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 9 Subjek 29 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 I) 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 20 Subiek 30 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 14 Total 10 6 7 18 19 13 10 25 3 8 6 22 14 9 19 9 18 14 3 10 0 15 10 15 1T 13 7 7 2 1~. 3 7 24 11 11 400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total subiek 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 subiek 2 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 6 subiek 3 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 12 subiek 4 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 subiek 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 4 subiek 6 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 13 subiek 7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 subiek 8 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 6 SUbjek 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 subiek 10 0 0 0 0 0 0 0 n 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 subiek 11 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 subiek 12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 3 subjek 13 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 11 subiek 14 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 oubiek 15 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10 subiek 16 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 subiek 17 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 5 subiek 18 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 subiek 19 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 7 subiek 20 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 subiek 21 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 subiek 22 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 5 subjek 23 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 6 subiek 24 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 11 subiek 25 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 I) 0 1 1 13 subiek 26 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 ·O 0 0 0 1 0 () 0 0 0 4 subiek 27 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 () 0 0 0 8 subiek 28 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 ·1 0 1 0 12 subiek 29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 ·1 1 1 1 17 subiek 30 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 Cl 0 0 1 9 Total 11 7 17 9 8 14 5 15 15 4 10 10 16 10 19 11 1 '' L. 8 15 14 230
Validity and Reliability Workaholic Try Out
Case Processing Summary
N Cases Valid 30
ExcludecP 0 Total 30
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Aloha N of Items
.696 43
% 100.0
.0 100.0
Item Statistics
Mean Std. Deviation N VAR00001 1.0000 .00000 30
VAR00002 .9667 .18257 30
VAR00003 .9667 .18257 30 VAR00004 .4667 .50742 30 VAR00005 .6333 .49013 30 VAR00006 .9333 .25371 30 VAR00007 .4333 .50401 30 VAR00008 .7333 .44978 30 VAR00009 .6667 .47946 30 VAR00010 .4667 .50742 30 VAR00011 .3000 .46609 30 VAR00012 7000 .46609 30 VAR00013 .6667 .47946 30 VAR00014 .2000 .40684 30 VAR00015 .2667 .44978 30 VAR00016 .8333 .37905 30 VAR00017 .4333 .50401 30 VAR00018 .2333 .43018 30 VAR00019 .8333 .37905 30 VAR00020 .0667 .25371 30 VAR00021 .5000 .50855 30 VAR00022 .7667 .43018 30 VAR00023 .1667 .37905 30 VAR00024 .2667 .44978 30 VAR00025 .4667 .50742 30 VAR00026 .8333 .37905 30 VAR00027 .8667 .34575 30 VAR00028 .3667 .49013 30 VAR00029 .3333 .47946 30 VAR00030 .3000 .46609 30 VAR00031 .9667 .18257 30 VAR00032 .6000 .50856 30 VAR00033 .7333 .44978 30 VAR00034 .9333 .25371 30 VAR00035 .4333 .50401 30 VAR00036 .2667 .44978 30 VAR00037 .4333 .50401 30 VAR00038 .5333 .50742 30 VAR00039 .6667 .47946 30 VAR00040 .7333 .44978 30 VAR00041 .7667 .43018 30 VAR00042 .4000 .49827 30 VAR00043 .5667 .50401 30
'
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cron,:iach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 23.6000 25.076 .000 .696 VAR00002 23.6333 25.068 -.014 .697 VAR00003 23.6333 24.792 .138 .694 VAR00004 24.1333 22.533 .474 .671 VAR00005 23.9667 22.999 .391 .677 VAR00006 23.6667 24.575 .174 .692 VAR00007 24.1667 22.557 .473 .671 VAR00008 23.8667 24.464 .092 .696 VAR00009 23.9333 26.961 -.425 .728 VAR00010 24.1333 22.120 .565 .664 VAR00011 24.3000 24.355 .109 .695 VAR00012 23.9000 22.438 .548 .667 VAR00013 23.9333 24.064 .166 .692 VAR00014 24.4000 24.455 .113 .695 VAR00015 24.3333 24.782 .021 700 VAR00016 23.7667 23.771 .314 .684 VAR00017 24.1667 21.937 .611 .661 VAR00018 24.3667 22.930 .476 .674 VAR00019 23.7667 23.357 .430 .678 VAR00020 24.5333 24.395 .246 .690 VAR00021 24.1000 24.990 -.034 .705 VAR00022 23.8333 25.109 -.051 .704 VAR00023 24.4333 24.599 .089 .696 VAR00024 24.3333 26.713 -.396 .724 VAR00025 24.1333 22.809 .415 .675 VAR00026 23.7667 24.944 -.003 .700 VAR00027 23.7333 24.961 -.001 .699 VAR00028 24.2333 23.840 .208 .689 VAR00029 24.2667 22.961 .410 .676 VAR00030 24.3000 23.459 .310 .683 VAR00031 23.6333 24.930 .062 .695 VAR00032 24.1000 23.266 .316 .682 VAR00033 23.8667 24.809 .014 .701 VAR00034 23.6667 24.368 .257 .689 VAR00035 24.1667 23.661 .237 .687 VAR00036 24.3333 23.195 .387 .678 VAR00037 24.1667 22.626 .458 672 VAR00038 24.0667 24.685 .026 .701 VAR00039 23.9333 24.892 -.010 .703 VAR00040 23.8667 24.878 -.001 .702 VAR00041 23.8333 24.282 .144 .593 VAR00042 24.2000 ' 23.821 .207 .<389 VAR00043 24.0333 24.723 .020 J02
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 24.6000 25.076 5.00758 43
Validiyt and Reliability Insomnia Try Out
Case Processing Summary
N Cases Valid 30
Excluded' 0 Total 30
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Aloha N of Items
.820 35
% 100.0
.0 100.0
Item Statistics
