Download - Hasil Penelitian Fisika Gasing
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR LISTRIK DINAMIS MELALUI PEMBELAJARAN METODE
GASING PADA KELAS XA SMAN 1 SEWON BANTUL TAHUN PELAJARAN 2012-2013
MakalahUntuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Mata Kuliah Seminar Fisika
Pada Program Pasca Sarjana Pendidikan Fisika
Di susun oleh
JAMAL SARWANA
NIM : 12741030
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
2013
i
ii
MakalahUpaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Listrik Dinamis
Melalui Pembelajaran Metode Gasing Pada Kelas XA SMAN 1 Sewon Bantul Tahun Pelajaran 2012-2013
Disusun oleh :
JAMAL SARWANANIM : 12741030
Makalah ini disetujui oleh Dosen Pembimbing
Tanggal : ……………………
Drs. Suharno, M.Si.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian tindakan kelas
dengan judul Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Listrik Dinamis
Melalui Pembelajaran Metode Gasing Pada Kelas XA SMAN 1 Sewon Bantul
Tahun Pelajaran 2012-2013 dengan lancar.
Pada kesempatan ini yang berbahagia ini penulis juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Ketua Program Studi Magister Pendidikan Fisika FKIP Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
membuat karya ilmiah dalam rangkeminar Pendidikan Fisika.
2. Kepala SMAN1 Sewon Bantul yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian .
3. Bapak Drs. Suharno, M.Si. yang telah membimbing pelaksanaan penelitian
ini sampai selesai.
4. Istriku tercinta Dra. Dwi Ratna Suprihastuti, M.Kes. ,M.Acc. yang selalu
memberikan dorongan dan bantuan selama penelitian dan penulisan laporan
penelitian.
5. Bapak/Ibu guru dan karyawan SMAN 1 Sewon Bantul serta para siswa yang
penulis banggakan atas partisipasi dan kerjasamanya sehingga memperlancar
penelitian ini.iv
Tentu saja masih banyak sekali kekurangan yang penulis lakukan pada
penelitian ini, maka dari itu penulis berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat untuk peningkatan
profesionalitas diri penulis pada khususnya, profesionalitas guru dan kualitas
pembelajaran serta mutu pendidikan pada umumnya.
Bantul, Juni 2013
Penulis,
JAMAL SARWANA
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
Halaman Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar...........................................................................................................iii
Daftar Isi..............................................................................................................v
Abstrak................................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................4
C. Batasan Maslah..............................................................................4
D. Rumusan Masalah..........................................................................4
E. Tujuan Penelitian...........................................................................5
F. Manfaat Penelitian.........................................................................6
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran..................................................................................7
B. Hasil Belajar..................................................................................9
C. Minat Belajar.................................................................................12
D. Pembelajaran Fisika.......................................................................13
E. Metode Gasing...............................................................................16
F. Listrik Dinamis..............................................................................21
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian............................................................................27
B. Prosedur Penelitian........................................................................28
C. TeknikPengumpulan Data..............................................................33
D. Teknik Analisis..............................................................................33
E. Indikator Keberhasilan...................................................................34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambara Umum.............................................................................35
B. Keadaan Pra Siklus........................................................................36
C. Keadaan Setelah Siklus I...............................................................37
D. Keadaan Setelah Siklus II..............................................................38
E. Pembahasan Hasil Penelitian.........................................................40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................43
B. Saran..............................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................46
LAMPIRAN
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar fisika dengan pembelajaran model gasing (gampang, asyik, menyenangkan) pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Sewon tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas, dilakukan selama 2 siklus, setiap siklus 3 kali pertemuan terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XA semester genap SMA Negeri 1 Sewon tahun pelajaran 2012/2013, dan objek penelitiannya adalah minat dan hasil belajar siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode gasing dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan terbukti dari persentase siswa yang memenuhi KKM meningkat dari 22,6 persen menjadi 81,3 persen dan juga dapat meningkatkan minat belajar siswa secara signifikan sebagaimana terlihat pada hasil penelitian bahwa persentase siswa yang minat belajarnya tinggi meningkat dari 14,6 persen menjadi 85,4 persen
Kata Kunci : model pembelajaran gasing, minat dan hasil belajar
viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan kegiatan pengorganisasian peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga harus ada proses perubahan
tingkah laku individu yang disebabkan oleh adanya pengalaman dan
transfer ilmu dari guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai
penerima. Pembelajaran atau disebut juga proses belajar mengajar terjadi
manakala ada interaksi antar guru dengan siswa dan antar siswa dengan
siswa. Dalam interaksi tersebut guru memerankan fungsi sebagai pengajar,
sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar,
keterpaduan kedua fungsi tersebut mengacu pada tujuan pembelajaran.
Salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran dapat
diketahui dengan melihat tinggi rendahnya hasil belajar yang diraih oleh
siswa. Hasil belajar merupakan pencerminan hasil yang dicapai setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi
oleh berapa faktor, pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan dari luar diri siswa (ekstern).
Faktor dari dalam diri siswa antara lain: kecerdasan, bakat, minat, motivasi
diri, disiplin diri, pengalaman, latihan dan kemandirian. Sedangkan faktor
dari luar diri siswa dapat berupa media,model pembelajaran yang
digunakan, kondisi sosial, lingkungan sekolah, guru, kurikulum, dan
sebagainya. Guru sebagai salah satu sumber belajar harus mampu memilih
ix
metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas yang diajar karena
tiap-tiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda Jadi dalam hal ini
tinggi rendahnya hasil belajar siswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor
tersebut.
Mata pelajaran Fisika diberikan sebagai program pembelajaran
umum di kelas X, dan dilanjutkan sebagai program pembelajaran khusus
di kelas XI dan XII. Program pembelajaran umum ditujukan untuk
membekali siswa sebagai calon warga masyarakat supaya mengerti
peristiwa dan mengerti masalah Fisika yang mempunyai dampak atas
kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan program
pengajaran khusus ditujukan untuk membekali siswa supaya memiliki
pengetahuan tentang Fisika, yang akan diperlukan untuk mendalami ilmu
Fisika di perguruan tinggi. Sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam
belajar Fisika dapat dilihat dari hasil belajar Fisika.
