Download - Guru Dalam Pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupaan hal yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan
suatu bangsa. Dalam pendidikan tidak dapat dipungkiri adanya faktor yang
mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan tersebut. Adapun faktor atau
komponen pendidikan meliputi: tujuan pembelajaran, pendidik, peserta didik, isi
( kurikulum ), metode atau cara, dan situasi lingkungan. (M.Rosyid, Sosiologi
Pendidikan ( 2010 : 62 ). Sehingga tanpa faktor-faktor tersebut tidak akan
tercapai sebuah pendidikan. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah
pendidik.
Pendidik dalam proses pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat
besar karena pendidik merupakan pemegang utama dalam proses pendidikan.
Adapun peranan dan kompetensi pendidik dalam proses pendidikan meliputi
banyak hal, diantaranya sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing,
pengatur lingungan, partisipan, ekspediator, perencana, supervisor, motivator,
konselor dan tidak lupa bahwa pendidik juga sebagai orang tua kedua bagi
peserta didik. ( Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional, 2002:7 ).
Jadi dalam pelaksanaan pendidikan, pendidik sangat diperlukan. Pendidik
merupakan salah satu faktor atas tercapainya suatu tujuan pendidikan, tanpa
adanya pendidik, mustahil pendidian dapat berjalan dengan baik. Dalam makalah
ini penulis akan memaparkan yang berhubungan dengan pendidik dalam
pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang dapat di jadikan rumusan
masalahnya adalah:
1. Bagaimana definisi guru dalam pendidikan Islam?
2. Bagaimana kedudukan dan tugas Guru dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana syarat dan Sifat Guru dalam Pendidikan Islam?
1
BAB II
GURU DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Definisi Guru dalam Pendidikan Islam
Dari segi bahasa pendidik adalah orang yang mendidik. Dari segi istilah
merupakan profesi atau keahlian tertentu yang melekat pada seseorang yang
tugasnya berkaitan dengan pendidikan. Dalam konteks pendidikan Islam
“pendidik” sering disebut dengan murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan
mursyid. menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks
Islam, Kelima istilah ini mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai tugas
masing-masing.
1. Murabbi adalah: orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya
untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam
sekitarnya.
2. Mu’allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.
3. Mu’addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa
depan.
4. Mudarris adalah: orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi
serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan,
dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan
mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya.
5. Mursyid adalah: orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
Menurut Dwi Nugroho Hidayanto (1988:43), beliau menginventarisir bahwa
pengertian pendidik ini meliputi :
a. Orang dewasa
2
b. Orang tua
c. Guru
d. Pemimpin masyarakat
e. Pemimpin agama
Secara umum dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat
dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial,
perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi
dewasa yang bersusila. Pribadi dewasa susila itu sendiri memiliki beberapa
karakteristik yaitu:
a. Mempunyai individualism yang utuh
b. Mempunyai sosialitas yang utuh
c. Mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan
d. Bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai atas tanggug jawab sendiri
demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat atau orang lain.
Menurut Parwadarminto (1991: 250), Sebagaimana teori Barat, pendidik
dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik
(karsa).
Kemudian menurut Dr. H. Abuddin Nata (2001: 41), Pendidik dalam Islam
adalah guru. Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang
mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar.
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 (Hal. 21), tentang sisdiknas,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan guru atau pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Di dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 pasal 1, tentang Guru dan
dosen, guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan menengah.
3
Pendidik merupakan salah satu faktor urgen dan juga penentu dalam
pendidikan, karena pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
membentuk watak, perangai, tingkah laku, dan kepribadian peserta didik.
Sedangkan menurut istilah yang lazim dipergunakan bagi pendidik adalah guru.
Guru sering diidentifikasikan kepada pengertian pendidik. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman A.M, bahwa guru memang pendidik,
sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu
beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan dan terutama
sikap mental peserta didik. (Sardiman A.M., 1990: 135).