Mean Std. Deviation N VAR00001 .3333 .47946 30 VAR00002 .2000 .40684 30 VAR00003 .2333 .43018 30 VAR00004 .6000 .49827 30 VAR00005 .6333 .49013 30 VAR00006 .4333 .50401 30 VAR00007 .3333 .47946 30 VAR00008 .8333 .37905 30 VAR00009 .1000 .30513 30 VAR00010 .2667 .44978 30 VAR00011 .2000 .40684 30 VAR00012 .7333 .44978 30 VAR00013 .4667 .50742 30 VAR00014 .3000 .46609 30 VAR00015 .6333 .49013 30 VAR00016 .3000 .46609 30 VAR00017 .6000 .49827 30 VAR00018 .4667 .50742 30 VAR00019 .1000 .30513 30 VAR00020 .3333 .47946 30 VAR00021 .0000 .00000 30 VAR00022 .5000 .50855 30 VAR00023 .3333 .47946 30 VAR00024 .5000 .50855 30 VAR00025 .5667 .50401 30 VAR00026 .4333 .50401 30 VAR00027 .2333 .43018 30 VAR00028 .2333 .43018 30 VAR00029 .0667 .25371 30 VAR00030 .3333 .47946 30 VAR00031 .2667 .44978 30 VAR00032 .2333 .43018 30 VAR00033 .8000 .40684 30 VAR00034 .3667 .49013 30 VAR00035 .3667 .49013 30
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 13.0000 31.862 .484 .809 VAR00002 13.1333 33.568 .208 .818 VAR00003 13.1000 32.507 .412 .812 VAR00004 12.7333 30.616 .698 .801 VAR00005 12.7000 32.976 .266 .817 VAR00006 12.9000 32.369 .364 .813 VAR00007 13.0000 33.724 .136 .821 VAR00008 12.5000 35.293 -.161 .828 VAR00009 13.2333 33.978 .180 .819 VAR00010 13.0667 33.582 .178 .819 VAR00011 13.1333 32.809 .373 .813 VAR00012 12.6000 32.938 .305 .815 VAR00013 12.8667 33.361 .187 .820 VAR00014 13.0333 32.309 .413 .812 VAR00015 12.7000 32.079 .431 .811 VAR00016 13.0333 32.585 .359 .814 VAR00017 12.7333 31.168 .593 .805 VAR00018 12.8667 31.706 .481 .809 VAR00019 13.2333 34.116 .141 .819 VAR00020 13.0000 32.621 .340 .814 VAR00021 13.3333 34.713 .000 .820 VAR00022 12.8333 31.247 .564 .806 VAR00023 13.0000 32.069 .445 .810 VAR00024 12.8333 34.075 .064 .824 VAR00025 12.7667 34.392 .011 .826 VAR00026 12.9000 32.576 .327 .815 VAR00027 13.1000 34.507 .004 .825 VAR00028 13.1000 32.576 .397 .812 VAR00029 13.2667 34.961 -.104 .824 VAR00030 13.0000 32.414 .379 .813 VAR00031 13.0667 31.926 .508 .809 VAR00032 13.1000 33.128 .283 .816 VAR00033 12.5333 33.913 .134 .820 VAR00034 12.9667 32.861 .287 .816 VAR00035 12.9667 31.068 .623 .804
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 13.3333 34.713 5.89174 35
Validity and Reliability Stres Kerja Try Out
Case Processing Summary
N % Cases Valid 30 100.0
Excluded' 0 .0 Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N olltems
.877 20
Item Statistics
Mean Std. Deviation VAR00001 .3667 .49013 VAR00002 .2333 .43018 VAR00003 .5667 .50401 VAR00004 .3000 .46609 VAR00005 .2667 .44978 VAR00006 .4667 .50742 VAR00007 .1667 .37905 VAR00008 .5000 .50855 VAR00009 .5000 .50855 VAR00010 .1331 .34575 VAR00011 .3333 .47946 VAR00012 .3333 .47946 VAR00013 .5333 .50742 VAR00014 .3333 .47946 VAR00015 .6333 .49013 VAR00016 .3667 .49013 VAR00017 .4000 .49827 VAR00018 .2667 .44978 VAR00019 .5000 .50855 VAR00020 .4667 .50742
N 30
30
30
30
30
30
30
30 30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation D•'lleted
VAR00001 7.3000 24.424 .522 .870 VAR00002 7.4333 26.116 .203 .880 VAR00003 7. 1000 25.541 .275 .879 VAR00004 7.3667 24.654 .502 .871 VAR00005 7.4000 25.559 .315 .877 VAR00006 7.2000 24.786 .426 .874 VAR00007 7.5000 25.983 .277 .877 VAR00008 7. 1667 24.282 .530 .870 VAR00009 7. 1667 23.937 .603 .867 VAR00010 7.5333 25.430 .472 .872 VAR00011 7.3333 23.747 .689 .864 VAR00012 7.3333 24.368 .549 .869 VAR00013 7. 1333 23.913 .610 .867 VAR00014 7.3333 24. 161 .595 .868 VAR00015 7.0333 24.378 .532 .870 VAR00016 7.3000 24.010 .613 .867 VAR00017 7.2667 24.685 .457 .872 VAR00018 7.4000 24.869 .474 .872 VAR00019 7, 1667 24.833 .415 .874 VAR00020 7.2000 24.372 .512 .870
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 7.6667 27. 195 5.21492 20
Hasil Penelitian J.Kelamin Pendidikan Usia Perusahaan status 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
subjek 1 2 1 29 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
subjek 2 2 3 27 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
;ubjek 3 2 1 23 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0
;ubjel< 4 1 1 30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
;ubjek 5 1 3 31 1 1 1 1 1 I 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
;ubjek 6 1 3 32 1 1 1 1 1 ., 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
;ubjek 7 2 1 33 1 2 1 1 1 ·1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 -;ubjek 8 2 3 26 1 2 1 1 1 ·1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1
iUb)ek 9 2 3 28 1 2 1 1 1 () 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
iUbjek 10 1 3 25 1 2 1 1 1 " 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1
;ubjek 11 2 3 32 2 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1
•Ubjek 12 2 2 22 2 2 1 1 1 (I 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0
ubjek 13 2 2 26 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0
Ub)ek 14 2 3 213 3 2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0
ubjek 15 2 3 25 3 2 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
ubiek 16 2 3 23 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0
ubjek 17 1 3 25 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
ubjek 18 1 3 28 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 Ub)ek 19 2 3 28 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 Jbjek 20 2 3 29 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 Jbiek 21 2 3 25 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 Jbjek 22 2 3 23 3 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 ibjek 23 1 3 23 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1bjek 24 2 3 26 3 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1bjek 25 1 3 30 4 1 1 1 1 1' 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1bjek 26 1 3 25 4 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1bjek 27 2 2 30 5 2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 bjek 28 2 1 33 5 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 bjek 29 2 1 23 5 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 bjek 30 2 1 33 6 2 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 bjek 31 2 2 26 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 Jjek 32 2 2 30 6 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 ljek 33 1 3 29 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 >jek 34 2 2 30 6 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 tal 58 82 934 102 54 32 31 33 23 26 32 26 26 28 15 6 25 22 13