Hasil belajar Fisika yang dicapai kelas XA SMA Negeri 1 Sewon
Bantul pada awal semester genap tahun ajarn 2012-1013 dari hasil tes
ulangan harian rata–ratanya adalah 60 dengan rentang nilai terendahnya
30 sampai dengan nilai tertinggi 100 padahal Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75. Atas dasar fakta tersebut
maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran Fisika di kelas XA SMAN 1
Sewon belum berhasil karena pembelajaran dikatakan berhasil apabila 80
persen siswanya mendapatkan nilai sama atau diatas KKM.
x
Berdasarkan pada hasil obeservasi terhadap permasalahan yang
peneliti lakukan pada pengelolaan kegiatan pembelajaran Fisika di Kelas
XA SMAN 1 Sewon Bantul pada semester genap tahun 2012-2013 dapat
dikatakan belum optimal karena sebagian besar siswa tidak konsen
sehingga konsep-konsep fisika yang dipahami siswa masih rendah. Siswa
kurang berminat belajar fisika sehingga menjadi kurang aktif dan apabila
diberi tugas atau pekerjaan rumah yang mengerjakan hanya siswa-siswa
tertentu hal ini mengakibatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal fisika sangat kurang. Metode guru menyampaikan materi
pelajaran kurang menarik karena lebih banyak ceramah sehingga membuat
siswa pasif dan kondisi ini dimungkinkan menjadi penyebab hasil belajar
siswa kelas XA tidak memuaskan.
Untuk itu guru perlu mengupayakan perubahan cara mengajar
dengan pembelajaran model lain yang memberikan kesempatan kepada
siswa menjadi aktif dan kreatif, merasa asyik dan terasa mudah. Salah
satu model itu adalah menggunakan metode gasing. Gasing adalah
akronim dari gampang, asyik dan menyenangkan dan metode Gasing
adalah metode pembelajaran fisika yang dikembangkan oleh Yohanes
Surya agar fisika dapat diajarkan secara gampang, asyik dan
menyenangkan. Metode gasing mengajarkan bagaimana berfikir seperti
seorang fisikawan dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan
pendekatan logika dan hampir tanpa rumus dan menggunakan logika biasa
xi
berdasarkan konsep dasar fisika sehingga guru tidak harus memberikan
rumus-rumus yang akan membuat siswa pusing dan benci fisika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi langsung dalam proses pembelajaran oleh
peneliti rendahnya minat dan hasil belajar Fisika disebabkan oleh faktor-
faktor antara lain :
1. Tingkat penguasaan konsep-konsep fisika oleh siswa masih rendah
2. Minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika pada umumnya masih
kurang
3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal fisika
4. Hasil belajar siswa dibawah standar (dibawah KKM)
5. Model pembelajaran yang digunakan adalah konvensional (ceramah)
sehingga cenderung menimbulkan siswa pasif, kurang menyenangkan
dan membosankan
C. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang ada maka penelitian
ini dibatasi pada upaya meningkatkan minat dan hasil belajar fisika pada
kompetensi dasar Listrik Dinamis pada Kelas XA SMAN 1 Sewon
Bantul Tahun Pelajaran 2012-2013
xii
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah dan
batasan masalah tersebut diatas maka dapat dapat dirumuskan bahwa
permasalahan yang akan diteliti adalah:
Apakah pembelajaran dengan metode gasing dapat meningkatkan hasil
belajar Listrik Dinamis di kelas XA SMAN 1 Sewon Bantul pada
semester genap Tahun pelajaran 2012-2013?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
Listrik Dinamis dengan pembelajaran metode Gasing pada Kelas
XA SMA N 1 Sewon Bantul semester genap tahun pelajaran 2012-
2013
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Proses pelaksanaan pembelajaran Listrik Dinamis menggunakan
metode gasing pada Kelas XA SMA N 1 Sewon Bantul semester
genap tahun pelajaran 2012-2013
xiii
b. Hasil belajar Listrik Dinamis pada siswa Kelas XA SMA N 1
Sewon Bantul semester genap tahun pelajaran 2012-2013, setelah
mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode gasing.
F. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi siswa
a. Dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar Listrik Dinamis
karena merasa bahwa belajar Listrik Dinamis itu gampang, asyik
dan menyenangkan
b. Dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fisika
2. Bagi Guru
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan metode yang bervariasi
sehingga tercipta kelas yang berkualitas dan menyenangkan
b. Meningkatkan profesionalisme guru untuk melakukan penelitian
guna mengupayakan solusi dalam pembelajaran
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan agar pihak sekolah
secara keseluruhan memperhatikan sistem pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat, termasuk didalamnya
pemanfaatan sumber belajar yang tersedia di sekolah.
xiv
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru, siswa untuk mencapai tujuan
tertentu. Mengajar merupakan usaha guru untuk menciptakan kondisi atau
mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara siswa,
lingkungan, guru, alat pembelajaran, dan sebagainya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.[1]
Pembelajaran meliputi komponen-komponen yaitu tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, interaksi peserta didik dan penilaian hasil
belajar. Pembelajaran perlu ditingkatkan dengan mengutamakan hasil belajar
sehingga menjadi efektif. Pembelajaran efektif meliputi 3 langkah : persiapan,
pelaksanaan, dan penutup.[2]
Pembelajaran merupakan kegiatan pengorganisasian peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga harus ada proses perubahan
tingkah laku individu yang disebabkan oleh adanya pengalaman dan transfer
ilmu dari guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima. Salah
satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran dapat diketahui dengan melihat
tinggi rendahnya hasil belajar yang diraih oleh siswa. Keberhasilan belajar
siswa dipengaruhi oleh berapa faktor, pada garis besarnya dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan dari luar diri
siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa antara lain: kecerdasan, bakat,
minat, motivasi diri, disiplin diri, pengalaman, latihan dan kemandirian.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa dapat berupa media,model pembelajaran xv
yang digunakan, kondisi sosial, lingkungan sekolah, guru, kurikulum, dan
sebagainya. Guru sebagai salah satu sumber belajar harus mampu memilih
metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas yang diajar karena
tiap-tiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Jadi dalam hal ini
tinggi rendahnya hasil belajar siswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor
tersebut.
Sebuah pernyataan yang patut menjadi renungan bagi para guru
adalah bahwa sesungguhnya tidak ada mata pelajaran yang membosankan,
yang ada adalah guru yang membosankan, suasana belajar yang membosankan.
Hal ini terjadi karena didalam proses belajar berlangsung secara monoton dan
merupakan proses perulangan dari itu ke itu juga tiada variasi. Proses belajar
hanya merupakan proses penyampaian informasi satu arah, siswa terkesan pasif
menerima materi pelajaran.[3]
Beranjak dari hal tersebut, sudah saatnya guru untuk merubah
paradigma mengajar yang masih bersifat teacher-centred menjadi stundent-
centred yang menyenangkan. Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis.[4]
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik, serta psikologi siswa.[5]
xvi
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran mengacu pada
dua aktivitas yaitu mengajar dan belajar. Aktivitas mengajar berkaitan dengan
apa yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar berkaitan dengan siswa.