Kedua istilah tersebut (pendidik dan guru) mempunyai kesesuaian, artinya
perbedaannya adalah istilah guru yang sering kali dipakai di lingkungan
pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan formal, non formal
maupun informal. Untuk mengetahui pengertian guru, penulis akan
mengemukakan pendapat dari para ahli pendidikan, di antaranya:
1. Pendidik atau guru adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang
lain untuk mencapai tingkat kesempurnaan yang lebih tinggi, status pendidik
dalam model ini bisa diemban oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja.
(Fatah Yasin, 2008: 68).
2. Menurut A. Muri Yusuf Berpendapat, guru adalah individu yang mampu
melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Individu yang mampu tersebut adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab, orang yang sehat jasmani dan rohani dan individu yang
mampu berdiri sendiri serta mampu menerima resiko dari segala
perbuatannya. (A. Muri Yusuf, 1986: 53).
3. Menurut Basyiruddin Usman guru adalah seseorang yang bertindak sebagai
pengelola kegiatan belajar mengajar, fasilitas belajar mengajar dan peranan
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang
efektif. (Basyiruddin Usman, 2002: 2).
4. Menurut Ngalim Purwanto, guru adalah semua orang yang telah memberikan
suatu ilmu tertentu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok
orang. (Ngalim Purwanto, 1994: 126).
4
Sedangkan definisi dari pendidikan agama Islam yaitu usaha yang
diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran
Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat
berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai
Islam. (Zuhairini, 2009: 152).
Nur Ahid dalam bukunya mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam
adalah suatu proses penggalian, pembentukan, pendayagunaan dan
pengembangan fitrah, dzikir dan kreasi serta potensi manusia, melalui
pengajaran, bimbingan, latihan dan pengabdian yang dilandasi dan dinapasi oleh
nilai-nilai ajaran Islam, sehingga terbentuk pribadi muslim yang sejati, mampu
mengontrol, mengatur dan merekayasa kehidupan dengan penuh tanggung
jawab berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. (Nur Ahid., 2010: 19).
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan kepada peserta didik secara
sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan potensi fitrahnya untuk
mencapai kepribadian Islam berdasarkan nilai-nilai jaran Islam (Ahmad Taufiq,
dkk., 2011: 219-220).
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan, maka dapat
penulis simpulkan bahwa definisi guru dalam pendidikan islam adalah seorang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan, bantuan, pengarahan,
pemahaman, keterampilan, dan pengetahuan secara sadar dan terencana
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di
permukaan bumi, sebagai makhluk sosial sebagai individu yang sanggup berdiri
sendiri sesuai ajaran Islam.
B. Kedudukan dan Tugas Guru dalam Pendidikan Islam
1. Kedudukan Guru dalam Pendidikan Islam
Dalam islam orang yang beriman dan berilmu pengetahuan sangat
luhur kedudukannya di sisi Alloh SWT. sebab guru memiliki beberapa fungsi
mulia, diantaranya :
1. Fungsi penyucian: sebagai pemelihara diri, pengembang serta
pemelihara fitroh manusia.
5
2. Fungsi pengajaran: sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai
keyakinan.
Menurut Abudin nata, (1997:65), jika kita mencoba mengikuti petunjuk
Al-Qur’an, akan dijumpai informasi bahwa yang menjadi pendidik itu secara
garis besar ada 4 (empat), yaitu:
a. Sebagai pendidik pertama adalah Allah.
b. Sebagai pendidik kedua adalah Nabi Muhammad SAW.
c. Sebagai pendidik ketiga adalah orang tua.
d. Sebagai pendidik ke empat adalah orang lain. Orang lain inilah yang
nantinya disebut guru.
Istilah pendidik dalam beberapa literatur kependidikan sering diwakili
oleh istilah guru. Guru sebagai orang yang kerjanya mengajar atau
memberikan pengajaran di sekolah atau kelas. Artinya, guru bekerja dalam
pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu
anak - anak mencapai kedewasaan masing - masing. Guru tidak hanya
menyampaikan materi pengetahuan tertentu, tetapi ikut aktif serta kreatif
dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota
masyarakat sebagai orang dewasa.