15 16 17 18 '19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 :17 38 39 40 41 42 43 total 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 22 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 32 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 23 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 27 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 36 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 28 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 27 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 27 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 27 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 28 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 28 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 32 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 27 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 25 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 26 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 25 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 26 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 32 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 31 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 29 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 24 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 ·t 1 0 I) 0 1 1 1 1 1 28 0 1 0 0 ., 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 i ·1 1 1 I) 0 1 1 0 1 0 29 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 ., 0 0 1 0 1 0 27 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 ·1 0 1 1 1 1 1 2ti 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 I 0 1 1 0 1 0 0 0 ·1 1 1 0 1 1 0 25 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 Cl 1 1 1 1 0 1 29 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 Cl 0 0 1 1 0 1 22 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 23 J , 0 0 0 0 , 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23 ) 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 I 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 22 I 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 24 I 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 26 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 ., 0 1 29 I 29 17 12 24 5 18 31 10 11 15 31 27 13 13 10 32 23 27 28 15 10 18 18 25 29 29 15 23 915
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
subjek 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
subiek 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0
subiek 3 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
subiek 4 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
subiek 5 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0
subiek 6 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1
subiek 7 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1
subjek 8 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
subiek 9 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
subiek 10 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
subiek i 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1
subjek 12 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
subiek 13 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
subiek 14 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 subjek 15 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 subiek 16 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 subiek 17 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 subjek 18 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 subiek 19 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 subjek 20 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 subiek 21 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 subjek 22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 subiek 23 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 subjek 24 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 subiek 25 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 subjek 26 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 subiek 27 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 subiek 28 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 subiek 29 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 n 0 0 0 0 0 0 subiek 30 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 subiek 31 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 subjek 32 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 subiek 33 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 subiel< 34 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 Total 12 13 12 15 19 14 20 28 3 11 18 21 20 2 17 8 22 20 1 6
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 total
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 7
0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 13 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 9
0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 24 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 21
0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 113
0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1:3