Pembelajaran adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke
penerima pesan melalui saluran atau media tertentu. [6]
Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran
memuat tiga unsur penting yaitu : proses yang direncanakan guru, sumber
belajardan siswa yang belajar. Pembelajaran dikatakan menyenangkan apabila
di dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik,
bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik
tercurah, lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan gembira,
konsentrasi tinggi. Sementara sebaliknya pembelajaran menjadi tidak
menyenangkan apabila suasana tertekan, perasaan terancam, perasaan
menakutkan, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, malas/tidak berminat,
penuh/bosan, suasana pembelajaran monoton, pembelajaran tidak menarik
siswa.[7]
B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah bentuk tingkah laku yang dimiliki siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajar. Bentuk tingkah laku sebagai hasil belajar
dapat berupa memberi reaksi terhadap rangsangan, asosiasi verbal,
mengemukakan konsep, prinsip, dan memecahkan masalah. Hasil belajar
xvii
biasanya diperoleh setelah siswa dinyatakan berhasil dalam suatu penilaian
yang dilakukan pada akhir pembelajaran.[8]
Penilaian merupakan kegiatan pengumpulan informasi hasil belajar
siswa untuk menetapkan apakah siswa telah menguasai kompetensi yang
ditetapkan oleh kurikulum. Penilaian dilaksanakan dengan mengedepankan
beberapa prinsip yaitu :
1. Berorientasi kepada kompetensi
Pencapaian hasil belajar siswa tidak dibandingkan dengan hasil belajar
kelompok, tetapi dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya dan kriteria
pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Valid
Penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar
siswa dan dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pembelajaran
menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan melakukan
eksperimen harus menjadi salah satu objek yang dinilai.
3. Adil
Penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar
belakang sosial, ekonomi, budaya, bahasa, dan jender.
4. Terbuka
Kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan bahwa siswa telah
menguasai suatu kompetensi harus jelas dan terbuka bagi semua pihak.
xviii
5. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, terus menerus untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai hasil
kegiatan belajarnya.
6. Menyeluruh
Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur termasuk
mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa. Penilaian terhadap hasil
belajar siswa meliputi pengetahuan/ kognitif, ketrampilan/ Psikomotorik,
sikap/afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
7. Bermakna
Laporan hasil penilaian hendaknya memberikan diskripsi atau uraian yang
mudah dipahami, mempunyai arti, berguna dan biasa ditindaklanjuti oleh
semua pihak terutama siswa dan orang tua.
8. Mendidik
Penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian belajar
siswa. Hasil penilaian harus dinyatakan sebagai penghargaan bagi siswa
yang berhasil atau sebagai pemicu semangat belajar bagi yang kurang
berhasil.[9]
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian hasil belajar
sebagai berikut : secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu
kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber
penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan
dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi).
xix
Disamping itu siswa memerlukan dan harus menerima umpan balik secara
langsung derajat sukses pelaksanaan tugas ( nilai rapor atau nilai tes ).
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar
ialah hasil usaha, bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan
yang dicapai dalam bentuk nilai. Hasil belajar yang berupa nilai-nilai sebagai
ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, hasil belajar
ditunjukkan dengan jumlah nilai rapor atau tes nilai ulangan harian.
C. Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan, seseorang yang berminat
terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa
senang.[10]
Minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang
terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif
(perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi)
yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian sehingga didalam minat
terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan
(konatif) untuk mencapai suatu objek, atau suatu situasi yang berkaitan dengan
diri pribadi.
Minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu
kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat
belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan
xx
pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah. Minat
belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan
keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam
perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap maupun ketrampilan.
Minat belajar adalah rasa suka ketertarikan pada suatu pelajaran
atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah
penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya,
semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar
minatnya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditemukan adanya beberapa
unsur pokok dalam pengertian minat belajar yaitu adanya perhatian, daya
dorong tiap-tiap individu untuk belajar dan kesenangan yang dapat menjadikan
minat belajar itu timbul pada diri seseorang.
D. Pembelajaran Fisika
1. Fisika
Fisika berasal dari istilah yunani yang berarti alam. Hal ini
mengandung makna bahwa fisika merupakan ilmu yang bertujuan untuk
mempelajari gejala-gejala alam. Selain itu fisika juga bertujuan untuk
mempelajari aksi dan reaksi kejadian di alam semesta. Bertitik tolak dari hal
ini para ilmuwan dapat menerangkan sifat materi dalam benda, sebagaimana
menerangkan gejala alam lain yang diamatinya. Fisika merupakan
pengetahuan dan metode penemuan. Sebagai pengetahuan fisika bersandar
xxi
pada dasar-dasar yang kuat dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di alam.
Fisika merupakan metode penemuan karena menggunakan alat-alat dan cara
berpikir yang rasional melalui eksperimen.
2. Pembelajaran Fisika
Dari pembahasan tentang hakikat fisika diatas, dapat diambil salah
satu inti pentingnya, yaitu fisika khususnya dan IPA pada umumnya harus
dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk. Oleh karena itu di
dalam pembelajaran fisika harus dijadikan pertimbangan dalam memilih
strategi atau metode mengajar sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung efektif dan efisien.
Asumsi yang melandasi hakikat pembelajaran pada umumnya adalah :
a. Peristiwa belajar terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi
dengan lingkungan belajar yang diatur guru.
b. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi dan
metode/teknologi pendidikan yang tepat.
c. Program pembelajaran dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem.
d. Proses dan produk belajar perlu memperoleh suatu yang seimbang
didalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
e. Pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian
fungsional antara teori dan praktik serta materi dan metodologi
penyampaiannya.
xxii
f. Pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengala man
lapangan yang bertahap mulai dari pengalaman medan, latihan
ketrampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-
tugas kependidikan secara lengkap dan aktual.
g. Materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.