Berdasarkan hal tersebut, kita bisa pahami bahwa kedudukan seorang
guru sangat penting dalam proses pendidikan karena dia bertanggungjawab
dan menentukan arah pendidikan dalam rangka mencetak generasi bangsa
yang unggul disegala bidang.
Hasan Fahmi mengutip salah satu ucapan seorang penyair zaman
modern, yang berkenaan dengan kedudukan guru. Syair tersebut artinya
“Berdirilah kamu seorang guru dan hormatilah dia”. Seorang guru itu hampir
mendekati kedudukan seorang rasul, yaitu menempati urutan kedua sesudah
martabat Rasul. (Asma Hasan Fahmi.,1979: 25).
Sejalan dengan itu, Athiyah Al Abrasy mengatakan, seseorang yang
berilmu kemudian mengamalkan ilmunya maka orang itulah yang berjasa
besar di kolong langit ini. Penghormatan terhadap guru yang demikian tinggi
6
dapat dilihat dari jasanya yang demikian besar dalam mempersiapkan
kehidupan bangsa di masa yang akan datang.
Agama islam memposisikan guru atau pendidik pada kedudukan yang
mulia. Para pendidik diposisikan sebagai bapak ruhani (spiritual father) bagi
anak didiknya. Ia memberikan santapan ruhani dengan ilmu dan pembinaan
akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) dan meluruskannya. Pendidik memiliki
kedudukan tinggi. Dalam beberapa Hadits disebutkan: “Jadilah engkau
sebagai guru, atau pelajar atau pendengar atau pecinta, dan Janganlah
engkau menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak”.
Dalam Hadits Nabi SAW yang lain: “Tinta seorang ilmuwan (yang
menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para syuhada”. Bahkan Islam
menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul. Al-Syawki
bersyair: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru
itu hampir saja merupakan seorang Rasul”. (M. Athiyah al-Abrasyi, 1987:135-
136).
Al-Ghazali menukil beberapa Hadits Nabi tentang keutamaan seorang
pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang
besar yang aktivitasnya lebih baik dari pada ibadah setahun. perhatikan QS.
At-Taubah:122
ة� ط�ائ�ف� م نه� م� ة� ق� ف�ر ك�ل� م�ن ر� ن�ف� ل�وال� ف� ة� �ك�اف وا ر� ل�ي�نف� ن�ون� م� ؤ الم� ك�ان� ا و�م�
ون� ذ�ر� ي�ح م ل�ع�ل�ه� م �ل�يه� إ ع�وا ج� ر� إ�ذ�ا م ه� وم� ق� وا ل�ي�نذ�ر� و� الد�ين� ف�ي وا ه� �ق ل�ي�ت�ف�
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Selanjutnya Al-Ghazali menukil dari perkataan para ulama yang
menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita segala zaman, orang yang
hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya
keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti
7
binatang, sebab pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat
kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat
insaniyah dan ilahiyah. (Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, 1979: 65, 68, 70).
2. Tugas Guru dalam Pendidikan islam
Secara umum tugas seorang pendidik adalah mendidik. Dalam
operasionalnya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar,
memberikan dorongan, memuji, menghukum memberi contoh, membiasakan
dan lain sebagainya. Batasan ini memberikan arti bahwa tugas pendidik
bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang.
Disamping itu pendidik juga bertugas sebagai motifator dan fasilitator dalam
proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat
teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah terciptanya insan
kamil. Menurut Muhaimin bahwa insan kamil adalah manusia yang
mempunyai wajah Qur’ani, tercapainya insan yang memiliki dimensi religius,
budaya dan ilmiah.
Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan Islam,
pendidik yang mempunyai tanggung jawab mengantarkan manusia kearah
tujuan tersebut. Karena itu keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan
sangat penting, sebab kewajibannya tidak hanya mentransformasikan
pengetahuan (knowledge) tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai
(value/qimah) pada peserta didik. Bentuk nilai yang di internalisasikan paling
tidak meliputi: nilai etis, nilai pragmatis, nilai efek sensorik dan nilai religius.
Secara faktual, pelaksanaan internalisasi nilai dan transformasi
pengetahuan pada peserta didik secara integral merupakan tugas yang
cukup berat di tengah kehidupan masyarakat yang kompleks apalagi pada
era globalisasi dan informasi. Tugas yang berat tersebut di tambah lagi
dengan pandangan sebagian masyarakat yang melecehkan keberadaan
pendidik di sekolah, di luar sekolah maupun dalam kehidupan sosial
masyarakat. Hal ini disebabkan karena profesi pendidikdari segi materi
kurang menguntungkan, karena sebagian masyarakat dalam era globalisasi
8
ini dipengaruhi paham materialisme yang menyebabkan mereka bersifat
materialistik.
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati
manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena tujuan
pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-
Nya.
Seorang pendidik bukan hanya bertugas memindahkan atau
mentrasfer ilmunya kepada orang lain atau kepada anak didiknya. Tetapi
pendidik juga bertanggungjawab atas pengelolaan, pengarah fasilitator dan
perencanaan. Oleh karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan
menurut buku Roestiyah NK, (1982:86) dapat disimpulkan menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Sebagai instruksional (pengajar), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta
mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan.
b. Sebagai edukator (pendidik), yang mengarahkan peserta didik pada
tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah
SWT menciptakannya.
c. Sebagai managerial (pemimpin), yang memimpin, mengendalikan kepada
diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai
masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan.
Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai
seperangkat prinsip keguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa:
a. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memerhatikan,
kesediaan, kemampuan, pertumbuhan dan perbedaan peserta didik.
b. Membangkitkan gairah peserta didik.
c. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik.
d. Mengatur proses belajar mengajar yang baik.
9
e. Memperhatikan perubahan-perubahan yang mempengaruhi proses
mengajar.
f. Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.
Mengenai tugas pendidik, ahli-ahli pendidikan Islam telah sepakat
bahwa tugas seorang pendidik ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang
amat luas, mendidik itu dilakukan dalam bentuk mengajar, memberikan
dorongan, memuji, menghukum, member contoh, membiasakan, dan lain
sebagainya.
Bagi seorang pendidik harus memperlihatkan bahwa ia mampu
mandiri, tidak tergantung kepada orang lain. Ia harus mampu membentuk
dirinya sendiri. Dia juga bukan saja dituntut bertanggung jawab terhadap
anak didik, namun dituntut pula bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Tanggung jawab ini didasarkan atas kebebasan yang ada pada dirinya untuk
memilih perbuatan yang menurutnya. Apa yang dilakukannya menjadi teladan
bagi peserta didik. Namun secara umum, tugas seorang guru atau pendidik
antara lain:
a. Educator atau pendidik, yaitu seorang guru harus mendidik murid-
muridnya sesuai materi pelajaran yang diberikan kepadanya.
b. Leader (pemimpin), guru atau pendidik juga seorang pemimpin di kelas,
karena itu, ia harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan
murid-murid dalam kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang
berkualitas.
c. Fasilitator, sebagai fasilitator, pendidik bertugas memfasilitasi murid untuk
menemukan dan mengembangkan bakatnya dengan cara yang benar.
d. Motivator, sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu
membangkitkan semangat belajar dan mengubur kelemahan anak didik.
e. Administrator, dalam hal ini tugas seorang guru yaitu mengabsen,
mengisi jurnal kelas dengan lengkap, membuat soal ujian dan lain-lain.
f. Evaluator, dengan evaluasi, guru diharapkan lebih baik dalam segala hal,
seperti kapasitas intelektualnya, integritas kepribadiannya, pendekatan
metodologi pengajarannya dan lain-lain. (Jamal Ma’mur Asmani, 2011:
39-55).
