Download - Gizi Diit Hiv Aids

Transcript

BAB II

REVIEW JURNALA. Identitas JurnalJudul Jurnal: Nutrient intake, nutrient status and pattern of infections

in HIV sero-positive patients in Chulaimbo Sub-district

Hospital, KenyaPenulis

: Agatha Christine Onyango, Mary Khakoni Walingo,

Grace Mbagaya, Rose KakaiNama Jurnal: Journal of Food and Nutrition SciencesEdisi

: Vol. 2, No. 4, 2014, pp. 117-123B. Ringkasan JurnalHIV dan gizi sangat erat kaitannya. HIV dapat menyebabkan kekurangan gizi, sementara pola makan yang buruk dapat mempercepat perkembangan HIV-positif menuju AIDS. Kekurangan gizi ditandai dengan penurunan berat badan, perubahan habitus tubuh (hilangnya massa tubuh tanpa lemak) atau perubahan status fungsional (ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari), penurunan asupan makanan, penurunan penyerapan nutrisi dan peningkatan efisisensi penggunaan nutrisi untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan gizi. Kekurangan gizi pada pasien HIV-positiv dapat menyebabkan gangguan pola makan, malabsorbsi, perubahan metabolisme dan perubahan sistem imun yang mengarah pada peningkatan kerentanan infeksi, meningkatkan perkembangan penyakit, menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas HIV.

Zat gizi yang berperan dalam perkembangan HIV adalah zat gizi makro dan zat gizi mikro. Kekurangan zat gizi (makro dan mikro) sejatinya dapat mempercepat replikasi virus dan meningkatkan patogenisitas virus, sehingga berpotensi untuk mempercepat perjalanan klinis infeksi HIV. Defisiensi mikronutrien dan infeksi saling memberatkan, infeksi dapat memperparah defisiensi mikronutrion, begitu juga sebaliknya defisiensi mikronutrien dapat memperparah infeksi. Oleh karena itu, asupan makronutrien dan mikrontrien perlu dijaga. Makronutrien tersebut diantaranya Vitamin A, C, B, D dan E yang berfungsi untuk mendukung produksi sel darah putih, serta berbagai sitokin dan modulator seluler imunitas, termasuk produksi antibodi. Sementara mikronutrien seperti mineral, besi, tembaga, magnesium, selenium dan seng harus diperhatikan untuk mempertahankan imunitas tingkat seluler dan organ.Penelitian tentang asupan nutrisi, asupan gizi dan pola infeksi pada pasien HIV-positif ini dilakukan di rumah sakit sub-district Chulaimbo yang terletak di Kisumu Distrik Barat di Provinsi Nyanza, Kenya. Penelitian ini menggunkan desain penelitian kohort dengan pasien HIV-positif berusia 18 sampai 60 tahun baik laki-laki dan perempuan yang datang ke Academic Models for the Prevention and Treatment of HIV and AIDS (AMPATH) sebagai sampelnya. Jumlah sampel awal adalah 497, namun dalam perkembangannya ada 2 pasien yang di transfer ke klinik lain dan satu orang meningeal dunia. Penelitian dilakukan selama 2 hari dalam dua minggu. Penentuan hari dilakukan secara acak. Setiap pasien direkrut saat mereka pertama kali datang dan dilihat perkembangannya selama 6 bulan kedepan. Peneliti menggunakan metode wawancara dengan pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Wawancara yang dilakukan seputar morbiditas, demografi dan keadaan sosial ekonomi pasien. Informasi morbiditas dilihat dari jenis dan tingkat infeksi pada pasien setiap bulan selama enam bulan. Status gizi dilihat melalui pengukuran kreatinin, hemoglobin, serum glutamate pyruvate transaminase (SGPT) dan rata-rata volume kospuskular (MCV) pada awal dan akhir penelitian. Penilaian keragaman makanan dinilai dengan ceklis food frequency, sementara asupan gizi dinilai menggunakan recall.Analisis nilai gizi konsumsi makanan selama 24 jam dilakukan menggunakan tabel food composition standar Sehmi, dimana nilai lebih dari 100% dianggap konsumsi zat gizi melebihi RDA, nilai 90% - 100% dianggap konsumsi zat gizi optimal dan nilai


Top Related