[8]
Atas dasar tersebut, dalam pembelajaran fisika yang menekankan
pada pengetahuan konsep dan keterampilan berpikir, hendaknya
memperhatikan ketentuan-ketentuan pokok yang akan membawa siswa
belajar tuntas yaitu :
a. Hendaknya siswa menggali gejala baru yang mereka lakukan
berdasarkan kepercayaan awal (konsep dan sistem konsep), atau cara
awal (keterampilan fikirnya), atau keduanya.
b. Langkah-langkah tersebut bisa mendapatkan hasil yang mendua atau
dibantah. Ketidakseimbangan hasil dan pertanyaan-pertanyaan
dikembangkan yang membangkitkan uraian dan pola pikir.
c. Jawaban-jawaban sementara atau cara-cara yang lebih efektif kemudian
dapat ditemukan oleh siswa atau dikenalkan oleh guru dan dapat
digunakan untuk mengemukakan uraian baru, prakiraan atau data untuk
menyediakan baik perubahan kepercayaan maupun pembentukan
kepercayaan baru (konsep).
xxiii
d. Untuk memberikan peraturan diri bagi pembentukan kembali
keseimbangan,kesempatan-kesempatan hendaknya disediakan pada siswa
untuk memeriksa sejauh mana konsep-konsep baru atau cara-cara dapat
diterapkan dalam konteks lain.
Dalam mendesain pembelajaran fisika disarankan untuk
meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan pikir dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan pokok tersebut,demi tercapainya
pembelajaran fisika yang efektif perlu digunakan beberapa strategi dan
metode pebelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam hal
hasil belajar fisika.
3. Hakikat Hasil Belajar Fisika
Prestasi belajar fisika diartikan sebagai tinggi rendahnya tingkat
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika. Sebagai hasil dari suatu
kegiatan, prestasi belajar fisika tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor intern maupun ekstern. Faktor-faktor intern tersebut adalah faktor
kemampuan, seperti kognitif, afektif, kepribadian dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk faktor ekstern adalah metode pengajaran, sarana
prasasrana maupun kondisi ekonomi orang tuanya.[10]. Slameto ,1995)
E. Metode Gasing
Gasing adalah akronim dari gampang, asyik dan menyenangkan,
dalam pembelajaran fisika metode Gasing adalah metode pembelajaran fisika
yang dikembangkan oleh Yohanes Surya pada tahun 1996 agar fisika dapat xxiv
diajarkan secara gampang, asyik dan menyenangkan dan merupakan terobosan
reformasi dalam pembelajaran fisika. Metode gasing mengajarkan bagaimana
berfikir seperti seorang fisikawan dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan
pendekatan logika dan hampir tanpa rumus dan menggunakan logika biasa
berdasarkan konsep dasar fisika sehingga guru tidak harus memberikan rumus-
rumus yang akan membuat siswa pusing. Menurut penelitian Prof. Yohanes
Surya supaya fisika itu gampang, asyik dan menyenangkan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Menghindari matematika yang sulit, kalau perlu cari alternatif solusi yang
menggunakan matematika lebih sederhana
2. Manfaatkan pengertian konsep fisika yang benar dan lebih menekankan
pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
3. Gunakan angka-angka yang mudah dan bulat seperti 1 , 2 , atau 10 ketika
sedang mengajarkan konsep melalui berbagai contoh soal. Hindari angka-
angka koma atau pecahan agar konsentrasi siswa tidak disimpangkan dari
solusi fisika ke solusi matematika.
4. Perbanyak dialog langsung dengan siswa terutama tentang konsep-konsep
fisika yang baru diajarkan. Minta mereka mengeluarkan pendapatnya untuk
menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan konsep yang diberikan.
5. Perbanyak eksperimen dan demonstrasi sehingga tiap murid menikmati
asyiknya belajar fisika dan mereka bisa merasakan bahwa fisika itu sungguh
menyenangkan.[11]
xxv
Pelaksanaan pembelajaran gasing dapat dibagi menjadi lima tahapan
[12]
1. Tahap pertama : Dialog Sederhana
Dialog merupakan bentuk komunikasi dua arah daam hal ini adalah
guru dengan siswa. Menurut teori belajar connetionisme atau bond
hypothesis , belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara
S (stimulus) dan R (respon) sehingga antara S dan R terjadi suatu
hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih.[1]
2. Tahap kedua : Berimajinasi atau berfantasi
Imajinasi/fantasi dalam proses pembelajaran penting untuk
dimiliki siswa, tetapi aspek ini banyak diabaikan oleh guru, imajinasi
penting karena dalam imajinasi siswa akan bisa melahirkan konsep,
kreativitas, inovasi dan perilaku yang aktual dalam kehidupannya. Albert
Einstein mengatakan bahwa Imajinasi lehih utama dari pada pengetahuan
karena pengetahuan bersifat terbatas dan imajinasi melingkupi dunia.
Imajinasi akan lahir kalau lingkungannya mendukung sehingga apabila
kondisi pembelajaran tidak menghargai kebebasan berfikir maka daya
imajinasi sulit untuk berkembang.
Fantasi didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk
membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan
lama yang telah ada, dan tanggapan baru tersebut tidak harus sama dengan
yang sudah ada.
xxvi
Dengan demikian imajinasi/fantasi itu dilukiskan sebagai fungsi
yang memungkinkan siswa untuk berorientasi dalam alam imajiner,
kegunaan imajinasi/fantasi antara lain :
a. Siswa dpat memahami, mengerti dan menghargai kultur siswa lain
b. Siswa dapat keluar dari ruang dan waktu sehingga bisa memahami
hal-hal yang ada dan terjadi di tempat lain dan diwaktu yang lain
misalya dalam mempelajari gerak suatu benda
c. Siswa dapat melepaskan diri dari kesukaran dan permasalahan dalam
belajar fisika
d. Membawa siswa menyelesaikan konflik riil secara imajiner sehingga
dapat mengurangi ketegangan psikis dalam belajar fisika
3. Tahap ketiga : Menyajikan contoh-contoh soal yang relevan
Latihan atau training merupakan cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasan tertentu. Cara ini dapat juga digunakan
untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketetapatan, kesempatan siswa
dengan tujuan untuk memperkuat penguasaan matematika siswa.
Dalamlatihan ini siswa hanya berlatih dengan menggunakan logika
matematika yang sederhana yaitu penjumlahan, pengurangan, peralian dn
pembagian.
4. Tahap keempat : Menyajikan materi secara mendalam
Dengan memberikan makna fisis terhadap setiap besaran fisika
diharapkan siswa mengerti fenomena-fenomena apa saja yang dialami oleh
setiap obyek dalam setiap butir soal.
xxvii
5. Tahap kelima : Memberikan variasi soal
Tugas atau resitasi merupakan suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dimana guru memberi tugas tertentu berupa variasi soal agar
siswa melakukan kegiatan dan kemudian harus dipertanggung
jawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan
pelajaran dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas
dapat merangsang siswa untuk aktif belajar secara individual maupun
kelompok.