10
C. Syarat dan Sifat Guru dalam Pendidikan Islam
1. Syarat Guru dalam Pendidikan Islam
Dalam buku Hamdani Ihsan (1998:102-105), syarat-syarat guru dalam
pendidikan Islam menurut H. Mubangit yaitu:
a. Dia harus beragama.
b. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.
c. Dia tidak kalah dengan guru-guru sekolah umum lainnya dalam
membentuk warga Negara yang demokratis, dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan bangsa dan tanah air.
d. Dia harus memiliki panggilan murni dari hatinya.
e. Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang akan
disampaikannnya, serta memperdalam pengetahunnya sehingga mata
pelajaran yang diajarkannya tidak akan bersifat dangkal.
f. Seorang guru harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan,
rasa dan pemkiran murid-muridnya agar tidak keliru dalam mendidik
murid-muridnya.
Sedangkan menurut menurut team penyusun buku teks ilmu
pendidikan Islam perguruan tinggi agama merumuskan bahwa syarat untuk
menjadi guru agama ialah bertaqwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmani,
berakhlak baik, bertanggung jawab dan berjiwa nasional. Al-alirasyi
menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Zuhud (tidak mengutamakan materi, mengajar karena mencari keridhaan
dari Allah).
b. tubuhnya (penampilan lahirnya menyenangkan).
c. Bersih jiwanya (tidak mempunyai dosa besar).
d. Bijaksana.
e. Ikhlas dalam menjalankan tugas.
f. Mencintai murd-muridnya
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam
melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu:
11
1) Kematangan diri yang stabil, yaitu memahami diri sendiri, mencintai diri
secar wajar dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan serta bertindak sesuai
dengan nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab sendiri atas
hidupnya, tidak menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain.
2) Kematangan social yang stabil, yaitu dalam hal ini pendidik dituntut
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, dan
mempunyai kecakapan membina kerja sama dengan orang lain.
3) Kematangan professional (kemampuan mendidik), yakni menaruh
perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan
perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara
mendidik. (Hasbunallah. Op_Cit. hal. 19).
Menurut Nur Uhbiyati (1998:74), bahwa syarat-syarat untuk menjadi
guru agama adalah:
a. Dia harus orang yang beragama
b. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama
c. Dia tidak kalah dengan guru sekolah umum lainnya dalam membentuk
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan bangsa dan tanah air.
d. Dia harus memiliki perasaan panggilan murni.
Jadi, syarat yang paling utama yang harus dimiliki oleh guru Agama
Islam adalah harus beragama Islam dan mengamalkan ajaran Agama Islam
dengan baik. Maksudnya, mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah
SWT dan meninggalkan segala larangan-Nya serta mengetahui hukum-
hukum yang ada dalam Islam.
Selain harus beragama Islam, guru Agama Islam mesti bertanggung
jawab terhadap dirinya, keluarganya dan juga anak didiknya di sekolah serta
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan Agama Islam, dalam arti kata
guru Agama Islam mesti mengajar sambil berdakwah supaya orang yang
diajarkannya memiliki kesadaran dalam menjalankan kewajibannya sebagai
hamba Allah SWT dan membentuk anak didiknya menjadi warga Negara
yang demokratis. Selain itu, seorang guru Agama Islam harus memiliki
12
perasaan panggilan murni di dalam hatinya untuk menyebarkan dan
mengajarkan Agama Islam.
Sedangkan Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa tidak
sembarangan orang dapat melakukan tugas guru. Tetapi orang tertentu yang
memenuhi persyaratan yang dipandang mampu, yaitu:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Berilmu.
c. Sehat jasmani.
d. Berkelakuan baik.