0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 14 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 18 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 12 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1i' 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 22 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 13 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 12'. 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 19 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 19 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 19 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 11 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 22 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 21 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 24 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 12 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 20 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 20 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 12 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 1 0 1 0 1 1 n 0 0 0 0 0 1 1 12 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 9 0 21 18 23 19 13 11 4 4 14 9 20 23 14 13 488
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3
2 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 10
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
4 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 9
5 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 13
6 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 7
7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2
8 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7 9 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 12 12 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 13 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 14 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 11 15 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 13 16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 5
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 s 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 6 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 '.O 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 7 2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16 4 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 6 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 11 7 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 11 8 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 14 9 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 I) 0 0 1 1 9 ) c c 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 I) 0 0 0 0 1 I 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 () 0 1 0 1 4 ~ 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 () 1 0 1 0 12 l 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 (I 0 0 0 0 3 I 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 (I 0 0 0 0 7
15 5 19 10 20 13 14 11 14 4 11 10 14 14 15 13 11 6 13 9 241
Reliability Workaholic
Case Processing Summary
N Cases Valid 34
Excludecfl 0 Total 34
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Aloha N of Items
.252 43
% 100.0
.0
100.0
Item Statistics
Mean Std. Deviation N VAR00001 .9412 .23883 34 VAR00002 .9118 .28790 34 VAR00003 .9706 .17150 34 VAR00004 .6765 .47486 34 VAR00005 .7647 .43056 34 VAR00006 .9412 .23883 34 VAR00007 .7647 .43056 34 VAR00008 .7647 .43056 34 VAR00009 .8235 .38695 34 VAR00010 .4412 .50399 34 VAR00011 .1765 38695 34 VAR00012 .7353 .44781 34 VAR00013 .6471 .48507 34 VAR00014 .3824 .49327 34 VAR00015 .5588 .50399 34 VAR00016 .8529 .35949 34 VAR00017 .5000 .50752 34 VAR00018 .3529 .48507 34 VAR00019 .7059 .46250 34 VAR00020 .1471 .35949 34 VAR00021 .5294 .50664 34 VAR00022 .9118 .28790 34 VAR00023 .2941 .46250 34 VAR00024 .3235 .47486 34 VAR00025 .4412 .50399 34 VAR00026 .9118 .28790 34 VAR00027 .7941 .41043 34 VAR00028 .3824 .49327 34 VAR00029 .3824 .49327 34 VAR00030 .2941 .46250 34 VAR00031 .9412 .23883 34 VAR00032 .6766 .47486 34 VAR00033 .7941 .41043 34 VAR00034 .8235 .38695 34 VAR00035 .4412 .50399 34 VAR00036 .2941 .46250 34 VAR00037 .5294 .50664 34 VAR00038 .5294 .50664 34 VAR00039 .7353 .44781 34 VAR00040 .8529 .35949 34 VAR00041 .8529 .35949 34 VAR00042 .4412 .50399 34 VAR00043 .6765 .47486 34
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if ltern-T otal Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 25.9706 10.454 .037 .249
VAR00002 26.0000 9.939 .300 .212 VAR00003 25.9412 10.663 -.111 .262 VAR00004 26.2353 10.428 -.028 .264 VAR00005 26.1471 10.190 .070 .242 VAR00006 25.9706 10.696 -.119 .267 VAR00007 26.1471 10.311 .026 .251 VAR00008 26.1471 10.675 -.104 .278 VAR00009 26.0882 11.477 -.404 .327 VAR00010 26.4706 10.317 -.001 .259 VAR00011 26.7353 10.201 .088 .240 VAR00012 26.1765 9.362 .367 .175 VAR00013 26.2647 10.322 .003 .257 VAR00014 26.5294 9.469 .282 .189 VAR00015 26.3529 9.084 .405 .155 VAR00016 26.0588 9.875 .249 .212 VAR00017 26.4118 9.704 .192 .211 VAR00018 26.5588 9.648 .227 .204 VAR00019 26.2059 9.805 .190 .215 VAR00020 26.7647 10.610 -.073 .268 VAR00021 26.3824 11.880 -.449 .360 VAR00022 26.0000 10.545 -.032 .259 VAR00023 26.6176 11.274 -.296 .320 VAR00024 26.5882 9.947 '132 .227 VAR00025 26.4706 8.984 .440 .145 VAR00026 26.0JOC 1u . .<42 '132 .236 VAR00027 26.1176 10.046 '136 .229
• 'v'AR00028 26.5294 9.590 .240 .200 I '!AR00029 26.5294 9.772 '179 .215 I '/AR00030 26.6176 10.546 -.064 .271 I I VAR00031 25.9706 10.393 .076
I .-,,;;:
I . .::."TV
I VAR00032 26.2353 10.610 I -.vco .277
' VAR00033 26. 1176 11.077 "'0 "Jr,':. I \iAR00034 -.L..""TU vvv I 26.0882 10.265 .062 244 I · ,AR00035 26.4706 9. 166 .376 .163 I 'v'AR00036 26.6176 10.910 -. 182 .297
VAR00037 26.3824 10.304 .002 .258 VAR00038 26.3824 9.940 '116 .230 VAR00039 26. 1765 10. 150 .076 .241 VAR00040 26.0588 10.845 -. 172 .284 VAR00041 26.0588 10.602 -.070 .:~67 VAR00042 26.4706 10.135 I . V:J'-' ---· VAR00043 26.2353 - 1 A.'! ! ~):)(': ! 10.791 i
' ~
Scale Statistics
Mean I Variance I Std. Deviation N of Items 26.9118 \ 10.568 1 3.25081
Reliability Insomnia
Case Processing Summary
N Cases Valid 34
Excludecl3 0 Total 3 .. ~ !
a. Listwise deletion based 00 ? 11
variables in the procedL:~":'
~&liability Statistics
Cronbach's Al ha
784 N of Items
35
43
% I 100.0 i
.0 -1nn r.