Kelima tahapan yang dilakukan dala m metode Gasing
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tahapan Aktivitas Pembelajaran
Tahap 1Dialog Sederhana
Guru memulai pembelajaran dengan berdialog secara sederhana dengan siswa seputar materi yang akan dipelajari. Dari dialog ini diharapkan siswa memberikan pendapatnya sehingga timbul hubungan yang erat antara Guru dan Siswa
Tahap 2Berimajinasi/berfantasi
Guru membantu siswa untuk berimajinasi mengenai kejadian-kejadian-kejadian yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari
Tahap 3Menyajikan contoh-contoh soal secara relevan
Guru memberikan latihan berupa soal-soal sederhana yang hanya menggunakan formulasi matematika biasa penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan matematika oleh siswa
Tahap 4Menyajikan materi secara mendalam
Guru memberikan makna fisis setelah siswa mampu mengerjakan semua soal-soal sederhana
Tahap 5Memberi variasi soal
Guru kembali memberikan soal namun yang bervariasi, dapat berupa soal cerita
xxviii
F. Listrik Dinamis
Salah satu kompetensi dasar pembelajaran Fisika pada kelas X
semester 2 di SMAN 1 Sewon tahun pelajaran 2012/2013 adalah menerapkan
konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk
teknologi, sehubungan dengan hal tersebut maka materi Listrik dinamis yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kuat Arus Listrik
Kuat arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya muatan
listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap satuan waktu.
Secara matematis kuat arus dapat ditulis sebagai berikut :
I = Q/t
Keterangan :
I = kuat arus listrik (Ampere)
Q = muatan listrik (Coulomb)
t = waktu (sekon)
Alat untuk mengukur kuat arus listrik dinamakan amperemeter (A) dan
cara menggunakannya adalah dipasang secara seri pada rangkaian
sebagai berikut:
xxix
2. Hambatan Suatu Penghantar Listrik
Hambatan sebuah kawat penghantar dinyatakan :
R = l/A
Keterangan :
R = hambatan suatu penghantar (ohm)
= hambat jenis bahan (ohm.m)
l = panjang penghantar (m)
A = luas penampang (m2)
Nilai hambat jenis dan hambatan suatu penghantar akan naik
(bertambah) secara linier sesuai dengan kenaikan suhu, secara
matematis dituliskan :
t = 0 ( 1 + T)
Rt = R0 ( 1 + T)
Keterangan :
t = hambat jenis bahan pada suhu T (ohm.m)
0 = hambat jenis bahan mula-mula (ohm.m)
Rt = hambatan penghantar pada suhu T (ohm)
R0 = hambatan penghantar mula-mula (ohm)
α = koefesien suhu (0C-1)
3. Hukum Ohm
George Simon Ohm ahli fisika dari Jerman (1787-1854)
pertamakali menyelidiki hubungan antara tegangan listrik (V) dengan kuat
xxx
V
I
arus listrik (I) yang dirumuskan sebagai hukum Ohm, yaitu : besar kuat
arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar berbanding lurus dengan
beda potensial ujung-ujung penghantar tersebut dan berbanding terbalik
dengan hambatan penghantar.
Secara matematis, hukum Ohm ditulis :
V/I = k
Tetapan k, kemudian dinyatakan sebagai hambatan penghantar R
(resistor), sehingga persamaan diatas menjadi :
V = RI
Keterangan :
V = beda potensial/tegangan listrik (Volt)
I = kuat arus listrik (Ampere)
R = hambatan penghantar/resistor (ohm = )
Gambar 2. Grafik hubungan antara V dengan I
4. Hukum Kirchoff
Dalam rangkaian listrik tertutup (loop) yang memiliki titik percabangan
maka jumlah kuat arus yang menuju titik percabangan akan sama dengan
jumlah kuat arus yang keluar titik percabangan tersebut dan ini sering
disebut sebagai Hukum I Kirchoff yang secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
xxxi
Imasuk = Ikelur
I1 I3
I2
I4
Gambar 3. Kuat arus yang masuk dan keluar titik cabang
Selanjutnya untuk hukum II Kirchoff menyatakan bahwa pada rangkaian
tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (E) sama dengan jumlah aljabar
dari penurunan tegangan(IR), dan dituliskan :
E + (I.R) = 0
5. Rangkaian hambatan seri dan paralel
Rangkaian hambatan secara seri
R1 R2 R3
I I
V
Gambar 4. Rangkaian seri hambatan
Pada rangkaian seri kuat arus pada setiap titik adalah sama ( I ) ,
sedangkan jumlah beda potensial pada masing-masing resistor sama
dengan beda potensial sumber (total), secara matematis dituliskan :
V = V1 + V2 + V3
I Rs = I R1 + I R2 + I R3
Rs = R1 + R2 + R3
Untuk rangkaian hambatan seri sebanyak n hamabatan berlaku :
xxxii
Rs = R1 + R2 + R3 + ..........+ Rn
Rangkaian hambatan secara pararel
I1 R1
I2 R2
I3 R3
I I V
Gambar 5. Rangkaian paralel hambatan
Pada rangkaian paralel beda potensial pada setiap hambatan
adalah sama dengan tegangan sumber ( V ) , sedangkan jumlah kuat
arus yang masuk titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang
keluar titik cabang (Hukum I Kirchoff). secara matematis dituliskan :
I = I1 + I2 + I3
V/RP = V/R1 + V/R2 + V/R3
1/RP = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
Untuk rangkaian hambatan paralel sebanyak n hamabatan berlaku :
1/RP = 1/R1 + 1/R2 + ..... + 1/Rn
6. Energi Listrik dan Daya Listrik
Energi listrik yang diperlukan oleh tahanan R sama dengan usaha
untuk memindahkan muatan listrik Q dari A ke B dengan beda potensial
V, yaitu :
W = V Q
W= V I t
xxxiii
Daya listrik dinyatakan sebagai besarnya energi listrik tiap satuan waktu.