Dari pendapat di atas dapat penulis pahami bahwa syarat untuk
menjadi guru agama adalah bertaqwa kepada Allah SWT kemudian
mempunyai ilmu pengetahuan. Karena seorang guru akan mentranfer ilmu
pengetahuan tersebut kepada anak didiknya. Sehat jasmani juga merupakan
salah satu syarat untuk menjadi seorang guru. Selain itu guru juga harus
berkelakuan baik artinya seorang guru harus memberikan contoh teladan
bagi anak didiknya.
Menurut Ramayulis (2004: 41), ada enam syarat yang harus dipenuhi
oleh seorang guru agama. antara lain sebagai berikut:
1. Syarat Fisik, yaitu seorang guru harus berbadan sehat, tidak memiliki
cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya, dan tidak memiliki
gejala-gejala penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini juga
menyangkut kerapian, kebersihan dan keindahan.
2. Syarat Psikis, yaitu seorang guru harus sehat rohaninya, tidak mengalami
gangguan jiwa, stabil emosinya, sabar, ramah, mempunyai jiwa
pengabdian, bertanggung jawab dan memiliki sifat-sifat positif lainnya.
3. Syarat Keagamaan, yaitu seorang guru harus seorang yang beragama
dan mengamalkan agamanya. Di samping itu ia menjadi sumber norma
dari segala norma agama yang ada.
4. Syarat Teknis, yaitu seorang guru harus memiliki ijazah pendidikan guru,
seperti ijazah Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah atau ijazah
keguruan lainnya. Ijazah tersebut harus disesuaikan dengan tingkatan
lembaga pendidikan tempat ia mengajar.
13
5. Syarat Paedagogis, yaitu seorang guru harus menguasai metode
mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang
ada hubungannya dengan ilmu yang ia ajarkan. Ia juga harus mengetahui
psikologi, terutama psikologi anak dan psikologi pendidikan agar ia dapat
menempatkan diri dalam kehidupan anak dan memberikan bimbingan
sesuai dengan perkembangan anak.
6. Syarat Administratif, yaitu seorang guru harus diangkat oleh pemerintah
yayasan atau lembaga lain yang berwenang mengangkat guru, sehingga
ia diberi tugas untuk mendidik dan mengajar.
Dari pendapat di atas, dapat penulis pahami bahwa selain harus sehat
jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki ijazah keguruan dan harus
menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan
harus mengetahui psikologi, terutama psikologi anak dan psikologi
pendidikan supaya bisa memberikan pelajaran dan bimbingan sesuai dengan
perkembangan peserta didik.
Jadi, untuk menjadi seorang guru agama Islam itu tidaklah mudah,
berbagai syarat yang harus dipenuhi supaya proses pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila
seorang guru agama Islam tidak memenuhi persyaratan tersebut maka tujuan
yang ditetapkan tidak akan tercapai dengan baik.
2. Sifat Guru dalam Pendidikan Islam
Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik ( guru ) sebagai
model atau suri - tauladan bagi siswa dalam setiap perilakunya. Untuk itu,
sebelum memasuki proses belajar mengajar, ia harus mengerti bagaimana
sebenarnya sikap terhadap dirinya sendiri sebagai manusia. Artinya, guru
menjadi model sebagai pribadi, apakah berdisiplin, cermat, berpikir, mencintai
pelajarannya, atau malah sebaliknya mematikan idealisme mereka. Diantara
sifat – sifat pendidik menurut Nizar, Samsul, ( 2002 : 45-46 ) yaitu :
1. Mempunyai watak dan sifat rubbaniah yang terwujud dalam tujuan,
tingkah laku dan pola pikirnya.
2. Bersifat ikhlas dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-
mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
14
3. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta
didik.
4. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
5. Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus
mendalami dan mengkajinya lebih lanjut.
6. Mampu menggunakan metode pengajaran secara bervariasi sesuai
penggunaan metode pendidikan.
7. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tugas dan bertindak secara
profesional.
8. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik.
9. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat
mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola pikir peserta didik.