'
Item Statistics
Mean Std. Deviation N VAR00001 .3529 .48507 34 VAR00002 .3824 .49327 34 VAR00003 .3529 .48507 34 VAR00004 .4412 .50399 34 VAR00005 .5588 .50399 34 VAR00006 .4118 .49955 34 VAR00007 .5882 .49955 34 VAR00008 .8235 .38695 34 VAR00009 .0882 .28790 34 VAR00010 .3235 .47486 34 VAR00011 .5294 .50664 34 VAR00012 .6176 .49327 34 VAR00013 .5882 .49955 34 VAR00014 .0588 .23883 34 VAR00015 .5000 .50752 34 VAR00016 .2353 .43056 34 VAR00017 .6471 .48507 34 VAR00018 .5882 .49955 34 VAR00019 .0294 .17150 34 VAR00020 .1765 .38695 34 VAR00021 .0000 .00000 34 VAROC022 .6176 .49327 34 VAR00023 .5294 .50664 34 VAR00024 .6765 .47486 34 VAR00025 .5588 .50399 34 VAR00026 .3824 .49327 34 VAR00027 .3235 .47486 34 VAR00028 .1176 .32703 34 VAR00029 .1176 .32703 34 VAR00030 .4118 .49955 34 VAR00031 .2647 .44781 34 VAR00032 .5882 .49955 34 VAR00033 .6765 .47486 34 VAR00034 .4118 .49955 34 VAR00035 .3824 .49327 34
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Del<;ted
VAR00001 14.0000 26.242 .719 .758
VAR00002 13.9706 29.969 -.029 .792 VAR00003 14.0000 28.303 .294 .778 VAR00004 13.9118 27.174 .500 .768 VAR00005 13.7941 28.532 .235 .780 VAR00006 13.9412 28.118 .318 .777 VAR00007 13.7647 30.185 -.069 .794 VAR00008 13.5294 29.287 .147 .783 VAR00009 14.2647 29.231 .238 .780 VAR00010 14.0294 27.848 .395 .773 VARDD011 13.8235 28.029 .330 .776 VAR00012 13.7353 30.261 -.083 .794 VAR00013 13.7647 27.640 .412 .772 VAR00014 14.2941 29.244 .291 .780 VAR00015 13.8529 28.069 .321 .776 VAR00016 14.1176 28.168 .372 .775 VAR00017 13. 7059 28.335 .287 .778 VAR00018 13.7647 26.610 .620 .762 VAR00019 14.3235 29.983 .022 .785 VAR00020 14.1765 29.725 .042 .737 VAR00021 14.3529 30.053 .000 .784 VAR00022 13.7353 29.049 .143 .785 VAR00023 13.8235 28.998 .146 .785 VAR00024 13.6765 28.104 .342 .776 VAR00025 13.7941 27.623 .411 .772 VAR00026 13.9706 29.423 .072 .788 VAR00027 14.0294 26.575 .664 .761 VAR00028 14.2353 30.064 -.033 .788 VAR00029 14.2353 28.670 .364 .776 VAR00030 13.9412 27.087 .522 .767 VAR00031 14.0882 29.295 .115 .785 VAR00032 13.7647 27.882 .364 .774 VAR00033 13.6765 28.225 .318 .777 VAR00034 13.9412 30.299 -.090 .795 VAR00035 13.9706 26.635 .624 .762
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 14.3529 30.053 5.48211 35
Reliability Stres Kerja
Case Processing Summary
N % Cases Valid 34 100.0
Excluded' 0 .0
Total 34 100.0
a. Ustwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.829 20
Item Statistics
Mean Std. Deviation VAR00001 .4412 .50399 VAR00002 .1471 .35949 VAR00003 .5588 .50399 VAR00004 .2941 .46250 VAROOOOS .5882 .49955 VAR00006 .3824 .49327 VAR00007 .4118 .49955 VAR00008 .3235 .47486 VAR00009 .4118 .49955 VAR00010 .1176 .32703 VAR00011 .3235 .47486 VAR00012 .2941 .46250 VAR00013 .4118 .49955 VAR00014 .4118 .49955 VAR00015 .4412 .50399 VAR00016 .3824 .49327 VAR00017 .3235 .47486 VAR00018 .1765 .38695 VAR00019 .3824 .49327 VAR00020 .2647 .44781
N 34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 6.6471 18.296 .538 .815 VAR00002 6.9412 19.512 .387 .823 VAR00003 6.5294 20.135 .106 .837 VAR00004 6.7941 21.078 -.099 .844 VAR00005 6.5000 18.197 .569 .813 VAR00006 6.7059 18.032 .620 .810 VAR00007 6.6765 18.468 .502 .817 VAR00008 6.7647 18.791 .450 .819 VAROOG09 6.6765 19.801 .184 .833 VAR00010 6.9706 20.090 .230 .828 VAR00011 6.7647 18.307 .576 .813 VAR00012 6.7941 18.108 648 .810 VAR00013 6.6765 18.407 .516 .816 VAR00014 6.6765 19.922 157 .834 VAR00015 6.6471 17. 750 .675 .807 VAR00016 6.7059 18.638 .467 .818 VAR00017 6.7647 17.882 .688 .807 VAR00018 6.9118 21.174 -.127
_filJ VAR00019 6.7059 18.396 .527 5 VAR00020 6.8235 19.119 396 2
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 7.0882 20.871 4.56845 20
Uji Homogenitas Insomnia
Test of Homogeneity vf Variances
Levene I Statistic df1 jf2 Siq.