Secara matematis dirumuskan :
P = W/t
P = V I
Keterangan :
P = daya listrik (Watt)
W= energi listrik (J)
t = waktu (s)
(13. Martheen kanginan, 2004)
xxxiv
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Jenis Tindakan
Jenis tindakan yang dipilih peneliti adalah jenis pembelajaran fisika
dengan metode gasing (gampang, asyik dan menyenangkan)
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XA SMAN 1 Sewon yang beralamat
di Jalan Parangtritis KM 5 Bantul
3. Waktu penelitian.
Penelitian dilaksanakan di kelas XA SMA Negeri 1 Sewon Bantul pada
semester genap tahun ajaran 2012/2013 yaitu selama 3 bulan pada bulan
Maret 2013 sampai Mei 2013
4. Obyek dan Subyek Penelitian
Objek yang diteliti adalah hasil pengamatan minat belajar dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran Fisika. Sedangkan pada sisi guru objek
yang diteliti adalah metode pembelajaran Fisika Gasing. Subyek
penelitian adalah siswa kelas XA SMAN 1 Sewon tahun pelajaran
2012/2013 berjumlah 32 orang yang terdiri atas 10 orang laki-laki dan
22 orang perempuan.
xxxv
SiklusI
Perenca-naan
PelaksanaanObservasi
Refleksi
SiklusII
Perenca-naan
PelaksanaanObservasi
Refleksi
B. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan karakteristik dari PTK, penelitian ini dilaksanakan dalam
2 (dua) siklus dan setiap siklus ada 3 (tiga) pertemuan. Dalam setiap siklus
terdapat empat tahapan kegiatan yaitu perencanan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Secara lebih detail, prosedur kerja penelitian disajikan dalam diagram
alur berikut:
Siklus I
1. Perencanaan Pembelajaran
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP tentang KD 5.1. Menggunakan Alat ukur listrik dan KD 5.2.
Memformulasikan Besaran-besaran Listrik dalam rangkaian tertutup
dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP dibuat
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
asyik dan menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
xxxvi
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.(RPP terlampir)
b. Membuat Bahan Ajar
Bahan ajar bersumber dari Buku Fisika 1 SMA, Lembar Kerja Siswa
dan Slide sesuai siklus pada tahapan-tahapannya
c. Memuat Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa dibuat supaya siswa memahami urut-urutan
untuk melakukan eksperimen
d. Membuat instrumen untuk mengukur minat siswa
Instrumen ini dibuat untuk mengukur minat siswa dalam mengikuti
pelajaran, adapun yang ukur adalah rasa ingin tahu dalam
pembelajaran, perhatian dalam pembelajaran dan partisipasi dalam
pembelajaran, adapun skala adalah tinggi sedang dan rendah.
(Instrumen terlampir)
e. Membuat instrumen untuk mengukur hasil belajar
Instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa adalah soal. (Instrumen
terlampir)
f. Membuat pedoman pengolahan dan analisis data hasil pengamatan dan
hasil belajar siswa. Pedoman pengolahan dan analasis dibuat untuk
mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan metode gasing terhadap
hasil belajar siswa, untuk hasil belajar dibuat skor 0 sampai 100 dan
untuk keberhasilan tindakan diukur dengan persentase minat siswa
dalam pembelajaran dengan skor antara (0 – 100) persen
xxxvii
g. Menentukan indikator keberhasilan tindakan dilihat dari proses dan
hasil yang dicapai dari tindakan pembelajaran yang menggunakan
metode gasing. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila 80 persen
siswa berminat mengikuti pembelajaran dan hasil dikatakan baik
apabila 80 persen siswa memperolah nilai sesuai KKM
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan tindakan
pembelajaran tentang KD 5.1. Menggunakan Alat ukur listrik dan KD 5.2.
Memformulasikan Besaran-besaran Listrik dalam rangkaian tertutup
dengan metode gasing sesuai dengan tahapan yang telah direncanakan
secara konsisten, dan di akhir kegiatan pembelajaran diadakan tes untuk
mengukur hasil belajar siswa.
3. Pengamatan
Pada saat pembelajaran dengan metode gasing berlangsung
dilakukan pengamatan oleh kolaborator dengan menggunakan instrumen
chek list.
4. Refleksi Tindankan
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator terhadap
kegiatan pembelajaran atau dampak tindakan pembelajaran yang
menggunakan metode gasing terhadap perubahan pada siswa pada siklus I
adalah sebagai berikut :
xxxviii
a. Pada saat siswa melakukan eksperimen jumlah anggota kelompok (5
orang) terlalu banyak sehingga ada siswa yang pasif. Untuk
pembelajaran berikutya anggota kelompok eksperimen diperkecil
1(satu) kelompok maksimal 3(tiga) siswa
b. Dialog antara guru dan siswa masih didominasi oleh guru sehingga
pada pembelajaran berikutnya perlu untuk memberi kesempatan
kepada murid lebih banyak menyempaikan pikiran-pikirannya.
c. Latihan soal terlalu sedikit dan kurang variatif
Siklus 2
1. Perencanaan
Pada perencanaan dalam siklus II ini , peneliti melakukan persiapan
untuk melaksanakan tindakan antara lain :
a. Menentukan masalah yang akan diperbaiki yaitu minat dan hasil
belajar siswa
b. Menyusun skenario dan strategi untuk melaksanakan perbaikan pada
siklus 1
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP)
Pada siklus II yang disusun adalah RPP untuk KD 5.3.
Mengidentifikasi penerapan arus listrik ACdan DC dalam kehidupan
sehari-hari
d. Membuat Lembar Kerja Siswa ( LKS ) dan menyusun petunjuk Lembar
Kerja Siswa ( LKS ) yang akan dilaksanakan dalam diskusi kelompok
xxxix
e. Menyiapkan instrument untuk melihat perubahan pada siswa yang
meliputi keaktifan siswa, situasi saat proses pembelajaran, dan hasil
belajar siswa
f. Menetapkan kelompok, siswa dibagi menjadi 11 kelompok
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti telah melaksanakan skenario
perbaikan pembelajaran yang telah direncanakan yaitu melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model gasing pada 5.3.
Mengidentifikasi penerapan arus listrik ACdan DC dalam kehidupan
sehari-hari
3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan
pembelajaran dengan model gasing. Pengamatan yang dilakukan peneliti
dan kolaborator adalah pengamatan terhadap perubahan pada diri siswa
yang meliputi minat dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi
Data hasil pengamatan yang diperoleh selama proses pembelajaran
berlangsung, yang berupa hasil belajar siswa dan minat belajar siswa
kemudian dianalisis secara diskripstif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis
ini, peneliti dan kolaborator melakukan refleksi diri dan menyimpulkan
bahwa pada siklus 2 perubahan pada diri siswa yang berkaitan dengan
hasil belajar dan minat siswa pada proses pembelajaran telah seperti yang
diharapkan pada indikator keberhasilan , oleh karena itu, tidak pelu
xl
dilanjutkan pada siklus ke 3 dan dianggap sudah selesai dengan perbaikan
pada siklus 2, jumlah anggota kelompok eksperimen yang tadinya satu
kolompok anggota 5 orang diubah menjadi 3 orang, dan sebelum kegiatan
eksperimen dimulai, guru perlu menjelaskan lebih rinci tentang tugas
yang harus dilakukan oleh siswa.