10. Berlaku adil terhadap peserta didik.
Sifat-sifat pendidik menurut Al-Abrasyi (Nizar, Samsul, 2002:46) yaitu:
1. Sebagai pendidik hendaknya memiliki zuhud. Yaitu melaksanakan
tugasnya bukan semata-mata karena materi akan tetapi lebih dari itu
adalah karena mencari keridhoan Allah SWT.
2. Seorang pendidik hendaknya ihklas dan tidak riya dalam menjalankan
tugasnya.
3. Seorang pemdidik hendaknya bersih fisiknya dari macam sifat tercela.
4. Seorang pendidik hendaknya bersikap pemaaf dan memaafkan
kesalahan orang lain (terutama terhadap peserta didik).
5. Sabar dan sanggup menahan amarah senantiasa membuka diri dan
menjaga kehormatannya.
6. Seorang pendidik hendaknya mampu mencintai peserta didiknya
sebagaimana ia mencintai anaknya sendiri. ( keibuan / kebapakan).
7. Seorang pendidik hendaknya mengetahui karakter peserta didik, seperti
pembawaan, kebiasaan, perasaaan, dan berbagai potensi yang
dimilikinya.
8. Seorang pendidik hendaknya menguasi pelajaran yang diajarkan baik
dan profesional.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis paparkan, maka dapat penulis
simpulkan bahwa definisi guru dalam pendidikan islam adalah seorang dewasa
yang bertanggung jawab memberi bimbingan, bantuan, pengarahan,
pemahaman, keterampilan, dan pengetahuan secara sadar dan terencana
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di
permukaan bumi, sebagai makhluk sosial sebagai individu yang sanggup berdiri
sendiri sesuai ajaran Islam.
Syarat untuk menjadi seorang guru atau pendidik dalam pendidikan Islam
yaitu beragama, harus bertaqwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmani, berakhlak
baik, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional. Sedangkan sifat-sifat yang harus
dimiliki seorang guru atau pendidik dalam pendidikan Islam yaitu harus bersifat
zuhud, ikhlas, bijaksana, mencintai muridnya dan lain sebagainya.
Tugas utama seorang guru atau pendidik ialah mendidik, baik dengan
bentuk mengajar, memberikan dorongan atau motivasi, memuji, dan lain
sebagainya. Selain itu tugas utama yang lain yaitu menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena tujuan pendidikan Islam yang utama
adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
B. Saran
Tidak banyak saran yang dapat penulis tuangkan, hanya sekedar berbagi
pengetahuan, semoga kita semua mampu dan terus berusaha untuk menjadi
seorang guru yang baik. Terutama ketika kita menjadi guru pendidikan agama
Islam. Aamiin.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho Hidayanto. Dwi (Ed). Mengenal Manusia dan Pendidikan. Liberty:
Yogyakarta. 1988
2. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.
3. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, 2008, UIN Malang Pres.
4. Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, terjemahan tentang
“Al –Tarbiyah al – Islamiyah”, Jakarta: Bulan Bintang,1979.
5. M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasr Pokok Pendidikan Islam, terj..Bustami A.
Ghani, Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
6. Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, ihya ‘ulum al-Din, terj. Ismail ya’qub,
Semarang: Faizan, 1979.
7. Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1982.
8. Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan, Padang: The Minangkabau Foundation
press, 2004.
9. http://gentongedukasi.blogspot.com/2013/02/definisi-guru-pendidikan-agama-
islam.html di unduh tanggal 30 Maret 2014.
10. http://seleranada.blogspot.com/2012/10/kedudukan-pendidik-dalam-
pendidikan.html 31032014 di Unduh tanggal 27 Maret 2014.
11. http://nurfajry.wordpress.com/2012/11/12/hakikat-fungsi-dan-tugas-pendidik-
dalam-pendidikan-islam/ di unduh tanggal 28 maret 2014.
12. http://munggispendidikanislam.blogspot.com/ di unduh tanggal 31 Maret 2014.
17