J.l<el 6.914", \ 9 18 .000
pendidik 4.764b I 9 18 .002
usia 4.633c 9 18 .003
oerusah 3.639d. I 9 18 .009
status 10.857" 9 18 .000
a. Groups vvith only one case are ignored in computing th<'l toot of homogeneity of vP.irionce for .J.Ke!.
b. Grot.:ps wltn only one case are ignored in con1puting the test of homogeneity of variance for pendidik.
c. Groups witt1 cnly one case are ignored in computing the test of hon1ogeneity of variar.ce for usia
d. Groups with only one case are ignored in cornputing the test of l1omogeneity of vonance for perusah.
e. Groups with only one cnse are ignored in computing the test of ;1omogeneity of variance for status.
ANOVA
Sum of Sauares df Mean Sauare
J.Kel Between Groups 2.725 15 .182
Within Grours 4.3J3 18 .241
Total 7.059 33 pendidik Between Grau ps 12.902 15 .860
Within Groups 9.333 18 _0 r9 Total 22.235 33
usia Between Groups 165.304 15 11.020 Within Groups 191. 167 18 10.620 Total 356.471 33
perusah Between Groups 46.167 15 3.078 Within Groups 55.833 18 3. 102 Total 102.000 33
status Between Groups 3.235 15 .216 Within Groups 5.000 18 .278 Total 8.235 33 -
F Siq. .755 .706
1.653 '153 - -
1.038 .465
.992 .500
.776 .687
Uji Homogenitas Workaholic
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Siq.
J.Kel 3.381 3 8 23 .010
pendidik 11.e31b 8 23 000
usia 1.85GC I 8 23 .117
perusah 2.936d, I 8 23 .020
status 4.790° 8 23 .001
a. Groups with only one case are ignored in con1put1ng the teet of homogeneity of vurinncc for J.l<cl.
b. Groups v1ith only one case are ignored in cornputing the test of homoge:neity of variance for pendidik.
c. Groups vJith only one case are ignored in cornputing the test of homogeneity of variance for usia
d. Groups with only one case are ignored in cornputing the test of homogeneity of variance for perusah.
e. Groups v:\\h only cne c2se are ignored in computing tile test of hon1ogeneity of variance for status.
/'.NOV/:...
Sum of Sauares df Mean Souare
J.Kel Between Groups 2.392 10 .233 Within Groups 4.667 23 .203
Tota: 7.059 33
pendidik Between Groups 14.569 10 1.457
Within Groups 7.667 23 .333 Tote.I ?.2.235 33
usia Between Groups 65.721 10 6.572 Within Groups 290.750 23 12.641 To car 356.471 33
perusah Between Groups 47.833 10 4.783 Within Groups 54.167 23 2.355 Total 102.000 33
status Between Groups 2.402 10 .240 Within Groups 5.833 23 .254 Total 8.235 33
: F s·1a. 1.179 .353
I
4.371 .002 --
.520 .859
2.031 .077
.947 .511
Uji Homogenitas Stres
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statist:c df1 df2 Siq
J.Kel 6.640a 10 19 .000
pendidik 10.336" 10 19 .000
usia 5.G81c 10 19 000
perusah 1197d I 10 19 352
status 6.1n° I 10 19 000
a. Groups witt1 only cne case are 1gnorea 1n computing the te:et of homog~neity of variance fo;- J.KeL
b. Groups \'Vith only one case are ignored in con1puting the test of homogeneity of variance for pendidik.
c. Groups 'Nith only one case are ignored in con1puting the test of hornogeneity of variance f.Jr usia.
d. Groups with only one case are igno:-ed in computing the test of homogeneity of variance for pcrusah.
e. Groups with only one case are igno:-ed in computing tl1e test of hon1ogeneity of variance for status.