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Data tengang kegiatan pembelajaran diperoleh dari observasi yang
dilakukan oleh kolaborator dan data ini berkaitan dengan minat belajar siswa
yang meliputi rasa ingin tahu dalam pembelajaran, perhatian dalam
pembelajaran dan partisipasi dalam pembelajaran yang dikumpulkan dengan
lembar observasi yang berupa chek list,sedangkan data tentang hasil belajar
peserta didik dikumpulkan dengan menggunakan tes tertulis.
D. Teknik Analisis
Data tentang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika yang
merupakan hasil observasi oleh kolaborator dikumpulkan kemudian dianalisa
secera sederhana dengan program Microsoft Excel, setiap indikator (rasa
ingin tahu dalam pembelajaran, perhatian dalam pembelajaran dan
dipersentase tinggi, sedang dan rendahnya. Selanjutnya dari ke tiga item
minat tersebut dicari persentase rata-rata pada setiap kategori tinggi sedang
dan rendah
Data tentang hasil belajar dari hasil tes dikumpulkan kemudian ditentukan
persentase siswa yang telah memenuhi KKM
xli
E. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut apabila :
1. ≥ 80 persen peserta didik sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran
2. ≥ 80 persen peserta didik sudah memenuhi nilai KKM yang telah
ditentukan yaitu 75 dalam ulangan harian
xlii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
SMAN 1 Sewon merupakan salah satu SMA favorit di Kabupaten
Bantul dan letaknya sangat strategis yaitu di Jalan Parangtritis KM 5
Yogyakarta, lingkungan sekolahan tertata dengan bagus dengan sarana
prasarana yang sangat memadai sehingga sangat kondusif untuk kegiatan
pembelajaran. Tenaga pendidiknya telah memenuhi standar yang ditetapkan
oleh BSNP baik dari segi kompetensi, ratio maupun kulaifikasi akademisnya.
SMAN 1 Sewon terdiri dari 27 kelas dengan rincian Kelas X, XI dan XII
masing-masing 9 kelas. Pada kelas X ada dua macam kelas yaitu kelas reguler
sebanyak 7 kelas dan 2 kelas khusus yaitu kelas khusus olah raga.
Kelas XA sebagai kelas yang dipakai untuk penelitian termasuk kelas
unggulan karena siswanya adalah siswa dengan peringkat NEM masuk 1
sampai dengn 32, dengan jumlah siswa 32 siswa dengan perincian 10 siswa
laki-laki dan 22 siswa perempuan, kelas ini terletak dibagian depan sekolah
dengan ukuran standar (8m x 9m) dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang
memadai dan dilengkapi dengan kipas angin serta LCD sehingga kelas XA
adalah kelas yang ideal, suasananya tenang dan sangat kondusif untuk
melakukan pembelajaran.
xliii
B. Keadaan Pra Siklus :
1. Hasil Belajar :
Kategori Hasil Belajar Siswa
Jumlah ( orang ) Prosentase ( % )Nilai Tes ≥ 75 (memenuhi KKM) 7 22,6
Nilai Tes < 75 (belum memenuhi KKM) 25 77,4
Pada tabel diatas terlihat bahwa sebelum diberi tindakan melalui
pembelajaran dengan metode gasing jumlah siswa yang hasil belajarnya
memenuhi KKM hanya ada 7 siswa atau 22,6 persen sedangkan yang
belum memenuhi KKM ada 77,6 persen hal ini sangat jauh dari harapan
semua pihak karea harapanya kelas XA yang nota bene kelas unggulan
harusnya memiliki persentase ketuntasan belajar diatas 80 persen.
2. Minat Belajar
Dari tabel minat belajar tersebut diatas diketahui bahwa pada saat
sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode gasing siswa
yang memiliki minat belajar tinggi hanya 14,6 persen , minat belajar
xliv
Minat Belajar Persentase
Tinggi 14,6%
Sedang 27,1 %
Rendah 58,3%
sedang 27,1 persen dan yang kurang berminat atau minatnya rendah 53,3
persen.
C. Keadaan Setelah Siklus I
1. Hasil Belajar :
Kategori Hasil Belajar Siswa
Jumlah ( orang ) Prosentase ( % )Nilai Tes ≥ 75 (memenuhi KKM) 15 46,9
Nilai Tes < 75 (belum memenuhi KKM) 17 53,1
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa pada akhir siklus I yaitu
setelah diberi tindakan pembelajaran dengan metode gasing terlihat
adanya peningkatan hasil belajar karena jumlah siswa yang hasil
belajarnya memenuhi KKM menjadi 15 siswa atau 46,9 persen dan yang
belum memenuhi KKM turun menjadi 17 siswa atau 53,1 persen.
2. Minat Belajar
xlv
Minat Belajar Persentase
Tinggi 46,9 %
Sedang 53,1 %
Rendah 0
Dari tabel minat belajar tersebut diatas diketahui bahwa setelah
diberi tindakan pembelajaran dengan metode gasing minat belajar siswa
meningkat karena yang minatnya tinggi ada 46,9 persen, sedangkan minat
belajar sedang 53,1 persen dan yang kurang berminat sudah tidak ada.
Adanya peningkatan hasil belajar dan minat belajar siswa setelah
siklus I yaitu setelah diberi tindakan pembelajaran dengan metode gasing
pada KD 5.1. Menggunakan Alat ukur listrik dan KD 5.2.
Memformulasikan Besaran-besaran Listrik dalam rangkaian tertutup
menunjukan adanya keberhasilan tindakan tetapi belum sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini sehingga perlu diadakan
tindakan dengan siklus II dengan memperhatikan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh kolaborator antara lain :
5. Anggota kelompok eksperimen diperkecil 1(satu) kelompok maksimal
3(tiga) siswa
6. Dialog guru dengan siswa diperbanyak
7. Soal-soal latihan diperbanyak modelnya
D. Keadaan Setelah Siklus II
1. Hasil Belajar :
Kategori Hasil Belajar Siswa
Jumlah ( orang ) Prosentase ( % )Nilai Tes ≥ 75 (memenuhi KKM) 26 81,3
xlvi
Nilai Tes < 75 (belum memenuhi KKM) 6 18,7
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa pada akhir siklus II yaitu
setelah diberi tindakan pembelajaran dengan metode gasing dengan
perbaikan-perbaikan atas hasil observasi pembelajaran pada siklus I
terlihat adanya peningkatan hasil belajar, karena jumlah siswa yang hasil
belajarnya memenuhi KKM menjadi 26 siswa atau 81,3 persen dan yang
belum memenuhi KKM turun menjadi 6 siswa atau 18,7 persen.