A NOVA
Sum of Squc..ires df Mean Square
J.Kel Between Groups 2.809 14 .201
Within Groups 4.250 19 .224
Total 7.059 33
pendidik Between Groups 13.402 14 .957 Within Groups 8.833 19 .465 Total 22.235 33
usia Between Groups 142.471 14 10.176
Within Groups 214.000 19 11.263 Total 356.471 33
perusah Between Groups 21.750 14 1.554 Within Groups 80.250 19 4.224 Total 102.000 33
status Between Groups 3.485 14 .249 Within Groups 4.750 19 .250 Total 8.235 33
F Sia. 897 .575
2.059 .072 --
.904 .569
.368 .969
.996 .49:
DEPARTEMEN AGAMA VNTVERSTTAS TSLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS PSIKOLOGI
JI. J(crta i\!ukti I\'o.5 Circ11dcu Cipu!:H .f;t!.::1rta Sc!atan 15419 l'elp. (021) 7433060 F:1x. 7-t714714
No!nVr Lan1p. Hal
Ft. 71/0T.Ol.7/ ')•S'Y). !Vf/2fl07 Jakan;-i. 29 Juni 2007
Iz.in Pcncli1i:in
KcpJda Yth. Pin1pin<:i:1 Rcdal.:si J;;dopus di Jakarta
1\ssrdan1u'alaiku111 \Vr. \\"b.
"'\an1a TempaUTgl Lahir ,\la n1 at
Sen1c3tcr f.Ton1L1r Pokok Tahun J\kadcmik Progran1
Agung 1\lulyono
Jabrta, 25 Jonuari 1981 Jl.Wijaya Rtl 1/01 Pd.J\rcn
\'!II (Dclapan) 103070029028 200612007 Strata I (S-1)
Sehubungan d~ngan tugas pcn)elesaian skripsi yang ber:.udul : "Ilub11ngan ;.ntnrrt pci-H:1ii:u n'OrH:aholic dcngan ti111bulnya gcjnla inso1nnia" 111aT1asiS\\'a tersebut mcmerlukan izin Pcnelitian di lcmbaga yang Bapak/!bu/Saudara pin1pio. Oleh karena it1.1 kan1i n1ohon kesediaan Bapal('Ibu/Saudara untuk 1nenerin1a 1nahasis\va terse but dnn 111cn1bcrikan bantuannya.
Den1ikian atas pcrhatia!l dan bantu<1n I3npak/Ibu/Saudara k;uni ucapkan tcrinHI kasih.
\Vassa!a1nu'al[liktu11 \Vr. \Vb.
1~c1nbusan : Dckan f.'nknlt;i<: P~,a-,.,1,.,,;
I.·:
J\.n. Dekan PCi11bantu Dekan
,NIP.
PT. Wahana Transporindo Solusi Jt H s·d p No 88 Rempoa Ciputat 15412 Tangerang, Indonesia
• • 1
" • Telp. (021) 73886971, Fax. (021) 73886974
Surat Ketcrangan No. 0453/HRD-SK/ll/07
Yang bertanda tang<in di bawah ini,
Nama Jabatan
: Katrina lrnwati Hamid : :Manager Pcrsonalia PT. \Vahana Transporindo Solusi
Menerangkan bahwa,
Nama NIM Universitas Prog Studi
: Agung Mulyono : I 03070029028 : UIN SyarifHidayatullah Jaka11a : Psikologi
Yang bcrsangkutan telah sclesai mclaksanakan penclitian dalam rangkan pcnulisar. skripsi di PT. \Vahana Transporindo Soiusi, tcrhitung mulai tanggal 25 foni sampai dcngan 7 Juli 2007.
Dcmikianlah sun;t kctcrangan ini di buat untuk dapat dipcrgunakan scbagaimana mc.<tinya.
Jakarta, 10 Juli 2007-08-25
Katrina Irawati Hamid Manager Personalin
DEPAl~TE1\lL\ ... UNIVERSITAS ISLAM NEGEll.l \ l i:\) SY ARIF !IIDA YATULLAU JAKARTA
FAKULTJ,S PSIKOLOGI
JI. l(crta rf1ukti No.5 Ci1·cndcu Ciputat Jakarta Sc!at:111 l5419 'fc!p. (021) 7433060 F:ix. 7~714714
Nomor : Ft. 71/0T.Ol.71.1-l"\l /\11112007 Lamp.
fokmtn, 5 Juli 2007
1-Ial : Izin Pencliii::in
Kcpada Yth. I3upak ''{ay<:n s~)l)'J!1 :.l:in:-:.:c:::r Sl)\f R.cpubliKa :Ii Jakart~!
Na 111 a 'fc!npat/T~i L:~:~~r
1\ I a 111 n t
.-\gun;; \1u!yuno J2kc1n::., 2S Januari ! 90 l Ji.\Vij;~ya J(usu111a Pd.:\rcn Rt l 1/1
adnlah benar 1110.ha:;iS\'-'.: F2k1.·lt;is Psikologi lJIN Syt:Jrifl·lidayatullah Jakann
Sc1ncstcr 1'/01nor Pok0!{ 1~;:.hun Akadcn1ik Progran1
111:1 (Delnpnn) 103070029028 '.:OOG/2007 Strata I (S-1)
Schubungan dcngan tug<1.s pcnye!csnian skripsi yan~ bcrjuUu! : l<Iluhun~~u1 nniara pcr1n1::.. \Vork:dirilic den~nn li1nbulnya Gcjala inso1nnia" n1ahasis\va tcrscbut n1c111erlukan izin Pcnelitian di le1nbaga - ~1ang Bavak/Ibu/Saudara pin1pin. Olch karcna itu kan1i n1ohon kcscdiaan Bapak/Ibu/Saudarn untuk 1nc11crin1a n1ah;:isiS\Va tcrscbut d;:in n1cn1bcrikan bnntuannya.
De1nikh1n atas pcrhatinP dan bantuan B<lpak/!bu/Saudara ka1ni uc1pkan tcrinia kasih.
\Vassalr!1nu'alaikun1 \Vr. \Vb.
Tcml>usnn :
A.ti. D 'knn Pernbantu Dckan
Biclnng Alkndr.mi·k·
' ' /; /';',·.,,/ .
I V/I 'iv, I)ra. ;
1
ZahroJ\Hl Nihayah, iv1.Siµ NIP. 150 2'38 773 ,_
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA
FAKULTAS PSIKOLOGI
JI. Kcrta Mukti No.5 Circndcu Ci1rntat Jakarta Sclatan 15419 Tclp. (021) 7433060 Fax. 74714714
Nomor : Ft. 71/0T.OJ.7/,jl(/OO/Vl/2007 Lamp.
Jakarta, 22 Juni 2007
I-lal : fzin !)cnc!itian
Kcpada Yth. Dirck~tir D<iih;itsu di Pondok Pin;ing
1\ssa!<u11u'al<1ikurn \\·r. \Vb.
J)engan horn1at, ka111i sa1np:1ikan balnva:
Na n1 a 'rc1np<1t/rgl La!1ir Ala1nat
.'\gung J\·1ulyono Jakarta. 25 Janu:1ri 1931 J!.\Vijaya I(usun1a Ujung No.1.::.3 H.tl l/IPd.1\rcn
adalah bcnar 1nah~1;,is\\·a f'akultas Psiko!ogi U!N Syarif I·Iidziyatul!ah Jakarta
Sr::ini:!stcr Non1or Pokok Tahun Akndemik Progn11n
Vlll (Dchpan) 10307002902S 200G/2007 Strata I (S-1)
Schubungnn dcngan Antara Pcrilaku
tugas pcnyclcsaian skripsi yang bc1judul : "liulJungan \Vorkaholic dcngan tin1bulnya gcjnla ins .. 011:11iia"
1nnhasis\va ti::rscbut 111e111crlukan izin Penelitic:in di lc111baga yang Bapalv'Ibu/Saud,1ra pin1pin. Olch karcna itu kan1i n1ohon kcscdiaan Bapak/Ibu/Saudar.:i untuk n1cncri1na 111ahasiswa tcrscbut dan n1cn1berikan br:ntuannya.
Dcrnikian atas pcrhatian clan bantuan Bapak/lbu/Saudara ka1ni ucapkan tcri111a kasih.
\Vassala111u'alaiku1n \Vr. \Vb.
A.IL J)ckan Pembantu Dc:kan
Oi<I""" A~1':11ik -
'{'-, Dra. Zah1otu{/.Nibayab, M.Si_,, NIP. I 5023:l173
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA
FAKULTAS PSIKOLOGI
JI. l(crta 1\1ukti No.5 Ci rend cu Ciputat Jaka1·ta Sela tan 15419 Tclp. (02J) 7433060 Fax. 74714714
Nomor : Ft. 71/0T.Ol.7/;} 1/00 /VJ/2007 Lamp. I-Ial : Izin Pcnclitian
Kcpacla Yth. Ma11agcr f)crsonalia p·r \Vahana ·rransporindo
di Jakarta
1\ssala1nu'a!aikun1 \\1r. \Vb.
Dcngan honnat, ka1ni sa1npaikan iKlh\va:
1\gung ivlulyono J;1karta, 25 Januari 1981
hkarta, 22 Juni 2007
Nania l'cn1pat/l'gl Lahir /~lan1at J!.\Vijaya J(usurna Ujung. N(, . ')) !~t11/1Pd.1\rcn
2.cL:dr:h benar n1Jhasis\v·a Fakult.'.1S Psikologi UJN Syarif' ! L'::iyatullah JJkarta
Sc111estcr Nomor Pokok TahEn Akadc111ik Progran1
\' Jfl (Dclnpan) 103070029028 2006/2007 Strata 1 (S-1)
Schubungan dcngan tugas penyelcsaian skripsi yang L··1judui : "IIubun~an Antara Pcrilaku \\'Orkaholic dcngnn tilnbulny:1 gcjala insotnnia" inahasis\va tcrscbut 1nc1ncrlukan 1z1n Pcnclitian di lembaga yang Bapak/Ibu/Saudara pimpin. Olch karcna itu kan.1 mohon kcscdiaan Bapn.k/Ibu/Saudara untuk meneri1na 111ahasis\va tcrsr:I llll dan 11Jen1berikan bantuannya.
De111ikian atas pcrhatian dan bantuan BapakJlbu/Saud<u ;1 l:an1i ucapkan terin1a kasih.
Wassalaa1u'alaikun1 \Vr. \Vb.
M.Sit-
Ten1busan : Dekan Fakultas Psikologi