2. Minat Belajar
Dari tabel minat belajar tersebut diatas diketahui bahwa setelah
siklus II dengan tindakan pembelajaran dengan metode gasing minat
belajar siswa meningkat karena yang minatnya tinggi ada 85,4 persen
sedangkan minat belajar sedang 14,6 persen dan yang kurang berminat
sudah tidak ada.
Adanya peningkatan hasil belajar dan minat belajar siswa setelah
siklus II yaitu setelah melaksanakan saran dan masukan dari kolaborator
xlvii
Minat Belajar Persentase
Tinggi 85,4 %
Sedang 14,6 %
Rendah 0
atas siklus I maka tindakan pembelajaran dengan metode gasing pada KD
5.3. Mengidentifikasi penerapan arus listrik ACdan DC dalam kehidupan
sehari-hari menunjukan adanya keberhasilan tindakan yang telah sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hasil Belajar
Dari data hasil penelitian terlihat bahwa sebelum diberi tindakan
pembelajaran fisika dengan metode gasing hasil belajar fisika masih jauh
dari harapan karena persentase siswa yang memenuhi KKM hanya 22,6
persen padahal pembelajaran dikatan berhasil apabila persentase siswa yang
memenuhi KKM minimal 80 persen. Selanjutnya setelah melakukan
tindakan pada siklus I yaitu pembelajaran dengan metode gasing pada KD
5.1. Menggunakan Alat ukur listrik dan KD 5.2. Memformulasikan Besaran-
besaran Listrik dalam rangkaian tertutup menunjukkan adanya peningkatan
karena persentase siswa yang mencapai KKM adalah 46,9 persen, tetapi
peningkatan ketuntasan belajar ini belum memenuhi harapan peneliti.
Dari data observasi yang dilakukan oleh kolaborator selama siklus
I setelah dianalisa ternyata perlu diadakan perbaikan-perbaikan untuk
dilaksanakan pada siklus II, perbaikan tersebut adalah saat siswa melakukan
eksperimen jumlah anggota perkelompok diperkecil dari 5 siswa per
kelompok menjadi maksimal 3 siswa per kelompok, dialog antara guru xlviii
dengan siswa diperbanyak, dan saat berlatih mengerjakan soal diperbanyak
model soalnya.
Perbaikan-perbaikan atas pembelajaran metode gasing pada siklus
I dan diterapkan pada siklus II yaitu pada pembelajaran KD 5.3.
Mengidentifikasi penerapan arus listrik ACdan DC dalam kehidupan sehari-
hari ternyata dari hasil analisa siklus II terdapat peningkatan persentase
siswa yang sangat menggembirakan karena persentase siswa yang
memenuhi KKM menjadi 81,3 persen.
Atas dasar adanya peningkatan persentase siswa yang memenuhi
KKM dari keadaan sebelum ada tindakan yang hanya 22,6 persen menjadi
81,3 persen pada akhir tindakan maka dapat disimpulkan bahwa ternyata
model pembelajaran fisika dengan metode gasing pada Listrik Dinamis
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Minat Belajar
Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai
perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa
senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap
maupun ketrampilan.Minat belajar siswa sangat mempengaruhi hasil
belajarnya sehingga dalam proses pembelajaran supaya mendapatkan hasil
yang optimal perlu untuk selalu meningkatkan minat siswa. Dari hasil
penelitian ini terlihat bahwa pada keadaan awal atau sebelum diberikan
tindakan hasil belajar siswa rendah karena siswa yang memiliki minat tinggi
dalam pembelajaran hanya 14,6 persen.
xlix
Pada saat diterapkan pembelajaran fisika dengan metode gasing
pada materi Listrik Dinamis , dari siklus I terlihat adanya peningkatan minat
belajar dimana siswa yang minatnya tinggi naik menjadi 46,9 persen hal ini
masih sangat kurang dari harapan peneliti sehingga pada siklus II diadakan
perbaikan-perbaikan pada metode pembelajaran gasing dan setelah dianalisa
ternyata pada siklus kedua persentase siswa yang minatnya tinggi naik
menjadi 85,4 persen. Dari persentase minat siswa yang selalu meningkat
tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran fisika dengan metode gasing pada
materi Listrik Dinamis dapat meningkatkan minat belajar siswa.
l
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang Upaya
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Listrik Dinamis Melalui Pembelajaran
Metode Gasing pada Kelas XA SMAN 1 Sewon Bantul Semester Genap
Tahun Pelajaran 2012-2013 dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran Fisika melalui metode gasing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa tentang Listrik Dinamis secara signifikan terbukti dari
persentase siswa yang memenuhi KKM meningkat dari 22,6 persen
menjadi 81,3 persen, hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
Thorndike bahwa belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan
antara S (stimulus) dan R (respon) sehingga antara S dan R terjadi suatu
hubungan (bond) yang bertambah erat.
2. Pembelajaran Fisika melalui metode gasing dapat meningkatkan minat
belajar siswa secara signifikan sebagaimana terlihat pada hasil penelitian
bahwa persentase siswa yang minat belajarnya tinggi meningkat dari 14,6
persen menjadi 85,4 persen
B. Saran
1. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa
khususnya untuk mata pelajaran fisika dan mata pelajaran yang lain pada
umumnya disarankan guru menggunakan pembelajaran metode gasing.
li
2. Untuk menambah wawasan dan penguasaan tentang pembelajaran metode
gasing disarankan ada guru yang mengadakan penelitian lebih lanjut.
3. Kepada pihak Sekolah disarankan memberikan dukungan penuh kepada
guru untuk mengadakan penelitian-penelitian khususnya yang terkait
dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa
lii
Daftar Pustaka
[1]. Nasution, S. (1982). Teknologi Pendidikan. Jemars, Bandung
[2]. Mahmud, Dimyati. (1989). Psikologi Pendidikan, Depdiknas, Jakarta
[3]. Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
[4]. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional
[5]. Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Depdiknas, Jakarta
[6]. Arief S. Sadiman, dkk., 1990, Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, CV. Rajawali, Jakarta
[7]. Indrawati, M.Pd dan Wawan Setiawan, 2009, Modul Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Diterbitkan oleh PPPPTKIPA.
[8]. Nana Sudjana. (2005), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung Sinar Baru Algensindo. Bandung
[9]. Sudjatmiko. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Depdiknas. Yogyakarta
[10]. Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
[11]. Yohannes Surya,2008. ” Belajar Fisika dengan Gasing”. Surya Institute, Jakarta
[12]. http://www.yohanessurya.com di unduh tanggal 27 Mei 2013 Jam 12.00 WIB
[13]. Martheen kanginan, 2004,” Fisika Untuk SMA Kelas X Semester 1”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
liii